KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang
Oleh:
Eka Sevit Devita
NIM. P 17420513018
KTI
Oleh :
NIM. P 17420513018
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang dengan rahmat dan
dan hambatan. Tetapi, berkat bantuan, arahan serta bimbingan dari berbagai pihak
maka Laporan kasus ini dapat di selesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
Laporan Kasus.
v
6. Bapak dan Ibu dosen beserta para staf Program Studi D III Keperawatan
Magelang.
7. Bapak Wiyono, Ibu Siti Daulatun dan Anggra Desta Aru, orang tua dan adik
penulis yang selalu memberikan doa dan motivasi, dukungan moral dan
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, masih
terdapat banyak kekurangan yang penulis belum atau tidak mengetahuinya. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
Semoga laporan kasus ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pembaca,
Amin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
1. Pengertian .................................................................................................... 6
2. Etiologi......................................................................................................... 7
4. Patofisiologi ................................................................................................. 8
7. Penatalaksanaan ......................................................................................... 13
1. Pengertian .................................................................................................. 17
vii
2. Ciri – Ciri Pertumbuhan dan Perkembangan Anak ................................... 18
1. Pengkajian .................................................................................................. 29
3. Evaluasi ...................................................................................................... 43
B. Pengkajian ..................................................................................................... 47
D. Perencanaan ................................................................................................. 54
E. Pelaksanaan .................................................................................................. 58
F. Evaluasi ....................................................................................................... 65
A. Pembahasan .................................................................................................. 70
B. Simpulan ....................................................................................................... 88
1. Pengkajian ................................................................................................. 88
viii
3. Perencanaan ............................................................................................... 89
4. Pelaksanaan ................................................................................................ 90
5. Evaluasi ...................................................................................................... 90
6. Kesenjangan ............................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ringan sampai tinggi, disertai sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan
diketahui bahkan kadang ada yang tidak memiliki gejala sama sekali.
(WHO, 2010)
bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas dan lain-lain, oleh karena
1
2
musim penghujan, sehingga orang tua harus lebih waspada agar anak
Jateng, 2014).
anak yang dirawat di bangsal anak. Kasus DHF di RSUD Tidar Magelang
Angka kejadian DHF di RSU Tidar pada tahun 2014 dari bulan Januari
cairan oral. Jika asupan oral tidak memenuhi kebutuhan pasien maka harus
2012)
metabolik.
Hemoragic Fever pada anak di Ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah
Tidar Magelang”.
4
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini antara lain sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
(DHF) .
C. Manfaat Penulisan
1. Secara Teoritis
yang bersangkutan .
2. Secara Praktis
perpustakaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
(Ngastiyah, 2005)
gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala,
(Andriyani, 2014)
Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang ditandai dengan demam ringan
sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan
2. Etiologi
Indonesia virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe
virus degue yaitu DEN-1, DEN-2, DEN- 3 dan DEN-4. DEN-2 dan DEN-3
(Nursalam, 2005)
3. Manifestasi Klinis
Berikut adalah gejala klinis untuk diagnosis DHF menurut patokan WHO
b. Manifestasi perdarahan, terdapat uji torniket positif dan adanya salah satu
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat, disertai tekanan nadi yang
teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki,
2005)
8
lambat, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,
sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembap dan anak tampak
gelisah.
d. Derajat IV : Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan
4. Patofisiologi
T baik T- helper (CD4) dan T- sitotoksik (CD8) berperan dalam respn imun
memproduksi IL-4, IL-5, IL-6 dan IL-10; c). Monosit dan makrofag
oleh makrofag; d). Selain itu aktivasi komplemen oleh kompleks imun
Nyamuk Aedes yang sudah terinfesi virus dengue, akan tetap infektif
sepanjang hidupnya dan terus menularkan kepada individu yang rentan pada
manusia, virus dengue akan menuju organ sasaran yaitu sel kuffer hepar,
peran pada infeksi ini, dimulai dengan menempel dan masuknya genom
virus ke dalam sel dengan bantuan organel sel dan membentuk komponen
virus dilepaskan dari dalam sel. Infeksi ini menimbulkan reaksi immunitas
protektif terhadap serotipe virus tersebut tetapi tidak ada cross protective
dilepaskan C3a dan C5a, 2 peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin
masa renjatan. Pada pasien dengan renjatan berat volume plasma dapat
menurun sampai 30 % atau lebih. Jika keadaan tersebut tidak teratasi akan
Supresi sumsum tulang, dan 2). Destruksi dan pemendekan masa hidup
trombosit. Gambaran sumsum tulang pada fase awal infeksi (< 5 hari)
2009)
11
5. Pathway DHF
12
6. Pemeriksaan Penunjang
hematokrit, jumlah trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya
rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibodi spesifik
terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG lebih banyak.
plasma biru (LPB) > 15 % dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
plasma.
h. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi) : bila akan diberikan
k. IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke 14, pada
7. Penatalaksanaan
cairan tubuh, istirahat yang cukup, nutrisi. Selain itu diberikan pula obat
antipiretik, akan tetapi hindari pemberian aspirin dan NSAID karena obat-
Formula:
BW x 1000) mL
a. Derajat I dan II
1) Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat (RL) dengan
dosis 75 ml/ kg BB/ hari untuk anak dengan berat badan kurang dari
10 kg atau bersama dengan pemberian oralit, air buah atau air susu
15
sebagai berikut :
kg.
hari.
b. Derajat III
ml/kg BB/ jam, jika nadi dan tensi tidak stabil lanjutkan jumlah
kg.
perhitungan di atas.
c. Derajat IV
perhitungan di atas.
