NI NYOMAN AYUDIANI
Diajukan Oleh:
NI NYOMAN AYUDIANI
13E21304
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Asuhan Kebidanan Komprehensif pada ibu “WS” umur 32 tahun di BPM
“NS” pada tanggal 29 Februari sampai 17 Maret 2016”
Penyelesaian studi kasus ini tidak lepas dari bantuan, dorongan, dan bimbingan
dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Drs. I Ketut Widia, BN.Stud.,MM, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Bali beserta staf yang telah memberikan kesempatan dan petunjuk kepada
penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
2. Komang Ayu Purnama Dewi, S.Si.T.,M.Kes, selaku Ketua Program Studi DIII
Kebidanan sekaligus pembimbing akademik yang telah memberikan kesempatan
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini serta telah banyak memberikan
bimbingan dan masukan dalam menyusun karya tulis ilmiah ini.
3. Ni Sagung Ketut Padmawati, S.ST.,Keb selaku Pembimbing Lapangan dan
Dewan Penguji yang telah banyak memberikan bimbingan dan masukan dalam
menyusun karya tulis ilmiah ini.
4. Ni Nyoman Suniti, S.ST.,Keb. selaku pemilik BPM yang telah mengijinkan
penulis mengikuti praktik studi kasus di BPM tersebut.
5. Keluarga dan pasien “WS” atas kesediaannya dalam memberikan informasi dan
membantu dalam proses perawatan baik di BPM maupun di rumah.
6. Ibu, Bapak, Adik, Keluarga, Sahabat dan Orang tercinta yang selalu memberi
semangat dan dukungan doa serta bantuan moril dan material.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan studi kasus ini.
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan kemampuan dan pengalaman,
sehingga dalam menyusun studi kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
4
masukan dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan penulisan studi kasus ini. Semoga studi kasus ini dapat bermanfaat
bagi penulis sendiri maupun pihak lain yang membutuhkannya.
5
DAFTAR ISI
Halaman
vi
8. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas ................................................. 44
D. Konsep Bayi Baru Lahir Normal .................................................... 45
1. Definisi Bayi Baru Lahir Normal ................................................ 45
2. Ciri-ciri Bayi Normal .................................................................. 45
3. Perubahan Yang Terjadi Pada Bayi Baru Lahir ........................... 46
4. Kebutuhan Bayi Baru Lahir ........................................................ 48
E. Konsep Dasar Imunisasi .................................................................. 50
1. Definisi Imunisasi ....................................................................... 50
2. Jenis Imunisasi ............................................................................ 50
3. Jadwal Imunisasi ......................................................................... 51
F. Kontrasepsi ....................................................................................... 54
1. Metode Keluarga Berencana ....................................................... 54
2. Kontrasepsi Suntikan (Depo Provera) ......................................... 54
G. Pendokumentasian .......................................................................... 56
1. Subjektif ...................................................................................... 56
2. Objektif ........................................................................................ 56
3. Analisa ......................................................................................... 56
4. Penatalaksanaan .......................................................................... 56
5. Progress Notes Atau Catatan Perkembangan .............................. 57
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Data Subyektif ................................................................................ 58
B. Data Obyektif .................................................................................. 63
C. Analisa ............................................................................................ 64
D. Penatalaksanaan .............................................................................. 64
E. Catatan Perkembangan .................................................................... 66
F. Kunjungan Rumah ........................................................................... 77
BAB IV PEMBAHASAN
A. Kehamilan ....................................................................................... 82
B. Persalinan ........................................................................................ 85
C. Nifas Dan Bayi Baru lahir ............................................................... 90
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ......................................................................................... 93
B. Saran ................................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu ............. 59
Lampiran 1 : Patograf
Lampiran 2 : Lembar Informed Consent
Lampiran 3 : Surat Permohonan Pengambilan Data di Dinas Kesehatan
Kabupaten Tabanan
Lampiran 4 : KIA
Lampiran 5 : USG
Lampiran 6 : Lembar Konsul Pembimbing Akademik
Lampiran 7 : Lembar Konsul Pembimbing Lapangan
DAFTAR ISTILAH
BB : Berat Badan
DM : Diabetes Militus
HB :Hemoglobin
HR : Heart Rate
IM : Intra Muscular
JK : Jenis Kelamin
KB : Keluarga Berencana
KU : Keadaan Umum
LD : Lingkar Dada
xi
LK : Lingkar Kepala
Ny : Nyonya
PB : Panjang Badan
RR : Respiration Rate
TD : Tekanan Darah
Tn : Tuan
TP : Tapsiran Persalinan
TT : Tetanus Toxoid
TW : Triwulan
UK : Usia Kehamilan
USG : Ultrasonografi
VT : Vaginal Toucher
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai
derajat kesehatan suku bangsa. Oleh karena itu, pemerintah menekankan
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program-program
kesehatan. Dalam pelaksanaan program kesehatan dibutuhkan sumber daya
manusia yang kompoten sehingga apa yang menjadi tujuan bisa tercapai.
Sebagai salah satu sumber daya manusia bidang kesehatan merupakan ujung
tombak atau orang yang berada digaris terdepan yang berhubungan langsung
dengan perempuan sebagai sasaran program. Dengan peranan yang cukup
besar ini, penting kiranya bagi bidan dan tenaga kesehatan terkait untuk
senantiasa meningkatkan kompetensinya melalui pemahaman mengenai
asuhan kebidanan, mulai dari perempuan hamil sampai nifas serta kesehatan
bayi (Asrinah,dkk. 2010).
Berdasarkan penyebabnya, kematian ibu dapat digolongkan menjadi dua
yaitu kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu langsung adalah
sebagai akibat adanya komplikasi kehamilan, persalinan, nifas dan segala
intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu
tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit
yang timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan
seperti malaria, anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskular. Secara
umum penyebab kematian ibu itu diakibatkan oleh penyebab langsung seperti
perdarahan (25 %,), sepsis (15 %), hipertensi dalam kehamilan (12 %),
partus macet (8 %), komplikasi aborsi tidak aman (13 %), dan sebab-sebab
lain (8 %). Perdarahan sering terjadi saat pasca persalinan baik karena atonia
uteri maupun sisa plasenta (Prawirohardjo, 2010).
Berdasarkan penelitian WHO di seluruh dunia, terdapat kematian ibu
sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kematian bayi khususnya neonatus
sebesar 10.000.000 jiwa pertahun. Kematian maternal dan bayi tersebut
terjadi terutama di Negara berkembang sebesar 99%. WHO memperkirakan
1
2
jika ibu hanya melahirkan rata-rata tiga bayi, maka kematian ibu dapat
diturunkan menjadi 300.000 jiwa dan kematian bayi sebesar 5.600.000 jiwa
pertahun. Penyebaran kematian ibu di Indonesia bervariasi diantara 130 dan
780 dalam 100.000 persalinan hidup, kendatipun sudah dilakukan usaha
intensif angka kematian ibu di Indonesia masih berkisar 425/100.000
sedangkan angka kematian bayi berkisar 56/10.000 persalinan (Manuaba,
2012).
Menurut Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2007, tercatat Angka Kematian Ibu mencapai 228 per 100.000 Kelahiran
Hidup (KH). AKI meningkat secara signifikan pada tahun 2012 menjadi 359
per 100.000 KH. Sedangkan AKB di Indonesia mengalami penurunan dimana
menurut SDKI tahun 2012 tercatat sebesar 32 per 1000 KH dan AKB
menurut SDKI tahun 2007 tercatat 34 per 1.000 KH. Jika dibandingkan
dengan target yang harus dicapai pada tahun 2015 kemarin, AKI dan AKB di
Indonesia tentu masih jauh dari target terutama AKI yang berdasarkan hasil
SDKI beberapa tahun ini mengalami fluktuasi yang angkanya semakin jauh
dari target (Profil Kesehatan Indonesia, 2014).
“Safe Motherhood” merupakan program pemerintah dalam upaya
menurunkan AKI. Salah satu empat pilar Safe Motherhood adalah asuhan
antenatal. Asuhan antenatal dilakukan untuk mencegah komplikasi dan
menjamin bahwa komplikasi dalam persalinan dapat terdeteksi secara dini
serta ditangani secara benar. Dengan melakukan kunjungan antenatal secara
teratur dapat memberikan peluang yang besar bagi petugas kesehatan untuk
memberi informasi kesehatan bagi ibu hamil dan keluarganya termasuk
rencana persalinan, dan cara merawat bayi. Asuhan antenatal yang baik
sangat penting untuk hasil kehamilan yang baik karena sebagian besar dari
kematian ibu bisa dihindari melalui asuhan antenatal yang bermutu
(Prawirohardjo, 2010).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2014, di
Provinsi Bali ditemukan AKI sebesar 70.5 per 100.000 kelahiran hidup,
sedangkan AKB sebesar 5,9 per 1000 kelahiran hidup. Jumlah ibu hamil di
3
Provinsi Bali pada tahun 2014 adalah 73.886 orang (Profil Kesehatan
Kabupaten,2014)
Menurut data yang didapat dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan
2015 AKI mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2014 yaitu sebesar 59 per
100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB mengalami penurunan dari 12 per
1.000 kelahiran hidup menjadi 10,2 per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes
Kabupaten Tabanan, 2015)
Kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir memerlukan pelayanan
khusus oleh tenaga kesehatan khususnya bidan melalui asuhan kebidanan
yang komprehensif, sehingga penulis merasa tertarik untuk mengasuh Ny
“WS” Umur 32 Tahun di BPM “NS” di Kabupaten Tabanan agar proses
kehamilan, persalinan, nifas serta bayi baru lahir berjalan secara normal dan
dapat menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi.
B. Rumusan Masalah
“Bagaimanakah Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny”WS” Umur 32
Tahun G3P2002 UK 38 Minggu 6 Hari Preskep U Puka Tunggal Hidup Intra
Uteri di BPM “NS”, Kabupaten Tabanan?”
C. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mampu melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny “WS” di
Bidan Praktek Mandiri “NS”, Kabupaten Tabanan.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian data subjektif pada Ny.“WS Umur
32 Tahun G3P2002 di Bidan Praktek Mandiri “NS”.
b. Mampu melaksanakan pengkajian data objektif pada Ny.“WS”
G3P2002 di Bidan Praktek Mandiri “NS”.
c. Mampu menentukan analisa data pada Ny.“WS” G3P2002 di Bidan
Praktek Mandiri “NS”.
d. Mampu memberikan penatalaksanaan pada Ny. “WS” G3P2002 di Bidan
Praktek Mandiri “NS”
D. Manfaat penulisan
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penulisan studi kasus ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan studi kasus ini diharapkan dapat menjadi tambahan
referensi bagi penulis berikutnya dalam mengembangkan ilmu
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2) Tekanan darah
Diukur setiap kali ibu datang atau berkunjung, deteksi tekanan
darah yang cenderung naik diwaspadai adanya gejala hipertensi dan
preeklamsi.Apabila turun dibawah normal kita pikirkan kea rah
anemia. Tekanan darah normal berkisar systole/diastole : 110/80-
120/80 mmHg.
3) Pengukuran tinggi fundus uteri.
8
Tabel 2.2
Jadwal Pemberian Imunisasi TT
TT 4
(Sumber:Walyani,2015:81)
6) Pemeriksaan HB.
Pemeriksaan Hb dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang
pertama kali, lalu diperiksa lagi menjelang persalinan. Pemeriksaan
Hb adalah salah satu upaya untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil.
7) Pemeriksaan protein urine.
Untuk mengetahui adanya protein urin dalam urin ibu hamil. Protein
urin ini untuk mendeteksi ibu hamil kearah preeklamsi.
8) Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL.
Pemeriksaan Veneral Desease Research Laboratory (VDRL) untuk
mengetahui adanya treponema pallidum/penyakit menular seksual
antara lain syphilish.
9) Pemeriksaan urine reduksi
Dilakukan pemeriksaan urine reduksi hanya kepada ibu dengan
indikasi penyakit gula/DM atau riwayat penyakit gula pada keluarga
ibu dan suami.
10) Perawatan payudara
Meliputi senam payudara, perawatan payudara, pijat tekan payudara
yang ditunjukkan kepada ibu hamil. Manfaat perawatan payudara
adalah:
a) Menjaga kebersihan payudara terutama puting susu.
b) Mengencangkan serta memperbaiki bentuk puting susu (pada
puting susu terbenam).
c) Merangsang kelenjar-kelenjar susu sehingga produksi ASI lancer.
d) Mempersiapkan ibu dalam laktasi.
Perawatan payudara dilakukan 2 kali sehari sebelum mandi dan
mulai pada kehamilan 6 bulan.
11) Senam ibu hamil
Bermanfaat membantu ibu dalam persalinan dan mempercepat
pemulihan setelah melahirkan serta mencegah sembelit.
12) Pemberian obat malaria
Pemberian obat malaria diberikan khusus untuk pada ibu hamil
didaerah endemik malaria atau kepada ibu dengan gejala khas
malaria yaitu panas tinggi disertai menggigil.
13) Pemberian kapsul minyak beryodium
Kekurangan yodium dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
dimana tanah dan air tidak mengandung unsur yodium. Akibat
10
f) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan termasuk penyakit-penyakit yang didapat
dahulu dan sekarang seperti masalah-masalah cardiovaskuler,
hipertensi, diabetes, malaria, penyakit menular seksual (PMS),
dan lain-lain.
g) Riwayat sosial dan ekonomi
Riwayat sosial dan ekonomi meliputi status perkawinan, respon
ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu, riwayat KB, dukungan
keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, gizi yang
dikonsumsi dan kebiasaan makan, kebiasaan hidup sehat,
merokok dan minum-minuman keras, mengkonsumsi obat
terlarang, beban kerja dan kegiataan sehari-hari, tempat dan
petugas kesehatan yang diinginkan untuk membantu persalinan.
2) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum dan kesadaran penderita
b) Tekanan darah
c) Nadi
d) Suhu badan
e) Tinggi badan
f) Berat badan
3) Pemeriksaan luar
a) Inspeksi
(a) Muka
Periksa palpebra,konjungtiva, dan sklera.Periksa
palpebra untuk memperkirakan gejala oedema umum.Periksa
konjungtiva dan sclera untuk memperkirakan adanya anemia
dan ikterus.
(b) Mulut/gigi
Periksa adanya karies,tonsilotitis atau faringitis.Hal tersebut
merupakan sumber infeksi.
(c) Jantung
12
c. Faktor Passanger
1) Janin (kepala janin dan ukuran-ukurannya)
Bagian yang paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin.
Posisi dan besar kepala dapat mempengaruhi jalan persalinan
2) Plasenta
Plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap sebagai
penumpang atau passenger yang menyertai janin namun plasenta
jarang menghambat pada persalinan normal.
3) Air ketuban
Amnion pada kehamilann aterm merupakan suatu membrane
yang kuat dan ulet tetapi lentur. Amnion adalah jaringan yang
menentukan hampir semua kekuatan regang membran janin dengan
demikian pembentukan komponen amnion yang mencegah ruptur
atau robekan sangatlah penting bgai keberhasilan kehamilan.
20
belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat
keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan
kasa steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada
leher janin.
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putar paksi
luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara
bipariental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat
kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul dibawah arcus pubis dan
kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu
untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan
dan siku sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri
punggung kearah bokong dan tugkai bawah janin untuk
memegang tugkai bawah (selipkan telunjuk jari tangan kiri
diantara kedua lutut janin).
25. Melakukan penilaian sepintas :
a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa
kesulitan?
b. Apakah bayi bergerak aktif?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya kecuali bagian tangan tganpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Membiarkan bayi diatas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi
bayi dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oxytocin agar uterus
berkontraksi baik.
26
(1) Kustner
Meletakkan tangan dengan tekanan pada/di atas simfisis,
tali pusat diregangkan, bila plasenta masuk berarti belum
lepas, bila tali pusat diam dan maju (memanjang) berarti
plasenta sudah lepas.
(2) Klien
Sewaktu ada his kita dorong sedikit rahim, bila tali pusat
kembali berarti belum lepas, bila diam/ turun berarti sudah
terlepas.
(3) Strasman
Tegangkan tali pusat dan ketuk pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti belum lepas, bila tidak bergetar berarti
sudah terlepas.
(4) Rahim menonjol di atas simfisis
(5) Tali pusat bertambah panjang
(6) Rahim bundar dan keras
(7) Keluar darah secara tiba-tiba (Walyani, 2015:15).
2) Tanda-tanda pelepasan plasenta
a) Perubahan bentuk dan tinggi fundus.
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi,
uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya
dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta
terdorong kebawah, uterus berbentuk segitiga atau seperti buah
pear atau alpukat dan fundus berada di atas pusat.
b) Tali pusat mamanjang
Tali pusat terlihat menjulur keluar melalui vulva.
c) Semburan darah mendadak dan singkat.
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dibantu oleh gaya gravitasi.
3) Manajemen Aktif Kala Tiga
Tujuan manajemen aktif kala tiga adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat
waktu, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilanagan darah kala
tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis.
a) Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala tiga
(1) Persalinan kala tiga yang lebih singkat
30
6. Partograf
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik. Tujuan utama
dari penggunaan partograf adalah untuk :
31
dalam batas normal selama 2 jam pertama pasca persalinan, mungkin ibu
tidak akan mengalami pendarahan pasca persalinan. Penting untuk berada
di samping ibu dan bayinya selama dua jam pertama pasca persalinan.
Selama dua jam pasca persalinan :
a. Pantau tekanan darah, nadi tinggi fundus, kandung kemih dan darah
yang keluar setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit
selama 1 jam kedua kala IV. Jika ada temuan tidak normal, tingkatkan
prekuensi observasi dan penilaian kondisi ibu.
b. Masase uterus untuk menjadi baik setiap 15 menit selama 1 jam
pertama dan tiap 30 menit selama jam kedua kala IV. Jika ada temuan
yang tidak normal tingkattkan prekuensi observasi dan penilaian
kondisi ibu
c. Pantau temperatur tubuh setiap jam dalam 2 jam pertama pasca
persalinan. Jika meningkat, pantau dan tatalaksana sesuai dengan apa
yang diperlukan.
d. Nilai perdarahan. Periksa perinium dan vagina setiap 15 menit selama 1
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua pada kala IV
e. Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai kontraksi uterus dan
jumlah darah yang keluar dan bagaimana melakukan masase jika uterus
menjadi lembek.
f. Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi, bersihkan dan bantu ibu
mengenakan sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar
nyaman, duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar
bayi diselimuti dengan baik, bagian kepala ketutup baik, kemudian
berikan bayi keibu dan anjurkan dan dipeluk diberi ASI. (JNPK-KR,
2008:112).
6. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
a. Rooming in merupakan suatu system perawatan dimana ibu dan bayi
dirawat didalam 1 unit/ kamar. Bayi selalu ada disamping ibu sejak
lahir (hal ini dilakukan hanya pada bayi yang sehat).
b. Gerakan nasional ASI ekslusif yang dirancang oleh pemerintah.
c. Pemberian vitamin A ibu nifas.
36
(Sulistyawati,2009:73).
2) Lochea
Lochea adalah darah dan cairan yang keluar dari vagina selama
masa nifas.Lochea mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang lebih cepat daripada vagina
normal. Lochea mempunyai bau amis atau anyir, meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda setiap ibu. Lochea
mengalami perubahan karena proses involusi. Mula-mula berwarna
merah, kemudia berubah menjadi merah tua atau merah kecoklatan
sampai berwarna kekuning-kuningan atau keputih-putihan. Selama
dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus
38
Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam
minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi pada
neonatus. Yang terpenting perawatan tali pusat ialah menjaga agar tali
pusat tetap kering. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih sebelum
merawat tali pusat. Bersihkan dengan lembut kulit di sekitar tali pusat
dengan kapas basah, kemudian bungkus dengan longgar atau tidak
terlalu rapat dengan kasa bersih atau steril. Popok atau celana bayi di
ikat di bawah tali pusat, tidak menutupi tali pusat untuk menghindari
kontak dengan urine dan veses (Prawirahardjo,2010:370).
c. Pencegahan infeksi mata
Salep mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah 1 jam
kontak kulit ke kulit dan bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi
tersebut mengandung antibiotika tetrasiklyn 1%. Cara pemberian salep
mata yaitu dengan memberikan salep mata dalam 1 garis lurus mulai
dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju
kebagian luar mata. Ujung tabung salep mata tidak boleh mengenai
mata bayi serta jangan menghapus salep dari mata bayi.
d. Pemberian Vitamin K1
Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin K1 injeksi 1 mg
intramuscular setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai
menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat difisiensi Vitamin K
yang dapat dialami oleh sebagian BBL (JNPK-KR, 2008:139).
e. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
IMD merupakan proses dimana bayi diletakkan segera setelah
lahir di dada atau di perut atas ibu paling sedikit satu jam untuk
memberi kesempatan pada bayi mencari dan menemukan putting
ibunya. Manfaat dari IMD adalah membantu menstabilisasi
pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan
dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi
dan mencegah infeksi nosokomial.
