Anda di halaman 1dari 3

ROLE PLAY INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH DENGAN KLIEN CA MAMMAE

Role play intervensi pada klien HDR

KASUS:

Seorang ibu rumah tangga yang berinisial A (26 tahun) didiagnosa Ca mammae stadium 3 oleh dokter
dan dirawat di Rumah sakit Karyadi Semarang. Nyonya A adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ia
tinggal di Desa Sayung RT 02 RW 01, Demak. Ia sudah menikah dengan Tuan R (28 tahun) pada tanggal 2
Agustus 2015. Selama empat bulan terakhir, nyonya A merasa nyeri skala 7 di bagian payudara dan
dibawa ke Rumah sakit Karyadi Semarang. Setelah dua hari di rawat, dokter mendiagnosa nyonya A ca
mammae. Dengan adanya penyakit tersebut, impian nyonya A untuk memiliki anak harus kandas begitu
saja. Setelah didiagnosa ca mammae, nyonya A menjadi lebih pendiam, gelisah, insomnia, putus asa,
mudah marah, takut, sering menyendiri dan melamun di dalam kamar, menangis, merasa malu dengan
semua orang di sekitarnya, menyalahkan dirinya sendiri, dan merasa tidak berguna lagi karena tidak bisa
memberikan anak kepada suaminya. Ketika dilakukan pemeriksaan vital sign, tekanan darahnya 90/70
mmhg, nadi 123x/menit, berat badan 50 kg. Dokter mengatakan untuk melakukan kemoterapi, akan
tetapi nyonya A tidak mau karena merasa dirinya sudah tidak berguna lagi dan harga dirinya sebagai
wanita telah hilang.

ROLE PLAY

Pasien sedang duduk menyendiri di samping tempat tidur. Perawat mengetuk pintu dan mendekati
pasien yang sedang di rawat di ruang Gladiol I rumah sakit Karyadi Semarang.

Perawat : (Perawat menebar senyum kepada pasien) Selamat siang ibu! (berdiri di samping kanan
pasien)

Pasien : Siang! (Menjawab salam pasien dengan melihat keluar jendela dan pandangannya
kosong)

Perawat : Apakah benar ini dengan ibu Anita Dewi yang berumur 26 tahun?

Pasien : Iya sus. Silahkan duduk! (Menunjukkan wajah yang lesu dan mempersilahkan perawat
untuk duduk)

Perawat : Jadi begini bu Anita, saya perawat Novi. Saya akan menanyakan beberapa hal mengenai
kondisi ibu. Waktunya sekitar 30 menit, apakah ibu Anita bersedia ?

Pasien : Iya sus. Saya bersedia. (Terlihat takut, gelisah, matanya berkaca-kaca dan bermain
dengan jari-jarinya)

Perawat : Bagaimana kabarnya bu?

Pasien : Alhamdulillah sudah lebih baik dari kemarin sus. (Sambil tersenyum)
Perawat : Syukurlah kalau begitu ya bu. Oh iya ibu kan kemarin mengatakan pada saya bahwa ibu
kan bisa bernyanyi bukan?

Pasien : Iya sus, bisa. Biasanya saya akan bernyanyi saat saya sedih sus.

Perawat : Wah suara ibu pasti bagus sekali ya bu saat bernyanyi. Selain bisa bernyanyi, ibu
biasanya melakukan kegiatan apa?

Pasien : Saya dulu orangnya selalu aktif ya sus, jadi selain saya bernyanyi saya juga suka
memasak. Memasak kue ataupun yang lainnya.

Perawat : Wah ibu aktif sekali ya bu orangnya. Sudah pintar bernyanyi, pintar memasak pula.

Pasien : Iya sus Alhamdulillah.

Perawat : Ibu kan jago memasak, Apakah ibu pernah mengikuti lomba memasak atau semacamnya
bu?

Pasien : Pernah sus. Dulu saya pernah ikut lomba memasak di tempat tinggal saya dan
Alhamdulillah saya mendapat juara 1.

Perawat : Wah, ibu hebat sekali ya bu, kapan-kapan saya mau coba masakan ibu ya.

Perawat : Bagaimana jika ibu mengisi waktu luang ibu dengan memasak, masakan apa yang sering
ibu buat dirumah?

Pasien : Biasanya saya suka memasak kue seperti brownies, cookies atau yang lainnya.

Perawat : Ibu memasak untuk keluarga sendiri atau untuk dijual bu ?

Pasien : Saya biasanya memasak kue untuk keluarga saya saja sus. Untuk suami dan ibu saya, dan
mereka sangat menyukai masakan saya.

Perawat : Lalu untuk kedepannya nanti ibu lebih memilih untuk menyanyi atau memasak bu?

Pasien : Sejak kecil, saya ingin jadi koki sus. Sebenarnya bernyanyi sendiri hanya sebatas hobby
saja sus.

Perawat : Wah, berarti ibu sekarang bisa lebih focus ke memasak ya bu ?

Pasien : Mungkin iya sus. Saya ingin mengembangkan keinginan saya sejak dulu untuk menjadi
koki.

Perawat : Bagaimana untuk nanti ibu tidak hanya memasak untuk keluarga? Mungkin ibu bisa
menjual kue hasil buatan ibu dengan inovasi-inovasi baru. Mengingat sekarang dunia kuliner banyak
diminati bu.
Pasien : Iya ya sus. Mungkin saat ini saya bisa mengembangkan bakat saya dalam memasak.
Selain saya bisa mengembangkan bakat saya, saya juga bisa membantu keuangan saya dengan
memproduksi kue dengan inovasi-inovasi yang baru.

Perawat : Nah, meskipun ibu saat ini di diagnosa kanker payudara , ibu harus tetap semangat. Ibu
juga kan pintar memasak, dengan begitu ibu bisa mengembangkan bakat ibu dalam memasak.

Pasien : Iya sus saya akan selalu berusaha bangkit dan mengembangkan bakat yang sudah saya
miliki sus.

Perawat : Sekarang bagaimana perasaannya, bu?

Pasien : Alhamdulillah sudah agak lega sus. Terima kasih karena sudah mau mendengarkan cerita
saya.

Perawat : Iya, sama-sama ibu. Lalu apakah ibu sudah tahu apa yang harus ibu lakukan?

Pasien : Iya sus. Saya harus bangkit untuk orang-orang yang menyayangi saya.

Perawat : Nanti teman saya akan masuk untuk mengecek kesehatan ibu.

Pasien : Iya sus.

Perawat : Baiklah, kalau begitu saya permisi dahulu karena kontrak awal kita sudah habis. Saya
akan kembali untuk melakukan pengkajian dengan ibu pada hari Jumat tanggal 2 Septermber di ruang
ini dan pada jam yang sama ya bu Anita. Nanti jikalau ibu membutuhkan sesuatu bisa memencet bel di
sebelah kanan tempat tidur ibu.

Pasien : Iya Sus.

Perawat : Permisi ibu. (berdiri dan menebar senyum kepada klien)

Pasien : Iya monggo sus. (Senyum ke perawat)

Setelah itu, perawat kembali ke nurse station untuk melakukan tugas selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai