Anda di halaman 1dari 135

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONI DI RUANG DAHLIA RSU TIDAR MAGELANG

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh:
Tri Ningsih
NIM. P 17420513083

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKES KEMENKES SEMARANG
APRIL, 2016
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN

BRONKOPNEUMONI DI RUANG DAHLIA RSU TIDAR MAGELANG

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir

Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang

Oleh :

Tri Ningsih

NIM. P 17420513083

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN MAGELANG


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KEMENKES SEMARANG
APRIL, 2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang dengan rahmat dan

hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Kasus yang

berjudul ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOPENEMONI PADA ANAK DI

BANGSAL DAHLIA RSU TIDAR MAGELANG.

Dalam pembuatan Laporan Kasus ini penulis banyak menghadapi masalah dan

hambatan. Tetapi, berkat bantuan, arahan, serta bimbingan dari berbagai pihak

maka laporan ini dapat di selesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Sugiyanto, S.Pd, M, App.Sc., Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk

melaksanakan studi khususnya dalam penyususan laporan kasus.

2. Putrono, S.kep, Ns, M.Kes., selaku ketua Jurusan Keperawatan Semarang

3. Hermani Trirejeki, S.kep, Ns, M.Kes., selaku Ketua Progam Studi

Keperawatan Magelang

4. Susi T.R. Talib, S.Kep.Ns, M.Kes., selaku pembimbing dalam penyusunan

laporan kasus.

5. Tim Penguji Uji Akhir Program: Tulus Puji Hastuti, S.Kep.Ns., M.Kes;

Hermani Trirejeki,S.Kep, Ns, M.Kes.

6. Staf perpustakaan yang telah memberikan kemudahan bagi penulis dalam

proses peminjaman buku.

7. Kedua Orang Tua yang selalu memberikan semangat, perhatian, kasih

sayangnya dan do’anya serta memberikan motivasi, dukungan moril dan


materil untuk menyelesaikan laporan kasus ini.

8. M. nurwahid, ika puji astuti, siti robaniah, dan semua keluarga yang selalu

memberikan semangat dan do’anya agar segera menyelesaikan laporan

kasus ini.

9. Fathony fauzi yang selalu memberikan semangat, perhatian, do’anya, dan

motivasi serta kasih sayangnya agar segera menyelesaikan laporan kasus

ini.

10. Rekan-rekan seperjuangan “NAKULA” yang selalu memberikan semangat,

motivasi dan do’anya untuk segera menyelesaikan laporan kasus ini.

11. Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang selalu

mendoakan dan memberikan motivasi agar segera menyelesaikan laporan

kasus ini.

Penulis sangat menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari

sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun untuk perbaikan kelak dikemudian hari. Semoga laporan

kasus ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat memberikan konstribusi bagi

kemajuan profesi keperawatan.

Magelang, 28 Maret 2016

Tri Ningsih
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ...................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ … iv

KATA PENGANTAR...........................................................................................v

DAFTAR ISI.........................................................................................................vii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………......ix

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………….x

DAFTARLAMPIRAN…………………………………………………………..xi

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 3

C. Manfaat Penulisan ..................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5

A. Konsep Bronkopneumoni ......................................................................... 5

1. Pengertian Bronkopneumoni ................................................................. 5

2. Klasifikasi Bronkopneumoni................................................................. 6

3. Etiologi Bronkopneumoni ..................................................................... 8

4. Patofisiologi .......................................................................................... 9

5. Pathway Bronkopneumoni .................................................................. 12

6. Manifestasi Klinis.......................... ..................................................... 13


7. Penatalaksanaan………………………………………………………14

8. Pemeriksaan penunjang………………………………………………14

B. Konsep Pertumbuhan dan Perkembangan………………………………15

C. Asuhan Keperawatan pada Anak dengan Bronkopneumoni……………24

1. Pengkajian……………………………………………………………24

2. Diagnosa Keperawatan………………………………………………30

3. Intervensi Keperawatan……………………………………………...30

4. Evaluasi………………………………………………………………41

D. BAB III LAPORAN KASUS……………………………………...…..44

A. Biodata Pasien…………………………………………………...…..44

B. Pengkajian………………………………………………………...….44

C. Rumusan Masalah………………………………………………...….49

D. Perencanaan Keperawatan…………………………………………...40

E. Implementasi Keperawatan…………………………………………..54

F. Evaluasi……………………………………………………………….58

E. BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN…………………………..67

A. Pembahasan…………………………………………………………..68

B. Simpulan……………………………………………………………...85

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Pertumbuhan dan Perkembangan yang Normal………………….…....17

Tabel 2.3 Tingkat Dehidrasi Berdasarkan Persentase Kehilangan Berat Badan....27


DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Pathway Bronkopeneumoni…………………………………………………12


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Permohonan Studi Pendahuluan dan Pengambilan Kasus

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi

Lampiran 3 : Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 4 : Satuan Acara Pendahuluan Bronkopeneumoni

Lampiran 5 : Leaflat Bronkopeneumoni

Lampiran 6 : Lembar DDST

Lampiran 7 : Dokumentasi Asuhan Keperawatan


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkopenemonia tidak lepas dari peneumoni karena bronkopenemoni

merupakan salah satu dari klasifikasi dari peneumoni, yaitu radang paru yang

disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur, dan

benda asing. Penemonia dibagi menjadi 3 jenis yaitu : pneumoni lobaris,

pneumoni lobularis (bronkopenemoni) dan pneumoni interstitialis (bronkiolitis).

(Ngastiyah,2005.)

Di Indonesia dari tahun ketahun pneumonia selalu menduduki peringkat

atas penyebab kematian bayi dan anak balita. Berdasarkan period prevalence dan

prevalensi tahun 2013 dari Riset Kesehatan Dasar (Riskerdas) pada tahun 2013

lima provinsi yang mempunyai period prevalence dan prevalensi pneumonia

tertinggi untuk semua umur adalah Nusa Tenggara Timur (4,6% atau 46 balita dan

10,3% atau 103 balita per 1000 balita), Papua (2,6% atau 26 balita dan 8,2% atau

82 balita per 1000 balita), Sulawesi Tengah (2,3% atau 23 balita dan 5,7% atau 57

balita per 1000 balita), Sulawesi Barat (3,1% atau 31 balita dan 6,1% atau 61

balita per 1000 balita), dan Sulawesi Selatan (2,4% atau 24 balita dan 4,8% atau

48 balita per 1000 balita). Period Prevalence pneumonia di Indonesia tahun 2013

relatif mengalami penurun dibandingkan dengan tahun 2007. (Riskerdas, 2013).

Di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2014 berdasarkan data Profil


Kesehatan Jawa Tengah tahun 2014 angka penderita penyakit pneumonia pada

umur < 1 tahun sebesar 27.904 kasus atau 28%, angka pada umur 1-4 tahun

sebesar 71.561 kasus atau 72%. Jadi, pada tahun 2014 penderita pneumonia di

Jawa Tengah sebesar 99.465 kasus. (Dinkes Jateng, 2014).

Rumah Sakit Umum Tidar Magelang angka kejadian pesien dengan

bronkopneumoni pada tahun 2014 (januari – juli) terdapat 1315 kasus penyakit

pada anak, terdapat 136 anak (10,3 %) yang menderita bronkopneumoni dengan 2

anak meninggal karena kasus tersebut. Pada tahun 2015(januari – September) dari

1797 kasus penyakit pada anak, jumlah anak yang menderita bronkopneumoni

berjumlah 208 anak (11,5 %) dan 1 anak meninggal karena kasus tersebut.

(Rekam Medis RSU Tidar Magelang, 2014 - 2015).

Tindakan keperawatan yang tepat pada anak dengan bronkopneumoni

sangatlah berpengaruh untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal. Intervensi

keperawatan utama dari pasien dengan bronkopneumoni adalah mencegah ketidak

efektifan bersihan jalan nafas karena masalah pada jalan nafas merupakan

masalah yang serius dan dapat menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani,

karena jalan nafas yang tersumbat dapat menyebabkan pasien kekurangan asupan

oksigen yang dapat menyebabkan kematian. Berhubungan dengan hal tersebut

maka penulis tertarik menyusun Proposal dengan judul “Asuhan Keperawataan

dengan Bronkopneumoni pada anak di Ruang Dahlia di Rumah Sakit Umum

Tidar Magelang”.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini antara lain sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Memberikan diskripsi tentang laporan kasus pada anak yang berjudul

Asuhan Keperawatan dengan Bronkopneumoni pada anak di Ruang Dahlia

Rumah Sakit Tidar Magelang melalui pendekatan proses keperawatan.

2 Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada anak dengan bronkopneumoni di ruang

Dahlia Rumah Sakit Tidar Magelang.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada anak dengan bronkopneumoni

di ruang Dahlia Rumah Sakit Tidar Magelang.

c. Menyusun rencana keperawatan berdasarkan diagnosa keperawatan yang

telah ditentukan.

d. Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan rencana keperawatan yang

telah ditentukan pada masing-masing diagnosa keperawatan.

e. Melakukan evaluasi pada anak dengan bronkopneumoni.


2. Manfaat

1. Secara Teoritis

Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat digunakan untuk

mengembangkan keperawatan dan sebagai bahan referensi dalam

keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam mengelola kasus

bronkopneumoni, dan diharapkan menjadi informasi bagi tenaga

kesehatan lain dalam mengelola kasus yang bersangkutan.

2. Secara Praktis

a. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai

informasi bagi institusi pendidikan dalam peningkatan mutu

pendidikan dimasa yang akan datang.

b. Manfaat Bagi Pelayanan Kesehatan

Hasil penulisan laporan ini diharapkan sebagai bahan masukan

bagi semua perawat dalam upaya peningkatan mutu pelayanan

keperawatan khususnya pada anak dengan bronkopneumoni.

c. Manfaat Bagi Penulis

Hasil penulisan laporan ini diharapkan penulis dapat

memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan asuhan

keperawatan serta dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama

pendidikan khususnya dalam menangani pasien dengan

bronkopneumoni .
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi

a. Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,

distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus

respiratorius, alveoli, serta menimbulkan gangguan pertukaran gas

setempat. (Padillah, 2013.)

b. Bronkopneumoni tidak lepas dari pneumoni karena

bronkopneumoni merupakan salah satu dari dari klasifikasi dari

pneumoni, yaitu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-

macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

Pneumoni menjadi 3 jenis yaitu : pneumoni lobaris, pneumoni

lobularis (bronkopneumoni) dan pneumoni interstitialis

(bronkiolitis). (Ngastiyah,2005.)

c. Bronkopneumoni digunakan dalam menggambarkan pneumoni

yang mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu

atau lebih area terlokalisasi dalam bronki dan meluas ke parenkim

paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumoni terjadi

konsilidasi area berbercak. (Padillah,2013.)

d. Gejala bronkopneumonia mencakup demam yang tampak sebagai

tanda infeksi pertama, batuk sputum yang berlebihan atau


abnormal hemoptisis, dispnea dan nyeri dada sedangkan yang

termasuk tanda gejala umum adalah sianosis, jari tabuh, nyeri dan

keluhan nafas dangkal dan cepat. (NANDA, 2013)

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan

bahwa bronkopneumoni adalah salah satu jenis dari pneumoni dimana

disebabkan oleh bakteri,virus dan benda asing dimana peradangan

terjadi di bronki dan meluas ke parenkim paru dan berbentuk bercak-

bercak terkonsolidasi pada lobulus-lobulus. gejala yang muncul seperti

batuk sputum, nyeri dada, keluhan pernafasan nafas dangkal dan cepat.

2. Klasifikasi Pneumonia

Klasifikasi pneumonia menurut Padillah, 2013 yaitu :

1. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis,dibagi atas :

a. Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia

lobaris dengan opasitas lobus atau lobularis

(Bronkopneumonia).

b. Pneumonia atipikal, ditandai dengan gangguan respirasi

yang meningkat lambat dengan gambaran infiltrat paru

bilateral yang difus.

2. Berdasarkan faktor lingkungan :

a. Pneumonia komunitas.

b. Pneumonia nasokomial.
c. Pneumonia rekurens.

d. Pneumonia aspirasi.

e. Pneumonia pada gangguan imun.

f. Pneumonia hipostatik

3. Berdasarkan sindrom klinis

a. Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal

yang terutama mengenai parenkim paru dalam bentuk

bronkopneumoni dan pneumoni lobar serta pneumonia

bakterial tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit

ringan dan jarang disertai konsilidasi paru.

b. Pneumonia non bakterial,dikenal sebagai pneumonia atipikal

yang disebabkan Mycoplasma,Chlamydia pneumonia atau

Legionella.

3. Etiologi

Padillah, 2013 antara lain, yaitu :

1. Bakteri

Penemonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut.

Organisme garam positif seperti : Steptococcus

pneumonia,S.aerous,dan streptococcus pyogenesis. Bakteri

gram negatif seperti Haemophilus influenza,klebsiella

pneumonia dan P.Aeruginosa.

2. Virus

Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui


transmisi droplet. Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal

sebagai penyebab utama pneumonia virus.

3. Jamur

Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar

melalui penghirupan udara yang mengandung spora dan

biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.

4. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia

(CPC), biasanya menjangkiti pasien yang mengalami

immunosupresi.

4. Patofisiologi

Mikroorganisme penyebab (virus, kuman dan bakteri) terhisap ke

paru bagian perifer melalui saluran nafas,menyebabkan reaksi jaringan

berupa odema, yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke

jaringan sekitar.Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi, yaitu

terjadinya serbukan sel PMN (Polimorfonuklear), Fibrin, eritrosit, cairan

edema, dan kuman di alveoli. (Nastiti, Darmawan & Bambang, 2010.)

Konsolidasi pada pneumonia loburalis atau bronkopneumonia,

menyatakan adanya penyebaran daerah infeksi yang berbecak dengan

diameter sekitar 3 sampai 4 cm yang mengelilingi dan juga melibatkan

bronki pneumonia virus atau pneumonia mycoplasmaniae ditandai dengan

peradangan interstesial yang disertai penimbunan infiltrate dalam dinding

alveolus. Pneumokokus umumnya mencapai alveoli lewat percikan mucus


atau saliva. Lobus bagian bawah paru paling sering terkena karena efek

gravitasi. Setelah mencapai alveoli maka pneumokokus menimbulkan

respon khas, (4 sampai 12 jam pertama) eksudat serosa masuk kedalam

alveoli melalui pembuluh darah yang berdilatasi dan bocor, (48 jam

berikutnya) paru tampak merah dan bergranula (hepatisasi = seperti hepar)

karena sel-sel darah merah, fibrin dan leukosit PMN mengisi alveoli, (3

sampai 8 hari) paru tampak kelabu kaarena leukosit dan fibrin, mengalami

konsolidasi di dalam alveoli yang terangsang, (7 sampai 8 hari) eksudat

mengalami lisis dan reabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali

pada strukturnya semula. Awitan pneumonia pneumokokus bersifat

mendadak disertai menggigil, demam, nyeri pleuritik, batuk dan sputum

yang berwarna seperti karat. Ronki basah dan gesekan pleura dapat

terdengar diatas jaringan yang terserang oleh karena eksudat dan fibrin

dalam alveolus dan dapat pula pada permukaan pleura. Hamper selalu

terdapat hipoksemia dalam tingkat tertentu, akibat pirau darah melalui

daerah paru yang tak mengalami ventilasi dan konsolidasi (Price, 2006.)

