Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK STASE BEDAH

PRESENTASI KASUS BANGSAL

“UNION FRACTURE DIGITI V MANUS DEXTRA


UNION FRACTURE DIGITI V PEDIS DEXTRA I, II (AFF-ORIF)”

Pembimbing :
Letkol Ckm. dr. Markus Wibowo, Sp.OT.MARS

Disusun Oleh :
Maulita Zulfiani G4A020015

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
KEPANITERAAN KLINIK STASE BEDAH
RST TK III 04.06.01 WIJAYAKUSUMA
PURWOKERTO

2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

PRESENTASI KASUS BANGSAL


“Union Fracture Digiti V Manus Dextra
Union Fracture Digiti V Pedis Dextra I, II (Aff-ORIF)”

Disusun oleh :
Maulita Zulfiani G4A020015

Presentasi kasus bangsal ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu
prasyarat mengikuti ujian Kepaniteraan Klinik
Bagian Stase Bedah
RST Tk III 04.06.01 Wijayakusuma

Purwokerto, Februari 2021


Mengetahui,
Pembimbing

Letkol. Ckm. dr. Markus Wibowo, Sp.OT.MARS

2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 48 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa
Pekerjaan : TNI
Status : Menikah
Alamat : Cilongok
Tanggal masuk RS : 4 Februari 2021
Tanggal periksa : 4 Februari 2021
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Nyeri di kaki dan tangan kanan bekas operasi
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Laki-laki 48 tahun datang ke poli bedah ortopedi RST Wijayakusuma
dengan keluhan nyeri pada kaki kanan sejak 2 bulan yang lalu. Nyeri
tumpul dirasakan terutama saat malam hari dan berkurang setelah
meminum obat. Pasien mengalami kecelakaan lalu lintas 2 bulan SMRS
dan jatuh ke tubuh bagian kanan. Pasien merasa sulit untuk menggerakkan
anggota gerak kanan atas dan nyeri di kaki kanan sehingga tidak dapat
menapak. Kemudian pasien datang ke IGD RSWK dan dioperasi
pemasangan pen di jari tangan dan kaki serta di bahu kanan pada tanggal
14 Desember 2020. Pasien rutin kontrol ke poli ortopedi RSWK sudah 6
kali. Keluhan bengkak dan demam disangkal.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat alergi obat : disangkal
b. Riwayat kencing manis : +, rutin meminum obat
c. Riwayat hepatitis B :+
d. Riwayat operasi : ORIF fracture digiti V manus dextra
ORIF fracture digiti I, II pedis dextra

3
ORIF fracture clavicular sinistra
14 Desember 2020
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat kencing manis : disangkal
b. Riwayat Alergi : disangkal
6. Riwayat Konsumsi Obat
Pasien sedang mengonsumsi obat DM
7. Riwayat Diet
Pasien makan 3x sehari dengan nasi dan lauk pauk. Pasien mengaku sehari
minum air mineral sebanyak ±1500 ml / hari.
8. Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai tentara, pasien berangkat dan pulang kerja
menggunakan motor. Pasien berobat ke RST Wijayakusuma dengan
menggunakan BPJS KELAS II.

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : baik
2. Kesadaran : composmentis, GCS E4M6V5
3. Vital sign :
tekanan darah : 128/89 mmHg
nadi : 84 x/menit
laju pernapasan : 20 x/menit
suhu tubuh : 36,1 C
4. Antropometri
a. Berat badan : 90 kg
b. Tinggi badan : 165 cm
c. Indeks massa tubuh : 33 kg/ m2 (Obes II)
5. Status generalis
Kepala : Mesochepal, simetris
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-), discharge (-)
Telinga : Simetris, sekret (-), discharge (-)

4
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-),
Tenggorokan : T1 – T1 tenang, tidak hiperemis
Leher : Pembesaran KGB (-), deviasi trachea (-)
Thorax : Simteris. Retraksi (-), luka bekas operasi, teraba
penonjolan dan nyeri tekan bahu depan kiri.
Jantung : BJ I-II regular, gallop (-), murmur (-).
Paru : SD vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-)
Abdomen : Datar, supel, timpani, BU (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, edema -/-/-/-, sianosis -/-/-/-
Nyeri digiti V manus dextra, bekas luka op (+)
Nyeri digiti I, II pedis dextra, bekas luka op (+)
6. Status Lokalis
Regio manus dextra :
a. Inspeksi: tidak terdapat edema, tidak tampak deformitas
b. Palpasi : didapatkan nyeri tekan pada digiti V, pulsasi arteri digitalis
teraba, capillary refill time <2 detik, dan tidak didapatkan hipoestesi
c. Pergerakan
ROM Wrist Fleksi 70/70, Ekstensi 70/70
ROM Metacarpal Abduksi = 20/20 Flexi = 15/15
Regio pedis dextra :
a. Inspeksi: tidak terdapat edema, tidak tampak deformitas
b. Palpasi : didapatkan nyeri tekan pada digiti I dan II, pulsasi arteri
digitalis teraba, capillary refill time <2 detik, dan tidak didapatkan
hipoestesi
c. Pergerakan
ROM ankle Dorso Flexi = 15/15, Plantar Flexi= 55/55
ROM heel Inversi heel = 20/20, Eversi heel = 10/10
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
RST Wijayakusuma 4/02/2021
KIMIA KLINIK HASIL NILAI NORMAL
Darah Lengkap
Hemoglobin 14,6 11.7 – 15.5 g/dl

5
Leukosit 7640 3600 - 11000U/L
Hematokrit 46,1 35 - 47 %
Trombosit 258.000 150.000 – 440.000/µl
Hitung Jenis
Basofil 0 0–1%
Eosinofil 4 2–4%
Batang 3 3–5%
Segmen 66 50 – 70 %
Limfosit 34 25 – 40 %
Monosit 6 2–8%
Perdarahan 2 menit 55 1’ – 3’
detik
Pembekuan 4 menit 12 2’ – 6’
detik
Kimia Klinik
GDS 189 < 200 mg/dl

2. Foto Manus et pedis dextra

Dari pemeriksaan rontgen regio manus pedis dextra anteroposterior (AP)


tampak tulang phalanx V manus dextra terpasang K-wire sudah bersatu.
Tulang phalanx I,II pedis dextra terpasang K-wire sudah bersatu.
E. DIAGNOSIS
Union fracture digiti V manus dextra (post ORIF)
Union fracture digiti I,II pedis dextra (post ORIF)

6
F. TATALAKSANA
1. Medikamentosa
- IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftizoxime 2 x 1g IV
- Inj. Ketorolac 3 x 30 mg IV
- Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV
2. Non Medikamentosa
Tatalaksana yang dikerjakan adalah removal of implant.

G. Follow Up Pasien
Waktu S+O+A+P
4/2/2020 S: nyeri tangan dan kaki kanan
15.45 O: KU/kes: sedang/compos mentis
TD : 120/70 mmHg
N : 80 kali/menit
RR : 15 kali/menit
S : 36,3o C
Status Lokalis Tangan dan kaki kanan
- Inspeksi : edem (-), penonjolan (+)
- Palpasi : nyeri tekan (+), teraba penonjolan k-wire,
pulsasi arteri radialis teraba, capillary refill time <2 detik, dan
tidak didapatkan hipoestesi.
- Pergerakan :
ROM Wrist Fleksi 70/70, Ekstensi 70/70
ROM Metacarpal Abduksi = 20/20 Flexi = 15/15
ROM ankle Dorso Flexi = 15/15, Plantar Flexi= 55/55
ROM heel Inversi heel = 20/20, Eversi heel = 10/10
A: Union fracture digiti V manus dextra (post aff ORIF)
Union fracture digiti I,II pedis dextra (post aff ORIF)
P : - IVFD RL 20 tpm
- Inj. Ceftizoxime 2 x 1g IV
- Inj. Ketorolac 3 x 30 mg IV
- Inj. Ranitidin 2 x 50 mg IV

7
Perawatan pasca operasi yang dikerjakan:
 Perawatan luka dilakukan dua hari pasca operasi. Jahitan diangkat 2
minggu pasca operasi.
 Pasien sebaiknya tidur dengan posisi menumpu pada sisi yang sehat, dapat
juga menggunakan bantal untuk mengganjal sisi yang sakit.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Fraktur
Fraktur/Patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan/tulang
rawan yang ditentukan sesuai jenis dan luasnya yang bisa terjadi akibat trauma
langsung dan trauma tidak langsung. Adapun penyabab trauma langsung
adalah benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut. Trauma
tidak langsung disebabkan tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang
jauh dari area benturan. Pada fraktur patologis, fraktur yang disebabkan trauma
yang minimal atau tanpa tauma. Contohnya seperti osteoporosis, penyakit
metabolic, infeksi tulang dan trauma tulang (Solomon, 2010).
B. Fracture Digiti
1. Epidemiologi
Fraktur digiti sering terjadi pada kasus trauma akibat kecelakaan atau
terjatuh. Umumnya fraktur digiti banyak ditemukan pada usia lebih dari 30
tahun dengan kejadian terbanyak pada usia 40 tahun. Fraktur digiti yang
paling sering terjadi adalah fraktur distal. Pada kebanyakan kasus, fraktur
digiti dapat sembuh dengan penatalaksanaan konservatif dan sedikit yang
membutuhkan tindakan bedah (Kremer et al, 2020).
2. Klasifikasi
Menurut Lokasinya :
a. Fraktur Proksimal
b. Fraktur Media
c. Fraktur Distal
1) Tuft
2) Shaft
3) Intra-articular
Mallet finger dan Jersey finger
Menurut integritas jaringan pembungkusnya :
a. Terbuka/open
b. Tertutup/close

9
Menurut penyembuhannya :
a. Union
b. Non-union
3. Mekanisme Trauma
Fraktur proximal interphalanx biasanya disebabkan karena trauma
langsung atau benturan langsung pada jari tangan dengan posisi jari
hiperekstensi atau dengan posisi hiperfleksi pada bagian persendian.
Fraktur phalanx biasanya mengalami fraktur melintang, sering disertai
dengan angulasi kedepan sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada
tendon fleksor. Fraktur pada salah satu ujung phalanx dapat memasuki
sendi dan terjadi kekakuan sendi, jika fraktur mengalami pergeseran juga
dapat mengakibatkan deformitas. Beberapa keadaan, kebanyakan fraktur
disebabkan oleh akibat adanya tekanan berlebihan dibandingkan
kemampuan tulang dalam menahan tekanan. Tekanan yang terjadi pada
tulang dapat berupa tekanan membengkok, memutar, dan tarikan (Helmi,
2012).
a. Fraktur Proximal
Fraktur ruas proksimal relatif umum dan dapat menyebabkan banyak
kecacatan. Mekanisme kerja biasanya dihasilkan dari gaya tegak lurus
langsung, gaya putar, atau hiperekstensi jari.
b. Fraktur Medial
Mekanisme cedera fraktur ruas tengah biasanya akibat dari gaya
tumpul atau himpitan yang tegak lurus dengan sumbu panjang tulang.
Angulasi dan rotasi adalah 2 ciri ketidakstabilan yang harus diperiksa.
c. Fraktur Distal
Sebagian besar patah tulang ruas bagian distal adalah cedera akibat
benturan akibat gaya tegak lurus, seperti pada cedera dari pintu mobil
atau palu atau dalam olahraga ketika jari seorang pemain terinjak.
4. Diagnosis
a. Anamnesis
1) Nyeri  PQRST

10
 Position → dapat menentukan posisi dan lokasi nyeri
 Quality → adalah derajat kualitas nyeri seperti rasa menusuk,
panas, dan lain-lain
 Radiation → penjalaran nyeri
 Severity → tingkat beratnya nyeri (sering dihubungkan
dengan gangguan Activity Daily Living (ADL)
 Timing → kapan timbulnya nyeri, apakah siang, malam,
waktu istirahat, dan lain-lain
2) Disfungsi
 Afungsi ( Tak bisa digerakkan sama sekali)
 Kaku (stiffnesss)
 Cacat (disability)
 Gerakan tak stabil (instability)
3) Mekanisme trauma
besar, arah, titik kontak, dan jenis gaya yang menyebabkan
trauma
b. Pemeriksaan Fisik
1) Look
Pemeriksa memperhatikan penampakan dari cedera, apakah
ada fraktur terbuka (tulang terlihat kontak dengan udara luar).
Apakah terlihat deformitas dari ekstremitas tubuh, hematoma,
pembengkakan dan lain-lain. Inspeksi visual biasanya mendeteksi
dislokasi dan subluksasi, tetapi yang paling penting adalah pada
deformitas angulatori atau putar yang dapat menyertai
subluksasi / dislokasi. Deformitas ini menunjukkan komplikasi
mulai dari robekan ligamen asimetris hingga jaringan sela di
antara permukaan sendi. Angulasi dorsal atau volar dievaluasi
secara radiografik dalam kaitannya dengan insersi fleksor
digitorum superfisial. Fraktur distal tendon menyebabkan
angulasi volar, dan fraktur proksimal menyebabkan angulasi
dorsal akibat tarikan otot.
2) Feel

11
Pemeriksa harus mempalpasi seluruh ekstremitis dari proksimal
hingga distal termasuk sendi di proksimal maupun distal dari
cedera untuk menilai area rasa sakit, efusi, maupun krepitasi.
Status neurovaskular harus diperiksa serta warna, pengisian
kapiler, dan suhu digital. Palpasi sendi pada 4 bidang (yaitu,
punggung, volar, medial, lateral) memungkinkan penilaian nyeri
titik atas asal dan insersi ligamen, yang menunjukkan gangguan
jaringan lunak.
3) Move
Penilaian dilakukan untuk mengetahui ROM (Range of Motion)
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis
5. Tatalaksana
a. Fraktur Proksimal
1) Non Operatif
Ekstraartikular dengan angulasi kurang dari 10 derajat atau
pemendekan di bawah 2 mm dan tidak ada deformitas rotasi
Fraktur melintang yang stabil
 Dorsal splinting dalam intrinsic plus position selama
3 minggu

 Buddy taping

12
2) Operatif
Reducible but unstable isolated fractures
 Closed reduction internal fixation (CRIF)

Intra-articular fractures with displacement


 Open reduction internal fixation (ORIF)

b. Fraktur Medial
1) Non Operatif

13
Dynamic splinting selama 2 sampai 3 minggu

2) Operatif
Fraktur melintang dengan angulasi lebih dari 10o atau
pemendekan lebih dari 2mm atau adanya deformitas rotasional
 Closed reduction percutaneous pinning (CRPP) atau
ORIF

Fraktur yang tidak stabil 


 CRPP atau ORIF

c. Fraktur Distal
1) Non Operatif
Closed fractures
 Imobilisasi  

Extensor digitorum (mallet finger)

 splint immobilization dalam posisi netral


2) Operative 

14
Pada fraktur terbuka
d. Rehabilitasi
1) Perawatan luka post op
Penggantian balut/perban
Pengangkatan jahitan dilakukan 1-2 minggu post op
2) Manajemen nyeri
Assessment skala nyeri dan terapi sesuai step ladder WHO

3) Evaluasi kekuatan otot


4) Memperbaiki range of motion (ROM)
 Static contraction
Posisi pasien duduk, tangan dan telapak tangan pasien
tersangga bantal. Posis terapis duduk berhadapan dengan
pasien. Terapis meletakkan tangannya di bawah jari-jari
pasien. Pasien diinstruksikan untuk menekan tangan
terapis ke bawah dengan menggunakan bagian jari yang
sakit. Latihan ini dilakukan dengan 6-8 kali hitungan
dengan pengulangan 5-10 kali.
 Passive Exercise
Posisi pasien duduk dengan tangan dan telapak tangan
pasien tersangga bantal. Posisi terapis duduk berhadapan

15
dengan pasien. Terapis memfiksasi bagian proximal dan
medial phalanx. Terapis menggerakkan bagian sendi
proximal inter phalanx ke arah fleksi dan ekstensi. Latihan
ini dilakukan dengan 5-10 kali pengulangan.
 Resisted active exercise
Posisi pasien duduk dengan tangan dan telapak tangan
pasien tersangga bantal. Posisi terapis duduk berhadapan
dengan pasien. Terapis memfiksasi bagian proximal
phalanx. Pasien diminta untuk meluruskan jarinya
kemudian terapis memberikan tahanan kearah fleksi.
Dilanjutkan dengan gerakan fleksi, pasien diminta
menekuk jarinya kemudian terapis memberikan tahanan
kearah ekstensi. Latihan ini dilakukan 5-10 kali
pengulangan.
 Hold relax
Posisi pasien duduk dngan tangan dan telapak tangan
tersangga bantal dan dan tangan pasien posisi supinasi.
Posisi terapis duduk berhadapan dengan pasien. Terapis
memfiksasi bagian proximal phalanx. Pasien diminta
untuk menekuk jarinnya sampai dengan batas nyeri yang
dirasakan oleh pasien. Terapis kemudian memberikan
tahanan dengan aba-aba “tahan pertahankan disini” selama
6-10 detik. Pasien diminta rilkes. Kemudian terapis
menggerakkan jari pasien ke arah ekstensi. Dengan 6-12
kali pengulangan.

16
17
DAFTAR PUSTAKA

Blom A, Warwick D, Whitehouse MR, editors. Apley & Solomon’s System of


Orthopaedics and Trauma (10th edition). New York: CRC Press, 2018
Court-Brown CM, Heckman JD, McQueen MM, Ricci WM, Tornetta III P,
editors. Rockwood and Green’s Fracture in Adults (8th edition).
Philadelphia: Wolters Kluwer, 2015
Canale ST, Beaty SH, editors. Campbell’s Operative Orthopedics (13th edition).
Tennessee: Elsevier, 2016

18

Anda mungkin juga menyukai