KTI
Putri Sadeffi
NIM. P1337420214049
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
LAPORAN KASUS
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir pada
Putri Sadeffi
NIM. P1337420214049
JURUSAN KEPERAWATAN
2017
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Purwokerto, l5Mei2AI7
Pembimbing
9*^^-
Handoyo, MN
lll
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Mengetahui,
Purwokerto
@!ss
&d ., M.Kes.
1V
PERNYATAAN KEASLIAN PEIYULISAI\{
NIM :P1337420214049
Menyatakan dengan sebenamya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran" saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
u
Putri Sadeffi
v
PRAKATA
vi
10. Hartoyo dan Murni selaku ayahanda dan ibunda tercinta serta Indah Uji S
S.Pd selaku kakak yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan, dan doa
yang tiada henti.
11. Ny. T beserta keluarga selaku responden yang telah memberikan waktunya
sehubungan dengan penyusunan laporan kasus ini.
12. Teman-teman seperjuangan tingkat III A, III B, III C yang telah memberikan
semangat dan sapaan hangat sebagai sahabat yang bersama-sama berjuang
meraih cita-cita.
13. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan, yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan laporan kasus ini masih banyak kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, namun penulis berharap laporan kasus ini dapat
dijadikan bahan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI) atau
laporan kasus berikutnya.
Penulis,
vii
DAFTAR ISI
viii
B. Sampel ............................................................................................... 15
C. Lokasi ................................................................................................ 15
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 16
E. Hasil Analisis . ................................................................................... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .................................................................................................. 17
B. Pembahasan ....................................................................................... 24
BAB V SIMPULAN
A. Simpulan ........................................................................................... 33
B. Saran .................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Hasil dan Skala dalam Perencanaan Gangguan menelan pada Stroke Non
Hemoragik ..................................................................................................... 11
2.2 Hasil dan Skala dalam Evaluasi Gangguan menelan pada Stroke Non
Hemoragik ..................................................................................................... 13
x
DAFTAR LAMPIRAN
Gejala
Menelan
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini, masyarakat dimanjakan dengan adanya
kemajuan di bidang sosial ekonomi dan gaya hidup sembarangan yang kurang
memperhatikan pola hidup sehat. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk
menerapkan pola gaya hidup sehat dapat meningkatkan kasus penyakit
pembuluh darah seperti stroke.
Stroke adalah gangguan fungsional otak akut fokal maupun global
akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun
sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang tekena, yang dapat
sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian (Wijaya & Putri,
2013). Muttaqin (2008) mengklasifikasikan stroke menjadi dua macam yaitu
stroke hemoragik dan stroke non hemoragik, stroke hemoragik merupakan
stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area otak
tertentu serta kesadaran klien umumnya menurun. Sedangkan stroke non
hemoragic adalah stroke yang disebabkan karena adanya hambatan atau
sumbatan pada pembuluh darah otak tertentu hingga daerah otak tersebut
tidak mendapatkan pasokan energi dan oksigen, sehingga jaringan sel-sel otak
mati dan tidak berfungsi (Sofwan, 2010).
Tammase (2013) mengemukakan bahwa di Amerika Serikat Stroke
menduduki peringkat ke-3 sebagai penyebab kematian setelah penyakit
jantung dan kanker, setiap tahunnya sekitar 500.000 orang terserang stroke
dengan 400.000 orang terkena stroke iskemik dan 100.000 orang mengalami
stroke hemoragik. Insiden stroke di Amerika berdasarkan jenis kelamin, pria
lebih rentan mengalami stroke dengan 270 per 100.000 sedangkan pada
wanita 201 per 100.000.
1
2
di rumah sakit berkurang dan biaya perawatan di rumah sakit juga menjadi
lebih efisien.
Berdasarkan hal tersebut di atas penulis tertarik untuk dapat
mengangkat masalah ini dalam pembuatan karya tulis ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Gangguan Menelan pada Ny. T dengan Stroke
Non Hemoragik di Ruang Soepardjo Roestam Lantai 1 RSUD Prof. dr.
Margono Soekarjo”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis ingin menggambarkan asuhan keperawatan gangguan menelan
pada Ny. T dengan Stroke Non Hemoragik di Ruang Soepardjo Roestam
Lantai 1 RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo.
2. Tujuan Khusus
Berhubungan dengan tujuan umum tersebut, penulis merincikannya
dengan tujuan khusus sebagai berikut :
a. Menggambarkan pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,
dan tindakan dilakukan untuk mengatasi gangguan menelan pada
pasien stroke non hemoragik di RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo.
b. Menganalisis / membahas hasil pengkajian, masalah keperawatan,
perencanaan, tindakan yang ditekankan pada prosedur-prosedur
keperawatan Standar Operasional Prosedur (SOP), dan evaluasi dari
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi gangguan menelan pada
klien dengan stroke non hemoragik di RSUD Prof. dr. Margono
Soekarjo.
C. Manfaat Penulisan
Manfaat yang diharapkan dari karya tulis ini antara lain :
1. Bagi Penulis
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan sebagai sarana pembelajaran dan
menambah pemahaman dalam asuhan keperawatan gangguan menelan
pada pasien stroke non hemoragik.
4
2. Bagi Pasien
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
serta membantu pasien dalam penanganan masalah gangguan menelan.
3. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan sebagai bahan masukan dan
evaluasi dalam pengelolaan keperawatan gangguan menelan pada pasien
stroke non hemoragik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
6
5. Patofisiologi
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak
oleh trombus atau embolus. Pada umumnya trombus terjadi karena
berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah yang
berakibat arteri menjadi tersumbat, sehingga aliran darah ke area trombus
menjadi berkurang dan menyebabkan iskemia menjadi kompleks serta
akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis
menyebabkan emboli, terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan
iskemia yang dapat berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologi
fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh
darah oleh emboli (Juanidi, 2011).
