Anda di halaman 1dari 119

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN D.P.

DENGAN DENGUE HAEMORRAGIC FEVER (DHF) GRADE I HARI VII

DI RUANG ANGREK BRSU TABANAN

TANGGAL 26 S/D 28 APRIL 2016

Diajukan oleh :

ANAK AGUNG GDE SUTRISNA

NIM : 13E11104

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

2016
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN D.P.

DENGAN DENGUE HAEMORRAGIC FEVER (DHF) GRADE I HARI VII

DI RUANG ANGREK BRSU TABANAN

TANGGAL 26 S/D 28 APRIL 2016

LAPORAN KASUS
Diajukan sebagai salah satu persyaratan
Dalam menyelesaikan pendidikan pada
Program Studi DIII Keperawatan STIKES Bali

Diajukan oleh :

ANAK AGUNG GDE SUTRISNA

NIM : 13E11104

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI

2016

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan laporan kasus

ini tepat pada waktunya. Laporan ini disusun berdasarkan dari pengalaman belajar

yang didapat dilapangan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

Dalam menyusun laporan kasus ini, penulis mengambil kasus berjudul

"ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN “D.P.” DENGAN DHF GRADE I

HARI VII DI RUANG ANGREK BRSU TABANAN TANGGAL 26-28

APRIL 2016".

Dalam menyusun laporan kasus ini penulis banyak mendapat bantuan

dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung

yang sangat berguna dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Oleh karena itu

perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak dr. I Nyoman Susila., M.Kes., selaku Direktur BRSU Tabanan beserta

staf Keperawatan BRSU Tabanan yang telah memberikan ijin dan kesempatan

kepada penulis untuk mengambil kasus dalam rangka penyusunan laporan

kasus ini.

2. Bapak Drs. I Ketut Widia, B.N.Stud, MM., selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan (STIKES) Bali, beserta staf dosen yang telah banyak membina,

mendidik, membimbing penulis dari awal mengikuti pendidikan sampai saat

ini.

iv
3. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa,S.Kep.,selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan Sekolah Tinggi ilmu Kesehatan (STIKES) Bali, beserta staf

yang telah memberikan ijin dan petunjuk kepada penulis dalam penyusunan

laporan kasus ini.

4. Ibu Ni Wayan Resmiati, S.St., selaku Kepala Ruang Angrek BRSU Tabanan

beserta staf yang memberikan kesempatan kepada penulis dalam pengambilan

kasus.

5. Bapak Ns. Made Rismawan, S.Kep. MNS., selaku penguji yang telah banyak

memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan kasus.

6. Bapak Ns. I Wayan Sudiarta, S.Kep. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk dan arahan dalam menyusun

laporan kasus.

7. Bapak Ns. I GNM Kusuma Negara, S.Kep. MNS. selaku pembimbing

akademik yang telah memberikan bimbingan, motivasi, petunjuk dan arahan

dalam menyusun laporan kasus.

8. Seluruh staf dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKES Bali atas segala

bimbingannya selama penulis mengikuti pendidlikan.

9. Pasien D.P. beserta keluarga yang telah bersedia memberikan informasi dan

kerjasamanya, sehingga proses keperawatan berjalan dengan baik dan lancar.

10. Bapak, lbu, adik dan keluarga tercinta yang telah memberikan bantuan dan

dukungan dalam menyelesaikan laporan ini.

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKES

Bali dan semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun

v
tidak langsung yang pada kesempatan ini tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu.

vi
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna, maka

kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak penulis harapkan,

guna kesempurnaan laporan kasus ini.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan kasus ini bermanfaat

bagi semua pihak.

Denpasar, 28 Mei 2016

Penulis

vii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL .......................................................................................... i

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................... ii

PERNYATAAN PENGESAHAN .................................................................. iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................... x

DAFAR BAGAN ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang ....................................................................... 1


B. Tujuan Penulisan .................................................................... 3
C. Metode Penulisan ................................................................... 3
D. Sistematika Penulisan ............................................................. 3
BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN TINJAUAN KASUS .................... 5

A. Tinjauan Teoritis ..................................................................... 5


1. Konsep Dasar Teori DHF ................................................ 5
a. Pengertian .................................................................... 5
b. Patofisiologi ................................................................ 7
c. Pemeriksaan Diagnostik ............................................. 12
d. Penatalaksanaan Medis ............................................... 15
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan DHF ........................ 21
a. Pengkajian Keperawatan .............................................. 21
viii
b. Perencanaan Keperawatan ........................................... 29
c. Pelaksanaan Keperawatan ............................................ 37
d. Evaluasi Keperawatan .................................................. 37
3. Web Of Caution ................................................................. 38
B. Tinjauan Kasus ........................................................................ 39
1. Pengkajian ......................................................................... 39
2. Perencanaan Perawatan ...................................................... 65
3. Pelaksanaan Keperawatan .................................................. 72
4. Evaluasi Keperawatan ........................................................ 86
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................... 89

A. Pengkajian ............................................................................... 89
B. Perencanaan ............................................................................. 91
C. Pelaksanaan ............................................................................. 92
D. Evaluasi ................................................................................... 92
BAB IV PENUTUP ..................................................................................... 94

A. Kesimpulan ............................................................................. 94
B. Saran ........................................................................................ 96
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

1. PENGKAJIAN INDENTITAS SAUDARA KANDUNG


PASIEN D.P. ........................................................................................... 40

2. PEMERIKSAAN HASIL DARAH LENGKAP TANGGAL 26


APRIL 2016 ............................................................................................ 58

3. ANALISA DATA PERAWATAN PADA PASIEN D.P.


DENGAN DHF GRADE I FEBRIS HARI VII DI RUANG
ANGREK BRSU TABANAN TANGGAL 26 APRIL 2016 ................. 59

4. RENCANA PERAWATAN PADA PASIEN D.P. DENGAN


DHF GRADE I FEBRIS HARI VII DI RUANG ANGREK
BRSU TABANAN TANGGAL 26 APRIL 2016.................................... 67

5. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA


PASIEN D.P. DENGAN DHF GRADE I FEBRIS HARI VII DI
RUANG ANGREK BRSU TABANAN TANGGAL 26-29
APRIL 2016 ............................................................................................. 72

6. CATATAN PERKEMBANGAN PERAWATAN PADA


PASIEN D.P. DENGAN DHF GRADE I FEBRIS HARI VII DI
RUANG ANGREK BRSU TABANAN TANGGAL 27 APRIL
2016 . ....................................................................................................... 83

7. CATATAN PERKEMBANGAN PERAWATAN PADA


PASIEN D.P. DENGAN DHF GRADE I FEBRIS HARI VII DI
RUANG ANGREK BRSU TABANAN TANGGAL 28 APRIL
2016 ........................................................................................................ 85

8. EVALUASI PERAWATAN PADA PASIEN D.P. DENGAN


DHF GRADE I FEBRIS HARI VII DI RUANG ANGREK
BRSU TABANAN TANGGAL 28 APRIL 2016 .................................. 86

x
DAFTAR BAGAN

BAGAN HALAMAN

1. WEB OF CAUTION DHF ......................................................................... 38

xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Satuan acara penyuluhan


2. Lampiran 2 : Materi Penyuluhan
3. Lampiran 3 : Bukti Fisik Bimbingan Penyusunan KTI

xii
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) ditemukan nyaris di

seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik baik

sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Hasil studi epidemiologi

menunjukkan bahwa DHF terutama menyerang kelompok umur balita sampai

dengan orang dewasa serta tidak ditemukan perbedaan signifikan dalam hal

kerentanan terhadap serangan dengue antar gender. Kejadian Luar Biasa

(KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan

datangnya musim penghujan.

Kementerian kesehatan RI mencatat jumlah DHF di Indonesia

bulan Januari – Februari 2016 sebanyak 8487 orang penderita dengan jumlah

kematian 108 orang. Golongan terbanyak yang mengalami DHF di Indonesia

pada usia 5-14 tahun mencapai 43,44% dan usia 15-44 tahun mencapai

33,25%. Dibali sendiri menurut Dinas Kesehatan Provinsi Bali mencatat 24

orang meninggal karena Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) sepanjang

Januari- Maret 2016. Sepanjang medio tersebut ada 5300 kasus DHF terjadi

di Pulau Dewata. Sementara dari catatan medis BRSU Tabanan dalam 3

bulan terakhir yaitu dari bulan Januari - Maret 2016, tercatat 987 pasien yang

dirawat dengan diagnosa DHF. Sementara itu diruang Angrek BRSU

Tabanan dari 342 kasus dari bulan Januari – Maret 2016 dirawat 87 anak

(25,4%) dengan diagnosa DHF. Diagnosa DHF ini merupakan kasus tertinggi

di ruang anak dibandingkan dengan kasus-kasus yang lainnya.


2

Tanda dan gejala yang paling berbahaya dari penyakit ini adalah

adanya tanda – tanda renjatan (Dengue Syock Syndrome) yaitu sianosis, kulit

lembab, tekanan darah menurun (tak dapat diukur) dan gelisah. Sehingga

perlu penanganan yang cepat dan tepat pada penderita DHF untuk mencegah

kefatalan. Untuk menunjang penatalaksanaan penyakit DHF maka

keterampilan dan pengetahuan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan penderita sangat dibutuhkan untuk mencegah penyakit tersebut

menjadi derajat yang lebih berat dan mencegah komplikasi – komplikasi yang

ditimbulkan.

Dilihat dari tingginya angka kejadian pada kasus ini serta

komplikasi-komplikasi yang ditimbulkan jelas bahwa kasus DHF merupakan

penyakit dengan kejadian luar biasa dan masih menjadi masalah kesehatan

masyarakat Indonesia. Maka hal ini merupakan tantangan bagi setiap perawat

untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam melaksanakan

asuhan keperawatan pada pasien dengan DHF. Oleh karena itu penulis

tertarik untuk mengangkat kasus dengan judul ”ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN D.P. DENGAN DHF GRADE I

HARI VII DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN” dengan harapan

dapat meningkatkan tingkat pengetahuan bagi perawat sehingga dapat

memberikan pelayanan kesehatan secara komprehensif serta dapat

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan pasien mendapat kepuasan

dalam menjalani perawatan.


3

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Dapat memahami dan mengetahui gambaran umum tentang pemberian

asuhan keperawatan pada pasien DHF.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien

DHF di Ruang Angrek BRSU Tabanan

b. Penulis mampu menyusun rencana keperawatan pada pasien DHF di

Ruang Angrek BRSU Tabanan

c. Penulis mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien DHF

di Ruang Angrek BRSU Tabanan

d. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien DHF

di Ruang Angrek BRSU Tabanan

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan kasus ini penulis menggunakan metode deskriptif

kasus yaitu suatu metode yang menggambarkan asuhan keperawatan yang

dilakukan pada pasien dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara,

observasi, pemeriksaan fisik dan studi dokumentasi.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan laporan kasus ini disusun menjadi 4 Bab dengan rincian

sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, yang menguraikan latar belakang, tujuan,

serta sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teoritis dan Tinjauan Kasus.

Pada tinjauan teoritis menguraikan tentang konsep dasar kasus yang meliputi
4

pengertian, patofisiologi, pemeriksaan dignostik, penatalaksanaan medis serta

teori asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian mencakup diagnose,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab III Pembahasan, yaitu membahas

kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang terjadi pada kasus,

argumentasi atas kesenjangan yang terjadi serta solusi yang diambil untuk

mengatasi masalah yang terjadi saat memberikan asuhan keperawatan. Bab

IV Penutup, bagian akhir yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran

penulisan tentang kasus yang dibuat secara komperhensif, dan dapat

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan sehingga pasien mendapatkan

kepuasan dalam menjalani perawatan.


5

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KASUS

A. Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Teori DHF

a. Pengertian

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic

Fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus

dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/ atau nyeri

sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi

perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi

(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.

Sindrom renjatan dengue (Dengue Shock Syndrome/DSS) adalah

demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/ syok. (Aru,

2009; dalam NANDA NIC – NOC 2013).

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau Demam Berdarah

Dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus

dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.

Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat

mengakibatkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga

sering menimbulkan kejadian luar biasa atau wabah. (Nursalam &

Utami, 2008).
6

Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh

arbovirus (arthopodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes yaitu Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti.

(Ngastiyah, 2014).

Penyakit DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi

akibat dari gigitan nyamuk aedes aegypti yang ditandai dengan

demam yang naik turun, bintik-bintik merah, perdarahan dan syok.

DHF diklasifikasikan menjadi empat derajat tingkat keparahan

yaitu menurut (WHO dalam NANDA NIC NOC 2013) :

1) Derajat I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu-

satunya manifestasi perdarahan adalah uji

tourniquet positif.

2) Derajat II : Derajat 1 disertai perdarahan spontan dikulit

dan atau perdarahan lain.

3) Derajat III : Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi, yaitu

nadi cepat dan lemah, tekanan nadi menurun (≤

20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin,

lembab, dan pasien menjadi gelisah.

4) Derajat IV : Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah

tidak dapat diukur.


7

b. Patofisiologi

1) Etiologi

Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae.

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-

4, keempatnya ditemukan di Indonesia dengan Den-3 serotype

terbanyak. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody

yang terbentuk terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan

antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,

sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai

terhadap serotipe lain tersebut. Seorang yang tinggal di daerah

endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 dan 4 serotipe selama

hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan

diberbagai daerah di Indonesia (Aru, 2009; dalam NANDA NIC –

NOC 2013).

2) Proses Terjadi

Penyebab penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah virus dengue yang

hingga saat ini telah diisolasi empat serotipe virus dengue di

Indonesia yang termasuk dalam group B Arthropedi Borne

Viruses (Arboviruses), yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan

DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3 merupakan serotipe

terbanyak sebagai penyebab. Virus dengue ini ditularkan


8

melalui vector nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk Aedes

Albopictus, Aedes Polynesiensis dan beberapa spesies lain

kurang berperan. Virus yang masuk ke tubuh manusia melalui

gigitan nyamuk Aedes yang telah terinfeksi virus Dengue

selanjutnya akan beredar dalam sirkulasi darah selama periode

sampai timbul gejala demam dengan masa inkubasi 4 – 6 hari

(minimal 3 hari sampai maksimal 10 hari) setelah gigitan

nyamuk yang terinfeksi virus Dengue. Pasien akan mengalami

keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit

kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemia di

tenggorok, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi

pada sistem retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-

kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF

disebabkan oleh kongesti pembuluh darah di bawah kulit. DHF

dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama

kali, mendapat infeksi berulang virus dengue lainnya. Re-

infeksi ini akan menyebabkan suatu reaksi anamnestik

antibodi, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen

antibodi (kompleks virus antibodi) yang tinggi. Terdapatnya

kompleks virus antibodi dalam sirkulasi darah mengakibatkan

pembentukan aktivasi sistem komplemen, agregasi trombosit

dan aktivasi koagulasi. Kompleks virus-antibodi akan

mengaktivasi sistem komplemen, yang berakibat


9

dilepaskannya anafilatoksin C3a dan C5a, histamin dan

serotinin yang menyebabkan meningginya permeabilitas

dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui

endotel dinding tersebut, suatu keadaan yang amat berperan

dalam terjadinya renjatan timbulnya agregasi trombosit

menyebabkan pelepasan trombosit oleh sistem

retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat

sehingga terjadi koagulapati atau gangguan fungsi trombosit

yang menimbulkan renjatan/syok. Renjatan yang

berkepanjangan dan berat menyebabkan Diseminated

Intravaskuler Coagulation (DIC) sehingga perdarahan hebat

dengan prognosis buruk dapat terjadi. Terjadinya aktivasi

faktor Hageman (faktor XII) dengan akibat akhir terjadinya

pembekuan intravaskular yang meluas. Dalam proses aktivasi

ini, plasminogen akan menjadi Plasmin yang berperan dalam

pembentukan anafilatoksin dan penghancuran fibrin.

