Anda di halaman 1dari 9

19

Muhammadiyah Journal of Nursing

Fatsiwi N.A1, Moh. Hakimi2, Titih Huriah 3 Pengaruh Peregangan Senam Ergonomis
Program Studi Magister Keperawatan, Program terhadap Skor Nyeri Musculoskeletal Disorders
Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta. afatsiwi@yahoo.co (MSDs) pada Pekerja Pembuat Kaleng
m Alumunium

ABSTRACT Keywords: pain, musculoskeletal disorders, ergonomic


The use of human labor to manually in gymnastics
industry often lead to complaints, particularly PENDAHULUAN
in parts of the skeletal muscle complaints. Perkembangan industri di dunia sudah maju dan
This complaint termed musculoskeletal
disorders (MSDs). MSDs can trigger segala sesuatunya sudah serba otomatis, tetapi
maladaptive response to the workers as lazy penggunaan tenaga manusia secara manual masih
in doing his work, late for work, work belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia
absence, and the work that is not optimal. industri di Indonesia masih banyak yang menggunakan
The main strategy to deal with complaints of
MSDs is gymnastics ergonomic. The aims of tenaga manusia dalam hal penanganan material
this study was to determine the eff ect of (Rahmaniyah 2007). Penggunaan tenaga manusia
ergonomic exercises to decrease pain seringkali akan menimbulkan keluhan, khususnya pada
musculoskeletal disorders (MSDs) in
bagian– bagian otot skeletal mulai dari keluhan yang
aluminum cans workers. This study used
quasy experiment with pre-and post-test ringan sampai sangat sakit. Keluhan ini diistilahkan
control group design, that was conducted in dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau cidera
July and August 2014. The sample in this pada sistem musculoskeletal (Tarwaka 2011).
study was 30 people’s were divided into
intervention group and control group with 15 Musculoskeletal Disorders adalah suatu gangguan
people’s in each group. Instruments in this muskuloskeletal yang ditandai dengan terjadinya
study was the Nordic Body Map sebuah luka pada otot, tendon, ligament, saraf, sendi,
Questionnaire. Statistical analysis used kartilago, tulang atau pembuluh darah pada tangan,
parametric test (T test dependent and T test
independent) and non parametric (Wilcoxon kaki, leher, atau punggung (OSHA 2010).
dan Mann Whitney test). Strategi utama untuk mengatasi keluhan MSDs
The results showed there is decrease MSDs adalah dengan tindakan pencegahan yang dapat
pain score from 19 to 13 score in ntervention
dilakukan dengan exercise, postur tubuh yang baik, dan
group after done gymnastics ergonomic with
p<0.05. Based on statistical test with p<0.05 diet (Wulandari, 2012). Exercise atau latihan fi sik yang
this showed that there are diff erences dilakukan dapat berupa latihan peregangan, seperti
changes in pain scores MSDs between the gerakan pada senam ergonomis. Peregangan (stretching)
intervention group and control group signifi
cantly. adalah suatu bentuk latihan fi sik pada sekelompok otot
The conclusion of the research there was atau tendon untuk melenturkan otot, meningkatkan
gymnastic ergonomic intervention can reduce elastisitas, dan memperoleh kenyamanan pada otot
MSDs pain in aluminum cans workers. It is (Weerapong et al., 2004). Peregangan juga digunakan
recommended for workers to perform
gymnastic ergonomics exercises regularly at sebagai terapi untuk mengurangi atau meringankan
least 2x a weeks before and after work. kram dengan hasil berupa peningkatan fl eksibilitas,
peningkatan kontrol otot, dan rentang gerak sendi
2
Muhammadiyah Journal of Nursing

(Weerapong et al., 2004). Pemberian juga dengan pertimbangan jarak tempat tinggal
latihan peregangan senam ergonomis responden untuk mencegah terjadinya bias seleksi.
pada penelitian ini bertujuan untuk Kelompok intervensi diberikan latihan gerakan senam
mengurangi nyeri muskuloskeletal yang ergonomis secara rutin 2x seminggu selama 1 bulan,
dirasakan oleh pekerja. sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan.
Hasil studi pendahuluan yang telah Kelompok intervensi dan kelompok kontrol diminta
dilakukan peneliti pada 10 orang pekerja, untuk tidak melakukan terapi lainnya agar dapat
diketahui 90% pekerja mengeluh adanya mencegah terjadinya bisa confounding pada hasil
rasa nyeri dan pegal pada bagian bahu, penelitian.
80% pekerja pada bagian tangan, 60% Penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai
pekerja pada bagian punggung, 30% Agustus 2014. Variabel independen dalam penelitian ini
pekerja pada bagian leher, dan 20% adalah senam ergonomis, sedangkan variabel dependen
pekerja pada bagian pinggang setelah adalah nyeri MSDs yang diukur dengan menggunakan
bekerja selama rerata 8-9 jam/hari. kuesioner Nordic Body Map. Intervensi senam ergonomis
Keluhan yang dirasakan ini menimbulkan diberikan dengan menggunakan buku panduan yang
ketidaknyamanan bagi pekerja, sehingga dibentuk menjadi modul yang telah mengacu pada
hal inilah yang mendorong peneliti untuk pedoman Template for Intervention Description and
mengaplikasikan intervensi latihan Replication (BMJ, 2014). Data yang didapatkan berupa
peregangan senam ergonomis data karakteristik responden dan data skor nyeri MSDs.
menggunakan teori Comfort Kolcaba Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa data
(1994) dengan harapan nyeri MSDs pada berdistribusi normal, sehingga analisis data yang
pekerja menurun sehingga pekerja dapat digunakan adalah uji parametrik (Paired dan
memperoleh rasa nyaman untuk dapat Independent Test), tetapi karena keterbatasan jumlah
bekerja secara optimal. responden dalam penelitian ini, maka dilakukan juga
uji analisis non parametrik (Wilcoxon dan Mann Whitney
METODE test) (Hastono, 2001 dan Dahlan, 2011).
Penelitian ini menggunakan desain
quasy experiment (eksperimen semu) HASIL
dengan rancangan pre dan post test control Analisis Univariat
group design. Pemilihan desain ini telah
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik
disesuaikan dengan TREND statement
Responden Berdasarkan Usia, Lama Bekerja, Tingkat
checklist dalam upaya untuk
Pendidikan dan Masa Kerja pada
meningkatkan kualitas pelaporan dari
Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol (n=30)
evaluasi perilaku nonrandomized pada
pemberian intervensi kesehatan K.
K. Kontrol
Karakteristik Intervensi p*
masyarakat (Jarlais et al, 2004). Sampel (n=15)
(n=15)
dalam penelitian ini sebanyak 30 orang
Usia (tahun)
yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 15
Mean±SD 38,53±8,33 34,87±11,08 0,31*
orang kelompok intervensi dan 15 orang
Lama Bekerja (n, %)
kelompok kontrol dengan menggunakan
6 -7 jam/hari 2 (13,3) 3 (20)
metode purposive sampling yang disertai 8 - 9 jam/hari 13 (86,7) 12 (80) 0,63*
3
Muhammadiyah Journal of Nursing

Tingkat Pendidikan (n, %) Ergonomis pada Kelompok Intervensi dan Kelompok


Tinggi 9 (60) 9 (60) Kontrol
Rendah 6 (40) 6 (40) 1,00**
Masa Kerja (n, %) Gambar 1 menunjukkan terjadi penurunan skor
< 10 tahun 7 (46,7) nyeri MSDs pada kelompok intervensi dengan skor
8 (53,3)
≥ 10 tahun 8 (53,3) 7 (46,7)
0,71**
batas atas pre test 19 menurun menjadi skor 13 pada
* p < 0,05 based on independent t-test **p post test dan pada kelompok kontrol terjadi
< 0,05 based on chi square test, peningkatan skor nyeri MSDs dengan skor batas atas
Pendidikan pre test 16 meningkat menjadi skor 18 pada post test.
tinggi : jenjang SMA ke atas;
Pendidikan rendah : jenjang SMP ke Analisis Bivariat
bawah. Tabel 2 menunjukkan bahwa hasil uji statistik Paired
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata Sample t-test dan Wilcoxon test pada kelompok intervensi
usia responden kelompok intervensi lebih dan kelompok kontrol didapatkan p-value <0,05.
besar dibanding kelompok kontrol Tabel 2 Perubahan Skor Nyeri MSDs Responden
dengan ratarata 38,53. Persentase lama Sebelum dan Setelah Melakukan Senam
bekerja terbanyak terdapat pada Ergonomis pada Kelompok Intervensi dan
kelompok intervensi dengan waktu kerja Kelompok Kontrol (N=30)
8-9 jam/hari sebesar 86,7%. Mayoritas
tingkat pendidikan responden adalah Skor Nyeri MSDs Mean

tingkat pendidikan tinggi dengan Responden Sebelum Setelah Diff erence p* Mean±SD Mean±SD
(95% CI)
persentase yang sama pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol sebesar Kelompok
12,20±5,45 6,53±3,06 3,60 ; 7,72 0,0001
60%. Persentase masa kerja terlama (≥10 intervensi

tahun) terdapat pada kelompok intervensi Kelompok -5,07 ;


7,47±2,58 11,40±2,32 0,0001
sebesar 53,3%. Nilai p>0,05 yang kontrol -2,79
*
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan p <0,05 based on dependent paired t-test and wilcoxon test
karakteristik usia, lama bekerja, tingkat
pendidikan, dan masa kerja antara Tabel 3 Perubahan Skor Nyeri MSDs Responden
kelompok intervensi dan kelompok Sebelum dan Setelah Melakukan Senam
kontrol. Ergonomis pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol (N=30)
Responden Mean
Skor Nyeri Diff erence
K.Intervensi K.Kontrol
MSDs (95% CI) p*
Mean±SD Mean±SD
Perubahan 5,66±3,71 -3,93±2,05 9,60 0,0001
(Δ)
Gambar 1 Perubahan Skor Nyeri MSDs (7,35 ;
Sebelum dan Setelah Melakukan Senam 11,87)
4
Muhammadiyah Journal of Nursing

*
p <0,05 based on independent t-test and dalam tubuh dan berkurangnya pasokan oksigen (O2)
mann whitney test yang akan menyebabkan terjadinya penimbunan asam
laktat di dalam tubuh dan menimbulkan nyeri otot
Tabel 3 menunjukkan bahwa (Sudoyo, 2007; Guyton dan Hall, 2008).
perbedaan rata-rata perubahan skor nyeri Mayoritas tingkat pendidikan responden dalam
MSDs sebelum dan setelah melakukan penelitian ini secara keseluruhan adalah pendidikan
senam ergonomis pada kelompok tinggi sebanyak 18 responden (60%) dengan pembagian
intervensi dan kelompok kontrol sebesar jumlah yang sama pada masing-masing kelompok.
9,60 point. Berdasarkan hasil uji statistik Tingginya tingkat pendidikan responden kelompok
Independent Sample t-test dan Mann intervensi ini diharapkan dapat membantu untuk lebih
Whitney test didapatkan p-value <0,05. mudah memahami gerakan senam ergonomis yang
diajarkan dalam upaya untuk mengurangi nyeri MSDs
PEMBAHASAN Analisis Univariat yang dirasakan, karena makin tinggi pendidikan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang, maka makin mudah menerima informasi
ratarata usia pekerja kelompok intervensi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang
yang mengalami nyeri MSDs adalah usia dimiliki (Notoatmodo, 2003). Hasil penelitian
38 tahun dan kelompok kontrol adalah menunjukkan bahwa mayoritas masa kerja responden
usia 34 tahun sehingga berdasarkan faktor kelompok intervensi dalam penelitian ini adalah ≥10
risiko terjadinya MSDs maka responden tahun sehingga lebih berisiko untuk mengalami nyeri
kelompok intervensi lebih sering MSDs, karena pekerja dengan masa kerja ≥8 tahun
mengalami nyeri MSDs dengan skor nyeri memiliki risiko 8,92 kali untuk mengalami nyeri MSDs
yang lebih besar dibandingkan kelompok dibandingkan dengan pekerja yang masa kerjanya <8
kontrol. Hal ini terjadi karena pada usia tahun (Nurhikmah, 2011). Hal ini dikarenakan masa
setengah baya (3540 tahun), kekuatan dan kerja berhubungan dengan kejadian MSDs (Ariyanto,
ketahanan otot mulai menurun. Pada saat 2013).
kekuatan dan ketahanan otot menurun, Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan
maka risiko terjadinya keluhan semakin bahwa kelompok intervensi berisiko memiliki skor
meningkat (Hadler, 2005). nyeri MSDs yang lebih besar dibandingkan dengan
Mayoritas responden kelompok kelompok kontrol sehubungan dengan masa kerjanya.
intervensi memiliki waktu kerja yang Hasil analisis uji beda pada karakteristik kedua
lebih lama perharinya. Berdasarkan kelompok responden didapatkan p-value>0,05 yang
pengamatan di lapangan diketahui bahwa berarti bahwa tidak ada perbedaan karakteristik usia,
semua responden bekerja dengan posisi lama bekerja, tingkat pendidikan, dan masa kerja antara
duduk statis dan membungkuk. Lamanya kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
seseorang bekerja dengan posisi duduk
statis disertai dengan posisi membungkuk Analisis Bivariat
merupakan faktor yang berkaitan dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan
munculnya nyeri atau keluhan MSDs. analisis uji statistik Paired T test dan Wiloxon test
Bekerja dengan posisi duduk statis akan didapatkan hasil ada pengaruh yang signifi kan
menyebabkan penekanan pada bagian terhadap penurunan nyeri MSDs kelompok intervensi
otot tubuh tertentu sehingga berdampak setelah melakukan senam ergonomis selama empat
pada terganggunya sirkulasi darah di minggu dan ada pengaruh yang signifi kan terhadap
5
Muhammadiyah Journal of Nursing

