Anda di halaman 1dari 38

Laporan Kasus

OSTEOARTHRITIS

Pembimbing :
dr. Alwinsyah Abidin, Sp. PD-KP

Disusun Oleh :
Ghina Salsabillla (20360188)

Hifta Faradilla Seftiani (20360190)

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF ILMU PENYAKIT


DALAM RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN
SUMATERA UTARA
TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan laporan kasus yang
berjudul “Osteoarthritis“. Laporan kasus ini Disusun Sebagai Tugas Mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum
Haji Medan Sumatera Utara.
Kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada para pengajar
di SMF Ilmu Penyakit Dalam, khususnya dr. Alwinsyah Abidin, Sp.PD-KP atas
bimbingannya selama berlangsungnya pendidikan di bagian Ilmu Penyakit Dalam
ini sehingga kami dapat menyelesaikan tugas “Laporan Kasus” ini. Kami menyadari
bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki laporan kasus
ini dan untuk melatih kemampuan menulis makalah untuk selanjutnya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan Laporan Kasus ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang menempuh
pendidikan.

Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

Medan, 18 Juni 2021

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN

Osteoarthritis (OA) menurut American college of Rheumatology merupakan


sekelompok kondisi heterogen yang mengarah kepada tanda dan gejala sendi.
Osteoarthritis merupakan kelainan sendi degenerasi non inflamasi yang terjadi pada
sendi yang dapat digerakkan dan sendi penopang berat badan dengan gambaran khas
memburuknya rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada tepi tulang
(osteofit) sebagai akibat perubahan biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis
pada rawan sendi dan tulang sub kondral.(Pratama, 2019)
Osteoarthritis adalah gangguan pada sendi yang bergerak. Penyakit ini bersifat
kronik, berjalan progresif, tidak meradang, dan ditandai oleh adanya pengikisan
rawan sendi dan pembentukan tulang baru pada permukaan sendi. Gangguan ini
sedikit lebih banyak pada perempuan daripada laki-laki terutama ditemukan pada
orang-orang berusia lebih dari 45 tahun. Penyakit ini pernah dianggap sebagai suatu
proses penuaan normal, sebab insidens bertambah dengan meningkatnya usia
(Pratama, 2019)
Osteoartritis merupakan suatu penyakit degenerasi sendi yang dipengaruhi
oleh banyak faktor risiko seperti obesitas. OA juga memiliki beberapa faktor risiko
lain, yaitu faktor usia, jenis kelamin, dan pekerjaan dengan aktivitas yang berat.
Obesitas dapat meningkatkan beban biomekanik pada sendi lutut, panggul, dan sendi
lainnya selama aktivitas, yang biasanya dikaitkan dengan pemicu timbulnya
osteoarthritis. (Winangun, 2019)
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2007 menunjukkan
penduduk yang mengalami osteoarthritis di Indonesia sebesar 8,1 % dari total
penduduk. Sebanyak 29% diantaranya melakukan pemeriksaan dokter dan 71%
lainnya mengonsumsi obat bebas pereda nyeri. Angka kejadian OA di Indonesia sejak
tahun 1990 hingga 2010 telah mengalami peningkatan sebanyak 44,2%. Prevalesi OA
berdasarkan usia di Indonesia cukup tinggi yaitu 5% pada usia 40 tahun, 30% pada
usia 40-60 tahun, dan 65% pada usia lansia lebih dari 61 tahun.(Abdurrachman et al,
2019)
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Osteoartritis (OA) berasal dari beberapa kata yaitu osteo berarti tulang, artr berarti
sendi, dan itis berarti ada peradangan. Jadi osteoartritis berarti adanya peradangan pada
sendi dan tulang di sekitarnya. OA disebut juga penyakit sendi degeneratif atau artritis
hipertrofi. Penyakit ini merupakan penyakit kerusakan tulang rawan satu atau lebih sendi
yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut (Mansjoer, 2008). OA
terjadi akibat ausnya sendi, yang merusak tulang rawan pada lapisan terluar sendi karena
penggunaan sendi yang berulang-ulang. Tulang yang berdekatan akan saling bergeser
sehingga menimbulkan rasa nyeri. (Juliana, 2016)
Menurut keputusan konferensi yang diselenggarakan oleh American Academy of
Orthopedic Surgeons dan The National Institute of Health mengusulkan bahwa OA
adalah kelainan rawan sendi dengan adanya perubahan morfologi, biokimia, molekuler
dan biomekanik pada sel dan substansi dasarnya, fibrilasi peradangan dan penurunan
susunan rawan sendi, sklerosis dan kerusakan tulang subkondral, munculnya osteofit
serta kista subkondral. OA biasanya terjadi pada interfalank distal dan proximal, lutut,
tulang belakang dan sendi paha. (Juliana, 2016)

B. ETIOLOGI
Berdasarkan etiopatogenesisnya OA dibedakan menjadi dua yaitu OA Primer dan
OA sekunder, Osteoarthritis primer disebut juga OA idiopatik yaitu OA yag kausanya
tidak diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan lokal pada sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan
endokrin, inflamasi, metabolic, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta
imobilisasi yang terlalu lama. Osteoarthritis primer lebih sering ditemukan disbanding
OA sekunder. (Soeroso et al, 2001).

C. KLASIFIKASI
1. Berdasarkan pathogenesis
Berdasarkan patogenesisnya OA dibedakan menjadi OA primer dan OA sekunder.

3
 Osteoarthritis Primer
OA primer disebut juga OA idiopatik adalah OA yang kausanya tidak
diketahui dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses
perubahan lokal pada sendi. (Pratiwi, 2015)
Meski demikian, osteoartritis primer banyak dihubungkan pada penuaan.
Pada orang tua, volume air dari tulang muda meningkat dan susunan protein
tulang mengalami degenerasi. Akhirnya, kartilago mulai degenerasi dengan
mengelupas atau membentuk tulang muda yang kecil. Pada kasus-kasus lanjut,
ada kehilangan total dari bantal kartilago antara tulang-tulang dan sendi-sendi.
Penggunaan berulang dari sendi-sendi yang terpakai dari tahun ke tahun dapat
membuat bantalan tulang mengalami iritasi dan meradang, menyebabkan nyeri
dan pembengkakan sendi. Kehilangan bantalan tulang ini menyebabkan gesekan
antar tulang, menjurus pada nyeri dan keterbatasan mobilitas sendi. Peradangan
dari kartilago dapat juga menstimulasi pertumbuhan-pertumbuhan tulang baru
yang terbentuk di sekitar sendi-sendi. (Nazihah, 2017)