Disamping itu akan merangsang sistem kinin yang berperan

dalam proses meningginya permeabilitas dinding pembuluh

darah. Hal ini berakibat mengurangnya volume plasma,

hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan

renjatan. Plasma merembes selama perjalanan penyakit mulai

dari saat permulaan demam dan mencapai puncaknya pada saat

renjatan. Renjatan hipovolemia bila tidak segera diatasi dapat


10

berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.

Manifestasi klinis yang mungkin muncul pada DHF adalah

demam atau panas, lemah, sakit kepala, anoreksia, mual, haus,

sakit saat menelan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, pegal –

pegal pada seluruh tubuh, mukosa mulut kering, wajah

kemerahan (flushing), perdarahan gusi, lidah kotor (kadang-

kadang), petekie (uji turniquet (+)), epistaksis, ekimosis,

hematoma, hematemesis, melena, hiperemia pada tenggorokan,

nyeri tekan pada epigastrik. Pada renjatan (derajat IV) nadi

cepat dan lemah, hipotensi, ekstrimitas dingin, gelisah, sianosis

perifer, nafas dangkal. Pada DHF sering dijumpai pembesaran

hati (hepatomegali), limpa (splenomegali), dan kelenjar getah

bening yang akan kembali normal pada masa penyembuhan.

(Nursalam & Utami, 2008 ; Ngastiyah, 2014 ).

3) Tanda dan Gejala

Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan

kriteria diagnosa klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan

gejala penyakit DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris ;

(WHO,1975 dalam Ngastiyah 2014)

a) Diagnosa klinis

(1) Demam tinggi mendadak 2 – 7 hari ( tanpa sebab

jelas)
11

(2) Manifestasi perdarahan dengan bentuk : uji tourniquet

positif, petekie (bintik merah pada kulit), purpura

(pendarahan kecil didalam kulit), ekimosis,

perdarahan konjungtiva (perdarahan pada mata),

epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi,

hematemesis (muntah darah), melena (BAB darah)

dan hematuri (adanya darah dalam urin).

(3) Pembesaran hati (hepatomegali)

(4) Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20

mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai 80 mmHg

atau lebih rendah.

(5) Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu

anoreksia ( hilangnya nafsu makan ), lemah, mual,

muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.

b) Diagnosa laboratoris

(1) Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7

ditemukan penurunan trombosit hingga 100.000/

mmHg.

(2) Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak

20 % atau lebih.

4) Komplikasi

a) Perdarahan luas

b) Shock atau rejatan


12

c) Efusi pleura

d) Perdarahan otak

e) Pnemonia

f) Sepsis dan shock sepsis

c. Pemeriksaan Diagnostik

1) Darah lengkap

a) Eritrosit

Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah

yang paling banyak, dan berfungsi sebagai

pengangkut/pembawa oksigen dari paru-paru untuk

diedarkan keseluruh tubuh dan membawa karbon dioksida

dari seluruh tubuh ke paru-paru. Nilai normal eritrosit

pada pria berkisar 4,7 juta – 6,1 juta sel/ul darah,

sedangkan pada wanita berkisar 4,2 juta – 5,4 juta sel/ul

darah.

b) Hemoglobin

Kasus DHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin

dikarenakan terjadi kebocoran/perembesan pembuluh

darah sehingga cairan plasmanya akan keluar dan

menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi. Kenaikan

kadar hemoglobin >14 gr/100ml.

Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan

bermacam-macam cara yaitu dengan cara sahli dan


13

sianmethemoglobin. Dalam laboratorium cara

sianmethemoglobin (foto elektrik) banyak dipakai karena

dilihat dari hasilnya lebih akurat dibanding sahli, dan lebih

cepat. Nilai normal untuk pria 13-15gr/dl dan wanita 12-

14 gr/dl.

c) Trombosit

Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali

pada saat pasien didiagnosa sebagai pasien DHF.

Pemeriksaan trombosit perlu dilakukan pengulangan

sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut normal

atau menurun. Penurunan jumlah trombosit <100.000/µ

atau kurang dari 1-2 trombosit /lapang pandang dengan

rata-rata pemeriksaan 10 lapang pandang pada

pemeriksaan hapusan darah tepi. Penyebab

trombositopenia pada DBD antara lain diduga

trombopoeisis yang menurun dan destruksi trombosit

dalam darah meningkat serta gangguan fungsi trombosit.

Ditemukannya kompleks imun pada permukaan trombosit

diduga sebagai penyebab agregasi trombosit yang

kemudian akan dimusnahkan oleh sistem

retikuloendotelial khususnya dalam limpa dan hati.

d) Hematokrit
14

Peningkatan nilai hematokrit (perbandingan antara

komponen butir sel darah merah dengan cairan

darah/plasma) 10-20% mengindikasikan penderita

memasuki fase krisis dan memerlukan pengobatan cairan

intravena. Nilai normal hematokrit pada pria 40-54% dan

wanita 36-46%. Jika penderita tidak bisa minum atau

makan melalui mulut, cairan diberikan melalui infus

dipembuluh darah vena. Namun penurunan Ht pada fase

kritis menunjukkan tanda-tanda perdarahan dan penderita

harus dirawat untuk mendapatkan tambahan cairan atau

darah tergantung kebutuhan. Hemokonsentrasi disebabkan

oleh kebocoran plasma sebagai akibat permeabilitas

vaskuler yang meningkat.

e) Leukosit

Beberapa peneliti mengungkapkan bahwa pada

pemeriksan sumsum tulang penderita DBD pada awal

masa demam, terdapat hipoplasia sumsum tulang dengan

hambatan pematangan dari semua sistem hemopesis. Pada

penderita DBD dapat terjadi leukopenia ringan sampai

leukositosis sedang. Leukopenia dapat dijumpai antara

hari pertama dan ketiga sampai kedelapan. Leukosit

normal 5000-10.000 u/l

2) Kimia Darah
15

a) Hipoproteinemia, hiponatremia, hipocloremia

b) SGOT atau SGPT meningkat

c) Urium meningkat

d) pH darah meningkat

3) Urinalisis

Mungkin ditemukan albuminuria ringan.

4) Uji sumsum tulang

Pada awal sakit biasanya hiposelular kemudian menjadi

hiperselular

5) Pemeriksaan Serologi

Yang sering diperiksa diberbagai laboratorium di Indonesia

adalah pemeriksaan serologi, yaitu pemeriksaan IgM dan IgG.

IgM antibody – capture enyzme – linked immunosorben assay

(MAC – ELISA) dimana total IgM dalam serum pasien

ditangkap oleh anti rantai µ antibodi spesifik (khusus untuk

IgM manusia) dilapisi dalam suatu mikroplate. Waktu

pemeriksaan serologi ini harus disesuaikan dengan lamanya

demam pada pasien yang dicurigai mengidap DBD.

d. Penatalaksanaan Medis ( Padila, 2013 )

1) Medis

a) DHF tanpa renjatan

(1) Beri minum banyak 1½ - 2 liter/ hari.


16

(2) Obat antipiretik, untuk menurunkan panas, dapat juga

dilakukan kompres.

(3) Jika kejang maka dapat diberi luminal (antikonvulsan)

untuk anak < 1 tahun dosis 50 mg lm dan untuk anak

> 1 tahun 75 mg lm. Jika 15 menit kejang belum

teratasi, beri lagi luminal dengan dosis 3 mg/ kg BB

( anak < 1 tahun dan pada anak > 1 tahun diberikan 5

mg/ kg BB).

(4) Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit

meningkat

b) DHF dengan renjatan

(1) Pasang infus RL

(2) Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan

plasma ekspander ( 20 – 30 ml/ kg BB )

(3) Tranfusi jika Hb dan Ht turun

2) Keperawatan

a) Pengawasan tanda – tanda vital secara kontinue tiap jam

(1) Pemeriksaan Hb, Ht, trombosit tiap 4 jam

(2) Observasi intake dan output

(3) Pada pasien DHF derajat I : pasien diistirahatkan,

observasi tanda – tanda vital tiap 3 jam, periksa Hb Ht

trombosit tiap 4 jam beri minum 1½ liter – 2 liter/

hari, beri kompres hangat


17

(4) Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital,

pemeriksaan Hb, Ht, trombosit, perhatikan gejala

seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan darah

menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.

(5) Pada pasien DHF derajat III dan IV : infus guyur,

posisi semifowler, beri O2, pengawasan tanda – tanda

vital tiap 15 menit, pasang kateter, observasi produksi

urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan trombosit.

b) Risiko perdarahan

(1) Observasi perdarahan : petekie, epistaksis,

hematemesis dan melena.

(2) Catat banyak, warna dari perdarahan.

(3) Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan traktus

gastrointestinal.

c) Peningkatan suhu tubuh

(1) Observasi/ ukur suhu tubuh secara periodic

(2) Beri minum yang banyak

(3) Beri kompres hangat

e. Perawatan/ Pengobatan (Ngastiah, 2014 )

1) Derajat I

Terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan

elektrolit karena adanya muntah, anoreksia.


18

Gangguan rasa nyaman karena demam, nyeri epigastrium dan

perputaran bola mata.

Perawatan :

a) Istirahat baring.

b) Makanan cair/lunak

Bila belum ada nafsu makan dianjurkan minum yang

banyak 1,5-2 liter/ hari (susu, teh manis, sirup dan

sebagainya)

c) Diberi kompres dingin

d) Memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan

perdarahan

e) Diperiksakan Hb, Ht dan trombosit

f) Pemberian obat-obat antipiretik dan antibiotik bila

dikhawatirkan akan terjadi infeksi sekunder

2) Derajat II

Peningkatan kerja jantung adanya epitaksis, melena dan

hematemesis. Perawatan :

a) Bila terjadi epitaksis, darah dibersihkan dan pasang

tampon sementara.

b) Bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk

lunak, tetapi bila terjadi hematemesis harus dipuasakan

dulu, mengatur posisi kepala dimiringkan agar tidak

terjadi aspirasi.
19

c) Bila perut kembung besar dipasang maag slang

d) Sedapat mungkin membatasi terjadi perdarahan, jangan

sering ditusuk.

e) Pengobatan diberikan sesuai dengan instruksi dokter,

perhatikan teknik – teknik pemasangan infus, jangan

menambah perdarahan.

f) Tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan

perdarahannya.

g) Semua kejadiannya dicatat dalam catatan keperawatan

h) Bila keadaan memburuk segera lapor dokter

3) Derajat III dan IV

Terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung

menurun, penderita mengalami preshock/ shock.

Perawatan :

a) Mengatur posisi tidur penderita, tidurkan posisi terlentang

dengan kepala ekstensi.

b) Membuka jalan nafas dengan cara pakaian yang ketat

dilonggarkan, bila ada lendir dibersihkan dari mulut dan

hidung.

c) Beri O2

d) Diawasi terus menerus dan jangan ditingggal pergi

e) Kalau perdarahan banyak ( Hb turun ) mungkin diberikan

transfuse atas ijin dokter.


20

f) Semua kejadian dicatat dalam catatan perawatan dan kalau

perlu dilaporkan ke dokter.

g) Bila penderita tidak sadar, perhatikan kebersihan kulit,

juga pakaian bersih dan kering.

f. Pencegahan DHF ( Padila, 2013) :

Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes

Aegypty dengan cara :

1) Rumah selalu terang

2) Tidak menggantung pakaian

3) Bak/tempat penampungan air sering dibersihkan dan diganti

airnya minimal 4 hari sekali.

4) Kubur barang – barang bekas yang memungkinkan sebagai

tempat berkumpulnya air hujan.

5) Tutup tempat penampungan air

g. Perencanaan pemulangan pasien DHF

Kriteria berikut harus dipenuhi sebelum pasien yang pulih dari

DHF dipulangkan :

1) Berikan informasi tentang kebutuhan melalukan aktifitas

sesuai dengan tingkat perkembangan dan kondisi fisik anak.

2) Jelaskan terapi yang diberikan, dosis, efek samping.

3) Menjelaskan gejala – gejala kekambuhan penyakit dan hal

yang harus dilakukan untuk mengatasi gejala.


21

4) Tekankan untuk melakukan kontrol sesuai waktu yang

ditentukan.

2. Konsep Dasar Askep DHF

a. Pengkajian Keperawatan (Nursalam, 2011 )

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses

keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas : pengumpulan data,

analisa data, merumuskan masalah, analisa masalah dan diagnosa

keperawatan.

1) Data subyektif : Lemah, panas atau demam, sakit kepala, nyeri

pada otot dan sendi, pegal-pegal pada

seluruh tubuh, mual muntah, anoreksia,

pasien atau keluarga bertanya-tanya tentang

penyakit DHF.

2) Data obyektif : Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak

kemerahan, mukosa bibir kering, perdarahan

gusi, lidah kotor, tampak bintik merah

pada kulit (petekie), uji tourniquet positif,

epistaksis (perdarahan hidung), ekimosis,

hematoma, hematemesis melena,

hiperemia pada tenggorokan, nyeri perabaan

pada epigastrik, pada palpasi teraba adanya

pembesaran hati dan limfa, pada renjatan


22

(derajat IV), nadi cepat dan lemah,

hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah,

sianosis perifer, nafas dangkal,

hipoprotenemia,hiponatremia, hipokloremia,

keluarga/pasien tampak tegang.

3) Identitas pasien

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, pekerjaan.

4) Keluhan Utama

Biasanya pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan

demam lebih dari 3 hari, tidak mau makan, terdapat bintik

merah pada tubuh.

5) Riwayat Penyakit Sekarang

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai

menggigil dan saat demam kesadaran compos mentis.

Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan pasien

semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan

batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau

konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu

hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya

manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III & IV),

melena atau hematemesis.

6) Riwayat penyakit yang pernah diderita


23

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, pasien bisa

mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus yang

lain.

7) Riwayat penyakit keluarga

Perlu ditanyakan apakah ada di anggota keluarga yang

menderita penyakit yang sama, penyakit keturunan atau

penyakit yang menular.

8) Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

a) Bernafas

Kaji pernafasan pasien, keluhan yang dialami pasien saat

menarik dan menghembuskan nafas.

b) Makan dan Minum

Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum

dan selama di rumah sakit, pasien dengan DHF biasanya

mengalami mual muntah.

c) BAB dan BAK

Dalam pengkajian pola eliminasi perlu ditanyakan

mengenai kebiasaan defekasi sebelum dan sesudah masuk

rumah sakit.

d) Gerak dan Aktivitas

Perlu ditanyakan karena pada pasien DHF biasanya

mengalami kelemahan, kelelahan, malaise umum.


