Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

SOFT TUMOR TISSUE GLUTEUS SINISTRA

Oleh
Wildan Priscillah, S.Ked
J 510 170 009

Pembimbing
dr. Bakrie Hasbullah, Sp. B., FINACS

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH


RSUD KARANGANYAR
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
LAPORAN KASUS
SOFT TUMOR TISSUE GLUTEUS SINISTRA

Oleh:

Wildan Priscillah, S.Ked


J510 170 009

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari, 2017

Pembimbing:

dr. Bakrie Hasbullah, Sp. B., FINACS ( )

Dipresentasikan di hadapan

dr. Bakrie Hasbullah, Sp. B., FINACS ( )


BAB I

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Nama : bp. Heri wiyono

Usia : 32 tahun

Jenis Kelamin : laki-laki

Pekerjaan : tidak bekerja

Agama : islam

Alamat : alastuwo RT5/6 wonolopo tasikmadu

Tanggal MRS : 06-02-2018

RM : 426899

B. Anamnesis
1. Keluhan Utama
Benjolan pada pantat bagian kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke poli RSUD Karanganyar karena memiliki
benjolan pada pantat sebelah kiri, benjolan dirasakan sudah sejak 2
tahun yang lalu. Benjolan tidak nyeri tetapi makin lama makin
membesar dan mengganggu aktifitas. Benjolan ini terjadi akibat dari
pasien pernah terkena batu pada saat mengamuk.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Trauma : diakui (terkana batu)
b. Gejala serupa : disangkal
c. Operasi sebelumnya : disangkal
d. Riw. Alergi obat : disangkal
e. Riw. Psikotik : diakui
4. Riwayat Penyakit Keluarga
⁻ Hipertensi : disangkal
⁻ Diabetes Mellitus : disangkal
⁻ Riw. Alergi obat : disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Vital : T: 110/80
N: 80
RR: 18
Suhu : 36, 7

1. Status Generalis :
Kepala : Mesocepal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-) , Sklera ikterik (-/-), RCL (+/+),
RCTL (+/+)
Hidung : Septum deviasi (-), sekret (-/-), mukosa hiperemis (-/-),
konka hipertrofi (-/-)
Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-), gigi karies (-),
Tenggorok : Faring hiperemis (-) tonsil T1-T1
Telinga : Normoauricula, deformitas (-), serumen (-/-), sekret (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), struma (-), deviasi trakhea (-)
2. Thorax
Pulmo Dextra Sinistra
Depan
Inspeksi Simetris statis dinamis Simetris statis dinamis
Palpasi Stem fremitus ka = ki Stem fremitus ka = ki
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi SD Vesikuler, Ronki (-), SD Vesikuler, Ronki (-),
Wheezing (-) Wheezing (-)
Belakang
Inspeksi Simetris statis dinamis Simetris statis dinamis
Palpasi Stem fremitus ka = ki Stem fremitus ka = ki
Perkusi Sonor seluruh lapang paru Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi SD Vesikuler, Ronki (-), SD Vesikuler, Ronki (-),
Wheezing (-) Wheezing (-)

3. Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba ICS V 1-2 cm media linea midclavicula
sinistra
Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal kiri
Batas kanan bawah : ICS V linea sternalis kanan
Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal kiri
Batas kiri bawah : ICS V 1-2 cm media linea midclavicula
sinistra
Auskultasi : BJ I-II normal, gallop (-) murmur (-)
Kesan : cor dalam batas normal
4. Abdomen :
Inspeksi : defans muscular (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) normal, metalic sound (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Perkusi : Pekak sisi (-), pekak alih (-), tympani (+)
5. Panggul
Inspeksi : terdapat benjolan pada pantat sebelah kiri
Palpasi : benjolan teraba kunyal lunak, batas jelas, dapat digerakkan

6. Ekstrimitas superior inferior


Oedema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Clubbing finger -/- -/-
Gerak +/+ +/+
Kekuatan 5/5 5/5
Tonus N/N N /N
Refleks fisiologis +/+ +/+
Refleks Patologis -/- -/-

D. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Normal

Hemoglobin 11.8 (L) 12-16 gr%

Hematokrit 39.1 (L) 37-43 vol %

Lekosit 5,48 5-10 10^3/Ul

Trombosit 159 150-300^3/Ul

Eritrosit 4,20 (L) 4,00-5,00^6/Ul

MCH 28,1 27,0-31,0

PDW 16,4 9,0-17

MCV 93,1 82-92 fl

MCHC 30,2 32,0-37,0 g/dl

Neutrofil% 72,0 50-70%

Limfosit% 20,3 25-40%

Monosit% 3,4 3-9%

Ureum 25 20-40

Creatinin 1,00 0,5-0,9

Gula Darah 98 70-150


Sewaktu
1. Foto Rontgen

Kesan:- cor dalam batas normal


- Pulmo dalam batas normal
2. EKG
E. Resume
Seorang laki-laki berusia 32 tahun datang ke IGD RSUD Karanganyar
karena memiliki benjolan pada pantat sebelah kiri, benjolan dirasakan
sudah sejak 2 tahun yang lalu. Benjolan tidak nyeri tetapi makin lama
makin membesar dan mengganggu aktifitas. Benjolan ini terjadi akibat
dari pasien pernah terkena batu pada saat mengamuk.
F. Diagnosa Kerja
Soft tumor tissue gluteus sinistra
G. Penatalaksanaan
1. Non operatif

Inj. Ceftriaxon 1gr/12jam (skin test)

