KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Magelang
Oleh :
Ika Septiana Rahayu
NIM : P 17420511016
1
Laporan Kasus
KTI
Oleh :
NIM P17420511016
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas limpahan
Retensi Urine Pada Ny. L dengan Postpartum Spontan di Ruang Anggrek RST dr.
pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih
kepada :
Semarang
Kemenkes Semarang
3. Dwi Ari Murti W, MN, Ketua Program Studi DIII Keperawatan Magelang
Magelang
7. Eko Prayitno dan Dyah Sutrisniati orang tuaku yang selalu memberikan
doa dan dukungan serta kasih sayangnya yang tak pernah putus
sayangi
kasih atas kebersamaan, bantuan, kritik dan saran semoga tali silaturahmi
10. Semua pihak yang telah membantu dan tidak mampu penulis sebutkan
satu persatu
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna,
karenanya imbauan, kritikan, masukan dan tindak lanjut sangat penulis harapkan.
Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan para pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................ iv
B. Pengkajian .................................................................................. 11
B. Pengkajian .................................................................................. 18
D. Perencanaan ................................................................................ 23
E. Pelaksanaan ................................................................................ 24
F. Evaluasi ...................................................................................... 26
A. Pembahasan ................................................................................ 27
1. Pengkajian ............................................................................ 27
3. Perencanaan ......................................................................... 30
4. Pelaksanaan .......................................................................... 33
5. Evaluasi ................................................................................ 36
B. Simpulan ..................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
urutan yang tertinggi di Asia Tenggara yaitu sebesar 228 per 100.000
2007-2012 kasus kematian ibu meningkat cukup tinggi, pada tahun 2012 AKI
mencapai 359 per 100.000 penduduk atau meningkat sekitar 57% bila
dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yang hanya sebesar 228 per
Pada tahun 2012, angka kematian ibu di provinsi Jawa Tengah masih
cukup tinggi yaitu sebesar 116,34 per 100.000 kelahiran hidup. Kondisi
2011 sebesar 116,01 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut masih
berada diatas target nasional yakni sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup.
sebesar 57,93% kematian maternal terjadi pada waktu nifas, pada waktu
hamil sebesar 24,74% dan pada waktu persalinan sebesar 17,33% (Kemenkes
RI, 2013).
Beberapa penyebab kematian ibu post partum yang tertinggi di
terdapat satu kasus kematian ibu melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan
atonia uterus atau kegagalan otot rahim untuk berkontraksi dengan kuat. Dua
chung (2002) angka kejadian retensi urine pada ibu postpartum sebesar 4%
Jakarta memperoleh data bahwa terdapat 17,1% kejadian retensi urine pada
ibu postpartum yang telah dipasang kateter selama enam jam dan sebanyak
7,1% ibu yang dipasang kateter selama 24 jam pasca operasi sectio caesarea.
retensi urine postpartum dari 2850 kasus, atau sekitar 0,38% dengan rincian
oleh retensi urine seperti perdarahan dan infeksi. Perdarahan dan infeksi
berbagai pihak, terutama bagi ibu nifas dan petugas kesehatan. Salah satunya
yaitu tindakan untuk mencegah terjadinya retensi urine atau distensi kandung
yang menahan kencing karena takut akan merasakan sakit pada luka jalan
lahir. Oleh karena itu peran perawat dalam memberikan intervensi untuk
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
postpartum spontan.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan :
b. Membahas kesenjangan yang lebih lanjut antara teori dan fakta yang
terjadi di masyarakat
C. Manfaat Penulisan
Semarang
Laporan kasus ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian
3. Tenaga kesehatan
Laporan kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi oleh tenaga
4. Bagi Responden
kemih.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
merupakan salah satu masalah yang penting dan perlu diperhatikan oleh
lebih darah setelah persalinan per vaginam atau 1000 ml atau lebih setelah
yaitu atonia uterus, retensi jaringan plasenta, inversi uterus, rupture uterus,
persalinan.
1. Pengertian
Keluhan ini dapat bertambah berat karena adanya fase diuresis pasca
terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut (Smeltzer & Bare,
2002).
