Anda di halaman 1dari 12

Pengaruh Senam Rematik Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Rematik dan

Osteoarthritis pada Lansia 65 – 75 Tahun di Desa Kolongan Tetempangan,


Kecamatan Kalawat

Sesa, Thenesia Feronica1., Rumampuk, Vonny2., Langelo, Wahyuny 3


Universitas Katolik De La Salle Manado
Email : Thenesiasesaf@gmail.com

Abstrak
Nyeri sendi adalah gangguan kesehatan yang dialami oleh sebagian besar orang, khususnya yang
berusia lanjut. Senam rematik merupakan intervensi yang diberikan dengan gerakan aktif dan
ringan untuk menurunkan nyeri sendi. Dalam American College of Sports Medicine dan
American Heart Association dikatakan aktivitas fisik sangat direkomendasikan bagi lansia
karena secara langsung dapat meningkatkan mobilitas sendi, memperkuat otot yang menyokong
dan melindungi sendi, mengurangi nyeri, dan mengurangi kaku sendi. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri sendi rematik dan
osteoarthritis pada lansia umur 65 – 75 tahun. Responden penelitian adalah lansia di Desa
Kolongan Tetempangan, Indonesia yang berjumlah 152 populasi,dengan menggunakan teknik
Non probability sampling dengan kelompok kontrol (n=16) dan kelompok perlakuan (n=16). Uji
statistic yang digunakan Paired t-test dan Independen t-test. Hasil menunjukkan terdapat
pengaruh senam rematik terhadap penurunan nyeri sendi pada lansia dengan kelompok kontrol
nilai mean 6.75 naik 6.81 (p-value= .580) kelompok perlakuan nilai mean 6.50 turun 4.38 (p-
value= 0.00). Memiliki perbedaan antara kelompok perlakuan dan kontrol nilai mean kontrol
6.81 dan nilai mean perlakuan 4.38 (p-value= 0.00). Dengan demikian hasil analisa dalam
penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan nyeri sebelum dan setelah intervensi pada
kelompok eksperimen dan ada perbedaan nyeri pada kelompok eksperimen dan kontrol.

Kata Kunci: Nyeri sendi, Senam rematik.


Kepustakaan: 23 buku (tahun 2009 – 2018), 10 Jurnal (tahun 2014 –2018) , dan 4 Internet
(tahun 2013 – 2016)
Effects of Rheumatic Gymnastics Against Arthritis Joint Pain and Osteoarthritis in
Elderly Aged 65 to 75 in Kolongan Tetempangan, Kalawat District.
Sesa, Thenesia Feronica1., Rumampuk, Vonny2., Langelo, Wahyuny 3
Nursing Faculty, Universitas Katolik De La Salle Manado
Email : Thenesiasesaf@gmail.com

Abstract
Joint pain is a health disorder that is experienced by most people, especially the elderly.
Rheumatic exercises are interventions given with active and mild movements to reduce
joint pain. The American College of Sports Medicine and the American Heart
Association point out that physical activity is highly recommended for the elderly
because it can directly increase joint mobility, strengthen muscles that support and
protect the joints, reduce pain, and reduce joint stiffness. Objective : To determine the
effect of rheumatic exercises on the reduction in rheumatic joint pain and osteoarthritis
in the elderly aged 65 – 75. The respondents were elderly in Kolongan Tetempangan,
Indonesia, which amounted to 152 populations, using Non-probability sampling
techniques with control groups (n= 16) and treatment groups (n= 16). The statistical test
used is Paired t-test and independent t-test. There was an effect of rheumatic exercises
on decreasing joint pain in the elderly with the control group mean 6.75 up to 6.81 (p-
value = .580). The treatment group mean was 6.50 down to 4.38 (p-value = 0.00). There
is a difference between the treatment and control groups means. The control group mean
is 6.81 and the treatment group mean is 4.38 (p-value = 0.00). The results of the analysis
in this study showed that there were differences in pain before and after intervention in
the experimental group. There were also differences in pain the experimental and control
groups.
Keywords : Joint pain, Rheumatic exercises.
References : 23 books (2009 – 2018),10 journals (2014 – 2018), and 4 official websites
(2013 – 2016).
PENDAHULUAN Osteoarthritis adalah penyakit
degenerative karena trauma atau
Arthritis atau nyeri sendi adalah disebabkan oleh faktor usia lanjut.
gangguan kesehatan yang sering dialami Sedangkan rheumatoid arthritis
oleh sebagian besar orang, khususnya merupakan radang sendi yang
mereka yang telah berusia lanjut. Dalam penyebabnya lebih mengarah pada
bahasa awam penyakit dengan gejala autoimun (Lingga,2012).
nyeri di bagian sendi ini disebut
rematik. Secara umum, arthritis Secara Global diprediksi Lansia
dibedakan menjadi dua, yakni terus mengalami peningkatan seperti
osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. tampak pada presentase penduduk
Lansia di Dunia, Asia dan Indonesia dan Papua 15,4%. Prevalensi Penyakit
tahun 1950 – 2050. Diprediksikan nyeri sendi berdasarkan diagnosis
bahwa Populasi Lansia di Indonesia tenaga kesehatan atau gejala tertinggi
akan mengalami peningkatan yang yakni di Nusa Tenggara Timur 33,1%
tinggi dari populasi lansia di wilayah dan diikuti oleh Sumatera Barat 33%,
Asia dan Global setelah tahun 2050. Jawa Barat 32,1%, dan Bali 30%.
Yakni dengan presentase Dunia 25,07%, Prevalensi yang di diagnosa Nakes yakni
Asia 27,63%, dan Indonesia 28,68% lebih tinggi pada Perempuan 13,4%
(Kementrian Kesehatan RI, 2017). dibanding Laki – laki 10,3% demikian
Menurut World Health Organization juga yang didiagnosis nakes yakni
(WHO), membagi lansia atas empat gejala pada perempuan 27,5% lebih
bagian, yakni: Usia pertengahan tinggi dibanding Laki – laki 21,8%
(Middle age) 45 – 59 tahun, Lanjut usia (Riskesdas, 2013).
(elderly) 60 – 74 tahun, lanjut usia tua
(old) 75 – 90 tahun, dan usia sangat tua Seiring berjalannya waktu dan
(very old) diatas 90 tahun. (Ferry, 2009) mulai bertambahnya usia harapan hidup,
sehingga pada tahun 2014 prevalensi
Penderita nyeri sendi pada lansia nyeri rematik di Provinsi Sulawesi Utara
telah mengalami peningkatan secara mulai meningkat sebanyak 24,7%. Dari
global. Organisasi kesehatan dunia atau adanya peningkatan jumlah penderita
WHO telah mengkategorikan nyeri nyeri rematik, sehingga perlu dilakukan
sendi sebagai salah satu dari empat gerakan pengembangan usia harapan
kondisi otot dan tulang yang membebani hidup di Sulawesi utara (Riskesdas,
individu, system kesehatan, serta system 2013).
perawatan social dengan biaya yang
besar. Menurut World Health Survei awal yang peneliti
Organization (WHO) pada tahun 2014 lakukan pada tanggal 05 Maret 2019 di
penderita nyeri sendi (rematik) Puskesmas Kolongan Tetempangan di
berjumlah 355 juta penduduk lansia di peroleh data didalam buku register
seluruh dunia dengan 24 juta jiwa penyakit, yakni kunjungan penderita
diantaranya berada dikawasan Asia nyeri sendi dari bulan Januari hingga
Tenggara. Prevelensi nyeri sendi Desember 2018, berjumlah 157 orang.
rematik dibeberapa Negara ASEAN Sehingga dari presentasi nyeri rematik
adalah, Bangladesh 26,3%, India 18,2%, yang ada dan dari berbagai intervensi
Indonesia 23,6 – 31,3%, Filipina 16,3% yang dapat dilakukan peneliti memilih
dan Vietnam 14,9% (WHO,2014). intervensi senam rematik untuk
penurunan nyeri rematik bagi para
Prevalensi penyakit sendi di lansia karena senam rematik merupakan
Indonesia, yakni sebesar 24,7%. Pada olahraga ringan dan mudah untuk
usia 45 – 54 prevalensinya sebesar dilakukan, serta tidak memberatkan para
37,2%, usia 55 – 64 sebesar 45,0%, usia lansia saat menerapkan senam tersebut.
65 – 74 sebesar 51,9% dan usia lebih Senam rematik ini membantu untuk
dari 75 tahun sebesar 54,8% (Rikerdas, melatih tulang untuk tetap kuat,
2013). Dan prevalensi berdasarkan meningkatkan kekuatan otot, kelenturan,
diagnosis nakes tertinggi di Bali 19,3%, keseimbangan, memberikan rangsangan
diikuti Aceh 18,3%, Jawa Barat 32,1% , bagi saraf – saraf yang lemas khususnya
pada lansia, mendorong jantung bekerja sesuai dengan tujuan penelitian sehingga
optimal dan membantu menghilangkan diharapkan dapat menjawab
radikal bebas yang ada didalam tubuh. permasalahan penelitian. Penelitian ini
(Infodatin lansia, 2016) menggunakan perhitungan sampel
dengan rumus Federer.
Sampel yang akan diambil yakni
METODE PENELITIAN yang memenuhi kriteria pada sampel
Penelitian ini menggunakan penelitian ini, yaitu :
rancangan deskriptif analitik / 1. Kriteria Inklusi
kuantitatif, penelitian ini menggunakan a. Lansia yang mengalami nyeri
Quasi experimental one group pre test rematik dan osteoarthritis
and post test design with control group. dengan minimal skala nyeri
Quasi experimental, pada quasi sedang (4 – 7)
eksperimental pemilihan kelompok b. Lansia yang mengalami nyeri
sampel tidak dilakukan dengan teknik rematik dan osteoarthritis
random sampling. Desain ini terdiri dari bersedia untuk tidak
3 (tiga) tahap yaitu tahap identifikasi mengkonsumsi obat penurunan
nyeri pada penderita rematik sebelum rasa nyeri pada saat pemberian
dilakukan intervensi dengan senam rematik
menggunakan Verbal Rating Scale, c. Lansia yang mengalami nyeri
tahap intervensi (senam rematik), dan rematik dan osteoarthritis
tahap evaluasi setelah dilakukan bersedia untuk tidak melakukan
intervensi dengan menggunakan Verbal kegiatan berat atau mengangkat
Rating Scale. beban berat selama pemberian
Populasi dalam penelitian ini senam rematik masih diberikan
yaitu seluruh lansia dengan nyeri sendi dalam kurun waktu 1 bulan
rematik dan osteoarthritis dalam rentan d. Lansia berusia 65 – 75 tahun
usia 65 – 75 tahun di Wilayah Kerja yang tinggal di Desa Kolongan
Puskesmas Kolongan Tetempangan Tetempangan, Kecamatan
Kecamatan Kalawat, Kabupaten Kalawat
Minahasa Utara dengan jumlah populasi 2. Kriteria Eksklusi
152 orang. Jumlah sampel dari
penelitian yang diambil yaitu ≥16 lansia a. Lansia yang mengalami
yang berumur 65 – 75 tahun dan gangguan kesadaran, stroke dan
memiliki nyeri sendi rematik dan tunawicara
osteoarthritis. Teknik pengambilan b. Lansia yang tidak ingin
sampel dalam penelitian ini adalah Non menjadi sampel
Probability Sampling dengan jenis c. Lansia yang memiliki riwayat
pengambilan sampelnya yaitu, penyakit jantung dan paru –
Purposive sampling adalah salah satu paru
teknik sampling non random sampling, Instrumen penelitian yang digunakan
dimana peneliti menentukan adalah Lembar observasi skala Nyeri
pengambilan sampel dengan yang penilaian skala nyerinya
menetapkan ciri – ciri khusus yang menggunakan Verbal rating scale dari
Buku Ajar Nyeri, dan dalam instrument Hasil analisa frekuensi untuk
penelitian tersebut akan dinilai secara responden lansia pada kelompok
langsung oleh peneliti saat perlakuan dan kelompok kontrol
melaksanakan penelitian. Lembar terbanyak ada pada usia > 66 tahun
observasi skala Nyeri digunakan untuk dengan jumlah kelompok perlakuan
melihat tingkat nyeri sebelum dan 56.3 % (9 responden lansia) dan
sesudah pemberian intervensi berupa kelompok kontrol 87.5% (14 responden
Senam Rematik. Senam Rematik lansia). Kemudian berdasarkan
diberikan sesuai dengan SOP. karakteristik jenis kelamin, didapatkan
jumlah terbanyak pada jenis kelamin
Perempuan yaitu pada kelompok
perlakuan sebanyak 72.0 % (12
responden lansia) dan pada kelompok
0 8 9 10 kontrol sebanyak 93.8% (15 responden
1 2 3 4 5 6 7
Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat lansia).
Tidak Nyeri Hasil analisa Bivariat
Verbal Rating Scale
Dalam penelitian ini dilakukan uji Perlakuan Kontrol
normalitas. Uji normal yang digunakan F Perc F Percent
adalah Shapiro-Wilk karena jumlah ent %
sampel yang diperoleh kurang dari 50 Karakteristik
%
sampel. Uji normalitas ini digunakan
untuk menentukan apakah akan Umur
menggunakan uji t berpasangan dan t Lansia umur 7 43.8 2 12.5
tidak berpasangan atau uji alternatif non 65 Tahun
parametrik Wilcoxon dan Mann Lansia umur 9 56.3 14 87.5
Whitney. Jika nilai signifikan yang >66 Tahun
diperoleh > 0.05 maka data tersebut
terdistribusi dengan normal, namun jika
nilai signifikan < 0.05 maka data Jenis
tersebut tidak terdistribusi dengan Kelamin 4 25.0 1 6.3
normal. Berdasarkan uji normalitas, Laki – Laki 12 75.0 15 93.8
nilai signifikan semua data > 0.05 yakni Perempuan
pre-test kelompok perlakuan (sig. 0.17),
pre-test kelompok kontrol (sig. 0.65), 100
Total 16 100 16
post-test kelompok perlakuan (sig.
0.45), post-test kelompok kontrol (sig. 1. Perbedaan tingkat nyeri pada
0.26) yang artinya bahwa data tersebut kelompok Perlakuan (Uji Paired
terdistribusi normal. Maka dalam t-test)
penelitian ini diputuskan untuk
menggunakan uji Paired t-test dan uji
Independen t-test.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Demografi Responden
n Mean Std. t p- kecil dari (p<0.05) maka Ho ditolak.
Deviation
value Berdasarkan hasil statistik terbukti ada
perbedaan nyeri pada kelompok
Pre-test 16 6.50 .816 eksperimen dan kelompok kontrol.
Perlakua

n PEMBAHASAN
Post-test 16 4.38 .957 11.82 0.00
1. Tingkat nyeri sendi pada Lansia
Perlakua 5 umur 65 – 75 tahun yang tidak
n diberikan senam rematik (Kelompok
Penelitian ini dilakukan pada 32 kontrol)
responden yang dibagi menjadi 2 Jumlah total responden didalam
kelompok yaitu kelompok kontrol dan penelitian ini adalah 32 orang yang
kelompok perlakuan masing-masing dibagi kedalam 2 kelompok yaitu
terdiri dari 16 responden. Berdasarkan kelompok kontrol dan kelompok
analisis dapat dilihat bahwa pada hasil perlakuan. Didalam kelompok kontrol
nilai mean pre-test 6.50 dan post-test ini terdapat 16 sampel atau responden
kelompok perlakuan dengan nilai mean lansia umur 65 – 75 tahun yang tinggal
4.38 dan nilai p-value <0.05 yakni 0.00. di Desa Kolongan Tetempangan, pada
Sehingga dapat di tarik kesimpulan kelompok ini tidak diberikan senam
bahwa hipotesis penelitian Ha diterima rematik. Dari hasil uji Paired t-test
dan Ho ditolak, dengan pernyataan diperoleh nilai mean pre-test 6.75 dan
bahwa ada perbedaan nyeri sebelum dan post-test 6.81 dengan p value= .580 dan
sesudah intervensi pada kelompok hasil uji Independen t-test skala nyeri
eksperimen. kelompok kontrol diperoleh nilai mean
2. Perbedaan tingkat nyeri pada 6.81 dengan hasil tingkat nyeri sendi
kelompok kontrol dan kelompok pada pre test kategori nyeri sedang (4-6)
Perlakuan (Uji independen t-test) 37.5% (6 responden) dan nyeri berat (7-
10) 62.5% (10 responden), pada post
Skala n Mean Std. t p-
Nyeri Devia value
test kategori nyeri sedang (4-6) 31.3 %
tion (5 Responden) dan nyeri berat (7-10)
Kelompok 16 6.81 .981 68.8% (11 responden). Secara
Kontrol -7.112 0.00 keseluruhan responden nyeri sendi
.957
Kelompok 16 4.38 dalam kelompok kontrol dari hasil
Perlakuan
observasi menggunakan Verbal rating
scale mendapatkan hasil 5 responden
Hasil skala nyeri kelompok nyeri sedang dan 11 responden dengan
kontrol diperoleh nilai mean 6.81, dan nyeri berat.
hasil skala nyeri kelompok perlakuan Berdasarkan analisis peneliti
didapati lebih rendah dari kelompok kelompok yang tidak diberikan
kontrol yaitu dengan nilai mean 4.38. perlakuan senam rematik tidak
Hasil yang didapat nilai p (p value) = mengalami perubahan skala nyeri yang
0.00, maka hipotesis penelitian (Ha) signifikan karena gaya hidup yang tidak
diterima yang artinya p value lebih diubah, tidak ada pemberian stimulus
berupa intervensi yang dapat membantu Diketahui bahwa intervensi yang
perubahan status kesehatan responden. dilakukan oleh peneliti membantu
Perbedaan yang dapat dilihat juga yakni responden lansia dalam peningkatan
aktivitas fisik yang memiliki rentan mekanisme koping terhadap stimulus
lebih sedikit dibanding dengan lansia nyeri yang ada, Senam rematik
yang termasuk dalam responden merupakan bentuk latihan fisik yang
kelompok perlakuan. Sehingga pada mempunyai pengaruh yang baik untuk
dasarnya aktifitas fisik sangat meningkatkan kemampuan otot, sendi
diperlukan untuk menunjang kesehatan yang dapat memberikan kebugaran dan
para lansia, karna dimana ketika meningkatkan daya tahan tubuh.
manusia bertambah usia maka hormon – Apabila otot sering dilatih maka cairan
hormon didalam tubuh akan menurun synovial akan meningkat atau
produksinya sehingga akan terjadi bertambah. Cairan synovial ini
berbagai perubahan maupun penurunan berfungsi sebagai pelumas dalam sendi,
system tubuh manusia. artinya penambahan cairan synovial
pada sendi dapat mengurangi resiko
Berdasarkan analisis peneliti, senam cidera dan mencegah timbulnya nyeri
rematik memiliki dampak psikologis lutut (Suhendriyo, 2014).
yang dapat memberi perasaan tenang, Pada saat seseorang diberi stimulus
mengurangi ketegangan dan akan terjadi proses adaptasi kognator
meningkatkan perasaan senang sehingga dan regulator. Perantara system
ketika responden kelompok kontrol regulator dinamakan kimiawi, saraf,
tidak diberikan intervensi senam rematik atau endokrin dan perantara system
dan kelompok perlakuan diberikan, kognator dinamakan persepsi atau
maka dapat terlihat perbedaannya. proses informasi,pengambilan
Kemudian pada responden kelompok keputusan, dan emosi. Dalam
kontrol ada yang mengalami sedikit mempertahankan integritas seseorang,
penurunan nyeri, berdasarkan analisis regulator dan kognator bekerja secara
peneliti responden tersebut dapat bersamaan. Senam rematik yang
memanagemen daya koping yang baik dilakukan akan mempengaruhi kerja
didalam kehidupannya. Karena ketika cerebral cortex dalam aspek kognitif
nyeri muncul tanpa sengaja dari maupun emosi, sehingga dalam menjaga
beberapa responden, ada kemungkinan keseimbangan homeostatis tubuh
responden yang melakukan managemen melalui jalan HPA Axis, untuk
nyeri dengan teknik relaksasi seperti menghasilkan Coticitropin Releasing
menarik nafas dan menghembuskan Factor (CRF). Selanjutnya CFR
secara perlahan – lahan. Sehingga hal merangsang kelenjar pituitary untuk
sederhana yang dilakukan responden menurunkan produksi ACTH sehingga
tersebut dapat sedikit membantu untuk produksi endorphine meningkat yang
mengurangi perasaan sakit yang kemudian menurunkan produksi cortisol
dirasakan. dan hormon – hormon stress lainnya
2. Tingkat nyeri sendi pada Lansia sehingga dapat juga menurunkan
umur 65 – 75 tahun yang diberikan tekanan darah (Afnuhazi, 2018).
senam rematik (Kelompok Endorphine merupakan polipeptida
Perlakuan) – polipeptida yang terdiri dari 30 unit
asam amino. Opiod hormone penghilang
stress seperti kortiokotrofin, kortisol dan dengan nilai mean 4.38. Hasil yang
katekolamin (adrenalin Noradrenalin) didapat nilai p value = 0.00, maka
yang dihasilkan tubuh untuk hipotesis penelitian Ha diterima yang
mengurangi stress dan menghilangkan artinya p value lebih kecil dari (p<0.05)
rasa nyeri. Tubuh menghasilkan maka Ho ditolak. Berdasarkan nilai
sedikitnya 20 endorphine yang berbeda deskriptifnya terbukti ada perbedaan
manfaat dan kegunaannya (masih nyeri pada kelompok eksperimen dan
diteliti). Beta-endorphine muncul kelompok kontrol.
sebagai endorphine yang kelihatannya Berdasarkan nilai deskriptifnya
untuk memiliki pengaruh yang paling terbukti kelompok perlakuan dengan
besar diotak dan tubuh selama latihan pemberian senam rematik mendapat
senam rematik adalah satu jenis hormon skor lebih tinggi dibandingkan
peptide yang dibentuk sebagian besar kelompok kontrol yang tidak diberi
oleh Tyrosine, satu asam amino. senam rematik. Maka penelitian ini
Struktur yang molecular adalah sangat memperoleh hasil bahwa ada pengaruh
serupa dengan morfin hanya dengan penurunan nyeri sendi terhadap
kekayaan kimia yang berbeda pemberian senam rematik pada lansia
(Afnuhazi, 2018). umur 65 – 75 yang dibagi kedalam
3. Perbedaan tingkat nyeri sendi pada kelompok perlakuan. Sedangkan pada
Lansia umur 65 - 75 tahun yang tidak kelompok kontrol tidak ditemukan
mendapatkan senam rematik dan Pengaruh penurunan nyeri sendi.
yang mendapatkan senam rematik Berdasarkan analisis peneliti, senam
Berdasarkan hasil penelitian yang rematik ini efektif untuk menurunkan
didapatkan di Desa Kolongan nyeri sendi pada kelompok perlakuan
Tetempangan, Kecamatan Kalawat, dibanding kelompok kontrol karena
menggambarkan adanya perbedaan nilai perbedaan stimulus aktifitas terarah
rata – rata nyeri sendi pada kelompok yang diberikan pada kedua kelompok
kontrol dan kelompok perlakuan, berbeda, pola pengaturan koping per
berdasarkan analisis dapat dilihat bahwa responden berbeda, dan pemenuhan
pada hasil pre-test dan post-test nutrisi responden yang tentunya juga
Kelompok kontrol nilai p-value >0.05 berbeda - beda. Kemudian perbedaan
yakni .580 dan pada pre-test dan post- hasil skala nyeri yang ditemui sebelum
test Kelompok perlakuan nilai p-value dan setelah pemberian intervensi pada
<0.05 yakni 0.00. maka hipotesis kelompok perlakuan ada beberapa yang
penelitian Ha diterima yang artinya p hanya mengalami sedikit penurunan.
value lebih kecil dari (p<0.005) maka Dari hasil analisis peneliti, yang
Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan menjadi penghambat turunnya skala
nyeri sebelum dan sesudah intervensi nyeri yang signifikan pada beberapa
pada kelompok eksperimen lansia umur responden karena adanya perbedaan
65 – 75 tahun di Desa Kolongan rentan usia yang juga dapat menjadi
Tetempangan Kecamatan Kalawat. factor penghambat yakni didapati 7
Hasil uji Independen t-test skala responden lansia umur 65 tahun dan 9
nyeri kelompok kontrol diperoleh nilai responden >66 tahun pada kelompok
mean 6.81, dan hasil skala nyeri perlakuan, sedangkan pada kelompok
kelompok perlakuan didapati lebih kontrol 2 responden lansia umur 65
rendah dari kelompok kontrol yaitu tahun dan 14 responden umur >66
tahun. Berdasarkan analisis, terdapat kesejahteraannya maka ada hasil yang
juga responden dengan umur >66 tahun didapatkan, yakni penurunan nyeri
yang memiliki penurunan skala nyeri sendi. Berbeda dengan kelompok
lebih signifikan dibanding dengan lansia kontrol yang tidak diberikan perlakuan
umur 65 tahun, hal ini dapat disebabkan senam rematik, sehingga nyeri sendi
karena kurangnya koping individu, pada kelompok kontrol tidak mengalami
pemenuhan nutrisi yang baik, koping penurunan yang signifikan.
stress yang terarah pada saat usia
perkembangan.
Kemudian dapat juga dipengaruhi SIMPULAN
oleh responden kelompok perlakuan 1. Dapat diketahui ada pengaruh
yang tidak melakukan intervensi ini senam rematik terhadap penurunan
secara maksimal dan ada responden nyeri sendi rematik dan
yang melaksanakan senam rematik ini osteoarthritis pada lansia umur 65 –
secara mandiri sebelum peneliti 75 tahun
mengunjungi responden dengan jadwal 2. Dapat diketahui ada perbedaan
yang telah ditentukan. Sehingga hal tingkat nyeri sendi rematik dan
tersebut dapat menghasilkan perbedaan osteoarthritislansia pada kelompok
pada lansia yang diberi perlakuan yang kontrol dan kelompok perlakuan
sama tetapi ada yang mengalami sebelum dan setelah senam rematik.
penurunan nyeri secara signifikan dan 3. Dapat diketahui ada perbedaan
ada juga yang hanya mengalami tingkat nyeri sendi lansia pada
penurunan nyeri 1 tingkat atau 2 tingkat kelompok kontrol dan kelompok
dibawah skala nyeri pre-test. perlakuan setelah senam rematik.
Jadi, jika setiap individu tidak
mempunyai kemampuan untuk merawat
diri sendiri (Self care) guna memenuhi DAFTAR PUSTAKA
kebutuhan hidup, memelihara kesehatan
dan kesejahteraannya sesuai dengan Alligood P. R. (2014). Pakar Teori
keadaan sehat dan sakit maka tidak akan Keperawatan Dan Karya
ada output yang didapatkan. Kemudian Mereka. Edisi Bahasa Indonesia
berdasarkan teori tentang Self care ke – 8.
deficit dari Orem jika dihubungkan
dengan penelitian ini, maka dalam
melakukan perawatan diri, seseorang
juga perlu memiliki kesadaran untuk
mencegah maupun mengatasi nyeri
sendi agar mampu melaksanakan
aktivitas sehari – hari dengan normal,
sehingga lansia dapat mempertahankan
kualitas hidupnya untuk tetap sehat.
Sama halnya ketika lansia dengan nyeri
sendi pada kelompok perlakuan mampu
untuk melakukan perawatan diri berupa
senam rematik guna untuk menurunkan
nyeri sendi dalam kesehatan dan
Afnuhazi, R. (2018). Pengaruh Senam Rematik terhadap penurunan Nyeri Rematik pada
Lansia. Jurnal Keperawatan, volume XII Jilid I No.79, 117 - 123.

Arvovah N. I . (2015). FIsioterapi


Olahraga. Jakarta: EGC
Azizah, L. (2011). Keperawatan Lanjut Usia, Graha ilmu. Yogyakarta

Cairns. (2009). Essentials Of Pharmaceutical Chemistry Second Edition (Intisari Kimia


Farmasi Edisi Kedua). Penerjemah : Puspita Rini. Jakarta: EGC.
Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Ed 1, Cetakan 1. Yogyakarta:
Deepublish.
E,Pujiati. (2017). Senam Rematik Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Lansia Ny.S
Keluarga Tn.A dalam melakukan ADL (Activity Daily Living) di Dukuh Pedem
Kulon Desa Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Jurnal Profesi
Keperawatan , 66 - 74.

Ferry, E. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas - teori praktik dalam keperawatan,


Edisi 1. Jakarta.
Lingga, L. (2012). Health Secret Of Pepper (Cabai). Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Maruli, T. (2018). Pengaruh Range Of Motion untuk menurunkan Nyeri sendi pada
lansia dengan osteoarthritis di wilayah Puskesmas Godean I Sleman Yogyakarta.
Jurnal Care Vol, 6. No 1.
Mubarak, W. (2009). Pengantar Keperawatan Komunitas 1 - Cetakan II. Jakarta.
Muhith, A. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Edisi 1. Yogyakarta: Andi.
Nasir, d. (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mulia Medika.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan -
Pedoman skripsi, tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Padila. (2013). Keperawatan Gerontik,
Cetakan 1. Yogyakarta.
Noorkasiani. (2009) . Kesehatan Usia
Lanjut Dengan Pendekatan Padji, D. (2012). Menembus Dunia
Asuhan Keperawatan. Edward Lansia (Membahas Kehidupan
Tanujaya.
Lansia Secara Fisik Maupun
Psikologis). Jakarta.
Sangrah, M. (2017). Pengaruh senam
rematik terhadap penurunan
nyeri dan peningkatan Rentang
Gerak Osteoarthritis lutut lansia
Santoso . (2009). Memahami Krisis
Lanjut Usia ; Uraian Medis dan
Pedagogis - pastoral.Cetakan 1.
Jakarta : Gunung Mulia.
Santoso. (2015) . Stop Nyeri Sekarang,
Cetakan 1. Jakarta.
Setiobudi . (2016). Sembuh Dari Nyeri
Punggung . Yogyakarta: Andi.
Setyawati. (2018). Buku Ajar Dasar
Ilmu Gizi Kesehatan
Masyarakat. Ed 1, Cetakan 1.
Yogyakarta: Deepublish.
Siregar, E. (2016). Pengaruh Rutinitas Senam Rematik Terhadap Penurunan TIngkat
Nyeri pada Lansia yang menderita Rematik di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Luhur Jambi . Scientia Journal, 20 - 24.
Sri, H. (2014). Pengaruh Kompres Sereh Hangat Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri
Arthritis Rheumatoid pada Lanjut Usia di Kelurahan Tarok Dipo Wilayah Kerja
Puskesmas guguk Panjang Bukit tinggi . Jurnal Keperawatan.

Siti, F. (2018). Efektivitas Kompres


Bawang Merah terhadap Nyeri
Sendi pada Lansia. Jurnal
Kesehatan, Volume 0, Nomor 2,
177 - 184.
Sitinjak, V., Hastuti, M., & Nurfianti, A. (2016). Pengaruh Senam Rematik terhadap
Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut Usia dengan Osteoarthritis Lutut. Jurnal
Keperawatan, Volume 4, Nomor 2, 139 - 149.

Suharjono, Haryanto, J., & Indarwati, R. (2014). Pengaruh Senam Lansia terhadap
Perubahan Nyeri Persendian pada Lansia di Kelurahan Komplek Kenjeran,
Kecamatan Bulak, Surabaya. Jurnal Keperawatan, 106 - 109.
Suhendriyo. (2014). Pengaruh Senam Rematik Terhadap Pengurangan Rasa Nyeri pada
Penderita Osteoartritis Surakarta. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 3, No
1.

Sunaryo, et al . (2015). Asuhan


Keperawatan Gerontik, Ed 1.
Yogyakarta: Andi.
Suwarni,A., Yani, I., & Murtutik, L. (2017). Efektifitas Senam Rematik Terhadap
Kemampuan Berjalan dengan Nyeri Sendi untuk Mencapai Hidup yang sehat dan
Sejahtera pada Lanjut Usia. Jurnal Ilmu Keperawatan Vol.10, No.1.

Suwondo. (2017). Buku Ajar Nyeri,


Penerbit Buku : Perkumpulan
Nyeri Indonesia. Jakarta.
Wahadyo, A. (2013). Buku Ajar Koas
Racun, Jilid II. Cetakan 1.
Jakarta: Mediakita.
Widyanto F. (2014) . Keperawatan
Komunitas dengan Pendekatan
Praktis. Yogyakarta.
Kementrian Kesehatan RI, Pusat data
dan Informasi. (2016). Diakses
dari www.depkes.go.id
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Diakses
dari www.deples.go.id/
https://bit.ly/2PKBJgR
World Health Organization. (2014).
Diakses dari
https://www.who.int
Infodatin Lansia. (2016). Diakses dari
www.depkes.go.id /
https://bit.ly/2LjTPI5

Anda mungkin juga menyukai