Anda di halaman 1dari 141

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN
STROKE HEMORAGIK DI GEDUNG A LANTAI 5 ZONA A
RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA PUSAT

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai


syarat menyelesaikan

program DIII Keperawatan

DIAN NURLAELA

P17120017049

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 1
MEI 2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN
STROKE HEMORAGIK DI GEDUNG A LANTAI 5 ZONA A
RSUPN CIPTO MANGUNKUSUMO JAKARTA PUSAT

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai syarat menyelesaikan

program DIII Keperawatan

Oleh :

DIAN NURLAELA

P17120017049

PRODI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 1
MEI 2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Jakarta, 31 Mei 2020

Pembimbing,

Tarwoto, S.Kep., Ners., M.Kep

NIP. 197002091995031001

Laporan kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Stroke
Hemoragik Di Gedung A Lantai 5 Zona A di RSUN Ciptomangunkusumo Jakarta
Pusat” ini telah disetujui untuk diujikan pada Ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah
dihadapan Tim Penguji.

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

ii
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta I:

Nama : Dian Nurlaela

NIM : P17120017049

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah saya yang berjudul:

“Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Stroke Hemoragik Di Gedung A Lantai 5


Zona A di RSUN Ciptomangunkusumo Jakarta Pusat”

1. Disusun dan diselesaikan oleh saya sendiri.


2. Bukan merupakan salinan sebagian ataupun seluruhnya dari karya tulis ilmiah
yang pernah disusun orang lain.

Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya Apabila di kemudian hari


pernyataan ini terbukti tidak benar, maka saya bersedia kelulusan saya dibatalkan.

Jakarta, 31 Mei 2020

Dian Nurlaela

NIM. P17120017049

LEMBAR PENGESAHAN

iii
Pembimbing, Penguji I, Penguji II,

Tarwoto, S.Kep., Ners., M.Kep Mumpuni, S.Kp., M.Biomed Uun Nurulhuda, Ns., S.Kep., M.Kep., Sp.MB

NIP. 197002091995031001 NIP. 19710241999032001 NIP. 196403221992032001

Karya Tulis Ilmiah dengan judul” Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Stroke
Hemoragik Di Gedung A Lantai 5 Zona A di RSUN Ciptomangunkusumo Jakarta Pusat” ini
telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS pada Ujian
Sidang Karya Tulis Ilmiah Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Jakarta 1.

Mengetahui,

Direktur Poltekkes Kemenkes Jakarta I Ketua Jurusan Keperawatan

Drg. Ita Astit Karmawati, MARS Mumpuni, S.Kp., M.Biomed

NIP. 196405091988032002 NIP. 197101241999032001

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan
Program Studi D III Keperawatan pada Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jakarta 1. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini, sangatlah sulit bagi penulis unutk menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini. Oleh karena ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu drg. Ita Astit Karmawati, MARS selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Jakarta 1
2. Ibu Ii Solihah, S.Kp., MKM Selaku Kepala Prodi DIII Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1, Koordinator Mata Kuliah Karya
Tulis Ilmiah dan Sebagai Pembimbing Akademik yang selalu memberikan
semangat dan motivasi untuk terus berusaha dan memanajemen waktu dengan
baik
3. Ibu Mumpuni, S.Kp., M. BioMed, selaku Kepala Jurusan Keperawatn Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1
4. Bapak Ns. Diky Julianto, S.Kep selaku Koordinator Akademik Jurusan
Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan Jakarta 1, Koordinator Mata
Kuliah Karya Tulis Ilmiah
5. Bapak Ns. Tarwoto, S.Kep., M.Kep selaku pembimbing siding Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 1 yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan penulis dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini

v
6. Ibu Uun Nurulhuda, S.Kep., Ners., M.Kep., Sp. Kep.MB selaku wali kelas
angkatan 16 Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Jakarta 1
7. Kepada Kedua Orangtua yang selalu memberikan dukungan dan doa yang tiada
henti kepada penulis, juga adik saya Rezky Anugrah sebagai penyemangat hidup
saya.
8. Muhammad Eril Ramadhan laki laki teristimewa, yang selalu memberikan
semangat dan motivasi sehingga penulis dapat mengerjakan tugas akhir ini dengan
baik, im so lucky to having you
9. Mahmud 2020, Nadinda, lila, alma, iday, dan rara yang telah memberi warna
warni dihidup penulis sejak masa SMA, terimakasih guys
10. Temen sepergabutan dan sepermakanan penulis PABO SQUAD ada umay, oca,
winda, elia dan rena, ayo treveling lagi abis ini
11. Kakak mentor saya Kenstya Penta yang telah memberikan bantuan dan
pengetahuan kepada saya selama perkuliahan dan juga adik adik mentor saya duo
Anna yang telah memberikan motivasi kepada saya
12. Temen sepergendutan saya Miftah Nur Safanah yang telah memberikan saya
motivasi dan dukungan makanan
13. Temen yang telah mewarnai masa putih biru saya Meliana, putri, fia, dan oka,
14. Tim Neurologi 2020 Dewi, Dijeh, Ayu semoga sukses kalian
15. Kepada teman SATGAS WISMA ATLET ku tercinta yang telah berkorban
berada di garda terdepan, so proud of you guyssss
16. teman-teman sejawat WK angkatan 15 yang telah berjuang berssama-sama di
poltekkes Jakarta 1 ini.
17. Keluarga Ny.S yang telah berkenan dan berperan dalam KTI ini
18. Seluruh karyawan dan staf Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta 1

vi
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi perbaikan dan sempurnanya Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan masyarakat serta organisasi profesi keperawatan pada umunya.

Jakarta, 9 April 2020

Dian Nurlaela

P17120017049

DAFTAR ISI

vii
Halaman

LEMBAR JUDUL.......................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN.............................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan..................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Stroke Hemoragik ........................................... 18
1. Definisi Stroke Hemoragik ............................................... 18
2. Mekanisme Pendarahan di Otak........................................ 18
3. Etiologi Stroke Hemoragik ............................................... 19
4. Faktor Risiko Stroke Hemoragik ..................................... 19
5. Manifestasi Stroke Hemoragik ......................................... 20
6. Patofisiologi Stroke Hemoragik........................................ 21
7. Pathway Stroke Hemoragik............................................... 23
8. Komplikasi Stroke Hemoragik......................................... 25
9. Pemeriksaan Penunjang Stroke Hemoragik ...................... 26
10. Penatalaksanaan Stroke Hemoragik.................................. 27
B. KonsepDasarAsuhanKeperawatan
1. Pengkajian Keperawatan .................................................. 28
2. Diagnosis Keperawatan .................................................... 31
3. Perencanaan Keperawatan ................................................ 31

viii
4. Implementasi Keperawatan .............................................. 31
5. Evaluasi Keperawatan ...................................................... 34
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan......................................................... 35
B. Diagnosis Keperawatan........................................................... 37
C. Perencanaan Keperawatan....................................................... 38
D. ImplementasiKeperawatan...................................................... 40
E. Evaluasi Keperawatan............................................................. 41
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan......................................................... 46
B. Diagnosis Keperawatan........................................................... 50
C. Perencanaan Keperawatan....................................................... 52
D. Implementasi Keperawatan..................................................... 54
E. Evaluasi Keperawatan............................................................. 56
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 59
B. Saran ....................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 60
LAMPIRAN
Lampiran 1: Asuhan Keperawatan
Lampiran 2: Lembar Konsul
Lampiran 3: Daftar Riwayat Hidup

ix
DAFTAR SKEMA

Skema 2.3 Pathway Stroke Hemoragik .................................................................... 23

DAFTAR LAMPIRAN

x
Lampiran I : Laporan Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan
Stroke Hemoragik di Gedung A Lantai 5 Zona A
RSUPN Ciptomangunkusumo Jakarta Pusat

Lampiran II : Satuan Acara Penyuluhan dan Leafleat tentang


ROM

Lampiran III : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran IV : Lembar Penyerahan Karya Tulis Ilmiah

Lampiran VI : Daftar Riwayat Hidup

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke merupakan suatu kondisi dimana terganggunya pasokan darah didalam
bagian otak diakibatkan sel sel yang telah mati akibat mengalami sumbatan
atau pecahnya pembuluh darah di otak. Stroke menjadi penyakit paling sering
penyebab kecacatan pada tubuh manusia dapat dilihat dari seberapa parah
tingkat kerusakan pada otak. (Muttaqin, 2011). Ada 2 jenis stroke yaitu Stroke
Hemoragik dan Stroke Iskemik. Stroke Iskemik yaitu terjadi akibat sumbatan
aliran darah pada otak sehingga menimbulkan kematian jaringan otak karena
kurangnya suplai darah. Sedangkan Stroke hemoragik yaitu pecahnya
pembuluh darah yang terjadi di dalam otak sehingga darah keluar di jaringan
otak pada bagian intraserebral dan subarachnoid dan menekan jaringan
disekitarnya. (Soewarno, 2017)

Stroke merupakan penyebab utama kematian nomor dua sebagai penyakit


tidak menular dengan presentase 70% dan penyebab utama kecacatan ketiga
dengan presentasi 87% secara global (WHO, 2016). Dibeberapa wilayah
Eropa dan Asia masih menjadi kematian tertinggi akibat Stroke di Dunia.
(Emilia J, 2019). Di Indonesia, pada tahun 2018 sebanyak 10,9 per 1000
penduduk mengalami stroke, pada tahun 2013 ada sebanyak 12,10 per 1000
penduduk. Kasus stroke paling banyak terjadi di Provinsi Kalimantan Timur
(14,7permil) dan terendah terdapat di Provinsi Papua (4,1permil). Di provinsi
DKI Jakarta terdapat 9,7% penduduk yang menderita stroke yang melakukan
perawatan di Rumah Sakit maupun secara mandiri di rumah. Terdapat
tingginya angka proporsi risiko perilaku penyebab stroke diantaranya rata-rata

12
13

diatas 70% penduduk diatas usia 3 tahun sering mengkonsumsi makanan dan
minuman asin, manis, berkolesterol, dan menggunakan bahan pengawet serta
kurangnya mengkonsumsi buah dan sayur. (Kementerian Kesehatan RI, 2018)

Pada stroke hemoragik biasanya terjadi karena adanya perdarahan pada


subaraknoid yang terjadi karena pembuluh darah yang pecah sehingga darah
keluar dan menggumpal ke area otak. Pecahnya pembuluh darah berasal dari
aneurisma pada otak atau AVM (Malformasi Arteriovenosa) disebabkan oleh
adanya atheriosklerosis sehingga dinding pembuluh darah melemah terjadi
secara kongenital atau akibat cedera otak sehingga merobek dan
merenggangkan lapisan tengah dinding arteri atau biasa disebut dengan
perdarahan intraserebral (Terry & Weaver, 2013). Stroke hemoragik dapat
menimbulkan tanda dan gejala yang khas pada pasien yaitu terdapat adanya
nyeri kepala berat, mual, muntah dapat menimbulkan masalah keperawatan
antara lain Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak. Tanda dan gejala
seperti kesulitan dalam berbicara, kelumpuhan terjadi pada wajah dan anggota
badan dapat menimbulkan masalah keperawatan berupa gangguan mobilitas
fisik dan gangguan komunikasi verbal. Selain itu jika pada pasien stroke
hemoragik tidak dilakukan penanganan dengan baik maka akan menimbulkan
berbagai macam komplikasi yaitu diantanya herniasi otak, thrombosis dan
kejang (Munir,2017)

Proses penyembuhan stroke biasanya membutuhkan waktu yang cukup lama


dan diperlukan upaya rehabilitasi pasca stroke secara tuntas untuk
mempercepat penyembuhan dan mencegah terjadinya stroke berulang dalam
hal ini dibutuhkanya peran perawat serta dukungan dari pihak keluarga
(Lingga, 2013).Peran perawat sangat penting dalam proses penyembuhan
pasca stroke yaitu diantaranya sebagai care giver (Hidayat, 2012) yaitu
14

membantu memenuhi kebutuhan klien dalam asah, asih, asuh. Diantaranya


membantu klien dalam memenuhi kebutuhan dasar dapat berupa total atau
sebagian tergantung tingkat kemampuan klien, membantu mobilitas klien dan
melatih rentang gerak sendi (ROM) klien, membantu dalam memberikan
pendidikan kesehatan berupa patuh terhadap obat rutin yang meningkatkan
faktor risiko penyebab stroke .Peran perawat sebagai kolaborasi yaitu perawat
sebagai kolaborasi terhadap Dokter, Ahli Gizi, dan Fisioterapi guna
mempercepat penyembuhan. Peran perawat sebagai konselor yaitu
memberitahu keluarga dan mengajak keluarga untuk berperan aktif dalam
memberi dukungan terhadap klien. (Hidayat, 2012)

Dilihat dari uraian diatas tingginya kasus stroke dan tingkat keparahan pada
stroke hemoragik maka diperlukan penanganan yang komprehensif dan
berkualitas untuk menangani kasus tersebut dengan itu penulis tertarik
membuat Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. S
dengan Stroke Hemoragik di Gedung A Lt.5 Zona A RSUPN Cipto
Mangunkusumo”

B. Tujuan
Tujuan penulisan karya tulis ilmiah terdiri tujuan umum dan tujuan khusus.
1. Tujuan Umum
Dalam pembuatan tujuan umum penulis memiliki gambaran secara nyata
yang terkait dilapangan tentang Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. S
dengan Stroke Hemoragik di Lt. 5 Gedung A Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo
15

2. Tujuan Khusus
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini memiliki tujuan khusu yaitu membahas
secara lengkap mengenai :
a. Pengkajian Keperawatan pada Ny. S dengan Stroke Hemoragik di
Gedung A Lt 5 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo
b. Diagnosa Keperawatan pada Ny. S dengan Stroke Hemoragik di
Gedung A Lt 5 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo
c. Perencanaan Keperawatan pada Ny. S dengan Stroke Hemoragik
di Gedung A Lt 5 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo
d. Implementasi Keperawatan pada Ny. S dengan Stroke Hemoragik
di Gedung A Lt 5 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo
e. Evaluasi Keperawatan pada Ny. S dengan Stroke Hemoragik di
Gedung A Lt 5 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo
f. Membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kasus nyata
yang terjadi pada Ny. S dengan Stroke Hemoragik di Gedung A
Lt 5 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menjadi tambahan referensi
objektif kasus dan meningkatkan pelayanan dengan masalah stroke
hemoragik yang sekiranya dapat membantu dalam proses keperawatan.

2. Bagi Institusi
Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat menambah sarana informasi dan
literature perpustakaan Poltekkes Kemenkes Jakarta 1 terkait masalah
16

stroke hemoragik sehingga dapat bermanfaat untuk seluruh civitas


akademika yang membutuhkannya.

3. Bagi Mahasiswa

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk menambah


wawasan mahasiswa mengenai Asuhan Keperawatan pada pasien
dengan stroke hemoragik dan sesuai yang terjadi di lapangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Stroke Hemoragik


1. Definisi Stroke
Stroke dapat diartikan sebagai penyakit yang timbul adanya lesi vaskuler
otak sebagai penyakit serebrovaskular (Caplan, 2016).Menurut
Mutiarasari (2019) menjelaskan bahwa Stroke merupakan gangguan
fungsional di dalam otak yang menyebabkan adanya tanda klinis fokal
maupun global yang terjadi secara mendadak dan berlangsung lebih dari
24 jam. Stroke dapat disebabkan oleh kondisi iskemik ataupun perdarahan.
Perdarahan yang terjadi di daerah tulang tengkorak dan ruang antara otak
(Subrakhnoid dan intraserebral) menjadi rusak karena aliran darah yang
menggumpal terdorong ke pembuluh darah dan otak disebut sebagai
Stroke Hemoragik (Lippincott, Williams, 2016)

2. Mekanisme Perdarahan Otak


Terdapat tiga mekanisme dasar penyebab gangguan aliran darah
diantaranya yaitu thrombosis, emboli dan penurunan tekanan perfusi. Pada
trombosis yaitu proses oklusi local atau penurunan aliran pada pembuluh
darah. Yang terjadi karena adanya pembekuan dan perubahan karakteristik
pada dinding pembuluh darah. Sehingga menyebabkan infark atau
kematian jaringan yang luas saat menyumbat pembuluh darah intracranial.

Material emboli terbentuk dari jantung, arteri besar atau vena. Bekuan
darah, vegetasi atau tumor intrakardiak dapat menyebabkan kardioemboli.

17
18

Udara, benda asing, sel tumor dan lemak juga termasuk materi emboli
yang dapat mengganggu sirkulasi.

Penurunan tekananan perfusi serebral terjadi karena adanya penurunan


cardiac output yang disebabkan oleh kegagalan pompa jantung volume
intravascular yang tidak adekuat, karena suplai darah yang tidak
mencukupi atau kurang dari kebutuhan maka menyebabkan iskemia pada
daerah arteri serebri anterior, posterior dan media. Biasanya dapat
memberikan manifestasi klinis yang khas.

Perdarahan pada otak yang terjadi di intraserebral didasari oleh terjadinya


proses meningkatnya volume hematoma karena peningkatan aliran darah
dan inflamasi dalam jangka waktu yang lama dan melibatkan seluruh
sistem organ tubuh. (Setiati, et.al, 2017)

3. Etiologi
Penyebab stroke hemoragik yaitu akibat adanya perdarahan pada
subaraknoid yang terjadi karena pembuluh darah yang pecah sehingga
darah keluar dan menggumpal ke area otak. Pecahnya pembuluh darah
berasal dari aneurisma pada otak atau AVM (Malformasi Arteriovenosa)
disebabkan oleh adanya atheriosklerosis sehingga dinding pembuluh
darah melemah terjadi secara kongenital atau akibat cedera otak sehingga
merobek dan merenggangkan lapisan tengah dinding arteri atau biasa
disebut dengan perdarahan intraserebral (Terry & Weaver, 2013)

4. Faktor Risiko
Menurut Mutiasari (2019) Ada 2 jenis faktor risiko stroke hemoragik,
meliputi :
19

a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi


1) Usia
2) Jenis Kelamin
3) Riwayat Keluarga
4) Malformasi Arteri Vena

b. Faktor risiko yang dapat di modifikasi


1) Hipertensi
2) Diabetes Militus
3) Merokok dan Alkohol
4) Dislipidemia
5) Atrial Fibrilation

5. Manifestasi Klinis
Menurut WHO dalam International Statistical Classification of Disease
and Related Health Problem 10th Revision, Manifestasi klinis stroke
hemoragik berdasarkan letak terjadinya gangguan yaitu :
a. Perdarahan Intraserebral (PIS), tanda dan gejala yang muncul adalah
nyeri kepala berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga
subarachnoid pada pemeriksaan pungsi lumbal, kesadaran menurun,
b. Perdarahan Subarakhnoid, tanda dan gejala yang muncul adalah nyeri
kepala berat, nyeri pada daerah leher dan punggung, mual, muntah,
terjadinya gangguan pada fungsi saraf otonom, demam, papil edema
Sedangkan manifestasi klinis secara umum adalah adanya kelemahan
secara mendadak pada area wajah dan pada salah satu sisi tubuh,
kehilangan fungsi motorik, adanya gangguan dalam komunikasi,
gangguan persepsi dan kerusakan pada fungsi kognitif (WHO, 2014)
20

6. Patofisiologi
Salah satu faktor risiko stroke hemoragik yang dapat dimodifikasi yaitu
kadar kolesterol yang tinggi. Jika kadar kolesterol tidak terkontrol dan
lemak yang banyak dapat menimbulkan trombus pada pembuluh darah.
Pembuluh darah menjadi infark dan iskemik yaitu kematian pada jaringan
dikarena kekurangan suplai oksigen kemudian pembuluh darah menjadi
aterosklerosis sehingga dapat kaku bahkan pecah.

Trombus dapat menyebabkan eritrosit dan sel endotel menjadi rusak dan
plasma menjadi hilang karena aliran darah yang terhambat. Karena
eritrosit dan sel endotel rusak maka akan menyebabkan terjadinya
hematoma pada jaringan otak, terjadinya hematoma pada otak dapat
menyebabkan tekanan intrakranial meningkat akan menimbulkan tanda
dan gejala seperti nyeri kepala, mual muntah dan papil edema sehingga
dapat meimbulkan masalah keperawatan yaitu risiko ketidakseimbangan
perfusi jaringan pada otak dan gangguan rasa nyaman nyeri.

Stroke hemoragik terjadi karena pembuluh darah pada otak menjadi kaku
dan pecah. Pada pembuluh darah yang pecah akan menyebabkan
metabolisme di dalam otak menjadi terganggu dan suplai oksigen dalam
pembuluh darah juga terganggu sehingga dapat muncul masalah
keperawatan yaitu risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak. Terjadinya
penurunan suplai oksigen pada otak menyebabkan terhambatnya aliran
darah pada arteri yaitu diantaranya arteri karotis interna, arteri vertebra
basilaris dan arteri cerebri media. Arteri karotis interna yang mengaliri
darah ke retina, retina sendiri memiliki fungsi yaitu menangkap objek atau
bayangan secara jelas jika arteri karotis retina ini terganggu maka
menyebabkan disfungsi pada Nervus ke II yaitu optikus sehingga objek
21

atau bayangan menjadi tidak jelas bahkan dapat menimbulkan kebutaan.


Penglihatan yang tidak jelas ini dapat menimbulkan masalah keperawatan
yaitu reisiko cedera : jatuh dan gangguan perubahan persepsi sensori.

Gangguan system saraf yang terjadi pada Nervus X (Vagus) dan Nervus
IX (Glosofaringeal) akan mengakibatkan pasien mengalamin kesulitan
dalam menelan karena terjadinya refluks dan menyebabkan anoreksia
karena kurangnya asupan makanan. Dalam hal ini dapat muncul masalah
keperawatan yaitu gangguan menelan dan ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh. Kerusakan yang lain dapat terjadi
tergantung letak Nervus yang terganggu diantaranya yaitu Nervus VII
(Facialis), Nervus IX (Glosofaringeal) dapat menyebabkan otot pada
wajah menjadi lemah, dan sulit untuk menggerakkan bagian oral sehingga
sulit dalam berbicara dan menyebabkan disatria. Kondisi ini memicu
terjadinya masalah keperawatan yaitu kerusakan komunikasi verbal.
Gangguan Nervus lain yaitu Nervus XI (assesoris) yaitu menyebabkan
otot otot pada tubuh mengalami penurunan. Penurunan kekuatan otot
mengakibatkan sulit untuk beraktivitas dan mengalami tirah baring cukup
lama. Kondisi ini menimbulkan masalah keperawatan gangguan integritas
kulit, gangguan mobilitas fisik dan deficit perawatan diri karena klien sulit
untuk melakukan aktivitas secara mandiri. (Huda, Amin, dan Kusuma,
2016).
22

7. Pathway

Faktor pencetus/ Penimbunan lemak atau Lemak yang


etiologi kolesterol yang sudah nekrotik
meningkat dalam darah dan berdegenerasi

Aneurisma / Menjadi kapur dan mengandung


Hipertensi kolesterol dengan trombus

Pembuluh Darah Penyempitan


menjadi kaku pembuluh darah
dan pecah

Aliran darah
Stroke Kompresi terhambat
hemoragik jaringan otak

Eritrosit
menggumpal,
heriasi
endotel rusak
Penurunan Proses metabolisme
suplai darah dalam otak terganggu
ke otak Cairan plasma
hilang
Resiko Peningkatan
ketidakefektifan TIK
perfusi dalam Edema
otak serebral
Gangguan rasa
nyaman : nyeri

Arteri carotis Arteri vertebra Arteri cerebri


intena basillaris media
23

Disfungsi
Kerusakan N.I
N.II (optikus)
(olfaktorius), N.IV
(troklearis), N.XII
(hipoglosus)

Kerusakan Disfungsi
Penurunan neurocerebrospi N.XI
aliran darah nal N.VII (assesorius)
keretina (facialis)N.IX
(glosofaringeus)
Perubahan Penurunan
Penurunan ketajaman fungsi motorik
kemampuan sensori, kontrol otot dan
retina untuk penglihatan facial/ oral muskuloskeletal
merangkap objek dan pengecap menjadi lemah
atau bayangan

Hemiparase
kebutaan Ketidakmampuan Ketidakmampu atau plegi
menghidu, melihat an berbicara kanan dan kiri
dan mengecap

Gangguan
komunikasi
Risiko cedera : Gangguan perubahan verbal
jatuh persepsi sensori

Gangguan mobilitas Tirah


Penurunan fungsi N.X
fisik baring
(vagus)
lama
N.IX(glosofaringeus)

Tidak mampu Luka


Proses menelan tidak melakukan ADL dekubitus
efektif secara mandiri
24

Kerusakan
Gangguan integritas
refluks Deficit perawatan
menelan kulit
diri

disfagia

Ketidakseimb
angan nurisi
anoreksia
kurang dari
kebutuhan
tubuh

Gambar 2.1 Pathway Stroke Hemoragik

Sumber : (Huda, Amin, Kusuma, 2016)

8. Komplikasi
Menurut Andra & Yessie, (2013) dapat terjadi komplikasi pada pasien
stroke hemoragik yaitu berupa masalah fisik dan emosional diantaranya
terjadi pembekuan darah yang terbentuk pada kondisi kaki lumpuh
sehingga terjadi edema, Dekubitus juga dapat terjadi karena kurangnya
aktivitas fisik sehingga pasien harus tirah baring yang lama, infeksi dapat
terjadi jika tidak diatasi dengan benar. Pasien stroke juga bisa mengalami
pneumonia karena refluks dan disfagia yang mengakibatkan terkumpulnya
cairan didalam paru-paru. Atrofi dan kekakuan pada sendi juga dapat
terjadi karena kurang immobilisasi. Komplikasi berupa emosional yaitu
mengalami depresi dan kecemasan karena klien mengalami perubahan dan
kehilangan fungsi pada tubuhnya.
25

9. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
Menurut Caplan (2016) pemeriksaan radiologi dilakukan untuk
membantu dalam menegakkan diagnosa medis, dapat dilakukan
dengan beberapa cara yaitu :
1) Elektroensefalogram (EEG)
Pemeriksaan ini dilakukan menggunakan gelombang otak untuk
melihat daerah spesifik yang mengalami lesi atau rupture. Pada
pasien stroke dapat menyerupai dengan gejala stroke seperti
kejang. Pemeriksaan EEG pun akan menunjukkan perubahan
seperti pasien stroke jika terjadi kerusakan pada jaringan otak.
2) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat seberapa luas dann
besarnya perdarahan pada otak dengan menggunakan gelombang
magnetic. Pemeriksaan ini juga dapat menentukan diagnosa medis
yaitu adanya hemoragik, iskemik, dan malformasi arteriovena .
3) CT – Scan
Dapat melihat adanya edema, iskemia, infark dan hematoma
4) Fungsi Lumbal
Untuk mengetahui tekanan. Jika terjadi peningkatan dan terdapat
darah pada cairan lumbal menunjukan adanya perdarahan pada
subarachnoid atau intracranial.
b. Laboratorium
Menurut Robinson, (2014) Pada pasien stroke juga dilakukan
pemeriksaan laboratorium seperti permeriksaan darah lengkap untuk
mengetahui kadar leukosit pasien jika diatas normal maka terjadi
infeksi pada pasien. Tes Darah Koagulasi juga dilakukan untuk
26

mengetahui kekentalan darah, dan tes kimia darah untuk mengetahui


kandungan gula darah, kolesterol dan asam urat.

10. Penatalaksanaan Medis


Menurut Affandy & Reggy (2016) penatalaksanaan medis pada pasien
stroke yaitu :
a. Penatalaksanaan umum
Penanganan awal pada pasien stroke berupa tindakan darurat dan
harus dilakukan secara cepat dan sesuai dengan penyebab.
Penatalaksanaan berupa mempertahankan ventilasi dan memperbaiki
jalan napas pasien, memonitor adanya peningkatan tekanan
intrakranial, monitor tekanan darah, melakukan pemeriksaan fisik
pada system neurologi, memberikan terapi cairan dan elektrolit untuk
mempertahankan sirkulasi darah, meninggikan posisi kepala semi
fowler sangat membantu dalam memperbaiki drainase vena dan
perfusi serebral. Pengendalian kejang dengan memberikan diazepam
dan antikonvulsan profilaksi. dan melakukan pemeriksaan penunjang
guna menentukkan diagnose medis secara tepat.
b. Penatalaksanaan farmakologi
Pada stroke hemoragik pemeberian terapi farmakologi seperti
antihipertensi amlodipine dan kaptroptil. Pemberian terapi cairan
hipertonis juga dilakukan jika terjadi peningkatan pada intrakranial
akut. Terapi diuretik seperti furosemide dan asetazolamid juga
diberikan untuk menekan produksi pada cairan serebrospinal dan
steroid.
c. Penatalaksanaan pembedahan
Pemebedahan yang dilakukan untuk memperbaiki aliran darah yaitu
dapat dilakukan dengan endosterektomi karotis, nevaskularisasi, dan
ligase arteri komunis pada aneurisma.Tindakan Decompressive
27

Surgery ini dilakukan untuk mengurangi adanya edema dan


menghilangkan hematoma serta menurunkan tekanan intrakranial.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragik


1. Pengkajian Keperawatan
Menurtu Tarwoto (2013) pengkajian keperawatan pada pasien stroke
hemoragik diantaranya :
a. Anamnesis
Dalam anamnesis pasien meliputi nama, usia, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, no. register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis.
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering dijmpai pada pasien yang mengalami
stroke hemoragik yaitu adanya penurunan kesadaran secara mendadak,
dan kelemahan pada ektremitas
c. Riwayat penyakit sekarang
Pada pasien stroke hemoragik biasanya sering terjadi tanda dan gejala
seperti nyeri kepala berat, mual, muntah, bahkan kejang sampai tidak
sadar, gejala seperti kelumpuhan dan gangguan pada bicara sering kali
terjadi.
d. Riwayat penyakit terdahulu
Penyakit tambahan seperti adanya hipertensi, diabetes militus,
kolesterol, penyakit jantung dan riwayat stroke sebelumnya. Adanya
riwayat penggunaan zat addictive.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Penyakit yang terjadi pada keluarga. Adanya faktor keturunan juga
dapat mengakibatkan timbulnya keluhan yang sama dengan pasien.
28

Kaji penyakit yang pernah diderita oleh keluarga pasien seperti adanya
hipertensi, diabetes militus, dan stroke. Umumnya penyakit diperoleh
dari beberapa faktor seperti faktor lingkungan, keturunan, gaya hidup
(AHA, 2006 dalam Jurnal Tumewah dkk 2015)
f. Pola fungsi kesehatan
Ada beberapa jenis pola kesehatan yaitu diantaranya kaji pola nutrisi
dan cairan klien, pola eliminasi, pola tidur dan istirahat, pola kativitas
dan personal hygiene dan pola seksualitas/ produksi
g. Pemeriksaan fisik
Menurut Wijaya, Saferi Andra : Putri , (2013), Pemeriksaan fisik
stroke meliputi :
1) Kesadaran
Pada pasien yang mengalami stroke hemoragik biasanya
mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 10 – 12 pada masa
awal terserang stroke
2) Tanda –tanda vital
Pada pasien stroke hemoragik yang memiliki riwayat hipertensi
biasanya hasil pemerikasaan systole >140 mmHg dan diastole >80
mmHg. Nadi dapat normal atau takikardi, pernafasan >24 mmHg
jika mengalami gangguan pada system respirasi. Dan suhu dapat
normal atau tinggi bila terdapat infeksi.
3) Aktivitas/ istirahat
a. Pada pasien stroke biasanya dapat ditemui penurunan kekuatan
otot sehingga mengakibatkan kelemahan dan kehilangan
sensasi (Hemiplagia atau hemiparase)
b. Terjadi gangguan pada nervus II (Optikus) Sehingga terjadi
penurunan fungsi pada penglihatan
c. Gaangguan Tingkat kesadaran
29

4) Eliminasi
a. Dapat terjadi gangguan pada berkemih seperti inkontinensia
urin, poliuri, anuria
b. Mengalami Konstipasi
c. Distensi Abdomen dan tidak terdengar bising usus
5) Makanan/ cairan
a. Nafsu makan normal / menurun, terdapat mual, muntah,
selama adanya peningkatan tekanan intrakranial
b. Terjadi gangguan pada Nervus VII (Facialis) dan Nervus IX
(Glosofaringeal) sehingga klien mengalami disfagia yaitu
kesulitan dalam menelan dan hilangnya sensasi pada lidah.
6) Nyeri
Nyeri pada kepala sering kali terjadi pada pasien stroke karena
adanya gangguan pada jaringan otak, pasien tampak gelisah.
7) Muskuloskeletal
Pada pasien stroke mengalami penurunan pada ekstremitas
sehingga aktivitas mejadi terganggu dan menyebabkan gangguan
pada tonus otot seperti flaksid, spastik.
8) Pemeriksaan fisik neurologis terfokus
Pada pasien stroke dilakukan pemeriksaan neurologis terfokus
yang paling sering yaitu dilakukan pemeriksan 12 saraf kranial
diantaranya nervus 1 ( Olfaktorius) dilakukan untuk mengetahui
fungsi indra penciuman, Nervus II (Olfaktorius) untuk mengetahui
fungsi pada retina yaitu mengukur ketajaman pada mata, Nervus
III (Okulomotoris) Nervus IV (Trokhearis) dan Nervus VI
(Abducen) berfungsi untuk mengetahui fungsi pada keadaan pupil,
kornea, reflex , pergerakan, lapang pandang pada mata. Nervus V
(Trigeminus) yaitu berfungsi untuk menilai kekuatan otot maseter,
30

sensasi pada wajah. Nervus VII (Facialis) berfungsi dalam


mengetahui otot pada wajah, ekspresi wajah, dan melihat
kesimetrisan pada wajah. Nervus VIII (Vestibulokoklearis) yaitu
berfungsi untuk mengetahui ada tidak gangguan pada system
pendengaran. Nervus IX (Glosofaringius) dan Nervus X (Vaagus)
berfungsi untuk mengetahui kemampuan dalam menelan dan
pergerakkan pada lidah. Nervus XI (Accesorius) untuk mengetahui
adanya kekakuan pada pergerakan kepala, otot leher dan bahu dan
Nervus XII (Hipoglosus) berfungsi dalam mengetahui kesimetrisan
lidah dan kekuatan pada lidah (Munir, 2017).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien yang mengalami stroke
hemoragik menurut PPNI (2016) yaitu :
a. Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d aneurisma serebri
b. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d kekuatan
otot menurun, rentang gerak menurun, sendi kaku, gerakan terbatas
dan fisik lemah
c. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neurogois d.d disatria,
tidak mampu bicara
d. Defisit perawatan diri b.d gangguan neuromuskuler d.d tidak mampu
mandi/ mengenakan pakaian, makan, toilet, dan berhias
e. Risiko jatuh d.d Kekuatan Otot menurun

3. Intervensi Keperawatan
a. Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d aneurisma serebri, perdarahan
pada otak
31

Tujuan : Perfusi serebral kembali optimal setelah dilakukan asuhan


keperawatan dengan Kriteria Hasil menurut (PPNI, 2019) : tingkat
kesadaran 5 meningkat, kognitif 5 meningkat, tekanan intrakranial 5
menurun, sakit kepala 5 menurun, tekanan darah sistolik 5 membaik,
tekanan darah diastolik 5 membaik.
Menurut (PPNI, 2018), Intervensi keperawatan pada diagnosa ini
dapat dibagi dua yaitu intervensi utama dan intervensi pendukung.
Pada intervensi utama yaitu terdapat manajemen peningkatan takanan
intrakranial dan pemantauan tekanan intrakranial yaitu : Observasi :
identifikasi penyebab peningkatan TIK, monitor status pernapasan,
monitor intake – output cairan, Monitor atanda dan gejala peningkatan
TIK, Terapeutik : berikan posisi semi fowler, pertahankan suhu tubuh
normal, tingkatkan frekuensi pemantauan neurologis. Kolaborasi :
kolaborasi pemberian anti hipertensi dan anti konvulsan, jika perlu
kolaborasi pemberian diuretic osmosis, jika perlu

b. Gangguan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot d.d kekuatan


otot menurun, rentang gerak menurun, sendi kaku, gerakan terbatas
dan fisik lemah
Tujuan: Klien mampu dalam melakukan ativitas fisik yang sesuai
dengan kemampuan. Kriteria Hasil (PPNI, 2019) : pergerakan
ekstremitas 5 meningkat, kekuatan otot 5 meningkat, ROM 5
meningkat, kaku sendi 1 meningkat , gerakan terbatas 1 meningkat.
Menurut (PPNI, 2018) intervensi keperawatan pada diagnosa ini
terdapat 2 intervensi utama yaitu dukungan ambulasi dan dukungan
mobilisasi, diantaranya Observasi : identifikasi adanya nyeri atau
keluhan fisik lainnya, identifikasi toleransi fisik melakukan
pergerakan, monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum dan
32

sesudah mobilisasi, monitor kondisi umum selama melakukan


mobilisasi, Terapetik : fasilitasi dengan menggunakan alat bantu,
fasilitasi melakukan pergerakan, libatkan keluarga untuk membantu
pasien. Edukasi : jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi, anjurkan
mobilisasi sederhana.

c. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neurogois d.d disatria,


tidak mampu bicara
Tujuan: menunjukan peningkatan dalam melakukan komunikasi
secara verbal dan gerak tubuh. Dengan kriteria hasil (PPNI, 2019):
kemampuan berbicara 5 meningkat, kesesuaian ekspresi wajah
dantubuh 5 meningkat, kontak mata 5 meningkat. disatria 1
meningkat, respons prilaku 5 membaik. Menurut (PPNI, 2018) yaitu
promosi komunikasi : defisit berbicara Observasi : monitor kecepatan,
tekanan, kuantitas, volume dan diksi bicara, monitor proses kognitif,
monitor frustasi, marah , depresi dan gangguan lain dalam berbicara.
Terapeutik : gunakan metode komunikasi alternative (mis. Menulis,
berkedip, papan komunikasi gambar dan huruf), sesuaikan gaya
komunikasi dengan kebutuhan, ulangi apa yang dilakukan pasien
berikan dukungan psikologis. Edukasi : anjurkan berbicara perlahan
Kolaborasi :rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis

4. Implementasi Keperawatan
Tahap keempat dalam proses keperawatan merupakan tahap pelaksanaan
dengan menggunakan strategi keperawatan yang telah direncanakan
(Alimul & Hidayat 2012). Implementasi mencakup melakukan dan
mendokumentasikan tindakan yang telah digunakan untuk melaksanakan
33

berbagai intervensi keperawatan dan membutuhkan keterampilan dan


kreativitas perawat (Debora, 2017).

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari dapat menilai
keberhasilan dalam asuhan keperawatan (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Ada 2 jenis evaluasi keperawatan yaitu evaluasi formatif yaitu
menghasilkan timbal balik selama proses berlangsung sedangkan evaluasi
somatif yaitu dilakukan setelah selesai melakukan program yang
direncanakan dan dapat mengambil keputusan setelah di dokumentasikan
dalam bentuk SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning). (Kozier
et al, 2010).
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menjabarkan tentang gambaran kasus nyata yaitu “Asuhan
Keperawatan pada Ny. S dengan Stroke Hemoragik di Gedung A Lantai 5 Zona A
RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Asuhan keperawatan ini dilakukan
selama 3 hari mulai dari tanggal 29 September sampai 01 Oktober 2019 mulai dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

A. Pengkajian

Pada tahap pengkajian yang dilakukan pada tanggal 29 September 2019. Klien
Ny. S berusia 45 Tahun beragama islam, sudah menikah, klien merupakan
seorang ibu rumah tangga, klien dirawat di gedung A lt.5 zona A dengan diagnosa
medis CVD Stroke Hemoragik, sumber biaya menggunakan jkn, penulis
memperoleh informasi dari rekam medis, klien dan keluarga.

Saat ini klien mengeluh lemas pada bagian tubuh sebelah kiri, sulit untuk
berbicara dengan jelas. Pada tanggal 20 September 2019 pukul 20.00 WIB klien
ditemukan tidak sadar dikamar mandi oleh anaknya, klien mengatakan tepeleset
dikamar mandi dan kepala klien terbentur dilantai secara keras. pada saat ini bibir
tampak pelo dan tidak bisa berbicara dengan jelas dan tubuh terasa kaku pada
bagian sebelah kiri. klien langsung dibawa ke RSCM oleh keluarganya. tiba di
RSCM pada pukul 08.30 WIB dilakukan tindakan di IGD yaitu pemberian
oksigen Nasal kanul 5lpm, pemasangan infus RL/24 jam 500 cc, pemasangan
NGT dan Kateter, diberikan terapi obat injeksi citocolin 500 gr, ceftriaxone 1 x 2
gr, asam mefenamat 500 gr, dilakukan pemeriksaan rontgen thorax, pemeriksaan
EKG serta CT-Scan. klien telah menjalani operasi craniactomy pada tanggal 22
September di RSCM, dan diobservasi di ruang ICU selama 7 hari karena

34
35

membutuhkan bantuan ventilator, saat ini klien baru saja dipindahkan keruang
perawatan karena kondisi klien telah membaik untuk fase rehabilitasi.

Klien memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 2 tahun yang lalu dan hipertensi
sejak 1 tahun yang lalu dan tidak terkontrol sejak 3 bulan karena merasa sudah
sembuh, riwayat pengobatan klien yaitu obat amlodipine 1 x 5 mg PO, ramipril 1
x 5 mg PO, dan Metformin 1 x 500 mg PO. Klien memililiki riwayat hipertensi
dari ayahnya sedangkan diabetes militus dari ibunya. Tekanan darah klien
150/100 mmHg, Nadi 90 x/menit, Suhu 36,3 dan RR 18x/menit. Kesadaran
composmentis. Klien mengalami kelemahan pada ekstremitas kiri dan memiliki
masalah pada sistem wicara dysatria (pelo). Telah dilakukan pemeriksaan gula
darah sewaktu didapatkan hasil pukul 11.00: 205 g/dl dan Pukul 17.00 : 215 g/dl.

Klien memiliki luka post op craniotomy di bagian kepala di bagian kanan ,


sepanjang 18 cm, jahitan rapi, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka, tidak ada
keluhan nyeri. Pada saat ini klien terdapat gangguan pada sistem persarafan yaitu
dapat dilihat adanya kelemahan pada tubuh bagian kiri, kesulitan untuk berbicara
dan bibir tampak pelo. Pemeriksaan fisik pada sistem neurologis yaitu 12 saraf
cranial didapatkan hasil fungsi Nervus VII (Fasialis) terganggu, klien tampak
wajah mencong kesebelah kanan, bibir pelo, dan mengalami kelemahan pada otot
mulut. Selain itu pada fungsi nervus VII (Hipoglosus) juga mengalami gangguan
yaitu lidah mengalami deviasi kearah kiri. Klien mengalami penurunan kekuatan
otot pada ektremitas kanan atas 5555, ekstremitas kanan bawah 5555, ektremitas
kiri atas 3332 dan ektremitas kiri bawah 3332. Reflek babisky (+) pada
ekstremitas kiri dan (-) pada ektremitas kanan, Sedangkan reflek patella pada
ekstremitas kiri (-) dan pada ekstremitas kanan (+), tonus otot baik, tidak ada
atropi dan tidak ada kontraktur. Klien untuk melakukan ADL sehari hari dibantu
oleh keluarganya seperti makan, mandi, dan berpakaian. Klien saat ini melakukan
ROM 2x dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari.
36

Hasil pemeriksaan CT-Scan pada tanggal 21 September 2019 didapatkan hasil


pendarahan intraparenkim di thalamus kanan hingga sebagian kapsula interna dan
perdarahan hingga intraventrikuler III dan intraventrikuler bilateral serta terdapat
atrofi ringan di lobus frontal bilateral. Pemeriksaan rontgen pada tanggal 21
September 2019 juga didapatkan hasil jantung kesan membesarr, aorta elongasi,
mediastinum superior tidak melebar, trakhea di garis tengah. hilus kanan tidak
menebal, kiri tertutup bayangan jantung, corakan veskular kedua paru meningkat
terutama ke arah kranial, tidak tampak infiltrat/nodul. Pada pemeriksaan EKG
yang paling terakhir pada tanggal 29 september didapatkan hasil yaitu synus
rhtym dengan normo axis, dan hasil laboratorium yang tampak tidak normal yaitu
Hb 10,9 g/dl (low), leukosit 11,0 ribu/ul (high), dan natrium 120 mmol/l (low)

B. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah kumpulkan oleh penulis, penulis dapat
menetapkan diagnosa keperawatan pada Ny.S yaitu :
1. Risiko perfusi serebral tidak efektif dibuktikan dengan edema serebri
hemisfer kanan dan hipertensi

2. Ketidakstabilan kadar glukoda darah berhubungan dengan gangguan


toleransi gula darah ditandai dengan Klien tampak lemas, Klien tampak
terdapat tanda tanda hiperglikemia seperti polidipsi dan polifagia, Hasil GDS
klien pada tanggal 29 September 2019 :Pukul 11.00 : 305 g/dl dan Pukul
17.00 : 287 g/dl. Klien tampak rutin mengkonsumsi obat Metformin sejak 2
tahun yang lalu dan 1 x 500 mg PO setelah makan dan rutin melakukan
control.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler,


penurunan kekuatan otot ditandai dengan klien mengalami kelemahan pada
bagian tubuh kiri (hemiparase sinistra) dan Klien tampak ADL dibantu oleh
keluarga dan perawat, reflek babinsky klien ektremitas kiri (+) dan
37

ekstremitas kanan (-), reflek patella klien ektremitas kiri (-) dan ekstremitas
kanan (+)

4. Risiko infeksi dibuktukan dengan adanya tindakan prosedur invasif (post op


craniotomi) 7 hari

5. Gangguan komnikasi verbal berhubungan dengan gangguan motorik


berbicara ditandai dengan klien tampak sulit menggunakan ekspresi pada
wajah, klien tampak mengalami dysatria, klien tampak berbicara pelo dan
suara tidak begitu jelas, klien mengalami adanya perubahan di wajah tampak
bibir klien miring kekanan dan tampak ada deviasi lidah kearah kiri, Pada
pemeriksaan 12 Saraf Kranial tampak terjadi beberapa masalah yaitu pada
Nervous VII (Fasialis) dan Nervous XII (Hipoglosus) deviasi lidah kekiri.

C. Intervensi Keperawatan

Pada tahap intervensi yang dilakkan setelah melakukan pengkajian dan


diagnosa. Penulis membuat intervensi berdasarkan tiga diagnosa periotitas
diantaranya :
1. Pada diagnosa pertama yaitu risiko perfusi cerebral tidak efektif. Tujuan
yang hendak dicapai adalah klien dapat menunjukan risiko perfusi
cerebral tidak menjadi efektif setelah dilakukan asuhan keperawatan
dalam waktu 3 x 24 jam, dengan Kriteria Hasil : kesadaran klien
composmentis sakit kepala menurun, tidak ada peningkatan tekanan
intrakranial : muntah (-), mual (-), papil edema (-).GCS klien = 15 , tanda
tanda vital klien sistolik (N : 110-130 mmHg) kriteria = membaik,
diastolik (N : 70-90 mmHg), kriteria = membaik N : 60 – 100x/menit, RR
: 18 -24 x/menit, Suhu : 35,5 – 36,5 C. Intervensi : intervensi yag
dilakukan secara mandiri yaitu ukur tanda – tanda vital klien setiap 8 jam,
kaji status neurologik klien , kaji tingkat kesadaran klien GCS , kaji reaksi
38

pupil, ukuran, respon cahaya, dan pergerakan pada mata, pertahankan


kepala ditempat tidur sulit untuk digerakkan, Kekuatan otot klien
ektremitas kanan atas 5555, ekstremitas kanan bawah 5555, ektremitas
kiri atas 3332 dan ektremitas kiri bawah 3332 20° - 20° dengan posisi
leher tidak menekuk atau fleksi. Anjurkan klien untuk tidak menekuk
lututnya dan mengejan, kaji adanya peningkatan TIK, dan intervensi yang
dilakukan berkolaborasi yaitu : dengan program terapi klien : memberikan
program terapi Paracetamol 3 x 500 mg (bila perlu) PO, pukul 06.00,
12.00 dan 18.00, Amlodipine 1 x 10 mg PO pada pukul 06.00, Bisoprolol
1 x 2,5 mg PO pada pukul 06.00, Asam Folat 2 x 1 mg PO pada pukul
06.00 dan 12.00, Vitamin K 3 x 10 mg IV drip pada puku 06.00 , 12.00
dan 18.00, Aspar K 3 x 1 tab PO pada pukul 06.00, 12.00 dan 18.00

2. Diagnosa kedua yaitu ketidakstabilan kadar glukoda darah. Tujuan : klien


dapat menunjukan kadar glukosa darah stabil setelah dilakukan asuhan
keperawatan dalam waktu 3 x 24 jam, dengan Kriteria Hasil : kesadaran
klien composmentis, lesu Menurun, tidak ada tanda – tanda hiperglikemia
seperti polidipsi , polifagia, dan poliuri, GDS klien dalam rentang normal
(100 – 200 g/dl). Intervensi : monitor penyebab hiperglikemia, monitor
kadar gula dara sewaktu per 12 jam, monitor intake dan output cairan,
monitor kadar analisa gas darah, dan elektrolit, monitor tanda dan gejala
hiperglikemia seperti poliuri polifagi dan polidipsi, kolaborasi dengan
dokter terkait pemberian obat-obat yang sesuai dengan program terapi
klien : Pemberian insulin novorapid 4 unit via sc pukul 06.00 dan 18.00
39

3. Diagnosa ketiga yaitu gangguan movilitas fisik. Tujuan: Klien dapat


menunjukkan mampu melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan
kemampuannya setelah dilakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3 x
24 jam, dengan Kriteria Hasil : Tidak adanya kontraktur , deformitas dan
kelainan pada tulang, klien dapat menggerakan secara perlahan tubuh
bagian kiri. dapat memenuhi kebutuhan ADL dengan menunjukan kriteria
meningkat kekuatan otot klien meningkat ektremitas kanan atas 5555,
ekstremitas kanan bawah 5555, ektrmitas kiri atas 4444 dan ekstremitas
kiri bawah 4443, reflek patologis klien : babinsky (–) pada ektremitas
kanan dan kiri, reflek patella (+) pada kedua ektremitas, TTV dalam
rentang normal sistolik (N : 110-130 mmHg) diastolik (N : 70-90 mmHg,
N: 60 – 100x/menit , RR : 18 -24 x/menit, Suhu : 35,5 – 36,5 C.
Intervensi : identifikasi adanya nyeri atau kelihan fisik lainnya saat
bergerak , monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sesudah dan
sebelum mobilisasi, monitor kondisi umum klien, kaji kemampuan
motorik klien, ubah posisi tiap 2 – 4 jam sekali , cegah terjadinya cedera
selama latian rentang gerak , berikan pendidikan kesehatan mengenai
latian gerak sendi (ROM) Anjurkan klien melakukan latian gerak sendi
(ROM) 2 – 4 x per hari Kolaborasi dengan fisioterapi untuk
mengembangkan latian fisik pda klien

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi telah dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang


telah dibuat Pada diagnosa pertama yaitu Risiko perfusi cerebral tidak
efektif berhubungan dengan edema serebri telah dilakukan implemenasi
keperawatan berupa mengukur tanda – tanda vital klien setiap 8 jam mengkaji
status neurologik klien, mengkaji tingkat kesadaran klien GCS, , mengkaji
reaksi pupil, ukuran, respon cahaya, dan pergerakan pada mata,
mempertahankan kepala ditempat tidur 20° - 30° dengan posisi leher tidak
40

menekuk atau fleksi, menganjurkan klien untuk tidak menekuk lututnya dan
mengejan, mengkaji adanya peningkatan TIK, memberikan program terapi
Paracetamol 3 x 500 mg (bila perlu) PO, pukul 06.00, 12.00 dan 18.00,
Amlodipine 1 x 10 mg PO pada pukul 06.00, Bisoprolol 1 x 2,5 mg PO pada
pukul 06.00, Asam Folat 2 x 1 mg PO pada pukul 06.00 dan 12.00, Vitamin K
3 x 10 mg IV drip pada puku 06.00 , 12.00 dan 18.00, Aspar K 3 x 1 tab PO
pada pukul 06.00, 12.00 dan 18.00. Pada diagnosa kedua Ketidakstabilan
kadar glukosa darah dilakukan implementasi seperti : memonitor penyebab
hiperglikemia, memonitor kadar gula dara sewaktu per 12 jam, memonitor
intake dan output cairan, memonitor kadar analisa gas darah, dan elektrolit ,
memonitor tanda dan gejala hiperglikemia seperti poliuri polifagi dan
polidipsi, kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat-obat yang sesuai
dengan program terapi klien : pemberian insulin novorapid 4 unit via sc pukul
06.00 dan 18.00. Pada diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu Gangguan
Mobilitas Fisik dilakukan implementasi berupa : mengidentifikasi adanya
nyeri atau kelihan fisik lainnya saat bergerak , memonitor frekuensi jantung
dan tekanan darah sesudah dan sebelum mobilisasi, memonitor kondisi umum
klien, mengkaji kemampuan motorik klien, mengubah posisi tiap 2 – 4 jam
sekali , mencegah terjadinya cedera selama latian rentang gerak , memberikan
pendidikan kesehatan mengenai latian gerak sendi (ROM), menganjurkan
klien melakukan latian gerak sendi (ROM) 2 – 4 x per hari, kolaborasi dengan
fisioterapi untuk mengembangkan latian fisik pda klien

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi Keperawatan pada Ny.S terakhir dilakukan pada tanggal 2 Oktober


2019, diantaranya :
1. Diagosa pertama klien yaitu risiko perfusi cerebral tidak efektif
berhuubungan dengan edema serebri. Subjektif : Klien mmengatakan
41

masih merasa sulit untuk menggerakkan tubuh bagian kirinya, Klien


mengatakan tidak ada pusing, mual ataupun muntah, Objektif : kesadaran
: composmentis, keadaan umum klien : sedang (kriteria: 4 cukup
membaik), akral teraba hangat, CRT 2 detik, pupil isokor 2 mm, reaksi
cahaya postif pada pupil kanan dan kiri +/+ tidak terjadi peningkatan TIK
(tidak ada mual muntah, papil edema tidak ada) (4 cukup membaik), klien
mengalami kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah sinistra, wajah
klien tampak lebih kekanan (mencong), bicara klien pelo, hasil TTV
klien : TD 130/ 90 mmHg, N 80 x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, irama
teratur, nadi teraba kuat (kriteria 4 membaik) Analisa : masalah
keperawatan : risiko perfusi serebral tidak efektif belum menjadi aktual,
Planning : intervensi dilakukan yaitu pertahankan kepala ditempat tidur
20° - 30° dengan posisi leher tidak menekuk atau fleksi. anjurkan klien
untuk tidak menekuk lututnya dan mengejan, kaji adanya peningkatan
TIK, dan intervensi yang dilakukan berkolaborasi yaitu : dengan program
terapi klien : memberikan program terapi, Amlodipine 1 x 10 mg PO pada
pukul 06.00, Asam Folat 2 x 1 mg PO pada pukul 06.00 dan 12.00,
Vitamin K 3 x 10 mg IV drip pada puku 06.00 , 12.00 dan 18.00

2. Pada diagnosa ke dua yaitu ketidakstabilan kadar glukosa darah.


Subjektif : Klien mengatakan badan masih terasa lemas, dan tubuh bagian
kiri susah untuk digerakkan, klien mengatakan sering buang air kecil dan
terbangun pada malam hari. Objektif : Klien tampak lemas, Hasil TTV
klien : TD 130/ 90 mmHg, N 80 x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, irama
teratur, nadi teraba kuat (kriteria 4 membaik), klien tampak terdapat tanda
tanda hiperglikemia seperti polidipsi, polifagia dan poliuria (Kriteria 4 :
cukup membaik), hasil GDS klien pada tanggal 1 oktober 2019 : Pukul
06.00 : 230 g/dl, Pukul 17.00 : 300 g/dl. Analisa : masalah keperawatan :
42

Ketidakstabilan kadar glukosa darah belum teratasi, Planning : intervensi


dilanjutkan monitor kadar gula dara sewaktu per 12 jam, monitor intake
dan output cairan, monitor kadar analisa gas darah, dan elektrolit, monitor
tanda dan gejala hiperglikemia seperti poliuri polifagi dan polidipsi,
kolaborasi dengan dokter terkait pemberian obat-obat yang sesuai dengan
program terapi klien : pemberian insulin novorapid 4 unit via sc pukul
06.00 dan 18.00

3. Diagnosa selanjutnya yaitu gangguan mobilitas fisik, subjektif : klien


mengatakan masih terasa lemas pada bagian tubuh sebelah kiri, klien
mengatakan masih terasa sulit jika menggerakan kaki atau tangan tanpa
bantuan. Objektif : kesadaran composmentis, keadaan umum sedang
(kriteris 4 cukup membaik), hasil TTV klien : TD 130/ 90 mmHg, N 80 x/
menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, irama teratur, nadi teraba kuat (kriteria 4
membaik), klien tampak mampu menggerakan ekstremitas bagian kiri atas
dan bawah tetapi harus dibantu dan dimotivasi dan kurang mampu
mengangkat pada bagian bahu 30º dan bagian paha 30º (kriteria 3 sedang),
kekuatan otot klien (kriteria 4 cukup meningkat), reflek patologis :
Babinski (+) pada ekstremitas bawah kiri, pada ekstremitas kanan bawah
(-), patologis (-) pada ekstremitas bawah kiri, klien sudah melakukan
perubahan posisi miring kiri, kanan, supine dan diobservasi per 2 – 4 jam,
klien dapat melakukan pergerakan dengan instruksi, ROM aktif pada
tangan dan ROM pasif pada lengan dan paha, kekuatan otot ekstremitas
atas dan bawah bagian kanan 5555 5555, kekuatan otot ekstremitas atas
bagian kiri 4443, ektremitas bawah bagian kiri 3333 (kriteria 4 cukup
meningkat). Analisa : masalah keperawatan gangguan mobilitas fisik
belum teratasi. Planning : intervensi dilanjutkan yaitu Identifikasi adanya
nyeri atau kelihan fisik lainnya saat bergerak , monitor frekuensi jantung
43

dan tekanan darah sesudah dan sebelum mobilisasi, monitor kondisi


umum klien, kaji kemampuan motorik klien, ubah posisi tiap 2 – 4 jam
sekali , cegah terjadinya cedera selama latian rentang gerak.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan menyajikan pembahasan mengenai persamaan dan
kesenjangan kasus yang ditemukan dengan terori dalam Asuhan Keperawatan pada
Ny.S dengan Stroke Hemoragik di Gedung A lt. 5 Zona A RSUPN Cipto
Mangunkusumo yang dilakukan selama tiga hari dari tanggal 29 September sampai
dengan 1 Oktober 2019. Penulis akan membahas tiga masalah dari lima masalah
keperawatan yang sesuai dengan prioritas.

A. Pengkajian Keperawatan

Pada tanggal 20 September 2019 pukul 20.00 WIB klien ditemukan tidak sadar
dikamar mandi oleh anaknya, serangan stroke dapat terjadi saat melakukan
aktivitas atau setelah beristirahat, timbul secara mendadak dan berlangsung
selama 24 jam dapat berupa deficit neurologis fokal atau global dan dapat
menimbulkan kematian (Silalahi, 2019). Penanganan pada pasien yang
mengalami serangan stroke memiliki istilah yang disebut golden periode yaitu
waktu terbaik untuk memberikan pertolongan pertama jika terkena serangan
stroke yaitu 3 sampai 4,5 jam pasca terjadinya serangan apabila melebihi waktu
tersebut dapat menimbulkan kecacatan permanen atau menyebabkan kematian
(Mutiarasari, 2019).

Pengkajian yang dilakukan pada tanggal 29 September 2019 pada Ny.S diperoleh
data bahwa klien menderita stroke hemoragik. Klien juga memililiki riwayat
hipertensi dari ayahnya sedangkan diabetes militus dari ibunya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hutagulung (2017) bahwa faktor risiko stroke hemoragik adalah
tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus. Tekanan darah yang tinggi membuat
tingginya tekanan perfusi pada pemnbuluh darah kapiler sehingga dapat
menyebabkan pendarahan pada otak. Diabetes mellitus juga merupakan faktor

44
45

risiko penyebab stroke karena hiperglikemia dapat menyebabkan aterosklerosis


karena adanya peningkatan pada proses agegrat platelet sehingga menimbulkan
rusaknya pembuluh darah besar dan perifer, selain itu juga dapat meningkatkan
viskositas darah yang menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi dan berisiko
menyebabkan stroke (Ramadany, 2013).

Klien mengeluh lemas pada bagian tubuh sebelah kiri, sulit untuk berbicara
dengan jelas dan pelo pada bagian bibir. klien ditemukan tidak sadar dikamar
mandi oleh anaknya, klien mengatakan tepeleset dikamar mandi dan kepala klien
terbentur dilantai secara keras, anaknya juga mengatakan sebelumnya klien sehat
dan dapat melakukan aktivitas seperti biasa. Hal ini juga sesuai dengan pendapat
Zuryati & Wibowo (2016) yaitu pecahnya pembuluh darah di otak biasanya
terjadi pada saat klien melakukan aktivitas dan menimbulkan tanda dan gejala
seperti kelemahan pada tubuh, mual, muntah hingga terjadi penurunan kesadaran.
Pembuluh darah yang pecah pada otak menyebabkan darah mengalir keluar dan
mengarah ke parenkim otak, ruang cairan serebrospinalis disekitar otak atau bisa
keduanya. Pendarahan tersebut menyebabkan terjadinya penekanan struktur otak
sehingga dapat menyebabkan gangguan serabut saraf otak dan menyebabkan
iskemia pada jaringan disekitarnya sehingga dapat menimbulkan tanda dan gejala
seperti penurunan kesadaran atau kelemahan (Mahmudah, 2014). Pada Nervus
VII (Fasialis) tampak mengalami gangguan, dapat dilihat klien mengalami
perubahan pada wajah menjadi mencong kearah kanan, bicara pelo dan pada
Nervus XII (Hipoglosus) klien juga terdapat deviasi lidah kearah kiri. Menurut
Batubara (2015) terjadinya kerusakan neurologis bergantung dengan lokasi lesi
(pembuluh darah mana yang mengalami kerusakan). Kerusakan pada otak terjadi
secara berlawanan jika serangan yang terjadi pada otak bagian kanan maka akan
terjadi kelumpuhan dibagian kiri selain itu akan menimbulkan kesulitan untuk
berbicara atau bicara pelo (Hariyanto, Awan ; Sulistyowati, 2015).
46

Pada tanggal 21 September 2019 didapatkan hasil pemeriksaan CT- Scan yaitu
terdapat pendarahan intraparenkim di thalamus kanan hingga sebagian kapsula
interna dan perdarahan hingga intraventrikuler III dan intraventrikuler bilateral
volume sebanyak 53cc Terdapat atrofi ringan di lobus frontal bilateral. Hal ini
sesuai dengan teori menurut Setiati et.al (2017) pada pemeriksaan CT-Scan untuk
kasus stroke hemoragik ditemukan adanya perdarahan pada otak. Hal ini sejalan
dengan hasil yang didapatkan pada hasil pemeriksaan CT-Scan Ny.S untuk
melihat letak gangguan dan perdarahan. Dari hasil pemeriksaan tersebut maka
dilakukan tindakan operasi kraniotomy. Hal ini sesuai dengan teori menurut
Tarwoto, (2013) indikasi untuk dilakukan pembedahan yaitu adanya pendarahan
dengan diameter lebih dari 3 cm dan volume lebih dari 50 cc. Pembedahan
dilakukan dengan dekompresi atau dengan evakuasi hematoma yang meluas
untuk mengurangi tekanan intrakranial pada klien sehingga saat ini klien memiliki
luka post op craniotomy di bagian kepala di bagian kanan , sepanjang 18 cm,
jahitan rapi, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka. Tidak ada keluhan nyeri.
Menurut Prasetyo dan Shahnaz Garini, (2019) sepsis bisa saja terjadi jika adanya
pembekuan darah yang terlalu aktif dalam menangani infeksi pada luka. Infeksi
dapat merusak pembuluh darah dan membuat pembuluh darah menggumpal
sehingga dapat mengarah pada stroke.

Pada pemeriksaan rontgen pada tanggal 21 September 2019 juga didapatkan hasil
Jantung kesan membesar atau kardiomegali. Menurut Rika (2018) kardiomegali
merupakan suatu hasil kompensasi jantung akibat tekanan darah yang terlalu
tinggi secara terus menerus. Ini dibuktikan klien memiliki riwayat hipertensi dan
tidak terkontrol sejak satu tahun yang lalu. Pada pemeriksaan EKG yang paling
terakhir pada tanggal 29 September didapatkan hasil yaitu synus rhtym dengan
normo axis. Hal ini tidak sejalan apa yang dikemukakan oleh Sukamto (2018)
47

Perubahan EKG dapat terjadi pada pasien dengan gangguan cerebrovaskular ini
disebabkan oleh adanya gangguan tonus otonom yang mempengaruhi durasi
repolarisasi ventrikel. Gambaran yang sering ditemukan yaitu Pemanjangan
interval QT, dan Abnormalitas gelombang U. Hasil ekg dapat terjadi perbedaan
karena pemeriksaan dilakukan pada saat klien tidak mengalami serangan stroke.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti EEG, MRI, Lumbal Fungsi (Caplan, 2016)
tidak dilakukan karena dari hasil pemeriksaan yang sudah diperoleh sudah
memperkuat dalam menentukan diagnosa medis klien.

Pada pemeriksaan hasil laboratorium pada tanggal 29 September didapatkan hasil


yaitu Hb 10,9 g/dl (low), leukosit 11,0 ribu/ul (high), dan natrium 120 mmol/l
(low). Sesuai dengan pernyataan Munir (2017) kekurangan kadar natrium terjadi
karena penurunan fungsi dan elektrolit untuk mengatur sistem saraf dan otot
sehingga Klien diberikan terapi IVFD Nacl 0,9% 500 cc/12 jam. Untuk
menurunkan kadar tekanan darah sehingga tidak terjadi stroke berulang maka
klien diberikan diit rendah garam III 1700 kkal. Hal ini juga sesuai dengan
literatur yang dijelaskan oleh Sari dkk (2016) bahwa pada pasien stroke harus
membatasi asupan garam, lemak jenuh, yang memicu terjadinya hipertensi.

Faktor pendukung : terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dan


pasien serta keluarga memudahkan penulis dalam memperoleh data

Faktor Penghambat : kesulitan dalam memeperoleh data penunjang terbaru, dan


penulis kesulitan dalam membaca hasil CT- Scan klien

Solusi : penulis menggunakan data penunjang terakhir kali pasien dilakukan


pemeriksaan dan dalam membaca hasil CT-Scan penulis mencoba bertanya
kepada dokter reham medik untuk mengetahui hasilnya dan meminta hasil
tertulisnya.
48

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien stroke hemoragik menurut


pendapat Huda, Amin dan Kusuma (2016) terdapat kesamaan dengan PPNI,
(2017) namun penulis hanya mengambil diagnosa keperawatan yang sesuai
dengan kondisi klinis Ny. S diantaranya terdiri dari 3 diagnosa aktual dan 2
diagnosa risiko.
1. Diagnosa keperawatan pertama : Risiko perfusi serebral tidak efektif
dibuktikan dengan edema serebri hemisfer kanan. Bahwa sangat
berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah di otak (PPNI, 2017).
Diagosa ini menjadi diagnosa prioritas karena dapat menyebabkan
kematian pada otak karena kurangnya oksigen yang disebabkan
peningkatan tekanan intrakranial yang dibiarkan sehingga tekanan pada
perfusi serebri terganggu dan dapat menimbulkan kematian.(Goldzmidt,
Adrian, Caplan , 2013). Selain itu penulis menetapkan diagnosa ini
sebagai prioritas karena diagnosa risiko perfusi serebral tidak efektif
merupakan sub kategori sirkulasi yang menyangkut kebutuhan fisiologis
terpenting kedua setelah respirasi pada manusia (PPNI, 2017). Faktor
risiko yang terdapat pada Ny. S yaitu adanya hipertensi dan dilihat dari
hasil pemeriksaan CT-Scan terdapat pendarahan intraparenkim di
thalamus kanan hingga sebagian kapsula interna dan perdarahan hingga
intraventrikuler III dan intraventrikuler bilateral volume sebanyak 53cc
Terdapat atrofi ringan di lobus frontal bilateral. Selain karena terdapat
kerusakan pada daerah parenkim otak karena terdapat volume perdarahan
yang banyak sehingga mengakibatkan tekanan intrakaranial yang akan
menyebabkan menurunnya perfusi otak (Black, J.M & Hawks, 2014)
49

2. Diagnosa keperawatan kedua : Ketidakstabilan kadar glukosa darah


berhubungan dengan gangguan toleransi gula darah. suatu keadaan
dimana nilai kadar gula darah diatas 140 g/dl (Shafi’I, dkk , 2016). Pada
kasus Ny.S didapatkan data bahwa kadar glukosa darah Ny.S yaitu 215
g/dl dan ditemukan tanda tanda hiperglikemia seperti polidipsi, polifagia,
dan poliuri. Diagnosa ini menjadi diagnosa keperawatan kedua prioritas
karena tingginya kadar gula darah dapat memperparah status neurologik
klien jika tidak diatasi, hiperglikemia juga memicu terjadinya edema dan
kematian jaringan di sekitar hematoma (Mairina, Fitrina dan Yasin, 2018).
Ketidakstabilan kadar glukosa darah merupakan sub kategori nutrisi dan
cairan yang menyangkut kebutuhan fisiologis pada manusia (PPNI, 2017).

3. Diagnosa keperawatan ketiga: Gangguan mobilitas fisik


berhubungan dengan gangguan neuromuskuler. Definisi : yaitu
keterbatasan dalam melakukan gerakan fisik satu atau lebih ektremitas
secara mandiri. (PPNI, 2017) Diagnosa ini diangkat menjadi diagnosa
ketiga karena dalam kebutuhan fisiologi sub kategori aktivitas dan
istirahat. Pada Ny. S mengalami kelemahan pada tubuh bagian kiri dengan
kekuatan otot, sulit untuk digerakkan, Kekuatan otot klien ektremitas
kanan atas 5555, ekstremitas kanan bawah 5555, ektremitas kiri atas 3332
dan ektremitas kiri bawah 333, dalam melakukan ADL dibantu oleh
perawat dan keluarga. Jika dalam aktivitas klien terganggu dan
menyebabkan klien harus melakukan tirah baring dalam jangka waktu
yang lama akan menimbulkan komplikasi penyakit lain seperti ulkus,
atrofi, dan nyeri pada daerah punggung (Wijaya, Saferi, Andra; Putri,
2013). Dalam PPNI (2017) terdapat diantaranya 80% dari tanda mayor
seperti mengeluh kesulitan menggerakkan ektremitas, kekuatan otot
50

menurun dan ROM menurun maka penulis dapat mengambil diagnosa


tersebut.

C. Intervensi Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan pertama : Risiko perfusi serebral tidak efektif


dibuktikan dengan edema serebri hemisfer kanan. Kritera Hasil yang
terdapat di (PPNI, 2019) dan yang ingin dicapai pada Ny. S adalah :
Kesadaran meningkat, Tekanan intrakranial menurun, sakit kepala
menurun, tekanan darah sistolik membaik, tekanan darah diastolik
membaik. Pada diagnosa risiko perfusi cerebral tidak efektif diantaran
terdapat 2 intervensi utama dan 28 intervensi pendukung (PPNI, 2018)
Penulis hanya mengambil satu intervensi utama yaitu pemantauan tekanan
intrakranial dan satu intervensi pendukung yaitu pemantauan neurologis.
Menurut Haryanto, Awan ; Sulistyowati (2015) kaji dan observasi status
neurologis adanya penurunan fungsi atau tidak dan kaji tingkat kesadaran
klien serta risiko terjadinya peningkatan TIK merupakan indikator
terpenting dalam diagnosa keperawatan risiko perfusi cerebral tidak
efektif.

2. Diagnosa keperawatan kedua : Ketidakstabilan kadar glukosa darah


berhubungan dengan gangguan toleransi gula darah. Pada diagnosa
ini kriteria hasil menurut PPNI (2019) yang ingin dicapai oleh perawat
dalam mengatasi masalah Ny. S diantaranya : Kesadaran meningkat,
pusing menurun, lelah/lesu menurun, rasa haus menurun, kesulitan
berbicara menurun, kadar glukosa dalam darah membaik. Penulis
menggunakan intervensi utama yaitu manajemen hiperglikemia
diantaranya : monitor penyebab hiperglikemia, Monitor kadar gula dara
51

sewaktu per 12 jam, monitor intake dan output cairan, Monitor kadar
analisa gas darah, dan elektrolit , monitor tanda dan gejala hiperglikemia
seperti poliuri polifagi dan polidipsi, kolaborasi dengan dokter terkait
pemberian obat-obat. Kontrol terhadap kadar gula darah dengan dilakuka
monitoring sangat diperlukan karena kadar gula darah yang tinggi akan
menimbulkan berbagai komplikasi mikroangiopati (gangguan mata dan
syaraf) dan makroangiopati (stroke dan gangguan jantung). Komplikasi
tersebut tidak dapat dipulihkan tetapi hanya dapat dihentikan atau
diperlambat prosesnya.( Ramadhany, 2013)

3. Diagnosa keperawatan ketiga: Gangguan mobilitas fisik


berhubungan dengan gangguan neuromuskuler. Pada diagnosa ini
kriteria hasil menurut (PPNI, 2019) yang ingin dicapai oleh perawat dalam
mengatasi masalah ini diantaranya : pergerakkan ekstremitas meningkat,
kekuatan otot meningkat, rentang gerak (ROM) meningkat, kaku sendi
menurun, gerakan terbatas menurun, kelemahan fisik menurun. Intervensi
keperawatan utama yaitu dukungan mobilisasi yaitu memfasilitasi klien
dalam meningkatkan aktivitas oergerakkan fisik. diantaranya : identifikasi
adanya nyeri atau kelihan fisik lainnya saat bergerak , monitor frekuensi
jantung dan tekanan darah sesudah dan sebelum mobilisasi, monitor
kondisi umum klien, kaji kemampuan motorik klien, ubah posisi tiap 2 – 4
jam sekali , cegah terjadinya cedera selama latian rentang gerak , berikan
pendidikan kesehatan mengenai latian gerak sendi (ROM), anjurkan klien
melakukan latian gerak sendi, kolaborasi dengan fisioterapi untuk
mengembangkan latian fisik pada klien.
52

Faktor Pendukung : Dalam proses intervensi keperawatan tesedia


sumber dan literature terbaru sehingga dapat menjadi acuan penulis untuk
merumuskan intervensi sesuai kebutuhan pasien
Faktor penghambat : dalam literature ada yang tidak terdapat rasional
Solusi : Penulis menggabungkan beberapa literature sebagai acuan untuk
membuat intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien

D. Implementasi Keperawatan

Penulis telah melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi


yang telah dibuat.
1. Diagnosa keperawatan pertama : Risiko perfusi serebral tidak efektif
dibuktikan dengan edema serebri hemisfer kanan. Penulis lebih
menekankan intervensi utama yaitu pemantauan status neurologis klien
dan pemantauan peningkatan TIK. Rasional tersebut tertera dalam (Black
& Hawks, 2014). Penulis terus memantau perkembangan klien sehingga
diagnosa ini tidak menjadi aktual. Pada diagnose intervensi yag
diimplemetasikan terhadap klien menurut (PPNI, 2018) penulis
melakukan semua intervensi yang telah dibuat dengan bantuan perawat
dan tenaga medis lainnya.

Faktor Pendukung : dalam melakukan implementasi klien sangat


kooperatif dan tidak menolak untuk dilakukan semua tindakan sehingga
memudahkan penulis dalam mengimplementasikannya. Alat alat di rumah
sakit juga sangat lengkap sehingga memudahkan penulis. Penulis juga
melakukan semua intervensi yang telah ditetapkan pada diagnose ini seuai
dengan kebutuhan klien.
53

Faktor penghambat : Selama dilakukannya implementasi pada diagnose


risiko perfusi serebral tidak efektif ini tidak ditemukan adanya hambatan
yang berarti.

2. Diagnosa keperawatan kedua : Ketidakstabilan kadar glukosa darah


berhubungan dengan gangguan toleransi gula darah. Penulis dalam
melakukan implementasi pada diagnose ini lebih menekankan pada
intervensi manajemen hiperglikemia dalam literature (PPNI, 2018).
Hiperglikemia yang tidak dipantau dapat mengakibatkan stroke berulang
karena berhubungan dengan tekanan darah (Mairina, Fitrina dan Yasin,
2018). Pada diagnose ini penulis melaksanakan semua intervensi yang
telah dibuat dan disesuaikan dengan kebutuhan klien.

Faktor pendukung : Klien dan keluarga kooperatif dan sudah


mengetahui cara penggunaan insulin jadi penulis tidak melakukan
tindakan pendidikan kesehatan penggunaan insulin.
Faktor Penghambat : dalam melakukan tindakan penulis tidak
menemukan hambatan yang berarti dan penulis melakukan semua
tindakan yang terdapat pada intervensi.

3. Diagnosa keperawatan ketiga: Gangguan mobilitas fisik


berhubungan dengan gangguan neuromuskuler. dalam melakukan
implementasi pada diagnose ini penulis lebih menekankan pada latihan
ROM. Penulis juga melakukan pendidikan kesehatan mengenai latihan
ROM diantaranya menjelaskan pengertian ROM, macam-macam ROM,
tujuan dari melakukan ROM dan latian gerak aktif ROM. Menurut (Tanto,
2016) Bahwa kegiatan ROM ini untuk menekankan derajat kecacatan
54

permanen, manajemen ambulasi dan mengevaluasi kemampuan klien


dalam beraktivitas.

Faktor Pendukung: Klien dan Keluarga sangat kooperatif dan antusian


ingin mengetahui mengenai ROM dan saat dilakukan pendidikan
kesehatan klien dan keluarga aktif menjawab dan bertanya pada perawat.

Faktor Penghambat : Tidak adanya alat bantu untuk mendirikan lembar


balik saat melakukan penyuluhan

Solusi : Klien meminta bantuan kepada teman sejawat untuk memgang


lembar balik

E. Evaluasi Keperawatan

Dari 3 diagnosa prioritas keperawatan tidak ada yang teratasi karena kuran
memenuhi kriteria hasil dan klien belum ada rencana untuk pulang sehingga
intervensi keperawatan masih tetap dilakukan dan tidak ada masalah baru
yang muncul selama perawatan.
1. Diagnosa keperawatan pertama : Risiko perfusi serebral tidak efektif
dibuktikan dengan edema serebri hemisfer kanan. Pada diagnose ini
tidak menjadi aktual karena didapatkannya data :kesadaran composmentis,
keadaan umum klien : sedang (kriteria: 4 cukup membaik), akral teraba
hangat, CRT 2 detik, pupil isokor 2 mm, reaksi cahaya postif pada pupil
kanan dan kiri +/+ tidak terjadi peningkatan TIK (tidak ada mual muntah,
papil edema tidak ada) (4 cukup membaik), klien mengalami kelemahan
pada ekstremitas atas dan bawah sinistra, wajah klien tampak lebih
kekanan (mencong), bicara klien pelo, hasil TTV klien : TD 130/ 90
55

mmHg, N 80 x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, irama teratur, nadi


teraba kuat (kriteria 4 membaik).

Ny. S tidak mengalami tanda-tanda tersebut sehingga diagnose ini tidak


menjadi aktual, tetapi ada beberapa yang tidak mencapai kriteria hasil
sehingga klien tetap harus di pantau dan intervensi masih tetap
dilanjutkan.

2. Diagnosa keperawatan kedua : Ketidakstabilan kadar glukosa darah


berhubungan dengan gangguan toleransi gula darah. Subjektif : klien
mengatakan badan masih terasa lemas, dan tubuh bagian kiri susah untuk
digerakkan, klien mengatakan sering buang air kecil dan terbangun pada
malam hari. Objektif : klien tampak lemas, hasil TTV klien : TD 130/ 90
mmHg, N 80 x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, irama teratur, nadi
teraba kuat (kriteria 4 membaik), klien tampak terdapat tanda tanda
hiperglikemia seperti polidipsi, polifagia dan poliuria (Kriteria 4 : cukup
membaik), Hasil GDS klien pada tanggal 1 oktober 2019 : Pukul 06.00 :
230 g/dl, Pukul 17.00 : 300 g/dl. Diagnose ini belum teratasi karena ada
beberapa kriteria hasil yang belum tercapai, dank lien masih di rawat di
Rumah sakit sehingga intervensi masih tetap dilanjutkan.

3. Diagnosa keperawatan ketiga: Gangguan mobilitas fisik


berhubungan dengan gangguan neuromuskuler. Subjektif : Klien
mengatakan masih terasa lemas pada bagian tubuh sebelah kiri, Klien
mengatakan masih terasa sulit jika menggerakan kaki atau tangan tanpa
bantuan. Objektif : Kesadaran composmentis, keadaan umum sedang
(kriteris 4 cukup membaik), Hasil TTV klien : TD 130/ 90 mmHg, N 80 x/
menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, Irama teratur, nadi teraba kuat (kriteria 4
membaik), Klien tampak mampu menggerakan ekstremitas bagian kiri
56

atas dan bawah tetapi harus dibantu dan dimotivasi dan kurang mampu
mengangkat pada bagian bahu 30º dan bagian paha 30º (kriteria 3 sedang),
kekuatan otot klien (kriteria 4 cukup meningkat), Reflek patologis :
Babinski (+) pada ekstremitas bawah kiri, pada ekstremitas kanan bawah
(-), patologis (-) pada ekstremitas bawah kiri, Klien sudah melakukan
perubahan posisi miring kiri, kanan, supine dan diobservasi per 2 – 4 jam,
klien dapat melakukan pergerakan dengan instruksi, ROM aktif pada
tangan dan ROM pasif pada lengan dan paha, kekuatan otot ekstremitas
atas dan bawah bagian kanan 5555 5555, kekuatan otot ekstremitas atas
bagian kiri 4443, ektremitas bawah bagian kiri 3333 (kriteria 4 cukup
meningkat). Pada diagnose ini juga masih ada beberapa kriteria hasil yang
belum dicapai sehingga intervensi keperawatan masih tetap dilaksanakan
dan mengevaluasi kemampuan klien dalam ROM.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pelaksanaan yang dilakukan dari tanggal 29 September


sampai 01 Oktober 2019 mengenai Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan
Diagnosa Medis Stroke Hemoragik di Gedung A Lantai 5 Zona A RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo Jakarta, maka penulis akan menguraikan berbagai
kesimpulan yaitu sebagai berikut :

1. Pengkajian Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. S dengan teori yang ada, penulis
menyimpulkan bahwa secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan yang
berarti antara teori stroke hemoragik dengan kasus nyata pada Ny.S yang
mengalami stroke hemoragik. Hasil pengkajian yang didapat yaitu
terdapat persamaan dengan teori dimana penyebab dari penyakit stroke
hemoragik yaitu adanya pendarahan pada daerah otak yang disebabkan
karena beberapa faktor diantaranya hipertensi dan diabetes mellitus serta
terdapat tanda gejala yaitu kelemahan pada sebagian tubuh (hemiparase),
terjadi gangguan berbicara yaitu dysatria dan wajah kaku serta mencong
kearah kanan.

2. Diagnosa Keperawatan

Pada diagnosa keperawatan yang terdapat pada Ny.S sesuai dengan teori
yang dikemukakan PPNI (2017) yaitu risiko perfusi serebral tidak efektif

57
58

d.d edema serebri, Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d gangguan


toleransi gula darah dan gangguan mobilitas fisik b.d gangguan
neuromuscular. Terdapat sedikit perbedaan adanya diagnose
ketidakstabilan kadar glukosa darah menurut PPNI (2017) namun penulis
tetap mengangkat diagnosa ini dan memprioritaskan diagnose tersebut
karena hiperglikemia pada stroke dapat menyebabkan stroke berulang
yang menyebabkan terjadinya kerusakan pembuluh darah akibat
meningkatnya viskositas pembuluh darah yang menimbulkan tekanan
pada arteri meningkat.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan pada Ny. S telah disusun sesuai dengan teori


atau konsep dasar asuhan keperawatan pada klien dengan stroke
hemoragik. Dalam menyusun rencana keperawatan pada diagnose risiko
perfusi serebral tidak efektif penulis merencanakan monitor TIK,
kesadaran, monitor tekanan darah dan intervensi kolaborasi yaitu
pemberian terapi obat, diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah
penulis merecanakan monitor kadar gula darah setiap 8 jam, dan diagnosa
gangguan mobilitas fisik penulis merencanakan untuk latian ROM dan
edukasi ROM.

4. Implementasi Keperawatan

Penulis melakukan implementasi keperawatan yang telah dilakukan


selama 3 hari sesuai dengan intervensi yang telah dibuat, dan terdapat
beberapa hambatan yang tidak terlalu berarti sehingga penulis dapat
melakukan implementasi secara optimal. Pada 3 diagnosa prioritas yaitu
diagnose pertama risiko perfusi serebral tidak efektif penulis
melakukan semua tindakan yang telah direncanakan yaitu mengkaji status
59

neurologik klien, mengkaji tingkat kesadaran klien GCS, Mengkaji reaksi


pupil, ukuran, respon cahaya, dan pergerakan pada mata,
Mempertahankan kepala ditempat tidur 20° - 30, mengkaji adanya
peningkatan TIK, dan memberikan obat sesuai program terapi. Pada
diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah penulis juga melakukan
semua tindakan yang telah direncanakan yaitu memonitor kadar gula dara
sewaktu per 12 jam, memonitor tanda dan gejala hiperglikemia serta
pemeberian insulin novorapid 4 unit 2x 24 jam. Pada diagnosa gagguan
movilitas fisik penulis juga melakukan semua intervensi yaitu mengubah
posisi tiap 2 – 4 jam sekali, mencegah terjadinya cedera selama latian
rentang gerak , memberikan pendidikan kesehatan mengenai Latian
Gerak Sendi (ROM), menganjurkan klien melakukan latian Gerak sendi
(ROM) 2 – 4 x per hari, kolaborasi dengan fisioterapi untuk
mengembangkan latian fisik pda klien

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi akhir yang dilakukan pada Ny. S pada tanggal 2 oktober 2019
didapatkan pada tiga diagnose prioritas belum ada yang teratasi. Pada
diagnose risiko perfusi serebral tidak efektif tidak menjadi aktual, pada
diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah belum teratasi dan diagnose
gangguan mobilitas fisik juga belum teratasi karena ada beberapa yang
belum mencapai kriteria hasil. klien juga masih perlu dilakukannya
perawatan di rumah sakit sehingga intervensi harus masih dilanjutkan.
60

B. Saran

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan lebih menguasi mengenai konsep penyakit


sebelum melakukan praktik di Rumah Sakit untuk meningkatkan kualitas
Asuhan Keperawatan secara komprehensif. Mahasiswa diharapkan
mampu menjalin bina hubungan saling percaya dan melakukan
komunikasi efektif dengan klien, teman sejawat dan tenaga medis lainnya
agar membantu dalam proses dinas Karya Tulis Ilmiah.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan pihak institusi lebih memperbanyak lagi literatur mengenai


neorologik yang terbaru, mengoptimalkan praktik dalam melakukan
pemeriksaan fisik terhadap mahasiswa, dan mengajarkan mahasiswa untuk
cara melatih klien yang mengalami gangguan berbicara seperti disatri atau
aphasia

3. Bagi Institusi Layanan Kesehatan

Diharapkan pembimbing di klinik dapat mengoptimalkan bimbingan


dengan mahasiswa melalui conference maupun bedsite teaching. Karya
tulis ilmiah ini dapat dijadikan sumber literature terhadap rumah sakit agar
dapat melakukan pelayanan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, I.G &Reggy , P (2016) Pengelolaan Tekanan Tinggi Intrakranial


pada Stroke. CDK -238 Vol.43, No.3 (Hlm. 180 -184)

Alimul, Aziz & Hidayat (2012) Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia :


Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika

Andra & Yessie (2013) Keperawatan Medikal Bedah 2. Yogyakarta :


Nuha Medika

Batubara, S.O (2015) Hubungan antara penanganan awal dan kerusakan


neurologis pasien stroke di RSUD Kupang. Jurnal Keperawatan
Soedirman.

Caplan, Louis R, (2016) Stroke. Newyork : Oxford University

Debora, Odera (2017). Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik.


Jakarta : Salemba Medika

Dharma, Kelana Kusuma, (2018) Pemberdayaan keluarga untuk


mengoptimalkan kualitas hidup pasien stroke. Yogyakarta :
Deepublish

Doenges, Marilyn ; Moorhouse, Mary Frances ; Geissle A (2012) Rencana


Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

Hariyanto, Awan ; Sulistyowati, R (2015) Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah I dengan Diagnosis NANDA International.
Yogyakarta : Ar-Ruzz Media.

Hartono, E, Puspitasari, M and Adam, O (2019) Gambaran Tekanan


Darah Pada Pasien Stroke Hemoragik dengan Diabetes Mellitus
dan Non Diabetes Mellitus Di bagian Saraf Rumkital Dr. Ramelan
Surabaya Jurnalsinaps [online] Available at
http://www.jurnalsinaps.com/index.php/sinaps/article/vie/6
[Accessed 1 mei 2020]

61
Hidayat, (2012) Asuhan Keperawatan pada pasien stroke. Jakarta : Salemba
Medika

Huda, Amin dan Kusuma, H. (2016) Asuhan Keperawatan Praktis


berdasarkanPenerapan Diagnosa Nanda NIC NOC dalam Berbagai
Kasus, ed.2. Yogyakarta: Mediaction Jogja.

Hutagulung , S (2017) Panduan Lengkap Stroke Mencegah, Mengobai,


Menyembuhkan. Bandung : Nusa Media

Kementerian kesehatan RI (2018) “Hasil utama riskesdas 2018,” hal. 61. doi:
1 Desember 2013. melaluihttp://labdata.litbang.depkes.go.id/menu-
progress-puldata/progress-puldata-rkd-2018 [diakses pada 12 April
2020 pukul 17 : 00 WIB]

Lingga, L. (2013) All About Stroke: Hidup Sebelum dan Pasca Stroke.
Jakarta: Elex Media Komputindo. Dalam
https://ejournal.unair.ac.id/JBE/article/viewFile/%202147/2462
[diakses pada 12 April 2020 pukul 16.41 WIB

Lippincott, Williams,dan W. (2016) Buku Saku Patofisiologi Menjadi


SangatMudah Ed.2. Jakarta: EGC.

Munir, Badrul (2017) Neurologi Dasar Ed.3 Jakarta : Sagung Seto

Mutiarasari, Diah (2019) “ Ischemic Stroke : Symptoms, Risk, Factors


and Prevention “ Journal Ilmiah Kedokteran Vol 6, No.1 Diakses
pada tanggal 27 April 2020

PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan


IndikatorDiagnostik, Ed.2. Jakarta: Tim Pokja SDKI DPP PPNI.

PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Tim Pokja


SDKI DPP PPNI

Prasetyo, D. E, dan Shahnaz Garini, A (2017) Prevalensi Dislipidemia


pada Pasien Stroke Iskemik berulang Rawat Jalan dan atau Rawat
inap di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Periode 2015 – juni 2017,
Majalah Kesehatan pharmamedika, 10 (1), hal 031, doi : 10.33476/
mkp. V10il.685. [diakses pada 1 mei 2020 pukul 10.00]

62
Setiati, Siti ; Alwi, Idrus ; Sudoyo, Aru W. ; Simadibrata, Marcellus ;
Setiyohadi, Bambang ; Syam, A. F. (2017) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi2. Jakarta: Internal Publishing.

Soewarno (2017) Pengaruh Hipertensi terhadap terjadinya stroke hemoragik


berdasarkan hasil CT SCAN kepala di instalasi radiologi RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo. MEDISAINS : Jurnal ilmiah ilmu-ilmu
kesehatan, Vol 15 No. 1 Hal 39. [diakses pada 20 April 2020 puku
17.00]

Tarwoto (2013) Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem


Persyarafan.Jakarta: Sagung Seto

Tarwoto & Wartonah (2015) Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Edisi 4 : Jakarta

Terry, C.L & Weaver, A (2013) Keperawatan Kritis. Yogyakarta : Rapha


Publishing

WHO. 2016 https://www.who.int/bulletin/volumes/94/9/16-181636/en/

Wijaya,Saferi Andra; Putri, M. Y. (2013) Keperawatan Medikal


BedahKeperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Zuryati & Wibowo (2016) Stroke Hemoragik e.c Hipertensi Grade II.
Lampung : Medula Unila

63
LAMPIRAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA I
JURUSAN KEPERAWATAN
Jl. Wijayakusuma Raya No. 47 Cilandak Jakarta Selatan

Nama Mahasiswa : Dian Nurlaela

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Tanggal Pengkajian : 29 September 2019


Tanggal Masuk : 29 September 2019
Ruang / Kelas : Lt. 5 Gedung A RSCM
Nomor Register : 4429107
Diagnosa Medis : CVD Stroke Hemoragic

A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Ny. S
Usia : 45 Tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Betawi
Pendidikan : SMA
Bahasa yang Digunakan : Bahasa Indonesia
Pekerjaan : IRT
Alamat : Perumahan Green Garden No.14 , Jakarta
Barat
Sumber Biaya : JKN
Sumber Informasi : Rekam medis, klien, dan keluarga

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan utama : klien tampak berbicara belum jelas dan bibir
masih pelo kekiri, serta bagian tubuh sebelah kiri masih tampak lemas

b. Kronologis keluhan :
 Faktor pencetus : Pada tanggal 20 September 2019 pukul 20.00
WIB klienditemukan tidak sadar dikamar mandi oleh anaknya, klien
mengatakan tepeleset dikamar mandi dan kepala klien terbentur
dilantai secara keras.
 Timbulnya keluhan : klien tidak sadarkan diri pada saat ditemukan,
pada saat ini bibir tampak pelo dan tidak bisa berbicara dengan jelas
dan tubuh terasa kaku pada bagian sebelah kiri.
 Lamanya : tidak diketahui awal timbul tanda dan gejala
karena klien hanya tinggal bersama anak dan suaminya, anaknya
jarang pulang kerumah suaminya sibuk bekerja. Klien mengalami
keluhan sampai sekarang dan belum membaik
 Cara mengatasi : klien langsung dibawa ke RSCM oleh
keluarganya. tiba di RSCM pada pukul 08.30 WIB dilakukan tindakan
di IGD yaitu pemberian oksigen Nasal kanul 5lpm, pemasangan infus
RL/24 jam 500 cc, pemasangan NGT dan Kateter, diberikan terapi
obat injeksi citocolin 500 gr, ceftriaxone 1 x 2 gr, asam mefenamat
500 gr, dilakukan pemeriksaan rontgen thorax, pemeriksaan EKG serta
CT-Scan. Lalu klien telah menjalani operasi craniactomy pada tanggal
22 September di RSCM, dan diobservasi di ruang ICU selama 7 hari
karena membutuhkan bantuan ventilator, saat ini klien baru saja
dipindahkan keruang perawatan karena kondisi klien telah membaik
untuk fase rehabilitasi.

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


a. Riwayat Alergi ( obat, makanan, binatang, lingkungan ) :
Klien mengatakan tidak memiliki alergi pada obat, makanan, binatang dan
lingkungan
b. Riwayat kecelakaan :
Klien mengatakan jatuh terpeleset dikamar mandi rumahnya pada tanggal
20 September 2019 dan kepala terbentur dilantai dengan keras

c. Riwayat dirawat di Rumah sakit ( kapan, alasan, dan berapa lama ) :


Keluarga klien mengatakan belum pernah dirawat dirumah sakit, dan ini
merupakan pertama kali klien dirumah sakit

d. Riwayat pemakaian obat :


Klien mengatakan memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 2 tahun yang
lalu dan hipertensi sejak 1 tahun yang lalu dan tidak terkontrol sejak 3
bulan karena merasa sudah sembuh, riwayat pengobatan klien yaitu obat
amlodipine 1 x 5 mg PO, ramipril 1 x 5 mg PO, dan Metformin 1 x 500
mg PO.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga ( Genogram dan Keterangan )


Keterangan :
: Laki – laki : Meninggal
: Perempuan : tinggal satu rumah
: Klien Ny. S : Garis Pernikahan
: Garis Keturunan

4. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
resiko :

Klien mengatakan ayahnya memiliki riwayat hipertensi dan stroke ringan


sedangkan ibunya memiliki penyakit dm
5. Riwayat Psiokososial dan Spiritual
1. Adakah orang terdekat dengan pasien :
Klien mengatakan orang terdekatnya merupakan suami dan anak satu-
satunya

2. Interaksi dalam keluarga :


a. Pola komunikasi : klien dan keluarga tampak
berkomunikasi dengan baik, walaupun klien saat ini masih kesulitan
untuk berbicara
b. Pembuat keputusan : klien mengatakan pembuat keputusan
adalah suaminya dan merupakan hasil diskusi bersama sama
c. Kegiatan kemasyarakat :klien mengatakan aktif dalam kegiatan
masyarakat di lingkungan rumahnya, klien sering mengikuti pengajian
dan arisan ibu-ibu PKK
3. Dampak penyakit pasien terhadap keluarga :
Klien mengatakan tidak bisa bekerja dan mengurus suami serta anaknya,
sedangkan dampak pada keluarga adalah keluarga menjadi harus
menunggu klien dan aktivitasnya terganggu
4. Masalah yang mempengaruhi pasien :
Klien mengatakan cemas dan khawatir tidak dapat sembuh
5. Mekanisme koping terhadap stress :
(√) Pemecahan masalah (-) Minum obat
(√) Makan (√) Cari pertolongan
(-) Tidur (-) Lain – lain :

6. Persepsi pasien terhadap keluarga


a. Hal yang sangat dipikirkan saat ini :
Klien mengatakan cemas penyakitnya tidak bisa sembuh dan
mengganggu aktivitasnya serta merepotkan keluarganya terus menerus
b. Harapan setelah menjalani perawatan:
klien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin segera kembali
kerumahnya
c. Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit :
Klien mengatakan banyak perubahan yang terjadi setelah jatuh sakit,
klien belum bisa berbicara dengan jelas, klien juga kesulitan dalam
menjalankan aktivitas sehari-hari karena tubuh menjadi lemah
sebagian, dan harus membutuhkan pertolongan orang lain
7. Sistem nilai kepercayaan
d. Nilai – nilai yang bertentangan dengan kesehatan :
Klien mengatakan tidak ada hal-hal atau nilai yang bertentangn
dengan kesehatannya
e. Aktivitas agama / kepercayaan yang dilakukan :
Klien mengatakan solat 5 waktu dan sering mengikuti pengajian
dilingkungan rumahnya.
6. Kondisi Lingkungan Rumah
Keluarga klien mengatakan tinggal di daerah perumahan dan tidak padat
penduduk, kondisi rumah memiliki ventilasi yang baik, dan pecahayaan
rumah baik, lantai rumah sudah berupa keramik, lingkungan rumah dekat
dengan jalan raya dan terdapat polusi, air di rumah menggunakan air sumur,
dan jarak septi tank dengan sumur 9 m.
7. Pola Kebiasaan
POLA KEBIASAAN
Hal Yang Dikaji Di Rumah
Sebelum Sakit
Sakit/saat ini
 Pola Nutrisi
o Frekuensi makan : ….. x/hari 3x / hari 3x/ hari
dengan 1x
o Nafsu makan : baik / tidak Baik snack
Alasan : (tidak ada Baik
( mual, muntah, sariawan ) mual, muntah, (tidak ada
dan sariawan) mual, muntah
o Porsi makan yang dihabiskan dan sariawan)
Satu porsi
o Makanan yang tidak disukai makanan ½ porsi
makanan
o Makanan yang membuat alergi Tidak ada
o Makanan pantangan Tidak ada
Kepiting dan
cumi Kepiting dan
o Makanan diet
cumi
Sate kambing
o Penggunaan obat sebelum makan
Sate kambing
o Penggunaan alat (NGT, dll ) Tidak ada
Diet Rendah
 Pola Eliminasi Garam III
 BAK Tidak ada 1700 Kkal
o Frekuensi : ….. x/hari
o Warna : ….. Tidak ada
Tidak
o Keluhan : ….. menggunakan
alat bantu Tidak
o Penggunaan alat bantu(kateter, dll) menggunakan
2) BAB alat bantu
a. Frekuensi : ….. x/hari 6-7 x/hari
Kuning jernih
b.Waktu (Pagi/Siang/Malam/Tidak tentu ) klien sering
c. Warna : ….. BAK dimalam 6-7x/hari
d.Konsistensi : ….. hari Kuning jernih
e. Penggunaan Laxatif : ….. Tidak Klien sering
menggunakan BAK dimalam
 Pola Personal Hyigiene alat bantu hari
 Mandi Tidak
o Frekuensi : …… x/hari 1 x/hari menggunkan
o Waktu : Pagi/Sore/Malam alat bantu

2) Oral Hyiene Pagi hari 2x/ hari


 Frekuensi : ….. x/hari
Kuning tua
 Waktu : Pagi/Siang/Setelah makan Lembek Tidak tentu
3) Cuci Rambut Tidak ada
 Frekuensi : ….. x/hari Kuning tua
Rambut klien terlihat kotor Lembek
4) Mengganti Pakaian Tidak ada
 Pola Istirahat dan Tidur 2x/hari
o Lama tidur siang : ….. jam/hari
Pagi dan sore
o Lama tidur malam : ….. jam/hari
2x/hari
o Kebiasaan sebelum tidur
Pagi dan sore
 Pola aktivitas dan Latihan 2x/hari hanya dilap
o Waktu bekerja : Pagi/Siang/Malam saja
o Olahraga : ( ) Ya Tidak ( )
Pagi dan
o Jenis olahraga : …..
Malam 1x/hari
o Frekuensi olahraga : ….. x/minggu
o Keluhan dalam beraktivitas 2x/hari
( Pergerakkan tubuh/mandi/ mengenakan pakaian Tidak cuci
/ sesak setelahberaktivitas ) rambut karena
2x/hari ada bekas luka
 Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan post op
 Merokok : Ya/Tidak
o Frekuensi : ….. 1 jam / hari
o Jumlah : ….. 2x/hari
6-7 jam/hari
o Lama Pemakaian : ......
2) NAPZA/MIRAS Tidak ada 3-5 jam/hari

Tidak
Pagi sampai menentu
sore
Tidak ada
Tidak pernah
olahraga
Tidak bekerja
Tidak ada Tidak
Tidak ada olahraga,
hanya latian
Tidak ada ROM

Tidak ada
2x/ hari

Klien tidak Klien


merokok mengalami
kelemahhan
Tidak ada pada
Tidak ada ekstremitas
Tidak ada atas dan
bawah bagian
kiri
Klien tidak
pernah
mengkonsums
i NAPZA Klien tidak
maupun merokok
MIRAS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Klien tidak
pernah
mengkonsums
i NAPZA
maupun
MIRAS

 PENGKAJIAN FISIK
1. Pemeriksaan Fisik Umum
o Berat badan : 63 Kg, Tinggi Badan : 160.cm
IMT = 24,6 (Normal)
Nilai Normal = 18,5 – 24,9
BBI = (TB – 100) – (TB – 100 x 10%)
= (160 – 100) – (160 – 100 x 10%)
=60 – (60 x 10%) = 54 kg 60 + (60 x 10%) =66kg
=BBI klien dengan rentang 54 kg – 66 kg

o Tekanan darah : 150/100 mmHg


o Nadi : 90x/menit, irama : reguler
o Frekuensi nafas : 18x/menit
o Suhu tubuh : 36,3oC
o Keadaan umum : ( -) Ringan (√ ) Sedang () Berat
o Kesadaran : Composmentis
o Pembesaran kelenjar getah bening : (- ) Ya (√) Tidak

2. Sistem Penglihatan
1. Posisi mata : (√) Simetris ( -) Asimetris
2. Kelopak mata : (√) Normal ( -) Ptosis
3. Pergerakkan bola mata : (√) Normal (-) Abnormal
4. Konjungtiva : (√) Merah muda (-) Anemis
(-) Sangat merah
5. Kornea : (√) Normal (-) Keruh / berkabut
(-) Terdapat pendaharan
6. Sklera : (√) Ikterik (-) Anikterik
7. Pupil : (√) Isokor ± 3mm (-) Anisokor……..…….
( -) Midriasis (-) Miosis
8. Otot-otot mata : (√) Tidak ada kelainan ( -) Juling keluar
( -) Juling kedalam (-) Berada diatas
9. Fungsi penglihatan : (-) Baik (√) Kabur(-) Dua bentuk/diplopia
10. Tanda-tanda radang : Tidak ada tanda-tanda terjadi radang
11. Pemakaian kaca mata : Klien menggunakan kacamata minus, mata
kanan : 2 dan Mata kiri :2,25, klien menggunakan kacamata sejak berumur
30 tahun
12. Pemakaian lensa kontak : klien tidak menggunakan lensa kotak
13. Reaksi terhadap cahaya : Reaksi terhdap cahaya baik
Mata kiri +
Mata kanan +

3. Sistem Pendengaran
a. Daun telinga : (√) Normal ( -) Tidak, kanan/kiri
b. Karateristik serumen ( warna, konsistensi, bau ) : Warna kuning pekat,
konsistensi kental, dan bau khas serumen
c. Kondisi telinga tengah : (√) Normal (- ) Kemerahan
(- ) Bengkak (-) Terdapat lesi
d. Cairan dari telinga : (√ ) Tidak ( -) Ada
e. Perasaan penuh ditelinga : ( -) Ya (√) Tidak
f. Tinitus : (- ) Ya (√) Tidak
g. Fungsi pendengaran : (√) Normal ( -) Kurang
(- ) Tuli, kanan/kiri
h. Gangguan keseimbangan : (√) Tidak ( -) Ya
i. Pemakaian alat Bantu : ( -) Ya (√) Tidak

4. Sistem Wicara : ( =) Normal (-) Tidak normal


( -) Aphasia( )Aphonia
(√) Dysatria (-) Dyphasia
(-) Anarthia

5. Sistem Pernafasan
a. Jalan nafas : (√) Bersih (- ) Ada sumbatan
:
b. Pernafasan : (√) Tidak sesak ( -) Sesak
c. Menggunakan otot Bantu nafas : (- ) Ya (√ ) Tidak
d. Frekuensi : 18x/menit
e. Irama : (√) Teratur (- ) Tidak teratur
f. Jenis pernapasan : Eupnea (pernapasan normal)
g. Kedalaman : (√) Dalam ( -) Dangkal
h. Batuk : (√) Tidak ( -) Ya
i. Sputum : (√) Tidak ( -) Ya
j. Konsistensi : ( -) Kental ( -) Encer
k. Terdapat darah : ( -) Ya ( -) Tidak
l. Inspeksi dada : Bentuk dada simetris, proporsional, tidak ada
lesi, tidak ada hematoma
m. Palpasi dada : Tidak ada nyeri dada, tidak ada benjolan, tidak
suara traktil fremitus seimbang pada semua lapang pasru.
n. Perkusi dada : resonan di semua lapang paru
o. Auskultasi dada : tidak ada bunyi whezzing dan suara napas
tambahan lainnya
p. Suara nafas : (√) Vesikuler ( -) Ronchi
( -) Whezzing ( -) Rales
q. Nyeri saat bernapas : ( - ) Ya (√ ) Tidak
r. Pengunaan alat bantu napas : (√ ) Tidak ( -) Ya :

6. Sistem Kardiovaskular
a. Sirkulasi perifer
 Nadi 90 x/mnt : Irama : (√) Teratur ( -) Tidak
Denyut: (-) Lemah (-) Kuat
 Tekanan darah : 150/100mmHg
 Distensi vena jugularis : Kanan : ( -) Ya (√) Tidak
Kiri : (-) Ya (√) Tidak
 Temperatur kulit : (√) Hangat ( -) Dingin
 Warna kulit : ( -) Pucat ( -) Sianosis (-) Kemerahan
 Pengisian kapiler :2 detik
 Edema : ( -) Ya (√) Tidak
(-) Tungkai atas (-) Tungkai bawah
(-) Periorbital (-) Muka
(-) Skrotalis (-) Anasarka

b. Sirkulasi jantung
a. Kecepatan denyut apikal : 90 x/menit
b. Irama : (√) Teratur
( -) Tidak teratur
c. Kelainan bunyi jantung : (-) Murmur (-)
Gallop
d. Sakit dada : (-) Ya
(√) Tidak
- Timbulnya : (-) Saat aktivitas ( -) Tanpa
aktivitas
- Karateristik : (-) Seperti ditusuk-tusuk
(-) Seperti dibakar
(- ) Seperti ditimpa benda berat
- Skala nyeri : Tida ada Nyeri
7. Sistem Hematologi
Gangguan Hematologi
 Pucat : (√ ) Tidak ( -) Ya
 Pendarahan : (√) Tidak (-) Ya
(-) Ptechie (-) Purpura ( -) Mimisan
(-) Pendarahan gusi (-) Echimosis

8. Sistem Saraf Pusat


 Keluhan sakit kepala : klien mengatakan sakit kepala dan
hilang timbul sekitar 5 menit jika terlalu lama berbaring
 Tingkat kesadaran : Composmentis
 Glasgow coma scale (GCS) : E : 4 M: 6 V: 5
 Tanda-tanda peningkatan TIK : (√ ) Tidak ( -) Ya
(-)Muntah
proyektil
(√) Nyeri kepala
( -) Papil edema
 Gangguan system persyarafan :
(- ) Kejang (√) Pelo
(√ ) Mulut mencong(- ) Kesemutan / polyneuritis
(√ ) Kelumpuhan ekstremitas ( -) Disorientasi
 Pemeriksaan reflek :
 Reflek fisiologis (bisep dan trisep) : (√) Normal ( -) Tidak
 Reflek patologis : (-) Tidak (√) Ya

Pemeriksaan 12 saraf kranial:


a. Nervus I (Alfaktoris)
Kondisi hidung klien tampak baik, hidung simetris, dan fungsi penciuman
masih baik, klien dapat membedakan bau kopi dan bau madu dengan
ditutup kedua matanya.
b. Nervus II (Optikus)
Kondisi mata klien tampak baik, simetris, fungsi penglihatan klien
berkurang, untuk melihat tulisan jika tidak menggunakan kacamata tidak
terbaca, tapi jika melihat benda, gambar atau objek masih jelas, reflek
baik, lapang pandang mata klien kanan dan kiri juga baik.
c. Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, Trochlearis, abducen)
Kedua mata klien berespon mengecil saat diberi rangsangan cahaya
langsung maupun tidak langsung, ukuran pupil klien isokor kurang lebih 3
mm kanan dan kiri, bola mata klien normal dapat mengikuti gerakan atau
arahan yang diberikan dengan kepala klien diam dan tidak bergerak.
d. Nervus V (Trigeminus)
Sensorik :Jika diberikan rangsangan sentuhan dengan menggunakan kapas
klien dapat merasakan dan menyebut daerah mana yang diberikan
rangsangan,
Motorik :klien dapat menggertakan gigi dengan kuat, dan reflek sklera
baik, klien langsung mengedipkan mata secara spontan saat diberikan
sentuhan pada ujung sklera.
e. Nervus VII (Fasialis)
Sensorik : indra pengecapan klien baik, klien dapat membedakan rasa
manis, asin dan pait
Motorik : jika klien diam mulut tampak terlihat mencong kekanan, Klien
dapat tersenyum tetapi lebih dominan kebagian kanan, klien dapat
ekspresi meringis, klien tampak dapat memencongkan pipi kekanan dan
kekiri, klien dapat memanyunkan bibir kedepan, dan dapat
menggembukan pipi, klien dapat menyengir, klien dapat menunjukan
lidahnya kedepan dan mengarahkan kekanan dan kekiri tetapi tidak terlalu
kuat, klien tampak dapan mengerutkan dahi, klien tampak dapat
menggerakkan alis.
f. Nervus III (Vestibulo Koklearis)
Fungsi pendengaran klien tampak baik, klien dilakukan test menggunakan
detikan arloji dan klien masih dapat mendengar suara detikan, klien juga
dilakukan test berbisik klien dapat menyebutkan kembali suara bisikan
dengan benar,
g. Nervus IX, X (Gloso Faringeus dan Vagus)
Reflek menelan klien baik
h. Nervus XI (Aksesoris)
Klien dapat melakukan gerakan kepala kekiri dan kekanan, keatas dan
kebawah, klien dapat menahan dengan kuat gerakan secara berlawanan.
i. Nervus XII (Hipoglosus)
Deviasi lidah klien baik klien dapat mengarahkan lidah kea rah kiri, dapat
menjulurkan lidah, dan dapat menahan tekanan dengan kuat.

9. Sistem Pencernaan
 Keadaan mulut : 1. Gigi : (- ) Caries (√) Tidak
2. Gigi palsu : ( -) Ya (√ ) Tidak
3. Stomatitis : -) Ya (√) Tidak
4. Lidah kotor : (√) Ya ( -) Tidak
5. Salifa : (√) Normal (-) Abnormal
 Muntah : (√) Tidak (-) Ya
 Nyeri daerah perut : (- ) Ya (√ ) Tidak
 Skala nyeri : tidak ada nyeri
 Lokasi dan karateristik :
( -) Seperti ditusuk ( -) Melilit (- ) Cramp
( -) Panas (-) Setempat (-) Menyebar
( -) Berpindah pindah (-) Kanan/ Kiri bawah
 Bising usus : 8x/menit
 Diare : (√ ) Tidak ( - ) Ya
 Warna feses : (√) Kuning (-) Putih seperti air
cucian beras
( -) Coklat (-) Hitam (-)
Dempul
 Konsistensi feses : (√) Setengah padat ( -)
Cair
( -) Terdapat lender (-)Berdarah
 Konstipasi : (√) Tidak ( -) Ya, lamanya
……. hari
 Hepar : (√) Teraba ( -) Tidak
teraba
 Abdomen : (√) Lembek ( -) Asites
(- ) Kembung (-) Distensi
10. Sistem Endokrin
 Pembesaran kelenjar tiroid : (√) Tidak ( -) Ya
(-) Exoptalmus
(-) Tremor
(- ) Diaporesis
 Nafas berbau keton : ( -) Ya (√) Tidak
( √) Poliuri (√) Polidipsi
(- ) Polipagia
 Luka ganggren : (√) Tidak ( -) Ya

11. Sistem Urogenital


a. Balance cairan : terlampir
b. Perubahan pola kemih : ( -) Retensi ( -) Urgen (- )Disuria
(- ) Tidak lampias ( ) Nocturia
(- ) Inkontinen
c. BAK : Warna : (√ ) Kuning ( -)
Kuning kental
( -) Merah -) Putih
d. Distensi kandung kemih: ( -) Ya (√) Tidak
e. Keluhan pinggang : ( -) Ya (√) Tidak
f. Klien mengatakan selalu serkeringat : tidak ada

12. Sistem Integumen


a. Turgor kulit : (√) Baik ( -) Buruk
b. Temperatur kulit : Hangat
c. Warna kulit : (- ) Pucat ( -) Sianosis (-)
Kemerahan
d. Keadaan kulit : (-) Baik ( -)Lesi ( -) Ulkus
(√) Luka,
Lokasi: Di bagian kepala di bagian kanan terdapat luka post op craniotomy,
sepanjang 18 cm, jahitan rapi, tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka.
Kelainan kulit : (√) Tidak (-) Ya
e. Kondisi kulit disekitar pemasangan infus : Baik, tidak ada bengkak, tidak
ada phlebitis, tetesan infus tidak macet 14 tpm, IVFD terpasang pada
metacarpal dextra, cairan NaCl
f. Keadaan rambut : - Tekstur : (√) Baik ( -) Tidak
( -) Alopesia
- Kebersihan : (- ) Ya (√) Bau
13. Sistem Muskuloskeletal
a. Kesulitan dalam pergerakkan : (√) Ya (- ) Tidak
Klien mengalami kelemahan pada ekstremitas atas dan bawah pada bagian
kiri (hepiparase sinistra)
b. Sakit pada tulang, sendi, kulit : (- ) Ya (√) Tidak
c. Fraktur : ( -) Ya (√) Tidak
d. Lokasi fraktur : tidak ada
e. Kelainan pada bentuk tulang dan sendi : ( -) Kontraktur(-) Bengkak
f. Kelainan struktur tulang belakang : ( -) Skoliosis(- ) Lordosis
(- ) Kifosis
g. Keadaan tonus otot : (√) Baik (- ) Hipotoni
( -) Hipertoni (- ) Atoni
h. Kekuatan otot : 5555 3332
5555 3332

*Berikan penjelasan untuk seluruh pertanyaan jika jawaban “YA”

DATA TAMBAHAN :
- Hasil GDS klien pada tanggal : 29 September 2019 pukul 11.00: 205 g/dl
Pukul 17.00 : 215 g/dl
- ADL klien selama di Rumah Sakit dibantu oleh suami dan satu orang
anaknya, ADL klien berupa Makan, Mandi, Berpakaian, berganti pakaian,
dan toileting.
- Format Balance Cairan : Terlampir
- Jadwal Alih Baring : Terlampir
- Pengkajian resiko jatuh skala morse : Terlampir

TABEL KEBUTUHAN CAIRAN NY. S


Nama : Ny. S
Hari/Tgl : Senin, 29 September 2019 s/d Selasa 30 September 2019
JAM INTAKE OUTPUT

MAKANA MINUMAN CAIRAN BAK BAB


N
08.00 200cc Klien
09.00 biskuit 150 ml menggunakan
10.00 Diapers
11.00 Konsistensi
12.00 Makanan 600 ml Feses klien
habis ½
porsi
13.00 500cc Semi padat
14.00
15.00 500cc
NaCl
0,9%
16.00 200 cc
17.00
18.00 Makan 550 ml
habis ½
porsi
19.00 300 cc
20.00 100 ml

21.00
22.00
23.00 150 ml
24.00
01.00
02.00 300
03.00 500cc
NaCl
0,9%
04.00
05.00
06.00 250 cc
07.00 Makan 550 ml
habis ½
porsi
TOT 2100 ml 1000 cc 1750
AL

Intake : 3100 ml
Output : 1750
IWL : 15 X kgBB = 15 x 60 = 900
Balance Cairan (Normal : ±200 cc) : Intake – (Output + IWL)
= 3100 – 1750+900
= 3100 – 2650
= +450 cc

TABEL KEBUTUHAN CAIRAN NY. S


Nama : Ny. S
Hari/Tgl : Selasa,30 September 2019 s/d rabu, 01 September 2019
JAM INTAKE OUTPUT

MAKANA MINUMAN CAIRAN BAK BAB


N
08.00 250 cc Klien
09.00 Roti 250 ml menggunakan
10.00 Diapers
11.00 Konsistensi
12.00 Makanan 550 ml Feses klien
habis 1
porsi
13.00 500cc Semi padat
14.00
15.00 500cc
NaCl
0,9%
16.00 100 cc
17.00
18.00 Makan 400 ml
habis ½
porsi
19.00 100 cc
20.00 100 ml
21.00
22.00
23.00 100 ml
24.00
01.00 250
02.00
03.00 500cc
NaCl
0,9%
04.00
05.00
06.00 300 cc
07.00 Makan 550 ml
habis 1
porsi
TOT 1950 ml 1000 cc 1800
AL
Intake : 2950 ml
Output : 1550
IWL : 15 X kgBB = 15 x 60 = 900
Balance Cairan (Normal : ±200 cc) : Intake – (Output + IWL)
= 2950 – 1800+900
= 2950 – 2700
= +250 cc
TABEL KEBUTUHAN CAIRAN NY. S
Nama : Ny. S
Hari/Tgl : Rabu, 1 Oktober 2019
JAM INTAKE OUTPUT

MAKANA MINUMAN CAIRAN BAK BAB


N
08.00 250 200cc 100 cc
09.00 Kue
10.00
11.00
12.00 Makanan 550 ml
habis 1
porsi
13.00 250cc

14.00
TOT 800 ml 450 100 cc
AL
Intake : 800 ml
Output : 550
IWL : 15 X kgBB = 15 x 60 = 900/24 = 37,5 cc/jam
: 37,5 cc x 7 jam = 260
Balance Cairan (Normal : ±200 cc) : Intake – (Output + IWL)
= 800 – 450+260
= 800 – 710
= +90 cc

D. DATA PENUNJANG ( Hasil Pemeriksaan diagnostik yang menunjang


masalah : Lab, Radiologi, Endoskopi, dll )lengkapi dngan tanggal
pemeriksaan

HASIL PEMERIKSAAN CT-SCAN


Nama: Ny.S
No.RM :4429107
Tgl Pemeriksaan : 21 September 2019

Klinis : CVD SH
Kesan : Pendarahan intraparenkim di thalamus kanan hingga sebagian
kapsula interna estimasi volume 53 cc dan perdarahan hingga
intraventrikuler III dan intraventrikuler bilateral. Terdapat atrofi ringan di
lobus frontal bilateral.

HASIL PEMERIKSAAN RONTGEN THORAX

Nama : Ny. S
No. RM : 4429107
Tgl Hasil : 21 September 2019
Dr. Penanggung Jawab : dr. Benny Zulkarnaein, SpRad
Teknik : Radiografi toraks dalam proyeksi AP
Deskripsi :
Jantung kesan membesarr
Aorta elongasi, Mediastinum superior tidak melebar
Trakhea di garis tengah. Hilus kanan tidak menebal,kiri tertutup bayangan
jantung
Corakan veskular kedua paru meningkat terutama ke arah kranial. Tidak
tampak infiltrat/nodul
Lengkung diafragma dan sinus kostofrenikus normal
Tulang-tulang yang tervisualisasi optimal kesan intak

HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Nama : Ny. S
No. RM : 4429107
Tgl Hasil : 28 September 2019
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Rujuan

HEMATOLOGI

Hemoglobin 10,8 g/dl 11,7 – 15,0 Rendah

Hematokrit 33 % 33 – 45 Normal

Leukosit 11,0 Ribu/ul 5,0 – 10,0 Tinggi

Eritrosit 4,30 Juta/ ul 3,80 – 5,20 Normal

Trombosit 318 Ribu/ul 150 – 440 Normal

VER/HER/KHER/RDW

VER 88,7 Fl 80,0 – Normal


100,0
HER 30,3 g Normal
26,0 – 34,0
KHER 35,0 g/dl Normal
32,0 – 36,0
RDW 13,8 % Normal
11,5 – 14,5
FUNGSI HATI

Ureum Darah 35 mg/ dl Normal


20 – 40
Kreatinin Darah 0,75 mg/ dl Normal
0,6 – 1,5
HEMOSTASIS
APTT 35,7 Detik Normal

Kontrol APTT 29,7 Detik 26, 3 40,3 Normal


Normal
PT 13,4 Detik Normal
Kontrol PT 13,2 Detik 11,5 – 14,5 Normal

INR 1,06 Detik

ELEKTROLIT Rendah

Natrium 127 Mmol/l Normal

Kalium 3,50 Mmol/l 135 – 147 Normal

Klorida 95 Mmol/l 3.10 – 5.10

KIMIA KLINIK JANTNG 95 – 108 Normal

CK 40 U/l Normal

CK-MB 1,0 U/l 20 – 40 Normal

Troponin i <0.01 Ng/mL 0,6 – 1.5

<0,02

HASIL PEMERIKSAAN EKG

Nama : Ny. S
No. RM : 4429107

Tgl Hasil : 29 September 2019

Interprestasi EKG :

1) Irama : Regular
2) HR : 100 x/menit (Normal : 60 – 100)
3) Gel P : Sempit : 0,04 Tinggi : 0,3 ml volt (Normal)
4) PR Interval :0,12 detik Normal (Normal : 0,12 – 0,20)
5) Gel QRS: Gelombang P selalu diikuti qrs, 0,08 (Normal : 0,06 – 0,12
detik)
6) Axis :
Lead I aVF
11 - 0 = 11 2-1=1

Lead I
0 11

aVF

7) Segmen ST : Terdapat satu gambaran ST Elevasi di V2 dan tidak


bermakna
8) Gel T : Normal
9) Kesan :Synus Rhtym dengan normal axis

 PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Cairan : NaCl 0,9 % 500 ml/12 Jam
14 Tpm

2. Diet : Diet Rendah Garam III 1700 Kkal (Pemberian per oral)
Pagi : Bubur lunak 50 gr
Siang : Nasi, sayur dan lauk pauk
Malam : Snack dan susu

3. Terapi Obat
1. Amlodipin 1 x 10 mg PO, pukul 06.00
2. Bisoprolol 1 x 2,5 mg PO, pukul 06.00
3. Ceftriaxone 1 x 2 gr IV drip, pukul 12.00
4. Paracetamol 3 x 500 gr PO, Bila diperlukan pukul 06.00 , 12.00,
18.00
5. Vitamin K 3 x 10 mg IV drip, 06.00 , 12.00, 18.00
6. Aspar K 3 x 1 Tab PO, Pukul 06.00 , 12.00 dan 18.00
7. Asam Folat 2 x 1 mg PO pukul 06.00 dan 12.00
8. Insulin Novorapid 2 x 4 unit, Via Sc 06.00 dan 18.00

Jakarta, 29 september 2019


Yang Mengkaji

Dian Nurlaela
TABEL INDIKASI , KONTRAINDIKASI, DAN EFEK SAMPING TERAPI
OBAT

Nama : Ny. S

No. RM : 4429107

Tgl Hasil : 29 September 2019


N Nama Obat Indikasi Kontraindikasi Efek Samping
O

1. Amlodipin Hipertensi, Riwayat Bengkak pada tangan,


Iskemia Hipersensitivitas pergelangan kaki,
Miokardial, detak jantung
angina berdebar, dan nyeri
dada

2 Bisoprolol Penghambat beta Syok Sakit kepala, rasa


digunakan untuk kardiogenik dan lelah, diare dan edema
hipertensi, asma berat, kaki
aritmia, dan PPOK
gagal jantung

3 Ceftriaxone Untuk mencegah Riwayat Bengkak, nyeri, alergi


terjadinya sakit perut, mual
infeksi bakteri hipersensitivitas muntah, berkeringat

4 Paracetamol Menurunkan Riwayat Mual, muntah, gagal


demam, Hipersensitivitas ginjal akut, dan
meredakan sakit hipersensitivitas
kepala,dan nyeri
lainnya

5 Vitamin K Digunakan Riwayat Mudah berkeringat,


untuk hipersensitivitas bibir membiru,
pembekuan pusing, sessak napas
darah, kesehatan
pada tulang

6 Aspar K Penyakit Penyakit Mual, muntah, diare,


jantung, hati addison, pasien rasa tidak nyaman,
tetraplegia dengan pada dada, ruam kulit
periodic atau hipersensitivitas
lumpuh anggota
gerak
7 Asam Folat Untuk Riwayat Mual, gangguan tidur,
perkembangan Hipersensitivitas hilang nafsu makan,
sel, pertumbuhan rasa tidak enak
jaringan, dan dimulut
perkembangan
otak

ANALISA DATA
Nama Klien / umur :Ny. S / 45 tahun No. Register : 4429107

Ruangan / No. Kamar : Lt. 5 Gedung A / 517

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds : Edema serebri Risiko Perfusi
 Klien mengatakan lemas dan hemisfer kanan Serebral
susah untuk menggerakan (Hasil CT Scan) Tidak Efektif
tubuh bagian kirinya dan Hipertensi
 Klien mengatakan kepala
terasa pusing dan kadang terasa
nyeri tapi tidak sering
Do :
 Keadaan Umum : Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Hasil TTV Klien :
TD : 150/100 mmHg
(N : Sistolik : 110 – 130
Diastolik : 70 – 90)
N: 90 x/menit (N : 60 – 100
x/menit)
S : 36,5 C (N : 35,5 – 36,5)
RR : 18x/ menit (N : 18 – 24x/menit)
 Akral teraba Hangat
 Warna Kulit kemerahan
 CRT 2 detik
 Tidak terjadi tanda – tanda
adanya peningkatan TIK
seperti mual, muntah dan papil
edema
 Klien mengalami hemiparase
sinistra
 Klien mengalami adanya
perubahan di wajah tampak
bibir klien miring kekanan
 Klien mengalami perubahan
pada saat berbicara, suara tidak
terlalu jelas dan lidah tampak
pelo
 Pada pemeriksaan 12 Saraf
Kranial tampak terjadi
beberapa masalah yaitu pada
Nervous VII (Fasialis) dan N
ervous XII (Hipoglosus deviasi
lidah kekiri)
 Reflek babinsky klien :
Ektremitas kiri (+)
Ekstremitas kanan (-)
 Reflek patella
Ektremitas kiri (-)
Ekstremitas kanan (+)
 Kekuatan otot klien
5555 332
5555 332
 Hasil CT- Scan pada tanggal
21 September 2019 yaitu :
Pendarahan intraparenkim di
thalamus kanan hingga
sebagian kapsula interna dan
perdarahan hingga
intraventrikuler III dan
intraventrikuler bilateral.
Terdapat atrofi ringan di
lobus frontal bilateral
 Klien post op craniotomy hari
ke 7 setelah observasi icu
2 DS : Gangguan Ketidakstabila
 Klien mengatakan badan Toleransi Gula n kadar
masih terasa lemas, dan Darah Glukosa
tubuhn bagian kiri susah Darah
untuk digerakkan
 Klien mengatakan terkena
diabetes militus sejak 2 tahun
yang lalu
 Klien mengatakan memiliki
riwayat diabetes militus dari
ibunya
DO :
 Klien tampak lemas
 TTV klien :
TD : 150/100 mmHg
(N : Sistolik : 110 – 130
Diastolik : 70 – 90)
N: 90 x/menit (N : 60 – 100
x/menit)
S : 36,5 C (N : 35,5 – 36,5)
RR : 18x/ menit (N : 18 –
24x/menit)
 Klien tampak terdapat tanda
tanda hiperglikemia seperti
polidipsi dan polifagia
 Hasil GDS klien pada tanggal
29 September 2019 :
Pukul 11.00 : 305 g/dl
Pukul 17.00 : 287 g/dl
 Klien tampak rutin
mengkonsumsi obat
Metformin sejak 2 tahun yang
lalu 1 x 500 mg PO setelah
makan dan rutin melakukan
kontrol

3 Ds : Efek prosedur Risiko


 Klien mengatakan tidak ada invasif (Post op Infeksi
nyeri pada luka bekas operasi Creaniotomi)
Do :
 Keadaan umum : sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 TTV klien :
TD : 150/100 mmHg
(N : Sistolik : 110 – 130
Diastolik : 70 – 90)
N: 90 x/menit (N : 60 – 100
x/menit)
S : 36,5 C (N : 35,5 – 36,5)
RR : 18x/ menit (N : 18 –
24x/menit)
 Kondisi pemasangan infus
klien tampak Baik, tidak ada
bengkak, tidak ada phlebitis,
tetesan infus tidak macet 14
tpm, IVFD terpasang pada
metacarpal dextra, cairan
NaCl 0,9 % 500 ml/ 12 jam
 Klien tampak terdapat luka
post op craniotomy hari ke 7,
panjang luka 18 cm dibagian
kepala sebelah kanan, jahitan
tampak rapi
 Tidak tampak adanya tanda-
tanda infeksi, tidak keluarnya
ciran dari dalam luka
 Hasil Laboratorium :
Hemoglobin : 10, 8 g/dl
Hematokrit :33 %
Leukosit : 11,0 Ribu / ul
(Tinggi)
Eritrosit : 4,30 Juta/ ul
Trombosit 318 Ribu/ul
 Hasil CT- Scan pada tanggal
21 September 2019 yaitu :
Pendarahan intraparenkim di
thalamus kanan hingga
sebagian kapsula interna dan
perdarahan hingga
intraventrikuler III dan
intraventrikuler bilateral.
Terdapat atrofi ringan di lobus
frontal bilateral

4 DS : Gangguan Gangguan
 Klien mengatakan merasa Neuromuskular, Mobilitas
lemas dan sulit menggerakan penurunan Fisik
tubuh bagian kiri kekuatan otot
DO :
 Keadaan Umum : Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 TTV klien :
TD : 150/100 mmHg
(N : Sistolik : 110 – 130
Diastolik : 70 – 90)
N: 90 x/menit (N : 60 – 100
x/menit)
S : 36,5 C (N : 35,5 – 36,5)
RR : 18x/ menit (N : 18 –
24x/menit)
 Klien mengalami hemiparase
sinistra
 Klien tampak kesulitan dalam
menggerakkan
ekstremitasnya dan harus
dibantu
 Kekuatan otot klien
5555 3332
5555 3322
 Tidak tampak adanya
kontraktur, deformitas atau
kelainan pada tulang lainnya
 Klien tampak ADL dibantu
oleh keluarga dan perawat
 Reflek babinsky klien :
Ektremitas kiri (+)
Ekstremitas kanan (-)
 Reflek patella
Ektremitas kiri (-)
Ekstremitas kanan (+)
5 DS : Gangguan Gangguan
 Klien mengatakan sulit untuk Motorik Komunikasi
berbicara dengan jelas karena Berbicara Verbal
lidahnya yang pelo
DO :
 Keadaan Umum : Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Klien tampak lebih sering
menggunakan bahasa isyarat
dengan menunjuk,
menangguk atau menggeleng
 Klien tampak sulit
menggunakan ekspresi pada
wajah
 Klien tampak mengalami
dysatria
 Klien tampak berbicara pelo
dan suara tidak begitu jelas
 Klien mengalami adanya
perubahan di wajah tampak
bibir klien miring kekanan
dan tampak ada deviasi lidah
kearah kiri
 Pada pemeriksaan 12 Saraf
Kranial tampak terjadi
beberapa masalah yaitu pada
Nervous VII (Fasialis) dan N
ervous XII (Hipoglosus
deviasi lidah kekiri

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Klien / umur :Ny. S / 45 tahun No. Register : 4429107

Ruangan / No. Kamar : Lt. 5 Gedung A / 517

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf


Dx (Berdasarkan Prioritas) Ditemukan Teratasi &
nama
1 Risiko Perfusi Serebral tidak efektif Senin, 29 Risiko Dian
dibuktikan dengan Edema serebri September Tidak Nurla
hemisfer kanan dan Hipertensi 2019 menjadi ela
Aktual
2 Ketidakstabilan kadar glukoda darah Senin, 29 Belum Dian
berhubungan dengan gangguan toleransi September Teratasi Nurla
gula darah ditandai dengan Klien tampak 2019 ela
lemas, Klien tampak terdapat tanda
tanda hiperglikemia seperti polidipsi dan
polifagia, Hasil GDS klien pada tanggal
29 September 2019 :Pukul 11.00 : 305
g/dl dan Pukul 17.00 : 287 g/dl. Klien
tampak rutin mengkonsumsi obat
Metformin sejak 2 tahun yang lalu dan 1
x 500 mg PO setelah makan dan rutin
melakukan control.

3 Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan Senin, 29 Risiko Dian


dengan gangguan neuromuskuler, September belum Nurla
penurunan kekuatan otot ditandai dengan 2019 menjadi ela
klien mengalami kelemahan pada bagian aktual
tubuh kiri (hemiparase sinistra) dan sulit
untuk digerakkan, Kekuatan otot klien
5555 3332
3332 3332
Klien tampak ADL dibantu oleh
keluarga dan perawat, Reflek babinsky
klien ,Ektremitas kiri (+) dan
Ekstremitas kanan (-),Reflek patella
klienEktremitas kiri (-) dan Ekstremitas
kanan (+)

4 Risiko Infeksi dibuktukan dengan Senin, 29 Belum Dian


adanya tindakan prosedur invasif (post September teratasi Nurla
op craniotomi) 7 hari 2019 ela

5 Gangguan Komunikasi Verbal Senin, 29 Belum Dian


berhubungan dengan Gangguan Motorik September teratasi Nurla
berbicara ditandai dengan Klien tampak 2019 ela
sulit menggunakan ekspresi pada wajah,
Klien tampak mengalami dysatria, Klien
tampak berbicara pelo dan suara tidak
begitu jelas, Klien mengalami adanya
perubahan di wajah tampak bibir klien
miring kekanan dan tampak ada deviasi
lidah kearah kiri, Pada pemeriksaan 12
Saraf Kranial tampak terjadi beberapa
masalah yaitu pada Nervous VII
(Fasialis) dan N ervous XII (Hipoglosus
deviasi lidah kekiri.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Nama Klien / umur :Ny. S / 45 tahun No. Register : 4429107

Ruangan / No. Kamar : Lt. 5 Gedung A / 517

No Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan Paraf


Dx &
nama
1 Tujuan : Mandiri
Klien dapat menunjukan 1. Ukur tanda – tanda vitalklien Dian
risiko perfusi cerebral tidak setiap 8 jam nurlael
menjadi efektif setelah 2. Kaji Status Neurologik klien a
dilakukan asuhan 3. Kaji Tingkat kesadaran klien
keperawatan dalam waktu 3 x GCS
24 jam, dengan 4. Kaji reaksi pupil, ukuran , respon
Kriteria Hasil : cahaya, dan pergerakan pada
 Kesadaran klien mata
Composmentis Kriteria 3 5. Pertahankan kepala ditempat tidur
–5 30° - 45° dengan posisi leher
(Normal : 1 = Menurun tidak menekuk atau fleksi
2 = cukup, 3 = sedang, 4 6. Anjurkan klien untuk tidak
= menurun, 5 = menekuk lututnya dan mengejan
meningkat) 7. Kaji adanya peningkatan TIK
 Sakit Kepala Menurun
 Tidak ada peningkatan Kolaborasi
tekanan intrakranial : 1. Kolaborasi dengan dokter terkait
muntah (-), mual (-), pemberian obat-obat yang sesuai
papil edema (-) dengan program terapi klien :
 GCS klien = 15 1. Paracetamol 3 x 500 mg (bila
(Normal : E=4 M=6 perlu) PO, pukul 06.00,
V=5) 12.00 dan 18.00
 Tanda Tanda Vital Klien 2. Amlodipine 1 x 10 mg PO
Sistolik (N : 110-130 pada pukul 06.00
mmHg) kriteria = 3. Bisoprolol 1 x 2,5 mg PO
membaik pada pukul 06.00
Diastolik (N : 70-90 4. Asam Folat 2 x 1 mg PO Dian
mmHg) pada pukul 06.00 dan 12.00 nurlael
Kriteria = membaik 5. Vitamin K 3 x 10 mg IV drip a
N : 60 – 100x/menit pada puku 06.00 , 12.00 dan
RR : 18 -24 x/menit 18.00
Suhu : 35,5 – 36,5 C 6. Aspar K 3 x 1 tab PO pada
pukul 06.00, 12.00 dan 18.00
2 Tujuan : Mandiri
Klien dapat menunjukan 1. Monitor penyebab Dian
Kadar glukosa darah stabil hiperglikemia Nurlael
setelah dilakukan asuhan 2. Monitor kadar gula a
keperawatan dalam waktu 3 x dara sewaktu per 12
24 jam demgan jam
Kriteria Hasil : 3. Monitor intake dan
a. Kesadaran klien output cairan
Composmentis Kriteria 3 4. Monitor kadar analisa
– 5 (Normal : 1 = gas darah, dan
Menurun2 = cukup, 3 = elektrolit
sedang, 4 = menurun, 5 5. Monitor Tanda dan
= meningkat) gejala hiperglikemia
b. Lesu Menurun (Kriteria seperti poliuri polifagi
1 = meningkat, 2 = dan polidipsi
Cukup meningkat, 3 =
sedang, = cukup Kolaborasi
menurun, 5 = menurun) Kolaborasi dengan dokter terkait
c. Tidak ada tanda – tanda pemberian obat-obat yang sesuai
hiperglikemia seperti dengan program terapi klien :
Polidipsi , polifagia, dan 1. Pemberian insulin novorapid
poliuri 4 unit via sc pukul 06.00 dan
d. GDS klien dalam 18.00
rentang normal (100 –
200 g/dl)
3 Tujuan :
Klien dapat menunjukkan Mandiri Dian
mampu melakukan aktivitas 1. Identifikasi adanya nyeri atau nurlael
fisik yang sesuai dengan kelihan fisik lainnya saat a
kemampuannya setelah bergerak
dilakukan asuhan 2. Monitor frekuensi jantung
keperawatan dalam waktu 3 x dan tekanan darah sesudah
24 jam dengan dan sebelum mobilisasi
Kriteria Hasil 3. Monitor kondisi umum klien
a. Tidak adanya 4. Kaji kemampuan motorik
kontraktur , klien
deformitas dan 5. Ubah posisi tiap 2 – 4 jam
kelainan pada tulang sekali
b. Klien dapat 6. Cegah terjadinya cedera
menggerakan secara selama latian rentang gerak
perlahan tubuh bagian Edukasi Dian
kiri 1. Berikan pendidikan nurlael
c. Klien dapat kesehatan mengenai Latian a
memenuhi kebutuhan Gerak Sendi (ROM)
ADL dengan 2. Anjurkan klien melakukan
menunjukan kriteria latian Gerak sendi (ROM) 2
1-5 ( 1 = menurun, 2 – 4 x per hari
= cukup menurun, 3 =
sedang, 4 = cukup Kolaborasi
meningkat, 5 = 1. Kolaborasi dengan fisioterapi
meningkat untuk mengembangkan latian
d. Kekuatan otot klien fisik pda klien
meningkat
5555 4444
5555 4443
e. Reflek Patologis klien
: Babinsky (–) pada
ektremitas kanan dan
kiri
f. Reflek patella (+)
pada kedua ektremitas
g. TTV dalam rentang
normal
Sistolik (N : 110-130 mmHg)
kriteria = membaik Diastolik
(N : 70-90 mmHg Kriteria =
membaik
N : 60 – 100x/menit
RR : 18 -24 x/menit
Suhu : 35,5 – 36,5 C

4 Tujuan : Mandiri
Klien dapat menunjukan tidak 1. Monitor lokasi insisi adanya Dian
terjadinya infeksi selama kemerahan, bengkak atau Nurlael
dilakukan asuhan tanda-tanda dehisen atau a
keperawatan dalam waktu 3 x eviserasi
24 jam dengan 2. Monitor tanda dan gejala
Kriteria Hasil : infeksi local dan sistemik
1. TTV dalam rentang 3. Monitor tanda – tanda vital
normal Sistolik (N : 110- klien setiap 8 jam
130 mmHg) kriteria = 4. Monitor karakteristik luka
membaik post op carniotomy ( warna,
Diastolik (N : 70-90 ukuran , bau )
mmHg) 5. Ganti balutan sesuai jadwal
Kriteria = membaik 6. Pasang balutan sesuai jenis
N : 60 – 100x/menit luka
RR : 18 -24 x/menit 7. Pertahankan teknik steril saat
Suhu : 35,5 – 36,5 C melakukan perawatan luka
2. Tidak adanya tanda
tanda infeksi seperti Kolaborasi
Tumor (membengkak), Kolaborasi dengan dokter terkait
Calor (panas), Dolor pemberian obat-obat yang sesuai
(sakit), rubor (merah) dengan program terapi klien
dan fungsio laesa 8. Ceftriaxone 1 x 2 gr IV drip,
( fungsi terganggu) pukul 12.00 WIB
3. Tidak ada plebitis pada
área pemasangan infus
klien
4. Kondisi luka membaik
(kriteria 1 = menurun, 2
= cukup menurun, 3 =
sedang, 4 = cukup
meningkat, 5 =
meningkat)
5. Hasil lab dalam rentang
normal :
Hemoglobin : 11,7 –
15,0 g/dl
Hematokrit : 33 – 45 %
Leukosit : 5,0 – 10,0
ribu/ul
Eritrosit : 3,80 – 5,20
juta/ul
Trombosit : 150 – 440
ribu/ul
5 Tujuan Mandiri Dian
Klien dapat menunjukan 1. Monitor Kemampuan Nurlael
adanya peningkatan dalam komunikasi klien a
berkomunikasi secara verbal 2. Monitor kecepatan, tekanan,
atau non verbal setelah kuantitas, volume bicara
dilakukan asuhan 3. Monitor adanya perasaan
keperawatan dalam waktu 2 x frustasi marah dan depresi
24 jam, dengan 4. Identifikasi perilaku
Kriteria Hasil : emosional dan fisik sebagai
1. Klien mampu bentuk komunikasi
berkomunikasi secara 5. Gunakan metode alternatif
efektif secara verbal (misalnya : menulis,
dan non verbal berkedip, isyarat tangan )
2. Klien mampu 6. Berikan dukungan psikologis
mengekspresikan diri
apa yang sedang Edukasi
dialami dan 1. Anjurkan bicara perlahan
memahami orang lain
3. Disatria Mengalami
penurunan (Kriteria :
1 = meningkat, 2 =
cukup meningkat, 3 =
sedang, 4 =cukup
menurun, 5 =
menurun)
4. Respon klien
meningkat

IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama Klien / umur :Ny. S / 45 tahun No. Register : 4429107

Ruangan / No. Kamar : Lt. 5 Gedung A / 517


Hari, No Paraf &
Tanggal, Dx Tindakan Keperawatan , Respon / Hasil nama
Jam
Senin, 29
Septembe
r 2019
1,2,3 Melakukan pemeriksaan Tanda- Tanda Vital pada Dian
10.00
klien Nurlael
Hasil : TD : 150/100 mmHg, N: 90x/menit, rr : a
18x/menit
S : 36,5
Respon : Keadaan Umum klien tampak Baik, Klien
mengatakan merasa lemah pada tubuh bagian kirinya
4
11.00
Mengkaji adanya tanda-tanda infeksi klien
Hasil : Tidak ada tanda – tanda infeksi seperti kalor,
rubor, dolor, tumor dan fungsio laesa Dian
1, 3 Nurlael
11.25
Menkaji pergerakan gerak sendi klien terutama pada a
bagian tubuh yang lemah
1,3 Hasil : Klien tampak terdapat hemiparase sinistra
12.00
Memberikan Terapi obat sesuai dengan instruksi Dian
dokter, yaitu : Ceftriaxon 2 gr Via IV Drip, Vitamin K Nurlael
10 mg PO, Asam Folat 1 mg PO a
Hasil : Obat telah diberikan, masuk dengan lancar dan
1, 3
13.00 tidak ada tanda-tanda adanya alergi pada obat

Menganjukan klien untuk posisi semi fowler 30° dan Dian


3 menganjurkan klien untuk mengubah posisi tiap 2 jam Nurlael
14.00 Hasil: Klien tampak nyaman dengan posisi semi a
fowler, tidak ada pusing, tidak ada peningkatan TIK
Mengkaji kekuatan otot klien
Hasil : Tampak terdapat kelemahan , kekuatan oto
klien :
5 5555 3332 , tidak tampak adanya kelainan
14.30 3332 3332 pada tulang, tidak ada deformitas Dian
dan kontraktur Nurlael
a
Memonitor kecepatan, tekanan, kuantitas, volume
3 bicara
15.00
Hasil: Klien tampak berbicara peli, suara tidak jelas,
dan tampak terlalu cepat dan keras saat berbicara
Mengganti cairan infus klien dengan NaCl 0,9% 50 cc Dian
/ 12 jam, 14 tpm dan memonitoring tempat lokasi Nurlael
pemasangan infus a
1,3 Hasil: Cairan infus telah diganti, tidak ada tanda tanda
16.00 adanya phlebitis, tidak da bengkak , dan jadwalkan
ganti lokasi pemasangan 3x/hari

Melakukan handover dari dinas pagi ke dinas sore


1,2,3 Dian
17.00 Mengubah posisi klien tiap 2 jam sekali, menjadi Nurlael
posisi miring kekanan a
Hasil : klien mengatakan nyaman dengan posisi
2 seperti ini, tidak ada pusing ataupun nyeri
17.30
Mengambil sampel darah klien untuk dilakukan
pemeriksaan darah lengkap, dan elektrolit klien Dian
2 Hasil : Sampel telah diambil dengan sekali penusukan Nurlael
18.00 saja, klien tampak meringis, tidak ada hematoma a

Melakukan pengukuran Gula Darah sewaktu


Hasil : GDS klien : 215 g/dl
1,2,3,4
18.30
Memberikan terapi insulin sesuai dengan program
terapi yaitu 4 unit
4 Hasil : Insulin telah diberikan pada daerah umbilikus, Perawat
20.00 klien tidak tampak adanya tanda-tanda alergi, dinas
sore
Memberikan terapi obat sesuai dengan program yaitu
Vitamin K 10 mg Via drip, Aspar K 1 tab PO
5 Hasil : Obat telah diberikan, tidak ada tanda-tana
20.30 adanya alergi pada obat Perawat
dinas
Menganjurkan klien untuk melakukan latian gerak sore
sendi besok pagi
Hasil : Klien mengangguk setuju dan keluarga siap
membantu dan memberikan dukungan terhadap pasien Perawat
dinas
Memberikan motivasi kepada klien untuk melakukan
1,2,3,4 sore
aktivitas dan mengontrol latian berbicara secara
21.00
perlahan Perawat
Hasil: klien tampak lebih mengontrol suaranya agar dinas
terdengar lebih jelas, dan keluarga mengatakan akan sore
melatih kemampuan klien
Melakukan Hand Over dari dinas siang ke dinas
malem Perawat
dinas
1 Mengukur Tanda- Tanda Vital Klien sore
22.00
Hasil : TD : 160/90 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,3 C
dan RR : 20x/menit
Respon : Klien tampak masih lemas, klien tampak
Perawat
3 mengikuti arahan perawat untuk merubah posisi setiap
24.00 dinas
2 jam sekali dan sedikit menggerakan ekstremitas
sore
secara perlahan

Perawat
Memonitoring GCS klien berulang
2 dinas
02.00 Hasil : tampak kesadaran klien sedang, GCS : E=4
sore
M=5 V=6, pupil mata isokor, reaksi terhadap cahaya
(+) pada mata kanan dan kiri . pupil berukuran ±3mm

Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik


Hasil : tidak tampak adanya tanda- tanda infeksi, klien
1,2,3,4 tidak tampak adanya nyeri pada bagian luka post op
03.00
craniotomi, luka post op tertutup dengan kassa, kassa
tampak bersih dan tidak ada cairan yang keluar dari Perawat
dalam luka dinas
malam
1,2,3,4 Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia
06.00 Hasil : klien mengatakn suka terbangun untuk BAK
pada malam hari, dan Klein mengatakan cepat merasa
haus, klien tampak lemas , dan tidak ada polifagi

Mengganti cairan infus klien dengan NaCl 0,9% 500 Perawat


ml/24 jam 14 tpm, memonitoring lokasi pemasangan dinas
infus malam
1,2 Hasil : Cairan infus sudah diganti, tidak tampak
07.00 adanya tanda dan gejala plebitis, tidak ada nyeri pada
Perawat
lokasi pemasangan infus, tidak ada bengkak
dinas
Memberikan terapi obat sesuai dengan instruksi dokter mala
yaitu Amlodipin 10 mg PO, Bisoprolol 2,5 mg PO,
Vitamin K 10 mg IV drip, Aspar K 1 Tab PO, Asam
Folat 1 mg PO dan Insulin Novorapid 4 unit Perawat
Hasil : Obat telah diberikan , tidak ada tanda-tanda dinas
alergi pada obat tidak ada munculnya efek samping malam
pada obat
Perawat
dinas
Memonitoring balance cairan klien malam
Hasil : Intake : 3100 ml, Output : 1750 dan IWL :
15 X kgBB = 15 x 60 = 900
Balance Cairan (Normal : ±200 cc) : Intake – (Output
+ IWL) =3100 – 1750+900
= 3100 – 2650 = +450 cc
Selasa,
30 Melakukan Hand over dinas malam dengan dinas
Septemb pagi
Dian
er 2020 1,2,3,4 Melakukan pengukuran tanda-tanda vital klien nurlaela
08.00 ,5 Hasil : TD : 140/90 mmHg , N: 75x/menit, RR :
19x/menit dan Suhu : 36,4 C
Dian
09.00 1,3,4,5 Mengganti balutan luka post op klien
nurlaela
Hasil : Luka tampak membaik, tidak ada tanda-tanda
infeksi seperti kalor, rubor, dolor, tumor dan fungsio
laesea, Ukuran ±18 cm pada kepala bagian kanan,
tidak tampak adanya cairan yang keluar dari luka.
Luka telah bersih, klien tampak nyaaman Dian
09.30 nurlaela
5
Memberikan motivasi kepada klien untuk mencoba
melatik bicara secara perlahan dan melakukan
pergerakan aktivitas ringan
Dian
Hasil : Klien mengikuti arahan perawat dengan baik
10.00 4 nurlaela
Membantu melakukan latihan gerak sendi dan dibantu
oleh ahli fisioterapis
Hasil: Klien mendengarkan instruksi yang diberikan
oleh perawat dan fisioterapis, klien melakukan ROM
pasif pada paha dan ROM aktif pada tangan , kekuatan
otot klien pada ektremitas atas kiri 4443, ektremitas
atas kanan 5555, ekstremitas bawah kiri 3333 dan
ektremitas bawah kanan 5555.
1,2,3,4 Respon : Klien mengatakan tidak ada pusing, dan
11.00 Dian
,5 merasa lelah sedikit nurlaela

Mengukur TTV Setelah melakukan latian gerak sendi


12.00 Hasil : TD : 130/90 mmHg, N :89x/menit, rr :
12,3,4,
21x/menit, S :36,5 C, Dian
5
nurlaela
Memberikan Terapi obat sesuai dengan instruksi
dokter, yaitu : Ceftriaxon 2 gr Via IV Drip, Vitamin K
1 10 mg PO, Asam Folat 1 mg PO
12.30
Hasil : Obat telah diberikan, masuk dengan lancar dan
Dian
tidak ada tanda-tanda adanya alergi pada obat
nurlaela
Menganjukan klien untuk posisi semi fowler 30° dan
1,2,3,4 menganjurkan klien untuk mengubah posisi tiap 2 jam
15.00 ,5 Hasil: Klien tampak nyaman dengan posisi semi Dian
fowler, tidak ada pusing, tidak ada peningkatan TIK nurlaela

Mengganti cairan infus klien dengan NaCl 0,9% 50 cc


/ 12 jam, 14 tpm dan memonitoring tempat lokasi
pemasangan infus
1,4 Hasil: Cairan infus telah diganti, tidak ada tanda tanda
16.00 Perawat
adanya phlebitis, tidak da bengkak , dan jadwalkan
dinas
ganti lokasi pemasangan 3x/hari
sore
Melakukan handover dari dinas pagi ke dinas sore
1,2,3
17.00 Perawat
Mengubah posisi klien tiap 2 jam sekali, menjadi
dinas
posisi miring kekanan
sore
Hasil : klien mengatakan nyaman dengan posisi
seperti ini, tidak ada pusing ataupun nyeri
2
17.40 Mengambil Hasil Laboratorium darah klien tanggal 30 Perawat
Sepetember 2019 dinas
Hasil : Hemoglobin : 11,00 g/dl (Normal), Hematokrit sore
2 38% (Normal), Leukosit 10,8 Ribu/ul (Tinggi),
18.00
Eritrosit 5,0 Juta/ul (Normal), Trombosit 245 Ribu/ul
(Normal)
Perawat
1,3,4,5 Melakukan pengukuran Gula Darah sewaktu dinas
18.10 Hasil : GDS klien : 250 g/dl sore

Memberikan terapi insulin sesuai dengan program


terapi yaitu 4 unit Perawat
Hasil : Insulin telah diberikan pada daerah umbilikus, dinas
klien tidak tampak adanya tanda-tanda alergi, sore
1,2,3,4
20.00 Memberikan terapi obat sesuai dengan program yaitu
.5
Vitamin K 10 mg Via drip, Aspar K 1 tab PO
Hasil : Obat telah diberikan, tidak ada tanda-tana
adanya alergi pada obat Perawat
dinas
Melakukan Hand Over dari dinas siang ke dinas malem
2 malem
21.00
Mengukur Tanda- Tanda Vital Klien
Perawat
Hasil : TD : 130/70mmHg, N : 75x/menit, S : 36,4 C
dinas
dan RR : q8x/menit
1,2,3,4 malem
Respon : Klien tampak masih lemas, klien tampak
24.00 ,5 mengikuti arahan perawat untuk merubah posisi setiap
2 jam sekali dan sedikit menggerakan ekstremitas
secara perlahan Perawat
dinas
Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia malem
2 Hasil : klien mengatakn suka terbangun untuk BAK
05.30 pada malam hari, dan Klein mengatakan cepat merasa
haus, klien tampak lemas , dan tidak ada polifagi
1,2,3,4 Mengganti cairan infus klien dengan NaCl 0,9% 500
06.00 ,5 ml/24 jam 14 tpm, memonitoring lokasi pemasangan
infus
Hasil : Cairan infus sudah diganti, tidak tampak Perawat
adanya tanda dan gejala plebitis, tidak ada nyeri pada dinas
lokasi pemasangan infus, tidak ada bengkak malem

Mengecek GDS klien


2 Hasil : 220 g/dl
07.00

Memberikan terapi obat sesuai dengan instruksi dokter


yaitu Amlodipin 10 mg PO, Bisoprolol 2,5 mg PO,
Vitamin K 10 mg IV drip, Aspar K 1 Tab PO, Asam Perawat
Folat 1 mg PO dan Insulin Novorapid 4 unit dinas
Hasil : Obat telah diberikan , tidak ada tanda-tanda malem
alergi pada obat tidak ada munculnya efek samping
pada obat

Memonitoring balance cairan klien


Hasil : Intake : 2950 Output : 1550 IWL : 15 X
kgBB = 15 x 60 = 900 Balance Cairan (Normal :
±200 cc) : Intake – (Output + IWL)
= 2950 – 1800+900
= 2950 – 2700= +250
Rabu, 01
Oktober Melakukan Hand Over Dinas Malam dengan
2019 Dinas Pagi
1,2,3,4 Melakukan pengukuran tanda-tanda vital klien Perawat
08.00
,5 Hasil : TD : 130/90 mmHg , N: 75x/menit, RR : Dinas
19x/menit dan Suhu : 36,4 C Pagi

09.00 Mengkaji tingkat kesadaran, status neurologis dan Perawat


1 dinas
keadaan pupil
Hasil : Keadaan umum klien : sedang, kesadaran pagi
umum : compos mentis, GCS klien : E =4 M= 6 V=5.
Tampak tidak ada peningkatan TIK , tidak ada mual,
muntah dan papil edema, pupil isokor kanan dan kiri,
ukuran pupil± 3 mm. Reflek pupil (+) kana dan kiri,
lapang pandang baik, reflek kornea baik.
Respon klien tampak kooperatif dan mengikuti arahan
Perawat
10.00 perawat dengan benar
5 dinas
Melatih ulang kemampuan klien untuk bicara pagi
Hasil : Klien tampak berbicara perkata dan suara
tampak belum jelas, klien termotivasi apa yang
11.00 diucapkan perawat, klien tampak ingin berusa sembuh
1
Mempertahankan klien dalam posisi semi fowler 30-
45° Perawat
12.00 Hasil : Klien tampak nyaman, tidak ada pusing , nyeri dinas
1,2,3,4 pada kepala, dan tidak ada mual serta muntah pagi

Memberikan Terapi obat sesuai dengan instruksi


dokter, yaitu : Ceftriaxon 2 gr Via IV Drip, Vitamin K Perawat
10 mg PO, Asam Folat 1 mg PO dinas
13.00 Hasil : Obat telah diberikan, masuk dengan lancar dan pagi
1,4
tidak ada tanda-tanda adanya alergi pada obat
Perawat
14.00 dinas
1,2,3,4 Mengunah posisi klien miring kekiri dan kenanan
setiap 2 jam sekali pagi
Hasil : klien tampak mengikuti arahan perawat

MengAff infus klien dan mengganti lokasi penusukan


serta Mengganti cairan infus klien dengan NaCl 0,9%
500 ml/24 jam 14 tpm, memonitoring lokasi
15.00 3 pemasangan infus
Hasil : Cairan infus sudah diganti, tidak tampak Dian
adanya tanda dan gejala plebitis, tidak ada nyeri pada nurlaela
lokasi pemasangan infus, tidak ada bengkak,

Melakukan ROM latian gerak sendi pada klien dan


memberikan penkes kepada klien mengenai Dian
pentingnya Nurlael
Latian Gerak aktif ROM untuk masa penyembuhan a
kepada klien
Hasil : klien tampak mengikuti instruksi perawatn
dengan benar, tidak tampak adanya kelainan tulang Dian
pada klien, tidak ada deformitas, kontraktur dll, nurlaela
kekuatan otot kliem pada ekstremitas atas kanan 5555,
18.00 1,2,3,4
dan ekstremitas atas kiri 3444 dan ektremitas bawah
,5 Dian
bagian kiri 3333 dan ekstremitas bawah kanan 5555
Nurlael
a
5
18.10 Melakukan Handover dinas pagi dengan dinas sore

Melakukan pengukuran tanda-tanda vital klien Dian


Hasil : TD : 140/80 mmHg , N: 85x/menit, RR : Nurlael
20.00 20x/menit dan Suhu : 36,5C a
Respon : klien mengatakan lemas berkurang tapi
masih sulit untuk menggereakkan tubuh bagian kiri Dian
Nurlael
Mengecek gula darah klien dan memonitoring tanda-
a
tanda hiperglikemia
Hasil : Gds : 300 g/dl
Respon :klien mengatakan lemasa berkurang, tampak
terdapat polidipsi dan poliuri tetapi tidak ada polifagia

Memberikan terapi insulin sesuai dengan program


terapi yaitu 4 unit
Hasil : Insulin telah diberikan pada daerah umbilikus,
klien tidak tampak adanya tanda-tanda alergi,

Memberikan terapi obat sesuai dengan program yaitu


Vitamin K 10 mg Via drip, Aspar K 1 tab PO
Hasil : Obat telah diberikan, tidak ada tanda-tana
adanya alergi pada obat
Memotivasi kemampuan bicara klien dengan keluarga
untuk melakukan komunikasi aktif dan memberitahu
keluarga untuk berpartisipasi aktif
Hasil: klien tampak termotivasi apa yang perawat
katakan, keluarga tampak berperan aktif membantu
klien

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien / umur :Ny. S / 45 tahun No. Register : 4429107

Ruangan / No. Kamar : Lt. 5 Gedung A / 517

No Hari, Paraf &


Dx Tanggal, Evaluasi hasil (SOAP) nama
Jam
1 Selasa, S Dian
30  Klien mengatakan lemas dan susah untuk nurlaela
Oktober menggerakan tubuh bagian kirinya
2019  Klien mengatakan kepala terasa pusing dan
kadang terasa nyeri tapi tidak sering
O:
 Keadaan Umum : Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Hasil TTV Klien :
TD : 160/90 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,3
C dan RR : 20x/menit
 Tidak terjadi tanda – tanda adanya
peningkatan TIK seperti mual, muntah dan
papil edema
 pupil mata isokor, reaksi terhadap cahaya (+)
pada mata kanan dan kiri, pupil berukuran
±3mm, reflek kornea baik
 Klien mengalami hemiparase sinistra
 Klien mengalami adanya perubahan di wajah
tampak bibir klien miring kekanan
 Klien mengalami perubahan pada saat
berbicara, suara tidak terlalu jelas dan lidah
tampak pelo
 Pada pemeriksaan 12 Saraf Kranial tampak
terjadi beberapa masalah yaitu pada Nervous
VII (Fasialis) dan N ervous XII (Hipoglosus
deviasi lidah kekiri)
 Kekuatan otot klien

5555 3332
5555 3332
 Klien post op craniotomy hari ke 7 setelah
2
observasi icu Dian
A : Masalah keperawatan : risiko perfusi cerebral Nurlael
tidak efektif belum teratasi dan masih menjadi risiko a
P : Intervensi dilanjutkan

S:
 Klien mengatakan badan masih terasa lemas,
dan tubuhn bagian kiri susah untuk
digerakkan
 Klien mengatakan terkena diabetes militus
sejak 2 tahun yang lalu
 Klien mengatakan memiliki riwayat diabetes
militus dari ibunya
O:
 Klien tampak lemas
 TTV klien :
 Hasil TTV Klien :
TD : 160/90 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,3 C
dan RR : 20x/menit
 Klien tampak terdapat tanda tanda
hiperglikemia seperti polidipsi, polifagia dan
poliuria
 Hasil GDS klien pada tanggal 29 September
3 2019 :
Pukul 11.00 : 305 g/dl
Pukul 17.00 : 287 g/dl
Insulin novorapid 2 x 4 unit telah diberikan
sebelum makan pagi dan sore
A : Masalah keperawatan : ketidakstabilan kadar
glukosa darah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

S:
 Klien mengatakan masih merasa lemas dan
Dian
sulit menggerakan tubuh bagian kiri
Nurlael
a
O:
 Keadaan Umum : Sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 TTV klien :
TD : 160/90 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,3 C dan
RR : 20x/menit
 GCS klien 15 E=4 M=6 V=5
 Klien mengalami hemiparase sinistra
 Klien tampak kesulitan dalam
menggerakkan ekstremitasnya dan
harus dibantu
 Kekuatan otot klien
5555 3332 Dian
4 5555 3332 Nurlael
 Tidak tampak adanya kontraktur, a
deformitas atau kelainan pada tulang
lainnya
 Klien tampak ADL dibantu oleh
keluarga dan perawat
 Reflek babinsky klien :
Ektremitas kiri (+)
Ekstremitas kanan (-)
 Reflek patella
Ektremitas kiri (-)
Ekstremitas kanan (+)
A : Masalah Keperawatan : Gangguan Mobilitas
Fisik belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
S:
 Klien mengatakan tidak ada nyeri
pada luka bekas operasi
O:
 Keadaan umum : sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 TTV klien :
TD : 160/90 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,3 C dan
RR : 20x/menit
 Kondisi pemasangan infus klien
tampak Baik, tidak ada bengkak, tidak ada
5 phlebitis, tetesan infus tidak macet 14 tpm,
IVFD terpasang pada metacarpal dextra,
cairan NaCl 0,9 % 500 ml/ 12 jam
 Klien tampak terdapat luka post op
craniotomy hari ke 7, panjang luka 18 cm
dibagian kepala sebelah kanan, jahitan tampak Dian
rapi Nurlael
 Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi, a
tidak keluarnya ciran dari dalam luka
 Hasil Laboratorium tanggal 28 September
2019
Hemoglobin : 10, 8 g/dl (normal)
Hematokrit :33 % (normal)
Leukosit : 11,0 Ribu / ul (Tinggi)
Eritrosit : 4,30 Juta/ ul (normal)
Trombosit 318 Ribu/ul (normal)
A : Masalah risiko infeksi belum teratasi dan masih
menjadi risiko
P : Intervensi dilanjutkaan

S:
Klien mengatakan sulit untuk berbicara dengan jelas
karena lidahnya yang pelo
O:
 Keadaan Umum : Sedang
 TTV klien :
TD : 160/90 mmHg, N : 80x/menit, S : 36,3
C dan RR : 20x/menit
 Kesadaran : Compos Mentis
 Klien tampak lebih sering menggunakan
bahasa isyarat dengan menunjuk, menangguk
atau menggeleng
 Klien tampak sulit menggunakan ekspresi
pada wajah
 Klien tampak mengalami dysatria
 Klien tampak berbicara pelo dan suara tidak
begitu jelas
 Klien mengalami adanya perubahan di wajah
tampak bibir klien miring kekanan dan
tampak ada deviasi lidah kearah kiri
 Pada pemeriksaan 12 Saraf Kranial
tampak terjadi beberapa masalah
yaitu pada Nervous VII (Fasialis)
dan N ervous XII (Hipoglosus
deviasi lidah kekiri
A : Maasalah Keperawatan : Gangguan Komunikasi
Verbal belum teratasi
P : Intervensi Dilanjutkan

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien / umur :Ny. S / 45 tahun No. Register : 4429107

Ruangan / No. Kamar : Lt. 5 Gedung A / 517

No Hari, Paraf &


Dx Tanggal, Evaluasi hasil (SOAP) nama
Jam
1 Rabu, 1 S Dian
Oktober  Klien mmengatakan masih merasa sulit Nurlaela
2019 untuk menggerakkan tubuh bagian kirinya
 Klien mengatakan tidak ada pusing, mual
ataupun muntah
O
 Kesadaran : composmentis, keadaan umum
klien : sedang (kriteria: 4 cukup membaik)
 Akral teraba hangat, CRT 2 detik
 Pupil isokor 2 mm, reaksi cahaya postif pada
pupil kanan dan kiri +/+
 Tidak terjadi peningkatan TIK (tidak ada
mual muntah, papil edema tidak ada) (4
cukup membaik)
 Klien mengalami kelemahan pada
ekstremitas atas dan bawah sinistra
 Wajah klien tampak lebih kekanan
(mencong), bicara klien pelo
 Kekuatan otot klien
5555 4443
5555 3333
 Hasil TTV klien : TD 140/ 105 mmHg, N 80 Dian
x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, Irama nurlaela
2 teratur, nadi teraba kuat (kriteria 3 sedang)
A : masalah keperawatan : risiko perfusi serebral tidak
efektif pada klien masih menjadi risiko
P :Intervensi dilanjutkan

S:
 Klien mengatakan badan masih terasa lemas,
dan tubuh bagian kiri susah untuk
digerakkan
 Klien mengatakan sering buang air kecil dan
terbangun pada malam hari
O:
 Klien tampak lemas
 Hasil TTV klien : TD 140/ 105 mmHg, N 80
x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, Irama
teratur, nadi teraba kuat (kriteria 3 sedang)
 Klien tampak terdapat tanda tanda
hiperglikemia seperti polidipsi, polifagia dan Dian
poliuria (Kriteria 4 : cukup membaik) Nurlaela
3  Hasil GDS klien pada tanggal 29 September
2019 :
Pukul 11.00 : 230 g/dl
Pukul 17.00 : 250 g/dl
 Insulin novorapid 2 x 4 unit telah diberikan
sebelum makan pagi dan sore
A : Masalah keperawatan : ketidakstabilan kadar glukosa
darah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

S:
 Klien mengatakan masih
terasa lemas pada bagian
tubuh sebelah kiri
 Klien mengatakan masih
terasa sulit jika
menggerakan kaki atau
tangan tanpa bantuan
O:
 Kesadaran composmentis, keadaan umum
sedang (kriteris 4 cukup membaik)
 Hasil TTV klien : TD 140/ 105 mmHg, N 80
x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, Irama Dian
teratur, nadi teraba kuat (kriteria 3 sedang) Nurlaela
 Klien tampak mampu menggerakan
ekstremitas bagian kiri atas dan bawah tetapi
harus dibantu dan dimotivasi dan kurang
mampu mengangkat pada bagian bahu 30º
dan bagian paha 30º (kriteria 3 sedang),
kekuatan otot klien (kriteria 4 cukup
meningkat)
 Reflek patologis : Babinski (+) pada
ekstremitas bawah kiri, pada ekstremitas
4
kanan bawah (-), patologis (-) pada
ekstremitas bawah kiri
 Klien sudah melakukan perubahan posisi
miring kiri, kanan, supine dan diobservasi
per 2 – 4 jam
 klien dapat melakukan pergerakan dengan
instruksi, ROM aktif pada tangan dan ROM
pasif pada lengan dan paha, kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah bagian kanan
5555 5555, kekuatan otot ekstremitas atas
bagian kiri 4443, ektremitas bawah bagian
kiri 3333 (kriteria 4 cukup meningkat)
 klien sudah diberikan penyuluhan tentang
ROM tampak mengerti dan ingin rutin untuk
melakukan pergerakan latihan sendi
A:masalah keperawatan:gangguan mobilitas fisik pada
klien belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

S: Dian
 Klien mengatakan tidak ada nyeri pada luka Nurlaela
bekas operasi
O:
 Keadaan umum : sedang
 Kesadaran : Compos mentis
 Hasil TTV klien : TD 140/ 105 mmHg, N 80
x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, Irama
5 teratur, nadi teraba kuat (kriteria 3 sedang)

 Kondisi pemasangan infus klien tampak


Baik, tidak ada bengkak, tidak ada phlebitis,
tetesan infus tidak macet 14 tpm, IVFD
terpasang pada metacarpal dextra, cairan
NaCl 0,9 % 500 ml/ 12 jam
 Klien tampak terdapat luka post op
craniotomy hari ke 7, panjang luka 18 cm
dibagian kepala sebelah kanan, jahitan
tampak rapi
 Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi,
tidak keluarnya ciran dari dalam luka
(Kriteria 4 : cukup membaik)
 Hasil Laboratorium tanggal 30 September
2019
Hemoglobin : 11,00 g/dl (Normal),
Hematokrit 38% (Normal)
Leukosit 10,8 Ribu/ul (Tinggi),
Eritrosit 5,0 Juta/ul (Normal),
Trombosit 245 Ribu/ul (Normal)
(Kriteria 4 : cukup membaik)
A : Masalah risiko infeksi belum teratasi dan masih
menjadi risiko
P : Intervensi dilanjut

S:
 keluarga klien mengatakan klien masih
jarang- jarang berbicara
O:
 Kesadaran composmentis, keadaan umum
klien sedang (kriteria 4 cukup membaik)
 Hasil TTV klien : TD 140/ 105 mmHg, N 80
x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, Irama
teratur, nadi teraba kuat (kriteria 3 sedang)

 Klien tampak sulit mengucap dan berbicara


pelo (kriteria 4 cukup menurun)
 Tampak wajah klien lebih mencong ke kiri
(kriteria 2 cukup menurun)
 Klien sudah mau meningkatkan berbicara
untuk latihan

A : masalah keperawatan: gangguan komunikasi verbal


pada klien belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Klien / umur :Ny. S / 45 tahun No. Register : 4429107

Ruangan / No. Kamar : Lt. 5 Gedung A / 517

No Hari, Paraf &


Dx Tanggal, Evaluasi hasil (SOAP) nama
Jam
1 Kamis, S Dian
2  Klien mmengatakan masih merasa sulit Nurlaela
Oktober untuk menggerakkan tubuh bagian kirinya
2019  Klien mengatakan tidak ada pusing, mual
ataupun muntah
O
 Kesadaran : composmentis, keadaan umum
klien : sedang (kriteria: 4 cukup membaik)
 Akral teraba hangat, CRT 2 detik
 Pupil isokor 2 mm, reaksi cahaya postif pada
pupil kanan dan kiri +/+
 Tidak terjadi peningkatan TIK (tidak ada
mual muntah, papil edema tidak ada) (4
cukup membaik)
 Klien mengalami kelemahan pada
ekstremitas atas dan bawah sinistra
 Wajah klien tampak lebih kekanan
(mencong), bicara klien pelo
 Kekuatan otot klien
5555 4443
5555 3333
2  Hasil TTV klien : TD 130/ 90 mmHg, N 80
x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, Irama Dian
teratur, nadi teraba kuat (kriteria 4 membaik) nurlaela
A : masalah keperawatan : risiko perfusi serebral tidak
efektif pada klien masih menjadi risiko
P :Intervensi dilanjutkan

S:
 Klien mengatakan badan masih terasa lemas,
dan tubuh bagian kiri susah untuk
digerakkan
 Klien mengatakan sering buang air kecil dan
terbangun pada malam hari
O:
 Klien tampak lemas
 Hasil TTV klien : TD 130/ 90 mmHg, N 80
x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, Irama
teratur, nadi teraba kuat (kriteria 4 membaik)
 Klien tampak terdapat tanda tanda
hiperglikemia seperti polidipsi, polifagia dan
poliuria (Kriteria 4 : cukup membaik) Dian
3 Nurlaela
 Hasil GDS klien pada tanggal 1 oktober
2019 :
Pukul 06.00 : 230 g/dl
Pukul 17.00 : 300 g/dl
 Insulin novorapid 2 x 4 unit telah diberikan
sebelum makan pagi dan sore
A : Masalah keperawatan : ketidakstabilan kadar glukosa
darah belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

S:
 Klien mengatakan masih
terasa lemas pada bagian
tubuh sebelah kiri
 Klien mengatakan masih
terasasulit jika
menggerakan kaki atau
tangan tanpa bantuan
O:
 Kesadaran composmentis, keadaan umum
sedang (kriteris 4 cukup membaik)
 Hasil TTV klien : TD 130/ 90 mmHg, N 80
x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, Irama
teratur, nadi teraba kuat (kriteria 4 membaik)
 Klien tampak mampu menggerakan Dian
ekstremitas bagian kiri atas dan bawah tetapi Nurlaela
harus dibantu dan dimotivasi dan kurang
mampu mengangkat pada bagian bahu 30º
dan bagian paha 30º (kriteria 3 sedang),
4
kekuatan otot klien (kriteria 4 cukup
meningkat)
 Reflek patologis : Babinski (+) pada
ekstremitas bawah kiri, pada ekstremitas
kanan bawah (-), patologis (-) pada
ekstremitas bawah kiri
 Klien sudah melakukan perubahan posisi
miring kiri, kanan, supine dan diobservasi
per 2 – 4 jam
 klien dapat melakukan pergerakan dengan
instruksi, ROM aktif pada tangan dan ROM
pasif pada lengan dan paha, kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah bagian kanan
5555 5555, kekuatan otot ekstremitas atas
bagian kiri 4443, ektremitas bawah bagian
kiri 3333 (kriteria 4 cukup meningkat)
A:masalah keperawatan:gangguan mobilitas fisik pada
klien belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

S:
 Klien mengatakan tidak ada nyeri pada luka
bekas operasi
O:
5  Keadaan umum : sedang Dian
 Kesadaran : Compos mentis Nurlaela
 Hasil TTV klien : TD 130/ 90 mmHg, N 80
x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, Irama
teratur, nadi teraba kuat (kriteria 4 membaik)
 Kondisi pemasangan infus klien tampak
Baik, tidak ada bengkak, tidak ada phlebitis,
tetesan infus tidak macet 14 tpm, IVFD
terpasang pada metacarpal dextra, cairan
NaCl 0,9 % 500 ml/ 12 jam
 Klien tampak terdapat luka post op
craniotomy hari ke 7, panjang luka 18 cm
dibagian kepala sebelah kanan, jahitan
tampak rapi
 Tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi,
tidak keluarnya ciran dari dalam luka
(Kriteria 4 : cukup membaik)
 Hasil Laboratorium tanggal 30 September
2019
Hemoglobin : 11,00 g/dl (Normal),
Hematokrit 38% (Normal)
Leukosit 10,8 Ribu/ul (Tinggi),
Eritrosit 5,0 Juta/ul (Normal),
Trombosit 245 Ribu/ul (Normal)
(Kriteria 4 : cukup membaik)
A : Masalah risiko infeksi belum teratasi dan masih
menjadi risiko
P : Intervensi dilanjut

S:
 keluarga klien mengatakan klien masih
jarang- jarang berbicara

O:
 Kesadaran composmentis, keadaan umum
klien sedang (kriteria 4 cukup membaik)
 Hasil TTV klien : TD 130/ 90 mmHg, N 80
x/ menit, RR 21 x/ menit, S 36,5ºC, Irama
teratur, nadi teraba kuat (kriteria 4 membaik)
 Klien tampak sulit mengucap dan berbicara
pelo (kriteria 4 cukup menurun)
 Tampak wajah klien lebih mencong ke kiri
(kriteria 2 cukup menurun)
 Klien sudah mau dan termotivasi untuk
meningkatkan berbicara untuk latihan

A : masalah keperawatan: gangguan komunikasi verbal


pada klien belum teratasi
P : intervensi dilanjutkan

Dian
Nurlaela
SATUAN PENYULUHAN ACARA

Diagnosa : Defisit pengetahuan : tetang Mobilitasi Fisik pada pasien


stroke

Topik : Mobilitasi Fisik

Sub Topik : Latian ROM Aktif pada pasien stroke

Sasaran : Ny. S dan Keluarga

Tempat : Gedung A Lantai 5 Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo

Hari/Tanggal : Rabu, 01 Oktober 2019

Waktu : 25 Menit

Penyuluh : Dian Nurlaela mahasiswa Poltekkes Jakarta 1 Jurusan D3


Keperawatan
I. TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM
Setelah diberikan pendidikan kesehatan selama 25 menit diharapkan klien dan
keluarga mampu memahami Latihan ROM Aktif pada pasien Stroke dengan
benar.

II. TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah diberikan pendidikan kesehatan mengenai Latihan ROM Aktif pada


pasien Stroke :

1. Mampu Menjelaskan Pengertian ROM

2. Mampu Menjelaskan Macam-Macam Latihan Gerak Sendi

3. Mampu Menjelaskan Tujuan Gerakan ROM Aktif

4. Mampu Menjelaskan Latian Gerak Sendi Aktif

III. SASARAN

Ny. S dan Keluarga

IV. MATERI

a. Pengertian ROM

b. Macam – Macam Latihan Gerak Sendi

c. Tujuan Gerakan ROM Aktif

d. Latihan Gerakan ROM Aktif

V. METODE

a. Ceramah

b. Tanya Jawab

c. Demonstrasi
d. Redemonstrasi

VI. MEDIA

1. Leaflet

2. Lembar Balik

VII. RANCANGAN / SETTING TEMPAT

Keterangan : Alat Peraga

: Mahasiswa/ Perawat

: Klien dan Keluarga

VIII. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Kegiatan

NO Tahapan Wakt Penyuluhan Audience


u

1. Fase Pra 2 a. Menyiapkan Alat 1. Duduk


Orientasi Menit dan Materi dengan
tenang
b. Penyiapan
Peserta 2. Mengikuti
instruksi.

2. Fase 3 1. Mengucapkan 1. Menjawab


Orientasi Menit salam salam

2. Memperkenalkan 2. Menyimak
diri

3. Menyampaikan 3. Menyimak
kontrak dan
waktu 4. Menyimak
4. Menyampaikan
tujuan
5. Menyimak
5. Menyampaikan
Topik
pembelajaran :
Latian ROM
Aktif pada
pasien stroke

3. Fase 10 Menyampaikan isi


Kerja Menit pokok materi 1. Menyimak
penyuluhan :

1. Pengertian ROM 2. Menyimak

2. Macam – macam
3. Menyimak
ROM

3. Tujuan Gerakan
4. Menyimak
ROM Aktif

4. Latihan Gerakan
4. Fase 10 1. Menyimpulkan
Terminasi Menit isi pokok materi
pembelajaran 1. Menyimak
Latihan ROM
Aktif pada
pasien Stroke

2. Memberikan 2. Mengajukan
Kesempatan Pertanyaan
kepada peserta
untuk bertanya
3. Menyawab
3. Mengevaluasi
Pertanyaan
hasil
pembelajaran
dengan
mengajukan
pertanyaan
sesuai materi
pembelajaran
4. Menyimak
4. Memberikan
saran kepada
peserta
pembelajaran
dalam
melakukan
saran-saran yang
harus
5. Menjawan
diperhatikan
salam
5. Menyampaikan
salam 6. Menerima
6. Membagikan leaflet
leaflet
IX. EVALUASI
1. Kriteria Struktur
1. Penyelenggara pendidikan kesehatan dilakukan di Gedung A Lantai 5
Zona A RSUPN Cipto Mangunkusumo
2. Pengorganisasian penyelenggaraan pendidikan kesehatan dilakukan
sebelum dan saat pendidikan kesehatan

2. Kriteria Proses
a. Antusias klien dan keluarga terhadap materi pendidikan kesehatan
b. Ny.S dan Keluarga fokus mendengarkan pendidikan kesehatan
c. Ny.S dan keluarga mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan dengan benar

3. Kriteria Hasil
a. Ny. S dan Keluarga Kooperatif dalam acara pendidikan kesehatan
b. Ny.S dan Keluarga mampu menjelaskan kembali Pengertian ROM
c. Ny. S dan Keluarga mampu menjelaskan kembali Macam-macam
ROM
d. Ny. S dan Keluarga mamu menjelaskan kembali Tujuan gerakan
ROM
e. Ny. S dan Keluarga mampu menjelaskan Latian gerakan ROM
Aktif
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN MENGENALI LATIHAN
ROM AKTIF PADA PASIEN STROKE

1. Pengerian ROM
Range of Motion yaitu salah satu terapi pemulihan dengan cara melatih
otot untuk mempertahankan kemampuan pasien untuk menggerakkan
persendian secara normal (Susanti & Bistara, 2019)
Range of Motion (ROM) menurut Potter & Perry (2005) tindakan atau
latihan otot dan persendian pada pasie dengan masalah mobilitas
sendinya terganggu karena penyakit, disabilitas atau trauma.

2. Macam – Macam Latihan Gerak Sendi


Menurut (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008) macam macam
latihan gerak sendi yaitu :
a. ROM Aktif adalah latihan gerak yang dilakukan dengan
menggerakkan masing-masing seluruh sendi dari kepala sampai
ujung kaki secara aktif sesuai dengan rentang gerak normal.
b. ROM Pasif adalah latihan gerak yang diberikan kepada klien yang
mengalami kelemahan otot ataupun sendi berupa latihan
pergerrakan dibantu oleh perawat atau keluarga.

3. Tujuan Latihan Gerak Sendi


a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot
b. Memelihara mobilitas persendian
c. Merangsang sirkulasi darah
d. Mencegah kelainan bentuk
e. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan
f. Membeperbaiki tonus otot

4. Prinsip Dasar Latihan ROM


a. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali
sehari
b. ROM dilakukan perlahan dan hati hati sehingga tidak melelahkan
pasien
c. Bagian – bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM yaitu
leher, jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki dan pergelangan kaki
d. Melakukan ROM harus sesuai waktunya misalnya setelah mandi
atau perawatan rutin setelah dilakukan

5. Latihan Gerak Sendi Aktif


a. Leher
 Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada,
 Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak,
 Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin
 Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

b. Bahu
 Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke posisi di
atas kepala,
 Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh.
 Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan
telapak tangan jauh dari kepala,
 Adduksi: Menurunkan lengan ke samping dan menyilang tubuh
sejauh mungkin,
 Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

c. Siku
 Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu,
 Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan
tangan
 Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

d. Lengan Bawah
 Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga
telapak tangan menghadap ke atas,
 Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga
telapak tangan menghadap kebawah,
 Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

e. Pergelangan Tangan
 Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam lengan bawah,
 Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, tangan, lengan
bawah berada dalam arah yang sama,
 Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke belakang sejauh
mungkin,
 Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali
f. Jari- jari tangan
 Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu
dengan yang lain.
 Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan. Ulang
gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses, dan Praktik, Jakarta: EGC
Skills Lab, 2004, Range of Motion, Program Studi Ilmu
Keperawatan, FK UGM, Yogyakarta.
Suratun, Heryati, Manurung, Raenah 2008 Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : EGC
Susanti & Bistara, 2019 Pengaruh Range of Motion terhadap
Kekuatan Otot pada Pasien Stroke “Jurnal Kesehatan
Vokasional, Vol. 4 No. 2 [diakses pada tanggal 15 mei 2020
pukul 12.30]
Triyanto, E. 2006. Range of motion. Modul skill lab keperawatan
edisi 3 univ. Jenderal Soedirman NANDA, 2005, Nursing
diagnoses; Definitions & Classification, Nanda
Internasional, Philadelphia.
Leafleat
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I

JURUSAN KEPERAWATAN

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

NAMA MAHASISWA : Dian Nurlaela

NIM : P17120017049

NAMA PEMBIMBING : Ns. Tarwoto, S.Kep., M.K

NO HARI, TOPIK HASIL BIMBINGAN TTD TTD


TANGGA YANG MHSW PEMBBG
L DIKONSU
LTASIKA
N
1 Selasa, Lampiran - Perbaiki judul, penulisan
dan BAB 1 - Perbaiki latar belakang
07/04/20 susunan menjadi pengantar
stroke, data statistic,
patofisiologi, tanda dan
gejala, peran perawat
- Cari definisi yang lebih
mudah

2 Senin, - Cari referensi terbaru


Lampiran - Perbaiki kalimat yang
13/04/2020 dan BAB 1 double contoh : yaitu
diantaranya
- tidak perlu terlalu detail
pada latar belakang
- max 3 lembar

3 Rabu Lampiran
dan BAB 1 - Pada lampiran perbaiki
17/04/20
etiologi pada dx risiko
perfusi serebral tidak
efektif menjadi edema
serebri
- Ubah etiologi dx
ketidakstabilan adar
glukosa darah menjadi
gangguan toleransi gula
darah
- Ubah etiologi dx gangguan
komunikasi verbal menjadi
gangguan motorik
berbicara
4
Lampiran - Tambahkan data pada
Rabu,
dan BAB 1 analisa data
22/04/20 - Perhatikan penggunaan
kalimat dalam latar
belakang
- Perhatikan huruf besar
- Perhatikan penggunaan
titik
5 Kamis,
Lampiran
25/04/20 dan BAB 1 - Perhatikan penulisan kata
sehingga
- Hapus pemeriksaan
penunjang pada latar
belakang

6 Senin, Lampiran
dan BAB 1 - Lampiran sudah ok ganti
04/05/20 spasi 1
- BAB 1 : Tambahkan
patofisiologi baru masukan
tanda dan gejala, peran
perawat lebih spesifik
7 Jumat,
BAB 1 – - Perhatikan penggunaan
08/05/20 BAB 5 huruf capital
- Perhatikan penyebutan
nama penulis dan tahun,
contoh : Menurut A (tahun)
tapi kalo dibelakang (A,
tahun)
- Tambahkan referensi
terbaru
- Perhatikan kata
penghubung
- Perhatikan kesalahan
mengetik (typo)
- Pada pembahasan pertama
yang harus dijelaskan
faktor penyebab misalnya
hipertensi, kedua tanda dan
gejala, ketiga test
diagnostic, lalu program
terapi
- Pada setiap pembahasan
jelaskan patofisiologinya
- Jelaskan kenapa
mengambil diagnose
prioritas risiko perfusi
serebral dan data
dukungnya
- Jelaskan kenapa intervensi
dilakukan
- Sebutkan hambatan-
hambatan pada setiap
implementasi

8 Jumat.
- BAB 1 Sudah ok,
15/05/20 BAB 1 – perhatikan kembali
BAB 3 kesalahan ketik
- Pada bab 2, perhatikan
penggunaan huruf besar
dan penggunan kata dan,
sehingga.
- Pada bab 3 Tambahkan
data, perhatikan
penggunaan kata
penghubung,
9 Selasa.

18/05/20 - Bab 4 pembahasan


BAB 4 - 5 intervensi adakah intervens
yang tidak dapat dilakukan
dan sebutkan alasanya
- Pada bab 5, dipersingkat
missalnya hasil pengkajian
ny.s diperoleh data yg
paling utamanya saja,
dengan demikian tidak
adanya perbedaan antara
teori dengan kasus
10 Rabu,

20/05/20 - Sudah ok, tidak ada


SAP dan perbaikan
11 Jumat, Leaflet
- Cover : cantumkan prodi
29/05/20 dlu, jurusan lalu poltekkes
BAB 1
kemenkes Jakarta 1
sampai - Bab 2 : perhatikan
BAB 5 penulisan emboli,
thrombosis, jangan di bold
- Bab 3 perhatikan
kekurangan huruf
- Bab 4 perhatikan huruf
besar pada nama, bulan dll
- Bab 5 ok
- Daftar pustaka ok,
perhatikan sudah semua
tercantum atau belum
12 Senin,

01/06/20 - Hasil cek plagiarism


terdapat 5% Smiliarty
Cek
plagiarism
KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA I

JURUSAN KEPERAWATAN

LEMBAR REVISI UJIAN SIDANG KTI

NAMA MAHASISWA : Dian Nurlaela

NIM : P17120017049

NAMA PEMBIMBING : Ns. Tarwoto, S.Kep., M.K

Nama Penguji Pertanyaan dan Halaman Sebelum Halaman setelah di


Masukan direvisi revisi
Ns. Tarwoto, Tidak ada revisi - -
S.Kep., M.K

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Data Pribadi

Nama Lengkap : Dian Nurlaela

Nama Panggilan : Dian

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 07 Desember 1999

Kewarganegaraan : Indonesia

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Jl. Bina warga dalam, no.47 rt 02 rw 11,


meruyung limo depok

No. Telp/Hp : 085889052429

Alamat Email : diannurlaela41@gmail.com

Pedidikan

1. 2005 – 2011 : SDN MERUYUNG


2. 2011 – 2014 : SMPN 17 DEPOK
3. 2014 – 2017 : SMAN 6 DEPOK
4. 2017 – 2020 : Program DIII Keperawatan Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan Jakarta

Anda mungkin juga menyukai