Diajukan oleh:
PUTU KRISNA ARI KARTINI
NIM.13E11038
LAPORAN KASUS
Diajukan sebagai salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi DIII Keperawatan STIKES Bali
Diajukan Oleh
PUTU KRISNA ARI KARTINI
NIM. 13E11038
kehadapan Tim Penguji Laporan Kasus pada Program Studi DIII Keperawatan
STIKES BALI.
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
kehadapan Tim Penguji Laporan Kasus pada Program Studi DIII Keperawatan
STIKES BALI.
iii
PERNYATAAN PENGESAHAN
29 APRIL 2016”, telah disajikan di depan dewan penguji pada tanggal 15 Juni
2016 dan diterima serta disahkan oleh Dewan Penguji Ujian Akhir Program dan
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa,
Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyusun
laporan kasus yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN PS
DENGAN PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI
PENDENGARAN DI RUANG KUNTI RSJ PROVINSI BALI PADA
TANGGAL 25 – 29 APRIL 2016 ”. Laporan ini disusun sebagai salah satu
persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan di Program Studi D III Keperawatan
STIKES BALI.
Dalam penyusunan Laporan kasus ini penulis banyak mendapatkan
bimbingan, pengarahan, bantuan dari semua pihak, sehingga laporan kasus ini
dapat diselesaikan tepat pada waktu. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Drs. I Ketut Widia, BN. Stud. MM, selaku ketua STIKES Bali
Denpasar beserta staf yang telah memberikan ijin praktek dan petunjuk
kepada penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini dan segala dukungan
yang diberikan selama penulis menempuh pendidikan.
2. dr. Gede Bagus Darmayasa, M. Repro selaku direktur RSJ Provinsi Bali
beserta staf yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk
mengadakan laporan kasus di RSJ Provinsi Bali serta memberikan informasi
yang penulis perlukan dalam penyusunan laporan kasus ini.
3. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep, selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan STIKES Bali, beserta staf yang telah memberikan berbagai ilmu
pengetahuan dan keterampilan kepada penulis, khususnya terkait dengan
laporan kasus ini.
4. Ibu Ns. I A Putri Wulandari, S.Kep, selaku pembimbing penyusunan laporan
kasus yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk materi, teknik dan
motivasi dalam penyusunan laporan kasus ini.
v
5. Ibu Ns. Ni Ketut Pariatni, S.Kep, selaku CI ruang Kunti RSJ Provinsi Bali
dan selaku pembimbing praktek yang telah mengarahkan penulis selama
penyusunan laporan kasus.
6. Ibu Ns. I G A Rai Rahayuni, S.Kep, MNS, selaku penguji satu yang telah
memberikan masukan – masukan pada laporan kasus ini.
7. Staf dan pegawai di ruang Kunti yang telah banyak memberikan masukan dan
bimbingan dalam penyusunan laporan kasus ini.
8. Klien PS dan keluarga yang telah bersedia penulis jadikan kasus dan banyak
memberikan informasi sehubungan dengan penyusunan laporan kasus ini.
9. Bapak, Ibu, dan Adik tersayang yang telah memberikan bantuan moril
maupun materil kepada penulis dalam penyusunan laporan kasus ini.
10. Rekan – rekan mahasiswa Program Studi D III Keperawatan STIKES Bali
yang telah membantu dan memberikan dorongan selama kuliah maupun
dalam penyusunan laporanmkasus ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu, yang
telah banyak membantu dalam proses penyelesaian laporan kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan laporan kasus ini jauh dari
sempurna, baik dari materi maupun susunan kata – katanya. Untuk itu dengan hati
terbuka penulis menerima kritik dan saran guna kesempurnaan laporan kasus ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan imbalan
yang sepantasnya dari Tuhan Yang Maha Esa, dan laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Rentang Respons Neurobiologik Halusinasi ...................................... 22
2. Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran 36
3. Genogram Keluarga Klien PS Dengan Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran ……………………………………………... 48
4. Pohon Masalah Pada Klien PS Dengan Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi Pendengaran ...................................................................... 62
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara
mertupakan ciri era ini, berdampak pada semua sektor termasuk sektor
terbebas dari stres yang serius (Rosdahi, 1999 dalam Farida, 2010).
menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri
1
2
daripada menunggu di rumah sakit, kini orientasi upaya kesehatan jiwa lebih
guru, ulama, jurnalis, dan lainnya. Penanganan kesehatan jiwa bergeser dari
pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai
dengan pikiran dan perasaanya. Secara spesifik skizofernia adalah orang yang
mengalami gangguan emosi, pikiran, dan prilaku. Perilaku yang nampak pada
( Damaiyanti, 2008).
mencapai 450 juta jiwa di seluruh dunia. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi
gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau
tahunan RSJ Provinsi Bali tahun 2016 dari bulan Januari – Maret diperoleh
data bahwa 1387 orang klien yang dirawat, terdiri dari 917 (66,12%) laki-laki,
tahun 2016 jumlah klien pada 3 bulan terakhir (Januari – Maret 2016)
berjumlah : 186 klien dari total klien rumah sakit jiwa sebanyak 1387 klien.
(48,92%).
tepat, individu tersebut akan diperintah oleh pikirannya serta tidak manpu
untuk mengontrolnya lagi, dan individu tersebut bisa saja melakukan tindakan
kekerasan baik pada dirinya maupun orang lain bahkan lingkungan, selain itu
Pendengaran, agar laporan kasus ini berguna bagi Dunia Keperawatan dan
pelayanan khususnya di rumah sakit jiwa. Selain itu dengan penulisan laporan
dan yang terakhir manfaat untuk klien yaitu klien mampu melakukan
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Klien “PS” di Ruang Kunti RSJ Provinsi Bali pada tanggal 25-29 April
2. Tujuan Khusus
Penulis mampu :
Provinsi Bali.
Provinsi Bali.
Provinsi Bali.
Provinsi Bali.
6
Provinsi Bali.
C. Metode Penulisan
D. Sistematika Penulisan
Dalam penyusunan laporan kasus ini, secara garis besar dibagi menjadi 4
kasus, dimana tinjauan teoritis meliputi konsep dasar kasus dan konsep dasar
A. Tinjauan Teoritis
a. Pengertian
b. Etiologi
1) Faktor Biologi
a) Komplikasi kelahiran
b) Infeksi
menjadi skizofrenia.
c) Hipotesis Dopamin
dopaminergik.
9
d) Hipotesis Serotonin
D2.
e) Struktur Otak
lahir.
10
2) Faktor Genetika
pesan dari ujung sambungan sel yang satu ke ujung sambungan sel
tindakan sesuai kebutuhan saat itu. Pada otak klien skizofrenia, sinyal-
klien tidak menyadari ada sesuatu yang tidak beres dalam otaknya
Periode skizofrenia akut adalah gangguan yang singkat dan kuat, yang
tapi banyak juga yang bisa kembali hidup secara normal dalam periode
menderita depresi yang hebat, dan tidak dapat berfungsi sebagai mana
1) Gejala Positif
Halusinai selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak
mempedulikan sekelilingnya.
itu manusia. Dia juga tidak bisa mengeri kapan dia lahir, dimana
2) Gejala Negatif
yang lain selain tidur dan makan. Perasaan yang tumpul membuat
di bumi.
1) Skizofrenia simplex
kemauan.
2) Skizofrenia hebefrenik
3) Skizofrenia katatonik
gelisah katatonik.
4) Skizofrenia Paranoid
atau kebesaran.
6) Skizofrenia Psiko-afektif
7) Skizofrenia residual
f. Penatalaksanaan Medis
1) Farmakoterapi
yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti
mg.
electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang
terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis teraapi kejang listrik 4-5
3) Psikoterapi
4) Rehabilitasi
tidak mengasingkan diri lagi karena bila tidak menarik diri dia dapat
(Keliat, 2005).
19
b. Pengertian
1) Pengertian
ada rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem panca indera
terjadi pada saat kesadaran individu penuh / baik (Depkes, 2000 dalam
Dermawan, 2013).
panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayalan yang
tertentu, diantaranya:
menakutkan.
bau busuk, amis dan bau yang menjijikan seperti: darah, urin atau feses.
f) Halusinasi Sinestetik
21
seperti darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
3) Psikopatologi
dari tubuh atau dari luar tubuh. Jika masukan akan terganggu atau
tidak ada sama sekali saat bertemu dalam keadaan normal atau
sosial
TABEL 2.1
FASE – FASE HALUSINASI, KARAKTERISTIK
DENGAN PERILAKUNYA
4) Etiologi
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stres.
26
yang tepat demi masa depan. Klien lebih memilih kesenangan sesaat
b) Faktor Presipitasi
Menurut Stuart dan Sundeen yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor
(1) Biologis
diinterprestasikan.
stress.
c) Mekanisme Koping
Menurut Hamid yang dikutip oleh Jallo (2008) mekanisme koping yang
(3) Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal.
tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat,
menarik diri dari orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain,
tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, terjadi peningkatan
merusak diri, orang lain dan lingkungan, ketakutan, tidak dapat mengurus
diri, biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang ( Hamid, 2000
sesuai dengan kebutuhan dan masalah klien sehingga mutu pelayanan optimal.
keperawatan yang bersifat rutin, intuisi tidak unik bagi individu klien (Direja,
2011).
Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama
dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa. Hal ini
penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu
1) Pengkajian
kebutuhan, atau masalah klien. Data yang dikumpulkan meliputi data biologis,
terhadap stresor, sumber koping, dan kemampuan koping yang dimiliki klien
(Stuart dan Larai, 2001), cara ini yang akan dipakai pada uraian berikut. Cara
a) Pengumpulan data
(1) Persepsi dan harapan klien dan keluarga terhadap masalah dan
b) Pengkajian psikologis
kelompok sosialnya.
orang lain.
bicaranya keras.
c) Pengkajian sosial
perubahan perilaku.
lingkungannya.
d) Pengkajian keluarga
gangguan jiwa. Klien lebih banyak berasal dari keluarga yang hubungan
gangguan jiwa.
f) Status mental
(5) Afek
tidak sesuai.
