Anda di halaman 1dari 71

PENGELOLAAN KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS PADA

ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG MAWAR


RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

DZIKRI AYU ISTIKOMAH

NIM . P1337420317016

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2020

i
PENGELOLAAN KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS PADA

ANAK DENGAN BRONCHOPNEUMONIA DI RUANG MAWAR RSUD

KRATON KABUPATEN PEKALONGAN

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Syarat Tugas Akhir


pada Program Studi DIII Keperawatan Pekalongan

Dzikri Ayu Istikomah

P1337420317016

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PEKALONGAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


2020

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Dzikri Ayu Istikomah

NIM : P1337420317016

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan
kasus ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut dengan ketentuan yang berlaku.

Pekalongan, 08 April 2020


Yang membuat pernyataan,

Dzikri Ayu Istikomah


NIM.P1337420317016

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Hasil laporan karya tulis ilmiah oleh Dzikri Ayu Istikomah, NIM.

P1337420317016, dengan judul Pengelolaan Keperawatan Intoleransi

Aktivitas Pada Anak Dengan Bronchopneumonia Di Ruang Mawar RSUD

Kraton Kabupaten Pekalongan ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Pekalongan, 08 April 2020

Pembimbing I Pembimbing II

Mardi Hartono, S.Kep.,Ns.,M.Kes. Tri Anonim, SST.,M.Kes.


NIP. 19720325 199803 1 003 NIP. 19650703 198903 2 002

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Dzikri Ayu Istikomah, NIM. P1337420317016,


dengan judul “Pengelolaan Keperawatan Intoleransi Aktivitas Pada Anak
Dengan Bronchopneumonia Di Ruang Mawar RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan” ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 15
April 2020.

Dewan Penguji

Rr. Sri Sedjati, A.Kep. M.Kes. Ketua (................................)


NIP. 19560314 197903 2 002

Mardi Hartono, S.Kep.,Ns.,M.Kes. Anggota (................................)


NIP. 19720325 199803 1 003

Tri Anonim, SST. M.Kes Anggota (................................)


NIP. 19650703 198903 2 002

Mengetahui,
Ketua Program Studi
DIII Keperawatan Pekalongan

Hj. Hartati, SKM.,M.Kes.


NIP. 19681007 198803 2 001

v
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Laporan Karya Tulis
Ilmiah tentang Pengelolaan Keperawatan Intoleransi Aktivitas Pada Anak
Dengan Bronchopneumonia Di Ruang Mawar RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan. Sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Tersusunnya Karya Tulis Ilmiah ini berkat adanya dukungan dari berbagai
pihak, maka pada kesempatan yang baik ini Penulis menyampaikan rasa hormat
dan terimakasih kepada:
1. Bapak Marsum, BE, S.Pd, MHP selaku Direktur Politeknik kesehatan
Kemenkes Semarang.
2. Bapak Suharto, S.Pd, MN selaku ketua jurusan keperawatan Politeknik
kesehatan Kemenkes Semarang.
3. Ibu Hj. Hartati, SKM, M.Kes selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Pekalongan Politeknik kesehatan Kemenkes Semarang.
4. Bapak Mardi Hartono, S.Kep, Ns, M.kes selaku dosen pembimbing 1
sakaligus penguji yang setulus hati membimbing tanpa pamrih dalam
penyelesaian Hasil Karya Tulis Ilmiah.
5. Ibu Tri Anonim, SST. M.Kes selaku dosen pembimbing 2 sekaligus penguji
yang setulus hati membimbing tanpa pamrih dalam penyelesaian Hasil Karya
Tulis Ilmiah.
6. Ibu Rr. Sri Sedjati, A.Kep, M.Kes Selaku Ketua Penguji pada Ujian Karya
Tulis Ilmiah.
7. Kepada Bapak, Ibu, dan adik yang selalu memberikan semangat, dukungan
motivasi, do’a dan kasih sayang kepada penulis dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
8. Seluruh dosen dan staf karyawan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Program Studi DIII Keperawatan Pekalongan

vi
9. Rekan – rekan satu kelompok bimbingan keperawatan Anak (Apriliani Efi
iswari, Zulfan Nadzif, Khofiyati, Astrit Firyal Sabila, Nur Afni Oktavia, M.
Ilham Hakiki, Hasnan Habib)
10. Teman seperjuangan, khususnya untuk Fitri Utami, Dewi Iza Apriliana, dan
Dewi Ratna Sari yang selalu memberikan motivasi serta membantu
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan setulus hati
11. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan hasil Karya
Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Hasil


Karya Tulis Ilmiah ini karena keterbatasan kemampuan penulis. Karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca. Semoga Hasil karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan profesi keperawatan.
Amin ya robbal’alamin.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Pekalongan, 08 April 2020


Penulis

Dzikri Ayu Istikomah


NIM. P1337420317016

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i


HALAMAN JUDUL..................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Tujuan Penelitian......................................................................... 4
C. Manfaat Penelitian....................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 6
A. Konsep Dasar Bronchopneumonia............................................ 6
1. Pengertian........................................................................... 6
2. Etiologi............................................................................... 6
3. Patofisiologi....................................................................... 7
4. Pathways............................................................................ 8
5. Manifestasi Klinis.............................................................. 9
6. Pemeriksaan Penunjang..................................................... 9
7. Penatalaksanaan ................................................................ 10
8. Kompikasi.......................................................................... 11
B. Konsep Dasar Intoleransi Aktivitas.......................................... 11
1. Pengertian........................................................................... 11
2. Batasan Karakteristik......................................................... 11
3. Faktor-faktor Yang Berhubungan...................................... 11

viii
C. Konsep Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak...................... 12
1. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan Anak................... 12
2. Teori Perkembangan Kognitif Menurut Piaget.................. 12
3. Cara Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan Anak 15
D. Konsep Asuhan Keperawatan Intoleransi Aktivitas................. 20
1. Pengkajian.......................................................................... 20
2. Diagnosa Keperawatan...................................................... 22
3. Perancanaan Keperawatan................................................. 22
4. Implementasi ..................................................................... 23
5. Evaluasi.............................................................................. 24
BAB III METODA PENULISAN............................................................... 25
A. Rancangan Penelitian.............................................................. 25
B. Subjek Penelitan..................................................................... 25
C. Fokus Studi............................................................................. 26
D. Tempat dan Waktu.................................................................. 27
E. Definisi Operasional............................................................... 27
F. Pengumpulan Data.................................................................. 27
G. Analisis dan Penyajian Data................................................... 29
H. Etika Penelitian....................................................................... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ....................................................................................... 31
B. Pembahasan ........................................................................... 48
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan............................................................................. 56
B. Saran ...................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Asuhan keperawatan pada An. N dan An. J di ruang Mawar


RSUD
Lampiran 2 : Hasil Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) pada An.
N usia 5 tahun 8 bulan dan An. J usia 3 tahun 5 bulan
Lampiran 3 : Jadwal Aktivitas Kehidupan Sehari – hari Pada AN. N dan
An. J dirung Mawar RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan
Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Pasien
Lampiran 5 : Lembar Pendelegasian Pasien
Lampiran 6 : Data Rekam medik RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan
Lampiran 7 : surat izin pengambilan kasus dari poltekkes kemenkes
semarang prodi DIII keperawatan pekalongan
Lampiran 8 : Surat Izin Pengambilan Kasus dari RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan
Lampiran 9 : Daftar Riwayat Penulis

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tumbuh kembang merupakan proses yang kontinue sejak dari
konsepsi sampai dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan. Dalam proses tumbuh kembang anak sangat tergantung pada
orang-orang dewasa yang ada disekitarnya, seperti konsumsi makanan,
perasaan aman dan nyaman, pencegahan penyakit serta upaya menjaga
kesehatan. Banyak hal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak salah
satunya adalah lingkungan tempat tinggal. Tempat tinggal yang baik untuk
tumbuh kembang anak yaitu tempat tinggal yang bersih, aman, dan
nyaman sehingga tumbuh kembang anak berjalan secara optimal.
Begitupun sebaliknya tempat tinggal yang kurang bersih dan udara yang
kotor akibat polusi dapat menyebabkan anak mudah terkena infeksi
terutama pada saluran pernapasan.
Faktor lain terjadinya infeksi saluran pernapasan adalah faktor
individu anak, serta faktor perilaku. Faktor individu anak meliputi umur
anak, berat badan lahir, status gizi dan status imunisasi. Sedangkan faktor
perilaku berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan penyakit.
Akan tetapi banyak orang tua yang kurang memperhatikan sistem
pernafasan anak, padahal sistem pernafasan sangatlah rentan terkena
penyakit. Salah satu penyakit sistem pernafasan yang paling banyak
diderita oleh anak-anak adalah Bronchopneumonia.
Bronchopneumonia adalah radang dinding bronkus kecil disertai
atelektasis daerah percabangannya. Bronchopneumonia sering disebabkan
oleh bakteri. Bakteri-bakteri ini mampu menyebar dalam jarak dekat
melalui percikan ludah saat penderita bersin atau batuk, yang kemudian
terhirup oleh orang disekitarnya, inilah sebabnya lingkungan menjadi
salah satu faktor resiko berkembangnya bronchopneumoia. (Ramdheni,
2018)

1
Bronchopneumonia merupakan suatu manifetasi klinik dari
pneumonia yang paling umum terjadi di kalangan anak-anak. Menurut
UNICEF (2018), pneumonia termasuk penyakit infeksi dengan insiden
kematian tertinggi di dunia. Sekitar 16% dari 5,6 juta kematian anak balita
di dunia diakibatkan oleh pneumonia. Pada tahun 2018, di indonesia angka
kematian akibat pneumonia pada balita sebesar 0,08%. Angka kematian
akbiat pneumonia pada kelompok bayi lebih tinggi yaitu sebesar 0,16%
dibandingkan pada kelompok anak umur 1-4 tahun sebesar 0,05%. (Profil
Kesehatan Indonesia 2018).
Penderita pneumonia pada balita di jawa tengah pada tahun 2017
yaitu sebesar 50,5 persen, dimana pada tahun 2018 penderita pneumonia
ini mengalami peningkatan yaitu sebesar 62,5 persen. Sedangkan cakupan
penemuan penderita Pneumonia pada balita di Kota Pekalongan tahun
2016 sebesar 88,90%. Dan pada tahun 2017 mengalami peningkatan yaitu
sebesar 101,95% (laki-laki 105,86% dan perempuan 98%). (Profil
Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2017).
Berdasarkan data rekam medis RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan pada tahun 2017 tercatat angka kesakitan anak sebanyak 562
pasien dari 4 penyakit yang ada di rung Mawar RSUD Kraton dimana
brochopneumonia menempati urutan pertama dari 4 penyakit, meliputi
Bronchopneumonia sejumlah 223 pasien (39,67%), Diare sejumlah 184
pasien (32, 74%), DHF sejumlah 100 pasien (17,79%) dan Typoid
sejumlah 55 pasien (9,78%). Sedangkan pada tahun 2018 tercatat angka
kesakitan anak sebanyak 428 pasien dari 4 penyakit yang ada di ruang
Mawar RSUD Kraton yang terdiri dari Diare sejumlah 174 pasien
(40,65%), Bronchopneumonia sejumlah 172 pasien (40,18%), Typoid
sejumlah 52 pasien (12,14), dan DHF sejumlah 30 pasien (7,01%). Dari
data tersebut angka kesakitan pada anak dengan bronchopneumonia pada
tahun 2017 sejumlah 223 pasien (39,67%) dan mengalami penurunan pada
tahun 2018 yaitu sejumlah 174 pasien (40,18%).

2
Bronchopneumonia dapat menimbulkan berbagai masalah
keperawatan antra lain bersihan jalan nafas tidak efektif, hipertermi, nyeri,
nutrisi kurang dari kebutuhan, dan intoleransi aktivitas. salah satu masalah
keperawatan yang biasanya muncul pada anak dengan Bronchopneumonia
yaitu intoleransi aktivitas dimana intoleransi aktivitas ini terjadi akibat dari
sesak nafas yang di alami. Menurut Nurarif dan Kusuma (2016, p. 376)
intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi fisiologis atau
psikologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari
yang ingin atau harus di lakukan. Faktor resikonya antara lain kelemahan
dan adanya gangguan pada sirkulasi atau pernafasan.
Menurut Jane M. Brokel (2016, p. 241) batasan karakteristik
intoleransi aktivitas antara lain : dispnea setelah beraktivitas, keletihan,
ketidaknyamanan setelah beraktivitas, perubahan elektrokardiogram
(EKG), respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas, dan respon
tekanan darah abnormal terhadap aktivitas. Masalah intoleransi aktivitas
pada anak dengan bronchopneumonia jika tidak ditangani dengan tepat
dapat mengakibatkan masalah lain seperti gangguan perkembangan
motorik anak dan masalah yang berhubungan dengan musculoskeletal.
Penatalaksanaan Keperawatan intoleransi aktivitas pada pasien
dengan Bronchopneumonia yaitu dengan menjelaskan batasan-batasan
aktivitas yang boleh di lakukan sesuai dengan kondisi pasien, mengkaji
respon pasien terhadap aktivitas, meningkatkan aktivitas pasien secara
bertahap, membuat rencana waktu istirahat untuk pasien sesui jadwal
kegiatan sehari-hari, membantu pasien memenuhi aktivitas sehari-sehari
yang tidak dapat di lakukan oleh pasien, membantu pasien
mengembangkan motivasi diri dalam meningkatkan aktivitas. Sedangkan
penataksanaan medis intoleransi aktivitas pada pasien Bronchopneumonia
cukup dengan memberikan oksigen apabila di perlukan. (Taufan Nugroho,
2015, p. 82)

3
Berdasarkan pengalaman penulis ketika praktik klinik yang pernah
di lakukan, pengelolaan masalah keperawatan intoleransi aktivitas pada
anak dengan bronchopneumonia di rumah sakit hanya berfokus pada
pengobatan yang diberikan seperti pemberian terapi oksigen. Sedangakan
tindakan mandiri keperawatan untuk mengatasi masalah intoleransi
aktivitas belum sepenuhnya dilakukan, seperti halnya memantau
kemampuan aktivitas pasien yang dapat dilakukan terhadap penyakit yang
dialami, membantu pasien mengembangkan motivasi diri dalam
meningkatkan aktivitas dan menjelaskan batasan-batasan aktivitas yang
boleh di lakukan sesuai dengan kondisi pasien. Dengan melakukan
pemantauan tersebut penulis dapat mengetahui sejauh mana kemamapuan
pasien dalam beraktivitas sehingga mempermudah penulis dalam
membantu menentukan aktivitas yang seharusnya dilakukan pasien tanpa
menimbulkan gangguan motorik dan masalah yang berhbungan dengan
sistem musculoskeletal.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk
mengambil judul “Pengelolaan Keperawatan Intoleransi Aktivitas pada
Anak dengan Bronchopneumonia di Ruang Mawar RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan”.

B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menerapkan pengelolaan keperawatan intoleransi aktivitas pada
anak dengan Bronchopneumonia .
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian masalah keperawatan intoleransi aktivitas
pada anak dengan Bronchopneumonia.
b. Merumuskan masalah keperawatan intoleransi aktivitas pada anak
dengan Bronchopneumonia.
c. Membuat perencanaan untuk mengatasi masalah keperawatan
intoleransi aktivitas pada anak dengan Bronchopneumonia.

4
d. Melakukan tindakan keperawatan yang di lakukaan untuk
mengatasi maslah intoleransi aktivitas pada anak dengan
Bronchopneumonia.
e. Melakukan evaluasi masalah keperawatan intoleransi aktivitas pada
anak dengan Bronchopneumonia.
f. Menganalisis proses hasil asuhan keperawatan mulai dari
pengkajian, masalah keperawatan, perencanaan, tindakan yang
ditentukan pada prosedur keperawatan –SOP, dan evaluasi dari
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi intoleransi aktivitas pada
anak dengan Bronchopneumonia.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan memberikan sumbangan untuk
meningkatkan pengetahuan dalam pengelolaan masalah keperawatan
intoleransi aktivitas pada anak dengan Bronchopneumonia.
2. Manfaat Praktis
a. Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Hail karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberi konstribusi
dalam peningkatan kualitas pelayanan pengelolaan keperawatan
intoleransi aktivitas pada anak dengan Bronchopneumonia.
b. Peningkatan Kesehatan Masyaraka
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan mampu memberi
konstribusi dalam peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
penyakit bronchopneumonia.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR BRONCHOPNEUMONIA


1. Pengertian
Bronchopneumonia adalah suatu cadangan pada parenkim paru
yang meluas sampai bronkiali atau dengan kata lain peradangan yang
terjadi pada jaringan paru melalui cara penyebaran langsung melalui
saluran pernapsan atau melalui hematogen sampai ke bronkus.
(Sujono Riyadi & Sukarmin, 2009, p. 67)
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan pada paru-paru
yang disebabkan oleh bermacam-macam penyebab seperti : virus,
bakteri, jamur, benda asing. (Wijaya & Putri 2013, p. 198)
Jadi, bronchopneumonia adalah infeksi akut atau peradangan
yang terjadi pada jaringan paru-paru dan menyebar sampai
bronchiolus.
2. Etiologi
Menurut Sandra M. Nettiria (2001) disebutkan bahwa
timbulnya bronkopneumonia disesbkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (as cited in Nurarif
Amin Huda & Kusuma Hardhi, 2016, p. 89) anatara lain :
a. Bakteri: Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenza, Klebisella
b. Virus: Legionella Pneumoniae
c. Jamur: Aspergillus Spesies, Candida Albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal, ata isi lambung ke dalam
paru-paru
e. Terjadi kerena kongesti paru yang lama.
Penyebab tersering bronchopneumonia pada anak adalah
pneumokokus sedang penyebab lainya antara lain : streptococcus
pneumoniae, stapilokokus aureus, haemophillus influinzae, jamur
(seperti candida albicans), dan virus. Pada bayi dan anak kecil

6
ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab yang berat, serius
dan sangat progresif dengan mortalits tinggi. (Sujono Riyadi &
Sukarmin, 2009, p. 67)
3. Patofisiologi
Menurut Price dan Wilson (2009, p. 805 – 806), proses
terjadinya Bronchopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman
pathogen yang masuk ke mucus jalan nafas. Kuman tersebut
berkembang biak di saluran nafas bahkan sampai paru – paru. Apabila
mekanisme pertahanan seperti system transport mukosilia tidak
adekuat, maka kuman akan berkembang biak secara cepat sehingga
terjadi peradangan di saluran nafas atas. Sebagai respon peredangan
akan terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk.
Mikroorganisme berpindah karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli
menebal. Pengisiana alveoli akan melindungi mikroorganisme dari
fagosit dan membantu penyebaran organisme ke alveoli lain. Keadaan
ini menyebabakan infeksi meluas, aliran darah di paru – paru sebagian
meningkat yang diikuti peradangan vasuculer dan penurunan darah
kapiler.
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru – paru dan
akan mengurangi kapasitas paru, penurunan produksi cairan surfaktan
lebihlanjut, menurunkan compliance dan menimbulkan atelectasis
serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses bronchopneumonia
menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronchi dan
alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena
yang menuju ke atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen
sehingga terjadi hipoksemia arteri. Akibat yang timbul dari
hipoksemia adalah sesak nafas, yang dapat menyebabkan kelemahan
fisik sehingga tidak mampu melakukan aktivitas sehari – hri.

7
4. Pathways

Agen penginfeksi (Bakteri, Virus, Jamur, dan benda asing)

Saluran Pernafasan Atas

Kuman Berkembang Biak

Kuman Sampai di bronchus

Terjadi Proses Peradangan di bronchus dan alveoli

Dinding alveoli meradang/peningkatan sekret

Kebutuhan O2 dalam otot meningkat

Peningkatan kerja otot pernafasan

Sesak nafas

Kelemahan

Intoleransi
Aktivitas

Gambar 1.1 (Pathways Intoleransi Aktivitas)


Sumber : Price & Wilson, 2009

8
5. Manifestasi klinis
Menurut Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardhi (2016, p. 89)
disebutkan bahwa bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu
infeksi disaluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada
tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala
yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk
produtif, hidung kemerahan, saat bernafas menggunakan otot
aksesorius dan bisa timbul siaonis. Terdengar adanya krekels di atas
paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi (pengisian
rongga udara oleh eksudat).
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges (1999) menyatakan bahwa pemeriksaan
penunjang yang dapat di lakukan pada bronchopneumonia antara lain:
a. Sinar X
mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan
abses luas/infiltrat, empiema (stapilococcus) infiltrasi menyebar
atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran/perluasan infiltrat
nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin
bersih.
b. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru
yang terlibat dan penyakit paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah: diambil dengan
biopsi jarum, aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau
biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebab.
d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih renda
terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkai
berkembangnya pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi titer : virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED : meningkat

9
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan
kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan
komplain menurun, hipoksemia.
h. Elektrolit : natrium dan korida mungkin rendah
i. Bilirubin : mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka ; menyatakan
intranuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CM). (as cited in
Padila, 2017, p. 284 - 285)
7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan antara lain :
a. Menjaga kelancaran pernafasan
b. Kebutuhan istirahat
c. Kebutuhan nutrisi dan cairan
Klien bronkopneumonia hampir selalu mengalami masukan
makanan yang kurang. Suhu tubuh yang tinggi selama beberapa
hari dan masukan cairan yang kurang dapat menyebabkan
dehidrasi. Untuk mencegah dehidrasi dan kekurangan kalori
dipasang infus dengan cairan glukosa 5% dan NaCl 0,9%.
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Pengobatan
f. Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi.
Akan tetapi, karena hal itu perlu waktu dan klien perlu terapi
secepatnya maka biasanya diberikan Penisilin ditambah dengan
Cloramfenikol atau di berikan antibiotic yang mempunyai
specktrum luas seperti Ampisilin. Pengobatan ini diterukan
sampai bebas demam 4-5 hari. Karena sebagian besar klien jatuh
ke dalam asidosis metabolic akibat kurang makan dan hipoksia,
maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan hasil analisis gas
darah arteri. (as cited in Nurarif Amin Huda & Kusuma Hardhi,
2016, p. 90)

10
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada anak dengan
bronchopneumonia adalah empiema, otitis media akut. Mungkin
juga komplikasi yang dekat seperti atelektasia, emfisema, atau
komplikasi jauh seperti meningitis. Komplikasi tidak terjadi bila
diberikan antibiotik secara tepat. (Ngastiyah, 2014 p. 58).

B. KONSEP DASAR INTOLERANSI AKTIVITAS


1. Pengertian
Menurut Jane M. Brokel (2016, p. 241) Intoleransi aktivitas
adalah ketidakcukupan energi psikologis atau fisiologis untuk
mempertahankan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari – hari
yang harus atau yang ingin dilakukan.
2. Batasan Karakteristik
Menurut Jane M. Brokel (2016, p. 241) Batasan karakteristik
intoleransi aktivitas meliputi :
a. Dispnea setelah beraktivitas
b. Keletihan
c. Ketidaknyamanan setelah beraktivitas
d. Perubahan elektrokardiogram (EKG)
(misal: aritmea, abnormalitas konduksi, iskemia).
e. Respon frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas
f. Respon tekanan darah abnormal terhadap aktivitas.
3. Faktor yang Berhubungan
Menurut Jane M. Brokel (2016, p. 241) Faktor yang
berhubungan dengan intoleransi aktivitas meliputi :
a. Gaya hidup kurang gerak
b. Imobilitas
c. Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
d. Tirah baring

11
C. KONSEP PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
1. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan anak
Pertumbuhan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif, yaitu
bertambanhnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ,
maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik,
melainkan juga ukuran dan struktur organ – organ tubuh dan otak.
Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai
kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan
akalnya. Jadi anak tumbuh baik secara fisik maupun mental.
Perubahan fisik dapat dinilai dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukurn panjang (cm, meter), umur tuang, dan tanda – tanda
seks sekunder. (Soetjiningsih & Ranuh, 2016 p. 2).
Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan
kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan struktur
dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan
adapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan / maturitas.
Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh, jaringan
tubuh, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing – masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga
perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan
perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.
(Soetjiningsih & Ranuh, 2016 p. 3).
2. Teori perkembangan kognitif menurut piaget
a. Tahap Sensinomotor (0- 24 bulan)
Pada tahap ini, anak memahami dunianya melalui gerak
dan inderanya, serta mempelajari permanensi objek. Bayi tidak
dapat mempertimbangkan kebutuhan, keinginan, atau kepentingan
orang lain. Karena itu dianggap “egosentris”.
Selama tahap sensinomotor, bayi memperoleh pengetahuan
tentang benda dengan cara melakukan manipulasi. Melalui akuisisi
informasi tentang diri serta orang-orang didalamnya, maka bayi

12
mulai memahami bagaimana satu hal dapat menyebabkan atau
mempengaruhi yang lain. Bayi juga mulai mengembangkan ide –
ide sederhana tentang waktu dan ruang.
1) Lahir – 1 bulan: reaksi refleks.
2) 1-4 bulan: gerakan aktiv tubuh untuk menciptakan situasi baru.
3) 4-10 bulan: tubuh bereaksi terhadap objek tertentu dan anak
mulai ngerti konsep bahwa tubuh merupakan bagian yang
terpisah dari lingkungan.
4) 10-12 bulan: menggunakan strategi tubuh untuk menciptakan
situasi baru.
5) 12-18 bulan: menciptakan strategi baru dan dapat melakukan
manipulasi lingkungan di luar objek.
6) 18-24 bulan: menggunakan ide seperti kata-kata dan tindakan
sebagai strategi untuk menciptakan hasil yang diinginkan.
b. Tahap praoperasional (2-7 tahun)
Selama tahap ini, anak mulai memiliki kecakapan motorik,
proses berpikir anak-anak juga berkembang, meskipun mereka
masih dianggap “jauh” dari logis. proses berpikir menjadi
internalisasi, tidak sistematis dan mengandalkan intuisi.
Kemampuan simbolisasi meningkat. Kosakata anak juga
diperluas dan dikembangkan selama tahap ini, karena mereka
berubah dari bayi dan balita menjadi ‘orang kecil’
“Animisme” juga merupakan ciri khas dari tahap
praoperasional. Pengertiannya adalah suatu keyakinan bahwa
segala sesuatu yang ada akan memiliki beberapa jenis kesadaran.
Contoh, anak-anak sering kali percaya bahwa mobil tidak akan
berjalan karena lelah atau sakit. Karakteristik untuk tahap ini
adalah bahwa anak pada masa praoperasional sering
mengasumsikan bahwa setiap orang dan segala sesuatunya seperti
mereka.

13
Anak-anak pada tahap pra-operasional biasanya
“egosentris” yang berarti bahwa mereka hanya mampu
mempertimbangkan sesuatu dari sudut pandang mereka sendiri.
Dia tidak mengerti mengapa orang lain mempunyai pandangan
yang berbeda dan dia tidak bisa menempatkan dirinya sebagai
orang lain. Anak belum mengerti suatu konstansi, misal: ketika
segelas air ditaruh di gelas yang kecil tinggi kemudian dipindah ke
gelas yang pendek lebar, dia tidak tau bahwa volumenya sama,
selama tahap ini, terjadi sejumlah “decenterin” Isecara bertahap.
c. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Pada tahap operasional konkret ini, anak mulai berfikir
secara logis tentang kejadian-kejadian konkrit, proses berpikir
menjadi lebih rasional, matang, dan “seperti dewasa”, atau lebih
“operasional”. Anak dapat memusatkan berbagai aspek dan situasi
secara simultan. Sudah mengerti sebab akibat seacara rasional dan
sistematis. Proses ini paling sering berlanjut dengan baik sampai
usia remaja. Kemampuan belajar konsep meningkat, misal belajar
matematika, membaca, dan kemampuan verbal juga meningkat.
Anak dapat melakukan pengelompokan dari spesifik menjadi
umum dan sebaliknya. Kemampuan meningkat dan berfikir secara
logis meningkat. Kepercayaan “animisme” dan berpikir egosentris
cenderung menurun selama tahap operasional konkrit, meskipun
sisa-sisa cara berpikir seperti ini sering ditemukan pada orang
dewasa. Piaget mengklaim bahwa sebelum mulai tahap ini, ide
anak-anak tentang objek yang berbeda, dibentuk dan didominasi
oleh penampilan objek. Sebagai contoh, tampaknya ada lebih
banyak balok bila mereka menyebar, daripada ketika mereka
berada pada tumpukan kecil.

14
d. Tahap Operasional Formal (mulai umur 11 tahun)
Pada tahap ini telah berkembang kemampuan penalaran
abstrak dan imajinasi pada anak. Pengertian terhadap ilmu
pengetahuan dan teori lebih mendalam. Hal ini memungkinkan
remaja untuk melewati dunia realitas yang konkrit ke dunia
kemungkinan dan untuk beroperasi secara logis pada simbol dan
informasi yang tidak selalu mengacu pada objek dan peristiwa di
dunia nyata. Anak belajar menciptakan ide baru, dan
menggunakan ide tersebut. Anak dapat fokus pada pernyataan
verbal dan mengevaluasi validitas logis mereka tanpa membuat
petunjuk ke dalam dunia nyata. Anak dapat berpikir seperti orang
dewasa dan memikirkan masa depannya.
3. Cara Pengukuran Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Cara Pengukuran Pertumbuhan Fisik pada Anak
Menurut Ardiana Dian (2011) pertumbuhan fisik pada anak
dapat di lakukan dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti
timbangan dan pita pengukur (meteran). Adapaun pertumbuhan
fisik yang terjadi pada anak meliputi :
1) Berat Badan
Anak usia 0-6 bulan, berat bayi bertambah 682 gram perbulan.
Berat badan lahir bayi meningkat dua kali lipat ketika usia 5
bulan. Antara usia 6 dan 12 bulan, berat bayi bertambah 341 g
perbulan. Berat lahir bayi meningkat tiga kali lipat saat berusia
12 bulan. Berat badan akan menjadi 4 kali berat badan lahir
pada umur 2 tahun. Pada masa prasekolah kenaikan berat badan
rata-rata 2kg/tahun.
Kenaikan berat badan anak pada tahun pertama kehidupan jika
mendapat gizi yang baik berkisar sebagai berikut.
a) 700-1.000 g/bulan pada triwulan 1
b) 500-600 g/bulan pada triwulan II
c) 350-450 g/bulan pada triwulan III

15
d) 250-350 g/bulan pada triwulan IV
Dapat pula digunkan rumus yang dikutip dari Behrman
(1992) untuk memperkirakan berat badan anak seperti berikut.
Bayi 3,25 kg
3-12 bulan Umur(bulan) + 9
2
1-6 tahun Umur(tahun) x 2 + 8
6-12 tahun Umur(tahun) x 7 – 5
2
2) Tinggi Badan
Tinggi badan rata-rata pada waktu lahir adalah 50 cm, secara
garis besar, tinggi badan anak dapat diperkirakan, sebagai
berikut.
a) 1 tahun : 1,5 x TB lahir
b) 4 tahun : 2 x TB lahir
c) 6 tahun : 1,5 x TB setahun
d) 13 tahun : 3 x TB lahir
e) Dewasa : 3,5 x TB lahir (2 x TB 2 tahun)
3) Lingkar kepala atau lingkar Fronto-Oksipital (LFO)
Lingkar kepala pada waktu lahir rata-rata 34 cm. Antara 0 dan
6 bulan, lingkar kepala bertambah 1,32 cm per bulan. Antara
usia 6 dan 12 bulan, lingkar kepala meningkat 0,44 cm per
bulan, lingkar kepala meningkat sepertiganya dan berat otak
bertambah 2,5 kali dari berat lahir. Pada umur 6 bulan lingkar
kepala rata-rata adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, umur 2
tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm.
4) Perubahan Fontanel
Saat lahir, bagian terlebar fontanel anterior yang berbentuk
berlian berukuran sekitar 4-5 cm, fontanel ini menutup pada
usia 12 dan 18 bulan, sedangkan bagian terlebar fontanel
posterior yang berbentuk segitiga sekitar 0,5-1 cm, fontanel ini
menutup pada usia 2 bulan.

16
5) Lingkar Dada
Ukuran normal lingkar dada normal sekitar 2 cm lebih kecil
dari lingkaran kepala. Pengukuran dilakukan dengan mengukur
lingkar dada sejajar dengan puting.
b. Deteksi perkembangan dengan KPSP
Formulir KPSP adalah alat atau instrumen yang digunakan
untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada
penyimpangan. Pemeriksaan KPSP dilakukan secara rutin, setiap
3 bulan pada anak kurang dari 24 bulan dan setiap 6 bulan pada
anak usia 24-72 bulan, KPSP ini tersedia untuk anak usia : 3, 6, 9,
12, 15, 18, 21, 24, 30, 36, 42, 48, 54, 60, 66, dan 72 bulan. (Nurul
Chomaria, 2015 p. 38)
Pemeriksaan KPSP dilakukan untuk menentukan penilaian
perkembangan anak dalam 4 sektor perkembangan yaitu : motorik
kasar, motorik halus, bicara/bahasa, dan sosialisasi/kemandirian.
Adapun prosedur yang harus di lakukan dalam pemeriksaan KPSP
adalah sebagai berikut :
1) Cara menggunakan KPSP
a) Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.
b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan
dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari
dibulakan menjadi 1 bulan.
Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4
bulan bila umur bayi 3 bulan 15 hari, dibulatkan menjadi 3
bulan.
c) Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai
dengan umur anak.
d) KPSP terdiri atas 2 macam pertanyaan, yaitu :
(1) Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak,
contoh : “Dapatkah bayi makan kue sendiri ?”

17
(2) Perintah kepada ibu/pengasuh anak atau petugas
melaksanakan tugas yang tertulis di KPSP.
Contoh : “pada posisi bayi anda terlentang, tariklah
bayi pada pergelangan tangganya secara perlahan-
lahan ke posisi duduk”.
e) Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut
menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak
mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.
f) Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu
persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau
Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir.
g) Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh
anak menjawab pertanyaan terdahulu.
h) Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.
(Kementrian Kesehatan RI, 2016 P. 21)
2) Interprestasi hasil KPSP
a) Hitunglah berapa jumlah jawaban Ya
(1) jawaban Ya, bila ibu/pengasuh menjawab: anak bisa
atau pernah atau sering atau kadang-kadang
melakukannya.
(2) Jawaban Tidak, bila ibu/pengasuh menjawab: anak
belum pernah melakukan atau tidak pernah atau
ibu/pengasuh anak tidak tahu.
b) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 9 atau 10, perkembangan anak
sesuai dengan tahap perkembangannya (S).
c) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 7 atau 8, perkembangan anak
meragukan (M).
d) Jumlah jawaban ‘Ya’ = 6 atau kurang, kemungkinan ada
penympangan (P).
e) Untuk jawaban ‘Tidak’, perlu dirinci jumlah jawaban
‘Tidak’ menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak

18
halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian).
(Kementrian Kesehatan RI, 2016 P. 21)
3) Intervensi KPSP
a) Bila perkembangan anak sesuai umur (S), lakukan tindakan
berikut :
(1) Beri pujian kepada ibu karena telah mengasuh
anaknya dengan baik
(2) Teruskan pola asuh anak sesuai dengan tahap
perkembangan anak
(3) Beri stimulasi perkembangan anak setiap saat,
sesering mungkin, sesui dengan umur dan kesiapan
anak.
(4) Ikutkan anak pada kegiatan penimbangan dan layanan
kesehatan di posyandu secara teratur sebulan 1 kali
dan setiap ada kegiatan Bina keluarga Balita (BKB).
Jika anak sudah memasuki usia prasekolah (36-72
bulan), anak dapat diikutkan pada kegiatan di Pusat
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Kelompok
Bermain, dan Taman Kanak-kanak.
(5) Lakukan pemeriksaan/skrining rutin menggunakan
KPSP setiap 3 bulan pada anak berumur kurang dari
24 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 24-72
bulan.
b) Bila perkembangan anak meragukan (M), lakukan tindakan
berikut:
(1) Beri petunjuk pada ibu agar melakukan stimulasi
perkembangan pada anak lebih sering lagi, setiap
saat dan sesering mungkin.
(2) Ajarkan ibu cara melakukan intervensi stimulasi
perkembangan anak untuk mengatasi
penyimpangan/mengejar ketertinggalnnya.

19
(3) Lakukan pemeriksaan kesehatan untuk mencari
kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan
penyimpangan perkembangan dan lakukan
pengobatan.
(4) Lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian
dengan menggunakan daftar KPSP yang sesuai
dengan umur anak.
c) Jika hasil KPSP ulang jawaban ‘Ya’ tetap 7 atau 8 maka
kemungkinan ada penyimpangan (P)
Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P),
lakukan tindakan berikut: Merujuk ke Rumah Sakit dengan
menuliskan jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan
(gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan
kemandirian). (Kementrian Kesehatan RI, 2016 P. 21-22)

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INTOLERANSI AKTIVITAS


1. Pengkajian
Munurut Wijaya dan Putri (2013) pengkajian pada anak dengan
bronchopneumonia yang mengalami masalah keperawatan intolransi
aktivitas meliputi :
a. Identitas klien dan orang tua : nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, alamat, nomor registrasi, dan agama
b. Keluhan utama
Lemah saat beraktivitas dan sesak nafas
c. Riwayat penyakit saat ini
Anak lemah, sianosis, sesak nafas dan nafas dangkal, gelisah,
ronchi (+), wheezing (+), batuk, demam, sianosis daerah mulut dan
hidung.
d. Riwayat keluarga
Riwayat penyakit infeksi, TBC, Pneumonia, dan penyakit-penyakit
infeksi saluran nafas lainnya.

20
e. Pola Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini
perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap kesehatnnya. Pasien anak
dengan bronchopneumonia akan mengalami kelemahan fisik
karena sesak nafas yang dialami.
Yang perlu dikaji pada pola aktivitas adalah :
1) Tingkat aktivitas sehari-hari
a) Pola aktivitas sehari-hari
b) Jenis, frekuensi, dan lamanya latihan fisik
2) Tingkat kelelahan
a) Aktivitas yang membuat lelah
b) Riwayat sesak nafas.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : lemah, sakit berat
2) Tanda-tanda vital
(TD menurun, nafas sesak, nadi lemah dan cepat, suhu
meningkat, distress pernafasan, sianosis)
3) Berat badan dan tinggi badan
Sesuai atau tidak sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan.
4) Kulit
Tampak pucat dan sianosis
5) Kepala sakit kepala
6) Hidung nafas cuping hidung, sianosis
7) Mulut pucat sianosis, membran mukosa kering, bibir
kering dan pucat.
8) Jantung pada kasus komplikasi ke endokarditis, terjadi
bunyi tambahan.
9) Paru-paru infiltrasi pada lobus paru, perkusi pekak (redup),
ronchi (+), wheezing (+), sesak nafas bertambah saat
beraktivitas.

21
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium, gambaran darah menunjukkan
Leukositosis (15.000 – 40.000/m3)
2) Analisa gas darah arteri, biasanya PCO2 meningkat PO2
menurunan
3) Ro. Thorax = terdapat bercak infiltrat pada lapang paru

2. Diagnosa Keperawatan
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.

3. Perencanaan Keperawatan
Menurut Nurarif A.H dan Kusuma Hardi (2016) perencanaan
keperawatan intoleransi aktivitas meliputi:
a. NOC
1) Energy conservation
2) Activity tolerance
3) Self Care : ADLs
b. Kriteria Hasil
1) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan
tekanan darah, nadi dan RR
2) Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADLs) secara mandiri
1) Tanda-tanda vital normal
2) Energy psikomotor
3) Level kelemahan
4) Mampu berpindah : dengan atau tanpa bantuan alat
5) Status kardiopulmonari adekuat
6) Sirkulasi status baik
7) Status respirasi : pertukaran gas dan ventilasi adekuat

22
c. NIC
Aktivity therapy
1) Kolaborasi dengan Tenaga Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
2) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu di
lakukan
3) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi, dan soaial
4) Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang
diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan
5) Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi
roda, krek
6) Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas yang disukai
7) Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang
8) Bantu klien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
9) Sediakan penguatan yang positif bagi yang aktif beraktivitas
10) Bantu klien untuk mengembangkan motivasi diri dan
penguatan
11) Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual

4. Implementasi
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang baik yang menggambarkan
kritria hasil yang diharapkan. Pada tahap ini tugas perawat adalah
membantu pasien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tahap
ini dimulai setelah rencana tindakan susun. (Serri Hutahaean, 2010 p.
41)

23
5. Evaluasi
Munurut Serri Hutahaean (2010, p 41) evaluasi adalah tahap
akhir dari proses keperawatan dan merupakan tindakan intelektual
untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh
diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai.

24
BAB III

METODE PENULISAN

A. Rancangan Penelitian
Karya tulis ilmiah ini menggunakan metode deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, yang berlangsung pada masa sekarang atau masa lalu
(Asep & Baharuddin, 2014, h. 5).
Karya tulis ilmiah ini berbentuk studi kasus yang menggambarkan
pengelolaan keperawatan intoleransi aktivitas pada anak dengan
bronchopneumonia. Studi kasus adalah rancangan penelitian yang
mencangkup pengkajian satu unit penelitian secara intensif terhadap satu
klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi (Nursalam, 2015 p.
161)

B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam kasus studi ini adalah dua pasien anak
dengan bronchopneumonia yang mengalami masalah intoleransi aktivitas
di ruang Mawar RSUD Kraton Kabupaten Peakalongan. Teknik sampling
yang digunakan adalah convinience sampling dimana penetapan sampel
dengan mencari subjek atas dasar hal-hal yang menarik dan
mempermudah penulis (Nursalam, 2015 p. 174). Pemilihan metode
convinience sampling karena metode tersebut merupakan metode paling
mudah, nyaman, cepat dan akurat bagi penulis dalam menentukan subjek
dalam studi kasus.
Studi kasus ini dilakukan pada dua pasien anak, yang meliputi
kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2015 p. 172).

25
Kriteria inklusi dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah:
a. Pasien anak dengan bronchopneumonia yang mempunyai masalah
keperawatan intoleransi aktivitas dan keluarga yang besedia
menjadi responden, kesadarannya composmentis, keluarga pasien
kooperatif dan dirawat di ruang Mawar RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan yang minimal rawat inap selama 2 hari
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (Nursalam,
2015 p. 172). Kriteria eksklusi dalam penulisan karya tulis ilmiah ini
antara lain:
a. Pasien anak dengan bronchopneumonia yang mempunyai masalah
keperawatan intoleransi aktivitas dan keluarga yang bersedia
menjadi responden, kesadarannya composmentis dan keluarga
pasien kooperatif dan dirawat di ruang Mawar RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan yang minimal rawat inap selama 2 hari
tetapi kondisinya kritis atau meninggal dunia, pulang paksa
sebelum pengelolaan keperawatan selesai dan mengharuskan
untuk pindah ruangan.

C. Fokus Studi
Fokus pada studi kasus ini adalah pengelolaan keperawatan
intoleransi aktivitas pada anak dengan bronchopneumonia di Ruang
Mawar RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

D. Tempat dan Waktu


1. Tempat
Studi kasus ini akan dilakukan di ruang Mawar RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan.
2. Waktu
Studi kasus ini akan dilakukan pada bulan November – Januari 2020

26
E. Definisi Operasional
Defnisi Operasional adalah pemberian definisi terhadap variabel
penelitian secara operasional sehingga peneliti mampu mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan terkait dengan konsep. (I ketut Swarjana 2015,
p. 49)
Pengelolaan adalah serangkaian kegiatan yang diakukan dengan
prosedur-prosedur keperawatan untuk mengatasi suatu permasalahan yang
ada.
Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi fisiologis atau
psikologis pada seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang
dibutuhkan atau diinginkan.
Bronchopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada jaringan
paru melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernapsan yang
dapat disebabkan oleh macam-macam penyebab seperti: virus, bakteri, dan
jamur.

F. Pengumpulan Data
1. Instrumen Penelitian
Menurut Vigih Hery K. (2018, p. 66), instrumen penelitian
adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-
data penelitian sesuai dengan taknik pengumpulan data yang telah
dipilih. Dengan kata lain, intrumen penelitian dapat disebut dengan
alat ukur. Instrumen yang digunakan penulis sebagai alat
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
a. Format asuhan keperawatan anak
b. Format pengkajian aktivitas sehari - hari
c. Alat tulis
d. Alat kesehatan yang digunakan untuk pemeriksaan fisik, meliputi:
tensimeter, stetoskop, thermometer, jam tangan/stopwatch.
e. Laporan hasil pemeriksaan meliputi : pemeriksaan laboratorium
dan rontgen thoraks.

27
2. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data pasien dibagi menjadi 2 yaitu data primer
dan data skunder
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh
peneliti. (Nursalam, 2015)
1) Wawancara
Teknik pengumpulan data dengan wawancara merupakan
pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului beberapa
pertanyaan informal ke formal (Gunawan, 2013 p. 160). Pada
karya tulis ilmiah ini wawancara berisi tentang anamnesis
identitas pasien dan keluarga, keluhan utama, riwayat
kesehatan sekarang, riwayat penyakit yang diderita keluarga,
dll. Penggalian data bersumber dari pasien, keluarga dan
perawat lain.
2) Observasi
Merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengobservasi atau mengamati suatu objek secara
teliti guna mendapatkan data yang diinginkan serta
pencatatannya secara sistematis (Gunawan, 2013 p. 143).
Observasi dilakukan sesudah pemberian terapi dan tindakan.
3) Pemeriksaan fisik
Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik dari
rambut sampai kaki dengan metode inspeksi, palpasi, perkusi,
dan auskultasi pada pasien.
b. Data Skunder
Data skunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi catatan
medis yang merupakan sumber informasi penting bagi tenaga
kesehatan untuk mengidentifikasi masalah agar dapat menegakkan
diagnosa, merencanakan tindakan, dan memonitor respon pasien
terhadap tindakan keperawatan.

28
1) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data kualitatif
yang bersifat fakta dan tersimpan dalam bentuk dokumentasi
(Gunawan, 2013 p. 177). Dilakukan dengan cara pengambilan
data dari rekam medis serta hasil nilai laboratorium sebagai
data penunjang dalam menegakkan diagnosa keperawatan
intoleransi aktivitas.
2) Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan bahan-bahan pustaka untuk
menunjang latar belakang secara teoritis dalam suatu
penlelitian.

G. Analisis dan Penyajian Data


1. Analisis Data
Hasil dari pengkajian lalu dianalisa untuk memperioritaskan masalah
keperawatan / diagnosa keperawatan, menyusun perencanaan,
melakukan tindakan keperawatan / implementasi keperawatan, dan
melaksanakan evaluasi keperawatan.
2. Penyajian Data
Setelah penulis melakukan analisa data, penulis akan menyajikan
hasilnya dalam beberapa bentuk, diantaranya :
a. Narasi, adalah bentuk penyajian data dengan menjelaskan data
dalam bentuk kalimat atau paragraf.
b. Tabel, adalah bentuk penyajian data dalam bentuk kolom dan baris.

H. Etika Penelitian
Menurut Nursalam (2009) prinsip etika penelitian menjelaskan
bahwa data dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu sebagai berikut :
1. Prinsip manfaat
a) Bebas dari penderitaan : penelitian harus dilaksanakan tanpa
mengakibatkan penderitaan kepada subjek.

29
b) Bebas dari eksploitasi : partisapasi subjek dalam penelitian harus
dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan.
c) Risiko (benefit ratio) : penelitian harus hati-hati
mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang akan berakibat
kepada subjek pada setiap tindakan.
2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (respect human dignity)
a) Hak untuk ikut/ tidak menjadi responden (right to self
determination) : subjek harus diperlakukan secara manusiawi,
subjek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia
menjadi subjek / tidak, tanpa adanya sangsi apapun / akan
berakibat terhadap kesembuhannya.
b) Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan
(right to full disclosure) : peneliti harus memberikan penjelasan
dan bertanggung jawab jika sesuatu terjadi pada subjek.
c) Informed consent : subjek harus mendapatkan informasi secara
lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan.
3. Prinsip keadilan (right to justice)
a) Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair
treatment) : subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum,
selama, sesudah keikutsertaan dalam penelitian.
b) Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy) : subjek mempunyai
hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan,
untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasia
(confidentiality).

30
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL
Pada bab ini penulis akan membahas tentang laporan kasus
Pengelolaan Keperawatan Intoleransi Aktivitas pada An. N (Pasien I) dan
An. J (Pasien II) dengan bronchopneumonia di Ruang Mawar RSUD
Kraton Kabupaten Pekalongan yang meliputi pengkajian, perumusan
masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Data diperoleh dari
hasil wawancara dengan orang tua pasien, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, dan data Rekam Medis pasien.

1. Pengkajian
Pasien I (An. N)
Pengkajian dilakukan pada hari Rabu Tanggal 04 Desember
2019 pada pukul 14.00 WIB dan didapatkan data pasien bernama An. N
berusia 5 tahun 8 bulan, jenis kelamin perempuan, alamat Wiradesa,
Pekalongan. Pasien masuk ke IGD RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan pada hari Selasa, 03 Desember 2019 pukul 08.25 WIB
dengan keluhan utama pasien mengatakan tidak mampu untuk
beraktivitas karena masih sesak nafas .
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang Pasien datang ke
IGD RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan diantar oleh keluarganya
pada hari Selasa, 03 Desember 2019 pukul 08.25 WIB dengan keluhan
sesak nafas, lemas, batuk berdahak, panas naik turun, mual dan muntah.
Di IGD RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan pasien mendapatkan
terapi O2 2 liter permenit, infus RL 15 tetes permenit, injeksi Cefotaxim
250 mg IV, kemudian dokter memutuskan pasien untuk menjalani
rawat inap di ruang Mawar RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan. Pada
pengkajian riwayat penyakit dahulu ibu pasien mengatakan pasien tidak
pernah menderita penyakit seperti sekarang ini, pasien hanya menderita

31
batuk, pilek, dan panas biasa. Pada pengkajian riwayat kesehatan
keluarga ibu pasien mengatakan didalam anggota keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit menular seperti TBC. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi baik alergi makanan, minuman, maupun obat-obatan.
Pada pengkajian pola aktivitas didapatkan data subjektif ibu
pasien mengatakan selama An. N dirawat dirumah sakit An. N hanya
berbaring di tempat tidur dan kadang minta di gendong oleh Ny. K
atau Tn. A apabila pasien merasa bosan di kamar perawatan. Ny. K
mengatakan pasien lemas ketika beraktivitas untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya seperti kebutuhan mandi, makan, minum, toileting,
serta berpakaian semua aktivitas tersebut masih dibantu orang tua
pasien.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan pada An. N didapatkan
hasil keadaan umum pasien sedang, kesadaran composmentis, nadi
105x/menit, respiratory rate 37x/menit, suhu 37,1oC, hidung pasien
tampak terdapat lendir, terdapat pernafasan cuping hidung, terpasang
terapi O2 2 liter. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan data
pernafasan pasien cepat dan dangkal disertai adanya tarikan dinding
dada, dada pasien simetris antara dada kanan dan dada kiri, tidak
terdapat nyeri tekan, terdapat bunyi suara tambahan ronchi, suara paru
sonor. Pada pemeriksaan fisik jantung diperoleh data tidak ada
pembesaran pada jantung, tidak terdapat nyeri tekan pada jantung,
perkusi jantung pekak, kemudian pada saat di auskultasi bunyi jantung
lup dup.
Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal
03 Desember 2019 jam 08.35 WIB didapatkan data jumlah lekosit 8.63
10^/ul dengan rentan nilai normal 5.50 – 15.50, eritrosit 4.17Juta/mm3
rentan nilai normal 3.90 – 5.30, hemoglobin 10.6 g/dl (L) rentan nilai
normal 11.5 – 13.5, hematokrit 31.7 % (L) nilai normal 34.0 – 40.0,
trombosit 299.000/mm3 rentan nilai normal 150.000 – 450.000. Pada

32
pemeriksaan radiologi yang di lakukan pada tanggal 04 Desember 2019
Pukul 10:31 WIB menunjukan kesan Bronchopneumonia
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, penulis
memperoleh data subjektif dan data objektif. Pada An. N (Pasien I) data
subjektif yang di peroleh yaitu pasien mengatakan tidak mampu untuk
beraktivitas karena masih sesak nafas.
Data objektif yang diperoleh pada saat pengkajian diantaranya
pasien tampak lemah hanya terbaring ditempat tidur, pasien terlihat
sesak, nadi 105x/menit dengan nilai normal 75-100x/menit, respiratory
rate 37x/menit nilai normal 20-30x/menit, nafas cepat dan dangkal
disertai adanya tarikan dinding dada, terdapat pernafasan cuping
hidung, terdengar bunyi suara nafas tambahan ronchi, hasil
pemeriksaan rontgen menunjukan kesan bronchopneumonia.
Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diperoleh
dari hasil pengkajian, maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan
pada An. N yaitu Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan pada An. N (Pasien I) disusun pada
hari Rabu, tanggal 04 Desember 2019 pukul 15.30 sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang sudah diprioritaskan yaitu intoleransi
aktivitas berhububungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen. Tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan melatih kemampuan aktivitas pasien secara bertahap
sesuai dengan kondisi pasien selama 3 x 24 jam, pasien menunjukan
tingkat toleransi terhadap aktivitas, Pasien dapat melakukan aktivitas
sesuai kondisi kesehatan pasien tanpa menimbulkan sesak nafas,
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik seperti berpindah, berjalan dan
toileting (BAB dan BAK) tanpa disertai peningkatan nadi dan
respiratory rate. nadi dan RR dalam batas normal yaitu Nadi : 70 – 100

33
kali/menit, RR : 20 – 30 kali/menit, Pernafasan normal, tidak terdapat
bunyi suara nafas tambahan ronchi, Mampu melakukan aktivitas
sehari-hari seperti berpindah, makan / minum, toileting (BAB dan
BAK), berpakaian dan berjalan secara mandiri.
Rencana tindakan yang akan dilakukan : Kaji tingkat toleransi
anak terhadap aktivitas, catat adanya dyspnea, peningkatan kelemahan
dan perubahan tanda vital selama dan setelah beraktivitas, catat
frekuensi nadi dan nafas sebelum dan sesudah beraktivitas, Bantu
tingkatkan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi,
Jelaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat,
Rencanakan jadwal aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan pasien
dengan melibatkan keluarga, Ajarkan penggunaan teknik nafas
terkontrol selama aktivitas, Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan atau tidur (semi fowler), Pertahankan terapi oksigen
selama aktivitas.
4. Implementasi
Setelah menentukan perencanaan tindakan, maka dapat
dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan tindakan
untuk mengatasi masalah keperawatan pada An. N. Pelaksanaan
tindakan keperawatan pada An. N (Pasien I) dilakuakan pada tanggal 04
Desember 2019 sampai tanggal 06 Desember 2019. Dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang telah ditentukan,
melibatkan peran serta perawat ruangan, pasien dan keluarga pasien.
Implementasi hari pertama dilakukan pada hari Rabu, tanggal
04 Desember 2019 pukul 15.50 WIB yaitu mengkaji tingkat toleransi
anak dengan melatih pasien miring kanan kiri dan melatih pasien untuk
duduk di tempat tidur serta memonitor frekuensi nadi dan nafas
sebelum dan sesudah melatih pasien mengubah posisi miring kanan dan
miring kiri. Respon subjektif yang di dapatkan yaitu pasien mengatakan
mau untuk dilatih miring ke kanan dan ke kiri, pasien mengatakan tidak
kuat untuk duduk dan berdiri terlalu lama karena masih lemas dan sesak

34
nafas, respon objektif yang didapatkan Pasien terlihat berusaha miring
ke kanan dan miring ke kiri, nadi sebelum miring kanan kiri
105x/menit, RR 37x/menit dan setelah miring kanan kiri nadi menjadi
107x/menit, RR 39x/menit. Pukul 16.15 WIB menjelaskan perlunya
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. Respon subjektif yang
didapat Ibu pasien mengatakan mengerti tentang pentingnya aktivitas
dan istirahat dalam perencanaan pengobatan, respon objektif Ibu pasien
dan pasien mengangguk paham. Pukul 16.30 WIB memberikan terapi
inhalasi (nebulizer) ventolin 1/2 ampul dan Nacl 1 ml. Respon subjektif
Ibu pasien mengatakan sesak nafas pasien biasanya berkurang setelah
dilakukan nebul, respon objektif Pasien tampak rileks dan kooperatif
saat dilakukan tindakan nebuizer, pasien tampak menghirup asap
nebulizer. Pukul 16.50 WIB mengobseravasi tanda-tanda vital pasien.
Respon yang di dapatkan Pasien tampak lemas nadi 105 x/menit, RR
35 x/menit, suhu 37,1oC, nafas cepat dan dangkal, adanya tarikan
dinding dada, terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat bunyi suara
nafas tambahan ronchi. Pukul 17.00 WIB memberikan obat sesuai
terapi injeksi IV cefotaxim 600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg dan
memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus.
Respon yang didapat Obat masuk secara IV dan tidak terlihat adanya
tanda-tanda alergi terhadap obat. Pukul 24.00 WIB memberikan obat
sesuai terapi injeksi IV cefotaxim 600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg,
respon yang didapat Pasien tampak sedang tidur, obat masuk secara IV,
tidak tampak adanya tanda-tanda alergi terhadap obat.
Implementasi hari kedua dilakukan pada hari Kamis, 05
Desember 2019 pukul 05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital.
Respon yang didapat RR 37x/menit, nadi 110x/menit, suhu 36.9oC,
nafas cepat dan dangkal dengan adanya tarikan dinding dada, terdapat
bunyi suara nafas tambahan ronchi, adanya pernafasan cuping hidung.
Pukul 06.00 WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer): ventolin 1/2
ampul dan Nacl 1 cc. Respon subjektif yang didapat Ibu pasien

35
mengatakan setelah dilakukan tindakan nebul sesak nafas pasien
biasanya berkurang, respon objektif pasien tampak rileks dan
kooperatif saat dilakukan tindakan nebulizer, pasien tampak menghirup
asap nebulizer. Pukul 09.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi
IV cefotaxim 600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg dan memberikan terapi
peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus. Respon yang didapat
pasien tampak sedang tidur, obat masuk secara IV, tidak tampak adanya
tanda-tanda alergi terhadap obat. Pukul 14.00 WIB mengkaji tingkat
toleransi pasien yaitu melatih pasien turun dari tempat tidur dan
berjalan ke toilet. Respon subjektif yang didapat Ibu pasien
mengatakan An.N sudah bisa duduk di tempat tidur dan sesak nafas
sudah berkurang dan pasien mengatakan bersedia, pasien mengatakan
kondisinya sudah lebih baik, respon objektif pasien tampak sudah bisa
duduk di tempat tidur, pasien tampak turun dari tempat tidur dan
berlatih untuk berjalan ke toilet, frekuensi nadi sebelum berjalan
98x/menit RR 33x/menit, setelah berjalan nadi 100x/menit RR
33x/menit. Pukul 15.00 WIB membuat rencana jadwal aktivitas sehari-
hari yang dapat dilakukan pasien dengan melibatkan keluarga seperti
duduk, turun dari tempat tidur, makan minum secara mandiri, BAK dan
BAB ke toilet dan berjalan keluar dari ruangan. Respon subjektif yang
didapat pasien dan keluarga mengatakan bersedia, respon objektif
pasien terlihat duduk ditempat tidur dan sesak nafas berkurang. Pukul
16.30 WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer) : ventolin 1/2 ampul
dan Nacl 1 cc. Respon subjektif yang didapat Ibu pasien mengatakan
setelah dilakukan tindakan nebul sesak nafas pasien biasanya
berkurang, respon objektif pasien tampak rileks dan kooperatif saat
dilakukan tindakan nebulizer, pasien tampak menghirup asap nebulizer.
Pukul 17.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV cefotaxim
600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg dan memberikan terapi peroral
fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus. Respon objektif yang didapat
Obat masuk secara IV dan tidak terlihat adanya tanda-tanda alergi

36
terhadap obat. Pukul 17.15 WIB Mengobservasi tanda-tanda vital.
Respon objektif yang didapat Suhu 36oC, RR 32x/menit, nadi
94x/menit, nafas sedang tarikan dinding dada sedikit berkurang, cuping
hidung berukarang, masih terdapat suara tambahan ronchi. Pukul 19.00
WIB mengajarkan teknik nafas terkontrol selama aktivitas. Respon
yang didapat pasien kooperatif dan mampu menunjukan teknik nafas
terkontrol yang dianjurkan perawat. Pukul 19.30 WIB mempertahankan
terapi oksigen. Respon objektif yang didapat pasien tampak tenang,
oksigen masuk 2 liter/menit. Pukul 21.00 WIB membantu memilih
posisi nyaman untuk pasien beristirahat dengan memberikan posisi
semi fowler. Respon yang didapat pasien mengatakan nyaman, Pasien
terlihat tenang dengan posisi semi fowler. Pukul 24.00 WIB
memberikan obat sesuai terapi injeksi IV cefotaxim 600 mg, injeksi IV
clanexi 425 mg. Respon yang didapat Obat masuk secara IV dan tidak
ada tanda-tanda alergi.
Implementasi hari ketiga dilakukan pada hari Jumat, tanggal
06 Desember 2019 pukul 05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital.
Respon yang didapat Nadi 100x/menit, RR 30x/menit, suhu 36,8 oC,
tidak terdapat tarikan dinding dada, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung, masih terdengar bunyi suara tambahan ronchi. Pukul 06.00
1/
WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer) : ventolin 2 ampul dan
Nacl 1 cc. Respon subjektif yang didapat Ibu pasien mengatakan sesak
nafas pasien berkurang, respon objektif pasien terlihat menghirup asap
nebulizer, pasien tampak rileks dan kooperatif saat di lakukan tindakan.
Pukul 08.00 WIB memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk puyer
1 bungkus. Respon yang didapat pasien tampak minum obat tanpa di
muntahkan. Pukul 09.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV
cefotaxim 600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg. Respon yang didapat
Obat masuk secara IV, tidak terlihat adanya tanda-tanda alergi terhadap
obat. Pukul 10.00 WIB memonitor keadaan umum pasien dan mengkaji
kemampuan pasien sesuai yang telah direncanakan perawat dan

37
keluarga. Respon subjektif Ibu pasien mengatakan kondisi anaknya
sudah jauh lebih baik sesak nafas sudah berkurang, ibu pasien juga
mengatakan An. N sudah bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke toilet
untuk BAK dan BAB denagan di bantu ibunya, pasien sudah bisa
berjalan keluar ruangan tanpa mengalami sesak nafas, pasien juga sudah
bisa makan minum secara mandiri, respon objektif pasien tampak lebih
segar dan lebih baik. Pukul 12.00 WIB mengukur tanda-tanda vital.
Respon yang didapat nadi 95x/menit, suhu 36 oC, RR 30x/menit, tidak
terdapat tarikan dinding dada, tidak terdapat pernafasan cuping hidug,
masih terdengar bunyi suara tambahan ronchi. Pukul 13.00 WIB
menganjurkan pasien untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap
untuk meningkatkan toleransi. Respon subjektif ibu pasien mengatakan
bersedia mengikuti anjuran perawat, respon objektif pasien tampak
tenang. Pukul 16.30 WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer) :
1/
ventolin 2 ampul dan Nacl 1 cc. Respon subjektif yang didapat Ibu
pasien mengatakan sesak nafas pasien berkurang, respon objektif pasien
terlihat menghirup asap nebulizer, pasien tampak rileks dan kooperatif
saat di lakukan tindakan. Pukul 17.00 WIB memberikan obat sesuai
terapi injeksi IV cefotaxim 600 mg, injeksi IV clanexi 425 mg dan
memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus.
Respon yang didapat Obat masuk secara IV, tidak terlihat adanya tanda-
tanda alergi terhadap obat. Pukul 17.30 WIB mengukur tanda-tanda
vital. Respon yang didapat Nadi 92x/menit, RR 30x/menit, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat tarikan dinding dada
masih terdengar bunyi suara nafas tambahan ronchi, pasien tampak
tenang dan lebih baik. Pukul 20.30 WIB membantu memilih posisi
nyaman untuk pasien beristirahat dengan memberikan posisi semi
fowler. Respon yang didapat pasien mengatakan nyaman dan terlihat
lebih tenang.
5. Evaluasi

38
Berdasarkan catatan perkembangan SOAP yang terdiri dari S
(Subjektif), O (Objektif), A(Analisis), dan P (Planning). Hasil evaluasi
pada hari Jumat, 06 Desember 2019 pukul 21.30 didapatkan data
subjektif sebagai berikut, ibu pasien mengatakan kondisi An. N sudah
jauh lebih baik, sesak nafas berkurang, An. N sudah bisa turun dari
tempat tidur, makan, minum, dan berjalan ke toilet secara mandiri dan
masih dalam pengawasan, BAB dan BAK pasien masih dibantu, ibu
pasien mengatakan pasien sudah bisa berjalan keluar ruangan tanpa
mengalami sesak nafas. Respon objektif didapatkan nadi 92x/menit,
respiratory rate 30x/menit, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
tidak terdapat tarikan dinding dada, masih terdengar bunyi suara
tambahan ronchi saat diauskultasi. Pasien tampak tenang. Analisisnya
yaitu masalah teratasi. Planningnya yaitu pantau kemajuan kondisi
kesehatan pasien. Adapun setelah tiga hari pengelolaan keperawatan
yang di berikan kepada pasien dan pasien sudah tidak mengalami batuk
ataupun sesak nafas akan tetapi dokter masih memberikan advice
pemberian nebulizer maka terapi nebulizer tetap diberikan kepada
pasien.

1. Pengkajian
Pasien II (An. J)
Pengkajian dilakukan pada hari Sabtu,tanggal 07 Desember
2019 pukul 14.00 WIB dan didaptkan data identitas pasien bernaman
An. J yang berusaia 3 tahun 5 bulan, jenis kelamin perempuan, alamat
Surobayan Kabupaten Pekalongan. Berdasarkan hasil pengkajian
didapatkan, keluhan utama yang dirasakan yaitu ibu pasien mengatakan
pasien sesak nafas ketika melakukan aktivitas.
Pada pengkajian riwayat penyakit sekarang, Pasien datang ke
IGD RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan diantar oleh kedua
orangtuanya pada hari Jumat, 06 Desember 2019 pukul 22.10 WB
dengan keluhan sesak nafas, batuk berdahak, lemas dan panas naik

39
turun. Di IGD RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan pasien
mendapatkan terapi O2 2 liter permenit, infus RL18 tetes permenit,
injeksi Cefotaxim 75 mg IV, kemudian dokter memutuskan An. J untuk
menjalani rawat inap di ruang Mawar RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan. Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu, ibu pasien
mengatakan pasien memiliki riwayat kejang dan pasien pernah dirawat
di RSIA Aisyiyah Pekajangan. Pada pengkajian riwayat kesehatan
keluarga ibu pasien mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak
ada yang mengalami sakit seperti yang dialami oleh An. J sekarang,
anggota keluarganya tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti DM maupun penyakit menular seperti TBC. Pada pengkajian
riwayat alergi, ibu pasien mengatakan pasien tidak memilki riwayat
alergi baik makanan, minuman ataupun obat-obatan.
Pada pengkajian pola aktivitas didapatkan data subjektif ibu
pasien mengatakan selama dirawat di rumah sakit An. J hanya
berbaring di tempat tidur, Ny. M mengatakan An. J lemas ketika
beraktivitas seperti untuk kebutuhan makan, minum, mandi, berpakaian
serta toileting semuanya harus dibantu oleh orang tua pasien. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan hasil keadaan umum pasien sedang,
kesadaran pasien composmentis, nadi 115x/menit, respiration rate
39x/menit, hidung pasien terdapat lendir, terdapat pernafasan cuping
hidung, terpasang terapi oksigen 2 liter permenit.
Pemeriksaan thorax pada paru-paru didapatkan data nafas
cepat dan dangkal dengan adanya tarikan dinding dada, dada simetris
antara kanan dan kiri, tidak terdapat nyeri tekan, suara paru sonor, saat
diauskultasi terdengar bunyi suara nafas tambahan ronchi. Pemeriksaan
fisik pada jantung diperoleh data tidak ada pembesaran pada jantung,
tidak terdapat nyeri tekan pada jantung, perkusi jantung pekak,
kemudian pada saat di auskultasi bunyi jantung lup dup.
Pada saat pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada
tanggal 06 Desember 2019 pukul 23.30 WIB didapatkan data lekosit

40
3.71 10^/ul (L) nilai normal 6.00 – 17.50, eritrosit 3.92 Juta/mm3 nilai
normal 3.70 – 5.30, hemoglobin 9.2 g/dl (L) nilai normal 10.5 – 13.5,
hematokrit 28.7% (L) nilai normal 70.00 – 86.00, trombosit 119.000
/mm3 (L) nilai normal 150.000 – 450.000. pada pemeriksaan rontgen
tanggal 07 Desember 2019 pukul 09.28 WIB menunjukan kesan
Bronchopneumonia.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan, penulis
memperoleh data subjektif dan data objektif pada An. J (Pasien II).
Data subjektif yang diperoleh yaitu keluhan utama yang dirasakan ibu
pasien mengatakan pasien sesak nafas ketika melakukan aktivitas
Data objektif yang diperoleh pada saat pengkajian diantaranya
nadi 115x/menit, nilai normal 75-100x/menit, respiration rate
39x/menit nilai normal 20-30x/menit, nafas cepat dan dangkal dengan
adanya terikan dinding dada, terdapat pernafasan cuping hidung,
terdapat suara tambahan ronchi. Pasien tampak lemah hanya berbaring
di tempat tidur, pasien tarlihat sesak dan terpasang oksigen 2 liter
permenit, hasil pemeriksaan rontgen menunjukkan kesan
Bronchopneumonia.
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang diperoleh dari
pengkajian, maka dapat dirumuskan diagnosa keperawatan pada An. J
yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
3. Perencanaan
Perencanaan pada An. J (Pasien II) disusun pada hari Sabtu,
tanggal 07 Desember 2019 pukul 15.00 WIB sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang di prioritaskan yaitu intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan
keperawatan melatih kemampuan aktivitas pasien secara bertahap
sesuai dengan kondisi pasien selama 3 x 24 jam yaitu pasien

41
menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas, pasien dapat
melakukan aktivitas sesuai kondisi kesehatan pasien tanpa sesak nafas,
berpartisipasi dalam aktivitas fisik seperti berpindah, berjalan dan
toileting (BAB dan BAK) tanpa disertai peningkatan tekanan darah,
nadi, dan RR dalam rentang normal nadi : 75-100x/menit, RR : 20-
30x/menit nafas normal, tidak terdapat tarikan dinding dada, tidak
terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat suara nafas tambahan
ronchi, serta mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti berpindah,
makan / minum, toileting (BAB dan BAK), berpakaian dan berjalan
secara mandiri.
Rencana tindakan keperawatan, kaji tingkat toleransi anak,
catat laporan dyspnea, peningkatan kelemahan dan perubahan tanda
vital sebelum dan susah beraktivitas. Bantu tingkatkan aktivitas secara
bertahap untuk meningkatkan toleransi. Jelaskan perlunya
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. Ajarkan penggunaan teknik
nafas terkontrol sealama aktivitas. Rencanakan jadwal aktivitas sehari-
hari yang dapat dilakukan pasien dengan melibatkan keluarga,
pertahankan terapi oksigen selama aktivitas.

4. Implementasi
Setelah menentukan perencanaan tindakan, maka dapat
dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan perencanaan tindakan
untuk mengatasi masalah keperawatan pada An. J. pelaksanaan
tindakan keperawatan pada An. J (Pasien II) dilakukan pada tanggal 07
Desember 2019 sampai tanggal 09 Desember 2019. Dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang telah ditentukan,
melibatkan peran serta perawat ruangan, pasien dan keluarga pasien.
Implementasi hari pertama, Sabtu 07 Desember 2019 pukul
15.20 WIB memonitor keadaan umum. Respon subjektif yang didapat
ibu pasien mengatakan An. J badannya lemas dan sesak nafas ketika
beraktivitas, respon objektif pasien tampak lemah. Pukul 15.25 WIB

42
Mengatur posisi pasien semi fowler. Respon objektif yang didapat
posisi tidur pasien setengah duduk dan pasien tampak sesak. Pukul
15.50 WIB mengkaji tingkat toleransi anak dengan melatih pasien
miring kanan dan miring kiri serta duduk serta memonitor frekuensi
nadi dan nafas sebelum dan sesudah melatih pasien megubah posisi
miring kanan kiri. Respon subjektif yang didapat ibu pasien
mengatakan pasien badannya lemas tidak bisa untuk bergerak
berlebihan, respon objektif Pasien terlihat berusaha memiringkan badan
ke kanan dan kiri nadi sebelum miring kanan kiri 110x/menit, RR
39x/menit dan nadi setelah miring kanan kiri 112x/menit, RR
40x/menit. Pukul 16.00 WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer)
ventolin 1/2 ampul dan Nacl 1 ml. Respon subjektif yang didapat ibu
pasien mengatakan setelah dinebul sesak nafas pasien biasanya
berkurang, respon objektif pasien tampak menghirup asap nebulizer,
pasien tampak rileks dan pasien kooperatif saat di lakukan tindakan
nebulizer. Pukul 17.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV
clanexi 200 mg, injeksi cefotaxim 275 mg, Injeksi IV paracetamol 80
mg memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus.
respon objektif yang didapat Obat masuk secara IV dan tidak terlihat
adanya tanda-tanda alergi terhadap obat. Pukul 17.15 WIB menjelaskan
perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. Respon subjektif
yang didapat ibu pasien mengatakan mengerti tentang pentingnya
aktivitas dan istirahat dalam rencana pengobatan, respon objektif ibu
pasien tampak mengangguk paham. Pukul 24.00 WIB memberikan obat
sesuai terapi injeksi IV clanexi 200 mg, injeksi cefotaxim 275 mg,
Injeksi IV paracetamol 80 mg. respon objektif yang didapat pasien
tampak sedang tidur, obat masuk secara IV, tidak tampak adanya tanda-
tanda alergi terhadap obat.
Implementasi hari kedua, Minggu 08 Desember 2019 pukul
05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital. Respon objektif yang
didapat RR 37x/menit, nadi 112x/menit, suhu 37,8 oC, nafas cepat dan

43
dangkal dengan adanya tarikan dinding dada, terdapat bunyi suara nafas
tambahan ronchi, adanya pernafasan cuping hidung. Pukul 06.00 WIB
1/
memberikan terapi inhalasi (nebulizer) : ventolin 2 ampul dan Nacl 1
cc. Respon objektif yang didapat ibu pasien mengatakan setelah
dinebul sesak nafas pasien biasanya berkurang, respon objektif pasien
tampak menghirup asap nebulizer, pasien tampak rileks dan pasien
kooperatif saat di lakukan tindakan nebulizer. Pukul 09.00 WIB
memberikan obat sesuai terapi injeksi IV clanexi 200 mg, injeksi
cefotaxim 275 mg, Injeksi IV paracetamol 50 mg. Respon objektif yang
didapat obat masuk secara IV dan tidak tampak adanya tanda-tanda
alergi terhadap obat. Pukul 12.00 WIB mengukur tanda-tanda vital.
Respon objektif yang didapat Nadi 113x/menit, suhu 37oC, dan RR
37x/menit. Pukul 14.00 WIB mengkaji tingkat toleransi pasien yaitu
melatih pasien turun dari tempat tidur dan berjalan ke toilet. Respon
subjektif yang didapat ibu pasien mengatakan kondisi An.J lebih baik,
sesak nafas sudah berkurang dan pasien mengatakan bersedia untuk
dilatih turun dari tempat tidur dan berjalan ke toilet, respon objektif
pasien terlihat sudah bisa duduk di tempat tidur frekuensi nadi sebelum
turun dan berjalan ke toilet 110x/menit RR 36x/menit, setelah duduk
dan berjalan 112x/menit RR 36x/menit. Pukul 15.00 WIB membuat
rencana jadwal aktivitas sehari-hari pasien dengan melibatkan keluarga
seperti duduk, turun dari tempat tidur, makan minum secara mandiri,
BAB dan BAK serta berjalan keluar ruangan. Respon subjektif yang
didapat pasien dan keluarga pasien mengatakan bersedia, respon
objektif pasien tampak duduk di tempat tidur dan mampu turun dari
tempat tidur. Pukul 16.00 WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer):
1/
ventolin 2 ampul dan Nacl 1 cc. respon subjektif yang didapat ibu
pasien mengatakan setelah dinebul sesak nafas pasien biasanya
berkurang, respon objektif pasien tampak menghirup asap nebulizer,
pasien tampak rileks dan pasien kooperatif saat di lakukan tindakan
nebulizer. Pukul 16.30 WIB memonitor keadaan umum dan mengukur

44
tanda-tanda vital. Respon subjektif yang didapat ibu pasien mengatakan
sesak nafas pasien sudah berkurang, respon objektif Suhu 36 oC, Nadi
110x/menit, RR 36x/menit, sesak nafas berkurang, tarikan dinding dada
sedikit berkurang, pernafasan cuping hidung berkurang, masih
terdangar bunyi suara tambahan ronchi. Pukul 17.00 WIB memberikan
obat sesuai terapi injeksi IV clanexi 200 mg, injeksi cefotaxim 275 mg,
memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus.
Respon objektif yang didapat pasien tampak sedang istirahat di tempat
tidur, obat masuk secara IV dan tidak tampak adanya tanda-tanda alergi
terhadap obat. Pukul 19.00 WIB mengajarkan teknik nafas terkontrol
selama aktivitas. Respon yang didapat pasien mengatakan bersedia dan
pasien mempu menunjukan teknik nafas terkontrol yang diajarkan
perawat. Pukul 19.30 WIB mempertahankan terapi oksigen. Respon
objektif yang didapat Oksigen masuk 2 liter/menit. Pukul 20.30 WIB
membantu memilih posisi nyaman untuk pasien beristirahat dengan
memberikan posisi semi fowler. Respon subjektif yang didapat pasien
mengatakan nyaman, respon objektif pasien tampak tenang. Pukul
23.55 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi IV clanexi 200 mg,
injeksi cefotaxim 275 mg. Respon objektif yang didapat pasien tampak
sedang tidur, obat masuk secara IV, dan tidak tampak adanya tanda-
tanda alergi terhadap obat.
Implementasi hari ketiga, Senin 09 Desember 2019 pukul
05.30 WIB mengobservasi tanda-tanda vital. Respon objektif yang
didapat Nadi 106x/menit, suhu 36,5oC, RR 36x/menit. Pukul 06.00
1/
WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer) : ventolin 2 ampul dan
Nacl 1 cc. Respon subjektif yang didapat ibu pasien mengatakan setelah
dinebul sesak nafas pasien biasanya berkurang, respon objektif pasien
tampak menghirup asap nebulizer, pasien tampak rileks dan pasien
kooperatif saat di lakukan tindakan nebulizer. Pukul 08.00 WIB
memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk puyer 1 bungkus.
Respon objektif yang didapat obat masuk secara oral dan tidak

45
dimuntahkan. Pukul 09.00 WIB memberikan obat sesuai terapi injeksi
IV clanexi 200 mg, injeksi cefotaxim 275 mg. Respon objektif yang
didapat obat masuk secara IV, tidak tampak adanya tanda-tanda alergi
terhadap obat. Pukul 10.00 WIB memonitor keadaan umum pasien dan
mengkaji kemampuan aktivitas pasien sesuai yang telah direncanakan
perawat dan keluarga. Respon subjektif yang didapat Ibu pasien
mengatakan kondisi anaknya sudah lebih baik, sesak nafas sudah
berkurang, pasien mengatakan badannya masih sedikit lemas, sudah
bisa makan minum sendiri, ibu pasien mengatakan pasien sudah bisa
turun dari tempat tidur dan berjalanke toilet namun masih perlu di bantu
keluarga, ibu pasien mengatakan pasien masih sedikit sesak nafas ketika
berjalan terlalu cepat dan berdiri terlalu lama, pasien masih
membutuhkan bantuan ibunya ketika BAB dan BAK, respon objektif
Pasien tampak lebih segar. Pukul 11.50 WIB mengukur tanda-tanda
vital. Respon objektif yang didapat Nadi 100x/menit, suhu 36 oC, RR
34x/menit, tidak terdapat tarikan dinding dada, tidak terdapat
pernafasan cuping hidung, masih terdengar bunyi suara tambahan
ronchi. Pukul 13.00 WIB menganjurkan pasien untuk meningkatkan
aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi. Respon
subjektif yang didapat Ibu pasien mengatakan bersedia melaksanakan
anjuran perawat, respon objektif Pasien tampak tenang. Pukul 16.00
1/
WIB memberikan terapi inhalasi (nebulizer): ventolin 2 ampul dan
Nacl 1 cc. respon subjektif yang didapat ibu pasien mengatakan setelah
dilakukan tindakan nebul sesak nafas pasien biasanya berkurang, respon
objektif pasien tampak menghirup asap nebulizer, pasien tampak rileks
dan kooperatif saat dilakukan tindak nebulizer. Pukul 17.00 WIB
Memberikan obat sesuai terapi injeksi IV clanexi 200 mg, injeksi
cefotaxim 275 mg, memberikan terapi peroral fludon dalam bentuk
puyer 1 bungkus. Respon objektif yang didapat pasien tampak istirahat
ditempat tidur, obat masuk secara IV, tidak tampak adanya tanda-tanda
alergi terhadap obat. Pukul 18.00 WIB mengukur tanda-tanda vital.

46
Respon objektif yang didapat Nadi 100x/menit, RR 34x/menit, suhu
36,5oC, tidak terdapat terikan dinding dada, tidak terdapat pernafasan
cuping hidung, masih terdengar bunyi suara tambahan ronchi. Pukul
20.30 WIB membantu memilih posisi nyaman untuk pasien beristirahat
dengan memberikan posisi semi fowler. Respon subjektif yang didapat
pasien mengatakan nyaman, respon objektif pasien terlihat tenang.
5. Evaluasi
Berdasarkan catatan perkembangan SOAP yang terdiri dari S
(Subjektif), O (Objektif), A(Analisis), dan P (Planning). Hasil evaluasi
pada hari senin, 09 Desember 2019 pukul 21.30 WIB didapatkan data
subjektif sebagai berikut, Ibu pasien mengatakan kondisi An. J sudah
lebih baik dari hari sebelumnya, sesak nafas sudah berkurang, An. J
sudah bisa duduk di tempat tidur, pasien sudah bisa makan minum
sendiri, pasien sudah bisa turun dari tempat tidur dan berjalan ke toilet
namun masih harus pelan-pelan dan masih perlu di bantu, pasien masih
butuh bantuan ibunya ketika BAB dan BAK, pasien belum bisa
mengganti pakaian sendiri, pasien mengatakan masih lemas dan masih
sedikit sesak ketika berjalan terlalu cepat dan berdiri terlalu lama.
Respon objektif yang didapatkan Nadi 100x/menit, RR 34x/menit, tidak
terdapat terikan dinding dada, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
masih terdengar bunyi suara tambahan ronchi, pasien tampak tenang.
Analisisnya yaitu masalah teratasi sebagian. Planningnya adalah
lanjutkan intervensi : Monitor frekuensi nadi dan nafas sebelum dan
sesudah beraktivitas, bantu tingkatkan aktivitas pasien secara bertahap
untuk meningkatkan toleransi, kaji tingkat toleransi anak dalam
aktivitas, catat laporan dyspnea, peningkatan kelemahan dan perubahan
tanda vital selama dan setelah beraktivitas, jelaskan perlunya
keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, anjurkan penggunaan
teknik nafas terkontrol dan tunda aktivitas jika mengalami sesak nafas
selama aktivitas, rencanakan jadwal aktivitas sehari-hari yang dapat

47
dilakukan pasien dengan melibatkan keluarga, pertahankan terapi
oksigen 2 liter/menit/sesuai advise dokter.

B. PEMBAHASAN
Pembahasan berisi tentang analisis dari 2 kasus yang sama namun
respon setiap pasien berbeda, analisis yang dibahas yaitu pengelolaaan
masalah keperawatan intoleransi aktivitas dengan diagnosa medis
Bronchopneumonia. Pada bab ini penulis akan membahas tentang
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi keperawatan, evaluasi keperawatan, beserta kesenjangan-
kesenjangan yang ditemukan antara konsep teori dengan kondisi nyata
dilapangan selama melakukan pengelolaan keperawatan terhadap pasien
An. N dan An. J. dengan masalah keperawatan intoleransi aktivitas di
Ruang Mawar RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan.

1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian keperawatan yang dilakukan pada An. N
pada hari Rabu, 04 Desember 2019 pukul 14.00 WIB didapatkan data
pasien mengatakan tidak mampu untuk beraktivitas karena masih sesak
nafas, pasien tampak lemah dan sesak nafas. Pada saat pemeriksaan fisik
didapatkan hasil keadaan umum pasien sedang, tingkat kesadaran pasien
composmentis, nadi 105 kali/menit, respiration rate 37 kali/menit. hidung
pasien tampak terdapat lendir, terdapat pernafasan cuping hidung,
terpasang terapi O2 2 liter. Pada pemeriksaan fisik paru didapatkan data
pernafasan pasien cepat dan dangkal disertai adanya tarikan dinding dada,
dada pasien simetris antara dada kanan dan dada kiri, tidak terdapat nyeri
tekan, terdapat bunyi suara tambahan ronchi, suara paru sonor.
Pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal 03
Desember 2019 jam 08.35 WIB didapatkan data jumlah lekosit 8.63 10^/ul
dengan rentan nilai normal 5.50 – 15.50, eritrosit 4.17Juta/mm3 rentan

48
nilai normal 3.90 – 5.30, hemoglobin 10.6 g/dl (L) rentan nilai normal 11.5
– 13.5, hematokrit 31.7 % (L) nilai normal 34.0 – 40.0, trombosit
299.000/mm3 rentan nilai normal 150.000 – 450.000. Pada pemeriksaan
radiologi yang di lakukan pada tanggal 04 Desember 2019 Pukul 10:31
WIB menunjukan kesan Bronchopneumonia.
Hasil pengkajian keperawatan pada An. J Sabtu, 07 Desember
2019 pukul 14.00 WIB didapatkan data ibu pasien mengatakan pasien
sesak nafas ketika melakukan aktivitas. Pasien tempak lemah hanya
terbaring ditempat tidur. Pada saat pemeriksaan fisik didapakan hasil
keadaan umum pasien sedang, tingkat kesadaran pasien composmentis,
nadi 115x/menit, respiration rate 39x/menit. Hidung pasien terdapat
lendir, terdapat pernafasan cuping hidung. Pemeriksaan thorax pada paru-
paru didaptkan data dada simtris antara kanan dan kiri, nafas cepat dan
dangkal dengan adanya tarikan dinding dada, tidak terdapat nyeri tekan,
suara paru sonor, terdapat suara nafas tambahan ronchi.
Pada saat pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada
tanggal 06 Desember 2019 pukul 23.30 WIB didapatkan data lekosit
3.71 10^/ul (L) nilai normal 6.00 – 17.50, eritrosit 3.92 Juta/mm3 nilai
normal 3.70 – 5.30, hemoglobin 9.2 g/dl (L) nilai normal 10.5 – 13.5,
hematokrit 28.7% (L) nilai normal 70.00 – 86.00, trombosit 119.000
/mm3 (L) nilai normal 150.000 – 450.000. pada pemeriksaan rontgen
tanggal 07 Desember 2019 pukul 09.28 WIB menunjukan kesan
Bronchopneumonia.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada An. N dan
An. J tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan hasil temuan
di lapangan, data yang didapat yaitu kedua pasien mengalami sesak
nafas jika beraktivitas. Kondisi yang ditemukan pada An. N dan An. J
sudah sesuai teori yang menerangkan bahwa batasan karakteristik
intoleransi aktivitas meliputi : dyspnea setelah beraktivitas, keletihan,
ketidaknyamanan setelah beraktivitas, respon tekanan darah dan

49
frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas, menyatakan merasa letih
dan lemah. (Jane M. Brokel, 2016).

2. Diagnosa Keperawatan
Untuk dapat merumuskan diagnosa keperawatan harus
didukung oleh data subjektif dan data objektif. Dari data subjektif yang
didapatkan pada An. N (Pasien I) yaitu pasien mengatakan tidak mampu
untuk beraktivitas karena masih sesak nafas. Data objektif yang didapat
Pasien tampak lemah dan sesak nafas. Nadi 105x/menit, respiratory rate
37x/menit, terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat lendir pada hidung,
terpasang terapi O2 2 liter. pernafasan pasien cepat dan dangkal disertai
adanya tarikan dinding dada, terdengar bunyi suara nafas tambahan
ronchi, hasil pemeriksaan rontgen menunjukkan kesan
bronchopneumonia. Pada An. J yaitu ibu pasien mengatakan pasien pasien
sesak nafas ketika melakukan aktivitas. Pasien tampak lemah hanya
berbaring di tempat tidur dan terlihat sesak. Data objektif nadi 115x/menit,
respiration rate 39x/menit, terdapat lendir pada hidung, terdapat
pernafasan cuping hidung, terpasang terapi O 2 2 liter. pernafasan pasien
cepat dan dangkal disertai adanya tarikan dinding dada, terdengar bunyi
suara naas tambahan ronchi, hasil pemeriksaan rontgen menunjukkan
kesan bronchopneumonia.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada An. N (Pasien I) dan
An. J (Pasien II) yaitu intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen. Diagnosa yang
muncul pada An. N dan An. J sudah sesuai dengan teori menurut Jane M.
Brokel (2016) dimana didalam teori tersebut menjelaskan batasan
karakteristik pada pasien dengan bronchopneumonia yaitu Dyspnea
setelah beraktivitas, kedua pasien mengatakan sesak nafas jika
beraktivitas. Frekuensi nadi dan RR abnormal terhadap aktivias, nadi dan
RR kedua pasien tinggi lebih dari batas normal dimana nilai normal nadi
pada anak 75-100x/menit dan nilai normal RR 20-30x/menit. Pasien

50
pertama (An. N) nadi 105x/menit, RR 37x/menit. Pasien kedua (An. J)
nadi 115x/menit, RR 39x/menit.
3. Perencanaan
Tahap perencanaan keperawatan, penulis menyusun tujuan
keperawatan yang diharapkan, kriteria hasil, dan rencana tindakan
keperawatan yang akan dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatn yang
yang sudah di prioritaskan. Sehingga memudahkan dalam pelaksanaan
pengelolaan keperawatan selanjutnya.
Rencana tindakan yang ditulis pada An.N (Pasien I) hari Rabu
tanggal 04 Desember 2019 dan pada An. J (Pasien II) hari Sabtu tanggal
07 Desember 2019 degan diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Tujuan yang diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan
melatih kemampuan aktivitas pasien secara bertahap sesuai dengan kondisi
pasien selama 3x24 jam, pasien menunjukkan peningkatan toleransi
terhadap aktivitas, pasien dapat melakukan aktivitas, dapat berjalan tanpa
mengalami napas tersengal-sengal, sesak nafas dan kelelahan,
berpasrtisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah. Nadi, dan RR, nadi dan RR dalam rentang normal yaitu nadi 75-
100x/menit, RR 20-30x/menit, serta mampu melakukan aktivitas sehari-
hari secara mandiri.
Rencana tindakan keperawatan yang dapat dilaksanakan sesuai
dengan kondisi pasien dan keluhan pasien yaitu kaji tingkat toleransi anak
dalam aktivitas, catat laporan disnpea, peningkatan kelemahan dan
perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas. Rasional : menetapkan
kemampuan atau kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi.
Bantu tingkatkan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi.
Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu menurunkan
kebutuhan oksigen yang meningkat. Jelaskan perlunya keseimbangan
antara aktivitas dan istirahat. Rasional : menurunkan kebutuhan metbolik
dan penghemat energy untuk penyembuhan. Rencanakan jadwal aktivitas

51
sehari-hari yang dapat dilakukan pasien dengan melibatkan keluarga.
Rasional : melatih pasien beraktivitas sesuai kondisi kesehatannya untuk
mencegah terjadinya kekakuan otot karena tirah baring lama. Ajarkan
penggunaan teknik nafas terkontrol selama aktivitas. Rasional : membantu
meringankan beban napas selama aktivitas. Pertahankan terapi oksigen
selama aktivitas. Rasional : aktivitas fisik meningkatkan kebutuhan
oksigen dan sistem tubuh akan berusaha menyesuaikannya.
4. Implementasi
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan selama 3 hari,
pada An. N (Pasien I) dimulai dari hari Rabu, 04 Desember 2019 – Jumat,
06 Desember 2019. Dan pada An. J (Pasien II) dimulai dari hari Sabtu, 07
Desember 2019 – Senin, 09 Desember 2019. Tindakan keperawatan yang
telah dilakukan untuk diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas adalah
mengkaji tingkat toleransi anak dalam aktivitas, catat laporan disnpea,
peningkatan kelemahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah
aktivitas, memonitor nadi dan nafas sebelum dan sesudah beraktivitas,
membantu tingkatkan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan
toleransi, menjelaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas dan
istirahat, membuat rencana jadwal aktivitas sehari-hari yang dapat
dilakukan pasien dengan melibatkan keluarga, mengajarkan penggunaan
teknik nafas terkontrol selama aktivitas, mempertahankan terapi oksigen
selama aktivitas.
Semua perencanaan yang penulis susun dapat dilaksanakan
selama tiga hari waktu pengelolaan keperawatan didukung dengan pasien
dan keluarga pasien kooperatif serta peran perawat yang berada di ruang
mawar RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan selama dilakukan tindakan
keperawatan. Selama pelaksanaan tindakan keperawatan penulis tidak
mengalami hambatan yang berarti dalam memberikan asuhan keperawatan
masalah intoleransi aktivitas pada kedua pasien, karena pasien dan
keluarga pasien mendukung tindakan yang dilakukan dalam rencana
pengobatan serta peran perawat dalam melaksakan tindakan sudah sesuai

52
dengan rencana keperawatan yang penulis susun. Adapun data subjektif
yang didapat lebih banyak dari ibu pasien dikarenakan pasien adalah anak-
anak usia balita yang kemampuan komunikasinya masih kurang dan malu-
malu saat di tanya.
5. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, maka
penulis melakukan evaluasi akhir terhadap asuhan keperawatan yang telah
diberikan untuk diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen dan
didapatkan hasil sebagai berikut, pada An. N (Pasien I) didapatkan data
ibu pasien mengatakan kondisi An. N saat ini sudah jauh lebih baik, sesak
nafas berkurang, ibu pasien mengatakan An. N sudah bisa turun dari
tempat tidur, makan minum, dan berjalan ke toilet secara mandiri dan
masih dalam pengawasan, BAB dan BAK masih dibantu, ibu pasien
mengatakan pasien sudah bisa berjalan keluar ruangan tanpa mengalami
sesak nafas. Data objektif pasien tampak sudah tidak lemas dan sesak, nadi
92x/menit, RR 30x/menit. Analisisnya masalah teratasi penuh.
Planningnya adalah pertahankan intervensi. Sedangkan pada An, J
didapatkan data subjektif ibu pasien mengatakan kondisi An. J sudah lebih
baik dari hari sebelumnya, sesak nafas sudah berkurang, An. J sudah bisa
duduk di tempat tidur, pasien sudah bisa makan minum sendiri, pasien
sudah bisa turun dari tempat tidur dan berjalan ke toilet namun masih
harus pelan-pelan dan masih perlu di bantu, pasien masih butuh bantuan
ibunya ketika BAB dan BAK, pasien belum bisa mengganti pakaian
sendiri, pasien masih lemas dan masih sedikit sesak ketika berjalan terlalu
cepat dan berdiri terlalu lama. Data objektif yang didapat pasien tampak
tenang, nadi 100x/menit, RR 34x/menit. Analisisna masalah teratasi
sebagian. Planningnya adalah lanjutkan intervensi.
Hasil evaluasi yang penulis dapatkan dari kedua pasien pada
masalah intoleransi aktivitas adalah sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil
yang sudah penulis rencanakan. Dari data subjektif dan objektif yang telah

53
didapatkan pada An. N (Pasien I) dan An. J (Pasien II), penulis
menemukan adanya kesenjangan pada kedua pasien dimana pada pasien
pertama (An. N) masalah intoleransi aktivitas teratasi penuh, sedangkan
pada pasien kedua (An. J) masalah hanya teratasi sebagian. Belum
teratasinya masalah intoleransi aktivitas pada pasien kedua dikarenakan
faktor penyebab dari penyakit yang dialami pasien belum teratasi yaitu
pasien masih mengalami sesak nafas yang ditandai dengan RR masih
diatas normal yaitu 34x/menit (nilai normal : 20-30x/menit), hasil
pemeriksaan laboratorium pada tanggal 08 Desember 2019 menunjukan
nilai lekosit masih rendah yaitu 4.50 10^/ul yang menunjukkan adanya
infeksi virus.
Untuk rencana tindak lanjutnya penulis mendelegasikan kepada
perawat ruang untuk melanjutkan rencana tindakan meliputi : monitor
frekuensi nadi dan nafas sebelum dan sesudah beraktivitas, bantu
tingkatkan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi., kaji
tingkat toleransi anak dalam beraktivitas, catat laporan dyspnea,
peningkatan kelemahan dan perubahan tanda vital selama aktivitas,
jelaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat, ajarkan
teknik nafas terkontrol selama aktivitas, dan pertahankan terapi oksigen
selama aktivitas. Adapun pendelegasian kepada perawat terhadap pasien
An. N dan An. J dilakukan secara berbeda, hal itu berdasarkan analisa
masalah pada kedua pasien juga berbeda sehingga dalam memberikan
pendelegasian harus melihat dan mempertimbangkan dari kondisi
kesehatan pasien.

54
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pembahasan dan tujuan penulisan laporan
kasus pengelolaan keperawatan intoleransi aktivitas pada An. N dan An. J
dengan bronchopneumonia di ruang Mawar RSUD Kraton Kabupaten
Pekalongan, maka dapat disusun kesimpulan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis pada
An. N dan An. J ditemukan data yaitu kedua pasien mengatakan sesak
nafas ketika beraktivitas. Kedua pasien tampak terbaring di tempat
tidur, pernafasan cepat dan dangkal disertai tarikan dinding dada,
terdapat pernafasan cuping hidung, terdengar bunyi suara nafas
tambahan ronchi. Pada An. N mengatakan lemas lesu tidak mampu
beraktivitas karena masih sesak nafas, nadi 105x/menit (nilai normal
75-100x/menit), respiratory rate 37x/menit (nilai normal 20-
30x/menit). Sedangakan pada An. J didapatkan data ibu pasien
mengatakan pasien sesak nafas ketika melakukan aktivitas, nadi
115x/menit (nilai normal 75-100x/menit), respiratory rate 39x/menit
(nilai normal 20-30x/menit). Dari hasil pengkajian terhadap kedua
pasien tersebut sudah sesuai dengan teori menurut Jane M. Brokel
(2016) yang menjelaskan batasan karakteristik masalah keperawatan
intoleransi aktivitas yaitu pasien mengatakan sesak nafas ketika
beraktivitas.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada An. N dan
An. J berdasarkan data yang diperoleh yaitu intoleransi aktivitas
berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.

55
3. Perencanaan keperawatan
Perencnaan yang disusun penulis untuk mengatasai masalah
sesuai dengan diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas berhubungan
dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,
rencana keperawatan yang disusun sesuai dengan masalah yang
ditemukan dan mengacu pada landasan teori menurut Nurarif dan
Kusuma (2016) yang dicatat dalam format perencanaan keperawatan.
Rencana keperawatan yang penulis rencanakan adalah kaji tingkat
toleransi anak terhadap aktivitas, catat adanya dyspnea, peningkatan
kelemahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah beraktivitas,
catat frekuensi nadi dan nafas sebelum dan sesudah beraktivitas, bantu
tingkatkan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi,
jelaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas dan istirahat,
rencanakan jadwal aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan pasien
dengan melibatkan keluarga, ajarkan penggunaan teknik nafas
terkontrol selama aktivitas, bantu pasien memilih posisi nyaman untuk
istirahat dan atau tidur (semi fowler), pertahankan terapi oksigen selama
aktivitas.
4. Tahap pelaksanaan
Pada tahap pelakasanaan penulis melakukan tindakan sesuai
dengan rencana yang telah disusun dan semua rencana tindakan dapat
diaplikasikan pada pasien An. N (pasien I) dan pasien An. J (pasien
II), serta didukung dengan kerjasama yang baik antar pasien, keluarga
dan perawat ruangan.
5. Evaluasi
Evaluasi pada An. N (pasien I) setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama tiga hari pada tanggal 04 Desember 2019 sampai
tanggal 06 desember 2019 masalah intoleransi aktivitas teratasi. Hal
tersebut sudah sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
penulis susun. Adapun pada An. J (pasien II) setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama tiga hari yaitu pada tanggal 07 desember

56
2019 sampai tanggal 09 Desember 2019 masalah intoleransi aktivitas
hanya teratasi sebagian, belum teratasinya masalah intoleransi aktivitas
disebabkan karena faktor penyebab dari penyakit yang dialami pasien
belum teratasi yaitu pasien masih mengalami sesak nafas yang ditandai
dengan RR masih diatas batas normal yaitu 34x/menit (nilai normal :
20-30x/menit) dan hasil pemeriksaan laboratorium pada tanggal 08
Desember 2019 menunjukan nilai lekosit masih rendah yaitu 4.50
10^/ul yang menunjukkan adanya infeksi virus.
6. Analisis tindakan keperawatan
mengkaji tingkat toleransi anak terhadap aktivitas, catat adanya
dyspnea, peningkatan kelemahan dan perubahan tanda vital selama
dan setelah beraktivitas, catat frekuensi nadi dan nafas sebelum dan
sesudah beraktivitas, membantu tingkatkan aktivitas secara bertahap
untuk meningkatkan toleransi, menjelaskan perlunya keseimbangan
antara aktivitas dan istirahat, merencanakan jadwal aktivitas sehari-
hari yang dapat dilakukan pasien dengan melibatkan keluarga,
mengajarkan penggunaan teknik nafas terkontrol selama aktivitas,
membantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau
tidur (semi fowler), mempertahankan terapi oksigen selama aktivitas.

B. Saran
1. Bagi pasien dan keluarga pasien
Diharapakan kepada kedua pasien agar meneruskan pengobatan sesuai
dengan yang telah diresepkan dokter ketika keluhan yang dirasakan
muncul kembali. Khususnya pada pasien II (An. J) diharapkan
meneruskan pengobatan, karena berdasakan hasil laboratorium nilai
lekosit rendah, hal ini menunjukkan adanya infeksi virus.
bagi keluarga pasien diharapkan memotivasi pasien untuk
meningkatkan kemampuan aktivitas sesuai kondisi pasien.

57
2. Bagi perawat
Diharapkan kepada perawat agar lebih optimal dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien anak dengan bronchopneumonia
yang mengalami masalah keperawatan intoleransi aktivitas sehingga
dapat mencegah masalah lain yang berhubungan degan gangguan
sistem musculoskeletal pada anak.
3. Bagi Prodi Keperawatan Pekalongan
Diharapkan dengan tersusunnya karya tulis ilmiah ini dapat digunakan
sebagai informasi dalam pengembangan dan peningkatan mutu
pendidikan di masa yang akan datang serta dapat meningkatkan ilmu
penegetahuan dan memberi keterampilan yang lebih kepada
mahasiswa tentang pengelolaan keperawatan intoleransi aktivitas pada
pasien anak dengan bronchopneumonia

58
DAFTAR PUSTAKA

Ardiana, Dian. (2011). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika

Atika, Asri. (2019). Pengelolaan Keperawatan Intoleransi Aktivitas pada Anak


dengan Bronchopnumonia di Ruang Sekar Jagad RSUD Bendan Kota
Pekalongan. KTI tidak dipublikasikan. Pekalongan. Program Studi Diploma
III Keperawatan Pekalongan.

Gunawan, Imam. (2013). Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. (Ed.1).
Jakarta: Bumi Aksara

Hamdi, S.A dan Baharuddin E (2014). Metode Penelitian Kualitatif Aplikasi


Dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish.

Hutahaean, Serri. (2010). Konsep Dan Dokumentasi Proses Keperawatan.


Jakarta: Trans Info Media

I Ketut Swarjana. (2015). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Andi


Offset.

Kristanto Vigih Hery. (2018). Metodologi Penelitian Pedoman Penulisan Karya


Tulis Ilmiah (KTI). Yogyakarta: Deepubish

Nanda International Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2015-2017.


(2016). (Ed.10). Jakarta: EGC

Ngastiyah. (2014). Perawatan Anak Sakit. (Ed.2). Jakarta: EGC

Nugroho Taufan. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas, Anak, Bedah,


Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika
Nurarif Amin Huda dan Hardhi Kusuma. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis
Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai
Kasus Edisi Revisi (jilid 1). Jogjakarta: Mediaction

Nursalam. (2009). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


(Ed.2). Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis.


(Ed.4). Jakarta: Salemba Medika

Padila. (2017). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Rekam Medik RSUD Kraton Kabupaten Peakolongan tahun 2017, 2018 dan
2019.

Rhamdeni. (2018). Analisis Penggunaan Antibiotika Parenteral pada Pasien


Bronkopneumonia Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rsup DR. M.
Pharmacy Indonesia Jurnal, 3(2), 1-8.

Riyadi Sujono dan Suharsono. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Sakit.
Yogyakarta: Gosyen Publishing

Soetjiningsih dan Ranuh. (2016). Tumbuh Kembang Anak. (Ed.2). Jakarta: EGC

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Wijaya S. A & Putri Y. M (2013). Keperawatan Medikal Bedah (Keperawatan


Dewasa). Yogyakarta: Nuha Medika

Wilkinson dan Ahern. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. (Ed.9).


Jakarta: EGC.
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi Dan
Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak. (online). Diakses hari Selasa, 20
Agustus 2019 pukul 18.00 WIB
www.depkes.co.id

Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2017. (online). Diakses pada hari
Selasa, 20 Agustus 2019 pukul 17.00 WIB.
http://likesda.pekalongankota.go.id

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018. (online). Diakses pada hari
Senin, 19 Agustus 2019 pukul 14.00 WIB
https://dinkesjatengprov.go.id

Syafika Alaydrus. (2017). Evaluasi Penggunaan Antibiotik pada Anak Penderita


Bronchopneumonia di Rumah Sakit Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal
Mandala Pharmacon Indonesia 4(2);2018 : 83-93. (online). Diakses pada
hari Selasa, 20 Agustus 2019 pukul 16.00 WIB.
www.jurnal-pharmaconmw.com

Anda mungkin juga menyukai