Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK KECIL

BLOK 10 DEWASA
MODUL 5 PERDARAHAN UTERUS ABNORMAL

Disusun oleh : Kelompok 8


RANGGA OCTAVIAN NIM: 1610015013
DEALITA TITUS BANDI NIM: 1710015044
HERMAWATI RAHMAN NIM: 1710015079
KEVIN SANJAYA NIM: 1710015085
UTARI NISYA CAHYANI NIM: 1710015098
ULUL ALBAB NIM: 1710015104
ALIF BRILYAN RIYADI NIM: 1710015110
MUNIFAH KUSMIRAN NIM: 1710015112
MONICA FEBRIANI SIREGAR NIM: 1710015116
NABILAH SABRINA NIM: 1510015035
ANDRA DESTYAN NIM: 1510015042
ANANDA PURNAMA M NIM: 1510015069

Tutor :
dr. Yuliana Rahmah R, sp.PD, M.Kes.

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat
dan hidayah-Nya lah laporan Blok 10 Modul 5,“Perdarahan Uterus Abnormal“
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini disusun dari berbagai
sumber ilmiah sebagai hasil dari diskusi kelompok kecil (DKK) kami. Makalah ini
secara menyeluruh membahas mengenai perdarahan uterus abnormal.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu menyelesaikan makalah ini, antara lain:

1. dr.Yuliana Rahmah, Sp.PD, M.Kes, selaku tutor yang telah


membimbing kami dalam melaksanakan diskusi kelompok kecil (DKK),

2. teman-teman kelompok 8 yang telah mencurahkan pikiran dan


tenaganya sehingga diskusi kelompok kecil (DKK) 1 dan 2 dapat berjalan dengan
baik dan dapat menyelesaikan laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK)
kelompok 8,

3. teman-teman mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas


Mulawarman angkatan 2017 dan pihak-pihak lain yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa kemampuan kami dalam menyusun


laporan ini sangat terbatas. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi tercapainya kesempurnaan dari isi
laporan hasil diskusi kelompok kecil (DKK) ini.

Samarinda, 28 Februari 2019

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................... 1

KATA PENGANTAR......................................................................................... 2

DAFTAR ISI...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 4

A. LATAR BELAKANG....................................................................... 4

B. TUJUAN PENULISAN................................................................... 4

C. MANFAAT PENULISAN................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 5

A. SKENARIO.………………………………………………………........ 5

B. IDENTIFIKASI ISTILAH/KONSEP....……………………………….. 5

C. IDENTIFIKASI MASALAH.………………………………………....... 5

D. ANALISA MASALAH.……………………………………………....... 6

E. STRUKTURISASI.……………………………………………………. 7

F. IDENTIFIKASI TUJUAN BELAJAR.………………………………… 8

G. SINTESIS.…………………………………………………………...... 8

BAB III PENUTUP........................................................................................... 22

A. KESIMPULAN…………………………………………………........... 22

B. SARAN.……………………………………………………….............. 22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 23

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perdarahan Uterus Abnormal merupakan suatu kondisi pada wanita,
ketika terdapat perdarahan melalui vagina diluar dari siklus menstruasinya. Pada
Perdarahan Uterus Abnormal (PUA) sering juga terjadi ketidaknormalan dari
waktu siklus menstruasinya, baik memanjang atau memendek waktunya.
Perdarahan Uterus Abnormal sangat rentan terjadi pada wanita Peri
Menarche maupun Peri Menopause, tetapi tidak menutup kemungkinan, pada
usia Produktifpun, wanita masih bisa terkena PUA.
Secara umum, banyak sekali hal yang bisa membuat PUA, mulai dari
adanya kelainan struktural seperti polip, keganasan, dan myoma. Maupun dari
kelainan non struktural. Bisa dari kelainan koagulopati maupun
ketidakseimbangan hormon,
PUA sangat sering dialami oleh para wanita, bahkan setiap wanita
pernah menderita PUA setidaknya sekali seumur hidupnya. Oleh karena itu
laporan ini akan membahas dari definisi, etiologi, patofisiologi dan patogenesis,
manifestasi klinik, diagnosis dan diagnosis banding serta penatalaksanaan dari
PUA.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Menmahami definisi, etiologi, patofisiologi dan patogenesis,
manifestasi klinik, diagnosis dan penatalaksanaan dari
Perdarahan Uterus Abnormal
2. Memahami Diagnosis Banding dari Perdarahan Uterus Abnormal

C. MANFAAT PENULISAN
1. Mengetahui definisi, etiologi, patofisiologi dan patogenesis,
manifestasi klinik, diagnosis dan penatalaksanaan dari
Perdarahan Uterus Abnormal
2. Mengetahui Diagnosis Banding dari Perdarahan Uterus Abnormal

BAB II
PEMBAHASAN

A. SKENARIO
Kok belum berhenti

Ny. C berusia 30 tahun datang berkonsultasi ke Praktik dokter umum


dengan keluhan haid yang terlampau banyak disertai badan yang lemas. Ini
adalah hari kedelapan menstruasi Ny. C dan dalam sehari bisa menggunakan

4
7-8 pembalut wanita. Dalam anamnesis lebih lanjut, diketahui bahwa Ny. C
menarche pada usia 13 tahun, menikah 2 tahun dan belum pernah hamil.
Sejak menikah Ny. C tidak pernah menggunakan kontrasepsi. Ny. M juga
menyatakan bahwa sejak 3 tahun terakhir siklus menstruasinya tidak teratur,
bisa telat menstruasi 1-2 bulan tetapi saat menstruasi waktu lama dan jumlah
banyak hingga pasien merasa lemas. Terkadang juga muncul perdarahan flek
diantara perdarahan yang abnormal tersebut. Sebelumnya, pasien memiliki
siklus haid yang normal yaitu 28-30 hari. Ketika dilakukan pemeriksaan
didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi 94 kali/menit kuat angkat, pernapasan 18
kali/menit, suhu 36,5, dan ditemukan konjungtiva anemis. Pada pemeriksaan
palpasi abdomen tidak ditemukan adanya massa diperut bawah. Pemeriksaan
penunjang sederhana ditemukan Hb 7.5 mg/dL. Ny. C mengaku khawatir
bahwa apa yang dialaminya adalah gejala suatu penyakit yang serius dan
membuatnya sulit untuk hamil.

B. IDENTIFIKASI ISTILAH/KONSEP
1. 94x/ menit kuat angkat : pulsasi terkuat
2. Menarche : usia awal seseorang mengalami menstruasi
3. Flek : bercak darah
4. Kuretase : proses pelepasan dari cavum uterus

C. IDENTIFIKASI MASALAH
1. Mengapa bisa terjadi flek?
2. Adakah hubungan alat kontrasepsi dengan keluhan?
3. Mengapa pada usia 27 tahun baru terdapat keluhan?
4. Mengapa menstruasinya memanjang dan banyak?
5. Mengapa pasien merasa takut hamil?
6..Diagnosis sementara ny.C?
7. Apa tahap pemeriksaan yg dilakukan?

D. ANALISA MASALAH
1. Perdarahan flek yang terjadi pada Ny. C karena darah yang dikeluarkan
pada saat menstruasi tidak seluruhnya dikeluarkan. Warna gelap yang
terdapat pada perdarahan flek disebabkan darah yang sudah lama tidak
dikeluarkan. Perdarahan flek ini terjadi bisa normal dan juga bisa
abnormal. Apabila perdarahan flek disertai nyeri, bisa jadi sudah
mengarah ke patologis.
2. Ada beberapa kontrasepsis yang berhubungan dengan hormon, untuk itu
kita harus memastikan apakah perdarahan abnormal yang terjadi
merupakan efek samping dari kontrasepsi atau bukan.

5
3. Karena kembali pada etiologi dari keabnormalan sendiri seperti: stress,
penurunan berat badan, gangguan hormonal ataupun penyakit kronis
yang diderita pasien.
4. Penyebab perdarahan yang banyak atau perdarahan abnormal yaitu:
a. Kelainan anatomi panggul, baik Lesi Permukaan maupun Lesi Dalam
b. Penyakit sistemik seperti gagal ginjal, hati, hipotalamus hipofisis
c. Perdarahan Uterus Disfungsional
d. Gangguan kehamilan
e. Iatrogenik seperti pemakaian alat kontrasepsi
f. Stres, depresi, dan olahraga yang kelebihan
g. Usia
h. Kelainan Hemostasis
5. Karena pasien merasakan bahwa terjadi perubahan siklus menstruasi yang
dialaminya yang akan berakibat kepada kefertilitasan seseorang. Selain
itu dokter menyarankan agar dilakukan kuratase untuk menyingkirkan
adanya dugaan keganasan
6. Diagnosisnya adalah perdarahan uterus abnormal
7. Pemeriksaan lain seperti:
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan Fisik seperti inspekulo, bimanual dan palpasi abdomen.
c. Pemerikaan Penunjang seperti USG, Pemeriksaan kadar hormon, dan
lainnya.
d. Biopsi

E. STRUKTURISASI KONSEP

Anamnesis Siklus Haid

Kontrasepsi

Riwayat Penyakit

Apakah hamil

Konsumsi Obat-
obatan

Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Ginekologi

Pemeriksaan Umum

6
Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Darah

USG

Biopsi

Diagnosis

Penatalaksanaan

F. IDENTIFIKASI TUJUAN BELAJAR

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi


klinis, diagnosis, tatalaksana dari perdarahan uterus abnormal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosis banding dari perdarahan uterus
abnormal

