Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP INTENSITAS NYERI SENDI

OSTEOARTRITIS PADA LANSIA DI PUSKESMAS BIROBULI


KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH

JURNAL

NI MADE ARYAWATI

201401026

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU

2018

1
PENGARUH SENAM REMATIK TERHADAP INTENSITAS NYERI SENDI OSTEOARTRITIS
PADA LANSIA DI PUSKESMAS BIROBULI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI
TENGAH
The Effect of Rheumatic Exercise on Joint Pain Intensity of Osteoarthritis on Elderly at Birobuli
Public Health Center in Palu City of Central Sulawesi Province

Ni made aryawati¹, Tigor situmorang ², Hasnidar ²


1. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Widya Nusantara Palu¹
²Ketua STIKes Widya Nusantara Palu²
³Dosen di STIKes Widya Nusantara Palu³
*email: nimadearyawati21@gmail.com

ABSTRAK
NI MADE ARYAWATI : Pengaruh Senam Rematik Terhadap Intensitas Nyeri Sendi Osteoartritis Pada
Lansia Di Puskesmas Birobuli Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Dibimbing Oleh TIGOR H.
SITUMORANG dan HASNIDAR
Osteoartritis merupakan salah satu jenis penyakit rematik yang paling banyak ditemukan pada
golongan usia lanjut di lndonesia, berkisar 50-60%. Untuk meringankan rasa nyeri dilakukan latihan gerak
tubuh dikenal dengan senam rematik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam rematik
terhadap intensitas nyeri sendi pada Lansia yang mengalami osteoarthritis. Metode penelitian ini adalah pre-
eksperimental pendekatan one group pre test-post test dengan jumlah populasi adalah 15 orang Lansia yang
mengalami osteoarthritis dan sampel sebanyak 15 orang. Variabel independennya adalah latihan senam
rematik dengan alat ukur SOP (Standar Operasional Prosedur) sedangkan variabel dependen adalah intensitas
nyeri sendi dengan alat ukur yang digunakan adalah Numeric Rating Scale (NRS). Dengan teknik pengambilan
sampel purposive sampling. Uji hipotesis menggunakan Wilcoxon Signed Ranks Test. Hasil penelitian uji
hipotesis menunjukan nilai p=0,004 (p<α) terdapat pengaruh latihan senam rematik terhadap intensitas nyeri
sendi pada Lansia yang mengalami osteoarthritis. Kesimpulan dari penelitian ini ada pengaruh senam
rematik terhadap intensitas nyeri sendi osteoartritis pada lansia Di puskesmas birobuli kota palu Provinsi
sulawesi tengah. Saran dalam penelitian ini yaitu dengan senam rematik dapat digunakan sebagai terapi non
farmakologi dalam menurunkan nyeri sendi pada lansia yang mengalami osteoarthritis.
Kata Kunci: Senam Rematik, Intensitas Nyeri, Lansia,Osteoarhritis.

ABSTRACT
NI MADE ARYAWATI. The Effect of Rheumatic Exercise on Joint Pain Intensity of Osteoarthritis on Elderly
at Birobuli Public Health Center in Palu City of Central Sulawesi Province. Under supervisions of Tigor H
situmorang and Hasnidar
Osteoarthritis is one of the most common types of rheumatic disease one elderly in Indonesia,
ranging from 50% to 60% To relieve pain, body exercise is known as rheumatic exercis. The objective of this
research is to find out the effect of rheumatic exercise on the intensity of joint pain out the experienced
osteoarthritis. This research method was pre-experimental one group pretest and posttes approach with a
total sample of 15 elderly experienced osteoarthritis from the population is 15 persons. The independent
variabel was rheumatic exercise with a measuring instrument used is SOP (Standart Operational Procedure)
while the dependent variabel was joint paint intensity with the measuring instrument used is Numeric Rating
Scale (NRS) with purposive sampling technique. Hypothesis testing used the wilcoxon Signed Ranks test.the
result of hypothesis testing research shows that p=0.004 (p<a) there is an effect of rheumatic exercise on joint
pain intensity on elderly who experienced osteoarthritis. The conclusion of this research in there is the effect
of rheumatic exercise on joint pain intensity on eldery at Birobuli Public Health Center In Palu City of
Central Sulawesi Province. The suggestion in this research is rheumatic exercise can be used as a non-
pharmacological therapy in reducing joint pain on eldery who experience ostearthritis.
Keywords : rheumatic Excercis, paint intensity, elder, ostearthritis

2
PENDAHULUAN dan sekitarnya akibat proses inflamasi maupun
Hasil survey badan kesehatan dunia (WHO) terjadi secara idiopatik.
melaporkan jumlah lansia adalah kelompok Nyeri sendi memiliki prevalensi nyeri
penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih. muskuloskeletal yang paling banyak terjadi pada
Secara global pada tahun 2015 proporsi dan lansia. Fenomena ini terjadi karena lanjut usia
pooulasi penduduk berusia lebih dari 60 tahun merupakan usia yang paling rentan terkait dengan
adalah 13,7% dari total populasi dunia. Masalah disabilitas dan perubahan degeneratif. Nyeri sendi
musculoskeletal seperti gangguan pada sendi dan merupakan pengalaman subjektif yang dapat
tulang yang mempengaruhi mobilitas dan aktivitas, memengaruhi kualitas hidup lansia termasuk
merupakan hal vital bagi kesehatan lansia. gangguan aktivitas fungsional lansia (Nurhidayah
Beberapa kelainan akibat perubahan sendi yang 2012).
banyak terjadi pada lansia antara lain, osteoatritis, Penurunan aktivitas fungsional lansia
arthritis, rheumatoid dan gout, namun yang sering menyebabkan penurunan Lingkup Gerak Sendi
terkena yaitu sendi yang menanggung beban berat (LGS). LGS merupakan gerakan pada bagian
badan seperti panggul, lutut, dan sendi tulang tubuh yang dilakukan oleh otot-otot yang
belakang bagian lumbal bawah. Senam rematik menggerakkan tulang-tulang pada persendian
merupakan senam yang berfokus untuk dalam berbagai pola dan rentang gerak. Kekuatan
mempertahankan lingkup gerak sendi secara otot-otot merupakan kekuatan yang berasal dari
maksimal. Tujuan lain dari senam rematik yaitu luar. Untuk mempertahankan LGS sendi pada
untuk meningkatkan kemampuan gerak, fungsi keadaan normal, otot harus digerakkan secara
kekuatan dan daya tahan otot, kapasitas aerobic, optimal dan teratur. Aktivitas LGS juga dianjurkan
keseimbangan, biomedik, sendi dan rasa posisi sebagai terapi yang dapat mempertahankan
sendi (Mayasari 2017). pergerakan sendi dan jaringan lunak,
Proses penuaan ditandai dengan perubahan mempertahankan pergerakan sendi dan jaringan
fisiologis yang terjadi pada beberapa organ dan lunak, serta meminimalkan kontraktur (Santoso
sistem. Perubahan yang terjadi menyebabkan 2009).
penurunan fungsi tubuh untuk melakukan Salah satu faktor pencetus nyeri sendi
aktivitas. Seiring dengan peningkatan persentase adalah osteoarthritis (OA) karena nyeri sendi
lansia terjadi juga peningkatan jumlah dan tingkat merupakan keluhan utama yang muncul pada
kejadian penyakit kronis yang disebabkan oleh penderita OA (Felson & Schaible. 2010). OA
penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi merupakan salah satu jenis penyakit rematik yang
dengan stress lingkungan serta kelemahan pada paling banyak ditemukan pada golongan
lansia (Efendi dan Makhfudli 2009). usia lanjut di lndonesia, berkisar 50-60%. Nyeri
Tujuh golongan penyakit yang banyak sendi muncul dengan adanya hambatan pada sendi
dilaporkan terjadi pada lansia adalah arthritis, saat dilakukan gerakan. Data dari World Health
hipertensi, gangguan pendengaran, kelainan Organization (2011) menunjukkan jumlah
jantung, sinusitis kronik, penurunan visus, dan penderita OA di seluruh dunia sebanyak 151 juta
gangguan pada tulang (Stanley. 2012). Masalah jiwa. Di kawasan Asia Tenggara kejadian OA
muskuloskeletal seperti arthritis dan gangguan mencapai 24 juta jiwa dan untuk wilayah
pada tulang menjadi masalah yang sering terjadi Indonesia sekitar 100% laki-laki dan perempuan di
pada lansia karena memengaruhi mobilitas dan Indonesia dengan usia diatas 75 tahun mempunyai
aktivitas yang merupakan hal vital bagi kesehatan gejala-gejala OA.
total lansia. Arthritis dan gangguan pada tulang Nyeri sendi dapat menyerang semua sendi,
menyebabkan munculnya nyeri sendi. Nyeri sendi sakit yang tersering adalah pada sendi-sendi yang
merupakan nyeri yang dirasakan bagian persendian menanggung beban berat badan seperti panggul,
3
lutut, dan sendi tulang belakang bagian lumbal Terapi non farmakologis lainnya dapat
bawah. Lokasi Nyeri sendi yang sering ditemukan digunakan untuk menurunkan nyeri sendi tetapi
adalah pada lokasi lutut. Lokasi penemuan tidak memberikan peningkatan pada kekuatan otot