peningkatan nyeri MSDs pada kelompok sacrum), dan tulang tungging (os cocygeus) serta menjaga
kontrol yang tidak melakukan senam kekuatan struktural anatomis fungsional otot, ligament,
ergonomis. Rata-rata perubahan skor dan tulang belakang setelah seharian bekerja
nyeri MSDs sebelum dan setelah (Wratsongko, 2006; Sagiran 2012).
dilakukan senam ergonomis pada Senam ergonomis dapat digunakan sebagai latihan
kelompok intervensi lebih tinggi fi sik untuk menurunkan nyeri MSDs. Latihan fi sik
dibanding pada kelompok kontrol. Hasil berupa senam akan memberikan efek yang positif pada
analisis untuk membandingkan kekuatan otot dan fungsinya serta dapat mengurangi
perbedaan kedua kelompok dengan sensasi nyeri pada persendian (Bennel et al., 2012).
Independent T Test dan Mann Whitney Test Latihan fi sik juga dapat berdampak pada sistem
didapatkan hasil bahwa ada perbedaan kekebalan tubuh terutama untuk mengurangi nyeri
rata-rata perubahan skor nyeri MSDs (Flachenecker, 2012). Latihan fi sik melatih otot-otot
yang signifi kan antara kelompok skeletal dan otot-otot jantung, sehingga meningkatkan
intervensi dan kelompok kontrol. kapasitas metabolik dan fungsional otot skeletal,
Penurunan skor nyeri MSDs pada metabolisme aerob, respon perifer meningkat dan
kelompok intervensi setelah melakukan beban kerja jantung menurun. Peningkatan kekuatan
gerakan senam ergonomis sebagai latihan otot jantung akan meningkatkan cardiac output yang
peregangan memberikan kenyamanan meningkatkan suplai oksigen ke jaringan (Beswick,
bagi responden. Responden merasakan 2008). Meningkatnya pasokan oksigen ke jaringan
tubuh menjadi terasa lebih ringan, lebih dalam tubuh maka sirkulasi darah menjadi lancar
segar dan keluhan nyeri otot berkurang. sehingga penimbunan asam laktat di dalam tubuh tidak
Hasil ini didukung oleh pernyataan terjadi dan tidak menimbulkan nyeri otot (Sudoyo,
bahwa latihan peregangan yang 2007; Guyton dan Hall, 2008).
dilakukan 5-10 menit sebelum dan setelah Peningkatan skor nyeri MSDs yang signifi kan pada
bekerja dapat mengurangi nyeri otot kelompok kontrol sesuai dengan hasil penelitian bahwa
(Ariyanto, 2013). Senam ergonomis yang nyeri atau ketidaknyamanan pada muskuloskeletal
dilakukan sebelum dan setelah bekerja dirasakan lebih tinggi pada responden yang tidak
dapat mengaktifk an fungsi organ dan melakukan latihan (Barredo dan Kelly, 2007). Hal ini
fungsi serabut saraf segmen di seluruh dikarenakan otot dipaksa untuk terus berkontraksi
tubuh dengan cara membangkitkan bio tanpa diberikan waktu untuk melakukan relaksasi atau
listrik dalam tubuh dan sekaligus peregangan. Kontraksi otot yang terus terjadi akan
meningkatkan sirkulasi darah dan menekan pembuluh darah, dan menyebabkan
oksigen sehingga terjadi penambahan terganggunya peredaran darah. Nyeri MSDs yang
energi yang dibutuhkan untuk memulai meningkat pada kelompok kontrol banyak terjadi pada
aktifi tas kerja. Senam ergonomis juga bagian bahu, punggung, dan pinggang, dikarenakan
dapat digunakan sebagai fase relaksasi lamanya posisi membungkuk pada pekerja terutama
otot, yaitu melonggarkan otot-otot saat mengukur bahan, membuat pola, dan
punggung bagian bawah, paha, dan betis, menyempurnakan bentuknya menjadi kaleng (tahap
menjaga kelenturan tubuh terutama akhir) menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
bagian tulang belakang (vertebrae), yang lebih besar pada tulang belakang sehingga
persendian diantara ruas tulang belakang berdampak pada bagian bahu dan punggung pekerja.
(corpus vertebrae), tulang selangkang (os Kegiatan memukul untuk membentuk bahan
6
Muhammadiyah Journal of Nursing

alumunium secara berulang dalam proses ini adalah pada tipe transcendence yaitu kondisi ketika
pembuatan kaleng alumunium juga individu mampu mengatasi masalahnya dengan
menggunakan tenaga yang besar pada konteks yang berkaitan dengan kenyamanan fi sik yaitu
bagian bahu dan tangan. Kegiatan ini juga sensasi jasmani, khususnya nyeri MSDs. Kolcaba juga
disertai dengan duduk statis dalam waktu menyatakan bahwa manusia akan berusaha untuk
yang lama sehingga memberikan memenuhi kebutuhan kenyamanannya secara aktif,
pengaruh timbulnya nyeri pada sehingga individu yang ingin memperoleh kenyamanan
pinggang. Posisi duduk membungkuk khususnya pada konteks kenyamanan fi sik dalam
dapat menyebabkan tekanan pada penelitian ini akan melakukan berbagai cara yang
bantalan saraf menjadi lebih besar tercermin dari perilaku mencari perawatan atau
(Rahayu, 2012). pelayanan kesehatan (Tomey dan Alligood, 2010). Hal
Kebiasaan merokok yang dilakukan ini dikarenakan tidak terpenuhinya kebutuhan rasa
oleh responden kelompok kontrol juga nyaman pada salah satu aspek (dalam hal ini fi sik)
mendukung terjadinya peningkatan nyeri akan berdampak timbulnya keadaan yang tidak sehat
MSDs. Kebiasaan merokok memiliki pada aspek lainnya, karena pada hakikatnya manusia
hubungan dengan keluhan otot (Soleha, merupakan satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari
2009; Rahayu, 2012), dikarenakan aspek fi siologis, psikologis, sosial, spiritual, dan
kebiasaan merokok dapat menurunkan cultural (Xiaohan, 2005).
kapasitas paru akibat adanya kandungan Kepatuhan melakukan senam ergonomis yang
karbonmonoksida pada rokok sehingga dilakukan oleh responden kelompok intervensi dalam
berdampak pada penurunan kemampuan penelitian ini didasarkan atas keinginan responden
dalam mengkonsumsi oksigen untuk dapat memperoleh kenyamanan fi sik yaitu
(Tarwaka et al., 2004). Faktor lainnya berkurangnya nyeri atau dapat terbebas dari rasa nyeri
yang juga dapat menyebabkan MSDs. Kepatuhan ini akan semakin meningkat jika
terdapatnya perbedaan ratarata disertai dengan adanya monitoring secara berkala,
perubahan skor nyeri MSDs antara terutama monitoring dari keluarga. Berdasarkan hasil
kelompok intervensi dengan kelompok dan pembahasan tersebut di atas diketahui bahwa
kontrol adalah karena adanya kepatuhan masalah nyeri MSDs pada pekerja pembuat kaleng
responden kelompok intervensi dalam alumunium dapat diatasi. Latihan peregangan senam
melakukan senam ergonomis dengan ergonomis dapat dijadikan sebagai bagian intervensi
teratur dan sesuai prosedur yang telah keperawatan untuk menurunkan skor nyeri MSDs
diberikan di awal penelitian. Senam pekerja sehingga akan mencapai kondisi kenyamanan.
ergonomis yang dilakukan secara rutin
akan memberikan manfaat yang dapat PENUTUP
dirasakan secara langsung bagi pelakunya Simpulan
(Wratsongko, 2006). Salah satu manfaat Terdapat penurunan rata-rata skor nyeri MSDs pada
yang dirasakan langsung oleh responden kelompok intervensi setelah dilakukan latihan
dalam penelitian ini adalah adanya peregangan senam ergonomis, dan terdapat perbedaan
kenyamanan karena nyeri MSDs yang perubahan skor nyeri MSDs antara kelompok intervensi
dirasakan berkurang. dan kelompok kontrol.
Menurut teori Kolcaba (1994), tipe
kenyamanan yang dirasakan responden
7
Muhammadiyah Journal of Nursing

Saran Disorders diakses 18 November 2014 dari htt


Pekerja dengan keluhan nyeri MSDs p://www. biomedcentral.com
dapat menerapkan latihan senam Beswick et al., . (2008). Complex interventions to
ergonomis sebelum atau setelah bekerja improve physical function and maintain
secara rutin, minimal 2x seminggu untuk independent living in elderly people: a
menurunkan nyeri MSDs yang dirasakan systematic review and meta-analysis. The Lancet,
sehingga dapat memperoleh rasa nyaman. 371: 725-735 diakses 17 November 2014 dari htt
p://www.ncbi.nlm.nih.gov/
DAFTAR PUSTAKA pmc/articles/PMC2262920/
Ariyanto. J. (2013). Faktor- BMJ. (2014). Research Methods & Reporting. Bett er
Faktor yang Berhubungan reporting of interventions: template for
Dengan Kejadian intervention description and replication
Musculoskeletal Disorders Pada Aktivitas (TIDieR) checklist and guide diakses 30 April
Manual Handling Oleh Karyawan 2014 dari htt p://www.bmj.com/
Mail Processing Center Makassar content/348/bmj.g1687/related
diakses 18 November 2014 dari htt Dahlan, S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan
p:// Kesehatan. Salemba Medika. Jakarta.
repository.unhas.ac.id/bitstream/ Flachenecker. (2012). Autoimmune Diseases and
handle/123456789/4458/JANUAR Rehabilitation. diakses 17 November 2014 dari
%20 ARIYANTO_K11108922.pdf? htt p://www.ncbi.nlm.nih.gov/
sequence=1 pubmed/21619946
Barredo & Kelly. (2007). The Eff ect of Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi
Exercise and Rest Break on Kedokteran. Edisi 11. EGC. Jakarta.
Musculoskeletal Discomfort Hadler, N. M. (2005). Occupational Musculoskeletas
during the Computer Tasks an Disorders. North Carolina. Lippincot
EevidenceBased Perspective. William & Wilkins.
Journal of Physical Therapy Hastono, S. P. (2001). Analisis Data. Universitas
Science, 2007; 19(2): 151-163 Indonesia. Jakarta.
diakses 10 Desember 2013 dari htt Herbert, R.D., & de Noronha M. (2007). Stretching to
p:// prevent or reduce muscle soreness after exercise.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmedhe Cochrane Database of Systematic Reviews, Issue 4.
alth/ PMH0025181/ Art. No.: CD004577. DOI:
Bennel, Ahamed, Bryant, Jull, Hunt, 10.1002/14651858.CD004577.pub2 diakses 17
Kenardy et al., . (2012). A November 2014 dari htt p://www.ncbi.
Physiotherapist Delivered nlm.nih.gov/pubmed/21735398
Integrated Exercise and ain Jarlais, D. C., Lyles, C., Crepaz, N., & the Trend Group.
Coping Skills Training (2004). Improving the reporting quality of non
Intervention For Individuals With randomized evaluations of behavioral and
Knee Osteoarthritis: A public health interventions: The TREND
Randomized Controlled Trial statement. American Journal
Protocol. BMC Musculoskeletal
8
Muhammadiyah Journal of Nursing