G. SINTESIS
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, diagnosis, tatalaksana dari perdarahan uterus abnormal

Definisi
Perdarahan uterus abnormal adalah gangguan haid berupa, menoragi,
metroragi, oligomenore, dan polimenore.Hal ini berdasarkan karakteristik haid
normal yaitu durasi 4-7 hari, jumlah darah 30-80 ml, dan interval 24-35 hari.
(Sarwono, 2011)

Etiologi
PALM-COEIN
a. Kelompok “PALM” adalah merupakan kelompok kelainan struktur
penyebab PUA yang dapat dinilai dengan berbagai teknik pencitraan dan atau
pemeriksaan histopatologi.
b. Kelompok “COEIN” adalah merupakan kelompok kelainan non struktur
penyebab PUA yang tidak dapat dinilai dengan teknik pencitraan atau

7
histopatologi. PUA terkait dengan penggunaan hormon steroid sekseksogen,
AKDR, atau agen sistemik atau lokal lainnya diklasifikasikan sebagai “iatrogenik”.

Polip (PUA-P)
Polip adalah pertumbuhan endometrium berlebih yang bersifat lokal mungkin
tunggal atau ganda, berukuran mulai dari beberapa milimeter sampai sentimeter.
Polipendometrium terdiri dari kelenjar, stroma, dan pembuluh darah
endometrium.
Adenomiosis (PUA-A)
Merupakan invasi endometrium kedalam lapisan miometrium, menyebabkan
uterus membesar, difus, dan secara mikroskopik tampak sebagai endometrium
ektopik,non neoplastik, kelenjar endometrium, dan stroma yang dikelilingi oleh
jaringan miometrium yang mengalami hipertrofi dan hiperplasia.
Leiomioma uteri (PUA-L)
Leiomioma adalah tumor jinak fibro muscular pada permukaan
myometrium.Berdasarkan lokasinya, leiomioma dibagi menjadi: submukosum,
intramural, subserosum.
Malignancy and hyperplasia (PUA-M)
Hiperplasia endometrium adalah pertumbuhan abnormal berlebihan dari kelenjar
endometrium.Gambaran dari hiperplasia endometrium dapat dikategorikan
sebagai: hiperplasi endometrium simpleks non atipik dan atipik, dan hiperplasia
endometrium kompleks non atipik dan atipik.
Coagulopathy (PUA-C)
Terminologi koagulopati digunakan untuk merujuk kelainan hemostasis
sistemikyang mengakibatkan PUA.
Ovulatory dysfunction (PUA-O)
Kegagalan terjadinya ovulasi yang menyebabkan ketidakseimbangan hormonal
yang dapat menyebabkan terjadinya pendarahan uterus abnormal.
Endometrial (PUA-E)
Pendarahan uterus abnormal yang terjadi pada perempuan dengan siklus haid
teratur akibat gangguan hemostasis lokal endometrium.
Iatrogenik (PUA-I)
Pendarahan uterus abnormal yang berhubungan dengan penggunaan obat-
obatan hormonal (estrogen, progestin) ataupun non hormonal (obat-
obatantikoagulan) atau AKDR.
Not yet classified (PUA-N)
Kategori ini dibuat untuk penyebab lain yang jarang atau sulit dimasukkan
dalamklasifikasi (misalnya adalah endometritis kronik atau malformasi arteri-
vena).

Patofisiologi PUD
Pada siklus ovulasi terjadi perdarahan uterus disfungsi yang disebabkan
oleh terganggunya kontrol lokal hemostasis dan vasokontriksi yang berguna

8
untuk mekanisme membatasi jumlah darah saat pelepasan jaringan endometrium
haid.Saat ini telah diketahui berbagai molekul yang berguna untuk mekanisme
kontrol tersebut, antara lain yaitu endotelin, prostaglandin, VEGF, MMPs,
enzimlisosom, danfungsi platelet. Beberapa keadaan lain yang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan uterus disfungsi pada siklus ovulasi adalah
korpus luteum persisten dan insufisiensi korpu sluteum.
Pada siklus anovulasi terjadi stimulasi estrogen berlebihan
(wnopposedestrogen) pada endometrium. Endometrium mengalami proliferasi
berlebih tetapi tidak diikuti dengan pembentukan jaringan pernyangga yang baik
karena kadar progesteron rendah. Endometrium menjadi tebal tapi rapuh,
jaringan endometrium lepas tidak bersamaan dan tidak ada kolaps jaringan
sehingga terjadi perdarahan yang tidakt eratur. Penyebab anovulasi bermacam-
macam mulai dari belum matangnya aksis hipotalamus – hipofisis ovarium
sampai suatu keadaan yang mengganggu aksis tersebut. Sindroma ovarium
polikistik merupakan contoh salah satu keadaan yang mengganggu aksis
hipotalamus hipofisis – ovarium sehingga terjadi perdarahan uterus disfungsi
anovulasi.

Manifestasiklinis
Terminologi gangguan haid tersebut berdasarkan karakteristik haid normal yaitu
durasi 4 - 7 hari, jumlah darah 30 - 80 ml, dan interval 24 - 35 hari.
• Menoragia adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih banyak
dan/atau durasi lebih lama dari normal dengan siklus yang normal teratur
• Metroragia ditandai dengan interval tidak teratur dengan jumlah darah
dan durasi lebih dari normal.
• Hipomenorea adalah perdarahan haid dengan jumlah darah lebih sedikit
dan atau durasi lebih pendek dari normal
• Polimenorea adalah haid dengan siklus yang lebih pendek dari normal
yaitu kurang dari 21 hari
• Oligomenorea adalah haid dengan siklus yang lebih panjang dari normal
yaitu lebih dari 35 hari
PUD menggambarkan spektrum pola perdarahan uterus abnormal yang dapat
terjadi setiap saat dan tidak diduga, yaitu dapat berupa perdarahan akut dan
banyak, perdarahan ireguler, metroragia, menometroragia, oligomenorea dan
menoragia. PUD dapat terjadi pada setiap umur antara menarke dan
menopause, tetapi paling sering dijumpai pada masa perimenarke dan
perimenopause

Diagnosis
Perlu diperhatikan bahwa gangguan haid atau perdarahan uterus abnormal
bukan suatu diagnosis, tetapi merupakan keluhan yang membutuhkan evaluasi

9
secara saksama untuk mencari faktor penyebab keluhan perdarahan tersebut.
Perlu ditanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus
memanjang, oligomenorea, amenorea, sifa tperdarahan (banyakatausedikit),
lama perdarahan dan sebagainya. Jangan lupa menyingkirkan adanya
kehamilan/kegagalan kehamilan pada perempuan usia reproduksi. Keluhan
terlambath aid, mual, nyeri, dan mulas sebaknya ditanyakan.Pemeriksaan
palpasi bimanual untuk melihat pembesaran uterus, tes kehamilanBhCG, dan
ultrasonografi sangat membantu memastikan adanya gangguan kehamilan.
Penyebab iatrogenik juga harus dievaluasi, termasuk di dalamnya adalah
pemakaian obat hormon, kontrasepsi, antikoagulan, sitostatika, kortikosteroid,
dan obat herbal. Bahan obat tersebut akan mengganggu kadar estrogen dan
faktor pembekuan darahs ehingga berpontensi terjadi juga perdarahan. Riwayat
dan tanda penyakit sistemik perlu secara cermat ditanyakan. Beberapa penyakit
yang mungkin bisa jadi penyebabperdarahan, misalnyapenyakittiroid, hati,
gangguan pembekuan darah, tumor hipofisis, sindrom aovarium polikistik dan
keganasan tidak boleh dilewatkan untuk dieksplorasi.
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilaistabilitas keadaan
hemodinamik akibat perdarahan uterus abnormal. Bila kondisi stabil selanjutnya
pemeriksaan umum ditujukan untuk mengetahui kemungkinan kelainan yang
menjadi sebab perdarahan.Periksa tandahi perandrogen, menilai indeks massa
tubuh, galaktorea, gangguan lapang pandang yang mungkin suatu sebab
adenohipofisis, ikterus, hepatomegali, dantakikardia. Pemeriksaan ginekologi
dilakukan untuk menyingkirkan kelainanorganik yang dapat menyebabkan
perdarahan uterus abnormal, misalnya mioma uteri, polip serviks, ulkus, trauma,
erosi, tumor, atau keganasan.Sering kali evaluasi untuk menentukan diagnosis
tumpang tindih dengan penanganan yang dilakukan pada perdarahan uterus
abnormal.

Tata laksana
Penanganan Pertama
Penanganan pertama ditentukan pada kondisi hemodinamik. Bila keadaan
hemodinamik tidak stabil segera masuk rumah sakit untuk perawatan perbaikan
keadaan umum. Bila keadaan hemodinamik stabil, segera dilakukan penanganan
untuk menghentikan perdarahan.
Perdarahan Akut dan Banyak
Perdarahan akut dan banyak sering terjadi pada 3 kondisi yaitu pada remaja
dengan gangguan koagulopati, dewasa dengan mioma uteri, dan pada
pemakaian obat antikoagulansia. Ditangani dengan 2 cara, yaitu dilatasi kuretase
dan medikamentosa.

10
• Dilatasi dan kuretase
Bila ada kecurigaan keganasan dan kegagalan dengan terapi medikamentosa.
Perdarahan uterus abnormal dengan risiko keganasan yaitu, bila usia > 35 tahun,
obesitas, dan siklus anovulasi kronis.
• Penanganan medikamentosa
Terdapat beberapa macam obat hormon yang dapat dipakai untuk terapi
perdarahan uterus abnormal.
 Kombinasi estrogen progestin
Dosis dimulai dengan 2 x 1 tablet selama 5 – 7 hari dan setelah terjadi
perdarahan lucut dilanjutkan 1 x 1 tablet selama 3 – 6 siklus. Dapat pula
diberikan dengan dosis tapering 4 x 1 tablet selama 4 hari, diturunkan dosis
menjadi 3 x 1 tablet selama 3 hari, 2 x 1 tablet selama 2 hari, 1 x 1 tablet selama
3 minggu kemudian berhenti tanpa obat selama 1 minggu, dilanjutkan pil
kombinasi 1 x 1 tablet selama 3 siklus. Pemakaian pil kontrasepsi kombinasi
akan mengurangi jumlah darah haid sampai 60% dan patofisiologi terjadinya
kondisi anovulasi akan terkoreksi sehingga perdarahan akut dan banyak akan
disembuhkan.
• Estrogen
Pemberian estrogen oral dosis tinggi cukup efektif untuk mengatasi perdarahan
uterus abnormal, yaitu estrogen konjugasi dengan dosis 1,25 mg atau 17β
estradiol 2 mg setiap 6 jam selama 24 jam. Setelah perdarahan berhenti
dilanjutkan dengan pemberian pil kontrasepsi kombinasi. Rasa mual bisa terjadi
pada pemberian terapi estrogen.
• Progestin
Diberikan selama 14 hari kemudian berhenti tanpa obat selama 14 hari, diulang
selama 3 bulan. Biasanya progestin diberikan bila ada kontraindikasi terhadap
estrogen. Saat ini tersedia beberapa sediaan progestin oral yang bisa digunakan
yaitu Medroksi progesteron asetat (MPA) dengan dosis 2 x 10 mg, Noretisteron
asetat dosis 2 x 5 mg, Didrogesteron dosis 2 x 10 mg, dan Normegestrol asetat
dosis 2 x 5 mg. Dalam pemilihan jenis progestin harus diperhatikan dosis yang
kuat untuk menghentikan perdarahan uterus abnormal. Progestin meruupakan
anti estrogen yang akan menstimulasi aktivitas enzim 17β hidrosisteroid
dehidrogenase dan sulfotranferase sehingga mengonversi estradiol menjadi
estron. Progestin akan mencegah terjadinya endometrium hiperplasia.

Perdarahan Ireguler
Perdarahan ireguler dapat dalam bentuk metroragia, menometroragia,
oligomenorea, perdarahan memanjang yang sudah terjadi dalam hitungan
minggu atau bulan, dan berbagai bentuk pola perdarahan lainnya. Bentuk pola
perdarahan diatas digabungkan karena mempunyai penanganan yang relatif

11
sama.Sebelum memulai dengan terapi hormon sebaiknya penyebab sistemik
dievaluasi lebih dulu, seperti yang dilakukan di bawah ini:
• Periksa TSH: evaluasi penyakit hipotiroid dan hipertiroid sebaiknya
dilakukan sejak awal.
• Periksa prolaktin: bila ada oligomenorea atau hipermenorea.
• Lakukan PAP smear: bila didapatkan perdarahan pascasanggama.
• Bila curiga atau terdapat risiko keganasan endometrium: lakukan biopsi
endometrium dan pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan dengan USG
transvagina. Bila terdapat keterbatasan untuk melakukan evaluasi seperti
tersebut di atas dapat segera melakukan pengobatan seperti di bawah ini, yaitu:
 Kombinasi estrogen progestin
Berikan pil kontrasepsi kombinasi dosis 1 x 1 tablet sehari, diberikan secara siklik
selama 3 bulan.
 Progestin
Bila terdapat kontraindikasi pemakaian pil kontrasepsi kombinasi, dapat diberi
progestin misalnya: MPA 10 mg 1 x 1 tablet per hari. Pengobatan dilakukan
selama 14 hari dan dihentikan selama 14 hari. Pengobatan progestin diulang
selama 3 bulan.
Bila pengobatan medikamentosa gagal sebaikan dipertimbangkan untuk dirujuk
ke tempat pengobatan dengan fasilitas yang lebih lengkap. Pemeriksaan USG
transvagina atau infus salin sonohisterografi dilakukan untuk mendeteksi mioma
uteri dan polip endometrium. Kegagalan terapi medikamentosa bisa menjadi
pertimbangan untuk melakukan tindakan bedah, misalnya ablasi endometrium,
reseksi histeroskopi, dan histerektomi.
Pada keadaan tertentu terjadi variasi minor perdarahan ireguler yang tidak
diperlukan evaluasi seperti di atas. Perdarahan ireguler yang terjadi dalam 2
tahun setelah menarke biasanya karena anovulasi akibat belum matangnya
poros hipotalamus – hipofisis – ovarium. Haid tidak datang dengan interval
memanjang sering terjadi pada periode perimenopause. Pada keadaan demikian
konseling sangat diperlukan, tetapi bila diperlukan dapat diberi kombinasi
estrogen progesteron.
Menoragia
Menoragia adalah perdarahan lebih dari 80 ml atau ganti pembalut lebih dari 6
kali per hari dengan siklus yang normal teratur. Perhitungan jumlah darah
seringkali tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang keluar. Menoragia dapat
ditangani tanpa biopsi endometrium.karena siklusnya yang masih teratur jarang
merupakan tanda kondisi keganasan. Walaupun demikian, bila perdarahan lebih
dari 7 hari atau terapi dengan obat gagal, pemeriksaan lanjut menggunakan USG
transvagina dan biopsi endometrium sangat dianjurkan. Pemeriksaan faal
pembekuan darah sebaiknya dilakukan. Pengobatan medikamentosa untuk
menoragia dapat dilakukan seperti di bawah ini, yaitu:

12
• Kombinasi estrogen progestin
Tata cara pengobatan sesuai pada pengobatan perdarahan ireguler.
• Progestin
Diberikan bila terdapat kontraindikasi pemakaian estrogen. Tata cara pengobatan
sesuai dengan pengobatan perdarahan ireguler.
• NSAID (Obat anti inflamasi nonsteroid)
• Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) berisi Lenovorgestrel
AKDR Lenovorgestrel terbukti efektif dan efisien dibandingkan operasi
histerektomi pada kasus menoragia.
Penanganan dengan Medikamentosa Nonhormon
Penanganan medikamentosa diberikan bila tidak ditemukan keadaan patologi
pada panggul. Tujuan medikamentosa tersebut adalah mengurangi jumlah darah
yang keluar, menurunkan risiko anemia, dan meningkatkan kualitas hidup.
Medikamentosa nonhormon yang dapat digunakan untuk perdarahan uterus
abnormal adalah sebagai berikut.
Obat Antiinflamasi Nonsteroid(NSAID)
Terdapat 5 kelompok NSAID berdasarkan susunan kimianya, yaitu (1) Salisilat
(aspirin), (2) Analog asam indoleasetik (indometasin), (3) Derivat asam aril
proponik (ibuprofen), (4) Fenamat (asam mefenamat), (5) Coxibs (celecoxib).
Empat kelompok pertama bekerja dengan menghambat siklooksigenase-1 (COX-
1) dan kelompok terakhir bekerja menghambat siklooksigenase-2 (COX-2).
Asam mefenamat diberikan dengan dosis 250 – 500 mg 2 – 4 kali sehari.
Ibuprofen diberikan dengan dosis 600 – 1200 mg per hari. NSAID dapat
memperbaiki hemostasis endometrium dan mampu menurunkan jumlah darah
haid 20 – 50%. Efek samping secara umum adalah dapat menimbulkan keluhan
gastrointestinal dan merupakan kontraindikasi pada perempuan dengan ulkus
peptikum.
Antifibrinolisis
Endometrium memiliki sistem fibrinolitik. Pada perempuan dengan keluhan
menoragia ditemukan kadar aktivator plasminogen pada endometrium yang lebih
tinggi dari normal. Penghamat aktivator plasminogen atau obat antifibrinolisis
dapat digunakan untuk pengobatan menoragia.
Asam traneksamat bekerja menghambat plasminogen secara reversibel dan bila
diberikan saat haid mampu menurunkan perdarahan 40 – 50%. Efek samping
asam traneksamat adalah keluhan gastrointestinal dan tromboemboli yang
ternyata kejadiannya tidak berbeda bermakna dibandingkan kejadian pada
populasi normal.
Penanganan dengan Terapi Bedah
Faktor utama yang mempengaruhi pilihan penanganan perdarahan uterus
abnormal adalah apakah penderita telah menggunakan pengobatan
medikamentosa pilihan pertama dengan sedikit kesembuhan atau tidak ada
perbaikan keluhan sama sekali. Jika keadaan ini terjadi, penderita akan menolak

13
untuk kembali ke pengobatan medikamentosa, sehingga terapi bedah menjadi
pilihan.
Histerektomi merupakan prosedur bedah utama yang dilakukan pada kegagalan
terapi medikamentosa. Angka keberhasilan terhadap perdarahan mencapai
100%. Angka kepuasan cukup tinggi mencapai 95% setelah 3 tahun
pascaoperasi. Walaupun demikian, komplikasi tetap bisa terjadi berupa
perdarahan, infeksi, dan masalah penyembuhan luka operasi. Saat ini telah
dikembangkan prosedur bedah invasif minimal dengan cara ablasi untuk
mengurangi ketebalan endometrium. Cara ini diduga lebih mudah dilakukan, dan
sedikit komplikasi. Namun, tentunya masih perlu bukti dengan dilakukan evaluasi
lebih lanjut. Beberapa prosedur bedah yang saat ini digunakan pada penanganan
perdarahan uterus abnormal adalah ablasi endometrium, reseksi transerviks,
histeroskopi operatif, miomektomi, histerektomi, dan oklusi atau emboli arteri
uterina.
2. Diagnosis banding perdarahan uterus abnormal

