KTI
Oleh :
P1337420214052
KTI
Oleh :
P1337420214052
ii
PERITIYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P13374242144s2
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pemikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil firlisan atau pemikirar saya
sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan pengelolaan kasus ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
I
hM
(-/
ll v
Alma Untara A M
lil
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Mandi : vulva Hygiene pada Ny. I dengan Post sectio caesorea Indikasi
Gemelli Hari Ke.1 di ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo
Purwokerto ini telah diperiksa dan disetqjui untuk diuji.
ffry
Ns. Siti Mulidah, S.Pd, S.Kep, M.Kes
tv
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Ratifah, SST. M.Kes Ketua
NIP. 19s80915 198303 2 003
Mengetahui,
6
rs
lUr ,$
\<l
*
'ffii*;#t, rvr.ro
NrP. 196s0423 198803 2 002
MOTO
1. Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah
hal yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanya
sekali. Ingatlah hanya pada Allah SWT apapun dan dimanapun kita berada
dan kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.
2. Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh.
3. “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (QS. Al-
Insyirah, 6-8).
4. Memulai dengan penuh keyakinan, menjalankan dengan penuh keikhlasan,
dan menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan.
5. Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin
jika kita telah berhasil melakukannya dengan baik.
vi
PERSEMBAHAN
1. Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Untung Waluyo dan Ibu Srimarni) yang
senantiasa memberikan do’a, dukungan, semangat, motivasi, nasihat dan
kasih sayang kepada penulis agar menjadi orang yang sukses. Penulis akan
terus mencoba dan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan
Bapak dan Ibu, dan menjadi seperti yang Bapak dan Ibu harapkan.
2. Kakakku Angga Prasetya Ibowo dan adikku Arih Nafsaka Nur Chasanah
yang tersayang, yang senantiasa selalu mendo’akan, mendukung, menyayangi
dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan perkuliahan
ini.
3. Ibu Siti Mulidah, S.Pd, S.Kep Ns, M.Kes, selaku dosen pembimbing
penulisan tugas akhir ini yang telah memberikan bimbingan, masukkan dan
arahan dalam menyelesaikan proposal laporan kasus ini dengan baik.
4. Bapak Supadi, M.Kep, Ns, SpMB selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan masukan dan semangat.
5. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan kelas IIIA, IIIB, IIIC.
6. Sahabat-sahabat kamar 22 dan 43 yang selalu memberikan semangat dan
masukan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
vii
KATA PENGANTAR
viii
9. Bapak, ibu, kakak dan adik saya tercinta yang senantiasa memberikan doa,
cinta dan kasih sayang, serta memberikan motivasi kepada penulis.
10. Bapak ibu Dosen serta Tenaga Kependidikan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang Prodi DIII Keperawatan Purowokerto yang telah membekali penulis
dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan dan penulisan karya tulis
ilmiah ini.
11. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
MOTO ............................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN
x
c. Kontraindikasi ........................................................................ 8
d. Komplikasi ............................................................................. 8
e. Patofisiologi .......................................................................... 9
f. Pathway ................................................................................. 11
2. Defisit Perawatan Diri Mandi ....................................................... 12
a. Definisi .................................................................................... 12
b. Faktor Yang Berhubungan ...................................................... 12
c. Batasan Karakteristik .............................................................. 12
d. Jenis Perawatan Diri Mandi .................................................... 12
e. Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene ....................... 13
f. Pengelolaan Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene
pada Post Sectio Caesarea ...................................................... 15
B. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 18
1. Pengkajian ..................................................................................... 18
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 19
3. Perencanaan ................................................................................... 19
4. Implementasi ................................................................................. 20
5. Evaluasi ......................................................................................... 23
BAB III METODA
A. Metoda.................................................................................................. 25
B. Sampel .................................................................................................. 25
C. Lokasi ................................................................................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 26
E. Analisis................................................................................................. 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .................................................................................................... 28
B. Pembahasan ......................................................................................... 41
BAB V
A. Simpulan .............................................................................................. 54
B. Saran .................................................................................................... 57
xi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene pada Ny.
I dengan Post Sectio Caesarea Indikasi Gemelli di Ruang Flamboyan RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo.
2. Standar Operasional Prosedure (SOP) Memandikan Pasien di Tempat Tidur
3. Standar Operasional Prosedure (SOP) Vulva Hygiene
4. Standar Operasional Prosedure (SOP) Cuci Tangan
5. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Cuci Tangan Yang Baik dan Benar
6. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene pada Post Sectio
Caesarea
7. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Vulva Hygiene dengan Daun Sirih
8. Lembar Bimbingan
9. Surat Ijin Pengambilan Data
10. Surat Ijin Pengambilan KTI
11. Surat Pengambilan Kasus Penyusunan KTI
12. Surat Keterangan Pengambilan Kasus
13. Daftar Riwayat Hidup
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
karena lochea yang bercampur darah merupakan media yang ideal bagi
pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi (Ambarawati, 2010).
Pada post sectio caesarea, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi pasca partum. Angka kejadian infeksi pasca partum mencapai 2,7%
dan 0,7% (Satyawati dkk, 2016). Infeksi pasca partum (sepsis puerpural)
ialah infeksi klinis pada saluran genetal yang dapat terjadi dalam 28 hari
setelah abortus atau persalinan. Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering
ditemukan di dalam vagina (endogen) atau akibat pemaparan pada agen
pathogen di luar vagina (eksogen) (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005). Oleh
karena itu, kebersihan diri terutama perineum penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, perineum, pakaian, dan tempat tidur
sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25
Januari 2017 di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto bahwa tindakan untuk mengatasi personal hygiene klien post
partum yaitu dibantu mandi / seka dua kali sehari, diganti pembalut dan
dilakukan perawatan perineum (vulva hgiene). Tindakan ini dilakukan saat
setelah melahirkan, sedangkan hari selanjutnya hanya dibantu keluarga dalam
memenuhi kebutuhan personal hygiene (Alesandra, komunikasi personal, 25
Januari 2017).
Tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk mengatasi personal
hygiene pada klien post partum yaitu dengan memberikan bantuan kepada
klien melalui pemberian asuhan keperawatan, membantu ibu untuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur, mencuci tangan, mengganti
pakaian bersih, alas tempat tidur, serta menjaga kebersihan vagina (Siahaan,
2015). Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, dan
dianjurkan untuk membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air hangat.
Perawatan perineum yang dianjurkan untuk ibu post partum adalah
membasuh perineum dengan air hangat setelah berkemih dan buang air besar.
Perineum harus dalam keadan kering dan dibersihkan dari arah depan ke
belakang. Ibu dianjurkan untuk membersihkan perineum dan mengganti
4
pembalut secara teratur yaitu setiap kali mandi, setelah buang air besar atau
kecil atau setiap tiga sampai empat jam sekali. Hal ini penting untuk
mempertahankan kebersihan karena pembalut dan perineum yang lembab
dapat menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri (Aisyah, 2010).
Penelitian yang dilakukan Setyowati (2004) dalam Aisyah (2010), perawat
juga dapat memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu post
partum seperti pentingnya personal hygiene dan perawatan perineum (vulva
hygiene) agar dapat membantu ibu dalam mempertahankan kesehatannya
dengan memberikan informasi dan keterampilan yang tepat dan adekuat.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan di atas,
maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan
Keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene pada Ny. I
dengan Post Sectio Caesarea Indikasi Gemelli Hari Ke-1 di Ruang
Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum :
Menggambarkan asuhan keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi :
Vulva Hygiene pada Ny. I dengan Post Sectio Caesarea Indikasi
Gemelli Hari Ke-1 di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
2. Tujuan Khusus :
a. Menggambarkan pengkajian Defisit Perawatan Diri Mandi :
Vulva Hygiene pada Ny. I dengan Post Sectio Caesarea Indikasi
Gemelli Hari Ke-1 di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
b. Menggambarkan diagnosa keperawatan Defisit Perawatan Diri
Mandi : Vulva Hygiene pada Ny. I dengan Post Sectio Caesarea
Indikasi Gemelli Hari Ke-1 di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
5
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Klien
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat membantu klien dalam
melakukan penanganan masalah defisit perawatan diri mandi : vulva
hygiene di rumah maupun di pusat pelayanan kesehatan, serta
meningkatkan kemandirian klien.
2. Bagi Bidang Kesehatan
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
praktis dan sebagai pedoman bagi perawat dalam melakukan
pengelolaaan pada klien dengan masalah defisit perawatan diri mandi
6
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep DasarTeori
1. Sectio caesarea
a. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo, 2009). Pelahiran
caesar didefinisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi pada
dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histeretomi)
(Cunningham dkk, 2013).
Menurut Bobak, Lowdermilk, Jensen (2005) kelahiran
caesarea adalah kelahiran janin melalui insisi bedah trans
abdomen pada uterus. Berdasarkan beberapa pengertian yang
telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan sectio caesarea adalah
prosedur operatif pada kelahiran janin dengan melakukan insisi
pada dinding abdomen atau uterus.
b. Indikasi
Menurut Prawirohardjo (2007) indikasi dilakukannya operasi
sectio caesarea terdiri dari indikasi ibu dan indikasi janin, yaitu :
1) Indikasi Ibu
Indikasi dilakukannya persalinan sectio caesarea pada ibu
yaitu panggul sempit absolut, tumor-tumor jalan lahir yang
menimbulkan obstruksi, stenosis serviks / vagina, plasenta
previa, disproporsi sefalopelvik, ruptur uteri membakat.
7
8
2) Indikasi janin
Indikasi pada janin yang dapat menyebabkan dilakukannya
persalinan sectio caesarea yaitu kelainan letak dan gawat
janin / fetal distress.
c. Kontraindikasi
Menurut Oxorn & Forte (2010) ada beberapa keadaan
sectio caesarea tidak boleh dikerjakan jika ada keadaan berikut
ini :
1) Janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga
kemungkinan hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan
untuk melakukan operasi berbahaya yang tidak diperlukan.
2) Jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas
untuk caesarea ekstraperitoneal tidak tersedia.
3) Jika dokter bedah tidak berpengalaman, jika keadaannya
tidak menguntungkan bagi pembedahan, atau jika tidak
tersedia tenaga asisten yang memadai.
d. Komplikasi
Komplikasi yang bisa timbul menurut Mitayani (2011)
adalah sebagai berikut :
1) Infeksi puerperal (infeksi nifas)
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat berat, seperti
peritonitis, sepsis, dan sebagainya.
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia
uteri.
3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih,
embolisme paru, dan kuatnya parut pada dinding uterus.
Sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
9
e. Patofisiologi
Dalam setiap persalinan seorang ibu menginginkan proses
persalinan yang berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan.
Namun, ada beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan
yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal, misalnya
panggul sempit absolut, tumor-tumor jalan lahir yang
menimbulkan obstruksi, stenosis serviks / vagina, plasenta previa,
disproporsi sefalopelvik, ruptur uteri membakat, kelainan letak
dan gawat janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu sectio caesarea (Prawirohardjo,
2007).
Sebelum dilakukan operasi sectio caesare, klien perlu
dilakukan tindakan anastesi spinal. Anastesi ini bekerja
memblokade syaraf pusat yang bertujuan untuk menghilangkan
refleks nyeri dan melemaskan otot. Larutan anastesi ini akan
memblok konduksi impuls sepanjang serabut syaraf secara
reversible. Terdapat tiga bagian syaraf yaitu motorik, sensorik dan
otonom. Pada umumnya, serabut otonom dan sensori adalah yang
pertama kali diblok dan serabut motorik yang terakhir (Saputra,
2013). Syaraf motorik bekerja menyampaikan pesan ke otot untuk
berkontraksi, namun ketika syaraf ini diblok akan menimbulkan
relaksasi otot yang mengakibatkan terjadinya paralisis. Sehingga
klien mengalami kelemahan fisik akibat efek anastesi (Oswari,
2005). Karena kelemahan fisik yang dialaminya sehingga klien
membatasi pergerakan pada tubuhnya. Akibatnya klien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri (Heldayani, 2014).
Seperti halnya persalinan alami, setelah melahirkan dengan
sectio caesarea ibu akan mengeluarkan darah atau lochea yang
mengandung darah, jaringan desidua dan hasil pembuahan yang
masih tertahan. Lochea adalah cairan vagina yang keluar dari
10
f. Pathway
Berdasarkan teori Prawirohardjo (2007), Saputra (2013), Oswari
(2005), dan Heldayani (2014), Suwiyoga (2004) dapat
digambarkan pathway sebagai berikut :
Sectio Caesarea
Perkembangbiakan Bakteri
Relaksasi Otot
Meningkat
Paralisis
Infeksi Perineum
Kelemahan Fisik
Gambar 2.1
12
3) Waktu perawatan
Perawatan vulva hygiene dapat dilakukan kapanpun.
Namun, menurut Desmawati (2011), ada beberapa waktu
yang tepat untuk dilakukannya perawatan vulva hygiene.
Beberapa waktu tersebut diantaranya :
a) Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas
pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi
kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
b) Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat
memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
c) Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-
sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya
kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus
dan perineum secara keseluruhan.
4) Perawatan vulva hygiene
Perawatan vulva hygiene menurut Nurhayati (2009)
meliputi persiapan alat yang dibutuhkan dan prosedur / cara
melakukan vulva hygiene. Alat-alat dan bahan yang
digunakan untuk vulva hygiene antara lain waskom mandi /
botol cebok, kom berisi kapas air hangat bersih, selimut
mandi, waslap 2 buah, pengalas, pispot, bengkok, handscoon,
15
METODA
A. Metode
Metode penulisan yang digunakan dalam laporan kasus ini yaitu
menggunakan metode deskriptif. Metode penulisan deskriptif ini bertujuan
untuk mendapatkan gambaran secara realita dan objektif (Imron & Munif
2010). Dalam laporan kasus ini penulis melakukan asuhan keperawatan
pada Ny. I dengan memfokuskan masalah keperawatan defisit perawatan
diri mandi : vulva hygiene.
B. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam,
2014). Sampel yang diambil oleh penulis pada laporan kasus ini yaitu
sampel dengan kriteria ibu post sectio caesarea dan terindikasi masalah
defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene di Ruang Flamboyan RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto selama 3 hari.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience
sampling method yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dimana
subjek yang dipilih karena kemudahan atau keinginan peneliti (Nursalam,
2009).
C. Lokasi
Lokasi yang digunakan penulis dalam pembuatan laporan kasus
asuhan keperawatan defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene pada post
sectio caesarea Indikasi Gemelli di ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
25
26
E. Analisis
A. Hasil
Bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva
Hygiene pada Ny. I Dengan Post Sectio Caesarea Indikasi Gemelli Hari Ke-1
di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”.
Pengelolaan kasus ini penulis laksanakan selama 3 hari yaitu dari tanggal 18
sampai 20 April 2017. Hasil dan pembahasan dalam bab ini mencakup hal
sebagai berikut :
1. Pengkajian (Assesment)
a. Biodata Klien (Biographic Information)
Pada pengelolaan kasus ini, penulis mengelola klien dengan
diagnosa defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene dengan post
sectio caesarea Indikasi Gemelli hari ke-1 pada klien bernama Ny. I,
berusia 20 tahun, beralamat di Desa Pageraji Rt 4 Rw 1 Cilongok,
pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, status
pernikahan menikah, berkebangsaan Indonesia dan bersuku Jawa,
nomor rekam medis yaitu 02004763, tanggal masuk rumah sakit 18
April 2017 dengan diagnosa medis yang ditegakkan adalah P1A0
post sectio caesarea atas indikasi gemelli. Penanggung jawab klien
yaitu suami klien yang bernama Tn. A, umur 21 tahun, alamat di
Desa Pageraji Rt 4 Rw 1 Cilongok, pendidikan STM, pekerjaan
swasta, bersuku Jawa, dan berkebangsaan Indonesia.
b. Riwayat keperawatan (Nursing History)
Pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 18 April 2017
memperoleh data bahwa keluhan yang dirasakan oleh Ny. I dengan
post sectio caesarea hari ke-1 adalah klien mengatakan belum bisa
melakukan perawatan kebersihan diri secara mandiri karena masih
28
29
akhir 1). P : Maka dari itu penulis akan melanjutkan intervensi pada
tanggal 19 April 2017 yaitu : berikan bantuan sampai klien mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri, bantu klien membersihkan
perineum, dorong kemandirian klien, tapi bantu ketika klien tak mampu
melakukannya.
Evaluasi dan implementasi yang penulis lakukan pada tanggal 19
April 2017 adalah S : klien mengatakan sudah mencoba mandi dan vulva
hygiene sendiri, tapi terkadang meminta bantuan keluarga untuk bagian
yang tidak terjangkau oleh mata. O : klien terlihat sudah dapat duduk dan
melakukan perawatan kebersihan diri mandi dan vulva hygiene di tempat
tidur dengan bantuan keluarga. Pada aktivitas dan latihan mandi
didapatkan skala 2 yaitu dibantu orang lain ditandai dengan klien dibantu
ibu dalam membasuh tubuh termasuk daerah perineum, mengakses kamar
mandi, mengambil perlengkapan mandi, mengatur air mandi,
mengeringkan tubuh, mendapatkan sumber air, dan membersihkan tubuh
termasuk perineum. A : Masalah defisit perawatan diri mandi: vulva
hygiene berhubungan dengan kelemahan teratasi sebagian dengan kriteria
hasil : masuk dan keluar dari kamar mandi (skala akhir 3), mencuci badan
bagian atas (skala akhir 3), mencuci badan bagian bawah (skala akhir 3),
membersihkan area perineum (skala akhir 3), mengeringkan badan (skala
akhir 3). P : Maka dari itu penulis akan melanjutkan intervensi pada
tanggal 20 April 2017 yaitu : Dorong kemandirian klien, tapi bantu ketika
klien tak mampu melakukannya.
Evaluasi dan implementasi yang penulis lakukan pada tanggal 20
April 2017 adalah S : Klien mengatakan sudah mampu melakukan
perawatan kebersihan diri mandi dan vulva hygiene secara mandiri. Klien
juga mengatakan sudah mengetahui cara membersihkan daerah genetalia
yang benar. O : klien terlihat sudah dapat melakukan perawatan
kebersihan diri mandi di tempat tidur dan sudah mampu berjalan ke kamar
mandi untuk membersihkan daerah genetalianya. Klien terlihat bersih dan
rapi. Pada aktivitas dan latihan mandi didapatkan skala 0 yaitu mandiri
41
B. PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan atau proses kesenjangan yang
terjadi antara teori dengan kondisi kenyataan yang terjadi pada kasus.
Laporan kasus yang penulis paparkan yaitu : asuhan keperawatan defisit
perawatan diri mandi : vulva hygiene pada Ny. I post sectio caesarea Indikasi
Gemelli hari ke-1 di ruang flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto yang penulis lakukan dari tanggal 18 sampai 20 April 2017, yang
meliputi tahap pengkajian, perumusan masalah, perencanaan, pelaksanaan
serta evaluasi yang berkaitan dengan diagnosa defisit perawatan diri mandi :
vulva hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik.
1. Pengkajian (Assesment)
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 18 April 2017 pukul
14.00 WIB. Selama melakukan pengkajian penulis tidak mengalami
kesulitan karena perawat dan keluarga dapat bekerjasama dan memberikan
informasi mengenai kondisi klien dengan jelas. Penulis melakukan
42
klien saat ini, jika pengkajian dilakukan secara tidak lengkap dapat
menimbulkan suatu masalah yang dapat berakibat fatal. Penulis telah
melakukan pengkajian riwayat kesehatan yang sesuai dengan teori
Hidayat (2008) bahwa pengkajian riwayat kesehatan pada post partum
meliputi riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat ante natal care, dan riwayat persalinan baik sebelumnya
ataupun saat ini. Hasil pengkajian yang diperoleh menunjukan bahwa
tidak ada riwayat persalinan sebelumnya, karena ini merupakan
persalinan yang pertama bagi klien.
