Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN STUDI KASUS STASE OBSTETRI

RUMAH SAKIT ISLAM UNISMA

UPAYA PENDEKATAN KEDOKTERAN KELUARGA TERHADAP Nn. E


DALAM MENANGANI PERMASALAHAN
ABORTUS IMMINENS e.c ABORTUS PROVOKATUS

Disusun untuk Memenuhi Tugas Clerkship

Oleh:

Andre Setyawan Candra N, S.Ked.

(208.121.0010)

Pembimbing:

dr. H. M. Henalsyah

KEPANITERAAN KLINIK MADYA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM MALANG

2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya kepada penyusun sehingga Laporan Studi Kasus Stase Obgyn
yang berjudul “Upaya Pendekatan Kedokteran Keluarga terhadap Nn. E dalam
Menangani Permasalahan Abortus Imminens” ini dapat diselesaikan sesuai dengan
rencana yang diharapkan.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai ujian kasus guna


memenuhi tugas Clerkship serta melatih keterampilan klinis dan komunikasi
dalam menangani kasus kedokteran keluarga secara holistik dan komprehensif.

Penyusun menyadari bahwa laporan makalah ini belumlah sempurna.


Untuk itu, saran dan kritik dari para dosen dan pembaca sangat diharapkan demi
perbaikan laporan ini. Atas saran dan kritik dosen dan pembaca, penyusun
ucapkan terima kasih.

Semoga Laporan Studi Kasus ini bermanfaat bagi dosen, penyusun,


pembaca serta rekan-rekan lain yang membutuhkan demi kemajuan ilmu
pengetahuan khususnya di bidang kedokteran.

Penyusun

Andre Setyawan Candra N, S.Ked

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ........................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 5
1.2. Tujuan ......................................................................................... 5
1.3. Manfaat ....................................................................................... 6
BAB II LAPORAN KASUS
2.1. Anamnesis ........................................................................... 7
2.2. Pemeriksaan Fisik ....................................................................... 9
2.3. Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 10
2.4. Diagnosis Holistik ...................................................................... 11
2.5. Penatalaksanaan .......................................................................... 13
2.6. Follow Up ........................................................................... 14
BAB III IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA
3.1. Fungsi Holistik ........................................................................... 16
3.2. Fungsi Fisiologis *...................................................................... 16
3.3. Fungsi Patologis ......................................................................... 18
3.4. Pola Interaksi Keluarga .............................................................. 17
3.5. Genogram Keluarga Tn. N ......................................................... 19
3.6. Daftar Masalah ........................................................................... 19
3.7. Identifkasi Faktor Perilaku ......................................................... 19
3.8. Identifikasi Faktor Non Perilaku Keluarga ................................. 20
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA
4.1. Anatomi dan Fisiologi Genital Wanita........................................ 21
4.2. Abortus………............................................................................ 24
4.3. Kajian Agama Tentang Aborsi..................................................... 31
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Dasar Penegakan Diagnosis........................................................ 35
5.2. Dasar Rencana Penatalaksanaan.................................................. 37

3
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan Holistik ................................................................... 39
6.2. Saran Komprehensif.................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu
atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus yang belangsung tanpa tindakan
disebut abortus spontan, sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan
dengan tindakan disebut abortus provokatus. Angka kejadian abortus sukar
ditentukan karena abortus provokatus jarang dilaporkan. Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan 15-20% dari semua kehamilan. Dari
beberapa studi juga menunjukkan bahwa setelah satu kali abortus spontan,
pasangan punya resiko 15% untuk mengalami keguguran lagi, sedangkan bila
pernah dua kali, resikonya akan meningkat 25%, dan jika tiga kali abortus
berturut-turut (abortus habitualis), maka resikonya menjadi 30-45%.
Oleh karena itu, kasus ini termasuk dalam kasus dengan area kompetensi 3B,
dimana dokter harus mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau
mencegah keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Selain itu dokter juga
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya, serta mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengangkat kasus ini sebagai
pembelajaran dalam upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap penanganan
permasalahan penyakit abortus imminens.

1.2 TUJUAN
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk melatih keterampilan klinis dan
komunikasi dalam menangani kasus kehamilan, khususnya abortus yang terjadi
pada Nn. E, dengan upaya pendekatan kedokteran keluarga yang bersifat holistik
dan komprehensif.

5
1.3 MANFAAT
Manfaat laporan ini adalah sebagai media pembelajaran dan evaluasi dalam
penanganan serta pencegahan kasus abortus serta pencegahan terhadap terjadinya
komplikasi yaitu mengancam keselamatan ibu dan terjadinya kejadian yang
berulang.

6
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. ANAMNESIS
2.1.1. IDENTITAS
Nama : Nn. E
Umur : 22 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Mahasiswi
Pendidikan terakhir : SMA
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Baiduri Pandan I No. 19
Suku : Jawa
Tanggal Periksa : 5 Desember 2013

a) Keluhan Utama : Keluar darah dari jalan lahir


Keluhan Penyerta: Nyeri perut setelah minum obat
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Nn. E datang ke RSI Unisma diantar kerabatnya pukul 11.55. Pasien
mengeluh keluar darah dari jalan lahir setelah konsumsi obat 2 butir per oral
dan 1 butir pervaginam. Nn. E juga mengeluh nyeri perut dua jam setelah
mengkonsumsi obat tersebut.
c) Riwayat kehamilan saat ini :
Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan kehamilannya.
d) Riwayat Fertilisasi
Nn. E mengaku bahwa sebelumnya pasien belum pernah hamil atau memiliki
anak.
e) Riwayat menstruasi
Pasien menarch umur 15 tahun. Siklus kurang lebih 30 hari teratur tiap bulan
dan menstruasi selama kurag lebih 6 hari.

7
f) Riwayat kontrasepsi
Nn. E tidak menggunakan kontrasepsi jenis apapun.
g) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tanggal 11 November 2013, pasien tidak bisa BAB selama 1 minggu.
Selama 1 minggu juga setiap kali setelah makan merasakan mual dan
terkadang muntah, nafsu makan menurun, mulut pahit, perut sakit tapi masih
bisa minum.
Riwayat Anemia sejak SMA (+)
h) Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat abortus (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat penyakit jantung (-)
Riwayat diabetes (-)
i) Riwayat pengobatan
Pasien pada jam 06.00 WIB, mengkonsumsi obat untuk menggugurkan
kandungannya, per oral 2 butir dan pervaginam 1 butir.
j) Riwayat Gizi :
Pasien makan secara rutin 2-3x sehari dengan lauk pauk yang bervariasi
setiap harinya yaitu nasi pecel, nasi campur, lalapan ayam, bakso.
k) Riwayat Kebiasaan dan gaya hidup :
Riwayat merokok (-)
Riwayat minum alkohol (-)
Riwayat minum kopi (-)
Riwayat olahraga : kadang-kadang
Riwayat pengisian waktu luang : jalan-jalan sama teman
l) Riwayat Sosial Ekonomi :
Nn. Etinggal dalam satu kos-kosan di Jl. Baiduri Pandan I No. 19 yang terdiri
dari 16 kamar, kos khusus perempuan. Biaya hidup ditanggung oleh orang
tuannya. Saat MRS ini kedua orangtuanya tidak mengetahui, biaya dari diri
sendiri dan bantuan dari temannya.

8
2.1.2. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit : (Tidak ada data)
2. Kepala : (Tidak ada data)
3. Mata : (Tidak ada data)
4. Hidung : (Tidak ada data)
5. Telinga : (Tidak ada data)
6. Mulut : (Tidak ada data)
7. Tenggorokan : (Tidak ada data)
8. Pernafasan : (Tidak ada data)
9. Kardiovaskuler : (Tidak ada data)
10. Gastrointestinal : Nyeri perut (+),
11. Genitourinaria : Perdarahan pada jalan lahir (+)
12. Neurologik : (Tidak ada data)
13. Psikiatrik : (Tidak ada data)
14. Muskolokeletal : (Tidak ada data)
15. Ekstremitas atas : (Tidak ada data)
16. Ekstremitas bawah : (Tidak ada data)

2.2. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum : Kesadaran compos mentis (GCS 4,5,6), status gizi
kesan baik.
2. Tanda vital : BB : - kg
TB : - cm
Tensi : 80/50 mmHg
Suhu : 36oC
N : 50 x/mnt
3. Kulit : (Tidak ada data)
4. Kepala : (Tidak ada data)
5. Mata : (Tidak ada data)
6. Hidung : (Tidak ada data)
7. Mulut : (Tidak ada data)

9
8. Telinga : (Tidak ada data)
9. Tenggorokan : (Tidak ada data)
10. Leher : (Tidak ada data)
11. Thorax : (Tidak ada data)
12. Cor : (Tidak ada data)
13. Pulmo : (Tidak ada data)
14. Abdomen
Inspeksi : (Tidak ada data)
Palpasi : Nyeri tekan (+)
Perkusi : (Tidak ada data)
Auskultasi : (Tidak ada data)
15. System Collumna Vertebralis : (Tidak ada data)
16. Ekstremitas : (Tidak ada data)
16. Pemeriksaan neurologis: (Tidak ada data)
17. Pemeriksaan psikiatri : (Tidak ada data)
18. Pemeriksaan Gynekologi
Inspikulo : Perdarahan (+) sedikit warna kecoklatan
19. Pemeriksaan Obstetri
TFU :-
HPHT : 10 Oktober 2013
UK : ± 8-10 minggu
VT : Ø seujung jari.

2.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Pemeriksaan Darah lengkap
Hb : 11,4 g/dL
Ht : 35,8 %
Leukosit : 13,85 ribu/uL
Trombosit : 360 ribu/uL
Eritrosit : 4,36 juta/uL
PDW : 10,8 fL
MPV : 7,42 fL

10
PCT : 0,3%
MCV : 82,1 fL
MCH : 26,1 pg
MCHC : 31,8 %
Hitung jenis leukosit
Basofil : 0,1 %
Eosinofil : 0,6 %
Lymphosit : 28,9 %
Monosit : 8,2 %
Neutrofil : 62,2 %
2. Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG didapatkan usia kehamilan 10 minggu

2.3.1. RESUME
Anamnesis: Nn. E datang ke RSI Unisma diantar kerabatnya pukul 11.55. Pasien
mengeluh keluar darah dari jalan lahir setelah pada jam 06.00 konsumsi obat 2
butir per oral dan 1 butir pervaginam. Nn. E juga mengeluh nyeri perut kenceng-
kenceng dua jam setelah mengkonsumsi obat tersebut.
Pemeriksaan Fisik: Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos
mentis, status gizi baik. Tanda vital TD : 80/50 mmHg, N: 50x/m, T ax: 36o ,
Perdarahan (+) sediki berwarna kecoklatan, Nyeri tekan abdomen (+), VT: Ø
seujung jari.
Pemeriksaan Penunjang: Pada pemeriksaan laboratorium dengan darah lengkap
didapatkan hasil Hb 11,4 g/dL, Ht 35,8 %, Leukosit 13,85 ribu/uL, Trombosit
360 ribu/uL, Eritrosit 4,36 juta/uL. Pemeriksaan USG (+) 10 minggu.

2.4. DIAGNOSIS HOLISTIK


Diagnosis dari segi biologis :
Pada kasus ini didiagnosa G1P0000A000 uk ± 8-10 minggu dengan abortus
imminens e.c abortus provokatus.
Kriteria Diagnosa abortus imminens :
 Adanya perdarahan per vaginam dengan jumlah yang sedikit

11
 Adanya riwayat amenorrhea
 Tes kehamilan positif
 Nyeri pada perut
 Ada riwayat penggunaan obat untuk pengguguran kandungan (2
per oral dan 1 pervaginam)
 VT : Ø 1 seujung jari.
 Pemeriksaan USG (+) 10 minggu
Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan Nn. E dengan orangtua baik, namun pada kasus ini Nn. E tidak
memberitahu kepada orangtuanya karena takut. Selain itu Nn. E hamil
dalam keadaan belum menikah sehingga dia merasa ketakutan akan
kehamilannya.
Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya :
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat,
hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan dengan tetangga baik
dan rukun.
Aspek Klinis :
Pada kasus ini didiagnosa G1P0000A000 uk ± 8-10 minggu dengan abortus
imminens e.c abortus provokatus.
Aspek Resiko Internal :
Pasien pernah ke rumah sakit dengan keluhan mual muntah dan nafsu
makan menurun sebulan sebelum MRS ini.
Aspek Resiko Eksternal:
Pasien jauh dari pantauan orang tua sehingga orangtua sulit mengkontrol
pergaulan anaknya dan memungkinkan pasien terjerumus ke pergaulan
bebas.
Aspek Fungsional :
Derajat 3. Pasien kurang mampu melakukan aktivitas seperti sebelum sakit.

12
2.5. PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan abortus imminens
Medikamentosa:
 Perbaikan ku penderita
 Infus NaCl, Rl, rds
 Transfusi bila hb kurang dari 8 d/dl
 Uterotonika (methergin 1 ampul/ oksitosin 10 iu i.m)
 Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
 Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
 Memberikan obat progestastional untuk mempertahankan kehamilannya
Non Medikamentosa
1. Istirahat/tirah baring 2-3 hari (sebaiknya rawat inap)
2. Memberikan makanan yang bergizi
3. Menyarankan kepada ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual
terlebih
4. Memberikan penjelasan tentang kondisi ibu dan janin
 Pada kasus ini diberikan terapi :
a. Non medikamentosa
1. Istirahat/tirah baring selama 2 hari
2. Makan menu yang sudah disiapkan rumah sakit (tinggi kalori tinggi
protein).
3. Memberitahukan kondisi ibu dan menjelaskan tindakan-tindakan yang
akan dilakukan.
4. Observasi tanda vital
b. Medikamentosa
1. Infus RDs 12 tpm
2. Drip Bricasma 1 amp
3. Profenid sup 3x1
4. Preabor 2x1
5. Folamil 1x1

13
2.6. FOLLOW UP
Tanggal 5 Desember 2013
S : Perdarahan pada jalan lahir (+), nyeri perut (+)
O : KU baik, compos mentis
Tanda vital: T: 80/50 mmHg RR: 20 x/menit
N: 50 x/menit S: 36o C
A : G1P0000A000 Uk ± 8-10 minggu dengan abortus imminens
P : Infus RDs 12 tpm
Drip Bricasma 1 amp
Profenid sup 3x1
Tanggal 6 Desember 2013
S : Flek darah pada jalan lahir (+), nyeri perut (-),
O : KU baik, compos mentis, gizi kesan baik, USG (+) 10 minggu
Tanda vital: T: 103/60 mmHg RR: 20 x/menit
N: 78x/menit S: 36oC
A : G1P0000A000 Uk ± 8-10 minggu dengan abortus imminens
P : Infus RDs 12 tpm
Drip Bricasma 1 amp
Profenid sup 3x1
Tanggal 7 Desember 2013
S : Flek darah pada jalan lahir (+), nyeri perut (-),
O : KU baik, compos mentis, gizi kesan baik, USG (+) 10 minggu
Tanda vital: T: 110/80 mmHg RR: 20 x/menit
N: 88x/menit S: 36oC
A : G1P0000A000 Uk ± 8-10 minggu dengan abortus imminens
P : Infus RDs 12 tpm
Drip Bricasma 1 amp
Profenid sup 3x1
Saat pulang pasien diberi obat yang diminum dirumah:
Preabor 2x1
Folamil 1x1

14
Pukul 14.30 pasien pulang
BAB III
IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama kepala keluarga: Tn. M


Alamat : Banyuwangi

Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal Dalam Satu Rumah


NO Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Ket
terakhir Klinik
1. Tn. M KK L 46 th S1 Guru SD Tidak -

2. Ny. R Istri P 43 th SMA IRT Tidak -

3. Nn. E Anak P 22 th SMA Mahasiswi Ya G1P0000A000 uk


± 8-10
minggu
dengan
abortus
imminens e.c
abortus
provokatus.
Kesimpulan:
Nn. E merupakan anak tunggal dari pasangan Tn. M dan Ny. R.
Diagnosa klinis penderita adalah G1P0000A000 uk ± 8-10 minggu dengan abortus
imminens e.c abortus provokatus.
Penderita adalah Mahasiswi di Malang

15
3.1. Fungsi Holistik
a. Fungsi Biologis
Keluarga ini terdiri dari orangtua Nn. E yaitu ayah (Tn. M) dan ibu (Ny.
R). Nn. E adalah ibu hamil G1P000A000, dengan usia kehamilan 8-10 minggu
dan saat ini mengalami abortus imminens.
a) Fungsi Psikologis
Hubungan Nn. E dengan orangtua baik, namun pada kasus ini Nn.E tidak
memberitahu kepada orangtuanya karena takut selain itu Nn. E hamil
dalam keadaan belum menikah.
b) Fungsi Sosial
Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat,
hanya sebagai anggota masyarakat biasa. Hubungan Nn. E dengan teman-
teman satu kosnya baik.
3.2. Fungsi Fisiologis
Untuk menilai fungsi fisiologis suatu keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain digunakan APGAR score yang meliputi :
1. Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota
keluarga yang lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.

16
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup
dan 8-10 adalah baik.
Tabel 1. APGAR score Nn.E=7
APGAR Ny.S Terhadap Teman-teman Kos Sering/ Kadang- Jarang/
selalu kadang
Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga 


saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas 


dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 


dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 


membagi waktu bersama-sama

Untuk Nn. E APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :


Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Nn. E kadang-kadang
berdiskusi dengan keluarganya
Score : 1
Partnership : Komunikasi antara Nn.E dengan keluarga terjalin baik.
Sekitar 1-2 kali seminggu Nn. E ditelfon atau menelfon orangtuanya.

Score : 2
Growth : Nn.E kadang berdiskusi dengan orangtuanya untuk mengambil
keputusan
Score : 1
Affection : Kasih sayang yang terjalin antara keluarga cukup terjalin baik
Score : 2
Resolve : Nn. E setiap 2 bulan sekali pulang kerumahnya (Banyuwangi),
juga kadang-kadang orangtuanya mengunjungi Nn. E ke Malang.

Score : 1

17
Total APGAR Score = 7 (fungsi dalam keluarga cukup)

3.3. Fungsi Patologis


Fungsi patologis dari keluarga Nn. E dinilai dengan menggunakan skor
S.C.R.E.E.M sebagai berikut.
Tabel 2. SCREEM keluarga penderita
Sumber Patologis
Hubungan Nn. E dengan keluarga maupun tetangga cukup baik. Nn. E ikut -
Social berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya
Culture Menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-harinya -
Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam ketaatannya -
Religious dalam beribadah.
Biaya hidup Nn. E ditanggung oleh orangtuanya yang bekerja sebagai guru, dan -
Economic
pengahsilannya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
Saat ini Nn. E sedang menjalani kuliah di UNITRI Malang, kedua orangtuanya
Educational juga merupakan guru SD, oleh sebab itu perhatian pada kesehatan cukup baik -

Dalam mencari pelayanan kesehatan, Nn.E ke dokter umum yang ada di daerah
setempat, namun jika ada keluhan yang dianggap cukup serius pergi ke RS, -
Medical
seperti saat ini.
Kesimpulan
Keluarga Nn. E tidak memiliki fungsi patologis

3.4. Pola Interaksi Keluarga


Diagram Pola interaksi Nn. E
Tn. M Ny. R

Keterangan : Nn. E
Hubungan baik

Hubungan tidak baik


Kesimpulan
Hubungan antara Nn. E dengan keluarga antara satu sama lain baik.
3.5. Genogram

Tn. M Ny. R

Tn. W (22 thn) Nn. E(22thn)

Tetanus
Abortus Generalisata

18
3.6. Daftar Masalah
a) Masalah Medis : Abortus Imminens dengan uk 8-10 minggu
b) Masalah Non Medis : Nn. E saat hamil masih dalam status belum nikah
dengan Tn. W.

3.7. Identifikasi Faktor Perilaku


a. Pengetahuan
Nn. E memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang kesehatan. Menurut
pendapat Nn. E yang dimaksud kondisi sehat adalah suatu kondisi
dimana seseorang tidak menderita penyakit sehingga bisa melakukan
aktivitasnya dengan baik.

b. Sikap
Nn. E merasa bersalah terhadap orangtuanya telah melakukan hubungan
sebelum nikah hingga hamil dan melakukan aborsi tanpa sepengetahuan
orangtuanya.
c. Tindakan
Nn. E dan keluarga segera memeriksakan diri ke dokter bila ada
masalah kesehatan.
3.8. Faktor Non Perilaku
3.8.1. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan termasuk praktek dokter, apotek dan sebagainya
tergolong dekat dengan tempat tinggal Nn. E.
3.8.2. Keturunan
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat abortus.
3.8.3. Lingkungan

3.8.3.1.1.1.1. Lingkungan Luar Rumah

Nn. E tinggal didalam rumah kos khusus perempuan tepatnya


diperumahan, terdapat pekarangan didepan rumah kos dan pagar pembatas.
Pembuangan sampah di rumah diangkut oleh petugas kebersihan.

19
2. Lingkungan Dalam Rumah

Rumah kos tempat tinggal Nn. E terdiri dari 15 kamar yang semuanya

diisi oleh perempuan, ada satu penjaga kos namun bukan pemilik kos, kos

tertata rapi dengan lantai keramik, dalam rumah kos terdapat 3 kamar

mandi, tempat parkir motor, gudang, tempat mencuci pakaian, dapur dan

tempat menjemur pakaian. Rumah terdapat 2 lantai pada lantai 1 terdapat 7

kamar dan lantai 2 terdapat 8 kamar.