24

e) Istirahat dan Tidur

Akibat nyeri sendi yang dialami pasien akan berpengaruh

terhadap pemenuhan kebutuhan tidur dan beristirahat

selain itu akibat perubahan kondisi lingkungan dari

lingkungan rumah yang tenang ke lingkungan rumah

sakit, dimana banyak orang yang mondar-mandir, berisik,

dan lain sebagainya.

f) Kebersihan Diri

Kaji bagaiman toiletingnya apakah mampu melakukan

sendiri atau harus dibantu oleh keluarga, kaji keterbatasan

dalam aktivitas perawatan diri.

g) Pengaturan Suhu Tubuh

Cek suhu tubuh pasien, normal (360 C - 370 C), demam

(380 C – 400 C), hipereksia (400 C), ataupun hipotermi

(<35,50 C)

h) Rasa Nyaman

Observasi adanya keluhan yang mengganggu kenyamanan

pasien. Nyeri pada sendi, nyeri ulu hati.

i) Rasa Aman

Kaji pasien apakah pasien merasa cemas, gelisah dengan

sakit yang dialami.

j) Data Sosial
25

Observasi apakah pasien berkomunikasi dengan perawat

atau keluarga dan temannya

k) Prestasi dan Produktivitas

Tanyakan pada pasien, apakah sakit yang dialami pasien

menyebabkan terganggunya pekerjaan yang

dilakukannya.

l) Rekreasi

Observasi apakah sebelumnya pasien sering rekreasi dan

sengaja meluangkan waktunya untuk rekreasi.

m) Pengetahuan atau Belajar

Seberapa besar keingintahuan pasien tentang DHF dan

cara penularannya.

n) Ibadah

Ketahui agama apa yang dianut pasien, kaji berapa kali

pasien sembahyang dan lain sebagainya.

9) Pemeriksaan Fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi dan

perkusi dari jaringan ujung rambut sampai ujung kaki.

Berdasarkan tingkatan ( grade ) DHF, adalah sebagai berikut :

Grade I : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah,

tanda – tanda vital dan nadi lemah.


26

Grade II : kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah,

ada perdarahan spontan petekie, perdarahan gusi

dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan tidak

teratur.

Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum

lemah, nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta

tensi menurun.

Grade IV : kesadaran coma, tanda – tanda vital : nadi tidak

teraba, tensi tidak teratur, pernafasan tidak

teratur, ekstremitas dingin, berkeringat dan kulit

tampak sianosis.

10) Sistem Integumen

a) Adanya petekie pada kulit, turgor kulit menurun, dan

muncul keringat dingin, dan lembab

b) Kuku sianosis atau tidak

c) Kepala dan leher

Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena

demam (flusy), mata snemis, hidung kadang mengalami

perdarahan (epitaksis) pada grade II, III, dan IV. Pada

mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi

perdarahan gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokan

mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan

telinga (grade II, III, dan IV).


27

d) Dada

Bentuk simetris dan kadang – kadang terasa sesak. Pada

photo thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada

paru sebelah kanan ( efusi pleura ), rales (+), ronchi (+),

yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

e) Abdomen

Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati ( hepatomegali )

dan asites.

f) Ekstremitas

Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.

11) Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :

a) Hb dan PCV meningkat ( ≥ 20 % ).

b) Trombositopenia ( ≤ 100.000/ ml ).

c) Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis ).

d) Ig. G & Ig.M. Dengue positif.

e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan :

hipoproteinemia, hipocloremia, hiponatremia.

f) Urium dan pH darah mungkin meningkat.

g) Asidosis metabolik : Pco2 < 35 – 40 mmHg dan HCO3

rendah.

h) SGOT atau SGPT mungkin meningkat


28

b. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah : (Carpenito,

2014 )

1) Kekurangan volume cairan berhubungan peningkatan

permiabilitas kapiler dan kehilangan cairan, sekunder akibat

demam

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap

anoreksia, mual.

3) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan peningkatan

kebutuhan metabolisme sekunder terhadap infeksi virus

4) Peningkatan suhu tubuh (hipertemia) berhubungan dengan

tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap infeksi virus

dengue.

5) Risiko terjadinya syok hipovolemi berhubungan dengan

kurangnya masukan cairan.

6) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi

7) Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-

faktor pembekuan darah (trombositopenia)

8) Defisiensi pengetahuan orang tua berhubungan dengan

kurangnya informasi yang dimiliki oleh orang tua pasien.


29

c. Perencanaan (Carpenito, 2014 )

Rencana keperawatan disusun berdasarkan dengan penemuan

prioritas, dimana perencanaan disesuaikan dengan prioritas

diagnosa yang paling mengancam jiwa pasien.

1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan

permiabilitas kapiler dan kehilangan cairan, sekunder akibat

demam

Tujuan : Kebutuhan cairan pasien terpenuhi.

Tindakan keperawatan :

a) Kaji keadaan umum pasien

Rasional: Menetapkan data dasar pasien, untuk

mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan

normalnya

b) Observasi intake dan output cairan setiap 24 jam

Rasional: Memberikan informasi tentang keadekuatan

volume cairan dan kebutuhan.

c) Kolaborasi dalam pemberian cairan intravena sesuia

program dokter.

Rasional: Untuk mempertahankan perfusi jaringan,

sejumlah besar cairan mungkin dibutuhkan untuk

mendukung volume sirkulasi.

d) Observasi tanda – tanda dehidrasi


30

Rasional: Mengetahui penyebab defisit volume cairan

e) Anjurkan pasien minum 8 gelas / hari (±1800 ml/hari)

Rasional : Mengetahui pemenuhan kebutuhan cairan

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan menurunnya nafsu makan sekunder terhadap anoreksia

mual – muntah

Tujuan : Kebutuhan pasien akan nutrisi dapat terpenuhi.

Tindakan keperawatan :

a) Kaji kebutuhan kalori yang dibutuhkan oleh pasien.

Rasional: Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.

b) Beri HE tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.

Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang

nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.

c) Beri nutrisi parenteral (kolaborasi dengan dokter)

Rasional: Nutrisi parenteral sangat bemanfaat bagi pasien

terutama jika intake peroral sangat kurang.

d) Beri makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan

dihidangkan saat masih hangat.

Rasional: Membantu mengurangi kelelahan pasien dan

meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.

e) Timbang berat badan tiap hari.

Rasional: untuk mengetahui status gizi pasien


31

3) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan

tidak efektifnya termoregulasi sekunder terhadap infeksi virus

dengue.

Tujuan : pasien tidak mengalami peningkatan suhu tubuh.

Tindakan keperawatan :

a) Kaji karakteristik demam :

Rasional: Untuk mengidentifikasi pola demam

b) Observasi tanda – tanda vital tiap 3 jam atau lebih sering

Rasional: Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui

keadaan umum pasien.

c) Beri HE tentang penyebab demam atau peningkatan suhu

tubuh

Rasional: Penjelasan tentang kondisi yang dialami pasien

dapat membantu pasien atau keluarga mengurangi

kecemasan yang timbul.

d) Anjurkan pasien banyak minum yaitu + 1600-1800 cc per

hari.

Rasional: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan

penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi

dengan asupan cairan yang banyak.

e) Beri kompres hangat (pada daerah axilla dan lipat paha).

Rasional: Kompres hangat akan memvasolitasi

pengeluaran suhu, sehingga suhu tubuh cepat keluar.


32

f) Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik

Rasional: Dapat membantu menurunkan panas

4) Risiko terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan

kurangnya masukan cairan tubuh.

Tujuan : Syok hipovolemik tidak terjadi.

Tindakan keperawatan :

a) Monitor keadaan umum pasien.

Rasional: Untuk memantau kondisi pasien selama masa

perawatan terutama saat pendarahan.

b) Observasi tanda – tanda vital tiap 2 – 3 jam.

Rasional: Tanda vital dalam batas normal menandakan

keadaan umum pasien baik.

c) Monitor tanda – tanda pendarahan

Rasional: Pendarahan yang cepat diketahui dapat segera

diatasi, sehingga pasien tidak sampai ke tahap syok

hipovolemik atau perdarahan hebat.

d) Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran

pencernaan.

Rasional: Puasa membantu mengistirahatkan saluran

pencernaan untuk sementara selama perdarahan berasal

dari saluran cerna.


33

e) Observasi tanda-tanda syok

Rasional: Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk

menangani syok yang dialami pasien.

f) Cek Hb, Ht, trombosit tiap 6 jam

Rasional: Untuk mengetahui tingkat kebocoran plasma

dalam pembuluh darah pasien dan untuk acuan melakukan

tindakan lebih lanjut

g) Kolaborasi dalam pemasangan IVFD, beri terapi cairan

intravena jika terjadi pendarahan.

Rasional: Pemberian cairan intravena sangat diperlukan

untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh yang hebat.

5) Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi sendi

Tujuan : Nyeri pesien berkurang

Tindakan keperawatan :

a) Kaji tingkat nyeri yang diambil pasien dengan memberi

rentang nyeri (0-10).

Rasional: Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang

dialami pasien.

b) Beri posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang

tenang.

Rasional: Untuk mengurangi rasa nyeri.


34

c) Ajarkan teknik distraksi (ngobrol, dll).

Rasional: Dengan melaksanakan aktivitas lain, pasien

dapat sedikit melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang

dialami.

d) Kolaborasi dalam pemberian obat analgetik

Rasional: Obat-obatan analgetik dapat menekan atau

mengurangi nyeri pasien.

6) Intoleransi aktivitas sehari-hari berhubungan dengan

peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap infeksi

virus

Tujuan : Pasien dapat memenuhi kebutuhan ADL.

Tindakan keperawatan :

a) Kaji keluhan pasien.

Rasional: Untuk mengidentifikasi masalah-masalah

pasien.

b) Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan pasien

Rasional: Untuk mengetahui tingkat ketergantungan

pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

c) Bantu pasien untuk mandiri dalam memenuhi ADLnya

sesuai dengan perkembangan kemajuan fisiknya.

Rasional: Dengan melatih kemandirian pasien maka

pasien tidak mengalami ketergantungan pada perawat.


35

d) Pertahankan tirah baring

Rasional: Meningkatkan istirahat untuk menurunkan

kebutuhan oksigen tubuh.

7) Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-

faktor pembekuan darah (trombositopenia)

Tujuan : perdarahan tidak terjadi

Tindakan Keperawatan :

a) Anjurkan pada pasien untuk banyak istirahat tirah baring.

Rasional: Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat

menyebabkan terjadinya perdarahan.

b) Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga tentang

bahaya yang dapat timbul akibat dari adanya perdarahan

dan anjurkan untuk segera melaporkan jika ada tanda-

tanda perdarahan seperti pada gusi, hidung, berak darah

atau muntah darah.

Rasional: keterlibatan pasien dan keluarga dapat

membantu untuk penanganan dini jika terjadi perdarahan.

c) Kolaborasi pemberian tranfusi

Rasional: meningkatkan kadar trombosit dalam darah

d) Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium secara

berkala (darah lengkap)


36

Rasional: melalui data lab dapat diketahui tingkat

kebocoran plasma

8) Defisiensi pengetahuan orang tua berhubungan kurangnya

informasi yang dimiliki oleh orang tua pasien.

Tujuan : Pengetahuan pasien/keluarga bertambah

Tindakan keperawatan :

a) Kaji tingkat pengetahuan pasien atau keluarga

Rasional: Mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan

pasien atau keluarga tentang penyakit.

b) Beri penjelasan pada pasien atau keluarga tentang penyakit,

penyebab dan pencegahannya.

Rasional: Agar pasien atau keluarga mengerti tentang

penyakit, penyebab dan pencegahannya

c) Beri kesempatan keluarga atau pasien untuk menanyakan

hal-hal yang tidak diketahui

Rasional: Mengurangi kecemasan dan memotivasi dalam

perawatan pasien

d) Lakukan evaluasi setelah memberikan penjelasan

Rasional: Untuk mengetahui tentang informasi yang telah

diberikan apakah benar-benar sudah dimengerti atau tidak

e) Libatkan orang tua dalam perawatan pasien atau keluarga

Rasional: Memberi support dalam proses penyembuhan


37

d. Pelaksanaan Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk

mencapai tujuan yang spesifik.Tahap implementasi dimulai setelah

rencana intervensi disusun dan ditujukan pada (nursing orders)

untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh

karena itu rencana yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi

factor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

(Nursalam, 2011)

e. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis

keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap

evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang

terjadi selama tahap pengkajian, analisis, perencanaan, dan

implementasi,intervensi. (Nursalam, 2011)


Bagan 1
Infeksi virus dengue

Terbentuknya kompleks virus antibodi

Proses viremia Peningkatan suhu Jumlah megakariosit Agregasi trombosit Aktivitas sistem
Aktivasi koagulen Kurang
yang banyak dalam  komplemen
 tubuh  informasi
 pembuluh darah 
- Nyeri otot Pelepasan Aktivasi faktor 
- Nyeri tulang Resorbsi Na+ dan air kapiler hati trombosit oleh Pelepasan anafilatoksin
hageman Orang tua sering
- Nyeri sendi meningkat  RES C3a, C5a, serotinin,
histamin bertanya tentang
- Nyeri  Hepatomegali 
keadaan anaknya
punggung - Suhu tubuh  Trombositopenia
- Sakit kepala meningkat >37oC Menekan  Sistem kinin
- Pegal-pegal - Kulit kemerahan lambung Koagulopati Risiko 
pada tubuh - Menggigil   terjadi Permeabilitas
- Hangat pada - Mual Perdarahan perdarahan kapiler  Defisiensi
sentuhan - Muntah   pengetahuan
- Takikardi - Anoreksia - Melena Kebocoran plasma
- Nek ulu hati
orang tua
- Dehidrasi - Ptekie

- Badan pegal - Hematemesis
- Epistaksis Kebocoran pada
- Perdarahan paru
Perubahan
gusi 
kenyamanan Pengumpulan Kekurangan
(nyeri akut) cairan di dalam volume cairan
rongga pleura

Perubahan - Dispnea
- Lelah
Hipertermi nutrisi kurang Risiko - Pe respirasi
dari terjadinya - Lemah
kebutuhan syok
tubuh hipovolemik
Intoleransi
aktivitas
(Dari Berbagai Sumber) 38
39

B. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada hari Selasa, 26 April 2016, pukul 08.00

wita, diruang Anggrek BRSU Tabanan dengan tehnik observasi pasien

secara langsung, wawancara, pemeriksaan fisik dan catatan

keperawatan.

a. Pengumpulan Data

1) Identitas

a) Anak

(1) Nama/Nama Panggilan : D.P.

(2) Tempat tgl lahir/Usia : 31 Agustus 2009/ 6 tahun

(3) Jenis Kelamin : Laki-laki

(4) Agama : Hindu

(5) Pendidikan : TK

(6) Alamat :Br.Jagasatru,Kediri,

Tabanan

(7) Tanggal Masuk : 24 April 2016

(8) Tanggal Pengkajian : 26 April 2016

2) Identitas Orang tua

a) Ayah

(1) Nama : W.N.

(2) Usia : 46 Th

(3) Pendidikan : SMA


40

(4) Pekerjaan : Swasta

(5) Agama : Hindu

(6) Alamat :Br. Jagasatru, Kediri,

Tabanan

b) Ibu

(1) Nama : M.R.

(2) Usia : 33 Th

(3) Pendidikan : SMP

(4) Pekerjaan : Pedagang

(5) Agama : Hindu

(6) Alamat :Br. Jagasatru, Kediri,

Tabanan

3) Identitas Saudara Kandung

TABEL 1
IDENTITAS SAUDARA KANDUNG PASIEN DP
Jenis
Nama Keadaan sekarang
No kelamin Usia Ket
(Inisial)
L P Sehat Sakit Mati
1 AL √ 11 th √ Kakak
2 DP √ 6 th √ Pasien

4) Alasan Dirawat

a) Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit

Orang tua pasien mengatakan badan anaknya panas dari

tanggal 20 April 2016.


41

b) Keluhan Utama Saat Pengkajian

Orang tua pasien mengatakan nafsu makan anaknya

berkurang.

5) Riwayat Penyakit Sekarang

Orang tua mengatakan badan anaknya panas sejak 6 hari yang

lalu (20 April 2016). Keluarga sempat memberikan obat

Sanmol sirup di rumah dan panasnya sempat turun. Pada

tanggal 24 April 2016 panas badan pasien meningkat, mual,

muntah tidak ada, mimisan tidak ada, gusi berdarah tidak ada,

pukul 13.00 wita pasien diantar oleh keluarganya ke BRSU

Tabanan untuk memeriksakan keadaannya, pasien diterima di

IGD BRSU Tabanan pukul 13.30 WITA. Pada saat di IGD

dilakukan pegukuran vital sign dan didapatkan hasil: tekanan

darah 100/60 mmHg, suhu 37,20C, nadi 88 kali/menit, respirasi

20 kali/menit, dan pemeriksaan laboratorium didapat hasil

WBC : 2.90 10ˆ3/ul, HB : 11,5 g/dL, HCT: 34,5%, PLT: 79.0

10ˆ3/uL. Pasien mendapat terapi pemasangan IVFD RL 36

tetes/menit, Anbacim Injeksi 3x500mg (per IV), Aviter 3x1

sachet (per oral). Pasien didiagnosa menderita DHF Grade I

hari ke V dan dianjurkan untuk rawat inap. Pasien tiba di

Ruang Anggrek pukul 14.00 WITA. Di Ruang Anggrek pasien

diterima oleh perawat ruangan. Di Ruang Anggrek dilakukan

pengukuran tanda-tanda vital dan didapatkan hasil: S: 39,20 C,


42

TD: 100/60 mmHg, N: 94x/menit, RR: 20x/menit. Diagnosa

medis DHF Grade I Febris hari ke V Pasien mendapatkan

terapi IVFD RL 36 tetes/menit, Anbacim 3 x 500 mg (per IV),

Aviter 1 x I sachet (per oral), Imunos sirup 1 x I Cth (per oral),

Paracetamol sirup 3 x II Cth (per oral).

Keesokan hari (25 April 2016) panas pasien sudah mulai turun

dan dilakukan pengukuran TTV : S : 360C, TD :

100/60,mmHg, N :96x/menit, RR : 20 x/menit dan

pemeriksaan laboratorium didapat hasil WBC : 4.76 10ˆ3/ul,

HB : 11,7 g/dL, HCT: 36,0%, PLT: 62.4 10ˆ3/uL. Diagnosa

medis DHF Grade I Febris hari ke VI, Terapi pasien

dilanjutkan. Pengukuran TTV : S : 360C, TD : 100/60, N : 90

x/menit, R: 20 x/ menit.

Tanggal 26 April 2016 pukul 07.32 Wita dilakukan

pemeriksaan laboratorium di dapat hasil WBC : 6.70 10ˆ3/ul,

HB : 12,9 g/dL, HCT: 39,6%, PLT: 47.6 10ˆ3/uL.

Diagnosa medis DHF Grade I Febris hari ke VII

Terapi (tanggal 26 April 2016)

IVFD RL 36 tetes/menit

- Anbacim 3 x 500 mg (per IV)

- Aviter 1 x I sachet (per oral)

- Imunos sirup 1 x I Cth (per oral)

- Paracetamol sirup 3 x II Cth (per oral)


43

6) Riwayat Kesehatan Yang Lalu

a) Penyakit yang pernah dialami

Orang tua mengatakan sebelumnya anaknya tidak pernah

mengalami demam berdarah, namun anaknya pernah

mengalami sakit seperti batuk, demam, dan pilek.

b) Kecelakaan yang pernah dialami

Orang tua mengatakan anaknya tidak pernah mengalami

kecelakaan seperti jatuh, tenggelam, kecelakaan lalu lintas

dan keracunan.

c) Orang tua mengatakan anaknya tidak pernah

mengkonsumsi obat-obatan bebas, zat atau subtansi kimia

atau textil.

d) Perkembangan anak dibanding saudara-saudara

kandungnya

Orang tua mengatakan perkembangan anaknya dengan

saudara kandungnya sama, seperti tengkurap pada umur 6

bulan, duduk pada umur 7 bulan, merangkak pada umur 8

bulan, berdiri pada umur 9 bulan, berjalan pada umur 13

bulan.

7) Riwayat Kesehatan keluarga

Orang tua mengatakan nenek dan kakek pasien menderita

penyakit jantung, dan Hipertensi


44

8) Kebutuhan Bio-psiko-sosial-spiritual

a) Bernafas

(1) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan anaknya tidak ada mengalami

gangguan dalam bernafas baik saat menarik maupun

(2) Saat Pengkajian

Orang tua mengatakan anaknya tidak ada mengalami

gangguan dalam bernafas baik saat menarik maupun

mengeluarkan nafas

b) Makan dan Minum

(1) Makan

(a) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan anaknya biasa makan nasi

dengan lauk dan sayur 3x sehari dan habis dalam

satu porsi.

(b) Saat Pengkajian

Orang tua mengatakan anak mengeluh mual,

muntah tidak ada, nafsu makan anaknya menurun,

anaknya hanya mau makan 4 x ¼ porsi bubur dari

satu porsi bubur yang diberikan sejak kemarin

pukul 08.00 W ITA.


45

(2) Minum

(a) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan anaknya biasa minum 7

gelas dalam sehari (± 200 cc tiap kali minum).

(b) Saat Pengkajian

Orang tua mengatakan anaknya sudah minum 5

gelas (± 200 cc tiap kali minum) sejak kemarin

pukul 08.00 WITA.

c) Eliminasi

(1) BAB

(a) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan anaknya biasa buang air

besar 2 x sehari dengan konsistensi lembek

berwarna kuning dengan bau khas feses. (± 100 cc

tiap kali buang air besar).

(b) Saat Pengkajian

Orang tua mengatakan anaknya mengeluh sakit

perut, anaknya buang air besar terakhir pukul 03.00

WITA dengan konsistensi lembek, lendir tidak ada,

ampas tidak ada, bau khas feses dengan volume (±

100 cc), total anak buang air besar besar sebanyak

3 x (± 100 cc tiap kali buang air besar) sejak

kemarin pukul 08.00 WITA.


46

(2) BAK

(a) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan anaknya biasa kencing 6x

sehari dengan warna kekuningan, bau khas urine,

dengan volume (± 175 cc tiap kali kecing).

(b) Saat Pengkajian

Orang tua mengatakan total anaknya kencing

sebanyak 13x dengan volume (± 175 cc tiap kali

kencing) dengan warna kuning pekat, bau khas

pesing sejak kemarin pukul 08.00 WITA.

d) Gerak dan Aktifitas

(1) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan anaknya tidak ada mengalami

gangguan dalam gerak dan aktifitas, anaknya biasa

bermain dengan teman sebayanya.

(2) Saat Pengkajian

Anak tampak terbaring ditempat tidur, aktifitas seperti

makan dan minum dapat dilakukan sendiri, ganti baju

dibantu karena tangan kiri anak terpasang infus dan ke

kamar kecil anak dibantu oleh orang tuanya untuk

memegangi infusnya, miring kanan, miring kiri dan

duduk dapat dilakukan sendiri.


47

e) Pengaturan Suhu tubuh

(1) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan sebelum sakit anaknya tidak

pernah mengalami peningkatan suhu tubuh.

(2) Saat Pengkajian

Anak tidak mengalami panas.

f) Istirahat Tidur

(1) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan sebelum sakit anaknya biasa

tidur malam dari pukul 21.00 – 06.00 WITA (total 9

jam anak tidur malam), anak juga biasanya tidur siang

selama 1 jam (total anak tidur dalam sehari selama 10

jam).

(2) Saat Pengkajian

Orang tua mengatakan anaknya dapat tidur 8 jam dari

pukul 21.00 – 05.00 WITA,tidur anak nyenyak (total 8

jam anak tidur malam).

g) Rasa Aman dan Nyaman

(1) Rasa Aman

(a) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan tidak pernah memiliki

gangguan rasa aman terhadap anaknya.


48

(b) Saat Pengkajian

Orang tua mengatakan cemas terhadap anaknya

sudah berkurang karena anaknya sudah ditangani

oleh petugas kesehatan, dan orang tua juga sudah

diberikan penjelasan tentang penyakit anaknya

oleh dokter dan perawat.

(2) Rasa Nyaman

(a) Sebelum Sakit

Orang tua pasien mengatakan anaknya tidak pernah

mengalami gangguan rasa nyaman seperti nyeri.

(b) Saat Pengkajian

Orang tua mengatakan anaknya tidak mengalami

gangguan rasa nyaman seperti nyeri.

h) Data Sosialisasi Anak

(1) Sosial Anak

(a) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan anaknya mempunyai

hubungan yang baik dengan keluarganya dan

saudara - saudaranya. Hubungan terdekat pasien

adalah ibunya. Hubungan pasien dengan tetangga

juga baik.
49

(b) Saat Pengkajian

Orang tua mengatakan hubungan anak dengan

perawat baik dengan teman sekamarnya juga

mempunyai hubungan yang baik, mau bergaul

dengan teman sekamarnya.

(2) Bermain

(a) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan anaknya biasa bermain

dengan kakaknya ataupun dengan saudara-

saudaranya dan anaknya juga biasa bermain

dengan teman-teman seumuranya.

(b) Saat Pengkajian

Orang tua memberikan anaknya buku untuk

mewarnai agar anak tidak merasa bosan berada

dirumah sakit.

(3) Rekreasi

(a) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan anaknya biasa diajak

berekreasi ke tempat-tempat wisata.

(b) Saat Pengkajian

Pasien berada ditempat tidur sambil mewarnai

bersama ibunya dan kakaknya.


50

(4) Prestasi

(a) Sebelum Sakit

Orang tua pasien mengatakan anaknya sudah

mampu membaca, menulis dan berhitung.

(b) Saat Pengkajian

Anak berada ditempat tidur namun masih mau aktif

menulis, membaca, dan menghitung.

(5) Lingkungan Sosial

(a) Sebelum Sakit

Orang tua mengatakan anak biasa aktif berkumpul

dengan teman-teman seumuranya, orang tua juga

mengatakan keadaan rumahnya bersih, keluarga

tinggal diperkotaan.

(b) Saat Pengkajian

Anak mau berinteraksi dengan orang tua, petugas

kesehatan dan teman sekamarnya.

i) Data Spiritual Anak

Orang tua pasien dan anaknya beragama hindu, orang

tua mengatakan biasa mengajak anaknya sembahyang

pada hari-hari tertentu seperti Purnama, Tilem,

Galungan, Kuningan dan lainya.


51

j) Pemeriksaan Fisik

(1) Keadaan Umum

(a) Kebersihan

Secara umum keadaan pasien bersih

(b) Keadaan Kulit

Turgor kulit kurang elastis, sianosis tidak ada,

lesi tidak ada, nyeri tekan tidak ada.

(c) Kesadaran

Compos mentis, GCS E4, V5, M6, pasien

tampak lemas.

(2) Ukuran Antropometri

(a) BB Sebelum sakit : 21 Kg

(b) BB Saat sakit : 20 Kg

(c) TB : 119 cm

(d) LK : 52 cm

(e) LL : 23 cm

(f) LD : 68 cm

(3) Gejala Kardinal

(a) Suhu : 360C

(b) Nadi : 85x/menit

(c) Respirasi : 22x/menit

(d) TD :100/60mmHg
52

(4) Keadaan Fisik

(a) Kepala

i. Inspeksi bentuk simetris, bersih, rambut

berwarna hitam, penyebaran rambut merata,

lesi tidak ada.

ii. Palpasi

Nyeri tekan tidak ada, benjolan tidak ada.

(b) Mata

i. Inspeksi

Bentuk mata kanan dan kiri simetris, sklera

putih,konjungtiva merah muda,pupil isokor,

mata cowong (-), edema palpebra (-).

ii. Palpasi

Nyeri tekan tidak ada.

(c) Hidung

i. Inspeksi

Pernafasan cuping hidung tidak ada, sekret

tidak ada, mukosa hidung merah muda,

pembesaran polip tidak ada, perdarahan (-).

ii. Palpasi

Tidak ada nyeri tekan pada sinus

maksilaris, etmodialis dan prontalis.


53

(d) Mulut

i. Inspeksi

Mukosa bibir kering, lidah bersih, lesi tidak

ada, pendarahan gusi tidak ada, jumlah gigi

lengkap, karies gigi tidak ada, pembesaran

tonsil tidak ada.

ii. Palpasi

Nyeri tekan tidak ada.

(e) Telinga

i. Inspeksi

Bentuk telinga kanan dan kiri simetris,

serumen tidak ada, lesi tidak ada,

peradangan tidak ada.

ii. Palpasi

Nyeri tekan tidak ada.

(f) Leher

i. Inspeksi

Bentuk simetris, lesi tidak ada, kebersihan

bersih

ii. Palpasi

Nyeri tekan tidak ada, bendungan vena

jugularis dan pembesaran kelenjar tiroid

tidak ada
54

(g) Thorak

i. Paru

- Inspeksi

Bentuk simetris, retraksi otot dada tidak

ada, pergerakan otot dada bebas, lesi

tidak ada.

- Palpasi

Nyeri tekan tidak ada, taktil premitus

paru kanan, paru kiri getaranya sama.

- Perkusi

Hasil perkusi paru sonor.

- Auskultasi

Suara paru vesikuler, suara paru

tambahan seperti wheezing dan ronchi -

/- (tidak ada).

ii. Jantung

- Inspeksi

Bentuk dada simetris.

- Palpasi

Hasil palpasi pada jantung tidak ada

nyeri tekan
55

- Perkusi

Pada batas atas jantung di ICS II mid

sternum, batas bawah jantung di ICS V,

batas kiri jantung di ICS V mid klavikula

sinistra, dan batas kanan di ICS V mid

sternum dextra saat diperkusi dibatas

tersebut bunyinya pekak, tidak ada

kardiomegali.

- Auskultasi

Bunyi jantung S1 S2 tunggal reguler.

(h) Abdomen

i. Inspeksi

Bentuk simetris, lesi tidak ada, sianosis

tidak ada.

ii. Auskultasi

Bising usus 15 x/menit.

iii. Palpasi

Asites (-), distensi (-), massa tidak ada

Palpasi Hepar tidak ada nyeri tekan pada

hepar, Palpasi limpa tidak ada nyeri tekan

pada limpa, limpa teraba 1 cm di bawah

costa sinistra, Palpasi ginjal tidak ada nyeri

tekan, Palpasi Apendik tidak ada nyeri


56

tekan, tidak ada nyeri lepas dan tidak ada

nyeri menjalar.

iv. Perkusi

Suara abdomen timpani.

(i) Ekstremitas

i. Atas

- Inspeksi

Edema tidak ada, terpasang IVFD RL 36

tetes/menit pada tangan kiri, pergerakan

terkoordinasi.

- Palpasi

Nyeri tekan tidak ada, CRT kembali < 2

detik.

ii. Bawah

- Inspeksi

Edema tidak ada, pergerakan

terkoordinasi, lesi tidak ada.

- Palpasi

Nyeri tekan tidak ada, CRT kembali < 2

detik.

Tonus Otot :

555 555

555 555
57

(j) Genetalia

i. Inspeksi

Tidak terdapat kelainan seperti hidrokel.

ii. Palpasi

Nyeri tekan tidak ada.

(k) Anus

i. Inspeksi

Hemoroid tidak ada, anus dan sekitarnya

tidak ada kemerahan.

ii. Palpasi

Nyeri tekan tidak ada


58

k) Data penunjang

1) Laboratorium

TABEL 2
DATA PEMERIKSAAN
LABORATORIUM DARAH LENGKAP
TANGGAL 26-04-2016 PUKUL 07.32 WITA

JENIS HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN


PEMERIKSAAN

HEMATOLOGI

DARAH LENGKAP :
Hemoglobin 12.9 g/dL 11.5 - 16.5
Hematokrit 39.6 % 35.0 - 49.0
Leukosit 6.70 10^3 / uL 4.0 - 10.0
Trombosit 47.6 10^3 / uL 150 - 500
Eritrosit 5.23 10^6 / uL 4.1 - 5.8
HITUNG JENIS :
- NUE % 11.2 % 40.0 - 74.0
- LIM % 50.5 % 19.0 - 48.0
- MONO % 34.8 % 3.40 - 9.00
- EOS % 1.28 % 0.6 - 7.0
- BASO % 2.20 % 0.0 - 1.5
INDEX ERITROSIT :
MCV 75.7 fl 82 - 92
MCH 24.7 Pg 27 - 31
MCHC 32.7 g/dL 32 - 36
RDW 12.6 % 14.9 - 18.7
MPV 9.26 Fl 6.8 -10.0
59

b. Analisa Data

TABEL 4
ANALISA DATA KEPERAWATAN
PASIEN D.P. DENGAN DHF GRADE I FEBRIS HARI VII
DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN
TANGGAL 26 APRIL 2016
No Data Subjektif Data Objektif Kesimpulan
1 2 3 4
1 - Orang tua - Mukosa bibir kering Kekurangan
mengatakan - Turgor kulit tidak elastis Volume
anaknya sudah - Penurunan BB 1 kg Cairan
minum 5 gelas (± - PLT : 47.63u/l
200 cc tiap kali - HCT : 39.6%
minum) sejak - HB : 12.9 g/dL
kemarin pukul 08.00
WITA.
- Orang tua
mengatakan total CM :
anaknya kencing minun = 1000 cc
sebanyak 13x Infus = 1500 cc
dengan volume (± obat = 70 cc +
175 cc tiap kali
kencing) dengan Total CM : 2570cc
warna kuning pekat,
bau khas pesing
sejak kemarin pukul CK :
08.00 WITA. BAK = 2275 cc
IWL = 480 cc +

Total CK : 2755 cc

Balance cairan/24 jam


CM = CK
2570 – 2755 = - 185cc

Dilanjutkan
60

Lanjutan
1 2 3 4
2 Orang tua mengatakan BB sebelum sakit 21 kg saat Perubahan
anak mengeluh mual, sakit 20 kg, HB : 12.9 g/d, Nutrisi
muntah tidak ada, nafsu pasien tampak lemas,mual, diet kurang dari
makan anaknya bubur, pasien hanya mau makan kebutuhan
menurun, anaknya ¼ porsi setiap kali makan. tubuh
hanya mau makan 4 x
¼ porsi bubur dari satu
porsi bubur yang
diberikan sejak kemarin
pukul 08.00 W ITA.

3 Orang tua mengatakan Orang tua pasien tidak mampu Defisiensi


mengetahui badan menyebutkan penyebab, tanda pengetahuan
anaknya panas tapi dan gejala, cara pencegahan dan orang tua
orang tua tidak penanganan demam berdarah
mengetaui penyebab,
tanda dan gejala, cara
pencegahan dan
penangananya
61

c. Rumusan masalah keperawatan

1) Kekurangan volume cairan

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3) Defisiensi pengetahuan orang tua

d. Analisa Masalah

1) P : Kekurangan volume cairan

E : Peningkatan permiabilitas kapiler dan kehilangan cairan

sekunder akibat demam

S : Orang tua mengatakan anaknya sudah minum 5 gelas (±

200 cc tiap kali minum) sejak kemarin pukul 08.00

WITA, Orang tua mengatakan total anaknya kencing

sebanyak 13x dengan volume (± 175 cc tiap kali

kencing) dengan warna kuning pekat, bau khas pesing

sejak kemarin pukul 08.00 WITA, CM-CK : - 185 cc,

Mukosa bibir kering, Turgor kulit kurang elastis,

Penurunan BB 1 kg, PLT : 47.63u/l, HCT : 39.6%, HB :

12.9 g/Dl

Proses Terjadi : Masuknya virus dengue ke dalam tubuh

melalui gigitan nyamuk aedes aegypty akan

mengaktifkan sistem komplemen dalam tubuh dan

lepasnya analfilaktif seperti serotonin dan histamine

menyebabkan permeabilitas kapiler sehingga

menyebabkan terjadinya kebocoran plasma dan terjadi


62

penurunan volume plasma. Akibat penurunan volume

plasma mengakibatkan terjadinya kekurangan volume

cairan.

Akibat bila tidak ditanggulangi : Dapat menyebabkan

syok hivopolemik.

2) P : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

E : Menurunnya nafsu makan sekunder terhadap anoreksia

dan mual.

S : Orang tua mengatakan anak mengeluh mual, muntah

tidak ada, nafsu makan anaknya menurun, anaknya

hanya mau makan 4 x ¼ porsi bubur dari satu porsi

bubur yang diberikan sejak kemarin pukul 08.00 W ITA.

BB sebelum sakit 21 kg saat sakit 20 kg, HB : 12.9 g/d,

pasien tampak lemas,mual, diet bubur, pasien hanya mau

makan ¼ porsi setiap kali makan.

Proses Terjadi : karena adanya intoleransi makanan

menyebabkan berkembangnya bakteri protozoa sehingga

terjadi gangguan gastrointestinal akibatnya pasien

merasa kurang nyaman, salah satunya akan

menyebabkan keinginan untuk makan pasien menjadi

hilang akibatnya intake makanan pasien menjadi

menurun sehingga untuk beraktivitas tubuh akan


63

menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam

tubuh untuk memperoleh energi.

Akibat bila tidak ditanggulangi : Nutrisi tubuh yang tidak

terpenuhi akan menyebabkan kekurangan energi,

menghambat proses penyembuhan, malnutrisi, gangguan

tumbuh kembang.

3) P : Defisiensi pengetahuan orang tua

E : Kurangnya informasi yang dimiliki oleh orang tua

pasien.

S : Orang tua mengatakan mengetahui badan anaknya panas

tapi orang tua tidak mengtahui penyebab, tanda dan

gejala, cara pencegahan dan penanganannya, orang tua

tidak mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala,

cara pencegahan dan penanganan demam berdarah.

Proses terjadi : akibat kurangnya informasi orang tua

tentang penyakit anaknya saat ini sehingga menyebabkan

orang tua kurang pengetahuan akan kondisi anaknya.

Akibat bila tidak ditanggulangi : menyebabkan ansietas

orang tua, ketidakmampuan orang tua dalam merawat

anaknya yang menderita DHF.


64

e. Diagnosa Keperawatan

1) Kekurangan volume cairan b/d peningkatan permiabilitas

kapiler dan kehilangan cairan sekunder akibat demam d/d

Orang tua mengatakan anaknya sudah minum 5 gelas (± 200

cc tiap kali minum) sejak kemarin pukul 08.00 WITA, Orang

tua mengatakan total anaknya kencing sebanyak 13x dengan

volume (± 175 cc tiap kali kencing) dengan warna kuning

pekat, bau khas pesing sejak kemarin pukul 08.00 WITA, CM-

CK : -185 cc, Mukosa bibir kering, Turgor kulit kurang elastis,

Penurunan BB 1 kg, PLT : 47.63u/l, HCT : 39.6%, HB : 12.9

g/Dl.

2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d

menurunnya nafsu makan sekunder terhadap anoreksia, mual

muntah d/d orang tua mengatakan anak mengeluh mual,

muntah tidak ada, nafsu makan anaknya menurun, anaknya

hanya mau makan 4 x ¼ porsi bubur dari satu porsi bubur yang

diberikan sejak kemarin pukul 08.00 WITA. BB sebelum sakit

21 kg saat sakit 20 kg, HB : 12.9 g/d, pasien tampak

lemas,mual, diet bubur, pasien hanya mau makan ¼ porsi

setiap kali makan.

3) Defisiensi pengetahuan orang tua b/d Kurangnya informasi

yang dimiliki oleh orang tua pasien. d/d orang tua mengatakan

mengetahui badan anaknya panas tapi orang tua tidak


65

mengetahui penyebab, tanda dan gejala, cara pencegahan dan

penanganannya, orang tua tidak mampu menyebutkan

penyebab, tanda dan gejala, cara pencegahan dan penanganan

demam berdarah.

2. Perencanaan

A. Prioritas Diagnosa berdasarkan tingkat kegawatan mengancam jiwa

pasien.

1. Kekurangan volume cairan b/d peningkatan permiabilitas kapiler dan

kehilangan cairan,sekunder akibat demam d/d Orang tua mengatakan

anaknya sudah minum 5 gelas (± 200 cc tiap kali minum) sejak

kemarin pukul 08.00 WITA, Orang tua mengatakan total anaknya

kencing sebanyak 13x dengan volume (± 175 cc tiap kali kencing)

dengan warna kuning pekat, bau khas pesing sejak kemarin pukul

08.00 WITA, CM-CK : -185 cc, Mukosa bibir kering, Turgor kulit

kurang elastis, Penurunan BB 1 kg, PLT : 47.63u/l, HCT : 39.6%, HB

: 12.9 g/Dl.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d menurunnya nafsu

makan sekunder terhadap anoreksia, mual muntah d/d Orang tua

mengatakan anak mengeluh mual, muntah tidak ada, nafsu makan

anaknya menurun, anaknya hanya mau makan 4 x ¼ porsi bubur dari

satu porsi bubur yang diberikan sejak kemarin pukul 08.00 WITA. BB

sebelum sakit 21 kg saat sakit 20 kg, HB : 12.9 g/d, pasien tampak


66

lemas,mual, diet bubur, pasien hanya mau makan ¼ porsi setiap kali

makan.

3. Defisiensi pengetahuan orang tua b/d Kurangnya informasi yang

dimiliki oleh orang tua pasien. d/d orang tua mengatakan mengetahui

badan anaknya panas tapi orang tua tidak mengetahui penyebab, tanda

dan gejala, cara pencegahan dan penanganannya, orang tua tidak

mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala, cara pencegahan

dan penanganan demam berdarah.


B. Rencana Perawatan
TABEL 5
RENCANA KEPERAWATAN PASIEN D.P.
DENGAN DHF GRADE I FEBRIS HARI VII
DIRUANG ANGGREK BRSU TABANAN
TANGGAL 26-28 APRIL 2016
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional
1 2 3 4 5
Selasa/26 1. Kekurangan volume cairan Setelah diberikan askep 1. Observasi tanda- 1. Tanda-tanda vital
April b/d peningkatan permiabilitas selama 3x24 jam tanda vital tiap 6 membantu
2016/08.30 kapiler dan kehilangan diharapkan pasien tidak jam mengidentifikasi
Wita cairan,sekunder akibat mngalami kekurangan cairan intravaskuler
demam d/d Orang tua volume cairan dengan 2. Observasi intake 2. Mengetahui
mengatakan anaknya sudah kriteria hasil : dan output tiap 24 keseimbangan cairan
minum 5 gelas (± 200 cc tiap 1. Mukosa bibir lembab jam. tubuh
kali minum) sejak kemarin 2. Turgor kulit elastis 3. Observasi mukosa 3. Untuk mengetahui
pukul 08.00 WITA, Orang tua 3. Warna urine kuning bibir, turgor kulit, tanda-tanda dehidrasi
mengatakan total anaknya jernih. warna urine pasien pada pasien
kencing sebanyak 13x dengan 4. Pasien minum 8-9 4. Pemenuhan kebutuhan
volume (± 175 cc tiap kali gelas/hari (1600- 4. Anjurkan pasien cairan yang adekuat
kencing) dengan warna pekat, 1800cc/hari) minum 7-8 diharapkan dapat
bau khas urine sejak kemarin 5. Tidak terjadi gelas/hari mengurangi
pukul 08.00 WITA, CM-CK : perdarahan peningkatan
-537 cc, Mukosa bibir kering, 6. Tanda-tanda vital permeabilitas kapiler
Turgor kulit kurang elastis, TD = 110/70 – dan kebutuhan cairan
Penurunan BB 1 kg, PLT : 120/80 mmHg plasma divaskuler
47.63u/l, HCT : 39.6%, HB : N = 60 – 100 terpenuhi
12.9 g/Dl x/menit.
Dilanjutkan
67
Lanjutan
7. Hasil laboratorium 5. Beri HE kepada 5. Diharapkan pasien
normal pasien tentang termotivasi untuk
PLT (150-500 103uL) pentingnya minum sesuai anjuran
HGB (11,5-16,5g/dl) kebutuhan cairan sehingga kebutuhan
HCT (35.0-49.0%) dalam tubuh cairan terpenuhi
8. Intake dan output 6. Monitor nilai PLT, 6. Penurunan trombosit
seimbang. HCT, dan HGB dan peningkatan
tiap hari hematokrit merupakan
gejala
hemokonsentrasi dan
kekurangan volume
cairan intravaskuler
7. Delegatif dalam 7. RL mengandung
pemberian IVFD cairan dan elektrolit
RL 36 tetes/menit yang berguna sebagai
pengganti cairan

Dilanjutkan

68
Lanjutan
1 2 3 4 5
Selasa/26 2. Perubahan nutrisi kurang dari Setelah diberikan askep 1. Timbang BB tiap 1. Sebagai patokan untuk
April kebutuhan tubuh b/d 3 x 24 jam diharapkan hari mengetahui terpenuhi
2016/08.30 menurunnya nafsu makan kebutuhan nutrisi atau tidaknya asupan
Wita sekunder terhadap anoreksia, terpenuhi dengan nutrisi
mual muntah d/d orang tua criteria hasil :
mengatakan anak mengeluh 1. Orang tua pasien
mual, muntah tidak ada, nafsu mengatakan nafsu
makan anaknya menurun, makan anaknya
anaknya hanya mau makan 4 x kembali meningkat 2. Anjurkan pasien 2. Meningkatkan jumlah
¼ porsi bubur dari satu porsi 2. Pasien makan habis makan dalam porsi asupan nutrisi tanpa
bubur yang diberikan sejak ½ - 1 porsi kecil dan keadaan merangsang mual dan
kemarin pukul 08.00 WITA. 3. Pasien tidak tampak hangat sesuai muntah
lemas lagi dengan diet rumah
4. Pasien tidak mual sakit
lagi
5. BB pasien meningkat

3. Anjurkan pasien 3. Memberikan rasa enak


tetap membersihkan dimulut dan dapat
mulut sebelum dan meningkatkan nafsu
sesudah makan makan
(dengan kumur-
kumur)

Dilanjutkan
69
Lanjutan

4. Hindari makan 4. Makan dan


makanan yang merangsang
merangsang meningkatkan sekresi
(pedas/asam dan HCL yang
mengandung gas) menimbulkan mual
dan muntah

Dilanjutkan

70
Lanjutan

1 2 3 4 5
Selasa/26 Defisiensi pengetahuan orang tua Setelah diberikan 1. Kaji pengetahuan 1. Untuk mengetahui
April b/d Kurangnya informasi yang asuhan keperawatan orang tua pasien sejauh mana
2016/08.30 dimiliki oleh orang tua pasien. d/d selama 1x30 menit tentang penyakit pemahaman orang
Wita orang tua mengatakan mengetahui dalam rentang waktu anaknya tua tentang penyakit
badan anaknya panas tapi orang tua 1x24 jam diharapkan anaknya
tidak mengetahui penyebab, tanda pengetahuan orang tua 2. Berikan HE pada 2. Orang tua
dan gejala, cara pencegahan dan bertambah dengan orang tua tentang diharapkan
penanganannya, orang tua tidak kriteria hasil : penyebab, tanda dan mengerti tentang
mampu menyebutkan penyebab, 1. Orang tua pasien gejala, cara penyebab, tanda
tanda dan gejala, cara pencegahan mampu menjelaskan pencegahan dan dan gejala, cara
dan penanganan demam berdarah. penyebab, tanda dan penanganan pada pencegahan serta
gejala, cara demam berdarah penanganan demam
pencegahan dan berdarah
penangan tentang 3. Beri kesempatan 3. Mengurangi
demam berdarah kepada orang tua dan kecemasan orang
2. Orang tua pasien keluarga untuk tua dan keluarga
mengatakan paham menanyakan hal-hal serta memotivasi
tentang penyakit yang tidak diketahui keluarga dalam
anaknya perawatan pasien
4. Lakukan evaluasi 4. Untuk mengetahui
setelah memberikan tentang informasi
penjelasan pada yang telah
keluarga disampaikan apakah
sudah benar-benar
dipahami

71
72

3. Pelaksanaan
TABEL 6
PELAKSANAAN KEPERAWATANPADA PASIEN D.P.
DENGAN DHF GRADE I FEBRIS HARI VII
DIRUANG ANGGREK BRSU TABANAN
TANGGAL 26 – 28 APRIL 2016
Diagnosa Tindakan
Hari/Tgl/Jam Evaluasi Paraf
No Kperawatan
1 2 3 4 5

Selasa/26 1 Memberi pasien Pasien dapat minum Gung S


April minum dan 1 gelas = 200 cc,
2016/Pukul mengobservasi Orang tua
09.00 WITA pengeluaran urine mengatakan
anaknya kencing 3x
= 525 cc, warna
kuning pekat

09.30 WITA 1 Menganjurkan Orang tua mengerti Gung S


orang tua pasien dengan apa yang
memberi pasien dijelaskan dan mau
minum tiap kali melakukan anjuran
kencing yang diberikan

10.00 WITA 2 Menganjurkan Orang tua Gung S


orang tua memberi mengatakan
makan pasien anaknya makan ¼
sedikit tapi sering porsi dari 1 porsi
yang disediakan
rumah sakit

11.00 WITA 2 Mengkonsulta- Pasien diberikan Gung S


sikan dengan ahli diet bubur
gizi tentang diet
pasien

Dilanjutkan
73

Lanjutan
1 2 3 4 5
Selasa/26 2 Menganjurkan Pasien tampak Gung S
April pasien tetap kooperatif.
2016/Pukul membersihkan
12.00 WITA mulut sebelum
dan sesudah
makan (dengan
kumur-kumur

14.00 WITA 1 Delegatif dalam Cairan sudah Perawat


pemberian cairan masuk tetesan
parentral IVFD lancar
RL 36 tetes/menit
(Flas IV)

15.00 WITA 1,2 Mengobservasi KU pasien baik, Perawat


KU dan TTV pasien tidak tampak
lemas
TD : 110/60 mmHg
RR : 18x/menit
ND : 87x/menit
S : 36,50C

16.00 WITA 1,2 Delegatif dalam Obat sudah Perawat


pemberian obat diberikan untuk
Parasetamol syr II antibiotik reaksi
Cth (Per oral) (± alergi (-).
10cc)
Anbacim 500 mg
(5 cc) (injeksi IV
perset)

17.00 WITA 1 Mengobservasi Mukosa bibir Perawat


mukosa bibir pasien tampak
pasien,turgor masih kering,turgor
kulit pasien kulit pasien kurang
18.00 WITA elastis.
2
Menganjurkan Perawat
orang tua Orang tua mau
memberi makan melakukan apa
pasien sedikit tapi yang telah
sering dianjurkan

Dilanjutkan
74

Lanjutan
Selasa/26 1 Delegatif dalam Cairan sudah Perawat
April pemberian cairan masuk tetesan
2016/Pukul parentral IVFD lancar
19.00 WITA RL 36 tetes/menit
(Flas V)

20.00 WITA 1,2 Mengobservasi KU pasien baik, Perawat


KU pasien tidak tampak
lemas

21.00 WITA 1 Memberi pasien Pasien dapat Perawat


minum dan minum 3 gelas =
mengobservasi 600 cc, Orang tua
urine pasien mengatakan
anaknya kencing
4x = 700 cc, warna
kuning pekat.

22.00 WITA 1 Menganjurkan Orang tua mengerti Perawat


orang tua pasien dengan apa yang
memberi pasien dijelaskan dan mau
minum tiap kali melakukan anjuran
yang diberikan

24.00 WITA 1,2 Delegatif dalam Obat sudah Perawat


pemberian obat diberikan untuk
Parasetamol syr II antibiotik reaksi
Cth (Per oral)(± alergi (-).
10 cc)
Anbacim 500 mg
(5 cc) (injeksi IV
perset)

Rabu/27 April 1 Delegatif dalam Cairan sudah Perawat


2016/Pukul pemberian cairan masuk tetesan
01.00 WITA parentral IVFD lancar
RL 36 tetes/menit
(Flas VI)

Dilanjutkan
75

Lanjutan
1 2 3 4 5
06.00 WITA 1,2 Mengobservasi KU pasien baik, Perawat
KU dan TTV pasien tidak tampak
lemas
TD : 100/60 mmHg
RR : 20x/menit
ND : 87x/menit
S : 360C

06.30 WITA 1 Delegatif dalam Cairan sudah masuk Perawat


pemberian cairan tetesan lancar
parentral IVFD
RL 36 tetes/menit
(Flas VII)

07.00 WITA 2 Menganjurkan Orang tua Perawat


orang tua mengatakan
memberi makan anaknya makan ¼
pasien sedikit tapi porsi dari 1 porsi
sering yang disediakan
rumah sakit

07.30 WITA 1 Memberi pasien Pasien dapat minum Gung S


minum dan 3 gelas = 600 cc,
mengobservasi Orang tua
urine pasien mengatakan
anaknya kencing 6
x = 1050 cc, kuning
pekat

07.45 WITA 1,2 Memonitor hasil - PLT : 72.93u/l Gung S


laboratorium - HCT : 36.0%
- HB : 12.0 g/dL

08.00 WITA 1,2 Delegatif dalam Obat sudah Gung S


pemberian obat diberikan untuk
Parasetamol syr II antibiotik reaksi
Cth (Per oral)(± alergi (-).
10 cc)
Imunos syr I Cth
(Per oral)(± 5 cc)
Dilanjutkan
76

Lanjutan
Aviter I sachet
(Per oral)(±20cc)
Anbacim 500 mg
(5 cc) (injeksi IV
perset)

08.30 WITA 1 Memonitor CM : Gung S


CMCK Minum : 1400 cc
Infus : 1500 cc
Obat : 70 cc+
Total CK : 2970,5cc

CK :
BAK : 2275 cc
IWL : 480 cc+
Total CK : 2755 cc
Balance = CM-CK
2970 cc - 2755 cc =
+ 215 cc

09.00 WITA 2 Menimbang BB Berat Badan pasien Gung S


pasien : 20 kg

10.00 WITA 3 a. Mengkaji a. Orang tua Gung S


pengetahuan mengetahui
orang tua anaknya demam
tentang berdarah namum
penyakit orang tua tidak
anaknya tau penyebab,
tanda dan gejala,
cara pencegahan
dan cara
penanganan
demam berdarah.

b. Memberikan b. Orang tua tampak


HE pada orang mengerti dengan
tua tentang apa yang
penyebab, tanda dijelaskan
dan gejala, cara
pencegahan dan
cara
penanganan
Demam
Berdarah dan
77

memberikan
penjelasan
tentang
pentingnya
nutrisi bagi
tubuh

c. Memberi c. Orang tua tidak


kesempatan ada bertanya
orang tua dan dengan apa yang
keluarga untuk telah dijelaskan
menanyakan
hal-hal yang
tidak diketahui

d. Melakukan d. Orang tua pasien


evaluasi Setelah dapat
melakukan menjelaskan
penjelasan pada kembali apa yang
keluarga telah dijelaskan
oleh perawat

11.00 WITA 1,2 Mengobservasi KU pasien baik, Gung S


KU dan TTV pasien tidak tampak
lemas
TD :110/70 mmHg
RR : 18x/menit
ND : 86x/menit
S : 36,40C
11.30 WITA 1 Delegatif dalam Cairan sudah masuk Gung S
pemberian cairan tetesan lancar
parentral IVFD
RL 36 tetes/menit
(Flas VIII)

12.00 WITA 1 Mengobservasi Mukosa bibir pasien Gung S


mukosa bibir tampak masih
pasien kering

Dilanjutkan
78

Lanjutan
1 2 3 4 5

13.00 WITA 1 Memberi pasien Pasien dapat Perawat


minum dan minum 2 gelas =
mengobservasi 400 cc, Orang tua
urine pasien mengatakan
anaknya kencing 3
x = 525 cc, warna
urine pekat.

15.00 WITA 1,2 Mengobservasi KU KU pasien baik, Perawat


dan TTV pasien tidak
tampak lemas
TD :100/60 mmHg
RR : 24x/menit
ND : 89x/menit
S : 360C

16.00 WITA 1,2 Delegatif dalam Obat sudah Perawat


pemberian obat diberikan untuk
Parasetamol syr II antibiotik reaksi
Cth (Per oral) (± alergi (-).
10cc)
Anbacim 500 mg
(5 cc) (injeksi IV
perset)

17.00 WITA 2 Menganjurkan Pasien tampak Perawat


pasien tetap kooperatif
membersihkan
mulut sebelum dan
sesudah makan
(dengan kumur-
kumur)

18.00 WITA 2 Menganjurkan Orang tua Perawat


orang tua memberi mengatakan
makan pasien anaknya makan ½
sedikit tapi sering porsi dari 1 porsi
yang disediakan
rumah sakit
79

19.00 WITA 1 Delegatif dalam Cairan sudah Perawat


pemberian cairan masuk tetesan
parentral IVFD RL lancar
36 tetes/menit
(Flas VIII)

20.00 WITA 1,2 Mengobservasi KU KU pasien baik,


pasien tidak Perawat
tampak lemas ,
mukosa bibir
pasien tampak
kering.

21.00 WITA 1 Memberi pasien Pasien dapat Perawat


minum dan minum 2 gelas =
mengobservasi 400 cc, Orang tua
urine pasien mengatakan
anaknya kencing 3
x = 525 cc, warna
kencing pekat.

22.00 WITA 1 Menganjurkan Orang tua mengerti Perawat


orang tua pasien dengan apa yang
memberi pasien dijelaskan dan mau
minum tiap kali melakukan anjuran
kencing yang diberikan.

24.00 WITA 1,2 Obat sudah Perawat


Delegatif dalam diberikan untuk
pemberian obat antibiotik reaksi
Parasetamol syr II alergi (-).
Cth (Per oral) (±
10cc)
Anbacim 500 mg
(5 cc) (injeksi IV
perset)
Rabu/28 1 Cairan sudah Perawat
April Delegatif dalam masuk tetesan
2016/Pukul pemberian cairan infus lancer
01.00WITA parentral IVFD RL
36 tetes/menit
(Flas IX)

Dilanjutkan
80

Lanjutan
1 2 3 4 5

05.00 WITA 1,2 Mengobservasi KU KU pasien baik, Perawat


dan TTV pasien tidak
tampak lemas
TD :110/60 mmHg
RR : 26x/menit
ND : 92x/menit
S : 36,30C

06.00 WITA 1 Memberi pasien Pasien dapat Perawat


minum dan minum 4 gelas =
mengobservasi 800 cc, Orang tua
urine pasien mengatakan
anaknya kencing 4
x = 700 cc

07.00 WITA 2 Menganjurkan Orang tua Perawat


orang tua memberi mengatakan
makan pasien anaknya makan ½
sedikit tapi sering porsi dari 1 porsi
yang disediakan
rumah sakit

07.30 WITA 1,2 Memonitor hasil PLT : 102.63u/l Perawat


laboratorium HCT : 38.6%
HB : 12.7 g/dL

08.00 WITA 1,2 Delegatif dalam Obat sudah Perawat


pemberian obat diberikan untuk
Parasetamol syr II antibiotik reaksi
Cth (Per oral)(± 3 alergi (-).
cc)
Imunos syr I Cth
(Per oral)(±1,5 cc)
Aviter I sachet (Per
oral)(±15cc)
Anbacim 500 mg
(5 cc) (injeksi IV
perset)
81

08.30 WITA 1 Memonitor CMCK CM : Perawat


Minum : 1600 cc
Infus : 1500 cc
Obat : 70cc+
Total CK : 3170cc

CK :
BAK : 1750 cc
IWL : 480 cc +
Total CK : 3080
cc
Balance = CM-CK
3170 cc-2230 cc =
+ 940 cc

08.35 WITA 1 Memonitor tanda – Sesak tidak Perawat


tanda kelebihan ada,suara nafas
volume cairan. vesikuler, ronchi
(-), edema
palpebra (-)

09.00 WITA 2 Menimbang BB Berat Badan pasien Perawat


pasien : 20 kg

10.00 WITA 1 Delegatif dalam Cairan sudah Perawat


pemberian cairan masuk tetesan
parentral IVFD RL infus lancer
36 tetes/menit
(Flas IX)

11.00 WITA 1,2 Mengobservasi KU KU pasien baik, Perawat


dan TTV pasien tidak
tampak lemas
TD :110/70 mmHg
RR : 18x/menit
ND : 86x/menit
S : 36,40C

12.00 WITA 1 Mengobservasi Mukosa bibir Perawat


mukosa bibir pasien lembab
pasien
82

13.00 WITA 1,2 a. Memberi KIE a. Keluarga


perawatan di mengerti
rumah. tentang cara Perawat
perawatan di
rumah.
b. Minum obat b. Minum obat
sesuai dosis Imunos sirup I
yang di x I Cth
anjurkan.
c. Kontrol kembali c. Kontrol
sesuai tanggal kembali tanggal
yang di tentukan 1 Mei 2016
ke poli anak
d. Apabila ada d. Keluarga
keluhan sbelum mengatakan
waktu kontrol apabila
segara bawa anaknya
anak ke RS. mengalami
demam dan
keluhan lain
akan langsung
diajak ke RS.
83

TABEL 7
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN D.P.
DENGAN DHF GRADE I FEBRIS HARI VII
DI RUANG ANGREK BRSU TABANAN
TANGGAL 27 APRIL 2016
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 2 3
Rabu/27 1. Kekurangan volume cairan b/d S:Orang tua mengatakan
April peningkatan permiabilitas kapiler anaknya minum 7x,
2016/Pukul dan kehilangan cairan,sekunder Bak 13x, warna
08.30 WITA akibat demam d/d Orang tua kuning pekat, bau
mengatakan anaknya sudah khas urine.
minum 5 gelas (± 200 cc tiap O:Mukosa bibir tampak
kali minum) sejak kemarin pukul kering, turgor kulit
08.00 WITA, Orang tua kurang elastis, pasien
mengatakan total anaknya tidak tampak lemas,
kencing sebanyak 13x dengan PLT : 72.93u/l, HCT :
volume (± 175 cc tiap kali 36.0%, HB : 12.0
kencing) dengan warna kuning g/dL, CM-CK : 215cc
keruh, bau khas urine sejak A:Tujuan 3, 4 tercapai,
kemarin pukul 08.00 WITA, tujuan 1, 2, 5, 6, 7, 8
CM-CK : -185 cc, Mukosa bibir belum tercapai,
kering, Turgor kulit elastis, masalah teratasi
Penurunan BB 1 kg, PLT : sebagaian
47.63u/l, HCT : 39.6%, HB : 12.9 P:Lanjutkan rencana 1,
g/Dl 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
Rabu/27 April 2. Perubahan nutrisi kurang dari S : Orang tua
2016/Pukul kebutuhan tubuh b/d mengatakan anaknya
09.00 WITA menurunnya nafsu makan mau makan ¼ porsi
sekunder terhadap anoreksia, bubur dari 1 porsi
mual muntah d/d Orang tua bubur yang diberikan
mengatakan anak mengeluh O : Makanan habis ¼
mual, muntah tidak ada, nafsu porsi, pasien tidak
makan anaknya menurun, lemas, BB pasien 20
anaknya hanya mau makan 4 x ¼ kg
porsi bubur dari satu porsi bubur A : Tujuan 3 dan 4
yang diberikan sejak kemarin tercapai, tujuan 1, 2,
pukul 08.00 WITA. dan 5 belum tercapai,
masalah tercapai
sebagian
P : Lanjutkan rencana 1,
2, 3, 4, 5.

Dilanjutkan
84

Lanjutan
1 2 3
Rabu/27April 3. Defisiensi pengetahuan orang S : Orang tua pasien
2015/pukul tua b/d Kurangnya informasi mengatakan sudah
11.00 WITA yang dimiliki oleh orang tua paham akan kondisi
pasien. d/d orang tua mengatakan ananknya saat ini
mengetahui badan anaknya panas O : Orang tua pasien
tapi orang tua tidak mengetahui mampu menjelaskan
penyebab, tanda dan gejala, cara penyebab, tanda dan
pencegahan dan penanganannya, gejala, cara
orang tua tidak mampu pencegahan dan
menyebutkan penyebab, tanda penangan tentang
dan gejala, cara pencegahan dan demam berdarah
penanganan demam berdarah. A : Tujuan 1 dan 2
tercapai, masalah
teratasi
P : Pertahankan
pemahaman orang
tua tentang demam
berdarah
85

TABEL 8
CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN D.P.
DENGAN DHF GRADE I FEBRIS HARI VII
DI RUANG ANGREK BRSU TABANAN
TANGGAL 28 APRIL 2016
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 2 3
Kamis/28 1. Kekurangan volume cairan b/d S: Orang tua
April peningkatan permiabilitas kapiler mengatakan
2016/pukul dan kehilangan cairan,sekunder anaknya sudah
08.00 WITA akibat demam d/d Orang tua
minum 8x = 1600cc,
mengatakan anaknya sudah
minum 5 gelas (± 200 cc tiap kali BAK 13x = 2600 cc
minum) sejak kemarin pukul O : Mukosa bibir
08.00 WITA, Orang tua lembab, turgor kulit
mengatakan total anaknya elastis, pasien tidak
kencing sebanyak 14x dengan tampak lemas, PLT:
volume (± 175 cc tiap kali 102.63u/l,HCT :
kencing) dengan warna kuning 38.6%,HB :12.7
keruh, bau khas urine sejak g/dL, CM - CK :
kemarin pukul 08.00 WITA, CM- 940 cc
CK : -185 cc, Mukosa bibir A : Tujuan 1, 2, 3, 4, 5,
kering, Turgor kulit elastis, 6, 8 tercapai dan 7
Penurunan BB 1 kg, PLT : belum tercapai,
47.63u/l, HCT : 39.6%, HB : 12.9 masalah teratasi
g/Dl sebagian
P : Lanjutkan rencana
1, 2, 3, 4, 5, dan 6
Kamis/28 2. Perubahan nutrisi kurang dari S : Orang tua engatakan
April kebutuhan tubuh b/d anoreksia anaknya mau makan
2016/pukul dan muntah d/d orang tua pasien ½ porsi bubur yang
09.00 WITA mengatakan nafsu makan diberikan
anaknya menurun, anaknya hanya O :Makanan habis ½
mau makan ¼ porsi bubur dari porsi, pasien tidak
satu porsi yang diberikan, anak lemas lagi, BB
juga sempat muntah 6x sejak pasien 20kg, pasien
kemarin sampai dengan saat tidak tampak mual
pengkajian, BB pasien menurun 1 lagi
kg, pasien tampak lemas, pasien A : Tujuan 1,2,3,4
mendapatkan diet bubur, anak tercapai, tujuan 5
hanya mau makan ¼ porsi, belum tercapai,
pasien tampak muntah. masalah teratasi
sebagaian
P : lanjutkan rencana 1,
2, 3, 4, dan 5
86

4. Evaluasi

TABEL 9
EVALUASI KEPERAWATAN PASIEN D.P.
DENGAN DHF GRADE I HARI VII
DI RUANG ANGREK BRSU TABANAN
TANGGAL 27 APRIL 2016
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 2 3
Kamis/27 1. Defisiensi pengetahuan orang tua S : Orang tua pasien
April b/d Kurangnya informasi yang mengatakan sudah
2016/pukul dimiliki oleh orang tua pasien. paham akan kondisi
11.00 WITA d/d orang tua mengatakan ananknya saat ini
mengetahui badan anaknya panas O : Orang tua pasien
tapi orang tua tidak mengetahui mampu menjelaskan
penyebab, tanda dan gejala, cara penyebab, tanda dan
pencegahan dan penanganannya, gejala, cara
orang tua tidak mampu pencegahan dan
menyebutkan penyebab, tanda penangan tentang
dan gejala, cara pencegahan dan demam berdarah
penanganan demam berdarah. A : Tujuan 1 dan 2
tercapai, masalah
teratasi
P : Pertahankan
pemahaman orang
tua tentang demam
berdarah
87

TABEL 10
EVALUASI KEPERAWATAN PASIEN D.P.
DENGAN DHF GRADE I FEBRIS HARI VII
DI RUANG ANGREK BRSU TABANAN
TANGGAL 28 APRIL 2016
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 2 3
Rabu/28 April 2. Kekurangan volume cairan b/d S : Orang tua
2016/pukul peningkatan permiabilitas kapiler mengatakan
13.00 WITA dan kehilangan cairan,sekunder anaknya sudah
akibat demam d/d Orang tua
minum 8x = 1600cc,
mengatakan anaknya sudah
minum 5 gelas (± 200 cc tiap BAK 13x = 2600 cc
kali minum) sejak kemarin pukul O : Mukosa bibir
08.00 WITA, Orang tua lembab, turgor kulit
mengatakan total anaknya elastis, pasien tidak
kencing sebanyak 14x dengan tampak lemas, PLT:
volume (± 175 cc tiap kali 102.63u/l,HCT :
kencing) dengan warna kuning 38.6%,HB :12.7
keruh, bau khas urine sejak g/dL, CM - CK : 940
kemarin pukul 08.00 WITA, cc
CM-CK : -185 cc, Mukosa bibir A : Tujuan 1, 2, 3, 4, 5,
kering, Turgor kulit elastis, 6, 8 tercapai dan 7
Penurunan BB 1 kg, PLT : belum tercapai,
47.63u/l, HCT : 39.6%, HB : 12.9 masalah teratasi
g/Dl sebagian
P : Lanjutkan rencana 1,
2, 3, 4, 5, dan 6
88

TABEL 11
EVALUASI KEPERAWATAN PASIEN D.P.
DENGAN DHF GRADE I FEBRIS HARI VII
DI RUANG ANGREK BRSU TABANAN
TANGGAL 28 APRIL 2016
Hari/Tgl/Jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi
1 2 3
Kamis/28 3. Perubahan nutrisi kurang dari S : Orang tua
April kebutuhan tubuh b/d anoreksia mengatakan anaknya
2016/pukul dan muntah d/d orang tua pasien mau makan ½ porsi
13.00 WITA mengatakan nafsu makan bubur yang diberikan
anaknya menurun, anaknya O : Makanan habis ½
hanya mau makan ¼ porsi bubur porsi, pasien tidak
dari satu porsi yang diberikan, lemas lagi, BB
anak juga sempat muntah 6x pasien 20kg, pasien
sejak kemarin sampai dengan tidak tampak mual
saat pengkajian, BB pasien lagi
menurun 1 kg, pasien tampak A : Tujuan 1,2,3,4
lemas, pasien mendapatkan diet tercapai, tujuan 5
bubur, anak hanya mau makan ¼ belum tercapai,
porsi, pasien tampak muntah. masalah teratasi
sebagaian
P : lanjutkan rencana 1,
2, 3, 4, dan 5
89

BAB III

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas beberapa kesenjangan dan kesesuaian antara teori

dan kenyataan yang ditemukan pada kasus dan dibahas secara bertahap sesuai

dengan tahapan proses keperawatan meliputi pengkajian, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang sangat

penting untuk mendapatkan data-data, menentukan permasalahan

melaksanakan langkah - langkah selanjutnya sesuai dengan permasalahan yang

ada. Ditinjau dari teori pada penyakit DHF akan ditemukan data-data sebagai

berikut : Panas atau demam, lemah, sakit kepala, nyeri pada otot dan sendi,

mual muntah, anoreksia, lidah kotor, mukosa bibir kering, perdarahan gusi,

wajah kemerahan, bintik kemerahan pada kulit (petekie), uji tourniquet positif,

epistaksis, hematemesis melena, hiperemia, pada tenggorokan, nyeri perabaan

pada epigastrik pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa, pada

rejatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin dan

gelisah, sianosis perifer, keluarga atau pasien tampak cemas. Pada kasus saat

pengkajian didapat data : mual, nafsu makan menurun, mukosa bibir kering,

nyeri sendi, dan pasien mengeluh lemah, karena untuk data : epistaksis,

ekimosis, hematemesis melena, dan hiperemi pada tenggorokan itu merupakan

tanda dan gejala DHF grade II, sedangkan pada kasus pasien mengalami DHF
90

grade I. Untuk data nyeri tekan pada epigastrik, pada palpasi teraba

pembesaran hati dan limfe, nadi cepat dan lemah, ekstremitas dingin, gelisah

dan sianosis perifer merupakan tanda terjadinya syok. Pada pasien tidak terjadi

syok sehingga data tersebut tidak terdapat pada kasus.

Pada teori terdapat 8 masalah yang mungkin muncul yaitu :

kekurangan volume cairan, perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh,

intoleransi aktivitas, hipertermi, risiko terjadinya syok hipovolemik, nyeri

akut, risiko perdarahan, defisiensi pengetahuan orang tua.

Berdasarkan data yang ada pada kasus ditemukan 3 masalah :

kekurangan volume cairan ditemukan pada kasus karena pasien hanya

minum 5 gelas (±1000cc) perhari, kencing sebanyak 13x dengan volume

(±175cc), warna kuning pekat, bau khas urine, mukosa bibir pasien kering,

turgor kulit pasien kurang elastis, nilai trombosit belum normal, perubahan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh diangkat pada kasus karena pasien

mengeluh nafsu makannya menurun sejak 6 hari yang lalu tanggal 25 April

2016, pasien mengatakan mual, pasien mengatakan badannya lemas, berat

badan pasien menurun dari 21 kg menjadi 20 kg, pasien hanya menghabiskan

¼ porsi makanan yang disediakan rumah sakit, Defisiensi pengetahuan orang

tua ditemukan pada kasus karena orang tua mengatakan anaknya panas tapi

tidak mengetahui penyebab, tanda, gejala dan cara penanganannya dan tidak

mengetahui cara pencegahaan dan penanganan demam berdarah.

Tiga masalah keperawatan yang ada pada teori namun tidak

ditemukan pada kasus seperti : hipertermi tidak diangkat pada kasus karena
91

data seperti demam atau panas, wajah kemerahan, dan menggigil tidak

dialami pasien dari awal pengkajian sampai akhir perawatan, nyeri akut tidak

diangkat pada kasus karena pasien tidak mengeluh nyeri pada sendi-sendi

tangan dan kakinya,skala nyeri 0 dari 0-10 skala nyeri yang diberikan, pasien

tidak tampak meringis, dan intoleransi aktivitas tidak diangkat pada kasus

karena saat pengkajian pasien mengatakan badannya tidak begitu lemas,

kebutuhan ADLnya hanya dibantu sebagian oleh orang tua. Risiko terjadi

perdarahan tidak diangkat pada kasus karena tidak ditemukan tanda-tanda

seperti : epistaksis, melena, perdarahan gusi, dan gejala perdarahan lainnya.,

resiko terjadi syok hipovolemia tidak diangkat karena pada saat pengkajian

tidak ditemukan data-data seperti penurunan kesadaran, gelisah, keringat

dingin, sianosis.

B. Perencanaan

Perencanaan disusun berdasarkan masalah yang mengancam jiwa, maka

dari itu ditemukan prioritas masalah keperawatan diantaranya : prioritas

pertama yaitu kekurangan volume cairan karena jika tidak ditanggulangi

maka pasien akan mengalami syok hipovolemik, prioritas yang kedua

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena jika tidak

ditanggulangi kebutuhan nutrisi pasien tidak terpenuhi dapat menyebabkan

malnutrisi dan gangguan tumbuh kembang, prioritas yang ketiga Defisiensi

pengetahuan orang tua karena jika tidak ditanggulangi pasien akan

menyebabkan asientas orang tua dan orang tua tidak mampu untuk merawat

anaknya yang menderita DHF.


92

Pada perencanaan hampir semua rencana perawatan sudah disesuaikan

dengan teori yang ada, tapi masih ada beberapa rencana keperawatan yang

belum disesuaikan dengan teori yang ada. Untuk masalah kekurangan

volume cairan, pada teori penulis tidak mencantumkan mengobservasi

kelembaban mukosa bibir, sedangkan pada rencana keperawatan penulis

mencantumkan mengobservasi kelembaban mukosa bibir karena penulis

menganggap bahwa kelembaban mukosa bibir dapat memberikan gambaran

terjadinya kekurangan volume cairan. Dan pada teori penulis mencantumkan

intervensi dalam pemeriksaan lab HCT, PLT tiap 12 jam tetapi pada kasus

penulis mencantumkan pemeriksaan lab HCT, PLT tiap 24 jam karena

pemeriksaan laboratorium memang disesuaikan dengan keadaan ruangan dan

pasien sudah berada pada febris hari ke-7 dimana masa kritis sudah lewat dari

nilai PLT hanya sedikit mengalami penurunan dan bahkan bisa meningkat.

C. Pelaksanaan

Secara umum rencana keperawatan yang disusun telah dapat dilaksanakan

penulis bersama dengan perawat diruangan, dokter, ahli gizi dan tenaga

kesehatan yang lain serta keluarga D.P. Tetapi pada masalah kekurangan

volume cairan, tanda – tanda vital setiap 6 jam tapi pada pelaksanaan penulis

melaksanakan tidak dalam waktu 6 jam tepat, terkadang maju atau mundur

beberapa menit, hal ini disebabkan karena penulis menyesuaikan dengan

jadwal diruangan.
93

D. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai

keberhasilan tindakan keperawatan serta menyusun tindak lanjut. Evaluasi

keperawatan dibedakan menjadi dua, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi

sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan setelah melakukan tindakan

keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif mengacu pada kriteria hasil pada

rencana tujuan. Dalam hal ini penulis melaksanakan evaluasi keperawatan

setiap hari. Tanggal 27 April 2016 dimana untuk diagnosa keperawatan pada

masalah kekurangan volume cairan masalah tersebut teratasi sebagian karena

mukosa bibir pasien masih kering, pasien hanya minum 7x (1400cc) dan PLT

pasien 27.93 u/l, planingnya lanjutkan tindakaan keperawatan. Pada kasus

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masalah tersebut belum tercapai

karena nafsu makan pasien belum meningkat, pasien belum habis makan ½ - 1

porsi, dan BB pasien belum meningkat, planingnya lanjutkan tindakaan

keperawatan. Pada kasus defisiensi pengetahuan orang tua masalah tersebut

sudah tercapai, planingnya pertahankan kondisi pasien dan lanjutkan tindakan

keperawatan selama pasien dirawat. Pada saat evaluasi tanggal 28 April 2015

dimana untuk diagnosa keperawatan pada masalah kekurangan volume cairan

masalah tersebut teratasi sebagian karena PLT pasien belum normal 102.63

u/l, planingnya lanjutkan tindakaan keperawatan. Pada kasus perubahan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh masalah tersebut teratasi sebagian karena BB

pasien belum meningkat, planingnya lanjutkan tindakaan keperawatan.


94

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan data dari bab-bab sebelumnya dapat dikatakan DHF

adalah penyakit febris virus akut yang terdapat pada anak dan dewasa yang

disebabkan oleh virus dengue melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dengan

gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, nyeri tulang, ruam,

dan leukopenia yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama. Penerapan

proses keperawatan pada pasien DP dengan DHF Grade I Febris hari ke VII

di Ruang Angrek BRSU Tabanan, secara umum sudah sesuai dengan tahap-

tahap dalam proses keperawatan. Dari hasil pengkajian masih ditemukan

adanya kesenjangan antara teori dengan kasus. Karena data yang ditemukan

saat pengkajian sangat ditentukan oleh kondisi ataupun keadaan fisik pasien

saat dikaji sehingga masalah keperawatan yang muncul pada kasus juga

disesuaikan dengan data yang muncul pada kasus.

Dalam perencanaan untuk memperioritaskan diagnosa keperawatan

berdasarkan masalah yang ada yaitu mengancam jiwa, dan sebagai prioritas

diagnosa keperawatan yang pertama adalah kekurangan volume cairan

dilanjutkan dengan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, dan

defisiensi pengetahuan orang tua. Selanjutnya disusun rencana keperawatan

sesuai dengan masalah keperawatan yang muncul. Pada kasus ini

direncanakan tindakan-tindakan berdasarkan teori, kondisi pasien dan


95

kondisi di lapangan yang nantinya tujuan yang diinginkan oleh penulis dapat

dicapai sesuai dengan harapan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada dasarkan berpedoman pada

perencanaan yang telah disusun sesuai dengan kondisi, mengingat waktunya

sangat terbatas. Pelaksanaan pada pasien DP dengan DHF Grade I Febris hari

VII di ruang Angrek BRSU Tabanan ditekankan pada pemberian cairan

karena mengantisipasi dari komplikasi yang ditimbulkan yaitu syok

hipovolemik yang akan mengarah ke DSS. Pada kasus semua rencana telah

dapat dilaksanakan dengan baik karena adanya kerja sama antara penulis,

perawat ruangan, dokter, ahli gizi dan tim kesehatan yang lain serta dari pihak

keluarga DP yang sangat kooperatif.

Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

tindakan keperawatan yang dilakukan mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dari tiga masalah yang muncul pada kasus, tujuan yang ingin dicapai pada

masalah tidak semua dapat dicapai karena pada masalah kekurangan volume

cairan ada tujuan yang belum tercapai, perubahan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh ada yang belum tercapai sedangkan masalah yang lain

semua tujuan dapat dicapai didasarkan pada rencana perawatan yaitu pada

point kriteria tujuan.


96

B. Saran

Dari permasalahan yang muncul pada pembahasan, penulis

mengajukan saran:

1. Kepada perawat Ruang Angrek

Agar dalam pemberian asuhan keperawatan mengobservasi TTV tepat

tiap 6 jam, karena sesuai dengan SAP di ruangan.

2. Kepada pasien D.P.

Agar tetap meneruskan perawatan maupun pengobatan yang dianjurkan

dan disarankan oleh perawat maupun dokter sebelumnya dan kontrol pada

tanggal yang di tentukan.

3. Kepada keluarga pasien

Diharapkan lebih meningkatkan kebersihan lingkungan baik dirumah dan

lingkungan sekitar dengan melaksanakan 3M serta melaksanakan

informasi yang sudah diberikan oleh petugas kesehatan


DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2014). Buku Saku diagnosis keperawatan. (Edisi 13). Jakarta :

ECG.

Ngastiyah. (2014). Perawatan anak sakit. (Edisi 2). Jakarta : EGC.

NIC NOC, NANDA. (2013). Panduan penyusunan asuhan keperawatan.

profesional. (Jilid 2). Yogyakarta : Med Action

Nursalam, Susilaningrum. R,Utami. S. (2008). Asuhan keperawatan bayi dan

anak. Jakarta : Salemba Medika.

Padila. (2013). Asuhan keperawatan penyakit dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Ruang Angrek BRSU Tabanan. (2016) Register Jumlah Pasien Rawat Inap.

Tabanan: BRSU Tabanan

Suarjaya, K. (2014). Profil kesehatan Provinsi Bali. Diperoleh tanggal 27 Mei

2015 dari http://www.baliprov.go.id

Susilawati, Nursalam, Sri Utami (2013). Asuhan keperawatan bayi dan anak :

untuk perawat dan bidan. (Edisi 2). Jakarta : Salemba Medika.

Wijaya, A.S, putri, Y, M. (2013). Keperawatan medikal bedah 2. Yogyakarta :

Nuha Medika.

Wijayaningsih K.S. (2013). Asuhan keperawatan anak. Jakarta : Tim, 2013

http://respository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34758/5/Chapter%201.pdf

diperoleh tanggal 23 Mei 2016


Lampiran 1

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TENTANG DHF KEPADA KELUARGA PASIEN D.P.

DI RUANG ANGREK BRSU TABANAN

TANGGAL 27 APRIL 2016

Topik : DHF

Sub topik : Pengertian DHF, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, dan

penanganan DHF

Sasaran : Keluarga D.P.

Waktu : Pukul 10.00-10.30 WITA

Tempat : Ruang Angrek BRSU Tabanan

Hari/tanggal : Rabu, 27 April 2016

A. TUJUAN

1. Tujuan umum

Setelah diberikan penyuluhan tentang DHF selama 30 menit keluarga

dapat mengerti akan pengertian DHF, penyebab DHF, tanda dan gejala

DHF, pencegahan DHF dan penanganan DHF.

2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diaharapkan keluarga

mampu :

a. Mengerti dan dapat menjelaskan pengertian DHF

b. Mengerti dan dapat menjelaskan penyebab DHF

c. Mengerti dan dapat menjelaskan tanda dan gejala DHF


d. Mengerti dan dapat menjelaskan pencegahan DHF

e. Mengerti dan dapat menjelaskan penanganan DHF

B. METODE

1. Ceramah

2. Tanya jawab

C. MEDIA

Leaflet

D. MATERI

1. Pengertian DHF

2. Penyebab DHF

3. Tanda dan gejala DHF

4. Pencegahan DHF

5. Penanganan DHF

E. EVALUASI

Evaluasi dilakukan secara lisan dengan materi pertanyaan

1. Sebutkan pengertian DHF

2. Jelaskan penyebab DHF

3. Sebutkan dan jelaskan tanda dan gejala DHF

4. Sebutkan dan jelaskan pencegahan DHF

5. Sebutkan dan jelaskan penanganan DHF


KEGIATAN PENYULUHAN

Hari Tahapan
No. Tanggal Kegiatan Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Sasaran
Jam Penyuluhan
1 2 3 4 5
1. Rabu, Pembukaan a. Memberi salam pada a. Orang tua membalas
27 April orang tua salam
2016 b.Memperkenalkan diri. b. Orang tua
Pukul memperhatikan.
10.00 – 10.05 c. Menjelaskan tujuan. c. Orang tua mengerti
WITA dan juga
memperhatikan.

2. Rabu, Inti Pelaksanaan


27 April a. Menjelaskan pada a. Orang tua
2016 orang tua pasien mendengarkan dan
Pukul mengenai pengertian memperhatikan
10.05 – 10.25 DHF.
WITA b. Menjelaskan b. Orang tua
penyebab DHF. memperhatikan.
c. Menyebutkan tanda c. Orang tua
dan gejala DHF. memperhatikan
d. Menyebutkan cara d. Orang tua
pencegahan DHF. memperhatikan dan
menanyakan hal yang
belum jelas.
e. Menjelaskan cara e. Orang tua
penanganan anak memperhatikan
dengan DHF.

Evaluasi
a. Menanyakan kepada a. Orang tua menjawab
orang tua tentang pertanyaan
pengertian DHF
b. Menanyakan kepada b. Orang tua mampu
orang tua tentang menjawab pertanyaan
penyebab DHF
c. Meminta kepada c. Orang tua mampu
orang tua menyebutkan tanda
menyebutkan tanda dan gejala DHF
dan gejala penyakit
DHF
d. Meminta orang tua d. Orang tua mampu
menyebutkan cara menjelaskan cara
pencegahan DHF. pencegahan DHF
e. Meminta orang tua e. Orang tua mampu
menjelaskan kembali menjelaskan cara
cara penanganan penanganan pada
DHF. anak DHF.

Rabu, Penutup a. Mengucapkan a. Orang tua


27 April terima kasih atas memperhatikan.
2016 perhatian dan kerja
Pukul sama dari orang tua.
10.25 – 10.30 b. Memberikan b. Orang tua
WITA kesimpulan memperhatikan
c. Mengucapkan salam c. Orang tua membalas
salam.
Lampiran 2

MATERI PENYULUHAN

DHF KEPADA KELUARGA PASIEN D.P.

DI RUANG ANGREK BRSU TABANAN

TANGGAL 27 APRIL 2016

1. Defenisi DHF

Penyakit Dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus

(arthopodborn virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yaitu

Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti.

2. Penyebab DHF

a. Virus

arbovirus (arthopodborn virus)

3. Tanda dan Gejala DHF

a. Demam tinggi mendadak 2-7 hari (tanpa sebab yang jelas),

b. Nafsu makan berkurang, lemah

c. Mual, muntah

d. Sakit perut, diare.

e. Pembesaran hati

f. Jika keadaan bertambah parah bisa meninbulkan syok (renjatan)

g. sakit kepala

h. Perdarahan di bawah kulit berupa : bintik-bintik merah pada kuli,

mimisan, gusi berdarah, muntah darah dan BAB berdarah.

i. Terjadi penurunan trombosit hingga 100.000/mmHg


4. Pencegahan DHF

a. Menguras tempat penyimpanan air

b. Menutup tempat penampungan air

c. Membuang dan menutup barang bekas yang dapat menampung air

d. Hindari gigitan nyamuk terutama di pagi dan sore hari

e. Gunakan anti nyamuk oles dan kelambu

5. Cara Perawatan Anak dengan DHF

a. Beri penderita minum air yang banyak (air masak, teh, susu, atau minuman

lain)

b. Beri obat penurun panas

c. Beri kompres hangat

d. Cepat bawa ke dokter, puskesmas atau langsung ke Rumah sakit apabila

penderita, tampak gelisah, lemah, sakit kepala, nyeri otot dan nyeri sendi,

pegal-pegal pada seluruh tubuh.


DBD berdarah, muntah darah dan

Apa Itu Demam Berdarah Dengue ? Tanda dan gejala DBD BAB berdarah.

i. Terjadi penurunan trombosit


a. Demam tinggi mendadak 2-7
hingga 100.000/mmHg
hari (tanpa sebab yang jelas),

b. Nafsu makan berkurang, lemah

c. Mual, muntah

d. Sakit perut, diare.


Penyakit Dengue adalah infeksi akut e. Pembesaran hati
yang disebabkan oleh arbovirus
(arthopodborn virus) dan ditularkan f. Jika keadaan bertambah parah
melalui gigitan nyamuk Aedes yaitu
Aedes Albopictus dan Aedes Aegypti. bisa meninbulkan syok

(renjatan)
Apa penyebab DBD ???
g. sakit kepala
arbovirus (arthopodborn virus)
ditularkan melalui gigitan nyamuk h. Perdarahan di bawah kulit
Aedes yaitu Aedes Albopictus dan
Aedes Aegypti. berupa : bintik-bintik merah

pada kuli, mimisan, gusi


Cara Perawatan Anak dengan
DBD PADA ANAK
DHF
DAN CARA
a. Beri penderita minum air yang

banyak (air masak, teh, susu, atau


PENCEGAHANNYA
minuman lain)

b. Beri obat penurun panas

c. Beri kompres hangat

d. Cepat bawa ke dokter, puskesmas


Pencegahan DBD
atau langsung ke Rumah sakit
a. Menguras tempat
apabila penderita, tampak gelisah,
penyimpanan air
lemah, sakit kepala, nyeri otot dan
b. Menutup tempat nyeri sendi, pegal-pegal pada

penampungan air seluruh tubuh. Oleh :


c. Membuang dan menutup A.A.GDE SUTRISNA
barang bekas yang dapat 13E11104

menampung air

d. Hindari gigitan nyamuk

terutama di pagi dan sore hari

e. Gunakan anti nyamuk oles

dan kelambu

Anda mungkin juga menyukai