PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
lebih buruk di kemudian hari. Karena sifatnya yang kronik progresif, OA genu
berdampak sosial ekonomi yang besar di Negara maju dan di Negara berkembang. OA
genu banyak dijumpai pada usia lanjut, OA dapat juga timbul secara idiopatik dan
dapat juga timbul setelah trauma, dengan pembebanan sendi yang berulang ulang dan
terus menerus. Pada lansia kemungkinan terjadi masalah kesehatan sangatlah rentan
karena dengan bertambahnya usia akan otomatis terjadi penurunan fungsi struktur
tulang rawan artikular. Penyakit ini erat kaitannya dengan proses penuaan dan sebagian
besar berlokasi di sendi lutut, pinggul, jari, dan daerah vertebra lumbal oleh karena
proses penekanan yang terus menerus selama beberapa tahun. Sendi lutut merupakan
disebabkan oleh beberapa faktor. Penyakit ini mempunyai karateristik berupa terjadinya
kerusakan pada kartilago. Gejala OA genu bersifat progresif, dimana keluhan terjadi
berdasarkan Australian Institut of Health and Welfare pada tahun 2014–2015 penduduk
Australia pada umur 55-64 tahun untuk laki-laki 15,9% sedangkan pada perempuan
28,3%. Umur 65-79 tahun penderita OA genu pada laki-laki 21,2% dan perempuan
1
40,0% (Australian Institut of Health and Welfare, 2018). OA menurut American College
tanda dan gejala sendi. OA merupakan penyakit degeneratif dan progresif. Diderita 2/3
orang yang berumur lebih dari 60 tahun, dengan prevalensi 60,5% pada pria dan 70,5%
belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor risiko dapat memicu terjadinya
OA. Faktor risiko ini dapat dikelompokkan menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi
dan dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi yaitu usia, jenis
kelamin, cacat fisik/ imbalance tubuh, riwayat trauma, dan etnis. OA lebih sering terjadi
pada wanita dan umumnya mengenai populasi usia lanjut. Sedangkan faktor risiko yang
bahwa obesitas adalah faktor risiko dapat dimodifikasi yang memiliki hubungan terkuat
Indonesia pada tahun 2018 mengalami penurunan 4,6% karena pada tahun 2018 ini
penyakit sendi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan di Indonesia yaitu 7,3% dengan
batasan umur kurang dari 15 tahun (Latifah, 2019). Menurut Peraturan Menteri
yang menyatakan bahwa Fisioterapi suatu bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan
kepada individu dan atau kelompok utuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan
gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan
pelatihan fungsi dan komunikasi. Dalam penanganan OA genu peran fisioterapi sangat
2
besar maka dari itu penulis mengambil kasus yang berjudul “Pelaksanaan Fisioterapi
Pada Kasus Osteoarthritis genu Dengan Modalitas MWD dan US Salah satu intervensi
yang dilengkapi dengan elektroda dan diletakkan dikulit untuk menghantarkan impuls
listrik yang berfungsi sebagai pemblok impuls nyeri. Impuls nyeri yang diblok akan
keluar akan meningkatkan relaksasi kemudian diikuti oleh penurunan nyeri (Lestari,
2018).
Intervensi yang diberikan kepada dengan frekuensi terapi 2 kali dalam seminggu
yaitu US dan MWD dengan intensitas 30 mA dan durasi 15 menit, Hal ini dikarenakan
US dan MWD dapat mengurangi nyeri menurut gate control atau sistem bloking, nyeri
dapat dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat. Sistem
bloking masuk lebih dulu ke pintu masuk di substansia gelatinosa dan menghambat sel
nociceptive untuk memberikan informasi ke otak sehingga rangsang nyeri tidak sampai
ke otak. Pada jurnal yang ditulis oleh Inge dan Engeline, penelitian yang dilakukan
selama 6 minggu dengan interval 2 kali perminggu, US dan MWD yang digunakan ialah
frekuensi 100 hz, durasi 20 menit dengan pad terbuat dari self-adhesive ukuran 5x5 cm
mampu menghilangkan nyeri dan meningkatkan kinerja fisik pada penderita osteoarthritis
B. Rumusan Masalah
OA genu?
3
2. Apakah pemberian Micro Wave Diathermy (MWD) berpengaruh terhadap
peningkatan kekuatan otot, menambah Lingkup Gerak Sendi (LGS) dan menurunkan
3. Apakah pemberian Ultrasoud (US) dan Micro Wave Diathermy (MWD) dapat
Pasien OA genu dengan Modalitas Ultrasoud (US) dan Micro Wave Diathermy
(MWD) .
2. Tujuan khusus
c. Untuk mengetahui Ultrasoud (US) dan Micro Wave Diathermy (MWD) dapat
1. Bagi penulis
Manfaat yang diharapkan bagi penulis ialah menambah wawasan dan pengetahuan
4
Penyebarluasan informasi tentang penanganan OA genu pada rekan fisioterapi
3. Bagi Institusi
Menambah wawasan dalam pemberian modalitas Ultrasoud (US) dan Micro Wave
4. Bagi masyarakat
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus Yang Dikaji
1. Definisi OA
yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi. Osteoartritis berasal dari bahasa Yunani
yaitu osteo yang berarti tulang, arthro yang berarti sendi, dan itis yang berarti inflamasi
keseluruhan struktur dari sendi mengalami perubahan patologis, yang ditandai dengan
kerusakan kartilago hyalin sendi, meningkatnya ketebalan serta sklerosis dari lempeng
tulang, pertumbuhan osteofit pada tepian sendi, meregangnya kapsul sendi, timbulnya
peradangan dan melemahnya otot–otot yang menghubungkan sendi (Ade Pratama agung,
2017).
OA merupakan salah satu tipe penyakit arthritis yang paling umum terjadi
terutama pada orang-orang dengan usia lanjut. Penyakit ini juga disebut sebagai penyakit
sendi degeneratif yang menyerang kartilago, yaitu suatu jaringan keras tapi licin yang
menyelimuti bagian ujung tulang yang akan membentuk persendian. Fungsi dari kartilago
adalah untuk melindungi ujung tulang agar tidak saling bergesekan ketika bergerak. Pada
OA, kartilago mengalami kerusakan bahkan bisa sampai terkelupas sehingga akan
terjadi kekakuan sendi. Semakin lama hal ini akan menyebabkan struktur sendi berubah
menjadi abnormal hingga dapat muncul pertumbuhan tulang baru yang dinamakan
6
osteofit yang akan semakin memperbesar gesekan dan memperparah nyeri (National
sebagai berikut:
Deskripsi
Alternatif A Alternatif B Alternatif C Alternatif D
Original
Grade 1
Penyempitan Osteofit yang Kemungkinan Kemungkinan Patologi yang
dan tepi
kemungkinan
osteofit pada
tepi
Grade 2
Osteofit yang Osteofit yang Osteofit yang Osteofit yang Minimal
sceloris.
Grade 3
Adanya Penyempitan Osteofit Adanya osteofit
7
penyempitan penyempitan cukup besar
jelas, jelas,
sclerosi, sclerosis,
kemungkinan kemungkinan
deformitas (bony
a. Persendian Lutut
Sendi lutut adalah sendi yang terbesar dan paling rumit di seluruh tubuh.
Pada dasarnya, sendi ini terdiri atas dua buah sendi condylaris antara condylus
femoris medialis dan condylus femoris lateralis dengan condylus tibia yang sesuai
serta sebuah sendi pelana antara patella danfacies patellaris femoris (Snell, 2012).
Lutut terdiri dari tiga tulang yaitu os femoris, os tibia, dan os patella. Ujung
distal os femoris melebar menjadi struktur yang disebut sebagai condylus medialis
8
femoris dan condylus lateralis femoris yang akan menempel dengan os tibia. Kedua
tempat perlekatan collateral medial ligament dan collateral lateral ligament. Pada
bagian depan femur, diantara kedua condylus, terdapat permukaan cekung yang
disebut sebagai femoral groove dan merupakan tempat persendian dengan os patella
(Fiyoni, 2015).
Pada ujung proksimal os tibia juga terdapat penonjolan yang disebut sebagai
condylus medialis tibia dan condylus lateralis tibia. Berbeda dengan condylus
femoris, condylus tibia memiliki permukaan superior yang relatif datar dan sedikit
cekung yang disebut sebagai tibial plateau. Pada permukaan superior os tibia
terdapat daerah kasar yang disebut area intercondylaris tibia yang dibagi menjadi
bagian anterior dan posterior. Kedua bagian ini terdiri dari dua tonjolan yang
tempat perlekatan ligament dan berfungsi untuk membantu stabilisasi os tibia dan os
trochlea femoris. Tempat persendian os patella disebut facet dan dibagi menjadi dua
bagian yaitu medial patellar facet dan lateral patellar facet dengan bagian lateralnya
lebih lebar dan lebih dalam. Os patellamagna dan hunter’s cap merupakan bentuk
patella berperan untuk melindungi bagian depan lutut dan meningkatkan kekuatan
9
1
4
3
Tabel 2.2 Nama-Nama Otot Pada Lutut Beserta Origo, Insersio, Inervensi Dan
Fungsinya.
(Sumber : Nazirah, 2012).
10
Bagian Nama Otot Origo Insersio Inerversi Fungsi
Anterior M. rectus spina illiaca Patella N. Ekstensi
superior
M. vastus Dataran lateral Lateral os N. Ekstensi
mayor femoris,
labium
lateralis line
aspera
M. vastus Labium medial Setengah N. Ekstensi
patella
M. vastus Dataran Tubersita N. Ekstensi
aspera medialis
tibia
M. semi Tuberositas Condylus N. Fleksi
11
tibia L5-S2 endorot
si sendi
genu
M. Tuberositas Posterior N. Fleksi
si sendi
genu
M. Caput medial : Posterior N. Fleksi
medialis
femoris
caput lateral :
condylus
femoris
Medial M. sartorius SIAS Tuberosit N. Fleksi
L2-L3 rotasi
sendi
genu
M. gracilis ½ dibawah Tuberosit N. Fleksi
pubis genu
Lateral M. tensor Spina illiaca Tractus M. Fleksi,
12
fascia latae tibialis superior internal
cabang n. rotasi
femoralis hip
L4-L5,
S1-S2
13
1 2
7 6
8 9
14
1
2
3
15
d. Ligament Pada Lutut
Ligament adalah sebuah jaringan fibrosa yang tersusun oleh serat kolagen
yang memiliki sifat sangat kuat, fleksibel dan resisten dari pukulan atau tekanan dari
luar maupun dalam, ligament berfungsi sebagai penghubung tulang dengan tulang
atau sendi (Quinn, 2016). Ligament yang bertugas adalah ligament collateral dan
ligament cruciatum. Ligament cruciatum terletak didalam kapsul sendi dan arena
itu disebut ligament intracapsular. Terletak antara condylus medial dan lateral.
Medial Collateral Ligament (MCL) Disebut MCL karena tempat ligament ini berada
di tengah sendi lutut. MCL berfungsi untuk menahan beban dari permukaan luar
sendi lutut, sebagai penahan beban tubuh ketika rotasi tibia pada femur, dan juga
epycondylus lateralis dari Os. Femur dan persendian dengan tendon m. Biceps
Femoris ke bagian conjoined tendon. Fungsi dari LCL adalah sebagai penahan beban
varus pada sendi lutut dan saat gerakan rotasi Os. tibia terhadap Os. Femur. 3)
posterior superficial Os. Tibia. PCL memiliki bentuk yang pendek. PCL berfungsi
sebagai penahan ketika gerakan posterior translation atau ketika lutut fleksi 75° –
90°, rotasi dan valgus/ varus pada sendi lutut, medial tibial rotation 90°. 4) Anterior
Cruciatum Ligament (ACL) tepatnya berada di area depan pada sendi lutut. ACL
16
1
3 4
5
6
7
8
9
11
10
12
17
e. Meniscus Pada Lutut
tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk
Semilunaris Medialis Bentuknya hampir semi sirkular dan bagian belakang jauh
lebih lebar daripada bagian depannya. Cornu anterior melekat pada area
lateralis melalui beberapa serat yang disebut ligament transvers. Cornu posterior
melekat pada area intercondylaris posterior tibia. Batas bagian perifernya melekat
pada sampai dan ligament collateral sendi. Dan karena perlekatan inilah cartilago
dan melebar secara merata. Cornu anterior melekat pada area intercondylaris
jaringan fibrosa biasanya keluar dari cornu posterior dan mengikuti ligament
dari ligament collateral lateral oleh tendon popliteus, sebagian kecil dari tendon
melekat pada cartilago ini. Akibat susunan yang demikian ini cartilago semilunaris
18
1
2
5
3
6 7
9
10
19
f. Bursa Pada Lutut
Beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut yaitu; suprapatellar bursa
kulit), infrapatellar bursa terdiri dari bagian superfacial yang terletak diantara
ligament patella dan kulit, sedangkan deep infra patellar terletak diantara ligament
Kapsul sendi merupakan pengikat kedua tulang yang bersendi agar tulang
tetap berada pada tempatnya pada waktu terjadi gerakan. Tersusun atas fibrosis dan
artikularis yang tidak dilapisi kartilago artikularis (Pratama, 2019). Kapsul sendi
terdiri dari:
1. Lapisan luar
kuat yang tidak teratur. Dan akan berlanjut menjadi lapisan fibrous dari
periosteum yang menutupi bagian tulang. Dan sebagian lagi akan menebal dan
membentuk ligament.
2. Lapisan dalam
sendi dan bagian luar merupakan bagian dari artikular kartilago. Membran ini
menghasilkan cairan synovial yang terdiri dari serum darah dan cairan sekresi
dari sel synovial. Cairan synovial ini merupakan campuran yang kompleks
20
mengandung hyaluronic acid yang merupakan penentu kualitas dari cairan
synovial dan berfungsi sebagai pelumas dari permukaan sendi sehingga sendi
mudah digerakkan.
(L2 – L4) adalah nervus yang paling besar dari flexus lumbalis dan mempersyarafi
obturatorius (L2 – L4) memiliki 2 cabang yaitu cabang anterior dan posterior,
dan adductor longus, sedangkan cabang posterior melewati adductor brevis dan
posterior dari fleksus sacralis (L4 – L5 dan S1 – S2). Nervus peroneus communis
memiliki cabang sensoris yang meliputi articular superior dan inferior ke sendi
lutut dan nervus cutaneous suralis lateralis kemudian bergabung dengan nervus
cutaneous suralis medial membentuk nervus suralis yang mensarafi kulit pada
tungkai bawah bagian dorsal. Nervus tibialis merupakan cabang dari nervus
ischiadicus. Perjalanan syarafnya dimulai dari superior fossa popliteal dan turun
circumfleksia femoralis dan cabang ascending arteri tibialis anterior. Suplai darah
di daerah sendi lutut berasal dari anastomose pembuluh darah disekitar sendi ini.
Aliran vena pada sendi lutut mengikuti perjalanan arteri untuk kemudian akan
21
j. Biomekanik Pada Sendi Lutut
manusia yang meliputi otot, tulang, tendon dan ligament yang bekerja secara
bersamaan untuk menghasilkan suata gerakan. Biomekanik pada sendi lutut terjadi
karena axis gerak fleksi dan ekstensi yang berada di atas permukaan sendi, yang
melewati condylus femoris. Gerakan rotasi axis longitudinal pada daerah condylus
medialis. Beban yang diterima sendi lutut secara biomekanik dalam keadaan normal
melalui sendi lutut bagian medial dan otot paha bagian lateral sebagai penyeimbang,
sehingga resultan akan jatuh di bagian sentral sendi lutut (Fitria, 2015).