Pada data riwayat kesehatan sekarang menyebutkan bahwa
indikasi dilakukannya sectio caesarea adalah indikasi janin yaitu
gemelli atau bayi kembar. Hali ini kurang sesuai dengan teori menurut
Prawirohardjo (2007) yang menyebutkan bahwa indikasi janin yang
dapat menyebabkan dilakukannya tindakan sectio caesarea adalah
kelainan letak dan gawat janin / fetal distress. Sedangkan menurut
Kasdu (2007), kelahiran kembar memiliki risiko terjadi komplikasi
yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Misalnya, lahir
premature atau lebih cepat pada waktunya. Seringkali terjadi
preeklampsia pada ibu yang hamil bayi kembar karena stress. Selain
itu bayi kembar pun dapat mengalami sungsang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara alami. Hal ini diakibatkan janin kembar dan cairan
ketuban yang berlebihan sehingga membuat janin mengalami kelainan
letak. Disamping itu, adanya janin lebih dari satu dalam rahim
menyebabkan mereka harus saling berbagi tempat. Keadaan ini akan
mempengaruhi letak janin. Oleh karena itu pada kelahiran kembar
dianjurkan di rumah sakit karena kemungkinan sewaktu-waktu dapat
dilakukan tindakan operasi tanpa direncanakan.
Pengkajian pola fungsional Gordon yang dilakukan penulis
seperti pola persepsi kesehatan, pola nutrisi metabolik, pola eliminasi,
pola istirahat tidur, pola persepsi kognitif, pola konsep diri dan
koping, pola peran dan hubungan, pola reproduksi dan seksualitas,
44
pola koping dan stress, serta pola keyakinan dan nilai berfungsi secara
baik, tetapi pada pola aktivitas dan latihan, klien mengatakan tidak
dapat melakukan aktivitas secara mandiri terutama untuk aktivitas
kebersihan dirinya karena masih lemas dan nyeri setelah menjalani
operasi. Klien terlihat lemah dan hanya berbaring di tempat tidur.
Aktivitasnya dibantu suami dan ibu seperti makan, berpakaian,
bergerak/berpindah, turun bed, berjalan. Untuk aktivitas mandi, klien
dibantu total, sedangkan untuk toileting klien dibantu alat yaitu
kateter. Pernyataan diatas sesuai dengan pendapat dari Heldayani
(2014) bahwa masalah yang ditemukan pada post sectio caesarea
diantaranya nyeri akut, intoleransi aktivitas, terputusnya inkontinuitas
jaringan, resiko infeksi, defisit perawatan diri, dan ansietas. Hal ini
juga didukung oleh teori Simkin, Whalley, dan Keppler (2009) yang
menyatakan bahwa efek anastesi spinal pada klien post sectio
caesarea akan mengalami penurunan otot atau lemas pada ekstermitas
bawah sehingga dapat mengganggu aktivitas.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien meliputi keadaan
umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan head to toe: rambut, mata,
telinga, mulut, gigi, leher, paru-paru, payudara, abdomen, genetalia,
ekstermitas, dan kulit. Menurut Bobak, Lowdermilk, and Jensen
(2005) Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada ibu post partum untuk
mengkaji kemajuan perubahan fisik yang terjadi pada masa
pascapartum selama tiga hari pertama, dan agar perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan yang kemudian digunakkan
sebagai pedoman untuk merencanakan keperawatan. Jika pemeriksaan
fisik tidak dilakukan maka dapat terjadi kesalahan terutama dalam
aktivitas yang seharusnya tidak dilakukan oleh klien. Pemeriksaan
fisik yang telah dilakukan sesuai dengan teori Reeder (2011), yang
menyebutkan bahwa pengkajian fisik pada pasca partum sectio
caesarea meliputi tanda-tanda vital, observasi pengeluaran lochea,
45
perawatan kebersihan diri secara mandiri karena masih lemas dan nyeri
setelah menjalani operasi. Sehingga segala aktivitasnya dibantu keluarga
terutama untuk aktivitas kebersihan dirinya. Klien juga mengatakan
belum tahu bagaimana membersihkan daerah genetalia yang benar.
Sedangkan pada data objektif klien terlihat lemah dan hanya berbaring di
tempat tidur. Pada pengkajian aktivitas dan latihan mandi didapatkan
skala 4 yaitu dibantu total ditandai dengan klien tidak mampu membasuh
tubuh termasuk daerah perineum, mengakses kamar mandi, mengambil
perlengkapan mandi, mengatur air mandi, mengeringkan tubuh,
mendapatkan sumber air, dan tidak mampu membersihkan tubuh
termasuk perineum.
Data tersebut sesuai dengan batasan karakteristik pada diagnosa
defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene menurut Herdman (2015)
yaitu ketidakmampuan membasuh tubuh termasuk daerah perineum,
ketidakmampuan mengakses kamar mandi, ketidakmampuan mengambil
perlengkapan mandi, ketidakmampuan mengatur (suhu atau aliran) air
mandi, ketidakmampuan mengeringkan tubuh, ketidakmampuan
mendapatkan sumber air, ketidakmampuan membersihkan tubuh / hygiene
termasuk perineum. Berdasarkan data tersebut yang kemudian dianalisa
sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan yaitu “Defisit
Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene berhubungan dengan Kelemahan”.
Rumusan diagnosa tersebut telah sesuai dengan dengan teori menurut
Herdman (2015) menyebutkan faktor yang berhubungan dengan diagnosa
defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene antara lain ansietas, gangguan
fungsi kognitif, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular,
gangguan persepsi, kelemahan, kendala lingkungan, ketidakmampuan
merasakan bagian tubuh, ketidakmampuan merasakan hubungan spasial,
nyeri, dan penurunan motivasi.
47
3. Perencanaan (Plan)
Berdasarkan masalah yang ditemukan pada klien yaitu defisit
perawatan diri mandi : vulva hygiene maka penulis menyusun rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan dengan tujuan umumnya
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien tidak terjadi infeksi puerpural serta dapat melakukan
perawatan diri secara mandiri dengan kriteria hasil NOC : Perawatan diri
dan indikator kemampuan untuk masuk dan keluar dari kamar mandi
(dari skala 1 menjadi 5), mencuci badan bagian atas (dari skala 1 menjadi
5), mencuci badan bagian bawah (dari skala 1 menjadi 5), membersihkan
area perineum (dari skala 1 menjadi 5), mengeringkan badan (dari skala 1
menjadi 5). Keterangan skala yang digunakan meliputi : 1) dibantu total,
2) dibantu alat dan orang lain, 3) dibantu orang lain, 4) dibantu alat, 5)
mandiri penuh.
Penetapan rencana tindakan keperawatan tersebut sudah sesuai
dengan teori Moorhead dkk (2016) yang menyatakan tujuan perencanaan
keperawatan pada klien dengan defisit perawatan diri mandi : vulva
hygiene adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
tidak terjadi infeksi puerpural, serta dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri dengan Nursing Outcome Classification (NOC) yaitu
perawatan diri dengan rentang skala (skala 1-5: dibantu total, dibantu alat
dan orang lain, dibantu orang lain, dibantu alat, mandiri penuh). Kriteria
hasil yang diharapkan dari diagnosa defisit perawatan diri mandi : vulva
hygiene adalah kemampuan untuk masuk dan keluar dari kamar mandi,
mencuci badan bagian atas, mencuci badan bagian bawah, membersihkan
area perineum, dan mengeringkan badan.
Rencana tindakan keperawatan yang penulis susun untuk
mengatasi masalah defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene adalah
NIC bantuan perawatan diri dengan intervensinya sebagai berikut :
monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri (seperti mandi secara
teratur, mengganti pakaian, merawat perineum yang baik dan benar),
48
hal yang tidak boleh terlupakan demi menjaga kebersihan dan kesehatan
diri pribadi serta mendidik keluarga menjadi disiplin dalam menjaga
kebersihan diri. Kemudian penulis memberikan penyuluhan kesehatan
kepada klien dan keluarga tentang personal hygiene pada post sectio
caesarea, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Setyowati
(2004) dalam Aisyah (2010) yang menyatakan bahwa perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu post partum
seperti pendidikan kesehatan tentang pentingnya menjaga personal
hygiene dan perawatan perineum (vulva hygiene) agar dapat membantu ibu
dalam mempertahankan kesehatannya dengan memberikan informasi dan
keterampilan yang tepat dan adekuat.
Memberikan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarga untuk
melakukan vulva hygiene di rumah. Untuk melakukan vulva hygiene di
rumah, klien diberi tahu dapat dilakukan dengan air rebusan daun sirih.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Christiana & Kurniyanti (2014) dalam
Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada menyatakan bahwa Daun sirih
(Piper betle) mengandung kavikol yang bisa dimanfaatkan untuk
perawatan tradisional, diantaranya untuk mematikan kuman, antioksidasi,
fungisida dan anti jamur. Zat antiseptik daun sirih juga dapat digunakan
sebagai obat kumur, menjaga kesehatan alat kelamin wanita, mengatasi
bau badan dan mulut, sariawan, mimisan, gatal-gatal, mengobati keputihan
pada wanita, serta dapat memperbanyak air susu ibu (ASI) untuk ibu yang
baru melahirkan (Haniah, 2008). Daun sirih tersebut akan di ekstrak
dengan cara direbus selama 10, 15 dan 20 menit selanjutnya mengukur
kandungan kavikol yang ada dalam ekstrak daun sirih untuk digunakan
vulva hygiene pada ibu di rumah.
Implementasi telah penulis lakukan selama 3x24 jam, penulis dapat
melakukan semua tindakan yang telah direncanakan dan penulis tidak
menemukan kendala yang berarti karena klien dan keluarga sangat
kooperatif dan terbuka sehingga penulis tidak mengalami kesulitan saat
melakukan tindakan.
53
5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi dalam laporan kasus ini dilakukan setiap hari dari tanggal
18 sampai 20 April 2017. Hasil evaluasi pada implementasi hari ketiga
adalah S : klien mengatakan sudah mampu melakukan perawatan
kebersihan diri mandi dan vulva hygiene secara mandiri. Klien juga
mengatakan sudah mengetahui cara membersihkan daerah genetalia yang
benar. O : klien terlihat sudah dapat melakukan perawatan kebersihan diri
mandi di tempat tidur dan sudah mampu berjalan ke kamar mandi untuk
membersihkan daerah genetalianya. Klien terlihat bersih dan rapi. Pada
aktivitas dan latihan mandi didapatkan skala 0 yaitu mandiri ditandai
dengan klien mampu melakukan secara mandiri dalam membasuh tubuh
termasuk daerah perineum, mengakses kamar mandi, mengambil
perlengkapan mandi, mengatur air mandi, mengeringkan tubuh,
mendapatkan sumber air, dan membersihkan tubuh termasuk perineum. A
: Masalah defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene berhubungan
dengan kelemahan fisik teratasi dengan indikator masuk dan keluar dari
kamar mandi (skala akhir 5), mencuci badan bagian atas (skala akhir 5),
mencuci badan bagian bawah (skala akhir 5), membersihkan area
perineum (vulva hygiene) (skala akhir 5), dan mengeringkan badan (skala
akhir 5). P : Pertahankan intervensi.
Hasil evaluasi akhir dari tindakan keperawatan adalah masuk dan
keluar dari kamar mandi (mandiri penuh), mencuci badan bagian atas
(mandiri penuh), mencuci badan bagian bawah (mandiri penuh),
membersihkan area perineum (vulva hygiene) (mandiri penuh), dan
mengeringkan badan (mandiri penuh). Evaluasi tersebut sesuai dengan
tujuan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan
defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene menurut Morhead dkk (2016)
yaitu klien dapat masuk dan keluar dari kamar mandi, mencuci badan
bagian atas, mencuci badan bagian bawah, membersihkan area peineum
(vulva hygiene), dan mengeringkan badan.
BAB V
A. Simpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
dengan menggunakan pendekatan keperawatan mulai dari pengkajian,
perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi dengan
masalah defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene berhubungan dengan
kelemahan pada klien Ny. I dari tanggal 18 sampai 20 April 2017, maka
penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 18 April 2017
pada Ny. I post sectio caesarea Indikasi Gemelli hari ke-1 memperoleh
data subjektif bahwa klien mengatakan belum bisa melakukan
perawatan kebersihan diri secara mandiri, karena masih lemas dan
nyeri sehingga aktivitasnya dibantu keluarga terutama untuk aktivitas
kebersihan dirinya. Klien juga mengatakan belum tahu bagaimana
membersihkan daerah genetalia yang benar. Sedangkan pada data
objektif klien terlihat lemah dan hanya berbaring di tempat tidur. Pada
pengkajian pola aktivitas dan latihan didapatkan hasil yaitu pada
aktivitas mandi dengan skala 4 yaitu dibantu total ditandai dengan
klien tidak mampu membasuh tubuh termasuk daerah perineum,
mengakses kamar mandi, mengambil perlengkapan mandi, mengatur
air mandi, mengeringkan tubuh, mendapatkan sumber air, dan tidak
mampu membersihkan tubuh termasuk perineum. Riwayat kesehatan
saat ini adalah klien dilakukan operasi sectio caesarea atas indikasi
gemelli pada tanggal 18 April 2017 pada pukul 11.10 WIB dan selesai
pukul 12.00 WIB dengan anastesi spinal. Pada pemeriksaan fisik
genetalia didapatkan hasil genetalia klien kotor, utuh, rabas, terpasang
kateter dengan jumlah urine ± 1400 cc, terpasang pembalut dengan
54
55
lochea rubra jumlah ± 50 cc, berbau amis, dan tidak ada hemoroid
pada rectum. Pemeriksaan penunjang Ny.I didapatkan dari hasil darah
lengkap pada tanggal 18 April 2017 yaitu leukosit 16930 u/l,
hemoglobin 10.9 g/dl dan hematokrit 32%.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil dari pengkajian yang didapatkan sesuai
dengan batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan maka
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu defisit perawatan diri mandi
: vulva hygiene berhubungan dengan kelemahan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien
tidak terjadi infeksi puerpural, serta dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri. Intervensi sudah didasarkan pada NOC : perawatan diri
dengan kriteria hasil klien dapat masuk dan keluar dari kamar mandi,
mencuci badan bagian atas, mencuci badan bagian bawah,
membersihkan area perineum, dan mengeringkan badan, dengan NIC
perawatan diri antara lain : monitor kemampuan perawatan diri secara
mandiri, monitor kebutuhan klien terkait dengan alat-alat kebersihan
diri, berikan bantuan sampai klien mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri, dorong kemandirian klien, tapi bantu ketika klien tak
mampu melakukannya, ajarkan orangtua / keluarga untuk mendukung
kemandirian dengan membantu hanya ketika klien tak mampu
melakukan perawatan diri.
NIC perawatan perineum antara lain : bantu klien
membersihkan perineum, jaga agar area perineum tetap kering,
bersihkan area perineum secara teratur, berikan posisi yang nyaman
saat perawatan perineum, dokumentasikan karakteristik cairan yang
keluar, instruksikan klien dan orang terdekat untuk menginspeksi
tanda-tanda yang tidak normal pada area perineum (seperti infeksi,
kulit pecah-pecah, gatal, cairan yang tidak normal).
56
4. Implementasi
Implementasi yang penulis lakukan selama 3x24 jam yaitu
pada tanggal 18,19, dan 20 April 2017, efektif dapat diterima klien,
karena klien dan keluarga sangat kooperatif, sehingga memudahkan
penulis dalam melakukan implementasi seperti membantu klien dalam
memenuhi kebutuhan perawatan diri mandi dan vulva hygiene.
Implementasi sudah sesuai dengan perencanan yang penulis susun
sebelumnya pada hari pertama penulis memonitor kemampuan
perawatan diri secara mandiri, memberikan bantuan perawatan diri
mandi, memberikan bantuan perawatan perineum (vulva hygiene), dan
memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
cuci tangan. Pada hari kedua penulis memonitor kemampuan dan
tingkat kekurangan klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri,
memberikan bantuan kepada klien sesuai kebutuhan serta memberikan
penyuluhan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang personal
hygiene pada post sectio caesarea. Pada hari ketiga penulis mengkaji
keluhan dan mengevaluasi tentang kemandirian klien dalam perawatan
kebersih diri mandi dan vulva hygiene serta memberikan penyuluhan
kesehatan tentang vulva hygiene dengan daun sirih di rumah.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi penulis lakukan disetiap tindakan dan setiap hari.
Pada hari terakhir tindakan didapatkan bahwa klien mengatakan sudah
mampu melakukan perawatan kebersihan diri mandi dan vulva hygiene
secara mandiri dan klien juga sudah mengetahui cara membersihkan
daerah genetalia yang benar. Dari data tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa masalah defisit perawatan diri mandi : vulva
hygiene berhubungan dengan kelemahan pada Ny. I teratasi.
57
B. Saran
Dari kesimpulan diatas penulis memberikan beberapa rekomendasi
untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan maternitas pada klien post
sectio caesarea yang mengalami defisit perawatan diri mandi : vulva
hygiene.
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama yang baik,
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan
yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi klien post sectio
caesarea yang mengalami defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene
sehingga klien tidak terjadi infeksi puerpural dan dapat melakukan
perawatan diri secara mandiri.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan perawat dapat mengkaji dasar pengetahuan ibu
mengenai perawatan dirinya sendiri dan bayinya, memberi pendidikan
kesehatan dan bimbingan antisipasi dengan tepat. Pengajaran dan
konseling penting dilakukan untuk meningkatkan perasaan kompeten
bagi ibu dalam merawat diri dan bayinya. Anggota keluarga juga
dilibatkan dalam pengajaran. Perawat mengevaluasi secara kontinu dan
siap mengubah rencana jika ada indikasi.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan
sehingga dapat menghasilkan perawat yang bermutu, professional,
inovatif, terampil sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
yang lebih baik. Selain itu diharapkan untuk menambah referensi buku
di perpustakaan Prodi DIII Keperawatan Purwokerto sehingga
memudahkan mahasiswa dalam membuat tugas, makalah dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Bobak, Lowdemik & Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4.
Jakarta: EGC.
Christiana, A. & Mizam, A. K. (2014). Efektifitas Air Rebusan Daun Sirih Dalam
Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Media Husada. (Online), Vol 02. No 02,
(http://www.widyagamahusada.ac.id, diakses pada tanggal 26 Januari
2017).
Cunningham G. F., Leveno K. J., Bloom S. L., Hauth J. C., Rouse D. J. & Spong
C. Y. (2013). Obstetri William, Edisi 23. Jakarta: EGC.
Darliana & Devi. (2014). Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi. Banda Aceh:
Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2011). Angka Kejadian Sectio Caesarea.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (Online),
(http://akbid.adila.ac.id, diakses pada tanggal 15 Desember 2016).
Haniah, M. (2008). Isolasi Jamur Endofit Dari Daun Sirih (Piper Betle L.)
Sebagai AntiMikroba Terhadap Escherichia coli, Sthapylococcus
aureus, dan Candida albicans. SKRIPSI tidak dipublikasikan. Malang
: Universitas Islam Negeri Malang.
Johnson, R. & Wendy T. (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC.
Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba. & I.B.G. Fajar Manuaba. (2007).
