Oleh:
(208.121.0010)
Pembimbing:
dr. H. M. Henalsyah
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga Laporan Studi Kasus Stase Obgyn
yang berjudul “Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga terhadap Nn. E dalam
Menangani Permasalahan Abortus Imminens” ini dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana yang diharapkan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 5
1.2. Tujuan ......................................................................................... 5
1.3. Manfaat ....................................................................................... 6
BAB II LAPORAN KASUS
2.1. Anamnesis ........................................................................... 7
2.2. Pemeriksaan Fisik ....................................................................... 9
2.3. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 10
2.4. Diagnosis Holistik ...................................................................... 11
2.5. Penatalaksanaan .......................................................................... 13
2.6. Follow Up ........................................................................... 14
BAB III IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
3.1. Fungsi Holistik ........................................................................... 16
3.2. Fungsi Fisiologis *...................................................................... 16
3.3. Fungsi Patologis ......................................................................... 18
3.4. Pola Interaksi Keluarga .............................................................. 17
3.5. Genogram Keluarga Tn. N ......................................................... 19
3.6. Daftar Masalah ........................................................................... 19
3.7. Identifkasi Faktor Perilaku ......................................................... 19
3.8. Identifikasi Faktor Non Perilaku Keluarga ................................. 20
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Anatomi dan Fisiologi Genital Wanita........................................ 21
4.2. Abortus………............................................................................ 24
4.3. Kajian Agama Tentang Aborsi..................................................... 31
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Dasar Penegakan Diagnosis........................................................ 35
5.2. Dasar Rencana Penatalaksanaan.................................................. 37
3
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan Holistik ................................................................... 39
6.2. Saran Komprehensif.................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan klinis dan
komunikasi dalam menangani kasus kehamilan, khususnya abortus yang terjadi
pada Nn. E, dengan upaya pendekatan kedokteran keluarga yang bersifat holistik
dan komprehensif.
5
1.3 MANFAAT
Manfaat laporan ini adalah sebagai media pembelajaran dan evaluasi dalam
penanganan serta pencegahan kasus abortus serta pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi yaitu mengancam keselamatan ibu dan terjadinya kejadian yang
berulang.
6
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. ANAMNESIS
2.1.1. IDENTITAS
Nama : Nn. E
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
Pendidikan terakhir : SMA
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Baiduri Pandan I No. 19
Suku : Jawa
Tanggal Periksa : 5 Desember 2013
7
f) Riwayat kontrasepsi
Nn. E tidak menggunakan kontrasepsi jenis apapun.
g) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tanggal 11 November 2013, pasien tidak bisa BAB selama 1 minggu.
Selama 1 minggu juga setiap kali setelah makan merasakan mual dan
terkadang muntah, nafsu makan menurun, mulut pahit, perut sakit tapi masih
bisa minum.
Riwayat Anemia sejak SMA (+)
h) Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat abortus (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat diabetes (-)
i) Riwayat pengobatan
Pasien pada jam 06.00 WIB, mengkonsumsi obat untuk menggugurkan
kandungannya, per oral 2 butir dan pervaginam 1 butir.
j) Riwayat Gizi :
Pasien makan secara rutin 2-3x sehari dengan lauk pauk yang bervariasi
setiap harinya yaitu nasi pecel, nasi campur, lalapan ayam, bakso.
k) Riwayat Kebiasaan dan gaya hidup :
Riwayat merokok (-)
Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat minum kopi (-)
Riwayat olahraga : kadang-kadang
Riwayat pengisian waktu luang : jalan-jalan sama teman
l) Riwayat Sosial Ekonomi :
Nn. Etinggal dalam satu kos-kosan di Jl. Baiduri Pandan I No. 19 yang terdiri
dari 16 kamar, kos khusus perempuan. Biaya hidup ditanggung oleh orang
tuannya. Saat MRS ini kedua orangtuanya tidak mengetahui, biaya dari diri
sendiri dan bantuan dari temannya.
8
2.1.2. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : (Tidak ada data)
2. Kepala : (Tidak ada data)
3. Mata : (Tidak ada data)
4. Hidung : (Tidak ada data)
5. Telinga : (Tidak ada data)
6. Mulut : (Tidak ada data)
7. Tenggorokan : (Tidak ada data)
8. Pernafasan : (Tidak ada data)
9. Kardiovaskuler : (Tidak ada data)
10. Gastrointestinal : Nyeri perut (+),
11. Genitourinaria : Perdarahan pada jalan lahir (+)
12. Neurologik : (Tidak ada data)
13. Psikiatrik : (Tidak ada data)
14. Muskolokeletal : (Tidak ada data)
15. Ekstremitas atas : (Tidak ada data)
16. Ekstremitas bawah : (Tidak ada data)
9
8. Telinga : (Tidak ada data)
9. Tenggorokan : (Tidak ada data)
10. Leher : (Tidak ada data)
11. Thorax : (Tidak ada data)
12. Cor : (Tidak ada data)
13. Pulmo : (Tidak ada data)
14. Abdomen
Inspeksi : (Tidak ada data)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Perkusi : (Tidak ada data)
Auskultasi : (Tidak ada data)
15. System Collumna Vertebralis : (Tidak ada data)
16. Ekstremitas : (Tidak ada data)
16. Pemeriksaan neurologis: (Tidak ada data)
17. Pemeriksaan psikiatri : (Tidak ada data)
18. Pemeriksaan Gynekologi
Inspikulo : Perdarahan (+) sedikit warna kecoklatan
19. Pemeriksaan Obstetri
TFU :-
HPHT : 10 Oktober 2013
UK : ± 8-10 minggu
VT : Ø seujung jari.
10
PCT : 0,3%
MCV : 82,1 fL
MCH : 26,1 pg
MCHC : 31,8 %
Hitung jenis leukosit
Basofil : 0,1 %
Eosinofil : 0,6 %
Lymphosit : 28,9 %
Monosit : 8,2 %
Neutrofil : 62,2 %
2. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG didapatkan usia kehamilan 10 minggu
2.3.1. RESUME
Anamnesis: Nn. E datang ke RSI Unisma diantar kerabatnya pukul 11.55. Pasien
mengeluh keluar darah dari jalan lahir setelah pada jam 06.00 konsumsi obat 2
butir per oral dan 1 butir pervaginam. Nn. E juga mengeluh nyeri perut kenceng-
kenceng dua jam setelah mengkonsumsi obat tersebut.
Pemeriksaan Fisik: Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos
mentis, status gizi baik. Tanda vital TD : 80/50 mmHg, N: 50x/m, T ax: 36o ,
Perdarahan (+) sediki berwarna kecoklatan, Nyeri tekan abdomen (+), VT: Ø
seujung jari.
Pemeriksaan Penunjang: Pada pemeriksaan laboratorium dengan darah lengkap
didapatkan hasil Hb 11,4 g/dL, Ht 35,8 %, Leukosit 13,85 ribu/uL, Trombosit
360 ribu/uL, Eritrosit 4,36 juta/uL. Pemeriksaan USG (+) 10 minggu.
11
Adanya riwayat amenorrhea
Tes kehamilan positif
Nyeri pada perut
Ada riwayat penggunaan obat untuk pengguguran kandungan (2
per oral dan 1 pervaginam)
VT : Ø 1 seujung jari.
Pemeriksaan USG (+) 10 minggu
Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan Nn. E dengan orangtua baik, namun pada kasus ini Nn. E tidak
memberitahu kepada orangtuanya karena takut. Selain itu Nn. E hamil
dalam keadaan belum menikah sehingga dia merasa ketakutan akan
kehamilannya.
Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya :
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat,
hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan dengan tetangga baik
dan rukun.
Aspek Klinis :
Pada kasus ini didiagnosa G1P0000A000 uk ± 8-10 minggu dengan abortus
imminens e.c abortus provokatus.
Aspek Resiko Internal :
Pasien pernah ke rumah sakit dengan keluhan mual muntah dan nafsu
makan menurun sebulan sebelum MRS ini.
Aspek Resiko Eksternal:
Pasien jauh dari pantauan orang tua sehingga orangtua sulit mengkontrol
pergaulan anaknya dan memungkinkan pasien terjerumus ke pergaulan
bebas.
Aspek Fungsional :
Derajat 3. Pasien kurang mampu melakukan aktivitas seperti sebelum sakit.
12
2.5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan abortus imminens
Medikamentosa:
Perbaikan ku penderita
Infus NaCl, Rl, rds
Transfusi bila hb kurang dari 8 d/dl
Uterotonika (methergin 1 ampul/ oksitosin 10 iu i.m)
Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
Memberikan obat progestastional untuk mempertahankan kehamilannya
Non Medikamentosa
1. Istirahat/tirah baring 2-3 hari (sebaiknya rawat inap)
2. Memberikan makanan yang bergizi
3. Menyarankan kepada ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual
terlebih
4. Memberikan penjelasan tentang kondisi ibu dan janin
Pada kasus ini diberikan terapi :
a. Non medikamentosa
1. Istirahat/tirah baring selama 2 hari
2. Makan menu yang sudah disiapkan rumah sakit (tinggi kalori tinggi
protein).
3. Memberitahukan kondisi ibu dan menjelaskan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan.
4. Observasi tanda vital
b. Medikamentosa
1. Infus RDs 12 tpm
2. Drip Bricasma 1 amp
3. Profenid sup 3x1
4. Preabor 2x1
5. Folamil 1x1
13
2.6. FOLLOW UP
Tanggal 5 Desember 2013
S : Perdarahan pada jalan lahir (+), nyeri perut (+)
O : KU baik, compos mentis
Tanda vital: T: 80/50 mmHg RR: 20 x/menit
N: 50 x/menit S: 36o C
A : G1P0000A000 Uk ± 8-10 minggu dengan abortus imminens
P : Infus RDs 12 tpm
Drip Bricasma 1 amp
Profenid sup 3x1
Tanggal 6 Desember 2013
S : Flek darah pada jalan lahir (+), nyeri perut (-),
O : KU baik, compos mentis, gizi kesan baik, USG (+) 10 minggu
Tanda vital: T: 103/60 mmHg RR: 20 x/menit
N: 78x/menit S: 36oC
A : G1P0000A000 Uk ± 8-10 minggu dengan abortus imminens
P : Infus RDs 12 tpm
Drip Bricasma 1 amp
Profenid sup 3x1
Tanggal 7 Desember 2013
S : Flek darah pada jalan lahir (+), nyeri perut (-),
O : KU baik, compos mentis, gizi kesan baik, USG (+) 10 minggu
Tanda vital: T: 110/80 mmHg RR: 20 x/menit
N: 88x/menit S: 36oC
A : G1P0000A000 Uk ± 8-10 minggu dengan abortus imminens
P : Infus RDs 12 tpm
Drip Bricasma 1 amp
Profenid sup 3x1
Saat pulang pasien diberi obat yang diminum dirumah:
Preabor 2x1
Folamil 1x1
14
Pukul 14.30 pasien pulang
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
15
3.1. Fungsi Holistik
a. Fungsi Biologis
Keluarga ini terdiri dari orangtua Nn. E yaitu ayah (Tn. M) dan ibu (Ny.
R). Nn. E adalah ibu hamil G1P000A000, dengan usia kehamilan 8-10 minggu
dan saat ini mengalami abortus imminens.
a) Fungsi Psikologis
Hubungan Nn. E dengan orangtua baik, namun pada kasus ini Nn.E tidak
memberitahu kepada orangtuanya karena takut selain itu Nn. E hamil
dalam keadaan belum menikah.
b) Fungsi Sosial
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat,
hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan Nn. E dengan teman-
teman satu kosnya baik.
3.2. Fungsi Fisiologis
Untuk menilai fungsi fisiologis suatu keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain digunakan APGAR score yang meliputi :
1. Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota
keluarga yang lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.
16
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup
dan 8-10 adalah baik.
Tabel 1. APGAR score Nn.E=7
APGAR Ny.S Terhadap Teman-teman Kos Sering/ Kadang- Jarang/
selalu kadang
Tidak
Score : 2
Growth : Nn.E kadang berdiskusi dengan orangtuanya untuk mengambil
keputusan
Score : 1
Affection : Kasih sayang yang terjalin antara keluarga cukup terjalin baik
Score : 2
Resolve : Nn. E setiap 2 bulan sekali pulang kerumahnya (Banyuwangi),
juga kadang-kadang orangtuanya mengunjungi Nn. E ke Malang.
Score : 1
17
Total APGAR Score = 7 (fungsi dalam keluarga cukup)
Dalam mencari pelayanan kesehatan, Nn.E ke dokter umum yang ada di daerah
setempat, namun jika ada keluhan yang dianggap cukup serius pergi ke RS, -
Medical
seperti saat ini.