Osteokinematik yang terjadi pada sendi lutut yaitu ketika fleksi dan ekstensi
genu pada bidang sagital dengan LGS antara 120° – 130° (140 ° diikuti fleksi hip)
dan 0° – 10° LGS ketika ekstensi jika diikuti dengan ekstensi hip. Sedangkan untuk
gerakan endorotasi yaitu 30° – 35° dan eksorotasi 40° – 45° dari posisi awal mid
Arthrokinematika pada sendi lutut yaitu saat femur rolling dan sliding
berlawanan arah pada saat gerak fleksi, femur rolling ke arah posterior dan
slidingnya ke anterior. Sedangkan pada saat ekstensi, femur rolling ke anterior dan
sliding ke superior. Jika tibia bergerak fleksi atau ekstensi maka rolling dan sliding
terjadi searah, yaitu saat fleksi menuju ventral dan saat ekstensi menuju ventral
3. Etiologi OA Genu
pencetus atau predisposisi dari OA adalah (1) usia, (2) obesitas, kelebihan berat badan
(kegemukan) akan menyebabkan pembebanan yang berlebihan pada sendi yang banyak
menumpu berat badan, (3) jenis kelamin, pada usia 55 tahun keatas wanita lebih
22
berisiko karena berhubungan dengan menopause, pada menopause wanita mengalami
penurunan hormon terutama estrogen, sedangkan fungsi hormon estrogen salah satunya
adalah membantu sintesa kondrosit dalam matriks tulang, dan jika estrogen menurun
maka sintesa kondrosit menurun sehingga sintesa proteoglikan dan kolagen juga
menurun dan aktifitas lisosom meningkat, hal ini lah yang menyebabkan OA banyak
terjadi pada wanita, (4) aktifitas fisik dan pekerjaan, adanya stress yang berkepanjangan
pada lutut seperti pada olahragawan dan pekerjaan yang telalu banyak menumpu pada
lutut seperti membawa beban atau berdiri yang terus menerus, mempunyai resiko lebih
besar terkena OA genu, riwayat trauma langsung maupun tidak langsung dan
4. Patofisiologi OA Genu
Ketidakrataan rawan sendi disusul ulserasi dan hilangnya rawan sendi sehingga
terjadi kotak tulang dengan tulang dalam sendi disusul dengan terbentuknya kista
subkodral, osteofit pada tepi tulang dan reaksi radang pada membran sinovial.
Pembengkakan sendi, penebalan membran sinovial dan kapsul sendi, serta teregangnya
lemah karena efusi sinovial dan disuse atropi pada satu sisi dan spasme otot pada sisi lain.
Selviani, 2018).
23
5. Tanda dan Gejala OA Genu
a. Nyeri Sendi
Nyeri sendi merupakan hal yang paling sering dikeluhkan. Nyeri sendi pada
OA merupakan nyeri dalam yang terlokalisasi, nyeri akan bertambah jika ada
pergerakan dari sendi yang terserang dan sedikit berkurang dengan istirahat (Samual,
2018).
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah sendi
tersebut tidak digerakkan beberapa lama, seperti duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun tidur kekakuan yang terjadi
pada pagi hari berlangsung dalam waktu kurang dari 30 menit (Soeroso et al., 2014).
c. Pembengkakan
efusi (cairan dalam sendi pada stadium akut) dan osteofit (pembengkakan pada
secara perlahan sejalan dengan bertambahnya nyeri pada sendi (Samual, 2018).
e. Krepitus
Rasa gemeretak (seringkali sampai terdengar) yang terjadi pada sendi yang
pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang.
24
Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang
pasien OA pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul berkembang menjadi pincang.
Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang
6. Komplikasi OA Genu
a. Komplikasi Kronis
b. Komplikasi akut
1) Micrystaline Arthrophy
Adalah sebuah gangguan yang sangat progresif dan fatal yang membuat
2) Osteonekrosis
25
3) Ruptur Baker Cyst
penuh dengan cairan pelumas yang biasanya di dalam sendi lutut (Yossy, 2016).
4) Bursitis
organ yang letaknya di bawah kulit atau di atas sendi, yang berfungsi sebagai
bantalan di antara tulang dan tendon. Kantung cairan disebut sebagai bursa
(Yossy, 2016).
sendi lutut antara permukaan bantalan berat os femur dan tibia. Ada dua
meniskus di lutut antara lain sisi luar lutut (meniskus lateral) dan di sisi dalam
7. Prognosis OA Genu
prevalensi obesitas dan penuaan penduduk. Meskipun belum ditemukan pasti obat untuk
Osteoarthritis, dengan mengikuti pedoman untuk perubahan gaya hidup, manajemen rasa
sakit, dan manajemen diri yang menyatukan olahraga dan penurunan berat badan,
individu yang terkena secara substansial dapat mengurangi rasa sakit dan disfungsi
OA Genu merupakan salah satu penyakit yang tergolong dalam bidang kajian
Gout Arhtritis yang memilki gejala hampir sama dengan OA genu. Pentingnya diagnosis
banding dalam hal ini untuk mengekslusi pasien yang memiliki gangguan Inflamasi
26
Arthritis tersebut. Rheumatoid Arthritis merupakan suatu gangguan pada sendi dimana
terjadinya inflamasi kronis yang bersifat sistemis dan progresif. Pada RA umumnnya
terjadi keterlibatan sendi secara simetris atau bilateral (sendi kanan dan kiri) dan
umumnya menyerang sendi-sendi kecil seperti jari-jari tangan, kaki, dan lain-lain. Pada
peningkatan kadar asam urat dalam tubuh, yang kemudian akan terdeposisi dalam sendi
sebagai kristal urat. Hyperuricemia merupakan penyebab utama terjadinya gout artritis
dan hal ini terjadi sebagai akibat dari tinggi nya kadar purin dalam tubuh ataupun adanya
gangguan sekresi pada purin tersebut. Beberapa manifestasi klinisnya adalah nyeri hebat
yang bersifat akut, terjadi tiba-tiba pada malam hari, adanya eritema, tenderness, dan
hipersensitifitas pada sendi. Pada fase kronis, muncul pembengkakan pada sendi berupa
B. Problematika Fisioterapi
Menurut Partojo dalam Dimas dan Irine (2019) OA genu gangguan yang terjadi
functional limitation dan disability. Impairment yang muncul antara lain (1) nyeri yang
dirasakan disekitar sendi lutut dan nyeri saat menekuk lutut, (2) kelemahan otot-otot
penggerak sendi lutut, (3) keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) lutut (4) Spasme.
bangkit dari duduk/ jongkok, berjalan lama, naik turun tangga atau aktivitas fungsional
kegiatan tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan atau aktivitas bersosialisasi dengan
27
masyarakat seperti kegiatan pengajian, arisan dan sebagainya (Anggoro dan Wulandari,
2019).
C. Intervensi Fisioterapi
1. Microwave Diathermy
MHz dan 915 MHz dengan panjang gelombang 12,25 arus yang dipakai adalah
A. EFEK FISIOLOGIS
a) Perubahan Temperatur
1°C
2, Reaksi General
3.Consensual efek
Timbulnya respon panas pada sisi kontralateral dari segmen yang sama
28
terkonsentrasi pada jaringan otot, sebab jaringan otot lebih banyak
a) Indikasi
intrauterine
29
variable. Frekuensi bunyi Infra sonic < 20 Hz, Audio sonic 20-20.000 Hz, Ultra
sonic > 20.000 Hz. Dalam dunia medis gelombang ultra sonic digunakan untuk
BAB III
A. Pengkajian Fisioterapi
menegakkkan diagnosis dan pedoman dalam pelaksaan terapi terhadap keluhan yang
dialami pasien. Baik berupa anamnesis maupun berupa pemeriksaan. dengan anamnesis
dan pemeriksaan yang terarah dan terstruktur dapat di peroleh diagnosa yang tepat.
1. Anamnesis
30
Merupakan suatu cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara terapis
dengan auto (pasien) atau hetero (keluarga) pasien, baik itu meliputi : nama, umur, jenis
kelamin, serta pekerjaan dan hal hal yang berkaitan dengan penderita .
a. Keluhan Utama
pasien dahulu dengan penyakit yang diderita pasien sekarang. Adapun pertanyaan
alkoholik.
lingkungan tempat tinggal dari pasien. Dan dalam kasus ini pasien adalah seorang
31
Penting untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita oleh keluarga
pasien apabila mungkin terdapat kontribusi genetik yang kuat pada beberapa
penyakit
g. Anamnesis Sistem
gangguan lain yang terdapat dalam sistem lain dalam tubuh yang mungkin dapat
berpengaruh atau berhubungan dengan gangguan sistem yang diderita pasien. Dan
2) Kardiovaskuler
3) Respirasi
4) Gastrointestinalis
5) Urogenitalis
6) Muskuloskeletal
7) Nervorum
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda vital
a) Tekanan Darah
b) Denyut Nadi
c) Pernapasan
d) Temperatur
32
e) Tinggi Badan
f) Berat Badan
2) Inspeksi
3) Palpasi
dengan cara meraba dan menekan pada bagian tubuh pasien untuk mengetahui
adanya spasme otot, perbedaan suhu lokal, adanya nyeri, kelainan tonus otot,
4) Perkusi
adanya cairan.
5) Auskultasi
6) Gerak Dasar
33
Pemeriksaan gerak pasif ini dilakukan dengan batuan fisioterapis.
Tujuannya untuk mengetahui adanya nyeri gerak saat digerakkan, bisa atau
untuk sembuh.
b) Fungsional Aktifitas
34
Dalam pemeriksaan di dapatkan hasil bahwa pasien kesulitan
c) Lingkungan Aktifitas
3. Pemeriksaan Spesifik
3) Nyeri ringan
6) Nyeri berat
menyebabkan nyeri pada lutut. Lingkup gerak sendi dapat diukur menggunakan
Measurement (ISOM) normal dimana LGS sendi lutut (aktif) S = 0°-0°-130° (pasif)
B. Problematika Fisioterapi
1. Impairment
35
Impairment (kelemahan) adalah permasalahan fisioterapi yang utama.Keluhan
yang sering muncul antara lain (1) nyeri yang dirasakan disekitar sendi lutut dan nyeri
saat menekuk lutut, (2) kelemahan otot-otot penggerak sendi lutut, (3) keterbatasan
2. Functional limitation
seperti bangkit dari duduk/ jongkok, berjalan lama, naik turun tangga atau aktivitas
3. Disability
disebabkan karena penyakit yang diderita oleh pasien. Berupa ketidak mampuan
C. Tujuan Fisioterapi
Tujuan jangka pendek adalah tujuan yang sifatnya segera dicapai dari
problematika fisioterapi dan merupakan awal dari pemulihan aktifitas fungsional yang
berupa impairment. Tujuan jangka pendek antara lain (1) menghilangkan nyeri yang
dirasakan disekitar sendi lutut dan saat menekuk lutut, (2) meningkatkan kekuatan otot-
36
otot penggerak sendi lutut, (3) meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS) lutut (4)
Menghilangkan Spasme.
2. Jangka Panjang
Tujuan jangka panjang adalah meneruskan dari tujuan jangka pendek, setelah
tujuan jangka pendek berhasil sehingga tujuan akhirnya adalah meningkatkan aktifitas
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, Umi. 2019. Analisis Faktor Risiko Penderita Osteoartritis Sendi Lutut Di
Poli Ortopedi Rsd Dr. Soebandi Jember.
Carolyn, Kisner. & Colby, Lynn Allen. Therapeutic Exercise: Foundations and
Techniques F.A. Davis. 2013.
37
Dhananjaya, Javan Arya. (2012). Muskuloskeletal: Membahas Materi Tentang
Asuhan Keperawatan Pada Sistem Muskuloskeletal.
Fitria. (2015). Penambahan Latihan Stabilitas Lutut Lebih Baik daripada Koreksi
Alignment pada Terapi Ultrasound dalam Menurunkan Disabilitas pada
Osteoartritis Lutut di RSUD Dr.Pirngadi Medan. Denpasar: Universitas
Udayana.
Fiyoni, Astrid. 2015. Hubungan durasi mengemudi dengan nyeri lutut pada supir
taksi Di Jakarta.
http://eprints.undip.ac.id/53757/3/Ade_Pratama_agung_22010112110027_Lap.K
TI_B.
Ismailidis, P., Kernen, R., & Mueller, S. A. (2017). Total Knee Arthroplasty in
Severe Valgus Osteoarthritis Excellent Early Results in a 90-Year-Old
Patient with a Valgus Deformity of 47°. Case Reports in Orthopedics,
2017, 1–5.
jpghttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/143/jtptunimus-gdl-muhammadad-7113-
3-12.bab-a.pdf ReferensiApley, A. Graham. Buku ajar ortopedi dan
fraktur sistem Apley. Edisi ke-7. 2013.
Kisner C, Colby LA. 2012. Therapeutic Exercise. Foundations And Techniques. Sixth
Edition. Philadelphia. F.A. Davis Company: 157-192.
38
Kohn, M. D., Sassoon, A. A., Dan Fernando, N. D. 2016. Classifications In Brief:
Kellgren-Lawrence Classification Of Osteoarthritis. Clinical
Orthopaedics And Related Research. 474(8), 1886-93.
Lowe, Tristan., Balint, Richard., Shearer, Tom. (2016). Optimal Contrast Agent
Stainingof Ligaments and Tendon X-Ray Computed Tomography.
Padli, Gillien. 2017. Korelasi Skor Vas Dengan Skor Womac Pasien
Osteoarthritis Lutut Di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang
Paulsenf. & J. Waschke. 2013. Sobotta Atlas Anatomi Manusia: Anatomi Umum
dan muskuloskeletal. Penerjemah : Brahm U. Penerbit. Jakarta : EGC.
39
Pratama, Aditya Denny. 2019. Intervensi Fisioterapi Pada Kasus Osteoartritis
Genu Di Rspad Gatot Soebroto.Jurnal Sosial Humaniora Terapan
Volume 1 No.2, Januari-Juni 2019.
Purnomo, Didik. dkk. 2017. Pengaruh Micro Wave Diathermy Dan Terapi Latihan
Pada Osteoarthritis Genu Micro Wave Diathermy And Exercise Therapy
Effect In Osteoarthritis Genu. Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR)
Vol. 1, No. 2, Tahun 2017, ISSN 2548-8716.
Quinn, Elizabet. (2016). What is a Ligament: Learn about igaments and How to
Treat Ligament Injuries. https://www.verywell.com/what-is-a-
ligament3120393.
Saraswati, Putu Ayu Sita. dkk. 2016. Perbedaan Efektifitas Intervensi Microwave
Diathermy Dan Isometric Quadriceps Muscle Exercise Dengan
Microwave Diathermy Dan Perturbation Training Terhadap Peningkatan
Kemampuan Fungsional Pada Penderita Osteoarthritis.
Soeroso, J., Isbagio, H., Kalim, H., Broto, R., dan Pramudiyo, R. 2014.
Osteoartritis. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Keenam. Jakarta: Interna
Publishing.
40
Vesri, Yossy. (2013). Komplikasi Osteoarthritis.
https://id.scribd.com/doc/133134196/Komplikasi-Oa.Diakses19
September, 2016.
Widodo, Agus. Sihjayadi, Ika. 2017. Pengaruh Free Active Exercise Terhadap
Peningkatan Range Of Motion (Rom) Sendi Lutut Wanita Lanjut Usia.
Prosiding Seminar Ilmiah Nasional Kesehata , ISSN : 2338-2694
41