KABUPATEN CIANJUR
Disusun Oleh :
LENINA NURANI
NIM. 029PA13258
KABUPATEN CIANJUR
Disusun Oleh :
LENINA NURANI
NIM. 029PA13258
i
SURAT PERNYATAAN
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil
karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang
saya akui sebagaitulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan,
maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan
akademik yang berlaku
Lenina Nurani
NIM. 029PA13258
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D III Keperawatan Poltekes YAPKESBI
Telah diujikan dan dipertahanakan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi D III Keperawatan Poltekes YAPKESBI
Ditetapkan di : Sukabumi
Hari/Tanggal : Kamis Juni 2016
DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Direktur Poltekes Yapkesbi,
KATA PENGANTAR
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. Si, selaku Direktur Poltekes YAPKESBI
Sukabumi
2. Ibu Ns. Atiek Murhayati, M.Kep., selaku Ketua Program studi D III
Keperawatan Poltekes YAPKESBI Sukabumi.
3. Ibu Ns. Anissa Cindy Nurul Afni, M.Kep., sebagai pembimbing yang telah
banyak memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan
dengan cermat dan perasaan yang nyaman dalam bimbingan, sehingga
membantu penulis dalam penyusun dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
4. Ibu Ns. Intan Maharani S. Batubara, S.Kep. selaku penguji yang telah
v
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Keperawatan Poltekes YAPKESBI
Sukabumi atas segala bantuan yang telah diberikan. Terima kasih atas segala
kasih sayang selama ini, selalu memberikan semangat, doa, pengorbanan,
bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga putramu ini mampu
menyelesaikan tugas akhiri ni.
6. Kedua orang tua saya yang terhormat, saya haturkan beribu-ribu Terimakasih
atas segala kasih sayang selama ini, selalu memberikan semangat, doa,
pengorbanan, bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga
putrimu ini mampu menyelesaikan tugas akhir ini.
7. Teman-teman mahasiswa prodi DIII Keperawatan Poltekes YAPKESBI
Sukabumi dan semua pihak yang terkait didalamnya yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu, yang telah membantu dalam menyusun tugas di kasus
ini.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Waalaikumsalam. Wr. Wb
Penulis,
vi
DAFTAR ISI
vii
c. Menurut Kusyati Pengeluaran panas .............................. 22
d. Cara Pengukuran ............................................................. 22
4. Kompres Air Hangat .............................................................. 24
a. Definisi ..................................................................... 22
b. Menurut Deden Pengelueran panas ......................... 22
c. Menurut Kusyati tujuan pemberian kompres air
hangat ...................................................................... 24
B. Kerangka Teori ............................................................................... 26
C. Kerangka Konsep .................................................................. 26
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subyek Aplikasi Riset ........................................................ 27
B. Tempat dan Waktu ............................................................... 27
C. Media dan Alat yang Digunakan.......................................... 27
D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset................... 27
E. Alat Ukur Evaluasi ............................................................... 29
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ............................................................................ 30
B. Analisa Data ........................................................................ 34
C. Prioritas Diagnosa Keperawatan ......................................... 35
D. Rencana Keperawatan .......................................................... 36
E. Implementasi Keperawatan ................................................. 37
F. Evaluasi ................................................................................ 49
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian .......................................................................... 41
B. Diagnosa Keperawatan......................................................... 44
C. Intervensi.............................................................................. 46
D. Implementasi ........................................................................ 50
E. Evaluasi ................................................................................ 55
viii
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................57
B. Saran.........................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
ini di seluruh dunia. Sangat sering terjadi DHF per tahun di Kamboja (satu
endemis demam berdarah dengue dan mengalami epidemi sekali 4-5 tahun
maret tahun 2014 sampai bulan Maret 2015, terdapat 543 pasien DHF
adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan
melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua
1
2
(Nursalam, 2015).