Setelah bayi lahir tidak perlu mrmbersihkan verniks atau
mengeringkan tangan bayi karena bau cairan amnion pada tangan bayi
44
akan membantu bayi mencari putting susu ibu. Bayi yang siap
menyusu akan menunjukkan gejala reflek mengisap seperti membuka
mulum dan mengulum putting. Reflek mengisap yang pertama timbul
20-30 menit setelah lahir dan cepat menghilang. Dengan protokol
IMD, bayi dapat langsung menyusu dan mendapat kolostrom yang
kadarnya maksimal 12 jam pasca persalinan (Prawirahardjo,
2010:369).
f. Pijat Bayi
Pijat merupakan salah satu bentuk dari terapi sentuh yang
berfungsi sebagai salah satu teknik pengobatan penting. Bahkan
menurut penelitian modern, piyat bayi secara rutin akan membantu
tumbuh kembang fisik dan emosi bayi, disamping mempertahankan
kesehatannya. Pemijatan dapat dilakukan pada bayi usia 0-12 bulan.
Untuk bayi yang berusia dibawah 7 bulan, prmijatan dapat dilakukan
setiap hari.
Manfaat pijat bayi :
a. Meningkatkan daya tahan tubuh
b. Memperbaiki peredaran darah dan pernafasan
c. Merangsang fungsi pencernaan
d. Meningkatkan kenaikan berat badan
e. Mengurangi stress dan ketegangan
f. Meningkatkan kesiagaan
g. Membantu tidur lelap
h. Mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan sakit perut
i. Meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayi
(Rakhmawati, 2007)
E. Konsep Dasar Imunisasi
1. Definisi Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap
suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatika kedalam tubuh dan diharapkan tubuh dapat
45
menghasilkan zat anti yang pada saatnya digunakan tubuh untuk melawan
kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.
Imunisasi pada bayi dan balita bertujuan untuk mencegah penyakit pada
bayi dan balita yang akhirnya akan menghilangkan penyakit tersebut.
Tujuan akhir imunisasi dalam komitmen internasional (ultimate goal) adalah
eradiksi polio (erapo), eliminasi tetanus neonatorum (ETN), serta reduksi
campak, yang akan dicapai pada tahun 2000. Sedangkan target UCI 80-80-
80 merupkan tujuan antara (intermediate goal), berarti cakupan imunisasi
untuk BCG, DPT, polio, campak, dan hepatitis B harus mencapai 80% baik
ditingkat nasional, provinsi, kabupaten, bahkan setiap desa (Walyani,
2015:87).
2. Jenis imunisasi
Ada dua jenis imunisasi pada bayi dan balita, yaitu imunisasi aktif dan
imunisasi pasif.
a. Imunisasi aktif, tubuh akan membuat sendiri zat anti setelah adanya
rangsangan antigen dari luar tubuh, rangsangan virus yang telah
dilemahkan seperti pada imunisasi polio atau imunisasi campak.Antigen
adalah kuman bakteri, virus, parasit, maupun racun yang memasuki
tubuh.
b. Imunisasi pasif yaitu tubuh anak tidak membuat zat antibodi sendiri,
tetapi kekebalan tersebut diperoleh dari luar dengan cara penyuntikkan
bahan/serum yang telah mengandung zat anti, atau anak tersebut
mendapat zat anti dari ibunya semasa dalam kandungan, setelah
memperoleh zat penolak, prosesnya cepat, tetapi tidak bertahan lama.
3. Jadwal imunisasi
Jadwal imunisasi program pengembangan imunisasi (PPI) Depkes tetap
dapat digunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi IDAI. Jadwal IDAI
setiap tahun akan dievaluasi untuk penyempurnaan berdasarkan perubahan
pola penyakit, kebijakan Depkes /WHO, dan pengadaan vaksin di
Indonesia.
a. BCG
Imunisasi BCG sebaiknya diberikan pada usia<2 bulan, namun pada
jadwal imunisasi PPI, BCG dapat diberikan pada usia 0-12 bulan untuk
46
mendapatkan cakupan imunisasi yang lebih luas. Dosis untuk bayi dan
anak <1 tahun adalah 0,05 ml. cara pemberian adalah melalui injeksi
intracutan di daerah insersio M. deltoideus kanan.
Jika BCG diberikan pada usia>3 bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberkulin terlebih dahulu. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan
karena manfaatnya diragukan, mengingat efektivitas perlindungan hanya
40% selain itu, sebanyak 70% kasus TB berat (misalnya meningitis)
ternyata meninggalkan parut BCG, dan kasus dewasa yang positif
mengidap BTA (bakteri tahan asam) di Indonesia terbilan cukup tinggi
(25-36%), walaupun mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-
kanak.
BCG tidak diberikan pada pasien dengan gangguan imun (leukemia,
dalam pengobatan steroid jangka panjang, infeksi HIV). Jika ibu
menderita TBC paru aktif dan telah diobati selama 2 bulan sebelum
kelahiran bayi atau didiagnosa TBC setelah persalinan, berikan dosis
tunggal 0,05 ml intramedial pda bagian atas lengan kiri dengan
menggunakan spuite khusus.
b. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir,
mengingat sedikitnya 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis
dengan risiko penularan maternal kurang lebih 45%. Pemberian
imunisasi hepatitis B harus berdasarkan status HbsAg ibu pada saat
melahirkan. Untuk bayi yang lahir dari ibu dengan HbsAg positif, dalam
jangka waktu 12 jam setelah lahir, secara bersamaan, diberikan 0,5 ml
HBIG dan vaksin rekombinan per intramuskular di sisi tubuh yang
berlainan. Dosis kedua 1-2 bulan sesudahnya dan dosis ketiga diberikan
pada usia 6 bulan.
Bayi lahir dari ibu HbsAg negative akan diberikan vaksin
rekombinan atau vaksin plasma derivat per intramuskular pada usia 2-6
bulan. Dosis kedua diberikan 1-2 bulan kemudian dan dosis ketiga
diberikan 6 bulan setelah imunisasi pertama. Jika sampai denga usia 5
tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B, secepatnya
47
0 Hepatitis B1,BCG,Polio 1
2 Hepatitis B2, DPT1,Polio 2
3 DPT2,Polio 3
4 DPT3,Polio 4
7 Hepatitis B3
9 Campak
(Rochmah, 2012:96)
1) Mekanisme kerja
a) Obat ini menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan
pembentukan gonadotropin releasing hormone dari
hipotalamus.
b) Lendir serviks bertambah kental, sehingga menghambat
penetrasi sperma melalui serviks uteri.
c) Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi.
d) Mempengaruhi transpor ovum di tuba.
Keuntungan kontrasepsi suntikan berupa depo ialah:
efektivitas tinggi, pemakaiannya sederhana, cukup menyenangkan
bagi akseptor (injeksi hanya 4x setahun), reversibel, dan cocok
untuk ibu-ibu yang menyusui anak. Kekurangan metode depot
ialah sering menimbulkan perdarahan yang tidak teratur (spotting,
breakthrough bleeding), dapat menimbulkan amenorea. Obat
suntikan cocok digunakan oleh ibu-ibu yang baru saja melahirkan
dan sedang menyusui anaknya. (Prawirohardjo, 2011;450)
2) Waktu pemberian dan dosis
Kontrasepsi suntikan sangat cocok untuk program postpartum
karena tidak mengganggu laktasi, dan terjadinya amenorea setelah
suntikan. Suntikan depo tidak mengganggu ibu-ibu yang menyusui
anaknya dalam masa postpartum, karena dalam masa ini terjadi
amenorea laktasi. Untuk program postpartum, Devo Provera
disuntikkan sebelum ibu meninggalkan rumah sakit; sebaiknya
sesudah air susu ibu terbentuk, yaitu kira-kira hari ke-3 sampai
dengan hari ke-5. Kontrasepsi Depo disuntikkan dalam dosis 150
mg/cc sekali 3 bulan. Suntikan harus intramuscular dalam.
(Prawirohardjo, 2011;450).
50
G. Pendokumentasian
Dokumen atau catatan pasien yang dibuat juga mengandung sumber
informasi yang lengkap dan sesuai dengan manajemen kebidanan secara
professional, sehingga membentuk suatu dokumen yang merupakan kualitas
untuk keperluan pribadi, keperluan manajemen rumah sakit, kesehatan
masyarakat, bahkan internasional. Oleh sebab itu, peran bidan sebagai provider
kesehatan di masyarakat dalam pelayanan kebidanan yang bertanggung jawab
dan profesional harus mempunyai dokumentasi kebidanan (Pantikawati, 2010)
Pada kasus ini metode pendokumentasian mengaju pada metode
pendokumentasian SOAP dimana metode ini merupakan inti sari dari proses
penatalaksanaan kebidanan guna menyusun dokumentasi asuhan. SOAP
merupakan urutan langkah yang dapat membantu kita mengatur pola pikir kita
dan memberikan asuhan yang menyeluruh (FKPKB,2010).
1. Subjektif
2. Objektif
3. Analisa
4. Penatalaksanaan
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan membahas asuhan kebidanan komprehensif mulai dari
kehamilan, persalinan, dan nifas pada ibu “WS” umur 32 tahun G3P2002 usia
kehamilan 38 minggu 6 hari preskep U puka T/H intra uteri di BPM “NS”
tanggal 29 Februari 2016 sampai 17 Maret 2016
A. DATA SUBYEKTIF (pengkajian tanggal 29 Februari 2016, pukul 17.00
WITA)
1. Identitas ibu suami
Nama : Ny “WS” Tn”PS”
Umur : 32 tahun 29 tahun
Agama : Hindu Hindu
Suku / bangsa : Bali / Indonesia Bali / Indonesia
Pendidikan : SD SMA
Pekerjaan : Swasta Swasta
(karyawan pabrik lilin) (karyawan mabel)
Alamat rumah : Br. Kutuh Kaja, Kerambitan, Tabanan
Telephone/hp : 087761022xxx
2. Alasan Memeriksakan diri
Ibu datang ke BPM “NS” untuk memeriksakan kehamilannya sesuai
kesepakatan dengan bidan sebelumnya.
3. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat ini tidak memiliki keluhan.
4. Riwayat Menstruasi
Ibu mengalami haid pertama ( menarche ) umur 14 tahun, siklus haid ibu
teratur setiap 28-30 hari, lama haid ibu 6-7 hari dalam sehari 2-3 kali ganti
pembalut, ibu tidak pernah mengalami keluhan saat haid.
HPHT : 1 Juni 2015, ( TP : 8 Maret 2016 )
5. Riwayat Perkawinan
Ini adalah pernikahan ibu yang pertama kali, status pernikahan sah
dilakukan 9 tahun yang lalu saat ibu berusia 23 tahun dan suami berusia 20
tahun.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
3.1
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
b. Nutrisi
Ibu mengatakan porsi makan sebelum hamil tiga kali sehari yang
terdiri dari makanan pokok seperti nasi, sayur, lauk dengan porsi 1
piring dan buah. Ibu tidak memiliki pantangan dan tidak alergi
terhadap makanan tertentu. Saat hamil ibu mengalami penurunan nafsu
makan sampai UK 12 minggu karena ibu merasakan mual dan telah
mendapatkan suplemen untuk mengurangi rasa mual (B6 1x10mg) di
bidan. Saat ini nafsu makan ibu sudah baik dan makan dengan jenis
makanan seperti nasi, lauk dan sayur dengan porsi 1 piring. Ibu minum
air putih kurang lebih delapan gelas perhari dan susu ibu hamil satu
gelas perhari, tidak minum minuman beralkohol, tidak meminum kopi,
tidak meminum teh dan tidak merokok.
c. Eliminasi
Ibu mengatakan sebelum hamil biasa BAK 5-6 kali sehari dan saat ini
ibu biasa BAK 7-8 kali sehari, berwarna jernih, dan tidak ada keluhan
dalam BAK. Ibu mengatakan frekuensi BAB sebelum hamil satu kali
sehari dan sampai saat ini ibu masih BAB satu kali sehari dengan
konsistensi lembek dan tidak ada keluhan dalam BAB.
d. Istirahat dan tidur
Ibu mengatakan sebelum hamil biasa tidur siang selama 2 jam dan
tidur malam 7-8 jam. Saat ini ibu masih tetap tidur siang selama 2 jam
dan tidur malam selama 7-8 jam. Ibu mengatakan dapat tidur dengan
tenang dengan posisi tidur miring ke kiri dan ke kanan.
e. Hubungan seksual
Ibu mengatakan selama hamil ada perubahan dalam pola hubungan
seksual yaitu frekuensi berkurang, sebelum hamil ibu biasa melakukan
hubungan seksual dua hari sekali dan selama hamil ibu biasa
melakukan hubungan seksual dua kali dalam satu minggu dengan
teknik hati-hati. Suami menerima perubahan tersebut dan tidak ada
masalah dalam hubungan seksual.
f. Psikososial
Ibu siap untuk melahirkan anaknya dan yakin bisa menjalani proses
persalinan dengan lancar. Perasaan ibu saat ini yaitu bahagia.
g. Spiritual dan Ritual
62
f. Tangan dan kaki : tidak ada kelainan, kuku jari bersih, tidak ada
kelainan seperti oedema dan varices, kuku jari berwarna
merah muda. Reflek patella : +/+
g. Anus :Tidak ada hemoroid , tidak ada varices.
4. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
C. ANALISA
Ibu“WS” Umur 32 Tahun G3P2002 UK 38 minggu 6 hari T/H Preskep U Puka
T/H Intra Uteri
D. PENATALAKSANAAN
1. Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa ibu dan janin
dalam keadaan sehat, ibu mengerti dan menerima hasil pemeriksaan yang
telah disampaikan.
2. Memfasilitasi pemberian KIE pada ibu tentang :
a. Tanda bahaya TW III, ibu mengerti dengan KIE yang diberikan dan
bersedia datang ke fasilitas kesehatan apabila mengalami hal tersebut.
b. Tanda – tanda persalinan agar ibu segera datang ke pelayanan
kesehatan jika terdapat tanda-tanda persalinan.Ibu memahami dan
64
Tabel 3.2
65
KUNJUNGAN RUMAH
Tabel 3.3
Kunjungan rumah
TANGGAL / NAMA &
CATATAN PERKEMBANGAN (SOAP)
JAM PARAF
7 Maret 2016 Kunjungan Bidan
16.30 WITA
S :Ibu mengatakan saat ini tidak ada keluhan, ibu
mengatakan masih keluar darah merah
kecoklatan dari kemaluannya, tidak ada nyeri
perut, tidak mengalami sakit kepala , tidak
mengalami pandangan kabur dan tidak
mengalami nyeri ulu hati. Ibu mengatakan
pengeluaran ASI lancar, ibu merasa senang
karena bayinya sehat dan kuat menyusu. Ibu
mengatakan tali pusat bayi sudah lepas tadi pagi.
O:
Ibu : KU baik, kesadaran compos mentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, S : 36,6˚C,
nadi 79 x/menit, respirasi 19 x/menit,
konjuntiva merah muda, sclera putih, tidak
ada pembengkakan kelenjar dan
bendungan vena pada leher, payudara
bersih, putting menonjol, proses laktasi
baik, pengeluaran ASI baik, TFU 3 jari
dibawah pusat, kontraksi baik, kandung
kemih tidak penuh, perdarahan
pervaginam berupa lochea sanguinolenta ,
warna coklat kekuningan. Tidak terdapat
oedema pada wajah, tangan dan kaki.
Bayi : KU baik, gerak aktif, warna kulit
kemerahan, suhu 36,7oC tidak ada ikterus,
tidak ada sianosis, tidak ada NCH, tidak
ada retraksi dada, BAB(+), BAK(+),
reflek hisap kuat, menyusu ASI
68
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara tinjauan pustaka
dan tinjauan kasus asuhan kebidanan komprehensif pada ibu “WS” umur 32
tahun dari kehamilan Trimester III sampai nifas hari ke-14 di Bidan Praktek
Mandiri “NS” pada tanggal 29 Februari 2016 sampai 17 Maret 2016. Penulis akan
membahas berdasarkan pendekatan manajemen asuhan kebidanan yang terdiri
dari lima langkah dengan menggunakan metode SOAP.
A. Kehamilan
1. Subjektif
Data subyektif adalah data yang diperoleh dari anamnesa kepada
pasien secara langsung melalui teknik wawancara (FKPKB, 2010).
Pengkajian yang dilakukan oleh penulis meliputi identitas, alasan
memeriksakan diri, keluhan utama, riwayat menstruasi, riwayat
perkawinan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu, riwayat
kehamilan sekarang, riwayat penyakit yang pernah diderita ibu, riwayat
penyakit keluarga, riwayat ginekologi, riwayat dan rencana penggunaan
kontrasepsi, data biologis, psikologis, sosial, spiritual, serta pengetahuan
ibu yang dibutuhkan.
Berdasarkan hasil pengkajian data subyektif yang pada ibu “WS”
didapatkan bahwa ibu “WS” datang memeriksakan diri secara rutin dan
tidak ada keluhan yang dirasakan saat pengkajian. Dari data subyektif
riwayat hamil ini, ibu mengatakan selama kehamilan ini sudah
memeriksakan diri sebanyak 12 kali. Pada TW I ibu memeriksakan
kehamilan sebanyak satu kali, pada TW II ibu memeriksakan
kehamilannya lima kali dan TW III ibu memeriksakan kehamilannya enam
kali. Hal ini sesuai dengan Hani (2011) yang mengatakan sebaiknya ibu
memperoleh sedikitnya empat kali kunjungan selama kehamilan.
Menurut Walyani (2015), Standar pelayanan ANC meliputi standar 14
T, sehingga ibu hamil yang datang memperoleh pelayanan komperhensif
dengan harapan antenatal care dengan 14 T dapat sebagai standar
pelayanan kehamilan dan diharapkan ikut dalam menurunkan kematian
83
ibu. 14 T tersebut meliputi timbang berat badan dan ukur tinggi badan,
ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet zat besi,
pemberian imunisasi TT, pemeriksaan Hb, pemeriksaan protein urine,
pemeriksaan test VDRL, pemeriksaan urine reduksi, perawatan payudara,
senam ibu hamil, pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak
beryodium dan tamu wicara (konseling).
Melakukan asuhan antenatal care pada Ny “WS”, penulis belum
melakukan asuhan 4 standar yaitu pemeriksaan Hb trimester III, senam
hamil, pemberian obat malaria, dan pemberian kapsul minyak beryodium.
Pemeriksaan Hb dilakukan untuk mendeteksi anemia pada ibu hamil yang
dilakukan minimal dua kali selama kehamilan, yaitu pada trimester I dan
trimester III. Tetapi dalam kasus ini ini ibu “WS” hanya melakukan
pemeriksaan Hb satu kali pada trimester pertama. Hal tersebut tidak sesuai
dengan Walyani (2015) yang mengatakan dalam pelayanan asuhan
antenatal care mencakup 14 T disebutkan pemeriksaan kadar hemoglobin
darah ibu hamil dilakukan pada kunjungan ibu hamil yang pertama, lalu
diperiksa lagi menjelang persalinan. Bidan sudah menyarankan pada ibu
untuk melakukan pemeriksaan Hb di Puskesmas Tabanan I, tetapi alasan
ibu tidak melakukan pemeriksaan dikarenakan tidak ada yang mengantar
ibu. Antisipasi atau upaya yang dilakukan bidan yaitu pada kehamilan
diberikannya tablet SF untuk mencegah anemia.
Ibu tidak melakukan senam hamil dikarenakan ibu kurang mengetahui
tentang senam hamil karena dari hamil anak pertama ibu tidak pernah
mengikuti senam hamil. Sebelas standar tersebut pada setiap kunjungan
ibu sudah ditimbang berat badan, diukur tensi darah, dan pemeriksaan
lainnya. Ibu mengatakan tidak ada keluhan selama kehamilannya.
2. Objektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui hasil observasi dari
pemeriksaan umum pasien, pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan khusus
obstetrik, dan pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik lain
(FKPKB, 2010).
Pengkajian data objektif didapatkan hasil keadaan ibu saat ini tanggal
29 Februari 2016 pukul 17.00 wita yaitu keadaan umum ibu baik,
84
3. Analisa
Analisa merupakan pendokumentasian perumusan diagnosa
interpretasi (kesimpulan) dari data dan obyektif dalam pendokumentasian
manajemen kebidanan (FKPKB, 2010)
85
khas kala II menurut Walyani (2015), mengenai kepala janin telah turun
masuk ruang panggul dan secara reflektoris menimbulkan rasa ingin
mengedan, tekanan pada rektum, ibu merasa ingin BAB dan anus
membuka.
2. Obyektif
Dari pemeriksaan data obyektif pada tanggal 03 Maret 2016 pukul
09.30 wita didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran kompas
mentis, tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg, Nadi: 73 kali/menit, Suhu:
36,5oC, Respirasi: 19kali/menit. Pada pemeriksaan Leopold didapatkan
TFU tiga jari di bawah prosesus xipoideous, teraba satu bagian besar bulat
dan lunak, pada sisi kanan perut ibu teraba datar, memanjang dan seperti
ada tahanan, di sebelah kiri perut ibu teraba bagian kecil janin, pada
bagian bawah perut ibu teraba 1 bagian besar bulat dan keras, serta tidak
dapat dogoyangkan (divergen). TFU (McD): 30 cm, TBBJ : 2945 gram.
DJJ : 136 kali/menit, pada pemeriksaan dalam atau Vaginal Toucher
didapatkan hasil vulva / vagina normal, tidak ada odema dan varices,
portio lunak, pembukaan 7 cm, effisement 75%, ketuban utuh, teraba
kepala, denominator UUK kanan, molase 0, penurunan Hodge II, tidak
teraba bagian terkecil janin dan tali pusat, kesan panggul. Pada pengkajian
data objektif didapatkan kesesuaian antara teori dan kasus, hal tersebut
dapat dinilai dari keadaan ibu dan janin dalam keadaan baik serta
terpantaunya keadaan ibu dan janin.
Dipantau kurang lebih satu setengah jam dari pemeriksaan
sebelumnya dilakukan pemeriksaan dalam atas indikasi adanya dorongan
mengedan dan terdapat cairan yang keluar dari kemaluan ibu sehingga
oleh bidan didapatkan hasil vulva/vagina normal, pembukaan lengkap,
ketuban pecah spontan dengan warna air ketuban jernih, preskep, UUK
depan, molase 0, penurunan kepala di HIII+, tidak teraba bagian kecil
janin atau tali pusat, kesan panggul normal. Selama 29 menit dipimpin
persalinan bayi lahir segera menangis, gerak aktif, warna kulit kemerahan.
Melakukan pemotongan tali pusat setelah itu dilakukan IMD. Memeriksa
87
fundus uteri, TFU sepusat dan tidak ada janin kedua. Selanjutnya
melakukan MAK III seperti menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada
paha kiri sepertiga atas anterolateral untuk merangsang kontraksi uterus
agar tetap kuat. Setelah itu dilakukan PTT saat adanya kontraksi, sudah
ada tanda-tanda pelepasan plasenta seperti semburan darah tiba-tiba, tali
pusat bertambah panjang dan uterus berbentuk globuler. MAK III berjalan
dengan baik plasenta lahir spontan dengan kotiledon lengkap dan selaput
utuh. Dilakukan pematuan kala IV. Selama kala IV pemantauan dilakukan
secara ketat setiap 15 menit setelah plasenta lahir dalam 1 jam pertama
pertama dan setiap 30 menit pada satu jam berikutnya dan melakukan
pemeriksaan pada bayi.
3. Analisa
Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang dikaji diketahui analisa
sebagai berikut G3P2002 UK 39 Minggu 2 Hari Preskep U Puka Tunggal
Hidup Intra Uteri + PK I Fase Aktif. Analisa ini didapat dari hasil
anamesa, ini merupakam kehamilan yang ketiga,pernah melahirkan
dengan usia kehamilan cukup bulan dua kali, tidak pernah melahirkan
prematur, tidak pernah mengalami abortus, anak hidup ada dua orang.
Umur kehamilan didapatkan dari hasil perhitungan HPHT sehingga
didapatkan usia kehamilan 39 minggu 2 hari. Usia kehamilan ibu
tergolong cukup bulan dimana sesuai dengan teori persalinan menurut
Walyani (2015) yaitu persalinan yang dimulai secara spontan beresiko
rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan,
bayi dilahirkan spontan dengan presentasi belakang kepala pada usia
kehamilan antara 37 hingga 42. Presentasi penurunan bagian terbawah
janin dan letak punggung janin didapatkan dari hasil pemeriksaan
Leopold.
Dilakukan pemeriksaan dalam pada ibu dengan didapatkan hasil
tampak pengeluaran lendir bercampur darah, vulva vagina normal, portio
lunak, pembukaan 7 cm, effacement 75%, ketuban utuh, presentasi kepala,
denominator UUK kanan depan, moulage 0, penurunan Hodge II, tidak
88
teraba bagian kecil janin atau tali pusat, kesan panggul normal.Menurut
Dari hasil pemeriksaan tersebut ibu sudah memasuki kala I fase aktif
dimana hal ini sesuai dengan Nurul (2012) yang mengatakan bahwa kala I
fase aktif dimulai dari pembukaan 4 cm sampai 10 cm.
4. Penatalaksanaa
Ny “WS” datang ke BPM “NS” karena telah mengalami tanda-tanda
persalinan yaitu sakit perut hilang timbul secara teratur disertai keluar
lendir bercampur darah, serta diagnosa sudah memasuki persalinan kala I
fase aktif, kemudian dilakukan observasi dengan memantau kesejahteraan
ibu dan janin serta mendokumentasikannya dalam lembar partograf WHO.
Sebagai petugas kesehatan harus dapat memberikan asuhan kebidanan
secara komprehensif sehingga persalinan berlangsung sesuai dengan
partograf serta kesejahteraan ibu dan janin dapat tercapai.
Dalam waktu kurang lebih 1 setengah jam terdapat indikasi
melakukan pemeriksaan dalam kurang dari empat jam karena ibu
mengeluh sakit perut semakin hebat seperti ingin BAB ini menandakan ibu
mengalami tanda gejala kala II yaitu dorongan meneran, tekanan pada
anus, perineum menonjol, dan vulva terbuka sehingga dilakukan
pemeriksaan dalam dengan hasil vulva vagina normal, portio tidak teraba,
pembukaan ketuban negatif, teraba denominator UUK kanan depan, tidak
ada moulase, penurunan H III tidak teraba bagian kecil janin dan tidak
teraba tali pusat menumbung, kesan panggul normal.
Asuhan yang diberikan pada ibu yaitu memimpin persalinan sesuai 58
langkah APN sudah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan Kusuma
(2014) sehingga tidak menimbulkan adanya komplikasi atau
kegawatdaruratan pada ibu dan bayi.
Setelah 29 menit dipimpin persalinan, bayi lahir spontan belakang
kepala, segera menangi, gerak aktif, dan kulit kemerahan, dengan jenis
kelamin perempuan. Setelah bayi lahir dilakukan penjepitan dan
pemotongan tali pusat, setelah itu dilakukan IMD dan bayi telah berada
diatas dada ibu dalam posisi yang benar lengkap dengan selimut dan topi
bayi. Pada persalinan kala III, setelah memastikan tidak ada janin kedua
89
persalinan. Tidak terjadi komplikasi pada masa nifas. Kunjungan ibu nifas
dan bayi dilakukan bersamaan.
Hasil dari data subyektif yang didapat bahwa ibu mengatakan bayinya
lahir sehat dan tidak ada keluhan, ibu mengatakan bayinya menangis kuat,
gerakan bayi aktif, bayi menyusu dengan baik, bayi sudah BAK. Sampai
14 hari setelah persalinan ibu mengatakan bahwa kondisi bayi dalam batas
normal.
2. Obyektif
Berdasarkan data obyektif, didapatkan hasil pemeriksaan pada Ny
“WS” keadaan umum ibu baik, kesadaran compass mentis, TD: 110/70
mmHg, N: kali/menit, respirasi : kali/menit, suhu: oC, TFU 2 jari dibawah
pusat, kandung kemih kosong, kontraksi uterus baik, lochea yang keluar
berupa lochea rubra, tidak ada perdarahan aktif. Pada enam jam
postpartum kondisi ibu semua dalam batas normal, ibu sudah bisa
mobilisasi. Pada kunjungan tiga hari postpartum sudah keluar lochea
sanguinolenta dan pada kunjungan hari keenam kondisi ibu semua dalam
batas normal, TFU diatas simpisis, lochea warna merah kecoklatan, bau
khas lochea, volume setengah pembalut dan hari ke-14 didapatkan hasil
pengamatan keadaan umum ibu baik, TFU tidak teraba diatas simpisis,
lokhea serosa, ASI cukup. Hal ini telah sesuai dengan Sulistyawati (2009)
yang menyatakan lochea rubra muncul pada hari 1 sampai hari ke – 4
masa postpartum, lochea sanguinolenta berlangsung dari hari ke- 4 sampai
hari ke-7 postpartum,lochea serosa muncul pada hari ke-7 sampai hari ke-
14 postpartum,lochea alba bisa berlangsung selama 2-6 minggu
postpartum.
Pengkajian data obyektif yang diperoleh dari hasil observasi dan
pemeriksaan didapat KU bayi baik, menangis kuat, gerak aktif, warna kulit
kemerahan. BBL: 3000 gram, PB: 50 cm, LK/LD: 32/30 cm, suhu 36,8oC,
HR:134 kali/menit, RR: 48 kali/menit. minum ASI , reflek hisap (+), tidak
ada perdarahan talipusat, sudah BAK dan BAB dan tidak ada kelainan.
Bayi sudah mendapatkan vit K segera setelah lahir dan salep mata. Hal ini
telah sesuai dengan teori menurut JNPK-KR (2008) yang menyatakan
91
salep mata diberikan setelah satu jam kontak kulit ke kulit dan bayi selesai
menyusu untuk pencegahan infeksi mata. Diberikan vit K injeksi 1 mg IM
untuk mencegah perdarahan BBL. Sehingga pengkajian data obyektif
sesuai dengan teori. Bayi “WS” sudah diberikan imunisasi Hbo pada hari
keempat Menurut Rochmah (2008), imunisasi hepatitis B diberikan sedini
mungkin setelah bayi baru lahir. Pada kunjungan rumah ketiga, keenam
dan hari ke-14 tidak ada kelaian pada bayi, tidak kuning dan tali pusat
sudah lepas pada hari keempat.
3. Analisa
Berdasarkan data subyektif dan obyektif yang dikaji ketika ibu mulai
memasuki masa nifas diketahui analisa sebagai berikut P3003 P.Spt B 2 jam
postpartum + Neonatus Aterm Dalam Masa Adaptasi. Analisa akan
berubah sesuai dengan keadaan ibu dan bayi.
4. Penatalaksaan
Pemantauan 2 jam pasca bersalin sampai kunjungan 14 hari yaitu dari
tanggal 3 Maret 2016 - 17 Maret 2016 tidak ada masalah, ibu dan bayi
dalam keadaan normal, serta ibu diberikan KIE sesuai dengan yang
dibutuhkan, yaitu mobilisasi dini, tanda-tanda bahaya masa nifas,
kebersihan diri, nutrisi, ASI eksklusif, pola istirahat, serta perawatan tali
pusat.
Penatalaksanaan dilakukan pada bayi Ny.”WS” memberikan
perawatan bayi baru lahir, melakukan pengukuran antropometri, merawat
tali pusat, memberikan vit K sesuai dengan dosis yang dianjurkan,
menghangatkan bayi, meengingatkan ibu untuk menyususi bayi secara on
demand dan memberikan ASI ekslusif, dan mengingatkan ibu untuk
menjemur bayinya pada pagi hari. Pada kunjungan rumah hari ketiga
mengajarkan ibu untuk memijat bayi sebelum mandi. Berdasarkan
penatalaksanaan kasus sudah sesuai dengan Rakhmawati (2007) pijat bayi
secara rutin akan membantu tumbuh kembang fisik dan emosi bayi, di
samping mempertahankan kesehatannya.
93
BAB V
PENUTUP
127
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada data yang peroleh dari kasus yang berjudul asuhan
kebidanan pada ibu “WS” Umur 32 Tahun dari kehamilan trimester III
sampai nifas hari ke-14 dapat disimpulkan bahwa asuhan yang diberikan
pada ibu “WS” sebagian besar telah sesuai dengan teori yang ada. Hal
tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Hasil pengkajian subjektif pada ibu “WS” Umur 32 Tahun G3P2002
UK 38 Minggu 6 Hari Preskep U Puka T/H Intra Uteri didapatkan
hasil bahwa ibu belum melakukan pemeriksaan Hb pada akhir
kehamilan, senam hamil, pemberian obat malaria, dan pemberian
kapsul minyak beryodium dimana pemeriksaan itu harus dilakukan
sesuai dengan teori yang ada (Walyani,2015), sehingga terdapat
ketidaksesuaian antara tinjauan teori dan tinjauan kasus dan data
yang dikumpulkan telah sesuai berdasarkan kondisi pasien saat
pengkajian.
2. Hasil pengkajian objektif pada ibu “WS” Umur 32 Tahun G 3P2002 UK
38 Minggu 6 Hari Preskep U Puka T/H Intra Uteri dan didapatkan
hasil bahwa data yang dikumpulkan telah sesuai berdasarkan
pemeriksaan pasien saat pengkajian.
3. Dalam analisis data, pada dasarnya diagnosa mengacu pada hasil
pengkajian data subjektif dan objektif. Penegakkan diagnosa ibu
“WS” Umur 32 Tahun G3P2002 UK 38 Minggu 6 Hari Preskep U Puka
T/H Intrauterin telah disesuaikan dengan hasil pengkajian subjektif
dan objektif.
4. Penatalaksanaan asuhan telah dilaksanakan pada ibu “WS” Umur 32
Tahun G3P2002 UK 38 Minggu 6 Hari Preskep U Puka T/H Intrauterin
telah sesuai dengan teori yang ada dan berdasarkan pada kebutuhan
dan masalah yang dialami oleh ibu.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan STIKES Bali
94
Dinas Kesehatan. (2015). Profil Kesehatan Profinsi Bali 2014. Diperoleh tanggal
24 Febuari 2016, dari www.diskes.baliprov.go.id.
Rochmah, dkk. (2012). Asuhan Neonatus Bayi & Balita. Jakarta: EGC
Sulistyawati, A. (2009). Buku Ajaran Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas:
Yogyakarta: C.V ANDI.
Walyani, E.S., & Purwoastuti, Th. E(2015). Asuhan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS