SOEKARJO PURWOKERTO
KTI
P1337420214036
2017
.
LAPORAN KASUS
SOEKARJO PURWOKERTO
KTI
P1337420214036
2017
ii.
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P1337420214036
Purwokerto,
NIM. P1337420214036
. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Purwokerto,
Pembimbing
Widjijati, MN
. iv
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Mengetahui
. v
PRAKATA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan hasil laporan kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan Gangguan Persepsi Sensori :
Penglihatan pada Tn.S dengan Pre dan Post Operasi Katarak di Ruang
Seruni Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto”. Hasil laporan kasus
ini disusun untuk memenuhi tugas akhir pendidikan Diploma III Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang tahun ajaran 2016/ 2017.
Dalam penulisan hasil laporan kasus ini diambil dari berbagai sumber
dan melibatkan beberapa pihak yang membantu dalam menyelesaikan hasil
laporan kasus ini. Oleh karena itu penulis berterima kasih kepada :
. vi
9. Teman-teman tingkat III A, B dan C Program Studi DIII Keperawatan
Purwokerto yang telah memberikan semangat sebagai sahabat senasib
seperjuangan dalam perjalanan menggapai cita-cita.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam pembuatan dan pelaksanaan laporan kasus ini.
Purwokerto,
Penulis,
. vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ................................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Konsep Katarak
1. Pengertian ........................................................................................... 5
2. Etiologi ............................................................................................... 5
3. Patofisiologi ........................................................................................ 6
. viii
6. Penatalaksanaan .................................................................................. 8
7. Komplikasi ......................................................................................... 8
1. Pengkajian .......................................................................................... 10
2. Diagnosa............................................................................................. 11
3. Intervensi ............................................................................................ 12
4. Implementasi ...................................................................................... 13
5. Evaluasi .............................................................................................. 15
B. Sampel ..................................................................................................... 16
C. Lokasi ...................................................................................................... 16
E. Analisis .................................................................................................... 18
A. HASIL
. ix
2. Pengkajian ....................................................................................... 19
4. Perencanaan ..................................................................................... 23
5. Pelaksanaan ..................................................................................... 24
6. Evaluasi ........................................................................................... 28
B. PEMBAHASAN
2. Pengkajian ....................................................................................... 30
4. Perencanaan ..................................................................................... 33
5. Pelaksanaan ..................................................................................... 35
6. Evaluasi ........................................................................................... 36
A. SIMPULAN ............................................................................................ 39
B. SARAN ................................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
. x
DAFTAR LAMPIRAN
. xi
BAB I
PENDAHULUAN
. 1
2
meningkat menjadi dua kali pada tahun 2020, hal ini berkaitan dengan
usia harapan hidup meningkat (Soehardjo, 2004 dalam Mo’otapu, dkk,
2015). Sebagai salah satu penyakit degeneratif, buta katarak pada
umumnya terjadi di usia lanjut. Enam belas persen dari buta akibat
katarak di Indonesia terjadi pada usia produktif (Tana, dkk, 2007).
Prevalensi katarak di provinsi Jawa Tengah mencapai 2,3% dari
keseluruhan jumlah penduduk. Kabupaten Banyumas berada pada
urutan ke-23 dengan prevalensi mencapai 1,2% untuk jumlah penderita
katarak terbanyak dari 35 kabupaten di Jawa Tengah (Riskesdas, 2013).
.
3
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini antara lain :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah :
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Gangguan
Persepsi Sensori Penglihatan pada Tn.S dengan Pre dan Post
Operasi Katarak di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini antara lain :
.
4
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi pasien
Meningkatkan kesehatan pada klien yang menderita katarak.
2. Bagi Bidang Kesehatan
Memberikan pedoman bagi tenaga kesehatan dalam menerapkan
proses asuhan keperawatan pada klien yang menderita katarak guna
meningkatkan kepuasan pelayanan bagi masyarakat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan kontribusi teoritis bagi akademisi ilmu keperawatan
khususnya mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto tentang pengelolaan
keperawatan pada klien dengan katarak.
4. Bagi Penulis
Meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam pengelolaan
masalah keperawatan pada klien dengan katarak.
.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Katarak
1. Pengertian
2. Etiologi
5
6
j. Kebiasaan merokok
k. Derajat sosial ekonomi
l. Status pendidikan, dan
m. Konsumsi multivitamin.
3. Patofisiologi
Lensa yang normal dapat ditandai dengan struktur posterior iris yang
jernih, transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai daya
refraksi yang baik. Lensa tersusun dari tiga komponen anatomis. Pada daerah
tengah terdapat nukleus yang dilapisi korteks, dan yang mengelilingi keduanya
adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus
mengalami opasitas atau perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di
sekitar opasitas terdapat densitas menyerupai duri di daerah anterior dan
posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak
yang paling bermakna. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan
hilangnya transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel yang
memanjang dari badan silier menuju daerah di luar lensa dapat menyebabkan
distorsi penglihatan. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan
koagulasi atau penggumpalan sehingga menghambat jalannya cahaya menuju
retina, akibatnya klien mengalami gangguan penglihatan, mulai dari gangguan
penglihatan sebagian sampai kebutaan total (Smeltzer & Bare, 2013).
5. Pemeriksaan Diagnostik
6. Penatalaksanaan
Black dan Hawks (2014) menyatakan bahwa tidak ada terapi lain untuk
mencegah atau mengurangi pembentukan katarak selain dengan pembedahan.
Tetes mata praoperasi seperti tropikamid (mydriaciyl) adalah termasuk agen
dilator untuk memfasilitasi pembedahan. Siklopentolat merupakan agen
sikloplegik (cyclogyl) yang dapat diberikan untuk melumpuhkan otot siliaris.
Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan teknik anestesi topikal
menggunakan agen tetes mata ataupun dengan injeksi retrobulbar sebagai
larutan anestesi lokal. Pengangkatan katarak diawali dengan membuat irisan
kecil pada bagian kornea. Katarak dipecah menjadi partikel-partikel
mikroskopik dengan menggunakan probe ultrasonic (suara berenergi tinggi).
Suatu lensa lipat buatan ditanam melalui celah irisan mikro tersebut, kemudian
lipatannya dibuka dan difiksasi pada posisi permanen. Irisan ini akan sembuh
dengan sendirinya tanpa perlu dijahit. Irisan ini akan tetap tertutup erat karena
adanya tekanan alami dari dalam mata. Tipe irisan ini sembuh lebih cepat dan
memberikan kondisi yang lebih nyaman.
7. Komplikasi
c. Perdarahan
Hal ini dapat disebabkan oleh adanya pengeluaran darah dari intraokular
akibat tidak sempurnanya pengobatan seperti adanya perlukaan pada
jaringan, ketidakadekuatan jahitan luka, adanya trauma, dan meningkatnya
tekanan intraokular.
d. Ablasio retina
Hal ini dapat terjadi setelah dilakukan pembedahan katarak. Yang menjadi
masalah adalah meningkatnya ekstraksi katarak intrakapsular, yaitu
kembalinya bagian belakang kapsula. Hal tersebut dapat diakibatkan klien
yang melakukan gerakan secara tiba tiba, vitreus (sejenis kaca) dapat
bergerak ke depan dan naik menuju ke retina, akibatnya terjadi perubahan
struktur.
b. Pengkajian Umum
i. Biodata data diri pasien terutama usia pasien
ii. Gejala penyakit sistemik seperti hipotiroid dan diabetes mellitus.
c. Pengkajian Khusus Mata
i. Dalam pemeriksaan pelebaran pupil, ditemukan hasil adanya berkas
berkas putih pada lensa yang menandakan kekeruhan lensa.
ii. Ditemukan keluhan adanya diplopia, yaitu pandangan berkabut.
iii. Penurunan tajam penglihatan karena myopia atau rabun jauh.
iv. Penyempitan bilik mata depan.
v. Tanda glaukoma (akibat komplikasi).
2. Diagnosa
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
BAB III
METODA
A. Metoda Penulisan
B. Sampel
Sampel adalah perwakilan kecil dari populasi atau sebagian jumlah dari
karakteristik yang dimiliki oleh populasi, dimana tujuan ditentukannya sampel
pada penelitian adalah untuk mempermudah mempelajari karakteristik suatu
populasi, karena tidak memungkinkan untuk melakukan penelitian dalam suatu
populasi, karena jumlahnya yang terlalu banyak (Hidayat, 2011). Sampel yang
digunakan dalam kasus ini adalah Tn.X yang menderita penyakit katarak dengan
masalah keperawatan gangguan persepsi sensori penglihatan. Penulis
menggunakan teknik convenience sampling method (non-probability sampling
technique), dimana cara penetapan sampel dengan mencari subjek yang
menyenangkan peneliti (Nursalam, 2009).
C. Lokasi
Lokasi pengambilan data untuk laporan kasus Karya Tulis Ilmiah ini adalah
di Rumah Sakit Margono Soekarjo Purwokerto. Karena Rumah Sakit ini
16
17
merupakan Rumah Sakit Provinsi tipe B yang memiliki sistem rujukan utama di
kabupaten Banyumas.
Teknik pengumpula data pada laporan kasus ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode dalam pengumpulan data dengan
mewawancarai secara langsung responden yang diteliti.
2. Observasi
Observasi merupakan cara melakukan pengumpulan data penelitian dengan
malakukan pengamatan secara langsung kepada responden yang diteliti
untuk mencari keterangan terkait perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan memeriksa tubuh mulai dari kepala
sampai kaki pasien yang dilakukan secara sistematis terutama pada bagian
mata untuk menemukan tanda-tanda klinis penyakit.
4. Pemeriksaan penunjang
Dilakukan atas indikasi medis tertentu guna memperoleh keterangan-
keterangan yang lebih lengkap.
5. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan yang dilakukan untuk tujuan tertentu misalnya untuk memantau
perjalanan penyakit, mendeteksi suatu penyakit, menentukan resiko dan
16
18
6. Studi pustaka
Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan studi pustaka literatur buku,
jurnal dan internet yang mendukung dan berhubungan dengan kasus.
7. Studi dokumentasi
Data ini diambil dari catatan medis yang ada untuk menyesuaikan
pelaksanaan kegiatan teori. Dengan teknik ini juga dapat digunakan untuk
mencocokan data yang telah diambil dengan data sebelumnya.
E. Analisis
Proses analisis data diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Data
tersebut terdiri dari data suyektif dan obyektif, selanjutnya data disajikan dalam
bentuk laporan kasus. Analisis data dilakukan dengan mengungkapkan keadaan
yang sebenarnya dibandingkan dengan teori. Data dikelompokkan berdasarkan
masalah yang dialami klien dan sesuai dengan kriteria permasalahannya,
kemudian akan muncul sebuah diagnosa keperawatan. Setelah itu penulis
menentukan Nursing Intervention Classification (NIC) dan hasil yang diharapkan
menurut Nursing Outcome Classification (NOC). Selanjutnya melakukan
implementasi sesuai intervensi yang ada. Tahap terakhir adalah evaluasi berupa
evaluasi formatif maupun sumatif.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai pengelolaan
keperawatan gangguan persepsi sensori penglihatan pada Tn. S dengan
Katarak di ruang Seruni Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto. Pengelolaan pasien dilakukan selama 3 hari dimulai pada tanggal
25 April 2017 sampai dengan 27 April 2017.
1. Biodata Pasien
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa, tanggal 25 April 2017
pukul 18.30 WIB. Pasien laki-laki bernama Tn. S berusia 75 tahun
beragama Islam dan beralamat di desa Pamijen RT 06 RW 04, kecamatan
Sokaraja, Banyumas. Pendidikan terakhir pasien adalah SD. Bekerja
sebagai petani dan sudah menikah.
Pasien masuk ke Rumah Sakit Margono Soekarjo pada tanggal 25
April 2017 dengan diagnosa medis Katarak. Selama dirawat dirumah sakit
pasien ditemani oleh anak menantunya. Tn.T adalah sebagai penanggung
jawab pasien. Tn.T berusia 40 tahun, beragama Islam dan bertempat
tinggal di kelurahan Ledug RT 02 RW 04, Purwokerto Timur, Banyumas.
Pendidikan terakhir adalah SD dan bekerja di tempat penggilingan padi.
2. Pengkajian
19
20
a. Kepala
Bentuk kepala mesochepal, tidak ada benjolan hematoma ataupun
luka. Rambut bersih beruban. Pada mata terlihat adanya selaput
putih pada lensa, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik dan
fungsi penglihatan sudah berkurang. Hidung bersih, tidak terdapat
sekret, pada telinga tidak terdapat penumpukan serumen dan fungsi
pendengaran sudah menurun.
b. Sistem Indra
1. Mata
Pada pemeriksaan fisik mata ditemukan adanya selaput
keputihan pada lensa mata. Kemudian penulis melakukan
pemeriksaan visus mata dengan menggunakan snellen chart
dari jarak 20 kaki, namun hasilnya pasien tidak bisa melihat
sama sekali. Kemudian penulis melakukan test hitung jari pada
jarak 2 meter, namun hasilnya pasien tidak dapat melihat
21
4. Pemeriksaan penunjang
Pada tanggal 25 April 2017 pasien dilakukan pemeriksaan
laboratorium uji darah ditemukan hasil Hemoglobin 14,6 g/dl,
Leukosit 4650 u/l, Hematokrit 43%, Eritrosit 4,5 /ul, Trombosit
220.000 /ul, MCV 95,3 Fl, MCH 32,5 pg/cell, MCHC 34,1 %, RDW
12,3 %, MPV 10,5 dan Gu fL dan test gula Darah Sewaktu 100 mg/dL.
Pemeriksaan penunjang yang mendukung data pengkajian
sebelum pasien dilakukan operasi katarak diantaranya adalah
pemeriksaan visus mata. Hasil yang didapat pada pemeriksaan snellen
chart yaitu pasien tidak dapat melihat huruf sama sekali pada jarak 20
kaki yang menandakan tajam penglihatan pasien mengalami
penurunan. Selain itu, penulis juga memeriksa tajam penglihatan
pasien dengan melakukan test hitung jari dari jarak 2 meter, pasien
mengatakan pandangan buram dan kabur tidak bisa melihat jumlah jari
yang diujikan. Pasien hanya dapat membedakan gelap dan terang pada
pemeriksaan rangsang cahaya. Kemudian penulis juga melakukan
pemeriksaan fisik mata dengan melakukan penyinaran samping dengan
menggunakan pen light dan didapatkan hasil terlihat selaput keputihan
pada lensa matanya.
23
3. Perumusan Masalah
4. Perencanaan
Tujuan keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori
penglihatan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan fungsi sensorik penglihatan dalam batas normal dan pasien
dapat menunjukan perilaku kompensasi penglihatan dengan kriteria hasil,
ketajaman penglihatan, lapang pandang dan perilaku kompensasi
penglihatan dalam batas normal, yaitu rentang skala 1 sampai 5 dari
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan.
Nursing Intervention Classification (NIC) pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori penglihatan menurut Wilkinson dan Ahern
24
5. Pelaksanaan
visus mata dengan snellen chart. Pasien dapat melihat snellen chart
sampai baris ke tiga. Selain pemeriksaan snellen chart, penulis juga
melakukan pemeriksaan hitung jari dan hasilnya pasien dapat melihat jari
yang diujikan. Pasien mengatakan pandangannya menjadi lebih jelas dan
terang. Pada pukul 08.25 WIB penulis memberikan obat tetes mata
Optiflox 1 tetes dan Nelydex 1 tetes pada mata kanan. Selanjutnya
melakukan penutupan pada mata kanan pasien menggunakan eye shield
untuk menghindari trauma fisik dan paparan debu.
6. Evaluasi
Pada hari Selasa, 25 April 2017 pasien mengeluh pandangannya
kabur, silau dan berkabut. Pada pemeriksaan visus mata, pasien tidak bisa
melihat snellen chart dari jarak 20 kaki dan hitung jari dari jarak 2 meter.
Pasien hanya dapat membedakan antara gelap dan terang pada
pemeriksaan rangsang cahaya. Selain itu, penulis melakukan pemeriksaan
fisik mata dengan melakukan penyinaran samping dengan menggunakan
pen light dan didapatkan hasil terlihat adanya selaput keputihan pada lensa
matanya. Berdasarkan respon tersebut, masalah gangguan persepsi sensori
belum teratasi, lanjutkan intervensi sesuai perencanaan.
Pada hari kedua yaitu hari Rabu, 26 April 2017 penulis tidak
melakukan evaluasi keperawatan gangguan persepsi sensori penglihatan,
karena pada hari itu pasien dilakukan tindakan operasi katarak dan balutan
penutup mata baru boleh dibuka satu hari setelah operasi. Berdasarkan
alasan ini penulis tidak melakukan evaluasi keperawatan apapun.
Pada hari ketiga asuhan keperawatan pada Tn.S tepatnya pada hari
Kamis, 14 April 2016 penulis melakukan kunjungan rumah ke tempat
29
B. PEMBAHASAN
1. Biodata Pasien
Pengkajian dilakukan pada hari Selasa, tanggal 25 April 2017 pada
pukul 18.30 WIB. Pasien seorang laki-laki bernama Tn.S berusia 75 tahun
beragama Islam dan bertempat tinggal di Desa Pamijen RT 06 RW 04,
kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas. Pendidikan terakhir pasien
adalah SD. Status perkawinan pasien adalah menikah. Bekerja sebagai
petani. Pasien masuk ke Rumah Sakit Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto pada tanggal 25 April 2017 dengan diagnosa medis Karatak.
Menurut Tamsuri (2011) ruang lingkup pengkajian keperawatan
pada pasien katarak salah satunya adalah pengkajian umum. Yang
termasuk dalam pengkajian umum adalah pengkajian biodata diri pasien
terutama pada faktor usia pasien. Katarak pada umumnya diderita oleh
30
seseorang dengan usia lanjut (diatas 70 tahun). Hal ini menunjukan adanya
kesesuaian antara kenyataan pasien dengan pendapat ahli, karena usia
pasien saat ini adalah 75 tahun.
2. Pengkajian
lengkap dan tes toleransi gula darah. Hasilnya dari pemeriksaan darah
lengkap dan glukosa darah tidak menunjukan adanya kelainan sistemik
pada tubuh pasien. Hanya saja pada pemeriksaan sel darah putih
ditemukan adanya nilai hitung sel batang dalam kondisi rendah yaitu 0.2.
Namun hasil itu tidak dipandang sebagai masalah yang cukup serius
terhadap kesiapan fisik pasien untuk dilakukan tindakan operasi katarak.
3. Perumusan Masalah
yang didapat yaitu pasien tidak dapat melihat huruf sama sekali pada jarak
20 kaki yang menandakan tajam penglihatan pasien mengalami
penurunan. Selain itu, penulis juga memeriksa tajam penglihatan pasien
dengan melakukan test hitung jari dari jarak 2 meter, pasien mengatakan
pandangan buram dan kabur tidak bisa melihat jumlah jari yang diujikan.
Pasien hanya dapat membedakan gelap dan terang pada pemeriksaan
rangsang cahaya. Kemudian penulis juga melakukan pemeriksaan fisik
mata dengan melakukan penyinaran samping dengan menggunakan pen
light dan didapatkan hasil terlihat selaput keputihan pada lensa matanya.
4. Perencanaan (Intervensi)
Setelah merumuskan masalah, maka penulis menyusun tujuan dan
memilih intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Tujuan
perencanaan keperawatan pada klien dengan katarak adalah setelah
dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan gangguan persepsi
sensori penglihatan teratasi dengan Nursing Outcome Criteria (NOC) yaitu
fungsi sensorik penglihatan dalam batas normal dan pasien dapat
menunjukan perilaku kompensasi penglihatan dengan kriteria hasil,
ketajaman penglihatan, lapang pandang dan perilaku kompensasi
penglihatan dalam batas normal, yaitu rentang skala 1 sampai 5 dari
gangguan ekstrem sampai tidak ada gangguan.
Nursing Intervention Classification (NIC) pada pasien dengan
gangguan persepsi sensori penglihatan menurut Wilkinson dan Ahern
34
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan puncak dari proses asuhan keperawatan.
Dalam fase evaluasi perawat menilai tindakan asuhan keperawatan yang
telah dilakukan kepada pasien dan membandingkannya dengan tujuan
awal perencanaan dan mengukur keberhasilan dalam pencapaian tujuan
tersebut. Tujuan keperawatan pada pasien gangguan persepsi sensori
penglihatan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
jam diharapkan fungsi sensorik penglihatan dalam batas normal dan pasien
dapat menunjukan perilaku kompensasi penglihatan dengan kriteria hasil,
ketajaman penglihatan, lapang pandang dan perilaku kompensasi
penglihatan dalam batas normal, yaitu rentang skala 1 sampai 5 dari
gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan.
Pada hari kedua yaitu hari Rabu, 26 April 2017 penulis tidak
melakukan evaluasi keperawatan gangguan persepsi sensori penglihatan,
karena pada hari itu pasien dilakukan tindakan operasi katarak dan balutan
penutup mata baru boleh dibuka satu hari setelah operasi. Dengan alasan
ini penulis tidak melakukan evaluasi keperawatan apapun.
BAB V
A. SIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa masalah yang paling
diprioritaskan pada pasien dengan katarak adalah gangguan persepsi sensori
penglihatan, yang dibuktikan dengan :
1. Pada pengkajian keperawatan, pasien mengeluhkan pandangan matanya
terlihat kabur, silau dan berkabut. Temuan objektif yang mendukung
adalah pada pemeriksaan fisik mata dan visus mata. Pada pemeriksaan
didapatkan hasil yang sesuai dengan teori bahwa pada katarak akan
mengalami penurunan penglihatan, mulai dari penglihatan kabur sampai
kebutaan. Pada pemeriksaan fisik mata ditemukan adanya selaput
keputihan pada lensa mata. Pada hasil pemeriksaan visus, pasien hanya
dapat membedakan antara gelap dan terang pada pemeriksaan rangsang
cahaya. Pasien dirawat dengan diagnosa medis katarak.
2. Pada perumusan masalah, penulis mengangkat diagnosa gangguan
persepsi sensori penglihatan berhubungan dengan perubahan ketajaman
sensori, dengan data subjektif dan data objektif yang menunjang sesuai
dengan batasan karakteristik pada pasien dengan gangguan persepsi
sensori penglihatan yaitu perubahan dalam ketajaman sensori.
3. Pada perencanaan keperawatan pasien gangguan persepsi sensori
penglihatan, Nursing Intervention Classification (NIC) yang diberikan
antara lain perawatan mata, menejemen lingkungan dan peningkatan
komunikasi terkait defisit penglihatan. Dalam hal ini tidak ada
kesenjangan antara kenyataan dilapangan dengan teori yang ada.
4. Pada pelaksanaan, penulis melakukan tindakan guna mendukung proses
pengobatan dan perawatan mata pada pasien pre dan post operasi katarak
yang sesuai dengan perencanaan yang telah disusun untuk melakukan
asuhan keperawatan selama 3x24 jam. Ada juga penambahan dalam
intervensi perawatan mata untuk menunjang proses penyembuhan dan
39
40
B. SARAN
1. Bagi penulis, untuk lebih menguasai konsep teori dan konsep asuhan
keperawatan gangguan persepsi sensori penglihatan pada pasien katarak
agar dapat menyusun intervensi dan melaksanakan implementasi yang
lebih tepat dan rasional, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan klien.
2. Bagi pasien, untuk lebih menyadari keterbatasan fisik yang sedang
diderita klien saat ini. Lebih memahami dan menjalankan program
pengobatan yang telah diberikan. Pasien harus mematuhi peraturan yang
telah ditentukan, seperti aktifitas yang boleh dilakukan dan tidak boleh
dilakukan. Pasien harus bersedia mengikuti program pengobatan dan
kontrol kesehatan mata sesuai jadwal yang dianjurkan oleh dokter.
3. Bagi pihak keluarga, untuk lebih memperhatikan kebutuhan keamanan
lingkungan sekitar pasien, cara perawatan mata sehari hari dan program
pengobatan yang diberikan. Keluarga melakukan pendampingan kepada
pasien saat melakukan aktifitas sehari-hari untuk menghindari kejadian
jatuh ataupun cedera fisik pada pasien. Keluarga untuk memperhatikan
kebersihan terkait perawatan mata pasien agar tidak terjadi infeksi atau
komplikasi pada mata.
42
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M. & Hawks, J.H. (2009). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan. Terjemahan oleh Mulyanto, J., dkk.
2014. Jakarta : Salemba Medika.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (1996). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-
Surgical Nursing Edisi 8, Vol. 3. Terjemahan oleh Ester, M. (2013).
Jakarta : EGC.
42
43
Tana, L., Rif’ati, L., & Kristanto, A.Y. (2007). Determinan Kejadian Katarak Di
Indonesia Riset Kesehatan Dasar 2007. (online), Vol. 37 No. 3,
(http:/eJournal.litbang.Kemenkes.go.id/index.php/BPK/article/download/
2179/1101, diakses pada tanggal 12 Desember 2016).
Wilkinson, J.M. & Ahern, N.R. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi
9. Terjemahan oleh Wahyuningsih, E. 2011. Jakarta: EGC.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.S
DENGAN KATARAK DI RUANG SERUNI
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
A. PENGKAJIAN
NAMA PENGKAJI : RIZAL ACHMAD N
TEMPAT PENGKAJIAN : R. SERUNI
WAKTU PENGKAJIAN : 25 APRIL 2017, PUKUL 14.30 WIB
1. IDENTITAS
a. Identitas pasien
Nama : Tn. S
Umur : 75 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Pamijen Rt 6 Rw 4
Agama : Islam
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SR/ SD
Pekerjaan : Petani
Tanggal Masuk RS : 25 April 2017 pukul 10.00 WIB
No. RM : 02005469
Diagnosa Medis : Katarak
b. Identitas penanggungjawab
Nama : Tn. T
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki laki
Alamat : Ledug Rt 2 Rw 1
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Penggilingan padi
Hubungan dengan pasien : Menantu
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh adanya gangguan melihat pada mata kanannya.
Penglihatan terlihat kabur, silau dan berkabut.
b. Keluhan tambahan
-
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke poli mata Rumah Sakit Margono Soekarjo pada
tanggal 25 April 2017 pada pukul 10.00 untuk memeriksakan matanya.
Pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan pada mata kanannya
sejak satu tahun yang lalu, pandangan terlihat kabur, silau dan berkabut.
Pada pukul 11.00 WIB pasien dipindah ke ruang rawat inap di ruang
Seruni. Pada hari berikutnya tanggal 26 April 2017 pasien direncanakan
untuk dilakukan tindakan oprasi katarak dengan teknik fakoemulsifikasi
dengan anestesi lokal.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah dirawat dirumah sakit.
e. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang pernah menderita sakit serupa dengan
penyakit pasien saat ini. Keluarga pasien juga tidak memiliki riwayat
penyakit keturunan.
f. Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap obat dan makanan.
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan kesehatan umum
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis. GCS : 15 E4M6V5
3. Vital Sign : TD : 140/ 90 mmHg
Nadi : 88 x/ menit
Pernafasan : 18 x/ menit
Suhu : 36.9o Celcius
b. Pemeriksaan fisik Head to Toe
1. Kepala
Inspeksi : Bentuk mesochepal, rambut bersih beruban
Palpasi : Tidak teraba masa benjolan, tidak ada hematoma
2. Mata
kanan kiri
Inspeksi : Inspeksi :
Pupil : isokhorik, 3 mm Pupil : isokhorik, 3 mm
Sclera : anikterik Sclera : anikterik
Konjungtiva : tidak anemis Konjungtiva : tidak anemis
Lensa : katarak matur Lensa : katarak imatur
Visus mata : Visus mata :
Snellen test : tidak dapat Snellen test : tidak dapat
melihat sama sekali melihat sama sekali
Hitung jari : pandangan Hitung jari : pandangan
kabur, tidak dapat melihat kabur, tidak dapat melihat
Pencahayaan : dapat Pencahayaan : dapat
melihat cahaya (silau) melihat cahaya (silau)
3. Telinga
Inspeksi : Simetris tidak ada kelainan, bersih tidak ada serumen.
Pendengaran : Kemampuan mendengar menurun
4. Hidung
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat secret
5. Mulut dan Tenggorokan
Inspeksi : Mulut bersih, tidak ada pembesaran tonsil.
6. Leher
Inspeksi : Tidak ada peningkatan Jugular Venous Pressure (JVP)
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar Tyroid
7. Dada
Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak ada penarikan otot
intercosta.
Palpasi : Tidak teraba masa atau benjolan
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada wheezing atau ronchi.
8. Jantung
Inspeksi : Tidak terlihat pulsasi iktus cordis
Palpasi : Tidak teraba iktus cordis
Perkusi : Redup
Auskultasi : Lup Dub, S1>S2 , irama teratur, tidak ada murmur
gallop
9. Abdomen
Inspeksi : Dinding perut supel
Palpasi : Tidak teraba massa benjolan, tidak ada distensi abdomen
Perkusi : Suara tympani
Auskultasi : Bising usus 10 x/ menit
10. Genetalia
Inspeksi : Pasien laki laki, pasien tidak terpasang kateter
11. Ekstremitas
Akral hangat, capillary refill kurang dari 2 detik, tidak terdapat
eodema. Reflek patella (+). Reflek babinski (+). 5 5
5 5
Tidak terdapat kelemahan anggota gerak.
12. Kulit
Turgor kulit baik, warna kulit sawo matang dan terlihat bersih.
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tanggal : 25 April 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
HEMATOLOGI
Darah lengkap
Hemoglobin 14.6 g/ dL 11.2– 17.3
Leukosit 4650 U/ L 3800 – 10600
Hematokrit 43 $ 40 – 52
Eritrosit 4.5 10^6/ uL 4.4 – 5.9
Trombosit 220.000 / uL 150.000 – 440.000
MCV 95.3 fL 80 – 100
MCH 32.5 pg/ cell 26 – 34
MCHC 34.1 $ 32 – 36
RDW 12.3 $ 11.5 – 14.5
MPV 10.5 fL 9.4 – 12.4
Hitung jenis
Basofil 0.2 $ 0–1
Eosinofil 3.2 $ 2–4
Batang L 0.2 $ 3–5
Segmen 54.9 $ 50 – 70
Limfosit 35.3 $ 25 – 40
Monosit 6.2 $ 2–8
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 100 mg/ dL <= 200
6. Terapi
a. Asam mefenamat 500 mg : 2 x 1
b. Ciprofloksasin 500 mg :2x1
c. Dexsametasone 0,5 mg :2x1
d. Optiflox tetes mata : 3 x od
e. Nelydex tetes mata : 4 x od
B. ANALISA DATA
F. EVALUASI
WAKTU DX CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
25 APRIL I S : Pasien mengatakan pandangan matanya terlihat kabur,
2017
silau dan berkabut, penglihatan mengganggu sejak
20.50
setengah tahun lalu.
O:
Kanan Kiri
Inspeksi : Inspeksi :
Lensa mata : tampak Lensa mata : tampak
katarak matur. katarak imatur
Pupil : isokhor, 3 mm Pupil : isokhor, 3 mm
Visus mata : Visus mata :
Snellen test : tidak dapat Snellen test : tidak dapat
melihat melihat
Hitung jari : pandangan Hitung jari : pandangan
kabur, tidak terlihat kabur, tidak terlihat
Rangsang cahaya : dapat Rangsang cahaya : dapat
melihat. melihat.
Disusun Oleh :
III A
M. Rencana Evaluasi
a. Evaluasi dilaksanakan selama proses dan pada akhir kegiatan pendidikan
kesehatan dengan memberikan pertanyaan secara lisan sebagai berikut :
1. Menjelaskan pengertian penyakit katarak
2. Menjelaskan penyebab terjadinya penyakit katarak
3. Menjelaskan tanda dan gejala penyakit katarak
4. Memahami penatalaksanaan medis penyakit katarak
5. Memahami perawatan mata post operasi katarak
b. Kriteria evaluasi
1. Evaluasi struktur
a. Menyiapkan SAP
b. Menyiapkan materi dan media
c. Kontrak waktu dengan sasaran
d. Menyiapkan tempat
e. Menyiapkan pertanyaan
2. Evaluasi proses
a. Sasaran memperhatikan dan mendengarkan selama pendidikan
kesehatan berlangsung
b. Sasaran aktif bertanya bila ada hal yang belum dimengerti
c. Sasaran memberi jawaban atas pertanyaan pemberi materi
d. Sasaran tidak meninggalkan tempat saat pendidikan kesehatan
berlangsung
e. Tanya jawab berjalan dengan baik
3. Evaluasi hasil
a. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil apabila sasaran mampu
menjawab pertanyaan 80 % lebih dengan benar.
b. Pendidikan kesehatan dikatakan cukup berhasil / cukup baik apabila
sasaran mampu menjawab pertanyaan antara 50 – 80 % dengan benar.
c. Pendidikan kesehatan dikatakan kurang berhasil / tidak baik apabila
sasaran hanya mampu menjawab kurang dari 50 % dengan benar.
(Lampiran)
MATERI PENYULUHAN
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (1996). Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical-
Surgical Nursing Edisi 8, Vol. 3. Terjemahan oleh Ester, M. (2013).
Jakarta: EGC.
Tana, L., Rif’ati, L., & Kristanto, A.Y. (2007). Determinan Kejadian Katarak Di
Indonesia Riset Kesehatan Dasar 2007. (online), Vol. 37 No. 3,
(http:/eJournal.litbang.Kemenkes.go.id/index.php/BPK/article/download/
2179/1101, diakses pada tanggal 12 Desember 2016).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. BIODATA DIRI
1. Nama Lengkap : Rizal Achmad Nurdiyanto
2. NIM : P1337420214036
3. Tanggal Lahir : 07 Desember 1996
4. Tempat Lahir : Banyumas
5. Jenis Kelamin : Laki-laki
6. Alamat rumah : a. Desa : Sirau RT 01 RW 02
b. Kecamatan : Kemranjen
c. Kabupaten : Banyumas
d. Propinsi : Jawa Tengah
7. Telpon : a. Rumah :-
b. HP : 085865666720
c. E-mail : rizalachmad1996@gmail.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan SD di SD Negeri Sirau, lulus tahun 2008
2. Pendidikan SLTP di SMP Negeri 1 Kemranjen, lulus tahun 2011
3. Pendidikan SLTA di SMA Negeri 1 Kroya, lulus tahun 2014