Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ABORTUS

Disusun oleh:
Kelompok 4
1. Ahmad Julkandri
2. Arif Agustiansyah
3. Azan Fariscy
4. Dian Takwa H
5. Hafidh Triandha Khan
6. Raudhatul Muttaqin
7. T.M. Isro Al Ha’qi
8. Vabella Desdicha
9. Vanny Nurdelima Habsi

LEMBAR HALAMAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya serta memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Abortus”. Shalawat beriringkan salam kepada Nabi Muhammad SAW, serta keluarga dan
sahabatnya yang telah membawa umat manusia kea lam yang penuh ilmu pengetahuan.

Terimakasih kami ucapkan kepada fasilitator yang telah membimbing dan telah
mengarahkan tujuan diskusi sehingga kami dapat mencapai tujuan pembelajaran dan
menyelesaikan makalah hasil diskusi ini. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah
hasil diskusi ini masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
masukan dari tutor ataupun dari rekan mahasiswa/I untuk kesempurnaan pembuatan makalah
hasil diskusi ini.

Pekanbaru, 07 November 2019


Penulis,

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

LEMBAR HALAMAN ............................................................................................................ 1


KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 4
1.1 KASUS 1 ..................................................................................................................... 4
1.2 STEP 1......................................................................................................................... 4
1.3 STEP 2......................................................................................................................... 5
1.4 STEP 3......................................................................................................................... 5
1.5 STEP 4......................................................................................................................... 6
1.6 STEP 5......................................................................................................................... 6
II. PEMBAHASAN ................................................................................................................... 7
2.1 KEHAMILAN ........................................................................................................... 7
2.1.1 Definisi Kehamilan .............................................................................................. 7
2.1.2 Fisiologi Terbentuknya embrio ............................................................................ 7
2.1.3 Fisiologi Ibu Hamil .............................................................................................. 7
2.1.4 Tanda-Tanda Kehamilan .................................................................................... 15
2.1.5 Penentuan Usia Kehamilan. ............................................................................... 16
2.1.6 Tes β HCG ......................................................................................................... 16
2.1.7 Diagnosis Banding Kehamilan .......................................................................... 17
2.2 PERDARAHAN JALAN LAHIR HAMIL MUDA.............................................. 18
2.2.1 Definisi dan Klasifikasi Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda .......................... 18
2.2.2 Etiologi dan Faktor Risiko Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda ...................... 19
2.2.3 Patogenesis dari Klasifikasi Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda .................... 20
2.2.4 Penegakkan Diagnosis dari Klasifikasi Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda .. 23
2.2.5 Penatalaksanaan Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda ...................................... 26
III. PENUTUP ........................................................................................................................ 31
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 31
3.2 Saran .......................................................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 32

3
I. PENDAHULUAN

1.1 KASUS 1

KASUS 1
KELUAR FLEK DARI KEMALUAN

Wanita, usia 27 tahun G2A1P0 usia kehamilan 12 minggu datang ke Puskesmas dengan
keluhan perdarahan dari jalan lahir sejak 2 jam yang lalu dan tidak ada keluar jaringan.
Keluhan lain adalah nyeri perut bawah. Pemeriksaan TTV, TD 90.60 mmHg, nadi
104x/menit, napas 26x/menit dan T 37’C. Hasil pemeriksaan inspekulo OUE terbuka dan
tampak darah keluar dari jalan lahir. Dokter melakukan tatalaksana awal pada pasien dan
mengkomunikasikan pada pasien bahwa ia akan dirujuk ke dokter spesialis. Pasien
bertanya, apakah kehamilannya bisa dipertahankan karena ini kehamilan yang kedua.

1.2 STEP 1
Terminologi
G2A1PO Merupakan status paritas dari seorang wanita hamil dengan G
(gestasi), A (Abortus) dan P (Paritas). Maksudnya, seorang
wanita telah mengandung 2 kali dengan jumlah abortus 1 kali.
Flek Tetes / bercak
Inspekulo Pemeriksaan inspeksi pada genitalia interna dengan
menggunakan spekulum vagina
Kehamilan Proses fertilisasi / penyatuan spermatozoa dan ovum hingga
nidasi / implantasi yang dalam waktu 40 minggu / 9 bulan akan
melahurkan anak
OUE Ostium Uteri Eksternum, merupakan pintu masuk yang berada
diluar rahim

4
Keyword
G2A1P0
Usia kehamilan 12 minggu
Keluhan utama: Keluar darah dari jalan lahir 2 hari yang lalu dan tidak ada keluar jaringan
Keluhan lain: Nyeri perut bawah
Hasil pemeriksaan inspekulo OUE: OUE terbuka dan tampak darah keluar
Hasil pemeriksaan TTV: TD 90/60 mmHg, nadi 104 x/menit, dan RR 26x/menit

1.3 STEP 2
1.1 Apa kemungkinan diagnosis pada kasus?
1.2 Apa yang menyebabkan perdarahan dan nyeri perut bawah pada kasus?
1.3 Dalam keadaan bagaimana OUE dapat terbuka?
1.4 Apakah ada hubungan perdarahan jalan lahir dengan usia kehamilan?
1.5 Bagaimana cara menghitung usia kehamilan?
1.6 Apa tatalaksana awal yang diberikan pada kasus?
1.7 Apa saja tanda-tanda pasti dan tidak pasti kehamilan?
1.8 Apakah perdarahan jalan lahir dapat membahayakan kehamilan?
1.9 Apakah kehamilan bisa dipertahankan?
1.10 Apa indikasi dari pemeriksaan inspekulo?
1.11 Apa saja faktor risiko terjadinya perdarahan jalan lahir?
1.12 Bagaimana TTV normal pada orang hamil?
1.13 Apa kriteria rujukan pada pasien dalam kasus?
1.14 Kenapa TD pasien mengalami penurunan?

1.4 STEP 3
BRAINSTORMING

5
1.5 STEP 4

DEFINISI, FISIOLOGI,
TANDA-TANDA KEHAMILAN,
PENEGAKKAN DIAGNOSIS
DIAGNOSIS BANDING

KEHAMILAN

PERDARAHAN JALAN LAHIR

Iminens, Insipiens, Incomplete, DEFINISI, ETIOLOGI, FAKTOR RISIKO,


Complete, Blighted ovum, KET, PATOFISIOLOGI, PENEGAKKAN
molahidatidosa DIAGNOSIS, TATALAKSANA AWAL
DAN EDUKASI

1.6 STEP 5
1. Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
2. Fisiologi Terbentuknya embrio
3. Fisiologi Ibu Hamil
4. Tanda-Tanda Kehamilan
5. Penentuan Usia Kehamilan
6. Tes Immunokromatografi HCG Urin
7. Diagnosis Banding Kehamilan
2. Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
1. Definisi Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
2. Klasifikasi Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
3. Etiologi dan Faktor Risiko Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
4. Patogenesis dari Klasifikasi Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
5. Penegakkan Diagnosis dari Klasifikasi Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
6. Penatalaksanaan Awal Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda

6
II. PEMBAHASAN
2.1 KEHAMILAN
2.1.1 Definisi Kehamilan
Menurut federasi obstetric ginekologi international, kehamilan didefenisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Bila di hitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan
normal akan berlangsung dalam 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kelender
international. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester ke satu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke -13 hingga ke – 27) dan
trimester ke 13 minggu ( minggu ke- 28 hingga ke – 40)
Menurut Departemen Kesehatan RI, 2007, kehamilan adalah masa dimulai saat
konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal 280 hari (40 minggu / 9 bulan 7
hari) di hitung dari triwulan / trimester pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan,
trimester / trimester ke-2 dari bulan ke- 4 sampai 6 bulan, triwulan/ trimester ke-3 dari
bulan ke-7 sampai ke-9.

2.1.2 Fisiologi Terbentuknya embrio


Untuk terjadinya kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi. Dalam proses pembuahan, dua unsur
penting yang harus ada yaitu sel telur dan sel sperma. Sel telur diproduksi oleh indung
telur atau ovarium wanita, saat terjadi ovulasi seorang wanita setiap bulannya akan
melepaskan satu sel telur yang sudah matang, yang kemudian ditangkap oleh rumbai –
rumbai (microfilamen fimbria) dibawa masuk kerahim melalui saluran telur (tuba
fallopi), sel ini dapat bertahan hidup dalam kurun waktu 12-48 jam setelah ovulasi.
Berbeda dengan wanita yang melepaskan satu sel telur setiap bulan, hormon pria testis
dapat terus bekerja untuk menghasilkan sperma.

1. Pembuahan (fertilisasi).
Feritilasi, penyatuan gamet pria dan wanita, dalam keadaan normal terjadi di
ampula, yaitu sepertiga atas oviduktus . Oleh sebab itu, baik ovum maupun sperma
harus diangkut dari tempat produksi mereka di gonad ke ampula. Jutaan spermatozoa
di tumpahkan di forniks vagina dan di sekitar porsio pada waktu koitus. Hanya
beberapa ratus ribu spermatozoa dapat terus ke kavum uteri dan tuba, dan hanya
beberapa ratus dapat sampai di bagian ampula tuba dimana spermatozoa dapat
memasuki ovum yang telah siap untuk di buahi , itulah merupakan penyebab mengapa
konsentrasi sperma harus sangat tinggi (20 juta/mL semen) agar seorang pria dapat
dianggap subur. Penyebab lain adalah bahwa diperlukan enzim-enzim akrosom dari
banyak sperma untuk menembus sawar yang mengelilingi ovum. Pada spermatozoa

7
ditemukan peningkatan konsentrasi DNA di nucleusnya, dan kaputnya lebih mudah
menembus dinding ovum oleh karena di duga dapat melepaskan hailuronidase.

Gambar 1. Transpor Sperma Bertemu Ovum ke Tempat Fertilisasi (Oviduktus)


(Sumber: Sherwood, 2013)

Ekor sperma digunakan untuk bergerak bagi penetrasi akhir ovum. Untuk membuahi
sebuah ovum, sebuah sperma mula-mula harus melewati korona radiata dan zona
pelusida yang mengelilingi sel telur. Sperma menembus korona radiata dengan
memakai enzim-enzim terikat membran di membran permukaan yang berada
mengelilingi kepala sperma

Gambar 2. Proses Fertilisasi


(Sumber: Sherwood, 2013)

8
Selanjutnya, pelepasan Ca2+ ke sitosol ovum ini memicu pembelahan meiosis
kedua sel telur, yang sekarang siap untuk bersatu dengan sperma untuk menyelesaikan
proses fertilisasi. Dalam satu jam, nukleus sperma dan sel telur menyatu berkat adanya
suatu sentrosom yang disediakan oleh sperma yang membentuk mikrotubulus untuk
membawa kromosom pria dan wanita bersama untuk bersatu. Selain untuk
membagikan sebagian kromosomnya ke ovum yang terfertilisasi, yang sekarang
disebut zigot, sperma pemenang ini juga mengaktifkan enzim-enzim ovum yang
esensial bagi perkembangan awal mudigah. Karena itu, fertilisasi menyelesaikan dua
kejadian yang mengombinasikan gen dari kedua orang tua untuk membentuk suatu
organisme yang unik dari segi genetik dan mengatur perkembangan organisme tersebut.
Zigot yang terdiri atas bahan genetik dari wanita dan pria, pada manusia terdapat
46 kromosom dengan rincian 44 dalam bentuk autosom (kromosom yang bukan
kromosom seks) sedangkan lainya sebagai kromosom pembawa tanda seks, pada
seorang pria satu kromosom X dan satu kromosom Y. Sedangkan pada wanita dengan
tanda seks kromosom X. Jika spermatozoon kromosom X bertemu, terjadi jenis
kelamin wanita dan sedangkan bila kromosom seks Y bertemu, terjadi jenis kelamin
pria, sehingga yang menentukan jenis kelamin adalah kromosom dari pria/ pihak suami.
Sekitar 24 jam setelah konsepsi, zigot mengalami pembelahan menjadi 4 sel, 8 sel
hingga 16 sel yang disebut blastomer (sel yang dihasilkan dari pembelahan ovum yang
sudah dibuahi).
Setelah tiga hari sel-sel tersebut akan membelah membentuk buah arbei dari 16
sel tersebut atau disebut dengan morula dalam waktu empat hari. Saat morula masuk
kedalam rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida lalu masuk kedalam
ruang sel yang ada dimassa sel dalam. Berangsur – angsur ruang antar sel menyatu dan
akhirnya terbentuklah sebuah rongga (blastocoele) biasa disebut blastokista dalam
waktu lima hari. Pada sel bagian dalam disebut embrioblas dan bagian luar disebut
trofoblas. Seiring bergulirnya blastula menuju rongga uterus, zona pellusida/ membran
luar blastula akan menipis dan akhirnya menghilang sehingga trofblas dapat memasuki
dinding rahim/ endometrium dan siap berimplantasi di dalam dinding uterus.