Inj. Santagesik 1 amp/ 8 jam

Inj. Ranitidin 1amp/12jam

Inf. Metronidazole 500 mg/ 8 jam


2. Operatif

Prosedur operatif : eksisi luas dan dalam


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

SOFT TUMOR TISSUE

1. DEFINISI
Jaringan lunak adalah
bagian dari tubuh yang
terletak antara kulit dan tulang
serta organ tubuh bagian
dalam. Yang tergolong
jaringan lunak antara lain
adalah otot, tendon, jaringan
ikat,
ikat, lemak
lemakdan dan
jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian)
jaringan
(Adhiyaksa, 2015). di sekitar
synovial (jaringan
Gluteus adalah salah satu dari tiga otot besar pada
persendian).
pantat. Gluteus maximus adalah otot terbesar dalam tubuh
manusia yang membentuk sebagian dari bokong/pantat. Otot ini
besar dan kuat karena memiliki pekerjaan menjaga batang tubuh
dalam posisi tegak. Ini adalah otot antigravitasi utama yang
membantu kita berjalan menaiki tangga. Selain gluteus maximus,
ada dua otot gluteal lain yang disebut gluteus medius dan gluteus
minimus (Anonim, 2016).
Tumor (neoplasma) adalah suatu jaringan yang terbentuk
ketika sel-sel tubuh membelah dan tumbuh secara berlebihan di
dalam tubuh. Normalnya, pertumbuhan dan pembelahan sel
sangat teratur, dimana sel-sel baru akan diciptakan untuk
menggantikan sel yang sudah tua atau untuk menggantikan
fungsinya. Sel yang rusak atau tidak diperlukan akan mati untuk
memberikan ruang kosong bagi sel pengganti baru yang sehat.
Jika keseimbangan pertumbuhan sel dan kematian terganggu,
tumor bisa terbentuk (Fitri, 2014).
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal
dalam tubuh, tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan
yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan
atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista,
yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor dibedakan
atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista,
akibat reaksi radang atau hipertrofi. Tumor jaringan lunak atau
Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel
baru. Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh
mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki (Adhiyaksa, 2015).
2. ANATOMI DAN HISTOLOGI
Menurut jaringan embrional manusia terdapat 3 lapisan, yaitu :
a. Ektoderm : berkembang biak menjadi epitel kulit dengan
adneksanya, neuroektoderm, yaitu sel otak dan saraf.
b. Endoderm : berkembang menjadi epitel mukosa, kelenjar, parenchim
organ visceral.
c. Mesoderm :berkembang menjadi jaringan ikat, jaringan lemak,
tulang rawan, tulang, otot polos, otot serat lintang,
jaringan hematopoietik (sum-sum tulang dan jaringan
limfoid), pembuluh darah, dan pembuluh limfe.
1) Jaringan lemak
Jaringan lemak adalah jenis jaringan ikat khusus yang terutama
terdiri atas sel lemak (Adiposit). Pada pria dewasa normal, jaringan lemak
merupakan 15-20% dari berat badan, pada wanita normal 20-25% dari
berat badan.
2) Jaringan fibrosa
Jaringan ikat Fibrosa (Fibrosa) tersusun dari matriks yang
mengandung serabut fleksibel berupa kolagen dan bersifat tidak elastis.
Fibrosa ditemukan pada tendon otot, ligamen, dan simfisis pubis.
Fungsinya antara lain sebagai penyokong dan pelindung, penghubung
antara otot dan tulang serta penghubung antara tulang dan tulang.

3) Otot
Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh dengan kontraksi sebagai
tugas utama. Otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu otot lurik, otot
polos dan otot jantung. Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme
maupun pergerakan dari organ dalam organisme tersebut.7
- Otot lurik
Otot lurik bekerja di bawah kehendak (otot sadar) sehingga
disebut otot volunteer. Pergerakannya diatur sinyal dari sel saraf
motorik. Otot ini menempel pada kerangka dan digunakan untuk
pergerakan.
- Otot polos
Otot yang ditemukan dalam intestinum dan pembuluh darah
bekerja dengan pengaturan dari sistem saraf tak sadar, yaitu saraf
otonom.

- Otot jantung
Kontraksi otot jantung bersifat involunter, kuat dan berirama.5
4) Pembuluh darah
Terdapat 3 jenis pembuluh darah, yaitu:
a. Arteri
Suatu rangkaian pembuluh eferen yang setelah bercabang akan
mengecil dengan fungsi mengangkut darah bersama nutrient dan
oksigen ke jaringan.
b. Kapiler
Jalinan difus saluran-saluran halus yang beranastomosis secara
luas dan melalui dinding pembuluh inilah terjadi pertukaran darah dan
jaringan.

c. Vena
Bagian konvergensi dari kapiler ke dalam system pembuluh-
pembuluh yang lebih besar yang menghantar produk metabolism (CO2
dan lain-lain) kea rah jantung.5
5) Saraf perifer
Komponen utama dari susunan saraf tepi adalah serabut saraf, ganglia, dan
ujung saraf. Serabut saraf adalah kumpulan serat saraf yang dikelilingi
selubung jaringan ikat. Tumor pada serabut saraf neurofibroma. Pada serat
saraf tepi, sel penyelubung yaitu sel schwann. Tumor pada penyeluubung
sel saraf tepi yaitu schwannoma.
3. KLASIFIKASI
Jika dibedakan dari jenis pertumbuhannya, tumor digolongkan menjadi
tumor jinak (benigna) dan tumor ganas (maligna).
2.1 Tumor Jinak
Tumor jinak adalah pertumbuhan sel tidak normal tetapi
tidak menyerang jaringan yang berdekatan, tumbuh lambat, dan tidak
berbahaya. Tumor jinak dikatakan berbahaya apabila pertumbuhannya
semakin lama menekan jaringan darah atau saraf.
Penyebab dari tumor jinak tidak diketahui sampai saat ini,
namun perkembangan dari tumor jinak diketahui mempunyai
kaitannya dengan beberapa faktor berikut ini.
a) Genetik atau faktor keturunan.
b) Faktor lingkungan seperti paparan (terekspos) dengan sinar
radiasi.
c) Diet. Asupan makanan yang tidak teratur, kurangnya asupan
sayur dan buah dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya tumor
jinak di dalam tubuh.
d) Stres. Adanya peningkatan kadar stres dapat memicu terjadinya
tumor jinak di berbagai bagian dari tubuh.
e) Trauma atau luka. Trauma atau luka pada tubuh yang tidak
ditangani dengan baik akan memicu terjadinya tumor jinak.
Pertumbuhan abnormal pada berbagai jenis jaringan juga
mempengaruhi jenis neoplasia tertentu yang terbentuk. Jenis tumor
jinak yang paling umum meliputi:
a) Lipoma – Neoplasma jinak yang berasal dari sel lemak dan paling
sering terjadi pada leher, bahu, lengan, dan punggung; tumor ini
sering diturunkan tetapi juga dapat muncul akibat dari cedera
sebelumnya. Tumbuh lambat dan berbentuk lembut, bulat, serta
dapat bergerak
b) Adenoma – Neoplasma jinak yang berasal dari kelenjar atau
jaringan pada kelenjar, yang paling umum adalah tumor pada
kelenjar tiroid
c) Hemangioma – Neoplasma jinak yang berasal dari penumpukan
pembuluh darah
d) Fibroma – Neoplasma jinak yang berasal dari jaringan ikat atau
serat
Meskipun sebagian besar tumor (neoplasma) ditandai oleh
proliferasi jaringan abnormal, beberapa mungkin muncul dalam
bentuk lain, seperti kista sebasea, radang kelenjar, hematoma,
hamartoma, choristoma, jaringan nekrotik, granuloma, dan keloid.
Pada sebagian besar kasus yang ada, penanganan tumor
jinak tidak membutuhkan penanganan yang serius. Yang biasanya
dilakukan oleh dokter adalah melakukan pengamatan pada benjolan
saja, dan melihat apakah benjolan tersebut menyebabkan gangguan
lain di dalam tubuh.
Jika pertumbuhan tumor tersebut sudah mengganggu fungsi
tubuh maka penanganan tumor jinak adalah dengan cara operasi.
Tujuan dari operasi adalah mengambil tumor dari tubuh tanpa
merusak jaringan yang ada di sekitar tumor.
2.2 Tumor Ganas (kanker)
Tumor ganas disebut juga kanker. Munculnya benjolan
sering dianggap sebagai gejala penyakit kanker. Kanker adalah
penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh
normal yang berubah menjadi sel kanker dan mempunyai sifat
tumbuh secara cepat. Penyakit ini memiliki potensi untuk menyerang
dan merusak jaringan yang berdekatan. Kondisi ini dalam istilah
medis dinamakan metastasis.
Mengutip dari jurnal penelitian mengenai faktor risiko
genetik dan hormonal pada Kanker Payudara dari Universitas
Pennsylvania tahun 2000 yang dilaporkan di situs Oxford Journal,
diketahui bahwa ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian
kanker payudara. Salah satu faktor genetik yang diduga berhubungan
dengan kanker payudara adalah perubahan atau mutasi dari dua gen
yang bernama BRCA1 dan BRCA2. Kedua gen ini merupakan
singkatan dari Breast Cancer Susceptibility Gene 1 dan Breast Cancer
Susceptibility Gene 2. (www.jnci.oxfordjournals.org, 15 Mei 2000)
Kedua gen tersebut bermutasi dari gen awal yang dinamakan
gen BRCA yang terdapat dalam DNA berperan untuk mengontrol
pertumbuhan sel agar berjalan normal. Dalam kondisi tertentu gen
BRCA tersebut dapat mengalami mutasi menjadi BRCA1 dan
BRCA2, sehingga fungsi sebagai pengontrol pertumbuhan hilang dan
memberi kemungkinan pertumbuhan sel menjadi tak terkontrol atau
timbul kanker. Seorang wanita yang memiliki gen mutasi warisan
(termasuk BRCA1 dan BRCA2) meningkatkan risiko kanker
payudara.
Selain itu, kedua gen ini merupakan gen keturunan, yang
fungsi normalnya bertugas membantu mengontrol pertumbuhan sel.
Mutasi dari kedua gen tersebut erat terkait dengan kanker payudara.
Wanita yang mewarisi gen-gen ini memiliki peningkatan risiko
menghadapi kanker payudara.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa gen BRCA1 berperan
sebagai faktor risiko penyakit kanker payudara sebanyak 15-45%.
Sedangkan gen BRCA2 memiliki peran lebih tinggi sebagai faktor
risiko penyakit kanker sebanyak 60-85%.
Oleh karena itu wanita yang memiliki risiko tinggi kanker
payudara disertai riwayat keluarga dapat melakukan tes darah untuk
mendeteksi gen BRCA, namun perlu dipertimbangkan lebih lanjut
karena pemeriksaan tes ini memerlukan biaya yang sangat mahal
hingga puluhan juta rupiah.
Tabel Klasisikasi Tumor Jaringan Lunak Berdasarkan Pertumbuhan Jinak dan
Ganas
CLASSIFICATION: HISTOGENIC CLASSIFICATION SCHEME
FOR BENIGN AND MALIGNANT SOFT TISSUE TUMORS
Tissue formed Benign soft tissue tumor Malignant soft tissue
tumor (histogenesis)
Fat Lipoma Liposarkoma
Fibrous tissue Fibroma Fibrosarkoma
Skeletal muscle Rabdomioma Rabdomiosarkoma
Smooth muscle Leiomioma Leiomyosarkoma
Synovium Synovioma Sarkoma sinovial
Blood vessel Hemangioma Angiosarkoma;
hemangiopericytoma malignant
Lymphatics Lymphangioma Lymphangiosarkoma
Nerve Neurofibroma Neurofibrosarkoma
Mesothelium Benign mesothelioma Malignant mesothelioma
Tissue histiocyte Benign fibrous Malignant fibrous
histiocytoma histiocytoma
Pluripotent None recognized Malignant
mesenchymoma
Uncertain None recognized Ewing's sarkoma;
sarkoma; epithelioid alveolar soft parts
sarkoma
4. FAKTOR RISIKO
Berikut beberapa faktor penyebab lain dari terjadinya kanker
secara umum dari beberapa penelitian terkait penyakit kanker dari
dunia kedokteran.
a) Umur.
Semakin usia kita bertambah maka risiko mengidap tumor ganas
juga akan meningkat. Dilansir dari National Cancer Institute
risiko terjadi kanker payudara meningkat seseorang berumur di
atas 50 tahun (www.cancer.gov, 24 September 2012)
b) Faktor lingkungan;
Faktor lingkungan seperti paparan bahan kimia atau zat beracun
contohnya benzena, asbes, nikel, dan rokok. Paparan sinar radiasi
seperti sinar ultraviolet dari matahari, sinar radiasi radiologi, sinar
radiasi seperti jenis sinar alpha, gamma, dan beta. Sinar alpha,
sinar gamma dan sinar beta adalah jenis sinar radiasi yang biasa
digunakan pada praktik kedokteran radiologi.
c) Rokok
Dilansir dari jurnal penelitian dari Badan Penelitian Kanker
Internasional, WHO yaitu IARC Monographs on the Evaluation of
Carcinogenic Risks to Humans, vol 89 Smokeless Tobacco and
Some Tobacco-specific N-Nitrosamines, Lyon, France, 2007,
sebuah Evaluasi atas risiko pencetus kanker, menyebutkan bahwa
mengunyah, menghisap tembakau juga dapat meningkatkan risiko
terjadi kanker mulut, kanker esophagus dan kanker pankreas.
d) Keturunan;
beberapa jenis kanker dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik)
seperti kanker payudara, kanker kulit, kanker rahim, kanker
kolorektal (usus besar-anus) dan kanker prostat (www.cancer.gov,
15 Mei 2000).
e) Pemilihan Menu Makanan; Sedangkan menurut sebuah penelitian
mengenai penyebab dan gejala kanker yang diterbitkan oleh
Cancer Research UK, diet yang meningkatkan faktor risiko kanker
adalah terlalu banyak makan daging berwarna merah, kurang
asupan serat, terlalu banyak konsumsi garam, dan tidak makan
sayur dan buah setiap hari (www.cancer.gov, 15 Mei 2000)
f) Gangguan sistem imun;
Seseorang yang mengalami gangguan sistem imun akan berisiko
untuk memicu terjadinya kanker. Berikut beberapa gangguan
sistem imun yang berpotensi terkena tumor ganas:
g) Terinfeksi HIV
h) Infeksi bakteri Helicobacteria pylori yang dapat menyebabkan
infeksi pada lambung.
Helicobacteria pylori adalah suatu bakteri yang menyebabkan
peradangan lapisan lambung yang kronis pada manusia. Menurut
penelitian kanker lambung tahun 2011 oleh Helicobacter and
Cancer Collaborative Group, sebuah analisis gabungan dari 12
studi kasus, infeksi dari bakteri ini dapat meningkatkan risiko
terjadinya kanker lambung.
i) Jenis Kelamin.
Menurut penelitian mengenai kesenjangan jenis kelamin pada
angka kematian dan kelangsungan hidup penderita kanker dari
Michael B. Cook, divisi kanker epidemiologi dan genetika, Badan
Kanker Nasional Amerika Serikat tahun 2011, menyebutkan pria
lebih banyak mengalami kanker dibandingkan dengan wanita,
namun hal ini sifatnya relatif dan diperlukan lebih banyak
penelitian untuk mendukung hal ini. (www.cebp.aacrjournals.org,
12 Juni 2011)

