Anda di halaman 1dari 99

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GANGGUAN


PROSES KELUARGA PADA TAHAP PERKEMBANGAN ANAK
REMAJA DI KELURAHAN MERSI KECAMATAN PURWOKERTO
TIMUR KABUPATEN BANYUMAS

KTI

Disusun untuk memenuhi persyaratan kuliah Tugas Akhir


pada Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

Wiwit Umayah
NIM. P1337420214082

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATANPURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
2017
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GANGGUAN


PROSES KELUARGA PADA TAHAP PERKEMBANGAN ANAK
REMAJA DI KELURAHAN MERSI KECAMATAN PURWOKERTO
TIMUR KABUPATEN BANYUMAS

KTI

Disusun untuk memenuhi persyaratan kuliah Tugas Akhir


pada Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

Wiwit Umayah
NIM. P1337420214082

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATANPURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
2017

i
LAPORAN KASUS

Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gangguan Proses Keluarga pada


Tahap Perkembangan Anak Remaja di Kelurahan Mersi Kecamatan
Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas

KTI

Disusun untuk memenuhi persyaratan kuliah Tugas Akhir


Pada Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

Wiwit Umayah
NIM. P1337420214082

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKES SEMARANG
2017

ii
ABSTRAK

Latar Belakang: Keluarga pada tahap perkembangan anak remaja merupakan


tantangan yang paling besar karena pada tahap ini remaja berada pada posisi
dilematis sehingga dapat mengakibatkan proses dalam keluarga akan terganggu
misalnya adanya perubahan dalam komunikasi orang tua dengan remaja,
hubungan antar anggota keluarga yang semakin meregang, tidak adanya dukungan
emosi terhadap remaja yang akan menimbulkan konflik.
Metode: Penulis menggunakan metode deskriptif, adapun sampelnya adalah satu
keluarga dengan tahap anak remaja dengan gangguan proses keluarga, data ini
diperoleh dengan cara yaitu wawancar, pemeriksaan dan pengamatan.
Hasil: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama enam kali kunjungan
dalam implementasi masalah gangguan proses keluarga sebagian telah sesuai
dengan rencana yang telah direncanakan.
Kesimpulan: Pengelolaan asuhan keperawatan gaangguan proses keluarga pada
tahap perkembangan anak remaja merupakan suatu masalah yang komplek karena
dalam melakukan tindakan keperawatan tidak hanya berfokus pada satu anggota
keluarga melainkan seluruh anggota keluarga sehinggaa membutuhkan strategi
yang tepat untuk dapat beradaptasi dengan seluruh anggota keluarga tersebut.

Kata kunci: Tahap perkembangan anak remaja, gangguan proses keluarga

vi
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Gangguan Proses Keluarga pada Tahap
Perkembangan Anak Remaja di Kelurahan Mersi RT 05 RW 05 Kecamatan
Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas”. Laporan kasus ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan DIII Keperawatan di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Program Studi Keperawatan
Purwokerto Tahun Akademik 2016-2017.
Dalam penyusunan laporan kasus ini penulis telah banyak mendapat
bimbingan, bantuan, do’a serta motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Sugiyanto, S.Pd., M.App., Sc selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang.
2. Putrono, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Semarang.
3. Walin, SST., M.Kes selaku Ketua Program Studi Keperawatan Purwokerto.
4. Sugeng Riyadi, S.Kep., Ns., M.Si selaku dosen Pembimbing dan Penguji yang
telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan kasus.
5. Meisje M Kuhu, SKM., MPH selaku dosen ketua penguji laporan kasus.
6. Ulfah Agus S, S.Kep., MH selaku dosen penguji laporan kasus.
7. Ruti Wiyati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing Akademik.
8. Segenap Dosen dan staff Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto
Politeknik Kesehatan Semarang.
9. Drs. H. Chaariri shofa, M.Ag dan Dra. Hj. Umi Afifah, M.Si selaku pengasuh
pondok pesantren Darussalam beserta seluruh dewam asatidz dan pengurus
pondok pesantren Darussalam Dukuh Waluh, Purwokerto.
10. Kedua orang tuaku tercinta, adikku tersayang, dan keluarga besar yang selalu
mendo’akan, mendukung dan memberikan semangat.

vii
11. Muhammad Makhludi Djazuli yang selalu mendo’akan dan memberikan
semangat.
12. Teman-teman kamar Ruqoyah pondok pesantren Darussalam yang senantiasa
memberi motivasi untuk maju menggapai masa depan yang lebih baik.
13. Teman-teman mahasiswa Prodi DIII Keperawatan Purwokerto Poltekkes
Kemenkes Semarang.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan kasus ini jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, penulis memohon maaf dengan setulus hati dan penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
laporan ini. Besar harapan penulis semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat.
Amiin.

Purwokerto, 16 Januari 2017

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i


HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................ v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
PRAKATA .................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Tujuan ........................................................................................... 2
C. Manfaat ......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 4
A. Konsep Perkembangan Keluarga pada Tahap Anak Remaja ....... 5
B. Konsep Gannguan Proses Keluarga ............................................. 6
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada Keluarga dengan
Gangguan Proses keluarga............................................................ 7
1. Pengkajian .............................................................................. 7
2. Diagnosis ................................................................................ 9
3. Perencanaan ............................................................................ 10
4. Implementasi .......................................................................... 11
5. Evaluasi .................................................................................. 12
BAB III METODA ......................................................................................... 14
A. Metoda Penulisan ......................................................................... 14
B. Sampel .......................................................................................... 14
C. Lokasi ........................................................................................... 14
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 15

ix
E. Analisis ......................................................................................... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 16
A. Hasil ............................................................................................. 16
1. Pengkajian .............................................................................. 16
2. Diagnnosa Kepeawatan .......................................................... 18
3. Perencanaan ........................................................................... 19
4. Implementasi ......................................................................... 20
5. Evaluasi ................................................................................. 22
B. Pembahasan .................................................................................. 23
1. Pengkajian ............................................................................. 23
2. Diagnosa Keperawatan .......................................................... 24
3. Perencanaan............................................................................ 25
4. Implementasi .......................................................................... 28
5. Evaluasi .................................................................................. 29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan........................................................................................ 31
B. Saran .............................................................................................. 32
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Kriteria Hasil Evaluasi NOC Fungsi Keluarga .............................. 10
2.2 Kriteria Hasil Evaluasi NOC Kinerja Pengasuh Remaja ............... 10
2.3 Kriteria Hasil Evaluasi NOC Normalisasi Keluarga ..................... 11

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga merupakan kontrak sosial yang paling dasar untuk mencetak


manusia yang berkualitas. Sampai saat ini masyarakat meyakini bahwa
keluarga merupakan ketahanan moral bagi setiap individu. Demikian juga
dalam keluarga tidak terlepas dari tahap-tahap perkembangan keluarga
sehingga orang tua bertanggung jawab atas tugas perkembangan tersebut.
Perubahan di setiap tahap perkembangan keluarga diikuti perubahan tugas
keluarga berdasarkan fungsi yang dimiliki. Tantangan yang paling besar yaitu
bagi keluarga pada perkembangan anak remaja karena keluarga pada tahap ini
berada pada posisi dilematis, mengingat remaja sudah mulai menurun
perhatianya terhadap orang tua di bandingkan dengan teman sebayanya, pada
tahapan ini seringkali timbul perbedaan pendapat antara orang tua dan anak
remaja (Duval 1972, dalam Setiawati & Dermawan, 2008, p. 20).
Berdasarkan pengamatan penulis tentang remaja dalam mengambil
keputusan karir yang belum sesuai, hal tersebut sangat dipengaruhi oleh
dukungan keluarga misalnya setelah lulus dari SMA, yakni karena keinginan
orang tua anak kuliah di jurusan yang tidak sesuai dengan pilihan dirinya
sehingga tidak semangat belajar, sering membolos kuliah dan acuh tak acuh
terhadap kuliahnya. Hal tersebut mengakibatkan proses dalam keluarga akan
terganggu misalnya adanya perubahan dalam komunikasi orang tua dengan
remaja, hubungan antar anggota keluarga yang semakin meregang, tidak
adanya dukungan emosi terhadap remaja sehingga dapat menimbulkan
konflik. Selain itu juga masalah finansial di dalam keluarga yang menjadikan
kendala dalam proses belajar, remaja memilih berhenti sekolah karena merasa
terbebani dengan biaya.

1
2

Menciptakan hubungan antar anggota keluarga yang harmonis, penuh


kasih sayang, perhatian orang tua, daya kontrol dan bimbingan orang tua serta
komunikasi orang tua yang efekif sangat membantu remaja dalam
mengembangkan identitasnya secara realistik sehingga dapat meminimalisir
perilaku menyimpang remaja. Penelitian yang dilakukan Triyanto (2013, p. 3)
di Kecamatan Baturaden Banyumas menyimpulkan bahwa optimalisasi
dukungan keluarga dapat meningkatkan perilaku adaptif remaja. Sebelum
perlakuan di temukan bahwa perilaku maladaptif remaja sebanyak 40% atau
sebanyak 12 orang, namun setelah perlakuan menurun menjadi satu orang
(3%). Perilaku remaja yang adaptif semakin meningkat dari 18 orang (60%)
menjadi 29 orang (97%).
Dalam kenyataanya, menciptakan hubungan antar anggota keluarga
yang harmonis dan optimalisasi dukungan keluarga dalam menjalankan
proses keluarga yang efektif tidak berjalan dengan baik karena terdapat
beberapa hambatan seperti kesibukan orang tua, gangguan finansial keluarga,
dampak kemajuan teknologi internet, dan ego orang tua. Dengan demikian
perlu adanya upaya dalam keluarga untuk selalu memberikan dorongan dan
ruang untuk berkumpul bersama, memberikan ruang untuk bertukar pendapat
atau berdiskusi tentang masalah yang dihadapi.
Berdasarkan kasus yang telah diuraikan, maka penulis tertarik untuk
membuat proposal laporan kasus “Asuhan Keperawatan Keluarga dengan
Gangguan Proses Keluarga pada Tahap Perkembangan Anak Remaja di
Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten
Banyumas”.
3

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pengelolaan asuhan keperawatan pada keluarga
dengan gangguan proses keluarga pada tahap perkembangan anak remaja
di Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas
dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian pada keluarga dengan gangguan proses
keluarga pada tahap perkembangan anak remaja di Kelurahan Mersi
Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
b. Menggambarkan penegakkan diagnosa keperawatan yang ditemukan
pada keluarga dengan tahap perkembangan anak remaja di
Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten
Banyumas.
c. Menggambarkan perumusan rencana keperawatan sesuai dengan
diagnosa yang ada untuk memecahkan masalah pada keluarga
dengan tahap perkembangan anak remaja Kelurahan Mersi
Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
d. Menggambarkan pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah dirumuskan pada keluarga dengan tahap
perkembangan anak remaja Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto
Timur Kabupaten Banyumas.
e. Menggambarkan kemampuan dalam melakukan evaluasi asuhan
keperawatan yang telah dilakukan pada keluarga dengan tahap
perkembangan anak remaja Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto
Timur Kabupaten Banyumas.
4

C. Manfaat Penulisan

Hasil pengelolaan keperawatan diharapkan dapat memberikan manfaat,


antara lain:
1. Bagi pihak keluarga
Memberikan manfaat dalam peningkatan pengetahuan dan ketrampilan
tentang perawatan pada keluarga dengan tahap perkembangan anak
remaja.
2. Bagi profesi keperawatan
Sebagai informasi dan pengetahuan bagi profesi keperawatan khususnya
untuk keperawatan komunitas dalam pengelolaan keperawatan keluarga
dengan gagguan proses keluarga pada tahap perkembangan anak remaja.
3. Bagi akademi keperawatan
Sebagai bahan informasi, referensi bagi Akademi Ilmu Keperawatan
khususnya Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Prodi
Keperawatan Purwokerto dalam pengelolaan keperawatan keluarga
dengan gagguan proses keluarga pada tahap perkembangan anak remaja.
4. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan, pengalaman serta memberikan informasi
kepada masyarakat dalam pengelolaan keperawatan keluarga dengan
gagguan proses keluarga pada tahap perkembangan anak remaja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga pada Tahap Perkembangan Anak Remaja

1. Pengertian

Tahap perkembagan keluarga menurut Duval (1985) dalam


(Setiadi, 2008, p. 14) membagi keluarga dalam 8 tahap perkembangan,
yaitu: Keluarga baru (bergaining family), keluarga dengan anak pertama
< 30 bulan (child Bearing), keluarga dengan anak pra sekolah, Keluarga
dengan abak usia sekolah, Keluarga dengan anak remaja, keluarga dengan
anak dewasa, keluarga usia pertengahan (midle age family), keluarga
lanjut usia.
Adapun tahap perkembangan keluarga dengan tahap
perkembangan anak remaja merupakan tahap yang ke V, yaitu keluarga
dimana dimulai pada saat anak pertama berumur 13 tahun dan biasanya
berakhir pada umur 19 tahun sampai 20 tahun (Mubarak, 2009, p. 89).

2. Tugas keluarga pada tahap perkembangan anak remaja

Menurut Duval (1985) dalam (Setiadi, 2008, p. 14) tugas keluarga


pada tahap anak remaja,yaitu:
a. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang
seimbang dan bertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang
dewsa muda yang memilik otonom).
b. Memelihara komunikasi yang terbuka (cegah gep komunikasi).
c. Memelihara huungan dalam keluarga.
d. Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.

5
6

3. Konflik antara remaja dan orang tua

Konflik remaja dengan orang tua merupakan salah satu hal yang
banyak mengundang perhatian para peneliti. Area yang menjadi
perhatian pada umumnya adalah frekuensi terjadinya konflik. Banyak
orang beranggapan bahwa konflik orang tua-anak disebabkan oleh sikap
remaja yang menentang orang tuanya. Seagian ilmuwan memandang
penentangan remaja merupakan tanda terkikisnya moral. Cara pandang
orang tua dan remaja terhadap konflik dan ketidaksetujuan dintara
mereka seringkali berbeda. Orang tua selalu melihat dari sudut pandang
kewenangan orang tua dan tatanan sosial (Jamaludin, 2016, p. 88).

B. Konsep Gangguan Proses Keluarga

1. Pengertian

Gangguan proses keluarga adalah perubahan dalam hubungan dan/atau


fungsi keluarga (Herdman & Kamitsuru, 2015, p. 312).

