Oleh :
Clinical Instructor :
ALDOMIL YETRI, S.Gz
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan “Hazard Analysis
and Critical Control Point dalam Penyelenggaraan Makanan Institusi RSUD H. Hanafie
Muara Bungo Tahun 2023”. Sholawat serta salam tidak lupa pula kami sertakan kepada nabi
besar Muhammad SAW.
Dengan selesainya Laporan Hazard Analysis and Critical Control Point dalam
Penyelenggaraan Makanan Institusi RSUD H. Hanafie Muara Bungo Tahun 2023,dalam
pengamatan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang telah memberikan masukan-
masukan kepada kami. Oleh karena itu kami mengucapkan ribuan terimakasih kepada kedua
orang tua tercinta dan saudara-saudara kami yang telah memberikan semangat dan dukungan
baik secara moril maupun materil kepada penulis, selanjutnya terima kasih penulis ucapkan
kepada :
1. Bapak Yendrizal Jafri, S Kep.M Biomed selaku Rektor Universitas Perintis Indonesia
2. Bapak Dr. rer.nat Ikhwan Resmala Sudji, M.Si selaku Dekan Universitas Perintis
Indonesia.
3. Ibu Wilda Laila, SKM, M.BiomedSelaku Ketua Jurusan Program Studi S1 Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Perintis Indonesia.
4. Ibu Widia Dara, SP.MP Selaku Ketua Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Perintis Indonesia.
5. Bapak dr. Edi Mustafa,M.kes selaku direktur RSUD H.Hanafie Muara Bungo
6. Ibu Aldomil Yetri,S.Gz selaku kepala Instalasi Gizi RSUD H.Hanafie Muara Bungo
7. Ibu Tri Oktayunita,S.Gz selaku Kepala Ruangan Intalasi Gizi RSUD H.Hanafie
Muara Bungo
8. Ibu Junia Syafrida, S.Gz Selaku Sub Instansi Asuhan Gizi di RSUD H.Hanafie Muara
Bungo
9. Ibu Ermawati,Amd.Gz selaku Sub Instansi Pemekalan dan Instansi Penyelenggaraan
Makanan di RSUD H.Hanafie Muara Bungo
10. Ibu dan Bapak Ahli Gizi di RSUD H.Hanafie Muara
11. Ibu dan Bapak Dosen Universitas Perintis Indonesia
i
12. Semua pihak yang terlibat dalam menyelesaikan laporan sistem penyelenggaraan
makanan institusi (MSPMI)
13. Teman-teman dan semua pihak secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu dalam menyelesaikan laporan studi kasus ini
Atas bantuan yang telah diberikan, kami ucapkan ribuan terimakasih. Kami menyadari
laporan “Hazard Analysis and Critical Control Pointdalam Penyelenggaraan Makanan
Institusi RSUD H. Hanafie Muara Bungo. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya
pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca sangat kami harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat
bagi kita semua dan dapat menjadi laporan yang lebih baik lagi.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Tujuan ...............................................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum.............................................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus............................................................................................................2
1.3 Waktu dan Tempat............................................................................................................3
1.4 Manfaat..............................................................................................................................3
1.4.1 Bagi RSUD H.Hanafie Muoro Bungo........................................................................3
1.4.2 Bagi Mahasiswa..........................................................................................................3
iii
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................42
5.2 Saran................................................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
2
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
Selama tahun 2017 di Indonesia terjadi 283 KLB (Kejadian Luar Biasa)keracunan
pangan dan kejadian tertinggi adalah pada daerah Jawa Tengahsebanyak 59 kasus diikuti oleh
Palembang dengan 18 kasus, Jawa Barat 13 kasus, Yogyakarta 12 kasus. Jambi dan Bengkulu
masing-masingkasus, Pekanbarudan Medan masing-masing 4 kasus (BPOM, 2017).Salah
satu cara untukmenjamin keamanan produk yaitu dengan sistem jaminan keamanan pangan
yangdisebut Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis (Hazard Analysis CriticalControl
Point /HACCP).
1
HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) adalah suatu programpengawasan,
pengendalian dan prosedur pengaturan sebelum makanan disajikan.Sistem ini merupakan
pendekatan sistematis terhadap identifikasi, evaluasi danpengawasan keamanan pangan
secara bermakna. Konsep HACCP merupakanpenggabungan dari prinsip mikrobiologis
makanan, pengawasan mutu, danpenilaian risiko untuk mencapai tingkat keamanan setinggi
mungkin. PenerapanHACCP tidak berarti menghentikan pertumbuhan bakteri ke titik nol,
melainkan
meminimalkannya ke tingkat yang dianggap aman (Arisman, 2009).
Instalasi Gizi RSUD H.Hanafie Muara Bungo merupakan salah satu penunjang yang
menyelenggaraan makanan bagi pasien rawat inap. Penyelenggaraan makanan yang higienis
dan sehat menjadi prinsip dasar penyelenggaran makanan di rumah sakit karena pelayanan
makanan rumah sakit diperuntukan untuk orang sakit dengan ancaman penyebaran kuman
pathogen yang tinggi yang dapat memengaruhi kesehatan pasien. Penyediaan makanan yang
aman oleh instalasi gizi dihadapkan pada potensibahaya yang timbul seperti dari
bakteriologis makanan, air, peralatan, tenagapenjamah, ataupun kontaminasi dari lingkungan
sekitar. Oleh karena itu, untukmencegah hal tersebut diperlukan proses HAACP dari
penerimaan bahan bakuhingga pendistribusian.
Bahan pangan hewani merupakan sumber utama bakteri penyebab infeksi dan
intoksikasi. Salah satu hidangan lauk hewani yang disediakan oleh Instalasi Gizi RSUD
H.Hanafie Muara Bungo sebagai menu makanan biasa adalah Ikan Nila Asam Manis. Menu
ini diberikan untuk menu makan malam pasien yang tidak memiliki diet khusus (non diet)
atau makan biasa di ruang rawat inap VIP, kelas I, II, dan III. Pada lauk hewani ini perlu
tindakan HACCP mengingat bahan bakunya berupa ikan nila yang rentan terhadap bahaya
biologi, fisik, dan kimia. Selain bahaya yang berasal dari bahan baku, bahaya juga dapat
timbul pada saat penerimaan maupun persiapan bahan baku.
1.2Tujuan
1.2.1Tujuan Umum
Untuk mengetahui menu lauk hewani yakni ikan nila asam manis aman dari bahaya
pangan dan layak untuk dikonsumsi.
1.2.2Tujuan Khusus
2
b. Mengetahui tim HACCP
c. Mengetahui deskripsi produk ikan nila asam manis
d. Mengetahui penggunakaan ikan nila asam manis
e. Mengetahui diagram alir ikan nila asam manis
f. Mengetahui verifikasi diagram alir ikan nila asam manis
g. Mengetahui bahaya dan kategori resiko pada ikan nila asam manis
h. Mengetahui pohon keputusan HACCP
i. Mengetahui penetapan CCP
j. Mengetahui HACCP plan matrik
k. Melakukan dokumentasi produksi ikan nila asam manis
Pemantauan HACCP Ikan Nila Asam Manis ini berlangsung pada tanggal 20 Januari
2023 di Instalasi Gizi RSUD H.Hanafie Muara Bungo.
1.4 Manfaat
Dapat memberikan informasi tentang jaminan keamanan menu lauk hewani yakni
ikan nila asam manis yang diproduksi di Instalasi Gizi RSUD H.Hanafie Muara Bungo
melalui metode pendekatan HACCP
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu sistem kontrol dalam
upaya pencegahan terjadinya masalah yang didasarkan atas identifikasi titik-titik kritis di
dalam tahap penanganan dan proses produksi. HACCP merupakan salah satu bentuk
manajemen risiko yang dikembangkan untuk menjamin keamanan pangan dengan
pendekatan pencegahan (preventive) yang dianggap dapat memberikan jaminan dalam
menghasilkan makanan yang aman bagi konsumen. Tujuan dari penerapan HACCP dalam
suatu industri pangan adalah untuk mencegah terjadinya bahaya sehingga dapat dipakai
sebagai jaminan mutu pangan guna memenuhi tuntutan konsumen. HACCP bersifat sebagai
sistem pengendalian mutu sejak bahan baku dipersiapkan sampai produk akhir diproduksi
masal dan didistribusikan. Oleh karena itu, dengan diterapkannya sistem HACCP akan
mencegah risiko komplain karena adanya bahaya pada suatu produk pangan. Selain itu,
HACCP juga dapat berfungsi sebagai promosi perdagangan di era pasar global yang memiliki
daya saing kompetitif.
4
menyebabkan bahaya. Masalah bahaya ini didekati dengan cara mengamati satu per satu
bahan baku proses dari sejak di lapangan sampai dengan pengolahannya. Bahaya yang
dipertimbangkan adalah bahaya patogen, logam berat, toksin, bahaya fisik, dan kimia serta
perlakuan yang mungkin dapat mengurangi cemaran tersebut. Disamping itu, dilakukan pula
analisis terhadap proses, fasilitas dan pekerja yang terlibat pada produksi pangan tersebut.
