Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN KASUS

Fraktur Tertutup Batang Femur Sinistra pada Anak Remaja

Disusun oleh :
dr. Dameria Purba

INTERNSHIP RSUD MAJENANG


2019 – 2020

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa sebab dalam mengikuti Program Internsip
Dokter Indonesia, penulis telah menyusun laporan kasus yang berjudul "Fraktur Tertutup
Batang Femur pada Anak Remaja” sebagai salah satu syarat tujuan dalam menyelesaikan
tugas di wahana terpilih, yakni RSUD Majenang.
Penulis berharap semoga hasil dari laporan ini dapat bermanfaat bagi diri penulis sendiri
dan orang lain, sehingga diharapkan lebih banyak masyarakat yang lebih sadar bahwa setiap
faktor perilaku, faktor lingkungan, ketersediaan pelayanan kesehatan, dan faktor genetik
mempengaruhi status kesehatan.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada berbagai pihak yang telah
mendukung penulis menyelesaikan laporan ini, kepada dokter pembimbing dr. Ratmawati
dan teman-teman sejawat internsip di RSUD Majenang.

Majenang, Maret 2020

Penulis

2
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas pasien
Nama : An. E
Usia : 14 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl Sirkaya RT 03 RW 17, Jenang
Tgl masuk RS : 18 Januari 2020

II. Anamnesis
Keluhan utama :
Pasien datang dengan keluhan nyeri di paha kaki kiri +/- 30menit SMRS.

Riwayat penyakit sekarang :


Pasien sehabis mengalami kecelakaan lalu lintas dimana pasien posisi membonceng
temannya saat naik motor lalu tabrakan dengan motor lain dari sini kanan, pasien
terjatuh lalu kaki kirinya sakit jika digerakkan. Selain itu pasien juga mengeluh nyeri
di kaki kanan di bagian lutut dan kaki bawah bagian depan dimana di bagian tersebut
mengalami luka lecet dan luka robek. Pasien tidak mengalami pingsan, nyeri kepala
disangkal, mual muntah disangkal. Rasa kesemutan (-), rasa baal (-), demam (-). Hal
ini baru pertama kali dialami pasien.

Riwayat penyakit dahulu :


Diabetes Melitus (-), Penyakit Bawaan Lahir (-), Paru (-)

Riwayat penyakit keluarga :


Tidak ada keluarga dengan riwayat sakit yang serupa, maupun penyakit kronis
lainnya.

Riwayat pengobatan :
Pasien tidak mengkonsumsi obat maupun melakukan tindakan apapun sebelum datang
ke rumah sakit.

3
Riwayat alergi :
Alergi obat dan makanan disangkal

Riwayat imunisasi : Imunisasi dasar lengkap


Riwayat persalinan : Lahir spontan pervaginam, cukup bulan, BBL 2900gram

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Composmentis, GCS 15
BB : 55 kg
TB : 167cm
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 110 kali/ menit,reguler
Respirasi rate : 22 kali/ menit
Suhu : 36,2 ° C
SpO2 : 98%

Status Generalisata
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), refleks pupil (+/+), d= 2
mm/2mm, isokor kanan-kiri.
Kulit : Kulit warna sawo matang, skin photo type 4
Hidung : Normonasi, pernafasan cuping hidung (-) Deviasi septum (-)
Telinga : Normotia
Mulut : Mukosa mulut lembab, lidah kotor(-)
Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax
Paru-Paru
Inspeksi: Simetris kanan kiri
Palpasi : Vokal fremitus simetris antara paru kiri dan kanan
Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler +/+ dikedua lapang paru, Ronkhi -/-, wheezing -/-
4
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis ada pada ICS V di sebelah medial linea midklavikularis sinistra
Perkusi: Batas atas : ICS III linea parasternalis kiri
Batas kiri : ICS VI 1 cm medial linea midclavicula kiri
Batas kanan : ICS IV linea parasternalis kanan
Auskultasi: bunyi jantung 1 dan 2 murni reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : Datar, masa maupun benjolan (-), bekas operasi (-),
Palpasi : Supel, nyeri tekan abdomen (-), organomegali (-)
Perkusi : Timpani pada 4 kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) pada seluruh kuadran abdomen 15 x/menit.

Ekstremitas
Ekstremitas atas:
Akral hangat. CRT < 2dtk, edema (-), ROM baik baik sinistra maupun dextra

Ekstremitas bawah:
Look:
- Sinistra: Tampak deformitas pada regio femoralis sinistra, angulasi +, hiperemis (-),
vulnus laseratum (-).
- Dextra: Tampak vulnus excoriatum regio patella et cruris dextra +/- 3x2cm;
Tampak vulnus laseratum regio cruris anterior dextra +/- 1,5cmx1cmx0,5cm; Luka
tampak kotor bercampur tanah.

Feel:
- Sinistra: nyeri tekan regio femoralis sinistra dengan krepitasi (+), CRT <2detik,
sensorik baik
- Dextra nyeri tekan regio patela dextra et cruris anterior dextra dengan krepitasi (-),
CRT <2dtk, sensorik baik
Move: ROM regio femoralis terbatas

5
Kesan: Tampak fraktur tertutup batang femur sinistra dan vulnus laseratum et regio
cruris anterior dextra ukuran 1,5cmx1cmx0,5cm, vulnus excoriatum et regio patela
dextra ukuran 3cmx2cm

IV. Pemeriksaan penunjang

1. Rontgen Femoralis Sinistra AP/L tanggal periksa: 18-01-2020

Kesan:
Tampak fraktur oblique komplit pada diafisis femur sinistra disertai dislokasi cum
contractionem; Soft swelling tissue regio femur sinistra.

2. Laboratorium Hematologi. Tanggal Periksa: 18-01-2020


Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan
Laboratorim
Hemoglobin (g/dl) 11.7 g/dl 13.2 – 17.3
Leukosit 20,1 103/ul 3.8 – 10.6
Hematokrit 37,4 % 40 – 52
Trombosit 250 103/ul 150.000 - 400.000
Eritrosit 4.62 103/ul 4.4-5.9
MCV 81,0 fL 82 – 98
MCH 25.3 Pg 27 – 32
MCHC 31,3 g/dL 32– 37

V. RESUME

6
Pasien datang ke IGD RSUD Majenang dengan keluhan keluhan nyeri di paha kaki
kiri +/- 30menit SMRS. Pasien sehabis mengalami kecelakaan lalu lintas dimana pasien
posisi membonceng temannya saat naik motor lalu tabrakan dengan motor lain dari sini
kanan, pasien terjatuh lalu kaki kirinya sakit jika digerakkan. Selain itu pasien juga mengeluh
nyeri di kaki kanan di bagian lutut dan kaki bawah bagian depan dimana di bagian tersebut
mengalami luka lecet dan luka robek. Pasien tidak mengalami pingsan, nyeri kepala
disangkal, mual muntah disangkal. Rasa kesemutan (-), rasa baal (-), demam (-). Hal ini baru
pertama kali dialami pasien. Pada pemeriksaan fisik keadaan umum tampak baik, GCS 15,
Compos mentis. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan fisik general dari kepala,
telinga, hidung, mulut, thorax, abdomen semua dalam batas normal, kecuali pada
pemeriksaan fisik ekstremitas bawah: tampak fraktur tertutup batang femur sinistra dan
vulnus laseratum et regio cruris anterior dextra ukuran 1,5cmx1cmx0,5cm, vulnus excoriatum
et regio patela dextra ukuran 3cmx2cm, luka tampak kotor bercampur tanah. Pada
pemeriksaan rontgen femoralis sinistra AP/L: Tampak fraktur oblique komplit pada diafisis
femur sinistra disertai dislokasi cum contractionem.

VI. Working Diagnosa :


Fraktur tertutup oblique komplit batang femur sinistra

VII. Differensial Diagnosis :


-

VIII. Penatalaksanaan:
- Informed Consent tindakan medis
- Wound Toilet
- Tindakan Hecting dan pemasangan bidai
- Inj Tetagam 250 ui
- IVFD RL 22tpm
- Inj Ketorolac 3x1 ampul
- Inj Omeprazole 1x1 ampul
- Inj Co-Amoxiclav 3x1 ampul
- Konsultasi dokter spesialis bedah orthopedi

7
IX. Analisa Kasus

 Pasien remaja laki-laki mengalami trauma kinetik kecelakaan lalu lintas


 Pasien mengeluhkan nyeri di paha kaki kiri terasa sakit bila digerakkan dan juga
nyeri pada kaki kanan akibat luka di lutut kanan dan kaki bawah bagian depan
kanan
 Pada pemeriksaan fisik dan penunjang didapatkan fraktur tertutup oblique
komplit batang femur sininstra dengan hemodinamik yang baik
 Berdasaran teori, fraktur ini harus mendapatkan penatatalaksanaan fraktur
femoralis dengan tindakan invasif atau operatif seperti plating, medullary nailing
ataupun flexible nailing.

8
BAB II
FOLLOW UP
19/1/2020
S: nyeri (+) di paha kiri
O: TD: 110/70 N: 98x/m S: 36,7 SpO2: 98% RR 20x/m
Deformitas (+), ROM upper limb sinistra terbatas
A: Closed Fraktur Batang Femur Sinistra
P:
- Inf RL 22tpm
- Inj Co-Amoxiclav 3x1 ampul
- Inj Pantoprazole 1x1
- Inj Dexketoprofen 3x1
- Rencana ORIF tgl 21/1/2020

20/1/2020
S: nyeri dan bengkak paha kiri
O: TD 100/70 N: 100x/m, S: 36,7, SpO2: 99% RR 20x/m
Deformitas (+), ROM upper limb sinistra terbatas

Pemeriksaan Laboratorim Hasil Satuan Rujukan


20/1/2020
A: Hemoglobin (g/dl) 10.8 g/dl 13.2 – 17.3 Closed
Leukosit 7,4 103/ul 3.8 – 10.6 Fraktur
Hematokrit 36,6 % 40 – 52 Batang
Trombosit 237 103/ul 150.000 - 400.000 Femur
Eritrosit 4.33 10 /ul
3
4.4-5.9 Sinistra
P: MCV 82,2 fL 82 – 98
MCH 24,9 Pg 27 – 32 -
MCHC 30,3 g/dL 32– 37 Inf RL
Golongan darah ABO B 28tpm
Golongan darah Rhesus Positif
Masa Pembekuan 4 Menit: 2-6
Masa Perdarahan 2 Menit 1-3
Anti HIV/VCT Non Non Reaktif
Reaktif 9
HbsAg Negatif Negatif
- Inj Ceftriaxone 2x1 gram
- Inj Ketorolac 2x1 ampul
- Inj Ranitidin 2x1 ampul
- Pro ORIF besok 21/1/2020
- Puasa 8 jam sebelum tindakan ORIF

21/1/2020
1. Dilakukan tindakan ORIF jam 09.00 s/d 11.00
Intra operasi:
- Pasien posisi left lateral decubitum dalam anestesi
- Dilakukan septik antiseptik
- Dilakukan indentifikasi
- Dilakukan incisi Approach Lateral femur -> diperdalam lapis demi lapis
- Dilakukan Reduksi -> dipasang plate hole jumlah: 1 -> dipasang screw 3.4 jumlah:
8
- Cuci luka, kontrol perdarahan
- Jahit luka
- Operasi selesai
Instruksi pasca operasi:
- Monitor keadaan umum, vital sign, perdarahan
- Inf RL 28tpm
- Inj Co-Amoxiclav 3x1 ampul
- Inj Dexketoprofen 2x1 ampul
- Inj Pantoprazole 2x1 ampul
2. Post ORIF jam 17.00:
S: nyeri paha kiri, flatus (+)
O: KU baik, CM, TD: 110/70 N: 90x/m, S: 36,7, SpO2: 98%, RR: 20x/m, perdarahan (-)
A: Closed Fracture femure sinistra post ORIF H-0
P:
- Inf RL 28tpm
- Inj Co-Amoxiclav 3x1 ampul
- Inj Dexketoprofen 2x1 ampul
- Inj Pantoprazole 2x1 ampul

10
22/1/2020
S: Nyeri post ORIF
O: KU baik, CM, perdarahan (-),TD 100/70, N: 87x/m, S: 36,5, SpO2: 99%, RR: 20x/m
A: Closed Fracture Femoralis Sinistra Post ORIF H+1
P:
- GV + rawat luka
- Inf RL 28tpm
- Inj Co-Amoxiclav 3x1gram
- Inj Dexketoprofen 2x1ampul
- Inj Pantoprazole 2x1 ampul
- X-ray femur sinistra AP/L; Hasil:

Kesan:
Terpasang fiksasi internal plate dan screw yang menfiksasi fraktur femur sinistra pars
tertia media, aposisi dan alignment baik; Trabekulasi tulang baik; Soft tissue swelling
disertai emfisema subcutis regio femur sinistra.

23/1/2020
S: nyeri post ORIF
O: KU baik, CM, perdarahan (-) TD 110/70, N: 90x/m, S: 36,5, SpO2: 99%, RR: 20x/m
A: Post ORIF closed fractrure femoralis sinistra H+2
P:
- BLPL
- Kontrol 2 minggu lagi
- Edukasi tidak boleh menapak pakai kaki kiri selama 2 bulan
- Cefixime 1-0-0
11
- Ciprofloxacin 0-0-1
- Dexketoprofen tab 1x1
- Omeprazole tab 1x1