(6) Orientasi
orang.
(7) Pikiran
(9) Insight
bagi dirinya.
34
atau bentuk bayangan yang dilihat oleh klien bila halusinasinya adalah
halusinasi.
35
d) Respon klien
klien, bisa dikaji dengan menanyakan apa yang dilakukan oleh klien
stimulasi.
1) Analiasa data
a) Data subyektif
tidak nyata, tidak percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat
b) Data obyektif
2) Pohon Masalah
prinsip sebab dan akibat yang terdiri dari masalah utama, penyebab
3) Diagnosa keperawatan
(Damaiyanti, 2012).
c) Isolasi Sosial
2) Perencanaan
Hal tersebut tidak terlepas dari keadaan dan kondisi klien saat menyusun
rencana keperawatan.
mengendaliakan emosinya.
Tindakan Keperawatan :
dengan halusinasi
iii. Terima halusinasi sebagai hal yang nyata bagi klien dan tidak
muncul
halusinasi
Tindakan Keperawatan :
ii. Beri penguatan dan pujian terhadap tindakan klien yang positif
39
halusinasi
menghadapi halusinasinya.
vi. Beri penguatan dan pujian terhadap pilihan klien yang benar.
vii. Dorong klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan cara yang
ix. Beri penguatan atas upaya yang berhasil dan beri jalan keluar
Tindakan keperawatan :
mengendalikan halusinasi.
ii. Bantu klien untuk pastikan bahwa klien minum obat sesuai dengan
program dokter.
iii. Observasi tanda dan gejala terkait efek dan efek samping obat.
3) Pelaksanaan
tindakan yang telah dibuat bersama klien, antara lain : membina hubungan
TABEL 2.2
STRATEGI PELAKSANAAN
STRATEGI PELAKSAAN
SPIP SP1K
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan masalah
klien yang dirasakan keluarga
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien dalam merawat klien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi 2. Memberikan pendidikan
klien kesehatan tentang
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pengertian halusinasi ,
klien jenis halusinasi yang
5. Mengidentiikasi situasi yang dapat dialami klien, tanda dan
menimbulkan halusinasi klien gejala halusinasi, serta
6. Mengidentifikasi respon klien proses terjadinya
terhadap halusinasi klien halusinasi
7. Mengajarkan klien menghardik 3. Menjelaskan cara
halusinasi merawat klien dengan
8. Menganjurkan klien memasukkan cara halusinasi
menghardik ke dalam kegiatan harian
SP2P SP2K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga
klien mempraktikkan cara
2. Melatih klien mengendalikan merawat klien dengan
halusinasi dengan cara bercakap-cakap halusinasi
dengan orang lain 2. Melatih keluarga
3. Menganjurkan klien memasukkan ke melakukan cara merawat
dalam jadwal kegiatan harian langsung kepada klien
halusinasi
SP3P SP3K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga
klien membuat jadwal
2. Melatih klien mengendalikan aktivitas dirumah
halusinasi dengan cara melakukan termasuk minum obat
kegiatan (discharge planning)
3. Menganjurkan klien memasukkan 2. Menjelaskan Pollow Up
kedalam jadwal kegiatan harian klien setelah pulang
SP4P
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
klien
2. Memberikan penkes tentang
42
4) Evaluasi
tindakan yang dapat melukai dirinya sendiri dan orang lain, klien dapat
B. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
10.00 Wita di ruang Kunti RSJ Provinsi Bali dengan sumber informasi
a. Pengumpulan Data
Pekerjaan :- Wiraswasta
CM : 0203xx
44
2) Alasan masuk
yang jelas. Yang ketiga klien hanya dirawat selama satu bulan
45
3) Faktor predisposisi
akrab.
4) Faktor Presipitasi
pagi sampai sore, maka dari itu klien dikurung dirumah dan
sering mengamuk.
1. Pemeriksaan fisik
a. Tanda-tanda vital
Suhu : 36,50C
Nadi : 82x/mnt
Respirasi : 22x/mnt
b. Ukuran-ukuran
Berat badan : 65 kg
IMT : BB/TB2(m)
= 65/1,472
= 65/2,10 = 22,10
47
BB Ideal : (TB(CM)-100)-(10%(TB-100)
= (147-100)-(10%(147-100)
= 47-4,7
= 42,3
c. Keluhan fisik
tahun.
48
2. Psikososial
a. Genogram
38
th
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
Penjelasan :
berkeluarga.
b. Konsep diri
1) Citra tubuh
mengalami polio.
2) Identitas diri
berada.
3) Peran diri
4) Ideal diri
(canang).
5) Harga diri
Provinsi Bali.
c. Hubungan sosial
hanya ibunya.
a) Spiritual
3. Status mental
a) Penampilan
klien terurai.
b) Pembicaraan
c) Aktivitas motorik
d) Alam perasaan
e) Afek
g) Persepsi
kadang didengar tidak terlalu jelas, sehari bisa muncul 1-2 kali,
klien mengatakan mendengar suara itu saat mau tidur dan pada
h) Proses pikir
i) Isi pikiran
j) Tingkat kesadaran
menjalani pengobatan.
54
k) Memori
tetapi klien tidak ingat kapan pertama kali kerumah sakit jiwa
m) Kemampuan penilaian
makan.
sehari.
55
b. Eliminasi
celana kembali.
c. Mandi
d. Berpakaian
baju dan celana tidak menentu dan klien biasa memakai alas
kaki (sandal).
tidur klien tidak pernah gosok gigi, cuci kaki dan berdoa. Klien
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan kesehatan
di banjar.
5. Mekanisme koping
Klien mengatakan dia merupakan orang yang tertutup dan bila ada
marah.
7. Pengetahuan
8. Aspek medik
b. Analisa Data
TABEL 2.3
ANALISA DATA KEPERAWATAN KLIEN “PS”
DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI :
HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG KUNTI RSJ PROVINSI BALI
TANGGAL 25 – 29 APRIL 2015
Kesimpu-
No Data Subyektif Data Obyektif
lan
1 2 3 4
1. - Klien mengatakan men- - Klien kadang-kadang Gangguan
dengar suara kaki dan suara tertawa sendiri. persepsi
yang mengatakan “aku tidak - Klien tampak duduk sensori :
suka kamu” sendirian. halusinasi
- Klien mengatakan suara itu - Klien kadang-kadang pendengar
didengar kadang-kadang, komat-kamit sendirian. an
sehari bisa muncul 1-2 kali - Klien tampak mondar
- Klien mengatakan saat mau mandir diruangan
tidur.
- Klien mengatakan suara
yang didengar tidak lama
Cuma 1 menit.
- Klien mengatakan setiap
muncul klien tidak merasa
takut, klien berusaha untuk
melawan suara-suara yang
didengar tersebut nyata atau
tidak
2. - Klien mengatakan dia - Klien tampak lebih Isolasi
merupakan orang yang sering menyendiri Sosial
tertutup diluar ruangan
- Klien mengatakan jarang sendirian
bergaul dengan warga di - Klien tampak lebih
lingkungan rumah hanya banyak diam, mau
sebagian warga saja yang bicara apabila ditanya
diajak akrab.
59
1 2 3 4
3. - Klien mengatakan kurang - Klien tampak kurang Harga Diri
suka dengan kaki kanannya melakukan aktivitas Rendah
karena mengalami polio karena kaki kanan klien
- Klien mengatakan waktu SD mengalami polio
pernah diejek karena - Klien tampak
polionya memegang kaki yang
mengalami polio
4. - Klien mengatakan bila - Saat di ruangan klien Koping
punya masalah selalu jarang bergaul dan individu
memendamnya sendiri dan berkomunikasi dengan tidak
jarang menceritakan temannya. efektif
masalahnya kepada keluarga - Klien tampak lebih
dan orang lain. sering menyendiri.
- Klien mengatakan dia orang
yang tertutup.
5. - Klien mengatakan mudah - Klien tampak mudah Resiko
marah marah Perilaku
- Klien mengatakan emosinya - Emosi klien mudah Kekerasa
meningkat jika diganggu berubah n
temannya - Klien memiliki riwayat
Resiko perilaku
kekerasan
1 2 3 4
- Kuku klien panjang dan
agak kotor
- Klien hanya merapikan
tempat tidur kalau
disuruh oleh petugas
1) Rumusan Masalah
b) Isolasi Sosial
2) Pohon Masalah
(Akibat)
(Core Problem)
Isolasi Sosial
(Etiologi)
Koping Individu
Tak Efektif
3) Diagnosa Keperawatan
b) Isolasi Sosial
c. Perencanaan
berikut :
b) Isolasi Sosial
Hari/Tgl/ Diagnosa
NO Keperaw Rencana Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
Jam atan
1 2 3 4 5 6 7
64
kontak mata, Mau kan prinsip kelancaran untuk
berjabat tangan, komunikasi interaksi
therapiutik : selanjutnya
Dilanjutkan
Lanjutkan
1 2 3 4 5 6 7
mau menjawab salam, a. Sapa klien
klien mau duduk dengan Ramah
berdampingan dengan baik verbal
perawat, mau maupun non
mengutarakan masalah verbal.
yang dihadapi b. Perkenalkan diri
dengan sopan.
c. Tanyakan nama
lengkap klien
dan nama
panggilan yang
disukai klien.