Gejala dari kanker tergantung dari jenis kanker, dan lokasi


penjalaran kanker tersebut di dalam tubuh. Gejala umum dari kanker
bisa dilihat sebagai berikut:
a) Penurunan berat badan.
b) Perubahan warna kulit menjadi lebih hitam.
c) Terdapat perdarahan secara spontan di bagian tubuh. Perdarahan
ini tergantung dari lokasi kanker yang muncul. Contohnya, kanker
serviks perdarahan dari vagina bisa muncul diluar siklus
menstruasi.
d) Batuk lama lebih dari tiga bulan.
e) Perubahan suara menjadi serak.
f) Pembesaran kelenjar getah bening yang merupakan bagian dari
sistem pertahanan tubuh.
g) Terdapat benjolan.
Dilansir dari National Cancer Institute, kanker terbagi
menjadi lima kategori menurut asal sel kanker:
a) Karcinoma: Kanker yang mulai berkembang dari kulit atau
jaringan yang melapisi organ tubuh bagian dalam.
b) Sarkoma: Kanker yang mulai berkembang dari tulang, tulang
rawan, lemak, otot, pembuluh darah, atau jaringan penyambung
atau jaringan pendukung di dalam tubuh.
c) Leukimia: Kanker yang mulai berkembang dari jaringan tubuh
yang berfungsi memproduksi darah seperti tulang sumsum.
d) Limphoma dan myeloma: Kanker yang mulai berkembang di
dalam sel-sel imunitas tubuh.
e) Kanker sistem saraf pusat: Kanker yang mulai berkembang dari
jaringan-jaringan di dalam otak dan batang otak
Penanganan tumor ganas dilakukan berdasarkan jenis dan
stadium kanker. Berikut kami sampaikan penanganan dari tumor
ganas:
a) Operasi. Penanganan tumor ganas yang utama adalah tindakan
operasi.
b) Terapi radiasi. Terapi radiasi bertujuan untuk menghancurkan
jaringan kanker, mengurangi ukuran kanker, dan menghilangkan
gejala serta gangguan yang menyertainya.
c) Kemoterapi. Kemoterapi merupakan pengobatan yang
menggunakan obat keras (beracun/kimia) untuk merusak atau
membunuh sel-sel yang tumbuh dengan cepat. Tujuan dari
kemoterapi adalah menghambat atau menghentikan pertumbuhan
sel-sel kanker pada tubuh pasien (Anonim, 2015).
5. ETIOLOGI
Tumor jaringan lunak dapat disebabkan antara lain oleh:
a) Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar
laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam
diagnosis.
b) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
c) Lingkungan karsinogen
Sebuah hubungan antara eksposur ke berbagai karsinogen dan setelah
itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
d) Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga
akan meningkatkan kemungkinan tumor jaringan lunak.
e) Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya
kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang
ada.
6. PATOFISIOLOGI
Perubahan yang terjadi pada sel, terutama disebabkan oleh virus,
polusi udara, makanan, radiasi, dan bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditambahkan pada makanan, maupun bahan kimia yang berasal dari
polusi. Perubahan ini merugikan proses pembelahan sel dan sebaliknya
menguntungkan proses mutasi. Resiko terjadinya mutasi akan semakin
bertambah seiring dengan pertambahan usia, hal ini dikarenakan tubuh
seseorang yang semakin berumur bekerja tak seoptimal dulu. Inilah yang
dengan mudah bisa memicu terjadinya kesalahan pada pembelahan sel.
Satu kesalahan saja yang terjadi dalam gen bisa menyebabkan
tubuh tak lagi bisa memproduksi zat putih telur atau protein penting.
Akibatnya, ini akan memungkinkan terjadinya perubahan struktur gen
dalam skala ringan. Meski perubahan yang terjadi hanya dalam skala
ringan, hal ini sudah bisa menyebabkan sel tak bisa berfungsi
sebagaimana mestinya. Perubahan gen yang paling berbahaya adalah jika
perubahan tersebut menimpa gen dan protein yang bertugas mengontrol
pertumbuhan sel-sel. Akibatnya, dalam keadaan tertentu siklus sel-sel
bisa keluar jalur, sehingga sel-sel tersebut mengalami degradasi atau
kemunduran.
Sel-sel yang gennya telah mengalami perubahan tersebut bisa
berubah menjadi sel-sel tumor. Sel-sel tumor ini tumbuh sendiri tanpa
perintah dan bisa membelah tanpa kontrol. Jika sel-sel yang rusak ini
berkembang biak, tapi tetap tinggal di satu tempat maka sel-sel ini akan
menjadi tumor baik (jinak) yang bisa dengan mudah diangkat melalui
sebuah operasi. Akan tetapi, jika sel-sel dari tumor tersebut pecah
kemudian menyebar ke tempat lain dalam tubuh lalu berkembang biak
disana (metastasis), maka sel-sel tersebut telah berubah menjadi sel-sel
tumor jahat (ganas). Benjolan kanker yang baru timbul tersebut akan
memicu terjadinya pembentukan pembuluh darah baru disekeliling
benjolan. Dari pembuluh darah inilah tumor mendapat makanan, sehingga
tumor yang terletak di tempat-tempat terpencil dalam tubuh pun bisa
tumbuh (Osterath, 2014).
7. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung
pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya
suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit
penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat pendarahan
atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf-saraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak
cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif
masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnya dan tidak pernah
menyebar ke tempat jauh (Adhiyaksa, 2015).

8. JENIS TUMOR JARINGAN LUNAK


. Tumor Jaringan Lemak

a. Lipoma

1) Definisi
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada
dibawah kulit yang terdiri dari lemak. Jenis yang paling sering adalah
yang berada lebih ke permukaan kulit (superficial). Biasanya lipoma
berlokasi di kepala, leher, bahu, badan, punggung, atau lengan. Jenis
yang lain adalah yang letaknya lebih dalam dari kulit seperti dalam
otot, saraf, sendi, ataupun tendon.
2) Prevalensi
Biasanya lipoma dijumpai pada usiia 40-70 tahun. Lipoma
adalah tumor jaringan lunak yang paling umum dengan prevalensi
sebesar 2,1 per 1.000 orang.
3) Etiologi
Idiopati.
4) Gambaran Klinis
Lipoma berbentuk seperti benjolan dengan diameter 2-10 cm,
terasa kenyal dan lembut. Serta bergerak bebas di kulit (free mobility
of overlying skin), namun overlying skin ini secara khas normal.
Sering terdapat pada leher, lengan dan dada. Tetapi bisa muncul di
bagian tubuh manapun. Pada umumnya orang-orang tidak menyadari
jika mereka mengidap lipoma sampai benjolannya tumbuh besar dan
terlihat.4

Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan


tidak nyeri. Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi
ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat tumbuh
hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm. Memiliki batas dengan
jaringan yang tidak nyata. Kapsul yang membungkus merupakan
pseudokapsul yang berasal dari jaringan normal yang terdesak oleh
pertumbuhan jaringan tumor. Oleh karena berasal dari jaringan
lemak yang tidak rata maka akan muncul gambaran pseudolobulated
pada palpasi. Oleh karena sifat sel lemak yang lunak seperti cairan
maka sering dikatakan sebagai pseudokistik.4

5) Jenis-jenis Lipoma

Melalui mikroskop, lipoma terdiri atas sel-sel adiposit yang


sudah dewasa berbentuk lobus-lobus, dan diliputi oleh kapsul fibrous.
Yang adakalanya, suatu lipoma tidak berkapsul menyusup ke dalam
otot.4

Empat jenis lain lipoma :


1. Angiolipoma

Angiolipoma varian membentuk dengan co-existing


perkembangbiakan vaskuler. Angiolipoma menyebabkan nyeri dan
pada umumnya muncul tidak lama sesudah pubertas.

2. Pleomorphiclipoma

Pleomorphiclipoma adalah varian lain di mana bizarre, sel


raksasa multinucleated adalah admixed dengan adipocytes. Terjadi
sebagian besar pada laki-laki usia 50 – 70 tahun.

3. Adipocytes

Sepertiga varian, sel gelendong lipoma, mempunyai


gelendong langsing sel yang admixed di dalam suatu bagian yang
dilokalisir muncul adipocytes.

4. Adenolipoma

Adenolipoma ditandai oleh kehadiran kelenjar di dalam


tumor yang gemuk, jenis ini sering ditempatkan terletak di atas
proximial bagian-bagian dari empedu.4

6) Diagnosis
Walaupun lipoma dapat didiagnosa dengan pemeriksaan
klinis, namun untuk menegakkan diagnosis secara pasti dibutuhkan
biopsi dan pemeriksaan histopatologi. CT Scan, MRI juga bisa
dilakukan untuk mengetahui tentang lipoma. Kadar kolesterol
umumnya normal , walaupun lipoma seharusnya menjadi tumor dari
jaringan lemak.4
7) Terapi
Untuk suatu lipoma, sebenarnya tidak ada perawatan pada
umumnya. Namun jika lipoma tersebut sudah mengganggu,
menyakitkan atau bertambah besar, penatalaksanaan dapat berupa :
1. Steroid Injection
Perawatan ini mengecilkan lipoma tetapi tidak dengan
sepenuhnya menghilangkan tumor itu. Tetapi ini mungkin tidak
berguna untuk lipoma yang sudah berukuran besar.
2. Liposuction
Perawatan ini menggunakan suatu jarum dan suatu
semprotan besar untuk memindahkan lipoma yang besar. Tindakan
ini dilakukan dalam keadaan pasien terbius lokal. Liposuction
biasa dilakukan untuk menghindari suatu jaringan parut yang
besar. Namun masih tetap sukar untuk memindahkan keseluruhan
lipoma dengan menggunakan tehnik ini.
3. Surgical Removal
Perawatan ini dilakukan dengan operasi lebih besar yaitu
lipoma dipindahkan dengan memotong lipoma tersebut. Pasien
yang menjalani tehnik ini dilakukan pembiusan secara local
maupun general anesthesia. Dan biasanya lipoma hilang setelah
pembedahan.4
Indikasi pembedahan pada lipoma antara lain :
1. Alasan kosmetik
2. Untuk mengevaluasi histologi (adakah keganasan pada jaringan)
sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan liposarkoma.
3. Jika menimbulkan gejala yang mengganggu
4. Jika berkembang menjadi lebih dari 5 cm.
b. Liposarkoma
1) Definisi
Liposarkoma adalah neoplasma ganas adiposit. Berbeda
dengan lipoma, sebagian besar liposarkoma timbul di jaringan lunak
dalam atau visera. Ekstremitas bawah dan abdomen sering menjadi
tempat timbulnya tumor ini.
2) Prevalensi
Dengan kejadian tahunan sebesar 2,5 kasus per juta penduduk,
liposarkoma adalah sarkoma jaringan lunak yang paling umum.
Tumor ini biasanya timbul pada orang dewasa, dengan insidensi
puncak pada dekade kelima dan keenam.
3) Etiologi
Terdapat kelainan translokasi pada kromosom band 12q13
translokasi kromosom yang paling umum adalah fusi FOS-CHOP gen
, yang mengkode faktor transkripsi yang diperlukan untuk diferensiasi
adiposit.

4) Gambaran Klinis

Liposarkoma biasanya bermanisfestasi sebagai lesi yang


batasnya relatif tegas. Gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah
kulit yang tidak terasa sakit, hanya sedikit penderita yang mengeluh
sakit. Rasa sakit muncul akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor
dan bisa juga karena penekanan pada saraf-saraf tepi.
6) Diagnosis

Liposarkoma biasanya bermanisfestasi sebagai lesi yang


batasnya relatif tegas. Pada ekstremitas, liposarkoma dapat muncul
dalam, nyeri, massa membesar. Liposarkoma tumbuh baik perlahan-
lahan selama bertahun-tahun atau cepat selama kurun waktu singkat,
dan dapat mencapai ukuran yang sangat besar. Muncul mayoritas
pada ukuran yang lebih dari 5 cm. Diagnosis pasti tergantung pada
konfirmasi histologis.

7) Terapi

Pada sarkoma jaringan lunak seperti liposarkoma


penatalaksanaan bukan hanya tumornya saja yang diangkat, namun
juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah
yang telah ditentukan, tergantung dimana letak tumor ini.
Tindakannya berupa operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi dan
kemoterapi hanyalah sebagai pelengkap. Untuk tumor yang
ukurannya besar, setelah operasi ditambah dengan radioterapi. Setelah
penderita operasi harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya
kekambuhan pada daerah operasi ataupun metastase.

9) Prognosis

Prognosis liposarkoma sangat dipengaruhi oleh subtipe


histologis tumor. Varian miksoma dan berdiferensiasi baik cenderung
tumbuh relative lebih lambat dan memiliki prognosis yang lebih baik
daripada varian pleomorfik dan sel bulat yang lebih agresif.
Kekambuhan local dan metastasis hematogen, terutama ke paru,
merupakan gambaran tumor yang agresif.
2. Tumor Jaringan Fibrosa
a. Fibroma
1) Definisi
Fibroma ialah tumor jinak yang berasal dari jaringan ikat.2
Seperti halnya dengan lipoma, fibroma itu dapat bercampur dengan
tumor jaringan lainnya, sehingga ada bermacam-macam tipe fibroma.4
2) Prevalensi
Fibroma umumnya didapatkan pada orang dewasa dan anak-
anak namun terjadinya sangat individual dapat mengenai segala umur
dan jenis kelamin. Angka kejadian pada wanita menunjukkan 66%
terjadi pada segala usia namun paling sering pada dekade keempat
sampai dengan keenam dalam kehidupan. Fibroma sering terjadi di
rongga mulut (71%) pada daerah bukal, labial, dan lidah bagian
lateral.4
3) Etiologi
Jaringan ini tumbuh akibat adanya trauma tunggal dan ringan
yang berlangsung terus-menerus sehingga terjadi inflamasi kronis
atau infeksi.4
4) Gambaran Klinis
Ukuran tidak lebih dari 3 cm yang tidak menimbulkan rasa
sakit dan terlokalisir. Massa fibroma dapat berbentuk bulat,
bertangkai, dan mencapai ukuran maksimal dalam beberapa bulan.
Umumnya mempunyai ukuran 1,5 cm tidak menimbulkan gejala,
padat, warnanya seperti jaringan sekitar, sedikit dilapisi jaringan
keratin, dapat timbul ulserasi oleh karena trauma yang berulang.4
5) Klasifikasi
Macam-macam Fibroma 4
No. Jenis Fibroma
1. Fibroma durum
2. Myxofibroma
3. Periostalfibroma
4. Fascial fibroma
5. Elastofibroma
6. Fibrohistiocytoma
7. Neurofibroma
8. Fibroma mobile
9. Aggressive fibromatosis
10. Abdominal fibromatosis
11. Desmoplastic fibroma
12. Atyp. Fibroxanthoma
13. Atyp. Fibrohistiocytoma
14. Neurofibromatosis

Konsistensi fibroma tergantung dari banyaknya jaringan ikat


yang terdapat dalam tumor. Makin banyak jaringan ikat, makin keras
konsistensinya. Fibroma durum konsistensinya keras dan fibroma
mobile lunak.4

6) Diagnosis
Pada biopsi ditemukan permukaan lesi ditutupi oleh selapis
epitel skuamosa bertingkat dan umumnya terlihat teratur dan
menunjukkan pemendekan dan rete pegs yang rata. Pada saat trauma
terjadi pada jaringan akan timbul vasodilatasi, edema dan infiltrasi sel
inflamasi dengan berbagai tingkatan. Daerah tersebut akan terlihat
difus, kalsifikasi lokal dan terjadi osifikasi.4
7) Terapi
Eksisi surgical (ekstirpasi) merupakan terapi pilihan untuk
perawatan fibroma tanpa harus menghilangkan batas mukosa normal
sekitarnya.4
8) Prognosis
Baik.4
b. Fibromatosis
1) Definisi
Sekelompok proliferasi fibroblast yang dibedakan berdasarkan
kecenderungannya untuk tumbuh secara infiltratif dan pada banyak
kasus kambuh setelah eksisi bedah. Meskipun sebagian lesi bersifat
agresi lokal, tidak seperti difibrosarkoma, lesi ini tidak bermetastasis.2
2) Prevalensi
Rata-rata usia 35 - 45 tahun. 2
3) Etiologi
Genetik dan trauma.2
4) Gambaran Klinis

Gambaran fibromatosis cukup bervariasi, tergantung pada tempat.


Sebagian lesi bermanisfestasi sebagai nodus yang berbatas tegas.
Yang lain tampak sebagai massa infiltratif tanpa batas yang jelas.
5) Klasifikasi
Fibromatosis dibagi menjadi 2 kelompok klinikpatologis utama:
Fibromatosis superfisial
Fibromatosis superfisial yang mencakup seperti fibromatosis
palmar (kontraktur dupuyutren) dan fibromatosis penis (penyakit
peyronie), timbul di fascia superfisial. Lesi superfisial biasanya lebih
tidak berbahaya dibandingkan dengan lesi letak dalam dan pada
umumnya menimbulkan perhatian klinis karena kecenderungannya
menyebabkan deformitas pada struktur yang terkena. 2

Fibromatosis profunda.
Fibromatosis profunda mencakup apa yang disebut tumor
desmoid yang timbul di abdomen dan otot badan setelah ekstremitas.
Lesi ini mungkin timbul tersendiri, atau sebagai komponen dari
sindrom gardner, suatu penyakit dominan autosomal yang ditandai
dengan polip adenomatosa kolon, osteoma tulang, dan fibromatosis.
Dibandingkan dengan lesi superfisial, fibromatosis dalam ditandai
dengan kecenderungannya untuk kambuh dan tumbuh agresif secara
lokal.2
6) Diagnosis
Diagnosis pasti tergantung pada konfirmasi histologis. Secara
mikroskopis, fibromatosis terdiri atas fibroblast proliferatif yang
kadang-kadang gemuk dan cukup seragam. Sebagian lesi mungkin
cukup seluler, terutama pada awal perkembangannya, sementara yang
lain, terutama fibromatosis superfisial mengandung banyak kolagen
padat.2
7) Terapi
Eksisi.2
8) Prognosis
Baik.2
c. Fibrosarkoma
1) Definisi
Fibrosarkoma adalah tumor ganas yang berasal dari jaringan
ikat fibrosa dan ditandai oleh adanya perkembangan fibroblast yang
belum matang secara banyak atau tidak dibedakan anaplastik sel
spindle. Tumor ganas ini berasal dari jaringan fibrosa tulang dan
menyerang tulang panjang atau flat sepeeti femur, tibia, dan
mandibula. Hal ini juga melibatkan periosteum dan otot atasnya.3
2) Prevalensi
Fibrosarkoma biasanya ditemukan pada orang dewasa, paling
sering umur antara 30-55 tahun.3
3) Etiologi
Idiopati. Pada penelitian akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
diduga adanya hubungan antara fibrosarkoma dengan mutasi genetik.
Defek genetik yang paling sering antara lain yaitu : hilangnya allel,
poin mutasi dan translokasi kromosom.3
4) Gambaran Klinis
Gejala pada awal penyakit sering tidak tampak ataupun tanpa
rasa nyeri. Biasanya tumor pada awalnya tidak diketahui, sampai
kemudian timbul gejala, baik secara mammografi maupun teraba
benjolan. Pada lesi yang besar dapat terjadi peregangan kulit sehingga
tampak berkilat dan berwarna keunguan, dan terjadi perubahan pada
kulit disekitar lesi. Pada massa sangat besar dapat timbul pelebaran
pembuluh vena.2
5) Diagnosis
Diagnosis ditegakan berdasarkan gambaran klinis, radiologis
dan pemeriksaan patologi. Sejumlah prosedur pemeriksaan secara
histologi maupun sitologi dapat dilakukan pada jaringan sebelum
dilakukan terapi. Prosedur tersebut antara lain yaitu: fine needle
aspirasi, aspirasi nipple, ductal lavage, core needle biopsy dan local
surgical biopsy. Aktiivitas tumor dapat diperiksa pada darah melalui
tumor marker Ca 15,3 (Karbohidrat antigen 15,3, epithelial mucin).3
a. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan imaging dilakukan untuk mendeteksi adanya
metastase, yaitu : foto rontgen thorak, scan tulang dan MRI.
Fibrosarkoma memberikan gambaran yang mirip dengan lesi jinak
seperti pada kista ataupun fibroadenoma. Gambaran yang tampak
berupa bayangan yang sangat padat dengan batas yang jelas.dan
tidak terlihat adanya aktifitas infasif.4
b. Pemeriksaan Patologi
Gambaran Mikroskopis
Gambaran fibrosarkoma pada sitologi smear tampak adanya :
▪ Sejumlah sel yang malignan yang terpisah - pisah tidak
beraturan.
▪ Sel bentuk spindel dengan inti yang memanjang, pleomorfis
dan hiperkromatin
▪ Kromatin kasar bergranul.
▪ Adanya nekrosis
▪ Adanya mitosis
▪ Dapat dijumpai multinukleated giant sel dan bizzare nukleus.4
b. Pemeriksaan Histopatologi
Histologi grading pada fibrosarkoma terutama berdasarkan
derajat selularitas, derajat diferensiasi selular, jumlah gambaran
mitotik dan sejumlah kolagen yang dihasilkan oleh sel tumor dan
nekrosis yang luas.4

Well differentiated fibrosarkoma


Karakteristik : susunan sel-sel bentuk spindel yang uniform,
yang secara khas memperlihatkan adanya fibrogenesis. Pada
beberapa kasus sel-sel tersebut berkelompok membentuk untaian yang
berkelok membentuk gambaran herring bone pattern. Pada keadaan
yang lainnya sel-sel dipisahkan oleh serabut kolagen yang tebal, wire
like dan dapat mengalami hialinisasi. Pada beberapa tumor
memperlihatkan gambaran sel yang lebih bulat dengan inti yang kecil
dan sitoplasma yang jernih, sel tersebut dapat menjadi padat oleh
karena serabut kolagennya mengalami hialinisasi. Dijumpai adanya
sedikit selular pleomorfik. Lesi seperti ini merupakan lesi yang low
grade.4