2. Etiologi
a. Perubahan hormonal
dan terputus-putus, ada rasa tidak puas, dan keinginan untuk mengedan
meliputi disuria dan sensasi kandung kemih yang penuh. Sedangkan gejala
4. Patofisiologi
luas, terutama pada malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
daerah kecil yang hemoragi. Pengambilan urine dengan cara bersih atau
keadaan ini bisa menghambat kontraksi uterus. Pada masa pasca partum
adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam tujuh
Gambar 2.1. Patofisiologi retensi urin pada ibu nifas (Bobak, 2005)
B. Pengkajian
Berikut ini pengkajian yang mungkin ditemukan pada ibu nifas selama
2. Sirkulasi
Gejala : episode diaforesis lebih sering terjadi pada malam hari, perlu
3. Integritas ego
4. Eliminasi
Gejala : diuresis postpartum lebih banyak terjadi diantara hari kedua dan
fisiologis ibu harus bisa berkemih spontan selama 6-8 jam pertama pasca
menyatakan adanya kesulitan buang air kecil karena rasa takut atau nyeri
6. Nyeri/ ketidaknyamanan
hari ketiga sampai hari kelima postpartum, nyeri akibat luka perineum
atau episiotomi.
7. Seksualitas
umbilikus dan ke salah satu sisi abdomen. Keadaan ini juga akan
Lokhia rubra berlanjut sampai hari ke 2-3, berlanjut menjadi lochia serosa
biasanya pada hari ketiga atau mungkin lebih dini tergantung kapan
menyusui dimulai.
C. Rumusan Masalah Keperawatan
ginjal), trauma mekanis, edema jaringan, efek – efek anaestesia (pada post
3. Batasan karakteristik :
D. Intervensi Keperawatan
a. Klien mampu berkemih spontan dalam kurun waktu 6–8 jam setelah
persalinan
a. Kaji masukan cairan dan haluaran urine terakhir. Catat masukan cairan
dehidrasi.
b. Kaji tanda – tanda Infeksi Saluran Kemih (misalnya rasa terbakar pada
d. Palpasi kandung kemih. Pantau tinggi fundus uteri dan lokasi, serta
posisi uterus. Karena letak kandung kemih dan uterus yang berdekatan
inkontinensia stress.
E. Implementasi Keperawatan
4. Menganjurkan klien untuk berkemih dalam 6-8 jam pasca persalinan, dan
4 jam setelahnya.
berkemih
bisa berkemih
F. Evaluasi Keperawatan
diharapkan akan terjadi pada klien sesuai dengan kriteria evaluasi NOC yaitu
pasien akan :
TINJAUAN KASUS
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 28 Maret 2014 pada jam 18.45
WIB, pada pasien post partum spontan yang dirawat di bangsal Anggrek RST dr.
Soedjono Magelang. Data diperoleh dari wawancara dengan pasien, keluarga dan
A. Biodata Klien
Selatan. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 28 Maret 2014 jam 08.30
WIB dengan riwayat G1P1A0. Penanggung jawab klien adalah suami klien
yang bernama Tn. S. Beliau berusia 29 tahun, beragama Islam dan bekerja
B. Pengkajian
18.45 WIB, klien mengeluh nyeri luka jahitan pada jalan lahir dan belum
berani untuk buang air kecil sampai sekarang. Riwayat kesehatan saat ini
klien masuk ke rumah sakit pada tanggal 28 Maret 2014 jam 08.30 WIB
tidak teratur. Umur kehamilan klien 38 minggu dan HPL tanggal 11 April
2014. Ibu masih merasakan gerakan janin, dan mengatakan tidak keluar
lendir maupun darah. Air ketuban rembes sejak 12 jam sebelum masuk
rumah sakit.
obat – obatan. Klien juga belum pernah dirawat di rumah sakit. Dalam
klien baru satu kali menikah saat berusia 22 tahun dan umur suami klien
siklus haid teratur, lama haid 7 hari, hari pertama haid terakhir (HPHT)
tanggal 09 Juli 2013 dan hari perkiraan lahir (HPL) tanggal 11 April
2014. Riwayat KB, klien belum penah mengikuti program KB. Riwayat
dengan berat badan 3100 gr dan panjang badan 48 cm, APGAR score 10
dan tidak ada cacat. Plasenta lahir secara spontan pada jam 12.50 WIB,
plasenta lahir lengkap, dan kotiledon utuh. ASI keluar lancar dan IMD
kondisi emosional klien cukup baik, namun pasien belum bisa buang air
tanda vital : tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 96 x/menit , respirasi rate
ikterik, pupil isokor, telinga simetris, bersih tidak ada serumen, hidung
bersih tidak ada polip maupun sekret, mulut bersih mukosa bibir lembab,
dan abdomen. Pada pemeriksaan jantung diperoleh data berikut ini : ictus
usus 12 kali per menit, tidak ada nyeri tekan, TFU masih setinggi pusat,
terpasang pembalut dengan jumlah lochia ± 150 cc, warna lochia merah
semalaman tidak bisa tidur dan sekarang merasa “ngantuk”. Pada pola
respirasi rate 24 x/menit, suhu 36,80 C dan jumlah insensible water loss
(IWL) 870 cc/hari. Ibu juga mengatakan merasa sedikit panas dan
berkeringat terus. Integritas ego klien merasa senang dan bahagia dengan
kelahiran putri pertamanya. Pola makan dan cairan: tidak ada penurunan
nafsu makan, BB : 58 kg, TB : 153 cm, Hb : 10,8 g/ dl, turgor kulit baik,
mukosa bibir lembab, diit TKTP, setelah 6 jam persalinan klien sudah
minum 4 gelas air dan biasanya minum 7 gelas air per hari.
Pada pengkajian pola eliminasi secara subjektif, terdapat
perubahan frekuensi BAK, ibu mengatakan belum buang air kecil dan
daerah perineum, nyeri hilang timbul, kualitas nyeri terasa perih, skala 7,
masih setinggi pusat, kontraksi otot uterus lemah, dan ibu mengatakan
perutnya tidak terasa kenceng - kenceng lagi, jenis lokhea rubra, warna
selama 6 jam post partum, dan selalu penuh (jumlah darah ± 600 cc).
4. Data Penunjang
2014 diperoleh data sebagai berikut : WBC 8,6 x 103/ uL ; RBC 4,31 x
MCV 73,1 fL; MCH 25,0 pg; MCHC 34,2 g/ dl; MPV 11,7 fL; PDW
13,3 fL. Program terapi infus RL 20 tpm, Amoksilin 3 x 500 mg, asam
frekuensi BAK. Pasien mengatakan belum buang air kecil setelah 6 jam
pembalut sebanyak 3 kali selama 6 jam pertama persalinan, dan selalu penuh
ibu mengatakan perutnya tidak terasa kenceng – kenceng lagi. Dari data
objektif juga terdapat distensi kandung kemih, dan TFU masih setinggi
pusat.
mekanis.
D. Perencanaan
masalah retensi urine dapat teratasi dengan kriteria hasil pasien mampu buang
air kecil dengan spontan dalam kurun waktu 6 sampai 8 jam post partum,
masalah retensi urine, diantaranya adalah : kaji masukan cairan dan haluaran
urine terakhir, catat masukan cairan intrapartal, haluaran urine, jumlah IWL
dan lamanya persalinan. Kaji tanda – tanda infeksi saluran kemih, kaji adanya
edema atau laserasi/ episiotomi. Palpasi kandung kemih, pantau tinggi fundus
mandi. Alirkan air hangat di atas perineum, dan tambahkan cairan yang
menggunakan rendam duduk (sitz bath), surgirator atau shower air hangat
sesuai indikasi. Ajarkan klien untuk melakukan latihan Kegel setiap hari,
anjurkan minum 6 sampai 8 gelas cairan per hari dan kolaborasi dalam
sesuai indikasi.
E. Pelaksanaan
biasa minum 7 gelas air per hari. Selama 6 jam setelah persalinan, klien
sudah minum 4 gelas air dan juga belum buang air kecil. Intake cairan yang
lainnya yaitu dari cairan infus RL 20 tpm. Jumlah IWL 870 cc/hari, lama
Respon objektif TFU setinggi pusat, terdapat distensi kandung kemih, aliran
kepada ibu untuk berkemih spontan dalam waktu 6 – 8 jam setelah persalinan
bahaya yang terjadi jika tidak berkemih, dan mau mencoba berjalan ke kamar
spontan tetapi nyeri perineum masih terasa. Setelah ibu mampu berkemih,
objektif dan subjektif tidak ada tanda – tanda infeksi saluran kemih seperti
berkemih. Saat dipalpasi, distensi kandung kemih sudah berkurang. Pada jam
melakukan latihan Kegel setiap hari. Respon subjektif ibu mengerti dan mau
gelas cairan per hari. Respon subjektif ibu mengerti dan mau mengikuti
anjuran perawat.
F. Evaluasi
Evaluasi tanggal 28 Maret 2014 dilakukan pada jam 20.15 WIB. Hasil
evaluasi sebagai berikut : ibu mengatakan setelah 6 jam persalinan belum bisa
berkemih spontan, dan setelah diberi informasi serta motivasi ibu mau
masih terasa perih. Evaluasi secara objektif yaitu ibu sudah mampu buang air
kecil secara spontan, distensi kandung kemih berkurang, IWL (15 cc/kgBB/
hari) 870 cc/hari, TFU 1 cm di bawah pusat. Dari evaluasi tersebut, dapat
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan antara teori
asuhan keperawatan dengan kondisi nyata kasus di rumah sakit yang penulis
kelola yaitu tentang masalah retensi urine pada Ny. L dengan post partum
dengan adanya retensi urine post partum. Selain itu dalam bab ini penulis
dihadapi selama pengelolaan kasus dan upaya – upaya yang dilakukan untuk
1. Pengkajian
2014 pada jam 18.45 WIB, diperoleh data : pada pengkajian eliminasi ibu
nifas dengan retensi urine, pasien mengatakan belum buang air kecil
pusat dan penurunan kontraksi otot uterus. Hal ini sesuai dengan
pendapat Bobak, yang menjelaskan bahwa secara fisiologis ibu nifas
dan ke salah satu sisi abdomen. Kondisi ini akan menyebabkan uterus
aliran lokhia akan mengalami peningkatan. Hal ini sesuai dengan hasil
lokhia (ibu telah mengganti pembalut sebanyak tiga kali ± 600 cc setelah
setinggi pusat).