 Osteoarthritis sekunder
OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin,
inflamasi, metabolik, pertumbuhan dan imobilisasi yang lama. OA primer lebih
sering ditemukan dari pada OA sekunder. (Pratiwi, 2015)

Gambar 1. Osteoarthritis sekunder

4
2. Berdasarkan lokasi sendi

Gambar 2. Lokasi sendi osteoarthritis


a. OA tangan
Dimulai saat usia 45 tahun. Postmenopause wanita > pria (10 : 1) Keterlibatan
faktor genetik: riwayat penyakit dalam keluarga. OA tangan lebih sering mengenai
sendi-sendi distal interfalang, proksimal interfalang dan sendi karpometakarpal I, dan
jarang mengenai sendi metakarpofangaeal, namun bila terkena, fikirkan diagnosis
banding: adanya inflamasi atau artropati metabolik. Pembesaran tulang pada PIP:
Bouchard’s nodes, dan pada DIP: Heberden’s nodes. Diagnosis banding: OA erosif

b. OA sendi Lutut
Mengenai kompartemen: medial tibiofemoral, lateral tibiofemoral dan bagian
femoropatellar. Diagnosis banding: - misalignment dari tungkai bawah harus
disingkirkan (menyebabkan OA lutut kompartemental misalnya, bentuk kelainan
varus/kerusakan medial tibiofemoral, atau valgus/kerusakan lateral tibiofemoral). -
Genu valgum misalignment: melibatkan kompartemen lateral tibiofemoral. Kelainan
varus atau valgus dapat mempengaruhi lingkup gerak sendi (range of motion) dan
percepatan penyempitan celah sendi = disebut instabiliti pada sendi lutut (ligamentum
laxity).

5
c. OA panggul/koksa
OA panggul lebih sering ditemukan pada pria dibandingkan wanita, dan dapat
terjadi unilateral atau bilateral. Gejala klinis: nyeri panggul secara klasik timbul saat
berdiri (weight bearing) dan terkait dengan antalgic gait; nyeri terlokalisir pada
buttock, regio groin dan menjalar kebawah menuju bagian anterior. Kadang-kadang
keluhan nyeri dirasakan pada lutut. Nyeri pada malam hari dan kekakuan pada malam
hari, terkait adanya efusi pada sendi. OA panggul sering bersifat destruktif, ditandai
dengan penilaian Lequesne: adanya penyempitan celah sendi > 2mm/ tahun (contoh:
kehilangan lebih dari 50% pada celah sendi dalam 1 tahun). Jarang ditemukan
sklerosis tulang dan osteofit. Diagnosis banding: OA sekunder pada panggul meliputi:
displasia kongenital, osteonekrosis avaskular dan adanya trauma sebelumnya.

d. OA vertebra
Umumnya mengenai vertebra servikal dan lumbal. Osteofit pada vertebra dapat
menyebabkan penyempitan foramen vertebra dan menekan serabut syaraf, dapat
nyebabkan nyeri punggung-pinggang (back pain) disertai gejala radikular. Pada kasus
yang berat dapat terjadi hiperostosis (Penyakit Forestier’s, dapat mengenai sisi
ekstraspinal: DISH/diffuse idiophatic skeletal hyperostosis).

e. OA kaki dan pergelangan kaki


OA umumnya mengenai sendi I metatarsofalang. Gejala klinis: sulit berjalan dan
kulit diatasnya dapat meradang, terutama bila menggunakan sepatu ketat. Dapat
terjadi bursitis. Deformitas valgus (hallux valgus) sering ditemukan, mungkin pula
terdapat ankilosis pada sendi (hallux rigidus). Gambaran radiologi pada kaki dan
pergelangan kaki: dapat ditemukan osteofit, meskipun pada pasien usia < 40 tahun.
Sendi tarsal dapat terkena pada kelainan pes planus. OA pada tibial-talar dan subtalar
berhubungan dengan trauma, misalignment atau neuropathic arthropathy.

f. OA bahu
OA bahu lebih jarang ditemukan. Nyeri sulit dilokalisasi dan terjadi saat
pergerakan, keluhan nyeri pada malam hari saat pergerakan sering ditemukan. Pada
pemeriksaan fisik: terdapat keterbatasan gerak pada pergerakan pasif.

6
g. OA siku
OA siku jarang ditemukan, umumnya terjadi sebagai akibat dari paparan getaran
berulang (repeated vibration exposure), trauma atau metabolik artropati.

h. OA temporomandibular
Ditandai dengan krepitus, kekakuan dan nyeri saat chewing, gejala serupa diatas
ditemukan pada sindroma disfungsi temporomandibular. Radiografi: gambaran OA
sering ditemukan. Diagnosis banding: Nyeri orofasial yang tidak berkesesuaian
dengan gambaran radiografi. (Kalim,2014)

D. GAMBARAN KLINIS
Pada umumnya pasien OA mengatakan bahwa keluhannya sudah berlangsung lama,
tetapi berkembang secara perlahan – lahan.
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama yang seringkali membawa pasien ke dokter
(meskipun mungkin sebelumnya sendi sudah kaku dan berubah bentuknya). Nyeri
biasanya bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.
Beberapa gerakan tertentu kadang – kadng menimbulkan rasa nyeri yang lebih
disbanding gerakan yang lain. Nyeri pada OA juga dapat berupa berupa penjalaran
atau akibat radikulopati, misalnya pada OA servikal dan lumbal. OA lumbal yang
menimbulkan stenosis spinal mungkin menimbulkan keluhan nyeri betis, yang biasa
disebut claudication intermitten.
2. Hambatan gerak sendi
Gangguan ini biasnya semakin bertambah berat dengan pelan – pelan sejalan denga
bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri atau kaku sendi dapat timbul setelah imobilitas, seperti
duduk di kursi atau mobil dalam waktu yang cukup lama atau bahkan setelah bangun
tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang – kadang dapa terdengar) pada sedi yang sakit
5. Pembesaran sendi (deformitas)

7
Pasien mungkin menunjukkan bahwawa salah satu sendinya (seringkali terlihat di
lutut atau tangan) secara pelan – pelan membesr.
6. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien. Hampir semua pasien OA
pergelangan kai, tumit, lutut,atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan
berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar untuk
kemandirian pasien OA yang umumnya tua. (Soeroso et al, 2001)

E. PATOGENESIS
OA merupakan penyakit gangguan homeostatis dari metabolisme kartilago
dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang disebabkan oleh banyak faktor.
Tulang rawan berfungsi untuk melindungi tulang dari gesekan dan meredam getar antar
tulang.
Kondrosit merupakan sel rawan sendi yang terbenam didalam matriks rawan
sendi. Kondrosit sangat berperan penting untuk mempertahankan keseimbangan rawan
sendi. Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada
rawan sendi yang akan meningkat tajam pada OA. OA terjadi akibat kondrosit gagal
mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi
dan sintesis matriks ekstraselular. Perubahan kualitas matriks tersebut termasuk produksi
kolagen tipe I, III, VI, dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek.
Walaupun OA digolongkan sebagai penyakit non-inflamasi, tetapi didapatkan
bahwa berbagai sitokin turut berperan merangsang kondrosit menghasilkan enzim
perusak rawan sendi. Diproduksinya mediator inflamasi yaitu prostaglandin, sitokin (IL-
1 beta) radikal bebas nitris oxide (NO) dan enzim proteolitik yang kesemuanya akan
menyebabkan kerusakan struktus rawan sendi. NO dan IL-1 beta akan menghambat
pembentukan kolagen dan proteoglikan. Efek negatif lainnya IL-1 beta adalah dapat
mengaktivasi ensim proteolitik sehingga terjadi gradasi rawan sendi terutama jaringan
kolagen dan menyebabkan kematian kondrosit.
Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah
terjadi sinovitis. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan matrix
metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga
sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya
tulang subkondral juga ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan

8
menghasilkan enzim proteolitik. Pada OA degradasi rawan sendi lebih besar
dibandingkan pembentukan. Kartilago menjadi erosi, menipis dan tidak rata yang
menimbulkan nyeri, kaku, bengkak dan gangguan pada gerakan sendi.
Kartilago yang aus menyebabkan tulang di sekitar sendi tersebut beradu satu
sama lain dan terjadi patahan-patahan berukuran kecil pada tulang, sebagai akibatnya
tubuh akan bereaksi membentuk tulang yang baru dan timbullah potongan tulang yang
baru (osteofit) yang dikenal dengan pengapuran. Selanjutnya tulang disekitar sendi
tersebut mengalami perubahan bentuk (deformitas) dan menjadi lebih besar. Sehingga
akan menambah kerusakan rawan sendi. (Octavia, 2018)

F. DIAGNOSA
1. Anamnesa
Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)
- Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai
inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak
disertai kemerahan pada kulit)
- Tidak disertai gejala sistemik
- Nyeri sendi saat beraktivitas
- Sendi yang sering terkena: Sendi tangan: carpo-metacarpal (CMC I), Proksimal
interfalang (PIP) dan distal interfalang (DIP), dan Sendi kaki: Metatarsofalang
(MTP) pertama. Sendi lain: lutut, V. servikal, lumbal, dan hip.
Faktor risiko penyakit :
- Bertambahnya usia
- Riwayat keluarga dengan OA generalisata
- Aktivitas fisik yang berat
- Obesitas
- Trauma sebelumnya atau adanya deformitas pada sendi yang bersangkutan.
Penyakit yang menyertai, sebagai pertimbangan dalam pilihan terapi:
- Ulkus peptikum, perdarahan saluran pencernaan, penyakit liver.
- Penyakit kardiovaskular (hipertensi, penyakit jantung iskemik, stroke, gagal
jantung).
- Penyakit ginjal
- Asthma bronkhiale (terkait penggunaan aspirin atau OAINs).

9
- Depresi yang menyertai. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keluhan nyeri
dan fungsi sendi.
- Nyeri saat malam hari (night pain).
- Gangguan pada aktivitas sehari-hari.
- Kemampuan berjalan
- Lain-lain: risiko jatuh, isolasi social, depresi
- Gambaran nyeri dan derajat nyeri (skala nyeri yang dirasakan pasien). (Wijaya,
2018)

2. Pemeriksaan Fisik
a. Hambatan gerak
Perubahan ini seringkali sudah ada meskipun pada OA yang masih dini (secara
radiologis). Biasanya bertambah berat dengan semakin beratnya penyakit.
Sampai sendi hanya bisa digoyangkan dan menjadi kontraktur. Hambatan
gerak dapat konsentris (seluruh arah gerakan) maupun eksentris (salah satu
arah gerak saja).
b. Krepitasi
Gejala ini lebih berarti pada pemeriksaan klinis OA lutut. Pada awalnya hanya
berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau
dokter yang memeriksa. Dengan bertambah beratnya penyakit, krepitasi dapat
terdengar sampai jarak tertentu.
c. Pembengkakan sendi yang seringkali asimetris
Pembengkakakn sendi pada OA dapat timbul karena efusi pada sendi yang
biasanya tak banyak (< 100cc). Sebab lain adalah karena adanya osteofit, yang
dapat mengubah permukaan sendi.
d. Tanda – tanda peradangan
Tanda – tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata dan warna kemerahan) mungkin dijumpai pada OA
karena adanya synovitis. Biasanya tanda – tanda ini tak menonjoldan timbul
belakangan, seringkali dijumpai di lutut, pergelangan kaki, dan sendi – sendi
kecil tangan dan kaki.
e. Perubahan bentuk (deformitas sendi yang permanen)
Perubahan ini dpat timbul karena kontraktur sendi yang lama, perubahan

10
permukaan sendi, berbagai kecacatan dan gaya berdiri dan perubahan pada
tulang dan permukaan sendi.
f. Perubahan gaya berjalan
Keadaan ini hampir sealu berhubungandengan nyeri karena menjadi tumpuan
berat bdan. Terutama dijumpai pada OA lutut, sendi paha dan OA tulang
belakangdengan stenosis spinal. (Soeroso et al, 2001)

3. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk mendiagnosis OA. Pemeriksaan darah
membantu menyingkirkan diagnosis lain dan monitor terapi. Pemeriksaan radiologi
dilakukan untuk klasifikasi diagnosis atau untuk merujuk ke ortopaedi.
(Kalim,2014).
Gambaran radiografi sendi yang mendukung diagnosis OA adalah :
1) Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada bagian
yang menanggung beban).
2) Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkhondrial
3) Kista tulang
4) Osteofit pada pinggir sendi
5) Perubahan struktur anatomi sendi

Berdasarkan perubahan radiografi tersebut, secara radiografi dapat digolongkan


menjadi OA ringan sampai berat (kriteria Kellgren dan Lawrence):
Grade 0: Tidak ditemukan penyempitan ruang sendi atau perubahan reaktif
Grade 1: Penyempitan ruang sendi meragukan dengan kemungkinan bentukan
osteofit.
Grade 2: Osteofit jelas, kemungkinan penyempitan ruang sendi
Grade 3: Osteofit sedang, penyempitan ruang sendi jelas, nampak sklerosis,
kemungkinan deformitas pada ujung tulang
Grade 4: Osteofit besar, penyempitan ruang sendi jelas, sklerosis berat, nampak
deformitas ujung tulang (Wijaya, 2018)

11
Gambar 3. Grade Osteoarthritis

Gambar 4. Perbandingan lutut normal dan OA

Untuk kepentingan penyeragaman diagnosis maka seyogyanya dipergunakan


acuan berupa klasifikasi diagnosis berdasarkan kriteria American College of
Rheumatology (ACR) berikut ini.

12
Kriteria diagnosis OA lutut ICD-10 kode: M17
Klinik dan Laboratorik Klinik dan Radiografik Klinik
Nyeri lutut + minimal 5 dari Nyeri lutut + minimal 1 dari Nyeri lutut + minimal 3 dari
9 kriteria berikut : 3 kriteria berikut : 6 kriteria berikut:
- Umur > 50 tahun - Umur >50 tahun - Umur > 50 tahun
- Kaku pagi < 30 menit - Kaku pagi < 30 menit - Kaku pagi < 30 menit
- Krepitus - Krepitus - Krepitus
- Nyeri tekan Ditambah : - Nyeri tekan
- Pembesaran tulang Osteofit - Pembesaran tulang
- Tidak panas pada perabaan - Tidak panas pada perabaan
- LED < 40 mm/jam
- RF < 1 : 40
- Analisis cairan sendi
normal

Kriteria Diagnosis OA Tangan ICD-10 kode: M18


Klinik
Nyeri, ngilu atau kaku pada tangan dan paling sedikit 3 dari 4 kriteria di bawah ini:
1. Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi-sendi tangan di bawah ini:
- Sendi distal interfalang ke-2 dan ke-3
- Sendi proksimal interfalang ke-2 dan ke-3
- dan sendi pertama karpometakarpofalang kedua tangan
2. Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi distal interfalang
3. Kurang dari 3 pembengkakan sendi metakarpofalang
4. Deformitas sedikitnya pada 1 dari 10 sendi-sendi tangan pada kriteria 2 di atas.

Kriteria Diagnosis OA Panggul ICD-10 kode: M16


Klinik dan Laboratorik Klinik, laboratoris, dan Radiografik
Nyeri pada sendi panggul/koksa Nyeri pada sendi panggul/koksa
dan dan
paling sedikit salah 1 dari 2 kelompok kriteria di paling sedikit 2 dari 3 kriteria di bawah ini:
bawah ini: 1. LED < 20 mm pada jam pertama
1. Rotasi internal sendi panggul < 15º disertai 2. Osteofit pada femoral dan atau asetabular
LED ≤ 45 mm/jam atau fleksi sendi panggul ≤ pada gambaran radiologis
115º (jika LED sulit dilakukan) 3. Penyempitan celah sendi secara radiologis
2. Rotasi internal sendi panggul ≥ 15º disertai (superior, axial dan atau medial)
nyeri yang terkait pergerakan rotasi internal sendi
panggul, kekakuan sendi panggul pagi hari ≤ 60
menit, dan usia > 50 tahun

13
G. PENATALAKSANAAN

Non farmakologi

1. Physical exercise.

Banyak jenis latihan fisik yang dikembangkan untuk pasien osteoarthritis. Dalam
penelitiannya mengatakan bahwa strengthening dan aerobic exercise efektif
mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi fisik pada pasien osteoarthritis derajat
ringan sampai sedang. Dengan melakukan exercise ini juga mencegah progresifitas
osteoarthritis.

2. Penurunan berat badan.

Penderita osteoarthritis dengan kegemukan disarankan untuk mengurangi berat


badan dengan cara berolahraga atau diit. Dengan berat badan normal maka beban
sendi dalam menopang berat menjadi lebih toleran/ringan.

3. Braces and patellar taping.

Diindikasikan ketika terdapat malaligmen dan rasa nyeri yang tidak responsif
terhadap pengobatan. Hati-hati dalam penggunaan braces and patellar taping ini
karena dapat menyebabkan iritasi kulit dan terhambatnya aliran darah ke bagian
distal kaki.

Farmakologi

Penggunaan obat dilakukan jika dengan terapi non farmakologi tidak dapat mengatasi
gejala yang ada. Obat-obatan yang sering digunakan dokter antara lain :

1. Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs (NSAIDs), Cyclooxygenase-2 (COX-2)


Inhibitors, and Acetaminophen.

NSAIDs dan Cyclooxygenase-2 Inhibitors lebih efektif dibandingkan dengan


acetaminophen untuk mengobati nyeri pasien osteoarthritis. Namun karena efek
toksisitas NSAIDs besar maka pedoman pertama terapi nyeri osteoarthritis adalah
acetaminophen. Contoh obat NSAIDs sebagai berikut : Aspirin, Ibuprofen,
Piroxicam, Ketoprofen, Asam Mefenamat, Diclofenac, Ketorolac, Meloxicam,
Celecoxib, Etoricoxib.

2. Injeksi asam hyaluronic

Asam hyaluronic diproduksi alami oleh tubuh, terdapat dalam cairan sendi yang
membantu melumasi sendi dan mempermudah pergerakan sendi, dan melindungi
tulang dari beban yang didapatkan ketika berjalan. Suntikan asam hyaluronic ke
dalam sendi lutut telah disetujui oleh Food and Drug Administration untuk
pengobatan osteoarthritis.

3. Glucosamine dan Chondroitin Sulfat

Glukosamin adalah gula alami yang dibentuk tubuh yang membungkus tulang
rawan. Kondroitin adalah zat alami dalam tubuh yang berfungsi untuk membantu
mengambil air dan nutrisi ke tulang rawan, menjaganya agar tetap kenyal dan

14
sehat. Glucosamine dan chondroitin sulfat merupakan suplemen nutrisi yang
berfungsi untuk membantu mencegah kerusakan tulang rawan/degenerasi sendi
sehingga dapat mengurangi nyeri lutut.

4. Terapi farmakologi lain

Suntikan intraartikuler kortikosteroid. Injeksi ini biasa digunakan pada penderita


osteoarthritis dengan nyeri hebat. (Setiawan daan Marlina, 2017)

15
BAB III
LAPORAN KASUS

No RM : 00364015
Ruangan : Jabal Rahmah
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Samsul Azwar Gally
Umur : 65 tahun
Status kawin : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiun
Alamat : Dusun II Perum Graha Muslim Bandar Setia Deli Serdang Percut Sei Tuan
Sumatra Utara 20371
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : Nyeri sendi kedua lutut
Telaah
Pasien datang ke IGD RSU Haji Medan dengan keluhan nyeri pada persendian lutut
hingga jari – jari pada kedua kaki. Keluhan ini pasien rasakan sudah selama 5 minggu namun
memberat sejak 4 hari yang lalu. Nyeri lebih dirasakan saat pasien menekuk lutut nya dan
merasa lebih ringan nyerinya saat dibawa istirahat. Selain nyeri pasien juga mengeluh lutut
hingga kaki terasa kaku dan sulit digerakkan. Pasien juga mengalami pembengkakan pada
kedua punggung kaki meskipun lebih mengeluhkan kaki sebelah kanan.
Batuk juga dirasakan pasien sejak 2-3 hari yang lalu. Selain itu pasien mengeluhkan
meriang dan demam yang hilang timbul sejak 3 hari yang lalu. Terdapat nyeri pada ulu hati.
Pasien juga merasakan keluhan lainnya seperti Nafsu makan dan berat badan yang menurun
serta tidur yang terganggu.
BAB : 2x/hari, Kuning kecoklatan
BAK : 5x/hari, warna kuning jernih
RPT : Asam urat
RPK : Tidak ada
RPO : Pasien lupa nama obat
R. Alergi : Tidak ada
R. Kebiasaan : Jarang makan nasi, suka makan roti, telur, tomat, pisang, dan pepaya,
perokok aktif tetapi sejak 4 tahun lalu berhenti.

16
ANAMNESA PENYAKIT TERDAHULU :
Asam urat

ANAMNESA PEMAKAIAN OBAT :


Pasien lupa nama obat

ANAMNESA PENYAKIT VENERIS :

 Bengkak kelenjar regional : Tidak


 Luka-luka dikemaluan : Tidak
 Pyuria : Tidak
 Bisul-bisul : Tidak

ANAMNESA INTOKSIKASI :
Tidak ada

ANAMNESA MAKANAN :
 Nasi : Ya Freq : 1x/hari
 Ikan : Ya
 Sayuran : Ya
 Daging : Ya

ANAMNESA FAMILY :

 Penyakit-penyakit Family :-
 Penyakit seperti orang sakit :-
 Anak-anak 6, Hidup 5, Mati 1

17
STATUS PRAESENS :
KEADAAN UMUM

 Sensorium : Composmentis
 Tekanan Darah : 120/70 mmHg
 Temperatur : 36,0°𝐶
 Pernafasan : 22x/menit, Reguler, Tipe Pernafasan Abdominal - Thorakal
 Nadi : 80x/menit

KEADAAN PENYAKIT :

 Anemi : Tidak
 Ikterus : Tidak
 Sianosis : Tidak
 Dispnoe : Tidak
 Edema : Ya
 Eritema : Tidak
 Turgor : Baik
 Gerakan aktif : Menurun
 Sikap Tidur paksa : Tidak

KEADAAN GIZI :
BB : 65 KG
TB : 165 CM
RBW = 100% Kesan : Normoweight
IMT = 24,07 kg/cm² Kesan : Resiko Obesitas

PEMERIKSAAN FISIK
KEPALA
 Muka Pucat : Ya
 Konjungtiva Anemis : Ya
LEHER : Dalam batas normal

THORAKS : Dalam batas normal

ABDOMEN
• Nyeri Tekan epigastrium : Ya

EKSTREMITAS
Bawah Dextra Sinistra
• Bengkak : Ya Ya
• Oedema : Ya Ya
• Gangguan Fungsi : Ya Ya

18
PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN: PEMERIKSAAN FOTO ARTICULATIO GENU:

DARAH
Darah Rutin
Hemoglobin 9,80 g/dl

Eritrosit 3,22 Juta/uL


Leukosit 11.600 /uL
Hematokrit 28,5 %
Trombosit 226.000 /uL

Index Eritrosit
MCV 88,4 Fl
MCH 30,3 Pg
 OA Genu grade 1 kanan
MCHC 34,2 g/dL
 Kedudukan dan cela sendi baik
Jenis Leukosit
Eosinofil 0 %
Basofil 0 %
Limfosit 6,8 %
Monosit 6 %
N.Seg 87,1 %
Fungsi Ginjal

Asam Urat 8,1 mEg/L

DIAGNOSA KERJA
Osteoarthritis + Hiperurisemia + Dispepsia

TERAPI :

 Aktivitas : Tirah Baring


 Diet : M2
 Medikamentosa :
 IVFD RL 20 gtt/i
 Ranitidin 1 amp/ 12 jam
 Ketorolac 1 amp/ 12 jam
 Recolfar 0,5 mg 2x1
 Paracetamol 500 mg 3x

19
BAB IV
DISKUSI
TEORI KASUS
Anamnesis
Sakit / nyeri (+) (+)
Kaku (+) (+)
Sakit digerakan (+) (+)
Bengkak (+) (+)
Stand abnormal (+) (+)
Deformitas (+/-) (-)

Pemeriksaan Fisik

Hambatan Gerak (+) (+)

Krepitasi (+) (-)


Pembengkakan sendi (oedema) (+) (+)
Tanda tanda peradangan (nyeri tekan,rasa (+) (-)
hangat,warna kemerahan)
Perubahan bentuk (+) (-)
Perubaha gaya berjalan (+) (+)
Pemeriksaan penunjang
Foto Articulatio Genu
Osteofit (+) (-)

Penyempitan ruang sendi (+) (-)

20
Pengobatan
1. Medikamentosa

NSAIDs Ketorolac (+)


Aspirin
Ibuprofen
Piroxicam
Ketoprofen
Asam Mefenamat
Diclofenac
Ketorolac
Meloxicam
Celecoxib
Etoricoxib
Asam hyaluronic Tidak diberikan

Glucosamine dan Tidak diberikan


Chondroitin Sulfat
Kortikosteroid Tidak diberikan
Betamethasone
Dexamethasone
Prednisone
Methyl prednisolone
Triamcinolone

21
BAB V
KESIMPULAN

Telah dilaporkan satu kasus Osteoarthritis, diagnosa ditegakkan secara anamnesis,


pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Manifestasi klinis seperti sendi yang kaku,
bengkak, nyeri dan ditambah dengan hasil foto articulation genu dimana terlihat penyempitan
ruang sendi yang masih meragukan dengan adanya kemungkinan bentukan osteofit
menjadikan pasien ini didiagnosis OA grade 1.
Pasien juga didiagnosa Hiperurisemia, dilihat dari pemeriksaan laboratorium yang
menunjukan kadar asam urat dalam darah cukup tinggi (8,1 mEg/L) dan ditambah diagnosis
dyspepsia karena mengeluhkan sakit pada ulu hati yang dirasakan sebelum atau sesudah
makan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Juliana, Liska. 2016. Karakteristik Penderita Osteoartritis Rawat Jalan Di Rsud


Dr.Pirngadi. Skripsi. Universitas Sumatera Utara

Kalim, Handono. 2014. Diagnosis dan penatalaksanaan osteoarthritis. Rekomendasi


Perhimpunan Rheumatologi Indonesia. Jakarta

Nazihah, Nurul Aifaa. 2017. Studi Osteoarthritis Genu Menurut Grading Kellgren
Lawrence Dan American College Of Rheumatology Criteria (Acrc) Pada Pasien
Lansia Di Rsup Dr Wahidin Sudirohusodo. Skripsi. Universitas Hasanuddin

Octavia, Leony. 2018. Penderita Osteoarthritis Panggul Dan Lutut Di Rsptn


Universitas Hasanuddin. Skripsi. Universitas Hasanuddin.

Pratama, A.D. 2019. Intervensi Fisioterapi Pada Kasus Osteoartritis Genu Di Rspad
Gatot Soebroto. Jurnal Sosial Humaniora Terapan Vol 1(2), pp 21-34

Pratiwi, Anisa Ika. 2015. Diagnosis and Threatment Osteoarthritis. J Majority, 4(4),
pp 10-17

Setiawan, Y.E; Marlina, T.T. 2017. Upaya Pencegahan Progresifitas Stadium


Osteoarthritis Lutut Di Rumah. Jurnal STI kesehatan Panti Rapih, pp 53 – 60

Soeroso, J; Isbagio, H; Kalim, H; et al. 2001. Osteoartritis. Ilmu Penyakit Dalam. Ed


11. Jilid 3. Jakarta : FKUI. Pp 3197 – 208

Wijaya, Sandy. 2018. Osteoarthritis Lutut. CDK-265. 45(6). Pp 424 - 29

Winangun, 2019. Diagnosis Dan Tatalaksana Komprehensif Osteoartritis. Jurnal


Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar, 5(1), pp 125 – 42.

23
Resume :
ANAMNESA UMUM
• Badan Merasa Kurang Enak : Ya
• Merasa Capek / Lemas : Ya
• Merasa Kurang Sehat : Ya
• Nafsu makan : Menurun
• Tidur :Terganggu
• Berat Badan :Menurun
• Malas : Ya
• Demam : Ya

ANAMNESA ORGAN
LAMBUNG
• Sakit di Epigastrium sebelum / sesudah makan : Ya

USUS
• Sakit di abdomen : Ya
• Obstupasi : Tidak
• Defekasi (freq, warna, konsistensi ) : 2x/hari, Kuning kecoklatan

GINJAL DAN SALURAN KENCING


• Miksi (freq,warna,sebelum/sesudah miksi, mengedan) : 5x/hari, Kuning jernih

SENDI
• Sakit : Ya
• Sendi Kaku : Ya
• Sakit digerakan : Ya
• Bengkak : Ya
• Stand Abnormal : Ya

DARAH
• Muka Pucat : Ya

PEMERIKSAAN FISIK
MUKA
 Pucat : Ya
MATA
• Anemia : Ya

ABDOMEN
• Nyeri Tekan epigastrium: Ya

EKSTREMITAS
Bawah Dextra Sinistra
• Bengkak : Ya Ya
• Oedema : Ya Ya
• Gangguan Fungsi : Ya Ya

24
25
26
ANAMNESA UMUM  Sendawa : Tidak
 Badan Merasa Kurang Enak : Ya  Anoreksia : Tidak
 Merasa Capek / Lemas : Ya  Mual-mual : Tidak
 Merasa Kurang Sehat : Ya  Dysphagia : Tidak
 Menggigil : Tidak  Foetor ex ore : Tidak
 Nafsu makan : Menurun  Pyrosis : Tidak
 Tidur :Terganggu
 Berat Badan :Menurun B. USUS
 Malas : Ya  Sakit di abdomen : Ya
 Demam : Ya  Borborygmi : Tidak
 Pening : Tidak  Obstupasi : Tidak
 Defekasi (freq, warna, konsistensi )
ANAMNESA ORGAN : 2x/hari, Kuning kecoklatan
 Diare(freq,warna, konsistensi): Tidak
1. COR
 Melena : Tidak
 Dyspnoe d’effort : Tidak
 Tenesmi : Tidak
 Dyspnoe d’repos : Tidak
 Flatulensi : Tidak
 Oedema : Tidak
 Haemorhoid : Tidak
 Nocturia : Tidak
 Cyanosis : Tidak C. HATI DAN SALURAN EMPEDU
 Angina Pectoris : Tidak  Sakit perut kanan : Tidak
 Palpitasi Cordis : Tidak Memancar ke
 Asma Cardial : Tidak  Kolik : Tidak
 Ikterus : Tidak
2. SIRKULASI PERIFER
 Gatal dikulit : Tidak
 Claudio Intermitten : Tidak
 Asites : Tidak
 Sakit waktu istirahat : Tidak
 Oedema : Tidak
 Rasa mati diujung jari : Tidak
 Berak dempul : Tidak
 Gangguan Tropis : Tidak
 Kebas-kebas : Tidak 5. GINJAL DAN SALURAN KENCING
 Muka Sembab : Tidak
3. TRACTUS RESPIRATORUS
 Kolik : Tidak
 Batuk : Tidak
 Miksi (freq,warna,sebelum/sesudah
 Berdahak : Tidak miksi, mengedan) : 5x/hari, Kuning
 Haemaptoe : Tidak jernih
 Sakit dada waktu bernafas : Tidak  Polyuria : Tidak
 Stridor : Tidak  Sakit pinggang : Tidak
 Sesak nafas : Tidak memancar ke
 Pernafasan cuping hidung : Tidak  Oliguria : Tidak
 Suara Parau : Tidak  Anuria : Tidak
 Polakisuria : Tidak
4. TRACTUS DIGESTIVUS
A. LAMBUNG 6. SENDI
 Sakit di Epigastrium sebelum / sesudah  Sakit : Ya
makan : Ya  Sendi Kaku : Ya
 Rasa panas di Epigastrium : Tidak  Merah : Tidak
 Muntah(freq, warna, isi, dll) : Tidak  Sakit digerakan : Ya
 Hematemesis : Tidak  Bengkak : Ya
 Ructus : Tidak  Stand Abnormal : Ya
27
7. TULANG  Libido Seksual : Tidak
 Sakit : Tidak ditanyakan
 Bengkak : Tidak  Coitus : Tidak
 Fraktur Spontan : Tidak ditanyakan
 Deformitas : Tidak
12. SUSUNAN SYARAF
8. OTOT  Hipoastesia : Tidak
 Sakit : Tidak  Paraestesia : Tidak
 Kebas-kebas : Tidak  Paralisis : Tidak
 Kejang-kejang : Tidak  Sakit Kepala : Tidak
 Atrofi : Tidak  Gerakan Tics : Tidak

9. DARAH 13. PANCA INDRA


 Sakit dimulut dan lidah : Tidak  Penglihatan : Normal
 Mata berkunang-kunang : Tidak  Pendengaran : Normal
 Pembengkakan kelenjar : Tidak  Penciuman : Normal
 Merah di kulit : Tidak  Pengecapan : Normal
 Muka Pucat : Ya  Perasaan : Normal
 Bengkak : Tidak 14. PSIKIS
 Penyakit Darah : Tidak  Mudah tersinggung : Tidak
 Pendarahan sub kutan : Tidak  Takut : Tidak
 Gelisah : Tidak
10. ENDOKRIN  Pelupa : Tidak
a. Pankreas  Lekas Marah : Tidak
 Polidipsi : Tidak
 Polifagi : Tidak 15. KEADAAN SOSIAL
 Poliuri : Tidak  Pekerjaan : Pensiun
 Pruritus : Tidak  Hygiene : Bersih
 Pyorrhea : Tidak

b. Tiroid
 Nervositas : Tidak
 Exoftalmus : Tidak
 Struma : Tidak
 Miksodem : Tidak

c. Hipofisis
 Akromegali : Tidak
 Distrifi adipos : Tidak
kongenital

11. FUNGSI GENITALIA


 Menarche :-
 Siklus Haid :-
 Menopause :-
 G/P/A :-
 Ereksi : Tidak
ditanyakan

28
ANAMNESA PENYAKIT TERDAHULU :
Asam urat

ANAMNESA PEMAKAIAN OBAT :


Pasien lupa nama obat

ANAMNESA PENYAKIT VENERIS :

 Bengkak kelenjar regional : Tidak


 Luka-luka dikemaluan : Tidak
 Pyuria : Tidak
 Bisul-bisul : Tidak

ANAMNESA INTOKSIKASI :
Tidak ada

ANAMNESA MAKANAN :

 Nasi : Ya Freq : 1x/hari


 Ikan : Ya
 Sayuran : Ya
 Daging : Ya

ANAMNESA FAMILY :

 Penyakit-penyakit Family :-
 Penyakit seperti orang sakit :-
 Anak-anak 6, Hidup 5, Mati 1

29
STATUS PRAESENS :
KEADAAN UMUM

 Sensorium : Composmentis
 Tekanan Darah : 120/70 mmHg
 Temperatur : 36,0°𝐶
 Pernafasan : 22x/menit, Reg,Tipe Pernafasan Thorakal- Abdominal
 Nadi : 80x/menit

KEADAAN PENYAKIT :

 Anemi : Tidak
 Ikterus : Tidak
 Sianosis : Tidak
 Dispnoe : Tidak
 Edema : Ya
 Eritema : Tidak
 Turgor : Baik
 Gerakan aktif : Menurun
 Sikap Tidur paksa : Tidak

KEADAAN GIZI :
BB : 65 KG
TB : 165 CM
RBW = 100% Kesan : Normoweight
IMT = 24,07 kg/cm² Kesan : Resiko Obesitas

30
PEMERIKSAAN FISIK
g. Lidah
1. KEPALA
 Kering : Tidak
 Pertumbuhan rambut :
 Pucat : Tidak
Normal
 Beslag : Tidak
 Sakit kalau dipegang : Tidak
 Tremor : Tidak
 Perubahan Lokal : Tidak
h. Tonsil
a. Muka
 Merah : Tidak
 Sembab : Tidak
 Bengkak : Tidak
 Pucat : Ya
 Beslag : Tidak
 Kuning : Tidak
 Membran : Tidak
 Parase : Tidak
 Agina Lacunaris : Tidak
 Gangguan local : Tidak
2. LEHER
Inspeksi
b. Mata
 Struma : Tidak
 Stand Mata :
 Kelenjar Bengkak : Tidak
Normal
 Pulsasi Vena : Tidak
 Gerakan :
Normal  Torticolis : Tidak
 Venektasi : Tidak
 Exoftalmus : Tidak
 Ptosis : Tidak
Palpasi
 Ikterus : Tidak
 Posisi Trachea :
 Anemia : Ya
Normal
 Reaksi Pupil : Isokor
 Sakit / Nyeri Tekan : Tidak
 Gangguan local : Tidak
 TVJ : R-
2CM H20
c. Telinga
 Kosta Servikalis : Tidak
 Sekret : Tidak
 Radang : Tidak
3. THORAX DEPAN
 Bentuk :Normal Inspeksi
 Atrofi : Tidak  Bentuk :
 Pyrroe Alveolaeris : Tidak Fusiformis
d. Hidung  Simetris/asimetris :
 Sekret : Tidak Simetris
 Bentuk : Tidak  Bendungan Vena : Tidak
 Benjolan-benjolan : Tidak  Ketinggalan bernafas : Tidak
 Venektasi : Tidak
e. Bibir  Pembengkakan : Tidak
 Sianosis : Tidak  Pylsasi Verbal : Tidak
 Pucat : Tidak  Mammae : Tidak
 Kering : Tidak
 Radang : Tidak Palpasi
 Nyeri Tekan : Tidak
f. Gigi  Fremitus Suara :
 Karies : Tidak Sama, Ka = Ki
 Pertumbuhan : Tidak  Fremissement : Tidak
 Jumlah : Tidak  Iktus :-
dihitung a. Lokalisasi :-
31
b. Kuat Angkat :- Palpasi
c. Melebar :-  Nyeri Tekan : Tidak
d. Iktus Negatif :-  Fremitus Suara : Tidak
 Penonjolan-penonjolan : Tidak
Perkusi Perkusi
 Suara Perkusi Paru : Sonor  Suara perkusi paru : Sonor
kedua lapang paru kedua lapang paru
 Batas Paru Hati :  Gerakan bebas : 2 cm
a. Relatif : ICS V  Batas bawah paru :
linea midclavicularis dextra a. Kanan :
b. Absolut : ICS VI IX Proc.Spin. Vert. Thoracal
linea midclavicularis dextra b. Kiri :
 Gerakan Bebas : 2 cm X Proc.Spin.Vert. Thoracal
 Batas Jantung Auskultasi
a. Atas : ICS III  Suara Pernafasan : Vesikuler
linea parasternalis sinistra  Suara Tambahan : -
b. Kanan : ICS IV
linea parasternalis dextra
c. Kiri : ICS V
linea midclavicularis sinistra

Auskultasi
Paru-Paru
 Suara Pernafasan :
Vesikuler
 Suara Tambahan : Tidak
a. Ronki Basah :-
b. Ronki Kering :-
c. Krepitasi :-
d. Gesek Pleura :-
Cor
 Heart Rate :
80x/menit 5. ABDOMEN
 Suara Katup : Inspeksi
M1 > M2 A2 > A1  Bengkak : Tidak
P2 > P1 A2 > P2  Venektasi : Tidak
Suara Tambahan  Gembung : Tidak
 Desah Jantung Fungsionil : Tidak  Sirkulasi Collateral : Tidak
 Gesek Percardia : Tidak  Pulsasi : Tidak
Palpasi
4. THORAX BELAKANG  Defens Muscular : Tidak
Inspeksi  Nyeri Tekan : Ya
 Bentuk  Lien : Normal
:Fusiformis  Ren : Normal
 Simetris / Asimetris :  Hepar Teraba : Tidak
Simetris Perkusi
 Benjolan-benjolan : Tidak  Pekak Hati : Ya
 Scapulae alta : Tidak  Pekak Beralih : Tidak
 Ketinggalan bernafas : Tidak Auskultasi
 Venektasi : Tidak  Peristaltik usus : 10x/menit
32
6. GENITALIA PEMERIKSAAN LABORATORIUM RUTIN :
 Luka : Tidak
DARAH
 Sikatrik : Tidak
 Nanah : Tidak Darah Rutin
 Hernia : Tidak
Hemoglobin 9,80 g/dl
7. EKSTREMITAS Eritrosit 3,22 Juta/uL
Atas Dexra Sinistra
 Bengkak : Tidak Tidak Leukosit 11.600 /uL
 Merah : Tidak Tidak
Hematokrit 28,5 %
 Stand Abnormal : Tidak Tidak
 Gangguan Fungsi : Tidak Tidak Trombosit 226.000 /uL
 Tes Rumpelit : Tidak Tidak
Index Eritrosit
 Refleks
 Biceps : ++ ++ MCV 88,4 Fl
 Triceps : ++ ++
MCH 30,3 Pg
 Radio Periost : + +
MCHC 34,2 g/dL
Bawah Dextra Sinistra
 Bengkak : Ya Ya Jenis Leukosit
 Merah : Tidak Tidak Eosinofil 0 %
 Oedema : Ya Ya
 Pucat : Tidak Tidak Basofil 0 %
 Gangguan Fungsi : Ya Ya
Limfosit 6,8 %
 Luka / Gangren : Tidak Tidak
 Varises : Tidak Tidak Monosit 6 %
 Refleks
N.Seg 87,1 %
 KPR : ++ ++
 APR : ++ ++ Fungsi Ginjal
 Struple :+ +
Asam Urat 8,1 mEg/L

33
RESUME
Anamnesa Utama :
Telaah

 Edema (+) Tungkai kanan-kiri


 Nafsu makan menurun
 Tidur terganggu
 BAB : 2x/hari, Kuning kecoklatan
 BAK : 5x/hari, kuning jernih
 RPT : Asam Urat
 RPK : Tidak ada
 RPO : Pasien lupa nama obat
 R. Alergi : Tidak ada
 R. Kebiasaan : Jarang makan nasi, suka makan roti, telur, tomat, pisang, dan
pepaya, perokok aktif tetapi sejak 4 tahun lalu berhenti.

STATUS PASIEN
Keadaan Umum Keadaan Penyakit Keadaaan Gizi
Sensorium : Compos Mentis Anemia : Ya TB : 165 CM
Tekanan Darah : 120/70 mmHg Ikterus : Tidak BB : 65 KG
Nadi : 80x/ menit Sianosis : Tidak
Nafas : 22x/menit Dysponoe : Tidak RBW = 100%
Suhu : 36,0 °𝐶 Edema : Ya Kesan : Normoweight
Eritema : Tidak
Turgor : Baik IMT : 24,07 kg/cm²
Gerakan Aktif : Tidak Kesan : Resiko Obesitas
Sikap paksa : Tidak

PEMERIKSAAN FISIK

Kepala : Muka pucat (+), konjungtiva anemis (+)

Leher : Dalam batas normal

Thorax : Dalam Batas Normal

Abdomen : Nyeri tekan epigastrik (+)

Ektremitas : Bengkak (+), Edema (+), gangguan fungsi (+) dikedua tungkai

PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
 Darah :
- Hemoglobin : 9,80 g/dl (), hematocrit : 28,5 % (), leukosit : 11.600 / µL (),
eritrosit : 3,2 juta/µL (), eosinophil : 0 % (), limfosit : 6,8 % (), Neutrofil seg. :
87,1 %(), Asam Urat : 8,1 mEg/L ()
 Urin :-
 Tinja :-
 Foto Articulatio Genu :
- OA genu grade 1 kanan
- Kedudukan dan cela sendi baik.
 Foto Thoraks :
- Sinus Costophrenicus normal. Diafragma normal.
- Jantung : Besar dan bentuk normal
- Paru : Corakan broncho vascular normal dan tak tampak kelainan aktif spesifik dan
pathologic
- Kesan : cor/pulmo dalam batas normal.

DIAGNOSA KERJA :

Osteoarthritis + Hiperurisemia + Dyspepsia


TERAPI :
 Aktivitas : Tirah Baring
 Diet : M2
 Medikamentosa :
 IVFD RL 20 gtt/i
 Ranitidin 1 amp/ 12 jam
 Ketorolac 1 amp/ 12 jam
 Recolfar 0,5 mg 2x1
 Paracetamol 500 mg 3x1
BAB IV
DISKUSI
TEORI KASUS
Anamnesis
1. Sendi
Sakit / nyeri (+) (+)
Kaku (+) (+)
Merah (-) (-)
Sakit digerakan (+) (+)
Bengkak (+) (+)
Stand abnormal (+) (+)
2. Tulang

Bengkak (+) (-)


Deformitas (+/-) (-)

Pemeriksaan Fisik

1. Sendi

Bengkak (+) (+)


Merah (-) (-)
Edema (+) (+)
Gangguan fungsi (+) (+)
Pemeriksaan penunjang
2. Laboratorium

LED <40mm/jam Tidak dilakukan


pemeriksaan
RF (Rheumatoid factor) <1:40 Tidak dilakukan
pemeriksaan
3. Foto Articulatio Genu

Osteofit (+) (-)

Penyempitan ruang sendi (+) (-)

Anda mungkin juga menyukai