kejadian nyeri sendi serupa dengan laporan data sendi karena peningkatan kekuatan otot sendi
Riskesdas yang menyatakan bahwa lokasi dapat dicapai dengan adanya pergerakan melalui
terbanyak terjadinya OA adalah pada sendi lutut aktivitas fisik. Terapi seperti penurunan berat
yang mencapai 89,91% (Riskesdas 2013). badan, akupunktur, okupasional, dan aplikasi
Dengan keberadaan nyeri akibat OA lutut dingin atau panas membantu meringankan nyeri
ini, lansia yang menderita kemudian membatasi sendi tanpa memberi perubahan terhadap kondisi
pergerakan pada bagian yang nyeri sehingga luas kekuatan otot-otot sendi (Hochberg 2012).
gerak sendi ke semua arah berkurang. Bila gerakan Berdasarkan Data di Puskesmas Birobuli
pasif lebih dominan dari pada gerakan aktif dapat Tahun 2017 jumlah lansia berjumlah 372 orang.
menyebabkan kekakuan dan gangguan pada otot Studi pendahuluan di Puskesmas Birobuli dari 10
sendi. Nyeri dan kaku sendi yang bertahan lama orang lansia yang datang memeriksakan kesehatan,
dapat menghentikan secara permanen fungsional 9 orang mengeluhkan tentang penyakit nyeri sendi
sendi. Penghentian fungsional sendi ini dapat (rematik) yang sering dialami, adapun tindakan
membatasi aktivitas fisik lansia, selanjutnya lansia petugas kesehatan dalam penanganan penyakit
mengalami penurunan dari quality of life. rematik semuanya diberikan supplement nyeri
Kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor sendi dan diberitahukan menjaga pola makan serta
risiko timbulnya berbagai penyakit pada populasi melakukan olahraga atau senam rematik dirumah.
lansia, sementara itu jika terdapat peningkatan Berdasarkan permasalahan yang ditemukan
aktifitas fisik pada lansia dapat meningkatkan diatas maka, peneliti tertarik untuk melakukan
kesehatan, meningkatkan quality of life, serta penelitian tentang Pengaruh Senam Rematik
menurunkan morbiditas dan mortalitas (Klieman Terhadap Intensitas Nyeri Sendi Osteoatritis pada
2011). Salah satu metode untuk mengurangi rasa Lansia di Puskesmas Birobuli Kota Palu Provinsi
nyeri sendi yang praktis dan efektif pada pasien Sulawesi Tengah.
osteoartritis dalam memelihara kesehatan tubuh
adalah dengan cara senam rematik (Nugroho 2015) METODE PENELITIAN
Berdasarkan penelitian Sangrah Wahid Desain Penelitian ini menggunakan
tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian mentode quasy experiment dengan pre-post test
Quasi Experiment dengan rancangan pretest design. Dengan menggunakan Pendekatan cross
posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh sectional. Cross sectional bertujuan untuk
lansia di Wilayah Kerja Puskesmas semata yang mengidentifikasi veriabel dependen dan variabel
memiliki masalah osteoatritis. Dibagi menjadi dua independen yang dilakukan secara bersamaan
kelompok yaitu 12 responden pada kelompok dengan menggunakan koesioner.
intervensi dan 12 responden pada kelompok
kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan ada Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
hubungan antara pemberian terapi senam rematik Birobuli Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah,
terhadap penurunan nyeri dan peningkatan rentang dilaksanakan pada tanggal 24 Juli - 05 Agustus.
Teknik pengumpulan sampel yang digunakan
gerak osteoatritis lutut pralansia dimana dari hasil
adalah probabiliaty sampling dengan pendekatan
uji Mann-Whitney Test diperoleh p = 0.000 (skala Purposive sampling. Jumlah Sampel pada
nyeri) dan p = 0.017 (rentang gerak) atau p value < peneilitian ini berjumlah 15 responden. Analisis
0.05 yang artinya ada hubungan yang signifikan bivariat dalam penelitian ini bertujuan untuk
untuk penurunan nyeri. mencari pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Untuk mengatahui Pengaruh
4
Senam Rematik Terhadap Intensitas Nyeri Sendi Tabel 3 Frekuensi Nyeri Sesudahm
Osteoartritis Pada Lansia Di Puskesmas Birobuli Diberikan Senam Rematik
Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah menggunakan Osteoartritis
Uji wilcoxon dengan nilai tingkat kepercayaan Skala nyeri Frekuensi Persentase (%)
95%
Ringan 9 65
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat Sedang 6 35

Tabel 1 Gambaran Karakteristik Responden Berat 0 0


Uisa Frekuensi Persentase(%)
60-64 Tahun 12 80 Nyeri sangat 0 0
berat
65-75 Tahun 3 20 Sumber Data primer 2018
Tabel 1 menunjukan gambaran karakteristik
Jenis kelamin Frekuensi Persentase(%) responden berdasarkan Usia, jenis kelamin,,
Laki-laki 6 40 pendidikan dan pekerjaan pada lansia di
puskesmas birobuli kota palu provinsi sulawesi
Perempuan 9 60 tengah. Berdasarkan usia menurut Kemenkes RI;
2009) pada penelitian ini dari 15 responden
Pendidikan Frekuensi Persentase(%)
didapatkan hasil sebagian besar responden berusia
SD dan SMP 8 53.3
60-64 tahun yaitu 80%, dan sebagian kecil berusia
SMA 6 40 65-75 tahun yaitu 20%. Berdasarkan jenis kelamin
pada penelitian ini dari 15 responden didapatkan
S1 1 6.7 hasil sebagian besar berjenis kelamin perempuan
yaitu 60% dan sebagian kecil adalah laki-laki yaitu
Pekerjaan Frekuensi Persentase(%)
40%. Berdasarkan pendidikan pada penelitian ini
IRT 9 60
dari 15 responden didapatkan hasil sebagian besar
PETANI 4 26.3 berpendidikan SD dan SMP (sekolah dasar dan
sekolah menengah pertama) yaitu 53.3% dan
Wirasuasta 2 13.3 sebagian kecil s1 yaitu 6.7%. Berdasarkan jenis
pekerjaan pada penelitian ini dari 15 responden
Sumber Data primer 2018
didapatkan hasil sebagian besar bekerja sebagai
Tabel 2 Frekuensi Nyeri Sebelum IRT yaitu 60% dan sebagaian kecil wiraswasta
Diberikan Senam Rematik yaitu 13.3%.
Osteoartritis Tabel 2 Berdasarkan frekuensi sebelum
Skala nyeri Frekuensi Persentase (%) diberikan senam rematik didaptkan hasil dari 15
responden sebagian besar responden megalami
Ringan 0 0 skla nyeri berat yaitu 8 responden yaitu 50%. Dan
sebagian kecil responden merasakan nyeri sedang
Sedang 2 20
yaitu 2 responden atau 20%.
Berat 8 50 Tabel 2 Berdasarkan frekuensi sesudah
diberikan senam rematik didaptkan hasil dari 15
Nyeri sangat 5 30 responden sebagian besar responden megalami
berat skala nyeri ringan yaitu 9 responden atau 65%.
Sumber Data primer 2018 Dan sebagian kecil responden merasakan nyeri
sedang yaitu 6 responden atau 35%.
5
Analisis bivariat 8 responden (50%), dan nyeri tidak tertahankan
Analisis bivariat dalam penelitian ini yaitu 5 responden (30%). Dimana distribusi
bertujuan untuk mengetahui frekuensi usia adalah 60-74 tahun yaitu sebanyak
n Rerata S.D 15 responden. Usia tersebut merupakan usia
dimana mulai terjadi proses regenerasi dan sistem
Nyeri Sebelum 15 4.00-8.00 imunitas mulai mengalami penurunan. Proses
senam rematik degeneratif yang terjadi pada sel-sel tubuh adalah
Nyeri sesudah 15 2.00-5.00 suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan,
senam rematik kemampuan jaringan dan otot untuk memperbaiki
diri atau mengganti diri dan mempertahankan
Tabel 4 Hasil Uji Stistics t berpasangan
struktur fungsi normalnya sehingga tidak dapat
digunakan saat uji normalitas data
mempertahankan dan memperbaiki kerusakan
mendapatkan nilai normal yakni >0,05 yang dideritanya. Adapun pemicu terjadinya nyeri
sehingga digunakan uji t berpasangan. Dengan sendi adalah karena seseorang jarang berolahraga,
di dapatkan nilai uji normalitas 0,324 sering mengomsumsi makanan seperti kacang-
sehingga digunakan uji t berpasangan kacangan, sering melakukan kerja berat,
.sehingga di dapatkan nilai perbedaan kegemukan serta pola makan yang tidak teratur
pemberian senam rematik dan nyeri sesudah (Heri 2013).
pemberian senam rematik pada semua Menurut peneliti nyeri sendi dipengaruhi
responden. Hasil uji statistik t berpasangan oleh beberapa faktor antara lain faktor usia.
Peneliti mendapatkan responden yang berusia 60-
menunjukkan sebelum diberikan senam
65 Tahun yaitu 12 responden (80%) dan berusia
rematik nilai rata-rata 4.00-8.00 dan setelah
65-75 Tahun yaitu 3 responden (20%). Penelitian
diberikan senam rematik menjadi 2.00-5.00
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
dan didapatkan nilai ρ value 0.001. Heri (2013) yang menyatakan bahwa nyeri sendi
Berdasarkan kriteria penerimaan hipotesis dipengaruhi oleh usia karena semakin
dengan nilai ρ value ≤ 0.05 maka dapat meningkatnya usia maka semakin rentang
disimpulkan bahwa terjadi penurunan nyeri seseorang terkena penyakit seperti nyeri sendi.
sendi sebelum dan setelah diberikannya senam Berdasarkan hasil wawancara terhadap
rematik maka Ha ditolak yang artinya ada beberapa responden penyebab nyeri sendi yang
penguruh antara pemberian Senam rematik dialami yaitu karena jarang berolahraga, sering
terhadap intensitas nyeri sendi osteoartritis makan-makanan seperti makanan yang berlemak
dan kacang-kacangan, bekerja terlalu berat dan