2. Perumusan masalah
(Bahiyatun, 2009).
pengkajian ibu belum bisa berkemih selama 6 jam setelah persalinan dan
mekanis.
3. Perencanaan
hanya menetapkan waktu selama 2 jam karena terpacu pada kriteria hasil
ibu mampu berkemih spontan dalam kurun waktu 6 – 8 jam post partum,
output cairan termasuk jumlah urine dan IWL. Dalam 12 jam setelah
yang teretensi selama hamil adalah diaforesis luas, terutama pada malam
(Bobak, 2005).
Selain itu juga perlu digali mengenai berbagai penyebab retensi
bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan,
yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat
yang hemoragi. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema.
keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu rasa nyeri pada panggul
tinggi fundus uteri dan lokasi, serta jumlah aliran lokhia. Menurut Bobak
bisa menghambat kontraksi uterus. Pada masa pasca partum lebih lanjut,
Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam jangka waktu
lama, dinding kandung kemih dapat mengalami kerusakan lebih lanjut
(atoni).
retensi urine maupun motivasi sangat berguna bagi ibu dalam mengambil
melakukan latihan Kegel 100 kali per hari berguna untuk meningkatkan
indwelling sesuai indikasi, jika ibu tetap masih belum bisa berkemih.
4. Pelaksanaan
karena masalah retensi urine post partum harus mampu diatasi sesegera
mungkin, dan ibu harus sudah dapat berkemih spontan dalam waktu
kurang dari 2 jam. Jika lebih dari 2 jam ibu masih belum bisa berkemih
setelah persalinan klien sudah minum 4 gelas air ± 800 cc dan juga belum
buang air kecil. Intake cairan yang lain yaitu dari cairan infus RL 20 tpm.
Jumlah IWL diperoleh hasil 870 cc/hari dengan rumus IWL = 15 cc/kg
jam 11.55 WIB dan kala III (kelahiran plasenta) berakhir pada pukul
12.55 WIB. Persalinan yang cukup lama dan masukan yang tidak adekuat
akan menyebabkan dehidrasi, sehingga penurunan urine output
jumlah darah ± 600 cc. Kandung kemih yang penuh membuat rahim
terdorong ke atas umbilikus dan ke salah satu sisi abdomen. Keadaan ini
juga mencegah uterus berkontraksi secara normal atau akan terjadi atoni
uterus. Jika terjadi atoni uterus, palpasi rahim akan teraba lunak dan
kandung kemih. Respon objektif dan subjektif tidak ada tanda – tanda
infeksi saluran kemih seperti rasa terbakar saat berkemih, urine keruh
spontan.
sesuai prosedur, karena penulis mengacu pada intervensi dari teori yang
5. Evaluasi
belum bisa berkemih spontan, dan setelah diberi informasi serta motivasi,
ibu mau mencoba berjalan ke kamar mandi untuk berkemih walaupun
mampu buang air kecil secara spontan dan distensi kandung kemih juga
berkurang. Hal ini sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan pada
B. Simpulan
post partum spontan di ruang Anggrek RST dr. Soedjono Magelang pada
ibu belum buang air kecil setelah 6 jam persalinan, adanya distensi kandung
kemih, TFU masih setinggi pusat, kontraksi uterus lambat atau lemah, dan
peningkatan aliran lokhia. Masalah retensi urine pada Ny. L terjadi karena ibu
dapat teratasi dengan kriteria hasil ibu mampu berkemih spontan dan
Padahal masih banyak tindakan mandiri keperawatan yang lebih aman dan
dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu, penulis
biaya yang lebih mahal, tindakan tersebut juga akan meningkatkan resiko
lepas dari faktor pendukung maupun faktor penghambat yang ada. Selama
jam penuh selalu memantau keadaan klien. Tetapi hal tersebut mampu diatasi
2. NIM : P17420511016
b. Kelurahan : Banyubiru
c. Kecamatan : Banyubiru
7. Telepon : a. Rumah : -
b. HP : 085642394686
c. Email : isera_kind@yahoo.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN