Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN GERONTIK

RESUME 1

Oleh :
DIANA NOVITA
183110169
3.A

Dosen Pembimbing :
Ns. Lola Felnanda Amri, M.Kep
H

D-III KEPERAWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES PADANG

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan resume keperawtan gerontik. Dalam penyusunan resume
ini mungkin ada hambatan, namun berkat bimbingan dari dosen pembimbing sehingga penulis
dapat menyelesaikan resume ini dengan baik.
Dengan adanya resume ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
semua pihak, atas bantuan serta dukungan dan doanya.
Semoga resume ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca. Penulis mohon
maaf apabila resume ini mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih
dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya
membangun, sangat diharapkan oleh kami dalam pembuatan resume selanjutnya. Semoga
resume sederhana ini bermanfaat bagi pembaca maupun penulis sendiri.

Padang , 03 Agustus 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... I

DAFTAR ISI................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................. III
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................…. III
1.3 Tujuan ............................................................................................... III
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Lansia......................................................................... 1
A. Pengertian Lansia........................................................................ 1
B. Batasan Lansia.........................................................................… 1
C. Ciri – Ciri Lansia...................................................................... 1
D. Tipologi Lansia........................................................................... 3
E. Perkembangan Lansia................................................................ 3
2.2 Teori Menua dan Budaya................................................................ 4
A. Teori Menua.............................................................................. 4
B. Budaya...................................................................................... 5
2.3 Konsep Epidemiologi, Teori Tumbuh Kembang dan Kesling......... 8
A. Konsep Epidemiologi Lansia..................................................... 8
B. Teori Tumbuh Kembang Lansia Lansia.................................... 11
C. Kesehatan Lingkungan.............................................................. 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 16

II
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Lansia atau lanjut usia adalah periode dimana manusia telah mencapai kemasakan
dalam ukuran dan fungsi. Selain itu, lansia juga masa dimana seseorang akan mengalami
kemunduran dengan sejalannya waktu. Ada beberapa pendapat mengenai usia seorang
dianggap memasuki masa lansia, yaitu ada yang menetapkan pada umur 60 tahun, 65 tahun,
dan ada juga yang 70 tahun. Tetapi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa
umur 65 tahun, sebagai usia yang menunjukkan seseorang telah mengalami proses menua
yang berlangsung secara nyata dan seseorang itu telah disebut lansia.
Secara umum orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan
dalam dua macam sikap. Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran
yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya
cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah konsep dasar lansia?
2 Bagaimanakah teori menua dan budaya ?
3 Apakah konsep epidemiologi, teori tumbuh kembang, dan kesehatan lingkungan?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar lansia.
2. Untuk mengetahui teori menua dan budaya ?
3. Untuk mengetahui konsep epidemiologi, teori tumbuh kembang, dan kesehatan
lingkungan?

III
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Lansia


A. Pengertian Lansia
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang
dimaksud dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.
Lebih lanjut Sulistijono (2013) juga mendefinisikan lansia sebagai seseorang yang telah
berusia lanjut dan telah terjadi perubahan perubahan dalam sistem tubuhnya.Namun
berbeda dengan definisi yang dikemukakan oleh Orimo et al.(2006), peneliti asal Jepang,
yang menjelaskan bahwa lansia merupakan orang yang berusia lebih dari 75 tahun.

B. Batasan Lansia
1. WHO (1999) menjelaskan batasan lansia adalah sebagai berikut :
a. Usia lanjut (elderly) antara usia 60-74 tahun,
b. Usia tua (old) :75-90 tahun, dan
c. Usia sangat tua (very old) adalah usia > 90 tahun.
2. Depkes RI (2005) menjelaskan bahwa batasan lansia dibagi menjadi tiga
katagori, yaitu:
a. Usia lanjut presenilis yaitu antara usia 45-59 tahun,
b. Usia lanjut yaitu usia 60 tahun ke atas,
c. Usia lanjut beresiko yaitu usia 70 tahun ke atas atau usia 60 tahun ke atas dengan
masalah kesehatan.
C. Ciri – Ciri Lansia
Ciri-ciri lansia menurut Kholifah (2016), sebagai berikut :
1. Lansia Merupakan Periode Kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor
psikologis.Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia.
Misalnya lansia yang memiliki motivasi yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka
akan mempercepat proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan lebih lama terjadi.

1
2. Lansia Memiliki Status Kelompok Minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap
lansia dan diperkuat oleh pendapat yang kurang baik, misalnya lansia yang lebih
senang mempertahankan pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif,
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada orang lain sehingga
sikap sosial masyarakat menjadi positif.
3. Menua Membutuhkan Perubahan Peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW, sebaiknya masyarakat
tidak memberhentikan lansia sebagai ketua RW karena usianya.

4. Tipologi Lansia
1. Literature lama :
Serat werdatama (mangku negoro IV) :
a) Wong sepuh : Orang tua yang sepi dari hawa nafsu, mampu membedakan baik
dan buruk sejati dan palsu
b) Tua sepuh : Orang tua yang kosong tidak tahu rasa, bicara muluk2, tingkah
lakunya dibuat buat, berlebihan dan memalukan
2. Serat kalatida (Ronggo warsito)
a) Orang yang berbudi sentosa
Orang tua yang meskipun diridhoi tuhan dengan rezeki, tapi tetap berusaha
disertai ingat dan waspada.
b) Orang yang lemah
Orang tua yang putus asa, sebaiknya menjauhkan diri dari keduniawian, supaya
mendapat kasih sayang dari tuhan.
3. Pandangan sekarang :
a) Era pembangunan

2
1) Tipe arif bijaksana : kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, ramah, rendah hati, sederhana, dermawan,
memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
2) Tipe mandiri : mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam
mencari pekerjaan, teman, memenuhi undangan.
3) Tipe pasrah : menerima dan menunggu nasib baik mengikuti kegiatan beribadat,
ringan kaki, pekerjaan apapun dilakukan.
4) Tipe tidak puas : konflik lahir / bathin menghadapi proses ketuaan, banyak merasa
kehilangan (kecantikan, daya tarik, kekuasaan, teman yang disayangi, status etc)
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan menuntut
5) Tipe bingung : kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder,
menyesal, pasif, acuh dan tak acuh.

b) Menurut karakter, pengalaman, lingkungan, dan kondisi fisik, mental sosial-


ekonomi :
1) Tipe optimis (santai dan riang)
2) Tipe konstruktif
3) Tipe dependent (ketergantungan)
4) Tipe defensive
5) Tipe militant dan serius
6) Tipe marah/ frustasi
7) Tipe putus asa (benci pada diri sendiri)

D. Perkembangan Lansia
Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia.
Tahap ini dimulai dari 60 tahun sampai akhir kehidupan. Lansia merupakan istilah tahap
akhir dari proses penuaan. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua (tahap penuaan).
Masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sehingga tidak dapat
melakukan tugasnya sehari-hari lagi (tahap penurunan). Penuaan merupakan perubahan
kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami
penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan

3
degeneratif pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh
lainnya. Dengan kemampuan regeneratif yang terbatas, mereka lebih rentan terhadap
berbagai penyakit, sindroma dan kesakitan dibandingkan dengan orang dewasa lain. Untuk
menjelaskan penurunan pada tahap ini, terdapat berbagai perbedaan teori, namun para ahli
pada umumnya sepakat bahwa proses ini lebih banyak ditemukan pada faktor genetik.

2.2 Teori Menua dan Budaya


A. Teori Menua

1. Teori Biologi
a) Teori Genetik Dan Mutasi (Somatic Mutatie Theory)
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies –
spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang
diprogram oleh molekul – molekul / DNA dan setiap sel pada saatnya akan
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel – sel kelamin
(terjadi penurunan kemampuan fungsional sel).

b) Pemakaian dan Rusak (Wear and Tear)


Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel – sel tubuh lelah (rusak). Teori
wear and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang
terseddia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.
a) Reaksi dari Kekebalan Sendiri (Auto Immune Theory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi suatu zat khusus.
Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.
Teori “immunology slow virus” (immunology slow virus theory). Sistem
immune menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam
tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
b) Teori Stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

4
c) Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk dialam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan osksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti
karbohidrat dan protein. Radikal bebas ini dapat menyebabkan sel-sel tidak dapat
regenerasi.

d) Teori Rantai Silang


Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat,
khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan
dan hilangnya fungsi.

e) Teori Program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah
sel-sel tersebut mati.

f) Teori Medis (Medical Theories)


Teori medis geriatri mencoba menjelaskan bagaimana perubahan biologis yang
berhubungan dengan proses penuaan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia.
Biogerontologi merupakan subspesialisasi terbaru yang bertujuan menentukan
hubungan antara penyakit tertentu dan proses penuaan. Metode penelitian yang lebih
canggih telah digunakan dan banyak data telah dikumpulkan dari subjek sehat dalam
studi longitudinal, beberapa kesimpulan menarik dari penelitian tiap bagian berbeda.

2. Teori Kejiwaan Sosial


a) Aktivitas atau Kegiatan (Activity Theory)
Lansia mengalami penurunan jumlah kegiatan yang dapat dilakukannya.
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut
banyak dalam kegiatan sosial.

b) Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari


lansia.
Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar
tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia.

5
c) Kepribadian berlanjut (continuity theory)
Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lansia. Teori ini
merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan
yang terjadi pada seseorang yang lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang
dimiliki.

d) Teori pembebasan (disengagement theory)


Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara
berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun
kuantitas sehingga sering terjaadi kehilangan ganda (triple loss), yakni :
1) Kehilangan peran
2) Hambatan kontak sosial
3) Berkurangnya kontak komitmen

B. Budaya
1. Mitos-Mitos dan Realita tentang Lansia
Menua merupakan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti diri dalam mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas dan
memperbaiki kerusakan yang diderita (Guntatindies, 1994). Proses menua merupakan
proses yang terus berlanjut secara alamiah mulai dari lahir dan bersifat umum, dialami
oleh semua mahluk hidup.
Mitos-mitos lansia secara umum antara lain:
a) Mitos kedamaian dan Ketenangan
Lansia dapat santai menikmati hasil kerjanya dan jerih payahnya dimasa lampau,
badai/goncangan hidup seakan akan berhasil dilewati, kenyataannya :
1) Sering ditemui stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan
karena penyakit
2) Depresi
3) Khawatir
4) Paranoid

6
5) Masalah psikotik
b) Mitos Konservatisme dan Mengalami kemunduran
Pandangan bahwa lansia pada umumnya konservatif, tidak kreatif, menolak
inovasi, berorientasi pada masa lampau, merindukan masa lalu, kembali seperti anak-
anak, susah berubah, keras kepala, cerewet. Kenyataannya : tidak semua lansia berfikir
dan bersikap demikian.
c) Mitos aseksualitas
Ada pandangan bahwa pada lansia hubungan seks itu menurun, termasuk minat,
dorongan, gairah, dan kebutuhan seks menurun. Kenyataannya :menunjukan bahwa
kehidupan seks pada lansia tetap normal, hanya terdapat penurunan fungsi dan pola
seksual sejalan dengan meningkatnya usia.
d) Mitos ketidakproduktifan
Lansia dipandang sebagai usia yang tidak produktif lagi Kenyataannya : banyak
lansia yang mencapai kematangan, kemantapan, dan produktifitas mental serta
material di usia lanjut.
e) Mitos senilitas
Lansia dipandang sebagai pikun yang disebabkan oleh kerusakan bagian otak
Kenyataannya : banyak lansia yang tetap sehat dan bugar, dan juga banyak cara untuk
menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat.
f) Lansia tidak dapat belajar keterampilan baru serta tidak perlu pendidikan dan latihan
g) Lansia sukar memahami informasi baru
h) Lansia tidak berdaya
i) Lansia tidak dapat mengambil keputusan
j) Lansia tidak butuh cinta dan tidak perlu relasi seksual
k) Lansia tidak menikmati kehidupan sehingga tidak dapat bergembira
l) Lansia itu lemah, jompok, ringkih, sakit-sakitan atau cacat.
m) Lansia menghabiskan uang untuk berobat

7
2.3 Konsep Epidemiologi, Teori Tumbuh Kembang dan Kesehatan Lingkungan
A. Konsep Epidemiologi Lansia
Jumlah lansia di Indonesia tahun 2014 mencapai 18 juta jiwa dan diperkirakan akan
meningkat menjadi 41 juta jiwa di tahun 2035 serta lebih dari 80 juta jiwa di tahun 2050.
Tahun 2050, satu dari empat penduduk Indonesia adalah penduduk lansia dan lebih mudah
menemukan penduduk lansia dibandingkan bayi atau balita.
Lanjut usia mengalami masalah kesehatan. Masalah ini berawal dari kemunduran
selsel tubuh, sehingga fungsi dan daya tahan tubuh menurun serta faktor resiko terhadap
penyakit pun meningkat. Masalah kesehatan yang sering dialami lanjut usia adalah
malnutrisi, gangguan keseimbangan, kebingungan mendadak, dan lain-lain. Selain itu,
beberapa penyakit yang sering terjadi pada lanjut usia antara lain hipertensi, gangguan
pendengaran dan penglihatan, demensia, osteoporosis, dsb.
Data Susenas tahun 2012 menjelaskan bahwa angka kesakitan pada lansia tahun
2012 di perkotaan adalah 24,77% artinya dari setiap 100 orang lansia di daerah perkotaan 24
orang mengalami sakit. Di pedesaan didapatkan 28,62% artinya setiap 100 orang lansia di
pedesaan, 28 orang mengalami sakit.

Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang
dewasa, yang sering disebut dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai
kesehatan yang sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya, yaitu :
1) Immobility (kurang bergerak)
a) Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih. Penyebab utama
imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidak
seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia.
b) Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami penekanan terus
menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot, kontraktur/kekakuan otot dan
sendi, infeksi paru-paru dan saluran kemih, konstipasi dan lain-lain.
c) Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur, menggunakan kasur anti
dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan yang berserat.

2) Instability (mudah jatuh)


a) Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset, sinkop/kehilangan kesadaran
mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.

8
b) Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien misalnya
kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan pendengaran,penglihatan, gangguan
keseimbangan, penyakit misalnya hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko
ekstrinsik (faktor yang terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai
licin, jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat
terpeleset dll).
c) Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera jaringan lunak,
sampai patah tulang yang bisa menimbulkan imobilisasi.

3) Incontinence (beser BAB/BAK)


a) Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak dikehendaki
dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga menimbulkan masalah sosial dan atau
kesehatan.
b) Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau ketidakmampuan untuk
mengendalikan pembuangan feses melalui anus, penyebab cedera panggul, operasi
anus/rektum, prolaps rektum, tumor dll.
c) Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien sering
mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.

4) Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia)


a) Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup berkurangnya
kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau mengingat pengalaman yang
lalu dan juga kehilangan pola sentuh, pasien menjadi perasa, dan terganggunya
aktivitas.
b) Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai dengan
gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau gangguan persepsi yang
timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.

5) Infection (infeksi)
a) Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya daya
tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya komunikasipada lanjut usia
sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya mengenal tanda infeksi secara dini.

9
b) Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa konfusi/delirium
sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-tiba, badan menjadi lemas, dan
adanya perubahan tingkah laku sering terjadi pada pasien usia lanjut.
6) Impecunity (kemiskinan)
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental akan
berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan tubuh dalam
mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan
penghasilan.

7) Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)


Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga membutuhkan
obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering menggunakan obat dalam jangka
waktu yang lama tanpa pengawasan dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari interaksi obat-obat
tersebut yang dapat mengancam jiwa.

8) Insomnia(sulit tidur)
Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan seorang
lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat menyebabkan insomnia
seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat
menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.

9) Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)


Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh),Daya tahan tubuh
menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai penurunan fungsi organ tubuh,
juga disebabkan penyakit yang diderita, penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang
menurun.

10) Impotence(Gangguan seksual)


Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut
terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan
pembuluh darah dan juga depresi
B. Konsep Tumbuh Kembang Lansia

10
 Perubahan – Perubahan yang Terjadi pada Lansia
Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif
yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada diri manusia, tidak hanya
perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan seksual (Anggraini, 2015)
1. Perubahan Fisik
a) Sistem Indra
Sistem pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata-
kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.
c) Sistem Intergumen
Pada lansia kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut.
Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan berbercak. Kekeringan kulit
disebabkan atropi glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen berwarna
coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.
d) Sistem Muskuloskeletal
1) Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago dan jaringan
pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.
2) Kartilago: jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi, sehingga permukaan sendi menjadi rata. Kemampuan kartilago
untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah
progresif, konsekuensinya kartilago pada persendiaan menjadi rentan terhadap
gesekan.
3) Tulang: berkurangnya kepadatan tulang setelah diamati adalah bagian dari
penuaan fisiologi, sehingga akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanjut
akan mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.
4) Otot: perubahan struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan
jumlah dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan
lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.
5) Sendi; pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia
mengalami penuaan elastisitas.

11
e) Sistem Kardiovaskuler
Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah massa jantung
bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertropi sehingga peregangan jantung
berkurang, kondisi ini terjadi karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini
disebabkan oleh penumpukan lipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan konduksi
berubah menjadi jaringan ikat.
f) Sistem Respirasi
Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total
paru tetap tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi
kenaikan ruang paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan terganggu dan
kemampuan peregangan toraks berkurang.
g) Pencernaan dan Metabolisme
Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi
sebagai kemunduran fungsi yang nyata karena kehilangan gigi, indra pengecap
menurun, rasa lapar menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan, dan berkurangnya aliran darah.
h) Sistem Perkemihan
Pada sistem perkemihan terjadi perubahan yang signifikan. Banyak fungsi
yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh
ginjal.
i) Sistem Saraf
Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang
progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
j) Sistem Reproduksi
Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan
uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi
spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.
4. Perubahan Spiritual

12
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya. Lansia semakin
matang (mature) dalam kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.
5. Perubahan Psikososial
a) Kesepian
Terjadi pada saat pasangan hidup atau teman dekat meninggal terutama jika lansia
mengalami penurunan kesehatan, seperti menderita penyakit fisik berat, gangguan
mobilitas atau gangguan sensorik terutama pendengaran.
b) Duka cita (Bereavement)
Meninggalnya pasangan hidup, teman dekat, atau bahkan hewan kesayangan
dapat meruntuhkan pertahanan jiwa yang telah rapuh pada lansia. Hal tersebut dapat
memicu terjadinya gangguan fisik dan kesehatan.
c) Depresi
Duka cita yang berlanjut akan menimbulkan perasaan kosong, lalu diikuti dengan
keinginan untuk menangis yang berlanjut menjadi suatu episode depresi. Depresi juga
dapat disebabkan karena stres lingkungan dan menurunnya kemampuan adaptasi.

d) Gangguan cemas
Dibagi dalam beberapa golongan: fobia, panik, gangguan cemas umum,
gangguan stress setelah trauma dan gangguan obsesif kompulsif, gangguangangguan
tersebut merupakan kelanjutan dari dewasa muda dan berhubungan dengan sekunder
akibat penyakit medis, depresi, efek samping obat, atau gejala penghentian mendadak
dari suatu obat.
e) Parafrenia
Suatu bentuk skizofrenia pada lansia, ditandai dengan waham (curiga), lansia
sering merasa tetangganya mencuri barang-barangnya atau berniat membunuhnya.
Biasanya terjadi pada lansia yang terisolasi/diisolasi atau menarik diri dari kegiatan
sosial.

f) Sindroma Diogenes
Suatu kelainan dimana lansia menunjukkan penampilan perilaku sangat
mengganggu. Rumah atau kamar kotor dan bau karena lansia bermain-main dengan

13
feses dan urin nya, sering menumpuk barang dengan tidak teratur. Walaupun telah
dibersihkan, keadaan tersebut dapat terulang kembali.

C. Kesehatan Lingkungan Lansia


Kesehatan lansia dapat dipengaruhi oleh kualitas lingkungan, kualitas rumah
tinggal, morfologi, dan jarak puskesmas dengan rumah tinggal. Kualitas rumah dan
lingkungan yang baik dalam hal ini, bersih, sehat, dan terjaga akan mempengaruhi
kesehatan lansia yang tinggal di dalamnya menjadi lebih baik pula demikian sebaliknya.
Sedangkan jarak puskesmas dengan rumah tinggal akan menentukan kemudahan
untuk lansia mengontrol kesehatannya. Semakin dekat dan mudah pencapaian puskesmas
dari rumah tempat tinggal lansia, akan semakin mudah pula para lansia pergi ke
puskesmas untuk mengontrol kesehatannya, demikian sebaliknya.

Menurut Widjayanti (2007) kriteria lingkungan yang baik untuk memenuhi kebutuhan
lansia, yaitu :
a) Tersedianya tempat tidur yang rendah
b) Terdapat Meja / lemari kecil dekat dengan tempat tidur
c) Ruangan bersih, rapi, dan tidak berantakan
d) Karpet tidak berlipat – lipat

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang dimaksud
dengan lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lebih lanjut
Sulistijono (2013) juga mendefinisikan lansia sebagai seseorang yang telah berusia lanjut
dan telah terjadi perubahan perubahan dalam sistem tubuhnya.Namun berbeda dengan
definisi yang dikemukakan oleh Orimo et al.(2006), peneliti asal Jepang, yang menjelaskan
bahwa lansia merupakan orang yang berusia lebih dari 75 tahun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Dinny. 2015. Konsep Dasar Keperawatan Gerontik. Semarang :


Universitas Muhammadiyah Semarang

Kholifah, Siti. 2016. Keperawatan Gerontik. Jakarta : PSDM Kementrian Kesehatan-


Republik Indonesia

Suhartin, Prastiwi. 2010. Teori Penuaan, Perubahan pada Sistem Tubuh dan
Implikasinya pada Lansia. Jakarta : Universitas Diponegoro

16

Anda mungkin juga menyukai