Berikut merupakan diagnosis banding dariperdarahan uterus abnormal


(Deanna & Difat, 2007):

Struktural

Terdapat 4 organ yang dapatmenimbulkankelainanstrukturalsebagai


diagnosis banding perdarahan uterus abnormal:

 Uterus : leoimioma, adenomiosis, polip endometrium,


hiperplasiaataukanker endometrium, sarkoma uterus, AVM

 Serviks : polipendoserviks, displasiaataukankerserviks

 Tuba Fallopi : kanker

 Ovarium : tumor sex cord-stromal

Anovulasi

Gangguan yang menyebabkantidakterjadinyaovulasiberikutdapatmenjadi


diagnosis banding perdarahan uterus abnormal:

 Aksis HHO imaturataufolikelovarium yang menua

 Hipotiroidisme

14
 Hiperprolaktinemia : gangguanhipofisisatauhipotalamus

 Kelebihanhormon androgen : PCOS (sindromovariumpolikistik),


CAH (hiperplasia adrenal kongenital), Sindrom Cushing

 Kegagalanovariumprematur

Kehamilan

Nidasi pada kehamilan, kehamilan ektopik, dan abortus merupakan


diagnosis banding perdarahan uterus abnormal.

Eksogen

Berikut adalah penyebab eksogen yang dapat menyerupai perdarahan


uterus abnormal:

 Trauma

 IUD

 Medikamentosa (obat hormonal, antikoagulan, obat penginduksi


hiperprolaktinemia)

Infeksi

Penyakit infeksi yang dapat menjadi diagnosis banding perdarahan uterus


abnormal:

 PenyakitMenularSeksual (PMS)

 TB

 Endometritiskronik

 Infeksipaskapersalinanataupaskaabortus

Kelainan Sistemik

Kelainan sistemik juga dapat menjadi diagnosis banding perdarahan


uterus abnormal:

15
 Koagulopati

 Penyakit ginjalkronis

 Penyakit liver

 Hipertiroidisme

 Obesitas

Perdarahan uterus disfungsional anovulasi adalah diagnosis yang


dibuat dengan pengecualian. Diagnosis banding meliputi masalah yang
berkaitan dengan kehamilan, infeksi, kelainan vagina dan serviks,
neoplasia uterus jinak dan ganas, koagulopati, gangguan endokrin,
trauma, benda asing, penyakit sistemik, serta perdarahan yang berkaitan
dengan obat-obatan. Penyebab paling umum bervariasi berdasarkan
usia. Pada gadis premenarcheal, benda asing, trauma, dan infeksi adalah
yang paling umum. Pada remaja postmenarke, perdarahan anovulasi,
koagulopati, infeksi, dan komplikasi kehamilan menjadi prioritas utama.
Selama tahun-tahun reproduksi, sebagian besar perdarahan abnormal
terjadi akibat anovulasi, kontrasepsi hormonal, komplikasi kehamilan,
infeksi, gangguan endokrin polip dan mioma. Pada wanita
perimenopause, anovulasi, neoplasia uterus jinak, dan hiperplasia
endometrium menyebabkan sebagian besar masalah, dan pada wanita
pascamenopauseterjadiatrofi vagina atau endometrium serta terapi
hormon adalah penyebab paling umum dari perdarahan abnormal, hanya
sekitar 10% perdarahan pascamenopause terjadi akibat kanker
endometrium.(Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility, 2005)

Komplikasi kehamilan selalu harus dipertimbangkan dan


dikecualikan, terutama pada remaja yang mungkin enggan
mengungkapkan riwayat seksual mereka. Penting untuk menekankan
bahwa penyebab paling umum dari pola menstruasi teratur yang dapat
diprediksi adalah komplikasi kehamilan, aborsi terancam atau spontan
dan kehamilan ektopik adalah yang paling umum, tetapi kemungkinan
juga termasuk produk konsepsi dan penyakit trofoblas gestasional
kehamilan.(Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility, 2005)

16
Meskipun perdarahan abnormal adalah masalah yang relatif
umum pada wanita yang menggunakan kontrasepsi hormonal atau
menerima terapi hormon estrogen-progestin kombinasi terus menerus
secara fisiologis, kemungkinan patologi yang mendasarinya tidak boleh
dilupakan. Infeksi seperti servisitis, endometritis, dan salpingitis dapat
dikaitkan dengan perdarahan abnormal. Perdarahan yang berhubungan
dengan neoplasia uterus jinak, polip serviks dan endometrium, serta
mioma uterus, sering dibingungkan dengan perdarahan anovulasi.
Patologi lain dari saluran reproduksi yang berhubungan dengan
perdarahan abnormal termasuk adenomiosis dan keganasan serviks dan
endometrium. Siklus menstruasi yang tidak normal kadang-kadang adalah
salah satu tanda awal kelainan tiroid (hipotiroidisme atau hipertiroidisme).
(Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility, 2005)

Kemungkinan koagulopati juga harus diingat, terutama pada


remaja yang riwayat haidnya pendek dan belum didefinisikan dengan
baik. Penyebab paling umum dari pendarahan uterus abnormal pada
remaja adalah anovulasi, tetapi hingga sepertiga mungkin memiliki cacat
koagulasi,termasuk penyakit von Willebrand, Glanzmann thrombasthenia,
purpura trombositopenik idiopatik, disfungsi trombosit idiopatik, disfungsi
trombosit, dan trombositopenia yang berhubungan dengan keganasan
atau pengobatan untuk keganasan. Gangguan perdarahan biasanya
dikaitkan dengan perdarahan siklik, teratur, berat, atau lama (menoragia).
Pola yang sama dapat diamati pada wanita yang menerima pengobatan
dengan antikoagulan. Riwayat perdarahan postpartum sebelumnya atau
perdarahan berlebihan dengan operasi, atau trauma harus menimbulkan
kecurigaan, tetapi menorrhagia karena menarche mungkin merupakan
satu-satunya petunjuk.(Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility,
2005)

Berbagai obat yang berbeda dapat mempengaruhi perdarahan


abnormal, dengan mengganggu hemostasis (biasanya mengakibatkan

17
menoragia), dengan memengaruhi konsentrasi hormon endogen atau
eksogen (menyebabkan fluktuasi dalam tingkat sirkulasi), atau dengan
mengganggu poros hipotalamus-hipofisis-ovarium.Obat-obatan yang
berhubungan dengan perdarahan menstruasi abnormal termasuk
kontrasepsi hormonal, yang digunakan untuk terapi hormon
pascamenopause, digitalis, antikonvulsan, antikoagulan, dan obat-obatan
psikofarmakologis.(Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility,
2005)

Meskipun tidak umum, kemungkinan diagnostik lainnya termasuk


penyakit sistemik yang merupakan predisposisi kelainan anovulasi atau
koagulasiontohnya termasuk diabetes mellitus, systemic lupus
erythematosus, keganasan, dan myelodysplasia. Penyakit ginjal kronis
dikaitkan dengan disfungsi ovulasi dan trombosit. Penyakit hati dapat
menyebabkan perdarahan abnormal dengan memengaruhi metabolisme
estrogen (predisposisi anovulasi) atau sintesis faktor pembekuan. Pada
remaja, trauma genital, pelecehan seksual, servisitis yang berhubungan
dengan infeksi menular seksual (Chlamydia trachomatis),patut mendapat
pertimbangan khusus.(Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility,
2005)

18
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perdarahan uterus abnormal (PUA) adalah perdarahan haid yang
banyak sehingga perlu dilakukan penanganan yang cepat untuk mencegah
kehilangan darah.PUA merupakan perdarahan gangguan siklus menstruasi dapat
bersifat structural dan non structural. PUA bersifat structural dapat dinilai dengan
berbagai teknik pencitraan dan atau pemeriksaan histopatologi ,sedangkan PUA
non structural tidak dpat dinilai dengan teknik pencitraan atau pemeriksaan
histopatologi. Klasifikasi perdarahan uterus abnormal (PUA) terbagi menjadi tiga
yaitu :akut, kronik, dan perdarahan tengah (intermenstrual bleeding)
Penegakan diagnosis dapat dilakukan dengan melakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium, ultrasonografi, pap smear, biopsy, dan histeroskopi. Selanjutnya,
dapat dilakukan terapi berdasarkan etiologi perdarahan dapat berupa
medikamentosa dan non medikamentosa.

B. SARAN
Sebaiknya mahasiswa mampu mempelajari kembali perdarahan uterus
abnormal (PUA) dan dapat membedakan jenis PUA agar dapat melakukan
penanganan yang tepat pada perdarahan uterus abnormal karena kasus tersebut
sangat sering terjadi.

19
DAFTAR PUSTAKA

HIFERI-POGI.(2011). PanduanTatalaksanaPerdarahan Uterus Abnormal


karenaEfekSampingKontrasepsil. Jakarta,.

Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. (2011). Panduan Tata Laksana


Perdarahan Uterus Abnormal. Jakarta.

Prawirohardjo, S., & Wiknjosastro, H. (2014). Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

20

Anda mungkin juga menyukai