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Rekam Medis RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. (2016). Kejadian Sectio
Caesarea tahun 2016.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia. (Online), (http://digilib.unimus.ac.id, diakses pada tanggal
15 Desember 2016).
Satyawati, A., Titik, A. & Mestuti, H. (2016). Studi Kualitatif Persepsi Ibu Nifas
Tentang Infeksi Masa Nifas. Kudus: Journal Of Midwifery And
Health. (Online), (http://akbidmr.ac.id, diakses pada tanggal 21
Desember 2016).
Uliyah, M. & A. Aziz Alimul Hidayat. (2009). Keterampilan Dasar Praktik Klinik
untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Uliyah, M., Moh. Wildan., Surachmindari. & A. Aziz Alimul Hidayat. (2016).
Buku Ajar Keterampilan Dasar Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
KTI
Oleh :
P1337420214052
2017
ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI MANDI :
VULVA HYGIENE PADA NY. I DENGAN POST SECTIO CAESAREA
INDIKASI GEMELLI HARI KE-1 DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
A. PENGKAJIAN
Nama : Alma Untara Agnesia Mumthahanah
NIM : P1337420214052
Tanggal Pengkajian : Selasa, 18 April 2017
Tempat : Ruang Flamboyan RSMS Purwokerto
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 20 tahun
Alamat : Pageraji Rt 4 Rw 1 Cilongok
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan: Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Diagnosa post partum : P1 A0 post SC dengan indikasi gemelli
No. RM : 02004763
Tanggal Masuk : 18 April 2017
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Pageraji Rt 4 Rw 1 Cilongok
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien: Suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan belum bisa melakukan perawatan kebersihan diri
secara mandiri karena masih lemas dan nyeri setelah menjalani
operasi. Sehingga segala aktivitasnya dibantu keluarga terutama
untuk aktivitas kebersihan dirinya. Pasien juga mengatakan belum
tahu bagaimana membersihkan daerah genetalia yang benar.
b. Keluhan Tambahan
Pasien mengatakan bagian perut ke bawah terasa kesemutan dan
tidak bisa digerakkan. Pasien juga mengatakan nyeri pada luka
jahitan operasi, nyeri semakin bertambah ketika bergerak.
P : Luka insisi post sectio caesarea
Q : Nyeri seperti tersayat – sayat
R : Perut bagian bawah luka jahitan post sectio caesarea
S : Skala nyeri 5
T : Sering, bertambah jika bergerak
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang rujukan dari Puskesmas II Cilongok dengan hamil bayi
kembar, usia kehamilan 26 minggu 3 hari, kencang-kencang terasa
sejak pukul 05.30 WIB, air ketuban (-), lendir darah (+) , pasien
hamil pertama belum cukup bulan. Bayi kembar presentasi kepala
dan kaki. Hari pertama haid terakhir (HPHT) pada tanggal 15
Oktober 2016 sedangkan perkiraan lahirnya (HPL) pada tanggal 22
Juli 2017. Riwayat ANC rutin dengan priksa ke bidan, riwayat
menstruasi teratur dengan lama menstruasi ±7 hari, pasien belum
pernah KB sebelumnya. Operasi sectio caesarea dilakukan pada
tanggal 18 April 2017 pukul 11.10 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB
dengan anastesi spinal.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah melahirkan sebelumnya, ini adalah
kelahiran anak pertamanya. Pasien tidak pernah dirawat di rumah
sakit dan tidak pernah menjalani operasi. Pasien juga mengatakan
tidak mempunyai riwayat penyakit menurun seperti DM, TBC,
Hipertensi atau penyakit menurun lainnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan bayi
kembar, baik dari keluarga pasien maupun dari keluarga suami.
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menjalani persalinan dengan operasi seperti yang dialami pasien.
Keluarga pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
menurun seperti DM, TBC, dan Hipertensi.
Mandi √ 0 : mandiri
Makan √ 1 : dibantu alat
Berpakaian √ 2 : dibantu orang
lain
Toileting √ 3 : dibantu alat
dan orang lain
Bergerak/berpindah √ 4 : dibantu total
Turun bed √
Berjalan √
6. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
GCS 15 = E: 4 M: 6 V: 5
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 21 x/menit
S : 36 °C
BB sebelum hamil : 39 kg
BB setelah hamil : 42 kg
b. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala : Mesochepal.
Rambut : Hitam, panjang, lurus, tidak rontok.
Mata : Simetris kanan kiri, konjungitva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, fungsi
pengelihatan baik.
Hidung : Simetris, tidak ada polip, fungsi penciuman
baik.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi
pendengaran baik.
Mulut dan Gigi : Mukosa lembab, tidak ada stomatitis,
bersih, tidak ada caries gigi.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
Dada : Simetris, tidak ada nyeri tekan.
Jantung : Teraba ictus cordis pada dada kiri ICS V,
bunyi jantung redup, irama reguler SI >S2,
tidak terdengar bunyi jantung tambahan.
Paru-paru : Terlihat dinding dada simetris, tidak ada
krepitasi, suara vesikuler, bunyi paru sonor,
serta tidak ada bunyi tambahan seperti
ronchi maupun wheezing.
Payudara : Simetris, keras, bersih, kedua puting susu
menonjol, tidak pecah-pecah, warna kulit
tidak kemerahan, tidak ada nyeri tekan. ASI
keluar sedikit.
Punggung : Tidak ada dekubitus/jejas.
Pinggang : Tidak ada kelainan
Abdomen :
Kekuatan otot 4 4
3 3
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi pada tanggal 18 April 2017
8. Therapy
Ketorolac 2x1 amp (intravena)
Adfer 2x1 Tab (oral)
Klindamisin 2x30 mg (oral)
Asam Mefenamat 2x50 mg (oral)
B. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem
2. DS : Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan Agen injury Nyeri akut
operasi terlebih jika untuk bergerak dan fisik
beraktivitas
ADL 0 1 2 3 4
Mandi √
Makan √
Berpakaian √
Toileting √
Bergerak/berpindah √
Turun bed √
Berjalan √
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu alat dan orang lain
4 : dibantu total
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
D. INTERVENSI
NIC : Perawatan
Keterangan Perineum
1: Dibantu total 1. Bantu pasien
2 : Dibantu alat dan orang lain membersihkan
3 : Dibantu orang lain perineum
4 : Dibantu alat 2. Jaga agar area
5 : Mandiri penuh perineum tetap kering
Tgl/Jam Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
3. Bersihkan area
perineum secara
teratur
4. Berikan posisi yang
nyaman saat
perawatan perineum
5. Dokumentasikan
karakteristik cairan
yang keluar
6. Instruksikan pasien
dan orang terdekat
untuk menginspeksi
tanda-tanda yang
tidak normal pada
area perineum (seperti
infeksi, kulit pecah-
pecah, gatal, cairan
yang tidak normal)
5. Ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologi
6. Berikan individi
penurun nyeri yang
optimal dengan
peresepan analgetik
7. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri.
NIC :
Manajemen lingkungan:
Kenyamanan
1. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
mendukung
2. Sediakan lingkungan
yang aman dan bersih
3. Pertimbangkan
sumber-sumber
ketidaknyamanan
seperti (balutan
lembab, balutan
tertekan, sprei kusut,
maupun lingkungan
yang mengganggu)
4. Fasilitasi tindakan-
tindakan kebersihan
untuk menjaga
kenyamanan individu
(misalnya,
membersihkan badan
dan genetalia)
5. Posisikan pasien
untuk memfasilitasi
kenyamanan
(misalnya,
keselarasan tubuh,
sokong dengan
bantal, imobilisasi
bagian tubuh yang
nyeri)
Tgl/Jam Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
18/04/2017
14.00 I,II,III Mengobservasi KU : sedang, kesadaran
keadaan umum pasien composmentis, GCS : 15
14. 10
I Mengkaji keluhan Pasien mengatakan
pasien belum bisa melakukan
perawatan kebersihan
diri secara mandiri
karena masih lemas dan
nyeri setelah menjalani
operasi, sehingga
aktivitasnya dibantu
keluarga terutama dalam
hal kebersihan dirinya.
Pasien juga mengatakan
belum tahu bagaimana
membersihkan daerah
genetalia yang benar.
I,II,III
14.20 Mengukur TTV TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 21 x/m
S : 36 °C
14.30
I Mengkaji keadaan fisik Pada pemeriksaan
pasien genetalia/perineum
didapatkan genital pasien
kotor, utuh, rabars,
terpasang kateter,
terpasang pembalut
dengan lochea rubra ±
25 cc, berbau amis.
19/04/2017
I,II,III Memonitor KU pasien KU pasien sedang,
05.00
kesadaran composmentis,
GCS : 15
09.15
II Memberikan Pasien kooperatif
lingkungan yang
tenang dan nyaman
I,II,III pasien
09.30 Memotivasi Pasien mendengarkan
untuk selalu makan
makanan yang bergizi
09.45
III Menyediakan tempat Pasien kooperatif
tidur yang
berketinggian rendah
09.55
III Membantu pasien Pasien berlatih duduk
untuk duduk di tempat dengan perawat
tidur, di samping
tempat tidur, atau di
kursi sesuai toleransi
15.30
I Memberikan Keluarga mengerti
penyuluhan kesehatan
kepada pasien dan
keluarga tentang
personal hygiene pada
post sectio caesarea
20/04/2017
07.30
I,II,III Memonitor KU pasien KU pasien sedang,
kesadaran
composmentis, GCS : 15
Mengeringkan badan. 1 5 1
Keterangan
1: Dibantu total
2 : Dibantu alat dan orang lain
3 : Dibantu orang lain
4 : Dibantu alat
5 : Mandiri penuh
P : Lanjutkan intervensi
Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri
Bantu pasien membersihkan perineum
Dorong kemandirian pasien, tapi bantu ketika pasien
tak mampu melakukannya
Tgl/Jam DX Catatan Perkembangan Paraf
Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
P : Lanjutkan intervensi
Kaji TTV
Kaji nyeri meliputi P, Q, R, S, T
Kolaborasi pemberian analgetik
Mandi √
Makan √
Berpakaian √
Toileting √
Bergerak/berpindah √
Turun bed √
Berjalan √
Tgl/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf
Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu alat dan orang lain
4 : dibantu total
Keterangan :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
P : Lanjutkan intervensi
Dukung pasien untuk duduk di tempat tidur, di
samping tempat tidur, atau di kursi sesuai toleransi
Dukung ambulasi jika memungkinkan
19/04/2017
16.00 I S : Pasien mengatakan sudah mencoba melakukan perawatan
kebersihan diri mandi dan vulva hygiene sendiri, tapi
terkadang meminta bantuan ibu untuk bagian yang tidak
terjangkau oleh mata.
