Anda di halaman 1dari 161

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI MANDI :


VULVA HYGIENE PADA NY. I DENGAN POST SECTIO CAESAREA
INDIKASI GEMELLI HARI KE-1 DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat Mata Kuliah Tugas Akhir

Pada Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

Oleh :

Alma Untara Agnesia Mumthahanah

P1337420214052

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2017
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI MANDI :


VULVA HYGIENE PADA NY. I DENGAN POST SECTIO CAESAREA
INDIKASI GEMELLI HARI KE-1 DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat Mata Kuliah Tugas Akhir

Pada Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

Oleh :

Alma Untara Agnesia Mumthahanah

P1337420214052

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2017

ii
PERITIYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangm di bawah ini :

Nama : Alrna Untara Agnesia Mumthahanah

NIM : P13374242144s2

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pemikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil firlisan atau pemikirar saya
sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan pengelolaan kasus ini
adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Furwokerto,06 Mei 2017

Yang membuat pernyataan,

I
hM
(-/
ll v
Alma Untara A M

lil
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan kasus oleh Alma Untara Agnesia Mumthahanah NIM.


P1337420214052 dengan judul Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri

Mandi : vulva Hygiene pada Ny. I dengan Post sectio caesorea Indikasi
Gemelli Hari Ke.1 di ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono soekarjo
Purwokerto ini telah diperiksa dan disetqjui untuk diuji.

hrwokerto, 15 Mei 2017

ffry
Ns. Siti Mulidah, S.Pd, S.Kep, M.Kes

NIP. 19670620 199003 2 003

tv
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus oleh Alma untara Agnesia .lvlumthahanah NIM


P1337420214a52 dengan judul Asuhan Keperawatan Defisit perawatan Diri
Mandi : vuha Hygiene pada Ny. r dengan post sectio caesurea rndikasi
Gemehi Hari Ke-l di ruang Flamboyan RSUD prof. Dr. Margono soekarjo
Purwokerto ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 17 Mei
201'.7.

Dewan Penguji
Ratifah, SST. M.Kes Ketua
NIP. 19s80915 198303 2 003

Ns. Dina lndrati DS, M.Kep., Sp.Mat Anggota (


NIP.t970042t 1994$ 2 A}t

Ns. Siti Mulidah, S.Pd, S.Kep, M.Kes Anggota (

NIP. 19670620 199003 2 003

Mengetahui,

Ketua Prodi DIII Keperawatan

6
rs
lUr ,$
\<l
*

'ffii*;#t, rvr.ro
NrP. 196s0423 198803 2 002
MOTO

1. Jadilah seperti karang di lautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah
hal yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain, karena hidup hanya
sekali. Ingatlah hanya pada Allah SWT apapun dan dimanapun kita berada
dan kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon.
2. Kebanggan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit
kembali setiap kali kita jatuh.
3. “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila
engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk
urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap” (QS. Al-
Insyirah, 6-8).
4. Memulai dengan penuh keyakinan, menjalankan dengan penuh keikhlasan,
dan menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan.
5. Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin
jika kita telah berhasil melakukannya dengan baik.

vi
PERSEMBAHAN

Alkhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah


SWT yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan inayahNya sehingga
penulis dapat menyelesaikan kuliah ini hingga terselesaikannya tugas akhir
evaluasi komperhensif ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih atas
dukungan material dan spiritual dari orang-orang tercinta disekitar penulis
diantaranya :

1. Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Untung Waluyo dan Ibu Srimarni) yang
senantiasa memberikan do’a, dukungan, semangat, motivasi, nasihat dan
kasih sayang kepada penulis agar menjadi orang yang sukses. Penulis akan
terus mencoba dan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan
Bapak dan Ibu, dan menjadi seperti yang Bapak dan Ibu harapkan.
2. Kakakku Angga Prasetya Ibowo dan adikku Arih Nafsaka Nur Chasanah
yang tersayang, yang senantiasa selalu mendo’akan, mendukung, menyayangi
dan memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan perkuliahan
ini.
3. Ibu Siti Mulidah, S.Pd, S.Kep Ns, M.Kes, selaku dosen pembimbing
penulisan tugas akhir ini yang telah memberikan bimbingan, masukkan dan
arahan dalam menyelesaikan proposal laporan kasus ini dengan baik.
4. Bapak Supadi, M.Kep, Ns, SpMB selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan masukan dan semangat.
5. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan kelas IIIA, IIIB, IIIC.
6. Sahabat-sahabat kamar 22 dan 43 yang selalu memberikan semangat dan
masukan.
7. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Defisit
Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene pada Ny. I dengan Post Sectio
Caesarea Indikasi Gemelli Hari Ke-1 di ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto”. Laporan kasus tersebut disusun guna
memenuhi syarat akhir dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma III
Keperawatan di Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Program Studi D III
Keperawatan Purwokerto Tahun Akademik 2016 / 2017.
Tersusunnya laporan kasus ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada Yth :
1. Bapak Sugiyanto, S.Pd., M.App. Sc selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Semarang.
2. Direktur RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang telah
memberikan ijin dalam pengambilan kasus Karya Tulis Ilmiah.
3. Bapak Putrono, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Semarang.
4. Ibu Walin, SST, M.Kes sebagai Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Purwokerto.
5. Ibu Siti Mulidah, S.Pd, S.Kep Ns, M.Kes sebagai Pembimbing dalam
penyusunan proposal laporan kasus ini.
6. Ibu Ratifah, SST. M.Kes selaku ketua penguji dalam sidang proposal laporan
kasus yang menguji penulis.
7. Ibu Dina Indrati DS., M.Kep, Ns, Sp.Mat selaku penguji I dalam sidang
proposal laporan kasus yang menguji penulis.
8. Bapak Supadi, M.Kep, Ns, SpMB sebagai Pembimbing Akademik.

viii
9. Bapak, ibu, kakak dan adik saya tercinta yang senantiasa memberikan doa,
cinta dan kasih sayang, serta memberikan motivasi kepada penulis.
10. Bapak ibu Dosen serta Tenaga Kependidikan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Semarang Prodi DIII Keperawatan Purowokerto yang telah membekali penulis
dengan berbagai ilmu selama mengikuti perkuliahan dan penulisan karya tulis
ilmiah ini.
11. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

Penulis menyadari dalam penyusunan laporan kasus ini jauh dari


sempurna. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan
kritikan dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dalam
pembuatan laporan kasus ini.

Purwokerto, 06 Mei 2017

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii

LEMBARAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................. iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v

MOTO ............................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN ........................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 4

C. Manfaat Penulisan ................................................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori.............................................................................. 7


1. Sectio Caesarea ............................................................................. 7
a. Definisi ................................................................................... 7
b. Indikasi ................................................................................... 7

x
c. Kontraindikasi ........................................................................ 8
d. Komplikasi ............................................................................. 8
e. Patofisiologi .......................................................................... 9
f. Pathway ................................................................................. 11
2. Defisit Perawatan Diri Mandi ....................................................... 12
a. Definisi .................................................................................... 12
b. Faktor Yang Berhubungan ...................................................... 12
c. Batasan Karakteristik .............................................................. 12
d. Jenis Perawatan Diri Mandi .................................................... 12
e. Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene ....................... 13
f. Pengelolaan Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene
pada Post Sectio Caesarea ...................................................... 15
B. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 18
1. Pengkajian ..................................................................................... 18
2. Diagnosa Keperawatan .................................................................. 19
3. Perencanaan ................................................................................... 19
4. Implementasi ................................................................................. 20
5. Evaluasi ......................................................................................... 23
BAB III METODA
A. Metoda.................................................................................................. 25
B. Sampel .................................................................................................. 25
C. Lokasi ................................................................................................... 25
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 26
E. Analisis................................................................................................. 27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .................................................................................................... 28
B. Pembahasan ......................................................................................... 41
BAB V
A. Simpulan .............................................................................................. 54
B. Saran .................................................................................................... 57

xi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Pathway Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene.................. 11

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene pada Ny.
I dengan Post Sectio Caesarea Indikasi Gemelli di Ruang Flamboyan RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo.
2. Standar Operasional Prosedure (SOP) Memandikan Pasien di Tempat Tidur
3. Standar Operasional Prosedure (SOP) Vulva Hygiene
4. Standar Operasional Prosedure (SOP) Cuci Tangan
5. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Cuci Tangan Yang Baik dan Benar
6. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Personal Hygiene pada Post Sectio
Caesarea
7. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Vulva Hygiene dengan Daun Sirih
8. Lembar Bimbingan
9. Surat Ijin Pengambilan Data
10. Surat Ijin Pengambilan KTI
11. Surat Pengambilan Kasus Penyusunan KTI
12. Surat Keterangan Pengambilan Kasus
13. Daftar Riwayat Hidup

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan


plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui
jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan
(Sulistyawati, 2010). Bentuk persalinan ada dua yaitu, persalinan spontan dan
bantuan. Persalinan spontan adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu
sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang
umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan buatan adalah proses
persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstrasi dengan
forsep atau dilakukan operasi sectio caesarea (Manuaba dkk, 2007). Sectio
caesarea merupakan salah satu persalinan buatan. Sectio caesarea adalah
suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada dinding abdomen
dan uterus. Persalinan sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal
mungkin akan menyebabkan risiko pada ibu ataupun pada janin (Oxorn &
Forte, 2010).
Di Indonesia kelahiran dengan sectio caesarea sebesar 9,8%
(Riskesdas, 2013). Menurut Dinas Kesehatan Jawa Tengah pada tahun 2011
secara umum jumlah sectio caesarea di rumah sakit pemerintah sekitar 20 -
25 % dari total persalinan, sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat
tinggi yaitu sekitar 30 - 80 % dari total persalinan. Menurut data rekam medis
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto pada tahun 2016 angka
kejadian persalinan sectio caesarea sebanyak 1704 kasus.
Masalah yang ditemukan pada post sectio caesarea diantaranya
yaitu nyeri akut, intoleransi aktivitas, terputusnya inkontinuitas jaringan,
resiko infeksi, defisit perawatan diri, dan ansietas (Heldayani, 2014). Adapun

1
2

komplikasi yang timbul pada post sectio caesarea diantaranya infeksi


puerperal (infeksi nifas), perdarahan, terjadi komplikasi lain karena luka
kandung kencing, embolisme paru, deep vein trombosis, dan terjadi ruptur
uteri pada kehamilan berikutnya (Mitayani, 2011). Masalah yang terjadi pada
klien post sectio caesarea tersebut membutuhkan perawatan di ruang nifas.
Perawatan yang dibutuhkan oleh klien post sectio caesarea antara lain :
pemenuhan kebutuhan nutrisi, mobilisasi, eliminasi, personal hygiene,
perawatan payudara, teknik menyusui yang benar, perawatan luka jahit, dan
pengawasan involusi uteri (Yugistyowati, 2013).
Tindakan keperawatan untuk mengatasi pemenuhan klien post
sectio caesarea salah satunya dengan membantu kebutuhan personal hygiene.
Personal hygiene merupakan suatu kebutuhan perawatan diri yang
dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatannya baik secara fisik maupun
psikologis (Uliyah dkk, 2016). Berdasarkan teori Orem apabila seorang
individu tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari guna
mencapai kesehatan yang optimal, maka individu tersebut akan mengalami
self care deficit atau defisit perawatan diri (Yugistyowati, 2013).
Defisit perawatan diri adalah situasi seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktifitas
perawatan diri (mandi, berpakaian, makan, eliminasi) secara mandiri (Fitria,
2009). Menurut Carpenito (2007) masalah defisit perawatan diri pada klien
post sectio caesarea disebabkan karena kelemahan fisik dan nyeri pasca
operatif. Adanya kelemahan fisik akan menyebabkan klien membatasi
pergerakan pada tubuhnya dan tidak mampu melakukan aktivitas perawatan
diri secara mandiri. Seperti halnya persalinan alami, setelah melahirkan
dengan sectio caesarea ibu akan mengeluarkan darah atau lochea yang
mengandung darah, jaringan desidua dan hasil pembuahan yang masih
tertahan. Lochea adalah cairan vagina yang keluar dari rahim setelah
persalinan. Lochea mempunyai reaksi basa / alkalis yang dapat membuat
organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada
vagina normal. Perawatan perineum perlu dilakukan untuk mencegah infeksi
3

karena lochea yang bercampur darah merupakan media yang ideal bagi
pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi (Ambarawati, 2010).
Pada post sectio caesarea, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi pasca partum. Angka kejadian infeksi pasca partum mencapai 2,7%
dan 0,7% (Satyawati dkk, 2016). Infeksi pasca partum (sepsis puerpural)
ialah infeksi klinis pada saluran genetal yang dapat terjadi dalam 28 hari
setelah abortus atau persalinan. Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering
ditemukan di dalam vagina (endogen) atau akibat pemaparan pada agen
pathogen di luar vagina (eksogen) (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2005). Oleh
karena itu, kebersihan diri terutama perineum penting untuk mencegah
terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, perineum, pakaian, dan tempat tidur
sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009).
Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 25
Januari 2017 di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto bahwa tindakan untuk mengatasi personal hygiene klien post
partum yaitu dibantu mandi / seka dua kali sehari, diganti pembalut dan
dilakukan perawatan perineum (vulva hgiene). Tindakan ini dilakukan saat
setelah melahirkan, sedangkan hari selanjutnya hanya dibantu keluarga dalam
memenuhi kebutuhan personal hygiene (Alesandra, komunikasi personal, 25
Januari 2017).
Tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk mengatasi personal
hygiene pada klien post partum yaitu dengan memberikan bantuan kepada
klien melalui pemberian asuhan keperawatan, membantu ibu untuk menjaga
kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur, mencuci tangan, mengganti
pakaian bersih, alas tempat tidur, serta menjaga kebersihan vagina (Siahaan,
2015). Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, dan
dianjurkan untuk membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air hangat.
Perawatan perineum yang dianjurkan untuk ibu post partum adalah
membasuh perineum dengan air hangat setelah berkemih dan buang air besar.
Perineum harus dalam keadan kering dan dibersihkan dari arah depan ke
belakang. Ibu dianjurkan untuk membersihkan perineum dan mengganti
4

pembalut secara teratur yaitu setiap kali mandi, setelah buang air besar atau
kecil atau setiap tiga sampai empat jam sekali. Hal ini penting untuk
mempertahankan kebersihan karena pembalut dan perineum yang lembab
dapat menjadi tempat yang baik untuk pertumbuhan bakteri (Aisyah, 2010).
Penelitian yang dilakukan Setyowati (2004) dalam Aisyah (2010), perawat
juga dapat memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu post
partum seperti pentingnya personal hygiene dan perawatan perineum (vulva
hygiene) agar dapat membantu ibu dalam mempertahankan kesehatannya
dengan memberikan informasi dan keterampilan yang tepat dan adekuat.
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis jelaskan di atas,
maka penulis tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan
Keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene pada Ny. I
dengan Post Sectio Caesarea Indikasi Gemelli Hari Ke-1 di Ruang
Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum :
Menggambarkan asuhan keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi :
Vulva Hygiene pada Ny. I dengan Post Sectio Caesarea Indikasi
Gemelli Hari Ke-1 di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto.
2. Tujuan Khusus :
a. Menggambarkan pengkajian Defisit Perawatan Diri Mandi :
Vulva Hygiene pada Ny. I dengan Post Sectio Caesarea Indikasi
Gemelli Hari Ke-1 di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
b. Menggambarkan diagnosa keperawatan Defisit Perawatan Diri
Mandi : Vulva Hygiene pada Ny. I dengan Post Sectio Caesarea
Indikasi Gemelli Hari Ke-1 di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.
5

c. Menggambarkan rencana tindakan keperawatan Defisit Perawatan


Diri Mandi : Vulva Hygiene pada Ny. I dengan Post Sectio
Caesarea Indikasi Gemelli Hari Ke-1 di Ruang Flamboyan RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
d. Menggambarkan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene pada Ny. I dengan
Post Sectio Caesarea Indikasi Gemelli Hari Ke-1 di Ruang
Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
e. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan Defisit Perawatan
Diri Mandi : Vulva Hygiene pada Ny. I dengan Post Sectio
Caesarea Indikasi Gemelli Hari Ke-1 di Ruang Flamboyan RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
f. Menganalisis / membahas hasil pengkajian, masalah keperawatan,
perencanaan, tindakan yang ditekankan pada prosedur
keperawatan, dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk
Mengatasi Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene pada
Ny. I dengan Post Sectio Caesarea Indikasi Gemelli Hari Ke-1 di
Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.

