Fatsiwi N.A1, Moh. Hakimi2, Titih Huriah 3 Pengaruh Peregangan Senam Ergonomis
Program Studi Magister Keperawatan, Program terhadap Skor Nyeri Musculoskeletal Disorders
Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. afatsiwi@yahoo.co (MSDs) pada Pekerja Pembuat Kaleng
m Alumunium
(Weerapong et al., 2004). Pemberian juga dengan pertimbangan jarak tempat tinggal
latihan peregangan senam ergonomis responden untuk mencegah terjadinya bias seleksi.
pada penelitian ini bertujuan untuk Kelompok intervensi diberikan latihan gerakan senam
mengurangi nyeri muskuloskeletal yang ergonomis secara rutin 2x seminggu selama 1 bulan,
dirasakan oleh pekerja. sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan.
Hasil studi pendahuluan yang telah Kelompok intervensi dan kelompok kontrol diminta
dilakukan peneliti pada 10 orang pekerja, untuk tidak melakukan terapi lainnya agar dapat
diketahui 90% pekerja mengeluh adanya mencegah terjadinya bisa confounding pada hasil
rasa nyeri dan pegal pada bagian bahu, penelitian.
80% pekerja pada bagian tangan, 60% Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai
pekerja pada bagian punggung, 30% Agustus 2014. Variabel independen dalam penelitian ini
pekerja pada bagian leher, dan 20% adalah senam ergonomis, sedangkan variabel dependen
pekerja pada bagian pinggang setelah adalah nyeri MSDs yang diukur dengan menggunakan
bekerja selama rerata 8-9 jam/hari. kuesioner Nordic Body Map. Intervensi senam ergonomis
Keluhan yang dirasakan ini menimbulkan diberikan dengan menggunakan buku panduan yang
ketidaknyamanan bagi pekerja, sehingga dibentuk menjadi modul yang telah mengacu pada
hal inilah yang mendorong peneliti untuk pedoman Template for Intervention Description and
mengaplikasikan intervensi latihan Replication (BMJ, 2014). Data yang didapatkan berupa
peregangan senam ergonomis data karakteristik responden dan data skor nyeri MSDs.
menggunakan teori Comfort Kolcaba Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data
(1994) dengan harapan nyeri MSDs pada berdistribusi normal, sehingga analisis data yang
pekerja menurun sehingga pekerja dapat digunakan adalah uji parametrik (Paired dan
memperoleh rasa nyaman untuk dapat Independent Test), tetapi karena keterbatasan jumlah
bekerja secara optimal. responden dalam penelitian ini, maka dilakukan juga
uji analisis non parametrik (Wilcoxon dan Mann Whitney
METODE test) (Hastono, 2001 dan Dahlan, 2011).
Penelitian ini menggunakan desain
quasy experiment (eksperimen semu) HASIL
dengan rancangan pre dan post test control Analisis Univariat
group design. Pemilihan desain ini telah
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
disesuaikan dengan TREND statement
Responden Berdasarkan Usia, Lama Bekerja, Tingkat
checklist dalam upaya untuk
Pendidikan dan Masa Kerja pada
meningkatkan kualitas pelaporan dari
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n=30)
evaluasi perilaku nonrandomized pada
pemberian intervensi kesehatan K.
K. Kontrol
Karakteristik Intervensi p*
masyarakat (Jarlais et al, 2004). Sampel (n=15)
(n=15)
dalam penelitian ini sebanyak 30 orang
Usia (tahun)
yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 15
Mean±SD 38,53±8,33 34,87±11,08 0,31*
orang kelompok intervensi dan 15 orang
Lama Bekerja (n, %)
kelompok kontrol dengan menggunakan
6 -7 jam/hari 2 (13,3) 3 (20)
metode purposive sampling yang disertai 8 - 9 jam/hari 13 (86,7) 12 (80) 0,63*
3
Muhammadiyah Journal of Nursing
tingkat pendidikan tinggi dengan Responden Sebelum Setelah Diff erence p* Mean±SD Mean±SD
(95% CI)
persentase yang sama pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sebesar Kelompok
12,20±5,45 6,53±3,06 3,60 ; 7,72 0,0001
60%. Persentase masa kerja terlama (≥10 intervensi
*
p <0,05 based on independent t-test and dalam tubuh dan berkurangnya pasokan oksigen (O2)
mann whitney test yang akan menyebabkan terjadinya penimbunan asam
laktat di dalam tubuh dan menimbulkan nyeri otot
Tabel 3 menunjukkan bahwa (Sudoyo, 2007; Guyton dan Hall, 2008).
perbedaan rata-rata perubahan skor nyeri Mayoritas tingkat pendidikan responden dalam
MSDs sebelum dan setelah melakukan penelitian ini secara keseluruhan adalah pendidikan
senam ergonomis pada kelompok tinggi sebanyak 18 responden (60%) dengan pembagian
intervensi dan kelompok kontrol sebesar jumlah yang sama pada masing-masing kelompok.
9,60 point. Berdasarkan hasil uji statistik Tingginya tingkat pendidikan responden kelompok
Independent Sample t-test dan Mann intervensi ini diharapkan dapat membantu untuk lebih
Whitney test didapatkan p-value <0,05. mudah memahami gerakan senam ergonomis yang
diajarkan dalam upaya untuk mengurangi nyeri MSDs
PEMBAHASAN Analisis Univariat yang dirasakan, karena makin tinggi pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang, maka makin mudah menerima informasi
ratarata usia pekerja kelompok intervensi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
yang mengalami nyeri MSDs adalah usia dimiliki (Notoatmodo, 2003). Hasil penelitian
38 tahun dan kelompok kontrol adalah menunjukkan bahwa mayoritas masa kerja responden
usia 34 tahun sehingga berdasarkan faktor kelompok intervensi dalam penelitian ini adalah ≥10
risiko terjadinya MSDs maka responden tahun sehingga lebih berisiko untuk mengalami nyeri
kelompok intervensi lebih sering MSDs, karena pekerja dengan masa kerja ≥8 tahun
mengalami nyeri MSDs dengan skor nyeri memiliki risiko 8,92 kali untuk mengalami nyeri MSDs
yang lebih besar dibandingkan kelompok dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya <8
kontrol. Hal ini terjadi karena pada usia tahun (Nurhikmah, 2011). Hal ini dikarenakan masa
setengah baya (3540 tahun), kekuatan dan kerja berhubungan dengan kejadian MSDs (Ariyanto,
ketahanan otot mulai menurun. Pada saat 2013).
kekuatan dan ketahanan otot menurun, Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
maka risiko terjadinya keluhan semakin bahwa kelompok intervensi berisiko memiliki skor
meningkat (Hadler, 2005). nyeri MSDs yang lebih besar dibandingkan dengan
Mayoritas responden kelompok kelompok kontrol sehubungan dengan masa kerjanya.
intervensi memiliki waktu kerja yang Hasil analisis uji beda pada karakteristik kedua
lebih lama perharinya. Berdasarkan kelompok responden didapatkan p-value>0,05 yang
pengamatan di lapangan diketahui bahwa berarti bahwa tidak ada perbedaan karakteristik usia,
semua responden bekerja dengan posisi lama bekerja, tingkat pendidikan, dan masa kerja antara
duduk statis dan membungkuk. Lamanya kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
seseorang bekerja dengan posisi duduk
statis disertai dengan posisi membungkuk Analisis Bivariat
merupakan faktor yang berkaitan dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan
munculnya nyeri atau keluhan MSDs. analisis uji statistik Paired T test dan Wiloxon test
Bekerja dengan posisi duduk statis akan didapatkan hasil ada pengaruh yang signifi kan
menyebabkan penekanan pada bagian terhadap penurunan nyeri MSDs kelompok intervensi
otot tubuh tertentu sehingga berdampak setelah melakukan senam ergonomis selama empat
pada terganggunya sirkulasi darah di minggu dan ada pengaruh yang signifi kan terhadap
5
Muhammadiyah Journal of Nursing
peningkatan nyeri MSDs pada kelompok sacrum), dan tulang tungging (os cocygeus) serta menjaga
kontrol yang tidak melakukan senam kekuatan struktural anatomis fungsional otot, ligament,
ergonomis. Rata-rata perubahan skor dan tulang belakang setelah seharian bekerja
nyeri MSDs sebelum dan setelah (Wratsongko, 2006; Sagiran 2012).
dilakukan senam ergonomis pada Senam ergonomis dapat digunakan sebagai latihan
kelompok intervensi lebih tinggi fi sik untuk menurunkan nyeri MSDs. Latihan fi sik
dibanding pada kelompok kontrol. Hasil berupa senam akan memberikan efek yang positif pada
analisis untuk membandingkan kekuatan otot dan fungsinya serta dapat mengurangi
perbedaan kedua kelompok dengan sensasi nyeri pada persendian (Bennel et al., 2012).
Independent T Test dan Mann Whitney Test Latihan fi sik juga dapat berdampak pada sistem
didapatkan hasil bahwa ada perbedaan kekebalan tubuh terutama untuk mengurangi nyeri
rata-rata perubahan skor nyeri MSDs (Flachenecker, 2012). Latihan fi sik melatih otot-otot
yang signifi kan antara kelompok skeletal dan otot-otot jantung, sehingga meningkatkan
intervensi dan kelompok kontrol. kapasitas metabolik dan fungsional otot skeletal,
Penurunan skor nyeri MSDs pada metabolisme aerob, respon perifer meningkat dan
kelompok intervensi setelah melakukan beban kerja jantung menurun. Peningkatan kekuatan
gerakan senam ergonomis sebagai latihan otot jantung akan meningkatkan cardiac output yang
peregangan memberikan kenyamanan meningkatkan suplai oksigen ke jaringan (Beswick,
bagi responden. Responden merasakan 2008). Meningkatnya pasokan oksigen ke jaringan
tubuh menjadi terasa lebih ringan, lebih dalam tubuh maka sirkulasi darah menjadi lancar
segar dan keluhan nyeri otot berkurang. sehingga penimbunan asam laktat di dalam tubuh tidak
Hasil ini didukung oleh pernyataan terjadi dan tidak menimbulkan nyeri otot (Sudoyo,
bahwa latihan peregangan yang 2007; Guyton dan Hall, 2008).
dilakukan 5-10 menit sebelum dan setelah Peningkatan skor nyeri MSDs yang signifi kan pada
bekerja dapat mengurangi nyeri otot kelompok kontrol sesuai dengan hasil penelitian bahwa
(Ariyanto, 2013). Senam ergonomis yang nyeri atau ketidaknyamanan pada muskuloskeletal
dilakukan sebelum dan setelah bekerja dirasakan lebih tinggi pada responden yang tidak
dapat mengaktifk an fungsi organ dan melakukan latihan (Barredo dan Kelly, 2007). Hal ini
fungsi serabut saraf segmen di seluruh dikarenakan otot dipaksa untuk terus berkontraksi
tubuh dengan cara membangkitkan bio tanpa diberikan waktu untuk melakukan relaksasi atau
listrik dalam tubuh dan sekaligus peregangan. Kontraksi otot yang terus terjadi akan
meningkatkan sirkulasi darah dan menekan pembuluh darah, dan menyebabkan
oksigen sehingga terjadi penambahan terganggunya peredaran darah. Nyeri MSDs yang
energi yang dibutuhkan untuk memulai meningkat pada kelompok kontrol banyak terjadi pada
aktifi tas kerja. Senam ergonomis juga bagian bahu, punggung, dan pinggang, dikarenakan
dapat digunakan sebagai fase relaksasi lamanya posisi membungkuk pada pekerja terutama
otot, yaitu melonggarkan otot-otot saat mengukur bahan, membuat pola, dan
punggung bagian bawah, paha, dan betis, menyempurnakan bentuknya menjadi kaleng (tahap
menjaga kelenturan tubuh terutama akhir) menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
bagian tulang belakang (vertebrae), yang lebih besar pada tulang belakang sehingga
persendian diantara ruas tulang belakang berdampak pada bagian bahu dan punggung pekerja.