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Fraktur adalah kondisi dimana terputusnya kontinuitas tulang.1 Fraktur terjadi ketika
tulang sebagai subjek mendapatkan tekanan yang lebih besar dari kapasitasnya. Riwayat
adanya trauma dengan gejala nyeri, memar dan bengkak adalah gejala umum yang terdapat
pada fraktur dan cedera jaringan lunak. Adanya deformitas akan lebih mengarahkan pada
diagnosis fraktur.1
Epidemiologi Fraktur Batang Femur Secara Umum
Femur atau tulang paha adalah tulang terberat, terpanjang, dan terkuat yang terdapat
di tubuh kita. Femur di tutupi oleh lapisan otot-otot yang tebal oleh karena itu butuh kekuatan
tekanan yang besar pada femur untuk menyebabkan fraktur. Pada orang yang telah lanjut usia
atau penderita osteoporosis, kekuatan tekanan yang ringan pada femur bisa menyebabkan
fraktur. Fraktur femur yang disebabkan oleh kekuatan tekanan yang tinggi biasanya terjadi
oleh karena jatuh dari ketinggian dan kecelakaan kendaraan bermotor.2
Menurut Depkes RI, 2011 dari sekian banyak kasus fraktur di indonesia, fraktur pada
ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur
lainnya yaitu sekitar 46,2%. Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah
akibat kecelakaan, 19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang
mengalami fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 9702 orang mengalami fraktur
pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur fibula.3
Fraktur paling sering terjadi pada usia 15-24 tahun. Sebagian besar kasus didominasi
oleh jenis kelamin pria (72%). Kecelakaan lalu lintas (92%) merupakan penyebab utama
patah tulang. Terdapat beberapa jenis fraktur femur berdasar lokasi anatomis yaitu fraktur
leher femur, fraktur trokanter femur, fraktur subtrokanter femur, fraktur diafisis femur,
fraktur suprakondilus femur dan fraktur kondilus femur. Jenis fraktur terbanyak dari fraktur
femur adalah fraktur tertutup (71%) dan terbanyak terletak di batang tulang femur (46%).2-4
Fraktur batang femur umum terjadi, yang mana diperkirakan 1,6% dari seluruh fraktur
terjadi pada anak. Distribusi fraktur femur pada anak adalah bimodal, dengan insidens tinggi
pada awal usia 2-3 tahun dikarenakan femur pada anak masih terdiri dari tulang yang
komposisinya tersusun belum kuat. Setelah 5 tahun dengan meningkatnya peningkatan tulang
lamellar dan penebalan kortikal membuat insiden menurun. Namun puncak kedua terjadi
pada remaja yang mana kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama fraktur. Cedera
ortopedi pada anak yang paling umum dan memerlukan rawat inap adalah fraktur femur.1
13
Fraktur batang femur bervariasi tergantung lokasi dan gambaran fraktur. Fraktur
femur bisa atau tanpa dislokasi tulang dan bisa berupa fraktur tertutup (tidak menembus kulit
atau tidak terbuka dengan lingkungan eksternal) dan fraktur terbuka (Menembus kulit dan
terbuka dengan lingkungan eksternal). Menurut garis frakturnya, patah tulang dibagi menjadi
fraktur komplit atau inkomplit (termasuk fisura atau greenstick fracture), transversa, oblik,
spiral, kompresi, simple, kominutif, segmental, kupu-kupu, dan impaksi (termasuk impresi
dan inklavasi).2
Anatomi Femur5
Femur pada ujung bagian atasnya memiliki caput, collum, trochanter major dan
trochanter minor. Bagian caput merupakan lebih kurang dua pertiga bola dan berartikulasi
dengan acetabulum dari os coxae membentuk articulatio coxae. Pada pusat caput terdapat
lekukan kecil yang disebut fovea capitis, yaitu tempat perlekatan ligamentum dari caput.
Sebagian suplai darah untuk caput femoris dihantarkan sepanjang ligamen ini dan memasuki
tulang pada fovea.
Bagian collum, yang menghubungkan kepala pada batang femur, berjalan ke bawah,
belakang, lateral dan membentuk sudut lebih kurang 125 derajat (pada wanita sedikit lebih
kecil) dengan sumbu panjang batang femur. Besarnya sudut ini perlu diingat karena dapat
dirubah oleh penyakit.
Trochanter major dan minor merupakan tonjolan besar pada batas leher dan batang.
Yang menghubungkan dua trochanter ini adalah linea intertrochanterica di depan dan crista
intertrochanterica yang mencolok di bagian belakang, dan padanya terdapat tuberculum
quadratum.
Bagian batang femur umumnya menampakkan kecembungan ke depan. Ia licin dan
bulat pada permukaan anteriornya, namun pada bagian posteriornya terdapat rabung, linea
aspera. Tepian linea aspera melebar ke atas dan ke bawah.Tepian medial berlanjut ke bawah
sebagai crista supracondylaris medialis menuju tuberculum adductorum pada condylus
medialis. Tepian lateral menyatu ke bawah dengan crista supracondylaris lateralis. Pada
permukaan posterior batang femur, di bawah trochanter major terdapat tuberositas glutealis,
yang ke bawah berhubungan dengan linea aspera. Bagian batang melebar ke arah ujung distal
dan membentuk daerah segitiga datar pada permukaan posteriornya, disebut fascia poplitea.
Ujung bawah femur memiliki condylus medialis dan lateralis, yang di bagian
posterior dipisahkan oleh incisura intercondylaris. Permukaan anterior condylus dihubungkan
oleh permukaan sendi untuk patella. Kedua condylus ikut membentuk articulatio genu. Di

14
atas condylus terdapat epicondylus lateralis dan medialis. Tuberculum adductorium
berhubungan langsung dengan epicondylus medialis.
Otot-otot femur terdiri dari 3 kelompok
1. Kelompok anterior (ekstensor)
- m. rectus femoris
- m. vastus lateralis
- m. vastus medialis
- m. vastus intermedius genu
- m. sartorius
2. Kelompok medial (adduktor)
- m. pectineus
- m. gracilis
- m. adductor longus
- m. adductor brevis
- m. adductor magnus
3. Kelompok posterior (fleksor)
- m. biscep femoris
- m. semitendinosus
- m. semimembranosus
- m. psoas major
- m. iliacus
- m. tensor fascia lata
Pendarahan Femur
Arteria femoralis
Arteri femoralis sampai di tungkai atas dengan berjalan di belakang ligamentum
inguinale, sebagai lanjutan dari A. Iliaca externa. Disini, arteria terletak di pertengahan antara
spina iliaca anterior superior dan symphisis pubis. A. Femoralis merupakan pembuluh nadi
utama untuk membrum inferius. Arteria ini berjalan ke bawah hampir vertical ke arah
tuberculum adductor magnus (hiatus adductorius) dengan memasuki spatium poplitea sebagai
A. Poplitea.
Cabang-cabang:
 A. Circumflexa ilium superficialis
 A. Epigastrica superficialis

15
 A. Pudenda externa superficialis)
 A. Pudenda externa
 A. Profunda femoris adalah sebuah cabang besar dan penting yang muncul dari
sisi lateral A. Femoralis kira-kira 1,5 inchi (4 cm) di bawah ligamentum inguinale.
Arteria ini berjalan ke medial di belakang A. Femoralis dan masuk ke dalam ruang
medial fascia tungkai bawah. Arteria ini berakhir sebagai A. Perforans IV. Pada
pangkalnya, arteria ini mempercabangkan A. Circumflexa femoris medialis dan A.
Circumflexa femoris lateralis dan dalam perjalanannya mempercabangkan 3 buah
aa. Perforantes..
 A. Genicularis descendens adalah cabang kecil yang dipercabangkan dari A.
Femoralis dekat ujung akhirnya. Arteria ini membantu mendarahi articulatio genu.

Vena Femoralis
Vena femoralis masuk tungkai atas dengan berjalan melalui hiatus m. Di adductor
magnus sebagai lanjutan dari vena poplitea. Vena ini berjalan ke atas melalui tungkai atas,
awalnya di sisi lateral a. Femoralis, kemudian di sebelah posterior, dan akhirnya di sisi
medialnya. Pembuluh ini meninggalkan tungkai atas pada ruang intermedia dari vagina
femoralis dan berjalan di belakang ligamentum inguinale untuk berlanjut sebagai v. Iliaca
externa. Cabang-cabang vena femoralis adalah vena saphena magna, dan venae yang
bersesuaian cabang-cabang a. Femoralis. Vena circumflexa ilim superficialis, vena
epigastrica superficialis, dan vv. Pudendae externae bermuara ke vena saphena magna.
Nodi Lymphoidei
Nodi lymphoidei inguinales profundi jumlahnya bervariasi, tetapi biasanya berjumlah
3 buah, terletak disepanjang sisi medial bagian terminal vena femoralis, dan yang paling atas
biasanya terletak di canalis femoralis. Kelenjar-kelenjar ini menerima cairan limfe dari nodi
inguinales superficiales melalui pembuluh-pembuluh limfe yang berjalan melalui fascia
cribriformis pada hiatus saphenus. Nodi ini juga menerima cairan limfe dari struktur-struktur
dalam dari membrum inferius yang berjalan ke atas di dalam pembuluh limfe yang berjalan
bersama arteria, bebrapa melalui nodi poplitei. Pembuluh limfe eferen dari nodi inguinales
profundi berjalan ke atas ke dalam rongga abdomen melalui canalis femoralis dan bermuara
ke nodi iliaci externi.
Persarafan Tungkai Atas
1. Fascia anterior tungkai atas
Nervus Femoralis

16
n. femoralis merupakan cabang terbesar dari plexus lumbalis (L2,3,4). Saraf
ini keluar dari pinggir lateral m. Psoas di dalam abdomen dan berjalan ke bawah di
dalam celah antara m. Psoas dan m. Iliacus. Saraf ini terletak di belakang fascia iliaca
dan memasuki tungkai atas di lateral a. Femoralis dan vagina femoralis, di belakang
ligamentum inguinale 1,5 inchi (4cm) distal dari ligamentum inguinale, saraf ini
berakhir dengan bercabang 2 dalam divisi anterior dan divisi posterior n. Femoralis
mempersyarafi seluruh otot di ruang anterior tungkai atas. N. Femoralis tidak berada
di dalam selubung femoralis saat memasuki tungkai atas.
Cabang-cabang:
 Divisi anterior memberikan 2 cabang kulit dan 2 cabang otot. Cabang kulit yaitu
n. Cutaneus femoris medialis dan n. Cutaneus femoris intermedius yang masing-
masing mempersyarafi kulit permukaan medial dan anterior tungkai atas. Cabang-
cabang otot mempersyarafi m. Sartorius dan m.pectineus.

 Divisi posterior memberikan 1 cabang kulit n. Saphenus dan cabang-cabang ke


otot ke m. Quadriceps femoris. N. Saphenus berjalan bersama a. femoralis masuk
ke dalam canalis adductori hunteri menuju fossa poplitea, untuk sisi medial
tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki.

 Ramus muscularis ke m. Rectus femoris juga mempersyarafi articulatio coxae;


cabang-cabang untuk ketiga mm. Vasti juga mempersyarafi articulatio genu.

2. Fascia posterior tungkai atas


Nervus Ischiadicus
n. ishiadicus, sebuah cabang terbesar dari plexus sacralis (L4,5 dan S1-3),
merupakan saraf paling tebal dan panjang dari tubuh. Saraf ini di posterior tertutup
oleh pinggir M.biceps femoris dan m. Semimebranosus. Saraf ini terletak pada aspek
posterior ,. Adductor magnus. Pada sepertiga bagian bawah tungkai atas saraf ini
berakhir dengan bercabang menjadi 2: n. Tibialis dan n. Peroneus communis.
Mempersarafi seluruh tungkai atas dan bawah kecuali bagian anterior dan medial
tungkai atas.

Fraktur Batang Femur (Femoral Shaft Fracture) pada Anak


Epidemiologi, Etiologi dan Mekanisme Cedera

17
Fraktur batang femur berkisar 1.6% pada semua fraktur pada anak dan paling banyak
umumnya fraktur di 1/3 tengah. Rasio anak laki – laki dan perempuan adalah 2 : 1. Angka
kejadian tahunan fraktur batang femur adalah 19 per 100.000 anak.6,7
Etiologi fraktur batang femur bergantung pada usia. Pada infant, diafisis tulang femur
relative lemah dan mungkin patah karena beban karena terguling. Pada usia anak taman
kanak – kanak dan usia sekolah, sekitar 50% dari fraktur batang femur disebabkan oleh
kecelakaan berkecepatan rendah seperti terjatuh dari ketinggian, misalnya dari sepeda, pohon,
tangga atau sesudah tersandung dan terjatuh pada level yang sama dengan atau tanpa
tabrakan. Seiring dengan meningkatnya kekuatan tulang femur, dengan maturitas selanjutnya
pada masa anak – anak dan remaja, trauma berkecepatan tinggi sering mengakibatkan fraktur
pada femur. Fraktur pada batang femur jarang terjadi akibat trauma kelahiran, dengan
pengecualian tersebut, maka fraktur ini dapat juga disebabkan oleh arthrogryposis multiplex
congenital, myelomeningocele, dan osteogenesis imperfect. Kontraktur yang kaku pada
panggul dan lutut pada anak – anak dengan arthtogrypotic dapat menyebabkan fraktur batang
femur selama proses persalinan atau selama penanganan selanjutnya. Kelompok risiko
lainnya adalah bayi baru lahir dengan penyakit neuromuscular seperti myelomeningocele,
osteopenia. Dan osteogenesis imperfect yang menyebabkan fraktur multipel. Fraktur batang
femur yang terjadi selama 12 bulan pertama kehidupan jarang terjadi. Kebanyakan 30 – 50%
merupakan non – accidental dari child abuse.6,7
Temuan Klinis
Tanda – tanda umum pada fraktur batang femur antara lain nyeri, shortening
(pemendekan), angulasi, bengkak, dan krepitasi. Seorang anak dengan fraktur femur yang
masih baru biasanya tidak dapat berdiri atau berjalan. Semua anak harus diperiksa termasuk
tungkai bawah dan lingkar pelvik dan abdomen, jadi tidak mengabaikan tibia, pelvik,
abdomen, atau trauma ginjal. Pemeriksaan neuromuskular harus diperiksa secara hati – hati.
Walaupun cedera neuromuskular jarang terjadi akibat fraktur batang femur. Perdarahan
merupakan masalah utama pada fraktur batang femur, rata-rata darah yang hilang dapat lebih
dari 1200 mL dan 40% memerlukan transfusi. Penilaian kondisi hemodinamik pra operasi
mutlak harus dilakukan.6,7
Temuan Radiologi
Pemeriksaan radiografi seharusnya dilakukan sepanjang femur dalam dua plane foto
dan berdekatan dengan lingkar pelvik dan juga sendi lutut. Jika ada keraguan, tungkai bawah
seharusnya diperiksa juga. Computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging

18
(MRI) scan biasanya tidak diperlukan. Indikasi untuk MRI akan digunakan jika dicurigai
adanya fraktur yang tersembunyi atau cedera ligament pada lutut.6,7
Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik tunggal karena tipikal
deformitas yang khas yaitu angulasi, eksternal rotasi dan pemendekan. Karena fraktur ini
tidak stabil, penting dilakukan splint awal sebelum dilakukan pemeriksaan radiologi untuk
menghindari nyeri dan menghindari injuri arteri femoralis.6-9

Tatalaksana9
Prinsip penatalaksannaan yang harus dipertimbangkan untuk menangani fraktur:
- Recognition yaitu menyangkut diagnosis fraktur pada tempat kecelakaan dan
selanjutnya dirumah sakit dengan lakukan pengkajian terhadap riwayat kecelakaan,
derajat kepatahan, jenis kekuatan yang berperan pada peristiwa yang terjadi, serta
menentukan kemungkinan adanya fraktur melalui pemeriksaan dan keluhan pasien.
- Reduksi fraktur adalah mengembalikan posisi tulang ke posisi anatomis.
o reduksi terbuka dengan pembedahan, memasang alat fiksasi interna (misalkan:
pen, kawat, sekrup, plat, paku, batang logam)
o reduksi tertutup, extermitas dipertahankan dengan gips, traksi, brace, bidai.
Fiksator interna.
- Imobilisasi, setelah direduksi, fragmen tulang harus diimobilisasi atau dipertahankan
dalam posisi dan kesejajaran yang benar hingga terjadi penyatuan. Metode
immobilisasi dilakukan dengan fiksasi eksterna dan interna
- Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, mempertahankan reduksi dan
immobilisasi, meningkatkan daerah fraktur untuk meminimalkan pembengkakan,
mamantau status neuromuscular, mengontrol kecemasan dan nyeri, kembali ke
aktivitas semula secara bertahap.

Fraktur tertutup
Tujuan penatalaksanaan fraktur adalah untuk menyatukan fragmen tulang yang
terpisah. Secara umum, prinsip dari tatalaksana fraktur adalah reduksi, fiksasi, dan
rehabilitasi.
Reduksi tidak perlu dilakukan apabila:
- Fraktur tidak disertai atau hanya terjadi sedikit displacement
- Pergeseran yang terjadi tidak bermakna (misalnya pada klavikula), atau

19
- Reduki tidak dapat dilakukan (misalnya pada fraktur kompresi vertebra).
Reduksi tertutup harus dilakukan dengan anestesi dan relaksasi otot. Manuver reduksi
tertutup dilakukan secara spesifik untuk masing-masing lokasi, namun pada prinsipnya,
reduksi tertutup dilakukan dengan tiga langkah berikut:
- Menarik bagian distal searah dengan sumbu tulang
- Reposisi fragmen ke tempat semula, dengan gaya berlawanan dari gaya penyebab
trauma dan
- Menyusun agar fragmen terletak secara tepat masing-masing bidang.
Reduksi terbuka pada fraktur tertutup diindikasikan pada kondisi-kondisi:
- Ketika reduksi tertutup gagal
- Terdapat fragmen artikular yang besar, atau
- Untuk traksi pada fraktur dengan fragmen yang terpisah.
Fraktur terbuka
Berdasarkan standar manajemen fraktur terbuka oleh British Orthopedic Association
dan British Association of Plastic, Reconstructive and Aesthetic Surgeons 2009, fraktur
terbuka semua derajat harus mendapatkan antibiotik dalam 3 jam setelah trauma. Antibiotik
yang menjadi pilihan adalah ko-amoksiklav atau sefuroksim. Apabila pasien alergi golongan
penisilin dapat diberikan klindamisin. Pada saat debridement, antibiotik gentamisin
ditambahkan pada regimen tersebut. Dan juga pemberian antitetanus.

Penatalaksanaan Fraktur Batang Femur


Penatalaksanaan fraktur batang femur pada anak mungkin berbeda dari fraktur serupa
pada orang dewasa. Karena fraktur batang femur pada anak-anak umumnya sembuh dengan
mudah dan hasilnya memuaskan, sehingga konservatif (nonoperatif) dapat dianjurkan.
Sebagian besar penulis merekomendasikan pengobatan berdasarkan usia pasien. Anak-anak
muda dengan fraktur tertutup dikelola oleh berbagai teknik tertutup, sedangkan yang lebih tua
atau polytraumatized pada fraktur batang femur anak menerima intervensi yang lebih agresif.
Intervensi awal (dalam 24 jam) versus intervensi operatif yang tertunda tidak mempengaruhi
prevalensi komplikasi paru pada anak-anak seperti halnya pada pasien dewasa. Namun
demikian, emboli paru seperti itu dapat saja terjadi, meskipun sangat jarang terjadi pada
anak-anak.8
Beberapa prinsip harus diterapkan pada pengobatan fraktur batang femur pada anak-
anak: (1) Tatalaksana paling sederhana dengan hasil yang memuaskan adalah yang terbaik.
(2) Jika memungkinkan, perawatan awal harus dilaksanakan dengan baik. (3) Reduksi mutlak
20
sesuai anatomi tidak mempengaruhi fungsi jangka panjang. (4) Restorasi longitudinal dan
rotasi yang sejajar lebih penting daripada hanya memposisikan patahan satu sama lain. (5)
Semakin banyak proses pertumbuhan tersisa, semakin besar kemungkinan komposisi osseous
normal dapat dipulihkan dengan proses remodelling tulang. (6) Overtreatment biasanya lebih
buruk daripada undertreatment. (7) Harapan bahwa semua cacat pada anak-anak dapat
dikoreksi secara spontan bukan dijadikan suatu alasan untuk mengabaikan segala cacat yang
dapat diperbaiki dengan tatalaksana yang ada baik nonoperatif maupun dengan intervensi
yang lebih agresif. Shortening kurang dari 2 cm, angulasi kurang dari 15 °, dan minimalisasi
rotasi adalah tujuan utama yang ingin dicapai pada pengobatan nonoperatif.7,8
Tabel 1. Macam-macam tatalaksana pada fraktur batang femur anak8

Sebagian besar penulis menggunakan istilah operatif dan konservatif. Namun,


beberapa bentuk perawatan konservatif cukup agresif, sehingga istilah kurang invasif lebih
disukai. Beberapa tatalaksana dengan metode kurang invasif mungkin memerlukan rawat
inap. Spica casting, baik segera atau setelah periode traksi, merupakan salah satu contoh
tatalaksana metode kurang invasif. Metode kurang invasif biasanya dilakukan pada anak usia
kurang dari 6 tahun. Tatalaksana invasif biasa dilakukan pada anak-anak usia remaja meliputi
traksi rangka, pin dan plester, fiksasi eksternal, prosedur paku medula dengan berbagai
implan, dan pelapisan plate terbuka dan perkutan. Semua metode invasif memerlukan rawat
inap. Kombinasi metode kadang-kadang ditunjukkan, seperti pada casting spica digunakan
untuk menambah atau melindungi fiksasi internal.7
1. Traksi Skeletal

Traksi kerangka dengan pin umumnya dilakukan untuk anak-anak yang lebih besar dengan
fraktur terisolasi. Teknik ini hanya sementara sampai pengobatan definitif dengan gips spica
atau fiksasi internal / eksternal dapat diterapkan. Teknik traksi tulang bervariasi. Situs tibialis
femoralis atau proksimal paling sering digunakan untuk penempatan pin.
2. Fiksasi Eksternal

Sistem fiksasi eksternal secara antusias direkomendasikan untuk fraktur poros femur
pediatrik. Quintin dan rekan menganjurkan fiksasi eksternal untuk anak-anak dengan fraktur
21
terbuka, fraktur dengan kerusakan saraf atau pembuluh darah, patah tulang dengan kerusakan
sistem saraf pusat, politrauma.

Gambar 1. Eksternal Fiksasi8


3. Medullary Nailing

Teknik ini dipopulerkan selama Perang Dunia II oleh Küntscher dilakukan pada orang
dewasa. Pengalaman Winquist dan rekan memberiksn hasil klinis yang sangat baik dengan
kejadian infeksi dan malunion yang rendah. Teknik memaku meduler berkembang, dengan
nail ditempatkan secara antegrade setelah reaming kanal femoralis.

Gambar 2. Medullary Nailing8


4. Flexible Femoral Medullary Nailing

Dengan posisi pasien terlentang pada meja operasi radiolusen, paku medula fleksibel
dimasukkan melalui dua sayatan lurus di ujung distal femur secara medial dan lateral kira-
kira 4 cm proksimal ke garis sendi lutut setelah reduksi manipulatif.

Gambar 3. Flexible Femoral Medullary Nailing8


22
5. Plate Fixation
5.1 Standard Platting

Pemasangan plate dan screw dimana biasanya dikombinasi dalam satu tindakan ORIF
(open reduction internal fixation)

Gambar 4. Standar Plating8


5.2 MIPPO (Minimally Invasive Femoral Platting)

Untuk melakukan MIPPO, pasien diposisikan terlentang di meja operasi radiolusen


dengan insisi kira-kira 3 cm memanjang di atas trokanter mayor dan kondilus
femoralis.
Tindakan yang dianjurkan berdasarkan usia dan tipikal frakturnya:8
Usia 1-5tahun
Fraktur tertutup: lakukan spica casting jika pemendekan <1,5cm, dilakukan follow up
sampai pemendekan yang paling pendek. Jika pemendekan ≥1,5 cm lakukan external fixation
atau flexible nailing.
Multiple Injuries: khususnya dengan luka tertutup di kepala: lakukan external fixation
sampai terjadi union atau selama 3 sampai 4 minggu sampai callus membuat tulang stabil
kemudian ganti dengan spica cast sebagai tambahan selama 3 sampai 4 minggu
Usia 6-10 tahun
Baik fraktur tertutup maupun multiple injuries dapat digunakan teknik flexible
nailing, external fixation atau platting.
Usia 10-14 tahun
Pada fraktur tertutup dapat dilakukan flexible nailing untuk fraktur yang stabil,
medullary nailing. MIPPO juga efektif dapat dilakukan.
Pada multiple injuries: pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil atau dengan
disertai cedera kepala berat ditatalaksana dengan external fixation, medullary nailing atau
plating. Pada pasien dengan hemodinamik stabil dapat dilakukan nailing.
23
Usia >14 tahun
Medullary nailing dengan poros nailing dari trochanter.

Komplikasi7-9
Komplikasi Fraktur secara umum dapat terjadi segera, dini, dan dalam jangka waktu lama:
Komplikasi segera:
1. Lokal
- Kulit dan otot: berbagai vulnus (abrasi, laserasi, sayatan, dll) kontusio, avulsi
- Vaskular: terputus, kontusio, perdarahan
- Cedera organ dalam: jantung, paru-paru, hepar, limpa (pada fraktur kosta), buli-buli
(pada fraktur pelvis),
- Neurologis: otak, medula spinalis, kerusakan saraf perifer
2. Umum
- Trauma multiple, syok
Komplikasi dini:
1. Lokal
- Nekrosis kulit-otot, sindrom kompartemen, trombosis, infeksi sendi, osteomielitis
2. Umum
- ARDS, emboli paru, tetanus
Komplikasi lama:
1. Lokal
- Tulang: malunion, nonunion, delayed union, osteomielitis; gangguan pertumbuhan,
patah tulang rekuren
- Sendi: ankilosis, penyakit degeneratif sendi pascatrauma
- Distrofi refleks
- Kerusakan saraf
2. Umum
- Batu ginjal (akibat imobilisasi lama di tempat tidur dan hiperkalsemia)
- Neurosis pascatrauma

Komplikasi terkait fraktur femur yang biasanya terjadi adalah infeksi, refraktur, kompartmen
syndrome, komplikasi lama: malunion, nonunion, delayed union

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Parmita IGAA et all. Perbandingan outcome terapi operatif dan non operatif fraktur
batang femur pada anak di RSUP Sanglah, Denpasar Januari 2016 - Maret 2017. E-
Jurnal Medika, Februari 2019; 2(8): 1-10.
2. Wattie EAW et all. Profil fraktur diafisis femur periode Januari 2013 – Desember
2014 di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Cl, April 2016; 1(4): 156-63.
3. Purnomo D et all. Pengaruh terapi latihan pada post orif dengan plate and screw
neglected close fracture femur Exercise therapy effect in post orif dengan plate and
screw neglected close fracture femur. JFR, 2017; 2(1): 50-9.
4. Sagaran VC et all. Distribusi fraktur femur yang dirawat di rumah sakit Dr.M.Djamil,
Padang. Jurnal Kesehatan Andalas, 2017; 6(3). 586-9.
5. Schuenke M et all. General anatomy and musculoskeletal system. Atlas of anatomy.
New York: Thieme Stuttgart; 2010.
6. Loder RT et all. Epidemiology and mechanisms of femur fracture in children. J
Pediatr Orthop 2006; 26(5):561-6.
7. Ogden JA. Skeletal Injury In The Child Second Edition. New York : W. B Saunders
Company; 2000. p.880 – 95.
8. Green N et all. Skeletal trauma in children. 3rd Edition. US: Saunders Elsevier; 2003.
p. 496-506.
9. Priantono D, Widiharso WE. Fraktur. Kapita Selekta. Jakarta: Media Aesculapius;
2014. h. 241-2.

25

Anda mungkin juga menyukai