Anda di halaman 1dari 73

PEMBERIAN NEBULASI TERHADAP BERSIHAN JALAN NAPAS

PADA NY. R DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI PAVILIUN


FLAMBOYAN RSU KABUPATEN TANGERANG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Program


Diploma III Keperawatan

Disusun Oleh :

ASEP AHMAD PATONI


NIM. P27901115056

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN
TANGERANG
2018
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama :Asep Ahmad Patoni
NIM : P27901115056
Program Studi : Dill Keperawatan Tangerang

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa tulisan dalam karya Tubs Ilmiah ini
merupakan hasil pemikiran saya sendiri, bukan pengutipan tulisan dari hasil karya orang
lain yang saya akui sebagai tulisan atau hasil pemikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti bahwa hasil Karya Tubs Ilmiah ini adalah hasil kutipan
pemikiran orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas tindakan tersebut.

Tangerang, 23 Mei 2018

Mengetahui
5

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN NEBULASI TERHADAP BERSIHAN JALAN NAPAS


PADA NY. R DENGAN TUBERKULOSIS PARU DIPAVILIUN FLAMBOYAN
RSU KABUPATEN TANGERANG

Disusun oleh:

ASEP AHMAD PATONI


NIM. P27901115056

Telali diujikan dan dinyatakan "LULUS"


Pada tanggal 23 Mei 2018

NIP. 197008281990031002
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN NEBULASI TERHADAP BERSIHAN JALAN NAPAS


PADA NY. R DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI PAVILIUN
FLAMBOYAN RSU KABUPATEN TANGERANG

Disusun oleh:

ASEP AHMAD PATONI


NIM. P27901115056

Ketua Penguji

Siti Wasliyah, S.Kep, Ners. M.Kep


NIP. 197811032000032001

Anggota Penguji

Ns. Henny S.Kep.


NIP. 197308011998032007

Menyetujui,
Ketua Jurusan Keperawatan Tangerang
8
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan berkat rahmat dan karunia–Nya. Sholawat serta salam semoga

senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhamad SAW, sehingga penulis

dapat menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul

“Pemberian Nebulasi Terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Pasien

Tuberkulosisi Paru Di Pavilliun Flamboyan Rumah Sakit Umum

Kabupaten Tangerang”

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Ibu Een Sukaedah SKM, M.Kes Selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes Banten.

2. Ibu Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep Selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Tangerang dan Penguji dalam penyusunan

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Lailatul Fadilah,S.Kep,Ners,M.Kep, selaku Ketua Program studi DIII


keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Banten
4. Ns.Sunardi, M.Kep. Sp,KMB selaku pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan

kepada penulis dalam menyelesaikan penyusunan proposal

karya tulis ini.


5. Siti Wasliyah, S.Kep, Ners. M.Kep selaku dosen penguji yang telah
membimbing dengan cermat dan memberikan saran yang sangat berharga
dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
6. Ns.Henny S.Kep, selaku penguji yang telah memberikan banyak masukan
dan saran, beserta Staf Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang.
7. Kedua orang tua, kakak, dan adik saya, (Bapak Samsudin,

Ibu Kacih, dan kakak saya Lilis Miati, dan Adik saya

Hidayatullah, Rizka, dan Ismatul Milah) yang selalu menjadi

inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan

pendidikan.

Semoga Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,

dapat memberikan balasan yang setimpal atas amal baik yang

telah diberikan. Penulis menyadari bahwa proposal karya tulis ini

masih jauh dari sempurna.

Tangerang, Februari 2018

Penulis
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
LEMBAR PENGESEHAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESEHAN PENGUJI
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus..................................................................... 3
D. Manfaat Studi kasus.................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Dasar Penyakit TB Paru
1. Definisi.................................................................................. 5
2. Etiologi.................................................................................. 6
3. Manifestasi Klinis ................................................................ 6
4. pathway TB paru .................................................................. 9
5. Diagnosis .............................................................................. 10
6. Pemeriksaan Penunjang......................................................... 10
7. Komplikasi............................................................................ 12

B. Nebulasi
1. definisi .................................................................................. 12
2. Tujuan ................................................................................... 12
3. Indikasi ................................................................................. 12
4. SPO ( Standar Prosedur Operasional)................................... 13
C. Konsep Dasar Jalan Napas
1. Definisi.................................................................................. 16
2. Etiologi.................................................................................. 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Rancangan................................................................................... 17
B. Subjek.......................................................................................... 17
C. Fokus Studi Kasus ...................................................................... 17
D. Lokasi Dan Waktu Penelitian...................................................... 18
E. SPO (Standar Prosedur Operasional).......................................... 18
F. Tahapan Studi Kasus................................................................... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL......................................................................................... 25
B. PEMBAHASAN......................................................................... 34

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. KESIMPULAN........................................................................... 40
B. SARAN....................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Informed Consent

Lampiran 3 Lembar Observasi Tindakan

Lampiran 4 Lembar Observasi Nebulasi

Lampiran 5 Dokumentasi

Lampiran 6 Lembar Konsultasi


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) Paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang paru –

paru dan hampir ke seluruh organ tubuh lainya (Sylvia dalam NANDA, 2015).

Pada profil kesehatan Indonesia tahun 2016 kasus tuberkulosis ditemukan

sebanyak 351.893 kasus, meningkat bila dibandingkan kasus tuberkulosis yang

ditemukan pada tahun 2015 yang berjumlah 330.729 kasus.

Selama bulan Januari sampai dengan Mei 2017 diperoleh data kasus

Penyakit tuberkulosis paru di Paviliun Flamboyan, Rumah Sakit Umum

Kabupaten Tangerang berjumlah 22 orang pada bulan April, 38 orang pada

bulan Mei, 40 orang pada bulan Juni, 42 orang pada bulan Juli, 22 orang pada

bulan Agustus, dan 28 orang pada bulan oktober, dengan total keseluruhan

adalah 192 orang. (Buku Register Paviliun Flamboyan, Rumah Sakit Umum

Kabupaten Tangerang, 2017).

Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 prevalensi

penduduk Indonesia yang didiagnosis tuberkulosis paru sebanyak 0,4% tidak

berbeda dengan 2007. Lima provinsi dengan TB paru tertinggi adalah Jawa

Barat (0,7%), Papua (0,6%), DKI Jakarta (0,6%), Gorontalo (0,5%), Banten

(0,4%) dan Papua Barat (0,4%). Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten

Tangerang 2014 jumlah penduduk yang menderita TB Paru BTA positif

sebanyak 3.360 kasus dan berhasil ditemukan sebanyak 2.348 kasus.

1
2

Pasien yang memiliki penyakit tuberkulosis paru sering muncul masalah

yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas yang disebabkan oleh hipersekresi

diakibatkan oleh mycobacterium tuberculosis, untuk mengatasi masalah

tersebut maka dilakukan tindakan keperawatan dengan membersihkan sekret di

bronkus dengan berbagai cara, pengobatan secara teratur (sesuai indikasi),

diberikan posisi semi fowler saat terjadi sesak napas dan mempertahankan

masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari saat terjadi dehidrasi (Padila, 2013).

Salah satu tindakan keperawatan yang dilakukan untuk pasien dengan

tuberkulosis yaitu dengan mengeluarkan sekret pada saluran pernapasan

pasien, salah satu tindakan mandiri perawat yaitu dengan pemberian inhalasi

(Wahyuni, 2015 dalam jurnal Supraba,dkk.2016).

Terapi Nebulasi merupakan bentuk tindakan kolaborasi yang dilakukan

untuk mengatasi sekret pada saluran pernapasan pasien. Tindakan nebulasi

dianggap efektif dibanding pemberian obat karena dosis obat yang lebih kecil,

sehingga efek samping keorgan lain lebih kecil. Selain itu reaksi paru lebih

cepat dibanding lewat subcutan atau oral, udara, yang dihirup melalui nebulizer

telah lembab, sehingga dapat mengeluarkan secret di bronkus (Wirani, 2002).

Terapi nebulasi adalah terapi pemberian obat dengan cara menghirup larutan

obat yang sudah diubah menjadi gas yang berbentuk seperti kabut dengan

bantuan alat yang di sebut nebulizer pada saat terapi ini diberikan, klien dapat

bernapas seperti biasa umumnya prosedur ini tidak lama hanya berkisar 5-10

menit (Ratna Aryani dkk, 2009).


3

Hal ini di perkuat dalam penelitian Edy Siswantoro (2015), menyatakan

terdapat pengaruh yang signifikan/bermakna sebelum dan sesudah dilakukan

tindakan nebulasi terhadap bersihan jalan napas pada pasien TB paru, dengan

hasil uji statistik menunjukan nilai sign adalah p = 0,008, berati p < 0,05 maka

terdapat pengaruh signifikan penurunan nilai skala sesak napas pada kelompok

eksperiment antara sebelum dan sesudah diberikan tindakan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan tindakan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk karya

tulis ilmiah dengan judul “Pemberian Nebulasi Terhadap Bersihan Jalan

Napas Pada Pasien TB Paru Di RSU Kabupaten Tangerang ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut penulis merumuskan

“Bagaimana Bersihan Jalan Napas Setelah Dilakukan Pemberian

Tindakan Nebulasi pada pasien TB paru di RSU Kabupaten Tangerang?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui keefektifan tindakan nebulasi terhadap bersihan jalan

napas pada pasien TB paru di RSU kabupaten Tangerang


4

2. Tujuan khusus

a. Teridentifikasinya tindakan nebulasi terhadap bersihan jalan napas.

b. Teridentifikasinya bersihan jalan napas yang tidak efektif.

c. Teridentifikasinya bersihan jalan napas setelah tindakan nebulasi

D. Manfaat studi

1. Bagi Pasien

Dengan dilakukanya studi kasus ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan informasi bagi pasien yang memiliki penyakit tuberkulosis

paru

2. Bagi Keluarga

Diharapkan keluarga dapat mengetahui manfaat dari tindakan pemberian

nebulasi pada pasien Tuberculosis paru

3. Bagi Institusi

Dari studi kasus ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan refrensi

bagi mahasiswa tentang “ Pemberian tindakan nebulasi terhadap bersihan

jalan napas pada pasien tuberkulosis paru


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar TB paru

1. Definisi

Tuberkulosis (TB) paru adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat menyerang dan

hidup terutama di paru-paru atau di berbagai organ tubuh lainya seperti

saluran pencernaan yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi

(Tabrani, 2013).

2. Klasifikasi

Klasifikasi menurut American Thoracic Society:1) Kategori 0 : tidak

pernah terpajan, dan tidak pernah terinfeksi, riwayat kontak negative, tes

tuberculin negative. 2) Kategori 1 : Terpajan tuberculosis, tapi tidak terbukti

ada infeksi. disini riwayat kontak positif, tes tuberculin negative. 3)

Kategori 2 : Terinfeksi tuberculosis, tetapi tidak sakit. tes tuberculin positif,

radiologis dan sputum negative. 4) Kategori 3 : Terinfeksi tuberculosis dan

sakit

Klasifikasi di Indonesia di pakai bedasarkan kelainan klinis, radiologis,

dan makro biologis:1) Tuberkulosis paru. 2) Bekas tuberculosis paru

Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam : TB tersangka yang

diobati : sputum BTA(-), tetapi tanda-tanda lain positif. dan TB tersangka

yang tidak diobati : sputum BTA negative dan tanda-tanda lain juga

meragukan

5
6

3. Etiologi

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah mycobacterium tuberculosis.

Basil ini tidak berspora sehingga mudah di basmi dengan pemanasan, sinar

matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam mikobakteria tuberculosis

yaitu tipe human dan tipe bovin. Basil Tipe Bovin berada dalam susu sapi

yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil Tipe Human bisa berada di

bercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari penderita TBC, dan

orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya.(Wim de Jong

dalam NANDA, 2015).

Setelah organisme terinhalasi, dan masuk ke paru-paru bakteri dapat

bertahan hidup dan menyebar kenodus limpatikus local. Penyebaran melalui

pembuluh darah ini dapat menyebabkan TB pada orang lain, dimana infeksi

laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun(Patrick Davey dalam NANDA,

2015).

4. Manifestasi klinis

Tuberkulosis sering dijuluki “the great imitator” yaitu suatu penyakit

yang dapat mempunyai kemiripan dengan penyakit lain yang juga

memberikan gejala umum seperti lemah dan demam, pada sejumlah

penderia gejala yang timbul tidak jelas sehingga di abaikan bahkan kadang-

kadang asimtomatik.

a. Gejala respiratorik, meliputi :

1) Batuk
7

Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. batuk ini di

perlukan untuk membuang produk-produk radang keluar. sifat batuk

dimulai dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul

peradangan menjadi produktif (menghasilkan sputum) ini terjadi

lebih dari 3 minggu. keadaan yang lanjut adalah batuk darah

(hemoptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.

2) Batuk darah

Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak

berupa garis atau bercak - bercak darah, gumpalan darah atau darah

segar dalam jumlah yang banyak. Batuk darah terjadi karena

pecahnya pembuluh darah. Berat ringanya batuk darah tergantung

dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah.

3) Sesak napas

Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,

dimana infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini

di temukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada

hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia

dan lain-lain.

4) Nyeri dada

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan.

Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.


8

b. Gejala sistemik

1) Demam

Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang-

kadang panas bahkan dapat mencapai 40 - 410C. keadaan ini sangat

dipengaruhi daya tahan tubuh penderita dan berat ringanya infeksi

kuman tuberculosis yang masuk. Demam merupakan gejala yang

sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan malam hari mirip

dengan demam influenza, hilang timbul dan makin lama makin

panjang seranganya sedang masa bebas serangan makin pendek.

2) Gejala Sistemik lain

Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan

berat badan serta malaise (Gejala malaise sering ditemukan berupa :

tidak nafsu makan, sakit kepala, nyeri otot, dan lain-lain). Timbulnya

keluhan biasanya bersipat gradual muncul dalam beberapa minggu –

bulan. Akan tetapi penampilan akut dengn batuk, panas, dan sesak

napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala

pneumonia.
9

5. Pathway Tuberkulosis Paru

Bersin, Batuk, Percikan Darah

Kuman TB (Mycrobacterium tuberkulosis)

Mencapai lobus paru

Tuberculosis paru

Bakteri sampai pada bagian alveoli

Peradangan

Stimulasi sel-sel goblet dan sel mukosa

Sel mucus berlebihan

Peningkatan Produksi Mucus

Akumulasi secret pada saluran pernapasan

Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif

Sumber dari : Abdul Wahid dan suprapto “Buku Keperawatan Medical Bedah”
10

6. Diagnosis

Pada pasien dengan tuberkulosis paru biasanya mengalami masalah

ketidak efektifan bersihan jalan napas akibat penumpukan sputum karena

adanya kuman Mycobacterium yang masuk lewat jalan napas dan

menempel pada paru menetap dijaringan paru sehingga terjadi peradangan,

tumbuh dan berkembang disitoplasma makropag menyebar ke organ

lain(paru lain, saluran pencernaan, tulang), pertahanan primer tidak adekuat

mengalami tuberkel sehingga terjadi kerusakan membran alveolar yang

menyebabkan pembentukan sputum berlebihan sehingga terjadi ketidak

efektifan bersihan jalan napas( Nurarif & Kusuma,2015)

Diagnosis penyakit tuberkulosis paru ditegakan dengan adanya riwayat

batuk karena adanya iritasi pada bronkus, batuk ini terjadi untuk

membuang / mengeluarkan produksi radang yang di mulai dengan batuk

kering sampai dengan batuk purulent(menghasilkan sputum) sehingga

bersihan jalan napas tidak efektif. disertai gejala klinis sebagaimana telah di

sebutkan diatas.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

a. Darah

pada saat tuberkulosis baru mulai (aktif) akan didapatkan jumlah

leukosit yang sedikit meninggi dengan diferensiasi pergeseran ke kiri.

Jumlah limfosit masih dibawah normal. Laju endap darah mulai

meningkat, bila penyakit mulai sembuh jumlah leukosit kembali normal


11

dan jumlah limfosit masih tetap tinggi.laju endapan darah mulai menurun

kearah normal lagi.

b. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan ini penting karena dengan di temukanyna kuman BTA ,

diagnosis tuberculosis sudah dapat di pastiakan. Disamping itu

pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap

pengobatan yang sudah di berikan, kriteria sputum BTA positif adalah

bila sekurang- kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu

sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5000 kuman dalam 1 ml sputum.

c. Tes Tuberkulin

Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu menegakan

diagnosis tuberkulosis terutama pada anak – anak ( Balita ). Biasanya

dipakai cara Mantoux yakni dengan menyuntikan 0,1 cc tuberculin

P.P.D( Purified protein derivative) intrakutan berkekuatan 5 T.U.

( intermediate strength).

d. Foto Thoraks

Foto Thoraks PA dengan atau tanpa literal merupakan pemeriksaan

radiologi standar. Jenis pemeriksaan radiologi lain hanya atas indikasi

Top foto, oblik, temogram dan lain – lain.

Krakteristik radiologi yang menunjang diagnostic antara lain:

1) Bayangan lesi radiologi yang terletak di lapangan atas paru

2) Bayangan yang berawan (patchy) atau bercak (noduler)

3) Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat dilapangan atas paru


12

4) Bayangan yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa

minggu

5) Bayangan bilier.

8. Komplikasi

Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :

a. Hemomtisis berat ( perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan napas

b. Bronkietaksis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis ( pembentukan

jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.

c. Pneumotorak( adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps

spontan karena kerusakan jaringan paru.

d. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal

dan sebagainya.

B. Nebulasi

1. Definisi

Pemberian inhalasi adalah suatu cara pemberian obat via suatu alat

dengan alat (nebulizer) yang dapat mengubah obat bentuk cair menjadi

uap(aerosol) sehingga dapat diinhalasi langsung masuk ke traktus

respiratorius bawah. ( Achmad Ely, dkk , 2011)

2. Tujuan

a. Untuk membersihkan saluran pernapasan

b. Untuk mengencerkan sputum yang terlalu kenal


13

c. Untuk melembabkan saluran pernapasan

3. Indikasi

a. Klien dengan kasus sesak napas

b. Klien dengan produksi secret berlebihan dan kental

c. Klien dengan Bronchospasme akut

d. Klien dengan radang pada epiglotis

e. Klien yang akan melakukan fisioterapi dada

4. Kontraindikasi

a. Pasien yang tidak sadar confusion untuk umumnya tidak koperatif

dengan prosedur ini.

b. Pada pasien dimana suara nafas tidak ada atau berkurang maka

pemberian medikasi nebulasi menjadi kontraindikasi, kecuali jika

medikasi nebulasi diberikan melalui endotracheal tube yang

menggunakan tekanan positif. Pasien dengan penurunan pertukaran

gas juga tidak dapat menerapkan atau memasukkan indikasi secara

adekuat ke dalam saluran napas.

c. Pasien terdapat fraktur di daerah hidung, sehingga dapat

mempengaruhi efektifitas pemberian nebulasi

d. Medikasi nebulasi juga tidak dapat diberikan terlalu lama melalui

intermittent positive-pressure breathing (IPPB, sebab IPPB

mengiritasi dan meninggalkan bronchospasme.


14

5. SPO (Standar Prosedur Operasional)

Diambil dari buku sulistyo andarmoyo 2012 tentang Kebutuhan Dasar

Manusia (Oksigenasi)

a. persiapan alat

1) APD ( masker, hand scoon)

2) Oksigen set

3) Nebulizer dan perlengkapan lainya

4) Obat bronkodiltor(ventolin/bisolvon)

5) Aquabides air steril

6) Spuit 5 cc

7) face mask

8) Bengkok

9) Sputum pot yang berisi desinfektan

10) Tissue

b. Prosedur kerja

1) Prosedur kerja

a. Perawat cuci tangan.

Rasional : untuk mengurangi penyebaran mikroorganisme.

b. Jelaskan prosedur tindakan

Rasional : memberi pemahaman kepada pasien agar mengetahui

tindakan yang akan di berikan serta mendapatkan

kerja sama dari pasien.


15

c. Pakai APD seperti masker, sarung tangan, dan alat pelindung

lainnya

Rasional :Mencegah tertularnya penyakit TB paru yang

ditularkan melalui droplet yang dibatukkan).

d. Atur posisi pasien senyaman mungkin, dengan posisi semi fowler

Rasional : Memberikan kenyamanan dalam prosedur tindakan.

e. Alat nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan

diencerkan dengan cairan aquabides

Rasional : Untuk mengencerkan sputum.

f. Hidupkan alat nebulizer kemudian hubungkan selangnya ke alat

nebulizer

Rasional : langkah awal dalam pemberian tindakan nebulasi.

g. Pasang masker dan anjurkan pasien untuk menghirup uap yang

telah keluar.

Rasional : agar uap dapat terhisap/terinhalasi ke saluran

pernapasan.

h. Minta pasien untuk mengambil nafas dalam melalui hidung, tahan

nafas beberapa saat kemudian buang napas melalui mulut

Rasional : Membantu mengencerkan sputum secara

manual/sederhana .

i. Menganjurkan pasien untuk batuk setelah tarik napas dalam

beberapa kali/tehnik batuk efektif

Rasional : Mengeluarkan sekresi dalam paru.


16

j. Sputum diletakan dipenampung sputum (pot sputum) yang terisis

cairan desinfektan

Rasional : untuk menghindari penularan mikroorganisme.

k. pasien dan alat dirapihkan

Rasional : memberikan rasa kenyamanan kepada pasien.

l. Cuci tangan

Rasional : mengurangi penyebaran mikroorganisme.

m. Dokumentasi (Catat karakteristik dan jumlah sputum yang

keluar)

Rasional : Untuk mengetahui karakteristik dan jumlah sputum

yang di keluarkan oleh pasien.

C. Konsep Dasar Bersihan Jalan Napas

1. Definisi

Bersihan jalan napas adalah suatu keadaan dimana paru, trachea

terbebas dari penumpukan sekret baik sepenuhnya atau sebagian dimana

frekuensi nafas dalam batas normal, tidak ada pernapasan cuping hidung

( Maidartati,2014).

2. Etiologi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen meurut Apriyandi

, 2012 antara lain:

a. Peningkatan produksi sputum, Iritasi pada sistem pernapasan

menyebabkan peradangan pada saluran udara dan peningkatan sekresi

sputum dapat menghambat jalan napas dan dapat memicu batuk.


17

b. Alergi pada saluran napas, dapat di sebabkan oleh zat-zat tertentu yang

bila dihisap atau dimakan dapat menimbulkan alergi terhadap penyakit

tertentu di saluran napas misalnya debu rumah, spora jamur, bulu

kucing, bulu binatang , beberapa makanan laut,

c. Faktor fisiologis, dapat dilihat dari keadaan pasien dan penyakit yang

berhubungan dengan sistem pernafasan.

3. Proses terjadinya

Adanya obstruksi pada jalan nafas merupakan kondisi pernapasan yang

tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat

disebabkan oleh sekresi sputum yang kental atau berlebihan akibat

penyakit infeksi imobilisasi. Hipersekresi mukosa saluran pernapasan yang

menghasilkan lendir sehingga partikel-partikel kecil masuk bersama udara

akan menempel didinding saluran pernapasan, hal ini semakin lama akan

menimbulkan sumbatan sehingga ada udara yang terjebak dibagian distal

saluran napas, sehingga pada fase ekspirasi yang panjang akan muncul

bunyi yang abnormal seperti mengi dan ronchi( ardiansyah,2012)

4. Manifestasi klinis

a. Batuk tidak efektif, karena adanya sumbatan produksi sputum didalam

saluran pernapasan

b. Ketidak mampuan untuk mengerluarkan sekresi dalam napas, karena

pasien tidak mengetahui cara batuk dengan efektif sehingga tidak

mampu mengeluarkan sputum

c. Frequensi, irama, kedalaman pernapasan abnormal


18

d. Terdapat suara napas tambahan yang menunjukan adanya sumbatan

pada ronchi

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Rongten dada

Merupakan pemeriksaaan yang dilakukan misalnya untuk melihat lesi

paru pada penyakit TB, adanya tumor, benda asing, pembengkakan

paru, penyakit jantung dan untuk melihat struktur abnorma

b. Flouroskopi

Pemeriksaaan ini di lakukan untuk mengetahui mekanisme

kardiopulmonum misalnya kerja jantung, diafragma, dan kontraksi

paru.
19

BAB III

METODOLOGI

A. Rancangan

Rancangan metodologi yang digunakan adalah dengan deskriptif studi

kasus yaitu melakukan tindakan nebulasi terhadap bersihan jalan napas pada

pasien TB paru.

B. Subjek

Subjek pada studi kasus ini adalah pasien dengan penyakit Tubercolosis

paru dengan kriteria inklusi dan esklusi sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

Adapun kriteria inklusinya adalah 1) masalah bersihan jalan napas, 2)

adanya batuk, 3) produksi sekret berlebihan, 4) Sesak napas, 5) Umur

produktif 20 - 56, 6) sudah di latih napas dalam dan batuk efektif.

2. Esklusi

Adapun kriteria esklusinya adalah 1) Bersihan jalan napas efektif, 2) tidak

adanya batuk 3) produksi secret tidak berlebihan, 4) Napas tidak sesak, 5)

umur < 20 tahun atau >56 tahun, 6) pasien belum dapat melakukan latihan

napas dalam dan batuk efektif.

C. Fokus Studi

Fokus studi ini adalah melakukan tindakan nebulasi terhadap bersihan

jalan napas pada pasien Tuberkulosis (TB) paru.

18
20

D. Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Rencana tempat studi kasus ini akan dilakukan di Ruang Flamboyan

RSU Kabupaten Tangerang tanggal 12 – 17 Maret 2017.

E. Standar Prosedur Operasional (SPO) Tindakan Keperawatan

Diambil dari buku sulistyo andarmoyo 2012 tentang Kebutuhan Dasar Manusia

(Oksigenasi)

1. Persiapan Alat

a. APD ( Masker, hand scoon

b. Oksigen set

c. Nebulizer dan perlengkapan lainya

d. Obat bronkodiltor(ventolin/bisolvon)

e. Aquabides air steril

f. Spuit 5 cc

g. face mask

h. Bengkok

i. Tisue

j. sutum pot yang berisis cairan desinfektan

2) Prosedur kerja

a. Perawat cuci tangan.

Rasional : untuk mengurangi penyebaran mikroorganisme.

b. Jelaskan prosedur tindakan


21

Rasional : memberi pemahaman kepada pasien agar mengetahui

tindakan yang akan di berikan serta mendapatkan kerja sama dari

pasien.

c. Pakai APD seperti masker, sarung tangan, dan alat pelindung

lainnya

Rasional :Mencegah tertularnya penyakit TB paru yang ditularkan

melalui droplet yang dibatukkan.

d. Atur posisi pasien senyaman mungkin, dengan posisi semi fowler

Rasional : Memberikan kenyamanan dalam prosedur tindakan.

e. Alat nebulizer diisi obat (sesuai program pengobatan) dan

diencerkan dengan cairan aquabides

Rasional : Untuk mengencerkan sputum.

f. Hidupkan alat nebulizer kemudian hubungkan selangnya ke alat

nebulizer.

Rasional : langkah awal dalam pemberian tindakan nebulasi.

g. Pasang masker dan anjurkan pasien untuk menghirup uap yang telah

keluar.

Rasional : agar uap dapat terhisap/terinhalasi ke saluran

pernapasan.

h. Minta pasien untuk mengambil napas dalam melalui hidung, tahan

napas beberapa saat kemudian buang napas melalui mulut

Rasional : Membantu mengencerkan sputum secara

manual/sederhana .
22

i. Menganjurkan pasien untuk batuk setelah tarik napas dalam

beberapa kali/tehnik batuk efektif

Rasional : Mengeluarkan sekresi dalam paru.

j. Sputum diletakan di penampung sputum (pot sputum) yang terisi

cairan desinfektan

Rasional : untuk menghindari penularan mikroorganisme.

k. pasien dan alat dirapihkan

Rasional : memberikan rasa kenyamanan kepada pasien.

i. Cuci tangan

Rasional : mengurangi penyebaran mikroorganisme.

j. Dokumentasi (Catat karakteristik dan jumlah sputum yang keluar)

Rasional : Untuk mengetahui karakteristik dan jumlah sputum yang

dikeluarkan oleh pasien.

1. Tahapan Studi Kasus

1. Tahapan orientasi

Prosedur pengumpulan data memiliki beberapa tahapan sebagai berikut:

a. Melakukan proses perizinan untuk studi kasus dari ketua jurusan

keperawatan Poltekkes Kemenkes Banten

b. Melakukan kontrak waktu dengan kepala ruangan , ruang rawat inap

flamboyan di RSU Kabupaten Tangerang


23

c. Menjelaskan kepada kepala ruangan rawat inap, tentang pemilihan subjek

studi kasus bedasarkan kriteria yang telah di tetapkan dan prosedur

penerapan yang akan dilakukan.

d. Meminta persetujuan (Informed concent) kepada responden apakah

bersedia berpartisipasi dalam studi kasus ini, apabila responden bersedia,

responden diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi

responden. Apabila tidak bersedia, keputusan responden tetap dihargai

dan tetap mendapat perawatan sesuai standar

e. Melakukan implementasi tindakan pemberian nebulasi pada hari pertama

sampai hari ke enam

f. Hasil implementasi dimasukan kedalam lembar evalusi untuk di

dokumentasikan(Lampiran lembar hasil implementasi).

2. Pengkajian

Diambil dari buku Muttaqin (2014) tentang Asuhan Keperawatan Klien

dengan Gangguan Sistem Pernapasan.

Mengkaji data untuk mengetahui data subjektif dan objektif yaitu:

Observasi tanda-tanda vital, identifikasi kebutuhan pasien yang memiliki

indikasi masalah keperawatan berupa bersihan jan napas tidak efektif, saat

di inspeksi : bentuk dada dan gerakan pernapasan sekilas pandang pasien

dengan TB paru biasanya tampak kurus, apabila adanya efusi pleura yang

masif, maka terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga dada, jika terdapat

komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru biasanya


24

pasien akan terlihat mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi napas,

dan menggunakan otot bantu napas, selain itu biasanya didapatkan batuk

produktif yang disertai adanya peningkatan produksi sekret dan sekresi

sputum yang purulen. Kemudian di palpasi, palpasi adanya pergeseran

trakea karena pasien TB paru disertai adanya efusi pleura masif dan

pneumotorak akan mendorong posisi trakea ke arah berlawanan dari sisi

sakit. Selanjutnya di perkusi, pada seluruh lapang paru biasanya akan

didapatkan bunyi resonan atau sonor, jika mempunyai komplikasi seperti

efusi pleura akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit

sesuai banyaknya akumulasi cairan di rongga pleura. Kemudian di

auskultasi, pada pasien dengan TB paru saat di auskultasi dibagian ICS ke 5

- 6 biasanya didapatkan bunyi napas tambahan seperti ronkhi .

3. Implementasi

Melakukan tindakan pemberian nebulasi pada pasien TB paru dengan

gangguan bersihan jalan napas yang tidak efektif dengan standar prosedur

operasional yang sesuai dengan kondisi klien.

4. Evaluasi

Mengukur keberhasilan tercapai atau tidaknya dari tindakan nebulasi

selama studi kasus yaitu untuk mengetahui data subjektif dan objektif di

antaranya sebagai berikut :

a. Mendengarkan suara napas klien masih terdengar suara ronkhi atau tidak
25

b. Menghitung pernapasan klien dalam satu menit

c. mengobservasi sputum yang dikeluarkan klien seperti jenis, kekentalan,

karakteristik sputum

d. Adanya sesak napas atau tidak.

5. Dokumentasi

Didokumentasikan hasil dari pemberian tindakan nebulasi yang

dilakukan dari hari pertama sampai dengan hari keenam sesuai dengan

jadwal studi kasus yang telah direncanakan, Hal-hal pokok yang

didokumentasikan yaitu: data subjektif seperti keluhan yang di rasakan oleh

pasien, serta data objektif mengenai hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dan

hasil dari pemeriksaan fisik seperti dilakukanya inspeksi, palpasi, perkusi,

dan auskultasi. Hal- hal tersebut didokumentasikan sebelum dan sesudah

pemberian tindakan nebulasi kepada pasien.


26

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab IV ini di paparkan hasil studi kasus dan pembahasan, studi kasus

ini mengenai tindakan pemberian nebulasi terhadap bersihan jalan napas pada

pasien tubekulosis(TB) paru di RSU Kabupaten Tangerang. Studi kasus ini telah

di laksanakan pada tanggal 12 Maret 2018, adapun hasil dan pembahasan dari

studi kasus adalah sebagai berikut :

A. HASIL

1. Subjek.

a. Identitas pasien

Subjek studi kasus yaitu perempuan Ny. R berumur 26

tahun, status perkawinan sudah menikah, beragama islam,

pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, dengan alamat Blok Tugu

RT 10/03 Serdang Wetan Kec.Legok Kab.Tangerang. Ny. R

dirawat mulai tanggal 6 Maret 2018 pukul 14.30 WIB di

paviliun Flamboyan RSU Kabupaten Tangerang dan didiagnosa

dokter bahwa Ny.R menderita penyakit Tuberkulosis(TB)Paru.

b. Kondisi Umum Pasien

Kondisi pasien dari hasil pemeriksaan fisik adalah sebagai

berikut, data subjektif: pasien mengatakan sesak nafas dan batuk

berdahak tetapi dahak sulit


25 dikeluarkan, pasien juga mengatakan

seringkali berkeringat dan terasa panas pada waktu malam hari.


27

Data objektif, inspeksi: frekuensi nafas 35 kali per menit,

menggunakan otot bantu pernafasan, bentuk dada simetris.

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, gerakan dinding dada

kiri dan kanan sesuai. Perkusi: hipersonor. Auskultasi: terdengar

suara ronchi, terpasang oksigen nasal kanul sebanyak empat

liter. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, nilai GCS

E:4 M:6 V:5 = 15 dengan tanda-tanda vital sebagai berikut TD

110/80 mmHg, frekuensi napas 35x/menit, nadi 86x/menit,

suhu 36,5°C.

2. Lokasi dan waktu studi kasus

Pasien di rawat di ruang flamboyant pada tanggal 6 Maret

2018, saat pengkajian pasien sudah di rawat di ruangan selama enam

hari. Studi kasus terkait tindakan pemberian nebulasi terhadap

bersihan jalan napas pada pasien tuberculosis(TB) paru, tindakan ini

dimulai pada tanggal 12 Maret 2018 dan dilakukan selama empat

hari.

3. Tahapan Pelaksanaan Studi Kasus

a. Tahapan orientasi

melakukan komunikasi terapeutik yaitu: menjelaskan

tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan, dan

memberikan informed consent. Hasilnya pasien bersedia untuk


28

dilakukan tindakan dengan menandatangani lembar persetujuan.

( informed consent terlampir)

b. Tahapan Pengkajian

Melakukan pengkajian pada tanggal 12 Maret 2018 pukul

09.00 meliputi: sistem pernafasan (inspeksi, palpasi, perkusi

dan auskultasi), keadaan umum pasien, kesadaran pasien dan

keluhan utama pasien pada pernafasan seperti adanya dipsneu

atau sesak nafas, batuk, produksi sputum dan lain sebagainya.

Kondisi pasien dari hasil pemeriksaan fisik adalah sebagai

berikut, data subjektif: pasien mengatakan sesak nafas dan batuk

berdahak tetapi dahak sulit dikeluarkan, pasien juga mengatakan

seringkali berkeringat dan terasa panas pada waktu malam hari.

Data objektif, inspeksi: frekuensi nafas 35 kali per menit,

menggunakan otot bantu pernafasan, bentuk dada simetris.

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, gerakan dinding dada kiri

dan kanan sesuai. Perkusi: hipersonor. Auskultasi: terdengar

suara ronchi, terpasang oksigen nasal kanul sebanyak empat

liter. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, nilai GCS

E:4 M:6 V:5 = 15 dengan tanda-tanda vital sebagai berikut TD

110/80 mmHg, frekuensi napas 35x/menit, nadi 86x/menit,

suhu 36,5°C.

c. Implementasi
29

Melakukan tindakan Nebulasi dilaksanakan pada tanggal

12-15 Maret 2018 sesuai dengan prosedur dan SPO (Standar

Prosedure Operasional) selama 3x24 jam, sesuai intruksi dan

kolaborasi dengan dokter yang menangani adapun implementasi

selama empat hari adalah sebagai berikut :

1) Hari Pertama Senin, 12 Maret 2018

Melakukan tindakan pada Pukul 10.30 WIB sebelum

melakukan nebulasi terlebih dahulu mengukur tanda-tanda

vital dan mengkaji pernafasan pasien dan didapatkan hasil

sebagai berikut: pasien mengatakan sesak nafas dan batuk

berdahak tetapi dahak sulit dikeluarkan. Data objektif,

inspeksi: frekuensi nafas 35 kali per menit, menggunakan

otot bantu pernafasan, bentuk dada simetris. Palpasi: tidak

terdapat nyeri tekan, gerakan dinding dada kiri dan kanan

sesuai. Perkusi: hipersonor. Auskultasi: terdengar suara

ronchi. Keadaan umum kurang baik, kesadaran compos

mentis, nilai GCS E:4 M:6 V:5 = 15 dengan tanda-tanda

vital sebagai berikut TD 110/80 mmHg, frekuensi napas

35 x/menit, nadi 86x/menit, suhu 36,5°C.

Selanjutnya dilakukan pemberian tindakan nebulasi

sesuai prosedur. Tahap pra interaksi sudah dilakukan saat

melakukan pengkajian. Dilanjutkan tahap orientasi yaitu

menjelaskan maksud dan tujuan kepada pasien/keluarga


30

terkait tindakan yang akan dilakukan. Adapun tindakan

yang dilakukan yaitu tindakan nebulasi. Pada tahap kerja,

mengkondisikan lingkungan pasien dengan cara menutup

sampiran, kemudian mencuci tangan, mengatur posisi

pasien senyaman mungkin dengan posisi semi fowler,

memakai APD, alat nebulizer di isi obat (sesuai program

pengobatan), sambungkan selang face mask pada alat

humidifier oksigen, pakaikan mask/maskernya pada

pasien, menginstruksikan pasien untuk menghirup uap

yang keluar, meminta pasien untuk mengambil napas

dalam dan menahan napas lalu buang napas melalui mulut,

menganjurkan pasien untuk batuk setelah tarik napas

dalam beberapa kali, dan dahaknya ditampung di sputum

pot, rapikan pasien, rapikan alat, cuci tangan,

dokumentasi. Setelah 5 menit dilakukan tindakan

didapatkan hasil, data subjektif: pasien mengatakan masih

sesak namun sedikit berkurang. Data objektif, sputum

keluar berwarna putih, terdengar suara tambahan ronchi,

frekuensi nafas: 30 kali per menit, tanda-tanda vital,

tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 86 kali per menit, dan

suhu: 36,5oC.

2) Hari Kedua Selasa, 13 Maret 2018


31

Melakukan tindakan pada Pukul 10.15 WIB sebelum

melakukan nebulasi terlebih dahulu mengukur tanda-tanda

vital dan mengkaji pernafasan pasien dan didapatkan hasil

sebagai berikut: klien mengatakan sesak nafas dan batuk

berdahak tetapi dahak sulit dikeluarkan. Data objektif,

inspeksi: frekuensi nafas 36 kali per menit, menggunakan

otot bantu pernafasan, bentuk dada simetris. Palpasi: tidak

terdapat nyeri tekan, gerakan dinding dada kiri dan kanan

sesuai. Perkusi: hipersonor. Auskultasi: terdengar suara

ronchi. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,

nilai GCS E:4 M:6 V:5 = 15 dengan tanda-tanda vital

sebagai berikut TD 110/80 mmHg, frekuensi napas 36

x/menit, nadi 86x/menit, suhu 37°C.

Selanjutnya dilakukan pemberian tindakan nebulasi

sesuai prosedur. Setelah 5 menit dilakukan tindakan

didapatkan hasil, data subjektif: pasien mengatakan sesak

berkurang tidak seperti kemarin sedikit tidak berasa

dahaknya . Data objektif, sputum keluar sedikit berwarna

putih, frekuensi nafas: 29 kali per menit, tanda-tanda vital,

tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 90 kali per menit, dan

suhu: 37oC

3) Hari Ketiga Rabu, 14 Maret 2018


32

Melakukan tindakan pada Pukul 10.30 WIB sebelum

melakukan nebulasi terlebih dahulu mengukur tanda-tanda

vital dan mengkaji pernafasan pasien dan didapatkan hasil

sebagai berikut: klien mengatakan sesak nafas dan batuk

berdahak tetapi dahak sulit dikeluarkan. Data objektif,

inspeksi: frekuensi nafas 37 kali per menit, menggunakan

otot bantu pernafasan, bentuk dada simetris. Palpasi: tidak

terdapat nyeri tekan, gerakan dinding dada kiri dan kanan

sesuai. Perkusi: hipersonor. Auskultasi: terdengar suara

ronchi. Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,

nilai GCS E:4 M:6 V:5 = 15 dengan tanda-tanda vital

sebagai berikut TD 120/90 mmHg, frekuensi napas 37

x/menit, nadi 86x/menit, suhu 36°C.

Selanjutnya dilakukan pemberian tindakan nebulasi

sesuai prosedur. Setelah 5 menit dilakukan tindakan

didapatkan hasil, data subjektif: pasien mengatakan sesak

berkurang setelah diberikan tindakan , sedikit tidak berasa

dahaknya . Data objektif, sputum keluar berwarna putih,

frekuensi nafas: 30 kali per menit, tanda-tanda vital,

tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 85 kali per menit, dan

suhu: 36oC

4) Hari Keempat Kamis, 15 Maret 2018


33

Melakukan tindakan pada Pukul 10.40 WIB sebelum

melakukan nebulasi terlebih dahulu mengukur tanda-tanda

vital dan mengkaji pernafasan pasien dan didapatkan hasil

sebagai berikut: pasien mengatakan sesak nafas tapi lebih

baik dari kemarin dan batuk berdahak tetapi dahak sulit

dikeluarkan. Data objektif, inspeksi: frekuensi nafas 25

kali per menit, menggunakan otot bantu pernafasan,

bentuk dada simetris. Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan,

gerakan dinding dada kiri dan kanan sesuai. Perkusi:

hipersonor. Auskultasi: terdengar suara ronchi. Keadaan

umum baik, kesadaran compos mentis, nilai GCS E:4 M:6

V:5 = 15 dengan tanda-tanda vital sebagai berikut TD

120/80 mmHg, frekuensi napas 25 x/menit, nadi

86x/menit, suhu 36°C.

Selanjutnya dilakukan pemberian tindakan nebulasi

sesuai prosedur. Setelah 5 menit dilakukan tindakan

didapatkan hasil, data subjektif: pasien mengatakan sesak

berkurang setelah diberikan tindakan dan lebih baik dari

kemarin, sedikit tidak berasa dahaknya . Data objektif,

sputum keluar berwarna putih, frekuensi nafas: 20 kali per

menit, tanda-tanda vital, tekanan darah: 120/80 mmHg,

nadi: 85 kali per menit, dan suhu: 36oC


34

d. Evaluasi

Hasil evaluasi dilaksanakan pada tanggal 15 Maret 2018

menunjukan adanya bersihan jalan napas yang bersih pada

pasien ditandai dengan saat diauskultasi tidak terdengar bunyi

ronchi, dahak berkurang, frekuensi napas normal 20 kali per

menit, pasien tidak kelelahan, pada hari ke empat pasien

mengatakan sesak napas sudah berkurang, pasien mengatakan

merasa dahaknya sudah tidak ada, pasien mengatakan lebih baik

dari sebelumnya.

e. Dokumentasi

Mencatat Dokumentasi dilakukan setiap hari selama 4 hari

setelah dilakukan tindakan nebulasi. Setelah melakukan

tindakan nebulasi dengan kriteria pasien menyatakan sesak

nafas sudah berkurang, jalan napas bersih, tidak ada dahak,

frekuensi napas normal.

(Dokumentasi tindakan terlampir)

Pendokumentasian menggunakan prinsip dokumentasi

keperawatan yang benar meliputi: nama perawat, tandatangan

perawat, hari dan tanggal, nama pasien, respon pasien, data

subjektif dan data objektif.


35

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini dipaparkan antara lain rencana studi kasus dan

hasil studi kasus yang telah dilakukan. Adapun pembahasanya sebagai

berikut:

Bedasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan pada Ny. R dengan

kesadaran composmentis menderita penyakit tuberkulosis(TB) paru yang

mengalami sesak napas dengan frekuensi napas 35 kali per menit, terdengar

suara ronhi saat diauskultasi, dan terdapat pengeluaran sputum serta

terpasang oksigen nasal kanul sebanyak empat liter.

Tanda dan gejala yang muncul pada Ny.R adalah adanya batuk yang

produktif, produksi sputum berlebihan, sesak napas, dan gejala sistemiknya

meliputi demam dan berkeringat pada malam hari, penurunan berat badan,

serta malaise, disini malaise ditemukan berupa : tidak nafsu makan, nyeri

otot pada lengan kanan sehingga tangan kanan pasien sulit untuk digerakan.

Hal tersebut tersebut sesuai dengan tanda gejala tuberkulosis(TB) paru,

yaitu ada dua gejala secara garis besar, gejala respiratorik dan gejala

sistemik. Adapun gejala respiratorik terdapat adanya batuk yang produktif,

produksi sputum berlebihan, sesak napas, dan gejala sistemiknya meliputi

demam dan berkeringat pada malam hari, penurunan berat badan, serta

malaise.(Abdul Wahid dan Suprapto. 2013). Tidak terdapat kesenjangan

antara subjek studi kasus yang di dapat dengan tanda dan gejala menurut

teori, atau subjek yang didapat memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu:
36

kriteria inklusinya adalah 1) masalah bersihan jalan napas, 2) adanya

batuk, 3) produksi sekret berlebihan, 4) Sesak napas, 5) Umur produktif 20

- 56, 6) sudah di latih napas dalam dan batuk efektif. Adapun kriteria

esklusinya adalah 1) Bersihan jalan napas efektif, 2) tidak adanya batuk 3)

produksi secret tidak berlebihan, 4) Napas tidak sesak, 5) umur < 20 tahun

atau >56 tahun, 6) pasien belum dapat melakukan latihan napas dalam dan

batuk efektif.

setelelah dilakukan pengkajian ditemukan masalah ketidak efektifan

bersihan jalan napas yang dialami oleh Ny.R, ditandai dengan batuk yang

tidak efektif, terdengar suara ronhi saat diauskultasi, dan takipneu.

Rencana keperawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi diagnosa

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas yaitu dengan

memberikan tindakan nebulasi setelah itu dilatih tehnik batuk efektif untuk

mengeluarkan secret yang menghambat bersihan jalan napas.

Tindakan nebulasi dilaksanakan mulai tanggal 12 dan berakhir pada

tanggal 15 Maret 2018, tindakan dilakukan sesuai standar operasional

prosedur yang ada diruangan dengan kriteria hasil yang diharapkan adalah:

sesak napas berkurang, jalan nafas bersih, tidak ada dahak, frekuensi nafas

normal.

Pada saat melakukan tindakan pada tahap kerja dilakukan sesuai SPO

yang ada di rumah sakit, ada perbedaan SPO di rumah sakit dengan SPO

teori, mengenai alat di teori menggunakan alat nebulizer sedangkan waktu

studi kasus nebulasi menggunakan flow meter oksigen, diteori obat


37

dicampur menggunakan aquabides sebanyak 4-6 cc saat pelaksanaan studi

kasus obat di campur aquabides sebanyak 2 cc, mengenai obat yang

digunakan menggunakan obat Ventolin tetapi saat studi kasus menggu

menggunakan combifen sebanyak 2,5 ml karena indikasi dari combivent

tersendiri yaitu sebagai terapi pada saluran pernapasan yang obstruksi atau

adanya sumbatan berupa sekret, selama tindakan tidak ada hambatan

Setelah diberikan tindakan nebulasi, terlebih dahulu dilakukan

tindakan claping dan vibrating yaitu tindakan penepukan dada depan atau

punggung dan memberikan getaran (vibrasi) tangan pada daerah tersebut

yang dilakukan pada saat pasien ekspirasi yang bertujuan untuk mencegah

akumulasi secret serta membersihkan jalan napas, setelah itu dilakukan

tindakan postural drainage untuk melepaskan sekresi dari berbagai segmen

paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi, barulah melakukan

tindakan latih napas dalam serta ajarkan tehnik batuk efektif yang benar

untuk mengeluarkan sekretnya.

Hari pertama Melakukan tindakan Pukul 10.30 WIB sebelum

dilakukan tindakan hasil yang didapatkan sebagai berikut: klien mengatakan

sesak nafas dan batuk berdahak tetapi dahak sulit dikeluarkan. Data objektif,

inspeksi: frekuensi nafas 35 kali per menit, menggunakan otot bantu

pernafasan, bentuk dada simetris. Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan,

gerakan dinding dada kiri dan kanan sesuai. Perkusi: hipersonor.

Auskultasi: terdengar suara ronchi. Keadaan umum baik, kesadaran compos

mentis, nilai GCS E:4 M:6 V:5 = 15 dengan tanda-tanda vital sebagai
38

berikut TD 110/80 mmHg, frekuensi napas 35 x/menit, nadi 86x/menit, suhu

36,5°C.

Selanjutnya dilakukan pemberian tindakan nebulasi sesuai prosedur.

m didapatkan hasil, data subjektif: pasien mengatakan masih sesak namun

sedikit berkurang. Data objektif, sputum keluar berwarna putih, terdengar

suara tambahan ronchi, frekuensi nafas: 30 kali per menit,

Hari kedua melakukan tindakan Pukul 10.15 WIB sebelum dilakukan

tindakan hasil yang didapatkan sebagai berikut: klien mengatakan sesak

nafas dan batuk berdahak tetapi dahak sulit dikeluarkan. Data objektif,

inspeksi: frekuensi nafas 36 kali per menit, menggunakan otot bantu

pernafasan, bentuk dada simetris. Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan,

gerakan dinding dada kiri dan kanan sesuai. Perkusi: hipersonor.

Auskultasi: terdengar suara ronchi.

Selanjutnya dilakukan pemberian tindakan nebulasi sesuai prosedur.

Setelah 5 menit dilakukan tindakan didapatkan hasil, data subjektif: pasien

mengatakan sesak berkurang tidak seperti kemarin sedikit tidak berasa

dahaknya . Data objektif, sputum keluar sedikit berwarna putih, frekuensi

nafas: 29 kali per menit.

Hari ketiga melakukan tindakan Pukul 10.30 WIB sebelum dilakukan

tindakan hasil yang didapatkan sebagai berikut: klien mengatakan sesak

nafas dan batuk berdahak tetapi dahak sulit dikeluarkan. Data objektif,

inspeksi: frekuensi nafas 37 kali per menit, menggunakan otot bantu

pernafasan, bentuk dada simetris. Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan,


39

gerakan dinding dada kiri dan kanan sesuai. Perkusi: hipersonor.

Auskultasi: terdengar suara ronchi. Keadaan umum baik, kesadaran compos

mentis, nilai GCS E:4 M:6 V:5 = 15.

Selanjutnya dilakukan pemberian tindakan nebulasi sesuai prosedur.

Setelah 5 menit dilakukan tindakan didapatkan hasil, data subjektif: pasien

mengatakan sesak berkurang setelah diberikan tindakan , sedikit tidak

berasa dahaknya . Data objektif, sputum keluar berwarna putih, frekuensi

nafas: 30 kali per menit.

Hari keempat melakukan tindakan Pukul 10.40 sebelum dilakukan

tindakan hasil yang didapatkan sebagai berikut: klien mengatakan sesak

nafas tapi lebih baik dari kemarin dan batuk berdahak tetapi dahak sulit

dikeluarkan. Data objektif, inspeksi: frekuensi nafas 25 kali per menit,

menggunakan otot bantu pernafasan, bentuk dada simetris. Palpasi: tidak

terdapat nyeri tekan, gerakan dinding dada kiri dan kanan sesuai. Perkusi:

hipersonor. Auskultasi: terdengar suara ronchi. Keadaan umum baik,

kesadaran compos mentis, nilai GCS E:4 M:6 V:5 = 15.

Selanjutnya dilakukan pemberian tindakan nebulasi sesuai prosedur.

Setelah 5 menit dilakukan tindakan didapatkan hasil, data subjektif: pasien

mengatakan sesak berkurang setelah diberikan tindakan dan lebih baik dari

kemarin, sedikit tidak berasa dahaknya . Data objektif, sputum keluar

berwarna putih, frekuensi nafas: 20 kali per menit.

Adapun hambatan yang dialami pada saat melakukan studi kasus ini,

pasien merasa kesulitan saat dilatih tehnik napas dalam dan batuk efektif,
40

sehingga sekret sulit untuk dikeluarkan. Selebihnya pasien kooperatif

selama diberikan tindakan nebulasi terkait studi kasus yang dilaksanakan.

Hal ini sesuai dengan penelitian Edy Siswantoro (2015), menyatakan

terdapat pengaruh yang signifikan/bermakna sebelum dan sesudah

dilakukan tindakan nebulasi terhadap bersihan jalan napas pada pasien TB

paru, dengan hasil uji statistik menunjukan nilai sign adalah p = 0,008 berati

p < 0,05 maka terdapat pengaruh signifikan penurunan nilai skala sesak

napas pada kelompok eksperiment antara sebelum dan sesudah diberikan

tindakan.
41

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran yang menyajikan

ringkasan dari uraian mengenai hasil dan pembahasan dari studi kasus yang telah

dilakukan pada Ny. R pada tanggal 12-15 Maret 2018.

A. KESIMPULAN

bedasarkan hasil dan pembahasan studi kasus ditemukan masalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas pada Ny, R. dengan melakukan

nebulasi sesuai SPO dan dilakukan secara rutin selama empat hari

menunjukan adanya bersihan jalan napas yang efektif pada Ny. R ditandai

dengan tidak terdengar suara ronhi saat diauskultasi, pernapasan Ny.R

dalam rentang normal yaitu 20 kali permenit, pasien merasa tidak sesak dan

tampak lebih baik. serta dengan mengajarkan tehnik napas dalam dan batuk

efektif setelah tindakan pemberian nebulasi ini dapat membantu Ny. R

untuk mudah mengeluaran dahak sehingga bersihan jalan napas menjadi

lebih bersih.

berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tindakan nebulasi

dapat melancarkan pengeluaran sputum dan membersihkan jalan napas

pasien, sehingga sesak napas pasien jadi berkurang.


42

B. SARAN

1. Bagi pasien

Setelah dilakukan nebulasi diharapkan pasien dapat melakukan tehnik

batuk efektif untuk mengeluarkan secret secara mandiri serta dapat

mematuhi tehnik batuk efektif yang telah dijelaskan.

2. Bagi Keluarga

Keluarga dapat mengetahui informasi yang telah disampaikan

mengenai penularan penyakit tuberkulosis paru

3. Bagi Pendidikan

Studi kasus ini bisa menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa yang lain

untuk memperdalam pengetahuan dan praktek mengenai“ Pemberian

tindakan nebulasi terhadap bersihan jalan napas pada pasien

tuberkulosis paru
43

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Ely. dkk.2011.Penuntun Praktikum Keterampilan Kritis II.Jakarta:


Salemba Medika

Andarmoyo,S.2012.Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) Konsep, Proses dan


Praktik Keperawatan.Yogyakarta:Graha Ilmu.
Fadilah, Lukluk.2016. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Penderita TB Paru
Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas Di RSUD Dr. Wahyudin
Sudiro Husodo Mojokerto. Diperoleh dari:
http://www.repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/PUB-
KEP/article/view/823/624 Di akses pada tanggal 27 Desember 2017.
Kemenkes RI.2017. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Diperoleh dari :
http://dinkes.tangerangkab.go.id/wpcontent/files/Profil_Kesehatan_Kabupat
en_Tangerang_2015.pdf diakses pada tanggal 9 Desember 2017
Kepala Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan 2013. Riset Kesehatan
Dasar 2013. Di
peroleh:http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013.pdf Diakses pada tanggal 09 Desember 2017.
Arif, Muttaqin. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika
Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Bedasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc, Jogjakarta:
Medication Jogja
Rab, Tabrani. 2013. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Trans Info Media.
Siswantoro, Edy.2017. Pengaruh Aroma Terapi Daun Mint Dengan Inhalasi
Sederhana Terhadap Penurunan Sesak Napas Pada Pasien Tuberculosis
Paru. Diperoleh dari : https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0ahUKEwjX6tLJqN7Y
AhVHE5QKHdShDFEQFggoMAA&url=http%3A%2F
%2Fjurnalonline.lppmdianhusada.ac.id%2Findex.php%2Fjkk%2Farticle
%2Fdownload%2F30%2F9&usg=AOvVaw20QlYlyjkVr4sHOouzB9Pk
diakses pada tanggal 17 Desember 2017.
Wahid, Abdul dan Imam Suprapto.2013.Keperawatan Medikal Bedah Asuhan
keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi.Jakarta: Trans Info Media
44

LAMPIRAN
.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


45

A. Identitas

Nama : Asep Ahmad Patoni

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 01 - Juli - 1996

Agama : Islam

Alamat : Kampung Koleang RT 01/03

desa Koleang kecamatan Jasinga

kabupaten Bogor

Telepon : 085846617123

B. Riwayat Pendidikan

1. SDN Koleang 05 : Tahun 2003 - 2009

2. MTS Nurul Huda : Tahun 2009 - 2012

3. SMAN 01 Jasinga : Tahun 2012 - 2015

4. Politeknik Kesehatan Banten : Tahun 2015 - 2018

Jurusan DIII Keperawatan Tangerang

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN


46

(INFORMED CONSENT)

MENJADI SUBJEK STUDI KASUS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Rainah

Umur : 26 tahun

Alamat : Blok Tugu RT 10/03 Serdang Wetan Kec.Legok Kab.Tangerang

Jenis Kelamin : peremuan

Setelah mendapatkan penjelasan studi kasus tentang pemberian nebulasi

terhadap bersihan jalan napas pada pasien TB paru di paviliun flamboyan

RSU Kabupaten Tangerang, maka dengan ini menyatakan bersedia untuk

menjadi subjek dalam studi kasus ini, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Saya akan menjalankan metode nebulasi dengan baik dan sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebaik-

baiknya.

Tangerang, 12 Maret 2018

( )

Nama Mahasiswa : ASEP AHMAD PATONI


NIM : P27901115056
47

Tindakan : INHALASI (NEBULIZER)

No KEGIATAN 0 1 2
A Fase Interaksi
1 Mengidentifikasi kebutuhan pasien
B Persiapan Alat
1. APD ( Masker, hand scoon)

2. Oksigen set

3. Nebulizer dan perlengkapan lainya

4. Obat bronkodiltor(ventolin/bisolvon)

5. Aquabides air steril

6. Spuit 5 cc

7. face mask

8. Bengkok

9. Tisue

10. sutum pot yang berisis cairan desinfektan


2 Kondisi alat yang disiapkan berfungsi baik
3 Jenis alat disiapkan sesuai tindakan yang dilakukan
C Fase Orientasi
1 Memberi salam atau menyapa nama klien dan memperkenalkan diri
2 Menjelaskan tujuan tindakan
3 Menjelaskan prosedur
4 Menempatkan alat untuk memudahkan tindakan
5 Mencuci tangan
D Fase Kerja
1 Memakai hand scoon
2 Meyambungkan salah satu ujung selang dengan Nebulizer
3 Meyambungkan salah satu ujung selang lainnya dengan wadah untuk
memasukkan obat
4 Masukan aquabides kedalam wadah obat lalu masukkan obat sesuai
rekomendasi
5 Tutup wadah dan sambungkan dengan face mask atau alat penghisap
6 posisikan semi fowler lalu pasang face mask
7 Sambungkan kabel dengan saluran listrik, lalu tekan tombol ON dan
48

anjurkan klien untuk nafas dalam, lihat apakah keluar uap


8 Minta pasien untuk mengambil napas dalam melalui hidung, tahan napas

beberapa saat kemudian buang napas melalui mulut


9 Menganjurkan pasien untuk batuk setelah tarik napas dalam beberapa

kali/tehnik batuk efektif


10 Sputum diletakan di penampung sputum (pot sputum) yang terisi cairan

desinfektan
11 Matikan alat dan lepas face mask atau alat penghisap, jika uap sudah habis
12 Membersihkan mulut dan hidung dengan tissue
13 Melepas handscoon
14 Mencuci tangan
E Fase Terminasi
1 Melakukan evaluasi tindakan (menanyakan kondisi klien)
2 Merapikan alat
3 Mencatat hasil
4 Berpamitan
TOTAL NILAI

LEMBAR OBSERVASI HASIL TINDAKAN

PEMBERIAN NEBULASI
Gambaran dan Deskriptif
Tanggal / Hari
ke Sebelum dilakukan tindakan Sesudah dilakuakan tindakan

12 Maret 2018 - Data Subjektif : - Data Subjektif :


Hari ke 1 pasien menatakan sesak Pasien mengatakan masih
napas dan batuk berdahak sesak namun sedikit
tapi dahak sulit di berkurang.
keluarkan.
- Data Objektif :
- Data Objektif : Kesadaran composmentis,
Kesadaran composmentis, Terdengar suara ronhi saat di
Terdengar suara ronhi saat auskultasi
di auskultasi

- TTV
- TTV
49

 RR : 35 x/menit  RR : 30 x/menit

 TD : 110/80 mmhg  TD : 110/ 80

 Nadi : 86 x/menit  Nadi : 85x menit

 Suhu : 36,5 0C  Suhu : 36,5 0C

- Karakteristik sputum

 Warna : putih kekuningan

13 Maret 2018 - Data Subjektif : - Data Subjektif :


Hari ke 2 Pasien mengatakan masih Pasien mengatakn sesak
tetap sesak nafas dan batuk berkurang dan merasa sedikit
berdahak tapi dahak sulit tidak berasa dahaknya.
dikeluarkan

- Data Objektif :
- Data Objektif : Kesadaran composmentis,
Kesadaran composmentis dahak keluar sedikit berwarna
Masih terdengar ronhi saat putih.masih terdengar ronhi
di auskultasi saat di auskultasi.

- TTV - TTV

 RR : 36 x/menit  RR : 29 x /menit

 TD : 110/80 mmhg  TD : 110/80mmhg

 Nadi : 86 x/menit  Nadi : 90 x.menit

 Suhu : 37 oC  Suhu : 37 oC

 - Karakteristik sputum

 Warna : putih kekuningan


14 Maret 2018 - Data Subjektif : - Data Subjektif :
Hari ke 3 Pasien mengatakan sesak Pasien mengatakan sesak
napas dan batuk berdahak berkurang, dahak sedikit tidak
tetapi dahak sulit terasa saat dibatukan,
dikeluarkan.
- Data Objektif :
- Data Objektif : Kesadaran composmentis,
50

Kesadaran composmentis saat diauskultasi suara ronhi


Masih terdengar suara tidak terlalu jelas kedengaran
ronhi saat di auskultasi
- TTV
- TTV
 RR : 30 x/menit
 RR : 37 x/menit
 TD : 120/80mmHg
 TD : 120/90 mmHg
 Nadi : 85 x/menit
 Nadi : 86 x/menit
 Suhu : 36 0C
 Suhu :36 0C
- Karakteristik sputum

 Warna : sputum keputihan


15 Maret 2018 - Data Subjektif : - Data Subjektif :
Hari ke 4 pasien mengatakan sesak pasien mengatakan sesak
nafas tapi lebih baik dari berkurang dan lebih baik dari
kemarin dan batuk kemarin, sedikit tidak berasa
berdahak tetapi dahak sulit dahaknya
dikeluarkan
- Data Objektif :
- Data Objektif : Kesadaran composmentis,
Kesadaran composmentis, saat diauskultasi tidak
saat diauskultasi masih terdengar suara ronhi,
terdengar ronhi,
- TTV
- TTV
 RR : 20 x/menit
 RR : 25 x/menit
 TD : 120/80 mmHg
 TD :120/80 mmHg
 Nadi : 85 x/menit
 Nadi : 86 x/menit
 Suhu :36 0C
 Suhu : 360C
- Karakteristik sputum

 Warna : sputum berwarna

keputihan
51

DOKUMENTASI

Hari pertama
52

Hari kedua

Hari ketiga
53

Hari keempat

LEMBAR KONSULTASI

NAMA MAHASISWA : ASEP AHMAD PATONI

NIM : P27901115056

JUDUL KTI : Pemberian Nebulasi Terhadap Bersiahan Jalan


Napas Pada Pasien Tuberkulosis(TB) Paru Di
RSU Kabupaten Tangerang

PEMBIMBING : Ns.Sunardi, M.Kep. Sp,KMB

TTD
TTD
No Hari/Tanggal Materi Konsultasi Catatan Pembimbing Maha
Pembimbing
siswa
54

1 Kamis -konsul judul - Ditambahkan bersihan


21 / 12 -konsul BAB I jalan napas
/2017 - Revisi latar belakang,
tujun, manfaat, buat
piramida terbalik
2 Kamis -konsul BAB1 - Acc BAB I
28 / 12 / 2017 -Konsul BAB II - Revisi BAB II
Definisi dibuat narasi, di SPO
ditambahkan rasionbal

3 Selasa - Acc BAB II


02/01/2018 -Konsul BAB II - Revisi BAB III
-Konsul BAB III Mengenai subjek

4 Rabu - Revisi BAB III


10/01/2018 -Konsul BAB III Pada evaluasi lebih diperjelas
dan diuraikan kembali

5 Kamis -Konsul BAB I, II,III


15/01/2018 Sampai daftar
- Istilah tindakan nebulizer
pustaka
diganti nebulasi
- Revisi kata pengantar

6 Jumat - Konsul BAB - Revisi tentang BAB III,


18/01/208 I, II, III Terkait metodologi
- Pengkajian
- Implementasi
- Evaluasi
- Dokumentasi
55

7 Rabu - Konsul BAB


24 /01/2018 II

- ACC , lanjut sidang


proposal

8 Jumat - Konsul BAB


22/03/2018 IV - Revisi BAB IV
Perbaiki tentang waktu jangan
di singkat

9 Selasa - Konsul BAB - Revisi BAB IV Tentang


27/03/2018 IV, cara penulisan yang benar

10 Jumat - Konsul BAB - Revisi BAB IV


30/03/218 IV Mengenai pembahasan

11 Rabu - Konsul BAB - Revisi kesimpulan dan


04/04/2018 V saran

12 Jumat - Konsul BAB - ACC BAB V


06/04/2018 V Lanjut sidang KTI
56

Tangerang, 23 Mei 2018

NIP. 197008281990031002

Anda mungkin juga menyukai