(corpus vertebrae), tulang selangkang (os Kegiatan memukul untuk membentuk bahan
6
Muhammadiyah Journal of Nursing
alumunium secara berulang dalam proses ini adalah pada tipe transcendence yaitu kondisi ketika
pembuatan kaleng alumunium juga individu mampu mengatasi masalahnya dengan
menggunakan tenaga yang besar pada konteks yang berkaitan dengan kenyamanan fi sik yaitu
bagian bahu dan tangan. Kegiatan ini juga sensasi jasmani, khususnya nyeri MSDs. Kolcaba juga
disertai dengan duduk statis dalam waktu menyatakan bahwa manusia akan berusaha untuk
yang lama sehingga memberikan memenuhi kebutuhan kenyamanannya secara aktif,
pengaruh timbulnya nyeri pada sehingga individu yang ingin memperoleh kenyamanan
pinggang. Posisi duduk membungkuk khususnya pada konteks kenyamanan fi sik dalam
dapat menyebabkan tekanan pada penelitian ini akan melakukan berbagai cara yang
bantalan saraf menjadi lebih besar tercermin dari perilaku mencari perawatan atau
(Rahayu, 2012). pelayanan kesehatan (Tomey dan Alligood, 2010). Hal
Kebiasaan merokok yang dilakukan ini dikarenakan tidak terpenuhinya kebutuhan rasa
oleh responden kelompok kontrol juga nyaman pada salah satu aspek (dalam hal ini fi sik)
mendukung terjadinya peningkatan nyeri akan berdampak timbulnya keadaan yang tidak sehat
MSDs. Kebiasaan merokok memiliki pada aspek lainnya, karena pada hakikatnya manusia
hubungan dengan keluhan otot (Soleha, merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari
2009; Rahayu, 2012), dikarenakan aspek fi siologis, psikologis, sosial, spiritual, dan
kebiasaan merokok dapat menurunkan cultural (Xiaohan, 2005).
kapasitas paru akibat adanya kandungan Kepatuhan melakukan senam ergonomis yang
karbonmonoksida pada rokok sehingga dilakukan oleh responden kelompok intervensi dalam
berdampak pada penurunan kemampuan penelitian ini didasarkan atas keinginan responden
dalam mengkonsumsi oksigen untuk dapat memperoleh kenyamanan fi sik yaitu
(Tarwaka et al., 2004). Faktor lainnya berkurangnya nyeri atau dapat terbebas dari rasa nyeri
yang juga dapat menyebabkan MSDs. Kepatuhan ini akan semakin meningkat jika
terdapatnya perbedaan ratarata disertai dengan adanya monitoring secara berkala,
perubahan skor nyeri MSDs antara terutama monitoring dari keluarga. Berdasarkan hasil
kelompok intervensi dengan kelompok dan pembahasan tersebut di atas diketahui bahwa
kontrol adalah karena adanya kepatuhan masalah nyeri MSDs pada pekerja pembuat kaleng
responden kelompok intervensi dalam alumunium dapat diatasi. Latihan peregangan senam
melakukan senam ergonomis dengan ergonomis dapat dijadikan sebagai bagian intervensi
teratur dan sesuai prosedur yang telah keperawatan untuk menurunkan skor nyeri MSDs
diberikan di awal penelitian. Senam pekerja sehingga akan mencapai kondisi kenyamanan.
ergonomis yang dilakukan secara rutin
akan memberikan manfaat yang dapat PENUTUP
dirasakan secara langsung bagi pelakunya Simpulan
(Wratsongko, 2006). Salah satu manfaat Terdapat penurunan rata-rata skor nyeri MSDs pada
yang dirasakan langsung oleh responden kelompok intervensi setelah dilakukan latihan
dalam penelitian ini adalah adanya peregangan senam ergonomis, dan terdapat perbedaan
kenyamanan karena nyeri MSDs yang perubahan skor nyeri MSDs antara kelompok intervensi
dirasakan berkurang. dan kelompok kontrol.
Menurut teori Kolcaba (1994), tipe
kenyamanan yang dirasakan responden
7
Muhammadiyah Journal of Nursing