Anda di halaman 1dari 18

Abses Mamae Sinistra

pada Wanita 28 Tahun

CICILIA SINAGA
102016170
E1
Skenario 12

 Seorang perempuan berusia 28 tahun datang ke


poliklinik dengan keluhan payudara kirinya dirasa
membengkak, terasa sakit disertai demam sejak 1
minggu yang lalu
Mindmap

 Mind map
- Ananmnesis
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan penunjang
- WD dan DD
- Etiologi
- Epidemiologi
- Patofisiologi
- Tatalaksana
- Pencegahan
- Komplikasi
- Prognosis
Hipotesis

 Wanita tersebut mengalami abses mamae sinistra


Anamnesis

Identitas, keluhan utama, RPS, RPD, RPK, Rpribadi/social, Rpengobatan

Dari hasil anamnesis didapat hasil bahwa payudara kiri pasien terasa membengkak,
sakit, dan ada demam. Selain itu, pasien sedang menyusui. Terdapat benjolan pada
kuadran lateral 4x3 teraba hangat, ada fluktuasi.
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

Keadaan umum, kesadaran, TTV Pemeriksaan darah

Inspeksi dan palpasi Mammograf

USG payudara
Mastitis mamae Abses mamae

Definisi Peradangan payudara yang dapat Biasanya merupakan lanjutan atau komplikasi
disertai infeksi atau tidak dari mastitis jika pengobatan yang tidak
adekuat. Abses berisi nanah

Gejala Suhu dan nadi meningkat cepat, Demam tinggi, menggigil, malaise, gatal-gatal,
menggigil, malaise umum, sakit kepala, payudara merah, panas jika disentuh,
nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area membengkak, nyeri tekan, teraba massa,
payudara keras, kemerahan dengan nipple discharge, pembesaran KGB di ketiak
batas jelas. pada sisi yang sama
Etiologi Staphylococcus aureus dan Staphylococcus aureus
staphylococcus albus

Patofisiologi Bendungan, sumbatan payudara Infeksi bakteri, duktus aerola terhambat

Terapi Tetap melakukan pemberian ASI, jika Insisi, kompres hangat, pemijatan, serta jika
infeksius maka terapi simptomatik infeksius beri obat simptomatik (paracetamol,
(paracetamol, ibuprofen, amokcisilin) ibuprofen)
Working diagnose

Abses payudara adalah suatu penimbunan nanah,


biasanya terjadi akibat suatu infeksi bakteri.
Etiologi

 Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada
kulit yang normal (Staphylococcus aureus)
 Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui
sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu)
 Area yang terinfeksi akan terisi dengan nanah
 Abses payudara bisa terjadi disekitar puting, bisa juga diseluruh payudara
Epidemiologi

 33% pada wanita menyusui


 Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses
 Pada tahun 2010 di Indonesia, angka kejadian abses payudara sebesar 10% akibat
rendahnya pengetahuan merawat payudara
Manifestasi klinis

 Tanda-tanda inflamasi pada payudara (merah, panas jika disentuh, membengkak


dan adanya nyeri tekan).
 Teraba massa, suatu abses yang terbentuk tepat dibawah kulit biasanya tampak
sebagai suatu benjolan. Jika abses akan pecah, maka daerah pusat benjolan akan
lebih putih karena kulit diatasnya menipis.
 Gejala sistematik berupa demam tinggi, menggigil, malaise.
 Nipple discharge (keluar cairan dari puting susu, bisa mengandung nanah)
 Gatal-gatal
 Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan payudara
yang terkena.
Patofisiologi

Lesi di puting oleh karena


gigitan bayi  peradangan  organisme bakteri masuk ke payudara

penyumbatan duktus

membentuk abses
Tatalaksana

 1. Medika mentosa :
a) Parasetamol 500mg tiap 4 jam sekali bila diperlukan
b) Ibuprofen 400mg tiap 6 jam sekali sebagai pereda nyeri

 2. Non medika mentosa:


a) Insisi bisa dilakukan radial dari tengah dekat pinggir areola, ke pinggir supaya tidak
memotong saluran ASI tujuan meringankan nyeri dan percepat penyembuhan
b) Kompres hangat pada payudara selama 15 – 20 menit, 4 kali/hari
c) Lakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada payudara yang terkena untuk mencegah
pembengkakan payudara.
Pencegahan

 Segera setelah melahirkan menyusui bayi dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif
 Massage payudara, kompres hangat dan dingin, dan lakukan senam laktasi, yaitu
menggerakkan lengan secara berputar sehingga sendi bahu ikut bergerak ke arah
yang sama guna membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di payudara
 Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI
 untuk mencegah terbentuknya fisura pada putting: (1) Menyelipkan jari pada sudut
mulut bayi untuk menghentikan tenaga mengisap pada akhir minum; (2) Jangan
menyusui pada satu payudara untuk waktu lama karena akan terjadi maserasi, jadi
lakukan bergantian pada kedua payudara kanan dan kiri
 Obati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit ASI pada puting tersebut.
 Mencuci kedua tangannya dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting
susunya dan sebelum menyusui
Komplikasi

 Infeksi rekurens

 Ukuran payudara yang mengecil dan terdapat scarring setelah penanganan secara
operasi

 Payudara akan terlihat asimetris kanan dan kiri

 Terbentuk fistula jika abses pecah secara spontan Hal ini dikarenakan oleh
mengeringnya sinus yang menyebabkan terbentuknya fistula

 Komplikasi ini hanya terjadi pada 1-2% pasien abses payudara


Prognosis

 Pasien yang memperoleh perawatan biasanya memperoleh hasil yang baik. Namun
pada abses mammae dapat terulang kembali bahkan setelah pengobatan
dengan antibiotik. Pembedahan mungkin diperlukan untuk menghilangkan kelenjar
yang terkena dampak untuk mencegah terjadinya kembali. Sampai sepertiga
pasien mengembangkan saluran fistula susu setelah drainase abses periareolar.
Episode berulang dari sepsis harus ditangani dengan eksisi dari duktus sakit oleh
seorang ahli bedah payudara di bawah pengalaman antibiotik.
Kesimpulan

 Wanita berusia 28 tahun tersebut menderita abses mammae. Diagnosis ditentukan


dengan dilihat dari gejala klinis pasien dimana terdapat peradangan pada
payudara. Abses mammae merupakan mastitis yang tidak mendapat penanganan
yang baik sehingga terjadi abses. Oleh karena itu perlu dilakukan penanganan yang
baik untuk mencegah komplikasi buruk terjadinya abses pada payudara. Dengan
pengobatan yang baik, prognosisnya juga akan baik.
Thankyou

Anda mungkin juga menyukai