OLEH
NAMA : GITA OKTAVIA
NPM : 200106055
Oleh
Gita Oktavia
200106055
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk komprehensif Praktik Kerja
Lapangan (PKL)
Pringsewu, 09 Oktober 2023
Tim Pembimbing
Apoteker Pembimbing Lahan Dosen Pembimbing Internal
Mengetahui
Ketua Program Studi S1 Farmasi
(Mida Pratiwi,S.Farm.,Apt.,M.Farm)
NIDN. 0223019501
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbialamin.
Puji syukur kehadiran Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah serta
shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sehingga
Penulis menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di UPTD
Puskesmas Rejosari Pringsewu yang telah dilaksankan pada tanggal 09 Oktober
sampai dengan 04 November 2023.
Gita Oktavia
DAFTAR ISI
Pemakaian
Singkatan Nama Pertama Kali
Pada Halaman
WHO World Health Organization 1
PKL Praktik Kerja Lapangan 2
TTK Tenaga Teknis Kefarmasian 2
UPTD Unit Pelaksana Teknis Dinas 4
UPT Unit Pelayanan Teknis 4
UKM Upaya Kesehatan Masyarakat 6
UKP Upaya Kesehatan Perorangan 7
MESO Monitoring Efek Samping Obat 10
PIO Pelayanan Informasi Obat 10
PTO Pemantauan Terapi Obat 10
LPLPO Laporan Pemakaian Dan Lembar Permintaan 11
Obat
UPT Unit Pelaksana Teknis 16
DPA-SKPD Dokumen Pelaksanaananggaran Satuan 19
Kerja Perangkat Daerah
BMHP Bahan Medis Habis Pakai 20
FORNAS Formularium Nasional 20
DEON Daftar Obat Esensial Nasional 20
FORNAS Formularium Nasional 20
BMHP Bahan Medis Habis Pakai 20
DOEN Daftar Obat Esensial Nasional 20
FEFO First Expired First Out 20
FIFO First In First Out 21
MMHG Milimeter Hydragyrum 24
DM Diabetes Mellitus 33
HLA Human Leucocyte Antigen 34
IDF International Diabetes Federation 34
BPS Badan Pusat Statistik 34
TZD Tiazolidinedion 39
SU Sulfonilurea 40
DPP-4 Dipeptidyl Peptidase-4 40
SGLT-2 Sodium Glucose Co-Transporter 2 41
LDL Low Density Lipoprotein 57
LDL Low Density Lipoprotein 57
12
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Aisyah Pringsewu
13
b. Lokasi PKL
UPTD Puskesmas Rejosari Jalan Hayani No.119pekonRejosari Kec.
Pringsewu Kab. Pringsewu 35373
BAB II
TINJAUAN UMUM
e. Fasilitas keamanan
f. Ketersedian fasilitas public
g. Pengelolaan kesehatan lingkungan
h. Tidak didirikan di area sekitar saluran udara tegangan tinggi dan saluran
udara tegangan ekstra tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
Persyaratan bangunan Puskesmas meliputi
a. Persyaratan administratif, persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja
serta persyaratan teknis bangunan .
b. Bangunan bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain.
c. Bangunan didirikan dengan memperhatikan fungsi keamanan,
kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan serta kemudahan
dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang
berkebutuhan khusus penyandang disabilitas, anak anak dan lanjut usia.
Persyaratan prasarana di Puskesmas paling sedikit terdiri atas:
a. Sistem penghawaan (ventilasi).
b. Sistem pencahayaan.
c. Sistem air bersih, sanitasi, dan hygiene.
d. Sistem kelistrikan.
e. Sistem komunikasi.
f. Sistem gas medik.
g. Sistem proteksi petir.
h. Sistem proteksi kebakaran.
i. Sarana evakuasi.
j. Sistem pengendalian kebisingan.
k. Kendaraan puskesmas keliling.
Persyaratan peralatan di Puskesmas meliputi:
a. Jumlah dan jenis peralatan sesuai kebutuhan pelayanan.
b. Kelengkapan izin edar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Standar mutu, keamanan, dan keselamatan.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS
PJ UKM
TH. Titik Suryanti,S.St
PJ UKP
Dr.Hesti Kusmayati
UKM ESSENSIAL
BAB IV
PEMBAHASAN
24
36
B. Etiologi
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat diklasifikasikan
menjadi hipertensi primer/essensial. Hipertensi primer merupakan
hipertensi dimana etiologi patofisiologinya tidak diketahui.
Hipertensi jenis ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol.
Sedangkan hipertensi sekunder disebabkan dari penyakit komorbid
atau obat tertentu yang mendasari, seperti stenosis arteri renalis,
penyakit parenkim ginjal, feokromositoma, hiperaldosteronism, dan
sebagainya (Yulanda, 2017)
C. Epidemiologi
Hipertensi merupakan salah satu penyakit dengan prevalensi
tertinggi di dunia. Menurut data Riskesdas tahun 2018, prevalensi
hipertensi di Indonesia dan Bali mencapai 34,1% dan 9,57% secara
berturut- turut. WHO juga menginformasikan hipertensi merupakan
penyebab kematian tertinggi ketiga di dunia, dimana setiap satu
dalam delapan kematian disebabkan oleh hipertensi (Apsari &
Wintariani, 2022).
E. Patofisiologi
5. Mengelola stress
6. Mengatasi Kegemukan
Pengobatan
a. Non Farmakologis
Terapi non farmakologis terdiri dari menghentikan kebiasaan
merokok, menurunkan berat badan berlebih, konsumsi
alkohol berlebih, asupan garam dan asupan lemak, latihan
fisik serta meningkatkan konsumsi buah dan sayur.
b. Farmakologis
G. RESEP
2. Umur
3. Jenis kelamin
dosisi
3. Dosis
4. Jumlah obat
5. Stabilitas &ketersedian
6. Aturan & cara pakai Dilakukan
pemberian
informasi obat
kepada pasien
7. Ketidakcampuran obat
2. Dosis
8. Kontraindikasi
9. Efek adiktif
tergantung
insulin.
Allupurinol Hiperurisemia Allopurinol bekerja Dewasa: Reaksi alergi pada
primer (gout) dengan cara 1xsehari 1 kulit, demam,
&Hiperurisemia menghambat XO tablet menggigil,
sekunder (XanthineOksidase) Kemudian leukopenia, gagal
(mencegah dinaikan ginjal dan hati
terjadinya secara
pengendapan bertahap
asam urat menjadi
kalsium oksalat) 2x sehari 1
serta produksi tablet
asam urat yang
berlebih.
Amoxicillin Antibiotik Antibiotik Dewasa Mual dan muntah
spektrum luas, betalaktam dan anak yang tidak
terutama untuk mengganggu sintesis ≥20 kg: berhenti.
bakteri gram dinding sel bakteri, 250‒500 Kehilangan nafsu
positif dan dengan menghambat mg setiap makan. Sakit perut
sedikit gram langkah terakhir 8 jam (3 mata dan kulit
negatif. dalam sintesis kali/hari), menguning.
peptidoglikan, yaitu atau 500‒ Urine berwarna
heteropolimer yang 1.000 mg gelap. Mudah
memberikan setiap 12 memar atau
stabilitas mekanik jam (2 berdarah. Diare
pada dinding sel kali/hari). yang tidak
bakteri. berhenti. Tinja
berlendir.
Kesimpulan
1. Masih banyak ditemukannya tidak kesesuaian resep
A. Definisi
Penyakit diabetes mellitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative
insensitivitas sel terhadap insulin (Azwar,2020).
B. Etiologi
Pembentukan diabetes mellitus dikarenakan produksi insulin
yang kurang (yang dikenal dengan diabetes tipe I), atau jaringan
tubuh kurang sensitive terhadap insulin (yang dikenal dengan
diabetes mellitus tipe II). Selain itu, ada beberapa jenis diabetes
mellitus yang disebabkan oleh restensi insulin, tetapi diabetes ini
sering terjadi pada ibu hamil. Meskipun demikian diabetes mellitus
ini akan sembuh pasca persalinan.
Berikut ini klasifikasi diabetes mellitus :
1. Diabetes Mellitus Tipe 1
DM tipe I disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetik.
Kecenderungan genetik ini ditentukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu.
HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung jawab atas
antigen transplatasi dan proses imunologi lainnya. Faktor
C. Epidemiologi
Diabetes merupakan salah satu dari berbagai penyakit yang
mengancam hidup banyak orang. World Health Organization
(WHO) memprediksikan kenaikan jumlah penyandang diabetes di
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030. Laporan statistik dari International Diabetes
Federation (IDF) memperkirakan sedikitnya terdapat 463 juta orang
pada usia 20-79 tahun di dunia menderita diabetes mellitus pada
tahun 2019. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan jumlah
penyandang diabetes di Indonesia tahun 2003 sebanyak 13,7 juta
orang dan berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan
jumlah penyandang diabetes akan mencapai 20,1 juta pada tahun
2030 (Masriadi, 2016).
D. Tanda Gejala
Menurut Masriadi (2016) Gejala umum yang akan terjadi pada
seorang yang terserang penyakit diabetes melitus, diantaranya yaitu:
a. Rasa haus yang berlebihan
b. Sering buang air kecil dengan volume yang banyak
c. Merasakan lapar yang luar biasa
d. Selalu merasa lelah dan kekurangan energy
e. Mengalami infeksi di kulit
f. Berat badan menurun
g. Penglihatan menjadi kabur
h. Peningkatan abnormal kadar gula dalam darah
i. Urine atau air kencing mengandung glukosa
E. Patofisiologi
Jika kadar gula dalam darah tinggi maka akan memicu
pelepasan insulin, dan jika kadar gula dalam darah rendah maka akan
memicu pelepasan glukagon. Sehingga tercipta keseimbangan antara
kadar gula di intra dan ekstra sel. Jika keseimbangan ini mengalami
gangguan maka memicu terjadinya peningkatan kadar gula darah
yang mengakibatkan terjadinya diabetes melitus.
G. RESEP
2. Umur
3. Jenis kelamin
2. Kekuatan Sediaan
3. Dosis
4. Jumlah obat
5. Stabilitas &ketersedian
6. Aturan & cara pakai Dilakukan
pemberian
informasi obat
kepada pasien
7. Ketidakcampuran obat
2. Dosis
8. Kontraindikasi
9. Efek adiktif
Kesimpulan
1. Masih banyak ketidaksesuaian resep
2. Ditemukan adanya interaksi obat metformin dengan
dexamethasone dimana Jika diminum secara bersamaan akan
menurunkan efektivitas kerja metformin
3. Penggunaan dexamethasone diberhentikan
B. Etiologi
Asma terdiri dari berbagai fenotipe heterogen yang berbeda
dalam presentasi, etiologi, dan patofisiologi. Faktor risiko untuk
setiap fenotipe asma yang telah diketahui yaitu faktor genetic dan
lingkungan. Meskipun riwayat asma dalam keluarga sering terjadi,
namun bukan merupakan faktor tunggal untuk perkembangan
penyakit asma. Peningkatan substansial dalam kejadian asma
selama beberapa dekade terakhir, variasi geografis di kedua tingkat
prevalensi dasar, dan besarnya peningkatan kasus mendukung
hipotesis bahwa perubahan lingkungan memainkan peran besar
dalam epidemi asma saat ini. Selain itu, pemicu lingkungan dapat
C. Epidemiologi
Survei memprediksi bahwa terdapat lebih dari 300 juta
penderita asma di seluruh dunia, dan lebih dari 400 juta orang akan
terdiagnosis asma pada masa depan. Prevalensi asma pada anak
memiliki angka yang bervariasi menurut variasi geografis, namun
prevalensi global diprediksikan juga dapat meningkat dari 9,1%
menjadi 9,5% pada anak-anak dan dari 9,1% menjadi 10,4% pada
remaja. 6 Studi lain mengungkapkan bahwa asma memengaruhi
sekitar 262 juta jiwa pada tahun 2019 dan bertanggung jawab pada
terjadinya 455 ribu kematian (Dito Anurogo, 2022).
Di Indonesia, meskipun prevalensi asma belum diketahui
pasti, namun diprediksi 2-5 % penduduk Indonesia menderita asma.
Berdasarkan Survei Dokter Umum yang dilakukan di tahun 1992,
beragam kuesioner telah dikirim ke 185 dokter umum di 17 kota di
Indonesia. Persentase asma menunjukkan hasil sebesar 0,5-20%
dengan nilai rata-rata 4,8% dari total pasien yang berobat ke dokter
umum. Hasil penelitian oleh Perhimpunan Alergi-Imunologi
Indonesia menunjukkan prevalensi asma pada kelompok umur 13-
14 tahun sebesar 2,1% di Bandung dan sekitar 9% di Ujung
Pandang. Nilai rata-rata dari 5.286 populasi anak yang mengalami
Farmakologi
G. RESEP
DinasKesehatanKabupatenPringsewu
3 ddCth¾
R/ Salbutamol 0,002
CTM 0,002
Vit. C 0,25
Universitas Aisyah Pringsewu
M.fpulvdtd No. X
63
Penyelesaian
R/ Acetaminophen syrfls No. I 3 ddCth¾
Acetaminophen syrfls → Tiap 5 ml mengandung 120 mg
paracetamol
1Cth = 5 ml
¾ dari 5 ml = 3,75 → Under Dosis
120 = 5 ml
Dosis Minimum = 10 X 20 = 200
200 x 5 ml = 1000/120 = 8,3 = 9 ml
Dosis Maksimum = 15 x 20 = 300
300 x 5 = 1500/120 = 12,5 = 12 ml
Dosis ¾ Cth menjadi 2 Cth
R/ Salbutamol 0,002 gram → 2 mg
CTM 0,002 gram → 2 mg
Vit. C 0,25 gram → 250 mg
M.fpulvdtd No. X
3 ddpulv I
Rumus Perhitungan Tablet = Dosis dokter : Dosis Sediaan
Salbutamol = 2 mg : 4 mg = ½ tablet
CTM = 2 mg : 4 mg = ½ tablet
Vit C = 250 mg : 50 mg = 5 tablet
Skrining Resep
2. Umur
3. Jenis kelamin
6. Tanggal resep
7. Ruang/unit asal
2. Kekuatan Sediaan
3. Dosis
4. Jumlah obat
5. Stabilitas &ketersedian
6. Aturan & cara pakai Dilakukan
pemberian
informasi obat
kepada pasien
7. Ketidak campuran obat
2. Dosis
8. Kontraindikasi
9. Efek adiktif
berat. CTM 4 mg 3 x
sehari 1 puyer
sesudah makan
Vit C 50 mg 3 x
sehari 1 puyer
sesudah makan
(Identifikasi Drps pada pasien rawat jalan di (Identifikasi Drps pada pasien rawat jalan di
puskesmas pandak 1 bantul Yogyakarta, Lolita, puskesmas pandak 1 bantul Yogyakarta,
2022) Lolita, 2022)
Gambar 4.12 Jurnal DRP Asma
B. Etiologi
Hiperlipidemia dibagi menjadi dua klasifikasi besar, yaitu
hiperlipidemia primer dan hiperlipidemia sekunder.
1. Hiperlipidemia primer berasal dari sejumlah besar kelainan
genetik yang diturunkan oleh pasien sejak lahir, sedangkan
hiperlipidemia sekunder biasanya berasal dari etiologi, seperti diet
yang tidak sehat, obat-obatan (amiodarone, glukokortikoid),
hipotiroidisme, diabetes yang tidak terkontrol, dan/atau rejimen
gaya hidup yang buruk (Rahmawaty et al., 2022).
2. Hiperlipidemia sekunder disebabkan oleh obesitas, asupan
alkohol yang berlebihan, diabetes mellitus, hipotiroidisme dan
sindrom nefrotik (Nuranti et al., 2015).
C. Epidemiologi
Prevalensi hiperlipidemia di dunia sekitar 45% dan di Asia
Tenggara sekitar 30%, serta di Indonensia 35%. Kadar kolesterol
yang tinggi di dalam darah telah terbukti berhubungan dengan
E. Patofisiologi
Dislipidemia dihasilkan dari abnormalitas pada metabolisme
lipid atau transportasi lipid plasma atau gangguan dalam sintesis dan
degradasi lipoprotein plasma (Li et al., 2015). ditandai dengan
peningkatan konsentrasi kolesterol total, kolesterol Low-Density
Lipoprotein (LDL), atau trigliserida, dan/atau penurunan kolesterol
High-Density Lipoprotein (HDL) (Sahebkar, 2013). Dislipidemia
dapat menyebabkan aterosklerosis yang dapat menyebabkan
penyakit jantung coroner dan stroke. Dengan demikian dislipidemia
meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung koroner dan stroke
(Kim et al., 2014). Kadar kolesterol serum dan trigliserida yang
tinggi dapat menyebabkan pembentukan arteriosklerosis. Kolesterol
dan trigliserida di dalam darah terbungkus di dalam protein
G. RESEP
1-0-0
Sprn
R/ Simvastatin 10 mg No. X
1 dd tab 1
1 dd 1 tab
R/ Ibuprofen No X
3 dd tab 1
Umur: 46 th
Skrining Resep
2. Umur
3. Jenis kelamin
6. Tanggal resep
7. Ruang/unit asal
2. Kekuatan Sediaan
3. Dosis
4. Jumlah obat
5. Stabilitas &ketersedian
6. Aturan & cara pakai Dilakukan
pemberian
informasi obat
kepada pasien
7. Ketidak campuran obat
2. Dosis
4. Duplikasi pengobatan
5. Alergi
6. Interaksi
7. Efek samping obat
8. Kontraindikasi
9. Efek adiktif
insulin akan
release dari
sel β-
pankreas
(Mas Ulfa &
Arfiana,
2020).
Simvastatin Penurun kadar menurunkan 1x sehari Peningkatan
20mg kolestrol kadar koenzim diberikan serum
Q10 dalam malam transaminase,
tubuh. Adanya
menjelang gangguan sistem
inhibisi enzim
tidur. darah dan
HMG CoA
limfatik, anemia,
menyebabkan
gangguan
penurunan
produksi
gastrointestional
mevalonat. , gangguan
Mevalonat hepatobilier.
berperan
dalam
biosintesis
kolesterol
selain itu
mevalonat
juga berperan
dalam
biosintesis
ubikuinon
atau koenzim.
Ibuprofen Analgetik dan menghambat 3x sehari 1 Pusing, sakit
400mg antipiretik aktivitas tablet. kepala,
enzim COX Diminum dispepsia, diare,
sehingga mual, nyeri
B. Etiologi
Vertigo di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Vertigo Perifer
Vertigo periferal disebabkan oleh disfungsi struktur perifer
hingga ke batang otak. Biasanya, vertigo periferal terjadi jika
terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas
mengontrol keseimbangan. Meski pun vertigo bisa disebabkan
oleh tidak normalnya banyak organ keseimbangan, vertigo lebih
sering terjadi akibat gangguan pada sistem pendengaran.
Gangguan kesehatan yang biasanya berhubungan dengan vertigo
periferal antara lain penyakit-penyakit seperti benign
parozysmal positional vertigo (gangguan akibat kesalahan
pengiriman pesan). Gangguan ini mengakibatkan Anda
melakukan respon yang salah terhadap sesuatu hal. penyakit
meniere (gangguan keseimbangan yang sering kali
b. Vertigo Sentral
Vertigo sentral melibatkan proses penyakit yang
mempengaruhi batang otak atau cerebellum. Jenis penyakit
vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di
dalam otak, khususnya di bagian saraf keseimbangan, yaitu
daerah percabangan otak dan serebelum (otak kecil). Gejala
vertigo sentral biasanya terjadi secara bertahap. Biasanya,
penderita tidak menyadari jika dia sudah mengalami vertigo
sampai didapati kerusakan orak yang sangat parah. Jenis
penyakit vertigo sentral berpusat pada otak. Gangguan
kesehatan yang berhubungan dengan vertigo sentral termasuk
antara lain stroke, multiple sclerosis (gangguan tulang belakang
dan otak), tumor, trauma di bagian kepala, migren, infeksi,
kondisi peradangan, neurodegenerative illnesses (penyakit
akibat kemunduran fungsi saraf) yang menimbulkan dampak
pada otak kecil. Jika Anda tidak ingin menderita penyakit-
penyakit akibat vertigo, ada baiknya Anda melakukan
pencegahan atau pengobatan sejak dini secara alami. Anda bisa
gunakan herbal untuk penyembuhan itu (Farisi, 2017)
C. Epidemiologi
Indonesia dilaporkan bahwa pada tahun 2009, angka kejadian
vertigo sangat tinggi sekitar 50% dari orang tua yang berumur 75
tahun, dan pada tahun 2010 terjadi 50% kasus dari usia 40-50 tahun
dan juga merupakan keluhan nomor 3 tiga paling sering
D. Patofisiologi
Vertigo disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh
yang mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsikan oleh susunan saraf pusat
seperti, rangsangan berlebihan, konflik sensorik, neural mismatch,
otonomik, neurohumoral, dan sinap(Akbar, 2013).
Farmakologi
a. Ccb → Flunarizine
b. Antihistamin
c. Antikolonergik
d. Benzodiazepin
G. RESEP
Skrining Resep
Tabel 4.21 Administratif (Vertigo)
No. Skrining Ada Tidak ada Keterangan
Administrasi
1. Nama
2. Umur
3. Jenis kelamin
2. Kekuatan Sediaan
3. Dosis
4. Jumlah obat
5. Stabilitas &ketersedian
6. Aturan & cara pakai Dilakukan
pemberian
informasi obat
kepada pasien
7. Ketidak campuran obat
2. Dosis
6. Interaksi
7. Efek samping obat
8. Kontraindikasi
9. Efek adiktif
secara teratur
2018)
Kesimpulan
1. Masih banyak ditemukan ketidaksesuaian dalam penulisan resep
2. Terapi dilanjutkan dengan pengobatan domperidone diberikan 3x sehari 1
tablet diberikan sebelum makan bila mual, lanjutkan dengan paracetamol
500mg 3x sehari 1 tablet, betahistine 6mg 3x sehari 1 tablet setelah makan
dan pasien di monitoring untuk menjaga pola hidup sehat makan buah,
sayur dan berolah raga secara teratur.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1) Standar pelayanan Kefarmasian di UPTD Puskesmas Rejosari sudah sesuai
dan memenuhi standar pelayanan di Puskesmas dengan menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat
pertama dengan mengutamakan upaya promotif dan prefentif untuk
mencapai kesehatan masyarakat di wilayah Puskesmas Rejosari.
2) Peran TTK di puskesmas Rejosari berada dibawah tanggung jawab
apoteker dan ditempatkan diruang apotek dan melakukan dispensing obat
yaitu mulai dari penyiapan hingga penyerahan kepada pasien dibawah
pengawasan apoteker.
3) Kegiatan Praktek Lapangan memberikan pengalaman kepada mahasiswa
meliputi penyiapan obat, meracik obat, penyerahan obat kepada pasien
disertai informasi yang tepat dan benar, penyediaan obat, penerimaan obat
dan menulis jurnal pengeluaran harian di puskesmas dan menulis kartu
stok.
5.2 Saran
1) Untuk meningkatkan pelayanan farmasi perlu adanya penataan ruangan
obat yang sedikit luas, agar tidak mengganggu area peracikan dan loket
penerimaan resep.
DAFTAR PUSTAKA
Fahreza, F., Hasni, D., Vani, A. T., & Jelmila, S. N. (2020). Gambaran Kadar
Total Kolesterol Pada Pasien Prolanis Yang Mendapat Terapi
Simvastatin Di Puskesmas Air Dingin 2018. Ibnu Sina: Jurnal
Kedokteran Dan Kesehatan - Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sumatera Utara, 19(2), 53–62.
https://doi.org/10.30743/ibnusina.v19i2.37
Farahim, N. (2021). Profil peresepan antibiotik golongan penisilin di apotek sakti
farma periode januari 2020-maret 2020. Jurnal Ilmiah Farmasi Attamru,
2(1), 27–36. https://doi.org/10.31102/attamru.v2i1.1266
Frederic, M. W. (1973). Central vertigo. Otolaryng.Clin.N.Amer., 6(1), 267–285.
https://doi.org/10.21776/ub.jphv.2021.002.02.4
Hariadini, A. L., Sidharta, B., Ebtavanny, T. gusti, & Minanga, E. putri. (2020).
Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Ketepatan Penggunaan Obat
Simvastatin Pada Pasien Hiperkolesterolemia Di Apotek Kota Malang.
Pharmaceutical
Journal of Indonesia, 005(02), 9196. https://doi.org/10.21776/ub.pji.2020
.005.02.4
Hidayati, H., & Kustriyani, A. (2020). Paracetamol, Migraine, and Medication
Overuse Headache (Moh). JPHV (Journal of Pain, Vertigo and
Headache), 1(2), 42–47. https://doi.org/10.21776/ub.jphv.2020.001.02.5
Iskendiarso Sigit, J., & Andaja Soemardji, A. (2012). Efektivitas preventif
omeprazol terhadap efek samping tukak lambung antiinflamasi non
steroid (asetosal) pada tikus galur wistar betina. Acta Pharmaceutica
Indonesia, 37(2), 48–53.
https://garuda.kemdikbud.go.id/documents/detail/545677
Kemenkes RI. (2009). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN
KEFARMASIAN. 源遠護理, 2, 1–8.
Kesehatan, B. P. dan P. (2019). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
2018. Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Khairiyah, U., Yuswar, M. A., & Purwanti, N. U. (2022). Pola Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Jalan Rumah
Sakit. Jurnal Syifa Sciences and Clinical Reasearch (JSSCR), 4, 609–
617.
Mas Ulfa, N., & Arfiana, N. (2020). Efektivitas Penggunaan Oral Antidiabetes
Kombinasi Glimepiride Dengan Pioglitazone Pada Pasien Dibetes
Mellitus Tipe 2. Journal of Pharmacy and Science, 5(1), 1–6.
https://doi.org/10.53342/pharmasci.v5i1.154
MPOC, lia dwi jayanti, & Brier, J. (2020). No 主観的健康感を中心とした在宅
高 齢 者 に お け る 健 康 関 連 指 標 に 関 す る 共 分 散 構 造 分 析 Title.
Malaysian Palm Oil Council (MPOC), 21(1), 1–9. http://journal.um-
surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203%0Ahttp://
mpoc.org.my/malaysian-palm-oil-industry/
Nugraha, A. A. S. (2019). Bab 1 pendahuluan. Pelayanan Kesehatan, 2015, 3–13.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23790/4/Chapter I.pdf
Pramesti, M. R. R. Y. A. (2018). Penyerahan Obat Keras Tanpa Resep Di Apotek.
Volume 7 Nomor 3 – September 2017 p-ISSN:, 7(3), 115–124.
http://cjp.jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id
Ramadhan, A., & Ilsa, H. (2022). Efektivitas Betahistin dalam Tatalaksana
Vertigo. Jurnal Kedokteran Unram, 11(4), 1177–1182.
Ramadhana, A., Choesrina, R., & Yuniarni, U. (2019). Analisis Potensi Interaksi
Obat pada Resep Antigastritis di Salah Satu Rumah Sakit di Kota
Tangerang. Prosiding Farmasi, 481–488.
Ratman, S. H., Untari, E. K., & Robiyanto. (2019). Pemantauan Efek Samping
Antibiotik Yang Merugikan Pada Pasien Anak Yang Berobat Di
Puskesmas Kecamatan Pontianak Timur. Jurnal Farmasi Kalbar, 4(1),
1–14.
Santika N.Y, Rise D, M. A. . (2019). Evaluasi Penggunaan Obat Tukak Peptik
pada Pasien Tukak Peptik di Instalasi Rawat Inap RSUD Sultan Syarif
Mohamad Alkadrie Pontianak. Majalah Farmseutik, 15(1), 2.
Sari, N. P., Apriliani, G. S., Saryomo, & Mutaqin, Z. (2022). Terapi Kompres
Hangat Jahe Merah Untuk Menurunkan Tingkat Nyeri Pada Pasien Gout
Arthritis. Journal Of Nursing Practice And Science, Vol. 1 No.(1), 91–99.
Sukmawati Aggun Peni, B. A. A. (2018). Gambaran penggunaan obat golongan
kortikosteroid dan nsaid sebagai antiinflamasi di apotek ahza farma
brebes periode maret – mei 2018. May, 10.
Sulastri, & Erik, J. (2020). Tingkat Pengetahuan Masyarakat Tentang Obat
Allopurinol Pada Terapi Gout Arthritis Secara Swamedikasi Di Apotek
Dahlia Turen Malang. Artikel Ilmiah, 1–17.
Sumarliyah, E., & Saputro, S. H. (2019). Pengaruh Senam Vertigo (Canalit
Reposition Treatment) Terhadap Keseimbangan Tubuh Pada Pasien
Vertigo.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 4(1), 150 155. https://doi.org/10.3
0651/jkm.v4i1.3162
Syifa S Mukrima. (2017). Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka. Convention Center
Di Kota Tegal, 632. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456
789/10559/BAB II.pdf?sequence=6&isAllowed=y
Syiffatulhaya, E. N., Wardhana, M. F., Andrifianie, F., & Sari, R. D. P. (2023).
Literatur Review : Faktor Penyebab Kejadian Gastritis. Agromedicine,
10(1), 65–69.
Victorya, R. M., & Susianti. (2019). Vertigo perifer pada wanita usia 52 tahun
dengan hipertensi tidak terkontrol. Jurnal Medula Unila, 6(1), 155–159.
LAMPIRAN