Anda di halaman 1dari 51

SEMINAR KASUS

PADA PASIEN “Ny. S” DENGAN DIAGNOSA MEDIS


KISTA OVARIUM + POST OP HARI KE 18 DI
KLINIK KANDUNGAN RSPAL DR. RAMELAN

SURABAYA

Disusun sebagai Tugas Kelompok Praktik Klinik Keperawatan

Maternitas

Disusun Oleh :

Kelompok 4F

1. Esa Adipura 2130112


2. Moch.Arofik 2130116
3. Wanda Hogantara 2130133
4. Wiwit Yudha Taruna 2130134
5. Alkhafi Jannatul F 2130120
6. Erlina Dwi L 2130136

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA 2022
LEMBAR PENGESAHAN

SEMINAR KASUS
PADA PASIEN “Ny. S” DENGAN DIAGNOSA MEDIS
KISTA OVARIUM + POST OP HARI KE 18 DI
KLINIK KANDUNGAN RSPAL DR. RAMELAN
SURABAYA

Disusun Oleh:

Kelompok F

1. Esa Adipura 2130112


2. Moch.Arofik 2130116
3. Wanda Hogantara 2130133
4. Wiwit Yudha taruna 2130134
5. Alkhafi Jannatul F 2130120
6. Erlina Dwi L 2130136

Dengan ini telah menyelesaikan tugas kelompok Seminar Kasus Kista Ovarium
Praktik Klinik Keperawatan Maternitas.

Surabaya, Juni 2022.

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Dwi Ernawati, S.Kep., Ns., M.Kep. NI PUTU ARYANI S

NIP. NIP.196601131991032001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan
dan rahmatnya, penyusun dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Maternitas
Seminar Kasus pada “Ny. S” dengan diagnosa medis Kista Ovarium + Post OP
Praktik Klinik kandungan RSPAL DR.Ramelan Surabaya.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Maternitas. Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dari
beberapa pihak yang ikhlas bersedia meluangkan waktunya untuk membantu
kami. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami, pihak-pihak yang telah
membantu dan kepada siapa saja yang ingin memanfaatkannya sebagai referensi
keilmuannya. Kami ucapkan mohon maaf apabila ada kekurangan dan salah kata
dalam penulisan makalah ini.

Surabaya, Mei 2022

Kelompok 4F

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................


HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... i
KATAPENGANTAR............................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3. Tujuan Seminar ............................................................................ 3
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................ 3
BAB 2 TINAUAN PUSTAKA .................................................................. 5
2.1. Konsep Dasar Penyakit Kista Ovarium ......................................... 5
2.1.1. Pengertian Kista Ovarium .......................................................... 5
2.1.2. Etiologi Kista Ovarium............................................................... 5
2.1.3 Patofisiologi ............................................................................... 5
2.1.4 WOC .......................................................................................... 9
2.1.5 Manifestasi Klinis Kista Ovarium ............................................... 10
2.1.6 Klasifikasi Kista Ovarium ........................................................... 11
2.1.7 Komplikasi Kista Ovarium ......................................................... 14
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Kista Ovarium ....................................... 15
2.1.9 Pencegahan Kista Ovarium ......................................................... 16
2.1.10 Penatalaksanaan Kista Ovarium ................................................ 17
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Kista Ovarium ............. 17
BAB 3 Asuhan Keperawatan pada Kista Ovarium ................................ 24
3.1. Pengkajian .................................................................................... 24
3.2. Analisa Data ................................................................................. 32
3.2. Prioritas Masalah .......................................................................... 34
3.2. Rencana / Intervensi Keperawatan................................................. 35
3.2. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan ...................................... 37
BAB 4 Pembahasan ................................................................................. 39
4.1. Pengkajian .................................................................................... 39
4.2. Diagnosa Keperawatan ................................................................. 40
4.3. Perencanaan .................................................................................. 41
4.4. Penatalaksanaan ........................................................................... 41
4.5. Evaluasi...................................................................................... 42
BAB 5 PENUTUP ..................................................................................... 43
5.1. Kesimpulan .................................................................................. 43
5.2. Saran ............................................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 45

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

LatarBelakang
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada
indung telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput
yang terbentuk dari lapisan terluar ovarium (Imade, 2013; h. 18). Terdapat
berbagai macam tumor yang dapat timbul pada ovarium yaitu tumor
neoplastic bersifat jinak dan tidak pernah menyebar di luar ovarium dan tipe
lainnya adalah maligna / ganas dan dapat menyebar kebagian-bagian tubuh
lainnya. Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya
(Lely, 2013)
Berdasarkan survey di USA tahun 2016, 18% kista ovarium akan
ditemukan pada pemeriksaan USG transvaginal wanita postmenopause dan
hampir semua wanita premenopause. Berdasarkan survey demografi
kesehatan Indonesia angka kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai
37,2% dan paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun
(Fajriyah, 2014). Angka kejadian kista ovarium di Indonesia pada tahun 2015
sebanyak 23.400 orsng dan meninggal sebanyak 13.900 orang. Angka
kematian tertinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awal bersifat
asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apakah sudah terjadi metastasis
sada sehingga 60-70% Pasien datang pada stadium lanjut. (Kemenkes, 2015).
Di Indonesia sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh
masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan sertapenyakit

1
2

sistem reproduksi misalnya kista ovarium. (Depkes RI, 2011). Angka kejadian
kista ovarium di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 berdasarkan laporan
dinas kesehatan kabupaten/kota yang berasal dai RS dan Puskesmas. Kasus
kista ovarium terdapat banyak 2.299 kasus. Dari data tersebut maka
didapatkan jumlah penderita kista ovarium terbanyak pada usia 25-44 tahun.
(Dinas kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2015). Sebagai gambaran di RSU
Dharmais Jakarta, ditemukan penderita kista ovarium sebanyak 30 kasus
setiap tahun. Studi epidemiologi menyatakan beberapa faktor resiko.
Melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang
memepunyai keluarga dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia
dibawah 25 tahun. Penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui menurunkan
kista ovarium sebanyak 30-60%. Kista ovarum sendiri memiliki resiko yaitu
mengalami degenerasi keganasan menjadi kanker, disamping itu bisa
mengalami torsi atau terpelintir sehingga menimbulkan nyeri akut, perdarahan
atau infeksi bahkan sampai kematian (Fajriyah,2014).
Sebagian besar wanita tidak menyadari dirinya menderita kista. Gejala
yang paling sering dirasakan adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah dan
pinggul. Rasa nyeri ini timbul akibat pecahnya dinding kista, pembesaran
kista yang terlalu cepat sehingga organ sekitarnya teregang, perdarah yang
terjadi didalam kista, dan tangkai kista yang terpelintir. (Imade, 2013; h. 19).
Masa Reproduksi adalah masa pada perempuan umur 15-46 tahun, selama
masa reproduksi akan terjadi masturbasi foliker yang khas, termasuk ovulasi
dan pembentukan korpus luteum. Proses ini terjadi akibat interaksi
hipotalamus-hipofisis-gonad dimaana melihat folikel dan korpus intrakrin,
neuron dansistem immune. (Prawirhardjo, 2011; h. 105).
Menurut (Fatkhiyah, 2019), berikut ini dapat di cermati gejala kista
secara umum, antara lain: a. Rasa nyeri yang menetap di rongga panggul
disertai rasa agak gatal sewaktu bersetubuh atau bergerak; b. Perdarahan
menstruasi seperti biasa, siklus menstruasi tidak teratur; c. Perut membesar.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan pada perempuan yang dicurigai menderita
kista fungsional, antara lain: Pemeriksaan fisik untuk, mengevaluasi apakah
ada pembesaran kista; Pemeriksaan kadar Human Chorionik Gonodotropin
3

(HCG) didalam serum untuk mengisihkan ada tidaknya kehamilan;


Pemeriksaan USG atau CT scan untuk mendeteksi adanya kista. Pemeriksaan
CA-125 untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan pada kista.
Pemeriksaan hormone seperti LH (Lactogenic), FSH (Folikel Stimulating),
estradiol dan testosterone. Terapi kista ovarium yang diketahui masyarakat
selama ini adalah operasi, namun masyarakat indonesia masih menganggap
operasi adalah hal yang sangat memberatkan, terutama bagi masyarakat
dengan pendidikan dan penghasilan yang tergolong rendah. Selain itu, proses
pasca operasi yg butuh control teratur namun fasilitas kesehatan memadai
untuk kontrol kista tidak dimiliki semua fasilitas kesehatan terutama yang
terdapat di daerah pedalaman serta sulitnya akses kesehatan yang dikarenakan
keadaan geografis indonesia yang terdiri dari pulau atau gunung dan lembah
akan semakin mempersulit akses

RumusanMasalah

1. Apa definisi Kistaovarium?

2. Apa saja etiologi Kistaovarium?

3. Apa manifestasi klinis dari Kistaovarium?

4. Bagaimana WOC Kistaovarium?

5. Bagaimana patofisiologi Kistaovarium?

6. Bagaimana komplikasi Kistaovarium?

7. Bagaimana penatalaksanaan Kistaovarium?

8. Bagaimana pemeriksaan penunjang Kistaovarium?

9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang


mengalamiKista ovarium?
4

TujuanSeminar

Mahasiswa mengetahui informasi, penyebab dan cara pencegahan terjadinya


asfiksia.

TujuanUmum

1. Mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis,woc, patofisiologi,


komplikasi, penatalaksanaan, pemeriksaan penunjang dan komplikasi
dari Kista Ovarium
2. Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Kista ovarium
5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Dasar Penyakit KistaOvarium


1. Pengertian
Kista adalah kantong abnormal yang berisi cairan encer jernih,
cairan kental, kuning, bisa berupa cairan darah berwarna coklat, dan bahkan
kadang kala berisi rambut. Bila cairan dalam kantong kista bertambah
makakistapun akan membesar sehingga dinding kista menipis dan mudah pecah
(Fatkhiyah,2019).

Kista ovarium adalah benjolan yang membesar pada ovarium. Benjolan


kista ini dapat diumpamakan seperti balon berisi cairan. Kista ini dapat dikatakan
adanya pertumbuhan sel-sel pada ovarium yang bersifat jinak. Namun, tidak
menutup kemungkinan kista tersebut berkembang menjadi ganas
(Savitrietal.,2020).

2. Etiologi
Penyebab dari penyakit kista ovarium belum diketahui secara pasti.
Akan tetapi salah satu pemicunya adalah faktor hormonal. Penyebab
terjadinya kista ovarium ini dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling
berhubungan. Arif et al. (2016) menyebutkan beberapa faktor resiko
pembentukan kista ovarium terdiri dari:
a. Usia
Umumnya, kista ovarium jinak (tidak bersifat kanker) pada wanita
kelompok usia reproduktif. Kista ovarium bersifat ganas sangat jarang,
akan tetapi wanita yang memasuki masa menopause (usia 50- 70 tahun)
lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas.
b. Status menopause
Ketika wanita telah memasuki masa menopause, ovarium dapat menjadi
tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktifitas wanita
menopause yang rendah.

c. Pengobatan infertilitas
Pengobatan infertilitas dengan konsumsi obat kesuburan dilakukan dengan
induksi ovulasi dengan gonadotropin (konsumsi obat kesuburan).
Gonadotropin yang terdiri dari FSH dan LH dapat menyebabkan kista
6

berkembang.
d. Kehamilan
Pada wanita hamil, kista ovarium dapat terbentuk pada trimester
kedua pada puncak kadar hCG (human chorionic gonadotrpin).
e. Hipotiroid
Hipotiroid merupakan kondisi menurunnya sekresi hormone tiroid
yang dapat menyebabkan kelenjar pituitary memproduksi TSH
(Thyroid Stimulating Hormone) lebih banyak sehingga kadar TSH
meningkat. TSH merupakan faktor yang memfasilitasi
perkembangan kista ovarium folikel.
f. Merokok
Kebiasaan merokok juga merupakan faktor resiko untuk
pertumbuhan kista ovarium fungsional. Semakin meningkat resiko
kista ovarium dan semakin menurun indeks massa tubuh (BMI) jika
seseorang merokok.
g. Kadar serum petanda tumor CA-125
Kadar CA 125 yang meningkat menunjukkan bahwa kista ovarium
tersebut bersifat ganas. Kadar abnormal CA125 pada wanita pada
usia reproduktif dan premenopause adalah lebih dari 200 U/mL,
sedangkan pada wanita menopause adalah 35 U/mL atau lebih.
h. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga menderita kanker ovarium, endometrium,
payudara, dan kolon menjadi perhatian khusus. Semakin banyak
jumlah keluarga yang memiliki riwayat kanker tersebut, dan semakin
dekat tingkat hubungan keluarga, maka semakin besar resiko seorang
wanita terkena kista ovarium.

i. Konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dapat meningkatkan resiko terbentuknya kista
ovarium, karena alkohol dapat meningkatkan kadar estrogen. Kadar
estrogen yang meningkat ini dapat mempengaruhi pertumbuhan
folikel.
j. Obesitas
Wanita obesitas (BMI besar sama 30kg/m2) lebih beresiko terkena
kista ovarium baik jinak maupun ganas. Jaringan lemak
memproduksi banyak jenis zat kimia, salah satunya adalah hormone
estrogen, yang dapat mempengaruhi tubuh. Hormone estrogen
7

merupakan faktor utama dalam terbentuknya kista ovarium.


3. Patofisiologi
Ovulasi terjadi akibat interaksi antara hipotalamus, hipofisis,
ovarium, dan endometrium. Perkembangan dan pematangan folikel
ovarium terjadi akibat rangsangan dari kelenjar hipofisis. Rangsangan
yang terus menerus datang dan ditangkap panca indra dapat diteruskan
ke hipofisis anterior melalui aliran portal hipothalamohipofisial. Setelah
sampai di hipofisis anterior, GnRH akan mengikat sel genadotropin dan
merangsang pengeluaran FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH
(LutheinizingHormone), dimana FSH dan LH menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron (Nurarif & Kusuma, 2013).
Ovarium dapat berfungsi menghasilkan estrogen dan progesteron
yang normal. Hal tersebut tergantung pada sejumlah hormon dan
kegagalan pembentukan salah satu hormon dapat mempengaruhi fungsi
ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi dengan secara normal jika
tubuh wanita tidak menghasilkan hormon hipofisis dalam jumlah yang
tepat. Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan
folikel yang terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel
tersebut gagal mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur.
Dimana, kegagalan tersebut terbentuk secara tidak sempurna di dalam
ovarium dan hal tersebut dapat mengakibatkan terbentuknya kista di
dalam ovarium, serta menyebabkan infertilitas pada seorang wanita
(Nurarif & Kusuma, 2013).
8

4. Web ofCaution

Faktor internal : usia, status


menopause,kehamilan, hipotiroid, ukuran massa, Faktor eksternal : merokok, kontrasepsi,
kadar serum petanda tumor CA-125, riwayat konsumsi alkohol, pengobatan infertilitas
kanker,obesitas
Gangguan hormon
Sel telur gagal berovulasi

Menghasilkan hormone

hiposia
abnormal

Penimbunanfolikel

Pematangan gagal dangagal


melepaskan seltelur

Kista Ovarium

Pre-Operasi Post- Operasi

Pembesaran Kurang Luka Imobilisasi


ovarium informasi operasi
Sirkulasi Peristaltic
Menahan MK : Defisit Diskonti darah usus
organ sekitar nuitas menurun menurun
pengetahuan
jaringan
Tekanan saraf Pembesaran Rasa sebah MK : Imunitas MK :
sel tumor diameter >10 diperut Ansietas MK : tubuh Resiko
Nyeri menurun konstipasi
MK : Nyeri Menekan usus Mual dan akut
akut dan anus muntah MK : Resiko
infeksi
MK : Resiko Anoreksia
konstipasi
Intake tidak
adekuat

MK : Defisit
nutrisi
Gambar Web of Caution Kista Ovarium
9

5. ManifestasiKlinis
Gejala yang ditimbulkan kista ovarium sebagian besar akibat
pertumbuhan, aktivitas endokrin, ataupun komplikasi kista-kista tersebut.
Gejala-gejala tersebut dapat dituliskan sebagai berikut (Arif et al., 2016) :
a. Akibat pertumbuhan kista
1) Adanya benjolan pada perut bagian bawah, akibat pertumbuhan
kista.
2) Tekanan terhadap organ sekitar, sehingga adanya perasaan berat
dan sakit, akibat pertumbuhan atau posisikista.
3) Meningkatnya lingkar perut akibat ukuran kista yang semakin
membesar.
4) Adanya gangguan miksi (gangguan kencing), obstipasi (gangguan
buang air besar), edema (bengkak) pada tungkai, tidak nafsu
makan, rasa sesak, dan lain-lain, akbiat tekanan kista terhadap
organsekitar.
b. Akibat aktivitas endokrin
Dapat menyebabkan gangguan menstruasi. Diantaranya adalah
hipermenorea yang disebabkan oleh sel granulosa dan amenorea
yang disebabkan oleh arhenoblastoma.
c. Komplikasi.
1) Perdarahan ke dalam kista yang terjadi dalam jumlah sedikit
dapat menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan gejala
klinis yang minimal.
2) Jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak, dapat
menyebabkan terjadinya distensi (pembesaran) cepat pada kista
sehingga menimbulkan nyeri perut secara mendadak.
3) Putaran tangkai pada kista dapat menyebabkan tarikan melalui
ligamentum infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale
sehingga menimbulkan rasa sakit. Selain itu, putaran tangkai
juga dapat menyebabkan perdarahan intra-abdominal atau
peradangan sekunder.
10

4) Jika torsi pada kista terjadi pada ovarium kanan, dapat


menyebabkan rasa sakit yang berlebihan, enek-enek dan
muntah-muntah, nadi cepat (lebih dari 100 detak per menit),
suhu badan meningkat (tidak lebih dari 38oC).
5) Terjadinya ruptur akibat trauma menyebabkan batas-batas kista
sukar diraba atau ditentukan.
6) Jika terdapat pembuluh darah yang pecah, dapat menyebabkan
nadi cepat/kecil, sesak nafas dan keringat dingin.
7) Rasa sakit, nyeri tekan, perut tegang, demam dan leukositosis
dapat terjadi akibat peradangan kista. Leukositosis merupakan
peningkatan jumlah sel darah putih(leukosit).
8) Jika robekan terjadi disertai dengan hemoragi (perdarahan) akut,
maka dapat terjadi perdarahan bebas pada rongga peritoneum
dan rasa nyeri terus-menerus disertai tanda-tanda abdomen akut.
Kista ovarium dapat mengalami infeksi jika terdapat sumber
kuman patogen, seperti divertikulitis (salah satu jenis abdo-men
akut), salpingitis akuta (infeksi tuba falopi) dan appendisitis
(peradangan atau pembengkakan ususbuntu).
9) Kista dapat mengalami perubahan keganasan. Adanya asites
menimbulkan kecurigaan keganasan kista, dan adanya
metastasis (anak sebar) akan memperkuat diagnosis terhadap
keganasan kista.
6. Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro dalam (Widyarni, 2020) kista ovarium terbagi dua
yaitu:
a. Kista Ovarium Neoplastik
Kista ovarium neoplastik bersifat ganas umumnya harus dioperasi, kista
ovarium neoplastic terdiri dari :
1) Kista Denoma Ovari Serosum
Kista ini mencakup sekitar 15-25% dari keseluruhan tumor jinak
ovarium. Usia penderita berkisar antara 20-50 tahun. Pada 12-50%
kasus, kista ini terjadi pada kedua ovarium (bilateral). Ukuran kista
11

berkisar antara 5-15 cm dan ukuran ini lebih keil dari rata-rata
ukuran kista denoma musinosum. Kista berisi cairan serosa, jernih
kekuningan.
2) Kista Denoma Ovari Musinosum
Kista denoma ovari musinosum mencakup 16-30% dari total tumor
jinak ovarium dan 85% diantaranya adalah jinak. Tumor ini pada
umumnya multilokuler dan lokulus yang berisi cairan musinosum
tampak bewarna kebiruan di dalam kapsul yang dindingnya tegang.
Dinding tumor tersusun dari epitel kolumner yang tinggi dengan inti
sel bewarna sel gelap terletak di bagian basal. Dinding kista denoma
musinosum ini, pada 50% kasus mirip dengan struktul epitel
endoserviks dan 50% lagi mirip dengan struktur epitel kolon di mana
cairan musin di dalam lokulus kista mengandung sel-sel goblet.
3) Kista Dermoid
Kista dermoid merupakan tumor terbanyak (10% dari total tumor
ovarium) yang berisi sel germinativum dan paling banyak diderita
oleh gadis yang berusia di bawah 20 tahun.
4) Kista Ovari Simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya bertangkai
sering kali bilateral dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis dan
cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada
dinding Poltekkes Kemenkes Padang kista tampak lapisan epitel
kubik. Berhubung dengan adanya tangkai, dapat terjad putaran
tungkai dengan gejala-gejala mendadak.
5) Kista Endometroid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin pada dinding
dalam satu lapisan sel-sel ang menyerupai lapisan epitel
endometrium.
b. Kista Ovarium Non Neoplastik
Kista ovarium non neoplastik biasanya bersifat jinak dan akan mengecil
atau menghilang sendiri setelah 2 sampai 3 bulan. Kista ovarium
neoplastik terdiri dari :
12

1) Ovarium Polisistik (Stein-Leventhal Syndrome)


Penyakit ovarium polisistik ditandai dengan pertumbuhan polisistik
kedua ovarium, amnorea sekunder atau oligomenorea dan infertilitas.
Sekitar 50% pasien mengalami hirsutiseme dan obesitas. Walaupun
mengalami pembesaran ovarium, ovarium polisistik juga mengalami
sklerotika yang menyebabkan permukaannya bewarna putih tanpa
identasi seperti mutiara sehingga disebut juga sebagai ovarium
kerang. Ditemukan banyak folikel berisis cairan di bawah fibrosa
korteks yang mengalami penebalan. Teka interna terlihat kekuningan
karena mengalami luteinisasi, sebagian stroma juga mengalami hal
yang sama.
2) Kista Folikuler
Kista folikel merupakan kista yang paling sering ditemukan di
ovarium dan biasanya sedikit lebih besar (3-8 cm) dari folikel pra
ovulasi (2,5 cm). Kista ini terjadi karena kegagalan ovulasi (LH
surge) dan kemudian cairan intrafolikel tidak diabsorpsi kembali.
Pada beberapa keadaan, kegagalan ovulasi juga dapat terjadi secara
artificial dimana gonatropin diberikan secara berlebihan untuk
menginduksi ovulasi. Kista ini tidak menimbulkan gejala yang
spesifik. Jarang sekali terjadi torsi, ruptur, atau perdarahan.
3) Kista Korpus Luteum
Kista korpus luteum terjadi akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum
atau perdarahan yang mengisi rongga yang terjadi setelah ovulasi.
Terdapat 2 jenis kista lutein, yaitu kista granulosa dan kistateka.
a) Kista Granulosa Lutein
Kista granulosa merupakan pembesaran non-neoplastik
ovarium. Setelah ovulasi, dinding sel garnulosa mengalami
luteinisasi. Pada tahap berikutnya vaskularisasi baru, darah
terkumpul di tengah Poltekkes Kemenkes Padang rongga
membentuk korpus hemoragikum. Reabsorpsi darah ini
menyebabkan terbentuknya kista korpus luteum. Kista lutein
yang persisten dapat menimbulkan nyeri lokal dan tegang
13

dinding perut yang juga disertai amenorea atau menstruasi


terlambat yang menyerupai gambaran kehamilan ektopik. Kista
lutein juga dapat menyebabkan torsi ovarium sehingga
menimbulkan nyeri hebat atau perdarahan.
b) Kista Thekalutein
Biasanya bersifat bilateral dan berisi cairan jernih kekuningan.
Kista sering kali bersamaan dengan ovarium polisistilk, mola
hodatidosa, koro karsinoma, terapi hCG dan klomifen sitrat.
Tidak banyak keluhan yang ditimbulkan oleh kista ini. Pada
umunya tidak diperlukan tindakan pembedahan untuk
menangani kista ini karena kista dapat menghilang secara
spontan setelah evakuasi mola, terapi korio karsinoma, dan
penghentian stimulasi ovulasi dengan klomifen. Walaupun
demikian, apabila terjadi ruptur kista dan terjadi perdarahan ke
dalam rongga peritoneum maka diperlukan tindakan laparatomi
untuk menyelamatkan penderita.
4) Kista Inklusigerminal
Terjadi karena invagimasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih banyak
pada wanita yang lanjut umurnya dan besarnya jarang melebihi
diameter 1 cm. Kista biasanya ditemukan pada pemeriksaan
histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista terletak
dibawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atad satu lapisan
epitel kubik dan isinya jernih dan serus.
7. Komplikasi
Menurut Arif et al. (2016), komplikasi-komplikasi yang dapat terjadi pada
kista ovarium adalah :
a. Perdarahan ke dalam kista yang terjadi dalam jumlah sedikit dapat
menyebabkan pembesaran kista dan menimbulkan gejala klinis yang
minimal.
16

b. Jika perdarahan terjadi dalam jumlah yang banyak, dapat menyebabkan


terjadinya distensi (pembesaran) cepat pada kista sehingga menimbulkan
nyeri perut secara mendadak.
c. Putaran tangkai pada kista dapat menyebabkan tarikan melalui ligamentum
infundibulopelvikum terhadap peritoneum parietale sehingga
menimbulkan rasa sakit. Selain itu, putaran tangkai juga dapat
menyebabkan perdarahan intra-abdominal atau peradangan sekunder.
d. Jika torsi pada kista terjadi pada ovarium kanan, dapat menyebabkan rasa
sakit yang berlebihan, enek-enek dan muntah-muntah, nadi cepat (lebih
dari 100 detak per menit), suhu badan meningkat (tidak lebih dari 38oC).
e. Terjadinya ruptur akibat trauma menyebabkan batas-batas kista sukar
diraba atau ditentukan.
f. Jika terdapat pembuluh darah yang pecah, dapat menyebabkan nadi
cepat/kecil, sesak nafas dan keringat dingin.
g. Rasa sakit, nyeri tekan, perut tegang, demam dan leukositosis dapat terjadi
akibat peradangan kista. Leukositosis merupakan peningkatan jumlah sel
darah putih (leukosit).
h. Jika robekan terjadi disertai dengan hemoragi (perdarahan) akut, maka
dapat terjadi perdarahan bebas pada rongga peritoneum dan rasa nyeri
terus-menerus disertai tanda-tanda abdomen akut. Kista ovarium dapat
mengalami infeksi jika terdapat sumber kuman patogen, seperti
divertikulitis (salah satu jenis abdomen akut), salpingitis akuta (infeksi
tuba falopi) dan appendisitis (peradangan atau pembengkakan usus buntu).
i. Kista dapat mengalami perubahan keganasan. Adanya asites menimbulkan
kecurigaan keganasan kista, dan adanya metastasis (anak sebar) akan
memperkuat diagnosis terhadap keganasan kista
17

8. PemeriksaanPenunjang
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan
pemeriksaan (Nurarif Amin Huda, 2015):
1. Ultrasonografi (USG) Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer)
digunakan untuk mengirim dan menerima gelombang suara frekuensi tinggi
(ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan menampi lkan gambaran
rahim dan ovarium dilayar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan dianalisis oleh
dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih
jinak, kista berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui
pembedahan kecil dibawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap
cairan dari kista atau mengambil bahan percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemiakronis.
4. Foto Rontgen
Berguna untuk menentukan adanya hidrothoraks, selanjutnya pada kista
dermoid kadang-kadang dapat dilihata danya gigi pada kista.
5. Pemeriksaan CA-125
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan
pada kista atau tidak. Selain itu, memeriksa kadar protein didalam darah
yang disebut CA-125. Kadar CA-125 pada pasien kista ovarium dapat
meningkat pada fase subur, meskipun tidak ada proses keganasan. Namun
secara umum tahap pemeriksaan CA-125 dilakukan pada perempuan yang
beresiko terjadi proses keganasan, kadar normal CA-125 yaitu 0-35u/ml
(Prawirohardjo,2014).
Untuk pengobatan kista, apabila tidak menimbulkan gejala, maka cukup
dimonitor (dipantau) selama 1-2 bulan, karena kista fungsional akan
menghilang dengan sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini
diambil jika tidak curiga ganas (kanker). Jika kista membesar, maka dilakukan
tindakan pembedahan, yakni dilakukan pengambilan kista dengan tindakan
laparoskopi atau laparotomi. Biasanya untuk laparoskopi anda diperbolehkan
pulang pada hari ke-3 atau ke-4, sedangkan untuk laparotomi anda diperbolehkan
pulang pada hari ke-8 atau ke-9.
18

9. Pencegahan
Menurut Nugroho (2014) terdapat beberapa cara pencegahan penyakit kista
yaitu :
a. Mengkonsumsi banyak sayuran dan buah karena sayuran dan buah banyak
mengandung vitamin dan mineral yang mampu meningkatkan stamina
tubuh.
b. Menjaga pola hidup sehat, khususnya menghindari rokok dan sering
olahraga.
c. Menjaga kebersihan area kewanitaan, hal tersebut untuk menghindari
infeksi mikroorganisme dan bakteri yang dapat berkembang disekitar area
kewanitaan.
d. Mengurangi makanan yang berkadar lemak tinggi. Apabila setiap individu
mengkonsumsi makanan yang berkadar lemak tinggi, hal tersebut dapat
menyebabkan gangguan hormon khususnya gangguan hormon kortisol
pemicu stres dan dapat pula terjadi obesitas.
e. Mengunakan pil KB secara oral yang mengandung hormon estrogen dan
progesteron guna untuk meminimalisir risiko terjadinya kista karena
mampu mencegah produksi seltelur.
17

10. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan kista ovarium dibagi atas dua metode yaitu terapi
hormonal dan terapi pembedahan atau operasi (Arif et al., 2016) :
a. Terapihormonal
Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogen progresteron)
boleh ditambahkan obat anti androgen progesteron cyproteron asetat
yang akan mengurangi ukuran besar kista. Untuk kemandulan dan tidak
terjadinya ovulasi, diberikan klomiphen sitrat. Juga bisa dilakukan
pengobatan fisik pada ovarium, misalnya melakukan diatermi dengan
sinarlaser.
b. Terapi pembedahan atau operasi
Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu
mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, umur penderita, ukuran
kista, dan keluhan. Kista yang besarnya kurang dari 5 cm dan tidak
terlihat tanda-tanda proses keganasan pada pemeriksaan Ultrasonografi
akan dilakukan operasi dengan laparoskopi. Sedangkan kista yang
berukuran besarnya lebih dari 5 cm akan dilakukan laparotomi. Apabila
kista sudah dalam proses keganasan, akan dilakukan operasi sekalian
mengangkat ovarium dan saluran tuba serta jaringan lemak sekitar dan
kelenjar limpe
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Kista Ovarium
1. Pengkajian
a. Indentitas
1) Nama, dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak keliru
dengan pasien lain.
2) Umur, untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa reproduksi
atau sudah menopause.
3) Agama, untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai masalah
gangguan reproduksi.
4) Pendidikan, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin
mudah menerima informasi dan akhirnya pegentahuan yang dimiliki
semakin banyak (Notoadmojo,2014)
18

5) Suku bangsa, dikaji untuk melihat adat istiadat atau kebiasan sehari-
hari pasien.
6) Pekerjaan, dikaji untuk mengukur dan mengetahui tingkat sosial
ekonominya.
7) Alamat, dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang
ke fasilitas kesehatan. Keluhan juga muncul pada kasus Kista
Ovarium adalah nyeri perut pada bagian bawah (Sulistyawati,2011).
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Untuk mengetahui penyakit yang disertai saat ini, apakah keadaan
ibu dengan kista ovarium menderita sakit pinggang dan nyeri pada
bagian bawah perut bagian bawah serta mengetahui adanya penyakit
kronis dan keterbatasan fisik (Jannah,2011).
3) Riwayat Menstruasi
Dikaji untuk mengetahui riwayat menstruasi antara lain menarche,
siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, keluhan
utama yang dirasakan sat haid.
4) Riwayat Kehamilan
Dikaji untuk mengetahui jumlah kehamilam, anak yang hidup,
persalinan aterm, persalinan premature, keguguran, persalinan
dengan tindakan, riwayat pendarahan pada kehamilan, persalinan
atau nifas sebelumnya.
5) Riwayat Persalinan
Hal yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah sah
atau tidak, karena bila menikah tanpa status yang jelas akan
berkaitan dengan psikologisnya.
6) Riwayat Ginekologi
Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengalami penyakit
kandungan seperti infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau sistem
reproduksi.
19

7) Riwayat keluarga berencana


Dikaji untuk mengetahui apakah pasien pernah mengikuti KB
dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, ada keluhan selama
menggunakan kontrasepsi.
8) Riwayat kesehatan yanglalu
Dikaji untuk mengetahui apakah ada hubungan dengan masalah yang
dihadapi oleh klien pada saat ini.
9) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji untuk mengetahui apakah ada penyakit menurun dalam
keluarga seperti asma, diabetes mellitus, hipertensi, jantung dan
riwayat penyakit menularlainya.
c. Pemeriksaan Fisik
Dikaji mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki untuk melibatkan
apakah ada kelainan atau tidak. Seperti inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi.
1) Inspeksi,
pemeriksaan inspeksi meliputi :

a) Rambut : untuk mengetahui apakah rambutnya bersih, rontok, dan


berketombe.
b) Muka : untuk mengetahui keadaan muka pucat atau tidak, adakah
kelainan, adakah oedema.
c) Mata : untuk mengetahui warna konjungtiva merah atau pucat,
sklera putih atau tidak.
d) Hidung : untuk mengetahui adakah kelainan, adakah polip,
adakah hidung tersumbat.
e) Mulut : untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak,
ada caries dan karang gigi tidak, ada stomatitis atau tidak.
f) Telinga : untuk mengetahui apakah ada serumen atau tidak.
2) Palpasi
a) Leher : untuk mengetahui apakah ada pembesaran thyroid atau
tidak, ada pembesaran limfe atau tidak.
20

b) Dada : untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, bersih atau


tidak, ada benjolan atau tidak. Hal ini untuk mengetahui apakah
ada tumor atau kanker.
c) Abdomen : untuk mengetahui apakah ada luka bekas operasi,
adakah nyeri tekan serta adanya masa. Hal ini untuk mengetahui
adanya kelainan pada abdomen. Pada kista ovarium perut
terlihat membuncit dan salah satu bagian perut ibu terlihat lebih
besar, hasil palpasi teraba adanya benjolan keras pada perut
bagian bawah.
d) Ekstremitas : untuk mengetahui adanya oedema, varises, dan
untuk mengetahui reflek patella.
3) Auskultasi
a) Jantung : untuk mengetahui bunyi jantung teratur atau tidak.
b) Paru-paru : untuk mengetahui adakah suara wheezzing, serta ada
suara ronchi atau tidak.
c) Perkusi : untuk mengetahui ekstremitas reflek patella kanan kiri
positif atau tidak.
d. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi manajemen kesehatan
Mengambarkan presepsi pemeliharaan, penanganan kesehatan,
penatalaksanan kesehatan, kemampuan menyusun tujuan dan
pengetahuan tentang kesehatan.
2) Pola nutrisi
Mengambarkan masukan nutrisi ballance cairan dan elektrolit, nafsu
makan, pola makan, frekuensi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan
menelan, mual muntah, kebutuhan zat gizi.
3) Pola eliminasi
Menjelaskan fungsi eksresi, kandung kemih dan kebiasaan defekasi,
ada tidaknya masalah defekasi dan miksi karakteristik urin dan feses.
21

4) Pola latihan aktifitas


Mengambarkan pola latihan, aktivitas, fungsi pernafasan dan
sirkulasi. Pemtingnya latihan gerak dalam keadaan sehat atau sakit,
gerak tubuh dan keseimbangan berhubungan satu sama lain.
5) Pola kognitif perceptual
Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif meliputi pengkajian
fungsi pendengaran, penglihatan, perasaan, pembau dan kompensasi
terhadap tubuh.
6) Pola istirahat tidur
Mengambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi tentang energi.
Jumlah jam tidur pad siang dan malam hari, masalah selama tidur,
insomia, mimpi buruk, dan penggunaan obat.
7) Pola konsep diri
Mengambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap
kemampuan antara lain : gambaran diri, harga diri, peran, identitas
diri, pola peran dan hubungan.
8) Pola seksual dan reproduksi
Mengambarkan kepuasan atau masalah yang aktual atau dirasakan
dengan seksualitas.
e. Pemeriksaan penunjang
1) Hasil USG abdomen untuk menentukan sifat-sifat kista
2) Hasil laparaskopi, untuk mengetahui asal tumor dan untuk
menentukan sifat-sifattumor.
3) Hasil pemeriksaan darah untuk mengetahui penurunan atau
peningkatan hemoglobin, leukosit, eritrosit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose yang mungkin muncul pada paisen dengan kista ovarium
berdasarkan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017) ialah :
a. Pre-operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D.0077)
2) Resiko konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
gastrointenstinal (D.0052)
22

3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna


makanan (D.0019)
4) Ansietas berhubungan dengan krisis situasioanl(D.0080)
5) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi (D.0111)
b. Post-operasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (D.0077)
2) Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif (D.0142)
3) Resiko konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas
gastrointenstinal (D.0052)
23

3. IntervensiKeperawatan

No Diagnosa Tujuan Intervensi


(Tim Pokja SDKI (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2019) (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018)
DPP PPNI, 2017)
1 Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri :
agen pencedera keperawatan diharapkan 1. Identifikasi karakteristik nyeri
fisiologis tingkat nyeri menurun, 2. Identifikasi faktor yang
(D.0077) dengan kriteria hasil sebagai memperberat dan memperingan
berikut : yeri
Keluhan nyeri berkurang 3. Berikan terapi non-
a. Sikap protektif berkurang farmakologis untuk mengurangi
b. Gelisah berkurang nyeri
c. Kesulitan tidur berkurang 4. Kontrol lingkungan yang
d. Frekuensi nadi dalam memperberat rasa nyeri
rentang normal 5. Ajarkan teknik non-
(L.08066) farmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
6. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
(I.08238).
2 Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas :
kurang terpapar keperawatan diharapkan 1. Monitor tanda-tanda ansietas
informasi tingkat ansietas menurun (verbal dan non verbal)
(D.0080) dengan kriteria hasil sebagai 2. Pahami situasi yang membuat
berikut : pasien ansietas
a. Verbalisasi khawatir 3. Dengarkan dengan penuh
terhadap kondisi yang perhatian
dihadapi menurun 4. Latih kegiatan pengalihan untuk
b. Perilaku gelisah menurun mengurangi ketegangan
c. Perilaku tegang menurun 5. Latih teknik relaksasi
(L.09093) 6. Kolaborasi pemberian obat
ansietas bila perlu
3 Resiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan konstipasi
konstipasi d.d keperawatan diharapkan 1. Identifikasi tanda dan gejala
penurunan eliminasi fekal membaik, konstipasi
motilitas dengan kriteria hasil sebagai 2. Identifikasi faktor resiko
gastrointenstinal berikut : konstipasi
(D.0052) a. Keluhan defekasi 3. Jelaskan penyebab dan faktor
lama dan sulit resiko konstipasi
menurun 4. Anjurkan minum air putih
b. Mengejan saat sesuai dnegan kebutuhan (1500-
defekasi menurun 2000ml/hari)
c. Konsistensi feses 5. Anjurkan mengkonsumsi
membaik makanan berserat (25-30
d. Frekuensi defekasi mg/hari)
membaik 6. Anjurkan meningkatkan
(L.04033) aktivitas fisik sesuai kebutuhan
(I.04160)
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN
GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI
UNIT KEPERAWATANMATERNITAS

Tanggal kunjungan : 31 Mei 2022 Jam masuk : 09.30 WIB

Ruang/kelas : Klinik Kandungan Kamar No :

Pengkajian tanggal : 31 Mei 2022 Jam : 09.50 WIB

IDENTITAS
Nama pasien : Ny S Nama Suami : Tn M

Umur : 67 th Umur : 71 th

Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/ bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pensiunan Guru SMP Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat : Surabaya Alamat : Surabaya

Status Pernikahan : Menikah

STATUS KESEHATAN SAAT INI


A. Alasan kunjungan ke rumah sakit:
Pasien datang untuk kunjungan ulang ke 2 kontrol luka post operasi di perut
kista ovarium hari ke 18 post operasi sistektomi

B. Keluhan utama saat ini:


Dari luka operasi yang dilaksanakan pada tanggal 13 mei 2022 masih ada
rembesan berwarna kuning

24
C. Riwayat penyakit sekarang:
Ny.S sudah 4 tahun perut membesar dan terasa sakit, perdarahan pervaginam
tidak ada, bila nyeri timbul terasa mual sampai muntah sudah berobat di katakan
sakit maag, diberi obat lanzoprazole dan antasida done keluhan tetap, karena
makin sakit di perut pasien berobat ke RS Mitra Keluarga pada bulan Maret awal
tahun 2022 disarankan untuk dilakukan USG, pasien melakukan USG Abdomen
di RS KiranaTaman Sepanjang hasil USG ada Kista Ovarium Diameter 7 x 8
cm. Pasien lalu ke RSPAL Dr Ramelan Surabaya dan dilakukan operasi
Sistektomi pada tanggal 13 Mei 2022, tanggal 16 Mei 2022 px KRS, px sudah
kontrol pertama untuk luka post op di perut saat kontrol dari luka ada rembesan
warna merah, dan kontrol saat ini kontrol luka operasi yang kedua, post operasi
hari ke 18.

D. Riwayat penyakit dahulu:


Ny.S tidak memiliki riwayat penyakit tertentu yang berhubungan dengan Kista
ovarium, hanya pasien ada keluhan nyeri di kedua lutut sudah berobat
dinyatakan ada peradangan di kedua kaki, dan sudah minum obat untuk
mengatasi rasa sakitnya.

E. Diagnosa medik : Post OP Kista Ovarium hari ke 18

RIWAYAT KEPERAWATAN

1. RIWAYAT OBSTETRI:
a. Riwayat menstruasi:
 Menarche : usia 13 tahun
 Siklus : teratur ( ) tidak teratur ( )
 Banyaknya : sedang (3/4pembalut)
 Lamanya : 2-7 hari (1 kali dlm sebulan)
 HPHT : Pasien sudah tidak menstruasi usia 60 tahun
 Keluhan : Kontrol luka operasi kista ovarium ke 2, dari luka ada rembesan
berwarna kuning

25
b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas:

Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak

Umur Jenis
N Ta Penyuli Peno Penyu Laser Perdara
keha Jenis Infeksi Kelam BB Pj
o h t l lit asi han
milan n
u ong
n
1 41 38 mgg Tidak ada Spontan Dokter Tidak Tidak Tidak ada Tidak ada Peremp 3200 gr
ada ada uan
2 39 39 mgg Tidak ada Spontan Dokter Tidak Tidak Tidak ada Tidak ada Peremp 3100 gr
ada ada uan
3 36 38 mgg Tidak ada Spontan Dokter Tidak Tidak Tidak ada Tidak ada Laki- 3250 gr
ada ada laki

Genogram
KETERANGAN :

: Laki - laki

67 : Perempuan

: Pasien

: tinggal serumah

26
2. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA:
 Melaksanakan KB : ( √ ) ya ( )tidak
 Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : Steril
 Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Setelah melahirkan anak ke 3, anak pertama dan
ke dua tidak menggunakan KB
 Masalah yang terjadi : Tidakada
3. RIWAYAT KESEHATAN :
 Penyakit yang pernah dialami ibu: Pasien mengatakan ibunya tidak
memiliki penyakit yang sama seperti dialami pasien sekarang
 Pengobatan yang didapat : Inbio A 1x1
 Riwayat penyakitkeluarga
( ) Penyakit Diabetes

Mellitus ( ) Penyakitjantung

( ) Penyakithipertensi

( )Penyakitlainnya : sebutkan Ny S mengatakan keluarga


tidak memiliki riwayat penyakit tertentu

4. RIWAYAT LINGKUNGAN:
- Kebersihan : Ny.S mengatakan tinggal di daerah perumahan yanga lingkungan
rumahnya jauh dari TPA ( tempat pembuangan akhir sampah ), jauh dari pebrik, jauh dari
jalan Raya.

- Bahaya : Ny.S mengatakan lingkungan rumah dan sekitarnya


tidak memiliki resiko bahaya tertentu

- Lainnya sebutkan : Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan


5. ASPEK PSIKOSOSIAL:
a. Persepsi ibu tentang keluhan/ penyakit : Ny.S mengatakan tidak inggin di
rawat dengan penyakit lain. Pasien berharap penyakit nya sembuh dan tidak
menjadi parah dan merasa agak khawatir lukanya bekas operasi tidak
sembuh sembuh karena masih mengeluarkan rembesan warna kuning walau
tidak merah lagi seperti saat pertama kontrol
b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupansehari-hari
?
Ny.S beraktivitas seperti biasa, Saat baru pulang dari opname pasien
langsung bersih bersih rumah, dan besoknya dari luka bekas operasi keluar
rembesan warna merah, pasien lalu berobat ke rumah sakit dekat rumah,
dirawat lukanya, sampai saat kontrol pertama masih keluar rembesan warna
merah .

c. Harapan yang ibu inginkan : ingin sembuh dan kista ovariumnya tidak
semakin parah, dan inggin segera luka bekas operasinya segera sembuh dan
membaik
d. Px tinggal dengan siapa : Suami
e. Siapakah orang yang terpenting bagi px : Keluarga, suami, anak dan cucu
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini :khawatir dan
lebih perhatian
27
g. Kesiapan mental untuk menjadi ibu:( ) ya, ( )tidak

28
6. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS:
a. Pola Nutrisi
 Frekwensi makan :2- 3 xsehari, setelah opname pasien tidak selera makan sama Ny S
diusahakan minum susu saat belum selera makan, dan saat kontrol pertama pasien
dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi makanan dan makan makanan yang
bergizi, supaya perbaikan luka cepat
 Nafsu makan : (  )baik,( ) tidak nafsu, ditambah
mengkonsumsi jajanan lainnya diluar jadwalmakan
 Jenis makanan rumah : nasi, sayur dan ikan
 Makanan yang tidak disukai/ alergi/ pantangan : tidakada
 Keluhan lainnya : Tidak ada
b. Pola eliminasi:
 B AK
- Frekwensi : 7-10 kali/hari
- Warna : kekuningan jernih
- Keluhan saat BAK : Tidak Ada MasalahKeperawatan
 B AB
- Frekwensi : 2-3 kali/seminggu
- Warna : Kuning kecoklatan
- Bau : khas
- Konsistensi :Lunak
- Keluhan : Tidak Ada MasalahKeperawatan
c. Pola personalhygiene
 Mandi
- Frekwensi : 2 x/hari
- Sabun : (  )ya,( )tidak
 Oralhygiene
- Frekwensi : 2 x/hari
- Waktu : ( )ya,( )tidak
 Cucirambut
- Frekwensi : 2-3 x/seminggu
- Shampo : (  )ya,( )tidak
d. Pola istirahat dan tidur
 Lama tidur : 5 - 7jam/hari
 Kebiasaan sebelum tidur : melihat TV
 Keluhan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
e. Pola aktifitas danlatihan
 Kegiatan dalam pekerjaan : Masak, bersih – bersih rumah, belanja, arisan
 Waktu bekerja : (  ) Pagi, (  ) Sore, (  )Malam
 Olahraga :( )ya,( )tidak
Jenisnya : Ny.S tidak melakukan olah raga
tertentu Frekwensi : -
 Kegiatan waktu luang : Menonton TV
 Keluhan dalam beraktifitas : Ny.S belajar dari ada rembesan merah di
luka bekas operasi dikarenakan pasien sudah beraktivitas biasa
setelah opname, saat ini lebih hati-hati saat mengerjakan pekerjaan
rumah tangga.

29
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhikesehatan
 Merokok : Tidakada
 Minuman keras : Tidak ada
 Ketergantungan obat : Tidakada
7. PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaanumum :Baik Kesadaran :Composmentis
 Tekanandarah :111/80mmHg Nadi : 84 x/menit
 Respirasi :22x/m Suhu : 36.1 C
 Beratbadan :56 kg Tinggi badan : 157 cm
• IMT : > 28(36,1)
Kepala, mata kuping, hidung dan tenggorokan :
Kepala : Bentuk simetris (normal), pasien terlihat tegang, terlihat gelisah
Keluhan : Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan
Mata :

 Kelopak mata : Tidak ada pembengkakan pada kelopak mata


 Gerakan mata : Gerakan mata kanan kiri simetris
 Konjungtiva : Anemis (-)
 Sklera : Tidak ikterik
 Pupil : Reflek cahaya pada pupil isokor kanan &kiri (+/+)
 Akomodasi : tidak ada kelainan
 Lainnya sebutkan : Tidak Ditemukan Masalah Keperawatan

Hidung :
 Reaksialergi : Tidak ada alergi
 Sinus : Tidak ada tandasinusitis
 Lainnya sebutkan : Tidak Ditemukan MasalahKeperawatan

Mulut dan Tenggorokan :


 Gigigeligi :
 Kesulitan menelan : Tidak ada kesulitan menelan
 Lainnya sebutkan : Tidak Ada Masalah Masalah Keperawatan

Dada dan Axilla


 Mammae :membesar ( ) ya (  )tidak
 Areolla mammae : Berwarna coklat
 Papila mammae : Menonjol
 Colostrum : Tidak keluar

Pernafasan
 Jalannafas : Jalan nafas paten, tidak ada distress pernapasan
 Suaranafas : Vesikular, tidak ada suara nafas tambahan
 Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : Tidak menggunakan otot
bantu pernapasan

30
 Lainnya sebutkan : Tidak Ada MasalahKeperawatan

Sirkulasi jantung
 Kecepatan denyut apical : 84x/menit
 Irama : S1/S2Tunggal
 Kelainan bunyi jantung: Tidak ada
 Sakitdada : Tidak ada nyeri dada
 Timbul : Tidak ada
 Lainnya sebutkan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

Abdomen
 Mengecil :Membesar
 Lineadanstriae : Tidak ada garis linea dan garis striae
 Luka bekas operasi : Ada luka bekas operasi terlihat rembesan berwarna kuning, luka
terlihat agak basah, tidak ada nanah ataupun kemerahan, saat kontrol pertama ada
rembesan berwarna merah dan luka terasa nyeri, saat ini nyeri di luka bekas operasi sudah
berkurang jauh
 Kontraksi : Tidak merasakan kontraksi
 Lainnya sebutkan : Ada masalah keperawatan gangguan integritas kulit

Genitourinary
 Perineum : Terdapat parut
 VesikaUrinaria : Tidak ada distensi abdomen
 Lainnyasebutkan : Tidak Ada MasalahKeperawatan

Ekstrimitas (integumen/muskuloskeletal)
 Turgorkulit : Hangat, kering, merah dengan CRT <2detik
 Warna kulit : Sawo matang
 Kontraktur pada persendian ekstrimitas : Tidak ada kontraktur pada sendi
 Kesulitan dalam pergerakan : Tidak ada kesulitan bergerak, riwayat ada keradangan
di lutut sudah berobat
 Lainnya sebutkan : Tidak Ada MasalahKeperawatan

d. Data Penunjang

1) Laboratorium : -

2) USG :
Hasil USG tanggan 26-3-2022 : Kista Ovarium diameter 7 x 8 cm

3) Rontgen :
-

4) Hasil PA : Peritonium asites sitologi : tidak didapatkan sel ganas, cerviks, uterus,
dan kedua adneksa + omentum high sguamosa intraepithellal lesion (C1NIII )
dengan glandula involvement pada cerviks, kista endometriosis ovari 1, simple cyst
ovari II

31
5) Terapi yang didapat: Dienogest 1x1 (selama 3 bulan)

Surabaya, 31 Mei
2022 Pemeriksa

Kelompok 4 F

32
ANALISA DATA

NAMA KLIEN : Ny.S Ruangan / kamar : Klinik Kandungan

PUMUR : 67 th No.Register :-

No Data Penyebab Masalah

1. Ds. Efek prosedur invasif Resiko Infeksi

Ny.S mengatakan luka bekas operasi saat ini keluar rembesan warna kuning (SDKI,D.0142)
dan keluhan nyeri di luka bekas operasi tidak ada, saat ini kontrol ke 2, luka
operasi hari ke 18

Do :
 Luka terlihat agak basah
 Luka ada rembesan warna kuning minimal, tidak ada nanah, tidak
ada kemerahan

2. Ds : Ny.S merasa khawatir dengan kondisi lukanya, takut tidak sembuh


sembuh Kurang terpapar Ansietas
informasi
Do. : (SDKI,D.0080)
 Pasien terlihat gelisah(tidakberfokus)
 Pasien terlihat tegang
Proses Penyakit Kesiapan peningkatan
Ds : Pasien mengatakan sudah makan lebih banyak sesuai anjuran saat kontrol
3 manajemen kesehatan
pertama supaya lukanya segera membaik dan pasien mengatakan saat ini
timbangan naik 1 kg dari sebelumnya 55 kg (SDKI, D.0112)

Do :
 Pasien memilih menjalankan anjuran konsumsi nutrisi yang disarankan
 BB 56 kg
33
PRIORITAS MASALAH

NAMA KLIEN : Ny.S Ruangan / kamar : Klinik Kandungan

PUMUR : 67 th No.Register :-

Tanggal Nama perawat


No, Diagnosa Keperawatan
Ditemukan Teratasi
1. Resiko Infeksi d.d efek prosedur invasif 31/04/2022 31/04/2022
(SDKI, D.0142)

2. Ansietas b.d Kurang terpapar 31/04/2022 31/04/2022


informasi (SDKI, D.0080)
3. Kesiapan peningkatan manajemen 31/04/2022 31/04/2022
kesehatanb.d Proses penyakit
(SDKI, D.0112)

34
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Klien : Ny.S No Rekam Medis : - Hari Rawat Ke: -

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Intervensi Rasional
1. Resiko Infeksi d.d Setelah diberikan KIE 1 x 30 Pencegahan Infeksi ( SIKI I.14539 )
efek prosedur kontrol resiko meningkat Edukasi
invasif dengan kriteria hasil : 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 1.Pasien dan keluarga
(SDKI, D.0129)  Pasien dan keluarga memahami tanda tanda
infeksi pada luka
memahami
diantaranya timbul rubor,
bagaimana hal hal kalor, tumor, dolor,
yang menyebabkan fungsiolesa
resiko infeksi 2. Dengan peningkatan
2. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Pasien dan keluarga nutrisi yang optimal di
mampu melakukan harapkan regenerasi sel sel
pencegahan di jaringan luka operasi
terjadinya infeksi bisa lebih optimal dan luka
di harapkan segera
membaik
3. Dengan paham menjaga
3. Ajarkan pada pasien dan keluarga untuk
kebersihan daerah sekitar
menjaga kebersihan daerah luka yang
luka yang tertutup plester
tertutup plester anti air anti air , pasien paham
menghindari plester
terkena air langsung yang
bisa menyebabkan luka
basah dan terbuka yang
bisa terkontaminasi kuman
dari luar
2. Ansietas b.d Setelah diberikan KIE 1 Dukungan keyakinan ( SIKI I.13477 )
Kurang terpapar x 30 menit diharapkan 1. Identifikasi keyakinan, masalah dan tujuan 1.Dengan memahami
35
RENCANA KEPERAWATAN
informasi tingkat ansietas menurun perawatan tindak lanjut setelah operasi tindak lanjur penangan
(SDKI, D.0080) dengan kriteria hasil: kista ovarium setelah operasi kista
 Pasien dan keluarga ovarium pasien dan
paham tentang penyakit keluarga paham akan
kista ovarium kondisi dan bagaimana
penanganan selanjtnya
 Pasien dan keluarga sehingga mengurangi
paham cara kecemasan yang dirasakan
pencegahan sakit 2.Dengan tahu tindakan
2. Identifikasi kesembuhan jangka panjang
kista ovarium selanjutnya pasien dan
 Pasien dan keluarga terlihat dengan melaksanakan program injeksi
keluarga kooperaif dengan
tenang, dan Dienogest 1x1 selama 3 bulan sesuai anjuran yang diberikan
anjuran dokter
mengungkapkan akan
3. Berikan penjelasan yang sesuai dengan 3.Dengan memberikan
melaksanakan penjelasan
tingkat pendidikan pasien dan keluarga penjelasan sesuai dengan
yang telah diberikan
tingkat pendidikan pasien
dan keluarga pemberian
informasi bisa lebih tepat
diberikan

36
3. Kesiapan peningkatan Setelah diberikan KIE 1 x 30 Edukasi kesehatan ( SIKI I. 12383 )
manajemen kesehatan menit diharapkan manajemen 1 Identifikasi kesiapan dan kemampuan 1.Dengan mengetahui
b.d Proses penyakit kesehatan meningkat dengan menerima informasi tentang tata kesiapan pasien dan
(SDKI, D.0112) kriteria hasil: laksana kista ovarium keluarga menerima
 Melakukan tindakan untuk informasi , informasi
mengurangi faktor resiko yang disampaikan bisa
meningkat di terima dengan baik
 Menerapkanprogram
perawatanmeningkat 2 Identifikasi faktor faktor yang dapat 2.Kaji kemampuan
 Aktivitas kehidupan meningkatkan dan menurunkan pasien dan keluarga
sehari hari efektif perilaku hidup bersih dan sehat dalam pemeliharaan
memenuhi tujuan kesehatan untuk
kehidupan pencegahan tentang
kista ovarium sehingga
mengikuti anjuan dalam
program terapi yang
dijadwalkan

3 Berikan kesempatan pasien dan 3.Memberikan


keluarga bertanya tentang hal yang kesempatan pasien dan
belum di mengerti tentang penjelasan keluarga menanyakan
yang sudah di berikan hal hal yang belum
dipahami

4.Dengan memahami
4. Jelaskan faktor yang dapat pentingnya intake nurisi
mempengaruh kesehatan diantaranya untuk prosese
kurangny asupan nutrisi untuk penyembuhan luka di
meningkatkan proses penyembuhan harapkan pasien dan
luka operasi keluarga memperhatikan
asupan yang masuk
sehingga luka cepat
membaik
37
TINDAKAN KEPERAWATAN DAN CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA KLIEN : Ny.S Ruangan/kamar :KlinikKandungan


UMUR : 67 th No.Register :-

No. Tgl TT Tgl TT


Tindakan Catatan Perkembangan
DX Jam Perawat Jam Perawat
1. 31/05/ Kelompok 31/05/20 Dx : 1 2 3 Kelompok 4
2022 4F 22 S: F
 Pasien mengatakan paham
10.00 1.Menjelaskan tanda dan gejala infeksi 10.30  Pasien mengatakan akan merubah
2. pola hidup
10.05 2.Menganjurkan meningkatkan asupan  Pasien mengatakan akan
nutrisi meningkatkan konsumsi nutrisi
sesuai anjuran
10.10 3.Mengajarkan pada pasien dan keluarga O:
untuk menjaga kebersihan daerah luka yang
 Pasien tampak paham
3. tertutup plester anti air
 Pasien tampak antusias
4.Mengidentifikasi keyakinan, masalah dan A. KIE telah diberikan, masalah teratasi
10.15 P. Pasien pulang
tujuan perawatan tindak lanjut setelah
operasi kista ovarium

5.Mengidentifikasi kesembuhan jangka


10.18 panjang dengan melaksanakan program
injeksi Dienogest 1x1 selama 3 bulan sesuai
anjuran dokter
10.20
6.Memberikan penjelasan yang sesuai
38
dengan tingkat pendidikan pasien dan
keluarga

10.22 7.Mengidentifikasi kesiapan dan


kemampuan menerima informasi
tentang tata laksana kista ovarium

10.25 8. Mengidentifikasi faktor faktor


yang dapat meningkatkan dan
menurunkan perilaku hidup bersih
dan sehat

10.27 9. Memberikan kesempatan pasien


dan keluarga bertanya tentang hal
yang belum di mengerti tentang
penjelasan yang sudah di berikan

10. Menjelaskan faktor yang dapat


10.30 mempengaruh kesehatan
diantaranya kurangny asupan
nutrisi untuk meningkatkan proses
penyembuhan luka operasi

8.

39
BAB 4

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis akan menguraikan tentang kesengajaan yang


terjadi antara tinjauan Pustaka dan tinjauan kasus dalam asuhan keperawatan pada klien
dengan diagnosa medis Kista Ovarium di Klinik Kandungan RSPAL dr. Ramelan
Surabaya yang meliputi pengkajian, diagnosa, pelaksanaan, tindakan dan evaluasi. Pada
dasarnya pengkajian antara tinjauan pustaka dan kasus tidak banyak kesenjangan. Jadi
ada kesesuaian antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus.

Pengkajian

Pada tahap pengumpulan data, penulis tidak mengalami kesulitan karena penulis
dapat memperoleh data melalui rekam medis pasien dan pemeriksaan fisik (head to toe)
langsung pada pasien.

1. Keluhan Utama
Pada kasus Ny.S didapatkan keluhan awal sebelum sakit perut membesar dan nyeri
sudah dirasakan 4 tahun. Penulis berasumsi bahwa dalam hal ini kaitannya adalah
usia kista ovarium bersifat ganas sangat jarang, akan tetapi wanita yang memasuki
masa menopose (usia 50- 70 tahun) lebih beresiko memiliki kista ovarium ganas
dan status menoupouse ketika wanita telah memasuki masa menoupouse ovarium
dapat menjadi tidak aktif dan dapat menghasilkan kista akibat tingkat aktivitas wanita
menoupouse yang rendah

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Ny. S sudah 4 tahun perut membesar dan terasa sakit, perdarahan pervaginam tidak
ada, bila nyeri timbul terasa mual sampai muntah sudah berobat di katakan sakit maag,
diberi obat lanzoprazole dan antasida done keluhan tetap, karena makin sakit di perut
pasien berobat ke RS Mitra Keluarga pada bulan Maret awal tahun 2022 disarankan
untuk dilakukan USG, pasien melakukan USG Abdomen di RS Kirana Taman
Sepanjang hasil USG ada Kista Ovarium Diameter 7 x 8 cm. Pasien lalu ke RSPAL Dr

41
Ramelan Surabaya dan p dilakukan operasi pada tanggal 13 Mei 2022, tanggal 16 Mei
2022 px KRS, px sudah kontrol pertama untuk luka post op di perut saat kontrol dari luka
ada rembesan warna merah, dan kontrol saat ini kontrol yang kedua.

3. Riwayat Kehamilan

Pasien mempunyai anak 3 anak yang pertama berusia 41 tahun jenis kelamin
perempuan melahirkan spontan usia kehamilan 38 minggu, BB lahir 3200 gram tidak
ada penyulit melahirkan di tolong oleh dokter, anak yang ke 2 berusia 39 tahun jenis
kelamin perempuan BB lahir 3100 gram lahir spontan di tolong oleh dokter, anak yang
ke 3 berusia 36 tahun jenis kelamin laki-laki usia kehamilan 38 minggu lahir spontan
dengan BB lahir 3250 gram di tolong oleh dokter.

4. PemeriksaanFisik
Keadaan umum Ny. S baik, GCS 456, tekanan darah 111/80 mmHg, nadi 84x/menit,
respirasi 22x/menit, suhu 36,1C, berat badan 56 kg dan tinggi badan 157 cm. Tidak
ada pembengkakan pada kelopak mata, gerakan mata sesuai, tidak ada alergi, tidak
ada kesulitan menelan, jalan napas paten, tidak ada keluhan nyeri dada, turgor kulit
hangat dan kering.

5. Data Penunjang
a. USG : Kista Ovarium Diameter 7 x 8 cm,
b. Terapi : Dienogest 1x1 (selama 3bulan)
c. Data Tambahan : Biopsi Hasil PA : Peritonium asites sitologi : tidak didapatkan sel ganas,
cerviks, uterus, dan kedua adneksa + omentum high sguamosa intraepithellal lesion (C1NIII )
dengan glandula involvement pada cerviks, kista endometriosis ovari 1, simple cyst ovari II.

42
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah proses menganalisa data subjektif dan objektif
yang telah diperoleh pada tahap pengkajian untuk menegakkan diagnose keperawatan.
Masalah keperawatan yang muncul pada pasien Ny.S dengan Kista Ovarium Post
Operasi hari ke 18 :

1. Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif (SDKI, D.0129)

2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (SDKI, Hal. 180D.0080).


3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan (SDKI, Hal. 249D.0112).

Perencanaan

Pada perencanaan terdapat tujuan dan kriteria hasil diharapkan dapat sesuai
dengan sasaran yang diharapkan terhadap kondisi pasien.

1. Resiko Infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif ( SDKI, D.0129)


Setelah dilakukan KIE selama 1x30 menit kontrol resiko meningkat dengan kriteria
hasil : pasien dan keluarga memahami bagaimana hal hal yang menyebabkan resiko
infeksi, pasien dan keluarga mampu melakukan pencegahan terjadinya infeksi

2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (SDKI, Hal. 180D.0080).


Setelah dilakukan KIE selama 1x30 menit diharapkan tingkat ansietas menurun dengan
kriteria hasil : pasien dan keluarga paham tentang penyakit kista ovarium, Pasien dan
keluarga paham cara pencegahan sakit kista ovarium, pasien dan keluarga terlihat
tenang, dan mengungkapkan akan melaksanakan penjelasan yang telah diberikan
3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan (SDKI, Hal. 249D.0112).
Setelah dilakukan KIE selama 1x30 menit diharapkan pasien dapat mengetahui cara
peningkatan manajemen kesehatan dengan kriteria hasil : melakukan tindakan untuk
mengurangi faktor resiko meningkat, menerapkanprogram perawatanmeningkat,
aktivitas kehidupan sehari hari efektif memenuhi tujuan kehidupan

Penalaksanaan

1. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif ( SDKI, D.0129 )


Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny S dengan resiko infeksi adalah :
Menjelaskan tanda dan gejala infeksi, Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi,
Ajarkan pada pasien dan keluarga untuk menjaga kebersihan daerah luka yang
42
tertutup plester anti air

2. Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien Ny.S Ansietas berhubungan dengan


kurang terpapar informasi (SDKI, Hal. 180D.0080).
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien Ny.S dengan ansietas adalah identifikasi
keyakinan, masalah dan tujuan perawatan tindak lanjut setelah operasi kista
ovarium, identifikasi kesembuhan jangka panjang dengan melaksanakan program
injeksi Dienogest 1x1 selama 3 bulan sesuai anjuran dokter, berikan penjelasan
yang sesuai dengan tingkat pendidikan pasien dan keluarga

3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan (SDKI, Hal. 249D.0112).

Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien Ny.S dengan kesiapan peningkatan


manajemen kesehatan adalah identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi tentang tata laksana kista ovarium, identifikasi faktor faktor yang
dapat meningkatkan dan menurunkan perilaku hidup bersih dan sehat, berikan
kesempatan pasien dan keluarga bertanya tentang hal yang belum di mengerti
tentang penjelasan yang sudah di berikan, jelaskan faktor yang dapat
mempengaruh kesehatan diantaranya kurangny asupan nutrisi untuk
meningkatkan proses penyembuhan luka operasi

Evaluasi

1. Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasif ( SDKI, D.0129)


Pasien dan keluarga mengatakan memahami bagaimana hal hal yang menyebabkan
resiko infeksi dan akan berusaha untuk melakukan pencegahan terjadinya infeksi
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (SDKI, Hal. 180D.0080).
Pasien dan keluarga mengatakan paham tentang penyakit kista ovarium, paham cara
pencegahan sakit kista ovarium dan pasien dan keluarga terlihat tenang, dan
mengungkapkan akan melaksanakan penjelasan yang telah diberikan

3. Kesiapan peningkatan manajemen kesehatan (SDKI, Hal. 249D.0112).


Pasien mengatakan paham didalam mengdentifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi tentang tata laksana kista ovarium, mengidentifikasi
faktor faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan perilaku hidup bersih
dan sehat, memberikan kesempatan pasien dan keluarga bertanya tentang hal

42
yang belum di mengerti tentang penjelasan yang sudah di berikan, menjelaskan
faktor yang dapat mempengaruh kesehatan diantaranya kurangny asupan nutrisi
untuk meningkatkan proses penyembuhan luka operasi

42
BAB V

KESIMPULAN DAN

SARAN

5.1. Kesimpulan
Kista ovarium adalah suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung
telur atau ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh selaput yang
terbentuk dari lapisan terluar ovarium. Kista ovarium merupakan salah satu bentuk
penyakit reproduksi yang menyerang wanita. Kista atau tumor merupakan bentuk
gangguan pertumbuhan sel-sel otot polos pada ovarium yang jinak dan banyak
menyerang wanita pada usia reproduktif. Sebagian besar wanita tidak menyadari
dirinya menderita kista. Gejala yang paling sering dirasakan adalah rasa nyeri pada
perut bagian bawah dan pinggul.Rasa nyeri ini timbul akibat pecahnya dinding
kista, pembesaran kista yang terlalu cepat sehingga organ sekitarnya teregang,
perdarah yang terjadi didalam kista, dan tangkai kista yangterpelintir.

Pemeriksaan fisik untuk, mengevaluasi apakah ada pembesaran kista;


Pemeriksaan kadar Human Chorionik Gonodotropin (HCG) didalam serum untuk
mengisihkan ada tidaknya kehamilan; Pemeriksaan USG atau CT scan untuk
mendeteksi adanya kista. Pemeriksaan CA-125 untuk mengetahui apakah terjadi
proses keganasan pada kista. Pemeriksaan hormone seperti LH (Lactogenic), FSH
(Folikel Stimulating), estradiol dan testosterone.

Pada kasus yang dialamai oleh Ny.S dengan diagnose kista ovarium post op
hari ke 18 telah dilakukan USG ditemukan Kista Ovarium Diameter 7 x 8 cm, dan
sudah dilakukan oprasi didapatkan hasil biopsy Peritonium asites sitologi : tidak
didapatkan sel ganas, cerviks, uterus, dan kedua adneksa + omentum high
sguamosa intraepithellal lesion (C1NIII ) dengan glandula involvement pada
cerviks, kista endometriosis ovari 1, simple cyst ovari II, pasien mendapat terapi
dienogest 1 x 1 selama 3 bulan. Setelah melakukan asuhan keperawatan didapatkan
diagnose Resiko infeksi, merasa cemas karena takut tidak bisa sembuh, dan
kesiapan manajemen kesehatan. Hasil dari implementasi yang dilakukan pasien
dapat mengatasi masalahnya.

44
SARAN
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka saran yang dapat
diberikan sebagai berikut :

a) Bagi Institusi Pendidikan


Untuk menambah pengetahuan dan keterampolan bagi mahasiswa khususnya
mengenai pemberian Asuhan Keperawatan pada Pasien kista ovarium,
sehingga mahasiswa lebih profesional daam mengaplikasikan pada kasus
secara nyata.
b) Bagi Rumah Sakit
Untuk meningkatkan pengetahuan dengan mempelajari konsep penyakit kista
ovarium dan menambah pemahaman perawat tentang perawatan pada pasien
kista ovarium saat di rumah sakit maupun di rumah, sehingga perawat dapat
membantu mengatasi masalah yang dialami pasien.
c) Bagi Mahasiswa
Untuk meningkatkan keterampilan, menambah pengetahuan dan
mengembangkan ilmu keperawatan maternitas di rumah sakit sesuai dengan
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta mengetahui terlebih dahulu beberapa
masalah utama pasien dengan kista ovarium dan bagaimana cara mengatasinya

45
Daftar Pustaka

Arif, F. A., Purwanti, E., & Soelistiono, S. (2016). Perancangan Aplikasi Identifikasi
Kista Ovarium Berbasis Sistem Cerdas. JUTI: Jurnal Ilmiah Teknologi
Informasi, 14(1), 1. https://doi.org/10.12962/j24068535.v14i1.a507

Fatkhiyah, N. 2019. Faktor Risiko Kejadian Kista Ovarium Pada Wanita Usia
Reproduksi Di Rskia Kasih Ibu Kota Tegal. Prodi D-3 Kebidanan STIKes
Bhakti Mandala Husada Slawi : Tegal. BHAMADA, JITK, Vol. 10, No. 1,

Nugroho, T. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha


Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC NOC Jilid 2. EGC.

Savitri, P. R. S. S., Budiana, I. N. G., & Mahayasa, P. D. (2020). Karakteristik Penderita


Kista Ovarium Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Periode 1
Januari Sampai 30 Juni 2018. Jurnal Medika Udayana, 9(3), 82–86.
Siahaan, D. L. D. S. (2021). Laparoskopi pada Pasien Kista Ovarium Permagna
dengan Anestesi Spinal. Majalah Ilmiah Methoda, 11(2), 149–155.

Susianti, 2017. Potensi Sirsak (Annona muricata) Sebagai Pencegahan Kista Ovarium
Fakultas Kedokteran : Universitas Lampung

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Indikator Diagnostik. Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Tidakan Keperawatan. Dewan Pengurus
PusatPPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Widyarni, A. (2020). Faktor Resiko Kejadian Kista Ovarium Di Poliklinik Kandungan


dan Kebidanan Rumah Sakit Islam Banjarmasin. Dinamika Kesehatan: Jurnal
Kebidanan Dan Keperawatan, 11(1), 28–36.
https://doi.org/10.33859/dksm.v11i1.569

45

Anda mungkin juga menyukai