17
(Hidayat, 2009)
1. Pengertian
dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau seluruhnya karena adanya
ada pertambahan secara kuantitatif dan hal tersebut terjadi sejak terjadinya
konsepsi yaitu bertemunya sel telur dan sel sprema hingga dewasa (IDAI cit
Nursalam, 2005).
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang
a. Perubahan proporsi tubuh, yang dapat diamati pada masa bayi dan
dewasa.
refleks primitif pada masa bayi, timbulnya tanda-tanda seks sekunder dan
perubahan lainnya.
masa tertentu yaitu masa pranatal, bayi dan adolensis dimana terjadi
sebagai berikut :
sempurna.
2) Masa Bayi
a) Wanita : 6 – 10 tahun
a) Wanita : 10 – 18 tahun
a. Faktor Herediter
yang meliputi bawaan, jenis kelamin dan suku bangsa. Faktor ini
pertumbuhan tulang.
b. Faktor lingkungan
gizi pada waktu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin dan
kesehatan).
21
c. Faktor Hormonal
baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran
hormonnya.
(Hidayat, 2009)
22
Tabel 2.1. Pertumbuhan dan Perkembangan Normal (Kathleen Morgan Speer, 2008)
Kemampuan Kemampuan
Perkembangan Fisik Aktifitas Motorik Kemampuan Sosial
Sensoris Komunikasi
Usia 2 Menunjukkan pertambahan Dapat dan terus Berespon Mulai mengembangkan Mulai menyuarakan
sampai 12 berat badan yaag cepat, menerus terhadap perasaan memercayai huruf konsonann
bulan terutama selama enam bulan memngangkat suara sebagai respons bila saat usia 3 – 4 bulan
(bayi) pertama, dengan pertumbuhan kepala saat usia 3 demnngan kebutuhannya dan huruf vokal saat
rata-rata sebesar 0, 75 kg per bulan. cara menoleh terpenuhi. berusia 4 – 6 bulan.
bulan, pertambahan berat Duduk tegak lurus ke arah suara Mulai mengembangkan Dapat tertawa
sekitar 340 g per nulan selama saat usia 7 bulan. saat berusia 4 bentuk kepribadian. kencang saat usia 4
bulan terakhir. Dapat melakukan bulan, Memerlukan stimulasi bulan
Panjang badan bertambah gerakan memutar berespon bila yang kontinu dan Mulai mengeluarkan
dengan rata-rata setinggi 2,5 dari tengkurap ke dipanggil bermain. lafal mulut saat
cm per bulan selama enam posisi duduk saat namanya saat Memperhatikan rasa berusia 6 – 9 bulan.
bulan pertama, lalu setinggi 1, berusia 10 bulan. berusia 10 menikmati saat di Dapat
3 cm per bulan selama bulan Dapat merangkak bulan. guncang- guncang, menghubungkan
terakhir. dengan lengan dan Mampu dikejutkan serta benda makna suara,
Lingkar kepaa bertambah lutut serta berfokus yang di rebut dari mengucapkan 1 kata,
sebesar 1, 3 cm selama enam melakukan terhadap tangannya dan serta mengerti
bulan pertama lalu 0, 6 cm per manuver saaat objek yang memperhatikan ucapan tidak, saat
bulan sampai akhir bulan. berdiri dan dekat saat perilaku imitasi saat usia 9 – 12 bulan.
Fontanel posterior menutup berpegangan ke berusia 5 usia 4 – 8 bulan.
sempurna saat minggu ke bangku saat bulan. Mengembangkan rasa
enam sampai minggu ke berusia 11 bulan. cemas yang aneh saat
delapan. berusia 6 – 9 bulan.
24
Perkembangan Kemampuan
Aktifitas Motorik Kemampuan Sensoris Kemampuan Sosial
Fisik Komunikasi
Usia 4 Frekuensi nadi dan Dapat berjalan Ketajaman visual Pada usia 4 tahun, sangat Pada usia 5 tahun
sampai 5 pernapasan serta perlahan menuruni mendekati 20 /10. mandiri dan agresif, dapat mengikuti 3
tahun tekanan darah tangga, Catatan : ambliopiia sangat bangga terhadap perintah yang
menurun. menggunakan kaki paling sering terjadi saat dirinya serta sering diberikan secara
Pertambahan berat bergantian. usia 4 tahun. bergosip tentang orang berurutan, bertanya
dan tinggi badan Dapat menendang lain. Serasa berimajinasi tentang makna kata
bertahan dengan dan menangkap mempunyai teman yang baru,
konstan. bola dengan baik. permainan, mungkin mempunyai
Tinggi badan 2 kali Dapat mengikat tali mengkhayal atau berada perbendaharaan kata
lipat dari saat lahir. sepatu saat berusia dalam dunia fantasi. sebanyak 2.100 kata,
Timbul gigi 5 tahun. Pada usia 5 tahun, dapat menghitung
permanen yang Berjinjit dengan tindakan suka dan mengenali uang,
pertama. menggunakan satu memberontak berkurang, menggunakan 6 – 8
Mulai kaki. siap untuk menyelesaikan kalimat, mampu
memperlihatkan Dapat tugas yang diberikannya. menguraikan
bertangan dominan menggunakan Dapat merawat diri lengkap.
kanan atau kiri. gunting dengan sendiri, mandiri tetapi
baik dapatt dipercaya. Mulai
memahami peraturan dan
penyesuaian, dapat
mengenali praduga, dekat
dengan orang tua yang
sama jenis kelaminnya.