Denah rumah kos Nn. E

3.9. Diagram Identifikasi Faktor Prilaku dan Non Prilaku Keluarga Nn. E

Pemahaman: Orang Lingkungan : rumah


tuanya tidak cukup memenuhi syarat
mengetahui Nn. E kesehatan
abortus

Sikap: Nn. E merasa Keturunan : Tidak ada


Keluarga Nn.
Keluarga Ny. T keluarga yg menderita
Ny.ET
bersalah terhadap
orangtuanya terhadap Keluarga Nn.
Keluarga E seperti Nn. E
kasus ini

Pelayanan Kesehatan :
Tindakan: Keluarga Jika sakit Nn. E ke
tidak mengantarkan dokter praktek dan RS
Nn. E untuk ke RS

Keterangan :
Faktor Perilaku

Faktor Non Perilaku 20


BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN GENETALIA WANITA


a) Uterus
Uterus pada seorang dewasa berbentuk seperti buah avokat atau buah peer
yang sedikit gepeng. Ukuran panjang uterus 7-7,5 cm, lebar ditempat yang paling
lebar 5,25 cm, dan tebal 2,5 cm. Uterus terdiri dari corpus uteri (2/3 bagian atas)
dan serviks uteri (1/3 bagian bawah). Didalam korpus uteri terdapat rongga
(kavum uteri), yang membuka keluar melalui saluran (kanalis servikalis) yang
terletak diserviks. Bagian bawah serviks yang terletak di vagina dinamakan portio
uteri (pars vaginalis servisis uteri), sedangkan yang berada diatas vagina disebut
pars supravaginalis servisis uteri. Antara korpus dan serviks masih ada bagian
yang disebut isthmus uteri. Bagian atas uterus disebut fundus uteri, di situ tuba
fallopi kanan dan kiri masuk ke uterus. Dinding uterus terutama terdiri terutama
atas miometrium, yang merupakan otot polos berlapis tiga, yang sebelah luar
longitudinal, yang sebelah dalam sirkuler, yang antara kedua lapisan ini
beranyaman. Miometrium dan keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi.
Kavum uteri dilapisi oleh selaput lendir yang kaya dengan kelenjar, disebut
endometrium. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan stroma
dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berkelok-kelok, kelenjar-kelenjar
itu bermuara di kanalis servikalis (arbor vitae). Pertumbuhan dan fungsi
endometrium dipengaruhi sekali oleh hormon ovarium.
Uterus pada wanita dewasa umumnya terletak di sumbu tulang panggul dalam
anteversiofleksio (serviks ke depan ke atas) dan membentuk sudut dengan vagina,
sedang korpus uteri berarah ke depan dan membentuk sudut 120-130 dengan
serviks uteri. Di Indonesia uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus
uteri berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan.
Perbandingan antara korpus uteri dan serviks berbeda-beda dalam
pertumbuhan. Pada bayi perbandingan itu adalah 1:2, sedangkan pada wanita
dewasa 2:1. Diluar, uterus dilapisi oleh serosa (peritoneum viserale). Jadi dari luar
ke dalam ditemukan pada dinding korpus uteri serosa atau perimetrium,
miometrium, dan endometrium. Uterus mendapatkan darah dari arteri uterina,
ranting dari arteri iliaca interna, dan dari arteria ovarika.

21
b) Tuba
Tuba fallopi adalah saluran telur yang berasal dari duktus mulleri. Rata-rata
panjangnya tuba 11-14 cm. Bagian yang berada di dinding uterus dinamakan pars
interstitialis, lateral dari itu (3-6 cm) terdapat pars isthmika yang masih sempit
(diameter 2-3 mm), dan lebih ke arah lateral lagi pars ampullaris yang lebih besar
(4-10 mm) dan memiliki ujung terbuka seperti anemon yang disebut
infundibulum. Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale, yang merupakan
bagian dari ligamentum latum. Otot di dinding tuba terdiri atas (dari luar ke
dalam) otot longitudinal dan sirkuler. Lebih dalam lagi terdapat mukosa yang
berlipat-lipat ke arah longitudinal dan terutama dapat ditemukan di bagian
ampulla. Mukosa tuba terdiri atas epitel kubik sampai silindrik, yang mempunyai
bagian-bagian getah, sedangkan yang berserabut dengan getarannya menimbulkan
suatu arus ke kavum uteri.
c) Ovarium
Indung telur pada seorang dewasa sebesar ibu jari tangan, terletak dikiri dan
kanan, dekat pada dinding pelvis di fossa ovarika. Ovarium berhubungan dengan
uterus dengan ligamentum ovarii proprium. Pembuluh darah ke ovarium melalui
ligamentum suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopelvikum).
Ovarium terletak pada lapisan belakang ligamentum latum. Sebagian besar
ovarium berada intraperitoneal dan tidak dilapisi oleh peritoneum. Bagian
ovarium kecil berada di dalam ligamentum latum (hilus ovarii). Disitu masuk
pembuluh-pembuluh darah dan saraf ovarii. Lipatan yang menghubungakan
lapisan belakang ligamentum latum dengan ovarium dinamakan mesofarium.
Bagian ovarium yang berada pada cavum peritonei dilapisi oleh epitel kubik-
silindrik, disebut epithelium germinativum. Dibawah epitel ini terdapat tunika
albuginea dan dibawahnya lagi terletak folikel-folikel primordial. Pada wanita
memiliki banyak folikel. Tiap bulan kadang 1 folikel kadang 2 folikel,
berkembang menjadi folikel de graff. Folikel-folikel ini merupakan bagian
ovarium yang terpenting, dan dapat ditemukan dikorteks ovarii dengan berbagai
tingkat perkembangan tertentu. Satu sel telur dikelilingi satu lapisan sel saja
sampai folikel de graff yang matang. Folikel yang matang ini terisi dengan likuor
follikuli yang mengandung esterogen dan siap untuk berovulasi.

22
d) Jaringan penunjang alat genital
Uterus berada pada rongga panggul dalam anteversiofleksio sedemikian rupa
sehingga bagian depannya setinggi simfisis pubis, dan bagian belakang setinggi
artikulasio sakrokoksigea. Jaringan ikat di parametrium dan ligamentum-
ligamentum membentuk suatu sistem penunjang uterus terfiksasi relatif cukup
baik.

4.2. ABORTUS
a. Definisi Abortus

23
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Istilah abortus
dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
di luar kandungan. Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia /
berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya
ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin
mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998
: 22 minggu)
b. Etiologi dan Predisposisi Abortus
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu:
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada
kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini
adalah:
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, infeksi, obat-obatan, tembakau atau
alkohol.
2. Terdapat infeksi pada saat kehamilan, misalnya infeksi toxoplasma,
streptococcus A, Haemophilus influenza, Rubella dan Campak.
3. Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan
toksoplasmosis
4. Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus
pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan
uterus.
5. Gangguan nutrisi yang berat
6. Penyakit kronis
7. Anomali uterus dan serviks
8. Terdapat perbedaan Rhesus terhadap pasangan
9. Trauma

Faktor risiko atau predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan abortus


1. Usia ibu yang lanjut

24
2. Riwayat obstetri atau ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan atau penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya
diabetes, penyakit imunologi sistemik dsb), berbagai macam infeksi
(variola, CMV, toxoplasma, dsb), paparan dengan berbagai macam zat
kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb), trauma abdomen atau pelvis
pada trimester pertama
5. kelainan kromosom (trisomi atau monosomi)
6. Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering
dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
c. Patomekanisme Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan desidua basalis, diikuti nekrosis jaringan
sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing
tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua
secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8
sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak
dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih
dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi
keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil
yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
d. Manifestasi Klinis
 Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
 Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
 Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil
konsepsi
 Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri
pinggang akibat kontraksi uterus

25
 Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil
konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah
tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau
jaringan berbau busuk dario ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
e) Pemeriksaan Penunjang
 Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu
setelah abortus
 Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
 Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
f) Komplikasi
 Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
 Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah.
g) Jenis-jenis Abortus
Diagnosis
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :
a) Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20
minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
b) Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks.
c) Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari
uterus. Bila abortus inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus
infeksiosa
d) Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
e) Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak
dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.

26
Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atau
artifisial / terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah /
komplikasi).
Abortus spontan diduga disebabkan oleh :
- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap : abortus imminens, abortus
insipiens, abortus inkomplet dan abortus komplet.
a. Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus
pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam
uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks
masih tertutup. Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan
sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam
waktu singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin
dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin
dan gerakan janin. Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu
denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec.
Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana
penatalaksanaan / tindakan.
Penatalaksanaan :
- Tirah baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik
berkurang.
- Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas
dan tiap empat jam bila pasien panas
- Tes kehamilan dapat dilakukan. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati.
Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
- Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat
hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
- Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C

27
- Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk
mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
b. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat
makin sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
- Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa
pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan,
tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam
abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan
ergometrin 0,5 mg intramuskular.
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam
deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi
uterus sampai terjadi abortus komplit.
- Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
c. Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil
konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa
tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan banyak disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian
jaringan keluar.

Penatalaksanaan :
- Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis
atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
- Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan
ergometrin 0,2 mg intramuskular

28
- Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
- Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d. Abortus Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh
jaringan konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah
menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus. Diagnosis
komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa
kelengkapannya.
Penatalaksanaan :
- Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
- Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfuse
darah
- Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
- Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
e. Abortus Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran
selama lebih dari 4 minggu atau lebih.
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian
menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penatalaksanaan :
- Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan
cunam ovum lalu dengan kuret tajam
- Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat
sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
- Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan
gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan
dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu
dengan kuret tajam.
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu
infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes
per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat
diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus
oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.

29
- Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi
dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding
perut.
f.Abortus Septik
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh
dukun atau orang awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu. Abortus
septik harus dirujuk kerumah sakit.
Penatalaksanaan :
- Penanggulangan infeksi :
a. Obat pilihan pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular
tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg
peroral tiap 6 jam
b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4
jam ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
c. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan
metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
- Tingkatkan asupan cairan
- Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
- Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih
cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari
uterus.

g. Abortus terapeutik
Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas
pertimbangan / indikasi kesehatan wanita di mana bila kehamilan itu
dilanjutkan akan membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan
penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban perkosaan (masalah
psikis). Dapat juga atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang berat.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama dengan yang
diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
- Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi
- Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g

30
- Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
- Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
- Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
- Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
- Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta
reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
- Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan
pengangkatan sumber infeksi
- Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang
tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus,
kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas

4.3. AGAMA DAN ABORSI


Al-Quran & Aborsi
Umat Islam percaya bahwa Al-Quran adalah Undang-Undang paling
utama bagi kehidupan manusia. Allah berfirman: “Kami menurunkan Al-Quran
kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS 16:89) Jadi, jelaslah bahwa
ayat-ayat yang terkandung didalam Al-Quran mengajarkan semua umat tentang
hukum yang mengendalikan perbuatan manusia.

Tidak ada satupun ayat didalam Al-Quran yang menyatakan bahwa aborsi boleh
dilakukan oleh umat Islam. Sebaliknya, banyak sekali ayat-ayat yang menyatakan
bahwa janin dalam kandungan sangat mulia. Dan banyak ayat-ayat yang
menyatakan bahwa hukuman bagi orang-orang yang membunuh sesama manusia
adalah sangat mengerikan.

Pertama: Manusia - berapapun kecilnya - adalah ciptaan Allah yang mulia.


Agama Islam sangat menjunjung tinggi kesucian kehidupan. Banyak sekali ayat-
ayat dalam Al-Quran yang bersaksi akan hal ini. Salah satunya, Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya Kami telah memuliakan umat manusia.”(QS 17:70)

Kedua: Membunuh satu nyawa sama artinya dengan membunuh semua


orang. Menyelamatkan satu nyawa sama artinya dengan menyelamatkan semua
orang. Didalam agama Islam, setiap tingkah laku kita terhadap nyawa orang lain,
memiliki dampak yang sangat besar. Firman Allah: “Barang siapa yang
membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum
qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah
membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan

31
nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan
nyawa manusia semuanya.” (QS 5:32)

Ketiga: Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak


memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang.
Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya
masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan
untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-
Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu
membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki
kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah
dosa yang besar.” (QS 17:31)

Keempat: Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap


perintah Allah.
Membunuh berarti melakukan tindakan kriminal. Jenis aborsi yang dilakukan
dengan tujuan menghentikan kehidupan bayi dalam kandungan tanpa alasan medis
dikenal dengan istilah “abortus provokatus kriminalis” yang merupakan tindakan
kriminal – tindakan yang melawan Allah. Al-Quran menyatakan: “Adapun
hukuman terhadap orang-orang yang berbuat keonaran terhadap Allah dan
RasulNya dan membuat bencana kerusuhan di muka bumi ialah: dihukum mati,
atau disalib, atau dipotong tangan dan kakinya secara bersilang, atau diasingkan
dari masyarakatnya. Hukuman yang demikian itu sebagai suatu penghinaan untuk
mereka di dunia dan di akhirat mereka mendapat siksaan yang pedih.” (QS 5:36)

Kelima: Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita.
Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita.
Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai
diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS:
53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah
yang dibunuh dalam proses aborsi.

Keenam: Tidak ada kehamilan yang merupakan “kecelakaan” atau


kebetulan. Setiap janin yang terbentuk adalah merupakan rencana Allah.
Allah menciptakan manusia dari tanah, kemudian menjadi segumpal darah dan
menjadi janin. Semua ini tidak terjadi secara kebetulan. Al-Quran mencatat firman

32
Allah: “Selanjutnya Kami dudukan janin itu dalam rahim menurut kehendak Kami
selama umur kandungan. Kemudian kami keluarkan kamu dari rahim ibumu
sebagai bayi.” (QS 22:5) Dalam ayat ini malah ditekankan akan pentingnya janin
dibiarkan hidup “selama umur kandungan”. Tidak ada ayat yang mengatakan
untuk mengeluarkan janin sebelum umur kandungan apalagi membunuh janin
secara paksa!

Ketujuh: Nabi Muhammad SAW tidak pernah menganjurkan aborsi.


Bahkan dalam kasus hamil diluar nikah sekalipun, Nabi sangat menjunjung
tinggi kehidupan.

Hamil diluar nikah berarti hasil perbuatan zinah. Hukum Islam sangat tegas
terhadap para pelaku zinah. Akan tetapi Nabi Muhammad SAW – seperti
dikisahkan dalam Kitab Al-Hudud – tidak memerintahkan seorang wanita yang
hamil diluar nikah untuk menggugurkan kandungannya: Datanglah kepadanya
(Nabi yang suci) seorang wanita dari Ghamid dan berkata,”Utusan Allah, aku
telah berzina, sucikanlah aku.”. Dia (Nabi yang suci) menampiknya. Esok harinya
dia berkata,”Utusan Allah, mengapa engkau menampikku? Mungkin engkau
menampikku seperti engkau menampik Ma’is. Demi Allah, aku telah hamil.” Nabi
berkata,”Baiklah jika kamu bersikeras, maka pergilah sampai anak itu lahir.”
Ketika wanita itu melahirkan datang bersama anaknya (terbungkus) kain buruk
dan berkata,”Inilah anak yang kulahirkan.” Jadi, hadis ini menceritakan bahwa
walaupun kehamilan itu terjadi karena zina (diluar nikah) tetap janin itu harus
dipertahankan sampai waktunya tiba. Bukan dibunuh secara keji

33
BAB V

PEMBAHASAN

4.1. DASAR PENEGAKAN DIAGNOSA


a) Diagnosis Abortus
- Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala atau
keluhan lain, cari faktor risiko atau predisposisi. Riwayat penyakit umum
dan riwayat obstetri atau ginekologi.
- Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal
harus selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
- Pemeriksaan fisik umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. Jika
keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera.
- Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika
memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau
dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium.
- Jika diperlukan, ambil darah atau cairan atau jaringan untuk pemeriksaan
penunjang (ambil sediaan sebelum pemeriksaan vaginal touche)
- Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak
uterus. Tentukan apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam
ostium dengan mudah atau lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi
serviks). Jangan dipaksakan. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada
tidaknya massa atau tanda akut lain.
b) Diagnosis Abortus Imminens
Diagnosis abortus imminens ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
a. Adanya amenore pada masa reproduksi
b. Perdarahan pervaginam yang biasanya sedikit
c. Rasa sakit atau keram perut di daerah atas simpisis
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen biasanya lembek dan tidak nyeri tekan

