Disusun Oleh:
………………
NIM…………….
Mahasiswa
NURLAELAH S
NIM. PO 7224421042
Mengetahui,
Dosen Pembimbing Institusi Preceptor lahan
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Nama : NURLAELAH S
Nim : P0 7224421042
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa laporan ini adalah hasil
plagiarism/jiplakan atau mengcopy hasil orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi sesuai aturan yang sudah ditentukan dalam buku panduan atas perbuatan
tersebut
Samarinda,
Mahasiswa
NURLAELAH S
NIM. P07224421042
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Asuhan
Kebidanan Remaja dan Pranikah dengan Fluor Albus di Poli Kebidanan Puskesmas
Muara Jawa. Penyusunan laporan ini terwujud atas bimbingan, pengarahan dan
bantuan dari berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, dan pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
iv
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu. semoga laporan komprehensif ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
NURLAELAH S
v
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ...................................................................................... ii
Pernyataan Keaslian Tulisan ........................................................................ iii
Kata Pengantar.............................................................................................. iv
Daftar Isi....................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ..................................................................... 1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum ............................................................................. 2
2. Tujuan Khusus............................................................................. 2
vi
BAB III TINJAUAN KASUS ..................................................................... 19
BAB IV PEMBAHASAN ............................................................................ 26
BAB V KESIMPULAN............................................................................... 29
A. KESIMPULAN ................................................................................ 29
B. SARAN ............................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA 30
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan Kesehatan Reproduksi remaja merupakan kegiatan yang
ditujukan kepada remaja dalam upaya menjaga kesehatan reproduksi. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 tahun 2014 tentang Pelayanan
Kesehatan Reproduksi Remaja pasal 11 yang bertujuan untuk mempersiapkan
remaja dalam menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan bertanggung
jawab. Pemberian Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja harus disesuaikan
dengan masalah dan tahapan tumbuh kembang remaja serta memperhatikan
keadilan dan kesetaraan gender, mempertimbangkan moral, nilai agama,
perkembangan mental, dan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan (Kemenkes RI, 2014).
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan Kependudukan
dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan
belum menikah (Diananda, 2019).
Keputihan merupakan penyakit yang tidak mudah disembuhkan,
menyerang sekitar 50% populasi wanita.Berdasarkan data Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2010 menunjukan bahwa wanita
yang rentan mengalami keputihan yaitu wanita yang berusia 15-24 tahun. Gejala
keputihan yang dialami oleh remaja puteri, dalam 12 bulan terakhir menunjukkan
remaja tersebut cukup banyak sebesar 31,8%. Ini menunjukkan remaja putri
mempunyai risiko lebih tinggi terhadap infeksi atau keputihan patologis
(Febryary, 2016).
Keputihan (Fluor albus) adalah salah satu masalah kesehatan reproduksi
remaja khususnya yang sering dikeluhkan oleh wanita. Masalah keputihan yang
1
2
terjadi pada remaja perlu mendapatkan perhatian khusus. Jika keputihan pada
saat remaja dibiarkan maka akan menimbulkan penyakit yang serius. Banyak
wanita di Indonesia yang tidak tahu tentang keputihan sebagai hal yang sudah
biasa dan sepele, disamping itu rasa malu ketika para wanita/ remaja mengalami
keputihan kerap membuat wanita/ remaja tersebut enggan untuk berkonsultasi
dengan dokter. Padahal keputihan tidak bisa dianggap sepele, karena akibat dari
keputihan ini sangat fatal bila lambat ditangani tidak hanya mengakibatkan
kemandulan dan hamil diluar kandungan. Keputihan juga bisa merupakan gejala
awal dari kanker leher Rahim (kanker serviks) yang bisa berujung pada kematian
kalua tidak dikonsultasikan pada petugas kesehatan sejak dini (Ilmiawati &
Kuntoro, 2017)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat memberikan Asuhan Kebidanan bedasarkan
pendekatanmanajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP pada
kasus Fluor Albus pada remaja.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori fluor albus.
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan pada kasus fluor
albus berdasarkan 7 langkah Varney
c. Melakukan asuhan kebidanan pada kasus fluor albusdengan pendekatan
Varney, yang terdiri dari:
1) Melakukan pengkajian
2) Menginterpretasi data dasar
3) Mengidentifikasi diagnosis/ masalah potensial
4) Mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
5) Mengembangkan rencana intervensi
3
1. Pengertian Keputihan
Keputihan (Fluor Albus) adalah keluarnya cairan putih kental selain
darah dari liang vagina diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak berbau,
biasanya bagi orang yang mengalami keputihan disertai rasa gatal didaerah
vagina. Keputihan bersifat normal, namun adapula keputihan abnormal.
Keputihan abnormal menunjukkan warna seperti susu, kuning, abu- abu,
cokelat, kehijauan dan dapat bercampur dengan darah. Keputihan berbau
busuk, amis dan gatal saat buang air kecil (Aeni et al., 2017)
Keputihan adalah kondisi vagina saat mengeluarkan lendir atau cairan
menyerupai nanah yang disebabkan kuman. Keputihan merupakan kondisi
yang sering dialami oleh wanita sepanjang siklus kehidupannya mulai dari
masa remaja, masa reproduksi maupun masa menopause. Keputihan
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu keputihan normal atau fisiologis dan
abnormal atau patologis. Keputihan normal atau fisiologis terjadi sesuai
dengan siklus tubuh wanita dengan jenis pengeluaran berwarna bening, tidak
berlebihan tidak berbau dan tidak menimbulkan rasa gatal atau perih.
Sedangkan keputihan patologis atau abnormal ditandai dengan jumlah
pengeluaran yang banyak, berwarna putih seperti susu basi, kuning atau
kehijauan, gatal, perih dan disertai bau amis atau busuk. Warna pengeluaran
dari vagina akan berbeda sesuai dengan penyebab dari keputihan. Penyebab
keputihan abnormal tersering adalah bakteri, jamur dan parasit (Salamah et
al., 2020)
4
5
2. Etiologi
a. Keputihan fisiologis
Keputihan fisiologis terdiri dari cairan berupa mukus yang
mengandung banyak sel epitel dan leokosit yang jarang. Daerah
kewanitaan biasanya dipengaruhi oleh berbagai hormon terutama esterogen
dan progesterom dari berbagai organ seperti hipothalamus, hipofisis,
ovarium dan adrenal (Sibariang, 2010 dalam Malena, 2016).
Hormon estrogen mengakibatkan maturasi epitel vagina serviks,
poliferasi strama dan kelenjar sedangkan hormon progesterone akan
mengakibatkan fungsi sekresi, keputihan fisiologis disebabkan oleh
(Sibariang, 2010 dalam Malena, 2016):
3) Rangsangan saatkoitus.
1) Infeksi
a) Jamur
Jamur yang sering menyebabkan keputihan adalah Kandida
albican. Biasanya disebut juga dengan Kandidiasis genetalia.
Penyakit ini tidak selalu akibat PMS dan dapat terjadi pada
perempuan yang belum menikah. Beberapa faktor pencetusnya
antara lain pemakaian obat antibiotika dan kortikostiroid yang lama,
kehamilan, kontrasepsi hormonal, kelainan endokrin seperti
diabetes melitus. Selain itu bisa disebabkan karena menurunnya
kekebalan tubuh seperti penyakit-penyakit kronis, serta selalu
memakai pakaian dalam yang ketat dan tidak terbuat dari bahan
katun.
Keluhan yang biasa ditimbulkan adalah rasa gatal atau panas
pada alat kelamin, lendir kental dan berwarna putih, bergumpal
seperti butiran tepung. Kadang disertai rasa nyeri waktu senggama
dan keluarnya cairan pada masa sebelum menstruasi. Vulva terlihat
merah pada saat pemeriksaan klinis, kadang-kadang disertai erosi
karena garukan (Kusmiran, 2012).
b) Bakteri
(1) Gonokokus
Penyakit ini disebut juga dengan Gonorrhoe, sering terjadi
akibat hubungan seksual (PMS). Gonokokus yang purulen
mempunyai silia yang dapat menempel pada sel epitel urethra
dan mukosa vagina. Pada hari ketiga bakteri tersebut sudah
mencapai jaringan ikat di bawah epitel dan terjadi reaksi
radang.
7
(2) Klamidiatrakomatis
Sering menyebabkan penyakit mata trakoma dan penyakit
menular seksual.
(3) Grandnerella
Menimbulkan peradangan pada vagina, menghasilkan asam
amino yang akan diubah menjadi senyawa amin, berbau amis,
berwarna keabu-abuan. Biasanya gejala fluor albus yang
berlebihan, berbau dan disertai rasa tidak nyaman di bagian
bawah perut.
c) Parasit
Jenis Trikomonas vaginalis adalah parasit yang paling sering
menyebabkan keputihan. Penularan yang paling sering adalah lewat
koitus, biasanya parasit ini kalau pada pria terdapat di uretra dan
prostat. Gejala yang ditimbulkan adalah Fluor albus encer sampai
kental, kekuningan dan agak berbau disertai rasa gatal danpanas.
d) Virus
Jenis virusnya adalah Human papiloma virus (HPV) dan
Herpes simpleks, ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan
berbau, tetapi tidak disertai rasa gatal.
Gejala pada keputihan tergantung pada jenis kuman yang menyerang.
Keputihan yang disebabkan oleh jamur kandida, sekret yang dikeluarkan
seperti susu dan mengakibatkan gatal pada vagina. Kondisi ini biasa terjadi
pada kehamilan, penderita diabetes dan akseptor pil KB. Keputihan yang
disebabkan oleh infeksi trikomonas atau ada benda asing di vagina, sekret
yang dikeluarkan berwarna putih kehijauan dan kekuningan dan berbau tidak
sedap. Jika infeksi sudah sampai padaorgan dalam rongga panggul biasanya
gejala keputihan disertai rasa nyeri perut di bagian bawah dan atau nyeri
panggul bagian belakang. Sedangkan infeksi yang disebabkan Gonorrhoe,
8
sekret sedikit atau banyak berupa nanah dan rasa sakit dan panas pada saat
kencing atau berhubungan seksual. Keputihan yang disebabkan erosi pada
mulut rahim, sekret berwarna kecokelatan (darah) dan terjadi pada saat
senggama. Pada kejadian kanker serviks, sekret bercampur darah dan berbau
khas akibat sel-sel yang mati (Kusmiran, 2012).
3. ManifestasiKlinis
a. Keputihan normal(fisiologis)
Sebenarnya tidak berwarna putih dan tidak cocok disebut keputihan,
banyak dipengaruhi oleh sistem hormonal, sehingga banyak sedikitnya
sekret/cairan vagina sangat bergantung pada siklus bulanan dan stress
yang juga dapat mempengaruhi siklus bulanan itu sendiri.
b. Keputihan abnormal(patologis)
1) Keluarnya cairan berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih
kehijauan atau putih kelabu dari saluran vagina. Cairan ini dapat encer
atau kental, lengket dan kadang-kadang berbusa.
2) Cairan ini mengeluarkan bau yang menyengat.
3) Pada penderita tertentu, terdapat rasa gatal yang menyertainya serta
dapat mengakibatkan iritasi pada vagina.
4) Merupakan salah satu ciri-ciri penyakit infeksi vagina yang berbahaya
seperti HIV, Herpes, Candyloma (Sari,2012)
4. Patofisiologi
Keputihan merupakan suatu gejala dari suatu penyakit dimana organ
reproduksi wanita mengeluarkan sekresi yang berlebihan dan bukan merupakan
darah alat reproduksi wanita mengalami berbagai perkembangan mulai dari bayi
hingga monpose. Keputihan merupakan suatu keadaan fisiologis namun dapat
berubah menjadi patologis bila vagina terinfeksi oleh kuman penyakit seperti
parasit, bakteri, jamur dan virus yang menyebabkan keseimbangan flora normal
vagina terganggu.Apabila keseimbangan tersebut terganggu maka bakteri
doderlein atau lactobacillus yang menjadikan ph vagina asam dengan memakai
glikogen yang dihasilkan oleh esterogen pada dinding vagina
untuk pertumbuhannya tidak dapat terjadi bila ph vagina dalam keadaan basa.
Keadaan ph yang basa akan menyebabkan bakteri patogen mudah berkembang
biak dan menjadi subur dalam vagina (sibagariang, 2012)
10
5. Komplikasi
Daerah yang mulai dari muara kandung kemih, bibir kemaluan sampai
uterus dan saluran indung telur sehingga menimbulkan penyakit radang panggul
dan dapat menyebabkan infertilitas (Bahari, 2012). Akibat yang sering
ditimbulkan karena keputihan adalah infeksi.
Menurut Aulia (2012), macam-macam infeksi pada alat genital antara lain :
1. Vulvitis sebagian besar dengan gejala keputihan dan tanda infeksi local.
Penyebab secara umum jamur vaginitis.
2. Vaginitis merupakan infeksi pada vagina yang disebabkan oleh berbagai
bakteri parasit atau jamur. Infeksi ini sebagian besar terjadi karena hubungan
seksual. Tipe vaginitis yang sering dijumpai adalah vaginitis karena jamur.
3. Serviksitis merupakan infeksi dari servik uteri. Infeksi servik sering terjadi
karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat dan infeksi karena
hubungan seksual. Keluhan yang dirasakan akibat keputihan, mungkin terjadi
kontak berdarah (saat berhubungan seksual terjadi perdarahan).
4. Penyakit radang panggul (Pelvic Inflamatory Discase) merupakan infeksi alat
genetal bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan seksual. Penyakit ini dapat
bersifat akut atau menahun atau akhirnya menimbulkan berbagai penyulit
yang berakhir dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan
kemandulan. Tanda-tandanya yaitu nyeri menusuk-nusuk, mengeluarkan
keputihan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan nadi meningkat,
pernafasan bertambah, dan tekanan darah dalam batas normal.
6. Penatalaksanaan
Pengobatan keputihan tergantung pada penyebabnya. Oleh karena
keputihan dapat menular melalui hubungan seksual, maka pengobatan tidak
hanya dilakukan pasien akan tetapi pasangan (Sari, 2012). Adapun
pengobatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:
1. Terapi farmakologi
11
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian :
Waktu :
Tempat :
Oleh :
A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : Berdasarkan data Survei Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun
2010 menunjukan bahwa wanita yang rentan
mengalami keputihan yaitu wanita yang berusia
15-24 tahun.
Agama :
Pendidikan : Berdasarkan Jurnal Kesehatan Masyarakat pada tahun
2012, Penulis mengatakan bahwa Pendidikan mempengaruhi
terhadap pengetahuan, ketika pendidikan remaja itu tinggi
pengetahuan remaja tersebut juga akan baik dan berpengaruh
terhadap kesehatannya yang dimiliki oleh remaja jika terjadinya
kelainan atau gangguan kesehatan pada remaja, maka dapat
segera di atasi secepat mungkin. Jadi, tingkat pendidikan dan
pengetahuan berpengaruh dengan kejadian keputihan.
Pekerjaan :
Alamat :
2. Alasan datang/keluhan utama
a. Alasan datang
13
b. Keluhan utama
Flour albus normal umumnya terjadi pengeluaran cairan
dari kemaluan warna bening tidak lengket dan tidak berbau
serta tidak disertai rasa gatal merupakan kondisi yang
normal sebelum atau sesudah haid dan pada masa subur
wanita (Sari, 2012).
Flour albus abnormal ditandai dengan pengeluaran cairan
berwarna putih pekat, putih kekuningan, putih kehijauan
atau putih kelabu dari kemaluan. Cairan berbentuk encer,
kental, lengket dan kadang berbusa serta mengeluarkan bau
yang menyengat (Sari, 2012)
Pola Keterangan
Istirahat Untuk mengetahui berapa lama tidur siang dan berapa lama
tidur malem (Essawibawa, 2011)
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umun
a. Pemeriksaan umum
1) Kesadaran:
a) composmetis: kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2) Tanda-tanda vital, normal jika:
a) Tekanan Darah
Bertujuan untuk menilai adaya gangguan pada sistem
kardiiovaskuler. Normal 100/60-140/90 mmHg
b) Nadi
Pemeriksaan nadi disertai pemeriksaan jantung untuk mengetahui
pulsus defisit (denyut jantung yang tidak cukup kuat untuk
menimbulkan denyut nadi sehingga denyut jantung lebih tinggi
dari denyut nadi).Dilakukanpula pemeriksaan frekuensi
nadi.Kondisitakikardi (denyut jantung lebih cepat dari kecepatan
normal), dapat dijumpai pada keadaan hipertermia, aktivitas
tinggi, kecemasan, gagal jantung, dehidrasi, dll. Normal antara 80-
110 x/menit.
c) Suhu
16
Ekstermitas :
Atas : simetris, tidak oedem, refleks trisep dan bisep
positif, CRT <2 dtk
Bawah : simetris, tidak oedem, refleks patella positif,
CRT <2 dtk
3. Pemeriksaan khusus
4. Pemeriksaan penunjang
5. Pemeriksaan laboratorium
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana
asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh
bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan
lainnya.
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan
kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam
bentuk SOAP.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Kebidanan
Tanggal Pengkajian : 15/11/2021
Waktu Pengkajian : 12.00 WITA
Tempat Pengkajian : Puskesmas Muara Jawa
Nama Pengkaji : Nurlaelah S
S:
1. Identitas Klien
Nama : Nn.W
Umur : 16 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jln. Delima
19
20
6. Riwayat Psikososiokultural
a. Psiko : Tidak mengalami stress atau merasa cemas
ketika keputihan tersebut
b. Sosial : Ibu kadang merasa cemas dengan keputihan
yang dialami oleh anak.
c. Kultural
: Tidak pernah memberikan obat-obatan/cairan
vagina/air rebusan sirih ketika keputihan
terjadi.
d. Spiritual : Tidak ada kegiatan keagamaan maupun
kebiasaan khusus yang dapat mempengaruhi
keehatan klien
O:
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : compos mentis
22
3. Antropometri
BB : 57 Kg
Tinggi Badan : 155 cm
𝐵𝐵 57
IMT : (𝑇𝐵 (𝑚))2 = (1,55)2 = 25,4
LILA : 30 cm
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Keterangan
Kepala Warna rambut hitam, tidak ada lesi, distribusi
rambut merata, tidak terdapat nyeri tekan, dan
tidak teraba benjolan abnormal.
Wajah Simetris, bentuk wajah oval, tidak pucat, tidak
teraba oedema.
Mata Simetris, konjunctiva merah muda, sclera
berwarna putih, tidak terdapat pengeluaran
kotoran, tidak ada oedema palpebra.
Hidung Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung,
kebersihan hidung cukup, tidak ada polip, tidak
ada kelainan bentuk.
Mulut Bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis,
terdapat caries dentis kanan dan kiri, lidah
tremor, tidak terdapat pembengkakan pada
tonsil, tidak ada tanda peradangan.
Telinga Simetris, tidak terdapat pengeluaran cairan atau
serumen berlebihan.
Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak
ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
bendungan vena jugularis.
Dada Tidak terdengar suara tambahan.
23
A:
Diagnosis : Remaja dengan Fluor Albus
Masalah : Personal Hygiene yang kurang baik.
Diagnosa Potensial : Infeksi pada Vagina
Masalah Potensial : Iritasi pada Vagina
P:
Tanggal Pelaksanaan Tanda
Waktu Tangan
12.00 Membina hubungan baik dengan klien Mahasiswa
WITA
12.05 Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien Mahasiswa
WITA bahwa hasil pemeriksaan normal yaitu TD:
120/60 mmHg, N: 88x/I, RR: 20x/i, T: 36,3oC,
BB: 57 kg, TB: 155 cm, LILA: 30 cm, IMT: 25,4;
Klien mengerti mengenai penjelasan yang
diberikan tentang kondisinya
12. 10 Menjelaskan pengertian dari Flour Albus; Mahasiswa
WITA Klien mengerti dengan arahan yang disampaikan
12. 15 Menjelaskan penyebab dari flour albus yang Mahasiswa
WITA terjadi pada klien yaitu klien suka menggunakan
pakaian dalam ketat yang tidak berbahan katun
dan tidak menyerap keringat dan klien suka tidak
mengganti pakaian dalam yang basah saat habis
BAK atau BAB;
Klien mengerti dengan penjelasan yang di
sampaikan
24
PEMBAHASAN
26
27
Komplek Q yang berarti semakin buruk personal hygiene habits santri maka semakin
besar keputihan yang dialaminya bersifat patologis.
Hasil Pemeriksaan pada Nn.W di dapatkan hasil pemeriksaan TD: 120/60
mmHg, Nadi: 88x/m, Suhu: 36,3oC, Pernafasan: 20x/m, BB: 57 kg, TB :155x/m,
IMT: 25,4, Lila :30 cm, Abdomen: tidak ada nyeri tekan di bawah abdomen. Pada
hasil pemeriksaan tersebut, di dapatkan bahwa Nn. W memiliki IMT dengan kategori
obesitas ringan, menurut teori dari Gao & Horvart (2008) dalam Yuniati (2017)
Remaja dengan obesitas mempunyai hormon estrogen lebih tinggi dari remaja dengan
berat badan normal. Hal inilah yang menyebabkan remaja putri dengan obesitas lebih
rentan mengalami keputihan atau fluor albus, teori tersebut berbanding terbalik
dengan penelitian yang dilakukan oleh Abrori (2017) peneliti menyimpulkan bahwa
indeks massa tubuh >25 tidak mempengaruhi kejadian keputihan patologis pada siswi
di SMAN 1 Simpang Hilir Kabupaten Kayong Utara. Hal ini dikarenakan sebagian
besar yang mengalami kejadian keputihan patologis memiliki IMT <25.
Dari data Subjektif dan Objektif yang didapatkan, asuhan yang diberikan
untuk Nn. W adalah memberikan KIE tentang keputihan yang meliputi, pengertian,
ciri-ciri keputihan, dampak dari keputihan jika tidak ditangani, hingga pencegahan
dan pola kebiasaan Nn. W yang harus di ubah.
KIE pola hidup dan kebiasaan yang diberikan pada Nn.W adalah untuk
membiasakan diri mengganti celana dalam dengan berbahan katun 2-3x/hari terutama
saat pakaian dalam basah setelah BAK maupun BAB, tidak menggunakan celana
dalam yang ketat dan tidak berbahan katun, untuk selalu menggunakan air yang
mengalir ketika eliminasi, selalu membersihkan kemaluan dari bagian depan lalu ke
bagian belakang, selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan
kemaluan lalu mengeringkannya. KIE yang di berikan sejalan dengan teori dari Sari
(2012) Pencegahan keputihan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan organ
kewanitaan dengan cara membiasakan menyiram toilet sebelum
menggunakannya untuk meminimalkan kontaminasi mikroorganisme,
28
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan kebidanan pada remaja dengan flour albus telah dilakukan sesuai
dengan konsep manajemen yang ada. Dari hasil pengkajian dan pemeriksaan
yang telah dilakukan, diduga flour albus yang dialami oleh Nn. W dipengaruhi
oleh personal hygiene klien yang kurang baik. Dimana Nn. W mengatakan
bahwa kadang suka tidak mengganti celana dalam saat basah setelah BAB
maupun BAK, Kadang suka memakai pakaian dalam yang ketat dan tidak
berbahan katun.
B. Saran
Diharapkan laporan komprehensif ini bisa menambah wawasan tambahan
bagi klien serta remaja putri lainnya dan dapat di terapkan dalam mencegah dan
menangani keputihan.
29
DAFTAR PUSTAKA
Abrori, Hernawan, A. D., & Ermulyadi. (2017). Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Keputihan Patalogis Siswi SMAN 1 Simpang Hilir Kabupaten Kayong
Utara. Unnes Journal Od Public Health, 6(1).
Aeni, W. N., Prodi, D., Keperawatan, I., & Indramayu, S. (2017). Hubungan Perilaku
Genitalia Hygienedengan Kejadian Keputihan Remaja Di Pondok Pesantren Di
Indramayu. In Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Darma. (2017). Hubungan Pengetahuan, Vulva Hygiene, Stres Dan Pola Makan
Dengan Kejadian Infeksi Flour Albus. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat, 2(6), 1–9.
Ilmiawati, H., & Kuntoro, K. (2017). Pengetahuan Personal Hygiene Remaja Putri
Pada Kasus Keputihan. Jurnal Biometrika Dan Kependudukan.
Https://Doi.Org/10.20473/Jbk.V5i1.2016.43-51
Nurhumairah, N., Salmah, U., & Tamar, M. (2020). The Effect Of Reproductive
30
31
Sa, U., Widyasih, H., Kebidanan, P. S. D., Vokasi, S., & Mada, U. G. (2018).
Personal Hygiene Habits Dan Kejadian Flour Albus Patologis Pada Santriwati
PP AL-Munawwir , Yogyakarta Personal Hygiene Habits And Occurrence Of
Pathological Fluor Albus On Santriwati Of PP Al-Munawwir , Yogyakarta. 36–
43.