6. Komplikasi
Lingga (2013) menyatakan komplikasi pada stroke non hemoragik adalah
sebagai berikut:
a. Atrofi dan kaku sendi
Bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan biasanya menjadi lebih
kecil apabila kurang digerakkan, kelumpuhan pada salah satu sisi
tubuh menyebabkan pasien malas menggerakkan tubuh yang sehat
sehingga persendian akhirnya kaku.
b. Darah beku
c. Dekubitus
Ketidakmampuan untuk menggerakkan tubuh menyebabkan pasien
stroke berbaring pada posisi yang tetap sama setiap hari, bagian tubuh
yang tidak bergeser akan mengalami tekanan hingga menyebabkan
memar sehingga peka terhadap infeksi.
d. Nyeri di bagian pundak
e. Pnemonia
Kesulitan menelan yang dialami pasien menyebabkan terjadinya
penumpukan cairan di dalam paru-paru.
f. Fatigue
8
g. Kematian
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik pada stroke non hemoragik menurut Muttaqin
(2008) yaitu :
a. CT Scan (Computer Tomografi Scan)
Pemindaian ini menunjukan secara spesifik letak edema, posisi
hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemik, dan
posisinya secara pasti.
b. Angiografi Serebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik.
c. Magnatik Resonan Imaging (MRI)
MRI menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi
dan besar/luas terjadinya perdarahan otak.
d. Ultrasonografi Dopler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit anteriovena (masalah system
karotis).
e. Pemeriksaan foto thorax
f. Elektro Encephalografi (EEG)
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan
dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
g. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pungsi lumbal
2) Pemeriksaan darah rutin
3) Pemeriksaan kimia darah
8. Penatalaksanaan
Sofwan (2010) menyatakan prinsip penatalaksanaan pada Stroke
Non Hemoragik adalah membatasi kematian sel-sel otak yang sudah
terjadi, dan memulihkan sel-sel otak yang sedang dalam proses iskemik.
Pasien diberikan obat-obatan trombolitik seperti tr-PA (re-combinant
tissue Plasminogen Activator), obat ini bekerja dengan menghancurkan
9
3. Patofisiologi
Stroke mengakibatkan sel neuron mengalami nekrosis atau
kematian jaringan, sehingga mengalami gangguan fungsi. Gangguan
fungsi yang terjadi bergantung pada besarnya lesi dan lokasi lesi, pada
stroke akut pasien dapat mengalami gangguan menelan yang diakibatkan
oleh edema otak, gangguan tingkat kesadaran atau diaschisis dan biasanya
bersifat reversibel. Apabila lesi terjadi di daerah batang otak,
kemungkinan pasien akan mengalami disfagia permanen (Ismansyah,
2008).
4. Komplikasi
Menurut Pandaleke, dkk (2012) komplikasi pada gangguan menelan
yaitu:
a. Aspirasi
b. Pneumonia
c. Malnutrisi
d. Dehidrasi
e. Obstruksi jalan napas, bila bolus berukuran cukup besar yang
memasuki jalan napas.
f. Kematian
C. Pengelolaan Gangguan Menelan pada Stroke Non Hemoragik
Prinsip pengelolaan gangguan menelan adalah menangani sedini
mungkin guna menghindari komplikasi yang lebih berat. Menurut Mulyatsih
(2009) pengelolaan keperawatan gangguan menelan pada Stroke Non
Hemoragik dilakukan dengan mengajarkan latihan menelan atau swallowing
therapy pada pasien.
D. Asuhan Keperawatan Gangguan menelan pada Stroke Non Hemoragik
1. Pengkajian
Meliputi identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat psikososial
dan pola fungsional gordon.
11
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara per sistem (B1-B6) dengan fokus
pemeriksaan fisik pada B3 (brain) yang terarah dan dihubungkan dengan
keluhan-keluhan dari klien (Muttaqin, 2008).
a. B1 (Breathing)
b. B2 (Blood)
c. B3 (Brain)
Pada pasien dengan stroke dilakukan beberapa pemeriksaan yaitu:
1) pengkajian tingkat kesadaran (GCS)
2) pengkajian saraf kranial
dilakukan pemeriksaan pada saraf cranial ke:
a) Saraf V
Stroke menyebabkan paralisis saraf trigeminus, penurunan
kemampuan koordinasi gerakan mengunyah, dan
kelumpuhan satu sisi otot pterigoideus internus dan
eksternus.
b) Saraf VII
Wajah asimetris, otot wajah tertarik ke sisi yang sehat.
c) Saraf IX dan X
Kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan membuka
mulut.
d) Saraf XII
Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi,
serta indra pengecapan normal.
3) pengkajian sistem motorik
4) pengkajian reflek
5) pengkajian sistem sensorik.
d. B4 (Bladder)
e. B4 (Bowel)
12
3. Perumusan Masalah
Terdapat beberapa permasalahan yang mungkin muncul pada
pasien Stroke Non Hemoragik, salah satunya adalah Gangguan menelan
berhubungan dengan gangguan saraf kranial. Diagnosa tersebut ditandai
dengan tersedak pada saat makan, menolak untuk makan, dan muntah
(Herdman & Kamitsuru, 2015).
4. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan gangguan menelan berhubungan dengan
gangguan saraf kranial berdasarkan kriteria hasil Nursing Outcomes
Classification (NOC) dan intervensi Nursing Intervention Classification
(NIC).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan klien dapat menunjukkan status
menelan.
NOC : Perbaikan Status Menelan : Pada fase esophagus, fase
orongeal, fase pharingial.
Tabel 2.1
Kriteria Hasil dan Skala dalam Perencanaan Gangguan Menelan
pada Stroke Non Hemoragik
Skala
No. Kriteria Hasil
Awal Tujuan
1. Tersedak - 4
2. Batuk - 4
3. Peningkatan usaha menelan - 4
4. Tidak nyaman dengan menelan - 4
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
13
NIC :
a. Kewaspadaan Aspirasi (Aspiration Precaution)
b. Terapi Menelan (Swallowing Therapy)
c. Bantuan Perawatan Diri: Pemberian Makan
Intervensi :
a. Kewaspadaan aspirasi
1) Makan dengan porsi sedikit
2) Hindari cairan atau penggunakan zat pengental
3) Posisikan tegak lurus
4) Potong makanan kecil-kecil
5) Hancurkan pil sebelum diberikan
b. Terapi menelan
1) Hindari penggunaan sedotan untuk minum
2) Bantu pasien duduk tegak (mendekati 90˚) untuk makan/
latihan makan
3) Bantu pasien untuk memposisikan fleksi menghadap ke depan
sebagai persiapan menelan (dagu dilipat)
4) Ajari pasien untuk mengucapkan kata “ahs” untuk
meningkatkan elevasi langit-langit halus, jika diperlukan
5) Sediakan permen tusuk/loli untuk dihisap pasien dengan tujuan
untuk meningkatkan kekuatan lidah, jika diperlukan
6) Bantu pasien menempatkan makanan ke mulut bagian belakang
dan di bagian yang tidak sakit
c. Bantuan Perawatan Diri: Pemberian Makanan
1) Monitor kemampuan pasien untuk menelan
2) Pastikan posisi pasien yang tepat untuk memfasilitasi
mengunyah dan menelan
3) Berikan alat-alat yang bisa memfasilitasi pasien untuk makan
sendiri: Sendok yang berdiameter kecil
14
5. Implementasi
Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
berdasarkan rencana keperawatan yang telah dibuat yang bertujuan untuk
mencapai kriteria hasil yang optimal.
6. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan berdasarkan intervensi keperawatan pada
diagnosa gangguan menelan berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2
Kriteria Hasil dan Skala dalam Evaluasi Gangguan Menelan pada
Stroke Non Hemoragik
Skala
No. Kriteria Hasil
Awal Tujuan Akhir
1. Tersedak - 4 -
2. Batuk - 4 -
3. Peningkatan usaha -
- 4
menelan
4. Tidak nyaman dengan -
- 4
menelan
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
BAB III
METODA PENULISAN
A. Metoda Penulisan
Metoda yang digunakan penulis dalam penyusunan laporan kasus
“Asuhan Keperawatan Gangguan Menelan pada Ny. T dengan Stroke Non
Hemoragik di Ruang Soepardjo Rustam RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo”,
penulis menggunakan metoda deskriptif yaitu menggambarkan hasil asuhan
keperawatan pada kasus Stroke Non Hemoragik dengan fokus pada masalah
gangguan menelan (Putra, 2012).
B. Sampel
Dalam pengambilan sampel, penulis menggunakan teknik convenience
sampling method ( non-probability sampling technique ), dimana subjeknya
adalah pasien yang menderita stroke non hemoragik dengan gangguan
menelan, subjek dipilih karena kemudahan atau keinginan peneliti (Nursalam,
2008). Sampel yang digunakan sejumlah satu pasien di ruang Cendana.
Kriteria pada kasus ini adalah :
1. Kriteria Inklusi
a. Pasien stroke non hemoragik dengan hemiplegia atau hemiparase dan
gangguan menelan (minimal 3 hari perawatan)
b. Keadaan umum pasien composmentis
c. Pasien bersedia untuk diteliti
d. Usia pasien 17 tahun keatas
2. Kriteria Eksklusi
a. Pasien Stroke non hemoragik yang mengalami penurunan kesadaran
b. Pasien Stroke non hemoragik yang terpasang ventilator
C. Lokasi
Lokasi yang dipilih penulis dalam penyusunan laporan kasus adalah di
Ruang Soepardjo Roestam Lantai 1 RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo.
15
16
33
18
f. Terapi
Terapi yang diberikan kepada Ny. T pada tanggal 21-23 April 2017
antara lain : Intra Venous Fluid Drip (IVFD) Ringer Laktat (RL) 20
tpm, ranitidin 2 x 25 mg IV intraselang, Citicolin 2 x 500 mg IV
intraselang, Amlodipine 1 x 10 mg peroral, dan Aspilet 1 x 80 mg
peroral.
3. Perumusan Masalah (Formulate Problem)
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, penulis menemukan
beberapa masalah keperawatan namun difokuskan pada masalah
keperawatan gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf
kranial. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data objektif pasien
yaitu bibir tidak simetris, tidak dapat mengunyah makanan, waktu makan
lebih lama dengan porsi sedikit, penurunan fungsi menelan ditandai
dengan diit makanan lembek, tidak dapat menjulurkan lidah, serta tidak
dapat membuka mulut dengan maksimal.
4. Perencanaan (Plan)
Masalah gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf
kranial disusun sebuah rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah tersebut dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan klien mampu menunjukan peningkatan
status menelan. NOC : perbaikan status menelan : pada fase esophagus,
fase orongeal, fase pharingeal. Indikator tidak tersedak pada waktu makan
dengan skala awal 2 dan tujuan 5, batuk saat makan dengan skala awal 2
dan tujuan 5, serta peningkatan usaha menelan dengan skala awal 2 dan
tujuan 5. Dimana skala indikator (1 : sangat berat, 2 : berat, 3 : sedang, 4 :
ringan, 5 : tidak ada) (Herdman & Kamitsuru, 2015).
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk masalah gangguan
menelan sesuai dengan intervensi berdasar NIC : Kewaspadaan Aspirasi
(Aspiration Precaution) dan Terapi Menelan (Swallowing Therapy).
Intervensi pertama dengan NIC : Kewaspadaan Aspirasi (Aspiration
Precaution) terdiri dari : makan dengan porsi sedikit, hindari cairan atau
22
yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor yang dapat dimodifikasi. Faktor
yang tidak dapat dimodifikasi mencakup usia, jenis kelamin, ras, kelainan
anatomis pada pembuluh darah, dan penyakit genetik seperti penyakit
jantung, diabetus mellitus atau hipertensi. Sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi meliputi tekanan darah tinggi, perokok, kadar gula darah
yang tinggi, obesitas, stress, dan depresi. Beberapa teori tersebut
menunjukkan kesesuaian dengan kenyataan yang terjadi pada pasien.
Pengkajian pada saraf kranial Ny. T yang difokuskan pada saraf ke
V, VII, IX, X, dan XII. Pada pemeriksaan Saraf V (Trigeminus) saat
pasien mengunyah makanan otot masseter kanan lebih kuat dibandingkan
otot masseter kiri, pada Saraf VII (Facialis) saat tertawa pipi tertarik ke
kanan, saat meringis pipi tertarik ke kanan, dan saat menggembungkan
pipi bagian kiri mengalami penurunan. Pada Saraf IX (Glosopharyngeus)
terdapat penurunan fungsi menelan dibuktikan dengan makan berbentuk
lembek dan makanan sulit tertelan karena tertahan lama di mulut, pada
Saraf X (Vagus) saat membuka mulut terlihat uvula tidak di tengah tetapi
tampak miring tertarik ke sisi kanan, serta pada Saraf XII (Hypoglosus)
saat lidah dijulurkan berdeviasi ke sisi kiri. Menurut Muttaqin (2008)
pemeriksaan fisik pasien dengan gangguan menelan pada penderita stroke
dilakukan secara per sistem (B1 – B6) dan fokus pada B3 (Brain)
didapatkan hasil pada saraf ke-V : stroke menyebabkan paralisis saraf
trigemus, penurunan koordinasi gerakan mengunyah. Pada saraf ke-VII :
wajah asimetris, otot wajah tertarik ke sisi yang sehat. Pada pemeriksaan
saraf ke-IX dan X ; kemampuan menelan kurang baik dan kesulitan
membuka mulut. Serta pada pemeriksaan saraf ke-XII : lidah simetris,
terdapat deviasi pada satu sisi dan fasikulasi, dan indra pengecap normal.
Sehingga dapat disimpulkan tidak ada kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang terjadi pada pasien.
Pemeriksaan lain yang dilakukan pada Ny. T meliputi keadaan
umum cukup, kesadaran composmentis dengan GCS 15 : E4M6V5,
pemeriksaan tanda tanda vital : tekanan darah 160/90 mmHg, respirasi 22
27
dengan defisit struktur atau fungsi oral, faring, atau esofagus. Berdasarkan
Herdman & Kamitsuru (2015) batasan karakteristik untuk diagnosa
gangguan menelan yaitu batuk atau tersedak saat makan, bibir tidak
simetris, ketidakmampuan membersihkan rongga mulut, pengeluaran air
liur, serta waktu makan lama dengan konsumsi yang tidak adekuat. Faktor
yang berhubungan terhadap gangguan menelan yaitu abnormalitas faring
ataupun orofaring, gangguan saraf kranial, riwayat makan dengan slang,
dan trauma.
Masalah keperawatan yang dialami pasien sesuai dengan NANDA
(2015) yaitu gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf
kranial. Pada kasus ini Ny. T mengalami problem gangguan menelan
dengan etiologi yaitu gangguan saraf kranial.
3. Perencanaan (plan)
Masalah gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf
kranial disusun sebuah rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi
masalah tersebut dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x24 jam diharapkan klien mampu menunjukan peningkatan
status menelan dengan kriteria hasil (NOC) : perbaikan status menelan :
pada fase esophagus, orongeal, pharingeal. Indikator dalam prncapaian
NOC antara lain tidak tersedak pada waktu makan dengan skala awal 2
dan tujuan 5, batuk saat makan dengan skala awal 2 dan tujuan 5, serta
peningkatan usaha menelan dengan skala awal 2 dan tujuan 5. Dimana
skala indikator (1 : sangat berat, 2 : berat, 3 : sedang, 4 : ringan, 5 : tidak
ada).
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk masalah gangguan
menelan sesuai dengan intervensi berdasar NIC : Kewaspadaan Aspirasi
(Aspiration Precaution) dan Terapi Menelan (Swallowing Therapy).
Intervensi pertama dengan NIC : Kewaspadaan Aspirasi (Aspiration
Precaution) terdiri dari beberapa intervensi. Intervensi yang pertama yaitu
makan dengan porsi sedikit. Pemberian makan dengan porsi sedikit
karena kemampuan pasien dalam menelan tidak optimal, sehingga
29
4. Pelaksanaan
Tindakan yang dilaksanakan dalam menangani masalah gangguan
menelan pada stroke non hemoragik yaitu menangani sedini mungkin
guna menghindari komplikasi yang lebih berat dengan menggunakan
terapi farmakologi dan terapi non farmakologi.
Tindakan farmakologi yang diberikan kepada Ny. T pada tanggal
21-23 April 2017 antara lain : Intra Venous Fluid Drip (IVFD) Ringer
Laktat (RL) 20 tpm, ranitidin 2 x 25 mg IV intraselang, Citicolin 2 x 500
mg IV intraselang, Amlodipine 1 x 10 mg peroral, dan Aspilet 1 x 80 mg
peroral. Menurut Khairunnisa (2014), pada pasien dengan stroke non
hemoragik pemberian ringer laktat dikarenakan pasien mengalami
gangguan homeostasis dan harus segera diberi infus untuk
mengembalikan keseimbangan air dan elektrolit pasien. Pemberian
vasodilator yaitu citicoline untuk mengatasi infark cerebral dan dapat
mempercepat rehabilitasi bagian tubuh yang mengalami hemiparase
maupun hemiplegia. Setiawan dan Nafrialdi (2007) berpendapat
mekanisme dari citicolin yaitu meningkatkan pembentukan choline dan
menghambat pengrusakan.
Tindakan terapi non farmakologi yaitu untuk kewaspadaan aspirasi
(aspiration precaution) antara lain memberikan makan dengan porsi
sedikit, memberikan makan yang berbentuk lembek seperti bubur.
Sedangkan untuk terapi menelan (swallowing therapy) intervensinya yaitu
membantu personal hygiene khususnya perawatan mulut dengan
menggunakan NaCl 0,9% , membantu minum tanpa menggunakan
sedotan, membantu makan dengan mengatur posisi kepala fleksi.
Ismansyah (2008) berpendapat mengenai penanganan pasien stroke
non hemoragik dengan gangguan menelan ditujukan untuk mencegah
aspirasi serta latihan mengunyah dan menelan. Intervensi keperawatan
untuk mencegah aspirasi antara lain kaji kemampuan menelan pasien,
bantu pasien mengontrol kepala untuk meningkatkan proses menelan
yang efektif, letakkan makanan pada bagian mulut yang sehat, beri makan
31
otot menelan yang pada akhirnya akan meningkatkan fungsi menelan dan
mencegah masuknya makanan atau cairan ke saluran pernafasan sehingga
latihan menelan dilakukan sesering mungkin guna mencapai hasil yang
optimal (Mulyatsih, 2009). Sedangkan pada pelaksanaan tindakan
keperawatan dilakukan selama 3 hari dan terapi menelan dilakukan tiga
kali dalam sehari, hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan skala tujuan
yang telah ditentukan.
Faktor lain yang melatarbelakangi yaitu usia, sejalan dengan
pernyataan Mulyatsih (2009) bahwa kekuatan lidah dipengaruhi oleh usia
dan jenis kelamin, semakin bertambah usia seseorang maka semakin
menurun kekuatan lidah sehingga berpengaruh terhadap fungsi menelan
serta kekuatan lidah pada laki-laki normal lebih tinggi dibandingkan
kekuatan lidah perempuan. Pada kasus ini, pasien bernama Ny. T berjenis
kelamin perempuan dan berumur 78 tahun sehingga menjadi faktor
penyebab tidak maksimalnya perubahan fungsi menelan.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Selama memberikan asuhan keperawatan gangguan menelan pada Ny.
T dengan stroke non hemoragik di ruang Soepardjo Roestam Lantai 1 RSUD
Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto selama 3x24 jam pada tanggal 21-23
April 2017 dapat ditarik kesimpulan :
1. Pengkajian keperawatan pada Ny. T didapatkan hasil bahwa Ny. T
mengeluh kelemahan anggota badan kiri tiba-tiba, waktu makan lama,
tidak dapat beraktivitas mandiri, dan berbicara tidak jelas. Pengkajian
pada saraf kranial Ny. T yang difokuskan pada saraf ke V, VII, IX, X, dan
XII. Pada pemeriksaan Saraf V (Trigeminus) saat pasien mengunyah
makanan otot masseter kanan lebih kuat dibandingkan otot masseter kiri,
pada Saraf VII (Facialis) saat tertawa pipi tertarik ke kanan, saat meringis
pipi tertarik ke kanan, dan saat menggembungkan pipi bagian kiri
mengalami penurunan. Pada Saraf IX (Glosopharyngeus) terdapat
penurunan fungsi menelan dibuktikan dengan makan berbentuk lembek
dan makanan sulit tertelan karena tertahan lama di mulut, pada Saraf X
(Vagus) saat membuka mulut terlihat uvula tidak di tengah tetapi tampak
miring tertarik ke sisi kanan, serta pada Saraf XII (Hypoglosus) saat lidah
dijulurkan berdeviasi ke sisi kiri.
2. Ada beberapa masalah keperawatan yang muncul, namun hanya
difokuskan pada gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf
kranial.
3. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk masalah gangguan menelan
sesuai dengan intervensi berdasar NIC : Kewaspadaan Aspirasi
(Aspiration Precaution) dan Terapi Menelan (Swallowing Therapy).
Intervensi pertama dengan NIC : Kewaspadaan Aspirasi (Aspiration
Precaution) terdiri dari makan dengan porsi sedikit, hindari cairan atau
33
34
B. Saran
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang
bermanfaat dan membantu pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya
gangguan menelan pada stroke non hemoragik, yaitu:
1. Bagi pihak keluarga, dapat menjadi tambahan pengetahuan kaitannya
terapi menelan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan status menelan
pasien.
2. Bagi pihak Rumah Sakit, perlu mengadakan pelatihan bagi perawat dalam
mengidentifikasi dini dan penanganan pasien stroke yang mengalami
35
Offset
Khairunnisa & Fitriyani. (2014). Hemiparese Sinistra, Parese Nervus VII, IX, X,
Lingga, L. (2013). All About Atroke; Hidup Sebelum dan Pasca Stroke. Jakarta:
Diagnosis Medis & NANDA Nic-Noc. Edisi Revisi (Jilid 3). Yogyakarta:
MediAction
Yogyakarta: D-Medika
Sofwan. (2010). Stroke dan Rehabilitasi Pasca-Stroke. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu
Populer
Universitas Indonesia
Petunjuk Pelaksanaan :
1. Duduklah di atas tempat tidur atau berbaring dengan posisi senyaman
mungkin
2. Bernafaslah dengan santai
3. Lakukan setiap gerakan masing-masing 8 hitungan
4. Latihan dilakukan selama ± 15 menit tiap kali latihan
5. Lakukan latihan sebanyak 5 kali dalam sehari selama 7 hari berturut-
turut
6. Lakukan gerakan-gerakan berikut ini dengan sungguh-sungguh
NO LATIIHAN
1 Buka mulut anda lebar-lebar sehingga
bibir anda membentuk huruf “O”,
kemudian rileks
2 Tersenyumlah kemudian menyeringai,
kemudian ucapkan kata : pa pa pa, mu mu
mu, mi mi mi
3 Julurkan lidah kemudian tahan sampai
hitungan ke delapan
4 Katupkan bibir anda rapat-rapat dan
gembungkan pipi dengan udara, tahan
udara dalam pipi sampai hitungan ke
delapan kemudian keluarkan
5 Buka mulut lebar-lebar lalu sentuh bibir
atas dan bawah dengan lidah
6 Ucapkan la la la la l, ta ta ta
7 Sentuh sudut mulut anda dengan lidah,
gerakkan lidah anda dengan cepat ke kiri
dan ke kanan
8 Tekanlah lidah anda ke gusi bagian atas,
kemudian gusi bagian bawah, kemudian
bersihkan gigi anda dengan lidah
9 Buka mulut lebar, tutup/istirahatkan,
lakukan berulang-ulang
10 Gerakkan dagu dari kanan ke kiri dan
sebaliknya
11 Tarik nafas dalam dan hembuskan
perlahan-lahan
12 Tarik nafas dalam lalu ucapkan ah ah ah
berulang-ulang sambil mengeluarkan
nafas
Sumber : Ismansyah (2008)
Lampiran 4
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
LATIHAN MENGUNYAH DAN MENELAN TERSTRUKTUR
NO TINDAKAN
A Tahap Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik
a. Memberikan salam
b. Menjelaskan tujuan interaksi
c. Menjelaskan prosedur tindakan
d. Menanyakan kesiapan klien/ keluarga
2. Melakukan evaluasi dan validasi data
a. Menanyakan keadaan pasien hari ini
b. Memvalidasi/ evaluasi masalah pasien
B Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien duduk 90˚
2. Berikan instruksi kepada pasien:
a. Buka mulut lebar-lebar hingga bibir membentuk hufur “O”,
kemudian rileks
b. Tersenyum kemudian menyeringai, lalu ucapkan kata : pa pa pa, mu
mu mu, mi mi mi
c. Julurkan lidah kemudian tahan sampai hitungan ke delapan
d. Katupkan bibir rapat-rapat dan gembungkan pipi dengan udara, tahan
udara dalam pipi sampai hitungan ke delapan
e. Buka mulut lebar-lebar lalu sentuh bibir aras dan bawah
menggunakan lidah
f. Ucapkan la la la la, ta ta ta ta
g. Sentuh sudut mulut dengan lidah, gerakkan lidah dengan cepat ke
kiri dan ke kanan
h. Tekan lidah ke gusi bagian atas, kemudian gusi bagian bawah, lalu
bersihkan gigi dengan lidah
i. Buka mulut lebar, tutup/istirahatkan. Lakukan berulang
j. Gerakkan dagu dari kanan ke kiri dan sebaliknya
k. Tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan-lahan
l. Tarik nafas dalam lalu ucapkan ah ah ah berulang-ulang sambil
mengeluarkan nafas
C Tahap Terminasi
1. Evaluasi tindakan
2. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya
3. Berpamitan
4. Mendokumentasikan
NO TINDAKAN
A Tahap Orientasi
1. Memberikan salam terapeutik
a. Memberikan salam
b. Menjelaskan tujuan interaksi
c. Menjelaskan prosedur tindakan
d. Menanyakan kesiapan klien/ keluarga
2. Melakukan evaluasi dan validasi data
a. Menanyakan keadaan pasien hari ini
b. Memvalidasi/ evaluasi masalah pasien
B Tahap Kerja
1. Menjaga privacy
2. Mengatur posisi pasien duduk 90˚
3. Posisikan leher dan kepala agak ditekuk untuk persiapan makan
4. Tengokkan kepala ke arah sisi yang lemah, ketika menelan
5. Gunakan sendok kecil dan mekanan diletakkan pada sisi yang sehat
6. Pastikan makanan telah tertelan, sebelum memberikan suapan
berikutnya
7. Pertahankan pasien tetap duduk tegak setengah jam, setelah makan
8. Bersihkan mulut pasien setelah makan
9. Bila pasien batuk saat makan, hentikan menyuapi
C Tahap Terminasi
1. Evaluasi tindakan
2. Kontrak untuk pertemuan selanjutnya
3. Berpamitan
4. Mendokumentasikan
Oleh
Putri Sadeffi
NIM : P1337420214049
A. PENGKAJIAN
Nama Pengkaji : Putri Sadeffi
Hari/tanggal : Jum’at/ 21 April 2017
Waktu : 09.30 WIB
Ruang : Soepardjo Rustam Lt. 1 RSUD PROF. DR.