Gambar 3. Tahap-Tahap Awal Perkembangan Fertilisasi Hingga Implantasi


(Sumber: Sherwood, 2013)

9
2. Implantasi (nidasi)
Pada hari keenam, lapisan trofoblas blastosis bersentuhan dengan
endometrium uterus, biasanya terjadi di dinding posterior atas dan mulai
berimplantasi. Pada lapisan luar sel (trofoblas), dapat mengeluarkan enzim
proteolitik (enzim yang kaya protein) yang melarutkan sebagian endometrium.
Jaringan endometrium banyak mengandung sel-sel desidua yaitu sel-sel besar yang
banyak mengandung glikogen dan mudah dihancurkan oleh trofoblas, lalu sel-sel
trofoblas (sinsitiotrofoblas) menyekresi enzim yang mengikis endometrium untuk
membantu penyediaan nutrisi bagi embrio yang tengah berkembang serta
membantu perlekatan embrio pada endometrium. Blastula berisi massa sel dalam
(inner cell mass) akan mudah masuk ke dalam desidua, menyebabkan luka yang
kemudian sembuh dan menutup lagi. Saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat
luka desidua (tanda hartman) .

Gambar 4. Implantasi pada Blastokista


(Sumber: Sherwood, 2013)

10
2.1.3 Fisiologi Ibu Hamil
Perubahan anatomi dan fisiologi pada wanita hamil sebagian besar sudah terjadi
segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Perubahan ini
merupakan adaptasi dari wanita hamil yang bersifat normal dan akan kembali seperti
keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan menyusui selesai. Perubahan-
perubahan ini dapat terjadi pada saluran reproduksi, kulit, payudara, perubahan
metabolik, perubahan hematologi, pada sistem kardiovaskular, saluran
pernapasan,sistem kemih, saluran pencernaan dan sistem lainnya (Cunningham,
2014). Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.

11
Tabel 1. Perubahan Anatomi dan Fisiologi pada Wanita Hamil
Saluran Reproduksi
Uterus Pada uterus, terdapat beberapa perubahan yang terjadi, yaitu uterus mengalami pembesaran, terdapat tanda pisckaseck, dan kontraksi
braxton hicks.
a. Pembesaran uterus pada awal kehamilan distimulasi oleh hormon estrogen (utama) dan sedikit progesteron. Hal ini dapat
mengakibatkan terjadinya peregangan dan hipertofi pada sel-sel otot, sementara prduksi miosit yang baru sangat terbatas.
b. Posisi plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, dimana bagian uterus yang mengelilingi tempat impantasi plasenta
akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan bagian lainnya. Hal ini akan menyebabkan pembesaran uterus yang tidak simetris.
Fenoma ini dikenal dengan tanda pisckaseck.
c. Pada awal kehamilan, uterus sudah mengalami kontraksi secara irreguler, yang secara normalnya tidak nyeri. Kontraksi ini dapat
dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Fenomena ini dikenal dengan kontraksi braxton hicks.
Serviks Adanya peningkatan vaskularisasi dan edem secara keseluruhan pada serviks, disertai adanya hipertrofi dan hiperplasia kelenjar serviks,
serviks sudah mulai mengalami perlunakan dan sianosis (kebiruan). Tanda ini dikenal dengan tanda goodell.
Pada akhir kehamilan Serviks menjadi lunak sekali dan portio menjadi pendek (lebih dari setengahnya mendatar) dan dapat dimasuki
dengan mudah oleh satu jari. Serviks yang demikian disebut Serviks yang matang dan merupakan syarat untuk persalinan.
Ovarium Pada salah satu ovarium dapat ditemukan corpus luteum graviditas yang berfungsi untuk menghasilkan progesteron yang bertahan
selama 6 – 7 minggu pertama kehamilan. Tetapi setelah itu corpus luteum graviditasnya akan mengalami pengerutan.
Vagina Selama kehamilan, terjadi peningkatan vaskularisasi dan hiperemis di kulit dan otot perineum dan vulva, disertai perlunakan jaringan
ikat dibawahnya. Meningkatnya vaskularisasi sangat mempengaruhi vagina dan menyebabkan warnanya menjadi keunguan. Fenomena
ini dikenal dengan tanda chadwick.
Selanjutnya, sekresi serviks ke dalam vagina selama kehamilan sangat meningkat dan berupa cairan putih agak kental. pH cairan ini
asam dengan kisaran 3,5 sampai 6. Hal ini disebabkan terjadi peningkatan produksi asam laktat dari glikogen di epitel vagina oleh
Lactobacillus achidophilus.
Kulit
Dinding Ditemukan adanya alur kemerahan yang sedikit cekung dikulit abdomen, dan kadang dikulit payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
abdomen dengan striae gravidarum. Hal ini disebabkan karena pertambahan berat badan selama kehamilan dan peregangan pada kulit. Pada
multipara, selain striae gravidarum seringkali ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
Hampir 90% wanita hamil juga ditemukan garis pertengahan di dinding abdomen (linea alba) yang mengalami hiperpigmentasi
sehingga warnanya berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang juga muncul dalam ukuran
yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau melasma gravidarum. Selain itu juga pada areola dan daerah
genital mengalami hiperpigmentasi. Pigmentasi ini biasanya akan menghilang setelah persalinan.

12
Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui. Estrogen
dan progesteron diketahui mempunya peran dalam melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pemicunya.
Payudara
Pada minggu-minggu awal kehamilan, wanita sering merasakan parestesia dan nyeri pada payudara. Setelah bulan kedua, payudara akan bertambah
ukuran dan vena-vena dibawah kulit akan lebih terlihat. Papilla mamae membesar dan hiperpigmentasi serta terlihat ereksi. Nyeri pada
payudara/parestesia terjadi karena pembesaran dari mamae oleh hipertrofi alveoli.
Perubahan Metabolik
sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan janin dan plasenta yang tumbuh pesat, wanita hamil mengalami perubahan-perubahan metabolik yang
besar dan intens. Salah satu efeknya yaitu terjadinya penambahan berat. Sebagian besar dari penambahan berat selama kehamilan disebabkan oleh uterus
dan isinya, payudara dan peningkatan volume darah serta cairan ekstrasel ekstravaskular, yaitu:
a. Berat janin (3 kg), placenta (0,5 kg), air ketuban (1 kg)
b. Berat rahim (dari 30 gr menjadi 1 kg)
c. Penimbunan lemak seperti di payudara, bokong, dan lain-lain (1,5 kg)
d. Penimbunan zat putih telur (2 kg)
e. Retensi air (1,5 kg)
Perubahan ini menghasilkan peningkatan air dan pengendapan lemak dan protein baru yang disebut dengan maternal reserves (cadangan ibu).
Selama kehamilan, terjadi penambahan berat dengan kisaran normal:
a. Dalam triwulan pertama penambahan berat + 1 kg
b. Dalam triwulan kedua penambahan berat + 5 kg
c. Dalam triwulan ketiga penambahan berat + 5,5 kg
Perubahan Hematologi
Volume darah pada wanita hamil mengalami penambahan, baik plasmanya maupun eritrositnya, disebabkan oleh hydraemia (kelebihan air dalam
darah) sehingga kadar Hb turun.
Batas-batas fisiologis adalah :
a. Hb 12,5 gr/dL
b. Eritrosit 3,5 juta / mm3
c. Leukosit 8000-10.000 / mm3
Jantung lebih berat bebannya dalam kehamilan disebabkan penambahan volume darah, perluasan daerah pengaliran, fetus yang membesar dan adanya
plasenta, serta jantung terdorong ke atas hingga axis-nya mengalami perubahan.
Organ Lain
Paru-paru Walaupun diafragma terdesak ke atas sekitar 4cm, kecepatan napas pada hakekatnya tidak mengalami perubahan, tetapi volume tidal
(0,66 – 0,88 L/menit) dan resting minute ventilation nya dari 10,7 L/menit sampai 14,1 L/menit. Peningkatan ini disebabkan adanya

13
dorongan respirasi terutama karena efek stimulatorik progesteron, volume cadangan ekspirasi yang rendah dan alkalosis respiratorik
terkompensasi. Sehingga kegiatan paru-paru pun bertambah untuk mencukupi kebutuhan janin akan O2.
Lambung Seringkali pada wanita hamil juga ditemukan pirosis/heartburn. Kemungkinan besar disebabkan refluks sekresi asam ke bagian bawah
esofagus. Hal ini mungkin diakibatkan penurunan dari kekuatan tonus sfingter esofagus dan perubahan posisi lambung. Selain itu, tekanan
intraesofagus mengalami penurunan dan tekanan intralambung mengalami peningkatan.
Terjadi peningkatan BHCG mengakibatkan waktu pengosongan lambung lebih lama dan tonus sfingter gastroesofagus menurun.
Selanjutnya terjadi distensi pada lambung dan mengakibatkan refluks, sehingga terjadi mual / muntah pada ibu hamil (morning sickness).
Muskulosk Gambaran khas pada kehamilan normal berupa lordosis progresif. Hal ini sebagai kompensasi posisi anterior uterus yang membesar,
eletal sehingga menggeser pusat gravitasi kembali ke ekstremitas bawah
Pada kehamilan trimester lanjut, wanita kadang merasa pegal, baal dan lemah di ekstremitas atas yang terjadi akibat lordosis hebat disertai
fleksi leher anterior dan melorotnya (jatuh) gelang bahu yang menimbulkan tarikan pada n.ulnaris dan medianus.
Mata Pada mata wanita hamil yang sering ditemukan berupa“krukenberg spindles”, yaitu kekeruhan merah kecoklatan di permukaan posterior
kornea (salah satu bentuk hiperpigmentasi) diduga karena efek hormon estrogen/progesteron.
Kolon Obstipasi atau hemoroid sering terjadi selama kehamilan terutama disebabkan adanya penekanan kolon oleh masa uterus dan peningkatan
tekanan vena-vena dibawah uterus yang besar
Vesica Terjadi perubahan letak anatomis pada vesica urinaria ibu hamil sebelum 12 minggu. Dengan bertambahnya ukuran uterus, terjadinya
Urinaria hiperemia yang mengenai seluruh organ di panggul, dan timbulnya hiperplasia otot da jaringan ikat kandung kemih, maka trigonum vesika
terangkat, maka akan menjadi dalam dan lebar.
Inkontinensia urin (tidak dapat mengontrol) biasanya terjadi pada trimester III karena desakan uterus yang semakin membesar
(Sumber: Cunningham, 2014)

14
2.1.4 Tanda-Tanda Kehamilan
1. Tanda-Tanda Tidak Pasti Hamil
Menurut panduan praktik klinis (PPK-IDI, 2017), tanda tidak pasti kehamilan
yaitu apabila tes kehamilan menunjukan HCG (+). Sedangkan menurut Sarwono
Prawiriharjdo (2010), tanda tidak pasti kehamilan sebagai berikut:
a. amenorea
b. mual dan muntah hiperemis
c. pembesaran payudara
d. pigmentasi kulit pada daerah puting susu, payudara, bokong
e. lelah
d. pembesaran uterus
2. Tanda Dugaan Kehamilan
Menurut Sarwono Prawiriharjdo (2016), tanda-tanda dugaan kehamilan yaitu:
a. Tanda Chadwick yaitu Pembuluh darah vagina bertambah, hingga warna selaput
lendirnya membiru
b. Tanda Goodell yaitu servix menjadi lunak
c. Tanda Hegar
d. Kontraksi Braxton Hicks dipergunakan untuk menentukan apakah anak dalam
rahim atau diluar rahim
e. Tanda Piskacek yaitu Uterus lebih cepat tumbuh di daerah implantasi ovum dan
di daerah insersi plasenta
3. Tanda-Tanda Pasti Hamil
Menurut PPK-IDI, 2014 tanda-tanda pasti kehamilan yaitu:
a. Denyut jantung janin (DJJ)( bila usia kehamilan > 8 minggu) dengan DJJ normal
120-160 kali per menit
b. Gerakan janin (bila usia kehamilan > 12 minggu)
c. Bila ditemukan adanya janin pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan
pemeriksaan obstetrik

15
2.1.5 Penentuan Usia Kehamilan.
Dalam menentukan usia kehamilan pada fasilitas layanan primer, terdapat dua cara
yaitu dengan mengetahui Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan pemeriksaan Tinggi
Fundus Uteri (TFU). Pada HPHT memiliki syarat bahwa wanita hamil memiliki siklus
haid teratur (28 hari) dan dapat dihitung dengan cara jarak HPHT hingga waktu terlambat
haid. Contohnya HPHT pada tanggal 1 November 2019. Siklus haid 28 hari. Sudah
terlambat haid 4 minggu. Maka usia kehamilannya adalah 8 minggu (28 hari = 4 minggu
+ 4 minggu terlambat haid).
Menurut Mc Donald, pengukuran TFU dapat menentukan usia kehamilan.Adapun
cara menentukan usia kehamilan dengan menggunakan TFU yaitu:
a. durasi kehamulan dalam bulan : TFU (cm) x 2/7
b. durasi kehamilan dalam minggu : TFU (cm) x 8/7
Tabel 2. Penentuan Tinggi Fundus Berdasarkan Usia Kehamilan
Usia kehamilan Palpasi Cm

12 minggu Teraba Diatas simpisis


pubis
16 minggu Diantara simpisis pubis dan
umbilikus
20 minggu Setinggi umbilikus (20±2) cm
22-27 minggu (Minggu gestasi ±2) cm
28 minggu Antara umbilikus dan (28±2) cm
pros.xipoideus
29-35 minggu (minggu gestasi ±2) cm
36 minggu Pada pros. xipoideus (36±2) cm
(Sumber: PPK IDI, 2017)

2.1.6 Tes β HCG


Tes immunokromatografi HCG dapat dilakukan dengan dua spesimen yaitu, darah
dan urin. Pada spesimen darah dilakukan dengan cara kualitatif dan kuantitatif. Pada
spesimen urin dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, tes imunokromatografi (test pack)
dan tes slide degan metode aglutinasi. Pemeriksaan HCG imunokromatografi merupakan
reaksi antara urin ibu hamil yang mengandung α dan β HCG dengan anti HCG α dan β
pada test line (T) dan kontrol line (C) yang akan menghasilkan tampakan sebagai berikut:
1. Jika timbul 2 haris yaitu pada T dan C merupakan hasil test (+)
2. Jika timbul 1 garis yaitu pada kontrol line (C) merupakan hasil test (-)

16
Gambar 5. Hasil Tampakan Test Pack
Pada hasil pemeriksaan test imunokromatografi β HCG juga dapat ditemukan
positif palsu dan negatif palsu. Positif palsu menyatakan hamil walaupun sebenarnya
tidak hamil. Penyebabnya adalah proteinuria yang masif , menjelang menopause
(peningkatan hormon gonadotropin dan penurunan fungsi ovarium) dan penyakit
imunologi. Proteinuria yang masif akan terjadi inaktivasi aglutinasi anti-HCG. Pada
penyakit imunologi menyebabkan reaksi positif palsu karena interaksi IgM dengan
reagen. Negatif palsu menyatakan tidak hamil walaupun sebenarnya hamil. Penyebabnya
yaitu pengujian yang terlalu dini dibawah 6 minggu, dihitung dari HPHT) atau terlalu
lama (diatas 18-20 minggu kehamilan) (Prawihardjo, 2016).

2.1.7 Diagnosis Banding Kehamilan


Menurut Sarwono Prawiriharjdo (2016) diagnosis banding kehamilan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
Tabel 3. Diagnosis Banding Kehamilan
No Diagnosis Banding Keterangan
1 Pseudosiesis terdapat amenorea, perut membesar, tetapi tanda-tanda
kehamilan lain dan reaksi kehamilan negatif. Uterus sebesar
biasa. Wanita mengaku dirinya hamil, tetapi sebenarnya
tidak hamil. Hal ini terjadi biasanya pada wanita yg ingin
sekali hamil.
2 Kista ovarii mungkin ada amenorea, perut semakin membesar, tetapi
uterusnya sebesar biasa
3 Mioma uteri dapat terjadi amenorea, perut makin membesar, uterus
semakin membesar, akan tetapi tanda-tanda kehamilan
seperti tanda Baxton-Hicks dan reaksi kehamilan negatif
4 Vesika urinaria uterus besar, tanda-tanda dan reaksi kehamilan negatif
dengan retensio urin
(Sumber: Prawirihardjo, 2016)

17
2.2 PERDARAHAN JALAN LAHIR HAMIL MUDA
2.2.1 Definisi dan Klasifikasi Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
Perdarahan yang terjadi pada awal kehamilan, umumnya 0-12 Minggu kehamilan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Definisi dan Klasifikasi Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
Jenis Perdarahan Jalan Lahir Muda
Kehamilan Ektopik Terganggu Blighted Ovum (Anembryonic
Abortus Molla Hidatidosa
(KET) Pregnancy)
Menurut New Shorter Oxford Implantasi embrio yang terjadi di Merupakan bentuk non-invasif Sel telur yang dibuahi lalu
Dittionary luar rahim, umumnya di tuba dari penyakit trofoblas gestasional kemudian berimplantasi di uterus
(2002), abortus adalah persalinan fallopi (NCBI, 2019). yang bersifat jinak namun namun tidak berkembang.
Definisi kurang bulan sebelum usia janin Lokasi terjadinya (gambar 8): memiliki potensi untuk menjadi Pada blighted ovum, kantubg
yang memungkinkan untuk hidup, Ampullary (80%), Isthmic (12%), ganas (NCBI, 2019). Hal ini dapat kehamilan (Embrio) terbentuk dan
dan dalam hal ini kata ini Fimbrial (5%), Cornual/Interstitial dilihat pada gambar 7. tumbuh, namun embrio tidak
bersinonim dengan keguguran. (2%), Abdominal (1.4%), berkembang.
Ovarian(0.2%) dan Cervical
(0.2%).
(Sumber:; Mummert et al, 2019; Ghassemzadeh et al, 2019; Cunningham, 2014)

Gambar 8. Lokasi Terjadinya KET


Gambar 6. Klasifikasi Abortus Gambar 7. Mola Hidatidosa
(Sumber: Kemenkes RI, POGI, 2013)

18
2.2.2 Etiologi dan Faktor Risiko Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
Tabel 5. Etiologi dan Faktor Risiko Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
Jenis Perdarahan Jalan Lahir Muda
Etiologi Blighted Ovum
Kehamilan Ektopik
& Abortus Molla Hidatinosa (Anembryonic
Terganggu (KET)
Faktor Pregnancy)
Risiko 1. Faktor Janin : 1. Riwayat Kerusakan 1. Wanita berusia Genetik :
Kelainan Perkembangan Zigot, Mudigah, Janin, Atau Kadang Plasenta Tuba 36- 40 tahun 1. Kelainan kromosom
a. Trisomi Autosom 13, 16, 18, 21, Dan 22 2. Riwayat memiliki risiko dari sperma atau sel
b. Riwayat Keguguran Sebelum Kehamilan Ektopik 2x lipat dan telur berkualitas
c. Monosomi (Kelainan Ini Menyebabkan Sindrom Turner) Sebelumnya (10%) meningkat 10x buruk (terlalu
d. Triploidi Dan Tertraploidi 3. Riwayat Infeksi kali pada wanita banyak atau sedikit
2. Faktor Ibu Genital (Satu Kali usia > 40 tahun kromosom)
Infeksi  Toxoplasma Gondii (Belum Pasti), Mycoplasma Hominis, Serangan 2. Riwayat 2. Trisomi &
Ureaplasma Urealyticum Dan Vaginosis Bakteri Salpingitis Dapat Kehamilan Mola monosomi
3. Kelainan Endokrin Diikuti Oleh Sebelumnya Status Gizi atau IMT :
Hipotiroidisme Kehamilan Ektopik 3. Pemakaian 1. Risiko keguguran
4. Diabetes Melitus Pada Hampir 9% kontrasepsi oral meningkat karena
5. Pemakaian Obat Dan Faktor Lingkungan Wanita) serta riwayat blighted ovum pada
a. Merokok 4. Merokok keguguran wanita dengan IMT
b. Alkohol 5. Riwayat Abortus meningkatkan ≥25 kg/m2
c. Kafein 6. Banyak Mitra kemungkinan Infeksi dan Cacat
d. Radiasi Seksual kehamilan mola Struktur Rahim
e. Kontrasepsi Oral 7. Riwayat Bedah 2x lipat Gangguan Imun
f. Pajanan Toksin Lingkungan (arsen, timbal, formaldehida, benzena Caesar 4. Merokok, 1. Disfungsi sel NK,
dan etilen oksida) 8. Alat Kontrasepsi 5. Defisiensi autoantibody,
6. Penyakit Imun Dalam Rahim vitamin. keturunan dan
7. Defek Uterus 6. Peningkatan usia trombofilia yang
8. Serviks Inkompeten ayah. didapat.
9. Riwayat pembedahan (Bedah abdomen atau panggul pada
10. awal kehamilan)
11. Trauma Abdomen Mayor
(Sumber:; Mummert et al, 2019; Ghassemzadeh et al, 2019; Cunningham, 2014)

19
2.2.3 Patogenesis dari Klasifikasi Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
1. Patogenesis dan Patofisiologi Perdarahan Jalan Lahir

Faktor janin Faktor maternal Faktor eksternal

Kematian janin

↓ kadar hormon
kehamilan

Peluruhan desidua basalis dan nekrosis daerah


implantasi

Perdarahan pervaginam

Janin terlepas seluruhnya /


sebagian diinterpretasikan
sebagai benda asing dalam
rahim

Nyeri perut bawah Kontraksi uterus

Pendorongan janin
keluar rongga rahim
(ekspulsi)

20
2. Patogenesis Molahidatidosa

23
23x 46 46XY Konsepsi normal
23

Pada konsepsi normal, setiap sel tubuh manusia mengandung 23 pasang


kromosom, dimasa salah satu masing-masing pasang dari ibu dan yang lainnya dari
ayah. Dalam konsepsi normal, sperma tunggal dengan 23 kromosom membuahi sel
telur dengan 23 kromosom, sehingga akan dihasilkan 46 kromosom

Dua sperma membuahi sel telur, membentuk 69 kromosom. Hal ini disebut
triploid. Dengan materi genetik yang terlalu banyak, kehamilan akan berkembang
secara abnormal, plasenta akan tumbuh hingga jumlah yang banyak. Janin dapat
terbentuk pada kehamilan ini, akan tetapi janin tumbuh secara abnormal dan tidak
dapat bertahan hidup.

Sperma membuahi sel telur yang tidak memiliki materi genetik. Bahkan jika
kromosom ayah dilipat gandakan untuk menyusun 46 kromosom, materi genetik
yang ada terlalu sedikit. Biasanya sel telur dibuahi mati pada saat itu juga. Jika sel

21
tersebut terimplantasi pada uterus, embrio tidak tumbuh, hanya sel trofoblas yang
tumbuh untuk mengisi rahim dengan jaringan mola.

3. Patogenesis KET
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik. Secara
teori, apapun yang menghambat migrasi sel telur yang telah dibuahi (blastokista)
ke rongga endometrium dapat mempengaruhi terjadinya kehamilan ektopik.
Menurut tempat nidasi maka terjadilah:
Kehamilan ampula ---------------- dalam ampula tuba
Kehamilan isthmus ---------------- dalam istmus tuba
Kehamilan interstisial ---------------- dalam pars intertisialis tuba

Kadang-kadang nidasi terjadi di fimbria. Dari bentuk di atas secara sekunder


dapat terjadi kehamilan tuba abdominal, tuba ovarial, atau kehamilan dalam
ligamentum latum. Kehamilan paling sering terjadi di dalam ampula tuba.
Implantasi telur dapat bersifat kolumnar ialah implantasi pada puncak lipatan
selaput tuba dan telur terletak dalam lipatan selaput lendir. Bila kehamilan pecah,
akan pecah ke dalam lumen tuba ( abortus tuber ).
Telur dapat pula menembus epitel dan berimplantasi interkolumnar, terletak
dalam lipatan selaput lendir, yaitu telur masuk ke dalam lapisan otot tuba karena
tuba tidak mempunyai desidua. Bila kehamilan pecah, hasil konsepsi akan masuk
ke peritoneum (ruptur tuba). Walaupun kehamilan terjadi di luar rahim, rahim
membesar juga karena hipertrofi dari otot-ototnya, yang disebabkan pengaruh
hormon-hormon yang dihasilkan trofoblas; begitu pula endometriumnya berubah
menjadi desidua vera.

22
2.2.4 Penegakkan Diagnosis dari Klasifikasi Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
A. Anamnesis
1. Abortus
a. Perdarahan pervaginam dari bercak hingga berjumlah banyak
b. Perut nyeri dan kram
c. Pengeluaran sebagian produk konsepsi
2. Kehamilan Ektopik Terganggu
a. Nyeri perut bagian bawah
b. Riwayat keluar darah darivagina
c. Menstruasi abnormal
d. Nyeri bahu
3. Mola Hidatidosa
a. Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada perempuan dengan:
amenorea, perdarahan pervaginam, uterus yg lebih besar dr tuanya kehamilan
dan tidak ditemukan tanda kehamilan pasti
b. Nyeri perut
c. Mual muntah berat
d. Perdarahan vagina berupa bercak hingga berjumlah banyak
e. Amenore
f. Perut terasal ebih besar
B. Pemeriksaan Fisik
a. Penilaian tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu)
b. Penilaian tanda-tanda syok
c. Periksa konjungtiva untuk tanda anemia
d. Mencari ada tidaknya massa abdomen
e. Tanda-tanda akut abdomen dan defans musculer
f. Pemeriksaanginekologi, ditemukan:
1. Abortus iminens
a) Osteum uteri masih menutup
b) Perdarahan berwarna kecoklatan disertai lendir
c) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
d) Detak jantung janin masih ditemukan
2. Abortus insipiens