2. Batasan karakteristik

Menurut Herdman & Kamitsuru (2015, p. 312) batasan


karakteristik gangguan proses keluarga yaitu:
a. Penurunan ketersediaan dukungan emosi
b. Perubahan dalam kepuasan terhadap keluarga
c. Perubahan dalam partisipasi di dalam pembuatan keputusan
d. Perubahan dalam partisipasi di dalam penyelesaian masalah
e. Perubahan dalam pola hubungan
f. Perubahan dalam pola komunikasi
g. Perubahan dalam ritual
h. Tidak efektif dalam menyelesaikan tugas
7

3. Penyebab

Menurut Herdman & Kamitsuru (2015, p. 312) faktor yang dapat


menyebabkan gangguan proses keluarga, yaitu:
a. Gangguan finansial keluarga
b. Krisis perkembangan
c. Pergeseran kekuatan anggota keluarga
d. pergeseran peran keluarga
e. perubahan interaksi dengan komunitas
f. perubahan status sosial keluarga
g. situasi transisi
h. transisi perkembangan

C. Konsep dasar Asuhan Keperawatan pada Keluarga dengan Gangguan


Proses Keluarga pada Tahap Perkembangan Anak Remaja
1. Pengkajian

Dalam pengkajian asuhan keperawatan keluarga dengan gangguan


proses keluarga akan ditemukan adanya perubahan peranan anggota
keluarga dan fungsi keluarga sehingga muncul ketidakmatangan dalam
hubungan keluarga seperti yang ditunjukkan oleh adanya pertengkaran
dalam keluarga, terus menerus mengkritik atau komentar yang
merendahkan anggota keluarga. Menurut Friedman (2010, p. 263)
pengkajian pada keluarga dengan gangguan proses keluarga, yaitu:
a. Kaji keluarga secara utuh dan atau serangkaian hubungan keluarga
dan sejauh mana pola komunikasi yang digunakan, dapat dikaji
dengan pertanyaan:
1) Seberapa tegas dan jelas anggota menyatakan kebutuhan dan
perasaan mereka?
2) Apakah anngota keluarga mendapatkan dan merespon umpan
balik secara baik, atau mereka tidak mendorong adanya umpan
balik tentang suatu isu?
8

3) Apakah anggota berinteraksi dengan sikap menghina terhadap


pesan?
4) Seberapa sering pesan emosional digunakan?
5) Bagaimana cara atau sikap anggota keluarga saling
berkomunikasi?
6) Apakah pesan sesuai dengan perkembangan usia anggota?
7) Bagaimana pola pengiriman pesan penting biasanya? Apakah
terdapat perantara?
b. Kaji keluarga dalam pembuatan keputusan
1) Teknik spesifik apa yang digunakan untuk pembuatan keputusan
di dalam keluarga dan sejauh mana teknik ini digunakan?
2) Siapa yang membuat keputusan?
3) Seberapa penting hasil keputusan tersebut terhadap keluarga?
4) Siapa yang mendisiplin dan memutuskan kegiatan anak-anak?
c. Kaji karakteristik peran di dalam keluarga
1) Siapa model yang mempengaruhi anggota keluarga di kehidupan
aewal mereka?
2) Sejauh mana masing-masing anggota keluarga saling
mendukung?
3) Apakah perilaku peran anggota keluarga saat ini sesuai dengan
perkembangan?
d. Kaji stresor, kekuatan, persepsi keluarga dan strategi koping
keluarga:
1) Stresor apa yang dialami oleh keluarga?
2) Sumber apa yang dimiliki keluarga untuk mengatasi stresor?
3) Bagaimana reaksi keluarga terhadap stresor yang dialaminya?
4) Strategi koping apa yang diterapkan keluarga tehadap masalah
yang dialami?
9

Menurut Suprajitno (2007, p. 40) pengkajian fokus keluarga


dengan anak usia remaja, yaitu:
a. Bagaimana karakteristik teman di sekolah atau dilingkungan rumah?
b. Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang?
c. Bagaimana perilaku anak selama di rumah?
d. Bagaimana hubungan anak remaja dengan adiknya, dengan teman
sekolah atau teman bermain?
e. Siapa saja yang berda di rumah selama anak remaja di rumah?
f. Bagaimana proses anak di sekolah dan prestasi apa yang pernah
diperoleh anak?
g. Apa kegiatan di luar rumah selain sekolah, berapa kali, berapa lama,
dan dimana?
h. Apa kebiasaan anak di rumah?
i. Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri?
j. Berapa lama waktu yang disediakan orang tua untuk anak?
k. Siapa yang menjadi figur bagi anak?
l. Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak?
m. Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Wilkinson & Ahern (2011, P. 286) Diagnosa gangguan


proses melibatkan seluruh keluarga dan keluarga tersebut memiliki
sumber untuk melakukan koping secara efektif dengan stresor dengan
data subjektif perubahan dalam kepuasan terhadap dan data objektifnya
yaitu saling mendukung, pola komunikasi, penentuan tugas, ekspresi
konflik dalam keluarga, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Jika
stresor tidak diatasi secara efektif, gangguan proses keluarga dapat
berkembang menjadi ketidakmampuan koping keluarga.
10

3. Perencanaan Proses Keperawatan

Perencanaan asuhan keperawatan gangguan proses keluarga


menurut Moorhead (2016, P.216) setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan dapat membantu meminimalisir gangguan
proses keluarga.
NOC : Fungsi Keluarga
NIC : Konseling
Intervensi:
a. Bangun hubungan terapeutik yang didasarkan pada rasa saling
percaya dan saling menghormati
b. Tunjukan empati, kehangatan, dan ketulusan
c. Sediakan privasi dan berikan jaminan kerahasiaan
d. Sediakan informasi faktual yang tepat dan sesuai kebutuhan
e. Bantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah atau situasi yang
menyebabkan distress
f. Bantu keluarga untuk membuat daftar dan memprioritaskan
kemungkinan alternatif penyelesaian masalah

NOC : Kinerja Pengasuhan Remaja


NIC : Pendidikan Orang Tua: Remaja
Intervensi:
a. Minta orang tua untuk menggambarkan karakteristik anak remaja
mereka
b. Pahami hubungan perilaku orang tua dengan tujuan yang sesuai
dengan usia anak
c. Ajarkan orang tua mengenai karakteristik normal fisiologis,
emosional, dan kognitif remaja
d. Identifikasi tugas perkembangan atau tujuan dari periode hidup
remaja
e. Atasi dampak dari perkembangan kognitif remaja terkait proses
pengambilan keputusan.
11

f. Instruksikan orang tua mengenai ketrampilan komunikasi yang


penting yang akan meningkatkan kemampuan mereka yang
berempati terhadap remaja mereka dan membantu remaja mereka
untuk memecahkan masalah
g. Bagikan strategi untuk mengelola persepsi remaja mengenai
penolakan orang tua

NOC : Normalisasi Keluarga


NIC : Peningkatan Normalisasi
Intervensi:
a. Tingkatkan pengembangan keanggotaan anak ke dalam sistem
keluarga tanpa membiarkan anak menjadi fokus utama dari keluarga
b. Anjurkan orang tua untuk menyeimbangkan keterlibatan keluarga
dalam program khusus terkait dengan kebutuhan khusus bagi anak
dan kegiatan-kegiatan normal keluarga dan masyarakat
c. Tentukan aksesibilitas dan kemampuan anak untuk berpartisipasi
dalam kegiatan
d. Anjurkan orang tua untuk tetap mengambil waktu untuk memenuhi
kebutuhan pribadi mereka
e. Anjurkan keluarga untuk menjaga jaringan sosial yang biasa dan
sistem pendukung

4. Implementasi

Ketika akan melakukan implementasi harus melakukan kontrak


terlebih dahulu dengan keluarga sasaran yang meliputi kapan
dilaksanakan, berapa lama waktu yang diperlukan, topik yang akan
didiskusikan, siapa yang akan melaksanakan, anggota keluarga yang
mendapatkan informasi, atau ada peralatan yang harus disiapkan oleh
keluarga. Dari perencaaan gangguan proses keluarga yaitu penulis
melakukan implementasi sebagai berikut: memberikan konseling
mengenai faktual tentang gangguan proses keluarga, membantu keluarga
12

untuk memilih keputusan yang tepat, membagikan strategi strategi untuk


mengelola persepsi remaja mengenai penolakan orang tua, membantu
melakukan perubahan lingkungan yang ada di keluarga seoptimal
mungkin, membantu keluarga merujuk pada kelompok pendukung,
sesuai dengan kebutuhan.

5. Evaluasi

Kriteria evaluasi yang dicapai keluarga dengan gangguan proses


keluarga sesuai dengan yang diharapkan menurut Moorhead (2016, P.
216) berdasarkan NOC:
Tabel 2.3
Kriteria hasil NOC Fungsi Keluarga
Hasil
No. Indikator
Awal Hasil Tujuan
Melibatkan anggota keluarga dalam 4
pemecahan masalah
Anggota keluarga bisa menerima 4
ide-ide baru
Anggota keluarga bisa saling 4
mendukung
Anggota keluarga bisa saling 4
membantu

Tabel 2.2
Kriteria hasil NOC Kinerja Pengasuh Remaja
Hasil
No. Indikator
Awal Hasil Tujuan
Menunjukkan model peran untuk 4
integritas pribadi
Memberikan kesempatan 4
dilakukanya aktivitas keluarga
Anggota keluarga bisa saling 4
mendukung
Membantu remaja untuk mengatasi 4
emosi secara kostruktif
13

Tabel 2.3
Kriteria hasil NOC Normalisasi Keluarga
Hasil
No. Indikator
Awal Hasil Tujuan
Memenuhi kebutuhan psikososial 4
anggota keluarga
memenuhi kebutuhan psikososial 4
anggota keluarga
mempertahankan aktivitas dan 4
rutinitas yang tepat
menyediakan aktivitas yang sesuai 4
dengan usia dan kemampuan
anggota keluarga yang terkena
dampak.

Keterangan:
1. Tidak pernah menujukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menujukkan
4. Sering menujukkan
5. Selalu menujukkan
BAB III

METODA

A. Metoda Penulisan

Metoda yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan case study, yaitu metode penelitian yang tidak
memerlukan hipotesis, maka demikian tidak membutuhkan uji hipotesis dan
termasuk penelitian observasional (Swarjana, 2015, P. 53). Menurut Hasmi
(2016, P. 5) tujuan dari metode deskriptif yaitu untuk mempelajari distribusi
dan determinan keadaan-keadaan yang berkaitan dengan kesehatan pada
populasi tertentu yang memberikan informasi yang akurat dan berguna dalam
pengambilan kebijakan dan tindakan kesehatan masyarakat.

B. Sample

Teknik pengamilan sample dilakukan dengan cara conveniece


sampling method (non-probability sampling technique) yaitu pengambilan
sample yang digunakan dimana subyek yang dipilih karena kemudahan atau
keinginan peneliti (Nursalam, 2009, P. 40). Dalam penelitian ini sampel yang
diambil adalah satu keluarga dengan tahap anak remaja dengan gangguan
proses keluarga.

C. Lokasi

Laporan kasus “gangguan Proses Keluarga pada Keluarga dengan


Tahap Perkembangan Anak Remaja, lokasi pengambilan yang digunakan
penulis dalam pembuatan laporan kasus adalah di Kelurahan Mersi RT 05
RW 05 Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.

14
15

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penyusunan


gangguan proses keluarga pada keluarga Tn A dengan tahap perkembangan
anak remaja adalah dengan wawancara dan pengamatan. Teknik
pengumpulan data dengan wawancara yaitu penulis dalam mendapatkan data
dengan bertanya langsung kepada responden sedangkan pengamatan adalah
suatu perbuatan secara aktif yang mengamati objek penelitian dan
menguraikan fenomena yang ditemukan (Hasmi, 2016, P. 42).

E. Analisis

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang di


peroleh baik hasil wawancara, pemeriksaan fisik maupun observasi. setelah
dianalisis dilakukan skoring dan prioritas. Selanjutnya data disajikan dalam
bentuk laporan kasus. Analisis data dilakukan dengan mengungkapkan
keadaan yang sebenarnya dibandingkan dengan teori.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil laporan kasus ini berisi rangkaian asuhan keperawatan pada


keluarga Tn. P dengan diagnosa gangguan proses keluarga pada tahap
perkembangan anak remaja di Kelurahan Mersi RT 05 RW 05 Kecamatan
Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas. Asuhan Keperawatan ini
dilaksanakan selama 6 (enam) kali kunjungan mulai dari tanggal 22 April
sampai 05 Mei 2017. Pengelolaan keperawatan gangguan proses keluarga
menggunakan proses keperawatan keluarga dari pengkajian, perumusan
masalah, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi tindakan
keperawatan yang sudah dilakukan.

1. Pengkajian

Keluarga Tn. P mempunyai anak bernama Sdri. M usia 14 tahun,


pendidikan terakhir SD, agama Islam, sekarang duduk di kelas 2 SMP
Gunung Jati namun sudah 2 minggu tidak masuk sekolah. Sdri. M tinggal
bersama keluagarnya yaitu Tn. P ( ayah, umur 57 tahun) dan Ny. K (Ibu,
umur 48 tahun) di Kelurahan Mersi RT 05 RW 05 Kecamatan
Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas. Tn. P bekerja sebagai buruh
harian lepas, pendidikan terakhir tidak tamat SD hanya sampai kelas 2,
beragama islam, Tn. P berasal dari Sumbang Kecamatan Kembaran, anak
keempat dari empat bersaudara dan ketiga saudaranya bertempat tinggal
di Sumbang. Ny. K sebagai Ibu Rumah Tangga yang mengurusi
pekerjaan dirumah, beragama islam, pendidikan terakhir tidak tamat SD
hanya sampai kelas 2, Ny. K asli orang Mersi yang merupakan anak
kedua dari empat bersaudara dan saudara yang masih hidup tinggal satu
yaitu anak keempat yang tinggal berdampingan dengan keluarga Ny. K.
16
17

Kedua orang tua Tn. P dan Ny. K juga sudah meninggal karena sudah
lansia.
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 24 April 2017
diketahui bahwa Sdri. M sudah tidak sekolah selama 2 minggu
dikarenakan malu dan merasa terbebani dengan biaya yang belum
dibayarkan. Keluarga Sdri. M merupakan keluarga yang tergolong
kurang mampu. Tn. P bekerja sebagai buruh harian lepas atau bisa
dikatakan kerjanya serabutan. Tn. P tidak bekerja apabila tidak ada orang
yang menyuruhnya sehingga penghasilanya pun tidak menentu,
terkadang hanya dapat RP. 20.000 perhari atau paling banyak RP. 50.000
perhari, sedangkan istrinya yaitu Ny. K sebagai ibu rumah tangga yang
mengurusi pekerjaan di rumah seperti masak, mencuci, dan bersih-bersih
rumah. Penghasilan keluarga Tn. P hanya didapat dari Tn. P yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari di rumah,
pembayaran listrik dan pembayaran sekolah anaknya.
Meskipun kedua orangtua Sdri. M tidak berpendidikan tinggi,
tetapi mereka ingin anaknya berpendidikan tinggi karena menganggap
bahwa pendidikan sangat penting untuk masa depan anaknya sehingga
Tn. P rela berkerja keras untuk membiayai sekolah Sdri. M, namun
sekitar 2 bulan yang lalu Tn. P didiagnosis oleh dokter terkena syindrom
iritasi usus (kram usus) sehingga selama 1 bulan Tn. P tidak bekerja
sehingga biaya sekolah Sdri. M belum dibayar selama 3 bulan sehingga
semenjak itu Sdri. M memutuskan untuk berhenti sekolah karena malu
dan takut apabila membebani keluarganya. Dua hari kemudian Sdri. M
mulai bekerja di sebuah toko baju di Dukuh Waluh berangkat pukul 8
pagi dan pulang pukul 9 malam, ia bekerja karena ingin membantu
keluarga supaya tidak menjadi beban keluarga dan ingin memenuhi
keinginanya sendiri, namun demikian orangtua Sdri. M tidak setuju
kalau Sdri. M bekerja karena masih kecil sehingga Ny. K selalu mencoba
membujuk dan memotivasi untuk tetap sekolah demi masa depanya
18

karena watak dari Sdri. M yang keras kepala maka ia selalu membantah
dan membentak apabila ibunya sedang menasehati.
Berdasarkan pengkajian yang penulis lakukan, penulis
mendapatkan data bahwa lima tugas keluarga ada yang terganggu yaitu
ketidakmampuan keluarga dalam mengenal masalah ditandai dengan
keluarga Tn. P tidak mengetahui bahwa anak usia remaja perlu adanya
dukungan keluarga dalam mencari jati dirinya, ketidakmampuan keluarga
Tn. P dalam mengambil keputusan yang tepat ditandai dengan keluarga
Tn. P tidak mengetahui tindakan yang harus dilakukan ketika anaknya
memutuskan untuk berhenti sekolah dengan alasan biaya,
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yaitu anak
remaja ditandai dengan Sdri. M selalu membantah nasehat ibunya
sehingga keluarga Tn. P tidak peduli dengan keputusan yang diambil
Sdri. M.
Berdasarkan pengkajian penulis diketahui bahwa semua anggota
keluarga Tn. P dalam kondisi sehat tidak ada keluhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital dalam batas normal namun terkadang merasakan pusing
dan pegel linu. Di dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun
namun Ny. K pernah mengalami kanker payudara dan dilakukan
pengangkatan payudara sebelah kanan sekitar 7 tahun yang lalu dan Tn.
P sempat didiagnosis oleh dokter terkena sindrom iritasi usus (kram usus)
namun sekarang sudah sembuh.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data pengkajian dapat dianalisis sebagai berikut:


Data subyektif keluarga Tn. P mengatakan biaya sekolah Sdri. M belum
dibayar sudah 3 bulan dan sekarang Sdri. M berhenti sekolah sudah 2
minggu, keluarga Tn. P mengatakan bahwa Tn. P bekerja sebagai buruh
harian lepas yang kerjanya dan penghasilanya tidak menentu terkadang
tidak bekerja apabila tidak ada yang menyuruh dan 2 bulan yang lalu Tn.
P tidak bekerja karena sakit, Keluarga Tn. P mengatakan anaknya tidak
19

mau sekolah dan bingung bagaimana cara membujuknya supaya mau


sekolah lagi, Ny.K mengatakan anaknya membantah apabila dinasehati
untuk tetap sekolah, keluarga Tn. P mengatakan tidak mengetahui
tentang perkembangan terkait anak remaja, tugas dan peran keluarga
pada tahap perkembangan anak remaja. Data objektif yang diperoleh
yaitu pada saat dilakukan pengkajian Sdri. M nampak berada di rumah
dan tidak berangkat sekolah dan tidak mau sekolah, Keluarga terlihat
pasrah terhadap keputusan anakanya yang berhenti sekolah Sdri. M
nampak membatah apabila ibunya sedang menasehatinya, keluarga Tn. P
tidak bisa menjawab pertanyaan terkait perkembangan anak remaja, tugas
dan peran keluarga pada tahap perkembangan anak remaja. Berdasarkan
data tersebut penulis menemukan masalah gangguan proses keluarga
pada tahap perkembangan anak remaja yaitu Sdri. M dengan etiologinya
atau faktor yang berhubungan adalah ketidakmampuan keluarga dalam
mengenal masalah.

3. Perencanaan

Perencanaan keperawatan untuk diagnosa gangguan proses


keluarga pada keluarga Tn. P dengan keluarga tahap perkembangan anak
remaja yaitu Sdri. M menggunakan lima tugas kesehatan keluarga yang
dipadukan dengan NOC dari diagnosa gangguan proses keluarga yaitu:
Kinerja Pengasuhan Keluarga dan NIC Pendidikan Orangtua Remaja,
direncanakan 6 (enam) kali kunjungan mulai tanggal 22 April 2017
sampai 5 Mei 2017, perencanaan tersebut meliputi:
Tujuan Umum: keluarga diharapkan dapat meminimalisir
gangguan proses keluarga pada tahap perkembangan anak remaja yang
dibuktikan dengan fungsi keluarga, kinerja pengasuhan remajaa,
normalisasi keluarga. Adapun tujuan khusus 1 diharapkan keluarga Tn.
P mampu mengenal masalah dan mengerti tentang gangguan proses
keluarga pada tahap perkembangan anak remaja. Dengan intervensi
meliputi kaji pengetahuan keluarga tentang masalah yang sedang dialami
20

sehingga terjadi gangguan proses keluarga, bantu keluarga untuk


mengidentifikasi masalah atau situasi yang menyebabkan gangguan
proses keluarga, berikan informasi tentang cara mengatasi gangguan
proses keluarga. Tujuan khusus 2 diharapkan keluarga mampu
mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat. Dengan intervensi
meliputi jelaskan akibat jika tidak dilakuakan tindakan penanganan yang
tepat, bantu keluarga untuk memprioritaskan kemungkinan alternatif
penyelesaian masalah, beri reinforcement dari tindakan yang diambil
oleh keluarga. Tujuan khusus 3 keluarga Tn. P mampu merawat
anggota keluarga pada tahap perkembangan anak remaja (Sdri. M).
Dengan intervensi meliputi minta orang tua untuk menggambarkan
karakteristik anak remaja mereka, berikan informasi tentang
perkembangan anak remaja, peran dan tugas keluarga yang harus
dipenuhi pada tahap perkembangan anak remaja, ajarkan keluarga
mengenai cara mengatasi masalah-masalah yang dialami anak remaja,
bagikan strategi untuk mengelola persepsi remaja mengenai penolakan
orang tua, Instruksikan orang tua mengenai ketrampilan komunikasi yang
penting yang akan meningkatkan kemampuan mereka yang berempati
terhadap remaja mereka dan membantu untuk memecahkan masalah.

4. Implementasi

Berikut akan diuraikan tindakan/implementasi yang telah


dilakukan beserta hasilnya dari diagnosa gangguan proses keluarga pada
tahap perkembangan anak remaja:
Implementasi yang dilakukan dengan tujuan keluarga mampu
mengenal dan mengerti tentang gangguan proses keluarga pada tahap
perkembangan anak remaja meliputi membina hubungan saling percaya,
menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan, memberikan jaminan
kerahasiaan, melakukan pengkajian pada keluarga Tn. P, membantu
keluarga untuk mengidentifikasi alasan Sdri. M berhenti sekolah,
membantu mengidentifikasikan masalah yang berkaitan dengan
21

perkembangan remaja mereka, melakukan kontrak waktu untuk


pertemuan selanjutnya.
Implementasi yang dilakukan dengan tujuan keluarga mampu
mengambil keputusan tentang penyelesaian masalah yang sedang
dihadapi. Dengan kriteria evaluasinya adalah berespon afektif, dengan
standar evaluasi keluarga Tn. A mampu memutuskan tindakan apa yang
akan dilakukan oleh keluarga untuk mengatasi permasalahan yang
dialami berupa membantu keluarga untuk memprioritaskan kemungkinan
alternatif penyelesaian masalah, merencanakan bersama keluarga untuk
menghubungi sekolahnya Sdri. M tentang keringanan biaya dan
merencanakan untuk membuat surat keterangan tidak mampu ke desa
apabila Sdri. M berminat untuk sekolah lagi.
Implementasi yang dilakukan dengan tujuan keluarga Tn. P
mampu merawat anggota keluarga yang sakit, dengan kriteria
evaluasinya adalah berespon psikomotor, dengan standar evaluasi
keluarga Tn. P mampu melakukan peran dan tugas keluarga yang harus
terpenuhi pada tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja
meliputi meminta orang tua untuk menggambarkan karakteristik anak
remaja mereka, memberikan informasi tentang perkembangan anak
remaja, peran dan tugas keluarga yang harus dipenuhi pada tahap
perkembangan anak remaja serta masalah (emosional) yang berkaitan
dengan perkembangan remaja, mengjarkan keluarga mengenai cara
mengatasi masalah-masalah yang dialami anak remaja. membagikan
strategi untuk mengelola persepsi remaja mengenai penolakan orang tua,
menginstruksikan orang tua mengenai ketrampilan komunikasi yang
penting yang akan meningkatkan kemampuan mereka yang berempati
terhadap remaja mereka dan membantu untuk memecahkan masalah.
22

5. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan mengenai tugas keluarga


tentang kemampuan keluarga dalam mengenal masalah evaluasi
formatifnya adalah Ny. K masih bingung bagaimana cara membujuk
anaknya yang berhenti sekolah karena alasan biaya supaya sekolah lagi,
Sdri. M tidak berangkat sekolah karena merasa terbebani dan malu
dengan temanya karena SPP sekolah belum dibayar selama 3 bulan.
Adapun rencana tindak lanjutnya yaitu bantu keluarga untuk
memprioritaskan kemungkinan alternatif penyelesaian masalah. Adapun
tindakan keperawatan mengenai tugas keluarga tentang mengambil
keputusan yang tepat, evaluasi formatif yang didapat yaitu keluarga
menyetujui tentang rencana menghubungi sekolahnya Sdri. M tentang
keringanan biaya dan merencanakan untuk membuat surat keterangan
tidak mampu ke desa apabila Sdri. M berminat untuk sekolah lagi.
Adapun rencana tindak lanjutnya yaitu berikan informasi tentang
perkembangan anak remaja, peran dan tugas keluarga yang harus
dipenuhi pada tahap perkembangan anak remaja, sediakan informasi
tentang masalah-masalah yang mungkin muncul pada anak remaja,
bagikan strategi untuk mengelola masalah-masalah yang muncul pada
anak remaja. Evaluasi formatif yang diperoleh mengenai tugas keluarga
tentang kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga anak
remaja adalah keluarga sudah mengetahui tentang perkembangan remaja
dan peran serta tugas yang harus dilakukan dalam keluarga tahap
perkembangan anak remaja dan mengetahui bagaimana mengatasi
masalah perkembangan anak remaja. Dengan rencana tindak lanjut yaitu
anjurkan keluarga untuk mempertahankan dan menerapkan tindakan-
tindakan yang telah diajarkan.
Hasil evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
enam kali kunjungan didapatkan bahwa Sdri. M tidak mau sekolah lagi
dan ia memutuskan untuk bekerja saja agar dapat membantu orangtuan
dan memenuhi kebutuhan sendiri, Sdri. M masih membantah apabila
23

sedang dinasehati ibunya, Ny. K sudah mengetahui tentang


perkembangan remaja dan peran serta tugas yang harus dilakukan dalam
keluarga tahap perkembangan anak remaja, Tn. P sudah mengetahui
bagaimana mengatasi masalah perkembangan anak remaja. Data
gangguan proses keluarga pada tahap perkembangan anak remaja belum
teratasi, dengan 1) Menunjukkan model peran untuk integritas pribadi
(skala awal 2, ke skala 3), 2) Memeberikan kesempatan dilakukanya
aktivitas keluarga (skala awal 2, ke skala 3), 3) Membantu remaja untuk
mengatasi emosi secara konstruktif (skala awal 2, ke skala 2), 4) Anggota
keluarga bisa saling mendukung (skala awal 1, ke skala 1). Rencana
tindak lanjut: anjurkan keluarga untuk mempertahankan dan menerapkan
tindakan-tindakan yang telah diajarkan.

B. Pembahasan

Dalam sub bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara
teori dengan kenyataan pada kasus yang telah dilakukan asuhan keperawatan
pada keluarga Tn. K pada tahap perkembangan keluarga anak remaja dari
tanggal 22 April 2017 sampai dengan tanggal 05 Mei 2017 di RT 05 RW 05
Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten Banyumas.
Tujuan pembahasan adalah untuk menjawab tujuan penulisan atau
bagaimana tujuan penulisan tercapai, termasuk kesenjangan-kesenjangan
yang ditemukan selama melakukan asuhan keperawatan pada keluarga Tn. P
Dengan diagnosa gangguan proses keluarga pada tahap perkembangan anak
remaja di Kelurahan Mersi RT 05 RW 05 Kecamatan Purwokerto Timur,
Kabupaten Banyumas. Pembahasan difokuskan pada aspek riwayat
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
24

1. Pengkajian

Penulis melakukan pengkajian dimulai pada tanggal 22 April


2017. Pada pengkajian, penulis mengalami kesulitan karena seluruh
anggota keluarga jarang berkumpul bersama pada siang hari karena Tn. P
bekerja sampai sore, hanya hari minggu keluarga Tn. P dapat berkumpul
bersama. Selama penulis melakukan pengkajian, keluarga Tn. P dapat
bekerjasama dan memberikan informasi jelas namun Sdri. M apabila
ditanya sering tidak menjawab sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk menunggu jawaban dari Sdri. M dan mengulang pertanyanya
kembali. Penulis melakukan pengumpulan data dengan menggunakan
metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik.
Pengkajian dilakukan pada keluarga TN. P yang mempunyai anak
remaja yaitu Sdri. M berusia 14 tahun. Hal tersebut sesuai dengan teori
Menurut Duvall (dalam Setiadi, 2008, p. 89) membagi dalam 8 tahap
perkembangan , salah satunya adalah keluarga dengan anak remaja. Anak
pertama menjadi ukuran untuk tahapan perkembangan keluarga.
Kedatangan anak pertama dan perkembanganya menandai tahapan
perkembangan keluarga tersebut. Adanya anak usia remaja menempatkan
keluarga tersebut pada tahap perkembangan keluarga dengan anak remaja
yaitu keluarga dimulai pada saat anak pertama berumur 13 tahun dan
biasanya berakhir pada umur 19 tahun sampai 20 tahun (Mubarak, 2009,
p. 14).
Dalam pengkajian yang penulis lakukan diperoleh data bahwa
Sdri. M selalu menentang atau membantah apabila sedang dinasehati
ibunya untuk tetap sekolah. Hal tersebut sesuai dengan teori Jamaludin
(2016, p. 88) bahwa konflik orang tua-anak disebabkan oleh sikap remaja
yang menentang orang tuanya karena pikiran diantara mereka seringkali
berbeda sehingga memunculkan adanya perubahan hubungan dan
perubahan fungsi di dalam keluarga khususnya perubahan pada fungsi
afektif, ditambah dengan kondisi ekonomi keluarga Tn. P yang kurang.
25

Kelemahan penulis dalam melakukan pengkajian adalah


pengkajian terhadap Sdri. M yang kurang mendalam karena terkadang
apabila diberi pertanyaan tidak menjawab atau hanya diam. Disamping
itu penulis juga tidak mendapatkan data dari sekolah Sdri. M mengenai
alasan Sdri. M tidak sekolah lagi, hal ini karena bertepatan dengan ujian
nasional SMP sehingga kelas 1 dan kelas 2 diliburkan, sedangkan guru-
guru mengawasi di sekolah lain termasuk wali kelas dari Sdri. M dan
guru BK Sdri. M.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan data-data yang diperoleh dari pengkajian kemudian


dilakukan analisa data, masalah keperawatan yang muncul pada keluarga
Tn. P adalah gangguan proses keluarga, ditandai dengan kedua Orangtua
tidak mendukung dengan keputusan Sdri. M yang berhenti sekolah
karena keluarga Tn. P tidak dapat membayar biaya sekolah Sdri. M
karena faktor ekonomi kemudian Sdri. M yang selalu membantah ibunya
apabila dinasehati untuk sekolah sehingga muncul rasa acuh dan kurang
perhatian terhadap Sdri. M. Hal tersebut sesuai dengan teori Herdman &
Kamitsuru (2015, p. 312) bahwa diagnosa keperawatan gangguan proses
keluarga Tn. P dapat ditegakkan dengan batasan karakteristik perubahan
dalam pola hubungan. Dari teori tersebut membuktikan bahwa keluarga
Tn. P memenuhi batasan karakteristik dari diagnosa gangguan proses
keluarga.
Etiologi atau penyebabnya yaitu ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota yang sakit. Penulis menggunakan etiologi tersebut
karena dalam pengkajian lima tugas keluarga didapatkan tiga masalah di
dalam keluarga Tn. P yaitu ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah, ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang
tepat dan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yaitu anak remaja.
26

3. Perencanaan

Penulis merumuskan dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan


khusus. (1). Tujuan Umum: Setelah dilakukan tindakan keperawatan di
harapkan tidak terjadi gangguan proses keluarga. (2). Tujuan Khusus:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama enam kali kunjungan
diharapkan keluarga Tn. P mampu mengenal dan mengerti tentang
gangguan proses keluarga, mengambil keputusan mengenai tindakan
yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit, memodifikasi
lingkungan untuk meningkatkan kesehatan keluarga dan memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada. Penulis merencanakan enam kali kunjungan
merupakan kesepaakatan bersama antara penulis dan keluarga Tn. P.
Dalam melakukan kontrak waktu dengan keluarga Tn. P penulis
memiliki kendala yang berarti karena Tn. bekerja sampai sore.
Dalam hal ini, penulis merumuskan kriteria hasil yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama enam kali kunjungan diharapkan
tidak terjadi gangguan proses keluarga ditandai dengan Tn. P mampu
melaksanakan peran dan tugas keluarga pada tahap perkembangan anak
remaja, terjalin hubungan yang harmonis antara Sdri. M dan
orangtuanya.
Sedangkan kriteria hasil yang diharapkan menurut Moorhead
(2016, p. 216) yaitu dengan skala indikator: 1) Menunjukkan model
peran untuk integritas pribadi (skala awal 2, tujuan 4), 2) Memeberikan
kesempatan dilakukanya aktivitas keluarga (skala awal 2 , tujuan 4), 3)
Membantu remaja untuk mengatasi emosi secara kontruktif (skala 1
tujuan 4), 4) Anggota keluarga bia saling mendukung (skala awal 1, tujan
4). Keterangan awal 1. Tidak pernah, 2. Jarang 3. Kada-kadang, 4.
Sering, 5. Selalu.
Berdasarkan penjelasan diatas, terjadi kesenjangan antara kriteria
evaluasi yang diinginkan penulis dan menurut teori Moorhead (2016, p.
216) karena keterbatasan waktu yang penulis sediakan, dimana
perencanaan tindakan yang terlalu banyak dan penulis hanya membuat
27

enam kali pertemuan, padahal untuk dapat mencapai evaluasi yang


didinginkan penulis maka harus dilakukan secara terus menerus dan tidak
hanya dilakukan dalam enam kali kunjungan sehingga perlu dilakukan
pendelegasian terhadap keluarga Tn. P supaya tujuan penulis tercapai.
Intervensi yang dilakukan sesuai pada teori Moorhead (2016)
dengan mempertimbangkan lima tugas kesehatan keluarga yaitu NOC:
kinerja pengasuhan remaja. Tujuan khususnya adalah setelah dilakukan
tindakan enam kali kunjungan diharapkan:
Tujuan khusus 1: Keluarga Tn. P mampu mengenal dan mengerti
tentang gangguan proses keluarga pada tahap perkembangan anak
remaja. Intervensi: 1). Kaji pengetahuan keluarga tentang masalah yang
sedang dialami sehingga terjadi gangguan proses keluarga pada tahap
perkembangan anak remaja dengan rasional untuk mengetahui tingkat
pengetahuan keluarga Tn. P mengenai masalah yang sedang dialami
sehingga terjadi gangguan proses keluarga pada tahap perkembangan
anak remaja, 2). Bantu keluarga untuk mengidentifikasi masalah atau
situasi yang menyebabkan gangguan proses keluarga dengan rasional
untuk menentukan tindakan keperawatan selanjutnya, 3). Berikan
informasi tentang cara mengatasi gangguan proses keluarga dengan
rasional untuk membantu keluarga Tn. P dalam mengatasi gangguan
proses keluarga.
Tujuan khusus 2: Keluarga mampu mengambil keputusan secara tepat
mengenai penyelesaian masalah yang sedang dihadapi. Intervensi: 1).
Jelaskan akibat jika tidak dilakuakan tindakan penanganan yang tepat. 2).
Bantu keluarga untuk memprioritaskan kemungkinan alternatif
penyelesaian masalah dengan rasional supaya keluarga Tn. P dapat
mengambil keputusan secara tepat.
Tujuan khusus 3: Keluarga Tn. P mampu merawat anggota keluarga
pada tahap perkembangan anak remaja (Sdri. M). Intervensi: 1). Minta
orang tua untuk menggambarkan karakteristik anak remaja mereka
dengan rasional untuk mengetahui karakteristik anak remaja. 2). Berikan
28

informasi tentang perkembangan anak remaja, peran dan tugas keluarga


yang harus dipenuhi pada tahap perkembangan anak remaja dengan
rasional agar keluarga Tn. P mengetahui tentang perkembangan anak
remaja, peran dan tugas keluarga yang harus dipenuhi pada tahap
perkembangan anak remaja. 3). Ajarkan keluarga mengenai cara
mengatasi masalah-masalah yang dialami anak remaja dengan agar
keluarga Tn. P dapat mengatasi masalah-masalah yang dialami remaja.
4). Bagikan strategi untuk mengelola persepsi remaja mengenai
penolakan orangtua dengan rasional agar dapat menyatukan persepsi
antara remaja dengan kedua orangtuanya. 5). Instruksikan orangtua
mengenai ketrampilan komunikasi yang penting yang akan meningkatkan
kemampuan mereka yang berempati terhadap remaja mereka dan
membantu untuk memecahkan masalah dengan rasional menjaga pola
hubungan anatara remaja dan orangtua.
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil berdasarkan hasil
yang telah disampaikan yaitu penulis dalam melakukan perencanaan
tindakan keperawatan sudah mengacu pada teori yang ada dengan
menerapkan lima tugas kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah,
mengambil keputusan yang tepat, merawat anggota keluarga yang sakit.

4. Implementasi

Implementasi dilakukan enam kali kunjungan mulai tanggal 22


April 2017 sampai 05 Mei 2017 bertempat di rumah keluarga Tn. P RT
05 RW 05 Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur Kabupaten
Banyumas. Tujuan umum dari perencanaan keperawatan keluarga Tn. M
adalah setelah dilakukan tindakan keperawataan selama enam kali
kunjungan diharapkan keluarga Tn. P tidak terjadi gangguan proses
keluarga pada tahap perkembangan anak remaja.
Tujuan khusus 1 dan tujuan khusus 2 pelaksanaan keperawatan
yang dilakukan sudah sesuai dengan perencanaan yang telah
direncanakan dibuktikan dengan keluarga mampu mengenal masalah
29

yang sedang dialami dan mampu mengambil keputusan yang tepat,


sedangkan tujuan khusus 3 Implementasi yang dilakukan belum sesuai
dengan intervensi yang direncanakan dan belum sesuai pada hasil.
Menurut Moorhead (2016) yaitu pendidikan orang tua remaja yaitu
mengajarkan orangtua mengenai karakteristik normal fisiologis,
emosional, dan kognitif remaja, namun penulis hanya melakukan
tindakan dengan hanya mengajarkan mengenai karakteristik normal
emosional anak remaja sedangkan karakteristik normal fisiologis dan
kognitif remaja tidak diajarkan kepada orangtua remaja. Hal ini berkaitan
dengan adanya keterbatasan waktu yang penulis rencanakan dan
timbulnya masalah yang paling dirasakan keluarga pada tahap
perkembangan anak remaja. Disamping itu kontrak waktu yang sudah
direncanakan dengan keluarga tidak sesuai dengan implementasinya, hal
ini karena pada waktu ketika penulis melakukan pemeriksaan fisik
banyak tetangga yang datang ke rumah Tn. P untuk meminta di tensi
sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama.
Dalam melakukan tindakan keperawatan penulis menggunakan
metode diskusi dan ceramah serta memeberikam konseling kepada
remaja tentang masalah yang sedang dialami dengan harapan keluarga
mampu mengenal masalah yang dialami serta memahami materi yang
telah disampaikan dan mampu memutuskan tindakan yang tepat untuk
menyelesaikan masalah dalam keluarga. Adapun kendala yang penulis
temukan dalam melakukan implementasi yaitu harus ke tempat kerja
Sdri. M terlebih dahulu karena Sdri. M bekerja dari jam 08.00 sampai
jam 21.00.
30

5. Evaluasi

Pada asuhan keperawatan, evaluasi didasarkan pada kriteria hasil


yang ingin dicapai. Keberhasilan tindakan keperawatan dapat dilihat dari
evaluasi sebelum tindakan dan sesudah tindakan.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama enam kali
kunjungan dengan subjektif: Sdri. M mengatakan tidak mau sekolah lagi
dan ingin bekerja karena ingin membantu kedua orangtuanya dan untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, Ny. K mengatakan Sdri. M terkadang
masih membatah apabila dinasihati ibunya, Ny. K mengatakan sudah
mengetahui tentang perkembangan remaja dan peran serta tugas yang
harus dilakukan dalam keluarga tahap perkembangan anak remaja, Tn. P
mengatakan mengetahui bagaimana mengatasi masalah perkembangan
anak remaja. Data objektifnnya Sdri. M tidak berada di rumah namun
berada ditempat kerja, Sdri. M nampak membantah apabila ibunya
membujuk untuk sekolah, keluarga Tn. K dapat menyebutkan kembali
mengenai peran dan tugas yang harus dilakukan dalam keluarga tahap
perkembangan anak remaja serta bagaimana mengatasi masalah
perkembangan anak remaja. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori
menurut Moorhead (2016) bahwa masalah gangguan proses keluarga
teratasi dengan kriteria hasil: 1) Melibatkan anggota keluarga dalam
pemecahan masalah, anggota keluarga bisa menerima ide-ide baru. 3)
membantu remaja untuk mengatasi emosi secara konstruktif. 4) Anggota
keluarga bisa saling mendukung. Data objektif dan subjektif yang
diperoleh dari evaluasi tersebut juga baru nampak dari segi kognitifnya
saja namun dalam segi psikomotor belum nampak. Hal tersebut karena
adanya keterbatasan waktu yang direncanakan penulis yaitu enam kali
kunjungan sedangkan intervensi tindakan yang direncanakan terlalu
banyahanya, sehingga untuk mencapai evaluasi yang sesuai dengan teori
Moorhead (2016) perlu adanya tindakan yang harus dilakukan secara
terus-menerus dan tidak hanya dilakukan enam kali kunjungan. Sehingga
penulis hanya dapat menyimpulkan bahwa Sdri. M mengatakan tidak
31

mau sekolah lagi dan ingin bekerja karena ingin membantu kedua
orangtuanya dan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, Ny. K mengatakan
sudah mengetahui tentang perkembangan remaja dan peran serta tugas
yang harus dilakukan dalam keluarga tahap perkembangan anak remaja,
Tn. P mengatakan mengetahui bagaimana mengatasi masalah
perkembangan anak remaja, ditandai dengan Sdri. M tidak berada di
rumah namun berada ditempat kerja, keluarga Tn. K dapat menyebutkan
kembali mengenai peran dan tugas yang harus dilakukan dalam keluarga
tahap perkembangan anak remaja serta bagaimana mengatasi masalah
perkembangan anak remaja.
Berdasarkan data yang diperoleh penulis dapat disimpulkan
bahwa masalah gangguan proses keluarga pada tahap perkembangan
anak remaja masih terjadi. Rencana tindak lanjut yang penulis
rencanakan yaitu intervensi lanjutan secara mandiri yang dilakukan
keluarga yaitu dengan mempertahankan dan menerapkan tindakan-
tindakan yang telah diajarkan sehingga masalah gangguan proses
keluarga pada tahap perkembangan anak remaja tidak terjadi.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang dapat penulis sampaikan antara lain:


1. Pengelolaan asuhan keperawatan gaangguan proses keluarga pada tahap
perkembangan anak remaja merupakan suatu masalah yang komplek
karena dalam melakukan tindakan keperawatan tidak hanya berfokus pada
satu anggota keluarga melainkan seluruh anggota keluarga sehinggaa
membutuhkan strategi yang tepat untuk dapat beradaptasi dengan seluruh
anggota keluarga tersebut.
2. Perincian:
a. Pengkajian dilakukan pada keluarga Tn. P pada tahap perkembangan
anak remaja yang ditemukan adanya penurunan pola hubungan antara
orangtua dan anak remaja yang ditandai dengan kurangnyan
kepedulian orangtua terhadap anaknya.
b. Diagnosa yang dapat ditegakkan yaitu gangguan proses keluarga pada
tahap perkembangan anak remaja karena terdapat kesesuaian antara
batasan karakteristik dengan data yang diperoleh dalam pengkajian.
c. Perancanaan yang disusun bertujuan agar keluarga Tn. P mampu
mengenal masalah lima tugas keluarga. Adapun intervensinya yaitu
mendiskusikan tentang gangguan proses keluarga pada tahap
perkembangan anak remaja, penyuluhan mengenai perkembangan
remaja, peran dan tugas keluarga yang harus dipenuhi pada tahap
perkembangan anak remaja, bagaimana cara mengatasi masalah-
masalah yang mungkin muncul pada remaja.

31
32

d. Implementasi yang dilakukan penulis yaitu diskusi dan ceramah serta


memeberikam konseling kepada remaja tentang masalah yang sedang
dialami dengan harapan keluarga mampu mengenal masalah yang
dialami serta memahami materi yang telah disampaikan dan mampu
memutuskan tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah dalam
keluarga.
e. Evaluasi dari keberhasilan tindakan keperawatan dengan diagnosa
gangguan proses keluarga pada tahap perkembangan anak remaja
belum teratasi karena membutuhkan waktu yang terus menerus dan
kegigihan dari pihak keluarga.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah disampaikan penulis memberikan


beberapa saran untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan kelurga pada
tahap perkembangan anak remaja:
1. Keluarga agar dapat terus menerus membimbing anak remajanya untuk
menjadi anak yang berguna bagi keluarga, bangsa, negara dan agama
serta memfasilitasi keperluan yang sedang dibutuhkan pada
perkembangan anak remaja.
2. Tenaga keperawatan untuk lebih memahami konsep asuhan keperawatan
gangguan proses keluarga pada tahap perkembangan anak remaja dan
menentukan intervensi yang ada secara tepat dan sesuai apa yang
dibutuhkn oleh klien.
3. Bagi penulis selanjutnya untuk lebih sering membaca buku yang
membahas mengenai Gangguan Proses Keluarga sehingga bisa lebih
paham dan bisa melakukan anamnesis jika ditemukan kasus Gangguan
Proses Keluarga di lapangan, terlebih untuk menginformasikan cara
meminimalisir Gangguan Proses Keluarga.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G. M., Howard, K. B., Joanne, M. D., & Cheryl, M. W. (2016).

Nursing Intervenstions Classification. Yogyakarta: Mocomedia.

Friedman, M., Vicky, R., & Elaine, G. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga

Riset, Teori, & Praktik. Jakarta: EGC.

Hasmi. (2016). Metode Penelitian Epidemologi. Jakarta: CV Trans Info Media.

Harnilawati, (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Sulawesi

Selatan: As Salam.

Herdman T. H & S. Kamitsuru. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi &

Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Moorhead, Sue., Marion J., Meridean L. M., & Elisabeth, S. (2016).. Nursing

Outcomes Classification. Yogyakarta: Mocomedia.

Mubarak, (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperaawatan, Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penellitian

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Setiadi. (2008). Konsep & Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Setiawati & Dermawan. (2008). Penuntun Praktik Asuhan Keperawatan

Keluarga. Jakarta: Trans Info Medika.


Suprajitno. (2007). Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC

Swarjana, I Ketut. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: ANDI

Triyanto, E. (2014). Pengaruh Dukungan Keluarga dalam Meningkatkan Perilaku

Adaptif Remaja Pubertas. Jurnal Keperawatan Soedirman, (online), Vol.

2 No. 1, (http://jkp.fkep.unpad.ac.id/index.php/jkp/article/download/76/72

, diakses 27 Desember 2016).

Wilkinson Judith M. & Nancy R. A. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan.

Jakarta: EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN GANGGUAN
PROSES KELUARGA PADA TAHAP PERKEMBANGAN ANAK
REMAJA DI KELURAHAN MERSI RT 05 RW 05
KECAMATAN PURWOKERTO TIMUR KABUPATEN BANYUMAS

I. PENGKAJIAN
Tanggal pengkajian : 22 April 2017
A. DATA UMUM
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. P
2. Umur : 57 tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : Tidak tamat SD
5. Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
6. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
7. Alamat : Mersi RT 05 RW 05 Purwokerto
Timur
8. Komposisi Keluarga
Hub
J
No. Nama Umur dg Pendidikan Pekerjaan Agama Keterangan
K
KK
1 Ny. K 48 tahun P Istri Tidak tamat Buruh Islam Sehat
SD harian
lepas
2 Sdri. M 14 tahun L Anak SD Pelajar Islam Sehat

9. Tipe Keluarga : Keluarga inti yang terdiri dari ayah yaitu Tn. P, ibu
yaitu Ny. K, dan anak yaitu Sdri. M.
10. Genogram

Keterangan :

= Laki-laki = Klien

= Perempuan = Garis keturunan

= Laki-laki meninggal = Tinggal serumah

= Perempuan meninggal = Garis perkawinan

Sdri. M adalah anak tunggal dari Tn. P dan Ny. K. Tn. P


merupakan anak keempat dari empat bersaudara, sedangkan
istrinya Ny. K adalah anak pertama dari empat bersaudara. Kedua
orangtua dari Tn. P dan Ny. K telah meninggal. Tn. P sekarang
tinggal serumah bersama istrinya yaitu Ny. K dan anaknya Sdri. M
di Kelurahan Mersi RT 05 RW 05 Purwokerto Timur.
11. Sifat Keluarga
a. Pengambilan Keputusan
Dalam mengambil keputusan dalam keluarga Tn. P dilakukan
oleh Tn. P yang sebelumnya didiskusikan bersama istri dan
anaknya.
b. Kebiasaan Hidup Sehari-hari
1) Kebiasaan Tidur/Istirahat
Sdri. M tidur selama 6-8 jam sehari. Klien tidak
mengalami gangguan istirahat tidur. Sedangkan anggota
keluarga Tn. P yang lain istirahat tidur selama 6-8 jam
sehari dan tidak mengalami gangguan.
2) Kebiasaan Rekreasi
Keluarga Tn. P tidak pernah melakukan rekreasi keluar
rumah. Biasanya keluarga Tn. P hanya mengunjungi
rumah tetangga. Anaknya biasa bermain dengan teman
sebayanya di waktu siang hari setelah pulang sekolah.
3) Kebiassan Makan Keluarga
Keluarga Tn. P makan 3x sehari pagi, siang dan malam
dengan nasi dan sayur seadanya. Keluarga Tn. P biasa
makan bersama di pagi dan malam hari.
12. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Dalam keluarga, penghasilan ekonomi berasal dari Tn. P yangg
bekerja sebagai buruh harian lepas sebesar ± Rp 300.000
Perminggu dan terkadang tidak bekerja karena tidak ada orang
yang menyuruh. Pengelolaan keuangan dipegang oleh Ny. K,
penghasilan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari di rumah, pembayaran listrik dan pembayaran
sekolah anak-anaknya karena menurut keluarga Tn. P
pendidikan sangatlah penting. Keluarga Tn. P merupakan
keluarga dengan penghasilan kurang.
13. Suku Bangsa
Semua anggota keluarga Tn. P bersuku Jawa dan Kebangsaan
Indonesia.
14. Agama
Semua anggota keluarga Tn. P beragama islam. Keluarga Tn. P
rajin menjalankan sholat 5 waktu, kadang di mushola kadang di
rumah. Tidak ada kepercayaan tertentu yang mempengaruhi
kesehatan dalam anggota keluarga.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Menurut Teori Duvall, Keluarga Tn. A berada pada tahap
perkembangan ke V yaitu keluarga dalam tahap perkembngan anak
remaja.
2. Tugas Perkembangan Keluarga Yang Belum Terpenuhi
Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi adalah
membantu sosialisasi anak dalam meningkatkan prestasi.
3. Riwayat Keluarga Inti
Keluarga Tn. P mengatakan bahwa semua anggota keluarga Tn. P
dalam kondisi sehat tidak ada keluhan, namun terkadang
merasakan pusing dan pegel linu. Di dalam keluarga tidak ada
riwayat penyakit menurun namun Ny. K pernah mengalami kanker
payudara dan dilakukan pengangkatan payudara sebelah kanan
sekitar 7 tahun yang lalu dan Tn. P sempat didiagnosis oleh dokter
terkena sindrom iritasi usus (kram usus) sekitar 2 bulan yang lalu
sehingga 1 bulan Tn. P tidak bekerja.
4. Riwayat Keluarga Sebelumnya
a. Riwayat keluarga dari Tn. P
Kedua orang tua Tn. P sudah meninggal dunia karena sudah
lansia.
b. Riwayat keluarga dari Ny. K
Kedua orang tua Ny. K sudah meninggal karena sudah lansia.

C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik Rumah
Rumah Tn. P termasuk tipe rumah semi permanen dengan luas ± 4
x 9 m terdiri dari 2 ruang kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang
makan, 1 kamar mandi, dan 1 ruang dapur. Lantai rumah terbuat
dari plester dan dapur masih menggunakan lantai tanah.
2. Ventilasi dan Penerangan
Keadaan ventilasi dan penerangan dalam rumah kurang.
3. Persediaan Air Bersih
Sumber air yang digunakan oleh keluarga Tn. P untuk masak,
minum, mencuci, mandi menggunakan sumur galian. Air yang
digunakan tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
4. Pembuangan Sampah
Pengolahan sampah keluarga Tn. P dibuang ke tempat yang sudah
disediakan oleh warga.
5. Pembuangan Air Limbah
Pembuangan air limbah lewat pipa ke sungai, saluran air limbah
lancar.
6. Jamban / WC
Rumah Tn. P terdapat satu jamban untuk BAB.
7. Denah Rumah
9m

4 U
6 2
4m
5 3
7 1

Keterangan :
1 = Sumur galian
2 = Ruang tamu
3 = Kamar tidur
4 = Kamar tidur
5 = Ruang makan
6 = Dapur
7 = Kamar mandi

Lingkungan sekitar rumah Tn. P bersih, jarak rumah antar


tetangga saling berdekatan.
8. Sarana Komunikasi dan Transportasi
Keluarga Tn. P memiliki sarana komunikasi berupa telepon seluler
dan alat transportasi sebuah sepeda motor.
Jarak rumah dan puskesmas ± 400 meter, dan puskesmas tersebut
dapat dijangkau keluarga Tn. P dengan sepeda motor ataupun jalan
kaki.
9. Fasilitas Hiburan
Hiburan keluarga Tn. P selama waktu senggang yaitu berkunjungn
ke rumah tetangga, dan saling bercerita antar anggota keluarga.
Sdr. M biasa memanfaatkan waktu senggangnya dengan bermain
bersama teman sebaya.
10. Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Apabila ada anggota keluarga Tn. P yang sakit, keluarga Tn. P
mengobatinya dengan membeli obat warung. Apabila belum ada
perubahan selama 3 hari keluarga Tn. P membawa ke puskesmas
atau dokter. Fasilitas yang sering digunakan yaitu puskesmas.

D. SOSIAL
1. Karakteristik tetangga dan komunitas
Jarak rumah Tn. P dengan tetangga sangat dekat, terjalin hubungan
yang baik antara keluarga Tn. P dan tetangganya. Kegiatan rutin di
lingkungan rumah Tn. P yaitu melakukan pengajian rutin setiap
hari rabu dan hari jumat dan Ny. K mengikutinya, sedangkan Tn.
Pmengikuti ronda setiap malam rabu.
2. Mobilitas Geografi keluarga
Tn. P berasal dari Sumbang Kecamatan Kembaran dan istrinya
berasal dari Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur.
Setelah menikah, mereka tetap tinggal di Mersi rt 05 rw 05 sampai
sekarang. Fasilitas kesehatan yang ada di sekitar lingkungan Mersi
seperti Puskesmas, Klinik dokter, RS mudah terjangkau oleh
keluarga Tn. P.
3. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Semua anggota keluarga dapat berinteraksi dengan baik dengan
anggota keluarga yang lain, namun terkadang anaknya suka
membantah ibunya karena disuruh sekolah tidak mau. Interaksi
keluarga Tn. P dengan masyarakat terjalin baik. Kegiatan yang ada
di masyarakat yaitu pengajian, dimana Ny. K rutin mengikuti
pengajian tersebut Tn. P rutin mengikuti ronda setiap malam rabu.
4. Sistem Pendukung Keluarga
Keluarga Tn. P memiliki jaminan kesehatan yaitu BPJS. Jumlah
anggota keluarga yang sehat ada 3 anggota keluarga . keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan salah satunya yaitu puskesmas
untuk berobat bila ada anggota keluarga yang sakit.

E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola Komunikasi Keluarga
Keluarga berinteraksi dengan menggunakan bahasa Jawa dan
saling terbuka dengan anggota yang lain kecuali anaknya Sdri. M
yang tidak mau cerita tentang masalah yang terjadi di sekolah
sehingga ia memutuskan untuk berhenti sekolah.
2. Struktur Kekuatan Keluarga
Antar anggota keluarga saling menghormati. Pengambilan
keputusan dalam keluarga selalu dimusyawarahkan terlebih dahulu,
dan Tn. P sebagai pengambil keputusan dominan di keluarga.
3. Struktur Peran
Tn. P berperan sebagai ayah, kepala keluarga bagi keluarganya,
dan pecari nafkah. Ny. P berperan sebagai ibu, Sdri. M berperan
sebagai anak dan bertugas menghormati orang tuanya, belajar dan
berbakti kepada kedua orang tua.
4. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga Tn. P berasal dari suku Jawa, kultur yang dipakai dalam
keluarga kultur Jawa yang menerapkan sopan santun dan saling
menghormati. Kebiasaan keluarga Tn. P dalam makan
menggunakan sendok dan kadang menggunakan tangan selalu cuci
tangan sebelum makan menggunakan sabun. Tidak ada aturan baku
untuk mencuci tangan sebelum makan.
F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Keluarga Tn. P saling menyayangi satu sama lain, saling
melengkapi dan tolong menolong sudah menjadi kebiasaan
mereka.
2. Fungsi Sosialisasi
Dalam berhubungan sosial dengan masyarakat atau tetangga di
sekitar lingkungan tempat tinggalnya baik, dan tidak ada masalah
dalam sosialisasi.
3. Fungsi Keperawatan Kesehatan
Pembagian masalah berdasarkan 5 tugas perawatan kesehatan :
a. Mengenal Masalah Kesehatan
Keluarga kurang mengenal penyakit apabila ada keluarga yang
sedang sakit dan kurang mengetahui tentang cara perawatanya
sehingga dibawa ke puskesmas..
b. Memutuskan Untuk Merawat
Keluarga mampu memutuskan tindakan dibuktikan dengan
apabila ada anggota keluarga yang sakit keluarga membelikan
obat warung namun apabila dalam 3 hari tidak sembuh
keluarga membawa ke pelayanan kesehatan.
c. Mampu Merawat
Keluarga Tn. P mau merawat kalau ada anggota keluarga yang
sakit.
d. Modifikasi Lingkungan
Keluarga Tn. P kurang mampu memodifikasi lingkungan
untuk meningkatankan kesehatannya, terbukti penataan
ruangana kurang rapi disebabkan karena ekonomi yang kurang.
e. Memanfaatkan Pelayanan Kesehatan Yang Ada
Keluarga Tn. P memanfaaatkan fasilitas kesehatan yaitu
puskesmas bila ada anggota keluarga yang sakit.
f. Fungsi Reproduksi
Tn. P mempunyai 1 orang anak perempuan, dalam keluaraga
Ny. K mengatakan sebelumnya tidak merencanakan jumlah
anggota keluarganya dan sekarang tidak menggunakan KB.
g. Fungsi Ekonomi
Ekonomi keluarga Tn. P tergolong kurang, Tn P bekerja
sebagai buruh harian lepas yang kerjanya dan penghasilanya
tidak menentu, ia bekerja kalau ada yang menyuruhnya kalau
tidak ada Tn P tidak bekerja. Penghasilan paling besar RP. 50.
000 perhari. Penghasilan dalam keluarga Tn. P di gunakan
untuk memnuhi kebutuhan sehari- hari di rumah, pembayaran
listrik dan pembayaran sekolah karena bagi keluarga Tn. P
pendidikan sangat penting, namun sudah 3 bulan pembayaran
SPP anaknya nelum dibayar karena pada waktu itu Tn. P tidak
dapat bekerja disebabkan karena sakit.

G. STRESS DAN KOPING KELUARGA


1. Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
a. Stressor Jangka Pendek
Stressor yang dihadapi keluarga Tn. P adalah anaknya yaitu
Sdri. M yang masih SMP kelas 2 berhenti sekolah karena
masalah biaya.
b. Stressor Jangka Panjang
Stressor jangka Panjang dari keluarga Tn. P adalah
kekhawatiran tentang masa depan anaknya yang tidak mau
sekolah.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi Atau Stressor
Keluarga Tn. A masih bingung bagaimana cara supaya anaknya
sekolah lagi.
3. Strategi Koping Yang Digunakan
Koping yang digunakan keluarga Tn. P dalam memecahkan suatu
masalah adalah dengan bermusyawarah dengan anggota keluarga
lainnya.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Keluarga Tn. P tidak mengalami strategi adaptasi yang
disfumgsional.

H. HARAPAN KELUARGA
Keluarga Tn. P mengharapkan supaya anaknya kembali untuk
bersekolah.

I. PEMERIKSAAN FISIK
No. Pemeriksaan
Tn. P Ny. K Sdri. M
fisik
1. Tekanan 130/80 mmHg 120/80 mmHg 120/80 mmHg
darah
2. Nadi 86x/mnt 75x/mnt 82x/mnt
Suhu 36,10 C 36,70 C 36,5º C
RR 24x/mnt 21x/mnt 22x/mnt

3. Kepala Mesochepal Mesochepal Mesochepal


4. Rambut Bersih, Memakai hijab Rambut
Rambut panjang, hitam
beruban bersih
5. Kulit Sawo matang, Sawo matang, Sawo matang,
turgor baik turgor baik turgor baik
6. Mata Simetris, Simetris, Simetris,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis tidak anemis tidak anemis
dan sklera dan sklera dan sklera
tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik,
penglihatan penglihatan penglihatan
baik baik baik
7. Hidung Bersih, fungsi Bersih, fungsi Bersih, fungsi
penghidung penghidung penghidung
baik, tidak ada baik, tidak ada baik, tidak ada
polip polip polip
No. Pemeriksaan
Tn. P Ny. K Sdri. M
fisik
8. Mulut & Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
tenggorokan berbau, gigi berbau, gigi berbau, gigi
bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ada nyeri telan ada nyeri telan ada nyeri telan
9. Telinga Simetris, Simetris, Simetris,
pendengaran pendengaran pendengaran
baik, tidak baik, tidak baik, tidak
menggunakan menggunakan menggunakan
alat bantu alat bantu alat bantu
10. Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid, kelenjar tiroid, kelenjar tiroid,
tidak ada tidak ada tidak ada
distensi vena distensi vena ditensi vena
jugularis jugularis jugularis
11. Dada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
wheezing wheezing, wheezing
riwayat
masektomi
(payudara
sebelah kanan)
12. Perut Tidak Tidak Tidak
kembung, kembung, kembung,
tidak nyeri tidak nyeri tidak nyeri
tekan tekan tekan
13. ekstermitas Tidak kelainan Tidak kelainan Tidak kelainan
bentuk bentuk bentuk
II. ANALISA DATA

No. Data Etiologi Problem


1. Ds:
- Keluarga Tn. P mengatakan
biaya SPP sekolah Sdri. M
belum dibayar sudah 3
bulan dan sekarang Sdri. M
berhenti sekolah sudah 2
minggu.
- Ny. K mengatakan Sdri. M
adalah orang yang keras
kepala, ia selalu membantah
nasehat ibunya.
- Keluarga Tn. P mengatakan
bahwa Tn. P bekerja Ketidakmampuan Gangguan
sebagai buruh harian lepas keluarga dalam proses
yang kerjanya dan merawat anggota keluarga
penghasilanya tidak yang sakit.
menentu terkadang tidak
bekerja apabila tidak ada
yang menyuruh.
- Ny. K mengatakan tidak
peduli dengan aanaknya
karena selalu membantah.
- Tn. P mengatakan 2 bulan
yang lalu Tn. P tidak
bekerja karena sakit.

Do:
- Sdri. M apabila ditanya
diam saja atau hanya
sesekali menjawab.
- Sdri. M nampak
membantah apabila ibunya
membujuk untuk sekolah.
- Sdri. M berada di rumah
dan tidak berangkat sekolah
dan tidak mau sekolah.
2. Do:
- Keluarga Tn. P mengatakan
anaknya tidak mau sekolah
dan bingung bagaimana
cara membujuknya supaya
mau sekolah lagi.
No. Data Etiologi Problem
- Ny.K mengatakan anaknya
membantah apabila
dinasehati untuk tetap Ketidakmampuan
sekolah. keluarga dalam Defisiensi
- Keluarga Tn. P mengatakan merawat anggota pengetahuan.
tidak mengetahui tentang yang sakit.
perkembangan anak remaja,
tugas dan peran keluarga
pada tahap perkembangan
anak remaja.
Do:
- Keluarga terlihat pasrah
terhadap keputusan
anakanya yang berhenti
sekolah.
- Sdri. M nampak membatah
apabila ibunya sedang
menasehatinya.
- Keluarga tidak bisa
menjawab pertanyaan yang
disampaikan mengenai
perkembangan remaja.
3. Ds: ketidakmampuan Resiko
- Ny. K mengatakan Sdri. M keluarga dalam hambatan
apabila ditanya sering diam merawat anggota interaksi
atau hanya menjawab yang sakit. sosial.
sesekali dan anakny kurang
terbuka.
Do:
- Sdri. M nampak diam
apabila ditanya atau hanya
menjawab sesekali saja.

III. PERUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


No. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan proses keluarga erhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota yang sakit.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota yang sakit.
3. Resiko hambatan interaksi sosial berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang sakit.
IV. SKORING MASALAH / PROBLEM
A. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota yang sakit.

No. Kriteria Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran


1. Sifat masalah: Sdri. M berhenti
Aktual sekolah karena alasan
biaya, tidak berangkat
sekolah karena merasa
terbebani dan malu.
1 1
Sdri. M membantah
apabila dinasehati.
2. Kemungkinan Kemungkinan masalah
masalah dapat dicegah tinggi dengan
dicegah:Tinggi dibujuk untuk tetap
2 2 sekolah dan betapa
pentingnya untuk
sekolah.
3. Potensial Keluarga Tn. P dapat
untuk meminta keringanan
mencegah biaya dengan membuat
masalah: 1 surat keterangan tidak
cukup mampu sehingga tidak
terbebani dengan biaya.
4. Menonjolnya 1 1 Masalah harus segera
masalah : ditangani supaya Sdri.
segera harus M tidak malu apabila
ditangani berangkat sekolah lagi
karena berhentinya
belum lama.
Total skor
A. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota yang sakit.
No. Kriteria Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran
1. Sifat masalah: 1 1 Keluarga tidak
Aktual mengetahui peran dan
tugas keluarga pada
tahap perkembangan
anak remaja.

2. Kemungkinan 2 2 Masalah mudah


masalah dapat dicegah apabila
dicegah: keluarga Tn. P
Tinggi mengetahui mengenai
peran dan tugas
keluarga pada tahap
perkembangan anak
remaja.
3. Potensial untuk 1 1 Masalah dapat dicegah
mencegah dengan dilakukanya
masalah: penyuluhan mengenai
Tinggi peran dan tugas
keluarga pada tahap
perkembangan anak
remaja.

4. Menonjolnya 1 0 Keluarga tidak


masalah: mengetahui
Masalah tidak pentingnya peran dan
dirasakan tugas keluarga yang
harus dipenuhi pada
tahap perkembangan
anak remaja.
Total skor
B. Resiko hambatan interaksi sosial berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang sakit.
No. Kriteria Bobot Perhitungan Nilai Pembenaran
1. Sifat 1 Sdri. M apabila
masalah: ditanya diam saja
Resiko hanya sesekali
menjawab.
2. Kemungkin 2 2 Masalah mudah
an masalah dicegah apabila
dapat keluarga Tn. P selalu
dicegah: mendampingi dan
Tinggi membimbing serta
memberikan ruang
berdiskusi sehingga
remaja dapat terbuka.
3. Potensial 1 1 Remaja dinasihati
untuk dengan cara baik-baik
mencegah tidak dengan kata-kata
masalah: kasar.
Tinggi
4. Menonjolny 1 0 Keluarga tidak
a masalah: mengetahui apabila
Masalah remaja kurang
tidak sosialisasi dengan
dirasakan orang tua dan selalu
menyembunyikan
sesuatu.
Total skor

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN


PRIORITAS
No. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan proses keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota yang sakit.
2. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga dalam merawat anggota yang sakit.
3. Resiko hambatan interaksi sosial berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota yang sakit.
C. INTERVENSI

No. Dx Tujuan Evaluasi Intervensi


Umum Khusus Kriteria Standar
Setelah
1 Setelah Kognitif Keluarga Tn.P NOC : Kinerja Pengasuhan Remaja
1 I dilakukan dilakukan mengetahui peran dan NIC : Pendidikan Orang Tua: Remaja
asuhan tindakan tugas keluarga yang Intervensi :
.
keperawatan keperawatan harus terpenuhi pada - Kaji pengetahuan keluarga tentang
selama 6 kali selama 6 X 30 tahap perkembangan masalah yang sedang dialami
kunjungan, menit keluarga keluarga dengan anak sehingga terjadi gangguan proses
diharapkan mampu: remaja. keluarga.
tidak terjadi 1. Mengenal - Bantu keluarga untuk
gangguan masalah yang mengidentifikasi masalah atau
proses sedang situasi yang menyebabkan gangguan
keluarga. dialami proses keluarga.
kelurga. - Berikan informasi tentang cara
mengatasi gangguan proses
keluarga.
2. Mengambil Afektif Keluarga Tn. A - Jelaskan akibat jika tidak dilakuakan
keputusan mampu memutuskan tindakan penanganan yang tepat.
yang tepat tindakan apa yang - Bantu keluarga untuk
dalam akan dilakukan oleh memprioritaskan kemungkinan
keluarga tahap keluarga untuk alternatif penyelesaian masalah.
perkembangan mengatasi - Beri reinforcement dari tindakan
anak remaja. permasalahan yang yang diambil oleh keluarga.
dialami.
No. Dx Tujuan Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
3. Keluarga Tn. Psikomotor Keluarga Tn.P mampu - Minta orang tua untuk
P mampu melakukan peran dan menggambarkan karakteristik anak
merawat tugas keluarga yang remaja mereka.
anggota harus terpenuhi pada - Ajarkan keluarga mengenai cara
keluarga pada tahap perkembangan mengatasi masalah-masalah yang
tahap keluarga dengan anak dialami anak remaja.
perkembangan remaja. - Bagikan strategi untuk mengelola
anak remaja. persepsi remaja mengenai penolakan
orang tua.
- Instruksikan orang tua mengenai
ketrampilan komunikasi yang
penting yang akan meningkatkan
kemampuan mereka yang berempati
terhadap remaja mereka dan
membantu untuk memecahkan
masalah.
- Berikan informasi tentang
perkembangan anak remaja, peran
dan tugas keluarga yang harus
dipenuhi pada tahap perkembangan
anak remaja.
- Berikan informasi mengenai
karakteristik normal fisiologis,
emosional, dan kognitif remaja.
No. Dx Tujuan Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
2. II Setelah Setelah dilakukan Kognitif Keluarga Tn. P mampu NOC : Kinerja Pengasuhan Remaja
dilakukan kunjungan selama memahami NIC : Pendidikan Orang Tua: Remaja
tindakan 6 kali pertemuan, perkembangan anak Intervensi :
keperawatan diharapkan remaja, peran dan - Identifikasi kemungkinan dengan
selama 6 kali keluarga dapat : tugas keluarga yang cara yang tepat.
kunjungan 1. Mengenal harus dipenuhi pada - Sediakan informasi tentang cara
diharapkan masalah - tahap perkembangan yang tepat.
keluarga Tn. P masalah yang anak remaja.
mengetahui muncul pada
perkembangan anak remaja.
anak remaja,
peran dan
tugas keluarga
yang harus
dipenuhi pada
tahap
perkembangan
anak remaja.

2. Mengambil Afektif Keluarga Tn A mampu - Jelaskan akibat jika tidak dilakuakan


keputusan memutuskan tindakan tindakan penanganan yang tepat.
yang tepat apa yang akan - Identifikasi dampak dari
untuk dilakukan oleh perkembangan kognitif remaja
mengatasi keluarga dalam terkait proses pengambilan
hambatan. mengasuh remaja. keputusan.
No. Dx Tujuan Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
3. Merawat Psikomotor Keluarga Tn. P - Ajarkan keluarga mengenai cara
anggota mampu merawat dan mengatasi masalah-masalah yang
keluarga pada mendidik anaknya dialami anak remaja.
tahap yang berusia remaja. - Bagikan strategi untuk mengelola
perkembangan persepsi remaja mengenai penolakan
anak remaja. orangtua.

Setelah
3 Setelah dilakukan Kognitif Keluarga Tn. P NOC: Communication impaired
3 III dilakukan tindakan mampu memahami verbal
asuhan keperawatan Kaji tentang masalah NIC:
keperawatan selama 6 kali yang menyebabkan - Kaji tentang masalah yang
selama 6 kali pertemuan resiko hambatan menyebabkan resiko hambatan
kunjungan, keluarga mampu: interaksi sosial interaksi sosial.
diharapkan 1. Mengenal - Identifikasi perubahan perilaku
tidak terjadi masalah tertentu.
gangguan mengenai - Fasilitasi klien dalam memberi
proses resiko masukan dan membuat
keluarga. hambatan perencanaan.
interaksi sosial
No. Dx Tujuan Evaluasi Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
2. Mengambil Afektif Keluarga Tn A mampu - Jelaskan akibat jika tidak
keputusan memutuskan tindakan dilakuakan tindakan penanganan
yang tepat apa yang akan yang tepat.
dalam dilakukan untuk dapat - Bantu pasien meningkatkan
keluarga tahap berinteraksi dengan kesadaran tentang kekuatan dan
perkembangan baik dengan anggota keterbatasan dalam berkomunikasi
anak remaja. keluarga. dengan orang lain.
- Berikan umpan balik positif jika
pasien berinteraksi dengan orang
lain.

3. Keluarga Tn. Psikomotor Keluarga Tn. P - Anjurkan bersikap jujur dan apa
P mampu mampu berinteraksi adanya dalam berintraksi dengan
merawat dengan baik dengan orang lain.
anggota anggota keluarga yang - Anjurkan menghargai orang lain.
keluarga pada lain. - Minta dan harapkan adanya
tahap . komunikasi verbal.
perkembangan
anak remaja.
D. IMPLEMENTASI

Tanggal 22 April 2017


No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

22 April I, II, III - Membina hubungan saling S: - Ny. K mengatakan mempunyai anak
2017, percaya dengan keluarga tunggal yang duduk dikelas 2 SMP, namun
jam Tn. P sudah 2 minggu tidak berangkat sekolah.
10.00 - Menjelaskan maksud dan - Ny. K mengatakan suaminya kerjanya
I, II, III tujuan kunjungan serabutan dan penghasilanya tidak
- Memberikan jaminan menentu, Tn. P tidak bekerja apabila tidak
I, II, III kerahasiaan ada yang menyuruh
- Melakukan pengkajian
I, II, III pada keluarga Tn. P O: - Sdri. M nampak sedang duduk dirumah
- Melakukan kontrak dengan Ny. K dan tidak berangkat sekolah
I, II, III pertemuan sela daan Tn. P tidak berada di rumah karena
sedang bekerja

A: - Masalah belum teratasi

P: - Lanjutkan Intervensi
 Bantu keluarga untuk mengidentifikasi
masalah atau situasi yang sedang
dialami keluarga Tn. P
 Bantu keluarga untuk memprioritaskan
kemungkinan alternatif penyelesaian
masalah.
Tanggal 24 April 2017
No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

24 April I, II, III - Mengukur Tanda-Tanda S: - Ny. K mengatakan anaknya berhenti


2017, jam Vital. sekolah karena alasan biaya, Sdri. M tidak
14.00 - Membantu keluarga berangkat sekolah karena merasa terbebani
untuk mengidentifikasi dan malu dengan temanya karena SPP
I, II alasan Sdri. M berhenti sekolah belum dibayar selama 3 bulan.
sekolah. - Ny. K mengatakan suaminya 2 bulan yang
- Membantu keluarga untuk lalu sakit sehingga tidak dapat bekerja.
memprioritaskan. - Keluarga menyetujui tentang rencana
I, II kemungkinan alternatif menghubungi sekolahnya Sdri. M tentang
penyelesaian masalah. keringanan biaya dan merencanakan untuk
- Merencanakan bersama membuat surat keterangan tidak mampu ke
keluarga untuk desa apabila Sdri. M berminat untuk
menghubungi sekolahnya sekolah lagi.
Sdri. M tentang - Ny. K mengatakan bingung bagaimana cara
keringanan biaya dan membujuk anaknya untuk sekolah lagi.
I, II merencanakan untu - Sdri. M mengatakan sudah tidak mau
membuat surat keterangan sekolah lagi.
tidak mampu ke desa O: - Sdri. M nampak sedang duduk dirumah
apabila Sdri. M berminat dengan Ny. K dan tidak berangkat sekolah.
untuk sekolah lagi. A: - Masalah belum teratasi.
- Memberikan motivasi P: - Lanjutkan Intervensi
I, II, III kepada Sdri. M untuk  Berikan informasi tentang
tetap sekolah. perkembangan anak remaja, peran dan
- Melakukan kontrak tugas keluarga yang harus dipenuhi pada
I, II, III pertemuan selanjutnya. tahap perkembangan anak remaja.
Tanggal 27 April 2017
No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

27 April - Menyediakan informasi S: - Ny. K mengatakan anaknya sudah kerja di


2017, jam I, II tentang perkembangan toko baju di dukuh waluh sudah 2 hari
16.00 anak remaja, peran dan - Ny. K mengatakan anaknya untuk tetap
tugas keluarga yang harus sekolah namun anaknya membantah apabila
dipenuhi pada tahap dinasehati.
perkembangan anak - Ny. K mengatakan sudah mengetahui
remaja tentang perkembangan remaja dan peran
- Melakukan penyuluhan serta tugas yang harus dilakukan dalam
tentang anak remaja, keluarga tahap perkembangan anak remaja.
I, II peran dan tugas keluarga - Sdri. M mengatakan akan berpikir kembali
yang harus dipenuhi pada untuk melanjutkan sekolah.
tahap perkembangan anak
remaja O: - Sdri. M tidak berada di rumah dan
- Melakukan kontrak berangkat kerja.
I, II, III pertemuan selanjutnya - Ny. K mampu menyebutkan apa saja peran
- Mendatangi tempat kerja dan tugas keluarga pada tahap
I Sdri. M perkembangan anak remaja.
- Memberikan motivasi - Sdri. M berada di tempat kerja.
I Sdri. M untuk tetap lanjut
sekolah dan semangat A: - Masalah teratasi sebagian..
belajar demi masa
depanya P: - Lanjutkan Intervensi
- Melakukan kontrak  Minta orang tua untuk menggambarkan
I, II, III pertemuan selanjutnya karakteristik anak remaja mereka
 Sediakan informasi tentang masalah-
No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

masalah yang mungkin muncul pada


anak remaja
 Bagikan strategi untuk mengelola
masalah-masalah yang muncul pada
anak remaja

Tanggal 30 April 2017


No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

30 April - Menganjurkan orang tua untuk S: - Ny. K mengatakan Sdri. M adalah


2017, jam I, II menggambarkan karakteristik orang yang keras kepala, ia selalu
16.00 anak remaja mereka. memprotes nasehat ibunya.
- Membantu mengidentifikasikan - Tn. P mengatakan ingin anaknya
masalah yang berkaitan dengan untuk tetap bekerja tidak mau lanjut
perkembangan remaja mereka. sekolah lagi.
- Memberikan informasi - Tn. P mengatakan mengetahui
I, II bagaimana cara mengatasi bagaimana mengatasi masalah
masalah perkembangan anak perkembangan anak remaja.
remaja mereka. O: - Sdri. M tidak berada di rumah karena
- Menganjurkan keluarga untuk berangkat kerja.
selalu berkomunikasi dan A: - Masalah belum teratasi.
menjalin hubungan baik dengan P: - Lanjutkan Intervensi
I, I remaja.  Berikan informasi kepada keluarga
- Melakukan kontrak pertemuan dan remaja tentang pentingnya
selanjutnya. belajar.
Tanggal 2 Mei 2017
No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

2 Mei 2017, - Memberikan informasi kepada S: - Sdri. M mengatakan tidak mau


jam 14.00 I, II keluarga dan remaja tentang sekolah lagi dan ingin bekerja karena
pentingnya belajar. ingin membantu kedua orang tuanya
- Menganjurkan keluarga untuk dan untuk memenuhi kebutuhan
I, II selalu mendukung remaja sendiri.
dalam hal-hal yang positif. - Ny. K mengatakan terserah anaknya
- Menganjurkan keluarga untuk yang penting bekerja dengan
I, II selalu menasehati dengan cara sungguh-sungguh.
yang halus dan penuh kasih O: - Kedua orangtua Sdri. M mendoakan
sayang. anaknya semoga sukses dan
- Memotivasi Sdri. M untuk bersungguh-sungguh.
menghormati kedua orang - Sdri. M kadang masih diam saja
I, II tuanya dan berbicara yang halus apabila diberi pertanyaan.
dengan orang tua, tidak
membentak kedua orang tua. A: - Masalah teratasi sebagian.
- Meganjurka Sdri. M untuk
selalu belajar apapun walaupun P: - Lanjutkan Intervensi
III tidak sekolah lagi, misalnya  Anjurkan keluarga untuk selalu
tetep mengaji. menyediakan ruang diskusi
- Menganjurkan Sdri. M untuk bersama remaja tentang masalah-
bersikap jujur dan apa adanya masalah yang sedang dihadapi
I, II, III dalam berintraksi dengan orang remaja.
lain.
- Menganjurkan Sdri. M selalu
I, III menghargai orang lain
No. Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

khususnya orangtua.
- Mendorong Sdri. M untuk
selalu berkomunikasi verbal
I, II, III dengan anggota keluarga yang
lain dan selalu terbuka.
- Menganjurkan keluarga untuk
dapat ke fasilitas kesahatan
I, II, III terdekat apabila ada anggota
keluarga yang sakit.
I, II, III - Melakukan kontrak pertemuan
selanjutnya.
VI. EVALUASI
No. Tanggal Diagnosa Evaluasi Sumatif Paraf
Gangguan proses keluarga S: - Sdri. M mengatakan tidak mau sekolah lagi dan
berhubungan dengan ingi bekerja karena ingin membantu kedua orang
ketidakmampuan keluarga tuanya dan untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
dalam merawat anggota yang - Ny. K mengatakan Sdri. M terkadang masih
sakit. membatah apabila dinasihati ibunya.
1. 5 Mei 2017,
- Ny. K mengatakan sudah mengetahui tentang
jam 16. 00 perkembangan remaja dan peran serta tugas yang
harus dilakukan dalam keluarga tahap
perkembangan anak remaja.
O: - Sdri. M tidak berada di rumah namun berada
ditempat kerja.
- Keluarga Tn. K dapat menyebutkan kembali
mengenai peran dan tugas yang harus dilakukan
dalam keluarga tahap perkembangan anak
remaja.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi
- Anjurkan keluarga untuk mempertahankan
dan menerapkan tindakan-tindakan yang
telah diajarkan.
No. Tanggal Diagnosa Evaluasi Sumatif Paraf
Defisiensi pengetahuan S:- Tn. P mengatakan mengetahui bagaimana
berhubungan dengan mengatasi masalah perkembangan anak remaja.
ketidakmampuan keluarga O:- Keluarga Tn. K dapat menyebutkan kembali
2. 5 Mei 2017, dalam merawat anggota yang bagaimana mengatasi masalah perkembangan
sakit. anak remaja.
jam 16. 00
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi
 Anjurkan keluarga untuk mempertahankan dan
menerapkan tindakan-tindakan yang telah
diajarkan.

Resiko hambatan interaksi S:- Ny. K mengatakan Sdri. M apabila ditanya sering
sosial berhubungan dengan diam atau hanya menjawab sesekali dan anaknya
ketidakmampuan keluarga kurang terbuka.
3. 5 Mei 2017, dalam merawat anggota yang O:- Sdri. M nampak diam apabila ditanya atau hanya
sakit. menjawab sesekali saja..
jam 16. 00
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi
 Anjurkan keluarga untuk mempertahankan dan
menerapkan tindakan-tindakan yang telah
diajarkan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Perkembangan Psikologi Remaja

Sasaran : Keluarga Tn. P

Tempat : Rumah Tn. P

Hari/Tanggal : Minggu, 30 April 2017

Waktu : 13.30 WIB – 14.00 WIB

1. Latar Belakang Masalah


Berdasarkan hasil pengkajian pada keluarga Tn. P di Kelurahan Mersi
RT 05 RW 05 Purwokerto Timur, bahwa diketahui keluarga Tn. P
mempunyai anak tunggal yang berusia 14 tahun (remaja) yaitu Sdri. M. Sdri.
M sekarang masih duduk dikelas 2 SMP, namun sudah 2 minggu ia tidak
berangkat sekolah karena malu dan merasa terbebani dengan biaya yang
sudah menunggak. Sdri. M tinggal serumah bersama kedua orang tuanya
yaitu Tn. P dan Ny. K. Tn. P bekerja sebagai buruh harian lepas yang
terkadang tidak tentu kerjanya dan penghasilan perhari juga tidak menentu
terkadang hanya mendapatkan Rp. 20.000, sedangkan Ny. K sebagai Ibu
Rumah Tangga yang mengurusi pekerjaaan dirumah. Meskipun dalam
keluarga Tn. P ekonominya kurang orangtua Sdri. M menghendaki anaknya
untuk tetap sekolah, hal tersebut bertolak belakang dengan keputusan Sdri. M
yang memilih untuk berhenti sekolah. Untuk itu perlu adanya pendekatan
yang harus dilakukan orangtua terhadap anaknya untuk selalu memberikan
motivasi dan semangat belajar. Keluarga belum sepenuhnya paham mengenai
perkembangan psikologi remaja dan cara melakukan pendekatan terhadap
remaja. Informasi-informasi tentang perkembangan psikologi remaja dan cara
melakukan pendekatan terhadap remaja sangat menunjang bagi keluarga dan
masa depan remaja. Oleh karena itu penyuluhan kepada keluarga Tn. P
mengenai perkembangan psikologi remaja dan cara melakukan pendekatan
terhadap remaja perlu disampaikan.

2. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penjelasan tentang perkembangan psikologis
remaja, diharapkan keluarga Tn. P dapat mengetahui tentang perubahan-
perubahan psikologis yang terjadi pada masa remaja sehingga dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut serta remaja mampu
menghadapi masalah yang biasa terjadi pada masa remaja.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penjelasan tentang perkembangan psikologis
remaja, peserta diharapkan dapat :
1) Menjelaskan perubahan psikologis yang terjadi pada masa remaja
2) Mengetahui masalah-masalah psikologis yang umum terjadi pada
remaja
3) Mengetahui penyelesaian dari masalah yang akan dihadapi

3. Materi
a. Pengertian Remaja
b. Ciri Kejiwaan dan Psikososial pada Remaja Secara Umum
c. Perubahan / Perkembangan Psikologi Spesifik yang Terjadi Pada Remaja
d. Karakteristik dan Permasalahan pada Remaja
e. Solusi Permasalahan yang Dihadapi Remaja
4. Metode
a. Ceramah
b. Diskusi & Tanya jawab

5. Media
a. Laptop
b. Leaflet

6. Kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Penyuluh Respon Peserta Waktu


1 Pendahuluan 5 mnt

 Memberi salam
Menjawab salam,
 Memberi pertanyaan apersepsi
mendengarkan,
 Menjelaskan tujuan dari
dan memberikan
penyuluhan
respon
 Melakukan kontrak waktu
 Menyebutkan materi yang akan
disampaikan
2 Kegiatan Inti 25 mnt
 Menjelaskan definisi remaja
 Menjelaskan ciri kejiwaan dan
psikososial pada remaja secara Mendengarkan

umum dan

 Menjelaskan perubahan- memperhatikan

perubahan psikologis yang terjadi materi

pada masa remaja penyuluhan dan

 Menyebutkan masalah – masalah mengikuti diskusi

yang sering terjadi pada masa secara aktif

remaja
 Mengajak peserta untuk
berdiskusi menyelesaikan
masalah – masalah yang sering
terjadi pada remaja.
 Menjelaskan solusi dari
permasalahan yang sering terjadi
pada remaja

3 Penutup 5 mnt

 Menyimpulkan materi Memperhatikan

penyuluhan bersama keluarga dan menjawab

 Memberikan evaluasi secara salam

lisan
 Memberikan salam penutup

7. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Peserta hadir di tempat penyuluhan tepat waktu.
2) Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di Rumah Tn. P di
Kelurahan Mersi RT 05 RW 05 Purwokerto Timur.
b. Evaluasi Proses
1) Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
2) Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara
benar.
Pertanyaan:
a) Bagaimana ciri Kejiwaan dan Psikososial pada Remaja Secara
Umum ?
b) Bagaimana perubahan / Perkembangan Psikologi Spesifik yang
Terjadi Pada Remaja ?
c) Bagaimana Solusi Permasalahan yang Dihadapi Remaja ?
c. Evaluasi Hasil
Setelah penyuluhan diharapkan sekitar 80% peserta penyuluhan mampu
mengerti dan memahami penyuluhan yang diberikan sesuai dengan
tujuan khusus
8. Referensi
 Kusmiran, Eny. 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba
Medika
 Mansur, Herawati. 2009. Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta
: Salemba Medika
 Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : Raja
Grafindo Persada
 Zulkifli. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Lampiran Materi :

PERKEMBANGAN PSIKOLOGI REMAJA

1. Definisi
Perkembangan psikologis adalah suatu perkembangan pada diri
manusia yang berkaitan dengan aspek kejiwaan terkait di dalamnya adalah
aspek emosi, mental, kemauan dan keadaan moral seperti dikemukakan oleh
Sri Rumini, dkk (1993) disimpulkan bahwa perkembangan psikologis adalah
suatu proses perubahan yang progresif berdasarkan pertumbuhan kematangan
dan belajar atau pengalaman dengan cara mengaktualisasi diri secara
memuaskan. Sedangkan pendapat tentang usia remaja sendiri bervariasi
antara beberapa ahli, organisasi,atau lembaga kesehatan. Usia remaja
merupakan periode transisi perkembangan dari anak ke masa dewasa yaitu
usia antara 10-24 tahun. Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi
dewasa”. Remaja adalah mulai dewasa sudah sampai umur untuk kawin
(KBBI, 2001).
Definisi remaja (adolesecence) menurut organisasi kesehatan dunia
(WHO) adalah periode usia antara 10-19 tahun, sedangkan menurut PBB
menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15-24 tahun. Sementara itu,
menurut The Health Resource and Services Administrations
Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan
terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja
menengah (15-17 tahun), dan remaja akhir (18-21 tahun). Definisi ini
kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people)yang
mencakup usia 10-24 tahun (Kusmiran,2011).
Menurut Kusmiran (2011), definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari
tiga sudut pandang yaitu:

a. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia anatara 11-12


tahun samapai 20-21 tahun.
b. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik,
fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual.
c. Secara psikologis remaja merupakan masa dimana individu mengalami
peruabahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral
diantara masa anak-anak menuju masa dewasa.
Pada masa remaja, menurut Soetjiningsih (2004), anak remaja akan
dihadapkan pada dua tugas utama, yaitu:
a. Mencapai ukuran kebebasan atau kemandirian dari orangtua
b. Membentuk identitas untuk tercapainya integrasi diri dan kematangan
pribadi.

Selain itu, masih ada 8 tugas perkembangan lain pada masa remaja, yaitu:

a. Memperluas hubungan antar pribadi dan berkomunikasi secara lebih


dewasa
b. Memperoleh peranan sosial
c. Menerima keadaan tubuhnya dan menggunakannya secara efektif
d. Memperoleh kebebasan emosional dari orangtua
e. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri
f. Memiliki dan mempersiapkan diri untuk suatu pekerjaan
g. Mempersiapkan diri untuk perkawinan dan kehidupan berkeluarga
h. Mengembangkan dan membentuk konsep-konsep moral.
2. Perkembangan Psikologis Remaja
a. Perkembangan Psikologis Remaja Secara Umum
Perkembangan psikologis pada masa remaja yang merupakan masa
transisi dari periode anak ke dewasa menurut G.W. Allport (dalam
Sarwono, 2006) menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pemekaran diri sendiri (extension of the self) yang ditandai dengan
kemampuan seorang untuk menganggap orang atau hal lain sebagai
bagian dari diri sendiri juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri
sendiri) berkurang sebaliknya tumbuh perasaan ikut memiliki, salah
satu tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk
mencintai orang lain dan alam sekitarnya. Kemampuan untuk
bertenggang rasa dengan orang yang dicintainya untuk ikut
merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang dicintainya,
menunjukkan adanya tandatanda kepribadian dewasa (mature
personality) ciri lain adalah berkembangnya ego ideal berupa cita-
cita, idola dan sebagainya yang menggambarkan wujud ego (diri
sendiri) di masa depan.
2) Kemampuan untuk melihat diri sendiri secara obyektif (self
objectivication) ditandai dengan kemampuan untuk mempunyai
wawasan tentang diri sendiri (self insight) dan kemampuan untuk
menangkap humor (sense of humor) terrmasuk yang menjadikan
dirinya sendiri sebagai sasaran.ia tidak marah jika dikritik pada
saaat-saat yang yang diperlukan ia dapat melepaskan diri dari dirinya
sendiri dan meninjau dirinya sendiri sebagai orang luar.
3) Memiliki falsafah hidup tertentu (unifying philosophy of life). Hal
itu dapat dilakukan tanpa perlu merumuskannnya dan
mengucapkankannya dalam kata-kata. Orang yang sudah dewasa
tahu dengan tepat tempatnya dalam rangka susunan objek-objek lain
di dunia. Ia tahu kedudukannnya dalam masyarakat., ia paham
bagaimana seharusnya ia bertingkah laku dalam kedudukan tersebut.
Dan ia berusaha mencari jalannya sendiri menuju sasaran yang ia
tetapkan sendiri. Orang seperti ini tidak lagi mudah terpengaruh dan
pendapatnya serta sikap-sikapnya cukup jelas dan tegas.

b. Perkembangan Psikologi Remaja Secara Khusus


1) Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12–20 thn
secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir)
remaja dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang
gagasan abstrak.
b) Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat
rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta
memecahkan masalah.
c) Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan
yang konkrit dengan yang abstrak.
d) Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji
hipotesis.
e) Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi
alternatif untuk mencapainya psikologi remaja.
f) Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar
berinstropeksi.
g) Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama,
keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri).
2) Perkembangan Emosi Psikologi Remaja
Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi
tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat
sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan
temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung).
Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikan-nya.
Remaja yang berkembang di lingkungan yang kurang kondusif,
kematangan emosionalnya terhambat. Sehingga sering mengalami
akibat negatif berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya : psikologi
remaja
a) Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu
dan lain-lainnya.
b) Lari dari kenyataan (regresif) : suka melamun, pendiam, senang
menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau
obat terlarang.
Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan
harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi :
a) Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis
(senang menolong), respek (sikap hormat dan menghormati
orang lain), ramah, dan lain-lainnya.
b) Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif,
wajar, optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan
secara sehat dan bijak.
3) Perkembangan Moral Psikologi Remaja
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar
kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa
diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). psikologi
remaja.
4) Perkembangan Sosial Psikologi Remaja
Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk
memahami orang lain (social cognition) dan menjalin persahabatan.
Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis
yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap,
nilai-nilai, dan kepribadiannya.
Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap
comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti
bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat,
pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan,
dan lain-lainnya.
5) Perkembangan Kepribadian Psikologi Remaja
Isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri
(jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai
sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?” (Who am I ?).
Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola
dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan.
Faktor-faktor penting dalam perkembangan integritas pribadi remaja
(psikologi remaja) adalah :
a) Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi
untuk berperilaku dewasa pula.
b) Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-
emosi baru.
c) Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali
obsesi dan cita-citanya.
d) Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman
sejenis dan lawan jenis.
e) Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari
masa anak menuju dewasa. Remaja akhir sudah mulai dapat
memahami, mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara
identitas diri.
Tindakan antisipasi remaja akhir adalah:
a) Berusaha bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi
kelebihan dirinya.
b) Mengkaji tujuan dan keputusan untuk menjadi model manusia
yang diidamkan.
c) Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua, dan sikap
teman-temannya.
d) Mengembangkan sikap-sikap pribadinya.
6) Perkembangan Kesadaran Beragama
Iman dan hati adalah penentu perilaku dan perbuatan seseorang.
Bagaimana perkembangan spiritual ini terjadi pada psikologi
remaja? Sesuai dengan perkembangannya kemampuan kritis
psikologi remaja hingga menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat.
Mereka mulai membawa nilai-nilai agama ke dalam kalbu dan
kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati secara kritis
kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang
memedulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku
amoral lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja
mengalami benturan-benturan dan ujian.

3. Ciri kejiwaan dan psikososial remaja menurut Kusmiran (2011), antara lain :
a. Usia Remaja Muda (12-15 tahun)
1) Sikap protes terhadap orang tua
Remaja pada usia ini cenderung tidak menyetujui nilai-nilai hidup
yang diajarkan orangtuannya, sehingga lebih sering menunjukkan
sikap protes. Mereka berusaha mencari identitas diridan sering kali
disertai dengan menjauhkan diri dari orangtuanya. Dalam upaya
pencarian identitasdiri, remaja cenderung melihat kepada tokoh-
tokoh diluar lingkungan keluarganya, yaitu:guru, figure ideal yang
terdapat difilm atau tokoh idola.
2) Preokupasi dengan badan sendiri
Tubuh seorang remaja pada usia ini mengalami perubahan yang
cepat sekali.perubahan-perubahan ini menjadi perhatian khusus bagi
diri remaja.
3) Kesetiakawanan dengan kelompok seusia
Para remaja pada kelompok umur ini merasakan keterikatan dan
kebersamaan dengan sekelompok usia dalam upaya
mencaripersamaan nasib. Hal ini tercermin dalam cara berprilaku
social.
4) Kemampuan untuk berpikir secara abstrak
Daya kemampuan berpikir seorang remaja mulaiberkembang dan
dimanifestasikan dalam bentukdiskusi untuk mempertajam
kepercayaan diri.
5) Perilaku yang labil dan berubah-ubah
Remaja sering memperlihatkan perilaku yang berubah–ubah, pada
suatu waktu tampak bertanggung jawab, tapi pada waktu lain tampak
masa bodoh. Perilaku demikian menunjukkan bahwa dalam diri
remaja terdapat konflik yang memerlukan penanganan dan
pengertian secara bijaksana.
b. Usia Remaja Penuh (16-19 tahun)
1) Kebebasan dari orang tua
Remaja mulai merasakan kebebasan,tetapijuga merasa kurang
menyenangkan. Timbul kebutuhan untuk terikat dengan orang lain
melalui ikatan cinta yang stabil.
2) Ikatan terhadap pekerjaan dan tugas
Seringkali remaja menunjukkan minat pada suatu tugas tertentu yang
ditekuni secara mendalam. Mulai mengembangkan cita-cita dan
mulai memikirkan melanjutkan sekolah atau bekerja.
3) Pengembangan nilai oral dan etis yang mantap.
Remaja mulai menyusun nilai-nilai moral dan etis sesuai dengan
cita-citanya.
4) Pengembangan hubungan pribadi yang labil.
Adanya tokoh panutan atau hubungan cinta yang stabil
menyebabkan terbentuknya kestabilan pada diri remaja.
5) Penghargaan kembali pada orang tua dalam kedudukan yang sejajar.
4. Permasalah pada Masa Remaja
Beberapa permasalahan yang sering terjadi pada remaja, antara lain:
a. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar dari para remaja terlihat dari menurunnya prestasi.
Sebenarnya kesulitan belajar dan berprestasi yang lebih dapat dilakukan
remaja apabila dia mau sungguh-sungguh untuk mengatasi kesulitannya.
Faktor penyebab kesulitan belajar remaja yaitu kondidi fisio-logis,
kepribadian, daya intelektual, aktivitas remaja, dan sosio-ekonomi.
Adapun dampak buruk dari kesulitan belajar adalah Under achieve.
b. Kesulitan Bergaul
Sebenarnya, pergaulan merupakan media dalam mencapai suatu
keberhasilan. Akibat buruk dari kesulitan bergaul yaitu berorientasi
pikiran sempit dan tidak objektif, sulit memberikan dan menerima
pendapat orang lain, bertingkah laku serba salah atau kaku, berprasangka
buruk hubungan personal dan apatis, menarik diri dan kurang partisipasi
dalam kegiatan sosial.
c. Kesulitan Hubungan Keluarga
Ketidakmatangan remaja membina hubungan harmonis dengan keluarga
terlihat dari frekuensi pertengkaran sesama anggota keluarga, mengkritik,
dan membuat komentar yang merendahkan penampilan atau perilaku
anggota keluarga lainnya. Hubungan keluarga yang buruk juga bisa
berkembang keluar rumah seperti ketidakmatangan menyesuaikan diri.
Dampak ketidakmampuan menyesuaikan diri antara lain :
1) Tidak bertanggung jawab dan mengabaikan tanggung jawab.
2) Mencari kebebasan dan dukungan sosial dari kelompoknya.
3) Sikap agresif dan percaya diri, namun mudah menyerah.
4) Merasa kurang aman sehingga patuh pada standar kelompok.
5) Merasa ingin pulang bila jauh dari lingkungan yang tak dikenal.
6) Banyak mengkhayal, perilaku regresi akibat kurang perhatian.
d. Perilaku Moral
Ketidak-matangan moral remaja terlihat dari tingkat pelanggaran pada
peraturan keluarga atau lingkungan, membenarkan setiap perbuatan yang
salah, kenakalan remaja (berkelahi atau tawuran), sikap antisosial,
(merusak, perilaku kriminal, merampok, atau menggunakan narkoba).
e. Perilaku Agresi
Karakteristik dari perilaku agresi remaja antara lain :
1) Perilaku agresi yang bersifat verbal, seperti memaki, mencaci,
mengejek, berbohong, dan menghina.
2) Perilaku agresi yang bersifat nonverbal, seperti mencuri tanpa atau
dengan menyerang terhadap orang lain atau anggota keluarga, kabur
dari rumah, dengan sengaja melakukan pembakaran, bolos sekolah
dan membuat onar, berkelahi, menyiksa teman atau anggota
keluarganya (Kusmiran, 2011).

5. Memfasilitasi Perkembangan Remaja


Dalam menghadapi permasalahannya, remaja memerlukan bantuan dan
fasilitas dari dirinya sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Beberapa
cara yang dapat digunakan untuk memfasilitasi perkembangan remaja dapat
dilakukan oleh remaja itu sendiri, dan oleh orang tua/keluarganya.
a. Cara-cara yang Dilakukan Remaja
1) Diskusikan dengan remaja mengenai ciri-ciri perkembangan
psikososial remaja yang normal dan menyimpang.
2) Diskusikan cara-cara untuk mencapai perkembangan psikososial
yang normal, yaitu :
a) Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain yang
membuat mereka nyaman untuk mencurahkan perasaan,
perhatian, dan kekhawatiran.
b) Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai
kegiatan positif (olahraga, kesenian, pramuka, pengajian, dan
lain sebagainya)
c) Anjurkan remaja untuk melakukan kegiatan di rumah sesuai
dengan perannya.
3) Bimbing dan motivasi remaja dalam membuat rencana kegiatan dan
melaksanakan rencana yang telah dibuatnya.
4) Jika remaja mengalami penyimpangan perkembangan, misalnya
bingung peran, maka:
a) Diskusikan aspek positif/kelebihan yang dimiliki remaja
b) Bantu remaja mengidentifikasi berbagai peran yang dapat
ditampilkan remaja dalam kehidupannya.
c) Diskusikan penampilan peran yang terbaik untuk remaja.
d) Bantu remaja untuk mengidentifikasi perannya di keluarga.
b. Beberapa cara yang perlu diajarkan kepada orang tua/keluarga dalam
rangka memfasilitasi perkembangan remaja adalah sebagai berikut.
1) Jelaskan tentang ciri-ciri perkembangan remaja yang normal dan
menyimpang.
2) Jelaskan cara yang dapat dilakukan orang tua / keluarga untuk
memfasilitasi perkembangan remaja yang normal, dengan cara :
a. Fasilitasi remaja untuk berinteraksi dalam kelompok sebaya.
b. Anjurkan remaja untuk bergaul dengan orang lain yang
membuat remaja nyaman mencurahkan perasaan, perhatian, dan
kekhawatirannya.
c. Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai
kegiatan positif.
d. Berperan sebagai teman berbagi cerita bagi remaja.
e. Berperan sebagai contoh peran (role model) bagi remaja dalam
melakukan interaksi sosial yang baik.
f. Berikan lingkungan yang nyaman bagi remaja untuk melakukan
aktivitas bersama kelompoknya.
g. Membimbing remaja dalam menentukan rencana masa
depannya.

Anda mungkin juga menyukai