SURABAYA
Maternitas
Disusun Oleh :
Kelompok 4F
SURABAYA 2022
LEMBAR PENGESAHAN
SEMINAR KASUS
PADA PASIEN “Ny. S” DENGAN DIAGNOSA MEDIS
KISTA OVARIUM + POST OP HARI KE 18 DI
KLINIK KANDUNGAN RSPAL DR. RAMELAN
SURABAYA
Disusun Oleh:
Kelompok F
Dengan ini telah menyelesaikan tugas kelompok Seminar Kasus Kista Ovarium
Praktik Klinik Keperawatan Maternitas.
Mengetahui,
NIP. NIP.196601131991032001
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
dan rahmatnya, penyusun dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Maternitas
Seminar Kasus pada “Ny. S” dengan diagnosa medis Kista Ovarium + Post OP
Praktik Klinik kandungan RSPAL DR.Ramelan Surabaya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari
beberapa pihak yang ikhlas bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
kami. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami, pihak-pihak yang telah
membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi
keilmuannya. Kami ucapkan mohon maaf apabila ada kekurangan dan salah kata
dalam penulisan makalah ini.
Kelompok 4F
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
LatarBelakang
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput
yang terbentuk dari lapisan terluar ovarium (Imade, 2013; h. 18). Terdapat
berbagai macam tumor yang dapat timbul pada ovarium yaitu tumor
neoplastic bersifat jinak dan tidak pernah menyebar di luar ovarium dan tipe
lainnya adalah maligna / ganas dan dapat menyebar kebagian-bagian tubuh
lainnya. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya
(Lely, 2013)
Berdasarkan survey di USA tahun 2016, 18% kista ovarium akan
ditemukan pada pemeriksaan USG transvaginal wanita postmenopause dan
hampir semua wanita premenopause. Berdasarkan survey demografi
kesehatan Indonesia angka kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai
37,2% dan paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun
(Fajriyah, 2014). Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015
sebanyak 23.400 orsng dan meninggal sebanyak 13.900 orang. Angka
kematian tertinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awal bersifat
asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apakah sudah terjadi metastasis
sada sehingga 60-70% Pasien datang pada stadium lanjut. (Kemenkes, 2015).
Di Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh
masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan sertapenyakit
1
2
sistem reproduksi misalnya kista ovarium. (Depkes RI, 2011). Angka kejadian
kista ovarium di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 berdasarkan laporan
dinas kesehatan kabupaten/kota yang berasal dai RS dan Puskesmas. Kasus
kista ovarium terdapat banyak 2.299 kasus. Dari data tersebut maka
didapatkan jumlah penderita kista ovarium terbanyak pada usia 25-44 tahun.
(Dinas kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2015). Sebagai gambaran di RSU
Dharmais Jakarta, ditemukan penderita kista ovarium sebanyak 30 kasus
setiap tahun. Studi epidemiologi menyatakan beberapa faktor resiko.
Melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang
memepunyai keluarga dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia
dibawah 25 tahun. Penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui menurunkan
kista ovarium sebanyak 30-60%. Kista ovarum sendiri memiliki resiko yaitu
mengalami degenerasi keganasan menjadi kanker, disamping itu bisa
mengalami torsi atau terpelintir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan
atau infeksi bahkan sampai kematian (Fajriyah,2014).
Sebagian besar wanita tidak menyadari dirinya menderita kista. Gejala
yang paling sering dirasakan adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan
pinggul. Rasa nyeri ini timbul akibat pecahnya dinding kista, pembesaran
kista yang terlalu cepat sehingga organ sekitarnya teregang, perdarah yang
terjadi didalam kista, dan tangkai kista yang terpelintir. (Imade, 2013; h. 19).
Masa Reproduksi adalah masa pada perempuan umur 15-46 tahun, selama
masa reproduksi akan terjadi masturbasi foliker yang khas, termasuk ovulasi
dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat interaksi
hipotalamus-hipofisis-gonad dimaana melihat folikel dan korpus intrakrin,
neuron dansistem immune. (Prawirhardjo, 2011; h. 105).
Menurut (Fatkhiyah, 2019), berikut ini dapat di cermati gejala kista
secara umum, antara lain: a. Rasa nyeri yang menetap di rongga panggul
disertai rasa agak gatal sewaktu bersetubuh atau bergerak; b. Perdarahan
menstruasi seperti biasa, siklus menstruasi tidak teratur; c. Perut membesar.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada perempuan yang dicurigai menderita
kista fungsional, antara lain: Pemeriksaan fisik untuk, mengevaluasi apakah
ada pembesaran kista; Pemeriksaan kadar Human Chorionik Gonodotropin
3
RumusanMasalah
TujuanSeminar
TujuanUmum
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Penyebab dari penyakit kista ovarium belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi salah satu pemicunya adalah faktor hormonal. Penyebab
terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berhubungan. Arif et al. (2016) menyebutkan beberapa faktor resiko
pembentukan kista ovarium terdiri dari:
a. Usia
Umumnya, kista ovarium jinak (tidak bersifat kanker) pada wanita
kelompok usia reproduktif. Kista ovarium bersifat ganas sangat jarang,
akan tetapi wanita yang memasuki masa menopause (usia 50- 70 tahun)
lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas.
b. Status menopause
Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi
tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita
menopause yang rendah.
c. Pengobatan infertilitas
Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan dengan
induksi ovulasi dengan gonadotropin (konsumsi obat kesuburan).
Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat menyebabkan kista
6
berkembang.
d. Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester
kedua pada puncak kadar hCG (human chorionic gonadotrpin).
e. Hipotiroid
Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone tiroid
yang dapat menyebabkan kelenjar pituitary memproduksi TSH
(Thyroid Stimulating Hormone) lebih banyak sehingga kadar TSH
meningkat. TSH merupakan faktor yang memfasilitasi
perkembangan kista ovarium folikel.
f. Merokok
Kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko untuk
pertumbuhan kista ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko
kista ovarium dan semakin menurun indeks massa tubuh (BMI) jika
seseorang merokok.
g. Kadar serum petanda tumor CA-125
Kadar CA 125 yang meningkat menunjukkan bahwa kista ovarium
tersebut bersifat ganas. Kadar abnormal CA125 pada wanita pada
usia reproduktif dan premenopause adalah lebih dari 200 U/mL,
sedangkan pada wanita menopause adalah 35 U/mL atau lebih.
h. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga menderita kanker ovarium, endometrium,
payudara, dan kolon menjadi perhatian khusus. Semakin banyak
jumlah keluarga yang memiliki riwayat kanker tersebut, dan semakin
dekat tingkat hubungan keluarga, maka semakin besar resiko seorang
wanita terkena kista ovarium.
i. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terbentuknya kista
ovarium, karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen. Kadar
estrogen yang meningkat ini dapat mempengaruhi pertumbuhan
folikel.
j. Obesitas
Wanita obesitas (BMI besar sama 30kg/m2) lebih beresiko terkena
kista ovarium baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak
memproduksi banyak jenis zat kimia, salah satunya adalah hormone
estrogen, yang dapat mempengaruhi tubuh. Hormone estrogen
7
4. Web ofCaution
Menghasilkan hormone
hiposia
abnormal
Penimbunanfolikel
Kista Ovarium
MK : Defisit
nutrisi
Gambar Web of Caution Kista Ovarium
9
5. ManifestasiKlinis
Gejala yang ditimbulkan kista ovarium sebagian besar akibat
pertumbuhan, aktivitas endokrin, ataupun komplikasi kista-kista tersebut.
Gejala-gejala tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Arif et al., 2016) :
a. Akibat pertumbuhan kista
1) Adanya benjolan pada perut bagian bawah, akibat pertumbuhan
kista.
2) Tekanan terhadap organ sekitar, sehingga adanya perasaan berat
dan sakit, akibat pertumbuhan atau posisikista.
3) Meningkatnya lingkar perut akibat ukuran kista yang semakin
membesar.
4) Adanya gangguan miksi (gangguan kencing), obstipasi (gangguan
buang air besar), edema (bengkak) pada tungkai, tidak nafsu
makan, rasa sesak, dan lain-lain, akbiat tekanan kista terhadap
organsekitar.
b. Akibat aktivitas endokrin
Dapat menyebabkan gangguan menstruasi. Diantaranya adalah
hipermenorea yang disebabkan oleh sel granulosa dan amenorea
yang disebabkan oleh arhenoblastoma.
c. Komplikasi.
1) Perdarahan ke dalam kista yang terjadi dalam jumlah sedikit
dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan gejala
klinis yang minimal.
2) Jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak, dapat
menyebabkan terjadinya distensi (pembesaran) cepat pada kista
sehingga menimbulkan nyeri perut secara mendadak.
3) Putaran tangkai pada kista dapat menyebabkan tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale
sehingga menimbulkan rasa sakit. Selain itu, putaran tangkai
juga dapat menyebabkan perdarahan intra-abdominal atau
peradangan sekunder.
10
berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih keil dari rata-rata
ukuran kista denoma musinosum. Kista berisi cairan serosa, jernih
kekuningan.
2) Kista Denoma Ovari Musinosum
Kista denoma ovari musinosum mencakup 16-30% dari total tumor
jinak ovarium dan 85% diantaranya adalah jinak. Tumor ini pada
umumnya multilokuler dan lokulus yang berisi cairan musinosum
tampak bewarna kebiruan di dalam kapsul yang dindingnya tegang.
Dinding tumor tersusun dari epitel kolumner yang tinggi dengan inti
sel bewarna sel gelap terletak di bagian basal. Dinding kista denoma
musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan struktul epitel
endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel kolon di mana
cairan musin di dalam lokulus kista mengandung sel-sel goblet.
3) Kista Dermoid
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor
ovarium) yang berisi sel germinativum dan paling banyak diderita
oleh gadis yang berusia di bawah 20 tahun.
4) Kista Ovari Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai
sering kali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan
cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada
dinding Poltekkes Kemenkes Padang kista tampak lapisan epitel
kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjad putaran
tungkai dengan gejala-gejala mendadak.
5) Kista Endometroid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada dinding
dalam satu lapisan sel-sel ang menyerupai lapisan epitel
endometrium.
b. Kista Ovarium Non Neoplastik
Kista ovarium non neoplastik biasanya bersifat jinak dan akan mengecil
atau menghilang sendiri setelah 2 sampai 3 bulan. Kista ovarium
neoplastik terdiri dari :
12
8. PemeriksaanPenunjang
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan (Nurarif Amin Huda, 2015):
1. Ultrasonografi (USG) Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer)
digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi
(ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampi lkan gambaran
rahim dan ovarium dilayar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh
dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih
jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil dibawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap
cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemiakronis.
4. Foto Rontgen
Berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks, selanjutnya pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihata danya gigi pada kista.
5. Pemeriksaan CA-125
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan
pada kista atau tidak. Selain itu, memeriksa kadar protein didalam darah
yang disebut CA-125. Kadar CA-125 pada pasien kista ovarium dapat
meningkat pada fase subur, meskipun tidak ada proses keganasan. Namun
secara umum tahap pemeriksaan CA-125 dilakukan pada perempuan yang
beresiko terjadi proses keganasan, kadar normal CA-125 yaitu 0-35u/ml
(Prawirohardjo,2014).
Untuk pengobatan kista, apabila tidak menimbulkan gejala, maka cukup
dimonitor (dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan
menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini
diambil jika tidak curiga ganas (kanker). Jika kista membesar, maka dilakukan
tindakan pembedahan, yakni dilakukan pengambilan kista dengan tindakan
laparoskopi atau laparotomi. Biasanya untuk laparoskopi anda diperbolehkan
pulang pada hari ke-3 atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi anda diperbolehkan
pulang pada hari ke-8 atau ke-9.
18
9. Pencegahan
Menurut Nugroho (2014) terdapat beberapa cara pencegahan penyakit kista
yaitu :
a. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina
tubuh.
b. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering
olahraga.
c. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari
infeksi mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area
kewanitaan.
d. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap individu
mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan hormon kortisol
pemicu stres dan dapat pula terjadi obesitas.
e. Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena
mampu mencegah produksi seltelur.
17
10. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode yaitu terapi
hormonal dan terapi pembedahan atau operasi (Arif et al., 2016) :
a. Terapihormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogen progresteron)
boleh ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron asetat
yang akan mengurangi ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan tidak
terjadinya ovulasi, diberikan klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan
pengobatan fisik pada ovarium, misalnya melakukan diatermi dengan
sinarlaser.
b. Terapi pembedahan atau operasi
Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu
mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, umur penderita, ukuran
kista, dan keluhan. Kista yang besarnya kurang dari 5 cm dan tidak
terlihat tanda-tanda proses keganasan pada pemeriksaan Ultrasonografi
akan dilakukan operasi dengan laparoskopi. Sedangkan kista yang
berukuran besarnya lebih dari 5 cm akan dilakukan laparotomi. Apabila
kista sudah dalam proses keganasan, akan dilakukan operasi sekalian
mengangkat ovarium dan saluran tuba serta jaringan lemak sekitar dan
kelenjar limpe
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Kista Ovarium
1. Pengkajian
a. Indentitas
1) Nama, dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru
dengan pasien lain.
2) Umur, untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa reproduksi
atau sudah menopause.
3) Agama, untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai masalah
gangguan reproduksi.
4) Pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
mudah menerima informasi dan akhirnya pegentahuan yang dimiliki
semakin banyak (Notoadmojo,2014)
18
5) Suku bangsa, dikaji untuk melihat adat istiadat atau kebiasan sehari-
hari pasien.
6) Pekerjaan, dikaji untuk mengukur dan mengetahui tingkat sosial
ekonominya.
7) Alamat, dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
ke fasilitas kesehatan. Keluhan juga muncul pada kasus Kista
Ovarium adalah nyeri perut pada bagian bawah (Sulistyawati,2011).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang disertai saat ini, apakah keadaan
ibu dengan kista ovarium menderita sakit pinggang dan nyeri pada
bagian bawah perut bagian bawah serta mengetahui adanya penyakit
kronis dan keterbatasan fisik (Jannah,2011).
3) Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain menarche,
siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, keluhan
utama yang dirasakan sat haid.
4) Riwayat Kehamilan
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilam, anak yang hidup,
persalinan aterm, persalinan premature, keguguran, persalinan
dengan tindakan, riwayat pendarahan pada kehamilan, persalinan
atau nifas sebelumnya.
5) Riwayat Persalinan
Hal yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah sah
atau tidak, karena bila menikah tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya.
6) Riwayat Ginekologi
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit
kandungan seperti infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau sistem
reproduksi.
19
3. IntervensiKeperawatan
FORMAT PENGKAJIAN
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
UNIT KEPERAWATANMATERNITAS
IDENTITAS
Nama pasien : Ny S Nama Suami : Tn M
Umur : 67 th Umur : 71 th
Pendidikan : S1 Pendidikan : S1
24
C. Riwayat penyakit sekarang:
Ny.S sudah 4 tahun perut membesar dan terasa sakit, perdarahan pervaginam
tidak ada, bila nyeri timbul terasa mual sampai muntah sudah berobat di katakan
sakit maag, diberi obat lanzoprazole dan antasida done keluhan tetap, karena
makin sakit di perut pasien berobat ke RS Mitra Keluarga pada bulan Maret awal
tahun 2022 disarankan untuk dilakukan USG, pasien melakukan USG Abdomen
di RS KiranaTaman Sepanjang hasil USG ada Kista Ovarium Diameter 7 x 8
cm. Pasien lalu ke RSPAL Dr Ramelan Surabaya dan dilakukan operasi
Sistektomi pada tanggal 13 Mei 2022, tanggal 16 Mei 2022 px KRS, px sudah
kontrol pertama untuk luka post op di perut saat kontrol dari luka ada rembesan
warna merah, dan kontrol saat ini kontrol luka operasi yang kedua, post operasi
hari ke 18.
RIWAYAT KEPERAWATAN
1. RIWAYAT OBSTETRI:
a. Riwayat menstruasi:
Menarche : usia 13 tahun
Siklus : teratur ( ) tidak teratur ( )
Banyaknya : sedang (3/4pembalut)
Lamanya : 2-7 hari (1 kali dlm sebulan)
HPHT : Pasien sudah tidak menstruasi usia 60 tahun
Keluhan : Kontrol luka operasi kista ovarium ke 2, dari luka ada rembesan
berwarna kuning
25
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas:
Umur Jenis
N Ta Penyuli Peno Penyu Laser Perdara
keha Jenis Infeksi Kelam BB Pj
o h t l lit asi han
milan n
u ong
n
1 41 38 mgg Tidak ada Spontan Dokter Tidak Tidak Tidak ada Tidak ada Peremp 3200 gr
ada ada uan
2 39 39 mgg Tidak ada Spontan Dokter Tidak Tidak Tidak ada Tidak ada Peremp 3100 gr
ada ada uan
3 36 38 mgg Tidak ada Spontan Dokter Tidak Tidak Tidak ada Tidak ada Laki- 3250 gr
ada ada laki
Genogram
KETERANGAN :
: Laki - laki
67 : Perempuan
: Pasien
: tinggal serumah
26
2. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA:
Melaksanakan KB : ( √ ) ya ( )tidak
Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : Steril
Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Setelah melahirkan anak ke 3, anak pertama dan
ke dua tidak menggunakan KB
Masalah yang terjadi : Tidakada
3. RIWAYAT KESEHATAN :
Penyakit yang pernah dialami ibu: Pasien mengatakan ibunya tidak
memiliki penyakit yang sama seperti dialami pasien sekarang
Pengobatan yang didapat : Inbio A 1x1
Riwayat penyakitkeluarga
( ) Penyakit Diabetes
Mellitus ( ) Penyakitjantung
( ) Penyakithipertensi
4. RIWAYAT LINGKUNGAN:
- Kebersihan : Ny.S mengatakan tinggal di daerah perumahan yanga lingkungan
rumahnya jauh dari TPA ( tempat pembuangan akhir sampah ), jauh dari pebrik, jauh dari
jalan Raya.
c. Harapan yang ibu inginkan : ingin sembuh dan kista ovariumnya tidak
semakin parah, dan inggin segera luka bekas operasinya segera sembuh dan
membaik
d. Px tinggal dengan siapa : Suami
e. Siapakah orang yang terpenting bagi px : Keluarga, suami, anak dan cucu
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini :khawatir dan
lebih perhatian
27
g. Kesiapan mental untuk menjadi ibu:( ) ya, ( )tidak
28
6. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS:
a. Pola Nutrisi
Frekwensi makan :2- 3 xsehari, setelah opname pasien tidak selera makan sama Ny S
diusahakan minum susu saat belum selera makan, dan saat kontrol pertama pasien
dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan dan makan makanan yang
bergizi, supaya perbaikan luka cepat
Nafsu makan : ( )baik,( ) tidak nafsu, ditambah
mengkonsumsi jajanan lainnya diluar jadwalmakan
Jenis makanan rumah : nasi, sayur dan ikan
Makanan yang tidak disukai/ alergi/ pantangan : tidakada
Keluhan lainnya : Tidak ada
b. Pola eliminasi:
B AK
- Frekwensi : 7-10 kali/hari
- Warna : kekuningan jernih
- Keluhan saat BAK : Tidak Ada MasalahKeperawatan
B AB
- Frekwensi : 2-3 kali/seminggu
- Warna : Kuning kecoklatan
- Bau : khas
- Konsistensi :Lunak
- Keluhan : Tidak Ada MasalahKeperawatan
c. Pola personalhygiene
Mandi
- Frekwensi : 2 x/hari
- Sabun : ( )ya,( )tidak
Oralhygiene
- Frekwensi : 2 x/hari
- Waktu : ( )ya,( )tidak
Cucirambut
- Frekwensi : 2-3 x/seminggu
- Shampo : ( )ya,( )tidak
d. Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 5 - 7jam/hari
Kebiasaan sebelum tidur : melihat TV
Keluhan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
e. Pola aktifitas danlatihan
Kegiatan dalam pekerjaan : Masak, bersih – bersih rumah, belanja, arisan
Waktu bekerja : ( ) Pagi, ( ) Sore, ( )Malam
Olahraga :( )ya,( )tidak
Jenisnya : Ny.S tidak melakukan olah raga
tertentu Frekwensi : -
Kegiatan waktu luang : Menonton TV
Keluhan dalam beraktifitas : Ny.S belajar dari ada rembesan merah di
luka bekas operasi dikarenakan pasien sudah beraktivitas biasa
setelah opname, saat ini lebih hati-hati saat mengerjakan pekerjaan
rumah tangga.
29
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhikesehatan
Merokok : Tidakada
Minuman keras : Tidak ada
Ketergantungan obat : Tidakada
7. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaanumum :Baik Kesadaran :Composmentis
Tekanandarah :111/80mmHg Nadi : 84 x/menit
Respirasi :22x/m Suhu : 36.1 C
Beratbadan :56 kg Tinggi badan : 157 cm
• IMT : > 28(36,1)
Kepala, mata kuping, hidung dan tenggorokan :
Kepala : Bentuk simetris (normal), pasien terlihat tegang, terlihat gelisah
Keluhan : Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan
Mata :
Hidung :
Reaksialergi : Tidak ada alergi
Sinus : Tidak ada tandasinusitis
Lainnya sebutkan : Tidak Ditemukan MasalahKeperawatan
Pernafasan
Jalannafas : Jalan nafas paten, tidak ada distress pernapasan
Suaranafas : Vesikular, tidak ada suara nafas tambahan
Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : Tidak menggunakan otot
bantu pernapasan
30
Lainnya sebutkan : Tidak Ada MasalahKeperawatan
Sirkulasi jantung
Kecepatan denyut apical : 84x/menit
Irama : S1/S2Tunggal
Kelainan bunyi jantung: Tidak ada
Sakitdada : Tidak ada nyeri dada
Timbul : Tidak ada
Lainnya sebutkan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
Abdomen
Mengecil :Membesar
Lineadanstriae : Tidak ada garis linea dan garis striae
Luka bekas operasi : Ada luka bekas operasi terlihat rembesan berwarna kuning, luka
terlihat agak basah, tidak ada nanah ataupun kemerahan, saat kontrol pertama ada
rembesan berwarna merah dan luka terasa nyeri, saat ini nyeri di luka bekas operasi sudah
berkurang jauh
Kontraksi : Tidak merasakan kontraksi
Lainnya sebutkan : Ada masalah keperawatan gangguan integritas kulit
Genitourinary
Perineum : Terdapat parut
VesikaUrinaria : Tidak ada distensi abdomen
Lainnyasebutkan : Tidak Ada MasalahKeperawatan
Ekstrimitas (integumen/muskuloskeletal)
Turgorkulit : Hangat, kering, merah dengan CRT <2detik
Warna kulit : Sawo matang
Kontraktur pada persendian ekstrimitas : Tidak ada kontraktur pada sendi
Kesulitan dalam pergerakan : Tidak ada kesulitan bergerak, riwayat ada keradangan
di lutut sudah berobat
Lainnya sebutkan : Tidak Ada MasalahKeperawatan
d. Data Penunjang
1) Laboratorium : -
2) USG :
Hasil USG tanggan 26-3-2022 : Kista Ovarium diameter 7 x 8 cm
3) Rontgen :
-
4) Hasil PA : Peritonium asites sitologi : tidak didapatkan sel ganas, cerviks, uterus,
dan kedua adneksa + omentum high sguamosa intraepithellal lesion (C1NIII )
dengan glandula involvement pada cerviks, kista endometriosis ovari 1, simple cyst
ovari II
31
5) Terapi yang didapat: Dienogest 1x1 (selama 3 bulan)
Surabaya, 31 Mei
2022 Pemeriksa
Kelompok 4 F
32
ANALISA DATA
PUMUR : 67 th No.Register :-
Ny.S mengatakan luka bekas operasi saat ini keluar rembesan warna kuning (SDKI,D.0142)
dan keluhan nyeri di luka bekas operasi tidak ada, saat ini kontrol ke 2, luka
operasi hari ke 18
Do :
Luka terlihat agak basah
Luka ada rembesan warna kuning minimal, tidak ada nanah, tidak
ada kemerahan
Do :
Pasien memilih menjalankan anjuran konsumsi nutrisi yang disarankan
BB 56 kg
33
PRIORITAS MASALAH
PUMUR : 67 th No.Register :-
34
RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional
1. Resiko Infeksi d.d Setelah diberikan KIE 1 x 30 Pencegahan Infeksi ( SIKI I.14539 )
efek prosedur kontrol resiko meningkat Edukasi
invasif dengan kriteria hasil : 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 1.Pasien dan keluarga
(SDKI, D.0129) Pasien dan keluarga memahami tanda tanda
infeksi pada luka
memahami
diantaranya timbul rubor,
bagaimana hal hal kalor, tumor, dolor,
yang menyebabkan fungsiolesa
resiko infeksi 2. Dengan peningkatan
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Pasien dan keluarga nutrisi yang optimal di
mampu melakukan harapkan regenerasi sel sel
pencegahan di jaringan luka operasi
terjadinya infeksi bisa lebih optimal dan luka
di harapkan segera
membaik
3. Dengan paham menjaga
3. Ajarkan pada pasien dan keluarga untuk
kebersihan daerah sekitar
menjaga kebersihan daerah luka yang
luka yang tertutup plester
tertutup plester anti air anti air , pasien paham
menghindari plester
terkena air langsung yang
bisa menyebabkan luka
basah dan terbuka yang
bisa terkontaminasi kuman
dari luar
2. Ansietas b.d Setelah diberikan KIE 1 Dukungan keyakinan ( SIKI I.13477 )
Kurang terpapar x 30 menit diharapkan 1. Identifikasi keyakinan, masalah dan tujuan 1.Dengan memahami
35
RENCANA KEPERAWATAN
informasi tingkat ansietas menurun perawatan tindak lanjut setelah operasi tindak lanjur penangan
(SDKI, D.0080) dengan kriteria hasil: kista ovarium setelah operasi kista
Pasien dan keluarga ovarium pasien dan
paham tentang penyakit keluarga paham akan
kista ovarium kondisi dan bagaimana
penanganan selanjtnya
Pasien dan keluarga sehingga mengurangi
paham cara kecemasan yang dirasakan
pencegahan sakit 2.Dengan tahu tindakan
2. Identifikasi kesembuhan jangka panjang
kista ovarium selanjutnya pasien dan
Pasien dan keluarga terlihat dengan melaksanakan program injeksi
keluarga kooperaif dengan
tenang, dan Dienogest 1x1 selama 3 bulan sesuai anjuran yang diberikan
anjuran dokter
mengungkapkan akan
3. Berikan penjelasan yang sesuai dengan 3.Dengan memberikan
melaksanakan penjelasan
tingkat pendidikan pasien dan keluarga penjelasan sesuai dengan
yang telah diberikan
tingkat pendidikan pasien
dan keluarga pemberian
informasi bisa lebih tepat
diberikan
36
3. Kesiapan peningkatan Setelah diberikan KIE 1 x 30 Edukasi kesehatan ( SIKI I. 12383 )
manajemen kesehatan menit diharapkan manajemen 1 Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1.Dengan mengetahui
b.d Proses penyakit kesehatan meningkat dengan menerima informasi tentang tata kesiapan pasien dan
(SDKI, D.0112) kriteria hasil: laksana kista ovarium keluarga menerima
Melakukan tindakan untuk informasi , informasi
mengurangi faktor resiko yang disampaikan bisa
meningkat di terima dengan baik
Menerapkanprogram
perawatanmeningkat 2 Identifikasi faktor faktor yang dapat 2.Kaji kemampuan
Aktivitas kehidupan meningkatkan dan menurunkan pasien dan keluarga
sehari hari efektif perilaku hidup bersih dan sehat dalam pemeliharaan
memenuhi tujuan kesehatan untuk
kehidupan pencegahan tentang
kista ovarium sehingga
mengikuti anjuan dalam
program terapi yang
dijadwalkan
4.Dengan memahami
4. Jelaskan faktor yang dapat pentingnya intake nurisi
mempengaruh kesehatan diantaranya untuk prosese
kurangny asupan nutrisi untuk penyembuhan luka di
meningkatkan proses penyembuhan harapkan pasien dan
luka operasi keluarga memperhatikan
asupan yang masuk
sehingga luka cepat
membaik
37
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN
8.
39
BAB 4
PEMBAHASAN
Pengkajian
Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis
dapat memperoleh data melalui rekam medis pasien dan pemeriksaan fisik (head to toe)
langsung pada pasien.
1. Keluhan Utama
Pada kasus Ny.S didapatkan keluhan awal sebelum sakit perut membesar dan nyeri
sudah dirasakan 4 tahun. Penulis berasumsi bahwa dalam hal ini kaitannya adalah
usia kista ovarium bersifat ganas sangat jarang, akan tetapi wanita yang memasuki
masa menopose (usia 50- 70 tahun) lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas
dan status menoupouse ketika wanita telah memasuki masa menoupouse ovarium
dapat menjadi tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktivitas wanita
menoupouse yang rendah
Ny. S sudah 4 tahun perut membesar dan terasa sakit, perdarahan pervaginam tidak
ada, bila nyeri timbul terasa mual sampai muntah sudah berobat di katakan sakit maag,
diberi obat lanzoprazole dan antasida done keluhan tetap, karena makin sakit di perut
pasien berobat ke RS Mitra Keluarga pada bulan Maret awal tahun 2022 disarankan
untuk dilakukan USG, pasien melakukan USG Abdomen di RS Kirana Taman
Sepanjang hasil USG ada Kista Ovarium Diameter 7 x 8 cm. Pasien lalu ke RSPAL Dr
41
Ramelan Surabaya dan p dilakukan operasi pada tanggal 13 Mei 2022, tanggal 16 Mei
2022 px KRS, px sudah kontrol pertama untuk luka post op di perut saat kontrol dari luka
ada rembesan warna merah, dan kontrol saat ini kontrol yang kedua.
3. Riwayat Kehamilan
Pasien mempunyai anak 3 anak yang pertama berusia 41 tahun jenis kelamin
perempuan melahirkan spontan usia kehamilan 38 minggu, BB lahir 3200 gram tidak
ada penyulit melahirkan di tolong oleh dokter, anak yang ke 2 berusia 39 tahun jenis
kelamin perempuan BB lahir 3100 gram lahir spontan di tolong oleh dokter, anak yang
ke 3 berusia 36 tahun jenis kelamin laki-laki usia kehamilan 38 minggu lahir spontan
dengan BB lahir 3250 gram di tolong oleh dokter.
4. PemeriksaanFisik
Keadaan umum Ny. S baik, GCS 456, tekanan darah 111/80 mmHg, nadi 84x/menit,
respirasi 22x/menit, suhu 36,1C, berat badan 56 kg dan tinggi badan 157 cm. Tidak
ada pembengkakan pada kelopak mata, gerakan mata sesuai, tidak ada alergi, tidak
ada kesulitan menelan, jalan napas paten, tidak ada keluhan nyeri dada, turgor kulit
hangat dan kering.
5. Data Penunjang
a. USG : Kista Ovarium Diameter 7 x 8 cm,
b. Terapi : Dienogest 1x1 (selama 3bulan)
c. Data Tambahan : Biopsi Hasil PA : Peritonium asites sitologi : tidak didapatkan sel ganas,
cerviks, uterus, dan kedua adneksa + omentum high sguamosa intraepithellal lesion (C1NIII )
dengan glandula involvement pada cerviks, kista endometriosis ovari 1, simple cyst ovari II.
42
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnose keperawatan.
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien Ny.S dengan Kista Ovarium Post
Operasi hari ke 18 :
Perencanaan
Pada perencanaan terdapat tujuan dan kriteria hasil diharapkan dapat sesuai
dengan sasaran yang diharapkan terhadap kondisi pasien.
Penalaksanaan
Evaluasi
42
yang belum di mengerti tentang penjelasan yang sudah di berikan, menjelaskan
faktor yang dapat mempengaruh kesehatan diantaranya kurangny asupan nutrisi
untuk meningkatkan proses penyembuhan luka operasi
42
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1. Kesimpulan
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung
telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang
terbentuk dari lapisan terluar ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk
penyakit reproduksi yang menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk
gangguan pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak dan banyak
menyerang wanita pada usia reproduktif. Sebagian besar wanita tidak menyadari
dirinya menderita kista. Gejala yang paling sering dirasakan adalah rasa nyeri pada
perut bagian bawah dan pinggul.Rasa nyeri ini timbul akibat pecahnya dinding
kista, pembesaran kista yang terlalu cepat sehingga organ sekitarnya teregang,
perdarah yang terjadi didalam kista, dan tangkai kista yangterpelintir.
Pada kasus yang dialamai oleh Ny.S dengan diagnose kista ovarium post op
hari ke 18 telah dilakukan USG ditemukan Kista Ovarium Diameter 7 x 8 cm, dan
sudah dilakukan oprasi didapatkan hasil biopsy Peritonium asites sitologi : tidak
didapatkan sel ganas, cerviks, uterus, dan kedua adneksa + omentum high
sguamosa intraepithellal lesion (C1NIII ) dengan glandula involvement pada
cerviks, kista endometriosis ovari 1, simple cyst ovari II, pasien mendapat terapi
dienogest 1 x 1 selama 3 bulan. Setelah melakukan asuhan keperawatan didapatkan
diagnose Resiko infeksi, merasa cemas karena takut tidak bisa sembuh, dan
kesiapan manajemen kesehatan. Hasil dari implementasi yang dilakukan pasien
dapat mengatasi masalahnya.
44
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka saran yang dapat
diberikan sebagai berikut :
45
Daftar Pustaka
Arif, F. A., Purwanti, E., & Soelistiono, S. (2016). Perancangan Aplikasi Identifikasi
Kista Ovarium Berbasis Sistem Cerdas. JUTI: Jurnal Ilmiah Teknologi
Informasi, 14(1), 1. https://doi.org/10.12962/j24068535.v14i1.a507
Fatkhiyah, N. 2019. Faktor Risiko Kejadian Kista Ovarium Pada Wanita Usia
Reproduksi Di Rskia Kasih Ibu Kota Tegal. Prodi D-3 Kebidanan STIKes
Bhakti Mandala Husada Slawi : Tegal. BHAMADA, JITK, Vol. 10, No. 1,
Susianti, 2017. Potensi Sirsak (Annona muricata) Sebagai Pencegahan Kista Ovarium
Fakultas Kedokteran : Universitas Lampung
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Tidakan Keperawatan. Dewan Pengurus
PusatPPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
45