Anda di halaman 1dari 29

REFERAT

OSTEONEKROSIS

Pembimbing:
dr. Wahyu Rosharjanto, Sp.OT

Disusun oleh :
Sukiswanti Andryana Sari SN 1513010010
Glennis Widra S 1513010040

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO
RSUD DR. SOESELO SLAWI KABUPATEN TEGAL
PERIODE 15 JULI – 21 SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas referat dengan judul
“Ostenekrosis”. Referat ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
Kepaniteraan Klinik di Stase Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soeselo
Slawi Kabupaten Tegal.
Dalam kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
berbagai pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian referat
ini, terutama kepada dr. Wahyu Rosharjanto, Sp.OT selaku pembimbing, atas waktu
dan pengarahannya selama penulis belajar dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada para dokter dan staff Ilmu Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soeselo Slawi Kabupaten Tegal, serta rekan-rekan
seperjuangan dalam Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penulis perlukan demi melengkapi referat ini.
Akhir kata, semoga Tuhan membalas kebaikan semua pihak dan referat ini
hendaknya membawa manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, profesi, dan
masyarakat luas.

Slawi, Agustus 2019

Penulis

i
LEMBAR PENGESAHAN

REFFERAT DENGAN JUDUL


“OSTEONEKROSIS”
Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing, sebagai syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah RSUD dr.Soeselo Slawi
Periode 15 JULI – 21 SEPTEMBER 2019

Slawi, 21 Juli 2019

dr. Wahyu Rosharjanto, Sp.OT

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................v
DAFTAR ARTI SINGKATAN .............................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................3
A. Anatomi ..........................................................................................................3
B. Osteonekrosis .................................................................................................9
1. Definisi Osteonekrosis............................................................................................... 9
2. Epidemiologi Osteonekrosis .................................................................................... 9
3. Etiologi Osteonekrosis............................................................................................. 10
4. Patogenesis Osteonekrosis ..................................................................................... 10
5. Patofisiologi ................................................................................................................ 11
6. Manifestasi Klinik Osteonekrosis ........................................................................ 13
7. Pemeriksaan Diagnostik Osteonekrosis ............................................................. 14
8. Stadium Osteonekrosis ............................................................................................ 16
9. Diagnosis Banding Osteonekrosis........................................................................ 16
10. Penatalaksanaan Osteonekrosis ............................................................................ 17
11. Prognosis ..................................................................................................................... 18
BAB III ...................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Stadium AVN …………………………………………………… 16

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ossa pelvis tampak anterior…………...……………………………… 33


Gambar 2.2 Tulang Femur …….………………………………………………... 34

v
DAFTAR ARTI SINGKATAN

AVN : Avascular necrosis


SLE : Sistemic lupus eritematosus

vi
BAB I

PENDAHULUAN

Osteonekrosis atau Avascular necrosis (AVN) merupakan suatu keadaan

patologi tulang akibat kekurangan suplai darah, sehingga menyebabkan kematian

pada tulang tersebut. Apabila tulang kekurangan suplai darah, jaringan tulang akan

mati dan rusak sehingga bisa menyebabkan disabilitas. Osteonekrosis paling sering

terjadi pada pasien yang berusia antara 30-65 tahun.(1)

Penyebab dari osteonekrosis dapat disebabkan oleh idiopatik, trauma

(penyebab paling sering) dan non trauma (kondisi sistemik), seperti alkoholisme,

terapi steroid, penyakit hematologi, dan SLE.(2)

Bagian tulang yang paling sering mengalami osteonekrosis adalah sendi

panggul, femur, karpal, talus, metatarsal, dan humerus. morbiditas osteonekrosis

yang mengenai sendi panggul sangat tinggi, dan prevalensi untuk terjadinya

disabilitas sangat banyak.(3)

Osteonekrosis dari caput femur, juga sering disebut sebagai nekrosis

avaskuler, adalah keadaan patologi yang disebabkan oleh berbagai etiologi yang

menyebabkan penurunan suplai vaskuler pada tulang subkondral dari caput femur.

