Anda di halaman 1dari 86

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN TUBERCULOSISPARU

DI Jl. DWIKARSO SUKOREJO RT/RW 042/012 PALEMBANG

TAHUN 2018

STUDI KASUS

Oleh

CHINTIA MARETA

A.16.11.003

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNA

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

PALEMBANG

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Chintia Mareta

Nim : A.16.11.003

JUDUL : Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tn.M Dengan


Gangguan Tuberculosi Paru

PEMBIMBING

Drs. Bambang Bemby Soebyakto, MA,PhD

NIK: 199416060004

MENGETAHUI

Ka. Prodi DIII Keperawatan

Ns. Evi Royani, S.Pd, S.Kep, M.Kes

NIDN: 02180973202
DITERIMA / DISETUJUI UNTUK DIUJIKAN

NAMA : CHINTIA MARETA

NIM : A.16.11.003

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN

DENGAN Gangguan Tuberculosi Paru

PEMBIMBING

(Drs. Bambang Bemby Soebyakto, MA,PhD)

NIK: 199416060004

MENSAHKAN

KETUA STIKES

(DIANA H. SOEBYAKTO, M.Kes)


NIDN. 0218017003
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat

rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan studi kasus yang

berjudul ”Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien Tn. M Dengan

Gangguan Tuberculosis Paru di Jl. Dwikarso Sukorejo RT. 42 RW. 01 Kel. 8

Ilir Kec. Ilir Timur II”. Pada studi kasus ini tersusun dari BAB I sampai BAB V

yang tersusun sebagai berikut :

Pada BAB I yang terdiri latar belakang masalah, yang berisi penjelasan-

penjelasan serta data wilayah dan kota, sebagai penunjang dalam studi kasus ini,

pada BAB ini juga memiliki rumusan masalah yang diteliti, tujuan dalam studi

kasus serta manfaat yang didapat dari studi kasus itu.

BAB II terdiri dari tinjauan teori yang berisi tentang penjelasan tentang teori

keluarga, komunitas, dan Tuberculosis paru.

Pada BAB III terdiri dari tinjauan kasus yaitu asuhan keperawatan keluarga

dengan gangguan sistem pencernaan Tuberculosis paru.

Pada BAB IV berisi tentang pembahasan terdiri dari penjelasan dan

perbandingan antara teori dan keadaan yang di dapat pada lahan praktek dan

apakah ada kesenjangan antara teori yang didapat dengan kasus yang diambil di

lahan praktek.
BAB V yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran mengenai hasil

analisis yang dibahas pada BAB sebelumnya dan merupakan jawaban dari tujuan

penulis.

Demikianlah, semoga berguna untuk kemajuan STIKES Mitra Adiguna

Palembang khususnya Program Studi D. III Keperawatan .

Palembang, Maret 2017

Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH

“Assalamu’alaikum Wr. Wb”

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Studi Kasus dalam bentuk
makalah ini yang berjudul Asuhan Keperawatan pada Ny “S” di, Am,Keb
Palembang tahun 2018.
Adapun maksud dari penyusunan studi kasus ini adalah untuk memenuhi
syarat untuk menyelesaikan praktek klinik kebidanan pada semester IV di
Am.Kep Palembang tahun 2018.
Dalam menjalankan praktek klinik dan pembuatan makalah ini kami
banyak mendapat bantuan, bimbingan serta, saran dari pembimbing dan dari BPM
Husniyati, Am,Keb Palembang, dan kami mengucapakan terima kasih kepada
yang terhormat :
1. Bapak Ir. Micky Ramon, MSc selaku Ketua Yayasan Mitra Adiguna
Palembang.
2. Ibu Diana H. Soebyakto, M.Kes selaku Ketua STIKES Mitra
Adiguna Palembang.
3. Ibu Hj. Wilhelmina Pontoan, S.Pd, selaku Wakil Ketua Stikes Bidang
Akademik STIKES Mitra Adiguna Palembang.
4. Bapak Drs. BB. Soebyakto, MA, Ph.D, selaku Wakil Ketua Bidang
Non Akademik STIKES Mitra Adiguna Palembang.
5. Ibu Yuli Bahriah,SKM,SST,M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III
kebidanan STIKES Mitra Adiguna Palembang.
6. Ibu Reni Saswita, SST,MKM selaku pembimbing Studi Kasus.
7. Ibu Husniyati,Am.Keb selaku pemilik BPM Husniyati,Am.Keb
Palembang dan pembimbing praktek.
8. Seluruh Staf dan Dosen STIKES Mitra Adiguna Palembang.
9. Seluruh bidan dan karyawan-karyawan di BPM Husniyati,Am.Keb
Palembang.
10. Untuk Kedua orang tua ayahanda “A.Syarkowi” dan ibunda “Yuni
Astuti” kalian adalah anugrah terindah yang saya miliki..
11. Untuk orang yang special sekaligus sahabat “Yogi Pratama”. Terima
kasih telah memberi bantuan dan dukungan selama ini.
12. Untuk sahabat seperjuangan, Terima kasih sahabat yang telah hadir di
kehidupan ku dan telah membantu dan memberikan waktu untuk
pengerjaan studi kasus.
13. Untuk kakak tingkat 3 kak Karina, kak Meilani, kak Guna, kak Rini
dan adik-adik Aspi 25 Gedung australia adik-adik tingkat 1 dek Ellia,
Penti, Cahyani, Suci, Cindy, Chintia, Sunarti, Endang terima kasih
atas bantuannya.
Pada penyusunan studi kasus penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan mengingat keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki
dalam penyelesaian laporan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, untuk lebih
sempurnanya laporan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
motivasi dan membangun.

Palembang, Maret 2017

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................ iii
UCAPAN TERIMA KASIH................................................................. iv
DAFTAR ISI.......................................................................................... vi
DAFTAR TABEL.................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................... 4
1.3 Tujuan............................................................................. 4
1.3.1 TujuanUmum....................................................... 4
1.3.2 TujuanKhusus...................................................... 4
1.4 Manfaat.......................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis.................................................. 5
1.4.2 Manfaat Praktis.................................................... 5
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Kehamilan............................................... 6
2.1.1 Kehamilan............................................................ 6
1.Defenisi ............................................................ 6
2.Proses Terjadinya Kehamilan........................... 6
3.Tanda-tanda Kehamilan.................................... 7
4.Pertumbuhan dan Perkembangan Hasil Konsepsi 10
5.Perubahan Anatomi dan Fisiologi Ibu.............. 13
6.Standar Asuhan Kehamilan............................... 17
7. Pemeriksaan pada Kehamilan......................... 23
8. Gangguan Rasa Ketidaknyamanan Selama Hamil 29
9. Tanda-tanda Bahaya pada Masa Kehamilan….. 30
2.1.2 Persalinan............................................................. 31
1.Defenisi............................................................. 31
2. Bentuk-bentuk Persalinan................................ 31
3.Teori Penyebab Persalinan................................ 32
4.Faktor Penting dalam Persalinan...................... 33
5.Tanda – tanda persalinan................................... 34
6.Kebutuhan wanita bersalin................................ 35
7. Partograf........................................................... 36
8.Tahapan Persalinan........................................... 41
9. Asuhan Persalinan........................................... 55
2.1.3 Nifas..................................................................... 62
1.Defenisi............................................................. 62
2.Tujuan Asuhan Masa Nifas............................... 62
3.Klasifikasi Masa Nifas...................................... 63
4.Perubahan-perubahan Yang Terjadi Pada
Masa Nifas .......................................................... 63
5.Perawatan Pasca Persalinan.............................. 68
6.Frekuensi Kunjungan Pada Masa Nifas............ 69
7.Penanganan Pada Masa Nifas........................... 71
2.1.4 Bayi Baru Lahir (BBL)....................................... 74
1.Defenisi............................................................. 74
2.Adaptasi Fisik Pada Bayi Baru Lahir............... 75
3.Tindakan Yang Dilakukan Segera Pada Bayi
Baru Lahir............................................................ 77
4.Pengukuran Rutin Bayi Baru Lahir.................. 82
5.Tanda-tanda Bahaya Yang Harus Diwaspadai
Pada Bayi Baru Lahir............................................. 83
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan............................................ 83
2.2.1 Defenisi Asuhan Kebidanan................................. 83
2.2.2 Langkah-langkah Manajemen Kebidanan............ 83
2.2.3 Metode Pendokumentasian.................................. 84
BAB III TINJAUAN KASUS
Askeb Kehamilan................................................................. 86
Askeb Bersalin..................................................................... 93
Askeb Nifas.......................................................................... 102
Askeb Lahir Normal............................................................. 109
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Masa Kehamilan............................................................. 119
4.2 Masa Persalinan.............................................................. 121
4.3 Masa Nifas...................................................................... 123
4.4 Bayi Baru Lahir.............................................................. 125
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan..................................................................... 127
5.1.1 Hamil Normal....................................................... 127
5.1.2 Bersalin Normal................................................... 128
5.1.3 Nifas Normal........................................................ 129
5.1.4 Bayi Baru Lahir.................................................... 130
5.2 Saran............................................................................... 131
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1.1 TFU Menurut Penambahan Per Tiga Jari.................................. 13
2.1.2 Bentuk Uterus Berdasarkan Kehamilan.................................... 14
2.1.3 Ukur tinggi fundus uteri .......................................................... 20
2.1.4 Interval pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) ………... 20
2.1.5 Pemeriksaan Hodge................................................................... 28
2.1.6 Langkah APN............................................................................ 56
2.1.7 Fundus Uteri dan Berat Uterus Menurut Masa Involusi........... 64
2.1.8 Kunjungan Masa Nifas.............................................................. 70
2.1.9 Apgar Score............................................................................... 79

DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1.1 Perkembangan Janin.................................................................. 12
2.1.2 Tinggi Fundus Uteri.................................................................. 14
2.1.3 Leopold I ……………………………………………………... 26
2.1.4 Leopold II …………………………………………………….. 26
2.1.5 Leopold III …………………………………………………… 26
2.1.6 Leopold IV................................................................................ 27

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Partograf
2. Lembar Konsul

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


TB PARU merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi permasalahan di dunia hingga saat ini, tidak hanya di Negara
berkembang tetapi juga di Negara maju. Tanda dan gejala yang sering
dijumpai atau dikeluhkan berupa batuk – batuk berlendir atau tidak berlendir
lebih dari 3 minggu, keringat berlebihan pada malam hari,napsu makan
berkurang,berat badan menurun,serta kelelahan dan kelemahan ( Abdullah,
2013).
Lembaga kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2013 mendeklarasikan
kedaruratan global tuberculosis karena sebagian besar Negara-negara di dunia
tidak berhasil mengendalikan tuberculosis sehingga rendahnya angka
kesembuhan penderita tuberculosis yang berdampak pada tingginya tingkat
penularan. Kasus TB didunia diperkirakan 9 juta orang sakit dengan TB dan
1,5 juta meninggal akibat penyakit ini di 22 negara di dunia pada tahun 2013.
Estimasi 550.000 anak menderita penyakit TB dan 80.000 anak HIV-negatif
meninggal karena TB paru, perlu diapresiasi di dunia dengan diagnose dini
dan kepatuhan berobat TB. Tingkat kematian TB turun 45% antara tahun
1990 dan 2013. Sejak tahun 2000 hingga 2013, diperkirakan 37 juta jiwa
diselamatkan melalui diagnosis dan pengobatan TB (Najmah, 2014).
CNR (Case Natification Rate) menunjukkan angka pasien TB yang
ditemukan diantaranya 100.000 penduduk di suatu wilayah yang terendah di
provinsi DI Yogyakarta 74 kasus / 10.000 penduduk . apabila di tahun 2014
jumlah penduduk DIY sebanyak 3.679.200 jiwa, maka dapat
dikatakan pada tahun 2014 telah di temukan 2.722 kasus TB di Provinsi DIY.
Dan yang tertinggi di provinsi Papua 302 kasus/ 100.000 penduduk atau dapat
dikatakan telah ditemukan kasus 9.511 kasus TB di Provinsi Papua pada
tahun 2014 (Kemenkes RI, 2015).
Penanggulangan penyakit tuberculosis menerapkan strategi DOTS
yang dilaksanakan pemerintah Indonesia di seluruh UPK terutama puskesmas
yang terintegrasi dalam pelayanan kesehatan dasar. Berdasarkan data dinkes
kota Palembang dari tahun 2010 smpai 2015 menunjukkan penemuan kasus
TB paru tertinggi tahun 2011 sebanyak 2.109 kasus dan paling terendah tahun
2010 sebanyak 1.037 kasus sedangkan pada tahun 2014 kasus TB paru
sebanyak 1.314 orang (Dinkes SUMSEL, 2014).
Berdasarkan data Puskesmas Kenten Palembang 2015 jumlah
penderita TB Paru tahun 2013 sebanyak 53 Orang pada tahun 2014 jumlah
penderita TB Paru sebanyak 56 orang Sedangkan pada tahun 2015 jumlah
penderita TB Paru sebanyak 48 orang.
Berdasarkan data diatas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien penyakit TB Paru diwilayah
kerja puskesmas kenten Palembang tahun 2016

