Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Farmasetis Volume 8 No 2, Hal 59 - 66, November 2019 ISSN : 2252-9721 (Cetak)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal ISSN : 2549-8126 (Online)

EFEKTIVITAS SUPLEMENTASI GLUKOSAMIN PADA TATALAKSANA


OSTEOARTRITIS

Shinta Melia Desiana*, Jessica Sindy Sirait


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
*shinta.melia98@gmail.com

ABSTRAK
Osteoartritis merupakan penyakit sendi degeneratif yang paling umum ditemukan yang mengakibatkan
disabilitas, terutama pada lansia. Angka kejadian osteoartritis setiap tahunnya semakin bertambah
dikarenakan pertambahan kejadian obesitas serta usia tua sebagai faktor risiko osteoartritis.
Penatalaksanaan osteoartritis secara farmakologis hingga saat ini hanya berupa terapi simtomatik yaitu
dengan pemberian antinyeri seperti analgesik dan Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAID),
namun penggunaan obat-obat tersebut dalam jangka panjang akan menimbulkan efek samping, dari
yangringan hingga berat. Karena itulah diperlukan terapi alternatif yang efektif untuk tatalaksana
osteoartritis. Glukosamin merupakan komponen glikosaminoglikan pada kartilago dan berfungsi untuk
mempertahankan fleksibilitas, elastisitas serta pemeliharaan sendi. Hal ini membuat banyak orang
yang yakin bahwa glukosamin dapat memberi manfaat sebagai terapi komplementer dalam
penatalaksanaan osteoartritis. Metode yang digunakan menggunakan kumpulan sumber pustaka
sejumlah 28 artikel dari tahun 2008 hingga 2019, dimana proses pencarian menggunakan Pubmed,
Google Scholar, Medline dan Science Direct. Hasil yang didapatkan dari telaah kepustakaan
menunjukkan bahwa pemberian suplementasi glukosamin maupun dengan penambahan beberapa
senyawa mungkin efektif untuk digunakan dalam penatalaksanaan osteoartritis.

Kata kunci: glukosamin, osteoartritis, tatalaksana

EFFECTIVITY OF GLUCOSAMINE SUPLEMENT IN OSTEOARTHRITIS


MANAGEMENT

ABSTRACT
Osteoarthritis is the most common degenerative joint disease which can lead to disability, especially
in elderly. The number of people affected is increasing every year due to obesity and aging of the
population, as the risk factors. To this day, pharmacological management of osteoarthritis has only
been symptomatic therapy, including administration of painkillers such as analgesics and Non-
Steroidal Anti-Inflammatory Drugs. However, the use of these drugs in long term will cause various
adverse effects. Thus, alternative therapy with high efficacy and low toxicity are needed. Glucosamine
is a component of glycosaminoglycans in cartilages that serves to maintain strength and elasticity of
the joints. This makes many people believe that glucosamine could provide benefits as an additional
therapy in managing osteoarthritis. The method uses a collection of research articles as many as 28
articles from 2008 to 2019, where the search process uses the Pubmed, Google Scholar, Medline and
Science Direct. The results obtained from the literature study indicate that the administration of
glucosamine supplementation and the addition of several compounds might be effective in managing
osteoarthritis.

Keywords: glucosamine, osteoarthritis, management

PENDAHULUAN komposisi struktur sendi (Nagaoka, Igarashi, &


Osteoartritis (OA) merupakan penyakit Sakamoto, 2012).
sendidegeneratif yang paling umum
ditemukandandapat menyebabkan berbagai Sekitar dua per tiga orang mengidap OA pada
macam pengaruh pada kondisi sosioekonomi, usia lebih dari 65 tahun, dengan prevalensi
yang ditandai dengan perubahan kualitatif pada pria 60,5% dan pada wanita 70,5%
maupun kuantitatif pada anatomi serta (Utami, Kalangi, & Pasiak, 2013). Di
Indonesia sendiri, prevalensi OA berkisar
15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita dari
59
Jurnal Farmasetis Volume 8 No 2, Hal 59 – 66, November 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

total populasi 255 juta jiwa (Ahmad,


Rahmawati, & Wardhana, 2018). OA menyebabkan penderitanya merasakan
nyeri yang hebat. Nyeri yang terjadi pada
Penyakit ini merupakan salah satu dari sepuluh pasien OA dapat bersumber dari manapun,
penyakit yang paling banyak menyebabkan seperti regangan serabut saraf periosteum,
disabilitas di negara berkembang (Ahmad et hipertensi intra osseus maupun intra artikular,
al., 2018). Penyakit ini menyebabkan nyeri regangan kapsul sendi atau ligamen,
luar biasa sehingga mengakibatkan disabilitas mikrofraktur tulang rawan, entesopati, bursitis
dan berimbas pada terganggunya kegiatan dan spasme otot. Letak predileksi yang paling
sehari-hari. Akibatnya, sebanyak 80% sering yaitu sendi lutut, jari-jari tangan, jari-
penderita mengalami keterbatasan pergerakan jari kaki, tulang punggung dan panggul
dan 25% bahkan tidak dapat melanjutkan (Indonesian Rheumatology Association, 2014).
aktivitas normalnya (World Health
Organization, 2015). Pada tahun 2016, pasien Penyebab dari OA masih belum diketahui
OA dilaporkan berkisar sekitar 300 juta jiwa, secara pasti, namun beberapa penelitian
yang menyebabkan berkurangnya kualitas mengemukakan bahwa penyebabnya muncul
hidup serta meningkatkan angka mortalitas dari berbagai macam faktor, terutama usia,
(Şahin et al., 2019). Angka kejadian OA yang jenis kelamin perempuan, obesitas, faktor
semakin meningkat tiap tahunnya genetik, trauma, aktivitas fisik, dan
menyebabkan peningkatan beban kesehatan chondrocalsinosis. Sedangkan faktor yang
berdasarkan Disability Adjusted Lost Years dapat memperparah OA yaitu kurang
(DALY), yaitu sebanyak 44,2%. Pada tahun beraktivitas, obesitas, dan gangguan metabolik
2013, didapatkan tingkat beban kesehatan OA (Soeryadi et al., 2017).
yang diukur berdasarkan DALY per 100.000
populasi laki-laki dan perempuan mencapai Diagnosis OA ditegakkan dengan melakukan
puncak pada 1.327,4 tahun, sedangkan laki- anamnesis, pemeriksaan fisik, pendekatan
laki hanya 907,7 tahun (Soeryadi, Gessal, & untuk menyingkirkan diagnosis banding, dan
Sengkey, 2017). pemeriksaan penunjang (Indonesian
Rheumatology Association, 2014). Gejala
Timbulnya OA dikarenakan oleh degradasi utama OA yaitu nyeri pada sendi yang terkena
matriks kartilago, sklerosis tulang rawan, dan setelah melakukkan aktivitas yang
pembentukan osteofit, yang ketiga-tiganya menggerakkan sendi, dan biasanya rasa nyeri
terjadi secara progresif, di mana prevalensi akan berkurang setelah mengistirahatkan sendi
kerusakan sendi ini meningkat seiring dengan (Soeryadi et al., 2017). Sementara, OA pada
bertambahnya usia (Zhu, Sang, Wu, Rong, & orangtua memiliki gambaran klinis berupa
Jiang, 2018). Secara singkatnya, OA kaku sendi di pagi hari atau saat sedang
merupakan kondisi di mana terjadi istirahat, dapat terjadi pembengkakan pada
ketidakseimbangan antara sintesis dan sendi, krepitus saar digerakkan dan
degradasi, yang mengakibatkan proses keterbatasan gerak. Umumnya tidak ditemukan
katabolisme proteoglikan di tulang rawan peradangan atau sangat ringan (Indonesian
secara progresif (Utami et al., 2013). Rheumatology Association, 2014).
Degradasi komponen ekstraseluler pada
kartilago ini disebabkan oleh bermacam- Pada pemeriksaan penunjang berupa
macam faktor, seperti adanya Reactive Oxygen pemeriksaan radiologi, terdapat gambaran
Spesies (ROS), interleukin-1β dan yang menyokong diagnosis OA berupa
metalloproteinase matriks. Inhibisi penyempitan celah sendi yang umumnya
metalloproteinase matriks sebagai katalisator asimetris (lebih berat pada sisi yang menopang
dalam proses penghancuran kartilago sedang beban), peningkatan densitas (sklerosis) pada
ditelaah kemaknaan terapeutiknya dalam tulang rawan, kista tulang, osteofit pada
pengobatan OA (Wang & Cai, 2018). Di sisi pinggir sendi dan perubahan struktur anatomi
lain, perubahan patologis dari tulang rawan sendi (Indonesian Rheumatology Association,
berkaitan dengan inisiasi dan progresivitas dari 2014).
kerusakan kartilago pada OA. Kegiatan
mengangkat atau menahan beban (load- Terdapat pula klasifikasi radiografi OA
bearing) akan meningkatkan proses resorpsi menurut Kellgren-Lawrence yang mencakup;
pada tulang, dan akhirnya memperparah proses (1) Derajat 0 (normal), dengan gambaran
penghancuran kartilago (Nagaoka et al., 2012) radiologis normal; (2) derajat I (meragukan)

60
Jurnal Farmasetis Volume 8 No 2, Hal 59 – 66, November 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

yaitu dengan gambaran radiologis tampak Meskipun terapi simtomatik juga penting,
osteofit kecil; (3) derajat II (minimal) yaitu idealnya setiap penyakit memerlukan terapi
dengan gambaran radiologis tampak osteofit, kausatif, di mana pada OA terapi yang
celah sendi normal; (4) derajat III (sedang) diharapkan bertujuan untuk menjaga struktur
yaiitu dengan gambaran radiologis osteofit sendi atau bahkan mengembalikan struktur
jelas dan penyempitan celah sendi, dan; (5) yang rusak seperti sedia kala. Maka dari itulah,
derajat IV (berat), dengan gambaran radiologis banyak peneliti yang melakukan penelitian
penyempitan celah sendi berat dan terdapat mengenai terapi alternatif yang memiliki
sklerosis (Indonesian Rheumatology efikasi tinggi serta toksisitas rendah. Salah satu
Association, 2014). golongan obat potensial yang ideal dalam
pengobatan OA ialah Symptomatic Slow Acting
Tatalaksana umum pada OA hanya meliputi Drugs for Osteoarthritis (SYSADOA) (Zhu et
terapi simtomatik, yang ditujukan untuk al., 2018).
mengurangi rasa nyeri. Obat-obatan yang dapat
memperbaiki gejala klinis atau Disease- Glukosamin merupakan salah satu
Modifying Osteoarthritis Drugs (DMOADs) monosakarida amino yang juga terdapat di
yaitu golongan analgesik dan Non-Steroidal jaringan kartilago sebagai komponen
Anti-Inflammatory Drugs (NSAID). glikosaminoglikan, yang berfungsi untuk
Pengobatan OA tidak hanya bergantung pada mempertahankan fleksibilitas, elastisitas serta
pengobatan medikamentosa saja, namun juga pemeliharaan sendi. Di dalam sendi, sel-sel
edukasi dan modifikasi gaya hidup, rehabilitasi sinovial memproduksi asam hyaluronat sebagai
medik dan bahkan tindak operatif. salah satu komponen glikosaminoglikan pada
Penatalaksanaan tersebut berguna untuk cairan sinovial, sedangkan kondrosit
mengurangi rasa nyeri, mempertahankan atau memproduksi kondroitin sulfat, keratan sulfat
meningkatkan fungsi gerak sendi, mengurangi dan asam hyaluronat sebagai komponen
keterbatasan untuk beraktivitas sehari-hari, matriks kartilago (Nagaoka et al., 2012).
serta meningkatkan kualitas hidup dan
kemandirian penderita OA (Indonesian Glukosamin memiliki berat molekul yang
Rheumatology Association, 2014). terbilang kecil (BM = 179,17 Da). Karena
gugus NH2 pada senyawa ini tidak bisa bebas
Terapi tunggal saja tidak efektif dalam di alam, maka senyawa ini perlu melalui proses
mengobati OA. Menurut Jackson et al. (2011), asetilasi, sulfasi atau penggaraman. Jika
tatalaksana OA yang dipakai dalam praktik diasetilasi, glukosamin akan menjadi N-
klinis meliputi; (1) intervensi perilaku/edukasi; asetilglukosamin (BM = 221,19 Da), yang
(2) pemberian analgesik sederhana seperti mana jarang sekali dipakai dalam studi
parasetamol; (3) pemberian NSAID seperti farmasetika. Sementara konjugasi sulfat akan
golongan inhibitor COX-2; (4) injeksi asam menghasilkan glukosamin-6-sulfat (BM =
hyaluronat secara intra-artikular, dan; (5) Total 228,21 Da). Senyawa glukosamin yang banyak
joint replacement, di mana sendi yang telah digunakan dalam penatalaksanaan OA adalah
rusak akan diganti dengan sendi prostetik. glukosamin yang telah melewati proses
penggaraman., misalnya glukosamin HCL dan
Dari sekian banyak pilihan, terapi yang paling glukosamin sulfat, namun yang paling mudah
sering digunakan adalah pemberian antinyeri. didapatkan adalah glukosamin HCL (Rovati,
Namun penggunaan obat-obat tersebut Girolami, & Persiani, 2012).
khususnya NSAID, dalam jangka panjang akan
menimbulkan efek samping yang tidak Glukosamin merupakan salah satu SYSADOA.
diharapkan, dari ringan hingga berat. Terlebih lagi, beberapa penelitian
Penggunaan NSAID secara kronis dapat mempertimbangkan bahwa senyawa ini
meningkatkan risiko ulkus peptikum, gagal memiliki potensi sebagai DMOAD,
ginjal akut dan infark miokardium. Selain itu, berdasarkan pengukuran joint space narrowing
penggunaan NSAID pun dapat memperparah pada hasil pemeriksaan radiografi (Zhu et al.,
beberapa penyakit kronis seperti gagal jantung 2018). Karena itulah, banyak yang menduga
dan hipertensi, dan juga dapat berinteraksi bahwa glukosamin mungkin dapat
dengan obat-obat lain seperti warfarin dan mempengaruhi produksi glikosaminoglikan
kortikosteroid (Marcum & Hanlon, 2010). oleh sel sinovial dan kondrosit, sehingga dapat
menghambat proses penghancuran kartilago
yang terjadi pada OA. Namun, kemaknaan