Poorly differentiated fibrosarkoma


Karakteristik : Sel-sel tumor bentuknya lebih padat, bentuk
sel kecil, ovoid ataupun bulat dan tanpa kolagen. Sel-sel sangat
anaplastik dan pleomorfik dengan inti yang bizzare. Herring bone
pattern sulit dijumpai, banyak terlihat mitosis dan dapat terlihat
adanya nekrosis ataupun perdarahan. Gambaran sel yang seperti ini
sering disebut dengan malignant fibrous histiocytoma. Lesi yang
seperti ini merupakan lesi yang high grade.4
6) Terapi
Pembedahan dapat dilakukan pada tumor fibrosarkoma berupa
eksisi, mastektomi. Pada tindakan eksisi harus diperhatikan dengan
baik batas sayatan, karena sering terjadi lokal rekuren pada batas
sayatan yang inadekuat. Total mastektomi dianjurkan pada tumor
yang high grade. Terapi radiasi sebagai ajuvant dapat dilakukan
terutama bila diduga terjadi inkomplit eksisi. Sedangkan kemoterapi
dapat dikombinasi pada tumor yang high grade.4
7) Prognosis
Prognosis tergantung pada jumlah mitosis per lapangan
pandang, ukuran tumor dan sifat tumor pada jaringa. Tumor yang
mempunyai jumlah mitosis kurang dari 5 per HPF mempunyai
prognosa yang baik dibandingkan dengan tumor mempunyai mitotic 8
- 10 per HPF. Adanya tulang dan tulang rawan juga mempunyai
prognosa yang buruk. Pada usia dewasa muda terdapat korelasi yang
baik antara gambaran histologi tumor dengan kecepatan rekuren lokal
dan metastase serta survival. Metastase terjadi melalui pembuluh
darah, sangat jarang melalui pembuluh lymph. Metastase dapat timbul
pada 50 % kasus. Lokal rekuren sering terjadi, yaitu sekitar 60%
kasus fibrosarkoma yang low grade.3
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis
adalah pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus
(FNAB) atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu
biopsi dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila
ukuran tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi
dengan pengangkatan seluruh tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh
ahli patologi anatomi dan dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak itu
jinak atau ganas. Bila jinak maka cukup hanya benjolannya saja yang
diangkat, tetapi bila ganas setalah dilakukan pengangkatan benjolan
dilanjutkan dengan penggunaan radioterapi dan kemoterapi. Bila ganas,
dapat juga dilihat dan ditentukan jenis subtipe histologis tumor tersebut,
yang sangat berguna untuk menentukan tindakan selanjutnya (Kaharu,
2016).
10. PENATALAKSANAAN MEDIS
Bila diagnosis sudah ditegakkan, maka penanganannya
tergantung pada jenis tumor jaringan lunak itu sendiri. Bila jinak, maka
cukup hanya benjolannnya saja yang diangkat dan tidak ada tindakan
tambahan lainnya. Bila tumor jaringan lunak hasilnya ganas atau kanker,
maka pengobatannya bukan hanya tumornya saja yang diangkat, namun
juga dengan jaringan sekitarnya sampai bebas tumor menurut kaidah yang
telah ditentukan, tergantung dimana letak kanker ini. Tindakan
pengobatannya adalah berupa operasi eksisi luas. Penggunaan radioterapi
dan kemoterapi hanyalah sebagai pelengkap, namun responsnya kurang
begitu baik, kecuali untuk jenis kanker jaringan lunak yang berasal dari
otot yang disebut embrional rhabdomyosarcoma. Untuk kanker yang
ukurannya besar, setelah operasi, ditambah dengan radioterapi. Pada
kanker jaringan lunak yang sudah lanjut, dengan ukuran yang besar, resiko
kekambuhan setelah dilakukan tindakan operasi masih dapat terjadi. Oleh
karena itu setelah operasi biasanya penderita harus sering kontrol untuk
memonitor ada tidaknya kekambuhan pada daerah operasi ataupun
kekambuhan ditempat jauh berupa metastasis di paru, liver atau tulang
(Kaharu, 2016).
BAB III
KESIMPULAN
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang
serta organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak adalah yang
berasal dari jaringan embrional mesoderm yaitu jaringan ikat, otot,pembuluh
darah dan limfe, jaringan lemak, dan selaput saraf.

Tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumor (STT) adalah suatu benjolan atau
pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan sel baru.
Etiologi dari tumor jaringan lunak bisa disebabkan oleh kondisi genetik,
radiasi, lingkungan karsinogen, infeksi, dan trauma.

Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis yaitu tumor jinak biasnya tumbuh
lambat, tidak cepat membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan
relatif mudah digerakan. Sedangkan pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif
cepat membesar, berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakan
agak sukar serta dapat menyebar ke seluruh terutama paru-paru.

Pada dasarnya prinsip penatalaksanaan untuk tumor jinak jaringan lunak adalah
eksisi yaitu pengangkatan seluruh jaringan tumor. Tapi penatalaksanaan berbeda
pada sarcoma jaringan lunak yaitu dengan tambahan kemoterapi.

Prognosis dari sarkoma jaringan lunak bergantung pada : staging, lokasi serta
besar tumor, respon tumor terhadap terapi, umur serta kondisi kesehatan dari
penderita, dan penemuan pengobatan baru.
DAFTAR PUSTAKA

I Dewa Gede Sukardja.2005. Onkologi Klinik.Edisi 2. Airlangga University


Press.Surabaya.
Ettinger, Stephen J.; Feldman, Edward C. (1995) Buku Kedokteran Internal
Hewan (4th ed ed.)... WB Saunders Company.
Eary, J. F.; O'Sullivan, F.; Powitan, Y.; Chandhury, K. R.; Vernon, C.; Bruckner,
J. D.; and Conrad, E. U.: Sarcoma tumor FDG uptake measured by PET
and patient outcome: a retrospective analysis. Eur J Nucl Med Mol
Imaging, 29(9): 1149-54, 2002.
World Health Organization Classification of Tumors: Pathology and Genetics of
Tumors of Soft Tissue and Bone. Edited by Fletcher CDM, U. K.,
Mertens F., Lyon, France, IARC Press, 2002.
Virchow R. Ueber Makroglossie und pathologische Neubildung quergestreifter
Muskelfasern. Virchows Arch (Pathol Anat).
Batchelor RJ, Lyon CC, Highet AS. Successful treatment of pain in two patients
with cutaneous leiomyomata with the oral alpha-1 adrenoceptor
antagonist, doxazosin. Br J Dermatol. Apr 2004

Anda mungkin juga menyukai