d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan mene-
pati janji
f. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima klien
apa adanya
Dilanjutkan
65
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
g. Beri perhatian
pada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien
Setelah diberikan 2.1 Klien dapat 2.1.1 Adakan kon- - Kontak sering
asuhan keperawatan menyebutkan tak sering tapi singkat
jiwa selama 5 kali waktu, isi, dan singkat selain mem-
pertemuan masing- frekuensi secara ber- bina hu-bungan
masing pertemuan timbulnya tahap. saling percaya,
15 menit diharapkan halusinasi. juga dapat
klien : memutuskan
2. Klien dapat me- halusinasi.
ngenal halusi-
nasinya. 2.1.2 - Mengenal
2.2 Klien dapat Observasi tingkah prilaku pada
menyebutkan laku klien terkait saat halusinasi
waktu, isi, dengan halusi- timbul memu-
frekuensi tim- nasinya ; tertawa dan dahkan pera-
bulnya bicara tanpa wat dalam
halusinasinya stimulus, melakukan
memandang kekiri intervensi
66
Dilanjutkan
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
atau kekanan
atau kedepan
seolah-olah ada
teman bicara
67
Dilanjutkan
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
namun
perawat sen-
diri tidak
mendengarka
nnya(dengan
nada bersa-
habat tanpa
menuduh
atau meng-
hakimi)
d. Katakan bah-
wa klien ada
juga yang
seperti klien
Dilanjutkan
68
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
69
Dilanjutkan
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
Dilanjutkan
70
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
3.3Klien da- 3.1.3Diskusikan - Memberikan
pat memi- cara baru alternatif
lih cara untuk me- pilihan bagi
mengatasi mutus atau klien untuk
halusinasi mengon- mengontrol
seperti trol halusinasi
yang telah halusinasi:
didiskusik
an dengan a.Katakan ”saya
klen. tidak mau
mendengar
kamu” (pada
saat halusinasi
terjadi)
b.Menemui
orang lain
(perawat/ te-
man / anggota
keluarga)
untuk ber-
cakap-cakap
atau menga-
takan halu-
sinasi yang
71
terdengar
Dilanjutkan
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
c. Membuat
jadwal
kegiatan
sehari-hari
agar halu-
sinasi tidak
muncul.
d. Minta kelu-
arga/ teman/
perawat jika
nampak bica-
ra sendiri
- Memotivasi
3.1.4Bantu dapat me-
klien me- ningkatkan
milih dan kegiatan kli-
melatih en untuk
cara me- mencoba
mutus memilih
halusinasi salah satu
secara cara me-
bertahap. ngendalikan
halusinasi
dan dapat
72
meningkat-
Dilanjutkan
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
Kan harga
diri klien
73
halusinasi
Dilanjutkan
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
a. Gejala halu-
sinasi yang
dialami klien
b. Cara yang dapat
dila-kukan klien
dan keluarga
untuk me-mutus
halusinasi
c. Cara mera-wat
anggota keluarga
un-tuk me-mutus
halu-sinasi di
rumah, beri
kegiatan, ja-ngan
biar-kan sendiri,
makan ber-sama,
be-pergian ber-
sama
Dilanjutkan
74
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
d. Beri infor-
masi waktu
follow up
atau kapan
perlu
mendapat
bantuan :
halusinasi
terkontrol
dari resiko
mencederai
orang lain
Setelah diberikan 5.1 klien dan 5.1.1Diskusikan - Dengan
asuhan keperawatan keluarga dengan klien menyebutka
jiwa selama 5 kali dapat dan keluarga n dosis,
pertemuan masing- menyebut tentang dosis,
frekuensi
masing pertemuan 15 kan frekuensi
menit diharapkan manfaat, manfaat obat dan manfaat
klien : dosis dan obat.
5. klien dapat efek
memanfaatkan obat samping
dengan baik obat.
Dilanjutkan
75
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
5.3 klien
dapat - Dengan
5.1.3 Anjurkan
informasi mengetahui
klien bicara
tentang efek efek samping
dengan dokter
samping obat obat klien akan
tentang
tahu apa yang
manfaat dan
harus dilakukan
efek samping
setelah minum
obat yang
obat.
dirasakan
Dilanjutkan
76
Lanjutan
1 2 3 4 5 6 7
- Dengan
5.5 klien
dapat 5.1.5 Bantu mengetahui
klien pinsip
menyebutkan
menggunakan penggunaan
prinsip 5
benar obat dengan obat, maka
prinsip benar kemandirian
penggunaan
klien untuk
obat.
pengobatan
dapat
ditingkatkan
secara bertahap
77
Lanjutan
TABEL 2.5
No. Diagnosa
Hari/Tgl/ Rencana
Diagno Keperawa Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
Jam Keperawatan
sa Tan
1 2 3 4 5 6 7
Senin, 25 I Gangguan SP BHSP Melakukan SP BHSP S : Klien mengatakan Krisna
April Persepsi Gangguan Halusinasi Pendengaran : “nama saya PS”, alamat
2016 Sensori: Persepsi 1. Menyapa klien saya di Iman Bonjol,
Pukul halusinasi Sensori: dengan nama, baik O:
11.00 wita Pendengaran halusinasi verbal maupun non - Kontak mata
Pendengaran verbal. klien cukup.
2. Memperkenalkan - Kilen mau
diri dengan sopan. berjabat tangan.
3. Menanyakan nama - Klien mau
lengkap klien dan menyebutkan
nama panggilan namanya.
klien. - Klien cukup
78
4. Menjelaskan Tujuan kooperatif.
Dilanjutkan
Lanjutan
Klien
Pertahankan BHSP
klien
79
3. Mengidentifikasi hanya 1 menit.
Dilanjutkan
Lanjutan
80
halusinasi
Dilanjutkan
Lanjutan
dengan cara
menghardik
- Klien dapat
melakukan
latihan
menghardik ke
dalam jadwal
hariannya yaitu
pada pukul
A: SPIP Tercapai
P:
Perawat:
Lanjutkan SP2P
Gangguan Persepsi
Sensori:Halusinasi
Pendengaran pada
pertemuan ke 3
pada hari Rabu, 27
April 2016, Pukul
10.00 Wita di ruang
Kunti.
Klien:
Memotivasi klien
mengontrol
halusinasi dengan
81
cara menghardik
Dilanjutkan
Lanjutan
82
halusinasi
Dilanjutkan
Lanjutan
dengan cara
menghardik
- Klien dapat
melakukan cara
mengontrol
halusinasi
dengan cara
bercakap
- Klien dapat
memasukkan
latihan
menghardik ke
dalam jadwal
hariannya.
A: SP2P Tercapai
P: Perawat:
Lanjutkan SP3P
Halusinasi
Pendengaran pada
pertemuan ke 4
pada hari Rabu, 27
April 2016, Pukul
13.10 WITA
diruang Kunti
83
Klien:
Dilanjutkan
Lanjutan
Motivasi klien
mengontrol
halusinasinya
dengan bercakap-
cakap sesuai
dengan jadwal
harian.
84
- Klien mema-
Dilanjutkan
Lanjutan
sukkan kegiatan
menonton TV
dan minum obat
ke dalam jadwal
harian klien.
A: SP3P Tercapai
P: Perawat:
Lanjutkan SP4P
Gangguan persepsi
Sensori: Halusinasi
Pendengaran pada
pertemuan ke-4 pada
hari Kamis, 28 April
2016 pukul 10.00 di
ruang Kunti.
85
obat secara teratur.
Dilanjutkan
Lanjutan
3. Menganjurkan klien O:
memasukkan ke - Klien mampu
dalam jadwal kegiatan meklakukan
harian. jadwal harian
yang sudah
dibuat.
- Klien
memasukkan
minum obat ke
dalam jadwal
harian klien
pada pukul
07.00 dan 17.00
WITA.
- Kontak mata
cukup
- Klien mampu
menunjukkan
dan
menyebutkan
warna obat
- Afek susuai
- Klien cukup
kooperatif
A: SP4P Tercapai
86
P: Perawat:
Dilanjutkan
Lanjutan
Evaluasi jadwal
klien . lanjutkan
SP1K.
Klien:
Memotivasi klien
mengontrol
halusinasi dengan
cara minum obat.
87
rawat klien dengan Gangguan Persepsi
Dilanjutkan
Lanjutan
halusinasi. Sensori :
Halusinasi
Pendengaran pada
hari Jumat, 29
April 2016, Pukul
16.25 Wita
Keluarga:
Menjelaskan
masalah dan
perawatan klien di
rumah.
88
Halusinasi. perawat.
Dilanjutkan
Lanjutan
O: Keluarga tampak
kooperatif dan keluarga
klen dapat
memperagakan cara
merawat klien
halusinasi.
A: SP2K Tercapai
sebagian
P: Perawat:
Lanjutkan SP3K
Gangguan Persepsi
Sensori :
Halusinasi
Pendengaran pada
hari Jumat,29 April
2016, Pukul 17.30
Wita
Keluarga:
Menjelaskan
masalah dan
perawatan klien di
rumah.
89
Dilanjutkan
Lanjutan
Keluarga:
Menjelaskan
masalah klien,
perawatan klien,
serta pemberian obat
di rumah.
90
Dilanjutkan
91
Lanjutan
5. Evaluasi
TABEL 2.6
EVALUASI KEPERAWATAN KLIEN “PS” DENGAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN
DI RUANG KUNTI RSJ PROVINSI BALI
TANGGAL 29 MEI 2015
Hari/Tg Diagnosa
Evaluasi Paraf
l/jam Keperawatan
1 2 3 4
Jumat, Gangguan Persepsi S: Krisna
29 April Sensori : SP BHSP : Klien
2016 Halusinasi mengatakan “nama saya
Pukul Pendengaran. PS”, alamat saya di Iman
18.00 Bonjol,
SP2K : Keluarga
mengatakan klien tidak
pernah putus obat.
Keluarga klien mengatakan
mengerti tentang informasi
yang diberikan perawat.
O:
SP BHSP : Kontak mata
klien cukup. Kilen mau
berjabat tangan. Klien mau
menyebutkan namanya.
Klien tampak kooperatif.
Klien menerima
pembicara. Klien tampak
santai.
latihan menghardik ke
dalam jadwal hariannya
yaitu pada pukul.
P: Pertahankan kondisi
klien dan serahkan kembali
klien kepada perawat
ruangan untuk melanjutkan
asuhan keperawatan jiwa.
Dilanjutkan
95
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan kesenjangan yang ada pada tinjauan teori
dengan kenyataan serta kesesuaian teori dengan kenyataan yang terjadi pada tinjauan
kasus, argumentasi atas kesenjangan yang terjadi dan solusi yang diambil untuk
mengatasi masalah yang terjadi saat memberikan asuhan keperawatan klien “PS”
A. Pengkajian
kunjungan ke rumah keluarga klien “PS” pada tanggal 29 April 2016 di Denpasar.
(keluhan utama saat MRS, saat pengkajian, riwayat penyakit sebelumnya, faktor
(genogram), konsep diri (citra tubuh, identitas diri, peran diri, ideal diri, harga
motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,
kemampuan penilaian, daya tilik diri dan kebutuhan persiapan pulang. Terdapat
analisa data (data subyektif dan data obyektif), pohon masalah dan rumusan
masalah. Secara teori tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan Gangguan
cepat, respon verbal yang lambat, menarik diri dari orang lain, berusaha
untuk menghindari orang lain, tidak dapat membedakan yang nyata dan
darah, perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik,
lain, ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah, tidak
merusak diri, orang lain dan lingkungan, ketakutan, tidak dapat mengurus
diri, biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang. Gejala yang
muncul pada klien “PS” yaitu pergerakan bola mata cepat, respon verbal
lambat, menarik diri dari orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain,
dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata, perhatian dengan lingkungan
yang kurang atau hanya beberapa menit, sulit berkomunikasi dengan orang lain,
yang ada di teori yang tidak ditemukan pada klien “PS” yaitu bicara sendiri,
97
disorientasi waktu, tempat dan orang. Kesenjangan diatas dapat terjadi karena
makhluk yang unik sehingga respon tiap-tiap individu tidak akan sama dalam
menanggapi stres dan halusinasi yang dialami olek kilen “PS” masih bisa
untuk anti psikosis yang biasanya digunakan untuk mengobati skizofrenia parah.
B. Diagnosa
Isolasi Sosial. Sedangkan masalah keperawatan yang muncul pada klien “PS”
Diri Rendah, Resiko Perilaku Kekerasan, Koping Individu Tidak Efektif, Defisit
tidak ada dalam teori diagnosa keperawatan yang muncul yaitu, pertama Harga
Diri Rendah klien kurang menyukai kaki kanannya karena mengalami polio,
sewaktu SD klien sering diejek karena polionya. kedua Koping Individu Tidak
Efektif karena klien tidak pernah menceritakan masalah yang dialami kepada
keluarga ataupun orang lain. Klien juga jarang berinteraksi dan berkomunikasi
dengan orang lain, dan lebih banyak menyendiri. ketiga yaitu Defisit Perawatan
Diri, karena klien dalam melakukan ADL tidak rajin. Klien hanya mandi 1 kali
sehari, kadang- kadang klien sehari gosok gigi 1 kali sehari dan keramas 1 kali
seminggu tanpa menggunakan shampoo cukup dengan sabun. Kuku klien juga
terlihat panjang dan kotor serta klien juga tidak menentu dalam mengganti baju
dan celana. Dan yang keempat yaitu Regimen Terapetik Inefektif, karena klien
sudah 5 kali dirawat, dan dirumah klien susah untuk minum obat.
99
C. Perencanaan
Pendengaran. Dimana efek yang ditimbulkan dari masalah utama klien “PS”
utama asuhan keperawatan disusun pada hari Senin, 25 April 2016 pukul
terdiri dari TUK I klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa tanpa
stimulus, memandang ke kiri atau ke kanan atau ke depan seolah- olah ada
dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore dan malam atau jik a
sendiri, jengkel atau sedih); diskusikan dengan klien apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi (marah atau takut, sedih, senang) beri kesempatan
dll); diskusikan manfaat cara yang dilakukan klien, jika bermanfaat beri
bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
tentang dosis, frekuensi, manfaat obat; anjurkan klien minta sendiri obat
dokter tentang manfaat dan efek samping obat yang dirasakan; diskusikan
Dari tinjauan teori dan rencana tujuan tidak terdapat kesenjangan, karena
pada tinjauan kasus menggunakan rencana tujuan sama seperti pada tinjauan teori.
101
D. Pelaksanaan
pada klien PS dilaksanakan selama empat hari yaitu dari tanggal 25 sampai
untuk strategi pelaksanaan I pasien “PS” (SP BHSP) dilakukan pada hari senin,
25 April 2016 pukul 11.00 Wita pelaksanaan yang dilakukan adalah menyapa
klien dengan nama, baik verbal maupun non verbal, memperkenalkan diri
dengan sopan, menanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan klien,
empati dari menerima klien apa adanya, memberi perhatian kepada klien dan
dilakukan pada hari Selasa, 26 April 2016 pukul 10.00 Wita pelaksanaan yang
Rabu, 27 April 2016 pukul 10.00 Wita pelaksanaan yang dilakukan adalah
dilakukan pada hari Rabu, 27 April 2016 pukul 13.10 Wita pelaksanaan yang
dialami klien, tanda dan gejala halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi,
keluarga (SP2K) dilakukan pada hari Jumat, 29 April 2016 Pukul 16.25 Wita
kepada klien halusinasi. Untuk poin kedua pada SP3K tidak dapat dilaksanakan
103
karena klien masih dirawat di RSJ Provinsi Bali. Strategi pelaksanaan III
keluarga (SP3K) dilakukan pada hari jumat, 29 April 2016 pukul 17.30 Wita
Secara umum semua tindakan keperawatan sesuai dengan teori, dalam melaksanakan
perawatan yang diberikan pada klien dengan gangguan jiwa memerlukan waktu yang
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan untuk mengetahui sejauh
mana keberhasilan dari asuhan keperawatan yang diberikan pada klien selama
tercapai, SP1P tercapai, SP2P tercapai, SP3P tercapai, SP4P tercapai, SP1K tercapai,
yang intensif dan memerlukan waktu yang lama, maka pelaksanaan rencana
akan diserahkan kembali kepada perawat ruangan Kunti RSJ Provinsi Bali. disertai
104
dengan dukungan dari keluarga untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses
penunjang yang sangat penting dalam mendukung kesembuhan klien, serta kesadaran
dari klien sendiri untuk selalu dapat mengontrol emosi dan selalu bergaul atau
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi pendengaran yang dilakukan pada klien “PS” di ruang Kunti RSJ
Provinsi Bali pada tanggal 25 – 29 April 2016, dimana data diperoleh melalui
April 2016 di Denpasar, dan menggunakan asuhan keperawatan yang terdiri dari
keperawatan.
“PS” dapat dilakukan dengan baik, klien mampu memberikan data sesuai dengan
yang ditanyakan, respok klien cukup kooperatif selama wawancara, hingga pada
analisa masalah dapat dilakukan dengan baik berdasarkan data yang didapatkan
pada saat wawancara. Pada pengkajian kasus klien “PS” dimana tanda dan gejala
pada teori tidak semua muncul pada kasus, tanda dan gejala yang didak muncul
pada kasus adalah bicara sendiri, senyum sendiri, terjadi peningkatan denyut
sensori, jengkel dan marah, tidak mampu mengikuti perintah dari perawat,
tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton, curiga
dikarenakan respon dan karakteristik yang terjadi pada setiap klien yang
beda.
Diagnosa dari data - data tersebut didapat tujuh diagnosa yang muncul
pada kasus, empat diagnosa tidak ada dalam tinjauan teori dan empat diagnosa
baru muncul pada tinjauan kasus tidak ada dalam tinjauan teori. Adapun diagnosa
keperawatan yang muncul pada klien “PS” adalah Gangguan Sensori Persepsi :
Kekerasan, Koping Individu Tidak Efektif, Defisit Perawatan Diri dan Regimen
Therapeutik Inefektif.
Perencanaan dibuat pada tanggal 25-29 April 2016 pada klien “PS”
menggunakan landasan teori yang sudah ada dan disesuaikan dengan keadaan
klien. Perencanaan dibuat dengan teori yang sudah ada sehingga ini dapat menjadi
rencana tindakan difokuskan pada TUK yang telah disusun dan ingin dicapai.
Pelaksanaan yang dilakukan selama 5 hari yaitu dari tanggal 25-29 April
2016, sudah tercapai semua, dimana pada kasus, pelaksanaan yang telah
dilakukan sudah sesuai dengan perencanaan, karena dari delapan SP hanya tujuh
tercapai sebagian. SP yang tercapai yaitu: SP BHSP, SP1P, SP2P, SP3P, SP4P,
SP1K, dan yang terakhir SP3K sedangkan SP2K tercapai sebagian karena klien
masih dirawat di RSJ Provinsi Bali. Setiap harinya kurang lebih dua – tiga SP bisa
sehingga keluarga mampu ikut dalam perawatan klien dirumah, respon dari
kelurarga baik.
SP terdiri dari SP BHSP, SP1P, SP2P, SP3P, SP4P, SP1K, SP2K, dan SP3K.
Semua SP yang lakukan kepada klien “PS” dan keluarga klien dapat dilaksanakan
B. Saran
1. Kepada staf perawatan di ruang Kunti RSJ Provinsi Bali, diharapkan dapat
memerlukan waktu yang lama dan secara kontinyu. Serta dapat menerapkan
2. Kepada Klien “PS” diharapkan kedepannya tetap teratur untuk minum obat,
terhadap kesembuhan klien, selain itu keluarga agar memberi perhatian yang
lebih kepada klien saat klien kembali berada dirumah terutama saat pemberian
klien.
DAFTAR PUSTAKA
Dermawan, Deden & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa; Konsep Dan Kerangka
Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1. Yogyakarta : Gosyen
Direja, A.H.S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa Edisi 1. Yogyakarta
Keliat, B.A (2015). Model Praktek Keperawatan Professional Jiwa. Jakarta: EGC
Kusumawati & Haryanto (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
RSJ Provinsi Bali, (2016). Laporan Bulanan Klien Rawat Inap. Bangli: Rekam
Medik Rumah Sakit jiwa.
Yosep & Sutini (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
110