Anda di halaman 1dari 112

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS INKOMPLETUS POST KURETASE

PADA NY.S DI BANGSAL BUDI RAHAYU RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH TIDAR MAGELANG

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi DIII Keperawatan Magelang

Oleh :
Zipora Anaturia
Indianto NIM : P.
17420512045

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

MEI, 2015
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS INKOMPLETUS POST KURETASE

PADA NY. S DI BANGSAL BUDI RAHAYU RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH TIDAR MAGELANG

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi DIII Keperawatan Magelang

Oleh :
Zipora Anaturia
Indianto NIM : P.
17420512045

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MAGELANG

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK

KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

MEI, 2015

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

Rahmat serta Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul ‘’ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS

INKOMPLETUS POST KURETASE PADA NY.S DI BANGSAL BUDI

RAHAYU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR MAGELANG’’.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini digunakan dalam rangka Ujian Akhir

Komprehensif untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan

program Diploma III Keperawatan pada Politeknik Kesehatan Kemenkes RI

Semarang Program Studi Keperawatan Magelang Tahunn Akademik 2015.

Dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak menghadapi

masalah dan hambatan, namun berkat bantuan dan arahan dari berbagai pihak

sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Untuk itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada :

1. Sugiyanto, S.Pd, M.APP, Sc., Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang.

2. Budi Ekanto, S.Kp., M.Sc Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes

Semarang.

3. Hermani Triredjeki, S.Kep, Ns., M.Kes. Ketua Program Studi Keperawatan

Magelang.

4. Sri Adiyati, S.Pd, S.Kep pembimbing sekaligus penguji Laporan Kasus ini.

5. Tim Penguji Uji Akhir Program: Sri Adiyati, S.Pd, S.Kep; Wiwin Renny. R,

S.ST, S.Pd, M.Kes; Tulus Puji Hastuti S.Kep, Ns., M.Kes.

v
6. Seluruh dosen dan karyawan Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Semarang

Program Studi Keperawatan Magelang, yang telah memberikan ilmu,

bimbingan, bantuan dan arahan selama penulis menempuh pendidikan dan

awalan hingga akhir.

7. Bapak Edi Indianto, ibu Endang Suprihatin tercinta, serta kakak saya Meisach

Cristie Indianto, yang selalu memberi dukungan, kasih sayang, motivasi,

kesabaran, ketulusan, dalam do’anya untuk saya.

8. Rekan-rekan angkatan Arjuna 1 dan Arjuna 2 atas kebersamaan dan bantuan

dari awal hingga akhir.

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Semoga Tuhan membalas semua kebaikan dengan balasan yang berlipat

ganda. Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh

dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik, saran dan masukan yang sifatnya

membangun dari pembaca yang budiman sangat penulis harapkan guna perbaikan

Asuhan Keperawatan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semuanya dan ikut memberikan kontribusi bagi

kemajuan profesi keperawatan.

Magelang, Mei 2015

Penulis

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iv

KATA PENGANTAR.............................................................................................v

DAFTAR ISI...........................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix

DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1

B. Tujuan Penulisan..........................................................................................3

C. Manfaat Penulisan........................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Abortus............................................................................................5

1. Pengertian..............................................................................................5

2. Klasifikasi..............................................................................................5

3. Etiologi................................................................................................10

4. Patofisiologi........................................................................................12
vii
5. Tanda gejala........................................................................................15

6. Komplikasi..........................................................................................15

7. Penatalaksanaan Abortus Inkomplet...................................................17

8. Penatalaksanaan Post Kuretase...........................................................18

B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian Fokus................................................................................20

2. Pemeriksaan Fisik...............................................................................22

3. Diagnosa keperawatan.........................................................................23

4. Fokus Intervensi..................................................................................27

5. Evaluasi...............................................................................................31

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Biodata (Biographic Information).............................................................33

B. Pengkajian (Assessment)...........................................................................34

1. Riwayat Keperawatan(nursing history).............................................34

2. Pengajian Fungsional.........................................................................35

3. Pemeriksaan fisik...............................................................................36

4. Data Penunjang..................................................................................38

5. Program Terapi..................................................................................38

C. Perumusan Masalah...................................................................................39

D. Rencana Keperawatan...............................................................................41

viii
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan...............................................................................................55

1. Pengkajian...........................................................................................55

2. Diagnosa Keperawatan........................................................................58

3. Intervensi dan Implementasi...............................................................66

4. Evaluasi...............................................................................................68

B. Simpulan....................................................................................................69

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Pathway Abortus.............................................................................................15

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Asuhan Keperawatan Ny.S

2. SAP Penanganan Pasca Abortus

3. Leaflet Penanganan Pasca Abortus

4. Lembar Bimbingan

5. Lembar Riwayat Hidup

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suasana membahagiakan dalam berumah tangga adalah kehadiran

seorang anak, namun dalam proses kehamilan banyak kendala yang

dialami oleh ibu hamil, salah satunya adalah ibu hamil dalam proses

pembuahan, kehamilan, maupun kelahiran. Salah satu kendala dalam

proses kehamilan adalah mengalami keguguran atau abortus. Istilah

abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapat hidup.

Abortus Inkomplet adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada

kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam

uterus. Tanda dan gejala : Kanalis servikalis terbuka, jaringan dapat diraba

dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dalam OUE,

perdarahan dapat banyak sehingga menyebabkan syok dan perdarahan

tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan (Wiknjosastro, 2006).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Bangsal Bersalin Budi Rahayu

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tidar Magelang dari bulan Januari

sampai Oktober tahun 2014, pasien yang dirawat dengan kasus abortus

sebanyak 285 orang, dari kasus abortus tersebut, 157 orang

1
2

(56 %) mengalami abortus inkomplet, rata-rata pada usia 20 sampai 25

tahun, dan 87 (31 %) orang mengalami Abortus imminen pada usia 25

tahun, abortus insipiens sebanyak 3 (1%) orang, Missed abortion

sebanyak 33 (12%) orang, dan pada abortus kompletus sebanyak 1 (0%)

orang. (Rekam Medis Budi Rahayu Tidar Magelang, 2014).

Prevalensi abortus inkomplet di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar

Magelang paling tinggi dibandingkan dengan jenis abortus lainnya.

Abortus inkomplet juga memberikan dampak dalam berbagai aspek, aspek

psikologis, dan aspek biologis. Abortus inkomplet memiliki komplikasi

yang dapat mengancam keselamatan ibu karena adanya perdarahan masif

yang dapat menyebabkan kematian bagi ibu, akibat adanya syok

hipovolemik yang apabila keadaan tersebut tidak segera ditangani dengan

tindakan yang tepat. Mengenal lebih dekat tentang abortus inkomplet

menjadi penting bagi para tenaga kesehatan agar mampu menegakkan

diagnosis kemudian memberikan penatalaksanaan yang sesuai dan akurat,

serta mencegah komplikasi (Vanessa, 2011). Abortus tidak lengkap yang

telah menjadi sepsis adalah suatu keadaan yang penuh dengan bahaya dan

ini harus segara ditangani, karena sepsis dapat mengakibatkan gagal ginjal

dan hati, pembekuan intravaskuler diseminata, dan bahkan bisa

menyebabkan kematian.

(Hacker Neville F, 2001)


3

Perawat dan bidan sebagai tenaga pelayanan kesehatan yang

berhubungan dengan ibu hamil diharapkan mempunyai dasar ilmu

pengetahuan dan ketrampilan yang baik dan memadai. Penatalaksanaan

yang baik dan benar akan memberi kontribusi keberhasilan pemberian

asuhan keperawatan pada kasus abortus (Sri Sadewo, 2012). Penanganan

yang menyeluruh sangat diperlukan dalam pemberian asuhan keperawatan

pada pasien abortus inkomplet. Penanganan yang ditekankan yaitu

pencegahan infeksi dan mempertahankan vaskularisasi akibat perdarahan,

sehingga tidak menimbulkan syok. Penekanan perawatan disini tanpa

mengabaikan permasalahan lain seperti psikologis dan masalah biologis.

(Hongwhei Wan, 2012).

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, penulis tertarik membuat Karya

Tulis Ilmiah dengan judul ‘’ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS

INKOMPLETUS POST KURETASE PADA Ny. S DI BANGSAL BUDI

RAHAYU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR MAGELANG’’

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan adalah untuk mengetahui, memahami, dan

dapat memberikan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan abortus

inkompletus dengan menerapkan komponen pendekatan proses

keperawatan.
4

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian yaitu mengumpulkan data subjektif

dan data objektif pada Ny. S dengan abortus inkompletus.

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan

abortus inkompletus.

c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien

abortus inkompletus.

d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan

rencana yang ditentukan.

e. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan bahan

pertimbangan dalam pengelolaan asuhan keperawatan kepada Ny.S

dengan kasus abortus inkompletus.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Sebagai bahan masukan agar bisa terus memberikan asuhan

keperawatan untuk Ny.S yang mengalami abortus inkompletus sesuai

dengan kebutuhan pasien.


5

3. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan masukan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan abortus

inkompletus.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Abortus Inkomplet

1. Pengertian

a. Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum

janin dapat hidup di luar kadungan. Sebagai batasan ialah

kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500

gram (Sarwono Prawiro, 2010, p.460).

b. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa

intervensi luar (buatan) yang dapat mengancam atau tidak dapat

mengancam atau tidak dapat dihindari untuk mengakhiri kehamilan

(Wiknjosastro, 2008 dan Maria Wijayarni, 2012).

c. Abortus inkomplet pengeluaran produk konsepsi parsial dari kavum

uteri melalui kanalis servikalis yang mengalami dilatasi yang

ditandai dengan perdarahan pada kehamilan muda (Errol dan

Schorge, 2007).

2. Klasifikasi Abortus:

a. Abortus spontan

Abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk

mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus

spontan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran

(Miscarriage). Abortus spontan secara klinis dapat dibedakan

6
7

antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus,

abortus kompletus. Selanjutnya, dikenal pula missed abortion,

abortus habitualis, abortus infeksiosus dan abortus septik.

1) Abortus imminens (keguguran mengancam)

Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada

kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih

dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosis

abortus imminens ditentukan karena pada wanita hamil

terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai

mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar

sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes

kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat terjadi

perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang

jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh

penembusan villi korialis dalam desidua, pada saat

implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit,

warnanya merah, cepat berhenti, dan tidak disertai mules-

mules.

2) Abortus incipiene (keguguran berlangsung)

Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20

minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat,


8

tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa

mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah.

3) Abortus incomplet (keguguran tidak lengkap)

Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan

sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam

uterus. Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis terbuka

dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-

kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.

4) Abortus complet (keguguran lengkap)

Perdarahan pada kehamilan muda di mana seluruh hasil

konsepsi telah di keluarkan dari kavum uteri. Seluruh buah

kehamilan telah dilahirkan dengan lengkap. Pada penderita

ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan

uterus sudah banyak mengecil. Diagnosis dapat di permudah

apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan

bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.

5) Abortus infeksiosa dan Abortus septik

Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi

pada genitalia, sedangkan abortus septik adalah abortus

infeksiosa berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke

dalam peredaran darah atau peritoneum. Infeksi dalam uterus

atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya

ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering


9

ditemukan pada abortus buatan yang dikerjakan tanpa

memperhatikan asepsis dan antisepsis.

6) Missed abortion (retensi janin mati)

Kematian janin sebelum berusia 20 minggu, tetapi janin

yang mati tertahan di dalam kavum uteri tidak dikeluarkkan

selama 8 minggu atau lebih. Missed abortion biasanya

didahului oleh tanda-tanda abortus imminens yang kemudian

menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala

subyektif kehamilan menghilang, mamae agak mengendor

lagi, uterus tidak membesar lagi malah mengecil, dan tes

kehamilan menjadi negatif. Dengan ultrasonografi dapat

ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai

dengan usia kehamilan.

7) Abortus habitualis

Keadaan dimana penderita mengalami keguguran

berturut-turut tiga kali atau lebih. Pada umumnya penderita

tidak sukar menjadi hamil, tetapi kehamilannya berakhir

sebelum 28 minggu. Bishop melaporkan frekuensi 0,41%

abortus habitualis pada semua kehamilan. Menurut Malpas

dan Eastman kemungkinan terjadi abortus lagi pada seorang

wanita mengalami abortus habitualis ialah 73% dan 83,6%.

Sebaliknya, Warton dan Fraser dan Llwellyn-Jones memberi

prognosis lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Sarwono, 2008).


1

b. Abortus Provokatus adalah abortus yang disegaja, baik dengan

memakai obat-obatan maupun alat. Abortus ini terbagi menjadi :

1) Abortus medisinalis (abortus terapeutica)

Adalah abortus karena tindakan kita sendiri dengan alasan

bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa ibu

berdasarkan indikasi medis. Biasanya perlu mendapat

persetujuan 2-3 tim dokter ahli.

2) Abortus kriminalis

Merupakan abortus yang terjadi oleh karena tindakan-

tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi

medis. (Sarwono, 2008)

3. Etiologi

Menurut Hanifa Wiknjosastro (2005, p.302) hal-hal yang dapat

menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut :

a. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi

kelainan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau

cacat. Kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah

pada hamil-muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan

dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut :

1) Kelainan kromosom

kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah

trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom

seks.
1

2) Lingkungan kurang sempurna

Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implamasi

kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada

hasil konsepsi teranggu.

3) Pengaruh dari luar

Radiasi, virus , obat-obat, dan sebagainya dapat mempengaruhi

baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus.

Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.

b. Kelainan pada plasenta

Endarteritis dapat terjadi dalam villi korialis dan

menyebabkan oksigenasi plasenta terganggu, sehingga

menyebabkan gangguan pertumbahan dan kematian janin. Keadaan

ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalya kerena hipertensi

menahun.

c. Penyakit ibu

Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis,

pielonefritis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus.

Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta

masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin dan

kemudian terjadilah abortus. Anemia berat, keracunan, laparotomi,

peritonitis umum, dan penyakit menahun seperti brusellosis,

mononucleosis infeksiosa, toksoplasmosis juga dapat menyebabkan

abortus walaupun lebih jarang.


1

d. Kelainan traktus genitalis

Retroversion uteri, miomata uteri, atau kelainan bawaan uterus

dapat menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya

retroversion uteri gravid inkarserata atau mioma submukosa yang

memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke

2 ialah servik inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan

bawaan pada serviks, dilatasi serviks berlebihan, konisasi,

amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.

4. Patofisiologi

Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis

kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan yang ada disekitarnya. Hal

tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau

seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.

Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan

isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu sampai 14 minggu

villi korialis menembus desidua secara mendalam, sehingga

umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat

menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke

atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin,

disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak

banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap, peristiwa

abortus ini menyerupai persalinan biasa, namun janin dalam

bentuk miniatur.
1

Hasil konsepsi pada abortus dapat berbagai bentuk. Ada

kalanya kantong amnion kosomg atau tampak didalamnya benda

kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin

telah mati lama (missed abortion). Apabila mudigah yang mati

tidak dikeluarkan dalam waktu singkat maka ia dapat diliputi oleh

lapisan bekuan darah. Isi uterus dinamakan mola kruenta, bentuk

ini menjadi mola karnosa, apabila pigmen darah telah diserap dan

dalam sisanya terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak

seperti daging. Bentuk lain adalah mola tuberose; dalam hal ini

amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara

amnion dan korion.

Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan

dapat terjadi proses mumifikasi: janin mengering dan karena cairan

amnion menjadi kurang oleh sebab diserap, ia menjadi agak

gepeng (fetus kompressus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi

tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas

dikeluarkan ialah terjadinya maserasi; kulit terkupas, tengkorak

menjadi lembek, perut membesar karena terisi cairan, dan seluruh

janin berwarna kemerah-merahan.(Hanifa Wiknjosastro, 2006, p.

303)
1

Pathway Gambar 2.1 Pathway dikembangkan dari Wiknjosastro (2006, Manuaba (2001))
Kelelahan, psikomatik (stress & cemas) Kelainan plasenta, kelainan rahim
Trauma

Kelainan imunologi

Hipofisis lobus posterior


Respon selular hormonal bekerja terhadap lokasi tertentu

oksitosin
Antibody merusak kepingan darah

Merangsang kontraksi otot polos


Pembentukan trombosit

Gangguan fungsi plasenta

Malnutrisi

Terlepasnya sebagian jaringan Terlepas


plasenta seluruh jaringan plasenta

Perdarahan desidua basalis


Mules sedikit/tidak mules sama sekali

MK. Nyeri

Perdarahan pervagina
Janin kurang nutrisi & O2 Penurunan COP

MK. Risiko kekurangan volume cairan


Keletihan
Nekrosis jaringan yang mengalami perdarahan.

MK. Intoleransi aktivitas


Terlepasnya hasil konsepsi

Kontraksi Uterus

Risiko keluarnya
MK. Ansietas
MK. Kurang pengetahuan
Abortus inkomplet MK. Berduka MK. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kuratase

Psikosomatik Anoreksia
1

5. Tanda dan gejala Abortus Inkomplet

a. Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan bisa terdapat bekuan

darah,

b. Rasa mulas (kontraksi) tambah hebat,

c. Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka,

d. Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam kavum

uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau

sebagian jaringan keluar,

e. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan

dapat menyebabkan syok.

6. Komplikasi

Devi Yulianti (2006), Wiknjosastro (2008) mengutarakan

komplikasi abortus inkomplet adalah :

a. Infeksi / sepsis

Infeksi dapat terjadi hanya terbatas pada desidua dan dapat

berkembang kesepsis jika bakteri yang menyebabkan infeksi

mempunyai virulensi tinggi. Keadaan sepsis, infeksi dapat

menyebar ke miometrium, tuba, parametrium, dan peritoneum.

Apabila infeksi menyebar lebih jauh, terjadilah peritonitis umum

dengan kemungkinan diikuti oleh syok mempunyai virulensi

tinggi. Keadaan sepsis, infeksi dapat menyebar ke miometrium,

tuba, parametrium, dan peritonitis umum dengan kemungkinan

diikuti oleh syok.


1

Komplikasi abortus yang mengalami infeksi dan sepsis

ditandai dengan adanya tanda dan gejala infeksi alat genital ;

seperti panas, takikardia, perdarahan memanjang, perdarahan

pervaginam yang berbau, uterus membesar, lembek, nyeri

abdomen bagian bawah, nyeri tekan yang memantul, nyeri tekan

uterus, malaise, demam, dan leukositosis. Apabila terjadi sepsis,

penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil, demam

tinggi, dan tekanan darah menurun.

b. Perdarahan

Placental site pada abortus inkomplet masih terbuka

sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam

keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan

konsepsi dikeluarkan. Pengelolaan pasien harus diawali dengan

perhatian terhadap keadaan umum dan mengatasi gangguan

hemodinamik yang terjadi. Kematian karena perdarahan dapat

terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.

Pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual dianjurkan

segera apabila terjadi perdarahan hebat, agar jaringan yang

mengganjal segera dikeluarkan, sehingga kontraksi uterus dapat

berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Tindakan kuretase

harus dilakukan.
1

c. Perforasi

Perforasi uterus adalah kerokan dapat terjadi terutama pada

uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Penderita perlu diamati secara

teliti jika terjadi peristiwa ini. Segera dilakukan laparotomi jika ada

tanda bahaya dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi,

penjahitan luka perforasi, atau perlu histerektomi.

d. Cedera uterus, vagina atau usus

Tanda dan gejala yang muncul apabila cedera uterus,

vagina, atau usus akibat komplikasi abortus adalah kram/nyeri

abdomen, nyeri tekan yang memantul, distensi abdomen, abdomen

kaku (tegang dan keras), nyeri bahu, mual/muntah dan demam.

Penatalaksanaan yang dilakukan laparotomi untuk memperbaiki

cedera dan lakukan aspirasi vakum manual secara bersama.

7. Penatalaksanaan Abortus Inkomplet

Dalam menghadapi kasus abortus inkomplet, bidan dapat

berkonsutasi dengan dokter, sehingga tidak merugikan pasien.

Penatalaksanaan yang biasanya dilakukan pada kasus abortus

inkomplet ini adalah :

a. Bila disertai syok karena perdarahan, diberikan infuse cairan

fisiologis NaCl atau Ringer Laktat dan transfusi darah selekas

mungkin,

b. Setelah syok diatasi, dilakukan kerokan dengan kuret tajam dan

berikan suntikan untuk mempertahankan kontraksi otot uterus,


1

c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, dilakukan

pengeluaran plasenta secara manual,

d. Diberikan antibiotika untuk mencegah infeksi

(Anik Maryunani Yulianingsih, 2009)

8. Penatalaksanaan Post Kuretase

Kuret atau kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi

memakai alat kuretase (sendok kerokan). Sebelum melakukan

kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam untuk

menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus gunanya

untuk mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi

(Harnawatiaj, 2008).

Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-

operasi lain, yaitu :

a. Ibu harus menjaga bekas operasinya dengan baik, agar tidak terjadi

infeksi,

b. Tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat,

c. Tidak melakukan hubungan intim untuk jangka waktu tertentu

sampai eluhannya benar-benar hilang,

d. Minum obat secara teratur (biasanya diberi antibiotik dan

penghilag rasa sakit).

Apabila kembali muncul keluhan, sakit yag terus

berkepanjangan atau muncul perdarahan, segeralah memeriksakan

diri ke dokter, mungkin perlu dilakukan tindakan kuretase yang


1

kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal, jika

keluhan tak muncul, biasanya kuret berjalan dengan baik dan

pasien tinggal menunggu kesembuhan. Ibu tetap bisa hamil dan

memiliki anak setelah menjalani kuretase, asalkan kondisi organ

reproduksinya baik, ditambah dengan masa subur yang tidak

bermasalah. Bila ada yang bilang usai kuretase tidak bisa hamil

lagi itu keliru. Penyebab sulit hamil, karna adanya masalah dengan

organ reproduksi atau ada masalah kesuburan. Seusai kuret ibu

dianjurkan untuk mengistirahatkan rahimnya dahulu sampai benar-

benar sehat dan siap hamil. Terutama bila kuretase dilakukan pada

saat kondisi kehamilan tua karena kondisi uterus sudah membesar

sehingga perlu istirahat, namun bila kuretase dilakukan pada saat

kehamilan masih muda (batasannya hingga 20 minggu) kehamilan

bisa dilakukan lebih cepat, dengan jarak waktu 3 kali siklus

menstruasi atau 3 bulan ibu bisa hamil lagi. (Irfan Hasuki, 2007)

B. Proses Keperawatan

1. Pengkajian Fokus

Pengkajian fokus menurut Doenges (2001 : 236) adalah :

a. Sirkulasi

Hipertensi atau Hipotensi, masalah jantung, edema, pengikisan

kapiler, peningkatan nadi, riwayat penyakit vaskuler, adanya

perdarahan.
2

b. Eliminasi

Pola defekasi, penggunaan laksantif, karakter feses, defekasi

terakhir, adanya hemoroid, adanya perdarahan, peningkatan

frekuensi perkemihan, karakter urine, riwayat penyakit ginjal,

riwayat penyakit diuretik.

c. Makanan/cairan

Kebiasaan diet, frekuensi makanan dalam sehari, terjadi mual

muntah, penambahan berat badan, membran mukosa, adanya

alergi, anoreksia, adanya nyeri ulu hati.

d. Aktivitas/istirahat

Kebiasaan tidur, pembatasan aktivitas karena hamil, gangguan

tidur, kebiasaan aktivitas.

e. Nyeri/kenyamanan

Kram kaki, adanya nyeri tekan dan bengkak pada payudara, adanya

kontraksi uterus, nyeri punggung, lokasi nyeri, intensitas,

frekuensi, dan kualitas nyeri, faktor pencetus nyeri, ekspresi wajah.

f. Keamanan

Pemajanan pada agen toksik, riwayat penyakit dan inflamasi pelvis,

penyakit hubungan seksual atau pemajanan pada penyakit menular

seperti rubella, herpes aktif (gerakan janin).

g. Seksualitas

Perdarahan vagina, rentang dari bercak-barcak sampai perdarahan

nyata, cacat perkiraan tanggal lahir peningkatan progresif pada


2

ukuran uterus misal TFU, posisi uterus, riwayat abortus,

perubahan payudara, pembesaran jaringan adiposa.

h. Integritas Ego

Kehamilan mungkin sudah atau belum direncanakan, mungkin

sangat cemas/ketakutan, menunjukan masalah keputusan, ekonomi

dan rencana individu untuk masa datang, kemungkinan merasakan

penolakan misal kehilangan kontak dengan pasangan pria.

i. Penyuluhan atau pembelajaran

Harapan individu terhadap kehamilan, tingkat pengetahuan,

pengalaman, keinginan terhadap anak.

2. Pemeriksaan fisik (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :

a. Inspeksi

Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, leserasi,

lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan

kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan

ekstremitas, adanya keterbatasan fisik.

b. Palpasi

1) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu,

derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan

kekuatan kontraksi uterus .

2) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,

memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk

mengamati turgor.
2

3) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau

respon nyeri yang abnormal.

c. Perkusi

1) Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada lalu dengarkan bunyi

yang menunjukan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.

2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya

refleks/gerakan pada bawah kaki bawah, memeriksa reflex kulit

perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

d. Auskultasi

Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada

untuk bunyi jantung/paru, abdomen untuk bising usus atau denyut

jantung janin.

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan menurut Judith M. Wilkinson (2013) :

a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

Definisi : pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan

akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau

digambarkan dengan istilah seperti : awitan yang tiba-tiba atau

perlahan dengan intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang

dapat diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari

enam bulan.

Batasan karakteristik :
2

1) Subjektif : Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan

nyeri dengan isyarat.

2) Objektif : posisi untuk menghindari nyeri. Perubahan tonus

otot (dengan rentang dari lemas tidak bertenaga sampai kaku)

Respon autonomik (misalnya, diaforesis; perubahan tekanan

darah, pernapasan atau nadi; dilatasi pupil. Perubahan selera

makan, Perilaku distruksi (misalnya, mondar-mandir, mencari

orang dan/atau aktivitas lain, aktivitas berulang).

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kepekaan

uterus

Definisi : ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk

melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin

atau harus dilakukan.

Batasan karakteristik :

1) Subjektif : Ketidak nyamanan atau dispnea saat beraktivitas,

melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal.

2) Objektif : frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal

sebagai respons terhadap aktivitas, perubahan EKG yang

menunjukkan aritmia atau iskemia.

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,

muntah, anoreksia.

Definisi : asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan metabolik.
2

Batasan karakteristik :

1) Subjektif : kram abdomen, nyeri abdomen (dengan atau tanpa

penyakit), menolak makanan, persepsi ketidakmampuan untuk

mencerna makanan.

2) Objektif : diare, bising usus hiperaktif, kelemahan otot untuk

menelan dan mengunyah.

d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

Definisi : kondisi individu yang berisiko mengalami dehidrasi

vaskular, selular, atau intraselular.

Batasan karakteristik :

1) Objektif : penyimpangan yang memengaruhi akses untuk

pemasukan atau absorpsi cairan (misalnya, imobilitas fisik),

kehilangan yang berlebihan melalui rute normal (misalnya,

diare), usia ekstrem (bayi baru lahir atau lansia), berat badan

ekstrem (kurang atau lebih), faktor yang mempengaruhi

kebutuhan cairan (misalnya, status hipermetabolik), defisiensi

pengetahuan (yang berhubungan dengan volume cairan),

kehilangan cairan melalui rute yang tidak normal

(misalnya, selang kateter menetap), obat (diuretik).

e. Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya

mikroorganisme.

Definisi : berisiko terhadap invasi organisme pathogen.


2

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber

informasi yang diperoleh tentang abortus.

Definisi : tidak ada atau kurang informasi kognitif tentang topik

tertentu.

Batasan karakteristik :

1) Subjektif : mengungkapkan masalah secara verbal

2) Objektif : tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara

akurat, performa uji tidak akurat, perilaku yang tidak sesuai

atau terlalu berlebihan (sebagai contoh, histeris, bermusuhan,

agitasi, atau apatis)

g. Berduka berhubungan dengan kematian janin sekunder akibat

kehilangan, rasa bersalah.

Definisi : proses kompleks yang normal yang mencakup respons

dan perilaku emosi, fisik, spiritual, dan intelektual ketika individu,

keluarga, dan komunitas menghadapi kehilangan aktual,

kehilangan yang diantisipasi, atau persepsi kehilangan ke dalam

kehidupan mereka sehari-hari.

Batasan karakteristik :

1) Subjektif : marah, menyalahkan, merasa terpisah, putus asa,

mengalami peredaan, nyeri, pertumbuhan personal, distres

psikologis, kepedihan.

2) Objektif : perubahan tingkat aktivitas, perubahan pola mimpi,

perubahan fungsi imun, perubahan fungsi neuroendokrin,


2

perubahan pola tidur, disorganisasi, mempertahankan

hubungan dengan almarhum, memberi makna terhadap

kehilangan, perilaku panik.

4. Fokus intervensi

Fokus intervensi menurut Doenges (2001)

a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

1) Hasi yang diharapkan

Klien dapat melaporkan ketidak nyamanan/nyeri berkurang

sampai hilang. Skala nyeri 0-3 klien merasa lebih nyaman

(rileks).

2) Intervensi

a) Pantau tanda-tanda vital.

b) Kaji nyeri klien, karakteristik, tipe, lokasi.

c) Posisikan klien senyaman mungkin.

d) Ajarkan teknik relaksasi.

e) Jelaskan penyebab nyeri.

f) Pantau durasi frekuensi dan intensitas kontraksi uterus.

g) Berikan klien lingkungan yang nyaman.

h) Kolaborasi pemberian analgetik.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kepekaan

uterus

1) Hasil yang diharapkan


2

Klien menyatakan kesadaran terhadap toleransi, bebas dari

kelelahan yang berlebihan.

2) Intervensi

a) Anjurkan klien untuk bedrest total

b) Anjurkan klien mengikuti aktivitas dengan istirahat yang

cukup

c) Anjurkan klien untuk menghindari mengangkat beban berat

d) Anjurkan keluarga membantu aktivitas klien

e) Jelaskan pada klien perlunya tirah baring

f) Bantu ADL klien

c. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

muntah, anoreksia.

1) Hasil yang diharapkan

a) Klien akan meningkatkan masukan oral

b) Berat badan menigkat atau stabil.

c) Turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab.

2) Intervensi

a) Timbang berat badan tiap hari.

b) Kaji penyebab penurunan nafsu makan.

c) Berikan perawatan mulut sebelum makan.

d) Kaji turgor kulit dan mukosa bibir.

e) Anjurkan pasien makan makanan porsi kecil tapi sering

dan hangat.
2

f) Kolaborasi dengan ahli gizi, tentang pemberian diit TKTP.

d. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan


perdarahan

1) Hasil yang diharapkan

Klien menunjukkan tekanan darah stabil, CRT < 2 detik.

2) Intervensi

a) Kaji dan catat jumlah serta sifat kehilangan darah.

b) Catat tanda-tanda vital.

c) Pantau aktivitas uterus, status janin dan nyeri tekan

abdomen.

d) Pantau masukan dan haluaran.

e) Kolaborasi pemberian cairan parenteral.

f) Cek kadar Hb klien.

e. Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya

mikroorganisme.

1) Bebas dari infeksi, tidak ada tanda-tanda infeksi (dolor, kalor,

rubor, tumor, fungsiolaesa), tidak ada demam.

2) Intervensi

a) Kaji tanda-tanda infeksi.

b) Observasi tanda-tanda vital

c) Lakukan vulva higiene

d) Anjurkan klien mengganti pembalut sesering mungkin.

e) Anjurkan membasuh perineal dari depan ke belakang.


2

f. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber

informasi yang diperoleh.

1) Hasil yang diharapkan

Mengungkapkan pemahaman tentang perilaku perawatan

kesehatan yang tepat berhubungan dengan situasi saat ini.

2) Intervensi

a) Kaji tingkat pengetahuan klien.

b) Motivasi klien untuk belajar.

c) Berikan pendidikan kesehatan.

d) Evaluasi tingkat pemahaman klien mengenai pendidikan

kesehatan yang diberikan.

g. Berduka berhubungan dengan kematian janin sekunder akibat

kehilangan, rasa bersalah.

1) Hasil yang diharapkan

a) Mengungkapkan tahap proses berduka yang alami

b) Mengungkapkan perasaan dengan tepat

c) Mengidentifikasi masalah proses berduka dan mencari

bantuan yang tepat.

2) Intervensi

a) Identifikasi ekspresi dari tahap berduka.

b) Tentukan makna kehilangan klien.

c) Anjurkan kunjungan oleh keluarga dan teman.

d) Libatkan pasangan dalam perencanaan perawatan.


3

e) Berikan dukungan kepada klien.

f) Perhatikan tingkat aktivitas klien, pola tidur, nafsu makan

dan personal hygiene.

5. Evaluasi

Setelah melakukan pengkajian, penulis mendapatkan data yang

antara lain data subjektif dan objektif pada pasien abortus inkomplitus

yang telah diberikan tindakan keperawatan sesuai dengan diagnosa,

diantaranya :

1) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus :

Klien melaporkan ketidak nyamanan/nyeri berkurang sampai

hilang. Dengan skala nyeri 0-3, klien merasa lebih nyaman (rileks).

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, kepekaan

uterus : Klien menyatakan kesadaran terhadap toleransi, bebas dari

kelelahan yang berlebihan.

3) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

muntah, anoreksia : Klien dapat meningkatkan masukan oral, berat

badan klien meningkat atau stabil. Turgor kulit elastis, mukosa

bibir lembab.

4) Risiko infeksi berhubungan dengan tempat masuknya

mikroorganisme : Bebas dari infeksi, tidak ada tanda-tanda infeksi

(dolor, kalor, rubor, tumor, fungsiolaesa), tidak ada demam.


3

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber

informasi yang diperoleh : Klien mengungkapkan pemahaman

tentang perilaku perawatan kesehatan yang tepat berhubungan

dengan situasinya saat ini.

6) Berduka berhubungan dengan kematian janin sekunder akibat

kehilangan, rasa bersalah : Klien dapat mengungkapkan tahap

proses berduka yang alami, klien mengungkapkan perasaan dengan

tepat, mengidentifikasi masalah proses berduka dan mencari

bantuan yang tepat.


3

BAB III

TINJAUAN KASUS

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 3 Maret 2015 pada jam

08.00 WIB, pada pasien post kuretase abortus inkomplit yang dirawat di

bangsal Budi Rahayu RSUD Tidar Kota Magelang. Data diperoleh dari

wawancara dengan pasien, keluarga dan juga observasi langsung serta dari

status pasien. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 2 Maret 2015 jam 19.00

WIB.

A. Biodata Klien (Biographic information)

Klien bernama Ny. S berusia 25 tahun dan berjenis kelamin

perempuan. Klien beragama Islam. Pendidikan terakhir klien SMP

(Sekolah Menengah Pertama). Klien berbangsa Indonesia dan bersuku

Jawa. Klien bekerja sebagai ibu rumah tangga. Alamat Bebengan Rt

02/11 Jogomulyo tempuran, Magelang. Penanggung jawab klien adalah

suami klien yang bernama Tn. D. Beliau berusia 26 tahun, beragama

Islam dan bekerja sebagai petani. Tn. S beralamat sama dengan pasien

yaitu di Bebengan Rt 02/11 Jogomulyo tempuran, Magelang.

B. Pengkajian (Assessment):

1. Riwayat Keperawatan (nursing history)

Pada tanggal 03 Maret 2015 pukul 09.00 WIB klien dibawa ke ruang

tindakan untuk di lakukan tindakan kuretase. Saat dikaji pukul 11.00

WIB paska kuretase klien mengeluh nyeri perut bagian bawah,


3

lemas, pusing, PPV : darah berwarna merah segar, bau amis, TD :

100/70 mmHg, N : 86 x//menit, S : 37,8ºC.

Klien megatakan sebelumnya belum pernah opname, ini baru

pertama kalinya klien hamil dan harus kehilang calon bayinya. Klien

mengatakan keluarga tidak ada yang memiliki riwayat penyakit DM,

Hipertensi, asma, keluargapun tidak ada yang memiliki riwayat

penyakit menular TBC, HIV/AIDS. Klien juga belum pernah dioprasi

atau dilakukan tindakan pembedahan lainnya.

Klien menikah pada usia 24 tahun, dan suami usia 25 tahun, ini

merupakan pernikahan klien yang pertama, usia pernikahan klien

sudah 1 tahun. Klien mengatakan mulai menarche pada usia 16 tahun,

lama haid 7 hari, siklus 28 hari, banyak darah ± 100 cc/hari, warna

merah segar, bau amis, HPHT 08 Januari 2015, klien mengeluh setiap

mulai haid mengalami disminore. Riwayat kehamilan: ini merupakan

kehamilan yang pertama. Riwayat seksual klien normal, riwayat

pengonsumsian jamu dan obat-obatan: klien mengatakan tidak pernah

meminum jamu apapun, dan jika klien sakit ringan seperti flu hanya

berobat ke bidan terdekat.

Pola psikologis : klien sudah bisa menerima kegagalan dalam

kehamilannya yang pertama ini, klien tidak menangis dan tidak

murung (tgl, 02/03/2015). Saat akan dilakukan tindakan kuretase pada

tanggal 03/03/2015 pukul 08.00 wib klien mengatakan tidak takut dan
3

cemas. Keinginan klien untuk hamil kembali sangat besar, ingin

segera mendapat keturunan.

2. Pengajian Fungsional

Pengkajian fungsional menggunakan pola pengkajian Doenges

Sirkulasi : TD : 100/70 mmHg, N : 86 x/menit, S : 37,8ºC ,

RR : 22 x/menit, turgor kulit baik, CRT : <2 detik, tidak ada edema

dan tidak sianosis, akral hangat.

Pola eliminasi : klien mengatakan belum BAB sedari tanggal

02 Maret 2015, BAK lancar, warna kekuningan, frekuensi 3-4 kali/

hari. Tanggal 03 Maret 2015 klien mengatakan ingin BAB namun

bisa keluar, namun keras.

Makanan/cairan : BB klien sebelum sakit 63 kg, saat di RS 60

kg, TB : 160 cm, BBI 54 Kg, Hb ; 12,5 gr/dL, mukosa bibir kering,

lemas,tidak nafsu makan, mual, klien mendapat diit pada tanggal 03

Maret 2015 pukul 14.00 wib, diit TKTP, habis 4 sendok makan,

minum habis ½ gelas ±125 cc.

Aktivitas/istirahat : aktivitas klien dibantu oleh keluarga, skala

ketergantungan 2, klien tidur malam 7-8 jam sehari, klien tidak tidur

siang, klien tampak lebih banyak istirahat di tempat tidur.

Pengkajian nyeri diperoleh data subyektif, klien merasakan

nyeri dan mulas di daerah perut bawah dan, nyeri menetap dan saat di

tekan, kualitas nyeri terasa perih, skala 5, diakibatkan adanya

kontraksi uterus. Data obyektif didapatkan data klien terlihat


3

menghindari nyeri ketika abdomen ditekan dan tindakan kuretase dari

pukul 03 April 2015, 11.00 wib

Keamanan : klien tidak mengalami penyakit menular seksual,

perdarahan lebih dari 100 cc tidak ada. Seksualitas : masih tampak

perdarahan pervagina, pada pengkajian tanggal 03 Maret 2015 PPV

tampak lochea Rubra. Integritas ego : klien mengatakan sudah

merencanakan kehamilan, dan sekarang harus kehilangan, klien

mengatakan sedih namun tidak mau berlarut dan bisa menerima

dengan ikhlas. Penyuluhan dan pembelajaran : klien mengatakan tidak

mengetahui apa itu keguguran, dan penyebab, serta cara

pencegahannya.

3. Pemeriksaan fisik

Hasil yag di dapat dari pengkajian pada tanggal 03 Februari

2015 yaitu ; keadaan umum baik, kesadaran coposmentis, TD 100/70

mmHg suhu klien 37,8ºC , Nadi 86 X/menit, respirasi 22x/menit.

Pemeriksaan fisik, kepala : kepala mesosephal, rambut dan kulit

kepala bersih, tidak ada lesi/hematom. Pengkajian pada mata :

konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, fungsi

penglihatan baik. Pengkajian pada hidung : tidak terdapat polip, tidak

ada sekret, fungsi penciuman baik. Pengkajian pada telinga : tidak ada

serumen yang berlebihan bersih, simetris, fungsi pendengaran baik.

Pengkajian pada mulut : mukosa bibir kering, gigi dan lidah bersih,

tidak ada stomatitis. Pengkajian pada leher : tidak ada pembesaran


3

kelenjar tiroid, tidak ada distensi vena jugularis. Pengkajian pada

paru-paru : terlihat perkembangan paru-paru simetris, fokal fremitus

kiri dan kanan sama, perkusi resonan, auskultasi vesikuler.

Pemeriksaan fungsi jantung : Ictus cordis tidak terlihat, ictus cordis

teraba pada intercosta 4 midclavikula sinestra, suara redup, S1-S2

reguler. Pemeriksaan Fisik meliputi KU lemah, kesadaran

composmentis, tanda – tanda vital : TD 140/80 mmHg, N 68 x/menit,

RR 20 x/menit, S 36,40 C.

Pemeriksaan payudara areola mamae menghitam dan

payudara bentuk normal. Pemeriksaan abdomen simestris, auskultasi

bising usus 6 kali per menit, ada nyeri tekan abdomen bawah, perkusi

tympani. Genetalia terpasang pembalut dengan darah merah segar ±

100 cc dan nyeri pada porsio digoyang.

Pengkajian pada abdomen terlihat tidak ada lesi, simetris,

peristaltic usus 4x/menit, terdapat nyeri tekan pada simpisis, P: saat

ditekan, Q: perih seperti ditusuk-tusuk, R : simpisis, S : 5, T :

menetap. Perkusi abdomen thympani. Pengkajian ekstremitas atas :

kekuatan otot baik, fungsi baik, tidak ada edema, akral dingin.

Ekstremitas bawah : kekuatan otot baik, fungsi baik, tidak ada edema,

akral dingin.

Kekuatan otot :55

55
3

Pengkajian pada Genetalia : tidak ada edema, tidak ada lesi,

tidak ada benjolan, tidak ada rabas vagina, PPV ±100 CC/ hari,

lochea rubra, ganti pembalut 2x/ hari. Pengkajian integument : tidak

ada sianosis, akral dingin.

4. Data Penunjang

Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 03 Maret 2015 adalah :

Leukosit 11,0 mikro liter, eritrosit : 4,6 mikro liter, haemoglobin: 12,6

g/Dl, Hematokrit 37,5 %,

Hasil tes kehamilan pada tanggal 1 Februari 2015 hasilnya positif.

5. Program Terapi

Terapi tanggal 03 Maret 2015 : Cefadroxsil 3x1 tab, Asam

mefenamat 3x 500 mg, Methilergo 3x1 tab, Albion 2x1 tab.

C. Perumusan Masalah

Hasil pengkajian pada tanggal 03 Maret 2015 08.00 WIB

didapatkan data subjektif : Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah

(simpisis), data objektif : Klien tampak menahan nyeri; P : saat gerak dan

ditekan, Q : perih seperti ditusuk-tusuk., R : Simpisis, S : 5, T : Menetap,

dari analisa data yang didapat penulis mendapatkan masalah keperawatan

yang prioritas yaitu Nyeri akut yang disebabkan oleh kontraksi uterus.

Data obyektif didapatkan klien terlihat menghindari nyeri ketika abdomen

ditekan dan tindakan kuretase dari pukul 09.00-11.00 WIB pada tanggal

03 Maret 2015.
3

Data di atas dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami

permasalahan nyeri dikarenakan adanya rasa nyeri dan mulas di daerah

perut bagian bawah, se hingga dapat dirumuskan menjadi diagnosa

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus.

Data pengkajian yang kedua didapatkan data subjektif : Klien

mengeluh mual, tidak napsu makan, data objektif klien : A : BB sebelum

sakit= 63 kg, saat sakit 60 kg, B : Hb = 12,5 gr/Dl, C : Mukosa bibir

kering , tampak lemas, D : TKTP, hanya menghabiskan 4 sendok makan.

Pengkajian yang kedua penulis mendapatkan masalah keperawatan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh yang disebabkan oleh mual.

Data-data di atas dapat disimpulkan bahwa klien mengalami

permasalahan nutrisi dikarenakan terdapat penurunan berat badan dan

penurunan nafsu makan, sehingga dapat di rumuskan diagnosa

keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual.

Pengkajian selanjutnya didapatkan data obyektif yaitu suhu 37,8ºC

dan klien telah dilakukan kuretase pada tanggal 3 Maret 2015 pukul 9:00

sampai dengan 11.00 WIB. Data obyektif tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa klien mengalami masalah resiko infeksi berhubungan

dengan tindakan invasif

Masalah keperawatan yang keempat dengan data subjektif yang

diperoleh penulis yaitu klien mengatakan belum mengetahui tentang

penanganan dan pencegahan abortus atau keguguran, data objektifnya


4

yaitu klien mengajukan pertanyaan mengenai penanganan mengenai

penanganan dan pencegahan keguguran, dari data tersebut muncul

masalah keperawatan kurang pengetahuan yang disebabkan oleh

kurangnya sumber informasi yang diperoleh.

Data subyektif dan data obyektif di atas, dapat diketahui bahwa

klien mengalami permasalahan kurang pengetahuan terbukti dengan klien

belum mengerti mengenai abortus, sehingga dapat diangkat masalah

keperawatan kurang pengetahuan berhubungan kurang sumber informasi

yang diperoleh.

D. Rencana Keperawatan

Tgl 03 Maret 2015, 11.00 wib

1. Nyeri Akut berhubungan dengan kontraksi uterus

Setelah dilakukan tindakan 3x8 jam, diharapkan masalah

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus dapat

teratasi, dengan kriteria hasil : Klien dapat mengendalikan nyeri

dengan tindakan pencegahan. Melaporkan nyeri dapat berkurang dan

dapat dikendalikan (skala 3-4). Kolaborasi pemberian analgetik.

a. Intervensi :

1) Kaji nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, tempat, skala,

intensitas dan faktor presipitasi).

2) Observasi isyarat nonverbal nyeri.

3) Beri informasi penyebab, dan berapa lama berlangsung nyeri.

4) Ajarkan teknik napas dalam dan relaksasi distraksi.


4

5) Kolaborasi pemberian analgetik,

6) Kaji TTV, PPV, kontraksi uterus.

b. Implementasi

1) Mengkaji nyeri komprehensif

2) Mengobservasi isyarat non verbal nyeri

3) Memberi informasi penyebab dan berapa lama berlangsung

nyeri.

4) Mengajarkan relaksasi distraksi,

5) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik 1 tablet

asam mefenamat 500mg

6) Mengkaji TTV, PPV, Kontraksi uterus.

c. Evaluasi

Data Subjektif (S) : Klien mengatakan nyeri perut bagian bawah

P : jika gerak dan ditekan

Q : perih, seperti ditusuk-tusuk

R: simpisis

S:5

T : menetap

Data Objektif (O) : Klien tampak menahan nyeri, tampak gelisah,

pucat, cemas, TD : 100/70 mmHg, N : 86

x/menit, PPV = Lochea Rubra, bau amis, ±

100 cc, ganti pembalut 2x. masih terasa

kenceng-kenceng.
4

Assesment :masalah nyeri akut berhubungan dengan

kontraksi uterus belum teratasi.

Planning : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

mual.

Rencana keperawatan Tgl 03 Maret 2015

Setelah dilakukan tindakan 3x8 jam, diharapkan masalah

keperawatan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi dengan

kriteria hasil : Napsu makan meningkat, Mukosa bibir lembab,

Mempertahankan Berat badan.

a. Intervensi

1) Pantau kandungan nutrisi dan kalori klien

2) Beri informasi kebutuhan nutrisi bagi tubuh klien

3) Tawarkan diit selagi hangat

4) Pantau BB

5) Kolaborasi pemberian diit TKTP.

b. Implementasi

1) Mengkaji status nutrisi klien

2) Pantau TTV

3) Mengkaji penyebab penurunan napsu makan

4) Menganjurkan makan dalam porsi sedikit tapi sering, dalam

kondisi makanan yang masih hangat


4

c. Evaluasi Tgl 03 Maret 2015, 14.00 wib

Data Subjektif (S) : Klien mengatakan kurang napsu makan, mual,

lemas.

Data Objektif (O) : A : BB sebelum sakit 63 kg

BB saat sakit 60 kg

TB : 160 cm

BBI : 54 Kg

B : Hb= 12,5 gr/dL

C : Mukosa bibir kering, tampak lemas

D : mendapat diit TKTP, habis 4 sendok

makan

Assessment (A) :masalah nurtrisi kurang dari kebutuhan

tubuh belum teratasi

Planning (P) : lanjutkan intervensi 1,3,4

3. Resiko infeksi berhubungan dengan Tindakan invasif

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan

masalah resiko infeksi teratasi dengan kriteria hasil : klien

memperlihatkan tidak adanya infeksi dibuktikan dengan suhu dalam

rentang normal 37º C, pengendalian risiko seperti penyembuhan luka

primer.
4

a. Intervensi :

1) Pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh, denyut

jantung, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, lesi kulit,

keletihan, dan malaise)

2) Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap

infeksi (misalnya usia lanjut, luluh imun, dan malnutrisi)

3) Pantau hasil laboratorium (hitung darah lengkap, hitung protein

serum, dan albumin)

4) Jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit dan risiko

infeksi

5) Ajarkan pasien dan keluarga teknik mencuci tangan yang benar

6) Bersihkan lingkungan dengan benar setelah dipergunakan

masing-masing pasien

7) Kolaborasi pemberian terapi antibiotic

b. Implementasi keperawatan

pada tanggal 3 Maret 2015 adalah memantau tanda gejala

infeksi, memantau hasil laboratorium, menjelaskan kepada pasien

dan keluarga mengapa sakit dan risiko infeksi, mengajarkan klien

dan keluarga mencuci tangan yang benar, memberikan lingkungan

dengan benar setekah dipergunakan, kolaborasi dengan dokter

pemberian cefadroxil 3x 500 mg.


4

c. Evaluasi

Pada tanggal 03 Maret 2015 pukul 14.00 WIB menganjurkan klien

untuk banyak minum air bening, dank lien menghabiskan kurang

lebih 1500 cc dalam 3 jam post kuretase, setelah dilakukan

pemantauan suhu tubuh klien dapat kembali normal yaitu 37ºC,

masalah keperawatan resiko infeksi teratasi.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber

informasi yang diperoleh.

Rencana keperawatan Tgl 03 Maret 2015

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam,

diharapkan masalah Kurang pengetahuan berhubugan dengan

kurangnya sumber informasi yang diperoleh teratasi dengan kriteria

hasil : Klien dan keluarga dapat mengungkapkan pemahaman tentang

abortus dan cara pencegahannya.

a. Intervensi

1) Lakukan penilaian tingkat pengetahuan klien dan keluarga

2) Berikan penyuluhan mengenai abortus dan pencegahannya

3) Evaluasi penyuluhan kepada klien dan keluarga

4) Libatkan keluarga dalam pembarian pendidikan kesehatan dan

berikan leaflet.

b. Implementasi

1) Menggali pengetahuan klien


4

2) Memotivasi klien untuk belajar mengenai abortus dan cara

pencegahannya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan mengenai abortus dan capa

penanganan serta pencegahan.

4) Mengevaluasi pemahaman klien.

c. Evaluasi

Data Subjekif (S) : klien mengatakan belum mengerti mengenai

keguguran, cara penanganan dan cara

pencegahan.

Data Objektif (O) : klien tampak antusias dalam menyimak dan

mengajukan beberapa pertanyaan, dan bisa

menjawab pertanyaan.

Assesment (A) : Masalah kurang pengetahuan berhubugan

dengan kurangnya sumber informasi yang

diperoleh teratasi.

Planning (P) : Pertahankan Intervensi.

Rencana Keperawatan Tgl 04 Maret 2015, 08.00 wib

1. Nyeri Akut berhubungan dengan kontraksi uterus

Setelah dilakukan tindakan 3x8jam, diharapkan masalah

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus dapat

teratasi, dengan kriteria hasil : Klien dapat mengendalikan nyeri


4

dengan tindakan pencegahan, Melaporkan nyeri dapat berkurang dan

dapat dikendalikan (skala 3-Kolaborasi pemberian analgetik.

a. Intervensi

1) Kaji nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, tempat, skala,

intensitas dan factor presipitasi).

2) Observasi isyarat nonverbal nyeri.

3) Beri informasi penyebab, dan berapa lama berlangsung nyeri.

4) Ajarkan teknik napas dalam dan relaksasi distraksi.

5) Kolaborasi pemberian analgetik,

6) Kaji TTV, PPV, kontraksi uterus.

b. Implementasi

1) Mengkaji nyeri secara komprehensif

2) Mengobservasi isyarat nonverbal nyeri

3) Mengajarkan relaksasi distraksi

4) Kolaborasi pemberian obat analgetik asam mefenamat

3x1tablet (500mg)

5) Mengkaji TTV, PPV, Kontraksi uterus.

c. Evaluasi

Data Subjektif (S): klien masih mengeluh perut bagian bawah nyeri

P : Ditekan

Q : Seperti diremas-remas

R : Simpisis

S :4
4

T : hilang timbul

Data Objektif (O) : klien masih tampak menahan nyeri, tampak

cemas, TD : 110/90 mmHg, N : 85 x/menit,

PPV : Lochea Rubra, bau amis, ±100 cc, ganti

pembalut 1x (pagi ini). Kenceng-kenceng

namun sudah berkurang.

Assesment (A) : Masalah Nyeri Akut berhubungan dengan

kontraksi uterus belum teratasi.

Planning (P) : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia,

mual.

Rencana keperawatan Tgl 04 Maret 2015

a. Tujuan

Setelah dilakukan tindakan 3x8 jam, diharapkan masalah

keperawatan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi

dengan kriteria hasil :

1) Napsu makan meningkat

2) Mukosa bibir lembab

3) Mempertahankan Berat badan.

b. Intervensi

1) Pantau kandungan nutrisi dan kalori klien

2) Beri informasi kebutuhan nutrisi bagi tubuh klien


4

3) Tawarkan diit selagi hangat

4) Pantau BB

5) Kolaborasi pemberian diit TKTP.

c. Implementasi

1) Mengkaji status nutrisi klien

2) Mengkaji penyebab penurunan napsu makan

3) Menganjurkan makan dalam porsi sedikit tapi sering, dalam

kondisi makanan yang masih hangat.

d. Evaluasi

Data Subjektif (S) : Klien mengatakan kurang napsu makan, sudah

tidak mual.

Data Objektif (O) : A = BB sebelum sakit 63 kg, saat sakit 60 kg

B = Hb : 12,5 gr/dL

C = mukosa bibir lembab, tampak lebih segar.

D = diit TKTP habis ½ porsi RS

Assesment (A): Masalah Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

teratasi

Planning (P) : pertahankan intervensi.

3. Kurang pengetahuan berhubugan dengan kurangnya sumber informasi

yang diperoleh.

Rencana keperawatan Tgl 04 Maret 2015

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8jam,

diharapkan masalah Kurang pengetahuan berhubugan dengan


5

kurangnya sumber informasi yang diperoleh teratasi dengan kriteria

hasil : Klien dan keluarga dapat mengungkapkan pemahaman tentang

abortus dan cara pencegahannya.

a. Intervensi

1) Lakukan penilaian tingkat pengetahuan klien dan keluarga

2) Berikan penyuluhan mengenai abortus dan pencegahannya

3) Evaluasi penyuluhan kepada klien dan keluarga

4) Libatkan keluarga dalam pembarian pendidikan kesehatan dan

berikan leaflet.

b. Implementasi

1) Menggali pengetahuan klien

2) Memotivasi klien untuk belajar mengenai abortus dan cara

pencegahannya.

3) Memberikan pendidikan kesehatan mengenai abortus dan cara

penanganan serta pencegahan.

4) Mengevaluasi pemahaman klien.

c. Evaluasi

Data Subjekif (S) : klien mengatakan mengerti mengenai

keguguran, cara penanganan dan cara

pencegahan, dan masih ingin bertanya.

Data Objektif (O) : klien tampak antusias dalam menyimak dan

mengajukan beberapa pertanyaan, dan bisa

menjawab pertanyaan.
5

Assesment (A) : Masalah kurang pengetahuan berhubugan

dengan kurangnya sumber informasi yang

diperoleh teratasi.

Planning (P) : Pertahankan Intervensi.

Rencana keperawatan tanggal 05 Maret 2015

1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

Setelah dilakukan tindakan 3x8 jam, diharapkan masalah

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus dapat

teratasi, dengan kriteria hasil : Klien dapat mengendalikan nyeri

dengan tindakan pencegahan. Melaporkan nyeri dapat berkurang dan

dapat dikendalikan (skala 3-4). Kolaborasi pemberian analgetik.

a. Intervensi

1) Kaji nyeri komprehensif (lokasi, karakteristik, tempat, skala,

intensitas dan faktor presipitasi).

2) Observasi isyarat nonverbal nyeri.

3) Beri informasi penyebab, dan berapa lama berlangsung nyeri.

4) Ajarkan teknik napas dalam dan relaksasi distraksi.

5) Kolaborasi pemberian analgetik,

6) Kaji TTV, PPV, kontraksi uterus.

b. Implementasi

1) Mengkaji nyeri secara komprehensif

2) Mengobservasi isyarat nonverbal nyeri


5

3) Mengajarkan relaksasi distraksi

4) Kolaborasi pemberian obat analgetik asam mefenamat 3x1 tablet

(500mg)

5) Mengkaji TTV, PPV, Kontraksi uterus.

c. Evaluasi

Data Subjektif (S) : klien mengatakan nyeri sangat berkurang,

dan bisa mengendalikan.

