Anda di halaman 1dari 13

ANALISA JURNAL

PENGARUH PEREGANGAN SENAM ERGONOMIS TERHADAP SKOR NYERI


MUSCULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) PADA PEKERJA PEMBUAT
KALENG ALUMUNIUM

DISUSUN OLEH:

EDI PRASTIYO
NIM: 11212041

PROGRAM STUDI S1 NON REGULER AKT XV 2021


STIKES PERTAMEDIKA JAKARTA
TAHUN AJARAN 2021/2022

1
BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan industri di dunia sudah maju dan segala sesuatunya sudah serba
otomatis, tetapi penggunaan tenaga manusia secara manual masih belum bisa dihindari
secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih banyak yang menggunakan tenaga
manusia dalam hal penanganan material (Rahmaniyah 2007). Penggunaan tenaga
manusia seringkali akan menimbulkan keluhan, khususnya pada bagian– bagian otot
skeletal mulai dari keluhan yang ringan sampai sangat sakit. Keluhan ini diistilahkan
dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau cidera pada sistem musculoskeletal
(Tarwaka 2011). Musculoskeletal Disorders adalah suatu gangguan muskuloskeletal
yang ditandai dengan terjadinya sebuah luka pada otot, tendon, ligament, saraf, sendi,
kartilago, tulang atau pembuluh darah pada tangan, kaki, leher, atau punggung (OSHA
2010).

Strategi utama untuk mengatasi keluhan MSDs adalah dengan tindakan pencegahan
yang dapat dilakukan dengan exercise, postur tubuh yang baik, dan diet (Wulandari,
2012). Exercise atau latihan fi sik yang dilakukan dapat berupa latihan peregangan,
seperti gerakan pada senam ergonomis. Peregangan (stretching) adalah suatu bentuk
latihan fisik pada sekelompok otot atau tendon untuk melenturkan otot, meningkatkan
elastisitas, dan memperoleh kenyamanan pada otot (Weerapong et al., 2004).
Peregangan juga digunakan sebagai terapi untuk mengurangi atau meringankan kram
dengan hasil berupa peningkatan fl eksibilitas, peningkatan kontrol otot, dan rentang
gerak sendi (Weerapong et al., 2004). Pemberian latihan peregangan senam ergonomis
pada penelitian ini bertujuan untuk mengurangi nyeri muskuloskeletal yang dirasakan
oleh pekerja.

Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada 10 orang pekerja,
diketahui 90% pekerja mengeluh adanya rasa nyeri dan pegal pada bagian bahu, 80%
pekerja pada bagian tangan, 60% pekerja pada bagian punggung, 30% pekerja pada
bagian leher, dan 20% pekerja pada bagian pinggang setelah bekerja selama rerata 8-9
jam/hari. Keluhan yang dirasakan ini menimbulkan ketidaknyamanan bagi pekerja,
sehingga hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengaplikasikan intervensi latihan
peregangan senam ergonomis menggunakan teori Comfort Kolcaba (1994) dengan
harapan nyeri MSDs pada pekerja menurun sehingga pekerja dapat memperoleh rasa
nyaman untuk dapat bekerja secara optimal.

B. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian pada jurnal ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Peregangan Senam Ergonomis terhadap Skor Nyeri Musculoskeletal Disorders (MSDs)
pada Pekerja Pembuat Kaleng Alumunium.

2
BAB II : ANALISA JURNAL

A. JURNAL UTAMA
1. JUDUL JURNAL
Pengaruh Peregangan Senam Ergonomis terhadap Skor Nyeri Musculoskeletal
Disorders (MSDs) pada Pekerja Pembuat Kaleng Alumunium
2. PENELITI
Fatsiwi N.A, Moh.Hakimi, Titih Huriah
3. POPULASI, SAMPLE DAN TEKNIK SAMPLING
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 15
orang kelompok intervensi dan 15 orang kelompok kontrol dengan menggunakan metode
purposive sampling yang disertai juga dengan pertimbangan jarak tempat tinggal responden
untuk mencegah terjadinya bias seleksi. Kelompok intervensi diberikan latihan gerakan
senam ergonomis secara rutin 2x seminggu selama 1 bulan, sedangkan kelompok kontrol
tidak diberikan. Kelompok intervensi dan kelompok kontrol diminta untuk tidak melakukan
terapi lainnya agar dapat mencegah terjadinya bisa confounding pada hasil penelitian.
4. DESAIN PENELITIAN
Desain Quasy Experiment (eksperimen semu) dengan rancangan pre dan post test control
group design
5. INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN
Pre test post test control group dan kuesioner Nordic Body Map
6. UJI STATISTIK YANG DIGUNAKAN
Paired sample T-test dan analisis non parametrik (Wilcoxon dan Mann Whitney test)

B. JURNAL PENDUKUNG
1. JUDUL JURNAL
2. PENGARUH SENAM ERGONOMIS TERHADAP PERUBAHAN KADAR ASAM URAT
PADA PENDERITA ASAM URAT.
Ria Sugesti, Dahrizal, Erni Buston
3. HASIL
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa : Sebagian besar
responden berada pada kategori 56-60 tahun, sebagian besar responden memiliki jenis
kelamin perempuan, sebagian besar responden memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) pada
kategori normal.rata-rata kadar asam urat sebelum diberikan senam ergonomis pada
kelompok intervensi adalah 7,50 mg/dl sedangkan rata-rata kadar asam urat sesudah
diberikan senam ergonomis adalah 6,60 mg/dl.Rata-rata kadar asam urat sebelum diberikan
penkes jalan kaki pada kelompok control adalah 7,25 mg/dl sedangkan rata-rata kadar asam
urat sesudah diberikan penkes jalan kaki adalah 7,70 mg/dl. Ada pengaruh senam ergonomis
terhadap perubahan kadar asam urat pada penderita asam urat p (0,000)

3
C. ANALISA PICO
1. PROBLEM
Dalam jurnal ini dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti pada 10
orang pekerja, diketahui 90% pekerja mengeluh adanya rasa nyeri dan pegal pada
bagian bahu, 80% pekerja pada bagian tangan, 60% pekerja pada bagian punggung,
30% pekerja pada bagian leher dan 20% pekerja pada bagian pinggang setelah
bekerja selama selama rerata 8-9 jam/hari. Factor penyebab terjadinya keluham
Musculoskeletal adalah aktivitas berulang, sikap kerja tidal alamiah, penyebab
sekunder dan penyebab kombinasi.
2. INTERVENTION
Pada penelitian ini responden diberikan latihan gerakan senam ergonomis secara
rutin 2x seminggu selama 1 bulan.

3. COMPARATION
Judul jurnal : PENGARUH TEKNIK DISTRAKSI NAPAS RITMIK DAN MASASE
TERHADAP NYERI SPASME OTOT PADA KEJADIAN LOW BACK PAIN PEKERJA
BURUH BONGKAR MUAT DI PELABUHAN TENAU KUPANG.
Peneliti: Cindy Maria Renanda Mau¹, Sebastianus K. Tahu ², Istha L. Muskananfola.³,
Hasil : Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh teknik distraksi napas ritmik dan
masase terhadap nyeri spasme otot pada kejadian Low Back Pain pekerja buruh bongkar
muat di Pelabuhan Tenau Kupang dapat disimpulkan bahwa Sebelum diberikan teknik
distraksi skala nyeri spasme otot pada kejadian LBP hari pertama sampai ketiga sebagian
besar responden merasakan nyeri berat terkontrol.
4. OUTCOME
Pada penelitian ini berhenti setelah 4 minggu penelitian dan tidak dilakukan
peniaian lanjutan, namun dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan
terhadap penurunan nyeri MSDs kelompok intervensi setelah melakukan peregangan
senam ergonomis selama empat minggu dan ada pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan nyeri MSDs pada kelompok kontrol yang tidak melakukan senam
ergonomis.
Hasil penelitian ini apabila diterapkan dalam jangka panjang akan menurunkan skor
nyeri musculoskeletal sehingga akan mencapai kondisi kenyamanan.

4
BAB III : TIJAUAN TEORI

Pengantar

Definisi Muskuloskeletal adalah sistem kompleks yang merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan melibatkan otot-otot dan kerangka tubuh, dan termasuk
sendi, ligamen, tendon, dan saraf.

Anatomi Sistem Muskuloskeletal

Kerangka pada bagian tubuh manusia terdapat dua bagian yakni kerangka aksial yang berguna untuk
membentuk sumbu tubuh dan kerangka apendikular yang berguna sebagai pendukung anggota
badan. Kerangka apendikular terdiri dari tulang pada lengan, kaki, bahu, dan juga panggul.
Sedangkan, otot dan ligament berfungsi sebagai pengikat atau penghubung tulang-tulang pada tubuh
manusia. Jaringan fibrosa ikat fibrosa yang ada pada ototlah yang sangat berperan dalam penyatuan
tulang.

Ruas Tulang Belakang

Terdapat 33 tulang dengan bentuk tidak beraturan pada tulang belakang. Ruas-ruas tulang belakang
dihubungkan satu sama lain oleh sendi yang sangat kecil. Sendi tersebut memungkinkan gerakan dan
memberikan stabilitas pada tulang belakang. Di antara ruas-ruas tulang belakang terdapat bantalan
tulang rawan yang bekerja sebagai peredam kejut

Gambar Sumsum Tulang Belakang dan Saraf Spinal

Ruas-ruas tulang belakang memiliki sedikit perbedaan bentuk, tergantung letaknya. Tujuh ruas pada
leher (tulang leher) lebih kecil dibandingkan ruas tulang belakang lainnya. Kondisi tersebut
memungkinkan lebih banyak gerakan. Tulang punggung atas terdiri dari 12 ruas tulang belakang
yang memiliki sendi tambahan tempat melekatnya tulang rusuk. Lima ruas tulang pinggang besar
dan kokoh, karena area ini menanggung sebagian besar berat dari tubuh kita. Sakrum terdiri dari lima
ruas tulang belakang yang menyatu. Sementara, tulang ekor terdiri dari empat tulang belakang yang
juga menyatu, masing-masing tulang belakang terdiri dari tulang leher belakang, tulang punggung
atas, tulang pinggang (bagian belakang perut), sacrum (tulang kelangkang) dan tulang tungging atau
tulang ekor.

5
Otot

Otot adalah alat gerak aktif. Otot tersusun atas dua macam elemen dasar, yaitu filament aktin dan
filament myosin tebal. Kedua filament ini membentuk myofibril. Otot memiliki kemampuan untuk
berkontraksi. Apabila sedang berkontraksi maka akan terjadi pemendekan otot namun apabila otot
sedang berelaksasi maka akan terjadi pemanjangan otot.

Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Musculoskeletal Disorders (MSDs) merupakan penyakit yang paling sering di laporkan di antara
sekian banyak penyakit yang di akibatkan oleh pekerjaan, MSD mendapatkan presentase sebanyak
53% yang berujung pada kehilangan hari kerja sebesar 37% menurut Data statistic The Health and
Safety Executive (HSE) 2009/10 (Elyas, 2012). Musculoskeletal Disorders atau Kelainan
Muskuloskeletal mengacu pada kondisi-kondisi yang melibatkan saraf, tendon, otot, dan struktur
pendukung tubuh lainnya. Dapat dikatakan adanya kelainan karena terdapatnya perbedaan antara
keadaan struktur penyangga tubuh tersebut dengan keadaan normal. Secara garis besar keluhan otot
dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu :

1. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban
statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pemberian beban dihentikan.

2. Keluhan tetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pemberian beban
kerja telah dihenTeikan , namun rasa sakit pada otot tersebut terus berlanjut.

Etiologi dan Faktor Resiko

Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem


muskuloskeletal antara lain:

1. Faktor pekerjaan:

 Peregangan Otot yang Berlebihan Melakukan pekerjaan seperti mengangkat,


mendorong, menarik dan menahan beban yang berat menyebabkan peregangan otot
yang berlebihan. Pengerahan tenaga menjadi lebih dari kekuatan optimum otot.
Semakin banyak kekuatan yang harus diterapkan dalam pengerahan tenaga,
semakin cepat otot akan kelelahan atau menjadi tegang. Paparan berlebihan atau
terlalu lama mengerahkan tenaga yang kuat dapat menyebabkan kejang, nyeri dan
kerusakan otot. Juga dapat mengiritasi tendon, sendi dan cakram, yang mengarah
ke peradangan serta penyempitan pembuluh darah dan sara. Peningkatan kompresi
saraf dari tekanan yang dikenakan oleh tendon meradang atau kontraksi otot dapat
menyebabkan gangguan pada sistem saraf (carpal tunnel syndrome). Sebelumnya
dilaporkan bahwa sekitar 74% cedera tulang belakang disebabkan oleh aktivitas
mengangkat (lifting activities). Sedangkan 50-60% cedera pinggang disebabkan
karena aktivitas mengangkat dan menurunkan material (Tarwaka, 2004)

 Aktivitas Berulang Pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus dapat


menimbulkan keluhan musculoskeletal. Hal ini terjadi karena otot menerima
tekanan akibat beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan
untuk relaksasi. Sendi yang paling rentan terhadap cedera karena pekerjaan
berulang adalah pergelangan tangan, jari, bahu, dan siku. Dan dapat menyebabkan
penyakit seperti tendonitis dan epicondylitis(CCOHS, 2014).

6
 Sikap kerja tidak alamiah. Biasa juga disebut dengan awkward position adalah
sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi
posisi alamiah sehingga menimbulkan keluhan muskuloskeletal, misalnya
punggung terlalu membungkuk, kepala terlalu lama terangkat, mengambil barang
di tempat yang tinggi. Bisa juga karena bekerja untuk waktu yang lama dengan
mempertahankan posisi yang sama seperti mengemudi selama beberapa jam, posisi
kerja berdiri atau duduk terlalu lama. Umumnya karena karakteristik tuntutan
tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan
pekerja (Grandjean, 1993). Apabila sikap kerja seperti ini dilakukan dalam waktu
yang lama maka akan meningkatkan resiko penyakit muskuloskeletal. Di
Indonesia, sikap kerja tidak alamiah ini lebih banyak disebabkan oleh adanya
ketidaksesuaian antara dimensi alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh pekerja.
(Riyadina, et al. 2008)

2. Faktor Lingkungan

 Tekanan. Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai
contoh, Sikap duduk yang keliru akibat kursi yang tidak sesuai dengan
antropometri tubuh, atau karena kesalahan posisi, dapat menambah tekanan
pada punggung bawah dan merupakan penyebab utama masalah punggung
(Soedarjatmi, 2003). Apabila hal ini sering terjadi dapat menyebabkan rasa
nyeri otot yang menetap

 Getaran. Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot


bertambah. yang menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam
laktat tinggi dan menimbulkan rasa nyeri otot (Suma’mur, 1996). Dari hasil
penelitian yang lain didapat pula getaran pada mesin yang digunakan dengan
bantuan tangan untuk mengoperasikan dapat menyebabkan penyakit carpal
tunnel syndrome dimana adanya gangguan pada saraf yang berhubungan
dengan pekerjaan yang mempunyai paparan getaran dalam jangka waktu
panjang secara berulang (Nurhikmah, 2011)

 Suhu Paparan. suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,


kepekaan dan kekuatan pekerja, sehingga gerakannya menjadi lamban, sulit
bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot (NIOSH, 1997).
Demikian juga dengan paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan
dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang
ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan
lingkungan, akan terjadi kekurangan suplai oksigen kerja otot. Akibatnya,
peredaran darah kurang lancar, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan
terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.

3. Faktor Manusia

 Umur Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur


30 tahun dan semakin meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hal ini
disebabkan secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan dan ketahanan
otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada otot
meningkat. (Cindyastira, 2014)

 Jenis kelamin Otot-otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan
7
kekuatannya hanya dua pertiga (60%) daripada otot-otot pria terutama otot
lengan, punggung dan kaki. Dengan kondisi alamiah yang demikian maka
wanita mempunyai tingkat risiko terkena gangguan muskuloskeletal lebih
tinggi. Perbandingan keluhan otot antara wanita dan pria adalah 3
dibanding 1.

 Ukuran tubuh / antropometri Meskipun pengaruhnya relatif kecil, berat


badan, tinggi badan dan massa tubuh mempengaruhi terjadinya keluhan
otot. Misalnya wanita yang gemuk mempunyai risiko keluhan otot dua kali
lipat dibandingkan wanita kurus. Ukuran tubuh yang tinggi pada umumnya
juga sering menderita sakit punggung. Kemudian orang-orang yang
mempunyai ukuran lingkar pergelangan tangan kecil juga lebih rentan
terhadap timbulnya gangguan muskuloskeletal. • Kesehatan / kesegaran
jasmani Pada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada orang
yang mempunyai cukup waktu istirahat dalam aktivitas sehari-harinya.
Pekerja yang tidak terbiasa berolahraga memiliki resiko lima kali lebih
besar menderita gangguan musculoskeletal dibanding yang sering
berolahraga. (Deyyas and Tafese, 2014).

Diagnosis dan Gejala Klinis

Mendiagnosis gangguan musculoskeletal dimulai dengan anamnesis yang mencakup identifikasi


faktor – faktor resiko, terutama di tempat kerja dan yang dilakukan sehari - hari. Diagnosis gangguan
musculoskeletal dikonfirmasi dengan melakukan laboratorium dan elektronik tes yang menentukan
kerusakan otot atau saraf. Jenis tes yang bisa dilakukan adalah, electroneuromyography (ENMG) dan
Magnetic resonance imaging (MRI). (CCOHS, 2014).

Rasa nyeri merupakan gejala umum yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal. Dalam
beberapa kasus, dapat juga terjadi kekakuan sendi, ketegangan otot, kemerahan, dan pembengkakan
pada area yang terkena. Gangguan musculoskeletal dapat berkembang dari tahap ringan sampai berat.
Tahapan perkembangannya meliputi:

1. Tahap awal: rasa sakit dan kelelahan pada anggota tubuh yang terkena selama melakukan
pekerjaan, tetapi hilang saat malam hari atau saat libur kerja. Pada tahap ini tidak mengurangi
performa kerja.

2. Tahap peralihan: rasa sakit dan kelelahan terjadi lebih awal dalam jam kerja dan tetap terasa di
malam hari. Terjadi penurunan kapasitas dalam melakukan ppekerjaan repetitif.

3. Tahap akhir: rasa sakit, kelelahan, dan kelemahan terjadi saat sedang beristirahat. Terjadi
ketidakmampuan untuk tidur dan mengerjakan tugas-tugas ringan.

Ergonomi
8
Menurut Suma’mur dalam Jurnal Ilmiah Aviasi Langit Biru, ergonomi adalah ilmu yang
penerapannya berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya, dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan faktor manusia seoptimal-optimalnya (Santosa dan Hermawan, 2009). Sumber lain
menyatakan bahwa ergonomi merupakan suatu cabang ilmu bersifat multi-disipliner yang diartikan
sebagai aturan dalam bekerja (Adiputra, 2004). Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi
adalah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia untuk menurunkan stres yang
akan dihadapi.

Tujuan dari ergonomi adalah untuk menciptakan suatu kombinasi yang paling serasi antara
sistem peralatan kerja dengan manusia sebagai tenaga kerja.Sehingga tercipta tenaga kerja yang
sehat, aman, nyaman dan produktif serta efisien. Adapun dua misi pokok ergonomi adalah (Setiadi
dan Sugiarmadji, 2009):

a. Penyesuaian antara penggunaan peralatan kerja dengan kondisi tenaga kerja. Kondisi tenaga
kerja yang disesuaikan adalah aspek fisik atau antropometri (ukuran anggota tubuh : tangan,
kaki, dan tinggi badan) dan kemampuan intelektual atau berpikir.

b. Apabila peralatan kerja dan tenaga kerja tersebut sudah cocok maka kelelahan dapat dicegah dan
hasilnya lebih efisien. Hasil suatu proses kerja yang efisien berarti memperoleh produktivitas
kerja yang tinggi.

Manusia dalam kehidupannya tentu akan melakukan kerja atau aktivitas. Oleh karena itu
manusia harus memerhatikan beberapa prinsip kerja secara ergonomi, yaitu : (Setiadi dan
Sugiarmadji, 2009)

1. Semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian.
Sikap duduk yang diharapkan adalah duduk tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot perut
tidak lemas.