Kuman patogen mencapai bronkoli terminalis, cairan edema masuk

ke dalam alveoli, diikuti oleh leukosit dalam jumlah banyak, kemudian

makrofag akan membersihkan debris sel bakteri. Karena jaringan paru

mengalami konsolidasi sehingga menimbulkan gangguan pertukaran gas

ditandai dengan dispneu dan napas cuping hidung, karean mengalami

konsolidasi maka kapasitas vital dan compliance paru menurun

menyebabkan suplai O2 menurun yang dapat menyebabkan intoleransi


aktivitas karena suplai O2 yang sedikit menyebabkan kelelahan untuk

beraktivitas yang ditandai dengan tekanan darah tidak normal serta kondisi

yang terlihat kelelahan, akibat compliance paru yang menurun juga

menyebabkan gangguan pola napas ditandai dengan penggunaan otot

bantu dalam bernapas. (Nursalam, 2005.)

Mulai dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut

masuk kesaluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya

infeksi kuman ditempat tersebut karena infeksi tersebut menyebabkan

produksi sputum meningkat sehingga menyebabkan bersihan jalan napas

yang tidak efektif ditandai dengan suara napas tambahan, sebagian lagi

masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan

infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan 3 hal yaitu dilatasi

pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu tubuh pasien karena respon

tubuh dalam menghadapi infeksi, dan edema antar kapiler alveoli, dan

ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk kedalam

daluran pencernaan dan infeksinya mengakibatkan terjainya peningkatan

flora normal dan usus, peristaltik meningkat akibat usus mengalami

malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko terhadap

gangguan keseimbangan cairan eletrolit dan juga karena peningkatan

peristaltik menyebabkan peningkatan metabolisme sehingga mual dan

muntah yang dapat menyebabkan asupan nutrisi pada tubuh kurang. (Elly,

2011.
5. Pathway Bronkopeneumoni.

Jamur, Virus, Bakteri, Protozoa

Saluran pernapasan atas Saluran pernapasan bawah

Kuman berlebih Kuman terbawa ke saluran Dilatasi pembuluh Peningkatan Edema antar
di Bronkus pencernaan Darah suhu tubuh kapiler dan alveoli

Proses peradangan Infeksi saluran Iritasi PMN


Eksudat plasma Peningkatan
pencernaan eritrosit pecah
masuk alveoli metabolisme

Akumulasi Peningkatan Flora


Gangguan difusi Evaporasi Konsolidas
sekret normal dalam usus
dalam plasma meningkat i
di Bronkus Peningkatan
MK : Bersihan Edema
peristaltik usus MK : Gangguan
Jalan Nafas paru
pertukaran gas
Penurunan
Peningkatan Malabsorbsi Compliance paru
metabolisme
Diare Suplai O2
Mual, menurun
muntah MK :
Resiko
MK : Nutrisi
tinggi
kurang dari
kekuranga
kebutuhan
n volume
tubuh
cairan Hiperventila Hipoksia
si

Dispneu Fatigue

Retraksi dada/nafas MK :
cuping hidung Intoleransi
Aktivitas
MK : Gangguan pola
Nafas
Gambar 2.1 Pathways Bronkopneumoni dikembangkan dari Corwin (2009),
Nursalam (2005), price (2006) dan Nastiti (2010).
6. Manifestasi Klinis

Padillah 2013 antara lain :

a. Sesak nafas, dan menggunakan cuping hidung saat bernafas.

b. Kesulitan dan sakit pada saat bernafas anatara lain nyeri pleuretik,

nafas dangkal dan cepat dan dispnea.

c. Bunyi nafas diatas area yang mengalami kosilidasi antara lain suara

mengecil kemudian menghilang dan bunyi tambahan seperti

(krekels,ronki).

d. Gerakan Naik turun dada tidak simetris.

e. Menggigil dan demam dengan suhu 38,80 C sampai 41,10 C.

f. Diaforesis.

g. Anoreksia.

h. Malaise.

i. Batuk dengan seputum kental produktif, sputum dimana berwarna

kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau

berkarat.

j. Gelisah

k. Sianosis ditandai dengan dasar kuku kebiruan,hidung dan mulut.

l. Masalah-masalah pisikososial yaitu : disorientasi, ansietas, takut

mati.
7. Penatalaksanaan

Padillah 2013 yaitu :

a. Terapi Oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak

adekuat. Ventilasi mekanik diperlukan jika nilai normal GDA (Gas

Darah Arteri) tidak dapat dipertahankan.

b. Pada penemonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat.

c. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian

volume cairan.

d. Terapi antimikrobiol berdasarkan kultur dan sensivitas.

e. Berikan obat analgesik untuk mengurangi nyeri.

f. Terapi anti mikrobal berdasarkan kultur dan sensetivitas.

8. Pemerikasaan penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Padillah,2013 antara lain :

a. Sinar X : Mengidentifikasi distribusi struktural,dapat juga untuk

menyatakan abses luas/Infitrat, empiema (stapilococcus), infiltrasi

menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran /perluasan

infiltrat nodus (virus).

b. GDA : Normal atau tidaknya terjadi tergantung pada luas paru

yang terlibat dan penyakit paru yang ada.

c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan cara

biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi

pembukaan paru untuk mengatasi penyenbaran.

d. JDL (Jumlah Darah Lengkap) : Leukositosis biasanya ada meski


sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan

imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.

e. Pemeriksaan serologi : liter virus atau legionella, agglutinin dingin.

f. LED : meningkat.

g. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongesti dan

kolaps alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan

complain menurun, hipoksemia.

h. Elektrolit : natrium dan klorida munkin rendah.

i. Bilirubin : mungkin akan meningkat.

j. Aspirin perkuatan/biopsi jaringan paru terbuka : menyatakan intra

nuclear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMV).

B. Proses tumbuh kembang anak

Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel

diseluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan

perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang

dapat dicapai melalui tumbuh kematangan dan belajar. (A. Aziz Alimul

Hidayat, 2008.)

Pekembangan adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam

struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur

sebagai hasil dari proses pematangan, di sini menyangkut adanya proses

diferensasi sel–sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan sistem organ yang

berkembang sedemikian rupa sehingga masing–masing dapat memenuhi

fungsinya, termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku


sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. (Ngastiyah, 2005.)

Perbedaan pertumbuhan dan perkembangan antara lain :

1. Pertumbuhan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Terdapat perubahan ukuran yang dapat diukur dalam hal

bertambahnya ukuran fisik seperti berat badan, tinggi badan, lingkar

lengan, lingar kepala dll.

b. Dalam pertumbuhan dapat terjadi perubahan proporsi yang dapat

terlihat pada proporsi fisik atau organ manusia yang muncul mulai

dari masa konsepsi hingga dewasa.

c. Pada pertumbuhan dan perkembangan terjadi hilangnya ciri-ciri lama

yang ada selama masa pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus,

lepasnya gigi susu atau hilangnya reflek-reflek tertentu.

d. Dalam pertumbuhan terdapat ciri baru yang secara perlahan

mengikuti proses kematangan seperti adanya rambut pada daerah

aksial, pubis atau dada.

2. Perkembangan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang diikuti

dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan

diikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.

b. Perkembangan memiliki pola yang konstan dengan hukum tetap

yaitu perkembangan dapat terjadi dari daerah kepala menuju kearah

kaudal atau dari bagian proksimal ke bagian distal.

c. Perkembangan memiliki tahapan yang berurutan mulai dari


kemampuan melakukan hal yang sederhana menuju kemampuan

melakukan hal yang sempurna.

d. Perkembangaan setiap individu memiliki kecepatan pencapaian

perkembangan yang berbeda.

e. Perkembangan dapat menentukan pertumbuhan, tahap selanjutnya

dimana tahap perkembangan harus dilewati tahap demi tahap.

Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan yang normal (Engel, 2008) :

Tabel 2.2

Pertumbuhan dan Perkembangan yang Normal

Umur Fisik/Motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi


1 BB bertambah 140-200 Menangis Tahap reflektif : Memandang wajah
bulan gram/minggu, TB bertambah bila tidak Egoisentrik, tidak dengan sungguh-
2,5 cm sampai umur 6 bulan. nyaman. ada tujuan, tidak sungguh.
Tangan menggenggam, dapat mempunyai
memutar kepala ke samping harapan.
dan gerakan merangkak bila
tengkurap. Punggung bungkuk
dalam posisi duduk.

Fontanel posterior menutup. Dapat tersenyum


2-3 Dapat mengangkat kepala 450 Menangis, Tahap reaksi Mengenali wajah
bulan bila tengkurap. menjerit, sirkular primer : yang dikenal dan
Mengikuti objek dan suara tertawa. Berespons secara situasi yang tidak
secara visual, refleks Mengeluar berbeda terhadap dikenal.
menggenggam hilang. kan suara objek yang Berhenti menangis
Mampu menahan berat dalam berbeda. bila orangtua
sebagian badan pada kedua berespons Mengantisipasi mendekati.
tungkai bila dipegang dalam terhadap pemberian
posisi berdiri. suara lain. makan.
Mengikuti bunyi secara visual Mulai
dengan memalingkan kepala. memisahkan diri
dari orang lain.
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Umur Fisik/Motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi
4-5 Menahan kepala tetap Membuat suara Tahap reaksi Dapat
bulan stabil dalam posisi duduk, konsonan (b, g, sirkular berhubungan
memainkan kedua tangan. k, n, p) diselingi sekunder : dengan orang
Mulai mengeluarkan liur. dengan suara Mencari objek lain.
Mengangkat kepala dan seperti suara ditempatnya Minta
bahu 900 bila tengkurap. vocal. menghilang. perhatian
Memasukkan objek ke Vokalisasi Mengulangi dengan
mulut. bervariasi tindakan yang digoda.
Kepala tidak terkulai. dengan suasana menarik. Mengenali
Gigi mungkin mulai hati. Meniru orang orang asing.
erupsi (muncul tonjolan lain. Mempunyai
gigi). perubahan
Punggung lurus ketika suasana hati
berali ke posisi duduk. yang cepat.
6-8 Memainkan kaki.
bulan
BB bertambah 90-150
gram selama 6 bulan Berbicara Tahap reaksi
berikutnya. dengan cermin. sirkular Memperlihatk
Mengunyah dan Membuat sekunder : an ketakutan
menggigit, memungut silabel (ma, da, Mencari objek pada orang
objek yang dijatuhkan, uh), mulai ditempatnya asing.
menarik kaki ke mulut, meniru suara. menghilang. Mengembang
berespons terhadap Silabel berantai Mengulangi kan tangan
namanya sendiri, duduk (mama, dada) tindakan yang ketika ingin
sendiri dengan stabil, tetapi belum menarik. memungut,
memindahkan kubus dari bermakna. Meniru orang menggigit dan
satu tangan ke tangan lain, Mampu lain. mengucapkan
melepaskan objek dengan menghasilkan 4 Koordinasi kata secara
sadar, pola muncul dalam suara vocal skema dibuat-buat,
miksi dan BAB. berbeda. sekunder, bermain
Membuat suara objek ciluk-ba,
d, t, w. permanen. mencari objek
Berespons yang hilang.
terhadap
perintah
sederhana.
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Umur Fisik/Motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi
9-12 Berusaha berdiri Menyebutkan Permulaan Melambaikan
bulan sendiri, merangkak, mama dan inteligensia. tangan. Menangis
beringsut ke depan dada dengan Memberikan bila dihardik.
dengan tangan. sempurna. tanda Mengekspresikan
Menjatuhkan objek Meniru suara terhadap rasa frustasi bial
dengan sengaja yang kejadian. dihalangi.
untuk diambil. diucapkan. Aktivitas Berespons
BB 3 kali lipat, Mengenal mengarah ke terhadap perintah
lingkar kepala dan objek dengan tujuan. sederhana.
dada sama besar. namanya. Memperlihatkan
Berjalan dengan Meniru suara emosi.
13-18 bantuan, minum binatang.
bulan dari gelas dan
makan dengan Minum dengan
sendok tetapi gelas tetapi
dengan bantuan. Tahap reaksi menjatuhkan bila
Pada umur 15 sirkular selesai minum,
Fontanel anterior bulan bayi tersier : memegang gelas
menutup, abdomen mampu Belajar trial cukup baik.
menonjol. mengucapkan dan error. Tidak begitu takut
Berjalan dengan empat sampai Meminta dengan orang lain.
jarak kaki yang delapan kata bantuan Melepas pakaian
lebar. dan pada orang dewasa yang sederhana.
Melempar bola umur 18 untuk
yang ada di tangan. bulan 10 kata menggapai
Duduk sendiri di lebih. hasil.
atas kursi kecil, Menunjukkan Memahami
memanjat, objek yang hubungan
meletakkan objek diinginkan. antara objek
yang berbentuk ke Menunjukkan dan
dalam lubang. 2 atau 3 kegunaannya
Menulis dengan bagian tubuh .
penuh semangat, (18 bulan).
meniru coretan
vertikal dan
melingkar.
Menyusun dua atau
tiga kubus.
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Umur Fisik/Motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi
24 BB bertambah 1,8-2,7 Kosa kata Penemuan arti Suka membuang
bulan kg. Lingkar dada lebih sekitar 300 kata. baru melalui waktu.
besar daripada lingkar Kalimat pendek kombinasi Negativistic.
kepala. Sistem dengan 2-3 kata. mental. Memperlakukan
fisiologis stabil Memberikan Permulaan anak lain seperti
kecuali sistem nama pertama. penyelesaian objek. Ingin
reproduksi dan sistem Mengungkapkan masalah mental berteman tetapi
endokrin. kebutuhan dan bermain. tidak tahu
Cara berjalan lebih terhadap Mempunyai caranya.
stabil. Berjalan makanan, pengertian dan Tidak dapat
menaiki dan menuruni minuman dan pemikiran ke membagi barang
tangga dengan dua buang air. masa depan. miliknya.
kaki. Memegang Mampu Mengunyah
pegangan tangga. memperlambat dengan mulut
Menyusun 6-7 kubus. imitasi selama tertutup.
30 Membalik halaman beberapa hari. Mengenakan
bulan buku pada suatu Menyebutkan pakaian yang
waktu. nama pertama sederhana.
Mengumpulkan objek dan nama
tanpa jatuh. terakhir. Berpisah dengan
Menikmati Fase mudah dengan
BB 4 kali lipat, gigi irama dan lagu. preoperasional orangtua.
susu lengkap. Tahap Memperhatikan
Seimbang berdiri prekonseptual : perbedaan seks.
dengan satu kaki Penggunaan Mandiri dalam
selama 5 detik, simbol-simbol melakukan
melompat dengan singkat. eliminasi
langka pendek. Egosentrik. kecuali cebok.
Menyusun menara Pikiran
dengan 8 kubus, representatif.
berjalan beberapa Mulai memahami
langkah dengan ujung konsep waktu.
kaki.
Menyalin lingkaran
dari model.
Melempar bola yang
besar 1,2-1,5 m.
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Umur Fisik/Motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi
36 bulan Rata-rata Kosa kata Fase Kurang
pertambahan BB sekitar 900 kata. preoperasional negativistik.
1,8-2,7 kg. Berbicara dalam Tahap Ramah.
Melompat dengan kalimat terdiri prekonseptual : Mampu
langkah yang dari 6 kata. Penggunaan membagi tetapi
pendek. Berjalan Banyak simbol-simbol sering
menaiki tangga bertanya. singkat. menggunakan
dengan kaki Egosentrik. milik sendiri.
bergantian. Pikiran Menyebutkan
Menyusun menara representatif. jenis kelamin
dari 9-10 kubus. Bermain orang lain
Mencuci tangan. simbolik dan dengan benar.
48 bulan Menguntai tasbih. fantasi. Mulai Mengunyah
Seimbang berdiri paham konsep seperti orang
dengan satu kaki Kosa kata 1500. waktu. dewasa.
selama 5 detik. Tahu lagu-lagu Mengulangi tiga
Menungkan cairan sederhana. angka. Suka mengadu.
dengan baik dari Memahami Mungkin
kendi. konsep di mempunyai
bawah, di atas, Tahap intuitif : teman bermain
di samping, di Waktu imaginasi.
Panjang badan 2 depan. dihubungkan Independen,
kali lipat. Memahami dengan kejadian agresif.
Seimbang dengan analogi sehari-hari. Mengidentifikasi
satu kaki selama sederhana. Menghitung orangtua dari
10 detik. tetapi jenis kelamin
Melompat dengan pemahaman yang berbeda.
satu kaki. tidak jelas apa Menikmati
Menangkap bola maksud angka. hiburan.
yang Egosentrik turun. Memperlihatkan
dilambungkan. Mengulangi 4 suasana hati
Mengikat tali angka. yang berubah-
sepatu. Menyebutkan ubah.
Immunoglobulin satu atau lebih
G mencapai kadar uang logam.
orang dewasa.
Menggunakan
gunting untuk
memotong
gambar. Meniru
jembatan dengan
kubus.
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Umur Fisik/Motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi
5 tahun Gigi tetap mulai Berbicara Menggunakan Menyenangkan,
muncul. dengan kata waktu dapat dipercaya,
Melompati tali. konstan. dengan kurang begitu takut.
Berjalan mundur Menanyakan pemahaman Ingin melakukan
dengan tumit ke arti kata. yang lebih baik. sesuatu dengan cara
ujung kaki. Tertarik pada yang benar.
Dapat menulis kenyataan yang Lebih sering mencari
beberapa huruf berhubungan ibu karena aktivitas
dengan benar. dengan lebih banyak diluar.
Dapat menulis lingkungan.
nama panggilan. Menyebutkan 4
6-7 tahun Menggambar Mengurai warna atau Senang menggoda
orang dengan 6 objek-objek lebih, uang orang lain.
atau 8 bagian. dengan logam dan nama Kecemburuan
Menggunakan gambar. hari. terhadap adik lebih
gunting atau nyata. Bermain
pensil dengan Mengetahui sesuai jenis kelamin.
baik. kanan dan kiri. Kadang malu atau
Mengenal sedih.
Ketangkasan banyak bentuk. Peningkatan minat
8-9 tahun meningkat. Membaca dari pada bidang spiritual.
Melompati tali. ingatan.
Bermain sepeda. Membaca waktu Ingin terlibat dalam
Dapat menjahit untuk segala sesuatu.
dengan kasar. seperempat jam. Mencari teman
secara aktif.
Menyukai kelompok
dan mode.

Tahap
Kecepatan dan operasional
kehalusan konkret (7-11
aktivitas motorik tahun) :
meningkat. Umur dengan
Menggunakan pemikiran yang
alat umum berhubungan.
seperti palu, Mengetahui
peralatan RT. tanggal, hari,
Variasi bulan.
ketrampilan
lebih individual.
Tabel 2.2 (Lanjutan)
Umur Fisik/Motorik Bahasa Kognitif Sosialisasi
10-12 Pertambahan TB Senang menulis Fase operasional Sangat tertarik
tahun lambat. surat. Membaca formal : pada bacaan,
Pertambahan untuk Pemikiran logis ilmu
BB cepat. kesenangan atau dan kemampuan pengetahuan,
Perubahan tubuh tujuan tertentu. menggunakan usaha-usaha
yang pikiran abstrak kreatif.
berhubungan berkembang. Demonstratif,
dengan Pemikiran teman sebaya
Remaja pubertas. reflektif, dan orangtua
awal Mencuci dan Berbicara lama futuristik, penting. Mulai
menjemur baju di telepon. multidimensional. tertarik pada
sendiri, lawan jenis.
mengecat,
menggambar. Kikuk & tidak
konsisten dalam Menyesuaikan
Pertambahan pemikiran diri dengan
Remaja maksimal pada abstrak. standar
tengah tinggi dan berat Mampu Titik terendah kelompok.
badan. Anak mempertahankan dalam kreativitas. Mencoba
wanita mulai sebuah argumen. berbagai peran.
haid dan tampak Ambivalen.
Remaja gemuk. Suasana hati
akhir Immunoglobulin berubah-ubah.
A&M Kapasitas
mencapai kadar terhadap alasan
orang dewasa. abstrak
meningkat.
Anak wanita Menikmati Introspektif,
mencapai kekuatan emosi masih
maturitas fisik. intelektual. labil. Hubungan
anak-rangtua
Berbicara mencapai titik
kompleks. terendah.
Anak laki-laki Kreativitas
mencapai memudar. Mengejar karir.
maturitas fisik. Identitas
seksual
terbentuk.
Lebih nyaman
dengan diri
sendiri. Emosi
lebih terkontrol.
C. Asuhan pada Anak Dengan Bronkopenemoni

1. Pengkajian

Pengakajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan,

verifikasi, dan komunikasi data tentang klien. Tujuan dari pengkajian

adalah menetapkan dasar data tentang kebutuhan, masalah kesehatan,

pengalaman yang berkaitan, praktik kesehatan, tujuan, nilai dan gaya

hidup yang dilakukan klien (Potter dan Perry, 2005).

a. Pengkajian pola kesehatan fungsional Gordon :

1) Pola persepsi kesehatan – manajemen kesehatan, persepsi

kesehatan yang berhubungan dengan penatalaksanaan

kesehatan umum dan praktik pencegahan meliputi : hygiene

personal, kebersihan lingkungan, kebiasaan kesehatan dalam

masyarakat, pengetahuan keluarga tentang penyakit, riwayat

imunisasi, dan upaya yang dilakukan keluarga apabila terjadi

gejala yang muncul pada bronkopneumonia

2) Pola nutrisi – metabolik, asupan makan dan cairan yang

berhubungan dengan kebutuhan metabolik. Pola nutrisi dan

metabolik yang dikaji untuk kasus bronkopneumonia antara

lain : pemberian nutrisi, jenis makanan yang diberikan, kaji

berat badan, kaji tanda dehidrasi, serta hasil laboratorium

(analisa gas darah, serum elektrolit, dan pemeriksaan

hematologi lainnya).

Kaji tanda-tanda penurunan nafsu makan, adanya mual


muntah, peningkatan suhu. Kaji tanda tanda kekurangan

volume cairan seperti tugor kulit, mukosa mulut kering,

peningkatan evaporasi (diaphoresis).

3) Pola eliminasi; regularitas dan kontrol fungsi ekskresi,

defekasi, berkemih, kulit dan zat sisa. Kaji kebiasaan BAB,

karakteristik feses, warna, dan frekuensi.

4) Pola aktivitas –l atihan, pola aktivitas yang memerlukan

penggunaan energi dan memberikan istirahat. Kaji penurunan

tolerasi terhadap aktivitas.

5) Pola kognitif – perseptual, keadekuatan ketrampilan kognitif,

bahasa, dan persepsi yang berhubungan dengan aktivitas yang

dibutuhkan atau diinginkan, termasuk persepsi nyeri terhadap

kesulitan bernafas dan nyeri pleuritik. Kelemahan aktivitas,

kelelahan, insomnia. Letargi, penurunan toleransi terhadap

aktivitas

6) Pola tidur – istirahat, keefektifan periode tidur dan istirahat.

Kaji adanya perubahan pola tidur karena batuk dengan sputum

kental, nyeri dada, dan mual muntah. Kaji pola tidur pada

anak dan keluhan pola tidur (insomnia).

7) Pola konsep diri – persepsi diri, keyakinan dan evaluasi

terhadap makna diri.

8) Pola peran – berhubungan , peran keluarga dan sosial,

khususnya hubungan orangtua dengan anak.


9) Pola seksualitas - reproduktif, masalah atau masalah potensial

dengan seksualitas atau reproduksi.

10) Pola koping – toleransi - stres, tingkat toleransi stres dan pola

koping, termasuk sistem pendukung.

11) Pola nilai – keyakinan; nilai, tujuan, atau keyakinan yang

mempengaruhi keputusan dan tindakan yang terkait dengan

kesehatan.

b. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan pengkajian yang dilakukan

pada anak yang bertujuan untuk memperoleh data status kesehatan

anak serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam menegakkan

diagnosa. Adapun pemeriksaan dilakukan head to toe, sebagai

berikut (Hidayat, 2008; Muscari, Nursalam, 2005) :

1) Keadaan umum.

Pemeriksaan ini terdiri atas :

a) Status kesadaran : baik, sadar (tanpa dehidrasi) : gelisah

(dehidrasi ringan, sedang) : lesu, lunglai atau tidak sadar

(dehidrasi berat).

b) Status gizi : pengukuran antropometri meliputi berat

badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,

lingkar dada dan pemeriksaan laboratorium yang dapat

digunakan untuk menentukan menentukan status gizi

anak. Berat badan klien diare dengan dehidrasi biasanya


mengalami penurunan dengan klasifikasi :

Tabel 2.3

Tingkat Dehidrasi Berdasarkan Persentase Kehilangan

Berat Badan

% kehilangan BB
Tingkat dehidrasi
Bayi (ml/kg) Anak besar

Dehidrasi ringan 5% (50) 3% (30 ml/kg)

Dehidrasi sedang 5-10%(50-100) 6% (60 ml/kg)

Dehidrasi berat 10-15%(100-150) 9% (90 ml/kg)

Sumber : Nursalam (2005).


c) Tanda-tanda vital, meliputi nadi, suhu, tekanan darah, dan

pernapasan. Peningkatan suhu mungkin mengidentifikasi

adanya infeksi atau dehidrasi yang ditandai demam

menggigil berulang-ulang, gemetaran, kemerahan,

berkeringat lbih (diaphoresis)

Pemeriksaan sirkulasi yang memiliki gejala Sianosis,

hipoksemia dan tandanya seperti Takikardi, pucat ditandai

dengan dasar kuku kebiruan, hidung dan mulut.

d) Pemeriksaan kulit, kuku, rambut dan kelenjar getah bening.

Inspeksi kulit untuk adanya pucat, dan ikterik. Kaji turgor

kulit untuk menentukan dehidrasi, kulit perut dicubit selama


30-60 detik, kemudian dilepas. Jika kulit kembali normal

dalam waktu 2-5 detik: turgor kulit agak kurang (dehidrasi

ringan), 5-10 detik : turgor kulit kurang (dehidrasi sedang),

dan > 10 detik: turgor kulit sangat kurang (dehidrasi berat).

Bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan

adanya defisiensi besi atau infeksi. Rambut kering, rapuh

dan kurang pigmen menunjukkan adanya kekurangan gizi.

Pembesaran kelenjar getah bening dengan diameter lebih

dari 10 mm menunjukkan kemungkinan adanya indikasi

penyakit tertentu.

e) Pemeriksaan kepala dan leher, meliputi : pemeriksaan

kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut, lidah, faring,

laring dan leher. Anak usia dibawah 2 tahun yang

mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung. Pada

pemeriksaan mata anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk

kelopak mata normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan/

sedang, kelopak mata cekung. Sedangkan apabila

mengalami dehidrasi berat, kelopak mata sangat cekung.

Mulut dan lidah kering menunjukkan terjadi dehidrasi.

f) Pemeriksaan dada, meliputi pemeriksaan paru, payudara,

dan jantung dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi. Gejala dengan riwayat, takipnea, dispnea,

pernafasan dangkal, penggunaan otot aksesori, sumbatan


nasal.

Tanda :

(1) Riwayat, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal,

penggunaan otot aksesori, sumbatan nasal,

(2) Batuk dengan seputum kental produktif, sputum

dimana berwarna kuning kehijauan kemudian berubah

menjadi kemerahan atau berkarat,

(3) Sumbatan nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh

pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat

mempengaruhi pernafasasn dan menyusu pada bayi,

(4) Keluaran nasal,sering menyertai infeksi pernafasan,

mungkin encer dan sedikit (rinorea atau kental atau

purulen, bergantung pada tipe dan tahap infeksi.

(5) Perkusi : Pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan

friksi pleural

(6) Bunyi nafas : Bunyi pernafasan, seperti batuk, mengi,

mengorok. auskultasi terdengar mengi, krekels.

(7) Framitus : Taktil dan vocal meningkat dengan

konsolidasi

g) Pemeriksaan abdomen.

Inspeksi abdomen untuk tanda-tanda distensi abdomen dan

gerakan peristaltik yang tampak pada dinding abdomen.

Auskultasi abdomen harus dilakukan sebelum palpasi dan


perkusi untuk menghindari perubahan bising usus,

perhatikan ada tidaknya hiperperistaltik usus (normalnya

10-30 kali per menit). Palpasi abdomen untuk menentukan

adanya nyeri tekan, rigiditas, massa, dan organomegali.

Perkusi pada abdomen untuk mengetahui adanya gas yang

berlebih, massa, cairan, dan pembesaran hepar.

h) Pemeriksaan genitalia dan anus. Inspeksi adanya iritasi

pada daerah sekitar anus.

i) Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas.

(Gordon, Padila 2013)

D. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan meningkatnya sekresi

dan akumulasi eksudat

Definisi : Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang

adekuat.

Batasan karakteristik :

a. Subjektif

1) Dispnea

2) Napas pendek dan dangkal

b. Objektif

1) Takipnea

2) Penggunaan otot batu asesorius untuk bernapas


3) Napas cuping hidung

4) Penurunan kapasitas vital

5) Fase ekspirasi memanjang

6) Perubahan ekstrusi dada

Hasil NOC :

1) Respon alergik : tingkat keparahan respon imun hipersensitif

sistemik terhadap antigen tertentu dari lingkungan.

2) Respon ventilasi mekanik : pertukaran alveolar dan perfusi

jaringan yang dibantu oleh ventilasi mekanik.

3) Status penapasan : jalur napas trakeobronkial bersih dan terbuka

untuk pertukaraan gas.

4) Status respirasi : pergerakan udara kedalam dan keluar paru.

5) Status tanda vital : tingkat suhu, nadi, pernapasan dan tekanan

darah dalam rentang normal.

Intervensi NIC :

1) Manajemen jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan napas.

2) Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret jalan napas

dengan cara memasukkan kateter pengisapan ke dalam jalan

napas oral atau trakea pasien.

3) Manajemen anafilaksis : meningkatkan ventilasi dan perfusi

jaringan yang adekuat untuk individu yang mengalami reaksi

alergi berat.

4) Ventilasi mekanis : menggunakan alat buatan untuk membantu


pasien bernapas.

5) Bantuan ventilasi : meningkatkan pola pernapasan spontan yang

optimal sehingga memaksimalkan pertukaran oksigen dan

kabondioksida di dalam paru.

6) Pemantauan pernapasan : mengumpulkan dan menganalisis data

pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan pertukaran

gas yang adekuat.

(Nanda NIC-NOC, 2015, hal.102)

2. Ketidak efektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

banyaknya secret/mukus

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekret atau

obstruksi saluran napas guna mempertahankan jalan napas yang

bersih.