P : Ditekan

Q : Seperti diremas-remas

R : Simpisis

S :2

T : hilang timbul

Data Objektif (O) : klien masih tampak menahan nyeri, tampak

melakukan teknik napas dalam, TD : 120/90

mmHg, N : 80 x/menit, PPV : bercak coklat,

tidak berbau, klien sudah tidak memakai

pembalut.

Assesment (A) : Masalah Nyeri Akut berhubungan dengan

kontraksi uterus teratasi.

Planning (P) : lanjutkan intervensi 1,2,3,4

Muncul masalah baru sebelum klien pulang, klien mengeluh belum

bisa BAB sejak tanggal 03 Maret 2015 pukul 11.30 wib, penulis
5

menganjurkan untuk banyak mengonsumsi makanan yang tinggi

serat, dan banyak mengonsumsi buah-buahan.

Keterangan : Pasien pulang pada tanggal 05 Maret 2015 pada pukul

12.00wib
BAB IV

PEMBAHASAN DAN SIMPULAN

A. Pembahasan

Bab ini akan membahas tentang kesenjangan antara teori asuhan

keperawatan dengan kondisi nyata kasus di rumah sakit yang penulis kelola

yaitu tentang masalah post abortus inkomplit pada Ny. S di bangsal Budi

Rahayu RSUD Tidar Magelang. Pembahasan difokuskan terutama pada

riwayat keperawatan, hasil pemeriksaan fisik, perumusan masalah, rencana

keperawatan, pelaksanaan serta evaluasi terkait dengan keluhan – keluhan

yang di rasakan. Pada bab ini penulis juga akan membahas mengenai

hambatan – hambatan ataupun kendala yang dihadapi selama pengelolaan

kasus dan upaya – upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah

yang muncul. Di bab ini penulis juga akan menjelaskan tentang diagnosa

keperawatan yang prioritas dan akan menjelaskan dampak yang terjadi bila

masalah keperawatan tersebut tidak ditangani.

1. Pengkajian

Hasil pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 3

Maret 2015 dilakukan tindakan kuretase atas advice dokter dari pukul

08.00 sampai pukul 08.30 WIB. Ketika di kaji tanggal 3 Maret 2015

pukul 11.00 WIB klien mengeluh nyeri perut. Klien mengeluh nyeri

perut, mulas-mulas, lemas, pusing, terdapat perdarahan berwarna merah

segar, dan bau amis. Hal ini sesuai dengan pendapat Anik dan

54
5

Yulianingsih (2010, p. 23) tanda gejala abortus inkomplit adalah

perdarahan sedikit atau banyak dan terdapat bekuan darah, rasa mulas

(kontraksi) tambah hebat, ostium uteri eksternum atau serviks terbuka,

pada pemeriksaan vaginal ada jaringan dapat diraba dalam kavum uteri

atau sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar,

perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat

menyebabkan syok. Sesuai dengan kasus di atas terdapat tanda gejala

yang tampak seperti adanya bekuan darah. Pengkajian saat pemeriksaan

terkaji pada awal Ny. S datang ke Rumah Sakit.

Kasus abortus yang dialami Ny. S dengan dilakukan tindakan

kuretase. Tindakan kuretase dilakukan sesuai dengan pendapat yang di

kemukakan oleh Derek Llewellyn (2001) bahwa pasien dengan abortus

inkomplit dilakukan pemeriksaan vagina dan setiap hasil konsepsi yang

ada di serviks harus dikeluarkan dengan jari tangan atau sponge forceps

diikuti dengan kuretase secara cermat. Menurut F Gary Cunningham

(2006) abortus bedah dilakukan mula-mula dengan mendilatasi serviks

dan kemudian mengosongkan uterus dengan mengerok isi uterus

(kuretase tajam) secara mekanis, melakukan aspirasi vakum (kuretase

isap), atau keduanya, namun dalam tindakan kuretase penulis tidak

mengikuti prosedur kuretase dikarenakan prosedur dari rumah sakit.

Pemeriksaan penunjang abortus menurut dr. Taufan (2010, p. 22)

ada tiga pemeriksaan penunjang, tetapi dalam kasus hanya terdapat 1

pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu darah lengkap.


5

Pemeriksaan tes kehamilan dan kadar fibrinogen darah tidak dilakukan.

Hasil pemeriksaan darah terdapat nilai hasil hematokrit 37,5%. Nilai

normal hematokrit untuk wanita adalah 37% - 47%, ini menunjukkan

nilai hematokrit dalam batas normal. Menurut Doengoes (2001, p. 236),

dalam pengkajian fokus sirkulasi pada abortus inkomplit di tandai

dengan hematokrit meningkat. Hal ini tidak sesuai antara teori dengan

kasus. Menurut Sri Agustin (2012), peningkatan volume darah termasuk

peningkatan plasma darah, eritrosit, leukosit dan trombosit. Peningkatan

volume plasma lebih sedikit pada pasien dengan aborsi.

Penulis melakukan anamnesis, klien mengatakan kejadian abortus

ini adalah pertama kalinya. Penyebab terjadinya abortus inkomplit yang

di alami oleh Ny. S belum dapat di pastikan. Faktor yang mungkin

menyebabkan terjadinya abortus adalah karena faktor sosial ekonomi

klien dengan latar belakang klien hanya seorang ibu rumah tangga dan

suaminya seorang petani, sosial ekonomi mempengaruhi terjadinya

abortus karena dalampemberian atau asupan nutrisi yang kurang bagi ibu

dan janin sehingga membuat janin lemah dan tidak bisa bertahan, penulis

belum temukan penyebab lain dari abortus inkomplit yang di alami Ny.

S.
5

2. Diagnosa

Penulisan diagnosa keperawatan yang di tegakkan berdasarkan

prioritas keperawatan ;

a. Nyeri akut berhubungan dengan kontaksi uterus

Diagnosa prioritas adalah nyeri akut berhubungan dengan

kontaksi uterus. Faktor berhubungan dengan kontraksi uterus karena

menurut Fraser, Diane M (2009, p. 205) bahwa kontraksi uterus akan

menyebabkan keluarnya isi yang ada di dalam rahim, sehingga

kemungkinan terjadi abortus yang tidak dapat di hindari.

Prioritas masalah di angkat berdasarkan keluhan utama yang di

rasakan pasien saat penulis melakukan pengkajian. Hal ini sesuai

dengan pendapat Ai Yeyeh dan Lia Yulianti (2010, p.143) yang

menjelaskan bahwa adanya serviks terbuka karena masih ada benda

di dalam uterus yang dianggap corpus luteum maka uterus berusaha

mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi tetapi kalau

keadaan ini dibiarkan lama, serviks akan menutup kembali, uterus

sesuai usia kehamilan, kram atau nyeri perut bagian bawah dan

terasa mules-mules.

Definisi nyeri itu sendiri menurut Judith M. Wilkinson (2013, p.

236) adalah pengalaman sensori dan emosi yang tidak

menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial, atau digambarkan dengan istilah seperti (International

Association for the Study of Pain); awitan dengan akhir yang dapat
5

diantisipasi atau dapat diramalkan dan durasinya kurang dari enam

bulan. Gejala dan tanda-tanda untuk menegakkan diagnosis nyeri

akut meliputi gejala subjektif dan objektif. Gejala subyektif adalah

klien mengatakan nyeri di simpisis dan mulas dan, nyeri hilang

timbul dan saat di tekan, kualitas nyeri terasa perih, skala 5

diakibatkan adanya kontraksi uterus. Klien mengatakan masih keluar

darah setelah tindakan kuretase jam 08.30 WIB dengan warna darah

merah segar dan masih terasa kenceng-kenceng (kontraksi uterus),

klien mengetahui penyebabnya adalah tindakan kuretase dan

kontraksi perut, lamanya selama masih ada darah keluar. Gejala

objektif yaitu Hasil pengukuran tanda-tanda vital TD: 100/70 mmHg,

S: 37,8ºC, RR: 22x/menit, N: 86x/menit, klien tampak meringis

kesakitan saat abdomen ditekan. klien menghindari nyeri saat

abdomen ditekan. Hal ini sesuai dengan pendapat Reeder Martin

(2014, p. 351) bahwa sebagian besar wanita mengalami nyeri

selama dan setelah evakuasi uterus yang dilakukan dengan

penyedotan atau kuretase vakum. Derajat nyeri yang dialami wanita

bervariasi. Nyeri akibat aborsi dikategorikan sebagai nyeri dengan

intensitas yang moderat (nyeri sedang). Penulis mengangkat

diagnosa ini sesuai dengan faktor berhubungan dan sesuai dengan

keluhan yang di rasakan klien dan pengamatan yang dilakukan

penulis.
5

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual.

Diagnosa selanjutnya yang penulis tulis pada kasus ini adalah

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual.

Faktor berhubungan yang tepat yaitu mual, faktor berhubungan

dengan anoreksia tidak muncul karena klien tidak merasakan

anoreksia pada saat pengkajian.

Faktor berhubungan penulis mengambil mual sesuai dengan

pendapat Cunningham (2013) bahwa penyebab mual muntah adalah

stress emosi, cemas, infeksi, obstruksi usus, konstipasi, efek samping

obat-obatan (antibiotik). Hal ini sesuai dengan program terapi yang

diberikan yaitu obat cefadroxil. Penulis mengangkat masalah nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh sesuai dengan data obyektif dan data

subyektif yang di katakan klien. Gejala subyektif adalah klien

mengatakan nafsu makan menurun karena lidah terasa pahit, malam

hari tanggal 3 Maret 2015 klien merasa mual tapi tidak muntah, klien

menghabiskan 4 sendok makan porsi rumah sakit dan minum habis

±125 cc setelah tindakan kuretase. Gejala Obyektif dari berat badan

klien adalah antropometri : BB sebelum sakit 63 kg, BB saat sakit 60

kg, berat badan ideal (BBI) sebesar 54 kg. Pemeriksaan

laboratoriumu yaitu hemoglobin 12,5 g/dl, hematokrit 37,5%. Clinis

(Clinical Sign) yaitu mukosa bibir kering. Diit nasi (tinggi kalori

tinggi protein/TKTP) habis empat sendok makan porsi rumah sakit.


6

Definisi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh menurut Judith

M. Wilkinson (2013, p. 236 ) adalah asupan nutrisi tidak mencukupi

untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Apabila masalah ini tidak

tertangani maka pasien akan mengalami penurunan berat badan dan

mengalami ketidakseimbangan nutrisi. Tujuan yang ingin dicapai

untuk mengatasi masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

klien mempertahankan berat badan atau bertambah berat badannya

dan mengungkapkan tekad untuk mematuhi diet.

c. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Penulis mengangkat diagnosa resikoinfeksiberhubungan

dengan prosedur invasif. Diagnose ini diangkat berdasarkan data

obyektif yaitu klien dilakukan tindakan kuretase pada tanggal 03

Maret 2015 pada pukul 08.00 sampai 08.30 WIB dan setelah

tindakan kuretase dilakukan pemantauan tanda-tanda vitall yang

didapatkan suhu tubuhnya mencapai 37.8ºC. Tindakan kuretase

menurut F Gary Cunningham (2006, p. 968) adalah tindakan

mendilatasi serviks dan kemudian mengososngkan uterus (kuretase

tajam) secara mekanis, melakukan asipirasi vakum (kuretase isap),

dilatasi serviks lebar diikuti oleh destruksi dan evakuasi mekanis

bagian-bagian janin, dengan mendilatasi serviks dapat menyebabkan

resiko infeksi pada vagina. Hal ini yang mendasari penulis untuk

mengangkat diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan jaringan


6

yang trauma. Apabila masalah ini tidak di angkat maka akan terjadi

infeksi dan memperlambat penyembuhan klien.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yang

diperoleh.

Penulis juga mengangkat diagnosa selanjutnya yaitu kurang

pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi yang

diperoleh. Diagnosa yang di tulis penulis kurang benar seharusnya

tertulis kurang pengetahuan tentang abortus dan perawatan pasca

kuretase berhubungan dengan kurangnya informasi yang diperoleh.

Penulis mengangkat diagnosa ini karena saat pengkajian klien

kurang mengetahui tentang keguguran, penyebab keguguran dan

penanganan paska keguguran. Batasan karakteristik hanya sesuai

dengan satu batasan karakteristik dari pendapat Judith M Wilkinson

(2010, P.236), tiga batasan karakteristik lainnya tidak muncul yaitu

tidak mengikuti instruksi yang diberikan secara akurat, perfoma uji

tidak akurat, dan perilaku yang tidak sesuai atau terlalu berlebihan.

Apabila masalah ini tidak segera tertangani maka klien tidak akan

mengerti tentang keguguran, penyebab keguguran dan penanganan

pasca keguguran (Doengoes, 2001). Diagnosa ini sebagai prioritas

ketiga karena tidak memerlukan tindakan segera dan dampak jika

tidak tertangani tidak membahayakan namun jika klien dapat

memahami dengan baik maka kualitas hidup klien dapat meningkat,

karena pengetahuan yang cukup keluarga akan berperilaku hidup


6

sehat sehingga dapat melakukan pencegahan terhadap penyakit

khususnya pencegahan abortus.

(WHO, 2000).

Secara teori diagnose yang muncul terdapat Sembilan

diagnosa namun dalam kasus terdapat empat diagnosa yang muncul.

Diagnosa yang tidak muncul yaitu :

a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan

Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis karena klien tidak

ada tanda kekurangan cairan, sedangkan untuk menegakkan

diagnosa kekurangan volume cairan harus ada batasan

karakteristik subyektif dan obyektif. Batasan karakteristik

subyektif kekurangan volume cairan menurut Judith M. Wilkinson

(2013) adalah haus. Batasan karakteristik obyektif adalah

Perubahan status mental, penurunan turgor kulit dan lidah,

penurunan haluaran urine, penurunan pengisian vena, kulit dan

membrane mukosa kering, hematokrit meningkat, suhu tubuh

meningkat, peningkatan frekuensi nadi, penurunan tekanan darah,

penurunan volume dan tekanan nadi, konsentrasi urine meningkat,

penurunan berat badan tiba-tiba, kelemahan.

b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, kepekaan

uterus

Diagnosa ini tidak diangkat penulis karena TD klien : 140/80

mmHg, N : 68x/menit, S: 36,4ºC, RR : 20x/menit, aktivitas klien


6

mandiri, sedangkan untuk menegakkan diagnosa ini harus ada

batasan karakteristik subyektif atau obyektif menurut Judith M.

Wilkinson (2013) pada batasan karakteristik subyektif yaitu

ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas dan melaporkan

keletihan atau kelemahan secara verbal. Batasan karakteristik

obyektif adalah frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal

sebagai respons terhadap aktivitas dan perubahan EKG yang

menunjukkan aritmia atau iskemia.

c. Konstipasi berhubungan dengan kelemahan otot abdomen

Alasan penulis tidak mengangkat diagnosa ini karena klien

BAB sehari sekali, sedangkan menurut Judith M. Wilkinson

(2013) untuk menegakkan diagnosa konstipasi harus ada batasan

karakteristik subyektif yaitu nyeri abdomen, nyeri tekan abdomen,

anoreksia, perasaan penuh pada rektum, kelelahan umun, sakit

kepala, peningkatan tekanan abdomen, indigesti, mual, nyeri saat

defekasi, serta batasan karakteristik obyektif yaitu darah merah

segar menyertai pengeluaran feses, perubahan suara abdomen

(borborigmi), perubahan pola defekasi, penurunan frekuensi,

penurunan volume feses, distensi abdomen, feses kering keras

padat, bising usus hipoaktif, masa abdomen dapat di palpasi,

bunyi pekak pada perkusi abdomen, flatus berat, mengejan saat

defekasi, tidak mampu mengeluarakan feses, dan muntah.


6

d. Ansietas berhubungan dengan defisiensi pengetahuan mengenai

prosedur dan perawatan pasca prosedur.

Diagnosa ini tidak diangkat oleh penulis karena klien tidak

tampak ansietas, sedangkan untuk menegakkan diagnosa ansietas

menurut Judith M. Wilkinson (2013) harus ada batasan

karakteristik yaitu Perilaku (penurunan produktivitas, gelisah,

memandang sekilas, insomnia, kontak mata buruk, resah,

menyelidik dan tidak waspada); afektif (gelisah, kesedihan yang

mendalam, distress, ketakutan, gugup, perasaan tiak adekuat,

gembira berlebihan, marah, menyesal, perasaan takut,

ketidakpastian, dan khawatir); fisiologis (wajah tegang,

peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, terguncang,

gemetar, dan suara bergetar); parasimpatis (diare, pingsan,

keletihan, gangguan tidur, mual, nyeri abdomen, dan urgensi

berkemih); simpatis (anoreksia, mulut kering, jantung berdebar-

debar, peningkatan nadi, peningkatan refleks, dan dilatasi pupil);

kognitif (konfusi, blocking pikiran, penurunan lapang pandang,

dan kesulitan berkonsentrasi).


6

e. Berduka berhubungan dengan kematian janin sekunder akibat

kehilangan, rasa bersalah

Diagnosa ini tidak di angkat karena klien tidak menunjukkan

respon kehilangan, sedangkan menurut Judith M. Wilkinson

(2013) untuk menegakkan diagnosa berduka harus ada batasan

karakteristik subyektif dan obyektif. Subyektif yaitu marah,

menyalahkan, merasa terpisah, putus asa, mengalami peredaan,

nyeri, pertumbuhan personal, distress psikologis, dan kepedihan,

serta obyektif adalah perubahan tingkat aktivitas, perubahan pola

mimpi, perubahan fungsi imun, perubahan fungsi neuroendokrin,

perubahan pola tidur, disorganisasi, member makna terhadap

kehilangan, serta perilaku panik.

3. Intervensi dan Implementasi

Rencana tindakan keperawatan pada diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan kontraksi uterus sudah sesuai dengan yang ada di

dalam teori yang di sampaikan oleh Judith M Wilkinson (2013) dengan

menggunakan lima intervensi pengendalian nyeri yaitu dengan

pengalihan perhatian. Diagnosa keperawatan Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dengan rencana

keperawatan menurut Judith M Wilkinson (2013) terdapat delapan

intervensi, tetapi dalam kasus ini penulis hanya melakukan lima

implementasi. Intervensi yang tidak dilakukan yaitu (1) Pantau nilai

laboratorium, khususnya transferin, albumin, dan elektrolit, dalam


6

memantau nilai laboratorium di rumah sakit tidak dilakukan saat post

kuretase sehingga tidak bisa untuk dilakukan. (2) Ajarkan keluarga dan

pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal, intervensi ini bisa

dilakukan tetapi tidak efektif untuk mengurangi mual sebagai penyebab

masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Penulis mengambil

intervensi lain menurut Doengoes (2001, p. 576) yaitu memberikan

makan sedikit dan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu

makan dengan rasional makan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan

meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi abdonmen. (3)

ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan. Penulis tidak

melakukan intervensi itu dikarenakan waktu makan klien selalu di

temani suami ataupun keluarga dan lingkungan kamar nyaman dan tidak

banyak suara atau sunyi.

Diagnosa resiko infeksi penulis tidak melakukan implementasi

yaitu kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap infeksi

(misalnya usia lanjut, luluh imun, dan malnutrisi). Rencana tindakan

keperawatan ini tidak dilakukan karena usia klien belum usia lansia dan

klien tidak menunjukkan tanda-tanda malnutrisi.

Diagnosa kurang pengetahuan penulis tidak melakukan

implementasi yaitu mengkaji gaya belajar klien, alasan tidak dilakukan

karena gaya belajar klien tidak dapat di kaji, dengan pemberian

pendidikan kesehatan berupa leaflet klien dan keluarga sudah bisa

memahami.
6

4. Evaluasi

Evaluasi dari diagnosa keperawatan nyeri akut sesuai dengan

rencana tindakan keperawatan akan teratasi dalam lima hari, namun

dalam kenyataan kasus klien sudah tidak merasakan nyeri pada hari ke

tiga post kuretase pada tanggal 5 Maret 2015 dengan skala nyeri 2, yang

di buktikan dengan hasil evaluasi subyektif adalah klien mengatakan

sudah masih merasakan nyeri namun sudah bisa dikendalikan dan

evaluasi obyektif adalah klien tampak rileks, TD 120/90 mmHg, S 36ºC,

N 76x/menit, RR 20x/menit.

Evaluasi dari diagnosa keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil akan teratasi dalam lima

hari, namun dalam kasus masalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

teratasi dalam tiga hari saja pada tanggal 5 Maret 2015 di buktikan

dengan evaluasi respon subyektif adalah klien mengatakan makan di

rumah habis satu porsi. Evaluasi obyektif adalah klien tampak lebih

segar mukosa bibir tidak pucat.

Evaluasi dari diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan

dengan jaringan yang trauma. Hasil evaluasi dari diagnosa resiko infeksi

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah direncanakan yaitu

satu hari teratasi. Masalah resiko infeksi teratasi tepat waktu yang di

rencanakan karena klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi seperti

kalor (panas), dolor (nyeri), tumor (bengkak), rubor (kemerahan), dan

fungsio laesa (perubahan fungsi dari jaringan).


6

Evaluasi dari diagnosa keperawatan kurang pengetahuan sesuai

dengan tujuan dan kriteria hasil akan teratasi dalam sehari pada

tanggal 4 Maret 2015 tetapi dalam tindakan keperawatan diagnosa

keperawatan dapat teratasi dalam dua hari di karenakan klien belum

bisa menjawab dari evaluasi pendidikan kesehatan mengenai abortus

di buktikan dengan respon obyektif adalah klien dan suami klien

antusias dan aktif bertanya, melibatkan keluarga dalam pendidikan

kesehatan. klien antusias bertanya, klien dapat menjawab pengertian

abortus, 2 penyebab abortus, dan 1 pencegahan abortus. Diagnosa

keperawatan kurang pengetahuan teratasi pada tanggal 4 Maret 2015.

B. Simpulan

Simpulan yang penulis paparkan dari laporan kasus asuhan

keperawatan abortus inkomplit post kuretase pada Ny. A sebagai berikut:

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan melalui wawancara langsung dengan klien

dan keluarga klien, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

Pengkajian meliputi dari tanggal 02 Maret 2015 pukul 08.00 wib keluar

darah dalam bentuk gumpalan-gumpalan warna hitan sampai tanggal 02

Maret 2015 pukul 19.00 wib klien mengeluh nyeri perut, mulas-mulas,

kemudian dibawa ke Rumah Sakit Tidar Magelang bangsal Budi Rahayu.

Klien belum pernah dirawat di Rumah Sakit sebelumnya. Klien

mengatakan ini kehamilan yag pertama dan keguguran yang pertama.


6

Riwayat pernikahan adalah klien menikah pada usia 24 tahun.

Riwayat reproduksi menarche pada usia 16 tahun, lama haid 7 hari, siklus

menstruasi 28 hari, banyak darah ±100 cc/hari. Riwayat kehamilan

G0P0A0.

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan Fisik meliputi KU baik, kesadaran

composmentis, tanda – tanda vital : TD 100/70 mmHg, N 86 x/menit, RR

22 x/menit, S 37,80 C. Pemeriksaan payudara areola mamae menghitam

dan payudara bentuk normal. Pemeriksaan abdomen simestris, auskultasi

bising usus 4 kali per menit, ada nyeri tekan abdomen bawah, perkusi

tympani. Genetalia terpasang pembalut dengan darah merah segar ± 100

cc dan nyeri pada porsio digoyang.

Sirkulasi : TD : 100/70 mmHg, N : 86 x/menit, S : 37,8ºC , RR :

22 x/menit, turgor kulit baik, CRT : <2 detik, tidak ada edema dan tidak

sianosis, akral hangat.

Pola eliminasi : klien mengatakan belum BAB sedari tanggal 02

Maret 2015, BAK lancar, warna kekuningan, frekuensi 3-4 kali/ hari.

Tanggal 03 Maret 2015 klien mengatakan ingin BAB namun tidak bisa

keluar, keras.

Makanan/cairan : BB klien sebelum sakit 63 kg, saat di RS 60 kg, TB

: 160 cm, BBI 54 Kg, Hb ; 12,5 gr/dL, mukosa bibir kering, lemas,tidak

nafsu makan, mual, klien mendapat diit pada tanggal 03 Maret 2015

pukul 14.00 wib, diit TKTP, habis 4 sendok makan, minum habis ½ gelas

±125 cc.
7

Aktivitas/istirahat : aktivitas klien dibantu oleh keluarga, skala

ketergantungan 2, klien tidur malam 7-8 jam sehari, klien tidak tidur

siang, klien tampak lebih banyak istirahat di tempat tidur.

Pengkajian nyeri diperoleh data subyektif, klien merasakan nyeri

dan mulas di daerah perut bawah dan, nyeri menetap dan saat di tekan,

kualitas nyeri terasa perih, skala 5, diakibatkan adanya kontraksi uterus.

Data obyektif didapatkan data klien terlihat menghindari nyeri ketika

abdomen ditekan dan tindakan kuretase dari pukul 03 April 2015, 11.00

wib. Keamanan : klien tidak mengalami penyakit menular seksual,

perdarahan lebih dari 100 cc tidak ada. Seksualitas : masih tampak

perdarahan pervagina, pada pengkajian tanggal 03 Maret 2015 PPV

tampak lochea Rubra. Integritas ego : klien mengatakan sudah

merencanakan kehamilan, dan sekarang harus kehilangan, klien

mengatakan sedih namun tidak mau berlarut dan bisa menerima dengan

ikhlas. Penyuluhan dan pembelajaran : klien mengatakan tidak

mengetahui apa itu keguguran, dan penyebab, serta cara pencegahannya.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus

b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual

c. Resikoinfeksi berhubungan dengan prosedur invasive

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang sumber informasi

yang diperoleh.
7

3. Perencanaan Keperawatan

Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri akut, yaitu

lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik,

awitan dan durasi, frekuensi, kualitas, intensitas atau keperahan nyeri, dan

factor presipitasinya, observasi isyarat nonverbal ketidaknyamanan,

berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama akan

berlangsung, dan antisipasi ketidaknyamanan akibat prosedur, ajarkan

penggunaan teknik nonfarmakologis (misalnya, umpan balik biologis,

hypnosis, relaksasi, imajinsi terbimbing, terapi music, distraksi, kompres

hangat atau dingin, dan bersama penggunaan tindakan peredaan nyeri yang

lain, dan kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik jika tindakan tidak

berhasil atau perubahan bermakna dari pengalaman nyeri pasien masa lalu.

Rencana keperawatan untuk mengatasi nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, meliputi pantau nilai laboratorium, khususnya

transferin, albumin dan elektrolit, serta pantau kandungan nutrisi dan

kalori pada catatan asupan, timbang pasien pada interval yang tepat,

ajarkan keluarga dan pasien tentang makanan yang bergizi dan tidak

mahal, berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan

bagaimana memenuhinya.

Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah resiko infeksi,

yaitu pantau tanda dan gejala infeksi (misalnya : suhu tubuh, denyut

jantung, penampilan luka, sekresi, penampilan urine, lesi kulit, keletihan,

dan malaise), kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan terhadap


7

infeksi (misalnya usia lanjut, luluh imun, dan malnutrisi), pantau hasil

laboratorium (hitung darah lengkap, hitung protein serum, dan albumin),

jelaskan kepada pasien dan keluarga mengapa sakit dan risiko infeksi,

ajarkan pasien dan keluarga teknik mencuci tangan yang benar, bersihkan

lingkungan dengan benar setelah dipergunakan masing-masing pasien,

kolaborasi pemberian terapi antibiotik.

Perencanaan keperawatan untuk mengatasi masalah kurang

pengetahuan meliputi lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan

klien saat ini dan pemahaman terhadap abortus, kaji gaya belajar klien,

beri penyuluhan sesuai tingkat pemahaman klien dan keluarga, beri

informasi tentang sumber-sumber dalam mempertahankan program terapi,

ikut sertakan keluarga dan orang terdekat dalam pemberian pendidikan

kesehatan.

4. Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk setiap diagnosa

keperawatan berbeda-beda di sesuaikan dengan kondisi dan respon klien.

Implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan kontraksi uterus dilakukan selama empat hari.

Implementasi untuk mengatasi masalah nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan mual dilakukan selama tiga hari. Implementasi

untuk mengatsi masalah resiko infeksi berhubungan dengan prosedur

invasif dilakukan selama satu hari. Implementasi untuk mengatasi masalah


7

kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya sumber informasi

yang diperoleh dilakukan selama dua hari.

5. Evaluasi

Evaluasi atau masalah keperawatan nyeri akut berhubungan

dengan kontraksi uterus teratasi dalam empat hari. Masalah nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual teratasi dalam tiga hari.

Masalah resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif teratasi

dalam satu hari. Masalah kurang pengetahuan berhubungan dengan

kurangnya sumber informasi yang diperoleh teratasi dalam dua hari.

C. Hambatan

Hambatan-hambatan yang penulis temukan ketika mengelola pasien

abortus inkomplit dengan post kuretase adalah penulis kurang teliti dalam

mengkaji ke dalam hal-hal fokus klien seperti mengkaji keadaan umum dan

tanda-tanda vital setiap dua jam setelah dilakukan tindakan kuretase. Penulis

seharusnya mengkaji keadaan umum dan tanda-tanda vital klien setiap dua

jam untuk memantau perkembangan kesehatan klien setelah kuretase, dimana

kuretase adalah tindakan prosedur invasif dan dilakukan anestesi spinal

sehingga pemantauan setiap dua jam diperlukan. Penulis harusnya

menggunakan bahasa yang mudah dimengerti agar klien mudah mencerna

anjuran-anjuran dan ajaran-ajaran yang disampaikan.


DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Irene M. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta :


EGC.

Cunningham ,F. Gary.(2006). Obstetri Williams Edisi 21 Volume 2. Jakarta :


EGC.

Doengoes, M.E. Moorhouse, M.F, Burley, J.T. (2001). Penerapan proses


Keperawatan dan Diagnosa Rencana Asuhan Keperawatan
(Terjemahan). Jakarta : Edisi 13, EGC.

Fraser, Diane M. et al. 2009. Buku Ajar Kebidanan Myles. Ed. 14. Jakarta:
EGC

Hacker, Neville F. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta :


Hipokrates.

Hasuki, Irfan. 2007. Penatalaksanaan post kuretase.


https://Bibilung.wordpress.com/2007/12/08/serba-serbi-kuret. diakses
tanggal 25/02/2015, jam 08:06.

Lamadhah, Dr. Athif. 2012. Buku Pintar kehamilan dan Melahirkan.


Yogjakarta : DIVA press.

Manuaba, I. B. G. (2007). Pengantar kuliah Obstetric. Jakarta : EGC.

Maryunani, Anik. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan.


Jakarta : CV. Trans Info Media.

Nugroho, Taufan.2010. Buku Ajar Obstetric. Yogyakarta: Nuha Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu Kebidanan Edisi keempat Cetakan


Ketiga. Jakarta : Tridasa Printer.

Rukiyah, Ai Yeyeh & Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi


Kebidanan). Jakarta: Trans Info Media

Saktyaairlangga. (2012). Pedoman Mahasiswa Keperawatan Kumpulan


Asuhan Keperawatan. http ://
www.academia.edu/5776110/PEDOMAN_MAHASISWA_KEPERA
WATAN. di akses tanggal 5 Januari 2015.

Suryawan, Ari. (2013). Askep Abortus Inkomplit.


https://arisuryawan58.wordpress.com/2013/11/20/askep-abortus-
inkomplit/ di akses tanggal 5 Januari 2015.

Saifuddin, AB, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Viviparitha. 2013. Asuhan Keperawatan Abortus .


(http://viviparitha.wordpress.com/asuhan-keperawatan-abortus/ di
akses tanggal 6 januari 2015.

Wiknjosastro, Hanifa. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirahardjo.

Wilkinson, J. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 9. Jakarta :


EGC.
LAMPIRAN 1
`
LAMPIRAN 2

SATUAN ACARA PENGAJARAN

Pokok bahasan : Penanganan Pasca Keguguran

Sub Pokok Bahasan : Pengertian, penyebab, gejala klinik, penanganan

Hari / tanggal :

Waktu : 15 menit

Sasaran : Ny. X

Tempat : Ruang BR

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 15 menit, diharapkan klien

mampu memahami tentang penanganan pasca keguguran.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 1 x 15 menit, di harapkan klien

mampu menjelaskan

a. Pengertian Abortus Inkompletus

b. Penyebab Abortus Inkompletus

c. Gejala klinik

d. Penanganan
3. Kegiatan Belajar Mengajar

NO TAHAP WAKTU KEGIATAN MEDIA

1 Pembukaan 5 menit -Mengucapkan salam

-Memperkenalkan diri

-Menjelaskan maksud dan tujuan

-Apersepsi dengan menggali Leaflet

pengetahuan, klien tentang

penanganan pasca keguguran.

2 Pelaksan 5 menit - Menjelaskan teori

aan 1. Pengertian Abortus

Inkompletus Leaflet

2. Penyebab Abortus

Inkompletus

3. Gejala klinik

4. Penanganan

3 Penutup 5 menit - Mengakhiri kegiatan

- Evaluasi Leaflet

- Menutup dengan salam


4. Media

Leaflet

5. Metode

Pendidikan kesehatan dilakukan dengan cermah, tanya jawab (diskusi).

6. Evaluasi

1) Standar persiapan

a. Menyiapkan materi penyuluhan

b. Menyiapkan tempat

c. Menyiapkan alat peraga

d. Menyiapkan leaftet

2) Standar proses

a. Membaca buku referensi

b. Memberi penyuluhan

3) Standar penyuluhan

a. Klien mampu menyebutkan cara penanganan post partum.

7. Pustaka

Ibrahim Cristina, S. Perawatan Kebidanan Jilid 1

Jakarta: PT Bharat Niaga Media.

Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri edisi 2. Jakarta: EGC.

Lampiran

Materi penanganan pasca keguguran.


LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian Abortus Inkompletus

Pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, masih

ada sisa tertinggal (plasenta, ari-ari)

B. Penyebab

1. Kelainan Ovum

2. Kelainan pada ibu

3. Gangguan sirkulasi plasenta

4. Ibu yang sakit, malnutrisi

5. Stress

6. Kelelahan

C. Penanganan

1. Anjurkan banyak istirahat

2. Anjurkan untuk tidak beraktivitas yang berat

3. Batasi melakukan hubungan seksual

4. Teratur minum obat-obat advice dokter (vit B kompek)

5. Diet TKTP
D. Gejala

1. Perdarahan disertai sakit perut

2. Perdrahan pada vagina bisa sedikit sampai banyak dengan adanya

darah beku.

3. Sudah ada fetus atau jarinagan

4. Serviks sudah membuka

5. Tes kehamilan
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4

Anda mungkin juga menyukai