Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN KASUS

Fraktur phalang proximal digiti V dextra terbuka grade


IIIA, komplit, kominutif, displaced non komplikata

Dibimbing oleh :
dr. Ilmaniar Prihatma A.

Disusun oleh :
dr. Aditya Wicaksono

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
RS BHAKTI ASIH BREBES
PERIODE 10 JUNI– 10 SEPTEMBER 2021
BAB I
LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien
Nama : Tn. D

Umur : 27 tahun

Agama : Islam

Pekerjaan :-

No rekam medis : 346***

Alamat : Kersana

Ruang rawat : Dewandaru

Status care : Jasa Raharja

Identitas Keluarga
• Nama : Tn. BP
• Umur : 55 thn
• Alamat : Limbangan Wetan
• Hubungan dengan pasien : Bapak

B. Anamnesis (alloanamnesis oleh ibu pasien)

Keluhan Utama : Luka terbuka di jari kelingking kanan.


Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RS Bhakti Asih Brebes pada hari kamis tanggal 14 Juli
2021 pada pukul 09.00 WIB. Pasien datang dengan keluhan luka terbuka di jari
kelingking kanan 2 jam SMRS. Sebelum ke RS bhakti asih pasien sudah di bawa ke
Klinik tetapi di suruh ke rs bhakti asih. Pasien mengatakan luka terbuka di jari
kelingking kanan setelah kecelakaan dan terjatuh dengan posisi jari kelingking
tertindih stang motor. Setelah kejadian pasien tidak dapat menggerakan jari
kelingking kanan dan terlihat luka terbuka pada jari kelingking kanan. Pasien dalam
keadaan sadar.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riw. DM (-), Riw. HT(-), Riw. Asma (-), Riw. TB (-)

Riwayat Penyakit Keluarga : -

C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Composmentis
Kesadaran : GCS E4V5M6 (12)
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 102x / menit
Pernapasan : 30x / menit
Suhu : 37,5 o C
SpO2 : 95% (NRM 15 lpm)

Kepala : Normosefali, deformitas (-)


Wajah : Simetris, edema (-), lesi purpura pada pipi kanan.
Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-/-), pernapasan cuping hidung (-)
Telinga : Meatus akustikus eksternus intak, deformitas (-), sekret (-/-),
Mulut : Bibir tampak lembab, mukosa oral basah, faring tidak hiperemis,
tonsil T1/T1
Leher : Trakea di tengah, pembesaran KGB leher (-), pembesaran tiroid (-)
Dada : Bentuk normal, barrel chest (-)
Paru
● Inspeksi : Gerakan napas tampak simetris, retraksi subcostal (-/-),
intercostal (-/-) , suprasternal (-/-).
● Palpasi : Gerakan napas teraba simetris, fremitus kanan dan kiri sama.
● Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.
● Auskultasi : Bunyi napas vesikuler (+/+), Ronki (-/-), Wheezing (-/-).

Jantung
● Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat.
● Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS III linea midclavicularis sinistra.
● Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-).

Abdomen

● Inspeksi : Tampak datar.


● Auskultasi : Bising usus (+), 8 x/menit.
● Palpasi : Teraba supel, hepar dan lien tidak teraba.
● Perkusi : Timpani di seluruh regio abdomen.

Ekstremitas : Akral hangat, CRT < 2 detik, edema -/-/-/-.


Kulit : Turgor kulit kembali cepat, ikterik (-).
Punggung : Alignment vertebra tampak baik.
Genitalia : Tidak diperiksa.

STATUS LOKALIS
REGIO WRIST JOINT SINISTRA
LOOK : tampak luka terbuka di regio phalang digiti V dextra, ukuran 5x0,5x0,5 cm
dengan dasar tulang, debu (-) deformitas (+), edema (-), perdarahan aktif (-)
FEEL : nyeri  tekan (+), krepitasi (-), pulsasi a. Radialis (+), edem (-), CPR <2 detik,
sensibilitas baik
MOVEMENT
-ROM elbow join dextra bebas
-ROM  wrist join dextra bebas
-ROM interphalang digiti V dextra terbatas

D. Pemeriksaan Penunjang

  Unit Nilai Rujukan 25/02/2021


Darah Rutin      
Hemoglobin g/dL 12 – 18 11,9
Eritrosit Juta/µL 4 – 5,5 5,19
Leukosit /µL 4.000 – 11.000 11.730
Trombosit /µL 150.000 – 450.000 423.000
Hematokrit % 40 - 52 35,2
MCV fL 79 – 99 67,8
MCH pg 26,5 – 33,5 22,9
MCHC g/dL 31,5 – 35,0 33,8
Eosinofil % 1-4 0
Basofil % 0-1 0,2
Neutrofil segmen % 50-70 60,7
Limfosit % 20-40 24
Monosit % 2-6 15,1
Antigen SARS Cov-2 - negatif Negatif

E. Resume
Pasien datang ke IGD RS Bhakti Asih Brebes pada hari kamis tanggal 14 Juli 2021
pada pukul 09.00 WIB. Pasien datang dengan keluhan luka terbuka di jari kelingking
kanan 2 jam SMRS. Sebelum ke RS bhakti asih pasien sudah di bawa ke Klinik tetapi
di suruh ke rs bhakti asih. Pasien mengatakan luka terbuka di jari kelingking kanan
setelah kecelakaan dan terjatuh dengan posisi jari kelingking tertindih stang motor.
Setelah kejadian pasien tidak dapat menggerakan jari kelingking kanan dan terlihat
luka terbuka pada jari kelingking kanan. Pasien dalam keadaan sadar.

F. Diagnosa Kerja
Fraktur digiti v dekstra terbuka

G. Diagnosa Akhir
Fraktur phalang proximal digiti V dextra terbuka grade IIIA, komplit, kominutif,
displaced non komplikata

H. Tatalaksana
IGD :
- Spalk
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi tofedex 50mg/8 jam iv
- Injeksi cefazolin 500mg/12 jam iv
Bangsal :
- Infus RL 20 tpm
- Injeksi tofedex 50mg/8 jam iv
- Injeksi cefazolin 500mg/12 jam iv
- Pro ORIF (dr.Alamudin Sp. OT Jumat, 15 Juli 2021 pukul 09.00 WIB)

Laporan operasi :
• Posisi supine dalam anestesi
• Dilakukan : -Debridement
-ORIF phalang proximal
-Cuci
-Jahit lapis demi lapis (skin flap)
-Buddy taping fingers (digiti 4-5)

I. Prognosis
 Quo ad vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanationam : ad bonam
BAB II

ANALISA KASUS

OPEN FRAKTUR

Untuk mendiagnosis fraktur, pertama tama dapat dilakukan anamnesis baik dari pasien
maupun pengantar pasien. Informasi yang digali adalah mekanisme cedera, apakah pasien
mengalami cedera atau fraktur sebelumnya. Pasien dengan fraktur tibia mungkin akan
mengeluh rasa sakit, bengkak dan ketidakmampuan untuk berjalan atau bergerak, sedangkan
pada fraktur fibula pasien kemungkinan mengeluhkan hal yang sama kecuali pasien mungkin
masih mampu bergerak.

Selain anamnesis, pemeriksaan fisik juga tidak kalah pentingnya. Pemeriksaan fisik yang
dibutuhkan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu look, feel, move. Yang pertama look
atau inspeksi di mana kita memperhatikan penampakan dari cedera, apakah ada fraktur
terbuka (tulang terlihat kontak dengan udara luar). Apakah terlihat deformitas dari
ekstremitas tubuh, hematoma, pembengkakan dan lain-lain. Hal kedua yang harus
diperhatikan adalah feel atau palpasi. Kita harus mempalpasi seluruh ekstremitis dari
proksimal hingga distal termasuk sendi di proksimal maupun distal dari cedera untukmenilai
area rasa sakit, efusi, maupun krepitasi. Seringkali akan ditemukan cedera lain yang terjadi
bersamaan dengan cedera utama. Poin ketiga yang harus dinilai adalah move.

Penilaian dilakukan untuk mengetahui ROM (Range of Motion) . Seringkali pemeriksaan


ROM tidak bisa dilakukan karena rasa sakit yang dirasakan oleh pasien tetapi hal ini harus
tetap didokumentasikan

Tegantung dari kondisi pasien, pemeriksaan foto thorax dapat dilakukan. Dalam

7
pemeriksaaan radiologi untuk cedera dan fraktur diberlakukan rule of two yaitu :

1. Dua sudut pandang


2. Dua Sendi
3. Dua ekstrimitas
4. Dua waktu
Pemeriksaan sirkulasi dilakukan dengan cara meraba pulsasi bagian distal dari fraktur dan
juga memeriksa capillary refill pada ujung jari kemudian membandingkan sisi yang sakit
dengan sisi yang sehat. Jika hipotensi mempersulit pemeriksaan pulsasi, dapat digunakan alat
Doppler yang dapat mendeteksi aliran darah di ekstremitas. Pada pasien dengan
hemodinamik yang normal, perbedaan besarnya denyut nadi, dingin, pucat, parestesi dan
adanya gangguan motorik menunjukkan trauma arteri. Selain itu hematoma yang membesar
atau pendarahan yang memancar dari luka terbuka menunjukkan adanya trauma arterial

Tujuan penanganan fraktur selanjutnya adalah mencegah sumber – sumber yang berpotensi
berkontaminasi pada luka fraktur. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan adalah
mengirigasi luka dengan saline dan menyelimuti luka fraktur dengan ghas steril lembab atau
juga bisa diberikan betadine pada ghas. Berikan vaksinasi tetanus dan juga antibiotik sebagai

8,11,12
profilaksis infeksi. Antibiotik yang dapat diberikan adalah :

1. Generasi pertama cephalosporin (cephalotin 1 – 2 g dibagi dosis 3 -4 kali sehari)


dapat digunakan untuk fraktur tipe I Gustilo
2. Aminoglikosid (antibiotik untuk gram negatif) seperti gentamicin (120 mg dosis
2x/hari) dapat ditambahkan untuk tipe II dan tipe III klasifikasi Gustilo.
3. Metronidazole (500 mg dosis 2x/hari) dapat ditambahkan untuk mengatasi kuman
anaerob.

Pemberian antibiotik dapat dilanjutkan hingga 72 jam setelah luka ditutup. Debridement luka
di kamar operasi juga sebaiknya dilakukan sebelum 6 jam pasca trauma untuk menghindari
adanya sepsis pasca trauma

Dislokasi pada Proxymal interphal- anx (PIP) merupakan cedera yang umum ter- jadi,
khususnya pada atlit. Insidensi meningkat pada dewasa dengan rentan usia 40-44 tahun dan
lansia pada usia 90 tahun. Kasus terbanyak juga terjadi pada lelaki dari pada perempuan
dengan perbandingan 2,9:1 dan terjadi pada sendi PIP (10% dari semua dislokasi). Dislokasi
biasanya disebabkan karena faktor fisik yang memaksa sendi untuk bergerak lebih dari
jangkauan normalnya, yang menyebabkan kegagalan tekanan, baik pada komponen tulang
sendi, ligamen dan kapsula fibrous, atau pada tulang maupun

Proxymal interphalx join (PIPJ) merupakan sendi yang paling sering terpapar dan sering
terjadi cedera. Sebagian besar cedera yang terjadi yaitu sprain ligamen, fraktur dan
dislocation. Dislokasi pada Proxymal interphalx join dapat disebabkan oleh 2 mekanisme
dasar yaitu avulsion atau impaction shear. Mekanisme avulsion ataupun impaction shear
dapat disebabkan karena hiperekstensi pada proximal interphalanx. berdasarkan studi yang
dilakukan oleh brochers dkk 2012, dislokasi jari dapat terjadi pada distal interphalangeal,
metacarpal interphalangeal dan proxymal interphalangeal. Tetapi dislokasi proxymal
interpha- langeal paling sering terjadi. Hal ini dikarenakan proxymal interphalangeal
merupakan sendi yang sangat aktif yang dapat memberikan 85% gerakan tangan. Pada kasus
ini, didapatkan trauma terbuka akut yang menyebabkan laserasi proxymal interpha- langeal.
Fraktur – dislokasi jari di Amerika sangat umum ditemukan. Pada tahun 2012 didapatkan
insiden 68/1000 kasus kunjungan unit gawat darurat. Sedangkan prevalensi dislokasi jari
12/100.000 selama setahun. Studi yang dilakukan chung dkk 2018, kontribusi terjadinya
dislokasi pada proxymal interphalangeal yaitu 5 % pada ibu jari, 10 % terjadi pada jari
telunjuk, 14 % terjadi pada jari manis dan 24% terjadi pada jari kelingking.
Daftar Pustaka

1. Frueh. Florian S,Philippe Vogel, And Philipp Honigmann. Irreducible Dis- locations
Of The Proximal Interpha- langeal Joint: Algorithm For Open Reduction And Soft-
Tissue Repair. Plast Reconstr Surg Glob Open. 2018 May; 6(5): E1729
2. Chung, Kevin C. Curren Concepst In The Management Proxymal Interpha- langeal
Join Disorders. Hand Clinics Volume 3, Number 2 Mei 2018 Issn 0749-0712, Isbn-
13: 978-0-323- 58356-5
3. Lo,CH,SimoneH.N,ParkHS, Eldho P and James L. Distraction lig- amentotaxis for
complexproximal in- terphalangeal joint fracture disloca- tions: a clinical study and
the modi- fied pins rubber band traction system Revisited. Lo et al. Burns & Trauma
(2018) 6:23. https://doi.org/10.1186/s41038-018- 0124-1.
4. BORCHERS, J. AND THOMAS, M. Common Finger Fractures and Dislocations.
American Family Physician.www.aafp.org/afp Volume 85, Number 8, April 15, 2012
5. Lo,CH,SimoneH.N,ParkHS, Eldho P and James L. Distraction lig- amentotaxis for
complexproximal in- terphalangeal joint fracture disloca- tions: a clinical study and
the modi- fied pins rubber band traction system Revisited. Lo et al. Burns & Trauma
(2018) 6:23.

Anda mungkin juga menyukai