34
b. Serviks masih menutup atau hanya seujung jari.
d. Pada pemeriksaan bimanual didapatkan uterus membesar dan lunak.
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium berupa tes kehamilan, hemoglobin, leukosit,
waktu bekuan, waktu perdarahan, dan trombosit.
b. Pemeriksaan USG untuk menentukan usia kehamilan
c) Diagnosis Banding
Abortus imminens dapat di diagnosis banding:

a. Abortus inkomplet  pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan


sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
b. Kehamilan ektopik tuba  kehamilan ovum yang dibuahi berimplantasi dan
tumbuh di tempat yang tidak normal (terjadi di luar endometrium cavum
uteri), khususnya terjadi pada tuba. KET memiliki gejala dan tanda:
- adanya gejala kehamilan awal
- uterine bleeding (perdarahan tidak banyak dan berwarna coklat tua)
- nyeri perut bagian bawah (nyeri tiba-tiba, sering disertai perdarahan, dan
menyebabkan terjadinya syok)
- nyeri daerah subdiafragmatika atau nyeri tajam daerah bahu (karena
adanya darah di cavum abdominale, jika ada hematocele retrouterine
nyeri saat defekasi)
- nyeri pada pergerakan serviks
- anemia atau syok hipovolemik
- leukositosis (untuk membedakan KET dengan infeksi pelvis, leukosit
>20.000 menunjukkan adanya infeksi)
c. Abortus mola  adalah perdarahan pervaginam, yang muncul pada 20
minggu kehamilan biasanya berulang dari bentuk spotting sampai dengan
perdarahan banyak. Pada kasus dengan perdarahan banyak sering disertai
dengan pengeluaran gelembung dan jaringan mola. Pada pemeriksaan fisik
dan USG tidak ditemukan ballotement dan detak jantung janin.
d. Abortus insipiens  peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
e. Abortus kompletus  terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan
konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
f. Abortus Abortion  kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada
pengeluaran selama lebih dari 4 minggu atau lebih. Biasanya didahului tanda

35
dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau
menghilang setelah pengobatan.
g. Abortus Septik  sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya
dilakukan oleh dukun atau orang awam). Bahaya terbesar adalah kematian
ibu. Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit. Abortus septik dapat
mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya ialah panas
tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah
menurun dan sesak nafas.

4.2. DASAR RENCANA PENATALAKSANAAN


a) Penatalaksanaan Abortus Imminens
Penanganan
Jika perdarahan (pervaginam) sudah sampai menimbulkan gejala klinis
syok, tindakan pertama ditujukan untuk perbaikan keadaan umum. Tindakan
selanjutnya adalah untuk menghentikan sumber perdarahan.
a. Memantau tanda-tanda vital (mengukur tekanan darah, frekuensi
denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu badan).
b. Pengawasan pernafasan (Jika ada tanda-tanda gangguan pernafasan
seperti adanya takipnu, sianosis, saluran nafas harus bebas dari
hambatan. Dan diberi oksigen melalui kateter nasal).
c. Selama beberapa menit pertama, penderita dibaringkan dengan
posisi Trendelenburg.
d. Pemberian infus cairan (darah) intravena (campuran Dekstrose 5%
dengan NaCl 0,9%, Ringer laktat).
e. Memberikan obat analgesik apabila pasien mengeluhkan nyeri.
f. Pengawasan jantung (Fungsi jantung dapat dipantau dengan
elektrokardiografi dan dengan pengukuran tekanan vena sentral).
g. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan darah lengkap, golongan
darah, jenis Rhesus, Tes kesesuaian darah penderita dengan darah
donor, pemeriksaan pH darah, pO2, pCO2 darah arterial. Jika dari
pemeriksaan ini dijumpai tanda-tanda anemia sedang sampai berat,
infus cairan diganti dengan transfusi darah atau infus cairan

36
bersamaan dengan transfusi darah. Darah yang diberikan dapat
berupa eritrosit, jika sudah timbul gangguan pembekuan darah,
sebaiknya diberi darah segar. Jika sudah timbul tanda-tanda asidosis
harus segera dikoreksi.

BAB VI

PENUTUP

37
A. Kesimpulan

Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang


ditunjuk oleh pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis oleh
tenaga profesional yang terdaftar dan memperoleh izin untuk melakukan
tindakan aborsi, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi.
2. Pada Nn. E terjadi abortus Imminens yang disebabkan oleh penggunaan
obat untuk menggugurkan kandungannya.

3. Fungsi keluarga Nn. E baik, tidak terdapat masalah.

B. Saran

Abortus hendaknya dilakukan jika benar-benar terpaksa oleh karena


gangguan kesehatan karena bagaimanapun di dalam kehamilan berlaku
kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia dan abortus hendaknya
dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar. Harus disediakan konseling
bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.

DAFTAR PUSTAKA

38
Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek
Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI,
Media Aesculapius, Jakarta:2002.

K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003

Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 1991, Yayasan Pustaka.

Sarwono. Pengantar Ilmu Acuan Nasional, 2002 Yayasan Pustaka

39

Anda mungkin juga menyukai