Modul 1 Skenario 1
Kelompok 7
Tutor : dr. Rahmini Sabariah, Sp.A
Anggota :
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur Alhamdulillah, atas berkah Rahmah Hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan laporan modul ini. Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas PBL modul 1
skenario 1. Tugas ini ialah hasil diskusi dari semua anggota kelompok 7. Terimakasih kami
ucapkan kepada tutor kami yaitu dr. Rahmini Sabariah, Sp.A yang telah membimbing
kelompok kami sehingga dapat melakukan diskusi dengan baik. Juga untuk penulis dan
penerbit dari buku yang kami jadikan referensi.
Kami menyadari dalam pembuatan laporan ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan tugas ini kedepannya.
Semoga hasil analisis di laporan ini dapat berguna dan dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Wassalamualaikum wr.wb
Kelompok 7
2
DAFTAR ISI
Skenario ..............................................................................................................................4
Pertanyaan ...........................................................................................................................5
Pembahasan..........................................................................................................................6
1. Epidemiologi dari
disfagia.....................................................................................................................6
3. Klasifikasi dari
disfagia.....................................................................................................................8
4. Patogenesis dari
disfagia……………………………….....................................................................11
7. DD berdasarkan
skenario....................................................................................................................16
10. Kesimpulan..............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..……..…..24
3
SKENARIO 1:
Pasien seorang laki-laki usia 65 tahun datang ke IGD dengan keluhan susah menelan,
namun perut terasa cepat penuh setelah makan. Kadang disertai mual dan sampai muntah
terutama setelah makan. Saat ini lebih gampang menelan makanan cair. Pasien mengeluhkan
pernah muntah darah dan sering BAB hitam. Pasien sudah 2 kali masuk rumah sakit dengan
keluhan lemas dan harus transfusi darah. Nafsu makan menurun. Pasien juga mengeluh
penurunan BB yang cepat saat ini dan teraba keras di dada.
Kata kunci :
Laki-laki 65 tahun
Susah Menelan
Muntah darah
Bab hitam
Penurunan BB
Keras di dada
4
MIND MAP
PERTANYAAN
5
Nama : Yusmiati Tomalima
NIM : 2016730108
Jawab :
Epidemiologi Disfagia
6
Nama : M. Fauzi Sholeh
NIM : 2016730067
7
Nama : Mutiara Rahma
NIM : 2016730072
Jawab :
Klasifikasi Disfagia
1. Disfagia Oral dan Faring (Orofaring) : Disfagia fase oral berkaitan dengan
pembentukan dan kontrol bolus yang tidak baik, sehingga makanan bisa mengalir
keluar mulut atau terlalu lama berada di dalam mulut atau pasien mungkin mengalami
kesulitan memulai reflex menelan. Kurangnya kontrol bolus juga dapat menyebabkan
tumahnya makanan secara prematur ke dalam faring dan aspirasi ke dalam laring
dan/atau rongga hidung yang tidak terjaga. Disfagia fase faring berkaitan dengan
stasis makanan di faring akibat propulsi daring yang buruk dan obstruksi di UES.
Stasis faring menyebabkan regurgitasi hidung dan aspirasi laring sewaktu atau setelah
menelan. Regurgitasi dan aspirasi laring selama proses menelan merupakan tanda
utama disfagia orofaring.
Disfagia Orofaring oleh penyebab mekanis: kelainan perkembangan, tumor kepala
dan leher, terapi radiasi, dan proses peradangan
Disfagia motorik orofaring terjadi karena gangguan upaya volunter yang diperlukan
untuk mempersiapkan bolus atau gangguan neuromuskular yang memengaruhi
persiapan bolus, inisiasi refleks menelan, lewatnya makanan melalui faring pada
waktu yang tepat, dan pencegahan masuknya makanan kedalam laring dan hidung.
Gangguan neuromuskular yang mencakup berbagai penyakit di korteks dan
suprabulbar, lesi saraf kranial
2. Disfagia Esofagus
Pada orang dewasa, lumen esofagus dapat meregang hingga bergaris tengah 4 cm.
Jika diameter esofagus tidak dapat melebar lebih dari 2,5 cm maka dapat terjadi
8
disfagia terhadap makanan solid normal. Disfagia selalu terjadi jika esofagus tidak
dapat meregang melebihi 1,3 cm.
9
10
Nama : Thesya Kharisma Rani
NIM : 2016730101
Jawab :
Patogenesis Disfagia
Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang berpetan dalam
proses menelan harus bekerja sevara terintergrasi dan berkesinambungan. Keberhasilan
mekanisme menelan tergangtung dari ebebrapa factor, yaitu; (a) ukuran bolus makanan, (b)
diameter lumen efofagus yang dilalui bolus, (c) kontraksi peristaltic esophagus, (d) fungsi
sfingter esophagus bagian atas dan bagian bawah dan (e) kerja otot-otot rongga mulut dan
lidah.
Intergrasi fungsional yang sempurna akan vterjadi bila system neuro-muskular mulai
dari sususnan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik dinding faring dan uvula,
persarafan ektrinsik esophagus serta persarafan intrinsic otot-otot esophagus bekerja dengan
baik, sehingga aktivitas motoric berjalan lancer. Kerusakan pada pusat menelan dapat
menyebabkan kegagalan aktivotas komponen orofaring, otot lurik esophagus dan sfingter
esophagus bagian atas. Oleh karena otot lurik esophagus dan sfingter esophagus bagian atas
juga medapatkan persarafan dari inti motor n. vagus, maka pada kelainan di otak. Relaksasi
sfinger esophagus bagian bawah terjadi akibat peregangan langsung dinding esophagus.
11
Nama : Laela Fitriyah
NIM : 2016730058
Jawab :
12
Nama : Herdianti Zahira
NIM :2016730046
Jawab :
13
14
15
Nama : Aditya Wiratama
NIM : 2016730003
Jawab :
16
17
Nama : Thera Cahya P.
NIM :2016730100
Jawab :
18
• Terapi kombinasi operasi, radiasi dam kemoterapi
- Meningkatkan survival
19
Nama : Ike Suryani
NIM : 2016730048
Jawab :
KOMPLIKASI :
1. Karsinoma Esofagus
Komplikasi yang terjadi pada karsinoma esofagus bias diakibatkan oleh tumor primer
maupun penyebarannya.
Obstruksi esofagus dapat terjadi sebagai akibat besarnya massa tumor esofagus yang
mengakibatkan pasien tidak dapat mengkonsumsi makanan peroral seperti biasanya
diikuti dengan keluhan turunnya berat badan drastis perdarahan juga dapat terjadi
akibat massa tumor yang rapuh.
Nyeri kanker juga dapat dilaporkan sebagai salah satu komplikasi pada karsinoma
esofagus. Nyeri bias ditemukan local atau didaerah retrosternal maupun nyeri tulang
apabila ditemukan adanya metastasis tulang.
2. Karsinoma Gaster
Perforasi : dapat terjadi perforasi akut dan perforasi kronis
Hematemesis : hematemesis yang massif dan melena dapat terjadi pada tumor
ganas gaster sehingga dapat menimbulkan anemia
Obstruksi : dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pylorus yang
disertai keluhan muntah-muntah
Adhesi : jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan
infiltrasi dengan organ sekitarnya serta menimbulkan keluhan nyeri perut.
Penyebaran : pada berbagai organ seperti hati, pancreas, dan kolon.
3. Polyp’s Gaster
Komplikasi utama polip lambung adalah kanker lambung. Berikut ini adalah daftar
beberapa jenis utama polip lambung dan risiko kankernya.
Jenis Polip Lambung Risiko berubah menjadi kanker
Polip Kelenjar Fundus Rendah
Polip Hiperplastik Polip rendah, tetapi lebih tinggi dengan
karakteristik tertentu
Polip Adenomatosa Tinggi
Inflamasi Polip Fibroid Sangat Rendah
Tumor neuroendokrin lambung Tergantung Pada Jenisnya
(sebelumnya karsinoid)
20
Polip tumor stroma gastrointestinal Tinggi
Polip leiomyoma Rendah
PROGNOSIS :
1. Karsinoma Esofagus
Prognosis penyakit sangat bergantung pada stadium awal saat diagnosis
2. Karsinoma Gaster
Prognosis karsinoma gaster berkaitan erat dengan stadium penyakit dan ketepatan
terapi yang diberikan.
3. Polyp’s Gaster
Prognosis penyakit polyp’s gaster tergantung pada jenis polipnya
SURVIVAL RATE :
1. Karsinoma Esofagus
Karsinoma esofagus adalah penyakit prognosis yang buruk. Dalam penelitian
kami, setelah lima tahun masa tindak lanjut, kelangsungan hidup secara keseluruhan
di samping 20%. Penurunan berat badan (kg), variasi BMI (kg / m²) dan persentase
penurunan berat badan adalah faktor-faktor yang memprediksi tingkat yang lebih
buruk pada diagnosis di karsinoma sel skuamosa. Pada adenokarsinoma, temuan ini
tidak signifikan secara statistik.
2. Karsinoma Gaster
Kanker lambung jarang terjadi sebelum usia 40, tetapi kejadiannya terus
meningkat setelahnya dan mencapai puncaknya pada dekade ketujuh kehidupan.11
Diperkirakan 876.340 kasus kanker lambung primer didiagnosis pada tahun 2000,
yang menyebabkan hampir 650.000 kematian di seluruh dunia. Amerika Utara,
probabilitas seumur hidup untuk berkembang dan meninggal akibat kanker lambung
masing-masing adalah 1,5% dan 1,0%. Secara keseluruhan, angka kematian standar
usia telah menurun pada wanita (9,9 hingga 4,2 per 100.000) dan pria (21,2 hingga
9,1 per 100.000) selama 30 tahun terakhir di Kanada.5 Di Amerika Serikat, ada
24.000 kasus baru dan 14.000 kematian setiap tahun.12 Dalam penelitian retrospektif
yang melibatkan lebih dari 50.000 pasien yang dirawat karena kanker lambung
primer, Hundahl et al13 menunjukkan bahwa 65% kanker lambung di Amerika
Serikat hadir pada stadium lanjut (T3 / T4), dengan hampir 85% tumor disertai
dengan metastasis kelenjar getah bening pada saat diagnosis. Masalah ini semakin
rumit dengan tingkat kekambuhan 40% hingga 65% pada pasien yang direseksi
dengan maksud kuratif.14 Dengan tidak adanya program skrining formal, sebagian
21
besar pasien datang dengan stadium patologis lanjut dan dapat mengharapkan
kelangsungan hidup rata-rata 24 bulan (20–20). 30% kelangsungan hidup 5 tahun)
pada tumor yang direseksi dengan tujuan kuratif, kelangsungan hidup rata-rata 8,1
bulan setelah prosedur paliatif, dan kelangsungan hidup rata-rata hanya 5,4 bulan
untuk penyakit lanjut tanpa operasi
22
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil diskusi kami, pasien laki-laki usia 65 tahun dengan keluhan disfagia. Kami
menduga pasien di diagnosis Karsinoma Gaster dan Diferential Diagnosis Karsinoma
Esofagus dan Polip Gaster yang dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui
secara pasti diagnosis pada pasien.
23
Sumber :
24