Mengeringkan badan. 1 5 3
Keterangan
1: Dibantu total
2 : Dibantu alat dan orang lain
3 : Dibantu orang lain
4 : Dibantu alat
5 : Mandiri penuh
P : Lanjutkan intervensi
Dorong kemandirian pasien, tapi bantu ketika pasien
tak mampu melakukannya
Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
P : Lanjutkan intervensi
Kaji TTV
Kaji nyeri meliputi P, Q, R, S, T
Kolaborasi pemberian analgetik
ADL 0 1 2 3 4
Mandi √
Makan √
Berpakaian √
Toileting √
Bergerak/berpindah √
Turun bed √
Berjalan √
Keterangan:
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu alat dan orang lain
4 : dibantu total
P : Lanjutkan intervensi
Dukung pasien untuk duduk di tempat tidur, di
samping tempat tidur, atau di kursi sesuai toleransi
Dukung ambulasi jika memungkinkan
20/04/2017
14.00 I S : Pasien mengatakan sudah mampu melakukan perawatan
kebersihan diri mandi dan vulva hygiene secara mandiri.
Pasien juga mengatakan sudah mengetahui cara
membersihkan daerah genetalia yang benar.
Mengeringkan badan. 1 5 5
Tgl/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf
Keterangan
1: Dibantu total
2 : Dibantu alat dan orang lain
3 : Dibantu orang lain
4 : Dibantu alat
5 : Mandiri penuh
P :Pertahankan intervensi
Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
P : Pertahankan intervensi
Tgl/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf
Keterangan:
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu alat dan orang lain
4 : dibantu total
Keterangan :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
P : Pertahankan intervensi
Lampiran 2
STANDAR
OPERASIONAL MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR
PROSEDURE
Pengertian Membersihkan tubuh pasien dengan air bersih dan sabun
1. Membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan
Tujuan 2. Melaksanakan kebersihan perorangan
3. Memberikan rasa nyaman
Indikasi Pasien yang memerlukan bantuan mandi di tempat tidur
Petugas Perawat
1. Pakaian bersih 1 stel
2. Baskom mandi 2 buah
3. Air panas dan dingin
4. Waslap 2 buah
5. Perlak dan handuk kecil 1 buah
6. Handuk besar 2 buah
Peralatan 7. Selimut mandi/kain penutup
8. Celemek plastic
9. Tempat tertutup untuk pakaian kotor
10. Sabun mandi
11. Bedak
12. Sarung tangan bersih
13. Pispot/urinal dan pengalas
1. Tahap Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam sebagai pendekatan therapeutic
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga
c. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
Prosedur dilakukan
Pelaksanaan 3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy
b. Mencuci tangan
c. Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
d. Melepas pakaian atas klien
1) Membasuh Muka
Membentangkan perlak kecil dan handuk
kecil di bawah kepala
Menawarkan pasien menggunakan sabun
atau tidak
Membersihkan muka, telinga dengan
waslap lembab lalu di keringkan
Menggulung perlak dan handuk
2) Membasuh Lengan
Menurunkan selimut mandi kebagian
perut klien
Memasang handuk besar diatas dada klien
secara melintang dan kedua tangan klien
diletakkan diatas handuk
Membasahi tangan klien dengan waslap
air bersih, disabun, kemudian dibilas
dengan air hangat (lakukan mulai dari
ekstremitas terjauh klien)
3) Membasuh Dada dan Perut
Melepas pakaian bawah klien dan
menurunkan selimut hingga perut bagian
bawah, kedua tangan diletakkan diatas
bagian kepala, membentangkan handuk
pada sisi klien
Membasuh ketiak dan dada serta perut
dengan waslap basah, disabun, kemudian
dibilas dengan air hangat dan
dikeringkan, kemudian menutup dengan
handuk.
4) Membasuh Punggung
Memiringkan pasien kearah perawat
Membentangkan handuk di belakang
punggung hingga bokong
Membasahi punggung hingga bokong
dengan waslap, disabun, kemudian dibilas
dengan air hangat dan dikeringkan
Memberi bedak pada punggung
Mengembalikan ke posisi terlentang,
kemudian membantu pasien mengenakan
pakaian
5) Membasuh Kaki
Mengeluarkan kaki pasien dari selimut
mandi dengan benar
Membentangkan handuk dibawah kaki
tersebut, menekuk lutut
Membasahi kaki mulai dari pergelangan
sampai pangkal paha, disabun, dibilas
dengan air bersih, kemudian dikeringkan
Melakukan tindakan yang sama untuk
kaki yang lain
6) Membasuh Daerah Lipat Paha Dan Genital
Membentangkan handuk dibawah
bokong, kemudian selimut mandi bagian
bawah dibuka
Membasahi daerah lipat paha dan genital
dengan air, disabun, dibilas, kemudian
dikeringkan
Mengangkat handuk, membantu
mengenakan pakaian bawah klien
Merapikan klien, ganti selimut mandi
dengan selimut tidur
4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi hasil tindakan
b. Berpamitan dengan pasien
c. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat
semula
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
Lampiran 3
STANDAR
OPERASIONAL VULVA HYGIENE
PROSEDURE
Tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan organ
Pengertian
eksternal genetalia wanita
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva,
perineum maupun uterus
Tujuan
2. Untuk kebersihan perineum dan vulva
3. Memberikan rasa nyaman pada pasien
Ibu periode postnatal, terutama setelah sectio caesarea atau
Indikasi
persalinan menggunakan alat
Baki berisi :
1. Waskom mandi
2. Kom berisi kapas air hangat
3. Selimut mandi
4. Waslap 2 buah
5. Pengalas (perlak kecil dan alasnya)
Persiapan Alat 6. Badpan / Pispot
7. Bengkok
8. Handscoon bersih dalam tempatnya
9. Tisu kamar mandi
10. Kantong plastik/kresek
11. Air hangat
Sampiran
Tahap prainteraksi :
1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien
Tahap orientasi :
1. Memberi salam pada pasien dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pelaksanaan
3. Menanyakan kesetujuan/kesepian pasien
Prosedure
Tahap kerja :
Pelaksanaan
1. Menjaga privasi
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi dorsal recumbent
4. Memasang perlak dan pengalas dibawah pantat
5. Ganti gurita, celana dan pembalut, dilepas bersamaan
dengan memasang pispot, sambil memperlihatkan lochea.
Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas plastik yang
berbeda.
6. Pasien ditawarkan BAK/BAB dulu
7. Perawat memakai sarung tangan
8. Mengguyur vulva dengan air hangat
9. Pispot diambil
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien
11. Mengambil kapas basah, membuka vulva dengan ibu jari
dan telunjuk tangan kiri
12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri
vestibulum, perineum. Arah dari atas ke bawah dengan
kapas basah 1 kapas 1 kali usap. ( Hal ini dilakukan
berulangkali hingga perineum bersih)
13. Membuang kapas yang kotor ke bengkok
14. Mengambil bengkok dan kom kapas serta alas dan perlak
15. Memasang celana dalam dan pembalut
16. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan
mengganti dengan selimut tidur
Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan
Lampiran 4
STANDAR
OPERASIONAL CUCI TANGAN
PROSEDURE
Menggosok tangan dari kotoran dengan sabun atau antiseptic
Pengertian
dan dibilas dengan air mengalir
1. Menjaga kebersihan perorangan
Tujuan 2. Mencegah terjadinya infeksi silang
Petugas Perawat
1. Bak cuci dan air mengalir
2. Sabun atau antiseptic
Peralatan
3. Handuk atau pengering
Tahap Kerja
Disusun :
P1337420214052
PURWOKERTO
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP)
CUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR
A. Latar Belakang
Cuci tangan merupakan salah satu tindakan yang mudah dan murah
untuk mencegah penyebaran penyakit. Tangan kita sendiri justru seringkali
menjadi perantara dari berbagai bakteri untuk masuk kedalam tubuh kita.
Agar memperoleh hasil yang maksimal sebaiknya mengetahui bagaimana
teknik mencuci tangan yang benar.
Perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan salah satu dari
perilaku hidup bersih dan sehat. CTPS saat ini telah menjadi perhatian
dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktik perilaku cuci tangan tidak
hanya terjadi di negara-negara berkembang saja, tetapi di negara-negara
majupun masyarakat sering lupa melakukan cuci tangan pakai sabun.
Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu cara paling efektif
untuk mencegah penyakit (Sunyoto, 2014 dalam Mahanani & Natalia,
2015). Mencuci tangan pakai sabun merupakan kebiasaan sederhana, namun
harus ditumbuhkan sebagai dari gaya hidup sehat masyarakat. Pada ibu
setelah melahirkan diharuskan menjaga perilaku kesehatannya agar
terhindar dari infeksi post partum. Langkah pencegahan awal yang
dilakukan adalah mencuci tangan sebelum menyentuh daerah vagina. Cara
yang digunakan adalah pemberian promosi kesehatan pentingnya cuci
tangan pakai sabun dengan memberikan demontrasi cara melakukan cuci
tangan pakai sabun yang benar dan sehat.
B. Tujuan umum
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan tentang cuci tangan selama 30
menit, diharapkan Ny. I dan keluarga dapat mengetahui dan mengerti teknik
cuci tangan yang baik bagi dirinya sendiri pada masa nifas atau masa pulih
kembali yang berlangsung selama 40 hari atau 6 minggu.
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang cuci tangan selama 30 menit
diharapkan Ny. I dan keluarga dapat mengetahui tentang :
1. Pengertian cuci tangan pakai sabun
2. Manfaat mencuci tangan pakai sabun
3. Kapan waktu mencuci tangan pakai sabun
4. Cara mencuci tangan pakai sabun dengan 6 langkah
D. Materi
Terlampir
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
2. Penjelasan :
1. Pengertian cuci Mendengarkan dengan 10 menit
tangan pakai sabun penuh perhatian
2. Manfaat mencuci
tangan pakai sabun
3. Kapan waktu mencuci
tangan pakai sabun
4. Cara mencuci tangan
pakai sabun dengan 6
langkah
3. Evaluasi :
1. Meminta Ny. I 1. Klien memahami 10 menit
menjelaskan atau materi yang telah
menyebutkan diberikan
kembali: 2. Dapat menjawab
Pengertian cuci pertanyaan dengan
tangan pakai baik
sabun
Tujuan mencuci
tangan pakai
sabun
Manfaat mencuci
tangan pakai
sabun
Waktu mencuci
tangan pakai
sabun
Langkah-langkah
mencuci tangan
pakai sabun
2. Memberikan pujian
atas keberhasilan ibu
menjelaskan
pertanyaan dan
mcmperbaiki
kesalahan, serta
menyirnnulkan
4. Penutup:
l. Merryimpulkanhasil L Aktif bersama
penyuluhan menyimpulkau 5 menil
2. Memberikan salam 2. Membalas salam
penutup
Evaluasi
1. Ny. I dapat merjelaskan tentang pengertian cuci tangan pakai sabun
2. Ny. I dapat mer$elaskan tentang manfaat cuci ungan pakai sabrm
3. Ny. t dapat menjelaskan waktu meucuei targan pakai sabun
4. Ny. I dapat menjelaskan tentftng cara meneui tan$fi pakai sabun
dengan6langkah
Sumbcr
De,partemen Kesehat*n Rt. t2014). Pasat llata Inforuaasr. Jakarta : Depkes
RI,
Mahanani, S., & Natalia D. (2015). Perawatarl organ reprduksi dan
kejadian keputihan pada ibu hamil Jurnal Srui(ES, (online),Vol. B,
No.2, @, didkses I0 De mber 2016).
Maryunani, fuik. (2013). Perilolru l{idup Bersih dnn se}rat. Jakafia : Trans
lnfo Media
Mengetahui
A. Pengertian
Poltekkes semarang
Usapkan ujung kuku tangan kanan
dengan cara diputar di telapak D iii Keperawatan
tangan kiri, lakukan juga pada
tangan satunya. purwokerto
2017
Lampiran 6
Disusun oleh :
P1337420214052
PURWOKERTO
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
A. Latar Belakang
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus. Persalinan sectio caesarea dilakukan
jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan risiko pada ibu ataupun
pada janin (Oxorn & Forte, 2010). Masalah yang ditemukan pada post sectio
caesarea diantaranya yaitu nyeri akut, intoleransi aktivitas, terputusnya
inkontinuitas jaringan, resiko infeksi, defisit perawatan diri, dan ansietas
(Heldayani, 2014). Masalah yang terjadi pada pasien post sectio caesarea
tersebut membutuhkan perawatan di ruang nifas. Perawatan yang dibutuhkan
oleh pasien post sectio caesarea antara lain : pemenuhan kebutuhan nutrisi,
mobilisasi, eliminasi, personal hygiene, perawatan payudara, teknik menyusui
yang benar, perawatan luka jahit, dan pengawasan involusi uteri
(Yugistyowati, 2013). Tindakan keperawatan untuk mengatasi pemenuhan
pasien post sectio caesarea salah satunya dengan membantu kebutuhan
personal hygiene. Personal hygiene merupakan suatu kebutuhan perawatan
diri yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatannya baik secara fisik
maupun psikologis (Uliyah dkk, 2016). Pasien yang harus istirahat di tempat
tidur (mis, hipertensi, post sectio caesarea) harus dibantu mandi setiap hari
dan mencuci daerah perineum dua kali sehari dan setiap eliminasi. Setelah ibu
mampu mandi sendiri (dua kali sehari), biasanya daerah perineum dicuci
sendiri (Bahiyatun 2009). Berdasarkan teori Orem apabila seorang individu
tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari guna mencapai
kesehatan yang optimal, maka individu tersebut akan mengalami self care
deficit atau defisit perawatan diri (Yugistyowati, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, maka saya bermaksud akan mengadakan
kegiatan penyuluhan kesehatan tentang personal hygiene yaitu mandi dan
vulva hygiene pada post sectio caesarea sehingga diharapkan Ny. I dan
keluarga mampu memahami kebutuhan personal hygiene pada post sectio
caesarea.
B. Tujuan umum
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan tentang personal hygiene (mandi dan
vulva hygiene) selama 30 menit, diharapkan Ny. I dan keluarga dapat
mengetahui dan mengerti teknik personal hygiene yang baik bagi dirinya
sendiri pada masa nifas.
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang personal hygiene selama 30
menit diharapkan Ny. I dan keluarga dapat mengetahui tentang :
1. Pengertian personal hygiene
2. Pengertian kebersihan diri (mandi)
3. Pengertian vulva hygiene
4. Manfaat mandi dan vulva hygiene.
5. Prosedure kebersihan diri (mandi)
6. Prosedure vulva hygiene
D. Materi
Terlampir
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
Leaflet
2. Penjelasan :
1. Pengertian personal hygiene
2. Pengertian kebersihan diri
(mandi)
3. Pengertian vulva hygiene Mendengarkan dengan 10 menit
4. M anfaat mandi dan vulva penuh perhatian
hygiene
5. Prosedure kebersihan diri
(mandi)
6. Prosedure vulva hygiene
4. Penutup :
1. Menyimpulkan hasil 1. Aktif bersama
penyuluhan menyimpulkan 5 menit
2. Memberikan salam penutup 2. Membalas salam
H. Evaluasi
a. Ny. I dapat menjelaskan pengertian personal hygiene
b. Ny. I dapat menjelaskan pengertian kebersihan diri (mandi)
c. Ny. I dapat menjelaskan pengertian vulva hygiene
d. Ny. I dapat menjelaskan manfaat mandi dan vulva hygiene
e. Ny. I dapat menjelaskan prosedure kebersihan diri (mandi)
f. Ny. I dapat menjelaskan prosedure vulva hygiene
I. Sumber
Aisyah. (2010). Pengaruh Pemberian Paket Pendidikan Kesehatan
Perawatan Ibu Nifas (PK-PIN) Yang Dimodifikasi Terhadap
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Postpartum Primipara Dalam
Merawat Diri Di Palembang. Tesis tidak dipublikasikan. Depok:
Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan.
Asih & Risneni. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui.
Jakarta: Trans Info Media
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Elmida, Ika Fitria dan Siska Firdaus. (2014). Keterampilan Dasar Kebidanan
1. Jakarta: Trans Info Media
Heldayani, R. (2014). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Ibu
Dengan Pre Op Sectio Caesarea. KTI tidak dipublikasikan.
Banjarbaru: Poltekkes Banjarmasin.
Istiqornah. (2015)" uratan lr{nndi Yang Benar {rntuk Kesehfital, Tab*h.
Mengrahui,
DosenPembimbiag Penyuluh,
/'t
/ ll[L
*TI
cil, Y
Ns, SitiMulidah, $.Pd, S,Krp, M,I(ss
NIP. I*6?0520 rs003 2 003 NrM. Pt33742$2140s2
Lampiran materi
Perawatan perineum
(vulva hygiene) adalah
pemenuhan kebutuhan untuk
membersihkan daerah antara
Kebersihan diri (mandi) adalah suatu paha yang dibatasi vulva dan
Personal hygiene berarti tindakan
upaya untuk memelihara kebersihan anus pada pasien wanita yang
memelihara kebersihan dan
tubuh dari ujung rambut sampai ujung sedang nifas atau tidak dapat
kesehatan diri seseorang untuk kaki. melakukannya sendiri.
kesejahteraan fisik dan psikisnya. Mengapa harus mandi?
Seseorang dikatakan memiliki Karena setelah persalinan ekstra Manfaat Mandi & Vulva
personal hygiene baik apabila, cairan tubuh yang dibutuhkan saat Hygiene
orang tersebut dapat menjaga hamil akan dikeluarkan kembali Manfaat mandi bagi ibu setelah
kebersihan tubuhnya yang meliputi melalui air seni dan keringat untuk
melahirkan adalah merangsang
menghilangkan pembengkakan pada
kebersihan kulit, gigi dan mulut, sirkulasi, menyegarkan badan, dan
wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Hal
rambut, mata, hidung dan telinga, menghilangkan kotoran.
ini menyebabkan jumlah keringat
kaki dan kuku, genetalia serta yang lebih banyak dari biasanya. Sedangkan manfaat vulva hygiene
kebersihan dan keterampilan adalah meningkatkan kenyamanan
pakaiannya dan mencegah infeksi .
Lampiran 7
Disusun oleh :
P1337420214052
PURWOKERTO
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
VULVA HYGIENE DENGAN DAUN SIRIH
A. Latar Belakang
Seperti halnya persalinan alami, setelah melahirkan dengan sectio
caesarea ibu akan mengeluarkan darah atau lochea yang mengandung darah,
jaringan desidua dan hasil pembuahan yang masih tertahan. Lochea adalah
cairan vagina yang keluar dari rahim setelah persalinan. Lochea mempunyai
reaksi basa / alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat
dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Perawatan perineum
perlu dilakukan untuk mencegah infeksi karena lochea yang bercampur
darah merupakan media yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme
penyebab infeksi (Ambarawati, 2010).
Pada post sectio caesarea, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi
pasca partum. Angka kejadian infeksi pasca partum mencapai 2,7% dan 0,7%
(Satyawati dkk, 2016). Infeksi pasca partum (sepsis puerpural) ialah infeksi
klinis pada saluran genetal yang dapat terjadi dalam 28 hari setelah abortus
atau persalinan. Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering ditemukan di
dalam vagina (endogen) atau akibat pemaparan pada agen pathogen di luar
vagina (eksogen) (Bobak, Lowdemik, Jensen, 2005). Oleh karena itu,
kebersihan diri terutama perineum penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kebersihan tubuh, perineum, pakaian, dan tempat tidur sangat penting untuk
tetap dijaga (Saleha, 2009).
Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, dan
dianjurkan untuk membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air hangat.
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang cara membersihkan
area perineum dengan daun sirih di rumah. Berdasarkan hasil penelitian oleh
Christiana & Kurniyanti (2014) dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Media
Husada menyatakan bahwa Daun sirih (Piper betle) mengandung kavikol
yang bisa dimanfaatkan untuk perawatan tradisional, diantaranya untuk
mematikan kuman, antioksidasi, fungisida dan anti jamur. Daun sirih
mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol, kavikol,
seskuiterpan, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol, dan karvakol.
Komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya.
Salah satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisi
lima kali lebih kuat dibanding kanfenol. Daya anti bakteri minyak atsiri daun
sirih disebabkan oleh adanya senyawa kavikol yang dapat mendenaturasi
protein sel bakteri (Ambarwati, 2008). Zat antiseptik daun sirih juga dapat
digunakan sebagai obat kumur, menjaga kesehatan alat kelamin wanita,
mengatasi bau badan dan mulut, sariawan, mimisan, gatal-gatal, mengobati
keputihan pada wanita, serta dapat memperbanyak air susu ibu (ASI) untuk
ibu yang baru melahirkan (Haniah, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka saya bermaksud akan mengadakan
kegiatan penyuluhan kesehatan tentang khasiat daun sirih untuk vulva hygiene
pada post sectio caesarea sehingga diharapkan Ny. I dan keluarga memahami
khasiat daun sirih untuk menjaga kebersihan vagina agar terhindar dari infeksi
post partum.
B. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang vulva hygiene diharapkan Ny. I dapat
mengetahui dan mengerti teknik vulva hygiene yang baik dan benar bagi
dirinya sendiri.
C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang vulva hygiene selama 30 menit
diharapkan Ny. I dan keluarga dapat :
1. Menjelaskan tentang pengertian vulva hygiene
2. Menjelaskan tentang tujuan vulva hygiene
3. Mengerti tentang kandungan dan manfaat daun sirih
4. Menjelaskan akibatnya jika tidak menjaga kebersihan diri khususnya
daerah genital
5. Mengerti cara pembuatan daun sirih untuk vulva hygiene pada ibu post
sectio caesarea
6. Mengerti cara menjaga kebersihan vulva setelah melahirkan
D. Materi
Terlampir
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
F. Media
Leaflet
G. Proses Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Respon Ibu Nifas Waktu
1. Pendahuluan :
1. Memberi salam pembuka dan 1. Membalas salam
perkenalan diri 2. Mendengarkan 5 menit
2. Menjelaskan tujuan 3. Memberi respon
3. Kontrak waktu
2. Penjelasan :
1. Menjelaskan tentang Mendengarkan dengan 10 menit
pengertian vulva hygiene penuh perhatian
2. Menjelaskan tentang tujuan
vulva hygiene
3. Menjelaskan tentang
kandungan dan manfaat daun
sirih
4. Menjelaskan akibatnya jika
tidak menjaga kebersihan diri
khususnya daerah genital
5. Mengerti cara pembuatan daun
sirih untuk vulva hygiene pada
ibu post sectio caesarea
6. Mengerti cara menjaga
kebersihan vulva setelah
melahirkan
3. Evaluasi :
1. Meminta Ny. I menjelaskan 1. Klien memahami 10 menit
atau menyebutkan kembali: materi yang telah
Menjelaskan tentang diberikan
pengertian vulva hygiene 2. Dapat menjawab
Menjelaskan tentang pertanyaan dengan
tujuan vulva hygiene baik
Mengerti tentang
kandungan dan manfaat
daun sirih
Menjelaskan akibatnya
jika tidak menjaga
kebersihan diri khususnya
daerah genital
Mengerti cara pembuatan
daun sirih untuk vulva
hygiene pada ibu post
sectio caesarea
Mengerti cara menjaga
kebersihan vulva setelah
melahirkan
2. Memberikan pujian atas
keberhasilan ibu menjelaskan
pertanyaan dan memperbaiki
kesalahan, serta
menyimpulkan
4. Penutup :
1. Menyimpulkan hasil 1. Aktif bersama
penyuluhan menyimpulkan 5 menit
2. Memberikan salam penutup 2. Membalas salam
H. Evaluasi
1. Ny. I dapat menjelaskan tentang pengertian vulva hygiene
2. Ny. I dapat menjelaskan tentang tujuan vulva hygiene
3. Ny. I dapat menjelaskan tentang kandungan dan manfaat daun sirih
4. Ny. I dapat menjelaskan akibatnya jika tidak menjaga kebersihan diri
khususnya daerah genital
5. Ny. I dapat mengerti Cara pembuatan daun sirih untuk vulva hygiene
pada ibu post sectio caesarea
6. Ny. I dapat mengerti cara menjaga kebersihan vulva setelah melahirkan
I. Sumber
Ambarwati & Eny R. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Bobak, Lowdemik & Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Christiana, A. & Mizam, A. K. (2014). Efektifitas Air Rebusan Daun Sirih
Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Media Husada. (Online), Vol 02. No 02,
(http://www.widyagamahusada.ac.id, diakses pada tanggal 26 Januari
2017).
Elmeida., Ika, F. & Siska, F. (2014). Keterampilan Dasar Kebidanan 1.
Jakarta: Trans Info Media.
Haniah, M. {2008}. Isolasi Jamuv ErdoSt Dari Dam siih {pwr Berle L.)
s*baga AntiMifatba Terhadap Escherichia coli, sthryylococcws
aureu$, dan cqndidd albic*ns. sKRIpsI tidek dipublikasikan" Malang
: Universitas l*laln NeSW Malang.
Mengetahui,
Per*'uluh,
LEMBAR BIMBINGAN
NIM : P1337420214A52
Tanda
Hari/ Materi Monitor
No Saran Tangan
Tanggal Bimbingan Kaprodi
Pembimbing
Sa.tosr.
? fusemhr
bAb r
-\
X.Anqt
z.?eoqeto\mn
'{rt
bAD ln'
zo(b ?. Lrniut gAD tt
9tqca
uas !r
\gcqarkon
h
t\as r
g , JaRtz^ti 9AB ?enu\tsan
S
l^,
zotT DAB 11
Se[ara llaB t
€urtwci
9- $ s0rPari bAb T t,
?pt1
bAb 1
h
Tanda
No
Ilaril Materi Monitor
Saran Tangan
Tanggal Bimbingan Kaprodi
Pembimbing
\{ lr Vlei
bAR T,
\\'/l v
[, $ Teoci tottlsxg
Aic Hanoat I
"0\1
Srrin Kons$f r" Arc KTI
t
t9' rg \Aet hul,n,g Pecsiqtan k
".
20[+ U, V sdon9
b
Hari/ Materi Tand*
No Saran
Monitor
Tanggal Tangan
Bimbingan Kaprodi
Pembimbing
t,
Se\aso SonsuI t-&nsut ?o*et
gAb'I, [, I ?otot
\6. \b \4e\
20t? w,y e. teraugan
tCTf
QCocu
b h'
Rabtr DAb tr, $,$ Tacda \onqan
\\ a4 \y,y
r
\l\ei (^
zot?'
I
RSUD Prof. Dr. Marono Soekafro
\-iq
Wadir. Penunjang dan Pendidikan
Dr.LILIIANLl.lHRrfl
Pembir,a T,"gktt I [.
NIP.19590+13 198602 2 001
Tembusan Kepada Yth. :
1. Ka,Subag. Rekmed;
2. Ka. IMP I;
1,
3,#f'*P
PE${ERINTAH PROPIIIISI ]AWA TENGAiI
R.UUAH SAXIT UHUI| DAEnAH (RSUD)
PROF. Dr. IIARGONO SOEI(AR O PURWOKERTO
lalan Dr. Gumbrry r€rnor f TelWn 632708 Fac,6lt0l5 turwokerto
Ernail':@,gg.id
tffl,,nna
S€tI I
{
98602 2 001
Tqnbman-Kepada Yth.-l
1. Kabid, Perawatan;
e. Ka, trRI,lA I;
3. Ka. IRNA II;
4. IG. IMP I;'
5. Arsip
--/'
KEME}STRIAN KESEHATAN R.I
i&,i
PROGAAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
Mersi Furwokerto Timur Telpo*/Fax. 0281-627961 Purwokerto 53101
i/1
I
uxrr
ii rBrex\t
(Fufr
j
i
I
006
ID0fltS$5
Dengan hormat,
Demikian pemberitahuan ini, atas perhatian ilan kebijaksaaaennya diucapkan terima kasih,
Keperarvatan Purrvokerto.
Tcmbusan Yth;
I.Pertinggal;-
.?
( MBC*fJtl,r
Siti Suwaibah, S"Kep., Ns
NIP. 19780221 t997 02 2 CI02
Lampiran 13
NIM :P133742A214052
No. HP 085786129268
Riwayat Pendidikan
1. 2001 -2002 TK YWKA Kroya Cilacap
2. 2002 -2008 SDN 0l Mujur Kroya
3. 2008 - 201i SMPNegeri l Kroya
4. 2011 -2A14 SMA Negeri 1 Kroya
Riwayat Organisasi
1 PMRSMPNegeTi l Kroya
2. Sekretaris I Osis SMA Negeri 1 Kroya
3. Pramuka SMANegeri l Kroya
/,+
Alma Untara Agnesia M
NIM. P13374202t4A52