Anda di halaman 1dari 34

ABORTUS INKOMPLIT

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik Madya

Disusun oleh:
Bryan Ramos Nainggolan 207101890

Dosen Pembimbing:
dr. Ummu Hanik, Sp.OG

LABORATORIUM ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD SYARIFAH AMBAMI RATO EBU BANGKALAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2022

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakah,

Segala puji-pujian dan syukur semoga senantiasa kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya. Tidak lupa pula sholawat serta salam kita
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun kita dari alam kegelapan menuju
jalan hikmah penuh cahaya dan iman sehingga dalam penyelesaian tugas ini penyusun dapat
mengambil berbagai hikmah. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
pada KSM Ilmu Obstetri dan Gynekologi, yaitu dr. Muljadi Amanullah, Sp.OG yang berkenan
memberikan bimbingan dalam menempuh proses pendidikan kepaniteraan klinik meskipun
dalam kondisi pandemi. Tidak lupa pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak sehingga penyusunan laporan kasus ini dapat terselesaikan.
Laporan kasus ini membahas terkait laporan kasus beserta tinjauan pustaka mengenai
anatomi, definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, penegakan diagnosis,
klasifikasi, pemeriksaan penunjang, tatalaksana, komplikasi, dan prognosis Abortus Inkomplit.
Penyusun menyadari dalam laporan kasus ini belum sempurna secara keseluruhan. Oleh karena
itu, dengan hati terbuka penyusun menerima masukan-masukan yang sekiranya dapat
membangun sehingga dapat membantu dalam penyempurnaan dan pengembangan penyelesaian
laporan kasus selanjutnya.
Demikian pengantar dari penyusun, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat. Amin.

Wassalamu’alaykum warahmatullahi wabarakah,

Bangkalan, 20 Juni 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kover................................................................................................ 1
Kata Pengantar.................................................................................. 2
Daftar Isi........................................................................................... 3
Daftar Gambar ................................................................................... 5

Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang............................................................................ 5
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan ........................................................................................ 6
1.4 Manfaat ...................................................................................... 6

Bab II. Laporan Kasus


2.1. Identitas Pasien ......................................................................... 7
2.2. Anamnesis ................................................................................ 7
2.3. Pemeriksaan Fisik dan Status Ginekologi ................................. 9
2.4. Diagnosa Banding ..................................................................... 10
2.5. Pemeriksaan Penunjang............................................................. 12
2.6. Diagnosa Kerja ......................................................................... 15
2.7. Tatalaksana................................................................................ 15

3
2.8. Prognosis................................................................................... 15
2.9. Follow-up .................................................................................. 15

Bab III. Tinjauan Pustaka


3.1. Tinjauan Pustaka........................................................................ 18

Bab IV. Pembahasan


4.1. Alur Penegakan Diagnosis......................................................... 30
4.2.Alur Pemberian Terapi pada Kasus............................................. 31

Bab V. Penutup
5.1. Kesimpulan ............................................................................... 32
5.2. Saran.......................................................................................... 32

Daftar Pustaka

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Abortus merupakan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan yaitu berat badan kurang dari 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20
minggu. Berdasarkan aspek klinisnya, abortus spontan dibagi menjadi beberapa
kelompok, yaitu abortus imminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable
abortion), abortus inkomplit, abortus komplit, missed abortion, dan abortus habitualis
(recurrent abortion), abortus servikalis, abortus infeksiosus, dan abortus septik.1
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Reproduksi manusia
relatif tidak efisien, dan abortus adalah komplikasi tersering pada kehamilan, dengan
kejadian keseluruhan sekitar 15% dari kehamilan yang ditemukan. Namun angka
kejadian abortus sangat tergantung kepada riwayat obstetri terdahulu, dimana
kejadiannya lebih tinggi pada wanita yang sebelumnya mengalami keguguran daripada
pada wanita yang hamil dan berakhir dengan kelahiran hidup.2
Prevalensi abortus juga meningkat dengan bertambahnya usia, dimana pada wanita
berusia 20 tahun adalah 12%, dan pada wanita diatas 45 tahun adalah 50%. Delapan
puluh persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan.3
Abortus inkomplit memiliki komplikasi yang dapat mengancam keselamatan ibu
karena adanya perdarahan masif yang bisa menimbulkan kematian akibat adanya syok
hipovolemik apabila keadaan ini tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Seorang ibu hamil yang mengalami abortus inkomplit dapat mengalami guncangan psikis
tidak hanya pada ibu namun juga pada keluarganya, terutama pada keluarga yang sangat
menginginkan anak.

5
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagimana anatomi abortus inkomplit?
2. Bagaimana definisi, klasifikasi, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan kista
abortus inkomplit?
3. Bagaima penegakan diagnosis dan penatalaksanaan teratoma abortus inkomplit?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui anatomi abortus inkomplit.
2. Mengetahui definisi, klasifikasi, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan kista
abortus inkomplit.
3. Mengetahui penegakan diagnosis dan penatalaksanaan teratoma abortus
inkomplit.

1.3 Manfaat
Penulisan makalah laporan kasus dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman dokter muda mengenai abortus inkomplit dalam hal anamnesa, pemeriksaan
fisik dan penunjang, penegakkan diagnosa serta penatalaksanaannya.

6
7
BAB II

LAPORAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. U
Umur : 41 Tahun
Pendidikan Terakhir : SD
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku : Madura
Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Kwanyar
Tanggal MRS : 02 Juni 2022 Pukul 02.30 WIB

Identitas Suami

Nama Suami : Tn. M


Usia : 45 tahun
Menikah : Lama pernikahan 4 tahun
Pekerjaan : Supir
Agama : Islam
Pendidikan : SMP

2.2 Anamnesa

Pasien kiriman dari Puskesmas Kwanyar dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir.

1. Keluhan utama :
Keluar darah dari jalan lahir.
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD SYAMRABU Bangkalan Kiriman dari Puskesmas
Kwanyar dengan diagnosa GVP3013 UK 10 minggu + abortus inkomplit. Pasien

8
mengeluh keluar darah dari jalan lahir sejak 5 hari yang lalu setiap hari hanya flek.
Pasien mengatakan keluar darah berwarna merah kehitaman dengan gumpalan darah
berjumlah banyak (pasien ganti pembalut sehari bisa sampai 3-4 pembalut) sejak
pukul 21.00 WIB (tanggal 01 Juni 2022), keluar jaringan (+) , nyeri perut (+) pada
bagian perut hingga punggung, terus menerus, tidak menyebar, dengan VAS score 3
sejak 5 hari yang lalu. Pukul 00.00 WIB pasien pergi ke Puskesmas Kwanyar dan
dilakukan pemeriksaan oleh dokter Puskesmas, pasien disarakan untuk datang ke
RSUD SYAMRABU Bangkalan. Pada 02 Juni 2022 pukul 02.30 WIB pasien tiba di
RSUD SYAMRABU Bangkalan. Pasien telat haid sudah 10 minggu tanpa melakukan
plano test.

Riwayat Perjalanan Singkat :

Maret 2022

Ny. X mengeluhkan tidak haid tetapi tidak periksa ke fasilitas kesehatan atau
melakukan plano tes.

29 Maret 2022

Keluar darah hanya flek flek saja.

01 Juni 2021

Keluar darah menggumpal dengan jumlah banyak dari jalan lahir pasien sehingga
pasien memeriksakan diri ke Puskesmas Kwanyar dan didiagnosis sebagai GVP3013
UK 10 minggu + abortus inkomplit dan dirujuk ke RSUD Syamrabu Bangkalan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


Penyakit serupa : (-)
Hipertensi : (-)
Diabetes Mellitus : (-)
Asma : (-)
Alergi : (-)
Riwayat Operasi : (-)
Riwayat SC : (-)
9
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Penyakit serupa : (-)
Kanker : (-)
Hipertensi : (-)
Diabetes Melitus : (-)

5. Riwayat Menstruasi :

Menarche : 13 tahun
Siklus : ±28 hari, Teratur
Lama : 7 hari
Jumlah darah : sedang (3-4 pembalut/hari)
Dismenorhea : dirasakan sebelum haid
Flour Albus : (-) Gatal (-) Bau (-)
HPHT : 18 Maret 2022
6. Riwayat Perkawinan :
Menikah : 1x
Lama Menikah : 23 tahun menikah

7. Riwayat Kehamilan dan Persalinan :

1. Pertama / 9 bulan / Spt.B/ Bidan / Perempuan/ 3000gr / 22 tahun / Hidup / ASI 2


tahun
2. Kedua / 9 bulan / Spt.B/ Bidan / Perempuan / 20 tahun / Hidup / ASI 2 tahun
3. Ketiga / 9 bulan / Spt.B / BIdan / Laki-laki / 13 tahun / Hidup / ASI 2 tahun
4. Keempat / Abortus (3 bulan) / Kuretase (-)
5. Hamil saat ini (abortus)
8. Riwayat Kontrasepsi :
Pil KB Andalan lama 2 tahun

9. Riwayat Kebiasaan :

10
Pasien jarang berolahraga.
Pasien makan tiap hari dengan nasi dan lauk seadanya, frekuensi 3 kali sehari jumlah
makanan sedikit-sedang
Merokok (-), kopi(-), alkohol (-)

10. Riwayat Sosial dan Ekonomi:


Pasien menikah 1 kali selama 23 tahun
Pasien berasal dari keluarga menengah kebawah.
11. Riwayat Alergi : Pasien tidak memiliki alergi makanan maupun obat-obatan.

2.3 Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan Umum : Cukup


2. Kesadaran : Compos mentis
3. GCS : E:4 V:5 M:6
4. Berat badan :53 kg BMI : 21,5 Kg/m2 (Normal)
Tinggi Badan :157 cm
5. Tanda Vital
a. Tensi : 107/60 mmHg
b. Nadi : 84 x/menit, reguler, kuat angkat
c. RR : 20 x/menit
d. Suhu : 36,5oC
e. SpO2 : 98%
6. Kepala
Bentuk normosephalic, tidak terdapat kelainan.
7. Mata
Konjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-/-), pupil isokor diameter 3 mm, reflek
cahaya (+/+), eksoftalmus (-/-), tidak terdapat kelainan.
8. Hidung
Nafas cuping hidung (-), secret (-/-), epistaksis (-/-), tidak terdapat kelainan.
9. Mulut

11
Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), gusi
berdarah (-), sariawan (-), tidak terdapat kelainan.
10. Telinga
Posisi dan bentuk normal, deformitas (-), secret (-/-), tidak terdapat kelainan.
11. Tenggorokan
Hiperemi (-), Tonsil membesar (-/-), tidak terdapat kelainan.
12. Thoraks : Bentuk simetris, retraksi supraklavikula (-), retraksi interkostal, retraksi
subkostal (-), Mammae simetris, hiperpigmentasi areola (+), puting susu menonjol (+),
kolostrum (-), bekas operasi payudara (-)
1) Cor :
I : Tidak terlihat iktus kordis
P : Ictus cordis teraba kuat angkat
A : S1 S2 tunggal, regular, bising (-),murmur (-), gallop (-)
2) Pulmo : statis (depan dan belakang)
I : pengembangan dada simetris , benjolan (-), luka (-)
P : nyeri tekan (-), krepitasi (-)
P: sonor Sonor
sonor Sonor
sonor Sonor

A : vesikuler normal, suara tambahan (-)


Suara nafas Rhonki Wheezing
ves ves - - - -
ves ves - - - -
ves ves - - - -

13. Ekstremitas:
Atas : deformitas (-/-), akral dingin (-/-), edema (-/-), ulkus (-/-), tremor (-/-)
Bawah : deformitas (-/-), akral dingin (-/-), edema (-/-), ulkus (-/-), tremor (-/-)

14. Abdomen

12
a. Abdomen :
 Inspeksi : Distensi (-) bekas operasi (-)
 Auskultasi : bising usus (+) normal

 Perkusi :
Timpani Timpani Timpani

Timpani Timpani Pekak

Timpani Timpani Pekak

 Palpasi : Teraba massa abnormal dengan diameter vertikal 8 cm. Permukaan masa
halus dan licin, tidak berdungkul-dungkul, Masa dapat digerakkan ke kanan dan ke
kiri. Abdomen bagian kanan membesar setinggi 2 jari dibawah umbilikus secara lokal.
Nyeri tekan (-).
15. Status Ginekologi :
b. Genitalia :
Genitalia eksterna
Inspeksi : Vulva bagian luar: bersih, rambut pubis hitam, ulkus (-), oedem (-), pus (-),
darah (-), leukore (-) Fluksus (+) warna merah kehitaman, gumpalan (+)
Palpasi : benjolan (-)
Inspekulo
Tidak dilakukan pemeriksaan
VT
Dinding vagina dalam batas normal, portio lunak, OUE terbuka, cavum uteri sebesar
telur bebek, darah (+), discharge (-), jaringan (+)

2.4 Diagnosis Banding :


1. Abortus inkomplit
2. Abortus insipien
3. Abortus komplit
4. Mola Hidatidosa

2.5 Pemeriksaan Penunjang :


13
1. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal : 02 Juni 2022


ITEM NILAI
HASIL SATUAN
PEMERIKSAAN NORMAL
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 8,6 11,7 – 15,5 gr/ml
Eritrosit 3,39 3,8 – 5,2 juta/uL
Leukosit 16,6 3,6 – 11,0 ribu/uL
Trombosit 403 150 - 440 ribu/mm3
Hematokrit 25,7 35 - 47 %
INDEKS ERITROSIT
MCV 75,9 70 – 96 pg/ml
MCH 25,6 26 – 34 fL
MCHC 33,7 30 - 36 Pg
RDW-CV 17,7 11,5-14,5 %
INDEKS LEUKOSIT
Neutrofil 77,3 40 – 70 %
Limfosit 15,5 22 – 40 %
Monosit 1,4 4–8 %
HEMOSTASIS
APT 11,6 11,4-15,1 Detik
APTT 22,8 28,6-42,2 Detik
IMUNOSEROLOGI
Antigen SARS_CoV_2 Negatif Negatif
HBsAg Non Reaktif Non Reaktif

14
2. Plano test

Gambar 2.1 Hasil plano test pada tanggal 01 Juni 2022


-

15
2.6 Diagnosis Kerja :

GVP3013 UK 10 minggu + Abortus inkomplit

2.7 Tatalaksana:

Medikamentosa

1. IVFD RL 14 tpm
2. Pasang Kateter urin
Non-Medikamentosa
1. Observasi TTV, pendarahan, dan keluhan subjektif
2. Konsul Sp.OG  pro kuretasi
3. Pro USG

2.8 Prognosis
-Ad Vitam : Dubia ad bonam
-Ad Functionam : Dubia ad malam
-Ad Sanationam : Dubia ad bonam

2.9 Follow Up

Tanggal Subjective Objective Assesment Planning


02/06/2021  Pasien post KU: sakit sedang GVP3013 UK 10 Planning
03.30 wib kuretase Kesadaran: CM minggu + Abortus Medikamentosa:
 Keluhan (-) GCS E4V5M6 inkomplit  Infus RL 14 tpm
TTV Planning Monitoring:
TD: 110/87 mmHg  Observasi TTV
RR: 20 x/mnt  Observasi
Nadi:109 x/mnt Perdarahan
Suhu: 36,20C
SpO2 : 98% (O2
simple mask 8 lpm

16
02/06/2021 Tidak ada KU: sakit sedang GVP3013 UK 10 Planning
05.00 wib keluhan Kesadaran: CM minggu + Abortus Medikamentosa:
GCS E4V5M6 inkomplit  Infus RL 14 tpm
TTV  Inj.
TD: 90/60 mmHg Dexamethasone 1
RR: 20 x/mnt amp
Nadi: 97x/mnt  Tranfusi PRC 2
Suhu: 36,20C kolf (baru masuk
SpO2 : 99% 1 kolf)
PU : 400cc Planning Monitoring:
 Observasi TTV
 Observasi
Perdarahan
 Observasi
Keluhan Subjektif

17
Gambar 2.2. Hasil kuretase tanggal 01 Juni 2022

18
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Abortus


Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum viabel, disertai atau tanpa
pengeluaran hasil konsepsi. Menurut WHO, abortus didefinisikan sebagai penghentian
kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar kandungan atau berat janinkurang dari 500
gram.
3.2 Klasifikasi Abortus
Hingga saat ini terdapat berbagai klisifikasi abortus, berikut ini akandisampaikan
dua jenis klasifikasi abortus berdasarkan atas terjadinya/legalitas dan klinis.

Menurut mekanisme terjadinya, abortus dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan sendirinya, tanpa provokasi
dan intervensi.
2. Abortus buatan/ direncanakan adalah abortus yang terjadi karenadiprovokasi,
yang dibedakan atas:
A. Abortus provokatus terapeutikus, yaitu abortus yang dilakukan
atasindikasi medis dengan alasan bahwa kehamilan membahayakan ibudan
atau janin.
B. Abortus provokatus kriminalis, yaitu abortus yang dilakukan tanpaindikasi
medis.

Menurut klinis:

a. Abortus Iminens
Abortus iminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan
tanpa adanya dilatasi sevik.
b. Abortus insipiens.
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada padakehamilan
sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yangmeningkat,
tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasamules menjadi

19
lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.Pengeluaran hasil konsepsi dapat
dilaksanakan dengan kuret vakum ataudengan cunam ovum disusul dengan
kerokan.3
c. Abortus Inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi
padakehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam
uterus. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan
dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudahmenonjol dari
ostium uteri eksternum. Perdarahan pada abortusinkomplit dapat banyak
sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum
sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
d. Abortus komplit
Pada abortus komplit semua hasil konsepsi sudah dikerjakan. Pada
penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup danuterus
sudah banyak mengecil.
e. Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut.
i. Abortus infeksiosus
Abortus infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada
genitalia.Diagnosis ditegakkan dengan adanya abortus yang disertai gejala
dantanda infeksi alat genitalia, seperti panas, takikardia, perdarahan
pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek, serta nyeritekan,
dan leukositosis.
f. Missed abortion
Missed Abortion adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu,tetapi
janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih..
3.3 Epidemiologi
Insiden abortus inkomplit belum diketahui secara pasti, namun
demikiandisebutkan sekitar 60 persen dari wanita hamil dirawat dirumah sakit dengan
perdarahan akibat mengalami abortus inkomplit. Inisiden abortus spontan secaraumum

20
disebutkan sebesar 10% dari seluruh kehamilan. Lebih dari 80% abortus terjadi dalam
12 minggu pertama kehamilan dan angka tersebut kemudian menurunsecara cepat
pada umur kehamilan selanjutnya. Anomali kromosom menyebabkansekurang-
kurangnya separuh dari abortus pada trimester pertama, kemudian menurunmenjadi
20-30% pada trimester kedua dan 5-10 % pada trimester ketiga.4
Resiko abortus spontan semakin meningkat dengan bertambahnya paritas
disamping dengan semakin lanjutnya usia ibu serta ayah. Insiden abortus bertambah
pada kehamilan yang belum melebihi umur 3 bulan.5
3.4. Etiologi
Mekanisme pasti yang bertanggungjawab atas peristiwa abortus tidak
selalutampak jelas. Kematian janin sering disebabkan oleh abnormalitas pada ovum
atauzigot atau oleh penyakit sistemik pada ibu, dan kadang-kadang mungkin
jugadisebabkan oleh penyakit dari ayahnya.
1. Faktor Genetik
Lima puluh persen sampai tujuh puluh persen abortus spontan terutama
abortusrekuren disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan genetik menjadi penyebab
70% 6 minggu pertama, 50% sebelum 10 minggu, dan 5% setelah 12 minggu.
Kelainan ini dapat disebabkan faktor maternal maupun paternal. Gamet jantan
berkontribusi pada 50% material genomik embrio. Mekanisme yang dapt berkontribusi
menyebabkan kelainan genetik adalah kelainan kromosomsperma, kondensasi
kromatin abnormal, fragmentasi DNA, peningkatana poptosis, dan morfologi sperma
yang abormal. Sekitar 42% struktur vilikorionik abnormal akibat gangguan genetik.
2. Gangguan plasenta
Mayoritas kasus abortus berkaitan dengan kelainan genetik maupun kelainan
perkembangan plasenta terutama pada vili korionik yang berperan sebagai
unitfungsional plasenta dalam hal transpor oksigen dan nutrisi pada fetus.Penelitian
histologi Haque, et al. pada 128 sisa konsepsi abortus, ditunjukkan bahwa 97%
menunjukkan vili plasenta berkurang, 83% vili mengalami fibrosisstroma, 75%
mengalami degenerasi fibroid, dan 75% mengalami pengurangan pembuluh darah.
Inflamasi dan gangguan genetik dapat menyebabkan aktivasi proliferasi mesenkim
dan edema stroma vili. Keadaan ini akan berlanjut membentuk sisterna dan