Bersifat egosentris.
27
Kemampuan Kemampuan
Perkembangan Fisik Aktifitas Motorik Kemampuan Sosial
Sensoris Komunikasi
Usia 6 Saat usia 6 tahun, Pada usia 6 tahunmulai Sempurna Sangat kritis terhadap Memiliki sebanyak
sampai tinggi dan berat badan tampak cekatan berkembang dirinya sendiri. Dapat 2550-2600
12 tahun bertambah perlahan ; menggunakan tangannya menjadi sasaran depresi perbendaharaan kata.
ketangkasan sebagai alat; menggambar, bila tidak mampu Mampu
meningkat; anak menulis serta mewarnai memenuhi harapan mengartikulasikan
menjadi sangat aktif. dengan baik. seseorang. semua suara dalam
Saat usia 7 tahun, Pada usia 7 tahun, mampu Mengembangkan rasa bahasa ibu (bila
pertumbuhan sekitar 5 mengulang aktivitas hingga saling membangun ditemukan setiap
cm pertahun; postur ahli dalam aktivitas tersebut; yang kuat. masalah dalam
tubuh menjadi lebih menggunakan pisau makan. Dapat memikul tugas artikulasi pada usia ini
kuat dan keras. Pada usia 8 tahun, dan kewajiban dengan memerlukan evaluasi
Saat usia 10 – 12 ketrampilan motorik halus mandiri. segera)
tahhun, tinggi badan berkembang baik, mampu Mampu membuat ide- Dapat mempergunakan
bertambah perlahan, menggunakan alat-alat ide dan menentukan struktur kalimat yang
berat badan seperti palu dan obeng sikap terhadap masalah kompleks.
meningkat, anak seks. Mampu menggunakan
mungkin bisa obesitas Menikmati hobi, pola vokal dan irama
pada usia ini. aktivitas fisik serta suara sendiri untuk
Terdapat perubahan olahraga. menguraikan idenya.
pubersitas; tubuh anak Menggunakan kata
perempuan mulai untuk
lunak dan dikelilingi mengekspresikan
lemak. perasaan, keinginan
dan sikapnya.
28
Kemampuan Kemampuan
Perkembangan Fisik Aktifitas Motorik Kemampuan Sosial
Sensoris Komunikasi
Usia 13 Memperlihatkan perubahan Seluruh Sempurna Mulai mengeksplorasi Memiliki keahlian
sampai 18 yang signifikan pada kemampuan berkembang kebutuhan seperti orng dewasa,
tahun tulang, otot dan jaringan motorik halus dan emosionalnya; tetapi masih sering
adiposa. kasar telah pengujian yang sering menggunakan kata
Perubahan hormonal dapat berkembang terhadap otoritas orang slang atau jargon
menyebabkan pelebaran sempurna. tua dapat menjadi dalam
bahu, panjang tungkai Aktivitas saat ini penghalang hubungan berkomunikasi
lengan dan kaki meningkat diarahkan untuk orang tua dengan anak. dengan teman
pada anak laki-laki. memperhalus Dapat mengeksplorasi sebaya.
Pinggang, pinggul serta kemampuan tentang makna
payudara berkembang pada motorik. seksualitas.
anak perempuan. Merasakan kebutuhan
yang kuat akan
penyesuaian diri
dengan teman sebaya.
Dapat menjadi romantis
menghadapi kehidupan
sehari-hari atau
berfantasi terhadap
kematian.
Mulai membuat
perencanaan jangka
panjang.
29
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
orang tua, pendidikan orang tua dan pekerjaan orang tua. (Nursalam,
2005)
b. Keluhan utama
Keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati
perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemesis.
(Nursalam, 2005)
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bisa mengalami
(Nursalam, 2005)
30
e. Riwayat Imunisasi
(Nursalam, 2005)
f. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat
g. Kondisi Lingkungan
h. Pemeriksaan Fisik
1) Sistem Integumen
keringat dingin.
pada grade II, III, IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa
d) Dada
e) Abdomen
asites.
f) Ekstremitas
berikut :
kebutuhan metabolik.
3) Pola eliminasi
memberikan istirahat.
5) Pola tidur-istirahat
6) Pola kognitif-perseptual
8) Pola hubungan-peran
dengan anak.
2. Diagnosa Keperawatan
Batasan karakteristik :
Subjektif :
1) Perubahan sensasi
Objektif :
kelembapan)
34
4) Edema
diturunkan
Hasil NOC :
1) Status sirkulasi : Aliran darah yang tidak obstruksi dan satu arah
Intervensi NIC :
ektremitas.
suhu ekstremitas)
hipoestesia
warna kulit
b. Nyeri akut
yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan sampai berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya
Batasan karakteristik :
Subjektif :
isyarat
Objektif :
napas panjang)
36
7) Gangguan tidur
Hasil NOC :
Intervensi NIC :
dan masase)
c. Hipertermia
Batasan karakteristik :
1) Kulit kemerahan
4) Takikardi
5) Takipnea
Hasil NOC :
Intervensi NIC :
dokter.
38
intraseluler.
Batasan karakteristik :
Subjektif :
1) Haus
Objektif
2) Perubahan nadi
6) Kulit kering
8) Lemah
Hasil NOC :
ekstrasel tubuh.
yang adekuat.
39
Intervensi NIC :
misalnya diaforesis.
10) Pasang infus dan berikan cairan intravena sesuai anjuran dokter
Batasan karakteristik :
Subjektif :
1) Nyeri abdomen
2) Menolak makanan
Objektif
1) Kelemahan otot
3) Nyeri abdominal
Hasil NOC :
metabolik.
makanan dan cairan secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu.
4) Berat badan : tingkat kesesuaian berat badan, otot, dan lemak dengan
Intervensi NIC :
nutrisi
f. Resiko perdarahan
mengganggu kesehatan.
Faktor resiko :
Intervensi NIC :
Batasan karakteristik :
Subjektif :
1) Dipsnea
2) Napas pendek
Objektif :
1) Bradipnea
Hasil NOC :
pertukaraan gas.
5) Status tanda vital : tingkat suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah
Intervensi NIC :
bantu pernapasan.
anak
3. Evaluasi
Kriteria Hasil :
a) Tekanan darah
b) Nadi perifer
c) Turgor kulit
44
b) Warna kulit
c) Sensasi
d) Integritas kulit
b. Nyeri akut
Kriteria Hasil :
e) Gelisah
c. Hipertermi
Kriteria Hasil :
b) Hipertermia
c) Dehidrasi
d) Mengantuk
Kriteria Hasil :
magnesium)
Kriteria Hasil :
f. Resiko perdarahan
Kriteria Hasil :
Kriteria Hasil :
BAB III
LAPORAN KASUS
Pengkajian dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 pada pukul 14.30 WIB
di ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang. Klien
observasi, wawancara dengan klien dan keluarga klien, pemeriksaan fisik dan
status klien.
A. Biodata Klien
Kota Magelang. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 11 Januari 2016 jam
Klien di rawat inap di ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota
Magelang dengan penanggung jawab ibu kandung dari An. G, yaitu Ny. M,
B. Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
Januari 2016 didapatkan keluhan utama An. G yaitu demam dan mual.
0
Hasil pemeriksaan suhu badan saat pengkajian adalah 38 C, nadi
demam disertai pusing dan mual sejak lima hari yang lalu. Sebelum
tinggal pada tanggal 6 Januari 2016 kemudian oleh dokter puskesmas An.
G diberikan obat penurun panas, namun suhu badan An. G tidak turun.
Januari 2016 dan diberi obat penurun panas. Setelah minum obat suhu
tubuh An. G turun namun kemudian naik lagi. Orang tua klien lalu
membawa klien ke RSUD Tidar Kota Magelang pada pukul 09. 15 WIB
bahwa An. G belum pernah mengalami sakit yang serupa dan belum
pernah dirawat di Rumah Sakit. Sakit yang pernah diderita oleh An. G
tetapi teman bermainnya ada yang sedang sakit demam berdarah. An. G
tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat, makanan ataupun cuaca dan
An. G adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Selama hamil Ny.
yang Ny. M alami selama masa kehamilan hanya mual dan muntah biasa.
desa setempat dengan BB lahir 3400 gram dan PB 50 cm. Dari lahir
ASI eksklusif hanya selama empat bulan dan setelah berumur lima bulan
I, II, III, polio I, II dan DPT I, II saat berumur 2-3 bulan, DPT III dan
polio III saat berusia 4 bulan dan polio IV serta campak saat berusia 9
bulan.
2. Pemeriksaan Fisik
berbentuk mesochepal, tidak terdapat lesi ataupun luka dan kulit kepala
klien bersih. Respon buka mata klien spontan, konjunctiva tidak anemis,
sklera tidak ikterik dan pandangan mata tidak kabur. Hidung klien tidak
terdapat polip, tidak ada sekret dan tidak terjadi epitaksis. Telinga kiri dan
50
kanan klien simetris, tidak ada risiko perdarahan dan tidak ada serumen.
Membran mukosa bibir klien tampak kering, mulut klien tampak kotor
Pemeriksaan fisik bagian dada, inspeksi ekspansi dada simetris dan ictus
cordis tak terlihat, palpasi vokal fremitus sama pada kanan dan kiri, tidak
ada nyeri tekan, dan ictus cordis teraba pada intercosta 4, perkusi
terdengar bunyi sonor dan redup, auskultasi terdengar suara vesikuler dan
ada lesi, perkusi tympani, peristaltik 10 kali permenit, tidak ada nyeri
tekan, pada pemeriksaan genetalia terlihat bersih dan tidak ada kelainan.
3. Pengkajian Fungsional
didapatkan data bahwa ternyata orang tua klien belum mengetahui kenapa
demam yang dialami anaknya tidak segera sembuh. Ketika An. G sakit
antropometri yang meliputi berat badan klien 40 kg, tinggi badan klien 150
menurun, mukosa bibir tampak kering, konjuctiva tidak anemis dan sklera
mendapatkan diit bubur kasar. Sebelum sakit klien makan nasi 3 kali
sehari dan minum 4-5 gelas perhari. Saat sakit klien makan bubur 3 kali
klien BAK sebanyak 4-5 kali. Klien mengeluh belum BAB selama 2 hari.
lemas.
sakit klien tidak pernah tidur siang dan tidur malam dari jam 23.00 hingga
jam 05.00. namun selama sakit klien selalu melakukan tidur siang kurang
lebih selama 3 jam dan tidur malam dari jam 20.00 sampai jam 05.00.
yakin bahwa sakit yang diderita anaknya adalah cobaan dari Allah SWT
yaitu terjadi pembesaran pada lengan atasnya terjadi pelebaran bahu serta
temannya.
5. Pemeriksaan Diagnostik
pada tanggal 11 Januari 2016 pukul 09.30 didapatkan hasil yang abnormal
3
adalah trombosit An. G berada dibawah normal yaitu 89x10 g/dL
Januari 2016 pukul 09.30 WIB didapatkan hasil positif untuk keduanya.
6. Program Terapi
C. Perumusan masalah
2016 pukul 12.30 WIB didapatkan data subyektif dan obyektif. Data subjektif
20x/menit. Kulit klien teraba panas, terlihat kemerahan, mukosa bibir klien
kering dan klien tampak lemah. Hasil pemeriksaan serum imunologi IgG dan
kulit teraba panas, tampak kemerahan, mukosa bibir klien kering dan klien
tampak lemah.
banyak dan angka trombosit klien dibawah normal yaitu 89x103 g/dL .
lemas. Data objektifnya klien tampak lemas, mukosa bibir kering, klien
mengalami peningkatan suhu tubuh yaitu 38o C serta kulit klien tampak
hari anaknya susah makan. Klien mengatakan mual dan tiap kali makan
rasanya mau muntah. Data objektif yang didapatkan adalah klien makan habis
seperempat porsi, klien tampak lemah dan mukosa bibir kering. Berdasarkan
padahal sudah diberi obat. Data objekif yang didapatkan adalah ibu klien
kurang informasi.
D. Perencanaan
1x24 jam masalah hipertermi teratasi dengan kriteria hasil suhu tubuh klien
dalam rentang normal yaitu 36-37,5 oC, kulit tidak terlihat kemerahan dan
keadaan anak. Intervensi kedua berikan kompres hangat pada aksila, kening
keempat adalah anjurkan keluarga klien untuk memakaian klien baju yang
darah, apabila nilai trombosit dibawah normal maka akan semakin tinggi
56
klien dan keluarga untuk melindungi klien dari injury. Rasionalnya adalah
klien dengan trombosit rendah apabila terjadi injury akan berisiko terjadi
risiko perdarahan.
adekuat, membran mukosa lembab, turgor kulit kurang dari 2 detik, BAK
normal), tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 80-100 kali permenit,
suhu 360 C – 37,50 C, RR 20-25 kali permenit) dan asupan oral dan IV
adekuat.
pantau status hidrasi dan kehilangan cairan, monitor tanda-tanda vital, dorong
keluarga untuk memberikan makan dan minum, pantau intake dan output
(makanan habis ¾ porsi rumah sakit), tidak terjadi mual dan muntah, tidak
klien agar lebih kooperatif. Intervensi kelima kolaborasi dengan dokter dalam
kriteria hasil keluarga klien mengetahui tentang penyakit klien, keluarga klien
E. Pelaksanaan
hipertermi yang dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 yang pertama adalah
pada pukul 12.30 WIB memonitor suhu tubuh anak. Respon subjektif yang
sembuh, dan respon objektif yang didapatkan adalah akral klien teraba panas,
suhu tubuh klien 38oC, nadi klien 88x/menit, frekuensi napas klien 22x/menit,
kulit klien tampak kemerahan dan mukosa bibir klien tampak kering. Pada
saat itu juga memberikan obat parasetamol 500 mg untuk klien. Respon
subjektif yang didapatkan adalah keluarga klien menanyakan obat apa yang
diberikan dan respon objektif yang didapatkan adalah obat penurun panas
parasetamol 500 mg masuk ke tubuh klien via oral serta Vit C dan juga
keluarga klien untuk melakukan kompres hangat pada bagian dahi dan aksila
banyak agar tidak terjadi dehidrasi. Respon subjektif yang didapat adalah ibu
minum.
59
subjektif yang didapat adalah ibu klien mengatakan panas tubuh anaknya
sudah turun dan respon objektif yang didapatkan adalah suhu tubuh klien
37,5oC nadi 80x/menit frekuensi napas 20x/menit, akral teraba hangat, mukosa
yang pertama dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016 adalah pada pukul
didapat adalah klien mengatakan tidak terjadi risiko perdarahan dan respon
objektif yang didapat adalah terdapat patekie pada tangan, hemoglobin klien
memantau nilai hemoglobin klien. Nilai hemoglobin klien adalah 14,8 g/dL.
klien mengatakan bersedia untuk bedrest selama sakit. Respon objektif yang
didapatkan adalah klien tidak pernah beranjak dari tempat tidur kecuali untuk
ke kamar mandi.
sejak dari IGD. Klien tampak lemas, membran mkosa bibir kering, turgor kulit
memotivasi klien untuk makan dan minum, ibu klien mengatakan anak mau
advis dokter.
waktu 8 jam, ibu klien mengatakan selama 8 jam klien BAK 2 kali sebanyak
300cc. Makan seperempat porsi rumah sakit, minum kurang lebih 500cc .
Klien tampak lemas, membran mkosa bibir kering, turgor kulit baik, akral
memotivasi klien untuk makan dan minum, ibu klien mengatakan anak mau
advis dokter.
waktu 8 jam, ibu klien mengatakan selama 8 jam klien BAK 3 kali sebanyak
450cc. Makan seperempat porsi rumah sakit, minum kurang lebih 600cc .
demam. Klien tampak lebih segar, membran mukosa bibir lembab, turgor kulit
memotivasi klien untuk makan dan minum, ibu klien mengatakan anak mau
advis dokter.
waktu 8 jam, ibu klien mengatakan selama 8 jam klien BAK 2 kali sebanyak
300cc. Makan seperempat porsi rumah sakit, minum kurang lebih 500cc .
kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dilakukan pertama kali pada
62
konjuctiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik. D: klien makan bubur
sedikit tetap merasa mual namun ibu klien mengatakan akan berusaha
membujuk anaknya agar mau makan dari sedikit-sedikit. Respon objektif yang
selama dirumah sakit belum gosok gigi karena tidak boleh menggosok gigi
menjaga mulut tetap bersih dan terhindar dari risiko perdarahan. Pukul
didapat adalah klien bersedia diberi obat melalu suntikan. Respon objektif
adalah klien mengatakan tidak terjadi risiko perdarahan dan respon objektif
63
yang didapat adalah patekie pada tangan masih ada, hemoglobin klien
memantau nilai hemoglobin klien. Nilai hemoglobin klien adalah 14,4 g/dL.
melindungi diri dari injury. Respon subjektif yang didapat adalah klien
mengatakan akan hati-hati agar tidak terjadi benturan atau jatuh. Respon
objektif yang didapat adalah klien tampak mengerti dengan apa yg dijelaskan.
pukul 08.00 WIB. Implementasi yang dilakukan adalah menilai status nutrisi
lemah, mukosa bibir tampak kering dan klien tampak lemas D: klien makan
intavena. Respon subjektif yang didapat adalah klien bersedia diberi obat
melalui suntikan. Respon objektif yang didapat adalah obat ranitidine masuk
Klien mengatakan mual sudah berkurang namun masih enggan untuk makan.
mengatakan tidak terjadi risiko perdarahan dan respon objektif yang didapat
adalah patekie pada tangan sudah mulai menghilang, hemoglobin klien 14,4
memantau nilai hemoglobin klien. Nilai hemoglobin klien adalah 14,4 g/dL.
152x103 g/dL.
tidak anemis dan sklera tidak ikterik. D: klien makan bubur habis satu porsi.
didapat adalah klien bersedia diberi obat melalu suntikan. Respon objektif
tentang penyakit klien. Respon subjektif yang didapatkan adalah ibu klien
65
mengatakan sudah tahu jika anaknya sakit DBD dan DBD disebabkan karena
digigit nyamuk penyebab DBD. Respon objektif yang didapat adalah klien
tentang penyakit DHF. Respon yang diberikan oleh klien dan keluarga adalah
dan mengatakan akan lebih waspada lagi terhadap serangan nyamuk aedes
F. Evaluasi
2016 pukul 20.00 WIB. Data subjektif yang didapatkan adalah ibu klien
mengatakan keadaan anaknya sudah membaik, sudah tidak demam lagi. Data
objektif yang didapatkan adalah pengukuran suhu tubuh klien saat dilakukan
Januari 2016 dilakukan pada pukul 20.00 WIB. Data subjektif yang
kanan klien, nilai trombosit 89x103 g/dL, nilai hemoglobin 14,8 g/dL.
terjadinya risiko perdarahan, monitor nilai hb, monitor nilai trombosit, dan
Januari 2016 dilakukan pada pukul 20.00 WIB. Data subjektif yang
objektif yang didapatkan adalah patekie di sekitar tangan kanan klien mulai
Januari 2016 dilakukan pada pukul 20.00 WIB. Data subjektif yang
objektif yang didapatkan adalah patekie di sekitar tangan kanan klien mulai
yaitu evaluasi Subjektif (S) : ibu klien mengatakan An. G sudah tidak
demam, BAK kurang lebih 300cc dan makan seperempat porsi rumah
sakit. Data Objektif (O) : didapat bahwa cairan yang masuk ke tubuh
klien dengan yang keluar lebih banyak cairan yang masuk. Klien masih
lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit baik dan kulit tampak kering.
makan dan minum, pantau intake dan output (balance cairan) selama 8
yaitu evaluasi Subjektif (S) : ibu klien mengatakan An. G sudah tidak
demam, BAK kurang lebih 450cc dan makan setengah porsi rumah sakit.
Data Objektif (O) : didapat bahwa cairan yang masuk ke tubuh klien
dengan yang keluar lebih banyak cairan yang masuk. Klien masih lemas,
mukosa bibir lembab, turgor kulit baik dan kulit tampak kering.
makan dan minum, pantau intake dan output (balance cairan) selama 8
Evaluasi yang didapat pada tanggal 13 Januari 2016 pada An. G yaitu
evaluasi Subjektif (S) : ibu klien mengatakan An. G sudah tidak demam,
BAK kurang lebih 300cc dan makan tigaperempat porsi rumah sakit. Data
Objektif (O) : didapat bahwa cairan yang masuk ke tubuh klien dengan yang
keluar lebih banyak cairan yang masuk. Klien sudah tidak lemas, mukosa
bibir lembab, turgor kulit baik dan. Assesment (A) : masalah kekurangan
kebutuhan tubuh dilakukan pada tanggal 11 Januari 2016. Data subjektif yang
didapatkan adalah klien mengatakan mual sudah berkurang dan tidak terjadi
mukosa bibir tampak kering, konjuctiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik.
D: klien makan bubur habis seperempat porsi. Berdasar data tersebut maka
tubuh belum teratasi. Rencana tindak lanjut untuk masalah keperawatan ini
adalah dengan lanjutkan intervensi yaitu menilai status nutrisi klien, jelaskan
subjektif yang didapatkan adalah klien mengatakan sudah tidak mual dan
anemis dan sklera tidak ikterik. D: klien makan bubur habis setengah porsi.
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi. Rencana tindak lanjut
menilai status nutrisi klien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
subjektif yang didapatkan adalah klien mengatakan sudah tidak mual dan
tidak anemis dan sklera tidak ikterik. D: klien makan bubur habis satu porsi.
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi. Rencana tindak lanjut untuk
menilai status nutrisi klien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
tanggal 13 Januari 2016 pada pukul 17.00 WIB. Data subjektif yang didapat
adalah klien mengatakan sekarang lebih mengerti tentang penyakit DBD dan
dengan apa yang sudah dijelaskan dan mampu mengulangi lagi apa itu
70
pengertian DBD, penyebab, tanda dan gejala dan cara mencegah serta cara
BAB IV
dengan Dengue Hemoragic Fever pada anak G di ruang Dahlia bangsal anak
dampak apabila masalah yang muncul tersebut tidak ditangani, tujuan yang akan
dicapai penulis, tindakan yang dilakukan penulis agar tujuan yang sudah
hambatan atau kendala yang dirasakan saat mengolah kasus dan pembenaran
A. Pembahasan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
(Nursalam , 2005). Sesuai dengan teori bahwa teman klien ada yang
71
menderita demam berdarah jadi ada kemungkinan bahwa klien tertular virus
sering kali adalah anak-anak berusia dibawah 15 tahun. Jadi sesuai dengan
gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri
pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan spontan. Gejala yang
dialami klien sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh teori tersebut.
menurut patokan WHO gejala klinis untuk diagnosis DHF diantaranya adalah
demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2 sampai 7 hari (tanpa
sebab yang jelas), manifestasi perdarahan, terdapat uji torniket positif dan
adanya salah satu bentuk yang lain misalnya patekie, ekimosis, epistaksis,
diraba sejak permulaan sakit), syok yang ditandai dengan nadi lemah, cepat,
disertai tekanan nadi yang menurun (menjadi 20 mmHg atau kurang), tekanan
disertai kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
88x/menit dan frekuensi napas 20x/menit. Kulit klien teraba panas, terlihat
kemerahan, mukosa bibir klien kering dan klien tampak lemah. Data
tanda: kulit merah, suhu tubuh meningkat diatas rentang normal, frekuensi
mortalitas yang tinggi. Hal tersebut bisa terjadi karena panas akan
kehilangan panas pada tubuh. Selain itu juga akan mengakibatkan heat
pada permulaan sakit atau hari kedua sampai ketujuh. Peningkatan suhu
1x24 jam masalah hipertermi teratasi dengan kriteria hasil suhu tubuh
o
klien dalam rentang normal yaitu 36-37,5 C, kulit tidak terlihat
susun adalah monitor suhu anak secara berkala. Intervensi kedua berikan
kompres hangat pada aksila, kening dan lipatan paha. Intervensi ketiga
didapatkan adalah akral klien teraba panas, suhu tubuh klien 38oC, nadi
kemerahan dan mukosa bibir klien tampak kering. Hal ini sesuai dengan
pernyataan WHO bahwa tanda gejala DHF salah satunya adalah demam
melakukan kompres hangat pada bagian dahi dan aksila klien. Kompres
dilakukan pada bagian tubuh yang dialiri pembuluh darah besar dapat
sekitar yang suhunya lebih rendah dari suhu badan (Widjaja, 2008).
demam lagi. Data objektif yang didapatkan adalah suhu tubuh klien saat
diharapkan yaitu suhu tubuh klien dalam rentang normal yaitu 36-37,5 oC,
mukosa kering, kulit kering, peningkatan suhu tubuh dan lemah. Pada
volume cairan.
adekuat, membran mukosa lembab, turgor kulit kurang dari 2 detik, BAK
normal), tanda-tanda vital dalam batas normal (nadi 80-100 kali permenit,
76
suhu 360 C – 37,50 C, RR 20-25 kali permenit) dan asupan oral dan IV
adekuat.
memberikan makan dan minum, pantau intake dan output (balance cairan)
selama 8 jam.
lemas, membran mkosa bibir kering, turgor kulit baik, akral hangat dan
kuring tampak kering. Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan
elektrolit, gejala dehidrasi berat atau pun sedang atau ringan akan muncul,
sehingga BAK akan menjadi sedikit atau bahkan oliguri sampai anuria
(Ngastiyah, 2005).
dengan tanda denyut jantung menjadi kuat, nadi cepat dan kecil, tekanan
2005).
77
memotivasi klien untuk makan dan minum, ibu klien mengatakan anak
sesuai advis dokter dengan indikasi untuk mengganti cairan yang hilang
Profession, 2006).
dalam waktu 8 jam, ibu klien mengatakan selama 8 jam klien BAK 2 kali
lebih 500cc . Cairan infus 300cc, terapi obat 3cc. Dehidrasi dapat
yaitu evaluasi Subjective (S) : ibu klien mengatakan An. G sudah tidak
demam, BAK kurang lebih 300cc dan makan seperempat porsi rumah
sakit. Data Objective (O) : didapat bahwa cairan yang masuk ke tubuh
klien dengan yang keluar lebih banyak cairan yang masuk. Klien masih
78
lemas, mukosa bibir kering, turgor kulit baik dan kulit tampak kering.
makan dan minum, pantau intake dan output (balance cairan) selama 8
yaitu evaluasi Subjective (S) : ibu klien mengatakan An. G sudah tidak
demam, BAK kurang lebih 450cc dan makan setengah porsi rumah sakit.
Data Objective (O) : didapat bahwa cairan yang masuk ke tubuh klien
dengan yang keluar lebih banyak cairan yang masuk. Klien masih lemas,
mukosa bibir lembab, turgor kulit baik dan kulit tampak kering.
makan dan minum, pantau intake dan output (balance cairan) selama 8
yaitu evaluasi Subjektif (S) : ibu klien mengatakan An. G sudah tidak
demam, BAK kurang lebih 300cc dan makan tigaperempat porsi rumah
sakit. Data Objektif (O) : didapat bahwa cairan yang masuk ke tubuh klien
dengan yang keluar lebih banyak cairan yang masuk. Klien sudah tidak
lemas, mukosa bibir lembab, turgor kulit baik dan. Assesment (A) :
79
intervensi.
(Wilkinson,2013)
(NANDA,2013)
nafsu makan karena pada saat pengkajian didapatkan data subjektif ibu
mengatakan mual dan tiap kali makan rasanya mau muntah. Data objektif
atau kebugaran anak dimulai dari makanan. Asupan nutrisi yang cukup
dan bergizi merupakan faktor penting untuk kesehatan dan daya tahan
80
kurang dari kebutuhan tubuh yang tidak ditangani adalah akan terjadi
(Widjaja,2008).
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dengan kriteria hasil intake
adalah menilai status nutrisi klien. Status gizi anak yang menderita DHF
dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat
DHF sering mengalami keluhan mual, muntah dan nafsu makan menurun.
Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang
cukup maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
Implementasi hari kedua sama dengan yang dilakukan pada hari pertama
mengatakan mual sudah berkurang dan tidak terjadi muntah. Data objektif
bibir tampak kering, konjuctiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik. D:
klien makan bubur habis seperempat porsi. Berdasar data tersebut maka
menilai status nutrisi klien, jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat untuk
obat antimual.
Hasil observasi hari kedua klien sudah tidak mual dan muntah
setengah porsi rumah sakit sehingga belum memenuhi kriteria hasil yang
Hasil observasi hari ketiga klien sudah tidak mual, tidak muntah,
rumah sakit. Kondisi klien tersebut sudah sesuai dengan kriteria hasil yang
mungkin muncul dalam kasus DHF namun pada saat pengkajian penulis
perlu penjelasan mengenai demam anaknya yang tidak segera sembuh dan
diderita anaknya serta orang tua klien tampak sangat khawatir terhadap
keadaan anaknya.
orang tua klien perlu mengetahui tentang penyakit yang diderita anaknya
ditulis oleh dr. Nia Kania, SpA., Mkes dalam artikel Penatalaksanaan
orangtua mempunyai fobia demam. Orang tua mengira bahwa bila tidak
dijelaskan.
yang pernah dilanda DBD dan juga sudah banyak korban jiwa masih
sering muncul lagi. Oleh karena itu, penyuluhan kepada orang tua agar
mengerti dengan apa yang sudah dijelaskan dan mampu mengulangi lagi
apa itu pengertian DBD, penyebab, tanda dan gejala dan cara mencegah
5. Risiko perdarahan
merah bertambah banyak dan angka trombosit klien dibawah normal yaitu
arteri lemah, edema, kulit pucat saat elevasi, tidak kembali saat tungkai
kembali diturunkan, perubahan suhu kulit, nadi lemah atau tidak teraba.
86
Pada kasus ini klien tidak mengalami satu atau lebih tanda gejala yang
7. Nyeri akut
menghela napas panjang), perilaku menjaga daerah nyeri, bukti nyeri yang
kasus ini padahal pada teori diagnosa yang mungkin muncul salah satunya
B. Simpulan
1. Pengkajian
mengetahui kenapa demam yang dialami anaknya tidak segera sembuh dan
2. Diagnosa Keperawatan
mual.
3. Perencanaan
anak secara berkala, berikan kompres hangat pada aksila, kening dan
asupan cairan oral klien, anjurkan keluarga klien untuk memakaian klien
baju yang tipis serta dapat menyerap keringat dan berkolaborasi dengan
dari kebutuhan tubuh adalah menilai status nutrisi klien, anjurkan kepada
dan keluarga tentang penyakit DHF dan berikan penyuluhan tentang cara
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
yang diangkat oleh penulis teratasi karena telah memenuhi kriteria hasil
6. Kesenjangan
a. Diagnosa yang terdapat dalam terori namun tidak ditemukan data pada
tersebut:
2) Nyeri akut
b. Diagnosa yang tidak ada dalam teori namun penulis menemukan dalam
(SAP)
Waktu : 30 menit
Tempat :
mampu :
3. Materi Penyuluhan
a) Pengertian DHF
5. Media : Leaflet
6. Pelaksanaan :
Tujuan
b. Menjelaskan tanda
gejala DHF
c. Menjelaskan cara
penularan DHF
d. Menjelaskan ciri-
ciri nyamuk
penyebab DHF
e. Menjelaskan agar
salam penutup
7. Sumber
Aerlangga
8. Evaluasi
c. Butir Soal :
9. Materi Penyuluhan
1. Pengertian DHF
2. Gejala-gejala DHF .
a. Demam tinggi
b. Mual, muntah
c. Pembesaran hati
d. Manifestasi perdarahan
genangan air
A. BIODATA
1. Nama : Eka Sevit Devita
2. NIM : P 17420513018
3. Tanggal Lahir : 23 Agustus 1995
4. Tempat Lahir : Magelang
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat Rumah :
a. Dusun : Butuh Kulon RT 001 RW 006
b. Kelurahan : Butuh
c. Kecamatan : Sawangan
d. Kab/Kota : Magelang
e. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telepon:
a. Rumah :-
b. HP : 085743877685
8. E-mail : dekasevit@yahoo.co.id
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. SD Negeri 1 Butuh, lulus tahun 2007.
2. SMP Negeri 1 Mungkid, lulus tahun 2010.
3. SMA Negeri 1 Muntilan, lulus tahun 2013.