MARGONO SOEKARDJO
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 78 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Cilangkep, rt 2/ 4 Gumelar
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemoragik
No. RM : 02-00-49-87
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. K
Umur : 46 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani
Alamat : Cilangkep, rt 2/ 4 Gumelar
Agama : Islam
Hub dg pasien : Anak
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluarga pasien mengatakan badan sebelah kiri pasien lemah dan
tidak bisa digerakkan sejak jatuh
b. Keluhan tambahan
Keluarga mengatakan pasien berbicara tidak jelas, tidak dapat
beraktivitas mandiri serta tersedak pada saat makan
c. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Prof. dr. Margono Soekardjo
Purwokerto pada hari Kamis, 20 April 2017 pukul 21.15 dengan
keluhan kelemahan anggota badan kiri sejak tadi pagi karena jatuh di
halaman rumah, pasien sadar. Pemeriksaan yang dilakukan di IGD
didapatkan data sebagai berikut:
TD : 160/90 mmHg, S : 36,8˚c, N : 80x/menit, RR : 22 x/menit, GCS
: E4M6V5, kesadaran : composmentis. Hasil CT Scan menunjukkan
terdapat infark cerebri di capsula externa sinistra. Kemudian Jum’at
21 April 2017 pukul 06.00 WIB pasien dipindahkan ke ruang
Soepardjo Roestam Lantai 1.
d. Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi sejak 4 tahun
yang lalu, tetapi tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan keluarganya ada yang mempunyai riwayat
penyakit seperti pasien, yaitu hipertensi. Keluarga tidak mempunyai
penyakit keturuanan seperti DM. Keluaraga tidak mempunyai
riwayat penyakit menular seperti Hepatitis, HIV/AIDS.
4. Pola Fungsional Gordon
a. Pola persepsi kesehatan
DS : Keluarga pasien mengatakan kesehatan itu penting, jika
ada yang sakit membeli obat di apotik atau
memeriksakannya ke puskesmas
DO : Pasien dirawat di Ruang Soepardjo Roestam Lt.1 RSUD
Prof. dr. Margono Soekardjo Purwokerto
b. Pola Nutrisi Metabolik
DS : Keluarga pasien mengatakan waktu untuk makan pasien
menjadi lebih lama. Pasien hanya menghabiskan ¼ porsi
makanan dari rumah sakit, Sebelum sakit pasien makan 3
kali sehari, porsi habis. Dan minum air putih 6-8 gelas
perhari.
DO : Porsi makan yang disediakan rumah sakit habis ¼
Porsi, makanan lembek. Bibir pasien tidak simetris.
c. Pola Aktivitas dan Latihan
DS : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit aktivitasnya
dilakukan secara mandiri, selama sakit aktivitasnya
dibantu oleh keluarga karena badannya lemah
DO : Kesadaran composmentis, GCS : 15 E4M6V5, pasien
Bedrest, hemiparesis sinistra
ADL 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di bed
Ambulasi
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : dibantu total
d. Pola tidur dan istirahat
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien kurang bisa tidur
dengan nyenyak, sebentar-sebentar terbangun. Lama tidur
± 5jam per hari selama sakit. Sebelum sakit lama tidur ±
7jam per hari. Pola tidur hanya malam hari, tidak pernah
tidur siang.
DO : Pasien terlihat lemas dan pucat, terdapat lingkaran hitam
di sekitar kelopak mata
e. Pola persepsi dan kognitif
DS : Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit panca indera
Ny. T berfungsi dengan baik, setelah sakit terdapat sedikit
gangguan yaitu Ny. T kesulitan untuk berbicara
DO : Pasien berbicara tidak jelas, wajah asimetris.
f. Pola eliminasi
DS : Keluarga pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit
pasien BAK 3-5 kali sehari, BAB 1 kali sehari. Setelah
sakit BAK melalui selang dan belum BAB
DO : Pasien memakai pampers dan terpasang DC. Volume
urine saat pengkajian ± 200 cc dengan warna kuning,
berbau khas
g. Pola persepsi dan konsep diri
DS : Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien menerima
kondisi yang dialami dan percaya akan kesembuhannya
DO : Pasien tampak tabah dan sabar menerima penyakitnya
h. Pola peran dan hubungan
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien berperan sebagai ibu
dan nenek bagi anak-anak serta cucunya, hubungan
dengan keluarga dan masyarakat baik-baik saja
DO : Pasien ditunggui oleh keluarganya secara bergantian.
i. Pola reproduksi dan seksual
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien sudah menikah dan
mempunyai 4 anak, suaminya telah meninggal 7 tahun
yang lalu karena mengalami komplikasi
DO : Pasien berjenis kelamin perempuan, sudah melahirkan 4
kali, anak pertama laki laki berumur 52 tahun, anak kedua
laki-laki berumur 46 tahun, anak ketiga perempuan
berumur 44 tahun dan anak keempat perempuan 42 tahun.
j. Pola koping dan pertahanan diri
DS : Keluarga pasien mengatakan jika ada masalah, pasien
menyelesaikan masalah bersama dengan anggota keluarga
DO : Pasien terlihat akrab dengan keluarganya
k. Pola keyakinan
DS : Keluarga pasien mengatakan pasien beragama Islam
DO : Pasien terlihat berdoa akan kesembuhaannya, dan tetap
menjalankan ibadah di tempat tidur
5. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan umum
1) Kesadaran umum : Sedang
2) Kesadaran : Composmentis
3) GCS : 15, E4M6V5
4) Tanda-tanda vital : TD : 160/90 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 22 x/menit
S : 36,8˚C
b. Pemeriksaan head to toe
1) Kepala : Bentuk mesochepal, tidak ada lesi pada kulit
2) Mata : konjungtiva anemis (-/-), pupil ishokor,
penglihatan normal
3) Hidung : Tidak ada polip ataupun secret
4) Telinga : Normal, tidak ada secret
5) Mulut : Bibir kering, lidah agak kotor, tidak simetris
6) Leher : Tidak ada pembesaran tyroid, tidak ada lesi,
gerakan menoleh lambat dan tidak dapat mandiri
7) Dada :
a) Jantung
Inspekesi : Simetris, terlihat perkembangan dinding
dada
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : Terdengar redup
Auskultasi : Reguler, tidak ada suara tambahan
b) Paru-paru
Inspeksi : Pengembangan dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus kanan dan kiri sama
Perkusi : Terdengar suara sonor
Auskultasi : Vesikuler
8) Abdomen
Inspeksi : Perut datar, supel, tidak ada massa
Auskultasi : Bising usus normal, 12 x/menit
Palpasi : Nyeri tekan (-), tidak ada benjolan
Perkusi : Tympani
9) Genetalia
Pasien berjenis kelamin perempuan dan terpasang DC
10) Kulit
Turgor kulit sedang, warna kulit sawo matang, CRT < 3 detik,
tidak ada lesi, kulit hangat
11) Ekstremitas
- Atas
Tangan kan an terpasang infus RL 20 tpm, edema (-/-), lesi (-
/-), kulit hangat, tangan kiri mengalami kelemahan
- Bawah
Edema (-/-), tangan kiri mengalami kelemahan
- Kekuatan otot
4 1
4 1
Keterangan :
0 : Tidak terlihat kontaksi
1 : Terlihat kontraksi tetapi tidak ada gerakan pada
sendi
2 : Ada gerakan pada sendi tetapi tidak dapat
melawan gravitasi
3 : Dapat melawan gravitasi tetapi tidak dapat
menahan/melawan tahanan pemeriksa
4 : Dapat bergerak melawan tahanan pemeriksa tetapi
kekuatannya berkurang
5 : Dapat melawan tahanan pemeriksa dengan
kekuatan maksimal
c. Pengkajian fungsi saraf kranial
1) Saraf I (Olfaktoris) : tidak terjadi gangguan pada indra
penciuman
2) Saraf II (Opticus) : tidak terjadi gangguan penglihatan
3) Saraf III (Oculomotoris) : pupil isokhor, reaksi cahaya +/+,
gerakan bola mata +/+
4) Saraf IV (Trochlearis) : pergerakan bola mata ke atas dan ke
bawah -/-
5) Saraf V (Trigeminus) : saat pasien mengunyah makanan
otot masseter kanan lebih kuat dibandingkan otot masseter kiri
6) Saraf VI (Abducens) : pergerakan bola mata ke samping
+/+
7) Saraf VII (Facialis) : tertawa (tertarik ke kanan),
meringis (tertarik ke kanan), menggembungkan pipi (kiri
mengalami penurunan)
8) Saraf VII (Acusticus) : tidak ada gangguan fungsi
pendengaran
9) Saraf IX (Glosopharyngeus) : adanya penurunan fungsi menelan
dibuktikan dengan makan berbentuk lembek dan makanan sulit
tertelan karena tertahan lama di mulut
10) Saraf X (Vagus) : saat membuka mulut terlihat uvula
tidak di tengah tetapi tampak miring tertarik ke sisi kanan
11) Saraf XI (Assecoris) : penurunan fungsi otot leher
dibuktikan pasien sulit untuk menggerakkan lehernya
12) Saraf XII (Hypoglosus) : saat lidah dijulurkan berdeviasi ke
sisi kiri
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Darah Rutin tanggal 20 April 2017
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
HEMATOLOGI
Darah Lengkap
Hemoglobin 11.2 L g/dL 11.7 – 15.5
Leukosit 8430 U/L 3600 – 11000
Hematokrit 35 % 35-47
Eritrosit 3.7 L 10^6/uL 3.8 – 5.2
Trombosit 217.000 /uL 150000-440000
MCV 93.8 fL 80 – 100
MCH 30.4 Pg/cell 26 – 34
MCHC 32.5 % 32 – 36
RDW 13.0 % 11.5 – 14.5
MPV 9.7 Fl 9.4 – 12.3
Hitung jenis
Basofil 0.1 % 0–1
Eosinofil 0.1 L % 2–4
Batang 0.5 L % 3–5
Segmen 81.4 H % 50 – 70
Limfosit 13.4 L % 25 – 40
Monosit 4.5 % 2–8
KIMIA KLINIK
Serum Darah 28.3 mg/dL 14.98 – 38.52
Kreatinin Darah 0.93 mg/dL 0.55 – 1.02
Glukosa Sewaktu 171 mg/dL ≤ 200
C. TERAPI
1. Tanggal 21 April 2017
- IVFD RL 60 cc/jam
- Citicolin 2 x 500 gram intraselang
- Ranitidine 2 x 25 mg intraselang
- Aspilet 1 x 80 mg peroral
- Amlodipin 1 x 10 mg peroral
2. Tanggal 22 April 2017
- IVFD RL 60 cc/jam
- Citicolin 2 x 500 gram intraselang
- Ranitidine 2 x 25 mg intraselang
- Aspilet 1 x 80 mg peroral
- Amlodipin 1 x 10 mg peroral
3. Tanggal 23 April 2017
- IVFD RL 60 cc/jam
- Citicolin 2 x 500 gram intraselang
- Ranitidine 2 x 25 mg intraselang
- Aspilet 1 x 80 mg peroral
- Amlodipin 1 x 10 mg peroral
D. Analisa Data
No. Data Fokus Etiologi Problem
1. DS : Keluarga pasien Hemiparesis Hambatan
mengatakan pasien terjatuh di mobilitas fisik
halaman rumah dan badan sebelah
kiri mengalami kelemahan
DO :
- Kelemahan anggota badan
kiri (hemiparesis)
- Kekuatan otot
4 1
4 1
E. Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Hemiparesis
2. Gangguan menelan berhubungan dengan gangguan saraf kranial
3. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan sistem
saraf pusat
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
5. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penyumbatan aliran darah
F. Rencana Keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan Hemiparesis
NOC : Mobility level
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien mampu mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan
fungsi bagian tubuh yang terkena, dengan kriteria hasil :
No Indikator Skala
Awal Tujuan
1 Gerakan otot 2 5
2 Gerakan sendi 2 5
3 Bergerak dengan mudah 2 5
Skala indikator ada 5 yaitu 1-5 (sangat terganggu, banyak terganggu,
cukup terganggu, sedikit terganggu, tidak terganggu).