Konsep HACCP kemudian diadopsi oleh berbagai badan internasional seperti Codex
Alimentarius Commission (CAC) yang kemudian diadopsi oleh berbagai negara di dunia
termasuk Indonesia. Perkembangan dari adopsi Sistem HACCP menjadi Standar Codex ini
dalam aplikasinya pada perdagangan tidak semulus adopsinya. Hal ini disebabkan banyak
negara telah mengaplikasikan HACCP sesuai dengan sistem keamanan pangan dinegara
masing dan bahkan telah menjadi regulasi, sehingga untuk langsung menyesuaikan dengan
standar Codex memerlukan waktu dan hal ini mengakibatkan belum harmonisnya beberapa
negara dalam mengakui sistem HACCP yang diterapkan oleh suatu negara.
Sejak Codex Guidelines for the Application of the HACCP System diadopsi oleh
FAO/WHO Codex Alimentarius Commission pada tahun 1993, termasuk the Codex Code
on general Principles of Food Hygiene direvisi untuk mencakup Sistem HACCP, maka
beberapa negara didunia mulai merubah sistem keamanan pangan dari “end product
tersting” menuju aplikasi HACCP. Terlebih sejak 1997 codex kembali mempertegas dengan
menetapkan kembali Codex Guidelines for the Application of the HACCP System direvisi
dengan judul Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP) system and Guidelines
for its
Application dengan no GL 32. (TIM HACCP 2006)
Konsep HACCP ini disebut rasional karena pendekatannya didasarkan pada data
historis tentang penyebab suatu penyakit yang timbul (illness) dan kerusakan pangannya
(spoilage). HACCP bersifat sistematis karena konsep HACCP merupakan rencana yang
teliti dan cermat serta meliputi kegiatan operasi tahap demi tahap, tatacara (prosedur) dan
ukuran kriteria pengendaliannya. Konsep HACCP juga bersifat kontinyu karena apabila
ditemukan terjadi suatu masalah maka dapat segera dilaksanakan tindakan untuk
memperbaikinya. Disamping itu, sistem HACCP dikatakan bersifat komprehensif karena
sistem HACCP sendiri berhubungan erat dengan ramuan (ingredient), pengolah/proses dan
tujuan penggunaan/pemakaian produk pangan selanjutnya. Sistem HACCP dapat dikatakan
5
pula sebagai alat pengukur atau pengendali yang memfokuskan perhatiannya pada jaminan
keamanan pangan, terutama sekali untuk mengeliminasi adanya bahaya (hazard) yang
berasal dari bahaya mikrobiologi (biologi), kimia dan fisik dengan cara mencegah dan
mengantisipasi terlebih dahulu daripada memeriksa/menginspeksi saja.
Setelah melakukan lima tahap persiapan, untuk dapat menerapkan teknik HACCP
secara utuh, selanjutnya harus melakukan tujuh prinsip HACCP berikut ini:
Pada prinsip ini, harus menganalisis risiko selanjutnya disebut bahaya, dan
menentukan tindakan pencegahannya melalui tiga tahap berikut:
1. Identifikasi bahaya
2. Penetapan tindakan pencegahan dan
3. Penentuan signifikansi bahaya.
Bahaya yang sering diidentifikasi dalam konteks HACCP dikelompokan
menjadi tiga, yaitu bahaya biologis, bahaya kimia, dan bahaya fisik, yang
didefinisikan sebagai bahaya yang mungkin menimbulkan masalah biologis, kimia
atau fisik dari suatu produk yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi
penggunanya. Setelah bahaya diidentifikasi, menetapkan tindakan pencegahan yang
dapat menurunkan bahaya hingga pada titik aman. Tindakan pencegahan yang dapat
digunakan, misalnya menerapkan Good Manufacturing Practice (GMP) atau
Standard Operating Procedure (SOP). Terakhir dari penerapan prinsip ini adalah
menentukan signifikansi bahaya. Sebagai tim HACCP beserta anggota lainnya dapat
menetapkan signifikansi bahaya menggunakan teknik curah pendapat /
brainstorming atau menggunakan teknik matrik konsekuensi dan kemungkinan /
consequence / likelihood matrix yaitu dengan cara menentukan peluang terjadinya
bahaya dan tingkat keparahan dari satu bahaya yang terindentifikasi.
6
Untuk menentukan titik kendali kritis dapat menggunakan teknik Analisis Pohon
Keputusan/
Decision Tree Analysis³ seperti dicontohkan di Gambar 1
Pada prinsip ini,harus membuat batas kritis (CL) yang dapat memberikan arahan
keputusan bahwa suatu produk tidak dapat diterima (rejected) atau dapat diterima
(accepted). CL harus ditetapkan untuk setiap CCP dan harus dilakukan validasi.
Setiap CCP boleh memiliki lebih dari satu CL, agar pengendalian bahaya lebih
efektif.Dalam menentukan CL, Tim perlu menggunakan pertimbangan dari para ahli
atau mengacu pada pedoman khusus seperti yang dikeluarkan oleh Badan
Pengawasan Obat dan Manakanan (BPOM). Parameter CL yang dapat digunakan
antara lain suhu, waktu, parameter fisik, tekstur, dan lain sebagainya.
Pada prinsip ini, membuat prosedur pengujian dan pengamatan terencana dan
terjadwal untuk menilai apakah prosedur penanganan setiap CCP sudah efektif
dalam mempertahankan keamanan produk. Pemantauan sangat diperlukan supaya
CL tidak terlampaui. Hal yang perlu diperhatikan saat membuat prosedur
pemantauan ini adalah cara pemantauan, waktu dan frekuensi pemantauan, hal apa
saja yang perlu dipantau, dan siapa yang bertanggung jawab melakukan pemantauan
7
Prinsip ke 5. Menentukan tindakan koreksi jika batas kritis terlampaui
Prinsip ini, menyusun tindakan koreksi secara spesifik untuk setiap CCP supaya
penanggung jawab proses dapat sesegera mungkin melakukan tindakan pengamanan
kualitas produk ketika hasil pemantauan menunjukan adanya kecenderungan
penyimpangan pada suatu CCP.
Tabel 2.4 Tindakan Koreksi yang harus dilakukan jika ditemukan penyimpangan
dari batas pada CCP-nya.
Tingkat Resiko Tindakan Koreksi
8
B. Produk Beresiko Sedang 1. Produk dapat diproses, tetapi penyimpangan
harus diperbaiki dalam waktu singkat (dalam
beberapa hari/minggu).
2. Diperlukan pemantauan khusus sampai
semua penyimpangan dikoreksi /diperbaiki.
a. Verifikasi internal; verifikasi rutin oleh pihak yang bertanggung jawab yang telah
ditunjuk dalam penerapan teknik HACCP.
b. Verifikasi eksternal: verifikasi tidak terjadwal, hanya sesekali dilakukan oleh
lembaga verifikasi atau sertifikasi HACCP
9
Prinsip ini, diminta untuk mendokumentasikan seluruh prosedur rancangan HACCP yang
mencakup:
10
HACCP. Jika perusahaan tidak memiliki individu yang ahli dibidang yang dibutuhkan,
maka saran dari para ahli dapat diperoleh dari luar perusahaan.(Andres Vasconcellos 2003)
2. Mendeskripsikan produk
Sebagai tim HACCP perlu mengidentifikasi secara rinci mengenai produk yang akan
dianalisis potensi bahaya dan titik kendali kritisnya. Deskripsi produk ini dapat mencakup
tetapi tidak terbatas pada komposisi produk, struktur fisik produk atau struktur kimia
produk, pengemasan, perlakuan pengolahan misalnya perlu pemanasan/pembekuan sampai
pada suhu tertentu, metode penyimpanan termasuk masa simpan dan kondisi penyimpanan,
pelabelan khusus, metode distribusi dan lain sebagainya. Semakin lengkap informasi produk
yang peroleh, maka semakin baik hasil analisis bahaya dan titik kendali kritis untuk produk
yang bersangkutan.
Pada tahap ini,perlu mencatat seluruh proses pembuatan produk, dimulai dari
diterimanya bahan baku sampai dengan produk jadi disimpan. Untuk beberapa produk yang
memiliki kerentanan, misalnya rentan terhadap suhu, maka diagram alir harus disusun
sampai dengan produk tersebut didistribusikan. Hal ini sangat penting supaya dapat
mengidentifikasi potensi yang dapat merusak keamanan produk, serta bagaimana tindakan
pencegahannya.
11
Secara singkat, HACCP terdiri dari elemen -elemen sebagai berikut:
1. Identifikasi Bahaya
Pada bagian ini mempelajari jenis -jenis mikroorganisme, bahan kimia dan
bendaasing terkait yang harus didefinisikan. untuk dapat melakukan ini, tim harus
memeriksakarakteristik produk serta bahaya yang akan timbul waktu dikonsumsi oleh
konsumen.Terdapat tiga bahaya (hazard) yang dapat menyebabkan makanan menjadi tidak
aman untuk dikonsumsi, yaitu hazard fisik, kimia, dan biologi.Bahaya fisik termasuk benda
-bendaseperti pecahan logam, gelas, batu, yang dapat menimbulkan luka di mulut, gigi
patah,tercekik ataupun perlukaan pada saluran pencernakan. Bahaya kimia antara lain
pestisida, zat pembersih, antibiotik, logam berat, dan bahan tambahan makanan. Bahaya
biologi antara lainmikroba patogen (parasit, bakteri), tanaman, dan hewan beracun.
2. Aktivitas Penentuan Titik Pengendalian Kritis (CCP)
CCP ditetapkan pada setiap tahap proses mulai dari awal produksi suatau
makananhingga sampai ke konsumsi. Pada setiap tahap ditetapkan jumlah CCP untuk
bahayamirobiologis, kimia, maupun fisik. CCP pada produk diperlukan untuk mengontrol
beberapa parameter seperti pH, aktivitas air (aw) dan adanya bahan tambahanmakanan.
3. Spesifikasi Batas Kritis
Batas kritis adalah nilai yang memisahkan antara nilai yang dapat diterima
dengannilai yang tidak dapat diterima pada setiap CCP. Titik pengendalian kritis CCP
dapatmerupakan bahan mentah/baku, sebuah lokasi, suatu tahap pengolahan, praktek atau
prosedur kerja, namun harus spesifik
12
untuk memastikan hasil pemantauan dan menelaah keluhan konsumen. Contoh produk
yangdiperiksa dapat digunakan untuk memeriksa keefektfan sistem. Namun demikian
verifikasitidak pernah menggantikan pemantauan. Verifikasi hanya dapat memberikan
tambahan informasi untuk meyakinkan kembali kepada produsen bahwa penerapan
HACCP akanmenghasilkan produksi makanan yang aman (ILSI-Eropa, 1996).
1. HACCP adalah suatu pendekatan yang sistematis yang dapat diterapkan pada
semuaaspek dari pengamanan makanan, termasuk bahaya secara biologi, kimia, dan
fisik pada setiaptahapan dari rantai makanan mulai dari bahan baku sampai
penggunaan produk akhir.
2. HACCP dapat memberikan dasar nuansa statistik untuk mendemonstrasikan kegiatan
yangdapat atau mungkin dilakukan untuk mencegah terjadi bahaya sebelum mencapai
konsumen.
3. Sistem HACCP memfokuskan kepada upaya timbulnya bahaya dalam proses
pengolahanmakanan.
4. Penerapan HACCP melengkapi sistem pemeriksaan oleh pemerintah sehingga
pengawasanmenjadi optimal.
5. Pendekatan HACCP memfokuskan pemeriksaan kepada tahap kegiatan yang kritis
dari proses produksi y ang langsung berkaitan dengan konsumsi makanan.
6. Sistem HACCP meminimalkan risiko kesehatan yang berkaitan dengan konsumsi
makanan.
13
7. Dapat meningkatkan kepercayaan akan keamanan makananolahan dan karena itu
mempromosikan perdagangan dan stabilitas usaha makanan(Suklan, 1998).
BAB III
14
pengolahan bahan makanan
- Melakukan pengamatan
pengolahan bahan makanan
- Melakukan pengamatan
pendistribusian bahan makanan
Ikan Nila Asam Manis merupakan salah satu menu hewani yang disajikan
untuk pasien rawat inap di RSUD H.Hanafie pada siklus menu ke 9. Menu ini terdiri
dari bahan baku ikan nila yang ditambah dengan bumbu-bumbu untuk pembuatan
saos asam manis yaitu tomat, saos tomat, minyak, bawang bombai, bawang putih,
bawang merah, ketumbar bbk, cabe merah, jahe, lengkuas, jeruk nipis, tepung
maizena.
15
Nama Produk Ikan
Komposisi Ikan Nila
Karakteristik produk Warna Tidak Pucat dan Aroma Segar
Metode Pengolahan Ungkap dan di goreng
Kondisi Penyimpanan Setelah pengolahan makanan disimpan didalam suhu
ruang untuk langsung didistribusikan
Umur Simpan Umur simpan tidak boleh lebih dari 4 jam
Penggunaan Produk Sebagai lauk hewani makanan biasa makan siang
siklus menu ke 9
Tujuan Pemakaian Lauk hewani makanan biasa pada pasien untuk makan
malam
Pengemasan Primer Wadah steinless steel
Pengemasan Sekunder Mangkok dan plato steinless steel
Metode Transportasi Ikan nila asam manis didistribusikan dengan
menggunakan troli.
Tabel 3.3
Parameter Deskripsi Bumbu Halus
Parameter Deskripsi Keterangan
Nama Produk Bumbu Halus
Komposisi Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombai,
Jahe, Kunyit, Lengkuas, Ketumbar bbk.
Karakteristik produk Warna dan aroma segar
Metode Pengolahan Dihaluskan dan ditumis
Kondisi Penyimpanan Setelah pengolahan makanan disimpan didalam suhu
ruang untuk langsung didistribusikan
Umur Simpan Umur simpan tidak boleh lebih dari 4 jam
Penggunaan Produk Sebagai campuran lauk hewani makanan biasa makan
siang siklus menu ke 9
Tujuan Pemakaian Campuran lauk hewani makanan biasa pada pasien
untuk makan malam
Pengemasan Primer Wadah steinless steel
Pengemasan Sekunder Mangkok dan plato steinless steel
Metode Transportasi Ikan nila asam manis didistribusikan dengan
menggunakan troli.
16
Tabel 3.4
Parameter Deskripsi Garam
Parameter Deskripsi Keterangan
Nama Produk Garam
Komposisi Garam dapur
Karakteristik produk Bersih berwarna putih dan tidak berbau
Metode Pengolahan Penumisan
Kondisi Penyimpanan Setelah pengolahan makanan disimpan didalam suhu
ruang untuk langsung didistribusikan
Umur Simpan Umur simpan tidak boleh lebih dari 4 jam
Penggunaan Produk Sebagai campuran lauk hewani makanan biasa makan
siang siklus menu ke 9
Tujuan Pemakaian Campuran lauk hewani makanan biasa pada pasien
untuk makan malam
Pengemasan Primer Wadah steinless steel
Pengemasan Sekunder Mangkok dan plato steinless steel
Metode Transportasi Ikan nila asam manis didistribusikan dengan
menggunakan troli.
Tabel 3.5
Parameter Deskripsi Minyak Goreng
Parameter Deskripsi Keterangan
Nama Produk Minyak Goreng
Komposisi Minyak Goreng
Karakteristik produk Berwarna Kuning jernih tidak coklat dan keruh
Metode Pengolahan Penggorengan dan penumisan
Kondisi Penyimpanan Disimpan pada suhu ruang (25°C) setelah matang
Umur Simpan 8 jam setelah makanan masak
Penggunaan Produk Sebagai campuran lauk hewani makanan biasa makan
siang siklus menu ke 9
Tujuan Pemakaian Sebagai campuran lauk hewani, pada menu ke 9 untuk
makan malam, seluruh pasien non diit dengan menu
makanan biasa
Pengemasan Primer Wadah steinless steel
17
Pengemasan Sekunder Mangkok dan plato steinless steel
Metode Transportasi Ikan nila asam manis didistribusikan dengan
menggunakan troli.
18
3.5 Diagram Alir (Diagram Alir Bahan Mentah (Penerimaan dan Penyimpanan)
Penerimaan Bahan
Ikan Nila Bawang putih, Tomat Jahe, jeruk nipis Minyak Goreng Ketumbar bbk
Garam,
bawang merah, tepung
bawang bombai Saus tomat maizena
Ditimbang dan di cek mutu Ditimbang dan di cek mutu Di cek mutu dan tanggal
sesuai dengan spesifikasin sesuai dengan spesifikasinya expirednya
ya
Proses
Ikan Nila Bawang Jahe, ketumbar Minyak Saos tomat, Garam,tepung Air secukupnya
bombay bbk,lengkuas tomat, cabe maizena
goreng
bawang putih, merah
bawang merah
Pencucian
Penghalusan
Pemotongan Penumisan
Pemasakan Pendistribusian/penyajian
19
3.7 Identifikasi Bahaya Pada Bahan Baku
Tabel 3.6
Identifikasi Bahaya pada Bahan Baku Mentah
No Bahan Identifikasi Jenis Bahaya Cara Pencegahan
Mentah Bahaya
21
6. Minyak B (M) Adanya Semut - Menyimpan pada tempat yang bersih dan
Goreng dan serangga tertutup
- Gunakan prinsip FEFO
F Sisa - Menyimpan minyak yang akan atau yang
Pengorengan, sudah digunakan pada wadah yang bersih dan
perubahan tertutup
warna, batu,
pasir
K Tengik - Membuang minyak yang sudah tengik
22
K Menguap (Air) - Lebih memperhatikan spesifikasi garam yang
di terima
- Lebih memperhatikan tempat penyimpanan
garam dengan wadah
tertutup dan kering
Keterangan : B(M) : Biologis (Mikrobiologi ), K : Kimia, F : Fisik
Tabel 3.7
Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahan pada Peralatan
No Peralatan Identifikasi Jenis bahaya Cara pencegahan
Bahaya
1. Kuali B Bakteri dari sisa makanan Cuci dengan sabun dan bilas
yang diolah sebelumnya yaitu hingga bersih setelah
digunakan.
bakteri
E.colli dan salmonelle
F Sisa kotoran yang menempel. Simpan dengan cara
digantung ditempat yang
kering.
K Karat Cuci dengan sabun dan bilas
hingga bersih setelah
digunakan
2. Wadah F Sisa kotoran dan minyak Cuci dengan sabun dan bilas
yang menempel hingga bersih setelah
digunakan
3. Blender B bakteri dari sisa makanan Cuci dengan sabun dan bilas
yang siap blender hingga bersih setelah
digunakan
23
4. Pisau B Bakteri dari sisa pemotongan Cuci dengan sabun dan bilas
yang menempel yaitu bakteri hingga bersih setelah
digunakan
E.colli dan salmonelle
Tabel 3.8
Identifikasi Bahaya dan Cara Pencegahan pada Proses Pengolahan
No Proses Identifikasi Jenis Bahaya Cara pencegahan
Bahaya
1. Penerimaa F Kotoran Cuci dengan air mengalir.
n
B Ulat Lakukan penyotiran sebelum
menerima bahan
24
2. Persiapan B Bakteri E.Colli dari air Gunakan air mengalir,
pengecekkan kualitas air
1x/bulan.
3. Pemotonga B Terdapat bakteri yang Mencuci alat yang digunakan
n menempel pada alat yang dengan sabun hingga bersih
meggunakan air yang
digunakan yaitu bakteri mengalir sebelum dan
E.colli dan salmonelle sesudah dipakai.
4. Pencucian F Warna air keruh Melakukan pemeriksaan air
5. Pengolahan F Ada serangga,kerikil Buang yang ada serangga,
atau bahan lain yang kerikil, dan penggunaan APD
masuk kedalam makanan
saat pengolahan.
25
Tabel 3.9
Identifikasi Penjamah Makanan
No Penjamah Identifikasi Jenis bahaya Cara pencegahan
Makanan Bahaya
1. Penjamah B Bakteri dari Penjamah mencuci tangan sebelum
Juru masak tangan dan sesudah mengelola makanan
penjamah, menggunakan APD (celemek,
( pramusaji batuk/bersin. masker, handscoon, sepatu tertutup
) dan korpus).
26
Bahan Bahaya P1 P2 P3 P4 CCP/bukan CCP
No baku/tahapan
proses
28
Keterangan :
29
3.9 Penetapan Batas Kritis
1. Penerimaan ikan Penerimaan ikan Berat tekstur, Tempat Saat Ahli gizi / tim Melakukan
sesuai dengan warna, dan penerimaan penerimaan pendukung (PPHP) pengecekkan sesuai
spesifikasi. Ikan bau (loading barang dengan spesifikasi
masih segar, area)
tekstur ikan tidak
lembek, tidak
berair dan tidak
berbau busuk
2. Penerimaan bahan Penerimaan Spesifikasinya, Tempat Saat Ahli gizi / tim Melakukan
basah bahan basah bentuk & penerimaan penerimaan pendukung (PPHP) pengecekkan sesuai
sesuai dengan tekstur (loading barang dengan spesifikasi
spesifikasi yaitu area)
berat bahan
basah sesuai,
bahan tidak
busuk, tidak
berulat, dan tidak
berlobang
30
3. Penerimaan bahan Kemasan tidak Kemasan, Tempat Saat Ahli gizi / tim Melakukan
kering rusak, tidak tanggal penerimaan penerimaan pendukung (PPHP) pengecekkan sesuai
kadaluarsa kadaluarsa (loading barang dengan spesifikasi
area)
6. Penyimpanan bahan Suhu gudang Pemantauan Tempat Selama Pihak Kepru/KI Melakuan
kering kering 24 ⁰C suhu penyimpana penyimpanan pengecekkan suhu 1x
n barang sehari
7. Persiapan Alat yang Alat Meja tempat Saat Juru masak Melakukan
digunakan pemotongan persiapan persiapan pengecekkan
untuk kebersihan alat
untuk (pisau, memasak
memotong talenan)
harus bersih
dan tidak
karatan
32
3.10 Batas Kritis, Pemantauan, Tindakan Korektif, Verivikasi dan Dokumentasi
Tabel 3.11 Batas Kritis, Pemantauan, Tindakan Korektif, Verivikasi dan Dokumentasi
Bahan baku/ Batas kritis Tindakan Verifikasi Dokumentasi
tahapan proses korektif
34
Penyimpanan bahan Disimpan pada Pemeriksaan Memastikan kalau barang
kering kembali suhu yang diterima sesuai dengan
suhu ruang 20⁰C-
ruang setiap 1
25⁰C dan kali sehari spesifikasi
kelembapan 60-
80%
36
Penyajian dan Tidak ada terdapat Jangan diterima Memeriksa dan
distribusi benda asing didalam makanan jika memastikan bahwa
makanan terdapat kotoran
dan rambut petugas gizi
menggunakan APD yang
lengkap (sepatu, apron,
masker, topi, handscoon)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
40
diminta. Bahan makanan yang diterima untuk pembuatan ikan nila asam manis adalah ikan
nila, tomat, saos tomat, bawang merah, bawang putih, bawang bombai, jahe, lengkuas,
kunyit. Ketumbar bbk dan tepung maizena tidak ada diterima melainkan sebagai stock di
gudang harian bahan makanan sementara.
