CARCINOMA (UTUC)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya
Disusun oleh:
Ketut Ayesha Eidelwise Prayoga 20710140
Dosen Pembimbing:
dr. Ari Alauddin Mawdudi, Sp.U
1
KATA PENGANTAR
Segala puji-pujian dan syukur semoga senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya. Tidak lupa pula sholawat serta salam kita
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari alam kegelapan menuju
jalan hikmah penuh cahaya dan iman sehingga dalam penyelesaian tugas ini penyusun dapat
mengambil berbagai hikmah. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
pada KSM Ilmu Bedah, yaitu dr. Nurul Hidayat, Sp.B yang berkenan memberikan bimbingan
dalam menempuh proses pendidikan kepaniteraan klinik meskipun dalam kondisi pandemi.
Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak sehingga penyusunan
laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Laporan kasus ini membahas terkait laporan kasus beserta tinjauan pustaka mengenai
anatomi, definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penegakan diagnosis,
klasifikasi, pemeriksaan penunjang, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis Abortus Inkomplit.
Penyusun menyadari dalam laporan kasus ini belum sempurna secara keseluruhan. Oleh karena
itu, dengan hati terbuka penyusun menerima masukan-masukan yang sekiranya dapat
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan penyelesaian
laporan kasus selanjutnya.
Demikian pengantar dari penyusun, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat. Amin.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kover................................................................................................ 1
Kata Pengantar.................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................... 3
Daftar Gambar ................................................................................... 5
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................ 6
1.4 Manfaat ...................................................................................... 6
3
Bab III. Tinjauan Pustaka
3.1. Tinjauan Pustaka........................................................................ 20
Bab V. Penutup
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 39
5.2. Saran.......................................................................................... 39
Daftar Pustaka
4
BAB I
PENDAHULUAN
Upper Tract Urothelial Carcinoma (UTUC) adalah adalah invasi membran basal
atau lamina propria atau lebih dalam oleh sel-sel neoplastik yang berasal dari sel
urothelial pada traktus urinary bagian atas (kavitas pyelocaliceal dan ureter). Dahulu,
penyakit ini memiliki istilah transitional cell carcinoma yang diubah oleh WHO menjadi
Urothelial Carcinoma (UC). UC yang terjadi pada upper urinary tract disebut dengan
UTUC.2
Upper Tract Urothelial Carcinoma (UTUC) adalah jenis kanker yang jarang terjadi
dan ditemukan pada sekitar 5% dari kasus urothelial carcinoma (UC). Menurut National
Cancer Institute Surveilance, Epidemiology, and End Result, insidensi UTUC adalah
sekitar satu dari 100.000 populasi.3 Insiden lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
perempuan dengan rasio 3–3,5 : 1. Lebih dari 90% kanker kandung kemih ditemukan
UTUC disebabkan oleh mutase pada gen-gen tertentu seperti gen KDM6A, TP53,
PIK3CA, dan FGFR3. Mutase pada gen-gen yang telah disebutkan diatas akan memicu
proliferasi abnormal dari sel urothelial sehingga menjadi kanker. Beberapa faktor resiko
yang berperan dalam terjadinya proses ini antara lain merokok, penggunaan obat
analgesik berlebihan, paparan arsen, asam arakidonat, serta paparan zat kimia pada
5
2. Bagaimana definisi, klasifikasi, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan kista
1.3 Tujuan
1.3 Manfaat
pemahaman dokter muda mengenai Upper Tract Urothelial Carcinoma (UTUC) dalam
penatalaksanaannya.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. M
Umur : 64 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Suku : Madura
Alamat : Tanjungbumi
2.2 Anamnesa
Pasien kiriman dari Puskesmas Kwanyar dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir.
1. Keluhan utama :
Nyeri pinggang
Nyeri dirasakan sejak ±1 tahun lalu, pada pinggang kanan dan kiri, hilang timbul
selama ±30 menit, tidak menyebar, diperberat dengan aktivitas, tidak diperingan
dengan apapun, dengan VAS score 3. Keluhan ini disertai dengan peningkatan
7
frekuensi kencing sebanyak 5-8 kali perhari, nyeri saat BAK dan terdapat darah pada
cairan kencing.
Hipertensi : (-)
Asma : (-)
Alergi : (-)
Kanker : (-)
Hipertensi : (-)
5. Riwayat Kebiasaan :
Pasien makan tiap hari dengan nasi dan lauk seadanya, frekuensi 3 kali sehari jumlah
makanan sedikit-sedang
Merokok (+) 1 pak perhari sejak usia 17 tahun, kopi(-), alkohol (-)
Pasien menikah
8
7. Riwayat pengobatan : Pasien belum pernah memeriksakan dan mengobati
penyakitnya
4. Tanda Vital
c. RR : 20 x/menit
d. Suhu : 36,5oC
e. SpO2 : 98%
5. Kepala
6. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 3 mm, reflek
7. Hidung
Nafas cuping hidung (-), secret (-/-), epistaksis (-/-), tidak terdapat kelainan.
8. Mulut
9
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi
9. Telinga
Posisi dan bentuk normal, deformitas (-), secret (-/-), tidak terdapat kelainan.
10. Tenggorokan
11. Thoraks : Bentuk simetris, retraksi supraklavikula (-), retraksi interkostal, retraksi
subkostal (-), Mammae simetris, hiperpigmentasi areola (+), puting susu menonjol (+),
1) Cor :
P: sonor Sonor
sonor Sonor
sonor Sonor
ves ves - - - -
ves ves - - - -
10
ves ves - - - -
12. Ekstremitas:
Atas : deformitas (-/-), akral dingin (-/-), edema (-/-), ulkus (-/-), tremor (-/-)
Bawah : deformitas (-/-), akral dingin (-/-), edema (-/-), ulkus (-/-), tremor (-/-)
13. Abdomen
a. Abdomen :
Perkusi :
Timpani Timpani Timpani
(-), nyeri tekan (+) perut bawah + flank area, teraba pembesaran pada flank area
1. Pemeriksaan Laboratorium
11
PEMERIKSAAN NORMAL
DARAH LENGKAP
Hematokrit 44,0 35 - 47 %
INDEKS ERITROSIT
MCH 29,0 26 – 34 fL
MCHC 33,1 30 - 36 Pg
INDEKS LEUKOSIT
Neutrofil 60,5 40 – 70 %
Limfosit 21,2 22 – 40 %
HEMOSTASIS
IMUNOSEROLOGI
12
2.
13
2.
14
Gambar 2.3 Hasil CT urography non kontras 28 Juli 2022, panah putih menunjukkan
hidronefrosis renal sinistra serta massa berukuran 12,2 x 7,3 x 6,4 cm pada
pelviocalyceal pole tengah dan bawah hingga pelvioureter junction pada ginjal kiri.
Kesan massa ini meluas dan melibatkan medulla pole bawah ren kanan higga ureter.
3.
15
2.5. Diagnosis Kerja :
2.6. Tatalaksana:
Medikamentosa
1. IVFD RL 14 tpm
Non-Medikamentosa
2.7. Prognosis
2.8. Follow Up
2 Alprazolam 0,5
16
TTV mg x 1 malam
RR: 20 x/mnt mg x 3
Planning Monitoring:
Observasi TTV
Observasi output
urin dan
hematuria
TTV
RR: 20 x/mnt
Nadi: 97x/mnt
Suhu: 36,20C
SpO2 : 99%
17
PU : 1200 cc
Hematuria (+)
Nadi: 97x/mnt
Suhu: 36,20C
18
Gambar 2.2. Gambar URS tanggal 29 Juli 2022, panah menunjukkan massa pada renal sinistra
yang menyebabkan hematuria pada pasien
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial.
Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem
limfatik, system saraf, dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal. Besar dan berat ginjal
sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur, serta ada tidaknya ginjal
pada sisi yang lain. Pada autopsi klinis didapatkan bahwa ukuran ginjal orang dewasa
antara 120 - 170 gram, atau kurang lebih 0,4% dari berat badan.1
20
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula ginjal. Di
dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medula banyak terdapat
ductuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas, tubulus
kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis, dan duktus kolegentes. Darah yang
kemudian di tubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh mengalami
reabsobsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme mengalami sekresi bersama air membentuk
urine. Setiap hari tidak kurang 180 liter cairan tubuh difiltrasi di glomerulus dan
menghasilkan urine 1-2 liter. Urine yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui
21
Sistem pelvikalises ginjal terdiri atas kaliks minor, infundibulum, kaliks major, dan
pielum/pelvis renalis. Mukosa sistem pelvikalises terdiri atas epitel transisional dan
dindingnya terdiri atas otot polos yang mampu berkontraksi untuk mengalirkan urine
sampai ke ureter.1
Selain membuang sisa-sisa metabolisme tubuh melalui urine, ginjal berfungsi juga
dalam (1) mengontrol sekresi hormon-hormon aldosteron dan ADH (anti diuretic
hormone) dalam mengatur jumlah cairan tubuh, (2) mengatur metabolisme ion kalsium
dan vitamin D, (3) menghasilkan beberapa hormon, antara lain: eritropoetin yang
berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam mengatur
Ureter
Ureter adalah organ yang berbentuk tabung kecil yang berfungsi mengalirkan urine
dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Pada orang dewasa panjangnya kurang lebih 20 cm.
Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel-sel transisional, otot-otot polos
sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan peristaltik (berkontraksi) guna
Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran urine, terjadi kontraksi otot
polos yang berlebihan yang bertujuan untuk mendorong/mengeluarkan sumbatan itu dari
saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala,
22
Gambar 3.3. Pembagian ureter
Sepanjang perjalanan ureter dari pielum menuju buli-buli, secara anatomis terdapat
beberapa tempat yang ukuran diameternya relatif lebih sempit daripada di tempat lain,
sehingga batu atau benda-benda lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut di
tempat itu. Tempat-tempat penyempitan itu antara lain adalah: (1) pada perbatasan antara
pelvis renalis dan ureter atau pelvi-ureter junction, (2) tempat ureter menyilang arteri
iliaka di rongga pelvis, dan (3) pada saat ureter masuk ke buli-buli. Ureter masuk ke buli-
buli dalam posisi miring dan berada di dalam otot buli-buli (intramural); keadaan ini
dapat mencegah terjadinya aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau refluks vesiko-
dua bagian yaitu: ureter pars abdominalis, yaitu yang berada dari pelvis renalis sampai
menyilang vasa iliaka, dan ureter pars pelvika, yaitu mulai dari persilangan dengan vasa
iliaka sampai masuk ke buli-buli. Di samping itu secara radiologis ureter dibagi dalam
tiga bagian, yaitu (1) ureter 1/3 proksimal mulai dari pelvis renalis sampai batas atas
23
sakrum, (2) ureter 1/3 medial mulai dari batas atas sakrum sampai pada batas bawah
sakrum, dan (3) ureter 1/3 distal mulai batas bawah sakrum sampai masuk ke buli-buli.1
Buli Buli
Buli-buli adalah organ berongga yang terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling
sirkuler, dan paling luar merupakan otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas sel-sel
transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis, ureter, dan uretra
posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra internum
Secara anatomik bentuk buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu (1) permukaan
superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, (2) dua permukaan inferiolateral,
dan (3) permukaan posterior. Permukaan superior merupakan lokus minoris (daerah
terlemah)
dinding buli-buli.
melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam menampung urine, buli-buli
mempunyai kapasitas maksimal, yang volumenya untuk orang dewasa kurang lebih
Uretra
Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari buli-buli melalui
proses
miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2 bagian yaitu uretra posterior dan uretra
anterior. Pada pria, organ ini berfungsi juga dalam menyalurkan cairan mani. Uretra
diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasan buli-buli dan
24
uretra, serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra anterior dan
posterior. Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafi oleh sistem
simpatik sehingga pada saat buli-buli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna
terdiri atas otot bergaris dipersarafi oleh sistem somatik yang dapat diperintah sesuai
dengan keinginan seseorang. Pada saat kencing sfingter ini terbuka dan tetap tertutup
Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm, sedangkan uretra pria dewasa kurang
lebih 23- 25 cm. Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan keluhan hambatan
Traktus urinarius dapat dibagi menjadi upper tract dan lower tract, dimana bagian
atas terdiri dari kavitas pyelocaliceal dan ureter, sedangkan bagian bawah terdiri dari buli
25
Gambar 3.4. Pembagian traktus urinarius
3.2 Definisi
Upper Tract Urothelial Carcinoma (UTUC) adalah adalah invasi membran basal
atau lamina propria atau lebih dalam oleh sel-sel neoplastik yang berasal dari sel
urothelial pada traktus urinary bagian atas (kavitas pyelocaliceal dan ureter). Dahulu,
penyakit ini memiliki istilah transitional cell carcinoma yang diubah oleh WHO menjadi
Urothelial Carcinoma (UC). UC yang terjadi pada upper urinary tract disebut dengan
UTUC.2
3.3 Epidemiologi
Upper Tract Urothelial Carcinoma (UTUC) adalah jenis kanker yang jarang terjadi
dan ditemukan pada sekitar 5% dari kasus urothelial carcinoma (UC). Menurut National
Cancer Institute Surveilance, Epidemiology, and End Result, insidensi UTUC adalah
sekitar satu dari 100.000 populasi.3 Insiden lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan
perempuan dengan rasio 3–3,5 : 1. Lebih dari 90% kanker kandung kemih ditemukan
antara lain5 :
1. Faktor genetik
UTUC memiliki sifat lebih invasif pasca diagnosis, dan menunjukkan fenotipe
26
genetik yang lebih agresif. Berkembangnya alat sequencing genetik sangat
Pada UTUC, hilangnya kromosom 9q terjadi pada hampir 50% pasien, yang
2. KDM6A
KDM6A adalah gen yang pertama kali ditemukan bermutasi pada kasus
kanker manusia, dan mutasi pada gen ini sebagian besar menyebabkan hilangnya
fungsi fisiologis organ. Selain TP53, gen ini yang kedua yang paling berubah
secara signifikan pada UC buli buli urothelial. Banyak penelitian terdahulu yang
3. TP53
Gen supresi tumor, TP53, memiliki peran signifikan dalam menjaga stabilitas
dan mencegah mutasi gen. Ekspresi gen p53 mutan ditemukan di sekitar 30-60%
ekspresi p53 pada pasien dengan UTUC menyatakan bahwa ekspresi gen p53
mutan yang tinggi merupakan prediktor independen dari kelangsungan hidup yang
4. PIK3CA
Mutasi pada gen IA PI3K, p110a, dan p85a, memiliki hubungan kuat dengan
kanker pada manusia, termasuk UC. Mutasi PIK3CA juga dikaitkan dengan
prognosis pada pasien dengan UC buli buli. Dalam UTUC, mutase PIK3CA
27
ditemukan pada sekitar 25% sel kanker. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk
5. FGFR3
Mutasi pada gen FGFR3 adalah mutasi paling umum pada UC di buli. Penelitian
juga menunjukkan bahwa UC buli dan UTUC memiliki insidensi mutasi FGFR3
yang sama. Tumor dengan mutasi FGFR3 menunjukkan risiko prognosis buruk
Beberapa faktor resiko eksternal dari Upper Tract Urothelial Carcinoma (UTUC)
antara lain5:
Merokok
Arsen
Asam arakidonat
Paparan zat kimia pada pekerjaan (hydrocarbon, batu bara, minuman bersoda)
Gejala yang paling umum pada UTUC adalah hematuria, yang mungkin terlihat atau
tidak terlihat. Keluhan lain yaitu nyeri pinggang akibat hidronefrosis, nyeri kolik akibat
adanya bekuan darah, dan nyeri pinggang akibat komplikasi lanjut lebih jarang ditemui.
Pada stadium lanjut, dapat teraba massa abdominal dan mungkin ada penurunan berat
badan dan nyeri akibat metastasis kanker. Banyak pasien yang tidak menunjukkan gejala
28
3.7 Diagnosis
Pencitraan radiologis memiliki peran penting dalam diagnosis Upper Tract
diagnostic utama pada UTUC, tetapi sekarang digantikan oleh Computed Tomography
Urography (CTU). CTU memiliki fase non-kontras dan ekskretoris, yang memungkinkan
metode pencitraan yang lebih baik pada saluran kemih bagian atas dan menyingkirkan
kemungkinan keadaan patologis lain, meskipun dosis radiasi lebih tinggi dibandingkan
IVU. Filling defect dan hidronefrosis adalah gambaran utama pada CT. Dalam CTU,
evaluasi ginjal kontralateral adalah hal yang penting dan terkadang renografi mungkin
lebih baik) memungkinkan visualisasi serta pengobatan tumor di dalam ureter dan pelvis
ginjal. Ureteroskopi dapat digunakan untuk biopsi, atau pemeriksaan sitologi untuk
menegakkan diagnosis. Pada studi retrospective review dari 512 pasien menunjukkan
bahwa ureteroskopi diagnostik dapat dilakukan sebelum RNU tanpa mengorbankan hasil
terapi.3
29
Gambar 3.5. visualisasi UTUC dengan ureteroscopy a) UTUC dengan ukuran kecil
Magnetic resonance (MR) urografi diindikasikan pada pasien yang tidak dapat
Sensitivitas MR urografi dengan kontras adalah 75% untuk diagnosis tumor <2 cm.
Penggunaan MR urografi dengan media kontras berbasis gadolinium harus dibatasi pada
pasien dengan gangguan ginjal berat (<30 mL/menit klirens kreatinin), karena risiko
fibrosis sistemik nefrogenik. CTU lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis dan staging
30
Gambar 3.6. a) IVU menunjukkan tumor pada renal pelvis dekstra (filling defect
panah hitam), b) CTU pada pasien yang sama (potongan axial pada fase ekskretori
menunjukkan tumor pelvis panah hitam), c) IVU menunjukkan hidronefrosis
renal dekstra (panah hitam) dan tumor VU besar (panah putih), d) CTU potongan
axial menunjukkan tumor pelvis renalis dekstra
3.8 Klasifikasi UTUC
Klasifikasi Upper Tract Urothelial Cancer (UTUC) berdasarkan sistem tumor, node,
dan metastase (TNM) dapat dilihat pada table 3.1.3
31
Tabel 3.1. Klasifikasi stadium UTUC tahun 2009
3.9 Tatalaksana
Menurut European Association of Urology (EAU) tahun 2022, tatalaksana pada
Upper Tract Urothelial Carcinoma (UTUC) didasarkan pada stratifikasi resiko dan status
32
Gambar 3.7. Stratifikasi resiko UTUC non metastase
Kidney-sparing surgery
o Ureteroskopi
pelvicalyceal. KIE ke pasien mengenai tindakan URS dan pengawasan pre dan post
Tindakan, serta reseksi tumor total atau penghancuran ginjal perlu dilakukan.
Tetapi, perlu diingat bahwa terdapat risiko perkembangan penyakit tetap terjadi
dan biopsi yang kurang optimal dalam stratifikasi risiko dan sifat tumor.
33
o Percutaneous access
yang terletak di pelvis renal. Tindakan ini juga dapat dipertimbangkan pada tumor
berisiko rendah di sistem kaliks bawah yang tidak dapat diakses atau sulit dijangkau
oleh URS fleksibel. Namun, pendekatan ini kurang digunakan karena ketersediaan
alat endoskopi yang lebih baik seperti ureteroscopes terbaru dengan ujung distal
yang dapat melakukan defleksi. Selain itu, risiko penyebaran tumor tetap ada
o Reseksi ureter
berisiko rendah di ureter distal yang tidak dapat diakses keseluruhan secara
endoskopi dan untuk tumor berisiko tinggi ketika dokter ingin mempertahankan
fungsi ginjal dengan kidney sparing surgery (dalam kasus indikasi imperatif).
tetapi hanya dalam kasus tertentu ketika prosedur renal sparing surgery wajib
tumor komplit pada UTUC resiko rendah dapat mengurangi rekurensi penyakit.
34
RNU terbuka dengan eksisi kandung kemih adalah pengobatan standar
UTUC berisiko tinggi, terlepas dari lokasi tumor. Nefroureterektomi radikal harus
beberapa kasus. Maka dari itu beberapa tindakan perlu dilakukan untuk mencegah
3. Kemoterapi perioperative
35
Gambar 3.8. Algoritma manajemen pada UTUC
36
Gambar 3.9. Pilihan terapi UTUC Berdasarkan letak dan status resiko
3.10 Prognosis
37
Tingkat kelangsungan hidup keseluruhan 1, 3, dan 5 tahun dari 439 pasien UTUC
masing-masing adalah 90,0%, 76,4%, dan 67,7%. Tingkat kelangsungan hidup 5 tahun
pasien T1, T2, T3, dan T4 masing-masing adalah 90,2%, 78%, 43,8%, dan 18,5%.