Kesimpulan
Keluarga Nn. E tidak memiliki fungsi patologis
Keterangan : Nn. E
Hubungan baik
Tn. M Ny. R
Tetanus
Abortus Generalisata
18
3.6. Daftar Masalah
a) Masalah Medis : Abortus Imminens dengan uk 8-10 minggu
b) Masalah Non Medis : Nn. E saat hamil masih dalam status belum nikah
dengan Tn. W.
b. Sikap
Nn. E merasa bersalah terhadap orangtuanya telah melakukan hubungan
sebelum nikah hingga hamil dan melakukan aborsi tanpa sepengetahuan
orangtuanya.
c. Tindakan
Nn. E dan keluarga segera memeriksakan diri ke dokter bila ada
masalah kesehatan.
3.8. Faktor Non Perilaku
3.8.1. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan termasuk praktek dokter, apotek dan sebagainya
tergolong dekat dengan tempat tinggal Nn. E.
3.8.2. Keturunan
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat abortus.
3.8.3. Lingkungan
19
2. Lingkungan Dalam Rumah
Rumah kos tempat tinggal Nn. E terdiri dari 15 kamar yang semuanya
diisi oleh perempuan, ada satu penjaga kos namun bukan pemilik kos, kos
tertata rapi dengan lantai keramik, dalam rumah kos terdapat 3 kamar
mandi, tempat parkir motor, gudang, tempat mencuci pakaian, dapur dan
3.9. Diagram Identifikasi Faktor Prilaku dan Non Prilaku Keluarga Nn. E
Pelayanan Kesehatan :
Tindakan: Keluarga Jika sakit Nn. E ke
tidak mengantarkan dokter praktek dan RS
Nn. E untuk ke RS
Keterangan :
Faktor Perilaku
21
b) Tuba
Tuba fallopi adalah saluran telur yang berasal dari duktus mulleri. Rata-rata
panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian yang berada di dinding uterus dinamakan pars
interstitialis, lateral dari itu (3-6 cm) terdapat pars isthmika yang masih sempit
(diameter 2-3 mm), dan lebih ke arah lateral lagi pars ampullaris yang lebih besar
(4-10 mm) dan memiliki ujung terbuka seperti anemon yang disebut
infundibulum. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan
bagian dari ligamentum latum. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar ke
dalam) otot longitudinal dan sirkuler. Lebih dalam lagi terdapat mukosa yang
berlipat-lipat ke arah longitudinal dan terutama dapat ditemukan di bagian
ampulla. Mukosa tuba terdiri atas epitel kubik sampai silindrik, yang mempunyai
bagian-bagian getah, sedangkan yang berserabut dengan getarannya menimbulkan
suatu arus ke kavum uteri.
c) Ovarium
Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak dikiri dan
kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan
uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah ke ovarium melalui
ligamentum suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopelvikum).
Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar
ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian
ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Disitu masuk
pembuluh-pembuluh darah dan saraf ovarii. Lipatan yang menghubungakan
lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesofarium.
Bagian ovarium yang berada pada cavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-
silindrik, disebut epithelium germinativum. Dibawah epitel ini terdapat tunika
albuginea dan dibawahnya lagi terletak folikel-folikel primordial. Pada wanita
memiliki banyak folikel. Tiap bulan kadang 1 folikel kadang 2 folikel,
berkembang menjadi folikel de graff. Folikel-folikel ini merupakan bagian
ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan dikorteks ovarii dengan berbagai
tingkat perkembangan tertentu. Satu sel telur dikelilingi satu lapisan sel saja
sampai folikel de graff yang matang. Folikel yang matang ini terisi dengan likuor
follikuli yang mengandung esterogen dan siap untuk berovulasi.
22
d) Jaringan penunjang alat genital
Uterus berada pada rongga panggul dalam anteversiofleksio sedemikian rupa
sehingga bagian depannya setinggi simfisis pubis, dan bagian belakang setinggi
artikulasio sakrokoksigea. Jaringan ikat di parametrium dan ligamentum-
ligamentum membentuk suatu sistem penunjang uterus terfiksasi relatif cukup
baik.
4.2. ABORTUS
a. Definisi Abortus
23
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus
dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia /
berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya
ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998
: 22 minggu)
b. Etiologi dan Predisposisi Abortus
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah:
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, infeksi, obat-obatan, tembakau atau
alkohol.
2. Terdapat infeksi pada saat kehamilan, misalnya infeksi toxoplasma,
streptococcus A, Haemophilus influenza, Rubella dan Campak.
3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis
4. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan
uterus.
5. Gangguan nutrisi yang berat
6. Penyakit kronis
7. Anomali uterus dan serviks
8. Terdapat perbedaan Rhesus terhadap pasangan
9. Trauma
24
2. Riwayat obstetri atau ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya
diabetes, penyakit imunologi sistemik dsb), berbagai macam infeksi
(variola, CMV, toxoplasma, dsb), paparan dengan berbagai macam zat
kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb), trauma abdomen atau pelvis
pada trimester pertama
5. kelainan kromosom (trisomi atau monosomi)
6. Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering
dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
c. Patomekanisme Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua
secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi
keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
d. Manifestasi Klinis
Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus
25
Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dario ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
e) Pemeriksaan Penunjang
Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu
setelah abortus
Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
f) Komplikasi
Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah.
g) Jenis-jenis Abortus
Diagnosis
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :
a) Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20
minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
b) Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks.
c) Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari
uterus. Bila abortus inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus
infeksiosa
d) Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
e) Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
26
Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atau
artifisial / terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah /
komplikasi).
Abortus spontan diduga disebabkan oleh :
- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap : abortus imminens, abortus
insipiens, abortus inkomplet dan abortus komplet.
a. Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks
masih tertutup. Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan
sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam
waktu singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin
dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin
dan gerakan janin. Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu
denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec.
Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana
penatalaksanaan / tindakan.
Penatalaksanaan :
- Tirah baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
- Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas
dan tiap empat jam bila pasien panas
- Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
- Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
- Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
27
- Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
b. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat
makin sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
- Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam
abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan
ergometrin 0,5 mg intramuskular.
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi
uterus sampai terjadi abortus komplit.
- Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
c. Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan banyak disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian
jaringan keluar.
Penatalaksanaan :
- Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis
atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
- Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuskular
28
- Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
- Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d. Abortus Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh
jaringan konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah
menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus. Diagnosis
komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa
kelengkapannya.
Penatalaksanaan :
- Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
- Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse
darah
- Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
- Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
e. Abortus Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran
selama lebih dari 4 minggu atau lebih.
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian
menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penatalaksanaan :
- Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan
cunam ovum lalu dengan kuret tajam
- Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan
gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan
dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu
dengan kuret tajam.
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu
infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes
per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat
diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus
oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
29
- Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi
dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding
perut.
f.Abortus Septik
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh
dukun atau orang awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu. Abortus
septik harus dirujuk kerumah sakit.
Penatalaksanaan :
- Penanggulangan infeksi :
a. Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular
tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg
peroral tiap 6 jam
b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4
jam ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
c. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan
metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
- Tingkatkan asupan cairan
- Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
- Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih
cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari
uterus.
g. Abortus terapeutik
Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas
pertimbangan / indikasi kesehatan wanita di mana bila kehamilan itu
dilanjutkan akan membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan
penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban perkosaan (masalah
psikis). Dapat juga atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang berat.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama dengan yang
diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
- Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi
- Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g
30
- Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
- Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
- Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
- Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
- Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta
reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
- Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan
pengangkatan sumber infeksi
- Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang
tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus,
kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas
Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh
dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan
bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang
menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia
adalah sangat mengerikan.
31
nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan
nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32)
Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita.
Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai
diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS:
53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah
yang dibunuh dalam proses aborsi.
32
Allah: “Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami
selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu
sebagai bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin
dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan
untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin
secara paksa!
Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas
terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW – seperti
dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan seorang wanita yang
hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya
(Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku
telah berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya
dia berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau
menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.” Nabi
berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir.”
Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk
dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa
walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus
dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji
33
BAB V
PEMBAHASAN
34
b. Serviks masih menutup atau hanya seujung jari.
d. Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit,
waktu bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit.
b. Pemeriksaan USG untuk menentukan usia kehamilan
c) Diagnosis Banding
Abortus imminens dapat di diagnosis banding:
35
dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau
menghilang setelah pengobatan.
g. Abortus Septik sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya
dilakukan oleh dukun atau orang awam). Bahaya terbesar adalah kematian
ibu. Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit. Abortus septik dapat
mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya ialah panas
tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah
menurun dan sesak nafas.
36
bersamaan dengan transfusi darah. Darah yang diberikan dapat
berupa eritrosit, jika sudah timbul gangguan pembekuan darah,
sebaiknya diberi darah segar. Jika sudah timbul tanda-tanda asidosis
harus segera dikoreksi.
BAB VI
PENUTUP
37
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
38
Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek
Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI,
Media Aesculapius, Jakarta:2002.
39