pada lansia di puskesmas birobuli kota palu
saat berjalan jauh. Penelitian ini sejalan dengan
provinsi sulawesi tengah.
penelitian yang dilakukan oleh Felson (2015) yang
menyatakan bahwa salah satu penyebab terjadinya
PEMBAHASAN nyeri sendi adalah jarang melakukan aktivitas fisik
1. Nyeri Klien Sebelum Diberikan Senam (olahraga) dan pola makan yang tidak teratur ini
Rematik karenakan bagian tubuh yang paling sering terkena
Berdasarkan data hasil penelitian, dengan inflamasi dan degenerasi adalah sendi. Sehingga
jumlah responden adalah 15 yang semuanya aktifitas fisik sangat mempengaruhi persendian
diberikan perlakuan (senam rematik), semua seseorang apalagi pada lansia.
responden mengeluh nyeri dengan responden Adapun faktor-faktor lain yang
mengalami nyeri ringan yaitu 0 responden (0%), menyebabkan terjadinya nyeri yaitu cuca dan
nyeri sedang yaitu 2 responden (20%), nyeri berat autoimun. Cuaca mempangaruhi nyeri hal ini
6
disebabkan karena ekspansi dan kontraksi jaringan secara menahun. Senam rematik merupakan suatu
berbeda disendi sehingga menyebabkan terjadinya gerakan yang dilakukan secara teratur dan
rasa sakit pada sendi terutama pada lansia. Suhu terorganisasi bagi penderita rematik dan salah satu
rendah juga dapat meningkatkan kekakuan cairan cara alternatif untuk mengurangi rasa nyeri
sinovial yang melumasi persendian, sehingga sendi (Bachtiar 2010).
mejadi lebih kaku dan sensitif terhadap rasa sakit.
Sedangkan pada autoimun dan infeksi, autoimun 2. Nyeri Klien Sesudah Diberikan Senam
beraksi terhadap kolagen dimana kejadian ini di rematik
awali dari antigen penyebab RA yang ada pada Berdasarkan data hasil penelitian setelah
membran sinovial yang di proses oleh hormon diberikan senam rematik seluruh responden skala
antigen presenting cells (APC). Setelah nyeri menjadi berkurang dengan responden yang
mengalami berbagai proses imunologi, antibody memiliki skala nyeri ringan yaitu sebanyak 0
yang dihasilkan akan membentuk kompleks imun responden (0%), responden dengan skala nyeri
dan masuk kedalam ruang sendi sehingga sedang yaitu sebanyak 9 responden (65%),
menyebabkan peningkatan permeabilitas responden dengan skala nyeri berat yaitu sebanyak
mikrovaskuler, masuknya sel radang dan 6 responden (35%), dan responden denga skala
pengedapan fibrin pada membran sinovial. Proses nyeri tidak tertahankan yaitu sebanyak 0
fagositosis oleh sel radang terhadap kompleks responden (0%).
imun tadi akan menghasilkan radikal bebas Berdasarkah hasil wawancara terhadap
oksigen, leukotrien, prostaglandin, dan responden setiap kali setelah melakukan senam
proteaseneutral yang menyebabkan kerusakan rematik responden mengatakan nyeri yang di
rawan sendi dan tulang. Proses kerusakan sendi rasakan lebih baik. Hal ini dapat disimpulkan
akan berlangsung terus selama antigen bahwa nyeri setelah di berikan senam rematik
penyebabnya tetap ada. Rematik faktor adalah terjadi penurunan nyeri yang artinya ada pengaruh
salah satu antibodi yang terkait dengan pemberian senam rematik dalam mengatasi nyeri
progresivitas penyakit RA. Masuknya sel radang osteortritis pada lansia . Penelitian terkait telah
pada membran sinovial. Nyeri juga didefenisikan dilakukan oleh Felson (2015) yang berjudul
sebagai suatu sensasi tunggal yang disebabkan ”High-Dosage Medical Exercise Therapy in
oleh stimulus spesifik subyektif dan berbeda antara Petients with Long-Term Subacromial Shoulder
masing-masing individu karena dipengaruhi faktor Paint”, di dapatkan hasil bahwa dengan pemberian
psikososial dan cultural dan endorphin seseorang, terapi latihan senam rematik ada penurunan skala
sehingga orang tersebut lebih merasakan nyeri nyeri pada bahu dengan menggunakan skala ukur
(Susilowati 2012). VAS (Visual Analog Scale). Diperoleh kesimpulan
Nyeri lutut merupakan salah satu tanda dan bahwa terapi latihan dapat mengatasi nyeri bahu
gejala dari osteoarthritis. Nyeri akibat Osteoartritis pada pasien. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
lutut merupakan nyeri karena terjadi penebalan telah dilakukan oleh peneliti bahwa senam rematik
atau tonjolan tulang yang tak teratur atau disebut dapat menurunkan nyeri pada penderita
perkapuran yang kemudian mengganggu jaringan osteoartritis.
sekitarnya dan menimbulkan rasa nyeri. Nyeri ini Gerakan-gerakan aktif dalam senam rematik
terjadi jika lutut penderita mendapat tekanan atau bertujuan untuk meningkatkan stabilitas sendi dan
saat menggerakkan lututnya, sehingga penderita kekuatan otot-otot sekitar lutut yaitu Quadriceps