Pada tahap penerimaan masih ditemukan tenaga penerima tidak menggunakan APD
lengkap seperti sarung tangan. Sanitasi ruang penerimaan sudah baik dimana lantai dan alat
penimbangan selalu dibersihkan baik sebelum maupun sesudah penerimaan selesai
dilakukan. Pada bagian penerimaan tidak terdapatat alat pencucian bahan makanan yang
diterima, sehingga bahan makanan seperti ikan nila langsung dibawa kebagian persiapan.
Alat-alat yang digunakan untuk tempat bahan makann segar selalu dibersihkan dan dicuci
setelah dipergunakan.
39
4.4 Proses Pendistribusian
Pada proses pendistribusian ikan nila asam manis dimasukkan kedalam wadah
makanpasien seperti plato untuk rawat inap zaal dan mangkok untuk ruang rawat inap VIP,
Kelas I, II dan III, selanjutnya dibawa dengan troli kemasing-masing ruangan pasien.
Setelah sampai kerungan pasien makanan langsung dibagi ke masing-masing pasien
berdasarkan diet pasien, lama proses setelah makanan siap diolah dan makanan
didistribusikan ke pasien menghabiskan waktu ± 2 jam, sehinggan makanan ini masih aman
dikonsumsi karena masih didalam batas standar aman dikonsumsi menurut standar rumah
sakit.
Secara keseluruhan penyelenggaraan makanan ikan nila asam manis berjalan
dengan lancar, penyelenggaraan makanan ikan nila asam manis telah sesuai dengan standar
prosedur operasional yang ada di rumah sakit.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, kegiatan HACCP yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses pembuatan ikan nila asam manis dimulai dari penerimaan bahan baku
hingga pendistribusian dan sudah menerapkan prinsip-prinsip HACCP.
2. Tim HACCP ikan nila asam manis terdiri dari Dewi Suzanti sebagai Ketua dan
Leryan Silra Anita, Shintia Okthari Sebagai anggotanya.
3. Deskripsi produk ikan nila asam manis yaitu ikan nila merupakan protein
hewani yang terdiri dari ikan nila, bawang bombai, bawang merah, bawang
putih, tomat, saos tomat, jahe, lengkuas, ketumbar, kunyit,garam, tepung
maizena, minyak goreng dan jeruk nipis.
4. Diagram alir dimulai dari penerimaan bahan makanan hingga penyajian
makanan ke pasien. Dalam diagram juga dicantumkan bahan baku, perlakuan
dan proses.
5. Identifikasi bahaya ika nila asam manis terdiri dari identifikasi bahaya bahan
mentah, peralata, proses pengolahan dan penjamah makanan.
6. Penetapan CCP pada bahan baku yaitu ikan nila, minyak goreng. Sedangkan
penetapan CCP pada proses yaitu penerimaan bahan.
7. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengolahan sudah baik dan segar (sesuai
dengan Spesifikasi)
5.2 Saran
41
40
DAFTAR PUSTAKA
Analysis, Hazard, and Critical Control. 2008. “Pengantar HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Point).” Rural Agricultural Development Authority, 27–34.
https://rada.gov.jm/component/k2/item/662-hazard-analysis-critical-controlpoint.
Andres Vasconcellos, J. 2003. “Hazard Analysis and Critical Control Points.” Quality
Assurance for the Food Industry, 289–388.
https://doi.org/10.1201/9780203498101.ch9.
BSN. 1998. “Sistem Analisa Bahaya Dan Pengendalian Titik Kritis.” Sni 01-48521998, 1.
TIM HACCP. 2006. “Panduan Penyusunan Rencana HACCP Bagi Industri Pangan.”
E-Book Pangan.Com, 2.
Ahmad Sulaeman, 2017. Prinsip-Prinsip HACP Dan Penerapannya Pada Industry Jasa
Makaanan Dan Gizi . Bogor : . IPB Pres.
Cartwright, L. M., & Latifah, D. (2010). Hazard Analysis Critical Control Point
(HACCP) Sebagai Model Kendali Dan Penjaminan Mutu Produksi Pangan (Studi
Pada Perkuliahan Pastry di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung ). Jurnal Invotec,
VI(17), 509–519.
Takenaka, S. 2005. Quality Enhancement in Food Processing Throuhg HACCP.
Tokyo: Asian Productivity Organization