2. Tempat duduk yang dibuat harus sedemikian rupa sehingga tidak membebani melainkan dapat
memberikan relaksasi pada otot-otot yang sedang tidak digunakan untuk bekerja dan tidak
menimbulkan penekanan pada paha.

3. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau dihilangkan.

4. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila lelah harus istirahat (jangan dipaksa)
dan bila lapar atau haus harus makan/minum (jangan ditahan).

5. Jantung digunakan sebagai parameter untuk menentukan beban kerja yang dilakukan.

6. Kemampuan seorang bekerja dalam satu hari adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien dan kualitas
kerja menurun.

Hal tersebut di atas dimaksudkan untuk mencegah terjadinya keluhan sakit pada pinggang,
kelelahan, nyeri bahu dan punggung, nyeri lutut dan kaki, keluhan pada lengan dan tangan,
gangguan sirkulasi darah dan mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.

Menurut Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI, penerapan ergonomi di tempat kerja
bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif, dan
sejahtera. Penerapan ergonomi dapat diberlakukan dalam kehidupan sehari-sehari saat bekerja atau
beraktivitas, karena diharapkan dapat mengurangi keluhan yang timbul akibat kerja. Keluhan yang
timbul akibat kerja antara lain kelelahan, stres, postur tubuh yang tidak nyaman sehingga
9
mengakibatkan nyeri pinggang, pegal pada pergelangan tangan, dan trauma tulang belakang
(Santosa dan Hermawan, 2009). Oleh karena itu, penerapan ergonomi sangatlah penting.

Pelaksanaan ergonomi memberikan beberapa manfaat, yaitu menurunnya angka sakit akibat
kerja, menurunnya kecelakaan kerja, biaya pengobatan dan kompensasi berkurang, stres akibat
kerja berkurang, produktivitas membaik, alur kerja bertambah baik, rasa aman karena bebas dari
gangguan cedera, dan kepuasan kerja meningkat (Adiputra, 2004). Pendekatan ergonomi total dapat
menurunkan beban kerja dilihat dari penurunan denyut nadi kerja sebesar 10,61%. Penurunan
kelelahan 53.97%, keluhan sistem muskuloskeletal 48,01%. Konsekuensinya, terjadi peningkatan
produktivitas sebesar 48.84% (Artayasa, 2006)

10
BAB IV : PENUTUP
A. SIMPULAN
Penelitian menunjukkan adanya penurunan nyeri MSDs kelompok intervensi
setelah melakukan peregangan senam ergonomis sehingga akan mencapai kondisi
kenyamanan , pada penelitian lain menunjukan bahwa dengan peregangan dan perbaikan
postur kerja sama-sama berpengaruh terhadap penurunan nyeri Muskuloskeletel.
Oleh karena itu selain melakukan Latihan peregangan senam ergonomis sebaiknya
melakukan perbaikan postur kerja.

B. SARAN
Ada baiknya jika pelaksanaan intervensi dilakukan sebelum atau sesudah bekerja secara rutin,
minimal 2 kali dalam seminggu

11
DAFTAR PUSTAKA

Budi, S. et al. (2017) ‘the Effect of Stretching Exercise on Musculoskeletal Pain Caused
By Work on the Janitor in Fkik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pengaruh
Latihan Peregangan (Stretching Exersise) Terhadap Nyeri Muskuloskeletal Akibat
Kerja Pada Petugas Kebersihan Di Fk’.
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/15452/k.%20Naskah
%20Publikasi.pdf?sequence=11&isAllowed=y

Nunik, F., Hakimi, M. and Huriah, T. (2015) Pengaruh Peregangan Senam Ergonomis
terhadap Skor Nyeri Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada Pekerja Pembuat
Kaleng Alumunium, Indonesian Journal of Nursing Practices, 2(1), pp. 19–26.
Available at: http://journal.umy.ac.id/index.php/ijnp.
Wuriani (2017) Pengaruh Static Streching dan Perbaikan Postur Kerja Terhadap Nyeri
Musculoskeletal pada Perawat di Klinik Kitamura Pontianak dari
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/10885

12
LAMPIRAN

13

Anda mungkin juga menyukai