NIC : exercise therapy : ambulation
- Ganti posisi setiap 2 jam sekali
4 1
4 1
4 1
4 1
P : Lanjutkan Intervensi
- Ubah posisi minimal 2 jam
- Ajarkan rentan gerak aktif dan pasif pada semua
ekstremitas
II S : Keluarga pasien mengatakan pasien berbicara
tidak jelas, waktu makan pasien masih lama
O : Pasien makan makanan yang lembek karena
kesulitan menelan, pasien makan dengan pelan,
wajah pasien asimetris, tersedak saat makan,
refleks menelan kurang
A : Masalah gangguan menelan belum teratasi
No Indikator Skala
P : Lanjutkan Intervensi
- Ajarkan terapi menelan (swallowing therapy)
- Pantau kemampuan menelan
- Hindari cairan atau menggunakan zat pengental
- Potong makanan menjadi kecil-kecil
- Berikan perawatan mulut
III S : Keluarga pasien mengatakan pasien berbicara
tidak jelas
O : Afasia, wajah tidak simetris
A : Masalah hambatan komunikasi verbal belum
Teratasi
No Indikator Skala
P : Lanjutkan Intervensi
- Dorong pasien untuk berkomunikasi secara
perlahan dan untuk mengulangi permintaan
- Anjurkan memakai bahasa isyarat
IV S : Keluarga pasien mengatakan aktivitas pasien
dibantu oleh keluarga
O : Pasien mengalami kelemahan anggota badan
kiri, tidak dapat melakukan aktivitas mandiri
A : Masalah defisit perawatan diri belum teratasi
No Indikator Skala
P : Lanjutkan intervensi
- Sediakan bantuan sampai klien mampu utuh untuk
melakukan self-care
V S :-
O : KU cukup, TD : 150/90 mmHg, N : 84 x/menit,
RR : 18 x/menit, S : 36,6˚C, GCS : E4M6V5,
Vital sign belum stabil
A : Masalah perfusi jaringan serebral tidak efektif
belum teratasi
No Indikator Skala
P : lanjutkan intervensi
- Monitor KU
- Monitor TTV
Sabtu, 22 April I S : Keluarga pasien mengatakan pasien dapat
2017 menggerakkan jari tangan kirinya
O : Pasien mengalami kelemahan anggota badan
kiri, bedrest, pasien dapat menggerakan jari
tangan kirinya
4 2
4 1
No Indikator Skala
P : Lanjutkan Intervensi
- Ajarkan terapi menelan (swallowing therapy)
- Pantau kemampuan menelan
- Hindari cairan atau menggunakan zat pengental
- Potong makanan menjadi kecil-kecil
- Berikan perawatan mulut
III S : Keluarga pasien mengatakan pasien berbicara
belum jelas
O : Afasia, wajah tidak simetris, pasien mampu
berkomunikasi verbal secara perlahan, pasien
dapat mengenali pesan yang diberikan oleh
orang lain
A : Masalah hambatan komunikasi verbal teratasi
sebagian
No Indikator Skala
No Indikator Skala
P : Lanjutkan intervensi
- Sediakan bantuan sampai klien mampu utuh untuk
melakukan self-care
V S :-
O : KU cukup, TD : 130/80 mmHg, N : 81 x/menit,
RR : 18 x/menit, S : 36,5˚C, GCS : E4M6V5,
Vital sign belum stabil
A : Masalah perfusi jaringan serebral tidak efektif
belum teratasi
No Indikator Skala
4 2
4 1
No Indikator Skala
P : Lanjutkan intervensi
- Ubah posisi minimal 2 jam
- Ajarkan rentan gerak aktif dan pasif pada semua
ekstremitas
II S : Keluarga pasien mengatakan pasien berbicara
tidak jelas, waktu makan pasien lama
O : Pasien makan makanan yang lembek (bubur)
karena kesulitan menelan, pasien makan dengan
pelan, durasi makan lebih singkat dari
sebelumnya, porsi habis ¼, batuk dan tersedak
saat makan berkurang
A : Masalah gangguan menelan teratasi sebagian
No Indikator Skala
P : Lanjutkan Intervensi
- Ajarkan terapi menelan (swallowing therapy)
- Pantau kemampuan menelan
No Indikator Skala
P : Lanjutkan Intervensi
- Dorong pasien untuk berkomunikasi secara
perlahan dan untuk mengulangi permintaan
- Anjurkan memakai bahasa isyarat
IV S : Keluarga pasien mengatakan aktivitas pasien
dibantu oleh orang lain
O : Pasien mengalami kelemahan anggota badan
kiri, tidak dapat melakukan aktivitas mandiri,
kebersihan diri dibantu oleh perawat, pasien
tampak bersih dan segar, terbebas dari bau
badan
A : Masalah defisit perawatan diri teratasi sebagian
No Indikator Skala
P : Lanjutkan intervensi
- Sediakan bantuan sampai klien mampu utuh untuk
melakukan self-care
V S :-
O : KU cukup, TD : 140/80 mmHg, N : 80 x/menit,
RR : 19 x/menit, S : 36,5˚C, GCS : E4M6V5,
Vital sign belum stabil
A : Masalah perfusi jaringan serebral tidak efektif
belum teratasi
No Indikator Skala
P : lanjutkan intervensi
- Monitor KU
- Monitor TTV