KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN PONOROGO
2019
ASUHAN KEPERAWATAN SKIZOFRENIA DENGAN KURANGNYA
DUKUNGAN KELUARGA DI PUSKESMAS JAMBON
KABUPATEN PONOROGO.
Karya tulis ilmiah studi kasus ini disusun sebagai salah satu persyaratan
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Keperawatan di Program Studi
Keperawatan Ponorogo Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Malang
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII KEPERAWATAN PONOROGO
2019
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 201601097
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Naila Fitrotul Hidayah dengan NIM. 201601097
Esti Sugiyorini,A.Per.Pen,M.P.H
NIK : 19690501 198902 2 001
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah oleh Naila Fitrotul Hidayah dengan NIM. 201601097
Dewan Penguji,
Mengetahui,
Ketua
Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang
iv
KATA PENGANTAR
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Karya Tulis
Ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi Tugas Akhir dan
sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Ujian Akhir Program di Program
kasih kepada:
Malang.
2. drg. Hj. Rahayu Kusdarini, M.Kes selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Ponorogo.
5. Esti Sugiyorini, A.Per.Pen., M.P.H., selaku Ketua Program Studi Diploma III
Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah Studi Kasus ini dapat
v
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR DIAGRAM .................................................................................... x
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Batasan Masalah ............................................................................ 6
1.3 Rumusan Masalah.......................................................................... 7
1.4 Tujuan Penulisan ........................................................................... 7
1.4.1 Tujuan Umum ..................................................................... 7
1.4.2 Tujuan Khusus .................................................................... 7
1.5 Manfaat Penulisan ......................................................................... 8
1.5.1 Manfaat Teroris ................................................................... 8
1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................... 8
vi
2.3.2 Diagnosa Keperawatan........................................................ 54
2.3.3 Intervensi Keperawatan ....................................................... 57
2.3.4 Implementasi Keperawatan ................................................. 64
2.3.5 Evaluasi Keperawatan ......................................................... 64
vii
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1 Matriks Waktu Penyusunan ...................................................... 118
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Pengambilan Kasus .................................. 119
Lampiran 3 Surat telah melakukan pengambilan kasus ............................... 120
Lampiran 4 Surat Pengantar ......................................................................... 121
Lampiran 5 Lembar Persetujuan .................................................................. 122
Lampiran 6 Koesioner Dukungan Keluarga ................................................ 123
Lampiran 7 Lembar Observasi Dukungan Keluarga ................................... 124
Lampiran 8 Surat Keterangan Pengambilan Kasus...................................... 126
Lampiran 9 Lembar Satuan Acara Penyuluhan (SAP) ................................ 128
Lampiran 10 Leaflet .......................................................................................
Lampiran 11 Standar Operasional Prosedur (SOP) .......................................
Lampiran 12 Asuhan Keperawatan Skizofrenia dengan Kurangnya
Dukungan Keluarga di Puskesmas Jambon Kabupaten
Ponorogo...................................................................................
Lampiran 13 Lembar Konsultasi....................................................................
Lampiran 14 Daftar Riwayat Hidup...............................................................
viii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Skala Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga ............................ 55
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan ................................................................. 57
Tabel 2.3 Indikator Penilaian Dukungan Keluarga ....................................... 72
ix
DAFTAR DIAGRAM
halaman
Diagram 4.1 Kemampuan Keluarga ................................................................. 96
x
DAFTAR SINGKATAN
xi
1
BAB I
PENDAHULUAN
(halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif
sehari-hari (Anna, Pawiro, & Susantia, 2013). Ciri-ciri pada pasien gangguan
jiwa meliputi perubahan yang berulang dari fikiran, daya ingat, perubahan
jiwa disebabkan gangguan roh jahat dan akibat guna-guna karena kutukan
karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan
rumah. Perawatan rumah sakit tidak akan bermakna apabila tidak dilanjutkan
Selain itu koping keluarga yang tidak tepat sehingga mengakibatkan keluarga
1
2
terdapat sekitar 300 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar,
jiwa meningkat, dari hasil riskesdes antara tahun 2013 dan 2018 mengalami
mengalami peningkatan, menurut data Riskesdes antara tahun 2013 dan 2018,
2018).
menurun jika dibandingkan dengan Tahun 2015 yang sebanyak 14.416 kasus.
sakit termasuk pasien gangguan jiwa dari luar wilayah Kabupaten Ponorogo.
Jumlah ini masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kasus yang
3
lain masuk. Hal ini dikarenakan di Kabupaten Ponorogo belum ada dokter
spesialis jiwa. Selain itu banyak kasus gangguan jiwa yang langsung
kunjungan dan atau dengan rujukan ke RSJ di Lawang atau Solo, (Profil
2017 menuju tahun 2018 dengan jumlah 198 pasien yang datang ke
Menurut Agus (2001) dalam jurnal (Arianti, Novera, & Yani, 2017)
waktu 9 bulan. Peran keluarga penting keluarga orang yang sangat dekat
dengan pasien dan dianggap paling banyak tahu kondisi penerimaan manfaat
(Murni & Astuti, 2015). Hingga sekarang belum ditemukan penyebab yang
yaitu faktor genetic, virus, auto body, malnutrisi (Iyus & Sutini, 2014).
dapat lebih mengerti, mengetahui dan memahami dan pada akhirnya dapat
berperan secara aktif sebagai pendukung utama penderita (Mulya & Mitra,
kesehatan yang optimal baik secara fisik maupun mental (Friedman, 2010).
dan efek samping pengobatan, gejala kekambuhan, serta sikap yang perlu
ditunjukkan dan dihindari selama merawat klien dirumah (Mulya & Mitra,
2013).
Menurut Stuart & Laraia (2005) dalam jurnal (Sari, 2014) peran
salah satu bentuk terapi perawatan kesehatan jiwa keluarga dengan cara
tingkah laku.
tentukan sumber daya fisik emosional dan edukasi dari pemberian dalam
mengenai aspek medis dari kondisi pasien pada anggota kelurga, identifikasi
Ponorogo.
Kabupaten Ponorogo.
b. Bagi pasien
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebagian besar hubungan, kesadaran yang logis, antara tubuh dan jiwa
10
11
dan sering timbul pada masa remaja/antara 15-25 tahun gejala yang
bebefrenik yaitu:
berkelakar (pranks).
lingkungan.
erotomatic).
2013).
(Hawari, 2014).
1) Skizofrenia Simplek.
(akut). Di obati atau tidak di obati gangguan jiwa tipe ini dapat
3) Skizofrenia laten.
kondisi ini oleh karena itu kategori ini tidak di anjurkan untuk
4) Gangguan Skizoafektif.
a. Faktor biologis.
1) Komplikasi kelahiran.
2) Infeksi.
skizofrenia.
3) Hipotesis dopamin.
4) Hipotesis serotononin.
5) Struktur otak.
b. Faktor genetika.
kedua orang tua yang skizofrenia berpeluang 40%, satu orang tua
12%.
spikologis.
antara lain:
neurokimiawi
19
a) Tahap Comforting
b) Tahap Condeming.
c) Tahap Controling.
kesepian/sedih.
20
d) Tahap Conquering.
a. Gejala Positif.
meyakini kebenarannya.
b. Gejala Negatif.
menunjukkan ekspresi.
dreaming).
melawannya.
2013).
23
50% pada tahun pertama, 70% pada tahun kedua dan 100% pada
a. Faktor biologis.
b. Faktor psikologis.
penderita.
sesuai anjuran.
c. Faktor lingkungan.
kembali (kambuh).
secara teratur.
kemampuan penderita.
25
keadaan penderita
berkembang.
(Nursia, 2014).
sulit tidur, depresi, tidak ada minat dan menarik diri. Pada gangguan
jiwa psikotik akan timbul gejala positif yang lebih aktif seperti:
c. Sukar berkonsentrasi.
d. Sulit tidur.
e. Depresi.
g. Menarik diri.
27
a. Obat-obatan.
dopamin dan serotonin, tetapi juga pada reseptor asetil kolin dan
skizofrenia.
(ECT) yang diperkenalkan oleh Ugo Cerlitti dan Luigi Bini pada
c. Psikoterapi.
1) Psikoterapi suportif.
2) Psikoterapi Redukatif.
3) Psikoterapi Rekonstruktif.
4) Psikoterapi Kognitif.
etika, mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak,
(discriminative judgment).
5) Psikoterapi psikonamik.
6) Psikoterapi perilaku.
sosialnya.
7) Psikoterapi keluarga.
lebih jauh dan menganggap itu bukan penyakit yang serius. Itu
mungkin.
menjadi kronis.
yang aneh atau tidak masuk akal, serta penurunan fungsi kognitif.
(Junaidi, 2012).
34
2012).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu
(Friedman, 2010).
secara kompleks dalam posisi, peran dan norma yang lebih jauh diatur
1) Dyad family
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah
keluarga ini terdiri dari salah satu orang tua dengan anaknya.
36
6) Single adulf
sendiri.
secara bersama-sama.
2) Commune family.
Adalah keluarga yang terdiri dari lebih dari satu orang dan tidak
kelamin sama.
a. Fungsi afektif.
b. Fungsi sosialisasi.
c. Fungsi reproduksi.
manusia.
d. Fungsi ekonomi.
dan menenangkan.
fantasinya.
memiliki harga diri yang rapuh oleh sebab itu perlu didorong
39
lakukan.
kemasyarakat.
(Octaviani, 2016).
2.3.1 Pengkajian.
a. Data Umum.
1) Pengumpulan data.
c) Usia.
Pramono, 2013).
41
d) Jenis kelamin.
2013).
e) Pekerjaan.
Pramono, 2013).
f) Pendidikan KK.
g) Komposisi keluarga.
2) Tipe keluarga.
keluarga tersebut.
44
3) Genogram.
Ika, 2016).
karena itu resiko pada anak-anak lebih besar jika kedua orang
4) Suku bangsa.
5) Agama.
2013)
7) Aktivitas rekreasi.
(Gusti, 2013).
47
2012).
c. Data lingkungan.
1) Karakteristik rumah.
2012).
(Padila, 2012).
d. Struktur Keluarga.
Mitra, 2013).
2012).
2014).
2012).
e. Fungsi keluarga.
1) Fungsi afektif.
2) Fungsi social.
yaitu:
4) Fungsi reproduksi.
5) Fungsi ekonomi.
dari 6 bulan.
(Padila, 2012).
g. Pemeriksaan fisik.
h. Harapan keluarga.
masalah.
keluarga.
Skore
X Bobot
Angka tertinggi
1) Prioritas pertama : 5
(Gusti, 2013).
1 Pelemahan koping keluarga : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Peningkatan Keterlibatan Keluarga.
diharapkan dukungan keluarga dapat a. Bagun hubungan pribadi dengan pasien
Orang utama pendukung (anggota meminimalkan kekambuhan pasien dan anggota keluarga yang akan
keluarga, kerabat, atau teman dekat) skizofrenia dengan criteria hasil: terlibat dalam perawatan
kurang, tidak efektif, atau menurun b. Identifikasi kemampuan anggota
dalam memberi dukungan, rasa 1. Dukungan keluarga selama keluarga untuk terlibat dalam
nyaman, bantuan, atau motivasi perawatan. perawatan pasien.
yang diperlukan oleh klien untuk a. Keluarga mampu mendukung c. Ciptakan budaya fleksibelitas untuk
mengelola atau menguasai tugas- anggota yang sakit. keluarga.
tugas adaptif terkait masalah b. Keluarga mampu mengespresikan d. Tentukan sumber daya fisik,
kesehatannya. kepedulian terhadap anggota yang emosional, dan edukasi dari pemberian
sakit. perawatan utama.
Batasan Karakteristik : c. Keluarga mampu mengetahui e. Identifikasi defisit perawatan diri
1. Orang terdekat mengupayakan informasi dan prosedur yang telah pasien.
perilaku asistif/membantu diberikan. f. Identifikasi preferensi anggota
dengan hasil yang tidak d. Keluarga mampu melakukan keluarga untuk keterlibatan dengan
memuaskan. perawatan diri pada pasien. pasien.
2. Klien mengeluh tentang respons e. Mampu berkerjasama dengan g. Identifikasi harapan anggota keluarga
individu pendukung terhadap keluarga dalam menentukan untuk pasien.
masalah kesehatan. perawatan pasien. h. Antisipasi dan identifikasi kebutuhan
3. Klien khawatir tentang respons keluarga.
individu pendukung terhadap i. Dorong anggota keluarga dan pasien
masalah kesehatan. untuk membantu dalam
4. Keterbatasan dalam komunikasi mengembangkan rencana perawatan,
antara individu pendukung dan termasuk hasil yang di harapkan dan
57
klien. pelaksanaan rencana keperawatan.
5. Perilaku protektif dari individu j. Dorong anggota keluarga pasien untuk
pendukung yang tidak sesuai asertif dalam berinteraksi dengan
dengan kemampuan klien. pemberian layanan kesehatan
6. Perilaku protektif dari individu professional.
pendukung yang tidak sesuai k. Monitor struktur dan peran keluarga.
dengan kebutuhan otonomi klien. l. Monitor keterlibatan anggota keluarga
7. Individu pendukung mengeluh dalam perawatan pasien.
kurangnya pemahaman yang m. Dorong perawatan oleh anggota
memengaruhi perilaku efektif. keluarga selama perawatan di rumah
8. Individu pendukung mengeluh sakit atau perawatan di fasilitas
kurangnya pengetahuan yang perawatan jangka panjang.
memengaruhi perilaku efektif. n. Berikan informasi penting kepada
9. Individu pendukung mengeluh anggota keluarga mengenai pasien
preokupasi dengan reaksi sendiri sesuai dengan keinginan pasien.
terhadap kebutuhan klien. o. Fasilitasi pemahaman mengenai aspek
10. Individu pendukung menarik diri medis dari kondisi pasien pada anggota
dari klien. keluarga.
p. Identifikasi persepsi anggota keluarga
Faktor yang berhubungan : mengenai situasi, peristiwa yang tidak
1. Situasi penyerta yang diinginkan, perasaan dan perilaku
memepengaruhi individu pasien.
pendukung. q. Informasikan faktor-faktor yang dapat
2. Kelelahan kapasitas individu meningkatkan kondisi pasien pada
pendukung. anggota keluarga.
3. Disorganisasi keluarga. r. Diskusikan pilihan jenis perawatan di
4. Kurang informasi yang didapat rumah, seperti tinggal berkelompok,
individu pendukung. perawatan dirumah, atau respite care
5. Kurang dukungan timbal balik. yang sesuai.
6. Kurang dukungan yang diberikan
oleh klien kepada individu
58
pendukung. 2. Dukungan Keluarga.
7. Kurang pemahaman tentang a. Yakinkan keluarga bahwa pasien
informasi dari individu sedang diberikan perawatan terbaik.
pendukung. b. Nilailah reaksi emosi keluarga
8. Kesalahan informasi yang terhadap kondisi pasien.
didapat oleh individu Dengarkan kekhawatiran, perasaan dan
pendukung. pertanyaan dari keluarga.
9. Kesalahpahaman tentang c. Tingkatkan hubungan saling percaya
informasi oleh individu dengan keluarga.
pendukung. d. Jawab semua pertanyaan dari keluarga
10. Preokupasi individu pendukung atau bantu untuk mendapatkan
dengan masalah di luar keluarga. jawaban.
e. Berikan informasi bagi keluarga
Populasi beresiko : tentang kondisi pasien.
1. Krisis perkembangan yang f. Berikan pengetahuan yang dibutuhkan
dihadapi individu pendukung. bagi keluarga untuk membantu
2. Perubahan peran keluarga. membuat keputusan terkait dengan
3. Penyakit lama yang melelahkan pasien.
kapasitas individu pendukung g. Bantu keluarga untuk mendapatkan
Krisis situasi yang dihadapi pengetahuan, keterampilan, dan alat
individupendukung. yang diperlukan untuk mendukung
keputusan mereka terhadap perawatan
pasien.
h. Dukung asertifitas keluarga dalam
mencari informasi, sesuai kebutuhan.
59
atau teman dekat) yang membatasi 1. Koping keluarga. membuat keputusan.
kapasitas/kemampuannya dan a. Mampu menghadapi masalah c. Identifikasi area ketidakpuasan/atau
kemampuan klien untuk secara keluarga. konflik.
efktif melakukan tugas penting b. Mampu mengelola masalah d. Bantu anggota keluarga dalam
untuk adaptasi keduanya terhadap keluarga. berkomunikasi lebih efektif.
masalah kesehatan. c. Mampu melibatkan anggota
keluarga dalam pengambilan e. Bantu anggota keluarga
Batasan karakteristik : keputusan. memprioritaskan dan menyeleksi
1. Agitasi d. Mampu mengungkapkan perasaan masalah yang diprioritaskan.
2. Agresi. dan emosi scara terbuka diantara f. Bantu keluarga meningkatkan strategi
3. Depresi. anggota keluarga. koping yang ada.
4. Distrosi realitas tentang e. Menentukan srtategi untuk g. Bantu keluarga menetapkan tujuan
masalah kesehatan klien. mengelola konflik keluarga. terhadap cara yang lebih kompeten
5. Gangguan individualisasi. f. Mampu menggunakan sumber dalam menangani perilaku
6. Gangguan kemampuan untuk dukungan keluarga yang tersedia. difungsional.
menyusun kehidupan yang g. Mampu menggunakan sumber h. Fasilitasi diskusi keluarga.
berarti. daya masyarakat yang tersedia. i. Monitor batasan keluarga.
7. Gejala psikosomatis.
8. Intoleransi. 2. Peningkatan Koping.
9. Ketergantungan klien. a. Bantu pasien dalam mengidentifikasi
10. Mengabaikan hubungan dengan tujuan jangka pendek dan jangka
angota keluarga. panjang yang tepat.
11. Mengabaikan kebutuhan dasar b. Bantu pasien untuk memeriksa
klien. sumber-sumber yang tersedia untuk
12. Mengabaikan program memenuhi tujuan-tujuannya.
pengobatan. c. Dukung pasien dngan orang yang
13. Melakukan rutinitas tampa memiliki ketertarikan dan tujuan yang
mempedulikan kebutuhan klien. sama.
14. Membelot. d. Bantu pasien untuk memecahkan
15. Mengadopsi gejala penyakit masalah dengan cara yang konstruktif.
klien. e. Berikan penilaian (kemapuan)
60
16. Pengabaian. penyesuaian pasien terhadap
17. Perilaku keluarga yang perubahan-perubahan dalam citra
mengganggu kesejakteraan. tubuh sesuai dengan indikasi.
18. Permusuhan. f. Berikan penilaian mengenai dampak
19. Terlalu khawatir klien. dari situasi kehidupan pasien terhadap
20. Tidak menghormati kebutuhan peran dan dukungannya.
klien. g. Dukung pasien untuk mengidentifikasi
deskripsi yang realistic terhadap
Faktor yang berhubungan : adanya perubahan dalam peran.
1. Gaya koing yang tidak sesuai h. Berikan penilaian mengenai
antara individu pendukung dan pemahaman pasien terhadap proses
klien. penyakit.
2. Hubungan keluarga ambivalen. i. Evaluasi kemampuan pasien dalam
3. Penanganan resitensi keluarga membuat keputusan.
terhadap pengobatan yang tidak
konsisten.
4. Perasaan yang tidak diungkapkan
secaraa kronis oleh individu
pendukung.
5. Perbedaan gaya koping antara
individu pendukung dan klien.
61
perintah. c. Mengetahui efek yang penyakit. penyakit pasien.
3. Kurang pengetahuan. d. Mengetahui tanda dan gejala penyakit. e. Menggambarkan tanda gejala dari
4. Perilaku tidak tepat (mis,. e. Mengetahui proses peerjalanan penyakit yang tepat
Histeria, bermusuhan, agitasi, penyakit. f. Menggambarkan proses penyakit
apatis). f. Meengetahui stategi untuk mencegah dengan tepat.
kekambuhan penyakit. g. Memeriksa dengan pasien apa yang
Faktoryangberhubungan : g. Mengetahui efek psikososial penyakit telah dilakukan untuk menglola gejala
1. Gangguan fungsi kognitif. terhadap indivisdu. penyakit.
2. Gangguan memori. h. Mengetahui efek psikososial pnyakit h. Mengidentifikasi etiologi dengan tepat
3. Kurang informasi. terhadap keluarga. i. Memberikan informasi kepada
4. Kurang minat untuk belajar. i. Mengetahui manfaat menejemen keluarga pasien/atau orang terpenting
5. Kurang sumber pengetahuan. penyakit. tentang perkembangan pasien.
6. Salah pengertian terhadap orang j. Mengetahui kelompok pendukung. j. Edukasi keluarga tindakan untuk
lain. k. Mengetahui informasi yang spesifik. mengontrol/meminimalkan gejala.
k. Edukasi pasien mengenai tanda gejala
yang harus dilaporkan ke petugas
kesehatan.
l. Mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang dapat meningkatkan
atau mengurangi motivasi untuk
perilaku sehat.
2. Modifikasi Perilaku.
a. Tentukan motivasi tentang perubahan
perilaku.
b. Dukung untuk mengganti kebiasaan
yang tidak diinginkan dengan
kebiasaan yang diinginkan.
c. Kenalkan pasien pada orang (satu
kelompok) yang telah berhasil
melewati pengalaman yang sama.
62
d. Kuatkan keputusan yang kontruktif
yang memberikan perhatian terhadap
kebutuhan kesehatan.
e. Berikan umpan balik terkait dengan
perasaan pasien tampak bebas dari
gejala-gejala dan tampak rileks.
f. Hindari menunjukkan perilaku
ketidakketertarikan pada saat klien
ingin merubah perilakunya.
g. diskusikan proses modifikasi dengan
pasien/orang terpenting pasien.
Sumber : Nursing Outcome Clasification & Nursing Intervention Clasification (2013)Wong, D. L. (2009). Buku Ajar Keperawatan
Pediatrik Wong. Jakarta: EGC.(NANDA, 2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi (10 ed.). (M. Ester, Penyunt.)
Jakarta: EGC.
63
64
2.3.4 Implementasi.
2.3.5 Evaluasi.
diukur melalui:
a. Keadaan fisik.
b. Sikap/psikologis.
d. Perilaku kesehatan.
2012).
2010).
sebuah keluarga.
66
diantaranya :
a. Dukungan emosional.
secara positif.
b. Dukungan informasi.
dan lain-lain.
c. Dukungan Instrumental.
d. Dukungan Penilaian.
2011).
a. Faktor internal.
1. Tahap perkembangan.
3. Faktor emosi.
4. Spritual.
b. Faktor external
1. Praktik di keluarga
2. Faktor sosio-ekonomi.
2.4.4 Intervensi.
perawatan pasien.
pasien.
keluarga
No Kemampuan Keluarga 1 2 3
1 Keluarga mampu melibatkan pasien Keluarga mampu Keluarga mampu Keluarga mampu
dalam kegiatan atau pekerjaan sesuai melibatkan pasien dalam 1 melibatkan pasien 2 melibatkan pasien 3
dengan kemampuan penderita kegiatan atau pekerjaan kegiatan atau pekerjaan kegiatan atau pekerjaan
a. Merapikan tempat tidur. sesuai kemampuan klien sesuai kemampuan klien sesuai kemampuan klien
b. Membersikan lingkungan tenpat tidur.
c. Merapikan pakaian
2 Keluarga mampu menumbuhkan sikap Keluarga mampu Keluarga mampu Keluarga mampu
mandiri kepada penderita menumbuhkan 1 -2 sikap menumbuhkan 1 -3 sikap menumbuhkan 1 -4 sikap
a. melatih dalam melakukan defisit mandiri kepada klien sikap mandiri kepada mandiri kepada klien
perawatan diri (DPD). klien
1) Mandi secara mandiri
2) Berpakaian dengan rapi secara
mandiri
3) Makan dengan mandiri
4) Mampu BAB pada tempatnya
secara mandiri.
3 Keluarga mampu memantau pemakaian Keluarga mampu Keluarga mampu Keluarga mampu
obat-obatan memantau 1 pemberian memantau 2 pemberian memantau 3 pemberian
a. Mampu memastikan penderita minum obat-obatan obat-obatan obat-obatan
obat secara teratur
b. Mampu mengetahui cara pemberian
obat dengan benar kepada penderita
c. Tidak menghentikan pengobatan tanpa
persetuan psikiater/dokter
4 Keluarga mampu berkolaborasi pada tim Keluarga mampu 1 Keluarga mampu 2 Keluarga mampu 3
medis berkolaborasi pada tim berkolaborasi pada tim berkolaborasi pada tim
a. Memotivasi dan membawa penderita medis medis medis
73
untuk control ke dokter secara teratur
b. Berkolaborasi terahap tenaga medis
terdekat jika timbul gejala pada
penderita
c. Selalu melakukan konseling atau
konsultasi dengan professional sesuai
anjuran.
5 Keluarga tidak mengambil alih tugas Keluarga tidak mengambil Keluarga tidak mengambil Keluarga tidak
keseharian penderita. alih tugas 1 keseharian alih tugas 2 keseharian mengambil alih tugas 3
a. Tidak melarang penderita melakukan penderita. penderita. keseharian penderita.
kegitan apapun
b. Tidak terlalu memanjakan penderita
c. Tidak selalu bersama penderita
sepanjang waktu (mengawasi).
6 Keluarga tidak mengucilkan penderita Keluarga mengucilkan Keluarga mengucilkan Keluarga mengucilkan
dari kehidupan social penderita 1 dari kehidupan penderita 2 dari kehidupan penderita 3 dari
a. Tidak mengikut sertakan penderita sosial sosial kehidupan sosial
pada acara keluarga.
b. Tidak mengikut sertakan penderita
dalam kegiatan lingkungan.
c. Tidak melarang penderita menemui
tamu.
7 Dukungan dan penerimaan dari keluarga Dukungan dan penerimaan Dukungan dan penerimaan Dukungan dan
dan masyarakat yang kurang 1 dari keluarga dan 2 dari keluarga dan penerimaan 3 dari
a. Tidak dilkucilkan dalam lingkungan masyarakat yang kurang masyarakat yang kurang keluarga dan masyarakat
masyarat yang kurang
b. Mampu menerima keaadaan penderita
c. Tidak selalu meyalahkan penderita
74
75
tentang penyakitnya
Keterangan Nilai :
75
76
BAB III
METODE PENELITIAN
secara rinci. Keuntungan yang paling besar dari rancangan ini adalah
akan didapatkan gambaran satu unit subjek secara jelas (Nursalam, 2016).
satu klien, keluarga, kelompok, komunitas atau institusi. Studi kasus dalam
76
77
3.3 Partisipan.
post MRS, keluarga yang tinggal satu rumah dan paling care dengan klien,
a. Lokasi.
b. Waktu.
pada bulan Oktober 2018 sampai dengan ujian KTI (Karya Tulis Ilmiah)
hingga pengumpulan KTI (Karya Tulis Ilmiah) yang akan dilakukan pada
bulan Mei 2019 dan sesuai dengan jadwal yang sudah dilampirkan.
77
78
a. Prosedur Peenelitian.
4) Membuat Proposal mulai dari Bab I sampai dengan Bab III dan
mengajukan ke pembimbing.
78
79
masalah pasien.
merawat skizofrenia.
79
80
responden.
Ahli lain mengatakan bahwa observasi adalah studi yang disengaja dan
80
81
mengalami skizofrenia.
3) Pemeriksaan Fisik.
berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik atau rumah
penunjang.
4) Dokumentasi.
berasal dari dokumen asli. Dokumen asli tersebut dapat berupa gambar,
81
82
(Notoatmodjo, 2010).
a. Prinsip manfaat
82
83
apapun.
secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi
pada subjek.
3) Informed consent
83
84
dari penelitian.
84
BAB VI
4.1 Hasil.
Pada bab IV akan dijelaskan tentang hasil yang diperoleh peneliti dari
sampai tanggal 14 april 2019 dengan keluarga pasien yang bernama Ny.S.
a. Letak
Kauman.
Badengan.
Pukesmas Balong
Sampung.
85
86
1) Rawat Jalan.
sedang.
3) Rawat Inap.
keperawatan.
87
4) Pelayanan Ambulans.
campak.
c. Jumlah Perawat.
KEPALA PUSKESMAS
Andi Muhadi, S,ST.M,Si
rumah sakit (MRS), keluarga yang tinggal satu rumah dan yang paling
a. Identitas Klien.
b. Faktor Penyakit.
kepada klien. Gadis cantik tersebut adalah anak dari atasan klien
d. Dukungan Keluarga.
e. Kebutuhan sehari-hari/ADL
g. Status mental.
marah.
93
h. Terapi.
gaduh gelisah atau dan keinginan untuk melukai diri sendiri), CPZ
klien.
cara perawatan diri Sdr. S tetapi tidak bisa mengajarkan dengan baik.
Dan data objektif diperoleh dari keluarga Ny. S yaitu keluarga selalu
mengalami kekambuhan.
selama 5 hari mulai dari hari rabu tanggal 10 april 2019 serta diakhiri
12
10
8
6 Kemampuan Kurang
4 Kemampuan cukup
2 Kemampuan baik
0
Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke Hari ke
1 2 3 4 5
Hari Perawatan
4.2 Pembahasan.
beberapa kesenjangan yang terjadi antara teori dan kasusyang akan dibahas
4.2.1 Pengkajian.
Puskemas Jambon.
keparahannya
3) Faktor presipitasi.
menjalani pengobatan.
orang lain.
perawatan di rumah.
5) Status Mental.
waktu 9 bulan.
6) Terapi.
tidak tau cara perawatan diri Sdr. S. Hal tersebut dapat mendukung
kekambuhan.
Heardman, 2018).
yang muncul atau diagnose utama hampir semua sama antara kasus
dan teori, namun ada beberapa diagnose yang bisa muncul dan
lima hari dan dilakukan sesuai jadwal yang telah di buat oleh penulis.
istri, anak, saudara kandung, dan orang tua dari pasien) dengan
memiliki ikatan keluarga yang kuat dengan anggota keluarga yang lain
(Muhardiani, 2015).
hari.
5.1 Kesimpulan.
dan orang terdekat dengan klien. Hal ini sesuai dengan kasus yang
112
113
keterlibatan keluarga.
rumah.
114
5.2 Saran.
b. Bagi pasien.
d. Bagi institusi.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, B. K., Pawiro, A. W., & Susantia, H. (2013). Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC.
Arianti, D., Novera, M., & Yani, A. R. (2017). Hubungan Pola Asuh Keluarga
Dengan Kekambuhan PaienSkizofrenia di RSJ. HB. Sa’anin Padang
Tahun 2017. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) , 58-59.
115
116
Mulya, S. F., & Mitra. (2017). Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga serta
Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional , 468-469.
Muhyi, Ahmad. 2011. Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan Gejala
Depresi di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010. Falkultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan.Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.
Murni, R., & Astuti, M. (2015). Rehabilisasi Sosial Bagi Penyandang Disabilitas
Mental Melalui Unit Informasi dan Layanan Sosial Rumah Kita. Sosio
Informa , 287-289.
Nanda. (2018). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi Edisi 10. Jakarta:
EGC.
Nasriati, R. (2017). Stigma dan Dukungan Keluarga Dalam Merawat Orang
Dengan Gangguan Jiwa (ODGC). Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan ,
57-64.
Nursia. 2014. Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Perawatan
Berulang pasien Gangguan Jiwa di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD)
Provisi Sulawesi Selatan. Falkultas Ilmu Kesehatan. UIN Alaudin
Makasar.
Puri, B. K., Laking, P. J., & Treasaden, I. H. (2012). Buku Ajar Psikiatri . Jakarta:
EGC.
Riskesdas, 2. (2018). Riset Kesehatan Dasar 2018 Badan Penelitian Dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta: Bakti
Husada.
Rosdiana. (2018). Identifkasi Peran Keluarga Penderita dalam Upaya Penanganan
Gangguan Jiwa Skizofrenia. JURNAL MKMI, 178-1179.
117
118
119
Lampiran 2
120
Lampiran 3
121
Lampiran 4
122
Lampiran 5
123
Lampiran 6
124
Lampiran 7
INDIKATOR PENILAIAN KEMAMPUAN KELUARGA
No Kemampuan Keluarga 1 2 3
1 Keluarga mampu melibatkan pasien dalam kegiatan atau Keluarga mampu melibatkan Keluarga mampu melibatkan Keluarga mampu
pekerjaan sesuai dengan kemampuan penderita pasien dalam 1 kegiatan atau pasien 2 kegiatan atau melibatkan pasien 3
d. Merapikan tempat tidur. pekerjaan sesuai kemampuan pekerjaan sesuai kemampuan kegiatan atau pekerjaan
e. Membersikan lingkungan tenpat tidur. klien klien sesuai kemampuan klien
f. Merapikan pakaian
2 Keluarga mampu menumbuhkan sikap mandiri kepada Keluarga mampu Keluarga mampu Keluarga mampu
penderita menumbuhkan 1 -2 sikap menumbuhkan 1 -3 sikap menumbuhkan 1 -4 sikap
b. melatih dalam melakukan defisit perawatan diri mandiri kepada klien sikap mandiri kepada klien mandiri kepada klien
(DPD).
5) Mandi secara mandiri
6) Berpakaian dengan rapi secara mandiri
7) Makan dengan mandiri
8) Mampu BAB pada tempatnya secara mandiri
3 Keluarga mampu memantau pemakaian obat-obatan Keluarga mampu memantau Keluarga mampu memantau Keluarga mampu memantau
d. Mampu memastikan penderita minum obat secara 1 pemberian obat-obatan 2 pemberian obat-obatan 3 pemberian obat-obatan
teratur
e. Mampu mengetahui cara pemberian obat dengan
benar kepada penderita
f. Tidak menghentikan pengobatan tanpa persetuan
psikiater/dokter
4 Keluarga mampu berkolaborasi pada tim medis Keluarga mampu 1 Keluarga mampu 2 Keluarga mampu 3
d. Memotivasi dan membawa penderita untuk control berkolaborasi pada tim medis berkolaborasi pada tim medis berkolaborasi pada tim
ke dokter secara teratur medis
e. Berkolaborasi terahap tenaga medis terdekat jika
timbul gejala pada penderita
f. Selalu melakukan konseling atau konsultasi dengan
124
professional sesuai anjuran.
5 Keluarga tidak mengambil alih tugas keseharian Keluarga tidak mengambil Keluarga tidak mengambil Keluarga tidak mengambil
penderita. alih tugas 1 keseharian alih tugas 2 keseharian alih tugas 3 keseharian
d. Tidak melarang penderita melakukan kegitan apapun penderita. penderita. penderita.
e. Tidak terlalu memanjakan penderita
f. Tidak selalu bersama penderita sepanjang waktu
(mengawasi).
6 Keluarga tidak mengucilkan penderita dari kehidupan Keluarga mengucilkan Keluarga mengucilkan Keluarga mengucilkan
social penderita 1 dari kehidupan penderita 2 dari kehidupan penderita 3 dari kehidupan
d. Tidak mengikut sertakan penderita pada acara sosial sosial sosial
keluarga.
e. Tidak mengikut sertakan penderita dalam kegiatan
lingkungan.
f. Tidak melarang penderita menemui tamu.
7 Dukungan dan penerimaan dari keluarga dan masyarakat Dukungan dan penerimaan 1 Dukungan dan penerimaan 2 Dukungan dan penerimaan
yang kurang dari keluarga dan masyarakat dari keluarga dan masyarakat 3 dari keluarga dan
d. Tidak dilkucilkan dalam lingkungan masyarat yang kurang yang kurang masyarakat yang kurang
e. Mampu menerima keaadaan penderita
f. Tidak selalu meyalahkan penderita tentang
penyakitnya
Keterangan Nilai :
125
126
Lampiran 8
Nama : Ny. S.
Umur : 60 thn.
126
sesuai anjuran.
5 Keluarga tidak mengambil alih tugas keseharian penderita. 1 1 2 2 2
g. Tidak melarang penderita melakukan kegitan apapun
h. Tidak terlalu memanjakan penderita
i. Tidak selalu bersama penderita sepanjang waktu (mengawasi).
6 Keluarga tidak mengucilkan penderita dari kehidupan social 1 1 1 1 1
g. Tidak mengikut sertakan penderita pada acara keluarga.
h. Tidak mengikut sertakan penderita dalam kegiatan lingkungan.
i. Tidak melarang penderita menemui tamu.
7 Dukungan dan penerimaan dari keluarga dan masyarakat yang 1 1 1 1 2
kurang
g. Tidak dilkucilkan dalam lingkungan masyarat
h. Mampu menerima keaadaan penderita
i. Tidak selalu meyalahkan penderita tentang penyakitnya
Total 7 7 10 12 13
127
124
Lampiran 9
124
G. Manfaat.
1. Bagi mahasiswa.
Sebagai media untuk berinteraksi dengan keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia.
2. Bagi pasien.
sebagai media pasien untuk melatih kemandirian sehingga dapat
bermanfaat di lingkungan masyarakat
3. Bagi keluarga.
Sebagai wawasan keluarga tentang skizofrenia dan diharapkan keluarga
mampu merawat anggota keluarga dengan skizofrenia.
H. Materi.
a. Pengertian skizofrenia.
b. Tanda-tanda kekambuhan skizofrenia.
c. Peran keluarga menangani skizofrenia.
d. Penanganan skizofrenia.
e. Faktor pencetus skizofrenia
f. Dukungan keluarga terhadap skizofrenia.
g. Komplikasi skizofrenia.
I. Evaluasi.
Tanya jawab langsung saat proses dan setelah proses penyuluhan selesai.
J. Kegiatan Penyuluhan.
No Tahap Waktu Kegiatan
Penyuluh Peserta
125
126
126
3. Peran keluarga menangani skizofrenia.
a. Keluarga mampu memberikan dukungan dan kasih sayang kepada keluarga
yang sakit serta membantu mereka untuk menerima keadaan mereka serta
memberikan keadaan rumah yang nyaman dan menenangkan.
b. Keluarga harus memastikan bahwa individu yang sakit mendapatkan
perawatan lanjutan setelah melakukan proses pemulihan di rumah sakit dan
memastikan bahwa individu yang sakit atau orang dengan gangguan jiwa
skizofrenia untuk rutin memkonsumsi obat sesuai aturan yang diarahkan
oleh dokter.
c. Keluargaa menyediakan lingkungan yang struktur, dalam hal ini keluarga
membiasakan agar individu yang sakit memiliki kegiatan rutin setiap
harinya agar individu yang sakit tidak mendapatkan waktu untuk berdiam
diri atau bermain-main dalam dunia fantasinya.
d. Membantu orang dengan skizofrenia meningkatkan kemandiriannya
diawali dengan cara-cara sederhana.
e. Tunjukkan sikap positif dan mendukung dari setian kegiatan yang positif
yang dilakukannya, biasanya orang dengan skizofrenia memiliki harga diri
yang rapuh oleh sebab itu perlu didorong dengan apresiasi yang baik sesuai
dengan kegiatan positif yang ia lakukan.
f. Mendorong individu yang sakit untuk keluar dan bersosialisasi
kemasyarakat.
g. Menjadi baik untuk diri sendiri. Dalam hal ini keluarga diharapkan tidak
terlalu fokus dalam mengurusi individu yang sakit akan tetapi keluarga juga
harus memikirkan kesehatannya sendiri dan juga memikirkan keluarga
yang lain serta menjalankan aktifitas kehidupan seperti biasa.
h. Keluarga mampu turut serta di dalam sebuah komunitas atau suatu
kelompok yang memiliki permasalahan yang sama, untuk saling berbagi
pengalaman, saling menguatkan dan berdiskusi (Octaviani, 2016).
127
128
7. Komplikasi skizofrenia.
a. Munculnya sikap apatis yang nyata.
b. Kemiskinan pembicaraan (pendiam).
c. Penarikan diri secara social.
d. Hilangnya minat.
e. Sikap malas.
f. Perilaku memendam masalah ( self absorbed attiude).
128
124
Lampiran 10
124
125
130
Lampiran 11
2. Keramas.
a. Menjaga rambut tetap bersih, rapid an terpelihara.
b. Membantu merangsang sirkulasi darah pada kulit kepala.
c. Mengkaji atau memantau masalah pada rambut dan kulit
kepala.
d. Mencegah terjadinya serangan kutu atau kotoran lain.
e. Menambah kepercayaan diri.
3. Gosok gigi.
a. Supaya mulut tetap sehat, bersih/tidak berbau.
b. Mencegah infeksi mulut dan kerusakan gigi.
c. Memberikan perasaan senang dan segar pada pasien.
d. Meningkatkan daya tahan tubuh.
Persiapan Alat 1. Handuk mandi.
2. Sabun dan tempat sabun.
3. Sikat gigi.
4. Pasta gigi.
5. Tempat baju kotor.
6. Baju bersih.
7. Sampo
Persiapan klien 1. Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman.
dan lingkungan 2. Ciptakan suasana yang tenang.
3. Tutup pintu untuk menjaga privasi pasien.
Persiapan 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
perawat 2. Memperkenalkan diri kepada pasien.
3. Memberitahu tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
4. Mengkaji pasien dengan frekuensi mandi dan waktu yang sesuai
untuk mandi.
5. Jenis produk kebersihan yang biasa digunakan.
130
131
2. Keramas.
a. Basuh area rambut dengan menggunakan air bersih sampai
merata.
b. Tuangkan sampo secukupnya ke tangan.
c. Gosokkan sampo tersebut ke rambut secara merata.
d. Pijat dan gosok secara perlahan rambut untuk menghilangkan
kotoran yang menempel di kulit kepala.
e. Bilas menggunakan air bersih sampai bersih dan tidak terasa
ada samponya.
f. Keringkan rambut dengan menggunakan handuk kering
g. Setelah sedikit kering sisir rambut agar tidak kusut.
h. Anjurkan untuk mencuci rambut 2 hari sekali secara
bergantian (hari ini keramas besuk tidak, begitu seterusnya).
3. Mandi.
a. Tanggalkan pakaian yang dikenakan.
b. Taruh pakaian yang kotor di tempat baju kotor.
c. Basahi badan dengan menggunakan air bersih secara
menyeluruh.
d. Basahi sabun yang akan dipakai dengan menggunakan air.
e. Sabunkan ke seluruh tubuh secra merata.
f. Gosok -gosok tubuh untuk menghilangkan kotoran yang
menempel.
g. Sesudah itu bilas dengan menggunakan air bersih hingga
samapi tidak tersisa sabunnya.
h. Pakai handuk kering untuk mengeringkan badan.
i. Ganti baju dengan baju bersih yang sudah di siapkan
sebelumnya.
j. Anjurkan untuk melakukan mandi sebayak 2 kali sehari pada
pagi dan sore hari.
Perhatian 1. Hindarkan tindakan yang dapat menimbulkan rasa malu pada
pasien, jaga privasi pasien.
2. Selama melakukan tindakan, perhatikan keadaan umum pada
pasien dan kelainan yang mungkin ada pada tubuh pasien.
3. Jika air kotor segera dig anti.
4. Jika pasien dapat mandi sendiri perawat hanya membantu
seperlunya.
(Retno & Tri,2014).
132
2. Laki-laki.
a. Sisisr Rambut.
b. Alat cukur Kumis (bila di perlukan).
c. Minyak rambut.
Persiapan klien 1. Posisikan pasien dalam posisi yang nyaman.
dan lingkungan 2. Ciptakan suasana yang tenang.
3. Tutup pintu untuk menjaga privasi pasien.
Persiapan 1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.
perawat 2. Memperkenalkan diri kepada pasien.
3. Memberitahu tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
4. Mengkaji pasien dengan frekuensi berdandan setiap harinya.
5. Jenis produk kecantikan yang biasa digunakan.
Prosedur 1. Wanita.
pelaksanaan a. Anjurkan untuk melakukan berdandan di depan kaca.
b. Sisir rambut dengan rapi dengan rapi sesuai dengan pembagian
pada rambut dan beri assesoris pada rambut (bila diperlukan).
c. Ajarkan cara merias wajah pasien yaitu memakai bedak secara
tipis dan merata ke semua wajah.
d. Ajarkan cara memakai lipstick pada pasien yaitu dengan di
poles sedikit di area bibir.
e. Puji kemampuan pasien dalam berdandan.
f. Anjurkan pasien merapikan peralatan setelah selesai di
gunakan.
2. Laki-laki.
a. Anjurkan untuk melakukan berdandan di depan kaca.
b. Berikan miyak rambut pada rambut dengan merata.
c. Setelah diberikan minyak rambut sisr rambut pasien sampai
rapi.
d. Rapikan kumis dengan menggunakan alat cukur (
biladiperlukan).
g. Anjurkan pasien merapikan peralatan setelah selesai di
gunakan.
Perhatian 1. Hindarkan tindakan yang dapat menimbulkan rasa malu pada
pasien, jaga privasi pasien.
2. Selama melakukan tindakan, perhatikan keadaan umum pada
132
133
pasien
3. Jika pasien dapat berdandan sendiri perawat hanya membantu
seperlunya.
4. Selalu memberikan pujian saat pasien mampu melakukan
kegiatan dan berhasil.
(Retno & Tri, 2014).
134
2. Laki-laki.
a. Tanggalkan pakaian bawah pasien.
b. Lipat baju bagian belakang pasien agar tidak terkena
BAK/BAB pasien.
c. Anjurkan pasien untuk jongkok di WC sampai BAK/BAB
selesai.Tanggalkan pakaian bawah pasien.
d. Ajarkan cara cebok yang bersih setelah BAB dan BAK yaitu
dengan membersihkan anus atau kemaluan dengan air yang
bersih dan pasitkan tidak ada tinja/air kencing yang masih
tersisa di tubuh.
e. Setelah selesai cebok siram tinja/air kencing yang ada di
kakus/WC.
f. Rapikan kemabali pakaian sebelum keluar kamar mandi/WC.
g. Pastikan resleting telah tertutup rapi.
134
135
136
137
Lampiran 12
A. PENGKAJIAN KELUARGA
9. Tipe keluarga :
Tipe keluarga Ny. S merupakan tipe keluarga besar karena
ditambah dengan sanak saudara yang terdiri dari ayah, ibu, anak, paman
yang tinggal dalam satu rumah.
11. Genogram :
Tn. K Tn. L
Ny. L Ny. R
80tn 80tnTua
79 tn 79 tn
Tua
Tua sakit
Tn. S Tn. S
Ny. R Ny. W Tn. T
Tn. Ny. y Ny. S Sdr. S 63 th
38 th 50th 49th
70th 55th
65 60th 40th
th
Sdr. T
Ny. S Ny. S Ny. S
33th
49 t 44th 28th
Keteranganh :
: Laki-laki.
: Perempuan.
X : Meninggal dunia.
: Garis pernikahan.
.….. : Garis tinggal serumah.
: Garis keturunan.
: Pasien.
(Tidak ada riwayat anggota keluarga sebelumnya yang mengalami
gangguan jiwa hanya Sdr. S yang baru mengalami gangguan jiwa).
138
139
anaknya bekerja di sawah, pada waktu pagi hari Sdr. S pergi ke tumah
kakak pertamanya untuk sarapan pagi, dan hanya bisa makan bersama
pada siang dan malam hari dengan lauk yang seadanya
140
141
LINGKUNGAN
4. Pembuangan sampah :
Pengelolaan sampah keluarga Ny.S yaitu dengan cara di bakar tampak
memilah adanya sampah basah dan sampah kering.
7. Denah rumah :
KM Dapur R. R. R.
tidur tidur tidur
Jalan desa
Teras
R.
Ruang tamu
Keluarga R.
sholat
SOSIAL
STRUKTUR KELUARGA
142
143
Sehingga Sdr. S lebih sering berdiam diri, murung, marah dan hanya mau
berkomunikasi dengan orang yang dikenal dan, keluarga yang paling dekat
dengan Sdr. S kakak perempuannya yaitu Ny. S.
FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi afektif :
Keluarga Ny.S paham dengan kondisi yang sekarang di derita Sdr. S
keluarga siap untuk merawat Sdr. S karena merupakan bagian dari
keluarganya, keluarga mampu merawat dengan seadanya, keluarga tidak
mengetahui bagaimana cara perawatan diri Sdr. S sehingga dalam
perawatan diri hanya dibiarkan saja, keluarga tidak mampu memodifikasi
lingkungan dengan baik, Keluaarga engatakan kadang merasa bosan setiap
hari mengingatkan dan memberikan obat untuk Sdr. S. Keluarga hanya
memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya untuk mengambil obat Sdr. S
agar segera cepat pulih, harapan keluarga terhadap Sdr. S agar sembuh
tidak kambuh lagi dan dapat bekerja seperti temanya yang lain sehingga
dapat membantu perekonomian keluarga.
2. Fungsi sosialisasi :
Keluarga Ny.S sebagai pemberi semangat dan motivasi Sdr. S untuk bisa
sembuh dari sakitnya dan juga sebagai pendorong agar Sdr. S mau kontrol
ke pukesmas , minum obat secara rutin dan dapat menjadi sarana untuk
berkomunikasi dengan lingkungan sekitar. Keluarga Ny. S juga sangat
membutuhkan bantuan pada lingkungan sekitar jika terjadi masalah.
4. Fungsi reproduksi :
Ny. S memiliki empat orang anak yang terdiri dari tiga orang
perempuan dan satu laki-laki, sedangkan Sdr. S merupakan adik dari Ny. S
yang tinggal dalam satu rumah.
5. Fungsi ekonomi :
Menurut Ny. S penghasilannya cukup untuk menghidupi
kebutuhan sehari-hari, dalam membiayai kehidupan sehari- hari Ny. S di
bantu oleh anak laki-lakinya. Dalam memeriksakan kesehatan keluarga
menggunakan kartu BPJS.
144
145
TERAPI
STATUS MENTAL
ANALISA DATA
Nama : Ny. S
b. Data objektif.
1. Keluarga Ny. S selalu bertanya tentang
perkembangan penyakit yang di derita
Sdr. S.
2. Keluarga terlihat berkomunikasi
dengan Sdr. S.
3. Kelurga selalu bertanya bagaimana
cara mempertahankan kondisi Sdr. S
agar tidak kembali kambuh.
4. Keluarga bertanya bagaimana
memotivasi Sdr. S dalam menjalankan
proses pengobatan, agar selalu
meminum obatnya tepat waktu.
5. Keluarga tampak kesusahan dalam
merawat Sdr.S jika mengalami
kekambuhan.
6. Interaksi Sdr. S dan keluarga pasif.
7. Keluarga tampak lebih dominan
mengambil alih tugas Sdr. S.
8. Keluarga tampak menuntut dan
mengkritik Sdr. S melakukan hal yang
tidak di sukainya.
2. a. Data subjektif. kurangnya Kurangnya
1. Keluarga Ny. S mengatakan sudah lama pengetahuan. informasii
menderita gangguan jiwa dan bolak yang didapat.
146
147
balik ke rsj.
2. Keluarga mengatakan hanya sekedar tau
penyakit gangguan jiwa skizofrenia
3. Keluarga mengatakan jika kambuh Sdr.
S di pasung untuk mengindari amuknya.
4. Keluarga mengatakan tidak tau cara
menangani Sdr. S akar tidak sering
mengalami kekambuhan.
5. Keluarga mengatakan belum
mengetahui perawatan yang tepat untuk
menghindari kekambuhan Sdr.S
6. Keluarga mengatakan tidak mengetahui
tanda dan gejala jika akan terjadi
kekambuhan.
b. Data objektif
1. Ny. S tidak bersekolah.
2. Keluarga tidak mengetahui bagaimana
cara perawatan yang baik dan benar
untuk Sdr. S.
3. Keluarga tidak mengetahui bagaimana
penangan jika Sdr. mengalami
kekambuhan.
4. Keluarga tidak mengetahui bagaiman
tanda gejala jika terjadi kekambuhan
pada Sdr. S.
5. Keluarga tidak mengetahui bagaimana
sikap yang baik dalam merawat
gangguan jiwa.
Nama : Ny. S
Umur : 68 thn.
Nama : Ny. S
Umur : 60 thn
148
mengenai pasien sesuai
dengan keinginan pasien.
15. Fasilitasi pemahaman
mengenai aspek medis dari
kondisi pasien pada
anggota keluarga.
16. Identifikasi persepsi
anggota keluarga
mengenai situasi, peristiwa
yang tidak diinginkan,
perasaan dan perilaku
pasien.
17. Informasikan faktor-faktor
yang dapat meningkatkan
kondisi pasien pada
anggota keluarga.
18. Diskusikan pilihan jenis
perawatan di rumah, seperti
tinggal berkelompok,
perawatan dirumah, atau
respite care yang sesuai.
Dukungan Keluarga.
1. Yakinkan keluarga bahwa
pasien sedang diberikan
perawatan terbaik.
2. Nilailah reaksi emosi
keluarga terhadap kondisi
pasien.
3. Dengarkan kekhawatiran,
perasaan dan pertanyaan
dari keluarga.
4. Tingkatkan hubungan saling
percaya dengan keluarga.
5. Jawab semua pertanyaan
dari keluarga atau bantu
untuk mendapatkan
jawaban.
6. Berikan informasi bagi
keluarga tentang kondisi
pasien.
7. Berikan pengetahuan yang
dibutuhkan bagi keluarga
untuk membantu membuat
keputusan terkait dengan
pasien.
8. Bantu keluarga untuk
mendapatkan pengetahuan,
keterampilan, dan alat yang
diperlukan untuk
mendukung keputusan
mereka terhadap perawatan
pasien.
9. Dukung asertifitas keluarga
dalam mencari informasi,
sesuai kebutuhan.
Rabu 10 kurangnya Setelah dilakukan Pengajaran:proses penyakit.
april pengetahuan b/d tindakan 1. Kaji tingkat pngetahuan
149
2019 kurangnya keperawatan pasien yang berkaitan
informasii yang diharapkan keluarga dengan proses penyakit.
didapat mampu memelihara 2. Menjlaskan patofisiologi
kesehatan penderita dari penyakit dan
skizofrenia dengan berhubungan dengan
kriteria hasil : anatomi fisiologi yang tepat.
Proses penyakit. 3. Review pengetahuan pasien
1. Mengetahahui tentang kondisinya.
penyebab dan 4. Jelaskan tanda gejala yang
faktor yang umum dari penyakit pasien.
mempengaruhi. 5. Menggambarkan tanda
2. Mengetahui faktor gejala dari penyakit yang
resiko. tepat
3. Mengetahui efek 6. Menggambarkan proses
yang penyakit. penyakit dengan tepat.
4. Mengetahui tanda 7. Memeriksa dengan pasien
dan gejala apa yang telah dilakukan
penyakit. untuk menglola gejala
5. Mengetahui penyakit.
proses peerjalanan 8. Mengidentifikasi etiologi
penyakit. dengan tepat
6. Meengetahui 9. Memberikan informasi
stategi untuk kepada keluarga pasien/atau
mencegah orang terpenting tentang
kekambuhan perkembangan pasien.
penyakit. 10. Edukasi keluarga tindakan
7. Mengetahui efek untuk
psikososial mengontrol/meminimalkan
penyakit terhadap gejala.
indivisdu. 11. Edukasi pasien mengenai
8. Mengetahui efek tanda gejala yang harus
psikososial dilaporkan ke petugas
pnyakit terhadap kesehatan.
keluarga. 12. Mengidentifikasi faktor
9. Mengetahui internal dan eksternal yang
manfaat dapat meningkatkan atau
menejemen mengurangi motivasi untuk
penyakit. perilaku sehat.
10. Mengetahui
kelompok Modifikasi Perilaku.
pendukung. 1. Tentukan motivasi tentang
11. Mengetahui perubahan perilaku.
informasi yang 2. Dukung untuk mengganti
spesifik. kebiasaan yang tidak
diinginkan dengan
kebiasaan yang diinginkan.
3. Kenalkan pasien pada orang
(satu kelompok) yang telah
berhasil melewati
pengalaman yang sama.
4. Kuatkan keputusan yang
kontruktif yang memberikan
perhatian terhadap
kebutuhan kesehatan.
5. Berikan umpan balik terkait
dengan perasaan pasien
tampak bebas dari gejala-
gejala dan tampak rileks.
150
6. Hindari menunjukkan
perilaku ketidakketertarikan
pada saat klien ingin
merubah perilakunya.
7. diskusikan proses
modifikasi dengan
pasien/orang terpenting
pasien.
151
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. S
Umur : 60 thn.
152
Jam Hari ke‒4 Jam Hari ke‒5
07:30 1. Mengajari tehnik perawatan diri 07:30 1. mengajari tehnik perawatan diri
kepada keluarga dan pasien. kepada keluarga dan pasien.
08:20 2. Memantau keterlibatan anggota 08:40 2. Memantau keterlibatan anggota
keluarga dalam perawatan pasien. keluarga dalam perawatan pasien.
09:45 3. Memberitahu faktor-faktor yang dapat 09:20 3. Memberitahu faktor-faktor yang
meningkatkan kondisi pada anggota dapat meningkatkan kondisi pada
keluarga. anggota keluarga.
10:15 4. Menyakinkan keluarga bahwa pasien 13:15 4. Menyakinkan keluarga bahwa pasien
sedang diberikan perawatan terbaik. sedang diberikan perawatan terbaik.
5. Menilai reaksi emosi keluarga 5. Menilai reaksi emosi keluarga
11:15 terhadap pasien. 14:45 terhadap pasien.
6. Memberikan informasi bagi keluarga
14:20 tentang kondisi pasien.
2 Jam Hari ke‒1 Jam Hari ke‒2 Jam Hari ke‒3
08:00 1. Menilai tingkat pengetahuan pasien 08:10 1. Menjelaskan tanda dan gejala yang 10:00 1. Menjelaskan tanda dan gejala yang
yang berkaitan dengan proses terjadi pada gangguan jiwa terjadi pada gangguan jiwa
penyakit. 09:10 2. Memberitahu penyebab penyakit 11:20 2. Memberitahu penyebab penyakit
08:45 2. Menjelaskan tanda dan gejala yang gangguan jiwa. gangguan jiwa.
terjadi pada gangguan jiwa. 09:45 3. Memberikan informasi kepada 13:50 3. Memberikan informasi kepada
09:35 3. Menggambarkan tanda gejala dari keluarga pasien/atau orang keluarga pasien/atau orang terpenting
penyakit gangguan jiwa. terpenting tentang perkembangan tentang perkembangan pasien.
10:15 4. Memberitahu proses penyakit pasien. 14:25 4. Memberitahu keluarga tindakan
gangguan jiwa. 10:20 4. Memberitahu keluarga tindakan untuk mengontrol/meminimalkan
11:20 5. Memberitahu penyebab penyakit untuk mengontrol/meminimalkan gejala.
gangguan jiwa. gejala. 15:10 5. Mencaritahu faktor internal dan
14:00 6. Memberikan informasi kepada 11:00 5. Mencaritahu faktor internal dan eksternal yang dapat meningkatkan
keluarga pasien/atau orang terpenting eksternal yang dapat meningkatkan atau mengurangi motivasi untuk
tentang perkembangan pasien. atau mengurangi motivasi untuk perilaku sehat.
14:50 7. Memberitahu keluarga tindakan untuk perilaku sehat. 15:45 6. Menghindari menunjukkan perilaku
mengontrol/meminimalkan gejala 13:30 6. Mendukung keluarga untuk ketidaktertarikan pada saat klien ingin
kekambuhan pada gangguan jiwa.. mengganti kebiasaan yang harus merubah perilakunya.
16.00 8. Mencaritahu faktor internal dan dihindari pada pasien gangguan jiwa.
eksternal yang dapat meningkatkan 14.20 7. Menghindari menunjukkan perilaku
153
atau mengurangi motivasi untuk ketidaktertarikan pada saat klien
perilaku sehat. ingin merubah perilakunya.
16.30 9. Mendukung keluarga untuk
mengganti kebiasaan yang harus
dihindari pada pasien gangguan jiwa.
17.00 10. Menghindari menunjukkan perilaku
ketidaktertarikan pada saat klien ingin
merubah perilakunya.
Jam Hari ke‒4
08:20 1. Menjelaskan tanda dan gejala yang
terjadi pada gangguan jiwa
09.35 2. Memberikan informasi kepada
keluarga pasien/atau orang terpenting
tentang perkembangan pasien.
13:30 3. Memberitahu keluarga tindakan untuk
mengontrol/meminimalkan gejala.
4. Menghindari menunjukkan perilaku
14:45 ketidaktertarikan pada saat klien ingin
merubah perilakunya.
154
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama : Ny. S
Umur : 60 thn.
155
caraperawatan diri Sdr. S saat kambuh. P : 5. Lingkungan tampak tempat tinggal sering
A: Lanjutkan intervensi dan mengisi lembar mengolok-olok Sdr. S
Masalah kurangnya dukungan keluarga observasi dukungan keluarga. A:
kurang (skore 7) Masalah kurangnya dukungan keluarga koping
P : keluarga kurang (skore 10)
Lanjutkan intervensi dan menyiapkan P :
lembar observasi dukungan keluarga. Lanjutkan intervensi dan mengisi lembar
observasi ketidakmampuan koping keluarga.
Hari ke‒4 Hari ke‒5
Sabtu 13 april 2019 Minggu 14 april 2019
S : S :
1. Keluarga mengatakan memberikan 1. Keluarga mengatakan masih merasa takut
obat tepat waktu pada Sdr. S membiarkan Sdr. S keluar rumah sendiri.
2. Keluarga mengatakan melibatkan Sdr. 2. Keluarga mengatakan sudah mampu
S pekerjaan rumah. mempraktekkan cara perawatan diri pada
3. Keluarga mengatakan sudah mengerti Sdr. S
cara melatih Sdr. S dalam perawatan 3. Keluarga mengatakan sudah melibatkan Sdr.
diri. S dalam pekerjaan sehari-hari.
4. Keluarga mengatakan sering ke 4. Keluarga mengatakan masih takut
pukesmas untuk mengantar kontrol mengikutsertakan Sdr. S dalam acara
Sdr. S keluarga dan kegiatan lingkungan.
5. Keluarga mengatakan membolehkan 5. Keluarga mengatakan Sdr. S masih sering
Sdr. S keluar rumah tapi dengan dikucilkan di lingkungannya
pengawasan. 6. Keluarga mengatakan masih membatasi Sdr.
6. Keluarga mengatakan sudah mampu S untuk melakukan kegiatan.
menerima keadaan Sdr. S O:
O: 1. Keluarga tampak mengawasi Sdr. S saat
1. Keluarga tampak memberikan obat keluar rumah.
secara rutin pada Sdr. S 2. Keluarga tampak sudah mampu
2. Keluarga tampak melibatkan Sdr. S mempraktekkan cara perawatan diri Sdr. S.
dalam pekerjaan rumah. 3. Keluarga tampak melibatkan Sdr. S dalam
3. Keluarga tampak mempraktekkan cara kegiatan sehari-hari.
perawatan diri yang sudah di ajarkan. 4. Keluarga tampak masih takut
4. Keluarga tampak mengawasi Sdr. S mengikutsertakan Sdr. S dalam acara besar.
156
saat keluar rumah. 5. Lingkungan rumah masih sering mengolok-
5. Keluarga tampak sudah menerima olok Sdr. S
keadaan Sdr. S. 6. Keluarga tampak membatasi kegiatan Sdr. S.
6. Keluarga tampak masih merasa A:
jengkel Masalah kurangnya dukungan keluarga cukup
A: (skore 13).
Masalah kurangnya dukungan keluarga P :
cukup (skore 12) Lanjutkan intervensi
P :.
Lanjutkan intervensi dan mengisi lembar
observasi dukungan keluarga keluarga.
2 Hari ke‒1 Hari ke‒2 Hari ke‒3
Rabu 10 april 2019 Kamis 11 april 2019 Jumat 12 april 2019
S: S: S:
1. Keluarga mengatakan hanya sekedar 1. Keluarga mengatakan paham dengan tanda 1. Keluarga mengatakan sudah mulai paham
tau penyakit gangguan jiwa. dan gejala gangguan jiwa. tentang penyakit.
2. Keluarga mengatakan masih belum 2. Keluarga mengatakan juga mulai paham 2. Keluarga mengatakan sudah mulai paham
paham tentang penyakit gangguan dengan penyebab kekambuhan kembali dengan cara perawatan yang benar pada Sdr.
jiwa. gangguan jiwa. S.
3. Keluarga mengatakan jika kambuh 3. Keluarga mengatakan mulai mengerti tentang 3. Keluarga mengatakan sudah mulai paham
Sdr. S di pasung untuk menghindari penyakit yang diderita Sdr.S dengan tanda dan gejala gangguann jiwa
amuknya. 4. Keluarga mengatakan mulai mengerti tentang skizofrenia.
4. Keluarga mengatakan belum perawatan Sdr. S untuk mencegah 4. Keluarga mengatakan sudah mulai mengerti
mengetahui perawatan yang tepat kekambuhan. hal apa saja yang perlu dihindari untuk
untuk menghindari kekambuhan. O: mencegah kekambuhan kembali.
5. Keluarga tidak mengetahui tanda dan 1. Keluarga terlihat mengerti saat ditanya. O:
gejala jika akan terjadi kekambuhan. 2. Keluarga terlihat belum memahami penyakit 1. Keluarga terlihat antusias mendengar
O: skizofrenia. penjelasan dan mempraktekkan cara
1. Keluarga terlihat bingung saat ditanya 3. Keluarga tampak sering membaca leaflet. perawatan diri yang diberikan.
penamganan yang di lakukan saat Sdr. 4. Keluarga masih tampak kebingungan. 2. Keluarga sudah mulai paham dengan cara
S mengalami kekambuhan. 5. Hasil dari koesioner hari ke 2 menunjukkan penanganan Sdr. S saat mengalami
2. Keluarga terlihat belum memahami pengetahuan keluarga cukup kekambuhan.
penangan yang tepat saat terjadi A: 3. Keluarga sudah mulai paham tentang sikap
kekambuhan. Masalah defisiensi pengetahuan keluarga cukup yang harus dihindari untuk mencegah
157
3. Keluarga masih sering bertanya. P: kekambuhan.
4. Hasil koesioner hari ke 1 Lanjutkan intervensi dan menyiapkan koesioner 4. Keluarga tampak lebih terbuka dalam
menunjukkan pengetahuan keluarga pertanyaan skizofrenia. bertanya.
kurang. 5. Hasil koesioner hari ke 3 menunjukkan
A: pengetahuan keluarga cukup
Masalah defisiensi pengetahuan keluarga A:
kurang Masalah defisiensi pengetahuan keluarga
P: cukup
Lanjutkan intervensi dan mengadakan P:
penyuluhan tentang penyakit Lanjutkan interversi dan mengevaluasi kembali
Skizofrenia koesioner pertanyaan tetang skizofrenia.
Hari ke‒4
Sabtu 13 april 2019
S:
1. Keluarga mengatakan sudah paham
dengan penyakit.
2. Keluarga mengatakan sudah mengerti
tanda dan gejala kekambuhan
3. Keluarga mengatakan sudah paham
tentang sikap dan perilaku yang harus
di hindari dalam pencegahan
kekambuhan.
4. Keluarga mengatakan sudah paham
tentang pencegahan kekambuhan
skizofrenia
5. Keluarga mengatakan sudah mengerti
faktor-faktor yang mempengaruhi
kekambuhan.
O:
1. Keluarga terlihat antusias saat ditanya
tentang penyakit skizofrenia.
2. Keluarga menjawab dengan lancer.
3. Keluarga terlihat tidak kebingunga.
158
4. Keluarga terlihat terlihat memahami
tentang penyakit skizofrenia.
5. Keluarga tampak lebih terbuka saat
berkomunikasi.
6. Hasil koesioner hari ke 4 menunjukkan
pengetahuan keluarga baik
A:
Masalah defisiensi pengetahuan keluarga
baik) masalah teratasi.
P:
Hentikan intervensi
159
161
Lampiran 13
162
163
164
165
Lampiran 14
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(CURRICULUM VITAE)
DATA PRIBADI
Nama : Naila Fitrotul Hidayah.
Tempat, Tgl Lahir : Ponorogo, 1 Desember 1997.
Alamat Lengkap : Jl. Untung Suropati Ds. Kunti
Kec. Bungkal Kab. Ponorogo.
Nama Ayah : Langgeng
Nama Ibu : Supartun
No. Telp. (HP) : 0856-3442-576
PENDIDIKAN FORMAL
1. TK Aisyiyah Bustanul Athfal (2003-2004)
2. SDN Kunti (2004-2010)
3. SMPN 2 Bungkal (2010-2013)
4. SMA Kesehatan Bina Karya Medika Ponorogo (2013-2016)
5. Program Studi Diploma III Keperawatan Ponorogo di
Kampus VI Poltekkes Kemenkes Malang (2016-2019)