Anda di halaman 1dari 46

SEMINAR

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PADA NY. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA SERVIKS
DI RUANG F2 RSPAL DR. RAMELAN
SURABAYA

Oleh :

KELOMPOK 4F

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TA. 2019/2020
SEMINAR

LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PADA NY. S DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA SERVIKS
DI RUANG F2 RSPAL DR. RAMELAN
SURABAYA

Oleh :

KELOMPOK 4F

1. Novan Hariyanto, S.Kep. (193.0061)


2. Oktafiansyah A.K.W, S.Kep. (193.0067)
3. Wahyu Putro Wicaksono S.Kep. (193.0090)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA
TA. 2019/2020
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini ketua gerbong 4 dari kelompok F :

Nama : Wahyu Putro Wicaksono S.Kep

NIM : 1930090

Anggota Kelompok : 1. Novan Hariyanto, S.Kep. (1930061)


2. Oktafiansyah A.K.W, S.Kep (1930067)

Program Studi : Profesi Ners

Judul Seminar : Seminar Keperawatan Maternitas Laporan Kasus


Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. S Dengan
Diagnosa Medis Ca Serviks di Ruang F2 RSPAL Dr.
Ramelan Surabaya
Menyatakan bahwa makalah seminar ini yang berjudul Seminar Keperawatan
Maternitas Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. S Dengan
Diagnosa Medis Ca Serviks di Ruang F2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya telah
disusun dengan buku panduan evaluasi praktik klinik keperawatan Maternitas
yang berlaku di STIKES Hang Tuah Surabaya.
Surabaya, 19 Juni 2020

Ketua Kelompok

(Wahyu Putro Wicaksono)


NIM. 1930090
Mengetahui,

CI Institusi Pendidikan

(Qori’ Ila S., S.Kep., Ns., Sp.Kep.An.)


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Maternitas Pada Ny. S Dengan Diagnosa Medis Ca Serviks
di Ruang F2 RSPAL Dr. Ramelan Surabaya” dengan tepat waktu.

Laporan kasus ini disusun untuk melengkapi tugas Studi Prodi Ners Stase
Keperawatan Maternitas. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada CI
lahan dan CI institusi yang sudah membantu dalam proses penyusunan laporan
kasus ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada


laporan kasus ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan
saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata
semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Surabaya, Juni 2020

Kelompok 4F
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4

1.3.1 Tujuan Umum............................................................................................4

1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................................4

1.4 Manfaat......................................................................................................5

1.4.1 Manfaat Teoritis.........................................................................................5

1.4.2 Manfaat Praktis..........................................................................................5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kanker Serviks.........................................................................6

2.2 Etiologi Kanker Serviks.............................................................................6

2.3 Manifestasi Klinis Kanker Serviks............................................................7

2.4 Klasifikasi Kanker Serviks........................................................................8

2.5 Web Of Caution (WOC) Kanker Serviks................................................11

2.6 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks...................................................1

2.7 Penatalaksanaan Kanker Serviks.............................................................15

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Serviks........................................18

2.8.1 Pengkajian................................................................................................18

2.8.2 Diagnosa Keperawatan Kanker Serviks..................................................20

2.8.3 Intervensi Keperawatan Kanker Serviks..................................................21


BAB 3 TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian................................................................................................24

3.2 Analisa Data.............................................................................................31

3.3 Diagnosa dan Rencana Keperawatan ......................................................32

BAB 4 PENUTUP

4.1. Kesimpulan..............................................................................................36

4.2. Saran........................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................38


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu di dunia ini memerlukan kesehaan untuk dapat melakukan

aktivitasnya sehari-hari dengan nyaman. Agar terhindar dari penyakit, individu

sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan agar berbagai penyakit dapat

terdeteksi dini, sehingga terhindar dari berbagai penyakit yang tergolong berat.

Penyakit yang tergolong berat diantaranya adalah kanker. Kanker

merupakan suatu penyakit dimana sel-sel tubuh yang normal berubah menjadi

abnormal. Sel-sel abnormal bermultiplikasi tanpa kontrol, serta dapat menginvasi

jaringan sekitarnya; organ dekat maupun organ yang jauh, kanker stadium satu

biasa disebut dengan stadium awal, stadium dua biasa disebut stadium menengah

dan stadium tiga serta empat yang biasa disebut dengan stadium lanjutan

(Damayanti, 2015).

Satu diantara jenis kanker yang menyerang wanita adalah kanker serviks.

Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher rahim,

yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina (Rozi,

2013). Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer merupakan

kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi

wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim

(uterus) dengan liang senggama (vagina) (Tjokrokusumo, 2015).

Penyebab utama dari kanker serviks yakni infeksi HPV (Human

Papillomavirus) yang berada di dalam tubuh manusia. Diketahui bahwa DNA HPV

dapat ditemukan pada 99% kasus kanker serviks di seluruh dunia (Arum, 2015).
Kejadian kanker serviks dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor sosio

demografi yang meliputi usia, status sosial ekonomi, dan faktor aktivitas seksual yang

meliputi usia pertama kali melakukan hubungan seksual, pasangan seksual yang

berganti-ganti, pasangan seksual yang tidak disirkumsisi, paritas, kurang menjaga

kebersihan genital, merokok, riwayat penyakit kelamin, riwayat keluarga penderita

kanker serviks, trauma kronis pada serviks, penggunaan pembalut dan pantyliner,

dietilstilbestrol (DES) serta penggunaan kontrasepsi oral. Adapun faktor-faktor

tersebut ada yang bisa dimodifikasi dan faktor yang tidak bisa dimodifikasi

(Kemenkes, 2015).

Kanker serviks sebenarnya termasuk jenis kanker yang paling mudah

dicegah dan diobati, Wanita Usia Subur dapat mendeteksi kanker serviks

semenjak dini, sehingga sel-sel yang abnormal dapat dicegah perkembangannya.

Perubahan sel-sel abnormal menjadi sel sel kanker yang membutuhkan waktu

sampai bertahun-tahun memungkinkan dilakukan pengobatan yang tepat sehingga

akan segera menghentikan sel-sel yang abnormal tersebut sebelum berubah

menjadi sel kanker. Sehingga perempuan akan terhindar dari penyakit ganas yang

dapat menyebabkan kematian (Utami, 2013).

Kanker serviks adalah kanker paling sering terjadi pada wanita dengan

perkiraan 570.000 kasus baru pada tahun 2018 dan mewakili 6,6% dari semua

kanker pada wanita. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi di negara-

negara berpenghasilan rendah dan menengah. Tingkat kematian yang tinggi dari

kanker serviks secara global dapat dikurangi melalui pendekatan komprehensif

yang mencakup pencegahan, diagnosis dini, skrining yang efektif dan program

pengobatan (WHO, 2018).


Penyakit ini menempati urutan keempat dari 5 penyakit kanker terbanyak

pada wanita di dunia (kanker payudara, kolonrektum, paru-paru, kanker serviks

dan tiroid). Di negara-negara berkembang, umumnya kanker serviks menempati

urutan pertama sebagai penyebab kematian pada wanita di usia subur. Menurut

Organisasi Penanggulangan Kanker Dunia dan Badan Kesehatan Dunia, di

perkirakan terjadi peningkatan kejadian kanker di dunia 300 persen pada tahun

2030. Kanker seviks adalah salah satu penyumbang angka kematian pada

perempuan yang cukup tinggi di mana kondisi ini mayoritas terjadi di negara-

negara berkembang. Berdasarkan data Global Burden Cancer atau Interntional

Agency for Research on Cancer (IARC, 2018) diketahui bahwa penyebab

kematian tertinggi setelah kanker payudara adalah kanker serviks yang merupakan

kanker ginekologi penyumbang penyebab kematian tertinggi pada wanita. Fakta

lain di ungkap bahwa penderita kanker serviks di dunia semakin meningkat dari

tahun ketahun dengan angka mencapai lebih dari 460.000 kasus dan 230.000

perempuan meninggal dunia karena penyakit tersebut (FCPF, 2010).

World Health Organization (WHO) (dalam Agustin, 2015), menyebutkan

bahwa setiap tahun lebih dari 270.000 perempuan meninggal akibat kanker

serviks bahkan terdapat sekitar 20.928 kasus baru kanker serviks didiagnosa

setiap tahun di Indonesia dan biasanya menyerang perempuan berusia 15-64

tahun. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, estimasi

jumlah penderita kanker serviks tertinggi yakni di Provinsi Jawa Timur sebanyak

21.313 penderita (1,3%), Jawa Tengah sebanyak 19.734 penderita (1,1%), dan

Jawa Barat sebanyak 15.635 penderita (0,7%).


1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan maternitas pada pasien anak dengan Ca.

Serviks di Ruang F2 RS Dr. Ramelan Surabaya?

1.3 Tujuan

13.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi konsep dasar dan pelaksanaan asuhan keperawatan

maternitas pada pasien anak dengan Ca. Serviks di Ruang F2 RS Dr. Ramelan

Surabaya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun beberapa tujuan khusus penyusunan makalah ini, antara lain :

1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa Ca. Serviks di Ruang

F2 RS Dr. Ramelan Surabaya.

2. Menganalisis analisa data pasien dengan diagnosa Ca. Serviks di Ruang F2

RS Dr. Ramelan Surabaya.

3. Menentukan diagnosa keperawatan maternitas pada pasien dengan

diagnosa Ca. Serviks di Ruang F2 RS Dr. Ramelan Surabaya.

4. Merumuskan rencana keperawatan maternitas pada pasien dengan

diagnosa Ca. Serviks di Ruang F2 RS Dr. Ramelan Surabaya

5. Melakukan tindakan keperawatan maternitas pada pasien dengan diagnosa

Ca. Serviks di Ruang F2 RS Dr. Ramelan Surabaya.

6. Melakukan evaluasi keperawatan maternitas pada pasien dengan diagnosa

Ca. Serviks di Ruang F2 RS Dr. Ramelan Surabaya.


1.4 Manfaat

1.4.1 Manfaat Teoritis

Dari segi akademis, agar perawat lebih memperhatikan dan meningkatkan

upaya keselamatan pasien dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan untuk

perawatan yang lebih bermutu dan professional dengan melaksanakan asuhan

keperawatan maternitas pada pasien dengan diagnosa Ca. Serviks.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi pemberi pelayanan di Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pemberi pelayanan di

rumah sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan maternitas pada

pasien dengan diagnosa Ca. Serviks.

2. Bagi Penulis

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi salah satu rujukan bagi penulis

berikutnya, yang akan melakukan studi kasus asuhan keperawatan

maternitas pada pasien dengan diagnosa Ca. Serviks.

3. Bagi Keluarga dan Pasien

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi acuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga terutama anggota keluarga yang mengalami Ca. Serviks


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kanker Serviks

Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher

rahim, yaitu area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina

(Rozi, 2013). Kanker leher rahim atau kanker serviks (cervical cancer merupakan

kanker yang terjadi pada serviks uterus, suatu daerah pada organ reproduksi

wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim

(uterus) dengan liang senggama (vagina) (Tjokrokusumo, 2015).

2.2 Etiologi Kanker Serviks

Menurut Nurarif (2016), penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel

serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang

berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:

1. HPV (Human papilloma virus)

HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma akuminata) yang

ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya

adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.

2. Merokok

Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan

tubuh untuk melawan infeksi HPV pada serviks.

3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.

4. Berganti-ganti pasangan seksual.


5. Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada

usia di bawah 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah

dengan wanita yang menderita kanker serviks.

6. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah

keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970).

7. Gangguan sistem kekebalan

8. Pemakaian Pil KB.

9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.

10. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear

secara rutin).

2.3 Manifestasi Klinis Kanker Serviks

Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim adalah sebagai

berikut:

1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.

2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi

perdarahan abnormal, terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan

hubungan seksual.

3. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.

4. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang.

5. Nyeri disekitar vagina

6. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah

7. Nyeri pada anggota gerak (kaki).

8. Terjadi pembengkakan pada area kaki.


9. Sakit waktu hubungan seks.

10. Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan

bercampur dengan darah.

11. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.

12. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara

siklus haid.

13. Sering pusing dan sinkope.

14. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi,

edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian

bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal, atau

timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

2.4 Klasifikasi Kanker Serviks

Stadium klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan pelvic, jaringan

serviks (biopsi konisasi untuk stadium IA dan biopsi jaringan serviks untuk

stadium kliniknya), foto paru-paru, pielografi, intravena, (dapat digantikan

dengan foto CT-scan). Untuk kasus stadium lanjut diperlukan pemeriksaan

sistoskopi, protoskopi dan barium enema (Prawirohardjo, 2011). Stadium kanker

serviks menurut FIGO 2000 :

1. Stadium 0 : Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel

2. Stadium 1 : karsinoma masih terbatas pada daerah serviks (penyebran ke

korpus uteri diabaikan)


3. Stadium 1A : Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara

mikroskopik, lesi yang dapat dilihat secara makroskopik walaupun

dengan invasi yang superficial dikelompokkan pada stadium 1B

4. Stadium 1 A1 : invasi ke stroma dengan kedalaman tidak leih 3 mm dan

lebar horizontal tidak lebih 7mm

5. Stadium 1 A2 : invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm

dan perluasan horizontal tidak lebih 7mm

6. Stadium 1B : lesi yang tampak terbatsa pada serviks atau secara

mikroskopik lesi lebih dari stadium 1 A2

7. Stadium 1 B1 : lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi

terbesar

8. Stadium 1 B2 : lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar

9. Stadium II : tumor telah menginvasi diluar uterus, tetapi belum mengenai

dinding panggul atau sepertiga distal/bawah vagina

10. Stadium II A : tanpa invasi ke parametrium

11. Stadium II B : sudah menginvasi ke parametrium

12. Stadium III : Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/atau mengenai

sepertiga vagina dan/ atau menyebabkan hidronerfosis atau tidak

berfungsinya ginjal

13. Stadium III A : tumor telah meluas ke sepertiga bagian bawah vagina dan

tidak menginvasi ke parametrium tidak sampai dinding panggul

14. Stadium III B : tumor telah meluas ke dinding panggul dan/atau

menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal

15. Stadium IV : tumor telah meluas ke luar organ reproduksi


16. Stadium IV A : tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau

rectum dan/ atau keluar rongga panggul minor

17. Stadium IV B : metastasis jauh penyakit mikroinvasif : invasi stroma

dengan kedalaman 3 mm atau kurang dari membrane basalis epitel tanpa

invasi ke rongga pembuluh darah/ limfe atau melekat dengan lesi kanker

serviks.
2.5 Web Of Caution (WOC) Kanker Serviks

Infeksi virus HPV, Genetik, gygiene yang


tidak bersih diorgan vital, hub. Seks <16
th, merokok, ganti-ganti pasangan

Terjadi lesi pada serviks, inflamasi, timbul nodul

Perluasan epitel kolumnar (ekstroserviks dan endoserviks)

Proses metaplastic (erosive)

Tumor Dysplasia Penyebaran tumor

Karsinoma
Eksolistik Endolistik pelvis Ke arah
invasive serviks
parametrium

Menekan saraf
Kearah lumen Ke stroma Perubahan epitel
lumbosakrali Metastase ke
vaginas serviks displastik serviks
vagina

Stimulus
Masa proliferasi infiltrasi Perdarahan
Menginfiltrasi
septum,
rektovagina, dan
kandung kemih
Anemia Ditangkap Obstruksi
Ulkus reseptor nyeri
Nekrosis kandung kemih
jaringan
Gangguan Imunitas Curah jantung
Gangguan
Integritas Kulit menurun menurun Nyeri Kronis
Keputihan, bau Eliminasi Urin
D. 0129 D. 0078
busuk D. 0040

Risiko Infeksi Sirkulasi ke


Perubahan pola D. 0142 jaringan
seksual menurun

Harga Diri Perfusi Perifer


Rendah Tidak Efektif
D.0087 D. 0009
Terapi

Pembedahan Non bedah

Pre Operasi Post Operasi Histerektomi Kemoterapi Radioterapi

Proteksi kurang Luka operasi Mual, muntah Kerusakan


Kurang
jaringan
pengetahuan
procedure
Invasi bakteri Perdarahan Nafsu makan
operasi Turgor kulit
menurun
memburuk
Risiko infeksi O2 ke sel
Ansietas
D.0142 berkurang Berat badan
D.0080
menurun Kerusakan
integritas
Metab. & energi jaringan
Defisit Nutrisi D.0129
menurun
D.0019

Kelemahan fisik

Gangguan
(Price, 2012) Mobilitas Fisik
D.0054
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks

1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)

Sesuai dengan namanya, IVA merupakan pemeriksaan leher rahim

(serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim

setelah memulas leher rahim dengan larutan asetat 3-5%. Apabila setelah

pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka

kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan

warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya, 2010).

Proses skrining dengan IVA merupakan pemeriksaan yang paling

disarankan oleh Departemen Kesehatan. Salah satu pertimbangannya karena

biayanya yang sangat murah. Namun perlu diingat, pemeriksaan ini dilakukan

hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode

deteksi lainnya yang lebih lanjut harus segera dilakukan (Wijaya, 2010).

Secara umum, berbagai penelitian menunjukkan bahwa sensitivitas IVA

sejajar dengan pemeriksaan secara sitologi, akan tetapi spesifitasnya lebih

rendah. Keunggulan secara skrinning ini ialah cukup sederhana, murah, cepat,

hasil segera diketahui, dan pelatihan kepada tenaga kesehatan lebih mudah

dilakukan. (Wijaya, 2010).

2. Tes Pap Smear

Tes Pap Smear merupakan cara atau metode untuk mendeteksi sejak dini

munculnya lesi prakanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat,

tidak sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat

(Wijaya, 2010).
Pemeriksaan Pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa

menstruasi. Waktu yang terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan 20 hari

setelah hari pertama masa menstruasi. Selama kira-kira dua hari sebelum

pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya menghindari douching atau

penggunaan pembersih vagina, karena bahan-bahan ini dapat menghilangkan

atau menyembunyikan sel-sel abnormal (Wijaya, 2010).

Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya kanker

serviks. Jadi, apabila hasil pemeriksaan positif yang berarti terdapat sel-sel

abnormal, maka harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan

oleh dokter ahli kandungan. Pemeriksaan tersebut berupa kalposkopi, yaitu

pemeriksaan dengan pembesaran (seperti mikroskop) yang digunakan untuk

mengamati secara langsung permukaan serviks dan bagian serviks yang

abnormal. Dengan kalposkopi, akan tampak jelas lesi-lesi pada permukaan

serviks. Setelah itu, dilakukan biopsi pada lesi-lesi tersebut (Wijaya, 2010).

2.7 Penatalaksanaan Kanker Serviks

1. Penataksanaan Medis

Menurut (Wijaya, 2010) ada berbagai tindakan klinis yang bisa dipilih

untuk mengobati kanker serviks sesuai dengan tahap perkembangannya

masing-masing, yaitu:
a. Stadium 0 (Carsinoma in Situ)

1) Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP) yaitu presedur eksisi

dengan menggunakan arus listrik bertegangan rendah untuk

menghilangkan jaringan abnormal serviks,

2) Pembedahan Laser,

3) Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir

serviks dan epitel serta kelenjarnya,

4) Cryosurgery yaitu penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk

menghancurkan sel abnormal atau mengalami kelainan,

5) Total histerektomi ( untuk wanita yang tidak bisa atau tidak

menginginkan anak lagi)

6) Radiasi internal (untuk wanita yang tidak bisa dengan

pembedahan).

b. Stadium I A

1) Total histerektomi dengan atau tanpa bilateral salpingoophorectomy,

2) onisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir

serviks dan epitel serta kelenjarnya,

3) Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan kelenjar

getah bening,

4) Terapi radiasi internal.

c. Stadium I B

1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal,

2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,


3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti

terapi radiasi dan kemoterapi,

4) Terapi radiasi dan kemoterapi.

d. Stadium II

1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta kemoterapi,

2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,

3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti

terapi radiasi dan kemoterapi,

e. Stadium II B

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B meliputi terapi radiasi

internal dan eksternal yang diikuti dengan kemoterapi.

f. Stadium III

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium III meliputi terapi radiasi

internal dan eksternal yang dikombinasikan dengan kemoterapi.

g. Stadium IV A

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A meliputi terapi radiasi

internal dan eksternal yang dikombinasikan dengan kemoterapi.

h. Stadium IV B

1) Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi gejala-gejala yang

disebabkan oleh kanker dan untuk meningkatkan kualitas hidup,

2) Kemoterapi,

3) Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru atau

4) obat kombinasi.
2. Penatalaksaan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi

pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan

mengurangi kecemasan serta ketakutan klien. Perawat mendukung

kemampuan klien dalam perawatan diri untuk meningkatkan kesehatan dan

mencegah komplikasi (Reeder, 2013).

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Kanker Serviks

2.8.1 Pengkajian

1) Identitas : Menurut Morita (2016) kanker serviks paling banyak diderita

wanita usia 45-49 tahun

2) Keluhan Utama : Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan

seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai

air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi

biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak

nafsu makan, dan anemia.

3) Riwayat Penyakit Sekarang : Menurut (Diananda, 2008) biasanya pasien

pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada

stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan

yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual,

rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker

serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah

berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.


4) Riwayat Penyakit Dahulu : Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki

riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat

penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015).

5) Riwayat Penyakit Keluarga : Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu

faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh

kelainan genetika. Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam

keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang

tidak ada riwayat di dalam keluarganya (Diananda, 2008).

6) Riwayat Obsttetri dan Ginekologi

a) Keluhan haid

Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker

serviks tidak pernah ditemukan sebelum menarche dan mengalami

atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau

terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala

kanker serviks.

b) Riwayat kehamilan dan persalinan

Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks

terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus

semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).

7) Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

a) Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi

mengalami rambut rontok dan mudah tercabut

b) Wajah : Konjungtiva anemis akibat perdarahan.


c) Leher : adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.

d) Abdomen :Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah

akibat tumor menekan saraf lumbosakralis (Padila, 2015).

e) Ekstermitas : Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak

(kaki).

f) Genitalia : biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret

berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner,

2013). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya

mengalami perdarahan pervagina.

2.8.2 Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien Kanker

Serviks

1. Nyeri Kronis b/d penekanan syaraf

2. Defisit Nutrisi b/d ketidakmampuan menelan makanan

3. Perfusi Perifer Tidak Efektif b/d Penurunan konsentrasi hemoglobin

4. Disfungsi Seksual b/d Perubahan struktur tubuh

5. Defisit Pengetahuan b/d kurang terpapar informasi

6. Harga Diri Rendah b/d perubahan citra tubuh

7. Risiko Perdarahan b/d Gangguan koagulasi (Trombositopenia)

8. Risiko infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh (imunosupresi)


2.8.3 Intervensi Keperawatan

No Masalah Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


Setelah dilakukan 1. Mengenal factor-faktor Observasi :
1. Nyeri Kronis b/d
tindakan keperawatan, penyebab nyeri 1. identifikasi lokasi, karaktestik, durasi, frekuensi,
penekanan syaraf
diharapkan pasien 2. melaporkan nyeri, kualitas , dan intensitas nyeri
mampu untuk frekuensi, dan lamanya 2. identifikasi skala nyeri
mengontrol dan 3. tanda-tanda vital dalam 3. identifikasi respon nyeri nonverbal
meunjukkan tingkat rentang normal Terapeutik :
nyeri 4. klien melaporkan nyeri 4. kontrol lingkungan yang memperberat rasa
berkurang dengan skala 1-2 nyeri
dari 10 atau nyeri berkurang 5. fasilitasi istrahat dan tidur
5. ekspresi wajah tenang Edukasi :
6. klien dapat istirahat dan 6. jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
tidur 7. ajarkan teknik nonfarmakolgis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi :
8. kolaborasi pemberian analgesik

2. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan 1. tidak ada penurunan berat Observasi :


b/d tindakan keperawatan badan 1. identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan diharapkan kebutuhan 2. mampu mengidentifikasi 2. identifikasi adanya alergi atau adanya
menelan nutrisi terpenuhi kebutuhan nutrisi intoleransi makanan
makanan 3. tidak ada tanda-tanda 3. monitor asupan makanan
malnutrisi 4. monitor berat badan
4. menunjukkan peningkatan 5. monitor hasil pemeriksaan laboratorium
fungsi pengecapan dan Terapeutik :
menelan 6. berikan makanan tinggi protein dan tinggi
5. asupan cairan secara kalori
oral/intravena/parenteral Edukasi :
sepenuhnya adekuat 7. anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
8. anjurkan posisi duduk saat makan, jika mampu
Kolaborasi :
9. kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

Observasi : Observasi :
3. Perfusi perifer Setelah dilakukan 1. tekanan systole dan siastole
1. periksa sirkulasi perifer
tidak efektif b/d tindakan keperawatan dalam rentang normal
2. identifikasi factor risiko gangguan pada
penurunan diharapkan perfusi 2. tidak ada ortostatik
sirkulasi
3. monitor adanya panas, kemerahan,nyeri atau
konsentrasi perifer efektif hipertensi
bengkak ekstreitas
hemoglobin 3. CRT < 2 detik
4. catat hasil lab Hb dan Ht
Terapeutik :
5. lakukan hidrasi
Edukasi :
6. jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
Tindakan pemberian transfuse darah
Kolaborasi :
7. kolaborasi pemberian transfuse darah
BAB 3

TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN KEPERAWATAN MATERNITAS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH


SURABAYA

3.1 Pengkajian

Tgl Pengkajian : 30 Januari 2017 Jam : 11.00 WIB


Tgl MRS : 30 Januari 2017 No Rekam : 56-22-XX
Ruang : R. F2 Medik
Diagnosa Medis : Ca Cervicx stadium Iia

Nama Pasien : Ny. S Pekerjaan : ibu rumah tangga


Umur : 57 tahun Suku Bangsa :Jawa- Indonesia
Agama : Islam Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA Status perkawinan : Kawin
Alamat : Jember Penanggung biaya : Bpjs

STATUS KESEHATAN SAAT INI

A. Alasan kunjungan ke rumah sakit


Pro operasi ca cervicx
B. Keluhan utama saat ini
Pasien mengatakan nyeri dibagian vagina dan perut bagian bawah, perut
terasa kaku menjalar sampai pinggang belakang. Nyeri dirasakan hilang timbul
setiap 10 menit. Pasien mengatakan skala nyeri 5 (1-10). Nyeri dirasakan
cekot-cekot dan muncul jika digunakan beraktivitas. Pasien juga mengeluh
cemas akan tindakan pembedahan.
C. Riwayat penyakit sekarang
Seminggu yang lalu tanggal 23 Januari 2017 setelah kemoterapi yang
ketiga dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui kondisi massa yang ada
dibagian serviks, ternyata hasil massa tersebut mengecil dan akhirnya dokter
menyarankan untuk segera operasi pengangkatan TAH-BSO atau
pengangkatan rahim. Namun saat dilihat dari hasil laboratorium pasien
mengalami penurunan Hb, saat ini pasien dilakukan tindakan transfusi PRC
untuk memulihkan Hb sebelum dilakukan operasi.
D. Riwayat penyakit dahulu
Pada awal puasa bulan Juni 2016 pasien mengalami flek-flek merah
kehitaman, kemudian pasien cek ke bidan terdekat dan dirujuk ke Puskesmas
untuk dilakukan papsmear dan hasilnya positif ca serviks. Kemudian
puskesmas merujuk ke RSAL dr. Ramelan Surabaya untuk dilakukan
pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut ke dokter ahli kandungan
E. Diagnosa medik

Ca Cervicx stadium IIa

RIWAYAT KEPERAWATAN

RIWAYAT OBSTETRI

a. Riwayat menstruasi

 Menarche : umur 13 tahun Siklus : teratur ( ) tidak ( )


 Banyaknya : 150-200cc Lamanya : 5-7 hr
 HPHT : 2010 Keluhan : tidak ada

b. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas :

Anak Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak


ke
N T Umur Penyul Jen Penolo Pen Laser Infeksi Perdar Jeni BB Pj
o ah kehamila it is ng yulit asi ahan s
un n
1 19 36 Tidak Spt Bidan Tida Per
82 minggu ada k em
ada pua
n
2 19 37 Tidak Spt Bidan Tida
85 minggu ada k Lak
ada i-
laki
3 19 36 Tidak Spt Bidan Tida
80 minggu ada k Per
ada em
pua
n

Genogram
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan

: pasien
: berhubungan
Px:57 th

RIWAYAT KELUARGA BERENCANA


 Melaksanakan KB : (√) ya ( ) tidak
 Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : pil KB
 Sejak kapan menggunakan kontrasepsinya : setelah melahirkan anak
pertama
 Masalah yang terjadi : tidak ada.
RIWAYAT KESEHATAN
 Penyakit yang pernah dialami ibu : tidak ada
 Pengobatan yang didapat : tidak ada
 Riwayat penyakit keluarga
( ) Penyakit Diabetes Mellitus
( ) Penyakit jantung
( ) Penyakit hipertensi
( ) Penyakit lainnya : sebutkan, tidak ada
RIWAYAT LINGKUNGAN
- Kebersihan :pasien mengatakan kebersihan rumah terjaga
- Bahaya : tidak ada
- Lainnya sebutkan : tidak ada

ASPEK PSIKOSOSIAL
a. Persepsi ibu tentang keluhan/penyakit : pasien mengatakan menerima
penyakitnya dengan ikhlas namun pasien cemas dengan tindakan operasi
b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan sehari-
hari? Pasien mengatakan tidak ada perubahan
c. Harapan yang ibu inginkan : pasien mengatakan ingin segera cepat sembuh
dan pulang
d. Ibu tinggal dengan siapa :ketiga anak dan suaminya
e. Siapakah orang yang terpenting bagi ibu : pasien mengatakan orang yang
terpenting adalah ketiga anaknya dan suaminya
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : anggota keluarga
memberikan dukungan positif
g. Kesiapan mental untuk menjadi ibu : ( √ ) ya ( ) tidak
KEBUTUHAN DASAR KHUSUS

a. Pola nutrisi
 Frekuensi makan : 3x sehari
 Nafsu makan : ( √ ) baik, ( ) tidak nafsu, alasan …...................
…...................…...................….................
 Jenis makanan rumah : nasi, lauk pauk, dan buah-buahan
 Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan : tidak ada
b. Pola eliminasi
 BAK
- Frekuensi : 4 kali
- Warna :kuning pekat
- Keluhan saat BAK : tidak ada
 BAB
- Frekuensi : 1 kali
- Warna : coklat
- Bau : khas
- Konsistensi : lembek
- Keluhan :tidak ada
c. Pola personal hygiene
 Mandi
- Frekuensi : 1 kali sehari
- Sabun : ( √ ) ya ( ) tidak
 Oral hygiene
- Frekuensi : 1 kali pagi hari
- Waktu : ( √ ) ya ( ) tidak
 Cuci rambut
- Frekuensi : belum
- Shampo : ( ) ya ( ) tidak

d. Pola isitrahat dan tidur


 Lama tidur : 6.jam/hari
 Kebiasaan sebelum tidur : tidak ada
 Keluhan : tidak ada
e. Pola aktivitas dan latihan
 Kegiatan dalam pekerjaan : ibu rumah tangga
 Waktu bekerja : ( ) pagi ( ) sore ( ) malam
 Olahraga : ( ) ya (√ ) tidak
Jenisnya: …………………………………………………………………
 Kegiatan waktu luang : menonton televisi
 Keluhan dalam beraktivitas : tidak ada
f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
 Merokok : tidak
 Minuman keras : tidak
 Ketergantungan obat : tidak
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan umum : Lemah Kesadaran : compos mentis
 Tekanan darah :130/80 mmhg Nadi : 96 x/menit
 Respirasi : 18x/menit Suhu : 36.2 0C
 Berat badan : 83.kg Tinggi badan : 153 cm
Kepala, mata kuping, hidung dan tenggorokan :
Kepala : Bentuk simetris
Keluhan :tidak ada
Mata :
 Kelopak mata : simestris, tidak ada benjolan
 Gerakan mata : normal, dapat menggerakan kearah kanan dan kiri
 Konjungtiva : anemis
 Sklera : tidak ikterik
 Pupil : isokor
 Akomodasi : normal
 Lainnya sebutkan : -
Hidung :
 Reaksi alergi : tidak ada
 Sinus : sinus normal, tidak ada nyeri tekan
 Lainnya sebutkan : -
Mulut dan Tenggorokan :
 Gigi geligi : normal
 Kesulitan menelan : tidak ada
 Lainnya sebutkan : -
Dada dan Axilla
 Jalan nafas : normal, tidak ada gangguan jalan nafas
 Suara nafas : tidak ada suara napas tambahan
 Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : tidak ada otot bantu napas
 Lainnya sebutkan : -
Abdomen
 Mengecil : tidak
 Linea dan striae : tidak ada
 Luka bekas operasi : .tidak ada
 Kontraksi : tidak ada
 Lainnya sebutkan : -
Genitourinary
 Perineum : baik
 Vesika Urinaria : baik
 Lainnya sebutkan : menggunakan kateter
Ekstrimitas (integument/musculoskeletal)
 Turgor kulit : baik
 Warna kulit : kecoklatan
 Kontraktur pada persendian ekstrimitas : tidak ada
 Kesulitan dalam pergerakan :tidak ada
 Lainnya sebutkan :tidak ada

Data penunjang

1) Laboratorium :

WBC 9.100 UL (4000-10.000 UL)

HB 9,5 g/dl (11,4-17 g/dl)

PLT 340.000 UL (150.000-450.000 UL)

2) USG : -

3) Rontgen: -

4) Terapi yang didapat :

Transamin 3x 500mg (inj)

Kanamycin 3x 2 kapsul

Ketorolac 3x 25 mg

PRC 2 Bag

Data Tambahan: Tidak Ada


Surabaya, 30 Januari 2017

Pemeriksa
3.2 ANALISA DATA

Nama : Ny S (57 Tahun)


No Rm : -
No Data Etiologi Problem
Ds : - Penurunan Resiko Perfusi
DO : konsentrasi HB
Perifer Tidak
- Hb : 9,5 g/dl
Efektif
- Konjungtiva anemis
- Pasien lemah
DS: Trauma Risiko Perdarahan
Pasien mengatakan mengalami flek-flek keganasan
merah kehitaman keluar dari vagiina (kanker)
DO:
- Hb 9.5g/dl
- Konjungtiva anemis
- Pasien tampak lemah
DS : Infiltrasi Tumor Nyeri Kronis
Px mengatakan merasa nyeri d bagian (Ca Serviks)
vagina dan perut bagian bawah
P = Proses Penyakit
Q = Perut terasa kaku menjalar sampai
pinggang belakang (cekot-cekot)
R = di bagian vagina dan perut
bagianbawah,
S = 5 (1-10)
T = Hilang timbul setiap 10 menit
DO :
- Px tampak meringis dan memegangi
perut bagian bawah
- Nadi = 96x/menit
- RR = 18x/menit
3.3 Diagnosa dan Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Risiko perfusi perifer tidak Tujuan: PERAWATAN
efektif b.d penurunan kadar Setelah dilakukan intervensi SIRKULASI
Hb selama 1x24 jam maka 1) Identifikasi factor risiko 1) Mencari tau factor risiko
tingkat perfusi perifer gangguan sirkulasi gangguan sirkulasi dan
meningkat dengan kriteria 2) Monitor sirkulasi perifer menetapkan intervensi yg
hasil: 3) Edukasi serta motivasi tepat
- Nyeri ekstremitas pasien untuk program 2) Mengetahui tingkat
menurun perbaikan nutrisi seperti keparahan dari gangguan
- Kelemahan otot membaik perbanyak makan sayur sirkulasi
- Denyut nadi perifer dan buah 3) Sayur dan buah dapat
meningkat 4) Lakukan pencegahan menambah produksi
- Tekanan darah membaik infeksi hemoglobin
atau dalam batas normal 5) Kolaborasi pemberian 4) Mencegah infeksi karena
tranfusi darah apabila hb penurunan Hb
masih dibawah normal 5) Menaikkan kadar
6) Kolaborasi pemberian hemoglobin pasien
cairan secara IV 6) Memenuhi kebutuhan
cairan pasien dan
pendukung transfuse darah
2. Risiko perdarahan b.d Tujuan : Setelah dilakukan PENCEGAHAN
trauma keganasan (kanker) intervensi 1x24 jam maka PERDARAHAN
tingkat risiko perdarahan 1) Anjurkan pasien untuk 1) Mencegah perburukan dari
dengan Kriteria Hasil : tetap bedrest perdarahan
1) Kadar trombosit 2) Identifikasi tanda-tanda 2) Memantau keadaan klinis
meningkat vital pasien
2) Kadar hematocrit 3) Monitor hasil 3) Mengetahui adanya
meningkat pemeriksaan laboratrium perubahan kadar trombosit
3) Tekanan darah dalam (hb, hct, wbc) pada pasien
batas normal (120/80 4) Anjurkan pasien dan 4) Memberikan penangan
mmHg) keluarga segera melapor seawal mungkin
4) Perdarahan vagina jika ada tanda-tanda
menurun perdarahan
5) Anjurkan meningkatkan 5) Vitamin k dapat membantu
asupan makanan dan proges pembekuan darah
vitamin K
6) Kolaborasikan dengan 6) Membantu meningkatkan
dokter pemberian kadar trombosit dalam
tranfusi trombosit,. darah
3. Nyeri Kronis b.d Infiltrasi Tujuan : Setela dilakukan 1) Identifikasi lokasi, 1) Mengetahui sejauh mana
tumor (Ca.Serviks) intervensi selam 2x24 jam karakteristik durasi tingkat nyeri yang
maka tingkat nyeri menurun frekuensi, kualitas, dirasakan pasien
dengan Kriteria Hasil : intensitas nyeri 2) Mencari tingkat keparahan
1) Keluhan nyeri menurun 2) Identifikasi skala nyeri nyeri
2) Meringis menurun 3) Identifikasi respon nyeri 3) Mengetahui keluhan dan
3) Gelisah menurun verbal dan non verbal mencari tahu tindakan
4) Sikap protektif menurun 4) Berikan posisi yang untuk mengatasi nyeir
5) Pola nafas, dan tekanan nyaman atau fowler atau 4) Memberikan posisi yang
darah membaik semifowler, atur suhu nyaman serta membuat
pada temperature 18- pasien lebih rileks
22°C 5) Menambah pengetahuan
5) Jelaskan penyebab, pasien tentang perjalanan
periode, dan pemicu penyakit
nyeri
6) Ajarkan Teknik 6) Sebagai terapi relaksasi
nonfarmakologi pendukung selain analgesik
7) Ajarkan Teknik nafas 7) Sebagai intervensi mandiri
dalam relaksasi nonfarmakologi
8) Ajarkan teknik distraksi 8) Sebagai intervensi mandiri
dzikir dan berdoa nonfarmakologi
9) Anjurkan pasien untuk 9) Melatih kemampuan pasien
sering mengulangi atau untuk teknik distraksi
latih teknik relaksasi relaksasi
distraksi yang dipilih 10) Memberi contoh dan
10) Demonstrasikan dan melatih pasien untuk teknik
latik teknik distraksi distraksi relaksasi
relaksasi 11) Mengurangi nyeri secara
11) Kolaborasi pemberian farmakologi
analgesic
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan.
Kanker serviks adalah suatu keganasan sel yang menyerang pada bagian
serviks atau leher Rahim dengan penyebab utama yaitu infeksi vuris HPV
(Human Papiloma Virus) dan ditandai dengan manifestasi kliniks keputihan,
perdarahan vagina, menstruasi tidak teratur, hialngnya nafsu makan, nyeri tulang
panggul dan tulang belakang, dan biasanya disertai dengan anemia. Pada kasus ini
pasien menderita kanker serviks stadium IIA dan telah menjalani kemoterapi,
dengan diagnose pro ops TAH-BSO namun dengan penyulit penurunan hb pada
tingkat 9.5g/dl atau anemia ringan. Sehingga diperlukan tindakan terlebih dahulu
sebelum dilakukan tindakan pembedahan TAH-BSO dengan transfuse darah.
Masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini antara lain risiko perfusi
perifer tidak efektif, risiko perdarahan, nyeri akut, intoleransi aktivitas, sehingga
penanganan prioritas dalam kasus ini adalah memperbaiki tingkat haemoglobin
pasien dengan bed rest dan kolaborasi transfusi darah serta pemenuhan cairan
secara IV yang diharapkan cairan kebutuhan pasien terpenuhi dan haemoglobin
meningkat, kemudian dilakukan tindakan manajemen nyeri yang dikolaborasikan
dengan manajemen ansietas dengan harapan pasien telah mengetahui perjalanan
penyakit, serta tindakan operasi yang akan dijalani sehingga tingkat ansietas
pasien dapat menurun dan pasien menyatakan siap untuk operasi pengangkatan
TAH-BSO.

4.2 Saran
4.2.1 Untuk institusi Pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk mengembangan ilmu
kesehatan keperawatan maternitas kepada peserta didik sehingga pengetahuan dan
keterampilan tentang hal tersebut lebih baik lagi kedepannya dan akan dapat
membantu dalam mendukung untuk bahan pengajaran ilmu keperawatan
maternitas kedepannya.
4.2.2 Untuk mahasiswa keperawatan
Diharapkan mahasiswa keperawatan lebih menggali ilmu dibidang maternitas
terutama pada kasus kanker serviks sehingga harapannya mahasiswa lebih
mengetahui dan lebih mampu dalam menguasai asuhan keperawatan maternitas
khususnya pada kasus kanker serviks.
DAFTAR PUSTAKA
Agustin, Tristi. 2015. Pengalaman Perempuan Usia Produktif Dalam Upaya
Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Pap Smear di Wilayah Kerja RSUD
Kabupaten Tanggerang. Jakarta. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Arum, Sheria Puspita. 2015. Stop Kanker Serviks. Yogyakarta. Notebook

Aspiani, R. Y. (2017). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Amin Huda Nurarif, and H. K. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Edisi revisi jilid 1.
Yogyakarta:MediAction.

Data Riset Kesehatan Dasar. 2013. “Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI”. Diakses pada juni 2020.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
kanker.pdf

Darmayanti, Harpisah, Kirana R. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kanker


leher rahim di RSUD Ulin Banjarmasin 1,2,3. J Kesehatan. 2015;VI:172–7.

Female Cancer Program Foundation (FCPF). Target dan sasaran MPS see and
treat regional Bali. Denpasar 2010 (diunduh Juni 2020). Tersedia dari:
http://www.femalecancerfoundation. org/en/projects/female-cancer-program-
indonesia/

International Agency for Research on Cancer (IARC). Globocan 2018: Incidence,


mortality, 5 years-Prevalence and new cases disability-adjusted life years
(DALYs) cancer of the world. IARC Cancer Base (diakses juni 2020).
Tersedia dari: http://globocan.iarc.fr/Default.aspx

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Panduan Program Nasional Gerakan Pencegahan


dan Deteksi Dini Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara.

M.F.Rozi. (2013). Kiat Mudah Mengatasi Kanker Serviks. Yogyakarta: Aulia


Publishing.

Morita, D. (2016). Kajian Pengobatan Pasien Kanker Serviks di RSUD Abdul


Wahab Sjahranie Samarinda. In Proceeding of MulawarmanPharmaceuticals
Conferences (Vol. 4, pp. 330-334).

Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina


Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi
6. Jakarta: EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tjokrokusumo, Donowati. 2015. „Review: Mencegah dan melawan penyakit


kanker dan degeneratif dengan jamur kancing (Agaricus bisporus)‟.
Diabetes. Vol. 1, No. 6. hh. 1532-1535.

Utami, MN. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan perilaku deteksi dini kanker
serviks pada pasangan usia subur diwilayah kerja puskesmas sangkrah,
kelurahan sangkrah, kecamatan pasar kliwon surakarta (Skripsi). Surakarta:
Universitas Muhammadiah Surakarta ; 2013.

Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta:


Sinar Kejora.

WHO. (2018). Cervical Cancer. http://www.who.int/cancer/prevention/diagnosis-


screening/cervicalcancer/en//

World Health Organization (WHO). Estimated cervical cancer incidence


worldwide in 2013 & human papillovirus and related Cancer in Indonesia
(diakses juni 2020). Tersedia dari: http://www.ncc.online.ora/world

Anda mungkin juga menyukai