akan merasakan nyeri saat tekanan tepat di daerah terutama pada otot vastus medialis karena gerakan
nyeri (Alcara 2013). ini berguna untuk mengurangi iritasi yang terjadi
Rematik merupakan penyakit yang pada permukaan kartilago artikularis patella,
menyerang sendi dan otot yang sering digerakan memelihara dan meningkatkan stabilitas aktif pada
7
sendi lutut juga dapat memelihara nutrisi pada rematik dapat membantu responden dalam
synovial menjadi lebih baik. Dengan gerakan yang mengurangi rasa nyeri yang dirasakan.
berulang pada senam rematik ini akan terjadi Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Susilowati (2013)
peningkatan kerja otot-otot sekitar sendi sehingga
dengan judul penelitian Pengaruh Senam Rematik
mempercepat aliran darah sehingga metabolisme Terhadap Pengurangan Rasa nyeri lansia di
juga ikut meningkat sehingga sisa metabolisme kehidupan sehari-hari. Dimana hasil penelitiannya
akan ikut terbawa aliran darah sehingga nyeri menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis
berkurang (Dhanang 2016) menggunakan uji analisis non parametrik
Penurunan tingkat nyeri sendi pada pasien menggunakan uji Wicoxon menunjukkan bahwa
rematik setelah diberikan latihan senam rematik rerata nyeri pada pre test adalah 4.44 dan pada post
test 2.05 adalah Analisis kemaknaan dengan
dipengaruhi oleh membaiknya transpot oksigen
menggunakan uji Wilcoxon Signed Z p 0.005
yang sebelumnya memburuk akibat adanya menunjukkan adanya penurunan rasa nyeri setelah
kerusakan pada jaringan pada sendi sehingga dilakukannya senam rematik.
mengganggu pergerakan tubuh (Ilyas 2012) Dari berbagai hasil penelitian yang
Hasil wawancara terhadap responden setelah dilakukan dan beberapa jurnal pendukung dapat
melakukan latihan senam rematik responden disimpulkan bahwa senam rematik dapat
mengatakan nyerinya lebih berkurang yang memberikan manfaat yang luar biasa sebagai
terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa
dirasakan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa nyeri
nyeri dan peningkatan rentang gerak pada
sendi setelah di berikan latihan senam rematik penderita osteoatritis lutut dan juga dapat di
terjadi penurunan frekuensi nyeri sendi yang lakukan oleh semua masyarakat karna caranya
artinya ada pengaruh pemberian senam rematik yang cukup mudah dan efesian dan yang
dalam mengatasi nyeri sendi osteoartritis pada terkendala dimasalah ekonomi (Heri 2012).
lansia. Senam merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri sendi.
Dimana pergerakan yang terdapat dalam senam
3. Pengaruh senam rematik terhadap intensitas tersebut dapat memperlancar cairan sinovial yang
nyeri sendi osteoatritis pada lansia terdapat pada sendi. Misalnya gerakan-gerakan
dipuskesmas birobuli kota palu provinsi sederhana yang dapat dilakukan dimana saja dalam
sulawesi tengah waktu yang relatif singkat antara 5 sampai 10
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan menit. Hal ini dilakukan untuk menghindari
uji wilcoxon didapatkan nilai ρ sebesar 0,000. penyakit osteoartritis yang rentang terjadi pada
Karena nilai ρ < 0,05, maka dapat disimpulkan lansia. Adapun dampak lain ketika seorang lansia
bahwa ada pengaruh Senam rematik dalam tidak melakukan senam sederhana tersebut seperti
mengatasi nyeri sendi osteoartritis. susahnya pergerakan sendi dalam tubuh karena
Hasil penelitian ini sejalan dengan tidak sempurnanya aliran cairan sinovial tersebut.
penelitian yang dilakukan oleh Ilyas (2012). Saat senam di mulai maka konsetrasi pada gerakan
Penelitian Perbedaan Nyeri Rematik Sebelum Dan sendi dapat meregangkan otot serta menguatkan
Sesudah Senam Rematik Pada Lansia Di Desa otot-otot pada sendi, dengan demikian apabila otot
Handipolo Kudus dilakukan pada 27 sampel, dari penyangga sendi menguat dengan sendirinya nyeri
hasil uji T test di dapatkan perbedaan nyeri sendi akan berkurang.
rematik sebelum dan sesudah senam rematik Mekanisme pertahanan sendi diperankan
dengan rata-rata nyeri sebelum senam sebesar 5,44 oleh pelindung sendi yaitu: Kapsula dan ligamen
dalam skala nyeri sedangkan rata-rata nyeri sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang di
sesudah senam sebesar 3.11 dalam skala nyeri dan dasarnya. Saat pergerakan senam Cairan synovial
p value 0.0001. Dari hasil wawancara yang mengurangi gesekan antar kartilago pada
dilakukan terhadap responden setelah dilakukan permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya
latihan senam rematik responden mengatakan keletihan kartilago akibat gesekan yang
bahwa nyeri menjadi lebih baik, karena senam berlebihan. Protein yang disebut dengan lubricin

8
merupakan protein pada cairan sendi yang
berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan 3. Bagi Penelitian Selanjutnya
berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk
peradangan pada sendi. Senam rematik akan mengembangkan penelitian yang telah
meringankan stres yang terjadi pada sendi dengan dilakukan oleh peneliti dan melaksanakan
cara melakukan beberapa gerakan untuk penelitian nonfarmakologi lainnya misalnya
mengurangi nyeri. Tumbukan yang diterima akan kompres hangat yang dapat digunakan untuk
didistribusikan ke seluruh permukaan sendi menurunkan frekuensi nyeri sendi osteoartritis
sehingga meringankan dampak yang diterima. gout.
Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk
menyerap goncangan yang diterima. Kartilago
berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago REFERENSI
dilumasi oleh cairan sendi sehingga mampu
menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi Alcaraz, M.J., Gualillo, O., Pernaute, O.S. (eds.).
ketika bergerak. Sehingga senam rematik dapat 2013. Studies on Arthritis and Joint
menurunkan rasa nyeri. Disorder. London: Humana Press
Bachtiar, A. (2010). Pengaruh Ekstrak Jahe
(Zingiber Officinale) terhadap Tanda dan
KESIMPULAN DAN SARAN Gejala Osteoarthritis pada Pasien Rawat
Kesimpulan Jalan di Puskesmas Pandan Wangi Kota
Kesimpulan dalam peneliti didapatkan Malang. Tesis FIK UI, 1-87.
terdapat Ada pengaruh pemberian senam rematik Boltz, Capezuti, Fulmer, dan Zwicker. 2012. Pain
dalam mengurangi nyeri sendi osteoartritis pada Management in Older. Adults.
lansia Dipuskesmas Birobuli Kota Palu Provinsi Dhanang. 2016. Usia Lanjut dengan Pendekatan
Sulawesi Tengah. Asuhan keperawatan. Jakarta (ID) : Salemba
Medika.
Saran
1. Bagi Instansi Puskesms Birobuli Kota Palu Efendi & Makhfudli, 2009, Prinsip-prinsip ilmu
Provinsi Sulawesi Tengah penyakit dalam volume 4 editor Asdie :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
sebagai bahan masukan dalam rangka Felson D.T, 2015. Osteoartritis, Harrisons
meningkatkan profesionalisme keperawatan Principles of internal medicine. 17 th.
dalam melakukan asuhan keperawatan pada Edition UGM.
lansia nyeri sendi Osteoatritis, melalui
pengembangan bentuk intervensi yang sesuai Heri, K. 2013. Pengaruh senam rematik terhadap
dengan kebutuhan individu, keluarga dan nyeri sendi pada lansia di Panti Sosial
masyarakat, termasuk perencanaan atau Tresna Werdha Budimulia 04 Margaguna
pengembangan program bimbingan antisipasi Jakarta Selatan. Jurnal Mahasiswa Program
dan pemberdayaan pasien. Keperawatan Universitas Esa Unggul,
1(1).2014:1–10.
Hochberg, 2012, Self-Perceived weather
2. Bagi Institusi Pendidikan STIKes Widya Sensitivity and Joint Pain in Older People
Nusantara Palu with Osteoarthritis in Six European
Disarankan agar hasil penelitian ini dapat Countries: Results from The European
dijadikan sebagai bahan bacaan di perpustakaan Project on OSteoArthritis (EPOSA).
yang nantinya dapat menambah pengetahuan Biomedcentral (BMC) Musculoskeletal
mahasiswa tentang perawatan penyakit dalam Disorder, 15(66), 1471-2474.Klieman, 2011,
Pathology of Bone and Joint Disorders with
yaitu pemberian senam rematik dan membantu
Clinical and Radiographic Correlation (2nd
dalam pembuatan skripsi selanjutnya. ed.). United Kingdom: Cambridge
University Press.

9
Ilyas Elida. 2012. Pendekatan Terapi Fisik pada
Osteoartritis. Bunga Rampai Rehabilitasi
Medik, Naskah Lengkap Pertemuan Ilmiah
Tahunan Perdosri. Jakarta :PERDOSRI
Mayasari & Pujiati, 2017. Senam Rematik
terhadap peningkatan kualitas hidup Lansia
Ny. S keluarga Tn. A dalam melakukan
ADL Dukuh Pendem Kulon Desa Jepang
Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.
Jurnal Profesi Kesehatan Akademi
keperawatan Krida Husada Kudus P-ISSN
2355-8040 Vol 4 No. 2 Juli 2017.
Nurhidayah, 2012, Mekanisme gangguan sendi
(Osteoatritis) dan pengelolaannya. Onlien
http.perpustakaan.uns.ac.id, diakses 12 April
2012
Nugroho, W. 2000. Keperawatan Gerontik edisi 2.
Jakarta (ID) : Buku Kedokteran EGC.
Riskesdas, 2013, lokasi terbanyaak terjadinya
osteoatritis tahun 2013. Jakarta (ID). FKUI.
Santoso, 2009, Pain Management in Older.
Adults. Jakarta (ID). FKUI.
Stanley, 2012, Mekanisme terjadinya nyeri sendi
(Osteoatritis) dan pengelolaannya. Online
http.perpustakaan.uns.ac.id, diakses 12 April
2012
Susilowati, T. 2012. Pengaruh Senam Rematik
Terhadap Kemampuan Berjalan Lansia Di
PantiWredha Dharma Bakti Pajang
Surakarta, Tesis. Universitas Airlangga (ID)
: Surabaya.
[WHO] World Health Organization. 2011.
Tehnical Brief for Policy Maker.
osteoarthitis. Gineva: Switzerland

10

Anda mungkin juga menyukai