aristolochic, riwayat kanker kandung kemih, usia, ukuran tumor, stadium tumor, tingkat
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosa Upper Tract Urothelial Carcinoma (UTUC) pada pasien ini ditegakkan
diketahui bahwa pasien datang ke UGD RSUD Syamrabu Bangkalan dengan keluhan
nyeri pada pinggang. Pada pasien ini keluhan nyeri pinggang disertai dengan peningkatan
frekuensi berkemih, nyeri saat berkemih, serta hematuria. Dari anamnesis juga diketahui
bahwa pasien merupakan lansia (usia>55 tahun), serta perokok yang aktif merokok 1 pak
tiap hari sejak usia 17 tahun. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya nyeri ketok ginjal
pada flank area sinistra, serta teraba pembesaran ginjal sinistra. Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik yang telah disebutkan diatas terdapat beberapa kemungkinan penyebab
pada pasien dengan keluhan pada pasien ini antara lain pyelonephritis,
terbesar adalah Ca renal dan UTUC karena pasien merupakan perokok, terdapat nyeri
pinggang disertai hematuria, dan teraba massa pada renal sinistra. Untuk menyingkirkan
diagnosis banding pada pasien ini, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
penunjang yang disarankan pada kasus ini adalah CT-scan urography dengan dan tanpa
massa, ukuran, pembesaran nodus limfatikus serta apakah telah terjadi metastasis atau
berat yang disebabkan oleh massa berukuran 12,2 x 7,3 x 6,4 cm pada pelviocalyceal
39
pole tengah dan bawah hingga pelvioureter junction pada ginjal kiri. Kesan massa ini
meluas dan melibatkan medulla pole bawah ren kanan higga ureter yang menjelaskan
mengapa pasien juga merasakan nyeri pada flank area kiri dan kanan.
jaringan yang dilanjutkan Analisa histologi dan patologi anatomi. Untuk itu perlu
dilakukan pengambilan sampel dari massa renal tersebut. Untuk mengambil sample, pada
kasus ini dipilih ureteroscopy (URS) karena tindakan minim invasive serta memiliki
kemampuan yang baik pada kasus massa pelvicocalyceal. URS lebih baik karena alat
flexible ureteroscope memungkinkan operator untuk menelusuri pole ginjal dari atas
hingga bawah untuk evaluasi tumor maupun tatalaksana, sehingga tindakan yang
dilakukan pada pasien ini telah tepat. Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang
diatas, maka ditegakkan diagnosis UTUC. Setelah itu, anjuran pada pasien ini adalah
diagnosis banding Ca renal dan tampakan histologi dari massa tersebut akan digunakan
untuk mengklasifikasikan tumor menjadi UTUC high risk atau low risk yang akan
menentukan terapi definitif yang tepat. Terapi pada low risk UTUC meliputi tindakan
kidney sparing surgery dengan metode ureteroskopi, reseksi ureter, dan instilasi obat
pada pelvis renalis. Sedangkan pada kasus high risk UTUC lebih disarankan tindakan
Radical Nephroureterectomy (RNU) baik open maupun minimal invasive terkait dengan
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Upper Tract Urothelial Carcinoma (UTUC) adalah adalah invasi membran basal atau
lamina propria atau lebih dalam oleh sel-sel neoplastik yang berasal dari sel urothelial pada
traktus urinary bagian atas (kavitas pyelocaliceal dan ureter). Dahulu, penyakit ini memiliki
istilah transitional cell carcinoma yang diubah oleh WHO menjadi Urothelial Carcinoma
(UC). UC yang terjadi pada upper urinary tract disebut dengan UTUC.
Upper Tract Urothelial Carcinoma (UTUC) adalah jenis kanker yang jarang terjadi dan
ditemukan pada sekitar 5% dari kasus urothelial carcinoma (UC). Gejala yang paling umum
pada UTUC adalah hematuria, yang mungkin terlihat atau tidak terlihat. Keluhan lain yaitu
nyeri pinggang akibat hidronefrosis, nyeri kolik akibat adanya bekuan darah, dan nyeri
pinggang akibat komplikasi lanjut lebih jarang ditemui. Pada stadium lanjut, dapat teraba
massa abdominal dan mungkin ada penurunan berat badan dan nyeri akibat metastasis
kanker.
ureteroscopy, IVU, serta biopsy dan pemeriksaan histo PA massa tumor. Setelah dilakukan
nephroureterectomy (RNU), kemoterapi, maupun radioterapi. Prognosis pada kasus ini baik
apabila didiagnosis secara cepat dan ditatalaksana sebelum terjadi perkembangan kanker
5.2 Saran
41
Untuk pembaca supaya lebih memahami cara diagnosa dan tatalaksana pada Upper Tract
Urothelial Carcinoma (UTUC) dan perlu dilakukan literature review sehingga dapat menjadi
42
DAFTAR PUSTAKA
43