Osteonekrosis adalah fenomena yang melibatkan gangguan dari suplai vaskuler ke

caput femur, yang menghasilkan kolapsnya permukaan artikuler dan kemudian

menjadi osteoarthritis.(4)

Pada stadium awal pasien tidak menunjukkan gejala, tetapi dengan

berjalannya waktu, AVN menyebabkan kerusakan pada sendi, sehingga

memerlukan pembedahan dan pada tahap akhir penyakit ini memerlukan

1
penggantian panggul total. Oleh karena itu, melalui makalah ini diharapkan para

pembaca dapat mengenal osteonekrosis. Adanya pengetahuan mengenai

osteonekrosis mulai dari definisi, gejala yang dirasa dan terutama penatalaksanaan

yang tepat akan dapat membantu menanggulangi permasalahan akibat

osteonekrosis.(5)

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

1. Tulang Panggul

Ossa pelvis (tulang panggul) tersusun atas dua ossa coxae, os sacrum

dan os coccygeus yang menyatu kedepan membentuk symphysis pubis. Pada

bagian anterior os sacrum terdapat bagian yang menonjol yang disebut

dengan promontorium. Os coxae terdiri dari tiga komponen yaitu os ilium,

os ischium dan os pubis, yang apabila ketiga komponen tersebut bertemu

akan membentuk acetabulum.(6)

Gambar 2.1 Ossa pelvis tampak anterior

Panggul dibagi menjadi dua regio oleh bidang imajiner yang ditarik

dari promontorium sakrum ke pinggir atas simfisis pubis, yaitu:

a. Pelvis mayor/panggul palsu : terletak di atas linea terminalis yang

berfungsi untuk menyokong intestinum.

3
b. Pelvis minor/panggul sejati : terletak di bawah linea terminalis, memiliki

dua bukaan yaitu: arpertura pelvis superior (pintu atas panggul) dan

arpetura pelvis inferior (pintu bawah panggul).(6)

2. Tulang Femur

Femur dalam bahasa latin berarti paha, adalah tulang terpanjang,

terkuat dan terberat dari semua tulang pada rangka tubuh. Bentuk dari tulang

femur menyerupai bentuk silinder yang memanjang. Femur terbagi atas tiga

bagian yaitu bagian proximal, medial, dan distal.(7)

a. Proximal femur

Bagian tulang femur yang berdekatan dengan tulang pelvis,

terdiri atas kepala (caput femoris), leher (collum femoris), trochanter

mayor dan trochanter minor.(7)

1) Caput femoris

Bentuk caput femoris yaitu membulat dan berartikulasi

dengan acetabulum. Permukaan lembut dari bagian caput femur

mengalami depresi, fovea kapitis untuk tempat perlekatan ligamen

yang menyangga caput agar tetap di tempatnya dan membawa

pembuluh darah ke kepala femur tersebut. Femur tidak berada pada

garis vertikal tubuh. Caput femur masuk ke dalam accetabulum untuk

membentuk sudut sekitar 1250 dari bagian collum femur. Salah satu

fungsi penting caput femoris adalah tempat produksi sel darah merah

pada sumsum tulangnya.(8)

4
2) Collum femoris

Collum femoris menyerupai bentuk piramida memanjang,

serta merupakan penghubung antara caput femoris dengan

trochanter.(8)

3) Trochanter mayor dan trochanter minor

Trochanter mayor adalah prominance besar yang berlokasi di

bagian superior dan lateral tulang femur. Trochanter minor

merupakan prominance kecil yang berlokasi di bagian medial dan

posterior dari leher dan corpus tulang femur. Trochanter mayor dan

trochanter minor berfungsi sebagai tempat perlekatan otot untuk

menggerakan persendian panggul.(8)

b. Medial Femur

Bagian tulang femur yang membentuk corpus dari femur

menyerupai bentuk silinder yang memanjang. Bagian batang

permukaannya halus dan memiliki satu tanda saja, linea aspera yaitu

lekuk kasar untuk perlekatan beberapa otot.(7)

c. Distal Femur

Bagian anterior dari distal femur merupakan lokasi tempat

melekatnya tulang patella, terletak 1,25 cm di atas knee joint. Bagian

posterior dari distal femur terdapat dua buah condylus, yaitu condylus

lateral dan condylus medial. Kedua condylus ini dipisahkan oleh fossa

intercondylus.(7)

5
Gambar 2.2 Tulang Femur

3. Persendian Coxae

Articulatio coxae adalah sebuah sendi sinovial yang dibentuk oleh

tulang femur pada bagian caput femoris dan tulang pelvis pada acetabulum

dan mempunyai konfigurasi ball and socket. Acetabulum, yang merupakan

bagian besar dari tulang pelvis, berperan sebagai socket dan caput femoris

berperan sebagai ball. Konfigurasi sendi yang demikian ini memungkinkan

sendi tersebut mempunyai kelebihan dalam stabilitas weight bearing

sekaligus kebebasan pergerakan.(8)

Gambar 2.3 Persendian Coxae

6
4. Vaskularisasi

Femur diperdarahi oleh arteri femoralis. Arteri femoralis sampai di

tungkai atas dengan berjalan di belakang ligamentum inguinale, sebagai

lanjutan dari Arteri iliaca externa. Di sini, arteri terletak di pertengahan

antara spina iliaca anterior superior dan symphisis pubis. Arteri femoralis

merupakan pembuluh darah utama untuk membrum inferius. Arteria ini

berjalan ke bawah hampir vertikal ke arah tuberculum adductor magnus

(hiatus adductorius) dengan memasuki spatium poplitea sebagai A.

Poplitea.(7)

Gambar 2.4 Vaskularisasi ekstremitas inferior

7
Gambar 2.5 Vaskularisasi articulation coxae

Pada orang dewasa, Arteri circumflexa femoris medialis merupakan

pembuluh darah utama yang memperdarahi caput femoris. Akan tetapi, pada

bayi, Ramus acetabularis (dari Arteri obturatoria dan arteri circumflexa

femoris medialis), yang berjalan di dalam ligamentum capitis femoris,

menyuplai sebagian besar perdarahan untuk caput femoris. Pada orang

dewasa, ramus acetabularis hanya memperdarahi seperlima sampai sepertiga

bagian epiphysis proksimalis. Akan tetapi, arteri circumflexa femoralis

medialis memperdarahi caput femoris dan collum femoris. Arteri

circumflexa lateralis terutama memperdarahi collum femoris disisi

anteriornya. Acetabulum mendapat pendarahan dari sisi ventral dan dorsal

oleh arteri obturatoria dan dari sisi kranial oleh arteri glutea superior.(8)

8
B. Osteonekrosis

1. Definisi Osteonekrosis

Osteonekrosis atau yang sering disebut avaskular nekrosis adalah

suatu kondisi dari kematian sel-sel komponen tulang dikarenakan adanya

gangguan aliran darah ke tulang, sehingga struktur tulang mengalami kolaps

yang menyebabkan destruksi tulang, nyeri dan hilangnya fungsi sendi. Tanpa

suplai darah, jaringan tulang akan mati dan menjadi nekrotik.(9)

2. Epidemiologi Osteonekrosis

Angka kejadian dan prevalensi osteonekrosis di dunia belum

diketahui. Menurut survei di Jepang, setiap tahunya diperkirakan sebanyak

2500-3000 kasus osteonekrosis mengenai sendi panggul, 34,7% disebabkan

oleh penggunaan kortikosteroid, 21,8% karena alkohilisme dan 37,1%

idiopatik. Bagian tulang yang paling sering mengalami osteonekrosis adalah

sendi panggul, karpal, talus, femur, metatarsal, mandibula dan humerus. Di

Amerika, dilaporkan sekitar 15.000 kasus osteonekrosis terjadi setiap

tahunnya, dan sekitar 10% di antaranya telah dilakukan replacement

surgeries. Osteonekrosis paling sering terjadi pada pasien yang berusia

antara 30-65 tahun. (1)

Belum didapatkan angka pasti mengenai mortalitas pasien dengan

osteonekrosis, namun jumlah mortalitas sangat rendah dan sangat

bergantung dari prosedur operasi yang digunakan untuk mengatasi

osteonekrosis. Angka morbiditas sangat tinggi dan bergantung pada

penyebab yang mendasari. Morbiditas osteonekrosis yang mengenai sendi

panggul sangat tinggi, dan prevalensi terjadinya disabilitas sangat banyak.(1)

9
3. Etiologi Osteonekrosis

Nekrosis avaskular biasanya berhubungan dengan berbagai kondisi

klinik lainnya. Beberapa faktor etiologi yang teridentifikasi, meliputi hal-hal

sebagai berikut : (10)

a) Primer atau kondisi idiopatik

b) Sekunder atau berhubungan dengan beberapa kondisi, seperti berikut

1) Trauma, seperti trauma panggul, fraktur kolum femur dan

acetabulum, dislokasi panggul

2) Penggunaan kortikosteroid sistemik atau menderita Cushing disease

3) Penyalahgunaan alkohol

4) Lupus eritematosus sistemik

5) Gangguan hematologi (sikle cell disease, hemoglobinopati)

6) Gangguan metabolik (hiperlipidemia, gout, gagal ginjal)

7) Gangguan ortopedik (displasia kongenital hip)

8) Infeksi (osteomyelitis, HIV)

9) Transplantasi ginjal

10) Terapi radiasi

11) Pankreatitis

12) Kehamilan

13) Penggunaan bisfosfonat

4. Patogenesis Osteonekrosis

Beberapa pathogenesis osteonekrosis, diantaranya adalah sebagai

berikut : (9)

10
a) Oklusi vaskular. Kondisi ini dengan karakteristik interupsi dari aliran

darah ekstraoseus akibat beberapa faktor, seperti trauma (fraktur,

dislokasi), stress nontraumatik dan faktor stres.

b) Gangguan metabolisme lemak. Peningkatan kadar lemak dalam serum

akan memberikan manifestasi deposisi lemak pada caput femur,

hipertensi femoral, dan iskemia. Pemberian kortikosteroid berhubungan

dengan pembentukan emboli lemak pada kepala femur.

c) Koagulasi intravaskular. Gangguan koagulasi sistemik memberikan

implikasi pada patogenesis AVN secara oklusi vaskular pada beberapa

pembuluh darah.

d) Proses penyembuhan fraktur. Nekrosis tulang pada proses perbaikan

dilakukan oleh osteoklas, osteoblas, histiositis dan elemen vaskular.

Osteoblas membangun tulang baru pada bagian atas tulang yang mati

sehingga membentuk jaringan ikat untuk mencegah revaskularisasi dari

tulang yang nekrotik, kondisi ini menghasilkan abnormalitas remodeling

sendi dan disfungsi sendi sehingga meningkatkan risiko AVN.

e) Kematian sel primer. Kematian sel-sel osteosit menghasilkan kematian

jaringan tulang, kondisi ini terjadi pada pasien pasca transplantasi ginjal,

pemberian steroid jangka panjang dan ketergantungan alkohol.

f) Stres mekanik. Tekanan yang berulang meningkatkan risiko AVN pada

caput femur.

5. Patofisiologi

Patofisiologi mengenai osteonekrosis belum diketahui dengan jelas.

namun osteonekrosis disebabkan karena gangguan suplai darah ke tulang

11
yang dapat memicu terjadinya iskemia dan nekrosis tulang. Gangguan suplai

ini bisa disebabkan oleh berbagai macam mekanisme seperti sumbatan

pembuluh darah, Gangguan metabolisme lipid, gangguan koagulasi, infeksi,

radiasi ataupun bahan-bahan toksik. Walaupun sel tulang memiliki sirkulasi

kolateral namun tetap ada bagian yang akan mengalami iskemik. Pada waktu

24-72 jam pertama biasanya belum ditemukan perubahan histologi namun

apabila proses ini berlangsung akan menyebabkan kematian sel tulang.(1)

Kematian sel tulang biasanya diikuti dengan proses perbaikan tulang,

dimana akan terjadi aktifasi kaskade inflamasi yang memicu terbentuknya

fibrous vascular pada daerah yang mengalami kerusakan atau kematian dan

dilanjutkan dengan penetrasi Pembuluh darah ke medulla dan kanal harves.

Pembuluh darah ini membawa sel-sel mesenkim yang nantinya dapat

berdiferensiasi menjadi osteoklas maupun osteoblas. Namun apabila terjadi

gangguan aliran darah ke daerah ini proses perbaikan tulang akan terganggu

dan akan menyebabkan daerah tersebut kolaps. Osteonekrosis sering terjadi

pada tulang – tulang yang memiliki sirkulasi kolateral yang sangat terbatas ,

seperti pada caput femur, karpal, talus dan humerus.(11)

12
Gambar 2.6 Skema representasi dari perkembangan osteonekrosis

6. Manifestasi Klinik Osteonekrosis

Pada anamnesis AVN biasanya asimtomatik dan sering didapatkan

pada saat pemeriksaan radiograf. Keluhan tergantung pada pengaruh AVN

yang terdapat di sendi. Infark pada medular biasanya tersembunyi,

sedangkan infark pada tulang memberikan manifestasi keluhan. Keluhan

nyeri pada sendi yang terlibat merupakan tanda penting. Nyeri pada pasien

dengan AVN di femur, meliputi : (9)

a. Nyeri bila melakukan gerakan sendi atau bila melakukan aktivitas,

seperti berdiri.

b. Kualitas nyeri yang lazim dikeluhkan seperti tertusuk,

c. Lokasi nyeri pada sendi panggul dan paha atas, tanpa adanya penyebaran.

d. Skala nyeri berat atau rentang 3 (0-4).

13
e. Nyeri bersifat progresif dan nyeri tersebut sering dirasakan pada malam

hari.

Pada pemeriksaan fisik, didapatkan adanya abnormalitas sesuai

dengan area yang terkena. Pemeriksaan tersebut meliputi : (9)

a. Look : deformitas biasanya masih sulit didapatkan. Apabila bersifat

kronis didapatkan hilangnya massa otot dan deformitas sendi.

b. Feel : Adanya nyeri tekan pada sekitar tulang yang terlibat

c. Move : adanya keterbatasan ROM pada sendi yang terlibat. Defisit

neurologis bisa didapatkan akibat kompresi saraf akibat nekrosis dan

deformitas kompresi dari nekrosis tulang.

7. Pemeriksaan Diagnostik Osteonekrosis

a. Laboratorium.

1) Tidak ada tes khusus untuk mendeteksi aadanya kondisi AVN

2) Pada pemeriksaan histologis didapatkan adanya perubahan pada

korteks dan sumsum tulang.

b. Radiodiagnostik

1) Foto polos. Pada kondisi awal didapatkan adanya sclerosis atau

perubahan densitas tulang. Pada fase lanjut didapatkan adanya

deformitas tulangs seperti permukaan yang rata, terlihatnya batas

subkondral dan kolaps caput femur.(9)

14
Gambar 2.7 crescent sign

Gambar 2.8 Tampak zona sklerosis (panah)


pada caput femoris di segmen superior

Gambar 2.9 Foto sinar X menunjukkan area


kematian tulang ekstensif pada kedua
panggul (daerah keputihan di kepala tulang paha).

2) MRI. Pada pemeriksaan MRI lebih sensitif untuk mendeteksi adanya

AVN, seperti mendeteksi adanya edema pada fase awal AVN atau

untuk menilai keterlibatan epifiseal subartikular yang tidak dapat

dideteksi dengan foto polos. Abnormalitas didapatkan sebesar 96%

dari kasus AVN. (4)

15
3) CT scan. Pemeriksaan CT scan untuk menilai adanya kalsifikasi

walaupun tidak sensitive MRI. (9)

8. Stadium Osteonekrosis

Berdasarkan consensus dari the Subcommittee of Nomenclature of the

International Association on Bone Circulation and Bone Necrosis, stadium

AVN ditentukan berdasarkan kondisi klinis dan pemeriksaan diagnosis.(9)

Tabel 2.1 Stadium AVN

Stadium Kondisi Klinis dan Pemeriksaan Diagnosis


0  Pasien tanpa keluhan dan tanpa gejala
 Radiografi ditemukan normal
 Histologi didapatkan adanya osteonekrosis
1  Pasien tanpa keluhan dan tanpa gejala
 MRI didapatkan adanya AVN
 Histologi abnormal

2  Pasien didapatkan adanya keluhan dan gejala AVN


 Radiografi abnormal dengan adanya osteopenia, osteonecrosis atau
kista
 MRI dan CT scan didapatkan adanya AVN
 Histologi didapatkan adanya osteonekrosis

3  Radiografi dengan lucency subkondral (crescent sign) dan kolaps


subkondral kista
 MRI dan CT scan didapatkan adanya AVN
4  Radiografi dengan kepala femur yang rata dan kolaps
 CT scan didapatkan permukaan sendi irregular
 Stadium 4a : <15% permukaan kolaps
 Stadium 4b : 15-30% permukaan kolaps
 Stadium 4c : >30% permukaan kolaps
5 Radiografi abnormal dengan osteoarthritis disertai sclerosis acetabulum
6 Radiografi abnormal dengan destruksi luas pada kepala dan sendi hip

9. Diagnosis Banding Osteonekrosis

a. Osteoartritis
Osteoartritis merupakan suatu peradangan pada sendi dan

biasanya terjadi pada sendi-sendi besar yang menopang berat tubuh.

Osteoatritis memiliki gejala yang hampir mirip dengan osteonekrosis

16
yaitu nyeri pada sendi-sendi yang bersangkutan setelah melakukan

aktifitas, selain itu pada osteoatritis juga disertai dengan pembengkakan,

teraba hangat pada daerah persendia, dan mungkin bisa ditemukan

krepitasi. Kekakuan sendi dapat terjadi akibat imobilisasi dalam jangka

waktu yang lama.(10)

Pada osteoatritis pemeriksaan x-ray dapat membantu untuk

menegakan diagnosa. Pada pemeriksaan x-ray biasanya ditemukan tanda

seperti hilangnya tulang rawan sendi, penyempitan celah sendi, dan

pembentukan spur. (10)

b. Osteoporosis

Pasien dengan osteoporosis biasanya tidak mengeluhkan gejala

apapun, biasanya pasien sudah datang dalam keadaan fraktur, namun

kadangkala osteoporosis dapat menimbulkan gejala seperti nyeri dan

penurunan tinggi badan. Untuk membantu menegakan diagnosa biasanya

digunakan pemeriksaan densitas tulang.(9)

10. Penatalaksanaan Osteonekrosis

a. Konservatif

Oleh karena tidak ada pengobatan untuk mengatasi progresivitas

AVN, maka beberapa intervensi konservatif dibawah ini dapat

dilakukan. (9)

1) Pemberian alat bantu seperti tongkat untuk membantu aktivitas

sehari-hari.

2) Pemberian obat anti nyeri

3) Imobilisasi pada sendi yang terlibat

17
4) Terapi statin untuk mencegah induksi kortikosteroid pada AVN.

b. Intervensi Bedah

Intervensi bedah dilakukan untuk mengatasi kondisi AVN. Pada

fase awal (prekolaps), intervensi dekompresi dengan atau tanpa

bonegraft dapat menurunkn progresivitas. Pada kondisi lanjut (kolaps)

dengan adanya deformitas caput femur dan osteoartritis, maka terdapat

beberapa pendekatan, yaitu : (12)

1) Dekompresi.

Dekompresi dilakukan untuk menurunkan tekanan

intramedular, mencegah iskemia, dan destruksi progresif sendi.

Dekompresi sangat efektif untuk menurunkan nyeri.

2) Bonegraft

Intervensi ini dilakukan untuk restruturisasi kortikal atau

medular dan vaskularisasi tulang.

3) Osteotomi

Osteotomi dilakukan untuk mentransmisikan struktur

permukaan caput femur pada kondisi optimal.

4) Total hip atroplasti, dilakukan pada stadium 2 atau ke atas.

11. Prognosis

Prognosis bergantung pada lokasinya. Lebih dari 50% penderita

harus melakukan pembedahan setelah 3 tahun didiagnosis. Prognosis buruk

apabila : (10)

a. Usia lebih dari 50 tahun

b. Stadium lanjut atau 3 pada saat didiagnosis

18
c. Nekrosis melebihi 1/3 daerah caput femoris yang tampak pada MRI

d. Daerah lateral caput femoris juga terkena

e. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi

19
BAB III

PENUTUP

20
DAFTAR PUSTAKA

(1) Jones LC, Mont MA. Osteonecrosis (avascular


necrosis of bone) [Internet]. Waltham, MA: UpToDate;
2018 Mar 21 [cited 2018 Apr 22]. Available from:
www.uptodate.com/contents/osteonecrosisavascular-necrosis-of-bone.
(2) Zibis, A. H. et al. (2015) ‘Osteonecrosis of the femoral head -Diagnosis and
management’, Precision Medicine, 2(868), pp. 1–8. doi: 10.14800/pm.868.
(3) Juréus, J. (2014). Osteonecrosis. Prognosis and Prevention of the
Consequences of Osteonecrosis. Department of Orthopaedics, Lund
University.
(4) Kaushik, A. P., Das, A. and Cui, Q. (2012) ‘Osteonecrosis of the femoral
head: An update in year 2012’, World Journal of Orthopedics, 3(5), pp. 49–
57. doi: 10.5312/wjo.v3.i5.49.
(5) Aiello MR – Avascular Necrosis of the Femoral Head, available at
http://emedicine.medscape.com/article/386808, updated: Aug 1, 2008.
(6) Cunningham, F Gary. et all. 2010. ObstetriWilliams23rded. USA : The
McGraw-HillCompanies, Inc.
(7) Apley, Solomon, L., & Graham, A. (2010). Buku Ajar Orthopedi dan Fraktur
Sistem Apley. (E. Nugraha, Penerj.) Jakarta: Widya Medika.
(8) Netter FH, Machado C. Arms, Forearm, Thigh/Hip, Leg/Knee. In:
Thompson JC, editors. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy. 2nd ed.
China: Elsevier:2010.p.131-315.
(9) Noor, Zairin. (2017). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :
Salemba Medika.
(10) Users, T. (2015) ‘Guideline for Diagnostic and Treatment of
Osteonecrosis of the Femoral Head’, Orthopaedic Surgery, 7(3), pp. 200–
207. doi: 10.1111/os.12193.
(11) Seamon, J. et al. (2012) ‘The Pathogenesis of Nontraumatic
Osteonecrosis’, 2012(Figure 1). doi: 10.1155/2012/601763.
(12) Tripathy, S. K., Goyal, T. and Sen, R. K. (2015) ‘Management of

21
femoral head osteonecrosis: Current concepts.’, Indian journal of
orthopaedics, 49(1), pp. 28–45. doi: 10.4103/0019-5413.143911.

22

Anda mungkin juga menyukai