21
digantikan dengan jaringan fibroid. Pada abortus, pendarahan yang merembes melalui
desidua akan membentuk lapisan disekeliling vili korionik. Kemudian, material pecah
dan merangsang degenerasifibrinoid.
3. Kelainan uterus
Kelainan uterus dapat dibagi menjadi kelainan akuisita dan kelainan yang timbul
dalam proses perkembangan janin. Cacat uterus akuisita yang berkaitan dengan
abortus adalah leiomioma dan perlekatan intrauteri. Miomektomi
seringmengakibatkan jaringan parut uterus yang dapat mengalami ruptur
padakehamilan berikutnya, sebelum atau selama persalinan. Perlekatan
intrauteri(sinekia atau sindrom Ashennan) paling sering terjadi akibat tindakan
kuretase pada abortus yang terinfeksi atau pada missed abortus atau mungkin pula
akibatkomplikasi postpartum. Keadaan tersebut disebabkan oleh
destruksiendometrium yang sangat luas. Selanjutnya keadaan ini mengakibatkan
amenore dan abortus habitualis yang diyakini terjadi akibat endometrium yangkurang
memadai untuk mendukung implatansi hasil pembuahan.
Inkomptensi serviks adalah ketidakmampuan serviks untuk mempertahankansuatu
kehamilan oleh karena defek fungsi maupun struktur pada serviks.Inkompetensi
serviks biasanya menyebabkan abortus pada trimester keduadengan insidensi 0,5-8%.
Keadaan ini juga dapat menyebabkan hilangnya barrier mekanik yang memisahkan
kehamilan dari flora bakteri vagina dankebanyakan asimptomatik. Serviks merupakan
barier mekanik yangmemisahkan kehamilan dari flora bakteri vagina.
4. Kelainan endokrin.
a. Defek Fase Luteal dan Defisiensi Progesteron
Defek fase luteal disebut juga defisiensi progesteron merupakan suatu
keadaandimana korpus luteum mengalami kerusakan sehingga produksi
progesterontidak cukup dan mengakibatkan kurang berkembangnya dinding
endometrium.
b. Sindrom ovarium polikistik, hipersekresi LH, dan hiperandrogenemia
Sindrom ovarium polikistik terkait dengan infertilitas dan abortus.
Duamekanisme yang mungkin menyebabkan hal tersebut terjadi adalah
peningkatanhormon LH dan efek langsung hiperinsulinemia terhadap fungsi ovarium.

22
c. Faktor Endokrin Sistemik seperti DM atau hipotiroid.
d. Defisiensi progesterone
Kurangnya sekresi hormon tersebut dari korpusluteum atau plasenta mempunyai
hubungan dengan kenaikan insiden abortus.Karena progesteron berfungsi
mempertahankan desidua, defisiensi hormontersebut secara teoritis akan mengganggu
nutrisi pada hasil konsepsi dandengan demikian turut berperan dalam peristiwa
kematiannya.
5. Kelainan Imunologi
Sekitar 15% dari 1000 wanita dengan abortus habitualis memiliki
faktorautoimun. Faktor autoimun misal SLE, APS, antikoagulan lupus, antibodianti
kardiolipin. Insidensi berkisar 1-5% tetapi risikonya mencapai 70%. Selainitu, faktor
alloimun dapat mempengaruhi melalui HLA. Bila kadar atau reseptor leptin menurun,
terjadi aktivasi sitrokin proinflamasi, dan terjadi peningkatan risiko abortus.
Mekanismenya berhubungan dengan timbal balik aktif reseptor di vili dan ekstravili
tropoblas.
6. Infeksi
Berbagai macam infeksi dapat menyebabkan abortus pada manusia, tetapi halini
tidak umum terjadi. Organisme seperti Treponema pallidum, Chlamydia trachomatis,
Neisseria gonorhoeae, Streptococcus agalactina, virus herpes simpleks,
sitomegalovirus, Listeria monocytogenes dicurigai berperan sebagai penyebab abortus.
Toxoplasma juga disebutkan dapat menyebabkan abortus.Isolasi Mycoplasma hominis
dan Ureaplasma urealyticum dari 4 traktus genetalia sebagaian wanita yang
mengalami abortus telah menghasilkanhipotesis yang menyatakan bahwa infeksi
mikoplasma yang menyangkuttraktus genetalia dapat menyebabkan abortus. Dari
kedua organisme tersebut, Ureaplasma Urealyticum merupakan penyebab utama.
7. Penyakit kronik
Pada awal kehamilan, penyakit-penyakit kronis yang melemahkan keadaan ibu
misalnya penyakit tuberkulosis atau karsinomatosis jarang menyebabkan abortus.
Hipertensi jarang disertai dengan abortus pada kehamilan sebelum 20 minggu, tetapi
keadaan ini dapat menyebabkan kematian janin dan persalinan prematur. Pada saat ini,

23
hanya malnutrisi umum sangat berat yang paling besar kemungkinanya menjadi
predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus.
8. Trauma
Sekitar 7% wanita mengalami trauma selama kehamilan tetapi banyak kasusyang
tidak dilaporkan. Pada umumnya, mekanisme trauma yang paling banyak adalah jatuh
sendiri dan kesengajaan. Keadaan ini akan menyebabkan abrupsio plasenta,
pendarahan fetomaternal, rupture uteri, trauma janin langsung.
3.5. Faktor Resiko
1. Bertambahnya usia ibu
Abortus meningkat dengan pertambahan umur setelah usia 30 tahun. Risiko
berkisar 13,3% pada usia 12-19 tahun; 11,1% pada usia 20-24 tahun; 11,9% pada
usia 25-29 tahun; 15% pada usia 30-34 tahun; 24,6% pada usia 35-39%;51% usia
40-44 tahun; 93,4% pada usia 45 tahun ke atas. Baru-baru ini peningkatan usia
ayah dianggap sebagai suatu faktor risiko terjadinya abortus.Suatu penelitian yang
dilakukan di Eropa melaporkan bahwa risiko abortus tertinggi ditemukan pada
pasangan dimana usia wanita ≥35 tahun dan pria ≥40 tahun
2. Riwayat reproduksi abortus
Risiko pasien dengan riwayat abortus untukkehamilan berikutnya ditentukan
dari frekuensi riwayatnya. Pada pasien yang baru mengalami riwayat 1 kali
berisiko 19%, 2 kali berisiko 24%, 3 kali berisiko 30%, dan 4 kali berrisiko 40%.
3. Kebiasaan orang tua
 Merokok dihubungkan dengan peningkatan risiko abortus. Risiko abortus
meningkat 1,2-1,4 kali lebih besar untuk setiap 10 batang rokok yang
dikonsumsi setiap hari. Asap rokok mengandung banyak ROS (Reactive
Oxygen Spesies) yang akan mendestruksi organel seluler melalui
kerusakanmitrokondria, nukleus, dan membran sel. Selain itu, secara tidak
langsung ROS (Reactive Oxygen Spesies) akan menyebabkan kerusakan
sperma. Hal inimenyebabkan fragmentasi DNA rantai tunggal maupun
ganda sperma.
 Konsumsi alkohol selama 8 minggu pertama kehamilan. Tingkat aborsi
spontandua kali lebih tinggi pada wanita yang minum alkohol 2x/minggu

24
dan tiga kalilebih tinggi pada wanita yang mengkonsumsi alkohol setiap
hari.

 Kafein dosis rendah tidak mempunyai hubungan dengan abortus. Akan


tetapi pada wanita yang mengkonsumsi 5 cangkir (500mg kafein) kopi
setiap harimenunjukkan tingkat abortus yang sedikit lebih tinggi.
 Radiasi juga dapat menyebabkan abortus pada dosis yang cukup. Akan
tetapi, jumlah dosis yang dapat menyebabkan abortus pada manusia tidak
diketahuisecara pasti
 Alat kontrasepsi dalam rahim yang gagal mencegah kehamilan
menyebabkanrisiko abortus, khususnya abortus septik meningkat.

3.6. Patogenesis
Proses abortus inkomplit dapat berlangsung secara spontan maupun
sebagaikomplikasi dari abortus provokatus kriminalis ataupun medisinalis. Proses
terjadinya berawal dari pendarahan pada desidua basalis yang menyebabkan nekrosis
jaringandiatasnya. Selanjutnya sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas dari
dindinguterus. Hasil konsepsi yang terlepas menjadi benda asing terhadap uterus
sehinggaakan dikeluarkan langsung atau bertahan beberapa waktu.Pada kehamilan
kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi
korialies belum menembus desidua secara mendalam.
Pada kehamilan antara 8 minggu sampai 14 minggu villi koriales menembus
desidua lebihdalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang
dapatmenyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu
umumnyayang mula-mula dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin, disusul
kemudianoleh plasenta yang telah lengkap terbentuk.
3.7. Gambaran Klinis
Gejala umum yang merupakan keluhan utama berupa perdarahan pervaginam
derajat sedang sampai berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan
sampai ke punggung. Janin kemungkinan sudah keluar bersama-sama plasenta pada
abortus yang terjadi sebelum minggu ke-10, tetapi sesudah usia kehamilan 10minggu,

25
pengeluaran janin dan plasenta akan terpisah. Bila plasenta, seluruhnya atau sebagian
tetap tertinggal dalam uterus, maka pendarahan cepat atau lambat akan terjadi dan
memberikan gejala utama abortus inkomplet.
Sedangkan pada abortus dalam usia kehamilan yang lebih lanjut, sering
pendarahan berlangsung amat banyak dan kadang-kadang masif sehingga
terjadihipovolemik berat.
3.8. Diagnosis
Diagnosis abortus inkomplit ditegakkan berdasarkan gambaran klinis melalui
anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik, setelah menyingkirkan kemungkinan diagnosis
banding lain, serta dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik
mengenai status ginekologis meliputi pemeriksaan abdomen, inspekulo dan vaginal
toucher. Palpasi tinggi fundus uteri pada abortus inkomplit dapat sesuai dengan umur
kehamilan atau lebih rendah. Pemeriksaan penunjang berupa USG akan menunjukkan
adanya sisa jaringan.
Tidak ada nyeri tekan ataupun tanda cairan bebas seperti yang terlihat pada
kehamilan ektopik yang terganggu. Pemeriksaan dengan menggunakan spekulumakan
memperlihatkan adanya dilatasi serviks, mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
konsepsi atau gumpalan-gumpalan darah. Bimanual palpasi untukmenentukan besar
dan bentuk uterus perlu dilakukan sebelum memulai tindakanevakuasi sisa hasil
konsepsi yang masih tertinggal. Menentukan ukuran sondaseuterus juga penting
dilakukan untuk menentukan jenis tindakan yang sesuai.
3.9. Diagnosis Banding
Diagnosis Gejala Pemeriksaan fisik Pemeriksaan
banding penunjang
Abortus - perdarahan dari - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
iminens uterus pada umur kehamilan masih positif
kehamilan - Dilatasi serviks (-) - USG : gestasional
sebelum 20 sac (+), fetal plate
minggu berupa (+), fetal
flek-flek movement (+),
- nyeri perut ringan fetal heart
- keluar jaringan movement (+)
(-)
Abortus - perdarahan - TFU sesuai dengan - tes kehamilan urin
insipient banyak dari umur kehamilan masih positif

26
uterus pada - Dilatasi serviks (+) - USG : gestasional
kehamilan sac (+), fetal plate
sebelum 20 (+), fetal
minggu movement (+/-),
- nyeri perut berat fetal heart
- keluar jaringan (-) movement (+/-)
Abortus - perdarahan - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
inkompli banyak / sedang umur kehamilan masih positif
t dari uterus pada - Dilatasi serviks (+) - USG : terdapat sisa
kehamilan - teraba jaringan dari hasil konsepsi (+)
sebelum 20 cavum uteri atau
minggu masih menonjol
- nyeri perut ringan pada osteum uteri
- keluar jaringan eksternum
sebagian (+)
Abortus - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
komplit - nyeri perut (-) umur kehamilan masih positif
- keluar jaringan - Dilatasi serviks (-) bila terjadi 7-10 hari
(+) setelah abortus.
USG : sisa hasil
konsepsi (-)
Missed - perdarahan (-) - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
abortion - nyeri perut (-) umur kehamilan negatif setelah 1
- biasanya tidak - Dilatasi serviks (-) minggu dari
merasakan terhentinya
keluhan apapun pertumbuhan
kecuali kehamilan.
merasakan - USG : gestasional
pertumbuhan sac (+), fetal plate
kehamilannya (+), fetal
tidak seperti yang movement (-), fetal
diharapkan. Bila heart movement (-)
kehamilannya >
14 minggu
sampai 20
minggu penderita
merasakan
rahimnya
semakin
mengecil, tanda-
tanda kehamilan
sekunder pada
payudara mulai
menghilang.
Mola - Tanda kehamilan - TFU lebih dari - tes kehamilan urin
hidatidos (+) umur kehamilan masih positif

27
a - Terdapat banyak - Terdapat banyak (Kadar HCG lebih
atau sedikit atau sedikit dari 100,000
gelembung mola gelembung mola mIU/mL)
- Perdarahan - DJJ (-) - USG : adanya
banyak / sedikit pola badai salju
- Nyeri perut (+) (Snowstorm).
ringan
- Mual - muntah
(+)
Blighted - Perdarahan - TFU kurang dari - tes kehamilan urin
ovum berupa flek-flek usia kehamilan positif
- Nyeri perut - OUE menutup - USG : gestasional
ringan sac (+), namun
- Tanda kehamilan kosong (tidak terisi
(+) janin).
KET - Nyeri abdomen - Nyeri abdomen (+) - Lab darah : Hb
(+) - Tanda-tanda syok rendah, eritrosit
- Tanda kehamilan (+/-) : hipotensi, dapat meningkat,
(+) pucat, ekstremitas leukosit dapat
- Perdarahan dingin. meningkat.
pervaginam (+/-) - Tanda-tanda akut - Tes kehamilan
abdomen (+) : positif
perut tegang - USG : gestasional
bagian bawah, sac diluar cavum
nyeri tekan dan uteri.
nyeri lepas
dinding abdomen.
- Rasa nyeri pada
pergerakan
servik.
- Uterus dapat teraba
agak membesar
dan teraba
benjolan
disamping uterus
yang batasnya
sukar ditentukan.
- Cavum douglas
menonjol berisi
darah dan nyeri
bila diraba

3.10. Penatalaksanaan
Terlebih dahulu dilakukan penilaian mengenai keadaan pasien dan
diperiksaapakah ada tanda-tanda syok. Penatalaksanaan abortus spontan dapat

28
dilakukan dengan menggunakan teknik pembedahan maupun medis. Teknik
pembedahan dapatdilakukan dengan pengosongan isi uterus baik dengan cara
kuretase maupun aspirasi vakum. Induksi abortus dengan tindakan medis
menggunakan preparat antara lain :oksitosin intravenus, larutan hiperosmotik
intraamnion seperti larutan salin 20% atau urea 30%, prostaglandin E2, F2a dan
analog prostaglandin yang dapat berupa injeksiintraamnion, injeksi ekstraokuler,
insersi vagina, injeksi parenteral maupun per oral,antiprogesteron - RU 486
(mefepriston), atau berbagai kombinasi tindakan tersebutdiatas.

Gambar 3.1. Pilihan tatalaksana abortus inkomplit (Justin Chu et al, 2020)
Pada kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan kuretase
sering tidak diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal terletak
secara longgar dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostiumeksterna yang
sudah terbuka dengan memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta
seluruhnya atau sebagian tetap tertinggal di dalam uterus, induksi medisataupun
tindakan kuretase untuk mengevakuasi jaringan tersebut diperlukan untukmencegah
terjadinya perdarahan lanjut. Perdarahan pada abortus inkomplit kadang-kadang
cukup berat, tetapi jarang berakibat fatal. Evakuasi jaringan sisa di dalamu terus
untuk menghentikan perdarahan dilakukan dengan cara:

29
1. Evakuasi dapat dilakukan secara digital atau cunam ovum untuk mengeluarkan
hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika pendarahan berhenti, beri
ergometrin0,2 mg intramuskular atau misoprostol 400 mcg per oral.
2. Evakuasi hasil konsepsi dengan:· Aspirasi Vakum merupakan metode evakuasi
yang terpilih. Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya dilakukan jika aspirasi
vakum manual tidaktersedia.· Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri
ergometrin 0,2 mg intramuscular (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapatdiulangi setelah 4 jam jika perlu).
3.11. Prognosis
Abortus inkomplit yang di evakuasi lebih dini tanpa disertai infeksimemberikan
prognosis yang baik terhadap ibu.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Alur Penegakan Diagnosa


Diagnosa Abortus inkomplit pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesa,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesa diketahui bahwa pasien
datang ke puskesmas kwanyar dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir berupa flek.
Terdapat beberapa kemungkinan penyebab pada pasien dengan pendarahan dari jalan
lahir pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, yaitu abortus, mola hidatidosa dan
kehamilan ektopik terganggu. Pada pasien ini keluhan keluar darah dari jalan lahir selain
flek juga terdapat jaringan yang menggumpal seperti daging. Gumpalan ini merupakan
hasil konsepsi yang keluar dari uterus yang merupakan salah satu tanda dari abortus

30
komplit atau inkomplit. Untuk membedakan abortus komplit dan inkomplit perlu
dilakukan pemeriksaan fisik umum serta pemeriksaan ginekologi berupa vaginal toucher
dan/atau inspekulo. Pada pemeriksaan fisik abdomen ditemukan uterus teraba sebesar
telur bebek, yang sesuai dengan usia kehamilan. Hal ini menunjukkan masih terdapatnya
sisa jaringan didalam uterus yang tidak keluar sehingga menghambat proses involusi
uterus. Sedangkan pada pemeriksaan vaginal toucher ditemukan pembukaan serviks
sebesar 2 cm serta ditemukan jaringan sisa hasil konsepsi. Dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik ini ditegakkan diagnosis kerja GVP3013 UK 10 minggu + abortus
inkomplit.
Ny. U pada kasus ini memiliki beberapa faktor resiko yang meningkatkan
kemungkinan terjadinya abortus inkomplit. Faktor resiko tersebut antara lain usia ibu,
riwayat reproduksi abortus. Usia Ny. U adalah 41 tahun, dimana menurut Tien JC et al
pada tahun 2007 menunjukkan resiko terjadinya abortus adalah 93,4%. Sedangkan
riwayat reproduksi abortus 1 kali pada ibu ini meningkatkan resiko abortus berulang
sebanyak 19%.
4.2 Alur Pemberian Terapi pada Kasus
Tatalaksana pada pasien ini dilakukan menggunakan terapi medikamentosa maupun
non mendikamentosa. Terapi medikamentosa yang dilakukan adalah pemberian cairan
intravena dengan NS 14 tpm untuk kebutuhan cairan maintenance, serta pemberian PRC
2 labu, karena pada pasien ini ditemukan Hb 8,6 gr/ml. Pemberian PRC ini ditujukan
untuk meningkatkan kadar Hb hingga 10 g/dl sebelum kuretase agar tidak terjadi
komplikasi post tindakan. Terapi non-medikamentosa yang dilakukan adalah kuretase.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengeluarkan sisa hasil konsepsi. Hasil observasi post
Tindakan pada pasien ini menunjukkan hasil yang baik sehingga pasien dapat
dipulangkan. Terpai yang diberikan pada pasien ini telah sesuai dengan teori.

31
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum
20 minggu dan masih ada sisa yang tertinggal di dalam uterus. Diagnosis abortus inkomplit
ditegakan berdasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (usg).
Adapun gejala klinis yang dijumpai adalah perdarahan pervaginam derajat sedang sampai
berat disertai dengan kram pada perut bagian bawah, bahkan sampai ke punggung. Pada
kasus-kasus abortus inkomplit, dilatasi serviks sebelum tindakan kuretase sering tidak
diperlukan. Pada banyak kasus, jaringan plasenta yang tertinggal terletak secara longgar
dalam kanalis servikalis dan dapat diangkat dari ostium eksterna yang sudah terbuka dengan
memakai forsep ovum atau forsep cincin. Bila plasenta seluruhnya atau sebagian tetap
tertinggal di dalam uterus, induksi medis ataupun tindakan kuretase untuk mengevakuasi
jaringan tersebut diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan lanjut.

5.2 Saran

32
Untuk pembaca supaya lebih memahami cara diagnosa dan tatalaksana pada kista
ovarium dan perlu dilakukan literature review sehingga dapat menjadi tambahan wawasan bagi
pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B. Wiknjosastro GH. Kelainan dalam Lamanya Kehamilan. Dalam :


Wiknjosastro GH, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editor. Hmu Kebidanan.Edisi 5.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo ; 2002 : hal.302 - 312
2. Abortion. In : Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Bilstrap LC,
Wenstrom KD, editors. William Obsetrics. 22nd ed. USA : The McGraw-Hills
Companies, Inc ; 2005 : p. 231-247.
3. Pedoman Diagnosis – Terapi Dan Bagian Alir Pelayanan Pasien, Lab/SMF
Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana RS Sanglah
Denpasar. 2003
4. Abortion. In: Leveno KJ, et all. Williams Manual of Obstetrics. USA:McGraw-
Hill Companies, 2003 : p. 45 – 55
5. Stovall TG. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In : Berek JS, et all.
Novak's Gynaecology. 13th ed. Philadelphia; 2002 : p. 507 - 9.

33
6. Mansjoer, A. Dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 270-273.
7. Saifudin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D. Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 2002.
8. Wiknjosastro GH, Saifflidin AB, Rachimadhi T. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirorahardjo, 2000.
9. Tien JC & Tan TYT. Non surgical intervensions for threatened and recurrent
miscarriages. Singapore Med J, 2007; 48(12): 1074..
10. Justin Chu, Pollyana Hardy, Arry Coomarasamy. 2020. What is the best method
for managing miscarriage. BMJ Journal. 368. https://doi.org/10.1136/bmj.l6438

34

Anda mungkin juga menyukai