of Public Health 94, 361-366 diakses Kelelahan Muskuloskeletal. Gema Teknik


24 Maret 2015 dari htt No.2 Th.X hal.27-32, Juli 2007
p://www.cdc.gov/ ISSN 0854-2279 No Akreditasi : 39/DIKTI/
trendstatement/ Kep/2004, Jurnal Ilmiah Teknik Universitas
Notoatmodo, S. (2003). Pendidikan dan Sebelas Maret diakses 30 September 2013 htt
Perilaku Kesehatan. PT Rineka p://si.uns.ac.id/profi l/?id
Cipta. Jakarta. Samara D, Bastaman B, Jofi zal J. (2005). Duduk Statis
Nurhikmah. (2011). Faktor-Faktor Yang sebagai Faktor Risiko Terjadinya Nyeri
Berhubungan Dengan Punggung Bawah pada Pekerja
Musculoskeletal Disorders (MSDs) Perempuan. Universa Medicina, AprilJuni 2005,
Pada Pekerja Furnitur Di Vol.4 No.2 diakses 20 November 2013 dari htt
Kecamatan Benda Kota Tangerang p://www.univmed.org/wpcontent/uploads/.../Di
Tahun 2011. Skripsi. Universitas ana(1).pd
Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Soleha, S. (2009). Hubungan Faktor Risiko Ergonomi
Jakarta diakses 27 November 2013 dengan Keluhan MSDs pada Operator Can Plant
dari htt p://perpus.fk ik. PT X Plant Ciracas Jakarta Timur Tahun 2009.
uinjkt.ac.id/.../NURHIKMAH%20 Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif
OSHA. (2010). Work-Related Hidayatullah. Jakarta diakses 27 November 2013
Musculoskeletal Disorders in dari htt p://perpus.fk ik.
the EU-Fact and Figures diakses 27 uinjkt.ac.id/.../NURHIKMAH%20
Maret 2014 dari htt Tarwaka. (2011). Ergonomi Industri, Dasar-Dasar
p://osha.europa.eu/en/ Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi Di Tempat
publications/reports/TERO09009EN Kerja. Harapan Pres. Surakarta.
C Tarwaka., Bakri, S & Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi
Rahayu, W. A. (2012). Faktor-Faktor yang Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan
Berhubungan dengan Produktivitas. UNIBA Press. Surakarta.
Keluhan Tomey, A. M & Alligood, M. R. (2010). Nursing
Musculoskeletal pada Pekerja Theorists and Their Work Seventh Edition.
AngkatAngkut Industri Mosby Elsevier.
Pemecahan Batu Di Kecamatan Sagiran, (2012). Mukjizat Gerakan
Karangnongko Kabupaten Klaten. Shalat. QultumMedia. Jakarta.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Sudoyo, dkk. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid
Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, III, Edisi IV. FKUI. Jakarta.
Hal 836844 diakses 7 Desember Weerapong, Pornratshanee, et al., . (2004). Stretching :
2013 dari htt p:// ejournal- Mechanism and Benefi ts for Sports Performance and
s1.undip.ac.id/index.php/jkm/ Injury Prevention. University of Western Sydney
article/.../1391 diakses tanggal 28 Maret 2014 dari htt p://arrow.
Rahmaniyah, D. A. (2007). Analisa uws.edu.au:8080/vital/access/manager/
Pengaruh Aktivitas Kerjadan Repository/uws:4957
Beban Angkat Terhadap
9
Muhammadiyah Journal of Nursing

Wratsongko, M. (2006). Pedoman Sehat


Tanpa Obat, Senam Ergonomik dan
Pijat Getar Saraf. PT Elex Media
Komputindo. Jakarta.
Wulandari, R. (2012). Perbedaan Tingkat
Nyeri Punggung Bawah pada
Pekerja Pembuat Teralis Sebelum
dan Sesudah Pemberian Edukasi
Peregangan Di Kecamatan
Cilacap Tengah Kabupaten
Cilacap. Jurnal Kesehatan
Masyarakat, Volume 2 Nomor 1
Tahun 2013 diakses 16 September
2013 dari htt
p://ejournals1.undip.ac.id/index.
php/jkm
Xiaohan, L. (2005). Basic Concepts in
Nursing Science. School of
Nursing Cina Medical University.
China.

Anda mungkin juga menyukai