23
a) Osteum uteri terbuka, dengan terdapat penonjolan kantong dan
didalamnya berisi cairan ketuban
b) Perdarahan berwarna merah segar
c) Ukuran uterus sesuai dengan usia kehamilan
d) Detak jantung janin masih ditemukan
3. Abortus inkomplit
a) Osteum uteri terbuka, dengan terdapat sebagian sisa konsepsi
b) Perdarahan aktif
c) Ukuran uterus sesuai usia kehamilan
4. Abortus komplit
a) Osteum uteri tertutup
b) Perdarahan sedikit
c) Ukuran uterus lebih kecil usia kehamilan
Tabel 6. Perbedaan Penegakkan Diagnosis Jenis-Jenis Abortus
d)
e)
f)
g)

(Sumber: Kemenkes RI, POGI, 2013)


5. Kehamilan ektopik terganggu
a) Nyeri tekan abdomen dan pelvis
b) Tekanandarah, denyutnadi, suhumenurun
c) Nyeri goyang portio(+)
d) Kavum Douglass menonjol
e) Serviks tertutup
6. Mola Hidatidosa
a) Ditemukan ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
b) Servik terbuka
c) Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin
d) Takikardi, berdebar-debar

24
e) Tidak ditemukan janin intrauteri
f) Tanda pasti kehamilan: Negatif
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Abortus
a. Pemeriksaan USG.
b. Pemeriksaan tes kehamilan (BHCG): biasanya masih positif sampai 7-10 hari
c. setelah abortus.
d. Pemeriksaan darah perifer lengkap
2. Kehamilan ektopik terganggu
a. Pada USG tampak implantasi diluar kavum uteri, kuldosentesis. Laparoskopi.
Pemeriksaan hemoglobin dan jumblah sel darah merah

Gambar 5. Tampakan USG KET

3. Mola hidatidosa
a. USG: gambaran khas berupa badai salju ( snow flake pattern), atau gambaran
seperti sarang lebah (honey comb)

Gambar 6. Tampakan USG Molahidatidosa

25
2.2.5 Penatalaksanaan Perdarahan Jalan Lahir Hamil Muda
1. Abortus
Pada abortus, terdapat tatalaksana umum dan khusus menurut Kementrian Kesehatan
RI, POGI, 2013, yaitu:
A. Tatalaksana Umum
a. Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-
tanda vital (nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu).
b. Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik <90
mmHg). Jika terdapat syok, lakukan tatalaksana awal syok. Jika tidak terlihat
tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat memburuk
dengan cepat.
c. Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi,
berikan kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam:
a) Ampicillin 2 g IV/IM kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
b) Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
c) Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
d. Segera rujuk ibu ke rumah sakit .
e. Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapat dukungan emosional dan
konseling kontrasepsi pasca keguguran.
f. Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus.
B. Tatalaksana Khusus
a. Abortus Iminens
1. Pertahankan kehamilan
2. Tidak perlu pengobatan khusus.
3. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual.
4. Pemantauan kadar Hb dan USG panggul serial setiap 4 minggu. Lakukan
penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi
5. Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin dengan USG. Nilai
kemungkinan adanya penyebab lain.
b. Abortus Insipiens
1. Lakukan Konseling untuk menjelaskan kemungkinan risiko dan rasa tidak
nyaman selama tindakan evakuasi, serta memberikan informasi mengenai
kondisi mengenai kontrasepsi pascakeguguran.

26
2. Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu: lakukan evakuasi isi uterus,
Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera :
a. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit kemudian bila
perlu)
b. rencanakan evakuasi segera.
3. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
a. Tunggu pengeluaran konsepsi secara spontan dan evakuasi sisa hasil
konsepsi dari dalam uterus.
b. Bila perlu, berikan infu 40 IU oksitosin dalam 1 liter NaCL 0.9% atau
Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu
pengeluaran hasil konsepsi.
4. Lakukan Pemantauan pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila
kondisi ibu baik, pindahkan ibu ke ruang rawat.
5. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan patologi ke
laboratorium.
6. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam, hemoglobin setelah 24 jam.
Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb >8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.
c. Abortus Inkomplit
1. Lakukan Konseling.
2. Jika perdarahan ringan atau sedang dan kehamilan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, gunakan jari atau forsep cincin untuk mengeluarkan hasil
konsepsi yang mencuat dari serviks.
3. Jika perdarahan berat dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan
evakuasi isi uterus. Aspirasi vakum manual (AVM). Jika evakuasi tidak
dapat segera dilakukan, berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15
menit kemudian bila perlu).
4. Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, berikan infus 40 IU oksitosin
dalam1 liter NaCl 0. 9% atau Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu pengeluaran hasil konsepsi
5. Lakukan evaluasi tanda vital pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam.
Bila kondisi ibu baik, pindahkan ibu keruang rawat.

27
6. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
7. Lakukan evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tanda akut abdomen,
dan produksi urin setiap 6 jam selama24 jam, hemoglobin setelah 24 jam.
Bila hasil pemantauan baik dan kadar Hb>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.
d. Abortus Komplit
1. Tidak diperlukan evakuasi lagi.
2. Lakukan konseling untuk memberikan dukungan emosional dan
menawarkan kontrasepsi pasca keguguran.
3. Observasi keadaan ibu.
4. Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah.
5. Evaluasi keadaan ibu setelah 2 minggu
e. Missed Abortus
1. Lakukan Konseling.
2. Jika usia kehamilan<12 minggu: evakuasi dengan AVM atau sendok kuret.
3. Jika usia kehamilan>12 minggu namun <16 minggu: pastikan serviks
terbuka, bila perlu lakukan pematangan serviks sebelum dilakukan dilatasi
dan kuretase. Lakukanevakuasidengan tang abortus dan sendok kuret.
4. Jika usia kehamilan 16-22 minggu :lakukan pematangan serviks. Lakukan
evakuasi dengan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml NaCl0,9%/Ringer
laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit hingga terjadi ekspulsi hasil
konsepsi. Bila dalam 24 jam evakuasi tidak terjadi, evaluasi kembali
sebelum merencanakan evakuasi lebih lanjut.
5. Pemantauan pasca tindakan setiap 30 menit selama 2 jam. Bila kondisi ibu
baik, pindahkan ibu ke ruang rawat
6. Lakukan pemeriksaan jaringan secara makroskopik dan kirimkan untuk
pemeriksaan patologi ke laboratorium.
7. Evaluasi tanda vital, perdarahan pervaginam, tandaakutabdomen, dan
produksi urin setiap 6 jam selama 24 jam, hemoglobin setelah 24 jam. Bila
hasil pemantauan baik dan kadar Hb>8 g/dl, ibu dapat diperbolehkan
pulang.

28
2. Mola hidatidosa
Pada mola hidatidosa, terdapat tatalaksana umum dan khusus menurut Kementrian
Kesehatan RI, POGI, 2013, yaitu:
A. Tatalaksana umum
1. Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan dasar, ibu
harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap.
2. Jika serviks tertutup, pasang batang laminaria selama 24 jam untuk mendilatasi
serviks.
3. Siapkan darah untuk transfusi, terutama pada mola berukuran besar.
B. Tatalaksana Khusus
1. Lakukan evakuasi dengan menggunakan Aspirasi Vakum Manual (AVM) dan
kosongkan isi uterus secara cepat). Pastikan tersedia tiga tabung AVM yang siap
dipakai karena banyaknya jaringan yang dievakuasi. Aspirasi vakum elektrik
lebih diutamakan bila tersedia.
2. Sementara proses evakuasi berlangsung, pasang infus oksitosin 10 unit dalam
500 ml NaCl 0.9% atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes/menit untuk mencegah
perdarahan.
3. Ibu dianjurkan menggunakan kontrasepsi hormonal bila masih ingin memiliki
anak, atau tubektomi bila ingin menghentikan kesuburan
4. Selanjutnya ibu dipantau:
a. Pemeriksaan HCG serum setiap 2 minggu.
b. Bila hasil HCG serum terus menetap atau naik dalam 2 kali pemeriksaan
berturut-turut, ibu dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier yang mempunyai
fasilitas kemoterapi.
c. HCG urin yang belum memberi hasil negatif setelah 8 minggu juga
mengindikasikan ibu perlu dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier.

3. Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)


Pada Kehamilan Ektopik Terganggu (KET), terdapat tatalaksana umum dan khusus
menurut Kementrian Kesehatan RI, POGI, 2013, yaitu:
A. Tatalaksana Umum
1. Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
(500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama.
2. Segera rujuk ibu ke rumah sakit.

29
B. Tatalaksana Khusus
1. Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi .
2. Saat laparotomi, lakukan eksplorasi kedua ovarium dan tuba fallopii:
a. Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingektomi (eksisi bagian
tuba yang mengandung hasil konsepsi)
b. Jika terjadi kerusakan ringan pada tuba, usahakan melakukan salpingostomi
untuk mempertahankan tuba (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba
dipertahankan).
3 .Sebelum memulangkan pasien, berikan konseling untuk penggunaan
kontrasepsi. Jadwalkan kunjungan ulang setelah 4 minggu. Atasi anemia dengan
pemberian tablet besi sulfas ferosus 60 mg/hari selama 6 bulan.

4. Blighted ovum
Menurut Chaudry et al (2019), terdapat beberapa yang harus diperhatikan dalam
penatalaksanaan blighted ovum berupa manajemen hamil, farmakologi dan bedah.
a. Manajemen hamil dengan cara ditunggu sampai jaringannya hilang sendiri jika
ada bercak atau tunggu seminggu lagi (9 minggu) untuk melihat apakah ada
tanda-tanda janin dalam kantung kehamilan.
b. Farmakologi, terdiri dari misoprostol berdasarkan rawat jalan. Namun, mungkin
diperlukan beberapa hari bagi tubuh untuk mengeluarkan semua jaringan dan
mungkin memiliki lebih banyak perdarahan dan efek samping. Dosis misoprostol
yang direkomendasikan adalah sesuai dengan panduan Federasi Internasional
Ginekologi dan Kebidanan (FIGO) 2017 sebagaimana dipublikasikan dalam
artikel oleh Morris et al., 2017.
c. Perawatan Bedah adalah pelebaran dan kuretase (D dan C) sesuai dengan
pedoman nasional atau internasional. Prosedur ini melibatkan pelebaran serviks
dan pengangkatan isi rahim. Ahli patologi dapat memeriksa jaringan untuk
mengkonfirmasi alasan keguguran. Karena prosedur ini segera menghilangkan
jaringan, itu membuat penutupan mental dan fisik lebih cepat.

30
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. kehamilan didefenisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi
b. Untuk terjadinya kehamilan harus ada spermatozoa, ovum, pembuahan ovum
(konsepsi), dan nidasi (implantasi) hasil konsepsi
c. Perubahan anatomi dan fisiologi pada wanita hamil sebagian besar sudah terjadi
segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Perubahan ini
merupakan adaptasi dari wanita hamil yang bersifat normal dan akan kembali seperti
keadaan sebelum hamil setelah proses persalinan dan menyusui selesai.
d. Dalam menentukan usia kehamilan pada fasilitas layanan primer, terdapat dua cara
yaitu dengan mengetahui Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) dan pemeriksaan
Tinggi Fundus Uteri (TFU).
e. Tes immunokromatografi HCG dapat dilakukan dengan dua spesimen yaitu, darah
dan urin
f. abortus adalah persalinan kurang bulan sebelum usia janin yang memungkinkan
untuk hidup, dan dalam hal ini kata ini bersinonim dengan keguguran.

3.2 Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan dengan makalah ini mengenai ruang lingkup
abortus. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan dan
kelemahan, karena terbatasnya pengetahuan atau referensi yang kami dapat mengenai
pembahasan pada makalah ini. Kami sebagai penulis berharap para pembaca yang budiman
dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.

31
DAFTAR PUSTAKA

Chaudhry K, Siccardi M A. 2019. Blighted Ovum (Anembryonic Pregnancy). Sao Paulo: NCBI.
Access: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499938/

Cunningham, Leveno, Bloom, Hauth, Rouse dan Spong. 2014. Williams Obstetrics 24th
edition. Texas: McGraw-Hill Education

Ghassemzadeh S dan Kang M. 2019. Hydatidiform Mole. California: NCBI. Access:


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459155/

Ikatan Dokter Indonesia. 2017. Panduan Praktik Klinis Fasilitas Layanan Primer. Jakarta: PB
IDI

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan
Dasar dan Rujukan Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan.

Mummert T dan Gnugnoli D M. 2019. Ectopic Pregnancy. New Yok: NCBI. Access:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539860/

Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi 4. Cetakan 5.


Jakarta: PT Bina Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2018. Ilmu Kandungan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina


Pustaka

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem..Edisi 8. China: Brook/Cole Cengage
Learning

32

Anda mungkin juga menyukai