Batasan Karakteristik :

a. Subjektif

1) Dispnea

b. Objektif

a) Suara napas tambahan (crackel, mengi, ronchi)

b) Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan

c) Batuk tidak ada atau tidak efektif

d) Sianosis

e) Kesulitan untuk berbicara

f) Penurunan suara napas


g) Sputum berlebihan

Hasil NOC :

1) Pencegahan Aspirasi : tindakan personal untuk mencegah

masuknya cairan dan partikel padat ke dalam paru

2) Status pernapasan : kepatenan jalan napas, jalan napas

trakeobronkial terbuka dan bersih untuk pertukaran gas.

3) Status pernapasan : ventilasi, pergerakan udara masuk dan

keluar paru.

Intervensi NIC :

1) Manajemen jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan

udara.

2) Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret dari jalan

napas dengan memasukan sebuah karteter pengisap ke dalam

jalan napas oral atau trakea.

3) Kewaspadaan aspirasi : mencegah atau meminimalkan faktor

resiko pada pasien yang beresiko mengalami aspirasi.

4) Peningkatan batuk : meningkatkan inhalasi dalam pada

pasien yang memiliki riwayat keturunan mengalami tekanan

intratoraksit dan kompres parenkim paru yang mendasar

untuk pengerahan tenaga dalam menghembuskan udara.

5) Pengaturan posisi : mengubah posisi pasien atau bagian tubuh

pasien secara sengaja untuk memfasilitasi kesejahteraan

fisiologi dan psikologi.


6) Pemantauan pernapasan : mengumpulkan dan menganalisis

data pasien untuk memastikan kepatenan jalan napas dan

pertukaran gas yang adekuat.

7) Bantuan ventilasi : meningkatkan pola pernafasan spontan

yang optimal sehingga memaksimalkan pertukaran oksigen

dan karbondioksida didalam paru.

(Nanda NIC-NOC, 2015, hal.37)

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveolar

Definisi : Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi

karbondioksida di membran kapiler-alveolar, akibat perunahan pola

nafas pada anak, saat sakit.

Batasan karakteristik :

a. Subjektif

1) Dispnea

2) Gangguan penglihatan

b. Objektif

1) Diafoesis

2) Iritabilitas

3) Takikardi

4) Napas cuping hidung

5) Konfusi

6) Sianosis
7) Gas darah arteri yang tidak normal

8) pH arteri tidak normal

9) Hipoksemia

Hasil NOC :

1) Respon alergik : keparahan respons hipersensivitas imun

sistemik terhadap antigen lingkungan tertentu.

2) Respon ventilasi mekanik : pertukaran alveolar dan perfusi

jaringan yang disokong oleh ventilasi mekanik.

3) Status pernapasan : pertukaran CO2 atau O2 di alveoli untuk

mempertahankan konsentrasi gas darah arteri.

4) Status pernapasan : perpindahan udara masuk dan keluar

paru-paru.

5) Perfusi jaringan : keadekuatan aliran darah melewati

vaskular paru yang utuh untuk perfusi unit alveoli-kapiler.

Intervensi NIC :

1) Pemantauan tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis

data kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh untuk

menetukan dan mencegah komplikasi.

2) Terapi oksigen : memberikan oksigen dan memantau

efektivitasnya.

3) Bantuan ventilasi : meningkatkan pola pernapasan spontan

yang optimal dalam memaksimalkan pertukaran oksigen

dan karbondioksida di dalam paru.


4) Ventilasi mekanik : Penggunaan alat bantu untuk membantu

pasien bernapas.

(Nanda NIC-NOC, 2015, hal.323)

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

demam, menurunnya intake cairan dan peningkatan evaporasi

Definisi : Kondisi individu yang beresiko mengalami dehidrasi

vaskular, selular dan intraselular.

Batasan Karakteristik :

a. Objektif

1) Penyimpanan yang mempengaruhi akses untuk pemasukan

atau absorbs cairan

2) Kehilangan yang berlebihan melalui rute normal (diare)

3) Keringat berlebihan (Diaphoresis)

Hasil NOC :

1) Keseimbangan elektrolit dan asam-basa : keseimbangan

elektrolit dan non elekrolit dalam kompartemen intrasel dan

ekstrasel tubuh.

2) Keseimbangan cairan : keseimbangan cairan dalam ruang

intrasel dan ekstrasel tubuh.

3) Hidrasi : jumlah air dalam kompartemen intrasel dan

ekstrasel tubuh yang adekuat.

4) Status nutrisi : jumlah makanan dan cairan yang masuk ke

dalam tubuh selama periode 24 jam.


Intervensi NIC :

1) Manajemen elektrolit : meningkatkan keseimbangan

elektrolit dan mencegah komplikasi akibat kadar elektrolit

serum yang tidak normal atau diluar harapan.

2) Pemantauan elekrolit : mengumpulkan dan menganalisis

data pasien untuk mengatur keseimbangan elektrolit.

3) Manajemen Cairan : meningkatkan keseimbangan cairan dan

pencegahan komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal

atau di luar harapan.

4) Pemantauan cairan : mengumpulkan dan menganalisis data

pesien untuk mengatur keseimbangan cairan.

5) Manajemen Cairan : mengatur dan mencegah komplikasi

akibat perubahan kadar cairan dan elektrolit.

6) Manajemen Hipovolemia : mengekspansi volume cairan

intravaskular pada pasien yang mengalami penurunan

volume cairan.

7) Terapi intravena : memberikan dan memantau cairan dan

obat intravena.

8) Pemantauan nutrisi : mengumpulkan dan menganalisis data

pasien untuk mencegah atau meminimalkan malnutrisi.

(Nanda NIC-NOC, 2015, hal.315)

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak

adekuatan intake nutrisi, anoreksia dan vomitus.


Definisi Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan metabolik.

Batasan karakteristik :

a. Subjektif

1) Anoreksia

2) Sulit menelan

3) Menolak makan

b. Objektif

1) Pembuluh kapiler rapuh

2) Diare

3) Bising usus hiperaktif

4) Membran mukosa pucat

5) Tonus otot buruk

6) Kelemahan otot

Hasil NOC :

1) Selera makan : keinginan untuk makan ketika dalam

keadaan sakit atau sedang menjalani pengobatan.

2) Status gizi : tingkat ketersediaan zat gizi untuk memenuhi

kebutuhan metabolik.

3) Perawatan diri : kemampuan untuk mempersiapkan dan

mengingesti makanan dan cairan secara mandiri dengan

atau tanpa alat bantu.

4) Berat badan : tingkat kesesuaian berat badan, otot, dan


lemak dengan tinggi badan, rangka tubuh, jenis kelamin

dan usia.

Intervensi NIC :

1) Bantuan pemberian ASI : mempersiapkan ibu baru untuk

menyusui anaknya.

2) Manajemen gangguan makan : mencegah dan menagani

pembatasan diet yang sangat ketat dan aktivitas berlebihan

atau memasukkan makanan dan minuman dalam jumlah

banyak kemudian berusaha mengeluarkan semuanya.

3) Manajemen nutrisi : membantu atau menyediakan asupan

makanan dan cairan diet seimbang.

4) Terapi nutrisi : pemberian makanan atau cairan untuk

mendukung proses metabolik pasien yang malnutrisi atau

beresiko tinggi terhadap malnutrisi.

5) Pemantauan nutrisi : mengumpulkan dan menganalisis data

pasien untuk mencegah dan meminimalkan kurang gizi.

6) Bantuan menaikkan berat badan : memfasilitasi pencapaian

kenaikan berat badan.

(Nanda NIC-NOC, 2013, hal.503)

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan /kelemahan

Definisi : Ketidak cukupan energi fisioligi atau psikologis untuk

melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin

atau harus dilakukan.


Batasan karakteristik :

a. Subjektif

1) Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas

2) Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal

b. Objektif

1) Tekanan darah tidak normal

2) Perubahan EKG yang menunjukan aritmia atau iskemia

Hasil NOC :

1) Toleransi aktivitas : respon fisiologi taerhadap gerakan yang

memakan energy dalam aktivitas sehari-hari.

2) Ketahanan : Kapasitas untuk menyelesaikan aktifitas.

3) Penghematan Energi : tindakan individu dalam mengelola

energi untuk memulai dan menyelesaikan aktivitas.

E. Evaluasi

Berdasarkan implementasi yang dilakukan, maka evaluasi yang

diharapkan:

1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan meingkatnya sekresi dan

akumulasi eksudat

Kriteria hasil :

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang tidak

bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu.

b. Menunjukkan jalan nafas yang paten.


c. Tanda – tanda vital dalam rentan normal.

2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

banyaknya secret/mukus

Kriteria hasil :

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,

tidak ada sianosis dan dipsneu.

b. Menunjukkan jalan nafas yang paten.

c. Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat

menghambat jalan nafas.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya

sekresi dan akumulasi eksudat

Kriteria hasil :

a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang

adekuat.

b. Memelihara kebersihan paru dan bebas dari tanda – tanda

distress penafasan.

c. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,

tidak ada sianosis dan dyspneu.

d. Tanda – tanda vital dalam rentang normal.

4. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

demam, meurunnya intake cairan dan evaporasi

Kriteria hasil :

a. Keseimbangan elektrolit dan non elekrolit dalam kompartemen


intrasel dan ekstrasel tubuh normal.

b. Keseimbangan cairan dalam ruang intrasel dan ekstrasel tubuh

normal.

c. Jumlah air dalam kompartemen intrasel dan ekstrasel tubuh

yang adekuat.

5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidak

adekuatan intake, anoreksia dan vomitus.

Kriteria hasil :

a. Adanya peningkatan berat badan sesuai tujuan.

b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.

d. Tidak ada tanda – tanda malnutrisi.

e. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.

6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan /kelemahan

Kriteria hasil :

a. Respon fisiologi terhadap gerakan yang memakan energi dalam

aktivitas sehari-hari.

b. Dapat menyelesaikan aktifitas.

c. Dapat untuk melakukan tugas-tugas fisik yang paling dasar dan

aktivitas perawatan pribadi secara mandiri dengan atau tanpa

alat bantu.
BAB III

LAPORAN KASUS

Pengkajian dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 pada pukul

13.15 WIB di ruang Dahlia Rumah Sakit Umum Kota Magelang. Dengan

nomor rekam medik, klien didiagnosa bronkopneumoni. Data yang

diperoleh berdasarkan observasi, wawancara dengan keluarga klien,

pemeriksaan fisik dan status klien.

A. Biodata Pasien ( biographic information )

Pasien bernama An. S, umur 22 bulan, jenis kelamin Perempuan

,beragama islam, dan beralamat di Krajan Rt 11 Rw 01, Balerejo,

Kaliangkrik. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 11 Januari 2016 jam

21.00 WIB, lewat Instalasi Gawat Darurat dan klien di rawat inap di

bangsal PICU Rumah Sakit Umum Kota Magelang, dengan penanggung

jawab yaitu ayah kandung dari An. S, beragama islam, berumur tahun,

pekerjaan Tani dan beralamat di Krajan Rt 11 Rw 01, Balerejo,

Kaliangkrik.

B. Pengkajian (assesment)

1. Riwayat Klien (patient history)

Saat pengkajian, orang tua klien mengatakan klien masih batuk,

terdapat dahak dan dahak susah dikeluarkan. Orang tua klien

mengatakan sebelum masuk rumah sakit An. S batuk berdahak selama

3 minggu, mimisan 1 hari sudah 3x, lemas, perut kembung, serta


demam sejak 6 hari post dirawat di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang

dengan Demam dan kejang. BAB lancar 1x per hari dengan tekstur

lembek berwarna kuning, tidak berbau. Klien datang di Instalasi Gawat

Darurat tanggal 11 Januari 2016, jam 21.00 WIB, di Instalasi Gawat

Darurat klien mendapat terapi O2 nasal 2 lpm, cefotaxsim 3x900 mg,

ranitidine 2x10 mg, chloramphenicol 3x275 mg, dexsa 3x1,8 mg dan

terpasang infus DS ½ NS 10 tpm di tangan kanan klien.

klien belum pernah dirawat di rumah sakit, bila klien sakit orang

tua klien membawanya di puskesmas atau bidan. Tidak ada riwayat

penyakit keturunan di keluarga An. S, Riwayat kehamilan dan

persalinan, prenatal : selama kehamilan An. S, ibu klien sering

memeriksakan kehamilannya ke bidan dan puskesmas. Intranatal : An.

S lahir di bidan, persalinan normal, An. S lahir saat kehamilan 9

bulan, berat badan saat lahir 3,4 kg dan panjang badan cm. Postnatal :

klien dirumah diasuh oleh kedua orang tuanya, klien diberi ASI

eksklusife sampai sekarang. Riwayat imunisasi klien mendapat

imunisasi Hb0 saat lahir dan imunisasi dasar lengkap yaitu : BCG saat

berumur 1 bulan, hepatitis B I, II, III, polio I, II dan DPT I, II saat

berumur 2-3 bulan, DPT III dan polio III saat berusia 4 bulan dan polio

IV serta campak saat berusia 9 bulan. Riwayat tumbuh kembang klien,

Riwayat perkembangan motorik kasar : klien sudah dapat berjalan,

berlari tanpa bantuan. Motorik halus : klien bisa melambaikan tangana,

bertepuk tangan. komunikasi verbal : klien bisa menyebut nama papa


dan mama tetapi sudah dapat berbicara dengan nada yang jelas.

Riwayat pertumbuhan : tinggi badan 71 cm, berat badan 9,1 kg, lingkar

lengan 15 cm, lingkar dada 54 cm, dan lingkar kepala 44 cm.

2. Review system (Review of systems)

Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data keadaan umum lemah,

kesadaran klien compos mentis. Data yang diperoleh dari pemeriksaan

kepala mesocepal, ada sedikit rambut. Pada pemeriksaan mata sklera

mata tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan

normal, telinga simetris, tidak ada pengeluaran serumen, pendengaran

baik. Pada pemeriksaan hidung bersih tidak ada sekret. Pada

pemeriksaan mulut mukosa bibir lembab, gigi sudah tumbuh 12 dan

lidah bersih.

Pemeriksaan fisik bagian dada, inspeksi ekspansi dada simetris

dan ictus cordis tak terlihat, palpasi vokal fremitus sama pada kanan

dan kiri, tidak ada nyeri tekan, dan ictus cordis teraba pada intercosta

5,6, perkusi terdengar bunyi sonor dan redup, auskultasi terdengar

suara wheezing dan ronchi dan bunyi jantung S1 dan S2reguler. Pada

pemeriksaan abdomen simetris tidak ada lesi, perkusi tympani,

peristaltik 20 kali permenit, tidak ada nyeri tekan.

Pemeriksaan pada genetalia terlihat bersih dan tidak ada

kelainan. Pada pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah fungsinya

normal, terpasang infus DS ½ NS 10 tpm tetes pada tangan kanan.

Hasil pemeriksaan tanda tanda vital saat pengkajian didapatkan suhu


tubuh klien 36,2 0C, Nadi 120x/ menit, respirasi 45x/menit.

Persepsi kesehatan keluarga klien menilai bahwa kesehatan itu

penting kebersihan lingkungan di sekitar An S terjaga. Dari data yang

didapat, ayah klien adalah perokok aktif. Sebelumnya klien belum

pernah dirawat di rumah sakit, bila klien sakit orang tua klien

membawanya di puskesmas atau bidan. Keluarga belum paham betul

tentang penyakit yang diderita An S.

Pola eliminasi klien BAB 1 x sehari tiap pagi, konsistensi

lembek berwarna kekuningan tidak ada darah dan tidak ada lendir.

Klien masih menggunakan pampers, klien BAK + 500 cc perhari

warna kuning jernih, tidak ada darah.

Pola aktivitas dan istirahat klien dibantu ibu klien masih

menggunakan bantuan penuh dari ibu dan orang orang disekitarnya.

Klien tidur siang + 3-4 jam dan pada malam hari + 8 jam dan sering

terbangun pada malam hari karena batuk dan menangis.

Peran keluarga An S dalam kesembuhan An S baik dibuktikan

dengan penjagaan klien 24 jam bersama ibu dan ayah An S. hubungan

antar keluarga baik. Pola koping stres An S yaitu menangis ketika

ingin minta sesuatu, sistem pendukung yaitu sang ibu.


3. Pemeriksaan Penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 12 Januari 2016 pukul 09.30

WIB

Hematologi :

Darah lengkap Hasil Satuan Nilai rujukan

Hemoglobin (L)11,7 g/dl 12,0-14,0

Leukosit (H) 30,0 10^3/UL 5,00-15,00

Hematokrit (L)37,7 % 3,6-5,20

Jumlah trombosit (H) 486 10^3/UL 150-450

SGOT (H) 91.0 UL 32

SGPT (H) 51.0 UL 33

4. Program Therapy

1. Infus DS ½ NS 10 tpm

2. cefotaxsim 3x900 mg

3. ranitidine 3x10 mg

4. chloramphenicol 3x275 mg

5. dexsa 3x1,8 mg

6. ventolin 1cc/8 jam

7. NaCL 2cc/8 jam


C. Perumusan Masalah (formulate problem list)

1. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 13 Januari 2016

pukul 13.15 WIB didapatkan data yang didapat meliputi : data

subjektif : ibu klien mengatakan bahwa An. S batuk berdahak sudah 3

minggu dan dahak tidak bisa keluar, sedangkan data objektif : Klien

batuk berdahak, terdapat suara nafas wheezing dan ronchi, dan

respirasi 45 x/menit. Berdasarkan hasil analisa data yang ada maka

masalah keperawatan yang muncul pada klien yaitu ketidak efektifan

bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret di jalan

nafas.

2. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 13 Januari 2016

pukul 13.20 WIB didapatkan data yang didapat meliputi : data

subjektif : ibu klien mengatakan bahwa An. S sesak nafas, sedangkan

data objektif : klien tampak sesak nafas, terlihat penggunan otot bantu

pernafasan saat bernafas, nafas dangkal dan cepat, dan respirasi 45

x/menit. Berdasarkan hasil analisa data yang ada maka masalah

keperawatan yang muncul pada klien yaitu gangguan pola napas

berhubungan dengan .

3. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 13 Januari 2016

pukul 13.25 WIB didapatkan data yang didapat meliputi : data

subjektif : ibu klien mengatakan bahwa An. S tidak mau makan,

sedangkan data objektif : ibu kilen mengatakan anaknyan hanya

makan 2-3 sendok makan yang di berikan rumah sakit. Berdasarkan


dari analisa data yang ada maka masalah keperawatan yang muncul

pada klien yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan intake makanan yang tidak adekuat.

4. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan tanggal 13 Januari 2016

pukul 14.00 WIB didapatkan data yang didapat meliputi : data

subjektif : keluarga klien mengatakan tidak mengetahui tentang

penyakit yang diderita anaknya, sedangkan data objektif : keluarga

An. S terlihat bingung ketika ditanya tentang penyakit yang diderita

klien. Berdasarkan hasil analisa data yang ada maka masalah

keperawatan yang muncul pada klien yaitu kurang pengetahuan

berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.

D. Perencanaan Keperawatan (plan)

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi

sekret di jalan nafas

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada

klien An. S dapat teratasi.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan :

a.) Jalan nafas bersih

b.) Respirasi pada klien normal ( 30-40 x/menit )

c.) Tidak ada sekret


d.) Tidak ada suara tambahan wheezing dan ronchi

c. Rencana tindakan

Dalam mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas

ada beberapa rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu :

a.) Observasi keadaan umum

b.) Ukur tanda-tanda vital

c.) Auskultasi bunyi paru

d.) Lakukan suction bila perlu

e.) Beri posisi dengan kepala agak ditinggikan (semifowler)

f.) Kolaborasi dengan fisioterapi untuk melakukan fisioterapi dada

g.) Kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat

2. Gangguan polan nafas berhubungan dengan akumulasi sekret

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam

diharapkan masalah pola nafas tidak efektif pada klien An. S dapat

teratasi.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan :

1) Respirasi pada klien normal ( 30-40 x/menit )

2) Pola nafas efektif

3) Tidak ada penggunaan otot bantu pada pernafasan


c. Rencana tindakan

Dalam mengatasi masalah pola nafas tidakefektif ada beberapa

rencana tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu :

1) Observasi keadaan umum

2) Ukur tanda-tanda vital

3) Auskultasi bunyi paru

4) Beri posisi dengan kepala agak ditinggikan (semifowler)

5) Kolaborasi pemberian oksigen sesuai program

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang tidak adekuat.

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam menit

diharapkan masalah gangguan pemenuhan nutrisi klien An. S

dapat teratasi.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan :

a.) Keluarga mampu mengerti akan pentingnya diit yang tepat bagi

An. S

b.) Intake klien adekuat tidak ada penurunan BB berarti

c.) Tidak ada tanda tanda kurang nutrisi, seperti mata cekung,

konjungtiva anemis, wajah pucat, tugor kulit buruk


c. Rencana tindakan

Dalam mengatasi masalah kurang informasi ada beberapa rencana

tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu :

a.) Observasi tanda tanda kekurangan nutrisi

b.) Catat penurunan BB

c.) Anjurkan makan makanan sedikit tapi sering

d.) Anjurkan untuk tetap menjaga kebersihan mulut

e.) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi terhadap

penyakit.

a. Tujuan Umum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 30 menit

diharapkan masalah kurang pengetahuan pada keluarga klien An. S

dapat teratasi.

b. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan :

1) Keluarga mengetahui penyakit yang diderita oleh An. S

2) Keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan tadi

c. Rencana tindakan

Dalam mengatasi masalah kurang informasi ada beberapa rencana

tindakan keperawatan yang dilakukan yaitu :

1) Bina hubungan saling percaya klien

2) Kaji tingkat pengetahuan orang tua klien


3) Berikan penyuluhan keluarga tentang bronkopneumoni

4) Jelaskan kepada orang tua mengenai penanganan terhadap

bronkopneumoni

5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada pasien

E. Implementasi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumilasi

sekret dijalan nafas

Implementasi tanggal 13 Januari 2016 Pukul 13.15 WIB

mengobservasi keadaan umum klien, keadaan umum klien lemas,

kesadaran compos mentis, pemeriksaan tanda-tanda vital klien suhu

36,2 0 C, nadi 120x/menit, respirasi 45x/menit. Mengobservasi status

pernafasan adanya suara nafas tambahan dan didapatkan auskultasi

dada wheezing dan ronkhi RR 45x/menit. Memberi obat ventolin 1cc :

2cc NaCl via Nebulizer, mengkolaborasi dengan dokter pemberian

obat (obat cefotaxsim 1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa

1x1,8 mg).

Implementasi tanggal 14 Januari 2016 Pukul 14.00 WIB

mengobservasi keadaan umum klien, keadaan umum klien lemas,

kesadaran compos mentis, pemeriksaan tanda-tanda vital klien suhu

360 C, nadi 98x/menit, respirasi 44x/menit. Mengobservasi status

pernafasan adanya suara nafas tambahan dan didapatkan auskultasi

dada wheezing dan ronkhi RR 44x/menit. Klien masih batuk dan

lendir keluar sedikit. Memberi obat ventolin 1cc : 2cc NaCl via
Nebulizer, mengkolaborasi dengan fisioterapi dada, melakukan

suction bila perlu, kolaborasi dengan dokter terkait obat (obat

cefotaxsim 1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg).

Implementasi tanggal 15 Januari 2016 Pukul 14.00 WIB

mengobservasi keadaan umum klien, keadaan umum klien lemas,

kesadaran compos mentis, pemeriksaan tanda-tanda vital klien suhu

360 C, nadi 102x/menit, respirasi 42x/menit. Mengobservasi status

pernafasan adanya suara nafas tambahan dan didapatkan auskultasi

dada ronkhi halus RR 42x/menit. Pukul 15.00 memberi obat ventolin

1cc : 2cc NaCl via Nebulizer. mengkolaborasi dengan fisioterapi dada,

melakukan suction bila perlu, kolaborasi dengan dokter terkait obat

(obat cefotaxsim 1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8

mg).

2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan akumulasi sekret

Implementasi tanggal 13 Januari 2016 Pukul 13.20 WIB

mengobservasi keadaan umum klien, keadadaan umum klien lemas.

Tanda tanda vital klien klien suhu 36,2 0 C, nadi 120x/menit, respirasi

45x/menit. Terdengar suara wheezing dan ronkhi saat memantau suara

nafas tambahan, saat bernafas kien menggunakan otot bantu

pernafasan. Pada pukul 13.23 WIB merubah posisi klien semifowler

membuat klien lebih nyaman dan jalan pernafasan lancer,

mengkolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat (obat cefotaxsim

1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg).


Implemetasi tanggal 14 Januari 2016 Pukul 14.10 WIB

mengobservasi keadaan umum klien, keadaan umum klien lemas,

kesadaran compos mentis, pemeriksaan tanda-tanda vital klien suhu

360 C, nadi 98x/menit, respirasi 44x/menit. Mengobservasi status

pernafasan adanya suara nafas tambahan dan didapatkan auskultasi

dada wheezing dan ronkhi RR 44x/menit, saat bernafas kien

menggunakan otot bantu pernafasan. Pada pukul 14.15 WIB merubah

posisi klien semifowler membuat klien lebih nyaman dan jalan

pernafasan lancar. Mengkolaborasi pemeberian obat (obat cefotaxsim

1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg).

Implementasi tanggal 15 Januari 2016 Pukul 14.00 WIB

mengobservasi keadaan umum klien, keadaan umum klien lemas,

kesadaran compos mentis, pemeriksaan tanda-tanda vital klien suhu

360 C, nadi 102x/menit, respirasi 42x/menit. Mengobservasi status

pernafasan adanya suara nafas tambahan dan didapatkan auskultasi

dada wheezing dan ronkhi halus RR 42x/menit, saat bernafas kien

menggunakan otot bantu pernafasan. Pada pukul 14.05 WIB merubah

posisi klien semifowler membuat klien lebih nyaman dan jalan

pernafasan lancar. Anjurkan klien untuk istirahat, Mengkolaborasi

dengan dokter pemberian obat (obat cefotaxsim 1x900 mg,

cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg).

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan

yang tidak adekuat.


Implementasi tanggal 13 Januari 2016 Pukul 13.30 mengkaji

intake klien, ibu klien mengatakan klien mau menyusu tapi makan tidak

mau hanya habis 2-3 sendok, (tidak ada alergi pada makanan). Perawat

juga mengajurkan orang tua klien untuk memberikan makanan sedikit

tapi sering (klien tidak mau makan Perawat juga melakukan

penimbangan berat badan klien berat badan klien 9,1 kg. Menganjurkan

kepada orang tua untuk selalu menjaga kebersihan mulut (agar nafsu

makan meningkat). Mengkolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian

diit yang tepat (klien mendapatkan diit bubur halus dari rumah sakit)

mengkolaborasi dengan dokter pemberian obat (obat Ranitidine

1x10mg).

Implementasi tanggal 14 januari 2016 Pukul 14.00 WIB mengkaji

intake klien, ibu klien mengatakan klien mau menyusu tapi makan tidak

mau hanya habis 6-8 sendok, (tidak ada alergi pada makanan). Perawat

juga mengajurkan orang tua klien untuk memberikan makanan sedikit

tapi sering (klien tidak mau makan Perawat juga melakukan

penimbangan berat badan klien berat badan klien masih 9,1 kg.

Menganjurkan kepada orang tua untuk selalu menjaga kebersihan mulut

(agar nafsu makan meningkat). Mengkolaborasi dengan ahli gizi dalam

pemberian diit yang tepat (klien mendapatkan diit bubur halus dari

rumah sakit), mengkolaborasi dengan dokter pemberiaan obat (obat

ranitidine 1x10mg)

Implementasi tanggal 15 januari 2016 Pukul 14.10 mengkaji intake


klien, ibu klien mengatakan klien mau menyusu menyusu tapi makan

tidak mau hanya habis ½ porsi, (tidak ada alergi pada makanan).

Perawat juga mengajurkan orang tua klien untuk memberikan makanan

sedikit tapi sering (klien makan 2 biskuwit). Perawat juga melakukan

penimbangan berat badan klien berat badan klien masih 9,1 kg.

Menganjurkan kepada orang tua untuk selalu menjaga kebersihan mulut

(agar nafsu makan meningkat). Mengkolaborasi dengan ahli gizi dalam

pemberian diit yang tepat (klien mendapatkan diit bubur halus dari

rumah sakit),mengkolaborasi dengan dokter pemberian obat( obat

ranitidine 1x10mg)

4. Diagnosa Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

terhadap penyakit

Implementasi tanggal 13 Januari 2015 Pukul 14.00 WIB

memberikan pendidikan kesehatan mengenai bronkopneumonia,

penyebab, cara pencegahan, pengobatan, dan cara penanganan.

F. Evaluasi

1. ketidakefektifan bersihan jalan nafasberhubungan dengan akumulasi

secret dijalan nafas

Setelah dilakuakan tindakan keperawatan makan evaluasi yang

didapatakan pada tanggal 13 Januari 2016 pukul 19.00 WIB yaitu :

Subyektif (S) : ibu klien mengatakan anakanya batuk

Berdahak selama 3minggu, tidak bias keluar

dahaknya.
Obyektif (O) : keadaan umum : lemas

Nadi : 120 x/menit

Suhu : 36 oC

RR : 45 x/menit

Terdengar suara weezing dan ronchi saat

bernafas dan mendapatkan obat via

nebulizer dengan ventolin 1cc : 2cc NaCl,

serta cefotaxsim 1x900 mg, chloramphenicol

1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg

Assement (A) : masalah keperawatan ketidakefektifan

bersihan jalan nafas belum teratasi.

P;anning (P) : lanjutkn intervensi : observasi keadaan

umum, memantau suara tambahan saat

bernafas, memberikan obat pengencer secret

dengan ventolin 1cc : 2cc NaCL via

nebulizer.

Setelah dilakuakan tindakan keperawatan makan evaluasi yang

didapatakan pada tanggal 14 Januari 2016 pukul 19.00 WIB yaitu :

Subyektif (S) : ibu klien mengatakan anaknya batuk

berdahak, bias keluar tapi sedikit.

Obyektif (O) : keadaan umum : lemas

Nadi : 98 x/menit

Suhu : 36oC
RR : 44 x/menit

Terdengar suara weezing dan ronchi saat

bernafas dan mendapatkan obat via

nebulizer dengan ventolin 1cc : 2cc NaCl,

serta cefotaxsim 1x900 mg, chloramphenicol

1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg

Assement (A) : masalah keperawatan gangguan pola nafas

belum teratasi.

planning (P) : lanjutkn intervensi : observasi keadaan

umum, memantau suara tambahan saat

bernafas, memberikan obat pengencer secret

dengan ventolin 1cc : 2cc NaCL via

nebulizer.

Setelah dilakuakan tindakan keperawatan makan evaluasi yang

didapatakan pada tanggal 15 Januari 2016 pukul 19.00 WIB yaitu :

Subyekif (S) : ibu klien mengatakan anakanya batuk keluar

tapi sedikit.

Obyektif (O) : keadaan umum : lemas

Nadi : 102 x/menit

Suhu : 36 oC

RR : 42 x/menit

Terdengar suara weezing dan ronci saat

bernafas dan mendapatkan obat via


nebulizer dengan ventolin 1cc : 2cc NaCl,

serta cefotaxsim 1x900 mg, cholramphenicol

1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg

Assement (A) : masalah keperawatan gangguan pola nafas

belum teratasi.

P;anning (P) : lanjutkn intervensi : observasi keadaan

umum, memantau suara tambahan saat

bernafas, memberikan obat pengencer secret

dengan ventolin 1cc : 2cc NaCL via

nebulizer.

2. Ganggan pola nafas berhubungan dengan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka evaluasi yang

didapat pada tanggal 13 januari 2016 pukul 19.00 WIB yaitu :

Subyektif (S) : ibu klien mengatakan mengatkan bahwa An.

S masih sesak nafas . Setelah dilaksanakan

posisi semifowler klien tampak lebih

nyaman

Obyektif (O) : keadaan umum klien lemas,

kesadaran compos mentis, klien terlihat

masih sesak nafas, masih terlihat

penggunaan otot bantu dalam bernafas dan


0
nafas cuping hidung, suhu 36,2 C, nadi

120x/menit, respirasi 45x/menit, bemberi

injeksi, cefotaxsim 1x900 mg,

cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg

Assement (A) : masalah keperawatan gangguan pola nafas

belum teratasi.

planning (P) : lanjutkn intervensi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka evaluasi yang

didapat pada tanggal 14 Januari 2016 pukul 19.00 WIB yaitu :

Subyektif (S) : ibu klien mengatakan mengatkan bahwa An.

S masih sesak nafas . Setelah dilaksanakan

posisi semifowler klien tampak lebih

nyaman

Obyektif (O) : keadaan umum klien lemas,

kesadaran compos mentis, klien terlihat

masih sesak nafas, masih terlihat

penggunaan otot bantu dalam bernafas dan

nafas cuping hidung, suhu 360 C, nadi

98x/menit, respirasi 44x/menit, memberikan

obat cefotaxsim 1x900 mg,chlolramphenicol

1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg

Assement (A) : masalah keperawatan gangguan pola nafas


belum teratasi.

planning (P) : lanjutkn intervensi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka evaluasi yang

didapat pada tanggal 15 Januari 2016 pukul 19.00 WIB yaitu :

Subyektif (S) : ibu klien mengatakan mengatkan bahwa An.

S masih sesak nafas . Setelah dilaksanakan

posisi semifowler klien tampak lebih

nyaman

Obyektif (O) : keadaan umum klien lemas, kesadaran

compos mentis, klien terlihat masih sesak

nafas, masih terlihat penggunaan otot bantu

dalam bernafas dan nafas cuping hidung,

suhu 360 C, nadi 102x/menit, respirasi

42x/menit, memberikan obat cefotaxsim

1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg,

dexsa 1x1,8 mg

Assement (A) : masalah keperawatan gangguan pola nafas

belum teratasi.

planning (P) : lanjutkn intervensi

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhunungan dengan intake

makanan yang tidak adekuat.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka evaluasi yang

didapat pada tanggal 13 Januari 2016 pukul 19.00 WIB yaitu :


Subyektif (S) : ibu klien mengatakan anaknya makan

hanya 2-3 sendok makan yang di berikan

dari rumah sakit.

Obyektif (O) : A : Berat badan : 9,1 kg

B : hemoglobin : 11,7 g/dl

leukosit : 30,0 10^3/UL

C : pucat, mukosa bibir sedikit lembab.

D : diit bubur halus porsi habis 2-3 sendok.

Klien mendapatkan injeksi obat

ranitidine 1x10mg

Assement (A) : masalah keperawatan nutrisi kurang dari

kebutuhn tubuh belum teratasi.

planning (P) : lanjutkn intervensi : monitor adanya berat

badan menurun, memberikan makanan

sedikit tapi sering, mempertahankan

kebersihan mulut.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka evaluasi yang

didapat pada tanggal 14 Januari 2016 pukul 19.00 WIB yaitu :

Subyektif (S) : ibu klien mengatakan anaknya makan

hanya 6-8 sendok makan yang di berikan

dari rumah sakit.

Obyektif (O) : A : Berat badan : 9,1 kg

B : hemoglobin : 11,7 g/dl


leukosit : 30,0 10^3/UL

C : pucat, mukosa bibir sedikit lembab.

D : diit bubur halus porsi habis 6-8 sendok

Klien mendapatkan injeksi obat

ranitidine 1x10mg

Assement (A) : masalah keperawatan nutrisi kurang dari

kebutuhn tubuh belum teratasi.

planning (P) : lanjutkn intervensi : monitor adanya berat

badan menurun, memberikan makanan

sedikit tapi sering, mempertahankan.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka evaluasi yang

didapat pada tanggal 15 Januari 2016 pukul 19.00 WIB yaitu :

Subyektif (S) : ibu klien mengatakan anaknya makan

hanya ½ porsi makan yang di berikan dari

rumah sakit dan makan biskuwit 2 potong.

Obyektif (O) : A : Berat badan : 9,1 kg

B : hemoglobin : 11,7 g/dl

leukosit 30,0 10^3/UL

C : pucat, mukosa bibir sedikit lembab.

D : diit bubur halus porsi habis ½ porsi

Dan makan biskuwit 2 potong. Klien

mendapatkan injeksi obat ranitidine

1x10mg
Assement (A) : masalah keperawatan nutrisi kurang dari

kebutuhn tubuh belum teratasi.

planning (P) : lanjutkn intervensi : monitor adanya berat

badan menurun, memberikan makanan

sedikit tapi sering, mempertahankan

kebersihan mulut.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang

penyakit.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan makan evaluasi yang di

dapatakan pada tanggal 13 Januari 2016 yaitu :

Subyekif (S) : ibu klien mengatakan sudah memaham

itentang penyakit bronkopeneumoni yang di

derita anakanya

Obyektif (O) : keluarga klen mamapu menjawab

pertanyaan, keluarga mamapu menjelaskan

kembali informasi yang di sampaikan.

Assement (A) : masalah keperawatan kurang pengetahuan

teratasi

P;anning (P) : hentikan intervensi.


BAB IV

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan

bronkopneumoni pada An. S diruang Dahlia bangsal anak Rumah Sakit

Umum Tidar Magelang padatanggal 13-15 Januari 2016, pembahasan

tersebut meliputi pengkajian yang telah dilakukan selama penggolahan

kasus, masalah yang muncul, alasan kenapa menegakkan diagnosa

tersebut, dampak masalah tersebut bila tidak ditangani, tujuan yang akan

dicapai oleh penulis, tindakan yang akan dilakukan penulis agar tujuan

yang akan ditentukan dapat tecapai dan rasional dari tindakan yang

dilakukan, serta evaluasi dari implementasi yang dilakukan, hambatan atau

kendala yang dirasakan saat mengolah kasus dan pembenaran apabila

melakukan kesalahan saat mengolah kasus. Dalam pengkajian penulis

memperoleh data dari wawancara dengan keluarga klien kemudian dari

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dalam bab ini penulis juga

akan mendiskusikan kesenjangan antara kasus yang diangkat penulis

dengan konsep teori.

A. Pembahasan

Pengkajian dilakukan pada tanggal 13Januari 2016 pukul 13.00

WIB dengan cara alloanamnese dan autoanamnase (Doengoes, 2000).

Pengkajian yang diperoleh yaitu klien batuk berdahak sudah 3 minggu,

dan dahak sulit dikeluarkan, mengalami sesak nafas dan suara tambahan
paru-paru wheezing dan rokhi. Hal ini seperti tanda dan gejala yang

diungkapkan oleh Fadhli (2010)

Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data keadaan umum lemah,

kesadaran klien compos mentis. Data yang diperoleh dari pemeriksaan

kepala mesocepal, ada rambut. Pemeriksaan mata sklera mata tidak ikterik,

konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan normal, telinga simetris,

tidak ada pengeluaran serumen, pendengaran baik. Pada pemeriksaan

hidung terdapat sekret. Pada pemeriksaan mulut mukosa sedikit bibir

lembab, dan lidah bersih.

Pemeriksaan fisik bagian dada, inspeksi ekspansi dada simetris dan

ictus cordis tak terlihat, palpasi vokal fremitus sama pada kanan dan kiri,

tidak ada nyeri tekan, auskultasi terdengar suara wheezing dan ronchi

adanya penggunaan otot bantu pernafasan otot bahu dan nafas dengan

cuping hidung, pola nafas dangkal dan cepat, respirasi 45x/menit bunyi

jantung S1 dan S2 reguler dan ictus cordis teraba pada intercosta 5,6 perkusi

terdengar bunyi sonor dan redup. Pemeriksaan abdomen simetris tidak ada

lesi, perkusi tympani, peristaltik 18 kali permenit, tidak ada nyeri tekan,

pada pemeriksaan genetalia terlihat bersih dan tidak ada kelainan.

Pemeriksaan ekstremitas atas dan bawah fungsin ya normal, akral pucat,

terpasang infus DS ½ NS 10 tpmpada tangan kanan. Hasil pemeriksaan

tanda tanda vital saat pengkajian didapatkan suhu tubuh klien 36,2 0C,

Nadi 120x/ menit, respirasi 45x/menit. Menurut teori Muscari, Mary E

(2005) bahwa tanda dan gejala bronkopneumonia yaitu adalah suara


tambahan paru wheezing.

1. Diagnosa keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan akumulasi sekret di jalan nafas

Ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah ketidakmampuan

untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan

untuk mempertahankan kebersihan jalan napas. Diagnosa

ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat ditegakkan saat terdapat

beberapa batasan karakteristik yang meliputi suara napas tambahan

(Wheezing/ronchi), perubahan frekuensi napas, perubahan irama napas,

produksi sputum berlebih, kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara,

serta dyspneu (sesak atau kesulitan dalam bernapas). (Wilkinson,2013).

pengkajian didapatkan analisa data berupa data subjektif ibu klien

mengatakan batuk berdahak sudah 3 minggu dengan dahak sulit

dikeluarkan dan juga sesak nafas. Data obyektif klien tampak batuk,

terdengar suara wheezing dan ronchi pada paru-paru. Berdasarkan data

diatas didapatkan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan

nafas berhubungan dengan akumulasi sekret dijalan nafas.

Alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut karena sekret

yang berlebih pada bronkus menyebabkan kesulitan bernafas dimana

dapat menyebabkan dispneu dan sianosis (Ngastiyah, 2005). Menurut

Corwin Elizabeth (2009) peningkatan produksi sputum terjadi akibat

respons inflamasi awal yang berlangsung di daerah paru yang terinfeksi

karena infeksi tersebut menyebabkan produksi sputum meningkat


sehingga menyebabkan bersihan jalan napas yang tidak efektif. Hal ini

ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di

tempat infeksi. Jika sekret yang di bronkus lalu mengakibatkan

dyspepsia seingga dapat mengakibatkan sianosis dan dapat terlihat di

ujung ekstremitas, lalu akan dapat menjadi kronis dan kematian.

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam mengatasi

masalah Sumbatan jalan nafas pada tanggal 13 Januari 2016 adalah

melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan harapan

masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas dapat teratasi dengan

kriteria hasil jalan napas bersih, anak dapat mempertahankan saluran

napas bebas dan aman ditandai dengan pernapasan dalam batas normal

dan tidak ada suara napas tambahan.

Tindakan keperawatan yang akan dilakukan pada klien tanggal

13-15 Januari 2016 yaitu mengobservasi keadaan umum klien, :

observasi keadaan umum, memantau suara tambahan saat bernafas,

lakukan suction bila perlu, beri posisi semifowler, kolaborasi dengan

fisioterapi dada, kolaborasi dalam pemberian obat (obat cefotaxsim

1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg)

Mengobservasi status pernafasan dan ditemukan adanya suara nafas

tambahan serta didapatkan auskultasi dada wheezing dan ronchi RR

45x/menit. Intervensi selanjutnya adalah melakukan posisi semifowler

Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menunjukkan,

respirasi pada klien normal ( 30-40 x/menit ), pola nafas efektif, tidak
ada penggunaan otot bantu pada pernafasan (NANDA, 2015)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu hari

diperoleh evaluasi pada pukul 14.00 WIB tanggal 13 Januari 2016

Subyektif (S) : ibu klien mengatakan anakanya batuk Berdahak selama

3minggu, tidak bias keluar dahaknya. Obyektif (O) : keadaan umum :

lemas, Nadi : 120 x/menit, Suhu : 36 oC, RR : 45 x/menit. Terdengar

suara weezing dan ronchi saat bernafas dan mendapatkan obat via

nebulizer dengan ventolin 1cc : 2cc NaCl, dan obat cefotaxsim 1x900

mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg. Assement (A) :

masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan nafas belum

teratasi. Planning (P) : lanjutkn intervensi : observasi keadaan umum,

memantau suara tambahan saat bernafas, lakukan suction bila perlu,

beri posisi semifowler, kolaborasi dengan fisioterapi dada, memberikan

obat pengencer secret dengan ventolin 1cc : 2cc NaCL via nebulizer.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu hari

diperoleh evaluasi pada pukul 19.00 WIB tanggal 14 Januari 2016

Subyektif (S) : ibu klien mengatakan anakanya batuk Berdahak selama

3minggu, sudah bias keluar dahaknya tetapi sedkit. Obyektif (O) :

keadaan umum : lemas, Nadi : 98 x/menit, Suhu : 36 oC, RR : 44

x/menit. Terdengar suara weezing dan ronchi saat bernafas dan

mendapatkan obat via nebulizer dengan ventolin 1cc : 2cc NaCl dan

obat cefotaxsim 1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8

mg. Assement (A) : masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan


jalan nafas belum teratasi. Planning (P) : lanjutkn intervensi : observasi

keadaan umum, memantau suara tambahan saat bernafas, lakukan

suction bila perlu, beri posisi semifowler, kolaborasi dengan fisioterapi

dada, memberikan obat pengencer secret dengan venntolin 1cc : 2cc

NaCL via nebulizer.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama satu hari

diperoleh evaluasi pada pukul 19.00 WIB tanggal 15 Januari 2016

Subyektif (S) : ibu klien mengatakan anakanya batuk Berdahak selama

3minggu, sudah bias keluar dahaknya tetapi sedikit. Obyektif (O) :

keadaan umum : lemas, Nadi : 102 x/menit, Suhu : 36 oC, RR : 42

x/menit. Terdengar suara weezing dan ronchi saat bernafas dan

mendapatkan obat via nebulizer dengan ventolin 1cc : 2cc NaCl dan

obat cefotaxsim 1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8

mg. Assement (A) : masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan

jalan nafas belum teratasi. Planning (P) : lanjutkn intervensi : observasi

keadaan umum, memantau suara tambahan saat bernafas, lakukan

suction bila perlu, beri posisi semifowler, kolaborasi dengan fisioterapi

dada, memberikan obat pengencer secret dengan ventolin 1cc : 2cc

NaCL via nebulizertolin 1cc : 2cc NaCL via nebulizer

2. Gangguan pola nafas berhubungan dengan akumulasi sekret

Gangguan pola nafas adalah Inspirasi atau ekspirasi yang

tidak memberi ventilasi yang adekuat. Diagnosa Gangguan pola nafas

dapat ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karakteristik yang


meliputi suara napas tambahan (Wheezing), perubahan frekuensi napas,

perubahan irama napas, produksi sputum berlebih, kesulitan berbicara

atau mengeluarkan suara, serta dyspneu (sesak atau kesulitan dalam

bernapas) (Nanda NIC & NOC, 2013).

Ibu klien mengatakan bahwa An. S sesak nafas dan batuk

berdahak sedangkan data objektif : klien tampak sesak nafas, klien

batuk berdahak, terlihat penggunaan otot bantu pernafasan (otot bahu)

pernafasan cuping hidung saat menangis, pola nafas cepat dan dangkal

terdapat suara nafas wheezing dan ronkhi, suhu 36,2 0C, Nadi 120x/

menit, respirasi 45x/menit sehingga diagnosa yang muncul gangguan

pola nafas berhubungan dengan akumulasi sekret.

Alasan penulis mengangkat diagnosa ganguan pola nafas karena

kekurangan suplai oksigen dalam tubuh menyebabkan perubahan pola

nafas yang ditandai dengan nafas dangkal dan cepat serta penafasan

cuping hidung (Ngastiyah, 2005)

Karena jaringan paru mengalami konsolidasi maka kapasitas

vital dan compliance paru menurun menyebabkan suplai O2 menurun

sehingga terjadi hipoksia yang dapat menyebabkan intoleransi aktivitas

karena suplai O2 yang sedikit menyebabkan kelelahan untuk

beraktivitas, akibat compliance paru yang menurun juga menyebabkan

gangguan pola napas ditandai kesulitan bernafas. (Nursalam, 2005).

Keterlambatan penanganan gangguan pola nafas dapat

menyebabkan oksigen yang masuk sedikit dan menyebabkan dispneu


dan sianosis sehingga perlu pemberian oksigen untuk memenuhi

kebutuhan oksigen dalam tubuh. (Ngastiyah, 2005).

Tindakan keperawatan tanggal 13 Januari 2016 pukul 13.20

WIB mengobservasi keadaan umum klien, keadadaan umum klien


0
sedang. Tanda tanda vital klien klien suhu 36,2 C, nadi 120x/menit,

respirasi 45x/menit. Terdengar suara ronkhi dan whezzing saat

memantau suara, rasional tindakan ini adalah ekspansi dada yang tak

simetris sering terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada

dan cairan paru yang berakibat pada keletihan dalam bernafas,

pernafasan jadi cepat dan dangkal (Doengoes, 2008) Pada pukul 13.45

WIB merubah posisi klien semifowler membuat klien lebih nyaman dan

jalan pernafasan lancar Selanjutnya memberikan posisi yang nyaman

untuk klien yaitu dengan posisi miring, rasional dari tindakan tersebut

adalah meningkatkan inspirasi maksimal dan meningkatkan

pengeluaran sekret untuk memperbaiki ventilasi (Doengoes, 2000).

Evaluasi tanggal 13 Januari 2016, setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 14.00 WIB.

Data Subjektif (S) dari ibu klien : masih sesak nafas, batuk, dahak bias

keluar sedikit . Setelah dilaksanakan posisi semifowler klien tampak

lebih nyaman, data Objektif (O) : keadaan umum klien lemas,

kesadaran compos mentis, klien terlihat masih sesak nafas, masih

terlihat penggunaan otot bahu dalam bernafas dan nafas cuping hidung,
0
, suhu 36,2 C, nadi 102x/menit, respirasi 48x/menin dan obat
cefotaxsim 1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg.

dengan demikian Assesment (A) : Masalah pola nafas tidak efektif pada

An. S belum teratasi maka dari itu Planning (P) : Intervensi masih di

lanjutkan.

Tindakan keperawatan tanggal 14 Januari 2016 pukul 14.00

WIB mengobservasi keadaan umum klien, keadaan umum klien

lemas, kesadaran compos mentis, pemeriksaan tanda-tanda vital klien


0
suhu 36 C, nadi 98x/menit, respirasi 44x/menit. Mengobservasi

status pernafasan adanya suara nafas tambahan dan didapatkan

auskultasi dada wheezing dan ronchi dad RR 44x/menit, merubah

posisi klien semifowler membuat klien lebih nyaman dan jalan

pernafasan lancar, mengkolaborasi dengan dokter pemberian obat.

Evaluasi tanggal 14 Januari 2016, setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 19.00 WIB.

Data Subjektif (S) dari ibu klien : mengatakan klien masih batuk

dahak keluar sedikit setelah dilakukan tindakan nebulizer klien masih

rewel, masih sesak nafas. Setelah dilaksanakan posisi semifowler klien

tampak lebih nyaman, data Objektif (O) : keadaan umum klien lemas,

kesadaran compos mentis, klien terlihat masih sesak nafas, masih

terlihat penggunaan otot bahu dalam bernafas dan nafas cuping hidung
0
suhu 36 C, nadi 98x/menit, respirasi 44x/menit dan obat cefotaxsim

1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg. dengan

demikian Assesment (A) : Masalah gagguan pola nafas belum teratasi


maka dari itu Planning (P) : Intervensi masih di lanjutkan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan tanggal 15 Januari 2016

pukul 19.00 WIB mengobservasi keadaan umum klien, keadaan

umum klien lemas, kesadaran compos mentis, pemeriksaan tanda-tanda


0
vital klien suhu 36 C, nadi 102x/menit, respirasi 42x/menit.

Mengobservasi status pernafasan adanya suara nafas tambahan dan

didapatkan auskultasi dada wheezing dan ronkhi . RR 42x/menit,

mengkolaborasi dengan dokter pemberian obat.

Evaluasi tanggal 15 Januari 2016, setelah dil akukan tindakan

keperawatan selama satu hari diperoleh evaluasi pada pukul 19.00 WIB

tanggal 15 Januari 2016. Data Subjektif (S) dari ibu klien : mengatakan

klien masih batuk, tetapi setelahakan dilakukan nebulizer klien bisa

batuk dan dahak dapat keluar sedikit sedikit, klien masih rewel, sesak

nafas. Setelah dilaksanakan posisi semifowler klien tampak lebih

nyaman, data Objektif (O) : keadaan umum klien lemas, kesadaran

compos mentis, klien terlihat masih sesak nafas, masih terlihat

penggunaan otot bahu dalam bernafas dan nafas cuping hidung suhu

suhu 36 0C, nadi 102x/menit, respirasi 42x/menit dan obat cefotaxsim

1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg masuk. dengan

demikian Assesment (A) : Masalah pola nafas tidak efektif pada An. R

belum teratasi maka dari itu Planning (P) : Intervensi masih di

lanjutkan.

3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makan


yang tidak adekuat

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik.

Diagnosa ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat

ditegakkan saat terdapat beberapa batasan karakteristik yang meliputi

terjadi penurunan berat badan, berat badan 20% atau lebih dibawah

berat badan ideal, bising usus hiperaktif, membran mukosa pucat , mual

dan muntah (NANDA,2015).

Produksi mukus yang sangat purulen dapat mengakibatkan

kurangnya kebersihan mulut, nafsu makan menurun sehingga

menyebabkan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

Tubuh (Muttaqin ,2008).

Tindakan yang dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif

ibu klien mengatakan klien sering muntah karena tersedak saat batuk,

sedangkan dari data objektif didapatkan Antopometri tinggi badan 69

cm, berat badan 9,1 kg.. Pada data KMS terakhir tanggal 16 Desember

2015 BB klien 8,1 kg dan saat dikaji tanggal 13 Januari BB klien

9,1kg. Data Clinical, tugor kulit baik, mukosa bibir sedikit lembab,

konjungtiva tidak anemis, wajah agak pucat akral pucat.

Alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut karena jika

mengalami ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan akan

mengakibatkan terjadinya kekurangan nutrisi pada klien dimana nutrisi

adalah salah satu kebutuhan dasar (Herdman, 2012)


Tujuan dilakukan asuhan keperawatan diharapkan masalah

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat terpenuhi dengan kriteria

hasil tidak ada tanda – tanda malnutrisi, asupan makanan meningkat.

Untuk memenuhi tujuan dan kriteria hasil yang telah disebutkan diatas,

maka intervensi yang akan dilakukan yaitu kaji adanya penurunan berat

badan, anjurkan makan sedikit tapi sering, anjurkan menjaga kebersihan

mulut, dan kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat

kolaborasi dengan dokter pemberian obat.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 13-15

Januari 2016 adalah memantau adanya mal nutrisi, memberi makanan

sedikit tapi sering, memprahankan kebersihan mulut, kolaborasi dengan

ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.

Tindakan menganjurkan kepada orang tua berikan porsi kecil

tapi sering, bukan makan sekali dalam porsi besar, dilakukan untuk

meningkatkan masukan makanan pada anak. Pada penderita tifod

respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang baik maka untuk

mengoptimalkan fungsi penyerapan diberikan porsi kecil tapi sering

agar usus tidak terbebani (Djoko Widodo, 2009). Sehingga apabila

makanan yang masuk ke dalam lambung dalam batas normal akan

memperingan kerja lambung dan mencegah muntah (Price, 2005).

Tindakan keperawatan yaitu timbang berat badan setiap hari

pada waktu yang sama, untuk menentukan kebutuhan kalori klien, dan

mencatat perubahan berat badan klien karena penurunan berat badan


dapat berlanjut meskipun masukan adekuat (Doenges, M.E, 2008).

Tindakan keperawatan mempertahankan kebersihan mulut

anak, akibat sisa makanan yang tidak dibersihkan akan mengakibatkan

adanya bakteri dan sumber penyakit baru (Potter & perry, 2006)

ditambah dengan lidah putih kotor pada klien tifoid dapat berakibat

penirunan nafsu makan (Wordpress, 2013)

Evaluasi pada tanggal 13 Januari 2016 didapat dari

implementasi terhadap An. S, data subjektif : ibu klien mengatakan

klien tidak memiliki riwayat alergi pada makanan, klien makan 2 –3

sendok, ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya menurun. Data

objektif : Antropometri : Berat badan 9,1 kg. Biokimia : Hemoglobin

11,7 g/DL, Leukosit 30,0 Clinical : pucat, mukosa bibir sedikit

lembab. Diit : diit bubur halusr porsi habis 2 - 3 sendok, obat ranitidine

1x10mg masuk. Sehingga masalah keperawatan Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh belum teratasi. Maka, perlu adanya tindakan yaitu kaji

adanya penurunan berat badan, anjurkan makan sedikit tapi sering,

anjurkan menjaga kebersihan mulut, dan kolaborasi dengan ahli gizi

untuk pemberian diit yang tepat.

Evaluasi pada tanggal 14 Januari 2016 didapat dari

implementasi terhadap An. S, data subjektif : ibu klien mengatakan

klien tidak memiliki riwayat alergi pada makanan, klien makan 6 – 8

sendok, ibu klien mengatakan nafsu makan anaknya menurun. Data

objektif : Antropometri : Berat badan 9,1 kg. Biokimia : Hemoglobin


11,7 g/DL, Leukosit 30,0 Clinical : pucat, mukosa bibir sedikit

lembab. Diit : diit bubur halusr porsi habis 6 - 8 sendok, obat ranitidine

1x10mg masuk. Sehingga masalah keperawatan Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh belum teratasi. Maka, perlu adanya tindakan yaitu kaji

adanya penurunan berat badan, anjurkan makan sedikit tapi sering,

anjurkan menjaga kebersihan mulut, dan kolaborasi dengan ahli gizi

untuk pemberian diit yang tepat.

Evaluasi pada tanggal 15 Januari 2016 didapat dari

implementasi terhadap An. S, data subjektif : ibu klien mengatakan

klien tidak memiliki riwayat alergi pada makanan, klien makan ½ porsi

dari rumah sakit dan makan 2 biskuwit, ibu klien mengatakan nafsu

makan anaknya menurun. Data objektif : Antropometri : Berat badan 9,1

kg. Biokimia : Hemoglobin 11,7 g/DL, Leukosit 30,0 Clinical :

pucat, mukosa bibir sedikit lembab. Diit : diit bubur halusr porsi habis

½ porsi dari rumah sakit dan 2 biskuwit , obat ranitidine 1x10mg

masuk. Sehingga masalah keperawatan Nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh belum teratasi. Maka, perlu adanya tindakan yaitu kaji adanya

penurunan berat badan, anjurkan makan sedikit tapi sering, anjurkan

menjaga kebersihan mulut, dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk

pemberian diit yang tepat.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi terhadap

penyakit
Kurang pengetahuan adalah kurang informasi tentang topik tertentu.

Diagnosa kurang pengetahuan dapat ditegakkan saat terdapat beberapa

batasan karakteristik yang meliputi tidak dapat menjelaskan masalah

secara benar menyangkut penyakit yang diderita dan seseorang tidak dapat

mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat dan perilaku yang tidak

sesuai (Nanda NIC & NOC, 2013).

Saat dilakukan pengkajian didapatkan data subjektif keluarga klien

mengatakan tidak mengetahui penyakit yang diderita klien dan data

objektif yaitu keluarga An. S terlihat bingung ketika ditanya tentang

penyakit yang diderita klien. Sehingga penulis mengangkat diagnosa

kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi terhadap

penyakit.

Alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut karena pengetahuan

tentang penyakit sangat diperlukan oleh orang tua. Terutama pada orang

tua yang baru memiliki anak pertama. Sehingga orang tua akan lebih

waspada dan paham akan penanganan yang dilakukan (Wong, 2008).

Orang tua memerlukan informasi yang menenangkan mereka bahwa

bronkpneumoni bukan merupakan keadaan yang sifatnya berbahaya.

Pendidikan kesehatan mengenai cara melindungi anak terhadap ancaman

bahaya dan mengamati dengan tepat apa yang terjadi pada anak

bronkpneumoni perlu dilakukan agar orang tua tidak panik dan

kebingungan (Wong, 2008).

Tingkat pengetahuan orang tua berbeda dapat mempengaruhi


pencegahan bronkpneumoni pada anak saat anak mengalami

bronkpneumoni.

Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam mengatasi masalah

kurang pengetahuan pada tanggal 13 Januari 2016 adalah melakukan

asuhan keperawatan selama 1x30 menit dengan harapan masalah kurang

pengetahuan teratasi dengan kriteria hasil : keluarga mengetahui penyakit

yang diderita oleh An. S dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa

yang dijelaskan tadi.

Untuk memenuhi tujuan dan kriteria hasil yang telah disebutkan

diatas, maka intervensi yang akan dilakukan yaitu bina hubungan saling

percaya, kaji tingkat pendidikan orang tua pasien, kaji tinggat pengetahuan

orang tua, jelaskan kepada orang tua mengenai penanganan terhadap

bronkopneumoni dan libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada pasien

(Doengoes, 2007).

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016

adalah tindakan pertama mengkaji pengetahuan keluarga dan tingkat

pendidikan keluarga. Rasionalnya pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang termasuk perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi

untuk sikap peran. Semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah

menerima informasi (Wilkinson, 2007). Tindakan kedua kaji tingkat

pengetahuan orang tua. Rasionalnya pengetahuan yang berbeda akan

mempengaruhi penanganan bronkponeumoni, perubahan pengetahuan

akan mempengaruhi perubahan sikap (Wilkinson, 2007). Tindakan ketiga


yaitu jelaskan kepada orang tua mengenai bronkopneumoni, rasional

dengan mengetahui tentang bronkponeumoni diharapkan orangtua dapat

mengerti penyakit bronkopneumoni dan penanganan yang benar pada

penyakit bronkopneumoni (Potter & Perry, 2005). Tindakan keempat

adalah libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada pasien. Rasionalnya

peran serta keluarga dapat membantu kesembuhan pasien dan keluarga

mengerti penanganan secara benar (Wilkinson, 2007).

Setelah beberapa intervensi dilakukan mulai tanggal 13 Januari

2016 maka penulis membandingkan antara kondisi pasien dengan kriteria

hasil yang telah dirumuskan. Pada tanggal 13 Maret 2016 jam 14.00 WIB

data subjective didapatkan bahwa keluarga klien mengatakan mengetahui

tentang penyakit yang diderita An. S. Data objective didapat keluarga

klien mampu menjelaskan kembali apa yang tadi dijelaskan oleh perawat.

Assesment masalah kurang pengetahuan teratasi. Planning hentikan

pendidikan kesehatan.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosa keperawatan Kurang

pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi terhadap penyakit

dapat teratasi.

5. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan

akumulasi eksudat.

Diagnosa Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat karena peradangan yang

mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus respiratorius, dan alveoli


serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas.

(Buku Ajar Ilmu Penyakit 2014)

Muncul kesenjangan antara teori dan hasil yang ditemui di lahan

yaitu tidak muncul salah satu batasan karakteristik yang disebutkan diatas

sehingga penulis tidak mengangkat diagnosa gangguan pertukaran gas

berhubungan dengan meningkatnya sekresi dan akumulasi eksudat.

6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam menurunnya

intake cairan dan evaporasi

Diagnosa Kekurangan volume cairan berhubungan dengan demam

menurunnya intake cairan dan evaporasi dapat ditegakkan saat terdapat

bebrapa batasan karakteristik yaitu : perubahan nadi, perubahan turgor

kulit, penurunan haluaran urin, membran mukosa kering, kulit kering,

peningkatan suhu tubuh. (NANDA, 2015)

Muncul kesenjangan antara teori dan hasil yang ditemui di lahan

yaitu tidak muncul salah satu batasan karakteristik yang disebutkan diatas

sehingga penulis tidak mengangkat diagnosa Kekurangan volume cairan

berhubungan dengan demam menurunnya intake cairan dan evaporasi.

7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan keletihan

Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan energi psikologis

atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan

sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan. Diagnosa intoleransi

aktivitas dapat ditegakkan saat terdapat salah satu atau beberapa batasan

karakteristik yaitu : respon tekanan darah abnormal terhadap


aktivitas,ketidaknyamanan setelah beraktivitas, menyatakan merasa letih,

menyatakan merasa lemah. (NANDA, 2015). Faktor yang berhubungan

yaitu : tirah baring atau imobilisasi, kelemahan umu, ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen, imobilitas, dan gaya hidup monoton.

(NANDA, 2015)

Muncul kesenjangan antara teori dan hasil yang ditemui di lahan

yaitu tidak muncul salah satu batasan karakteristik yang disebutkan

diatas sehingga penulis tidak mengangkat diagnosa Intoleransi aktivitas

berhubungan dengan kelelahan dan keletihan.

B. Simpulan

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan pada klien, didapatkan data

keadaan umum klien lemah, ibu klien mengatakan An. S batuk

berdahak dan dahak tidak dapat dikeluarkan sudah 3 minggu, dahak

tidak bias keluar, sesak nafas dan ibu klien mengatakan anaknya tidak

mau makan hanya menghabiskan 2-3 sendok makan, Orang tua klien

mengatakan belum mengetahui penyakit yang diderita klien. Orang tua

klien tampak kesulitan menjawab pertanyaan yang diajukan seputar

penyakit klien. Keadaan umum klien lemah, terdengar suara ronchi

dan wheezing pada dada kanan dan kiri, RR : 45 x/menit (normal bayi :

30-40 x/ menit) dan terlihat penggunaan otot bantu dalam bernafas.

2. Diagnosa keperawatan

a.) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan akumulasi


sekret dijalan nafas

b.) Gangguan pola nafas berhubungan dengan akumulasi secret

c.) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake

makanan yang tidak adekuat.

d.) Kurang pengetahuan berubungan dengan kurang informasi

tentang penyakit.

3. Intervensi Keperawatan

Tindakan masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan

nafas berhubungan dengan akumulasi sekret jalan nafas adalah

observasi keadaan umum, ukur tanda-tanda vital, auskultasi bunyi

paru, lakukan suction bila perlu, beri posisi semifowler, kolaborasi

dengan fisioterapi dada, dan kolaborasi dengan dokter pemberian

terapi.

Tindakan masalah keperawatan gangguan pola napas

berhubungan dengan akumulasi sekret adalah observasi keadaan

umum, ukur tanda-tanda vital, auskultasi bunyi paru, beri posisi

semifowler, kolaborasi dengan dokter pemberian oksigenasi dan

program terapi lanjut.

Tindakan masalah keperawatan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makana yang tidak

adekuat adalah kaji tanda tanda mal nutrisi, kaji penurunan berat

bada, anjurkan makan sedikit tapi sering, anjurkan menjaga

kebersihan mulut, kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit


yang tepat

Tindakan masalah keperawatan kurang pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya informasi adalah kaji tingkat

pengetahuan orang tua klien terhadap prnyakit, berikan penyulhan

tentang penyakit, libatkn keluarga dalam setiap tindakan kepaada

klien.

4. Pelaksanaan

Semua intervensi yang telah dilakukan pada tanggal 13-15 Januari

2016 sudah sesuai dengan teori yang telah di tulis.

5. Evaluasi

Hasil evaluasi yang didapatkan pada tanggal 13-15 Januari

2016 yaitu dilakuakan asuhan keperawatan dengan masalah

ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi

sekret dijalan nafas belum teratasi ditandai dengan keadaan umum

lemas, kesadaran compos mentis, batuk berdahak sudah 3 minggu

hanya keluar sedikit, dan masih terdengar suara wheezing dan ronchi

RR : 42x/menit, S : 36 0C, N : 102x/menit dan injeksi obat cefotaxsim

1x900 mg, cholramphenicol 1x275 mg, dexsa 1x1,8 mg.

Hasil evaluasi asuhan keperawatan dengan Gangguan pola

nafas berhubungan akumulasi sekret belum teratasi ditandai dengan

keadaan umum lemas, kesadaran compos mentis , batuk berdahak,

sesak nafas RR : 42x/menit, dan masih terdengar suara wheezing dan

ronchi, saat bernafas menggunakan otot bantu pernafasan, dan cuping


hidung dan injeksi obat cefotaxsim 1x900 mg, cholramphenicol 1x275

mg, dexsa 1x1,8 mg.

Hasil evaluasi asuhan keperawatan denga Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang tidak

adekuat belum teratasi ditandai dengan keadaan umum lemas,

kesadaran compos mentis, mukosa bibir sedikit lembab, pucat, klien

makan hanya ½ porsi dan 2 biskuwit, Hb 11,7 g/d, dan injeksi

ranitidine 1x10 mg.

Hasil evaluasi asuhan keperawtan dengan masalah Kurang

pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit

teratasi pada hari pertama ditandai dengan keluarga mengetahui

penyakit yang diderita anakanya, dan keluarga mampu menjelaskan

kembali apa yang telah jelaskan oleh perawat.

6. Kesenjangan

a. Diagnosa yang muncul sesuai dengan teori:

1.) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

akumulasi sekret jalan nafas

2.) Gangguan pola napas berhubungan dengan obstruksi bronkus

3.) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

4.) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

b. Diagnosa yang muncul yang tidak sesuai dengan teori berdasarkan

kondisi An.S yaitu : Kurang pengetahuan berhubungan dengan


kurang informasi.

c. Diagnosa yang tidak muncul karena tidak ditemukan batasan

karakteristik diagnosa pada An. S :

1.) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveolar

2.) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

demam, menurunnya intake cairan peningkatan evaporasi

3.) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan /kelemahan

d. Intervensi yang tidak dilakukan sesuai teori yaitu :

1.) Melakukan tindakan fisioterapi dada. Fisioterapi dada tidak

dilakukan, tetapi memberikan minyak telon di dada klien

karena anak rewel dan ibu klien tidak mengizinkan anaknya

untuk di lakukankan fisioterapi dada.

2.) Melakuakan suction tindakan ini tidak dilakukan karena dari

rumah sakit tidak ada tindakan suction.

3.) Memberikan terapi O2, terapi ini tidak diberikan karena tidak

mendapatkan terapi.
Daftar Pustaka

DEPKES RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia 2014 (online).

(http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-

indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf) diakses tanggal 20 oktober

2015

Dinas Kesehatan Jawa tenggah (Dinkes Jateng). (2014). Profil Kesehatan

Provinsi Jawa Tengah (online). ( Http://www.dinkes jatengprov.html )

diakses tanggal 22 oktober 2015

Doengoes Marilyn, E, (2001), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan, Edisi 2, Jakarta :EGC
Dorlan, Newman. (2010). Kamus Kedokteran Dorlan Edisi 31. Jakarta : EGC

Engel, J. (2008). Pengkajian Pediatrik, Terjemahan oleh Esty Wahyuningsih

. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk

Pendidikan Kebidanan. Jakarta : Salemba Medika.

Muttaqin. A (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan


Sistem Pernafasan , Jakarta : Salemba Medika.
. NANDA. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC-NOC. Edisi 9. Terjemahan oleh Amin Huda Nurarif &
Hardi Kusma 2012. Jogjakarta : Mediaction Jogja
NANDA. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NANDA NIC-NOC. Terjemahan oleh Amin Huda Nurarif & Hardi
Subekti. 2015. Jogjakarta : Mediaction Jogja
Nastiti, Bambang Supriyatno, & Darmawan Budi. (2010). Buku Ajar :

Respiratologi Anak Edisi 1. Jakarta : IDAI

Ngastiyah. (2005). Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC

Nursalam (Ed.). (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba
Medika

Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta : Nuha Medika

Price, S. A., & Wilson, L . (2006). Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6. Terjemahan oleh Brahm U. Pendit., et al. 2005. Jakarta :

EGC

Rekam Medis RSU TIDAR Magelang. (2014). Rekapitulasi Pasien Rawat Inap

2015. Magelang : RSU TIDAR Magelang

Wilkinson Judith & Ahern Nancy. (2013). Buku Saku Diagnosa Keperawatan :
Diagnosa Nanda, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC Edisi 9. Terjemahan
oleh Esty Wahyunisngsih. Jakarta : EGC
Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 Volume 1
.Jakarta : EGC

Wong, Donna L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6 Volume 1I


.Jakarta : EGC
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Tri Ningsih

2. NIM : P 17420513083

3. Tanggal Lahir : 07 Februari 1995

4. Tempat Lahir : Boyolali

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Alamat Rumah :

a. Dusun : Seworan

b. Kelurahan : Ketoyan

c. Kecamatan : Wonosegoro

d. Kab/Kota : Boyolali

e. Provinsi : Jawa Tengah

7. Telpon :

a. Rumah : -

b. HP : 085799992664

c. Email : triningsih90@yahoo.com
RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pendidikan SD di SD Negeri Seworan Boyolali, lulus tahun 2006

2. Pendidikan SMP di SMP Negeri 1 Wonosegoro Boyolali, lulus tahun 2010

3. Pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Klego Boyolali, lulus tahun 2013

RIWAYAT ORGANISASI

1. Dewan Ambalan

Magelang, 21 Desember 2015

Tri Ningsih

NIM. P17420513083
SATUAN ACARA PENYULUHAN

BRONKOPENEUMONI

Pokok bahasan : Bronkopeneumoni

Sub pokok bahasan : 1. Pengertian Bronkopeneumoni

2. Penyebab Bronkopeneumoni

3. Tanda dan gejala Bronkopeneumoni

4. Cara penularan Bronkopeneumoni

5. Cara pengobatan Bronkopeneumoni

Waktu : 30 menit

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Januari 2016

Sasaran : Keluarga An. S

Tempat : Di Ruang Anak Dahlia RSU Tidar Magelang

Penyuluh : Tri Ningsih

I. Tujian Intruksional Umum

Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 1x30 menit,

diharapkan keluarga An. S mampu memahami tentang

Bronkopeneumoni.
II. Tujuan Intruksional Khusus

Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, keluarga

An. S diharapkan mampu :

1. Menjelaskan pengertian Bronkopeneumoni

2. Menyebutkan penyebab Bronkopeneumoni

3. Menyebutkan tanda dan gejala Bronkopeneumoni

4. Menjelaskan cara penularan Bronkopeneumoni

5. Menjelaskan cara pengobatan Bronkopeneumon

III. Kegiatan Belajar Mengajar

No Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan peserta


1 Pembukaan 5 m a. Salam Menjawab salam
en b. Perkenalan Mendengarkan
it c. Menjelaskan
tujian dari
pertemuan
d. Kontrak waktu menjawab
' Isi materi 15 en a. Menjelaskan Memperhatikan
it pengertian penjelasan
Bronkopeneumoni

b. Menjelaskan
penyebab
Memperhatikan
Bronkopeneumoni

c. Menyebutkan
tanda dan gejala
Bronkopeneumoni Memperhatikan

d. Menjelaskan cara
penularan
Bronkopeneumoni

e. Menjelaskan cara
Memperhatikan
pengobatan
Bronkopeneumoni

f. Memberi
kesempatan Memperhatikan
peserta untuk
bertanya

Bertanya

3 Penutup 5 menit a. Memberikan Menjawab


evaluasi berupa pertanyaan
pertanyaan lisan
kepada peserta

b. Menyimpulkan
kegiatan yang
telah disampaikan
Memperhatikan
c. Memberi salam
penutup

Menjawab salam

IV. Metode

a. Ceramah

b. Tanya jawab
A. Definisi

Definisi Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,

distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli,

serta menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Padillah, 2013.)

Bronkopneumoni tidak lepas dari pneumoni karena bronkopneumoni

merupakan salah satu dari dari klasifikasi dari pneumoni, yaitu radang paru yang

disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan

benda asing. Pneumoni menjadi 3 jenis yaitu : pneumoni lobaris, pneumoni

lobularis (bronkopneumoni) dan pneumoni interstitialis (bronkiolitis).

(Ngastiyah,2005.)

B. Penyebab

1. Bakteri

Penemonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme garam

positif seperti : Steptococcus pneumonia,S.aerous,dan streptococcus pyogenesis.

Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza,klebsiella pneumonia dan

P.Aeruginosa.

2. Virus

Disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.

Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia

virus.

3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui

penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada

kotoran burung, tanah serta kompos.

4. Protozoa

Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC), biasanya

menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi.

C. Tanda dan Gejala

1. demam yang tampak sebagai tanda infeksi pertama

2. batuk sputum yang berlebihan atau abnormal hemoptysis

3. dispnea

4. nyeri dada

5. sianosis

6. jari tabuh

7. keluhan nafas dangkal dan cepat.

D. Cara Penularan

1. Doplet infection (infeksi tetes) melalui percikan mucus atau saliva.

2. Makanan dan minuman yang terkontaminasi

3. Peralatan pernapasan yang terkontaminasi

4. Penggunaan alat bantu pernapasan secara bersama-sama

E. Cara Pengobatan Di Rumah


1. Mereka harus banyak beristirahat.2

2. Mereka harus minum sedikit-sedikit tapi sering sehingga mereka tidak

mengalami dehidrasi

3. Mereka akan lebih nyaman bila tidur dengan disangga beberapa buah

bantal sehingga mereka tidak tidur dalam posisi datar

4. Bila anak anda mengalami sakit

5. Jangan berikan obat batuk. Obat-obatan tersebut tidak dapat membantu

anak yang menderita radang paru

6. Hindari untuk merokok di sekitar anak anda.

Anda mungkin juga menyukai