Anda di halaman 1dari 14

KEPERAWATAN GERONTIK

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) KECIL : BERKEBUN


“BERKEBUN MENANAM JAHE”

Disusun oleh :
1. Mohammad Darmadi Lukman
2. Nanang hendrik s
3. Naila fitrotul hidayah
4. Nia pramesty
5. Ni’ma safrotul M
6. Nisa ayu faridatul M
7. Pifit putri sri mariani
8. Putri purwaningsih

PRODI DIPLOMA III - KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Keperawatan Jiwa yang berjudul “Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK) :Terapi Modalitas “ dengan baik. Shalawat serta salam kami sampaikan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat beliau, serta
orang-orang mukmin yang tetap istiqomah di jalan-Nya.
Kami sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidaklah
sempurna. Kami mengharapkan adanya sumbangan pikiran serta masukan yang
sifatnya membangun dari pembaca, sehingga dalam penyusunan makalah yang
akan datang menjadi lebih baik.
Terima kasih

Ponorogo, 16 Juli 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................................. i
Kata Pengantar ............................................................................................................. ii
Daftar Isi....................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4
B. Tujuan ...................................................................................................................... 4
C. Pembagian Tugas .................................................................................................... 5
BAB II ISI
A. Topik ................................................................................................................ 7
B. Landasan teori .................................................................................................. 7
C. Indikasi ............................................................................................................. 8
D. Tata tertib ......................................................................................................... 8
E. Antisisipasi ....................................................................................................... 8
F. Struktur Waktu dan Tempat ............................................................................. 10
G. Metode.............................................................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 14

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi modalitas merupakan suatu cara pendekatan agar lanjut usia dapat
beradaptasi terhadap situasi, lebih mampu merawat diri sendiri, banyak aktivitas
dan lebih mandiri. Salah satu terapi modalitas pada lanjut usia adalah terapi
berkebun yaitu terapi dengan menggunakan berkebun secara terapeutik untuk
meningkatkan fungsi fisik, psikologis, kognitif, perilaku dan fungsi sosial serta
meningkatkan hubungan yang terapeutik, juga dapat memperbaiki, memelihara
dan meningkatkan status fisik dan mental.

Terapi berkebun dimulai dengan membangun hubungan dan kepercayaan


serta rasa aman dan membuat lanjut usia merasa lebih baik dengan memanfaatkan
waktu luang luangnya.
Jenis terapi berkebun adalah: kegiatan bercocok tanam, mencangkok, merawat
dan memelihara tanaman sehingga energi yang di keluarkan akan menghasilkan
keringat,.

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi modalitas : terapi berkebun klien mampu
beradaptasi terhadap situasi, lebih banyak aktivitas dan mampu
bekerjasama dengan klien sewisma.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain, meningkatkan rasa
kasih sayang terhadap seseorang dan lingkungan.
b. Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan
kecemasan.
c. Mengekspresikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang
dihadapi.
d. Meningkatkan control diri dan perasaan berharga.

4
e. Mengubah perilaku.
f. Mengembangkan kreatifitas.
g. Hiburan atau kegiatan yang menyenangkan.

1.3 Pembagian Tugas


1. Leader
a. Menyiapkan proposal kegiatan TAKS.
b. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai.
c. Menjelaskan permainan.
d. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
e. Mampu memimpin terapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib.
f. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.

2. Co-leader Tugas
a. Mendampingi leader.
b. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas
pasien.
c. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan yang
telah dibuat.
d. Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi.

3. Fasilitator Tugas
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
b. Memotivasi klien yang kurang aktif.
c. Memfalitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalanya terapi.

4. Observasi Tugas
a. Mengobservasi jalanya proses kegiatan.
b. Mengamati serta mencatat prilaku verbal dan non-verbal pasien selama
kegiatan berlangsung (dicatat pada format yang tersedia).

5
c. Mengawasi jalanya aktivitas kelompok dari mulai persiapan, proses,
hingga penutupan.

6
BAB II
ISI

2.1 Topik
TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK MODALITAS BERKEBUN

2.2 Landasan teori


TAK adalah salah satu terapi modalitas gerontik yang dilakukan
perawat pada sekelompok klien dengan masalah yang sama. TAK bagian
dari psikoterapi di dalam kelompok. Aktivitas digunakan sebagai terapi
dan kelompok sebagai target asuhan, terbukti dapat memfasilitasi
perubahan perilaku yang efektif.
Orientasi adalah kemampuan seseorang untuk mengenal
lingkungannya serta hubungannya dengan waktu, ruang, dan terhadap
dirinya serta orang lain. Disorientasi atau gangguan orientasi dapat timbul
sebagai gangguan dari kesadaran, mengenai waktu, tempat, dan orang.
Disorientasi dapat terjadi pada setiap gangguan yang mana ada kerusakan
yang hebat dari ingatan, persepsi, dan perhatian.

2.3 Tujuan

Untuh melatih klien dalam aspek kognitif afektif dan psikomotor


1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi modalitas : terapi berkebun klien mampu
beradaptasi terhadap situasi, lebih banyak aktivitas dan mampu
bekerjasama dengan klien sewisma.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain, meningkatkan rasa
kasih sayang terhadap seseorang dan lingkungan.
b. Merasa nyaman, mengurangi stress, menurunkan depresi dan
kecemasan.

7
c. Mengekspresikan perasaan dan melepaskan tekanan emosi yang
dihadapi.
d. Meningkatkan control diri dan perasaan berharga.
e. Mengubah perilaku.
f. Mengembangkan kreatifitas.
g. Hiburan atau kegiatan yang menyenangkan.

2.4 Indikasi
Dilakukan pada lanjut usia dengan kondisi:

a. Lansia yang masih bisa bergerak dan sehat secara fisik


b. Defisit fungsional pada fisik, psikologis/fungsi mental.
c. Marah gusar dan kesepian.
d. Gangguan emosi dan perilaku.
e. Stres dan kecemasan
f. Gangguan kepribadian (anti sosial)

2.5 TATA TERTIB


a. Peserta bersedia mengikuti terapi berkebun.
b. Peserta wajib hadir 10 menit sebelum acara dimulai.
c. Peserta tidak diperkenankan makan dan minum selama terapi
d. Perserta yang mengacaukan jalannya terapi akan dikeluarkan.
e. Jika ingin mengajukan pertanyaan peserta mengangkat tangan dan
bicara setelah dipersilahkan.
f. Waktu terapi dapat berubah sesuai dengan kondisi peserta
g. Peserta yang ingin keluar dari acara untuk keperluan ijin terlebih
dahulu kepada pemimpin acara.

2.6 ANTISIPASI MASALAH


Tata Tertib pelaksanaan TAKS
a. Peserta bersedia mengikuti kegiatan TAK sampai dengan selesai.
b. Peserta wajib hadir 5 menit sebelum acara TAKS dimulai.
c. Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.

8
d. Peseta Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan
TAKS berlangsung.
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan
kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
f. Peserta yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan dari
permainan.
g. Peserta dilarang meninggalkan tempat sebelum acara TAK selesai.
h. Apabila waktu yang ditentukan untuk melaksanakan TAKS telah habis,
sedangkan permainan belum selesai, maka pemimpin akan meminta
persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu TAK kepada anggota.

Antisipasi kejadian yang tidak diinginkan pada proses TAKS


a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1. Memanggil klien.
2. Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain.
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit:
1. Panggil nama klien.
2. Tanya alasan klien meninggalkan permainan.
c. Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada
klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien
boleh kembali lagi.
d. Bila ada klien lain ingin ikut
1. Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang
telah dipilih.
2. Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin
dapat diikuti oleh klien tersebut.
3. Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi peran pada permainan tersebut.

9
2.7 Struktur Organisasi
Susunan perawat pelaksana TAK sebagai berikut :
1. Leader : Moh. Darmadi Lukman
2. Co. Leader : Nanang Hendrik
Fasilitator : Pifit Putri Sri M

Nayla Fitrotul H

Nia Pramesty

Nisa Ayu

3. Observasi : Ni’ma Safrotul M


2.8 Waktu dan Tempat
Waktu : Senin, 16 juli 2018 (menyesuaian)
Tempat : UPT PSLU, Dipekarangan Belakang Wisma Pandu

2.9 METODE DAN ALAT BANTU


1. Metode
Dinamika kelompok.
. LANGKAH-LANGKAH
A. PERSIAPAN
Klien diatur membentuk persegi
B. FASE ORIENTASI ( 5 menit)
1. Leader membuka acara.
2. Melakukan perkenalan (terapis dan klien).
3. Leader menyampaikan tujuan terapi berkebun.
4. Leader membuat validasi kontrak.
5. Co-Leader membaca tata tertib.
6. Leader di bantu Co-Leader menjelaskan langkah-langkah terapi
berkebun.
C. FASE KERJA (30 menit)
Pelaksanaan terapi berkebun

10
1. Leader memimpin peserta dan terapis untuk menggali tanah sedalam 20
cm.
2. Lalu tanah yang sudah di gali di isi dengan jahe
3. Selanjutnya di tutup kembali dengan tanah
4. Lalu di beri pupuk
5. Serta di siram air
6. Leader membuat kesimpulan.
D. FASE TERMINASI (10 menit)
a. Leader menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti terapi berkebun.
b. Leader menanyakan / melakukan evaluasi materi.
c. Leader memberikan tugas/rencana tindak lanjut.
d. Leader membuat kontrak untuk yang akan datang
e. Leader menutup acara.
E. PERILAKU YANG DIHARAPKAN
a. Persiapan:
1. Fasilitator
 Mengidentifikasi masalah yang dialami lansia sebelum terapi berkebun
dilakukan.
 Mengatuir setting tempat/ruangan untuk terapi berkebun.
2. Lansia:
 Siap untuk mengikuti terapi berkebun:
 Mengetahui aturan permainan terapi berkebun
 Hadir 10 menit sebelum terapi dimulai.
b. Proses
1. Terapis
 Melaksanakan terapi berkebun sampai dengan selesai.
 Mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan
2. Lansia
 Mengikuti terapi berkebun sampai dengan selesai.
 Klien aktif mengikuti terapi berkebun dengan ceria.
c. Alat Bantu:

a. Tanah kosong

11
b. Alat Perkakas
c. Ember
d. Air
e. Gayung
f. jahe
g. Pupuk

d.Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat TAK berlangsung khususnya pada tahap kerja.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demikian proposal Terapi Berkebun ini kami susun sebagai media penuntun
dalan pelaksanaan Terapi Modalitas yang akan dilaksanakan di BPSTW
Ciparay pada praktek Keperawatan Gerontik smester V Program Studi D-III
Keperawatan. Besar harapan kami agar terapi berkebun ini berjalan dengan lancar
dan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak terkait, terutama lansia. Atas
kerjasama yang baik dan dukungannya kami mengucapkan terima kasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Medikal Book.

Stuart, G. W., & Sundeen, S. J. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.
Jakarta: EGC.

Suliswati, dkk. (2004). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:


EGC.

Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

14

Anda mungkin juga menyukai