1.2 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penulisan pada asuhan keperawatan keluarga pada klien
dengan TB Paru di wilayah kerja puskesmas Kenten Palembang tahun 2016

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran nyata bagaimana penerapan atau
pelaksanaan assuhan keperawatan pada klien dengan TB Paru di wilayah
kerja puskesmas Palembang.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan keluarga
b. Dapat merumuskan diagnose keperawatan keluarga
c. Dapat merencanakan tindakan keperawatan keluarga
d. Dapat melakukan tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan TB
Paru
e. Dapat mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien dengan
TB Paru

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Puskesmas
Dapat memberikan informasi dalam melaksanakan asuhan keperawatan
pada klien dengan TB Paru
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Merupakan umpan balik terhadap penerapan teori secara terpadu
oleh mahasiswa dilahan praktek disamping berguna untuk meningkatkan
mutu pendidikan perawatan.
1.4.3 Bagi Mahasiswa
Untuk mendapatkan gambaran nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada klien dengan TB Paru baik secara praktik maupun
materi

1.5 Sistematik Penulisan


Studi kasus terdiri dari lima BAB dengan sistematika penulisan sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Yang terdiri dari beberapa sub judul antara lain: latar belakang
penulisan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup
penulisan dan sistematik penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Merupakan BAB yang membahas tentang landasan teori yang


terdiri dari beberapa judul antara lain, definisi, etiologi,
patofisiologi, tanda dan gejala, penatalaksanaan dan konsep asuhan
keperawatan klien TB Paru secara teoritis.

BAB III TINJAUAN KASUS

Yang terdiri dari beberapa judul antara lain pengkajian, analisa


data, Diagnosa Keperawatan, Intervensi Keperawatan, Tindakan
Keperawatan, Catatan Perkembangan.

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini membahas kesenjangan yang terdiri antara asuhan


keperawatan secara teoritis dan kenyataan yang ditemukan
dilapangan kemudian penulis membahas yang berguna untuk
pemecahan masalah pada kasus tersebut.

BAB V PENUTUP

Yang terbagi dalam beberapa judul diantara lain kesimpulan dan


saran.
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Komunitas


2.1.1 Pengertian
Keperawatan kesehatan komunitas terdiri dari tiga kata yaitu keperawatan,
kesehatan dan komunitas, dimana setiap kata memiliki arti yang cukup luas. Azrul
Azwar (2000) mendefinisikan ketiga kata tersebut sebagai berikut:
1. Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan,
penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang
terdapat dalam system hayati tubuh manusia, baik secara individu, keluarga,
ataupun masyarakat dan ekosistem.
2. Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia mulai
dari tingkat individu sampai tingkat ekosistem serta perbaikan fungsi setiap
unitdalam system hayati tubuh manusia mulai dari tingkat sub sampai dengan
tingkat sistem tubuh.
3. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering
dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling
ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting
untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
4. Menurut WHO (1959), keperawatan komunitas adalah bidang keperawatan
khusus yang merupakan gabungan ketrampilan ilmu keperawatan , ilmu
kesehatan masyarakat dan bantuan social, sebagai bagian dari program
kesehatan masyarakat secara keseluruhan guns meningkatkan kesehatan,
penyempurnaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,
pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, ditunjukan kepada
individu, keluarga, yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan.
5. Keperawatan kesehatan komunitas adalah pelayanan keperawatan
professional yang ditunjukkan kepada masyarakat dengan pendekatan pada
kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang
optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan
menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
pelayanan keperawatan (Spradley, 1985; Logan and Dawkin, 1987).
6. Keperawatan kesehatan komunitas menurut ANA (1973) adalah suatu sintesa
dari praktik kesehatan masyarakat yang dilakukan untuk meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat. Praktik keperawatan kesehatan komunitas
ini bersifat menyeluruh dengan tidak membatasi pelayanan yang diberikan
kepada kelompok umur tertentu, berkelanjutan dan melibatkan masyarakat.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan
kesehatan komunitas adalah suatu bidang dalam ilmu keperawatan yang
merupakan keterpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan
dukungan peran serta masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif dan
prefentif secara berkesinambungan dengan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif
dan rehabilitative, secara wmenyeluruh dan terpadu ditujukan kesatuan yang utuh
melalui proses keperawatan untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia
secara optimal.

2.1.2 Paradigma keperawatan komunitas


Paradigm keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen pokok,
yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan & Dawkins,
1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat dibedakan menjadi
individu, keluarga dan masyarakat.

2.1.3 Tujuan keperawatan kesehatan komunitas


1. Tujuan umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara
menyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimal secara mandiri.

2. Tujuan khusus
a. Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat;
b. Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat
untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka mengatasi
masalah keperawatan;
c. Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlukan pembinaan
dan asuhan keperawatan.
d. Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan
pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, dip anti dan di masyarakat;
e. Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindak lanjut
dan asuhan keperawatan di rumah;
f. Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko tinggi
yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah dan di
puskesmas;
g. Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan sosial untuk
menuju keadaan sehat optimal.

2.1.4 Sasaran keperawatan kesehatan komunitas


Menurut Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas terdiri dari tiga
tingkat yaitu:
1. Tingkat Individu;
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil, dll) yang
dijumpai di poliklinik, puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada
masalah kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.

2. Tingkat Keluarga;
Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang
mempunyai masalah kesehatandirawat sebagai bagian dari keluarga dengan
mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal
masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan,
memberikan perawatan kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang
sehat dan memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan
kesehatan keluarga. Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatn Masyarakat
difokuskan pada keluarga rawan yaitu:
a. Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga dengan:
ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong oleh dukun
dan neonatusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular yang tidak bias di
intervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit kronis tidak menular atau
keluarga dengan kecacatan tertentu (mental atau fisik);
b. Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang memiliki
masalah gizi, seperti anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%) ataupun
kurang energi kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko tinggi seperti
perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita dengan BGM, keluarga
dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia lanjut jompo atau keluarga
dengan kasus percobaan bunuh diri;
c. Keluarga dengan tingkat lanjut perawatan.

3. Tingkat Komunitas;
Dilihat dari suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien:
a. Pembinaan kelompok khusus;
b. Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah.

2.1.5 Ruang lingkup keperawatan komunitas


Keperawatan komunitas mencakup berbagai bentuk upaya pelayanan
kesehatan baik upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, maupun
resosialitatif.
a. Upaya promotif, dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat dengan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan kesehatan
lingkungan, olahraga teratur, rekreasi dan pendidikan seks.
b. Upaya peventif, untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan
terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan
imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu, puskesmas dan
kunjungan rumah, pemberian vitamin A, iodium, ataupun pemeriksaan dan
pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.
c. Upaya kuratif, bertujuan mengobati anggota keluarga yang sakit atau masalah
kesehatan melalui kegiatan perawatan orang sakit di rumah, perawatan orang
sakit sebagai tindaklanjut dari puskesmas atau rumah sakit, perawatan ibu
hamil dengan kondisi patologis, perawatan buah dada, ataupun perawatan tali
pusat bayi baru lahir.
d. Upaya rehabilitative atau pemulihan terdapat pasien yang dirawat dirumah
atau kelompok-kelompok yang menderita penyakit tertentu seperti TBC, kusta
dan cacat fisik lainnya melalui kegiatan latihan fisik pada penderita kusta,
patah tulang dan lain sebagainya, kegiatan fisioterapi pada penderita stroke,
batuk efektif pada penderita TBC, dll.
e. Upaya resosialitatif adalah upaya untuk mengembalikan penderita ke
masyarakat yang karena penyakitnya di kucilkan oleh masyarakat seperti,
penderita AIDS, kusta dan wanita tuna susila.

2.1.6 Prinsip pemberian pelayanan keperawatan kesehatan komunitas


Pada saat memberikan pelayanan kesehatan, perawat komunitas harus
mempertimbangkan beberapa prinsip, yaitu kemanfaatan dimana semua tindakan
dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat yang besar bagi
komunitas, pelayanan keperawatan kesehatan komunitas dilakukan bekerjasama
dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat berkelanjutan serta
melakukan kerjasama lintas program dan lintas sektoral, asuhan keperawatan
diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi klien dan lingkungannya
termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama
peningkatan kesehatan, pelayanan keperawatan komunitas juga harus
memperhatikan prinsip keadilan dimana tindakan yang dilakukan disesuaikan
dengan kemampuan atau kapasitas dari komunitas itu sendiri, prinsip lainnya
yaitu Autonomi dimana klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih
atau melaksanakan beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan maslah
kesehatan yang ada.
Prinsip dasar lainnya dalam keperawatan kesehatan komunitas, yaitu:
1. Keluarga adalah unit utama dalam pelayanan kesehatan masyarakat;
2. Sasaran terdiri dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat;
3. Perawat kesehatan bekerja dengan masyarakat bukan bekerja untuk
masyarakat;
4. Pelayanan keperawatan yang diberikan lebih menekankan pada upaya
promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan
rehabilitatif;
5. Dasar utama dalam pelayanan perawatan kesehatan masyarakat adalah
menggunakan pendekatan pemecahan masalah yang di tuangkan dalam
proses keperawatan;
6. Kegiatan utama perawatan kesehatan komunitas adalah di masyarakat dan
bukan di rumah sakit;
7. Klien adalah masyarakat secara keseluruhan baik yang sakit maupun yang
sehat;
8. Perawatan kesehatan masyarakat ditekankan kepada pembinaan perilaku
hidup sehat masyarakat;
9. Tujuan perawatan kesehatan komunitas adalah meningkatkan fungsi
kehidupan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan seoptimal
mungkin;
10. Perawat kesehatan komunitas tidak bekerja secara sendiri tetapi bekerja
secara tim;
11. Sebagian besar waktu dari seorang perawat kesehatan komunitas di
gunakan untuk kegiatan meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit,
melayani masyarakat yang sehat atau yang sakit, penduduk sakit yang
tidak berobat ke puskesmas, pasien yang baru kembali dari rumah sakit;
12. Kunjungan rumah sangat penting;
13. Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan utama;
14. Pelayanan perawatan kesehatan komunitas harus mengacu pada sistem
pelayanan kesehatan yang ada;
15. Pelaksanaan asuhan keperawatan di lakukan di institusi pelayanan
kesehatan yaitu puskesmas, institusiseperti sekolah, panti, dan lainnya
dimana keluarga sebagia unit pelayanan.

2.1.7 Tanggung jawab perawat kesehatan komunitas


Claudia M.Smith & Frances A Mauren (1995) menjelaskan bahwa
tanggung jawab perawat komunitas adalah menyediakan pelayanan bagi orang
sakit atau orang cacat di rumah mncakup pengajaran terhadap pengasuhnya,
mempertahankan lingkungan yang sehat, mengajarkan upaya-upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit dan injuri, identifikasi standar kehidupan yang
tidak adekuat atau mengancam penyakit/injuri serta melakukan rujukan,
mencegah dan melaporkan adanya kelalaian atau penyalahgunaan (neglect &
abuse), memberikan pembelaan untuk mendapatkan kehidupan dan pelayanan
kesehatan yang sesuai standar, kolaborasi dalam mengembangkan pelayanan
kesehatan yang dapat diterima, sesuai dan adekuat, melaksanakan pelayanan
mandiri serta berpartisipasi dalam mengembangkan pelayanan profesional, serta
menjamin pelayanan keperawatan yang berkualitas dan melaksanakan riset
keperawatan.

2.1.8 Peran perawat komunitas


1. Pendidik (Educator);
Perawat memiliki peran untuk dapat memberikan informasi yang
memungkinkan klien mebuat pilihan dan mempertahankan autonominya.
Perawat selalu mengkaji dan memotivasi belajar klien.
2. Advokat ;
Perawat memberi pembelaan kepada klien yang tidak dapat bicara
untuk dirinya.

3. Manajemen kasus;
Perawat memberikan pelayanan kesehatan yang bertujuan
menyediakan pelayanan kesehatan yang berkualitas, mengurangi
fragmentasi, serta meningkatkan kualitas hidup klien.
4. Kolaborator;
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan
rumah sakit atau anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap
kesehatan yang optimal.
5. Panutan (Role Model);
Perawat kesehatan komunitas seharusnya dapat menjadi panutan
bagi setiap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sesuai dengan
peran yang diharapkan. Perawat dituntut berperilaku sehat jasmani dan
rohani dalam kehidupan sehari-hari.
6. Peneliti;
Penelitian dalam asuhan keperawatan dapat membantu
mengidentifikasi serta mengembangkan teori-teori keperawatan yang
merupakan dasar dari praktik keperawatan.
7. Pembaharu (Change Agent);
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai
agenpembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat
terutama dalam mengubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya
dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

2.2 Konsep keperawatan keluarga


2.2.1 Pengertian
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lainnya dalam peraannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya (Stanhope & Lancaster, 1996).
Menurut WHO (1969), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan.
Menurut Departemen Kesehatan RI, 1998 keluarga adalah unit terkecil
dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang
terkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Perawatan kesehatan keluarga (Family Health Nursing) adalah tingkat
perawatan kesehatan masyarakat yang ditunjukkan atau dipusatkan pada keluarga
sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya dan
melalui perawatan sebgai sarannya (Bailon & Maglaya, 1997).
Sesuai dengan pengertian diatas , maka dapat di simpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah:
1. Terdiri atas dua atau lebih individu yang di ikat oleh hubungan darah,
perkawinan, atau adopsi;
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain;
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial sebagai suami, isteri, anak, kakak, dan adik;
4. Mempunyai tujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya,
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
Dalam perawatan kesehatan masyarakat, yang menerima pelayanan
perawatan dibagi 3 tingkat, yaitu: tingkat individu, tingkat family atau keluarga
dan tingkat community atau masyarakat.

2.2.2 Keluarga sebagai suatu sistem


a. Definisi sistem
Sistem adalah kumpulan dari beberapa bagian fungsional yang saling
berhubungan dan bergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Alasan keluarga disebut system di antaranya:
1. Keluarga menurut subsistem, yaitu terdapat anggota, fungsi, peran, aturan,
budaya dan lainnya yang di pelajari dan di pertahankan dalam kehidupan
keluarga;
2. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antara subsistem;
3. Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat
memperngaruhi supra sistem.
Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri atas kumpulan dua orang
atau lebih yang mempunyai peran sosial yang berbeda dengan ciri saling
berhubungan dan bergantung antar individu. Seperti pada umumnya suatu sistem,
keluarga juga mempunyai komponen-komponen sistem.

Lingkungan

Masukan Proses Keluaran

UMPAN BALIK

Gambar: komponen dalam sistem keluarga

1. Masukan (input) terdiri atas: anggota keluarga, fungsi keluarga, aturan dari
keluarga (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan sebagainya;
2. Proses (thoughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan fungsi
keluarga;
3. Keluaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku
keluarga yang terdiri atas perilaku social, perilaku kesehatan, perilaku sebagai
warga Negara, dan lain-lain;
4. Umpan balik (feedblack) adalah pengontrol dalam masukan dan proses yang
berasal dari keluaran.
Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat di
kelompokkan sebagai berikut:
1. Keluarga sebagai sistem terbuka, sebab:
a. Dalam keluarga terjadi saling tukar menukar materi, dan informasi dengan
lingkungannya;
b. Keluarga berinteraksi dengan lingkungan fisik, social dan budaya;
c. Keluarga yang terbuka mau menerima gagasan-gagasan informasi, teknik,
kesempatan, dan sumber-sumber baru untuk menyelesaikan masalah;
d. Mempunyai kesempatan dan menerima atau memperhatikan lingkungan
(masyarakat) sekitarnya atau sistem yang di penaruhi oleh lingkungan atau
budaya interaksi antar sistem tersebut dengan lingkungannya melalui
batasan-batasan atau filter yang semipermiabel, sehingga pengaruh
lingkungan dapat di tapis. Batasan-batasan ini dikenal dengan norma-
norma atau nilai-nilai keluarga;
e. Sebagai system terbuka keluarga di pengaruhi oleh lingkungan eksternal.

2. Keluarga sebagai sistem tertutup


a. Memandang perubahan sebagai sesuatu yang membahayakan, orang asing
tidak dipercaya dan dipandang membahayakan;
b. Tipe keluarga besifat kaku, akibat kejadian dalam keluarga menjadi
konstan dan dapat diprediksi;
c. Mempertahankan stabilitas dan tradisi;
d. System yang kurang mempunyai kesempatan, kurang mau menerima atau
member perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitar.

b. Karakteristik keluarga sebagai sistem


Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik keluarga sebagai suatu
sistem:
1. Pola komunikasi keluarga;
Secara umum ada dua pola komunikasi dalam keluarga, yaitu system
terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka pola komunikasi dilakukan
secara langsung, jelas, spesifik, tulus, jujur dan tanpa hambatan.
Sedangkan pola komunikasi sistem tertutup adalah tidak langsung, tidak
jelas, tidak spesifik, tidak selaras, saling menyalahkan, kacau dan
membingungkan;

2. Aturan keluarga;
a. Sistem terbuka: hasil musyawarah, tidak ketinggalan zaman, berubah
sesuai kebutuhan keluarga, dan bebas mengeluarkan pendapat.
b. Sistem tertutup: ditentukan tanpa musyawarah tidak sesuai
perkembangan zaman, mengikat, tidak sesuai kebutuhan dan pendapat
terbatas. Memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu
bergantung), tidak berkembang, harga diri: kurang percaya diri, ragu-
ragu, dan kurang dapat dukungan untuk mengembangkan diri.
3. Perilaku anggota keluarga;
a. Sistem terbuka: sesuai dengan kemampuan keluarga, memiliki
kesiapan, mampu berkembang sesuai kondisi. Harga diri: percaya diri,
mengikat, dan mampu mengembangkan dirinya.
b. Sistem tertutup: memiliki sikap melawan, kacau, tidak siap (selalu
bergantung), tidak berkembang, Harga diri: kurang percaya diri, ragu-
ragu, dan kurang dapat dukungan untuk mengembangkan diri.

2.2.3 Struktur Keluarga


a. Macam-macam struktur keluarga yaitu :
1. Patrilineal
Patrilienal adalah keluarga sedarah yang memiliki yang hubungan terdiri dari
sanak keluarga sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu di
sususn melalui garis ayah.
2. Matrilineal
Matrilienal adalah keluarga sedarah yang memiliki hubungan terdiri dari sanak
keluarga sedarah dalam beberapa generasi, di mana hubungan itu di sususn
melalui garis ibu.
3. Matrilokal
Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
isteri.

4. Patrilokal
Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga kawinan
Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi Pembina
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami atau istri.

b. Ciri-ciri struktur keluarga yaitu :


1. Terorganisasi
Terorganisasi adalah saling berhubungan, saling ketregantungan antar anggota
keluarga.
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota keluarga memiliki keterbatasan tetapi mereka juga memiliki
keterebatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Adanya perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga memiliki fungsi dan perannya masing-masing.

Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas:


1. Pola dan proses komunikasi;
2. Struktur peran;
3. Struktur kekuatan & struktur nilai;
4. Norma.

2.2.4 Tipe Keluarga


1. Tradisional;
a. Nuclear Family; keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang
tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanki-sanki legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di luar rumah.
b. Extended Family; adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan
sebagainya.
c. Reconstituted Nuclear; pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah
dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil
dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah.
d. Middle Age/Aging Couple; suami sebagai pencari uang, istri di rumah/
kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah
karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
e. Dyadic Nuclear; suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai
anak, keduanya atau salah satu bekerja di rumah.
f. Single Parent; satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
g. Dual Carier; suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
h. Commuter Married; suami istri/keduanya orang karier dan tinggal terpisah
pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
i. Single Adult; wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk menikah.
j. Three Generation; tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
k. Institutional; anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu
panti-panti;
l. Comunal; satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogamy
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
m. Group Marriage; satu perumahan terdiri atas orang tua dan keturunannya
di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah menikah dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
n. Unmarried Parent and Child; ibu dan anak dimana perkawinan tidak di
kehendaki,anaknya diadopsi.
o. Cohibing Cauple; dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
pernikahan.
p. Keluarga usila; keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua
dengan anak sudah memisah diri.
q. The childless family; keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan
untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita.
r. Blended family; Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah
kembali dan membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari
perkawinan sebelumnya.
s. The single adult living alone/single-adult family; keluarga yang terdiri dari
orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan
(separasi) seperti: perceraian atau ditinggal mati.

2. Non Tradisional
a. The unmarried teenage mother; keluarga yang terdiri dari orangtua
(terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah.
b. The stepparent family; keluarga denganorangtua tiri.
c. Commune family; beberapa pasangan keluarga (denan anaknya) yang tidak
ada hubungan saudar yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan
fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan
melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family; keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
e. Gay and lesbian families; seseorang yang mempunyai persamaan seks
hidup bersama sebagaimana ‘marital partners’.
f. Cohabitating family; orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
g. Group-marriage family; beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-
alat rumah tangga bersama, yang saling merasa saling menikah satu
dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk seksual dan membesarkan
anaknya.
h. Group network family; keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-
nila, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-
barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anaknya.
i. Foster family; keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga
yang aslinya.
j. Homeless family; keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai
perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
k. Gang; sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian
tetapi berkembang dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

2.2.5 Peran keluarga


1. Peran-peran formal keluarga
Peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-
ibu antara lain sebagai berikut:
a. Peran sebagai provider atau penyedia;
b. Sebagai pengatur rumah tangga;
c. Perawatan anak, baik yang sehat maupun yang sakit;
d. Sosialisasi anak;
e. Rekreasi;
f. Persaudaraan (kindship , memelihara hubungan keluarga paternal dan
maternal);
g. Peran terapeutik (memahami kebutuhan afektif dari pasangan);
h. Peran seksual.

2. Peran informal keluarga


Peran informal yang bersifat adaptif dan merusak kesejahteraan
keluarga diantaranya sebagai berikut:
a. Pendorong. Memiliki arti bahwa dalam keluarga terjadi kegiatan
pendorong, memuji, setuju dengan, dan menerimakonstribusi dari orang
lain.
b. Pengharmoni. Yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara
para anggota, penghibur dan menyatukan kembali perbedaan pendapat.
c. Insiator-kostributor. Mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau
cara-cara mengikat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok.
d. Pendamai. Berarti jika terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat
diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai.
e. Pencari nafkah. Yaitu peran yang dijalankan oleh orang tua dalam
memenuhi kebutuhan, baik material maupun nonmaterial anggota
keluarganya.
f. Perawatan keluarga. Yaitu peran yang di jalankan terkait merat anggota
keluarga jika ada yang sakit.
g. Penghubung keluarga. Adalah penghubung, biasanya ibu mengirim dan
memonitor komunikasi dalam keluarga.
h. Pionir keluarga. Yaitu membawa keluarga pindah ke suatu wilayah asing
dan mendapatkan pengalaman baru.
i. Koordinator. Keluarga berarti mengorganisasi dan merencanakan kegiatan-
kegiatan keluarga yang berfungsi mengangkat keakraban dan memerangi
kepedihan.
j. Pengikut dan saksi. Saksi sama dengan pengikut, kecuali dalam beberapa
hal, saksi lebih pasif. Saksi hanya mengamati dan tidak melibatkan
dirinya.

2.2.6 Fungsi dan Tugas keluarga


a. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga menurut Friedman, Bowden & Jones (2003) dibagi
menjadi lima, yaitu:
1. .Fungsi Afektif dan koping: keluarga memberikan kenyamanan emosional
anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan
saat terjadi stress.
2. Fungsi sosialisasi: keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai,
sikap, dan mekanisme koping; memberikan feedback; dan memberikan
petunjuk dalam pemecahan masalah.
3. Fungsi reproduksi: keluarga untuk melangsungkan keturunannya.
4. Fungsi ekonomi: keluarga memberikan financial untuk anggota keluarganya
dan kepentingan di masyarakat.
5. Fungsi fisik atau perawatan kesehatan: keluarga memberikan keamanan,
kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan,
dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.

Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:


1. Mengenal masalah kesehatan keluarga;
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat;
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit;
4. Mempertahankan susasana rumah yang sehat;
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

b. Tugas keluarga
Dalam sebuah keluarga ada beberapa tugas dasar yang didalamnya
terdapat delapan tugas pokok, antara lain:
1. Memelihara kesehatan fisik keluarga dan para anggotanya;
2. Berupaya untuk memelihara sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga;
3. Mengatur tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya;
4. Melakukan sosialisasi antar anggota keluarga agar timbul keakraban dan
kehangatan para anggota keluarga;
5. Melakukan pengaturan jumlah anggota keluarga yang diinginkan;
6. Memelihara ketertiban anggota keluarga;
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas;
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.

2.2.7 Keluarga sejahtera


Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk atas dasar perkawinan
yang sah serta mampu memenuhi kehidupan hidup spiritual dan material yang
layak.
Tujuan keluarga sejahtera adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi;
2. Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menganalisis potensi dan
peluang yang dimilikinya;
3. Meningkatkan kemauan masyarakat dalam mencegah masalah secara
mandiri;
4. Meningkatkan gotong-royong dan kesetiakawanan sosial dalam
membantu keluarga, khususnya keluarga prasejahtera untuk meningkatkan
kesejahteraannya.

Tahapan keluarga sejahtera adalah sebagai berikut:


1. Keluarga Prasejahtera
Keluarga prasejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi
kenutuhan dasarnya secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama,
pangan, sndang, papan, dan kesehatan, atau keluarga yang belum dapat
memenuhi salah satu atau lebih indicator keluarga sejahtera tahap I.

2. Keluarga sejahtera tahap I


Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara mnimal, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologisnya, kebutuhan psikologis keluarga meliputi:
kebutuhan pendidikan, keluarga berencana (KB), interaksi dalam sejahtera
I kebutuhan dasar I sampai denan 5 telah terpenuhi, yaitu:
a. Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing anggota
keluarga;
b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan dua kali atau lebih;
c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk
aktivitas dirumah, bekerja, sekolah, dan bepergian;
d. Lantai rumah terluas bukan lantai tanah;
e. Bila anak sakit dan/atau pasangan usia subur ingin KB dibawa ke
sarana kesehatan.

3. Keluarga sejahtera tahap II


Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga di samping telah dapat
memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan
pengembangannya, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh
informasi. Pada keluarga sejahtera II kebutuhan fisik, social, dan
psikologis telah terpenuhi. Indikatornya adalah sebagai berikut:
a. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur;
b. Makan dua kali sehari atau lebih;
c. Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan;
d. Lantai rumah bukan dari tanah;
e. Kesehatan anak sakit dan pasangan usia subur ingin KB di bawa ke
sarana kesehatan atau petugas kesehatan;
f. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur menurut agama
masing-masing yang di anut;
g. Paling kurang sekali seminggu, keluarga menyediakan
daging/ikan/telur.
h. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu setel pakaian
baru per tahun;
i. Luas lantai rumah paling kurang 8 m² untuk tiap penghuni rumah;
j. Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat,
sehingga dapat melaksanakan fungsinya masing-masing.
k. Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun ke atas berpenghasilan
tetap.
l. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bias baca tulis
latin;
m. Anak usia sekolah 7-5 tahun bersekolah pada saat ini;
n. Bila anak hidup sebanyak 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan
usia subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil).

4. Keluarga sejahtera tahap III


Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi
seluruh kebutuhan dasar, social psikologis, dan pengembangan
keluarganya, tetapi belum dapat memberikan sumbangan (konstribusi)
yang maksimal terhadap masyarakat secara teratur (dalam waktu tertentu)
dalam bentuk material, keuangan untuk sosial kemasyarakatan, dan belum
berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Komponen-komponen keluarga sejahtera tahap III adalah sebagai
berikut:
a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama;
b. Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan keluarga;
c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan
untuk itu dapat di manfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota
keluarga;
d. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan tempat tinggal;
e. Mengadakan rekreasi bersama di luar rumah sekurang-kurangnya
sekali dalam 6 bulan;
f. Dapat memperoleh berita dari surat kabar/radio/TV/majalah;
g. Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi sesuai
kondisi daerah.

5. Keluarga sejahtera tahap III plus.


Keluarga sejahtera tahap III plus adalah keluarga yang telah dapat
memenuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial, psikologis, dan
pengembangannya telah terpenuhi, serta memiliki kepedulian sosial yang
tinggi pada masyarakat.
Komponen-komponen keluarga sejahtera tahap III plus adalah
sebagai berikut:
a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan suka relamemberikan
sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materil;
b. Kepala keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

2.2.8 Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat


a. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan
Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang
menyangkut kehidupan masyarakat keluarga sebagai suatu kelompok dapat
menimbulkan, mencegah, mengabaikan atau memperbaiki masalah kesehatan
dalam kelompoknya. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan. Apabila
satu anggota keluarga sakit akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
Friedman, Bowden & Jones (2003) memberikan beberapa alasan atau
pertimbangan keluarga sebagai unit pelayanan keperawatan di masyarakat:
1. Keluarga merupakan unit utama dari masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat;
2. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
mengabaikan, atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan yang ada di
dalam kelompoknya itu sendiri;
3. Masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan satu sama lainnya;
4. Dalam memelihara pasien sebagai individu, maka keluarga tetap berperan
sebagai pengambil keputusan dalam pemeliharaannya;
5. Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk berbagai
usaha-usaha kesehatan masyarakat.

b. Siklus penyakit dan kemiskinan dalam masyarakat.


Sembilan indikator keluarga miskin, yaitu:
1. Tidak bisa makan dua kali sehari atau lebih;
2. Tidak bisa menyediakan daging/ikan/telur/sebagai lauk pauk sekurang-
kurangnya satu minggu sekali;
3. Tidak bisa memiliki pakaian yang berbeda untuk setiap aktifitas;
4. Tidak bisa memperoleh pakaian baru minimal satu stel setahun sekali;
5. Bagian terluas rumah dari tanah;
6. Luas lantai rumah kurang 8 m² untuk setiap penghuni rumah;
7. Tidak ada anggota keluarga yang berusia 15 tahun mempunyai
penghasilan tetap;
8. Bila anak sakit/PUS ingin ber KB tidak bias ke fasilitas kesehatan;
9. Anak berumur 7-15 tahun tidak bersekolah.
Siklus penyakit dan kemiskinan dalam keluarga dapat digambarkan
sebagai berikut:

Penghasilan rendah

Produktifitas berkurang kecenderungan yang terjadi

a. Kurang gizi;
b. Lingkungan jelek;
c. Pendidikan rendah;
d. Kebiasaan kesehatan
jelek.

Peka terhadap penyakit Daya tahan tubuh rendah


Gambar: lingkungan penyakit dan kemiskinan.
2.2.9 Tugas perkembangan keluarga
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family);
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain:
a. Membina hubungan intim dan kepuasan bersama;
b. Menetapkan tujuan bersama;
c. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, dan kelompok
social;
d. Merencanakan anak (KB);
e. Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan diri untuk
menjadi orang tua.

2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing


family);
Tugas perkembangan pada tahap ini antara lain:
a. Persiapan menjadi orang tua;
b. Membagi peran dan tanggung jawab;
c. Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana rumah yang
menyenangkan;
d. Mempersiapkan biaya atau dana child bearing;
e. Memfasilitasi role learning anggota keluarga;
f. Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita;
g. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin;

3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with preschool);


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan tempat
tinggal, privasi, dan rasa aman;
b. Membantu anak untuk bersosialisasi;
c. Beradaptasi dengan anak yang beru lahir, sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus terpenuhi;
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar);
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan, dan anak (tahap paling
repot);
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga;
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with children);
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan
semangat belajar;
b. Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis dalam perkawinan;
c. Mendorong anak untuk mencapai perkembangan daya intelektual;
d. Menyediakan aktifitas untuk anak;
e. Menyesuaikan pada ktivitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.

5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers);


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab
mengingat remaja yang sudah bertambah dan meningkat otonominya;
b. Mempertahankan hubungan yang intim dengankeluarga;
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua,
hindari perdebatan, kecurigaan, dan permusuhan;
d. Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.

6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launchimg


center families);
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar;
b. Mempertahankan keintiman pasangan;
c. Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua;
d. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian
anaknya;
e. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga;
f. Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek;
g. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.

7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families);


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Mempertahankan kesehatan;
b. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti mengola
minat social dan waktu santai;
c. Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan generasi tua;
d. Keakraban dengan pasangan;
e. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga;
f. Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan keakraban
pasangan.

8. Tahap VIII keluarga usia lanjut;


Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan;
b. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan
fisik, dan pendapatan;
c. Mempertahankan keakraban suami-istri dan saling merawat;
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat;
e. Melakukan file review;
f. Menerima kematian pasangan, kawan, dan mempersiapkan kematian.

2.2.10 Asuhan keperawatan keluarga


Asuhan keperawatan keperawatan keluarga merupakan proses yang
kompleks dengan menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan
keluarga dan individu sebagai anggota keluarga. Tahapan dari proses keperawatan
keluarga adalah sebagai berikut:
1. Tahapan pengkajian;
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis
besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:
a. Struktur dan karakteristik keluarga;
b. Sosial, ekonomi, dan budaya;
c. Faktor lingkungan;
d. Riwayat kesehatan dan medis dari setiap anggota keluarga;
e. Psikososial keluarga.

Hal-hal perlu di kaji pada tahap ini adalah sebagai berikut:


1. Data umum
a. Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan
dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri atas
nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir atau umur, hubungan
dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masing-masing anggota
keluarga, dan genogram (genogram keluarga dalam tiga generasi).
b. Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.
c. Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku
bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa
terkait dengan kesehatan.
d. Agama. Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat memengaruhi kesehatan.
e. Status sosial ekonomi keluarga, status sosial ekonomi keluarga
ditentukan oleh pendapatan, baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya.
f. Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak
hanya di lihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi
tempat rekreasi, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio
juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu dikaji pula
penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
Tahap perkembangan keluarga adalah pengkajian keluarga
berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Sedangkan riwayat keluarga adalah
mengkaji riwayat kesehatan keluarga inti dan riwayat kesehatan keluarga.

3. Pengkajian lingkungan.
a. Karakteristik rumah;
 Gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar,
kontrak atau lainnya).
 Gambaran kondisi rumah meliputi bagian interior dan eksterior.
Interior meliputi: jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu,
kamar tidup); penggunaan-penggunaan kamar tersebut; dan
bagaiman kamar tersebut diatur.
 Dapur, suplai air minum, penggunaan alat-alat masak, apakah ada
fasilitas pengaman bahaya kebakaran.
 Kamar mandi, sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun dan
handuk.
 Kamar tidur, bagaimana pengaturan kamar tidur.
 Kebersihan dan sanitasi rumah.
 Pengaturan privasi.
 Perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau penataan
rumah mereka
b. Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal.
 Tipe keluarga tempat tinggal komunitas kota atau desa;
 Tipe tempat tinggal (hunian, industry, campuran hunian dan
industry kecil, agraris).
 Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, dalam
perbaikan, atau lainnya);
 Sanitasi jalan dan rumah.
 Kebisingan, polusi air, dan udara.
 Karakteristik demografi di lingkungan komunitas tersebut.
 Kelas sosial dan karakteristik etnik penghuni.
 Lembaga pelayanan kesehatan dan sosial;
 Kemudahan pendidikan di lingkungan dan komunitas;
 Fasilitas-fasilitas rekreasi yang di miliki di komunitas tersebut.
 Fasilitas-fasilitas ekonomi, warung, took, apotek, pasar, dan
lainnya.
 Transportasi umum.
 Kejadian tingkat kejahatan di lingkungan dan komunitas;
 Mobilitas geografis keluarga;
 Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat.
 Sistem pendukung keluarga.

4. Sturktur keluarga
a. Pola-pola komunikasi keluarga;
b. Sturktur kekuatan keluarga;
c. Sturktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota
keluarga, baik secara formal maupun informal;
d. Struktur nilai dan norma keluarga;
e. Fungsi keluarga:
1. Fungsi efektif:
 Pola keburuhan keluarga;
 Mengkaji gambaran diri anggota keluarga;
 Keterpisahan dan keterikatan.

2. Fungsi sosialisasi;

3. Fungsi perawatan kesehatan:


 Keyakinan, nilai, dan perilaku keluarga.
 Nilai yang dianut terkait kesehatan;
 Apakah keluarga konsisten menerapkan nilai-nilai tersebut;
 Bagaimana prilaku seluruh anggota keluarga dalam mendukung
peningkatan kesehatan;
 Konsep dan pengetahuan keluarga tentang konsep sehat sakit;
 Praktik diet keluarga;
 Latihan dan rekreasi;
 Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga;
 Peran keluarga dalam praktik perawatan diri;
 Cara-cara pencegahan penyakit;
 Perasaan dan persepsi keluarga tentang pelayanan kesehatan;
 Riwayat kesehatan keluarga;
 Sumber keuangan;
 Pelayanan kesehatan darurat;
 Fasilitas transportasi keluarga untuk perawatan kesehatan;
4. Fungsi reproduksi;
5. Fungsi Ekonomi;

5. Stres dan koping;


a. Stressor jangka pendek, yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan;
b. Stresor jangka panjang, yaitu stressor yang saat ini di alami yang
memerlukan penyelesaian lebih dari 6 bulan;
c. Kemampuan dalam keluarga berespons terhadap situasi atau stressor,
mengkaji sejauh mana keluarga berespons terhadap situasi stressor;
d. Strategi koping yang di gunakan, strategi koping apa yang digunakan
seluarga bila menghadapi permasalahan.
e. Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaftasi disfungsional
yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
6. Pemeriksaan fisik;
7. Harapan keluarga;

2. Perumusan Diagnosa Keperawatan;


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,
keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan
data dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk
melaksanakannya.
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan peda pengkajian. Komponen diagnosa keperawatan meliputi
problem atau masalah, etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang
selanjutnya dikenal dengan PES.

3. Tipologi dari diagnosa keperawatan;


1. Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan);
Pada diagnosis keperawatan aktual, faktor yang berhubungan
merupakan etiologi, atau faktor penunjang lain yang telah mempengaruhi
perubahan status kesehatan, sedangkan faktor tersebut dapat di
kelompokkan kedalam empat kategori:
a. Patofisiologi (biologi atau);
b. Tindakan yang berhubungan;
c. Situasional (lingkungan, personal);
d. Maturasional.

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau etiologi dari


diagnosis keperawatan keluarga adalah adanya:
a. Ketidaktahuan (kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahanp
persepsi);
b. Ketidakmauan (sikap dan motivasi);
c. Ketidakmauan (kurangnya ketrampilan terhadap suatu prosedur atau
tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik financial, fasilitas,
sistem pendukung, lingkungan fisik, dan psikologis).

2. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan);


3. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellnes).
Daftar diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan NANDA tahun 1995
adalah sebagai berikut:
a. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan;
 Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah (hygiene
lingkungan);
 Resiko terhadap keluarga;
 Resiko terjadi infeksi (penularan penyakit).
b. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi
(komunikasi keluarga disfungsional);
c. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur peran;
 Berduka dan antipasti;
 Berduka disfungsional;
 Isolasi sosial;
 Perubahan dalam proses keluarga (dapat adanya orang yang sakit
terhadap keluarga);
 Potensial peningkatan menjadi orang tua;
 Perubahan menjadi orang tua (krisis menjadi orang tua);
 Perubahan penampilan peran.
 Kerusakan penatalaksanaan pemeliharaan rumah;
 Gangguan citra tubuh.
d. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi afektif;
 Perubahan proses keluarga;
 Perubahan menjadi orang tua;
 Potensial peningkatan menjadi orang tua;
 Berduka yang diantisipasi;
 Koping keluarga tidak efektif, menurun.
 Koping keluarga tidak efektif; ketidakmampuan;
 Resiko terhadap tindakan kekerasan.
e. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial;
 Perubahan proses keluarga;
 Perilaku mencari bantuan kesehatan;
 Konflik peran orang tua;
 Perubahan menjadi orang tua;
 Potensial peningkatan menjadi orang tua;
 Perubahan pertumbuhan dan perkembangan;
 Perubahan pemeliharaan kesehatan;
 Kurang pengetahuan;
 Isolasi social
 Kerusakan interaksi sosial;
 Ketidak patuhan;
 Gangguan identitas diri.
f. Diagnosis keperawatan keluarga pada maslah fungsi perawat
kesehatan;
 Perubahan pemeliharaan kesehatan;
 Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan;
 Perilaku mencari pertolongan kesehatan;
 Ketidakefektifan penatalaksanaan aturan terapeutik atau
pengobatan keluarga;
 Resiko terhadap penularan penyakit;
 Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah koping;
 Potensial peningkatan koping keluarga;
 Koping keluarga tidak efektif, menurun;
 Koping keluarga tidak efektif, ketidak mampuan;
 Resiko terhadap tindakan kekerasan.

Menurut Bailon dan Maglaya (1978), prioritas masalah kesehatan keluarga


dengan menggunakan proses scoring sebagai berikut:
No. Kriteria Skor Bobot
1. Sifat masalah 1
 Tidak atau kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2

 Krisis atau keadaan sejahtera 1


2. Kemungkinan masalah dapat di ubah 2
 Dengan mudah 2
 Hanya sebagian 1

 Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk dicegah 1
 Tinggi 3
 Cukup 2

 Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
 Masalah berat, harus segera ditangani 2
 Ada masalah, tetapi tidak perlu segera 1
ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0

Proses skorig dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan dengan cara


berikut ini:
1. Tentukan skor untuk setiap criteria yang telah dibuat;
2. Selanjutnya skor dibagi dengan aneka tertinggi yang di kalikan dengan bobot.

Skor = Bobot
Angka tertinggi
3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan
seluruh bobot.
Empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah:
1. Sifat masalah;
2. Kemungkinan masalah dapat diubah;
3. Potensi masalah bila di cegah;
4. Menonjolnya masalah.

4. Tahap perencanaan keperawatan keluarga;


Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk di laksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang telah di
identifikasi.
Beberapa yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan
keluarga di antaranya:
1. Rencana keperawatan harus di dasarkan atas analisis yang menyeluruh
tentang masalah atau situasi keluarga;
2. Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan dan dapat
menghasilkan apa yang diharapkan;
3. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah intansi
kesehatan.
4. Rencana keperawatan dibuat bersama dengan keluarga;
5. Rencana asuhan keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis hal ini selain
berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota tim kesehatan
lainnnya, khususnya perencanaan yang telah disusun untuk keluarga
tersebut.
Langkah-langkah dalam mengembangkan rencana asuhan keperawatan
keluarga:
1. Menentukan sasaran atau goal;
2. Menentukan tujuan atau objektif;
3. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan;
4. Menentukan kriteria dan standar kriteria.
5. Tahap pelaksanaan keperawatan keluarga;
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan
minat keluarga dalam mengadakan perbaikan kea rah perilaku hidup sehat.
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:
1. Menstimulasi kesehatan atau penerimaan keluarga mengenai kebutuhan
kesehatan dengan cara memberikan informasi, mengidentifikasi kebutuhan
dan harapan tentang kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat
terhadap masalah;
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak melakukan
tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga, dan
mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan;
3. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit
dengan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah,
dan mengawasi keluarga melakukan perawatan;
4. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan menjadi
sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat di gunakan keluarga
dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin;
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga cara
menggunakan fasilitas tersebut.

Faktor penyulit dari keluarga yang dapat menghambat minat keluarga


untuk bekerjasama melakukan tindakan kesehatan antara lain:
1. Keluarga kurang memperoleh informasi yang jelas atau mendapat
informasi, tetapi keliru;
2. Keluarga mendapatkan informasi tidak lengkap, sehingga mereka melihat
masalah hanya sebagian;
3. Keluarga tidak dapat mengkaitkan antara informasi yang di terima dengan
situasi yang dihadapi;
4. Keluarga tidak mau menghadapi situasi;
5. Anggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial;
6. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingkah laku;
7. Keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran atau tujuan upaya
keperawatan;
8. Kurang percaya dengan tindakan yang diusulkan perawat.

Kesulitan dalam tahap pelaksanaan dapat dilakukan oleh berbagai factor


yang berasal dari petugas, antara lain:
1. Petugas cenderung menggunakan satu pola pendekatan atau petugas kaku
dan kurang fleksibel;
2. Petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian terhadap faktor-
faktor sosial budaya;
3. Petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan atau menggunakan
bermacam-macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit;

6. Tahap evaluasi;
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan, baik kepada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut:
1. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan bagaimana
keluarga mengatasi masalah tersebut;
2. Tentukan bagaiamana rumusan tujuan perawatan yang akan dicapai;
3. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi;
4. Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-sumber
data yang di perlukan;
5. Bandingkan keadaan yang nyata (sesudah perawatan) dengan kriteria dan
standar untuk evaluasi;
6. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang tidak optimal atau
pelaksanaan yang kurang memuaskan;
7. Perbaiki tujuan berikutnya.

7. Macam-macam evaluasi;
Evaluasi proses keperawatan ada dua yaitu:
1. Evaluasi kuantitatif;
Evaluasi kuantitatif dilaksanakan dalam kuantitas, jumlah pelayanan, atau
kegiatan yang telah dikerjakan.
2. Evaluasi kualitatif;
Evaluasi kualitatif merupakan evaluasi mutu yang dapat di fokuskan pada
salah satu dari tiga dimensi yang terkait:
a. Struktur atau sumber;
b. Proses;
c. Hasil.

8. Luasnya evaluasi;
Evaluasi dapat dipusatkan pada tiga dimensi yaitu:
1. Efisiensi atau tepat guna, evaluasi ini dikaitkan dengan sumberdaya yang
digunakan, misalnya uang, waktu, tenaga, dan bahan;
2. Kecocokan (Appropriateness), evaluasi ini dikaitkan dengan adanya
kesesuaian antara tindakan keperawatan yang dilakukan dengan
pertimbangan professional;
3. Kecukupan (adequacy), evaluasi ini dikaitkan dengan kelengkapan
tindakan keperawatan yang di lakukan untuk mencapai tujuan atau hasil
yang diinginkan.

9. Kegiatan dan evaluasi;


Kegiatan adalah hal-hal yang dikerjakan oleh perawat untuk mencapai
suatu hasil yang diinginkan. Sedangkan hasil adalah akibat dari kegiatan yang
telah dilakukan. Hasil dari perawatan klien dapat diukur melalui tiga tahap:
1. Keadaan fisik, keadaan fisik dapat diobservasi melalui suhu tubuh yang
turun, berat badan naik, dan perubahan tanda klinik;
2. Psikologis sikap, seperti perasaan cemas berkurang, keluarga bersikap
positif terhadap petugas kesehatan;
3. Pengetahuan tentang perilaku, misalnya keluarga dapat menjalankan
petunjuk yang diberikan keluarga, dapat menjelaskan manfaat dari
tindakan keperawatan.
Terhadap evaluasi dapat dilakukan pula secara formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan
keperawatan sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan pada
akhir asuhan keperawatan.

2.3 Konsep dasar ISPA


2.3.1 Pengertian
Infeksi saluran pernafasan atas(ISPA) merupakan penyakit utama
penyebab kematian bayi dan sering menempati urutan pertama angka kesakitan
balita. Penangganan dini terhadap penyakit ISPA terbukti dapat menurunkan
kematian.
ISPA adalah penyakit saluran pernafasan atas dengan perhatian khusus
pada radang paru(pneuomonia), bukan penyakit dan tenggorokan. Klasifikasi
penyakit ISPA terdiri dari :
 Bukan pneumonia, mencakup kelompok pasien balita dengan batuk yang tidak
menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan
adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke arah dalam. Contohnya adalah
common cold, faringlitis, tonsillitis, dan otitis.
 Pneumonia, didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas.
Diangnosis gejala in berdasarkan umur. Batas frekuensi nafas cepat pada anak
berusia dua bulan sampai < 1 tahun adalah 50 kali per menit dan untuk anak
usia 1 sampai < 5 tahun adalah 40 kali per menit.
 Pneumonia berat, didasarkan pada adanya batuk dan atau kesukaran bernafas
disertai sesak nafas atau tarikan dinding dada bagian bawah kearah dalam
(chest indrawing) pada anak berusia dua sampai < 5 tahun. Untuk anak berusia
< 2 bulan, diangnosis pneumonia berat ditandai dengan adanya nafas cepat
yaitu frekuensi pernafasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, atau adanya
tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah ke arah dalam (severe
chest indrawing).

2.3.2 Epidemiologi
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak-anak. Episode penyakit batuk pilek
pada balita di Indonesia diperkirakan 3-6 kali per tahun (rata-rata 4 kali per
tahun), artinya seorang balita rata-rata mendapatkan serangan batuk pilek
sebanyak 3-6 kali setahun. Dari hasil pengamatan epidomologi dapat diketahui
bahwa angka kesakitan di kota cenderung lebih besar dari pada di desa.
Di negara berkembang penyakit pneumonia merupakan 25% penyumbang
kematian pada anak terutama pada bayi berusia kurangdari dua bulan. Dari survey
kesehatan rumah tangga (SKRT) tahun 1986 diketahui bahwa morbiditas pada
bayi akibat pneumonia sebesar 42,4% dan pada balita sbesar 40,6%. Sedangkan
angka mortalitas pada bayi akibat pneumonia sebesar 24% dan pada balita sbesar
36%. Hasil SKRT tahun 1992 menunjukkan nahwa angka mortalitas pada bayi
akibat penyakit ISPA menduduk urutan pertama (36%), dan angka mortalitas pada
balta menduduki urutan kedua (13%). Di jawa tengah pada tahun 1999 penyakit
ISPA selalu menduduki rangking 1 pada 10 besar penyakit pasien rawa: jalan di
puskesmas.

2.3.3 Etiologi
Etiologic ISPA terdiri dari :
Bakteri : Diplococcus pneuomonia, pneuomococcus, streptococcus pyogenes,
staphylococcus aureus, haemophilus influenza, dan lain-lain.
Virus : Influenza, adenovirus, silomegalovirus,
Jamur : Aspergilus sp, candida albicans, histoplasma, dan lain-lain.
Aspirasi : Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)
biasanya minyak atnah, cairan amnion paoa saat lahir, berda asing
(biji-bjian, mainan plastic kecil, dan lain-lain).
2.3.4 Gejala dan Tanda
Tata laksana pasien batuk dan atau kesukaran bernafas pada balita.

2.3.5 Pemeriksaan
Tanyakan :
 Berapakah umur anak?
 Apakah anak batuk?
 Berapa lama?
 Apakah anak dapat minum?
 Apakah anak demam?
 Apakah anak kejang?

Lihat dan dengarkan: (anak harus TENANG)


 Apakah ada tarikan dinding dada kedalam ?
 Apakah terdengar stidor ? (suara menarik napas)
 Adakah terdengar wheezingl (suara mengeluarkan napas)?
 Lihat, apakah kesadaran anak menurun ?
 Periksa, apakah napas anak cepat ?
 Raba, apakah ada demam ?
 Apakah ada tanda-tanda gizi buruk ? (kurus kering)

2.3.6 Klasifikasi
1. Napas cepat bila anak usia
 <2 bulan : 60 kali per menit atau lebih
 2 bulan sampai <1 tahun : 50 kali per menit atau lebih
 1 tahun sampai 5 tahun : 40 kali per menit atau lebih

2. Penentuan adanya tanda bahaya


Bila terdapat satu atau lebih gejala di bawah ini berarti ada tanda bahaya!
 Tidak bisa minum;
 \Kejang;
 Kesadaran menurun;
 Stridor;
 Gizi buruk;
 Demam atau dingin ()

BAB III

TINJAUAN KASUS

Asuhan Keperawatan Keluarga pada Klien Tn. M Dengan Gangguan Tuberculosis


Paru di Jl. Dwikarso Sukorejo RT. 42 RW. 01 Kel. 8 Ilir Kec. Ilir Timur II

1. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA


A. Kepala Keluarga
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur/Tanggal Lahir : 53 tahun/ 18-01-1963
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
Alamat : Jl. Dwikarso Sukorejo RT. 42 RW. 012
Kel. 8 Ilir Kec. Ilir Timur II
B. Susunan Anggota Keluarga

No Nama Umur Seks Hub. KK Pendidika Pekerjaan Ket


n

1. Tn. M 53 L KK SD Buruh Sakit TBC


2. Ny. B 52 P Istri SLTA IRT Sehat

3. Nn. L 20 P Anak SMA mahasisw Sehat


a

4. Tn. Z 17 L Anak SMA Pelajar Sehat

C. Genogram

X X X X

---------------------------------------------------------

----------------------------- ----------------------

Keterangan ----------------------------

X Laki-laki meninggal Laki-laki

X Perempuan meninggal Perempuan

Klien

------- tinggal serumah


D. Tipe keluarga
nuclear family yang terdiri dari ayah, ibu dan 1 anak perempuan dan 1
anak laki-laki
E. Kewarganegaraan/suku bangsa
Keluarga berasal dari suku jawa atau Indonesia bahasa yang
digunakan sehari-hari adalah bahasa Palembang
F. Agama
agama yang dianut adalah islam
G. Status sosial ekonomi keluarga
Penghasilan keluarga Tn. M tidak bekerja dan penghasilan Ny. B Rp.
600.000/ bulan. Uang yang di dapat untuk kebutuhan sehari-hari,
bulanan, dan lain-lain.
H. Aktivitas rekreasi keluarga
Kegiatan keluarga untuk rekreasi adalah menonton tv dan kadang-
kadang berkumpul dengan para tetangga dan sanak saudara.
2. Riwayat perkembangan keluarga
a. Saat ini keluarga Tn. M berada pada fase keluarga dengan anak
sekolah. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, sebab
Tn.M sebagai kepala keluarga belum memenuhi kebutuhan yang
diinginkan dalam keluarga
b. Riwayat kesehatan keluarga
Tn.M menderita sakit TB Paru setelah kontrol ke puskesmas kenten
pada tanggal 9 november 2016
c. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tidak ada masalah kesehatan yang berat hanya saja masalah sakit
batuk pilek yang kadang-kadang terjadi pada keluarga.

3. Keadaan lingkungan
a. Karakteristik rumah
Luas bangunan rumah sekitar 54 M (6m x 9m), terdiri atas 1 ruang
tamu, 3 kamar tidur, 1 gudang, 1 kamar mandi, 1 ruang dapur dan di
depan ada teras dan warung kecil. Bangunan rumah dengan lantai
semen, perabotan rumah tangga memadai, penerangan dan ventilasi
kurang memadai ( terutama di dalam kamar tidur tidak ada udara dan
cahaya dari luar yang masuk). Sumber air bersih sumur dan sumber air
minum kadang masak sendiri dan gadang membeli air isi ulang. WC
menggunakan septic tank yang terletak pada samping rumah. Tempat
pembuangan sampah rumah tangga biasanya keluarga buang di tempat
penampungan sampah akhir.

Teras rumah S

Kamar Ruang
tidur 1
Tamu T B
Kamar Kamar
tidur 2 tidur 3

Dapur Gudan
g

Kamar mandi
U

Denah rumah keluarga Tn. M

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Keluarga Tn. M hidup dilingkungan kampong. Sebagian besar dari
tetangga di lingkungan tempat tinggal keluarga Tn. M bersuku jawa.
Interaksi yang dilakukan pada waktu pagi dan sore hari sebab Ny. B
membuka warung di rumahnya sehingga ibu-ibu bnyak berkumpul
untuk berbelanja.

c. Mobilitas geografis keluarga


Keluarga Tn. M sudah menempati rumah yang ditempatinya sejak awal
pernikahan mereka sampai sekarang, Rumah yang di tempati sekarang
adalah rumah warisan dari orang tua Tn. M.

d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat


Keluarga termasuk keluarga yang kurang aktif mengikuti kegiatan di
lingkungan masyarakat, tetapi keluarga ini sering berinteraksi dengan
warga sekitar dengan baik. Semenjak Tn. M sakit beliau jarang keluar
rumah swehingga interaksi yang dilakukan hanya sebatas dengan
keluarga saja.

e. Sistem pendukung keluarga


Keluarga Tn. M ada empat orang, terdiri dari suami, istri dan kedua
anak kandung yang terdiri dari 1 perempuan 1 laki-laki

4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Diantara anggota keluarga terbina hubungan harmonis. Dalam
menghadapi masalah bisanya dilakukan pengambilan keputusan secara
musyawarah yang diketuai oleh Tn. M sendiri.

b. Struktur kekuatan keluarga


Merupakan keluarga inti yang terdiri dari suami, istri dan kedua
anaknya yang satu sama lain saling memperhatikan.

c. Struktur peran keluarga


 Tn. M sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam
mengatur keluarganya
 Ny. B sebagai istri
 An. L sebagai anak pertama sekarang kuliah semester 6 di
Universitas Sriwijaya Jurusan Biologi
 An. Z sebagai anak kedua sekarang sekolah kelas 3 SMK
jurusan listrik.

d. Nilai dan norma keluarga


Nilai norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai
dalam agama islam yang di anutnya serta norma masyarakat di
sekitarnya.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Keluarga Tn.M harmonis di buktikan dengan setiap sore keluarga
selalu duduk-duduk di pekarangan rumah dengan istri dan anak-
anaknya dan keluarga merasa bangga apabila salah satu anggota
keluarga berhasil, respon keluarga terhadap kehilangan berduka.
b. Fungsi sosial
Ny. B mengatakan selalu memperbolehkan anaknya berteman dengan
siapa saja selagi itu hal yang positif

c. Fungsi keperawatan kesehatan


Keluarga Tn.M mengatakan sehat itu hal yang paling utama sebab
kalau sehat aktivitas apa saja bisa dilakukan asalnkan badan sehat jika
sakit keluarga selalu minum obat jika parah di bawa ke puskesmas.

d. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn.M tidak dalam masa reproduktif aktif, sebab Ny. B telah
masuk masa monepous.

e. Fungsi ekonomi
Ny.B mengatakan bahwa sebenarnya kebutuhan ekonomi keluarga pas-
pasan sebab yang hanya bekerja ibu bapak setelah mengalami penyakit
tersebut tidak dapat bekerja lagi.

6. Stress dan koping keluarga


a. Stressor yang dimiliki
Stressor yang dirasakan oleh keluarga adalah penyakit tuberculosis
yang di derita oleh Tn.M

b. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor


Keluarga blm bisa beradaptasi dengan penyakit yang di derita oleh
Tn.M , sebab keluarga belum tahu bagaimana mengatasi penyakit yang
di derita oleh keluarganya.

c. Strategi koping yang digunakan


Keluarganya biasanya berdiskusi sesama keluarga dalam menghadapi
masalah.

d. Strategi adaptasi disfungsional.


Tn. M mengatakan bahwa penyakit yang di deritanya tidak kunjung

sembuh sampai saat ini

7. Pemeriksaan fisik

Umum Tn. M Ny. B An. L An. Z


TTV  TD: 120/80  TD: 120/80  TD: 120/80  TD: 120/80
 T: 36,8  T: 36,8  T: 36,8  T: 36,8
 Nadi: 80x/m  Nadi: 80x/m  Nadi: 80x/m  Nadi: 80x/m
 Pols: 20x/m  Pols: 20x/m  Pols: 20x/m  Pols: 20x/m
1. Penampilan umum
Kesadaran Compos mentis Compos mentis Compos mentis Compos mentis

Cara berpakaian Kurang rapi Rapi Rapi Rapi

Kebersihan Bersih Bersih Bersih Bersih


personal

2. Status mental dan cara berbicara


Status emosional Stabil Stabil Stabil Stabil

Orientasi Dapat mengenal Dapat mengenal Dapat mengenal Dapat mengenal


waktu, tempat, waktu, tempat, waktu, tempat, waktu, tempat,
dan orang dan orang dan orang dan orang

Gaya bicara Bicara dengan Bicara dengan Bicara dengan Bicara dengan
gerakan dan gerakan dan gerakan dan gerakan dan
lancar lancar lancar lancar

3. Pemeriksaan kulit
Kuku Bersih Bersih Bersih Bersih

Kulit Warna kulir Warna kulir Warna kulir Warna kulir


sawo matang, sawo matang, sawo matang, sawo matang,
kulit terlihat kulit terlihat kulit terlihat kulit terlihat
bersih bersih bersih bersih

4. Pemeriksaan fisik
Bentuk kepala Muka Simetris, Muka Simetris, Muka Simetris, Muka Simetris,

Rambut Rambut terlihat Rambut terlihat Rambut terlihat Rambut terlihat


bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada bersih, tidak ada
ketombe, ketombe, ketombe, ketombe,
rambut rambut rambut rambut
berwarna sedikit berwarna sedikit berwarna hitam berwarna hitam
putih putih

Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,


konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
merah muda, merah muda, merah muda, merah muda,

Hidung Simetris, warna Simetris, warna Simetris, warna Simetris, warna


kulit sama kulit sama kulit sama kulit sama
dengan dengan dengan dengan
sekitarnya sekitarnya sekitarnya sekitarnya

Telinga Simetris antara Simetris antara Simetris antara Simetris antara


kanan dan kiri, kanan dan kiri, kanan dan kiri, kanan dan kiri,
keadaan telinga keadaan telinga keadaan telinga keadaan telinga
bersih bersih bersih bersih

Mulut Bibir simetris, Bibir simetris, Bibir simetris, Bibir simetris,


mukosa kering, mukosa lembab, mukosa lembab, mukosa lembab,
indra indra indra indra
pengecapan baik pengecapan baik pengecapan baik pengecapan baik

Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
vena jugularis vena jugularis vena jugularis vena jugularis

Dada Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak Simetris, tidak


ada benjolan ada benjolan ada benjolan ada benjolan
yang abnormal, yang abnormal, yang abnormal, yang abnormal,
suara napas suara napas suara napas suara napas
ronchi vesikuler vesikuler vesikuler

Perut Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


benjolan yang benjolan yang benjolan yang benjolan yang
abnormal, abnormal, abnormal, abnormal,

Ekstrimitas Simetris tidak Simetris tidak Simetris tidak Simetris tidak


terdapat terdapat terdapat terdapat
benjolan, benjolan, benjolan, benjolan,

8. Harapan Keluarga
Keluarga berharap Tn.M segera cepat cembuh, diangkat penyakitnya
supaya Tn. M dapat berkerja dan bisa menafkahi keluarga.
Analisa Data
No Data Etiologi Maasalah

1. Data subjektif: Kurangnya Risiko


pengetahuan terjadinya
 Tn. M mengatakan
keluarga tentang penularan pada
bahwa sudah lama
pencegahan anggota
mengalami batuk,
penularan keluarga
terkadang batuk di sertai
darah.
Data Objektif

 Tn.M berusia 53 tahun


 Tanda-tanda vital:
TD: 120/80
Nadi : 80x/m
Pernapasan: 20x/m
Suhu: 36,8

 BB: 41 Kg
 TB: 156 cm
 Keluarga tidak
memisahkan alat-alat
yang memungkinkan
terjadi penularan
 Ruang tidur penderita
gelap dan tidak ada
cahaya matahari yang
masuk
2. Data Subjektif: Kurangnya Ketidak
pengetahuan mampuan
 Tn. M mengatakan
keluarga tentang keluarga
bahwa sudah lama
perawatan merawat
mengalami batuk,
penularan anggota
terkadang batuk di sertai keluarga yang
darah. sakit.
 Tn.M mengatakan
bahwa jika obatnya
habis badannya terasa
lesu, lemas, dan tidak
nafsu makan
Data Objektif:

 Pengetahuan keluarga
kurang tentang penyakit
 Tn.M tampak kurus,
 Kondisi rumah yang
redup, gelab dan lembab
 Tanda-tanda vital:
TD: 120/80
Nadi : 80x/m
Pernapasan: 20x/m
Suhu: 36,8

 BB: 41 Kg
TB: 156 cm

3. DS: keluarga mengatakan Kurangnya Ancaman


tidak tahu bagaimana pengetahuan kesehatan
pencegahan penyakit TB keluarga tentang keluarga
Paru pencegahan berhubungan
DO:
penularan dengan

 Rumah tampak kotor kurangnya

 Tidak ada cahaya pengetahuan

matahari di yang masuk keluarga dalam

ke dalam rumah memodifikasi


kebersihan
 Ventilasi kurang
memadai lingkungan
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko terjadinya penularan pada anggota keluarga berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan
penyakit TBC
2. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap
perawatan penyakit TBC.
3. Ancaman kesehatan keluarga berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga dalam memodifikasi kebersihan lingkungan
Scoring Perioritas Masalah

1. Risiko terjadinya penularan pada anggota keluarga berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan
penyakit TBC

No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran

1. a. sifat masalah: 2 1 2/3 x 1 = Keluarga tidak


ancaman 2/3 tahu penyakit
kesehatan yang diderita
menular

2. b. kemungkinan 1 2 ½ x 2 = Kondisi yang


masalah yang 1 di usia
dapat di ubah: produktif
hanya sebagian dengan
pendidikan SD
mempengaruh
i penyerapan
informasi.

3. c. potensi masalah 3 1 3/3 x 1 = Keluarga mau


untuk di cegah: 1 diajak
cukup. kerjasama
(kooperatif)

4. d. menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = Bila tidak


masalah: masalah 1 segera di atasi
berat harus segera akan terjadi
di tangani. penularan
kepada
anggota
keluarga yang
lain
Total 3 2/3

2. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit


berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap
perawatan penyakit TBC.

No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran

1. a. sifat masalah: 2 1 2/3 x 1 = TBC adalah


ancaman 2/3 penyakit
kesehatan menular,
sehingga
memungkinkan
penularan pada
anggota lain
dalam rumah.

2. b. kemungkinan 1 2 ½ x 2 = Klien tidak tahu


masalah yang 1 kalau
dapat di ubah: penyakitnya
hanya sebagian butuh
pengobatan
rutin

3. c. potensi 3 1 3/3 x 1 = Penderita


masalah untuk di 1 kooperatif
cegah: cukup. dalam
penyuluhan dan
penatalaksanaa
n

4. d. menonjolnya 0 1 0/2 x 1 = Bila tidak


masalah: masalah 0 segera di atasi
tidak dirasakan akan terjadi
penularan
kepada anggota
keluarga yang
lain

Total 2 2/3

3. Ancaman kesehatan keluarga berhubungan dengan kurangnya


pengetahuan keluarga dalam memodifikasi kebersihan lingkungan

No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran

1. a. sifat masalah: 2 1 2/3 x 1 = TBC adalah


ancaman 2/3 penyakit
kesehatan menular,
sehingga
memungkinkan
penularan pada
anggota lain
dalam rumah.

2. b. kemungkinan 1 2 ½ x 2 = Klien tidak tahu


masalah yang 1 kalau cara
dapat di ubah: mencegah
hanya sebagian penyakit TB
Paru

3. c. potensi 3 1 3/3 x 1 = Penderita


masalah untuk di 1 kooperatif
cegah: tinggi. dalam
penyuluhan dan
penatalaksanaa
n

4. d. menonjolnya 2 1 2/2 x 1 = Bila tidak


masalah: masalah segera di atasi
berat, harus 1 akan terjadi
segera di tangani. penularan
kepada anggota
keluarga yang
lain

Total 3 2/3

Berdasarkan rumusan prioritas di atas, maka dapat diketahui

prioritas permasalahan pada keluarga Tn. M adalah sebagai


berikut:

1. Risiko terjadinya penularan pada anggota keluarga berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan
penyakit TBC
2. Ancaman kesehatan keluarga berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga dalam memodifikasi kebersihan lingkungan
3. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap
perawatan penyakit TBC.

BAB IV

PEMBAHASAN
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn.M dengan TB Paru
tanggal 4 Desember 2016 sampai 6 Desember 2016 metode proses keperawatan
melalui tahap- tahap pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Dalam asuhan keperawatan, penulis telah berusaha dengan keras dan
mencoba dengan segala upaya agar hasil penulisan ini berhasil dengan baik.
Namun, penulis sadar insan pasti akan punya segala kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan. Dengan berbagai ilmu yang di dapat, keterampilan yang telah
di pelajari.
Dalam melaksanakan proses keperawatan ini, penulis telah berupayah
semaksimal mungkin dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan, kiat
keperawatan serta dengan fasilitas yang ada agar dapat tercapai tujuan sesuai
dengan teoritis, namun masih ditemukan kesenjangan antara bahasa teori dengan
kenyataan yang penulis temukan.
Berdasarkan hal tersebut penulis membahas pelaksanaan kenyataan, selama
melaksanakan studi kasus ini dengan melihat kesenjangan antara teoritis dengan
kenyataan, selama melakukan studi kasus ini dengan melihat kesenjangan antara
teoritis dengan kenyataan, selama melaksanakan studi kasus yang dimulai dari
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi
secara terus-menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya.
Selama melakukan pengkajian pada klien dan keluarga, penulis tidak
banyak menemukan kesulitan dan hambatan, dalam melakukan pengkajian
penulis melakukan sesuai dengan teoritis berdasarkan format pengkajian
keluarga (Harmoko, 2012) yang terdiri dari:
a. Data umum keluarga;
Dalam tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tidak terdapat
kesenjangan pada saat dilakukan pengkajian.
b. Riwayat Perkembangan Keluarga;
Dalam riwayat perkembangan keluarga, keluarga Tn.M berada pada
fase keluarga dengan anak belum menikah. Tahapan keluarga sudah
terpenuhi. Riwayat kesehatan keluarga inti, tidak ada penyakit keturunan.
Keadaan Tn.M sekarang mengalami sakit batuk, badan lemas dan setelah
dibawa ke puskesmas Tn.M menderita sakit TB Paru. Dan keadaan anak,
istrinya sehat. Tn.M mengatakan tidak ada yang mengalami penyakit
menular atau berbahaya sebelumnya.

c. Pengkajian Lingkungan
Karakteristik rumah atau tempat tinggal yang baik dan sehat menurut
teoritis adalah memiliki ventilasi sirkulasi pertukaran udara lancar,
kebersihan rumah, persediaan air bersih yang tercukupi, lingkungan
rumah yang aman, sanitasi rumah yang baik. Luas rumah yang baik yaitu
132 m² yang terdiri 3 kamar tidur, ruang tamu, dapur, kamar mandi/wc,
gudang dan teras rumah. Pada tinjauan kasus Luas bangunan rumah
sekitar 54 M (6m x 9m), terdiri atas 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1
gudang, 1 kamar mandi, 1 ruang dapur dan di depan ada teras dan warung
kecil. Bangunan rumah dengan lantai semen, perabotan rumah tangga
memadai, penerangan dan ventilasi kurang memadai ( terutama di dalam
kamar tidur tidak ada udara dan cahaya dari luar yang masuk). Sumber air
bersih sumur dan sumber air minum kadang masak sendiri dan gadang
membeli air isi ulang. WC menggunakan septic tank yang terletak pada
samping rumah. Tempat pembuangan sampah rumah tangga biasanya
keluarga buang di tempat penampungan sampah akhir.

d. Struktur keluarga;
Dalam tinjauan teoritis pola komunikasi dilakukan dengan
musyawarah dengan keluarga. Dan setiap keluarga memiliki peran
masing-masih sesuai dengan KK. Pada tinjauan kasus pola keluarga
dalam mengambil keputusan yaitu dengan musyawarah, dan keluarga
memiliki peran mereka masing-masing dan menjalankan peran mereka.

e. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada teoritis dan pada kasus sama karena
pemeriksaan pada pemeriksaan head to toe, pemeriksaan keadaan umum,
tingkat kesadaran serta TTV (TD,P,N,S) pada kasus penulis juga
melakukan pemeriksaan head to toe, pemeriksaan kesadaran, keadaan
umum, serta pemeriksaan TTV (TD,N,P,S).
Demikian pengumpulan data fisik yang penulis peroleh dari teknik
observasi dan pemerikssan fisik. Kemudahan ini penulis peroleh karena
sikap klien dan keluarga yang kooperatif, terbuka dan percaya kepada
penulis. Pendukung lain dari pengumpulan data ini adalah dengan adanya
format pengkajian data dasar yang penulis peroleh dari institusi
pendidikan, sehingga dapat menjadi pedoman untuk memperoleh
informasi yang lengkap tentang status kesehatan klien.

2. Diagnosa Keperawatan Keluarga


Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosa keperawatan meliputi
problem atau masalah, etiologi atau penyebab, dan sign atau tanda yang
selanjutnya dikenal dengan PES ( Harmoko, 2012).
Setelah mendapat data dari pengkajian, selanjutnya data tersebut
diinterpresentasikan dan di analisa untuk mengetahui masalah yang muncul,
kemudian penulis menentukan dan menegakkan diagnosa keperawatan
keluarga dengan menggunakan aturan yang telah disepakati dalam teoritis,
terdiri dari: etiologi, tanda dan gejala, proses penularan, pencegahan.
Pada tinjauan teoritis ditemukan 6 diagnosa keperawatan, sedangkan
pada tinjauan kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada teori :
1. bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret kental dan
secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perasaan mual, batuk produktif
3. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya
mekanisme pertahanan diri, menurunnya aktivitas silia/secret statis,
kerusakan jaringan atau terjadinya infeksi lanjutan, malnutrisi, paparan
lingkungan, kurangnya pengetahuan untuk mencegah paparan dari kuman
pathogen.
4. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga.
5. Ancaman kesehatan keluarga berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga dalam memodifikasi kebersihan lingkungan

Sedangkan pada kasus ditemukan 3 diagnosa keperawatan yaitu:


4. Risiko terjadinya penularan pada anggota keluarga berhubungan
dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan
penyakit TBC
5. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap
perawatan penyakit TBC.
6. Ancaman kesehatan keluarga berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga dalam memodifikasi kebersihan lingkungan

Diagnosa keperawatan pada kasus yang tidak ditemukan pada teori


adalah:
1. bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan secret kental
dan secret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema
trakeal/faringeal.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan perasaan mual, batuk produktif
Penulis tidak menemukan 2 diagnosa keperawatan diatas dikarenakan
pada saat pengkajian dengan pasien, penulis tidak menemukan gejala-
gejala yang menunjukkan diagnosa keperawatan diatas. Tetapi pada
tinjauan kasus pada Tn.M ditemukan diagnosa keperawatan :
Risiko terjadinya penularan pada anggota keluarga berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan penyakit TBC.
Kasus ini diangkat karena keluarga tidak tahu bahwa penyakit ini dapat
mudah menular dan pengetahuan keluarga kurang tentang penyakit yang
di derita Tn.M.
Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga. Hal ini diangkat
karena pada saat pengkajian Tn.M dan keluarga belum banyak
mengetahui tentang informasi perawatan penyakit TB Paru.
Ancaman kesehatan keluarga berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan keluarga dalam memodifikasi kebersihan lingkungan. Kasus
ini diangkat karena kondisi keadaan rumah yang tidak sehat dapat
menyebabkan ancaman bagi kesehatan anggota yang lainnya.

1. Rencana Asuhan Keperawatan


Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk di laksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan atau masalah keperawatan yang telah di
identifikasi( Harmoko, 2012).
Dalam perencanaan kasus semuanya sesuai dengan perencanaan yang
terdapat dalam tinjauan teoritis, yang mana telah disusun menurut teoritis.
Pada diagnosa Risiko terjadinya penularan pada anggota keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap pencegahan
penyakit TBC telah disusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang di temukan dan di susun menurut teoritis.
Pada diagnosa Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga
yang sakit berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap
perawatan penyakit TBC perencanaan sesuai dengan teoritis dimana penulis
tidak menemukan hambatan yang berarti, karena semua terdapat pada teoritis
yang telah di dapatkan dari literature
Pada diagnosa Ancaman kesehatan keluarga berhubungan dengan
kurangnya pengetahuan keluarga dalam memodifikasi kebersihan lingkungan

2. Implementasi
Pada tahap ini adalah tahap kerja bagi penulis. Penulis melakukan
implementasi sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang penulis buat.
Tindakan keperawatan dilakukan dalam 2 kali kunjungan rumah. Dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga Tn.M di kampung Sukorejo Lr.
Dwikarso, penulis tidak menemukan hambatan, sikap klien dan keluarga yang
kooperatif, terbuka dan keinginan memperoleh informasi yang lengkap
tentang status kesehatan khususnya TB Paru memudahkan penulis
menerapkan implementasi kepada klien dan keluarga.

3. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan keluarga.
Evaluasi merupakan tahap yang menentukan apakah tujuan dapat tercapai
sesuai yang ditetapkan dalam tujuan direncanakan keperawatan ( Harmoko,
2012)
Evaluasi pada kunjungan terakhir tanggal 5 desember 2016 dirumah
Tn.M jam 15.00 WIB dengan prioritas utama anggota keluarga menderita TB
Paru. Di dapatkan data objektif keluarga Tn.M tampak dapat menjawab
pertanyaan tentang pengertian tanda dan gejala penyebab akibat dan cara
pencegahannya, kemudian intervensi dihentikan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan
Asuhan keperawatan keluarga dilakukan pengkajian kepada Tn. M
dilakukan berdasarkan teori freedman (2010) meliputi penjajakan tahap I dan
penjajakan tahap II yaitu 5 tugas pokok keluarga. Dengan diagnose
keperawatan prioritas pada keluarga Tn. M yang pertama Risiko terjadinya
penularan pada anggota keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
keluarga terhadap pencegahan penyakit TBC dengan skor 3 2/3. Dan diagnosa
kedua Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga terhadap perawatan
penyakit TBC dengan skor 2 2/3.
Rencana tindakan dibuat berdasarkan 5 tugas pokok keluarga yaitu
ketidakmampuan keluarga mengenal penyakit TB paru, mengambil keputusan
dengan penyakit TB paru, melakukan perawatan sederhana pada anggota
keluarga dengan TB paru, memodifikasi lingkungan pada penderita TB paru,
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
Pelaksanaan keperawatan yang dilakukan pada keluarga Tn. M mulai
dari mengenal masalah krluarga dengan TB paru,TUK 2 mengambil keputusan
dalam mengatasi masalah, TUK 3 melakukan perawatan, TUK 4
memodifikasi lingkungan keluarga dengan TB paru
Evaluasi dari asuhan keperawatan keluarga dengan menggunakan
metode SOAP pada keluarga Tn. M selama 3 hari berdasarkan pelaksanaan
yang telah dilakukan, tujuan dari masing-masing diagnose yang ditemukan
sudah tercapai.

5.2 Saran
1. Bagi Keluarga
Diharapkan agar keluarga mampu merawat dan mencegah terjadinya
penularan penyakit kepada anggota keluarga yang lain dan keluarga
mampu memodifikasi lingkungan rumah yang sehat dan bersih.
2. Bagi Perawat
Diharapkan perawat mampu melakukan proses keperawatan mulai dari
proses pengkajian, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan
dengan benar dan tepat.
3. Bagi Puskesmas Kenten Palembang
Diharapkan agar petugas kesehatan dapat meningkatkan penyuluhan
tentang penyakit menular seperti TB Paru dan penerapan PHBS (Prilaku
Hidup Bersih dan Sehat) di wilayah kerja Puskesmas Kenten.
4. Bagi Institusi Pendidikan
Agar penelitian ini dapat menjadi bahan referensi dan merupakan
informasi lengkap yang bermanfaat untuk pengetahuan mahasiswa
khususnya tentang Asuhan Keperawatan Keluarga pada Pasien TB Paru.

DAFTAR PUSTAKA
Adbdulah wahid dan suprapti imam. 2013. Asuhan Keperawatan Pada
Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: Trans Info Media.

Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA. Jogjakarta: Mediaction.

https://arifwr.wordpress.com/2009/06/09/tbc-paru/
http://dianrina89.blogspot.co.id/2013/02/contoh-askep-tbc-tuberculosis-
terbaru.html.

http://www.konsultankolesterol.com/penyakit-tbc.html

http://www.depkes.go.id

Jhonson R dan R, Leny. 2010. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Numed.

Harmoko. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Najmah.2014. Epideminologi Penyakit Menular. Jakarta: trans info media.

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah, dan


Penyakit Dalam. Yogyakarta: Numed.

Suriadi dan yulianni,Rita. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta:


Sagung Seto.

R.Fallen dan Dwi, R.Budi. 2011. Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas.


Yogyakarta: Numed.

STIKES MITRA ADIGUNA

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

PALEMBANG

LEMBAR KONSULTASI
Nama : KARINA EKA APRIYANTI

Nim : A.14.11.022

Judul Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Tn.M Dengan Gangguan


Tuberculosi Paru

Dosen Pembimbing : Drs. Bambang Bemby Soebyakto, MA,PhD

No Materi Konsultasi Keterangan/catatan Diajukan Selesai Diperiksa


Pembimbing Oleh
Tanggal Paraf
Mahasiswa

1. BAB I

2. BAB II

3. BAB III

4. BAB IV

5. BAB V

Palembang, Desember 2016

Pembimbing
Drs. Bambang Bemby Soebyakto, MA,PhD

NIK: 199416060004

Anda mungkin juga menyukai