Salah satu manifestasi klinis yang khas pada DHF adalah terjadinya
demam. Demam ini muncul pada musim peralihan, baik dari musim kemarau
demam dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan
Kompres air hangat adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan
suhu tubuh bila anak demam. Manfaat kompres air hangat, menurunkan panas
DHF dapat menyerang semua lapisan umur, salah satunya adalah anak
Anak yang menderita DHF perlu dilakukan pemeriksaan dan perawatan tepat,
sehingga rumah sakit merupakan salah satu pilihan yang efektif dalam
menangani kasus DHF. Namun, di sisi lain, momok rumah sakit pada anak
maupun pengalaman orang lain (Hidayat, 2005 dalam Aizah dan Wati, 2014).
oleh pembatasan fisik, ketergantungan yang harus anak patuhi, karena anak
memandang semua pengalaman dari sudut pandang anak sendiri. Salah satu
anak merasa cemas akibat berpisah dengan orang tuanya, yang akan
disekitarnya dan memukul. Perasaan takut dan traumapun timbul akibat rasa
perawatan pada anak, mencegah atau mengurangi injuri dan nyeri, tidak
tubuh pada anak dengan DHF. Hasil observasi yang dilakukan pada pasien di
atas rentang normal atau 37,50C. Selain itu, penatalaksanaan yang dilakukan
sesuai dengan advis dokter. Oleh karena itu, peran perawat dalam
Fever).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
fever.
2. Tujuan khusus
jadikan intervensi mandiri bagi perawat dalam kompres air hangat dalam
mengenai pneumonia pada anak usia prasekolah dan sebagai acuan untuk
penelitian berikutnya.
4. Bagi penulis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
a. Definisi
Demam adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi dari
b. Klasifikasi
c. Etiologi
5) Sakit kepala.
gelisah.
e. Patofisiologi
akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk
(Suriadi, 2010).
1) Fase Demam
kulit, rasa nyeri pada seluruh tubuh dan sakit kepala, adapun
2011)
2) Fase kritis
cm, dan perdarahan yang timbul, kemudian ada fase ini dapat
3) Fase Penyembuhan
selain itu pada fase ini pemberian cairan infuse biasanya mulai
g. Pemeriksaan Diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah
diastolik.
fossa kubiti.
pada bayi .
5) Mengalami hipotermia.
a. Pengkajian
DHF :
1) Identitas klien
2) Keluhan utama.
panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin
nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola
Penyakit apa saja yang pernah diderita pada dhf, anak bisa
5) Riwayat imunisasi.
8) Sistem integumen.
d) Dada
9) Pemeriksaan laboratorium.
b) Trambositopenia
e) Asidosis metabobik
2) Nyeri
c. Perencanaan
dan pernapasan.
(0- 10)
yang tenang.
c) Memberikan suasana yang gembira pada klien.
dengan dokter).
dengan penyakit.
trombositopenia :
klinis.
pasien.
infus lancar.
transfusi.
3. Suhu Tubuh.
a. Pengertian
tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37 0C.
yaitu
mengenakan pakaian tipis, banyak minum, banyak istirahat, beri
d. Cara pengukuran.
1) Thermometer
e) Bengkok
g) Membacakan hasilnya.
a. Definisi
luas. Suhu normal permukaan kulit adalah 340C, tetapi reseptor suhu
4) Merangsang peristatik.
B. Kerangka Teori
Kejang
C. Kerangka Konsep
D. Prosedur Tindakan
1. Fase orientasi
a. Memberikan salam
b. Memperkenalkan diri
26
27
c. Kontrak waktu
e. Menyiapkan alat.
2. Fase Kerja
a. Mencuci tangan.
kompres hangat
g. Merapikan pasien
h. Merapikan alat
i. Mencuci tangan
3. Fase Terminasi
c. Berpamitan
E. Alat Ukur
LAPORAN
KASUS
dilakukan pada An. M dengan DHF (Dengue Haemorrhagic Fever) di Kp. Cikaret
hari, mulai tanggal 21-22 April 2016. Asuhan Keperawatan ini meliputi
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Keluarga Tn.A sekaligus ayah pasien An.M dengan alamat Kp. Cikaret
2. Keluhan utama
dirumah sakit, kemudian An.M juga tidak mempunyai riwayat alergi obat
29
30
4. Riwayat sosial
komposisi keluarga dengan tinggal satu rumah bersama ayah, ibu, dan
dan ibu (Ny.Y) yang lulusan SLTA bekerja sebagai wiraswasta dan ibu
5. Riwayat Penyakit
meliputi suhu 38,6C, nadi 98 kali per menit, pernafasan 22x kali per
tidak ada kelainan pada kepala. Pada pemeriksaan mata didapatkan hasil
simestris kanan dan kiri, sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis,
ada reflek (+) terhadap cahaya . Pada pemeriksaan hidung simetris antara
kanan dan kiri, tidak terdapat polip, tidak ada pernafasan nafas cuping
hidung, bersih tidak ada sekret. Pada pemeriksaan telinga simetris kanan
dan kiri,daun telinga dan lubang telinga ada kanan dan kiri, tidak terdapat
leher didapatkan kulit sawo matang, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
fremitus kanan dan kiri sama. Pada saat dilakukan perkusi suara sonor,
vesikuler. Pada
pemeriksaan jantung saat inspeksi didapatkan ictus cordis tidak tampak,
auskultasi bunyi jantung satu terdengar lup, bunyi jantung dua terdengar
dup dan tidak ada suara tambahan. Pada pemeriksaan abdomen saat di
saat dilakukan palpasi tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan.
udema, tidak ada kelainan. Pada pemeriksaan anus didapatkan hasil tidak
bergerak bebas.
Hematokrit 39% (nilai normal 34-40), Leukosit 8,9 ribu/ul (nilai normal
juta/ul (nilai normal 3,90-5,30), MCV 69,8 /um (nilai normal 80,0-96,0),
MCH 27,5 pg (nilai normal 22-34), MCHC 35,2 g/dl (nilai normal 32-
36), RDW 13,2 fL (nilai normal 181-521), HDW 5,0% (nilai normal 2,2-
2,3), MPV 8,7% (nilai normal 7,2-11,1), PDW 47 (nilai normal 25-65),
Bilirubin total 0,92 mg/dl (nilai normal 0,00-1,00), Bilirubin direx 0,91
mg/dl (0,00-1,00).
8. Jenis terapi
Pada tanggal 16-17 April 2016 jenis terapi obat yang diberikan
antipiretik, fungsi meringankan rasa sakit pada sakit kepala dan sakit
B. Analisa Data
Dari hasil pengkajian pada hari Kamis tanggal 21 April 2016 jam 16.00
data objektif suhu 38,60C pernafasan 22 kali per menit, Nadi 98 kali per
penyakit yang masuk kedalam tubuh yaitu virus dengue (arbovirus) yang
dirumah sakit An.M menjadi rewel dan merasa takut jika melihat perawat
atau dokter takut, data objektif klien terlihat diam dan ketakutan, menagis
hospitalisasi.
proses penyakit (Virus) Proses penyakit yang masuk kedalam tubuh yaitu
virus dengue (arbovirus) yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk
lingkungan baru yaitu rumah sakit, sehingga faktor tersebut menjadi faktor
D. Rencana Keperawatan
Pada diagnosa pertama yaitu hari Kamis tanggal 21 April 2016 penulis
selama 2x24 jam terjadi penurunan suhu tubuh atau tidak terjadi penurunan
suhu tubuh normal 36,5 37,50 C, akral teraba hangat, keadaan umum pasien
membaik, Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut intervensi
tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24
pendekatan (BHSP), kaji hal-hal yang disukai pasien, libatkan keluarga untuk
klien.
E. Implementasi Keperawatan.
April 2016 pada diagnosa pertama jam 16.00 mengobservasi tanda-tanda vital
dengan respon subjektif ibu klien mengatakan mau anaknya di periksa tanda-
tanda vitalnya respon objektif suhu 38,6 C, nadi 98 kali per menit,
pernafasan
22 kali per menit, akral teraba hangat. Pada diagnosa keperawatan yang
pertama pada jam 12.00 ibunya telah memberikan obat sirop anti phiretik,
respon objektif klien tampak mau. Pada diagnosa keperawatan yang pertama pada
jam 16.00 memberikan kompres air hangat subjektif ibu klien mengatakan
anaknya bersedia untuk dikompres air hangat, respon objektif klien tampak
keadaan umum klien dengan respon subjektif ibu klien mengatakan anaknya
masih demam respon objektif akral teraba hangat suhu 38,0 C, nadi 98 kali
per menit, pernafasan 22 kali per menit, pada diagnosa keperawatan yang
kedua pada jam 17.00 menjalin hubungan saling percaya (BHSP), respon
obyektif klien kurang kontak mata saat diajak ngobrol dengan ibunya ataupun
penulis. Pada diagnosa keperawatan yang kedua jam 17.00 mengkaji hal-hal
yang disukai klien subjektif ibu klien mengatakan anaknya suka mainan
klereng, respon objektif klien masih kelihatan takut dengan ibumnya. Pada
klien dengan respon subjektif klien tampak mau mengikuti instruksi dari
ibunya, respon klien tampak kooperatif dan anak tampak nyaman. Pada
diagnosa keperawatan yang kedua pada jam 17.00 menganjurkan ibu klien
koperatif.
diperiksa, respon objektif suhu 37,6C, nadi 98 kali per menit, pernafasan 22
kali per menit, pada diagnosa keperawatan yang kedua pada jam 17.00
keperawatan yang pertama pada jam 12.00 ibu kloien memberikan obat sirup
anti phiretik dengan respon subjektif klien tampak bersedia, respon objektif
pertama pada jam 17.00 mengobservasi tanda-tanda vital anak dengan respon
subjektif ibu klien bersedia anaknya diperiksa, respon objektif suhu 37,0C,
nadi 98 kali per menit. Pada diagnosa keperawatan yang kedua Jam 16.00
rumah dengan respon subjektif ibu mengatakan mengerti dengan apa yang
Kamis tanggal 21 April 2016 pada diagnosa pertama jam 16.00 hasil evaluasi
sebagai berikut, untuk subjektif ibu klien mengatakan demam, objektif suhu
38,60C , pernafasan 22 kali per menit, nadi 98 kali per menit. Analisa masalah
keadaan umum klien, monitor ttv, memberikan obat asam traneksamat injeksi
kedua jam 17.00 hasil evaluasi sebagai berikut, untuk subjektif ibu klien
Pada hari Jumat tanggal 22 April 2016 hasil evaluasi diagnosa yang
evaluasi untuk diagnosa yang pertama, ibu pasien mengatakan anaknya sudah
tidak panas, obyektif akral teraba hangat suhu :37,50 C, nadi 98x/menit, rr :
air hangat bila anak demam. Pada diagnosa keperawatan yang kedua hasil
evaluasi jam 17.00 sebagai berikut, subyektif ibu pasien mengatakan anak
jika rewel.
BAB V
PEMBAHASA
Dalam bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi tindakan pemberian
kompres air hangat untuk menurunkan demam pada klien pada asuhan
Sukamaju Kecamatan Cianjur Kabupaten Cianjur pada tanggal 21-22 April 2016.
A. Pengkajian
didapatkan data bahwa pasien demam, Berdasarkan hasil dari pengkajian An.
M dengan demam telah sesuai dengan teori yang ditemukan oleh penulis.
Demam adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya,
demam setelah suhu badan mencapai 37,50C atau lebih (Widjaja, 2005). Dari
hasil observasi anak M didapatkan hasil pemeriksaan suhu 38,60C dan anak
M dikatakan demam.
haemorrhagic fever yaitu : Nyeri perut yang berat dan berlangsung terus
menerus, terjadi perdarahan dari hidung, mulut dan gusi, sering muntah
dengan atau tanpa darah, tinja berwarna hitam, seperti aspal cair atau petis,
penderita merasa
39
40
sangat haus dan mulut terasa kering, kulit terasa dingin dan tampak pucat,
penderita mengalami sukar tidur, sulit beristirahat, dan selalu gelisah. Pada
pasien anak M merasa sangat haus, klien juga tampak pucat, klien juga
perut datar, umbilikus bersih, tidak ada jejas, auskultasi : suara peristaltik
usus 16 x/menit, perkusi: suara pekak pada quadran I (hati), suara tympani
pada quadran II (lambung), suara tympani pada quadran III (usus besar),
suara tympani pada quadran IV (usus buntu) suara tympani, palpasi : tidak
ada nyeri tekan. Hasil pemeriksaan abdomen yang didapat pada klien tidak
sesuai, ada kesenjangan karena pada pasien anak DHF tidak mengalami nyeri
tekan pada abdomen, pada teori DHf seharusnya mengalami nyeri tekan pada
perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Tanda dan gejala pada demam
mempunyai ciri-ciri fisik, seperti demam tinggi, mual muntah, tidak ada nafsu
makan, sakit kepala (Suriadi dan Rita, 2010). Pada pasien anak M muncul
tanda demam tinggi, tidak nafsu makan. hasil laboratorium Hemoglobin 11,5
g/dl (Nilai normal 11,5-13,5), leukosit 8,9 ribu/ul (Nilai normal 5,5-17,0),
trombosit 150 ribu/ul (Nilai normal 150-450), RDW yang menurun 13,2%
yang bisa ditemukan pada pasien adalah DHF suatu penyakit yang
Pada An.M ditemukan tanda dan gejala ibu pasien mengatakan demam
tinggi, tidak ada nafsu makan, yang ditandai dengan tanda-tanda vital suhu:
tidak memiliki riwayat DHF sebelumnya, dan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami DHF. Kondisi lingkungan rumah pasien juga bersih. DHF
tempat gelap lain yang ada di dalam rumah, di wadah berair yang terdapat di
dalam dan di luar rumah dan genangan air lainnya (Soedarto, 2012).
pada RDW dan Trombsit yang hampir turun, hematokrit hampir naik 39%
nilai normal 34-40. Biasanya pada pasien dengan DHF akan terjadi
(Suriadi, 2010).
Red Cell Distribution Width (RDW) merupakan koefisien variasi dari
yang heterogen, trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi
merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persen (Cahyo, 2010).
pasien, seluruhnya dalam batas normal, secara teori An.M berada pada DHF
grade II. Hasil pemeriksaan fisik pasien DHF grade II, menunjukan kesadaran
perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur
(Nursalam dkk, 2005). Namun pada An.M hanya muncul tanda peteki. Pada
rumah sakit.
B. Diagnosa Keperawatan
kehidupan yang aktual atau potensial yang merupakan dasar untuk memilihan
penyakit,
ansietas berhubungan dengan proses hospitalisasi. Diagnosa pertama yang
didapatkan suhu tubuh diatas batas normal. Data subyektif anak M demam
selama 3 hari, data obyektif Suhu tubuh yaitu 38,6 0 C, pasien tampak lemah,
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu) hal ini
selama dirawat dirumah sakit menanggis terus dan tidak mau melihat perawat
mesin yang digunakan dan bau yang khas, dapat menimbulkan kecemasan
dan ketakutan baik bagi anak ataupun orang tua (Utami, 2014).
C. Intervensi Keperawatan
dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
suhu tubuh pasien normal dengan kriteria hasil : Suhu dalam rentang normal,
air hangat saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh, anjurkan pada
klien untuk minum yang banyak tapi sering untuk mencegah dehidrasi.
tanda vital pada pasien DHF cenderung menuju perubahan pada suhu tubuh,
kritis, karena pada fase kritis terjadi peningkataan permeabilitas kapiler yang
penderita. Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis pada
diagnosa keperawatan yang pertama kasus An.M dengan tujuan dan kriteria
hipertermia dengan kriteria hasil suhu dalam batas normal (36,5-37,5 C),
Salah satu intervensi yang disusun adalah pemberian infus D5%. Infus
Kompres air hangat adalah salah satu metode untuk menurunkan suhu
tubuh bila anak demam (Tamsuri, 2007, dalam Djuwariyah, 2012) untuk
dilakukan penulis, dengan tujuan dan kriteria hasil yang akan dicapai penulis
membaik.
anak M agar anak M tidak merasa ketakutan pada perawat mengajak ngobrol
sebagai distraksi pada anak untuk mengalihkan perhatian dan membuat anak
lebih nyaman di Rumah sakit. Pada pasien anak M mengalami ketakutan jika
melihat perawat ataupun dokter yang lainnya, karena anak butuh beradaptasi
implus suara yang bertansmisikan kedalam tubuh. Suara yang diterima oleh
seluruh tubuh (Mayrani dan Hartati, 2013). Pada pasien anak M untuk
D. Implementasi keperawatan
Pada pasien anak M merasa ketakutan dengan perawat atau pun dokter
dan hospitalisasi saat anak sakit dan dirawat di rumah sakit. Keadaan ini
terjadi
karena anak berusaha untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yaitu rumah
sakit, sehingga kondisi tersebut menjadi faktor stresor bagi anak baik
terhadap anak maupun orang tua dan keluarga yang dapat menimbulkan
distres fisik maupun distres psikologis yang dialami anak maupun orang tua
(Supartini, 2004).
tanda vital, terutama suhu pada pasien DHF. Pengukuran hari pertama suhu
tubuh 38,60C, pada hari kedua mengalami penurunan 38,00C. karena setelah
keperawatan yang muncul pada klien sesuai dengan tujuan, kriteria hasil dan
suhu tubuh saat demam berkisar 380C sampai 400C. kemudian pada fase kritis
saling percaya (BHSP) dengan pasien karena untuk pasien anak itu sangat
penting untuk membiasakan anak M agar tidak takut dengan perawat ataupun
dokter. Setelah dilakukan pemberian kompres air hangat klien tampak lebih
nyaman, manfaat kompres air hangat untuk pasien menurunkan panas, setelah
diberikan kompres air hangat pasien terlihat senang dan pasien tidak rewel.
Hal itu sesuai dengan teori Glaser (2000) dalam Wibowo (2011),
dilakukan, selain itu seorang perawat juga harus membina hubungan saling
percaya dengan anak dan orang tua akan terapi yang akan diberikan. Senada
dengan teori Susilaningrum dkk (2013 : 23), bahwa peran perawat sangat
yang disukai oleh pasien. Hasil dari respon objektif, yaitu pasien
tom and jerry, spongebob, dll), kemudian untuk musik didapatkan hasil
orang tua menjadi cemas untuk meninggalakan anaknya dan membuat orang
tua khawatir dengan efek dari tindakan medis yang akan dilakukan pada
yang akan dilakukan, selain itu juga seorang perawat juga harus membina
hubungan saling percaya dengan anak dan orang tua akan terapi yang akan
karena pasien takut dengan tindakan medis yang akan diberikan oleh rumah
sakit.
kompres air hangat diberikan selama 2 hari dimana setiap harinya dilakukan
Secara umum, enam puluh persen panas yang akan dilepas secara
radiasi, yaitu transfer dari permukaan kulit yang akan melalui permukaan luar
konduksi adalah pemindahan panas antara dua objek secara langsung pada
suhu berbeda. Pada kompres air hangat ini merupakan pelepasan panas
termosentif yang berlokasi di dinding rostral ventrikel III, yang disebut juga
sebagai korpus kalosum lamina terminalis yaitu batas antar sirkulasi dan otak.
Saraf termosensitif terpengaruh daerah yang dialiri darah dan masukan dari
reseptor kulit dan otot. Saraf sensitive terhadap hangat terpengaruhi akan
thermostatic set point yang akan memberi syarat serabut saraf eferen,
agar tidak terjadinya kejang pada klien secara tiba-tiba, teori ini sesuai
dengan Masulili (2011), bahwa untuk pasien dengan DHF itu harus dimonitor
hangat, pasien tampak gelisah. Memberikan kompres air hangat kepada klien.
dengan senang.
klien trlihat senang dan klien tidur dengan nyaman (Angraeni, 2010).
orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak yang sakit,
terutama dalam perawatan yang bisa dilakukan orang tua, hal tersebut akan
permasalahan. Semua itu dapat mengurangi efek negatif dari stress atau
anaknya masih demam, obyektif akral teraba panas, suhu 38,6 oC , nadi 98
tanda vital pasien, beri obat asam traneksamat, beri kompres hangat.
Evaluasi pada hari Jumat tanggal 22 April 2016 jam 17.00 WIB respon
akral teraba hangat, suhu 37,5oC, nadi 98 kali permenit, pernafasan 22 kali
Pada diagnosa kedua jam 16.00 WIB respon subyektif ibu pasien
waktu 2 hari pengelola komperes air hangat dapat menurunkan suhu tubuh.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Djuwariyah dkk (2012)
suhu tubuh.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
sakit pasien menjadi rewel karena tidak suka melihat perawat ataupun
dokter yang memeriksanya, pasien juga tidak bisa tidur dengan nyenyak
2. Diagnosa
hirarki
55
56
3. Intervensi
terapi kompres air hangat pasien, menganjurkan klien untuk minum yang
traneksamat.
4. Implementasi
teratasi dintadai dengan klien masih panas, masih terlihat gelisah. Maka
klien.
6. Analisa Hasil
dengan DHF.
B. SARAN
DHF, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya
1. Bagi Puskesmas
kesembuhan pasien.
keperawatan.
4. Bagi Penulis
demam.
DAFTAR PUSTAKA