61
Jurnal Farmasetis Volume 8 No 2, Hal 59 – 66, November 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

klinis glukosamin terhadap tulang masih belum kondroitin sulfat maupun kombinasi keduanya
diketahui (Nagaoka et al., 2012). tidak memiliki efek signifikan terhadap nyeri,
fungsi dan kekakuan sendi, yang dibandingkan
Karena memiliki potensi dalam pemeliharaan dengan plasebo. Namun, dibandingkan dengan
sendi, banyak yang menduga bahwa suplemen pemberian plasebo, glukosamin sulfat
glukosamin maupun dengan kandungan memiliki efek signifikan hanya untuk
senyawa lainnya mampu memperbaiki kondisi perbaikan kekakuan sendi.
OA maupun mengurangi rasa nyeri pada sedi
yang terkena. Namun, banyak juga yang masih Menurut penelitian Wandel et al. (dalam
meragukan implikasi klinisnya dalam Henrotin, Marty, & Mobasheri, 2014)
penatalaksanaan OA. Penulisan literature dikatakan bahwa tidak ada relevansi efek klinis
review ini dilakukan karena masih belum dari penggunaan glukosamin sulfat. Namun,
banyak penelitian di Indonesia yang bertujuan uji ini menunjukkan beberapa keterbatasan dan
untuk menunjukkan pengaruh glukosamin interpretasi mengenai data terkait masih
terhadap OA dan masih banyak yang diragukan.
meragukan implikasi klinis dari penambahan
suplemen glukosamin pada pasien OA. Pada studi RCT yang dilakukan oleh (Bruyere
et al., 2008), dilaporkan bahwa pemberian
METODE glukosamin sulfat dapat menghindari
Metode yang digunakan dalam penulisan ini dilakukannya usaha terakhir dalam
merupakan studi literature review. Sumber penatalaksanaan OA yakni total knee
kepustakaan yang digunakan dalam replacement.
penyusunan literature review ini menggunakan
kumpulan artikel penelitian, metaanalisis dan Sebaliknya, pada penelitian RCT yang
systematic reviewdengan proses pencarian diadakan oleh Rozendaal et al. (2008)
menggunakan berbagai database seperti didapatkan hasil bahwa penggunaan
Pubmed, Google Scholar, Medline dan Science glukosamin sulfat tidak lebih baik dari plasebo
Direct dari tahun 2006 hingga 2019. Kata dalam mengurangi gejala dan progresivitas OA
pencarian yang digunakan pada Pubmed yaitu panggul. Penelitian ini dilakukan pada 222
“glucosamine”, “osteoarthritis” dan “human”. orang pasien OA selama 2 tahun. Namun
Sumber kepustakaan yang didapatkan penelitian ini memiliki keterbatasan yakni
berjumlah 28 buah. setengah dari total pasien memiliki OA dengan
derajat Kelgrenn-Lawrence I (ringan), dan 20
HASIL orang pasien melakukan total hip replacement.
Beberapa penelitian, pemberian glukosamin
sulfat efektif dalam mengontrol gejala Menurut penelitian Glucosamine/chondroitin
simtomatik OA. Pada dua penelitian yang Arthritis Trial (GAIT) yang dilakukan Clegg et
dilakukan Pavelka & Reginster (dalam al. (2006) pada 1583 pasien dengan OA lutut
Henrotin, Marty, & Mobasheri, 2014) yang simtomatik dengan metode RCT selama 24
berupa studi randomized controlled trial minggu, dengan kontrol berupa plasebo dan
(RCT), placebo-controlled, double blind, celexicob, didapatkan hasil bahwa pemberian
menunjukkan bahwa pemberian glukosamin glukosamin HCL dan kondroitin sulfat tidak
sulfat dalam jangka 3 tahun dapat mengontrol signifikan dalam mengobati OA lutut. Meski
nyeri pada pasien OA lutut dan akan bertahan begitu, terdapat kemungkinan bahwa senyawa
jika dikonsumsi dalam jangka panjang ini memiliki efek terapeutik karena didapatkan
(symptom-modifying effect). Kedua penelitian penurunan signifikan pada kejadian
ini juga mendapatkan hasil bahwa pemberian pembengkakan sendi, efusi, atau keduanya.
glukosamin sulfat juga dapat memperbaiki Namun studi ini memiliki beberapa kelemahan,
struktur tulang (structure-modifying effect), seperti angka respons yang tinggi terhadap
yang diukur dengan mengukur joint space plasebo, dan rasa nyeri yang berbeda pada
narrowing pada pemeriksaan radiologi. Teknik setiap pasien, sehingga terdapat keterbatasan
yang digunakan dalam kedua penelitian ini dalam menilai manfaat dari senyawatersebut.
merupakan teknik yang valid dan konsisten.
Cahlin & Dahlström (2011) melaporkan bahwa
Pada penelitian Zhu et al. (2018) yang berjenis pemberian glukosamin sulfat secara peroral
metaanalisis, didapatkan hasil bahwa tidak lebih efektif dibandingkan dengan
SYSADOA seperti glukosamin sulfat, pemakaian plasebo dalam penatalaksanaan OA

62
Jurnal Farmasetis Volume 8 No 2, Hal 59 – 66, November 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

pada sendi temporomandibular. Hal ini terjadi kekhawatiran akan efek samping yang
mungkin karena dosis yang dianjurkan oleh ditimbulkan pada pemakaian jangka panjang
pabrik pembuatan suplemen glukosamin sulfat, (Zhang, 2010). Karena itulah, banyak peneliti
yaitu 1200 mg, mungkin belum memenuhi yang memfokuskan pada tatalaksana ideal,
batas dosis efektif untuk mengurangi rasa sakit yang dapat memperbaiki gejala klinis dari OA,
pada OA. Selain itu studi ini merupakan studi dengan tolerabilitas dan keamanan yang lebih
jangka pendek, dimana studi ini dilakukan baik, misalnya Symptomatic Slow-Acting
hanya dalam waktu 6 minggu, sementara Drugs For Osteoarthritis (SYSADOA). Salah
konsumsi glukosamin harus dalam jangka satu contoh SYSADOA yang sekarang ini
panjang untuk mencapai perbaikanklinis. banyak digunakan sebagai terapi
komplementer untuk pasien OA yaitusuplemen
Jackson et al. (2011) juga menemukan bahwa glukosamin (Zegels, Crozes, Uebelhart,
pemberian glukosamin HCL mungkin memberi Bruyère, & Reginster, 2013).
manfaat yang lebih dibandingkan dengan
kombinasi glukosamin dan kondroitin sulfat. Glukosamin adalah gula amino dan juga
Hal ini kemungkinan terjadi karena absorbsi prekursor dari sintesis protein dan lemak yang
glukosamin akan terhambat jika terglikosilasi. Senyawa ini merupakan salah
dikombinasikan dengan kondroitin sulfat. satu senyawa monosakarida yang paling
banyak pada tubuh manusia (Zhu et al., 2018).
Belum lama ini juga dilakukan penelitian di Glukosaminmemiliki potensi sebagai obat
Indonesia mengenai efikasi glukosamin untuk OA, karena pada beberapa penelitian in
terhadap OA lutut. Lubis, Siagian, vitro, glukosamin dapat memengaruhi
Wonggokusuma, Marsetyo, & Setyohadi metabolisme kondrosit (Cahlin & Dahlström,
(2017) melaporkan bahwa pemberian 2011). Oleh sebab itulah banyak yang
kombinasi glukosamin-kondroitin sulfat- berspekulasi bahwa glukosamin dapat
metilsulfonilmetan memberikan perbaikan bertindak sebagai Disease-Modifying
klinis berupa pengurangan nyeri dan perbaikan Osteoarthritis Drugs (DMOAD), sehingga
fungsi pasien OA lutut derajat Kellgren- dalam prakteknya banyak penderita OA yang
Lawren I-II. Perbaikan ini bermakna secara menambahkan suplemen glukosamin dalam
statistik pada minggu ke-12 dibandingkan dietnya sebagai terapi tambahan dengan
dengan glukosamin-kondroitin sulfat maupun harapan glukosamin dapat memberi perbaikan
plasebo. klinis pada penyakit tersebut (Zhu et al., 2018).

PEMBAHASAN Beberapa studi in vitro melaporkan bahwa


Osteoartris (OA) adalah penyakit yang paling penambahan glukosamin pada kultur kondrosit
umum menyebabkan peradangan dan nyeri dapat memperbaiki tulang yang rusak serta
hebat pada sendi yang mengakibatkan menurunkan proses inflamasi (Simental-
disabilitaspada lansia (Nelson, 2018). Penyakit Mendía et al., 2018). Efek ini dilihat dari
ini merupakan penyakit dengan beban sintesis aggrecan pada kultur kondrosit serta
kesehatan yang cukup besar di Indonesia penekanan proses inflamasi yang ditandai
(Ahmad et al., 2018). Faktor yang dengan penurunan aktivitas katabolik protease
berkontribusi dalam menimbulkan dan (Imagawa et al., 2011). Efek positif ini terjadi
memperparah OA yaitupenuaan, predisposisi karena adanya aktivitas anti-inflamasi,
genetik, obesitas, inflamasi dan pengangkutan stimulasi sintesis proteoglikan dan inhibisi
beban berlebih. Pada OA, terjadi perubahan sintesis enzim proteolitik. Kemungkinan juga
struktural pada sendi dan menyebabkan nyeri glukosamin dapat menginisiasi produksi asam
luar biasa, kekakuan, pembengkakan dan nyeri hyaluronat dan menghambat aktivitas kartilago
tekan (tenderness), yang akhirnya dengan menghancurkan enzim liposomal
mengakibatkan pada disabilitas dan (Jawed, Anjum, Awan, & Simjee, 2011).
terganggunya kualitas hidup penderita (Glyn-
Jones et al., 2015). Karena glukosamin tidak dapat beredar bebas
di alam, maka glukosamin perlu ditambahkan
Hingga saat ini, belum ada obat yang telah gugus tertentu, sehingga pada
diakui dapat mencegah ataupun menghambat pengaplikasiannya, suplemen glukosamin
progresivitas dari OA. Selain itu, obat yang dapat berupa glukosamin sulfat, glukosamin
umum digunakan dalam terapi OA seringkali HCL, N-asetilglukosamin, serta kombinasi
kurang efektif karena efikasi terbatas dan dengan senyawa lain, misalnya kondroitin,

63
Jurnal Farmasetis Volume 8 No 2, Hal 59 – 66, November 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

kondroitin sulfat dan metilsulfonilmetan DAFTAR PUSTAKA


(Rovati et al., 2012). Dari hasil yang berupa Ahmad, I. W., Rahmawati, L. D., & Wardhana,
kumpulan artikel yang telah didapat, dapat T. H. (2018). Demographic Profile,
disimpulkan bahwa suplemen glukosamin dan Clinical and Analysis of Osteoarthritis
kombinasi glukosamin-kondroitin sulfat- Patients in Surabaya. Biomolecular and
metilsulfonilmetan memiliki keluaran yang Health Science Journal, 1(1), 34.
lebih baik dibanding dengan kombinasi https://doi.org/10.20473/bhsj.v1i1.8208
glukosamin-kondroitin sulfat.
Bruyere, O., Pavelka, K., Rovati, L. C.,
Meskipun telah banyak dilakukan penelitian Gatterová, J., Giacovelli, G., Olejarová,
mengenai glukosamin dan efeknya terhadap M., … Reginster, J. Y. (2008). Total
OA, kebermaknaan klinis penggunaan joint replacement after glucosamine
suplemen glukosamin masih menjadi sulphate treatment in knee osteoarthritis:
pertanyaan. Hal ini dikarenakan oleh berbagai results of a mean 8-year observation of
hal, misalnya sampel yang kurang seragam, patients from two previous 3-year,
pemberian dosis yang belum efektif untuk randomised, placebo-controlled trials.
menimbulkan manfaat klinis, serta metode Osteoarthritis and Cartilage, 16(2),
pada sebagian penelitian memiliki sensitivitas 254–260.
dan spesifisitas yang kurang untuk menilai https://doi.org/10.1016/j.joca.2007.06.01
kebermaknaannya. Metode yang kurang akurat 1
menimbulkan bias sehingga banyak penelitian
yang menunjukkan hasil bahwa pemberian Cahlin, B. J., & Dahlström, L. (2011). No
glukosamin tidak signifikan dalam mengontrol effect of glucosamine sulfate on
gejala maupun memperbaiki kondisi OA. osteoarthritis in the temporomandibular
jointsa randomized, controlled, short-
Keterbatasan penelitian juga disebabkan oleh term study. Oral Surgery, Oral
kurangnya informasi mengenai dosis efektif Medicine, Oral Pathology, Oral
yang dibutuhkan dalam satu tablet/kapsul Radiology and Endodontology, 112(6),
suplemen glukosamin yang dikonsumsi secara 760–766.
peroral. Pada uji farmakologis yang dilakukan https://doi.org/10.1016/j.tripleo.2011.06.
secara in vitro, konsentrasi glukosamin yang 012
diuji dalam kultur sel kondrosit mencapai 2000
kali lebih tinggi dari konsentrasi maksimum Clegg, D. O., Reda, D. J., Harris, C. L., Klein,
yang dicapai dalam plasma darah setelah M. A., O’Dell, J. R., Hooper, M. M., …
pemberian oral 1500 mg glukosamin sulfat Williams, H. J. (2006). Glucosamine,
(Henrotin, Mobasheri, & Marty, 2012). Selain Chondroitin Sulfate, and the Two in
itu, kurang lebih 1 μg dari 1.500 mg Combination for Painful Knee
glukosamin oral yang akhirnya bisa sampai ke Osteoarthritis. N Engl J Med, 354(8),
cairan sinovial, yang artinyaperlu dosis banyak 795–808.
agar efek yang diharapkan dari glukosamin
dapat terlihat. Hal ini terjadi karena kartilago Glyn-Jones, S., Palmer, A. J. R., Agricola, R.,
sendi merupakan jaringan avaskuler (Şahin et Price, A. J., Vincent, T. L., Weinans, H.,
al., 2019). & Carr, A. J. (2015). Osteoarthritis. The
Lancet, 386(9991), 376–387.
SIMPULAN https://doi.org/10.1016/S0140-
Pemberian suplemen glukosamin dalam bentuk 6736(14)60802-3
glukosamin sulfat dan glukosamin HCL serta
kombinasi glukosamin-kondroitin sulfat- Henrotin, Y., Marty, M., & Mobasheri, A.
metilsulfonilmetan lebih efektif dibandingkan (2014). What is the current status of
dengan pemberian kombinasi glukosamin- chondroitin sulfate and glucosamine for
kondroitin sulfat. Selain itu, untuk suplemen the treatment of knee osteoarthritis?
glukosamin tanpa kombinasi senyawa lain Maturitas, 78(3), 184–187.
mungkin lebih efektif dalam bentuk https://doi.org/10.1016/j.maturitas.2014.
glukosamin HCL dibandingkan dengan 04.015
glukosamin sulfat.
Henrotin, Y., Mobasheri, A., & Marty, M.
(2012). Is there any scientific evidence

64
Jurnal Farmasetis Volume 8 No 2, Hal 59 – 66, November 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

for the use of glucosamine in the Care, 18(9), 24–27.


management of human osteoarthritis?
Arthritis Research and Therapy, 14(1), Nagaoka, I., Igarashi, M., & Sakamoto, K.
1–10. https://doi.org/10.1186/ar3657 (2012). Biological Activities of
Glucosamine and Its Related
Imagawa, K., de Andrés, M. C., Hashimoto, Substances. In Advances in Food and
K., Pitt, D., Itoi, E., Goldring, M. B., … Nutrition Research (1st ed., Vol. 65).
Oreffo, R. O. C. (2011). The epigenetic https://doi.org/10.1016/B978-0-12-
effect of glucosamine and a nuclear 416003-3.00022-6
factor-kappa B (NF-kB) inhibitor on
primary human chondrocytes - Nelson, A. E. (2018). Osteoarthritis year in
Implications for osteoarthritis. review 2017: clinical. Osteoarthritis and
Biochemical and Biophysical Research Cartilage, 26(3), 319–325.
Communications, 405(3), 362–367. https://doi.org/10.1016/j.joca.2017.11.01
https://doi.org/10.1016/j.bbrc.2011.01.0 4
07
Rovati, L. C., Girolami, F., & Persiani, S.
Indonesian Rheumatology Association. (2014). (2012). Crystalline glucosamine sulfate
Diagnosis dan Penatalaksanaan in the management of knee
Osteoartritis. In Rekomendasi IRA untuk osteoarthritis: Efficacy, safety, and
Diagnosis dan Penatalaksanaan pharmacokinetic properties. Therapeutic
Osteoartritis. Advances in Musculoskeletal Disease,
4(3), 167–180.
Jackson, C. G., Plaas, A. H., Ph, D., Sandy, J. https://doi.org/10.1177/1759720X12437
D., Hua, C., Kim-rolands, S., … Clegg, 753
D. O. (2011). The Human
Pharmacokinetics of Oral Ingestion of Rozendaal, R. M., Koes, B. W., van Osch, G.
Glucosamine and Chondroitin Sulfate J. V. M., Uitterlinden, E. J., Garling, E.
Taken Separately Or In Combination. H., Willemsen, S. P., … Bierma-
18(3), 297–302. Zeinstra, S. M. A. (2008). Effect of
https://doi.org/10.1016/j.joca.2009.10.01 Glucosamine Sulfate on Hip
3.THE Osteoarthritis. Annals of Internal
Medicine, 148(4), 268–277. Retrieved
Jawed, H., Anjum, S., Awan, S. I., & Simjee, from
S. U. (2011). Anti-arthritic effect of http://www.annals.org/cgi/content/abstra
GN1, a novel synthetic analog of ct/148/4/268
glucosamine, in the collagen-induced
arthritis model in rats. Inflammation Şahin, Ş., Bilgiç, E., Salimi, K., Tuncel, A.,
Research, 60(12), 1113–1120. Karaosmanoğlu, B., Taşkıran, E. Z., …
https://doi.org/10.1007/s00011-011- Korkusuz, F. (2019). Development,
0375-9 characterization and research of efficacy
on in vitro cell culture of glucosamine
carrying hyaluronic acid nanoparticles.
Journal of Drug Delivery Science and
Lubis, A. M. T., Siagian, C., Wonggokusuma, Technology, 52(April), 393–402.
E., Marsetyo, A. F., & Setyohadi, B. https://doi.org/10.1016/j.jddst.2019.05.0
(2017). Comparison of Glucosamine- 07
Chondroitin Sulfate with and without
Methylsulfonylmethane in Grade I-II Simental-Mendía, M., Sánchez-García, A.,
Knee Osteoarthritis: A Double Blind Vilchez-Cavazos, F., Acosta-Olivo, C.
Randomized Controlled Trial. Acta A., Peña-Martínez, V. M., & Simental-
Medica Indonesiana, 49(2), 105–111. Mendía, L. E. (2018). Effect of
glucosamine and chondroitin sulfate in
Marcum, Z. A., & Hanlon, J. T. (2010). symptomatic knee osteoarthritis: a
Recognizing the risks of chronic systematic review and meta-analysis of
nonsteroidal anti-inflammatory drug use randomized placebo-controlled trials.
in older adults. Annals of Long-Term Rheumatology International, 38(8),

65
Jurnal Farmasetis Volume 8 No 2, Hal 59 – 66, November 2019 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

1413–1428. 3609–3616.
https://doi.org/10.1007/s00296-018- https://doi.org/10.26355/eurrev_201806
4077-2 _15188

Soeryadi, A., Gessal, J., & Sengkey, L. S. World Health Organization. (2015). Chronic
(2017). Gambaran Faktor Risiko rheumatic conditions. Retrieved from
Penderita Osteoartritis Lutut di Instalasi http://www.who.int/chp/topics/rheumati
Rehabilitasi Medik RSUP Prof. Dr. R. c/en/
D. Kandou Manado Periode Januari–
Juni 2017. Jurnal E-Clinic, 5(2). Zegels, B., Crozes, P., Uebelhart, D., Bruyère,
Retrieved from O., & Reginster, J. Y. (2013).
https://doi.org/10.35790/ecl.5.2.2017.18 Equivalence of a single dose (1200 mg)
540 compared to a three-time a day dose
(400 mg) of chondroitin 4&6 sulfate in
patients with knee osteoarthritis. Results
of a randomized double blind placebo
Utami, P., Kalangi, S. J. R., & Pasiak, T. controlled study. Osteoarthritis and
(2013). Peran Glukosamin Pada Cartilage, 21(1), 22–27.
Osteoartritis. Jurnal Biomedik (Jbm), https://doi.org/10.1016/j.joca.2012.09.01
4(3). 7
https://doi.org/10.35790/jbm.4.3.2012.1
202 Zhu, X., Sang, L., Wu, D., Rong, J., & Jiang,
L. (2018). Effectiveness and safety of
Wang, X. X., & Cai, L. (2018). Expression glucosamine and chondroitin for the
level of proteoglycan, collagen and type treatment of osteoarthritis: A meta-
II collagen in osteoarthritis rat model is analysis of randomized controlled trials.
promoted and degradation of cartilage is Journal of Orthopaedic Surgery and
prevented by glucosamine methyl ester. Research, 13(1), 1–9.
European Review for Medical and https://doi.org/10.1186/s13018-018-
Pharmacological Sciences, 22(11), 0871-5

66

Anda mungkin juga menyukai