C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Klien
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat membantu klien dalam
melakukan penanganan masalah defisit perawatan diri mandi : vulva
hygiene di rumah maupun di pusat pelayanan kesehatan, serta
meningkatkan kemandirian klien.
2. Bagi Bidang Kesehatan
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
praktis dan sebagai pedoman bagi perawat dalam melakukan
pengelolaaan pada klien dengan masalah defisit perawatan diri mandi
6

: vulva hygiene guna meningkatkan kepuasan pelayanan bagi


masyarakat.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
teoritis bagi akademisi ilmu keperawatan khususnya mahasiswa
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang Program Studi DIII
Keperawatan Purwokero tentang pengelolaan pada klien dengan
masalah defisit perawat diri mandi : vulva hygiene.
4. Bagi Penulis
Hasil karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan
dan keterampilan dalam pengelolaan masalah defisit perawatan diri
mandi : vulva hygiene.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep DasarTeori
1. Sectio caesarea
a. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin di atas 500 gram (Prawirohardjo, 2009). Pelahiran
caesar didefinisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi pada
dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histeretomi)
(Cunningham dkk, 2013).
Menurut Bobak, Lowdermilk, Jensen (2005) kelahiran
caesarea adalah kelahiran janin melalui insisi bedah trans
abdomen pada uterus. Berdasarkan beberapa pengertian yang
telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan sectio caesarea adalah
prosedur operatif pada kelahiran janin dengan melakukan insisi
pada dinding abdomen atau uterus.
b. Indikasi
Menurut Prawirohardjo (2007) indikasi dilakukannya operasi
sectio caesarea terdiri dari indikasi ibu dan indikasi janin, yaitu :
1) Indikasi Ibu
Indikasi dilakukannya persalinan sectio caesarea pada ibu
yaitu panggul sempit absolut, tumor-tumor jalan lahir yang
menimbulkan obstruksi, stenosis serviks / vagina, plasenta
previa, disproporsi sefalopelvik, ruptur uteri membakat.

7
8

2) Indikasi janin
Indikasi pada janin yang dapat menyebabkan dilakukannya
persalinan sectio caesarea yaitu kelainan letak dan gawat
janin / fetal distress.

c. Kontraindikasi
Menurut Oxorn & Forte (2010) ada beberapa keadaan
sectio caesarea tidak boleh dikerjakan jika ada keadaan berikut
ini :
1) Janin sudah mati atau berada dalam keadaan jelek sehingga
kemungkinan hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan
untuk melakukan operasi berbahaya yang tidak diperlukan.
2) Jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas
untuk caesarea ekstraperitoneal tidak tersedia.
3) Jika dokter bedah tidak berpengalaman, jika keadaannya
tidak menguntungkan bagi pembedahan, atau jika tidak
tersedia tenaga asisten yang memadai.
d. Komplikasi
Komplikasi yang bisa timbul menurut Mitayani (2011)
adalah sebagai berikut :
1) Infeksi puerperal (infeksi nifas)
Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama
beberapa hari dalam masa nifas atau bersifat berat, seperti
peritonitis, sepsis, dan sebagainya.
2) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang arteri uterina ikut terbuka atau karena atonia
uteri.
3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kemih,
embolisme paru, dan kuatnya parut pada dinding uterus.
Sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptur uteri.
9

e. Patofisiologi
Dalam setiap persalinan seorang ibu menginginkan proses
persalinan yang berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan.
Namun, ada beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan
yang menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal, misalnya
panggul sempit absolut, tumor-tumor jalan lahir yang
menimbulkan obstruksi, stenosis serviks / vagina, plasenta previa,
disproporsi sefalopelvik, ruptur uteri membakat, kelainan letak
dan gawat janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya
suatu tindakan pembedahan yaitu sectio caesarea (Prawirohardjo,
2007).
Sebelum dilakukan operasi sectio caesare, klien perlu
dilakukan tindakan anastesi spinal. Anastesi ini bekerja
memblokade syaraf pusat yang bertujuan untuk menghilangkan
refleks nyeri dan melemaskan otot. Larutan anastesi ini akan
memblok konduksi impuls sepanjang serabut syaraf secara
reversible. Terdapat tiga bagian syaraf yaitu motorik, sensorik dan
otonom. Pada umumnya, serabut otonom dan sensori adalah yang
pertama kali diblok dan serabut motorik yang terakhir (Saputra,
2013). Syaraf motorik bekerja menyampaikan pesan ke otot untuk
berkontraksi, namun ketika syaraf ini diblok akan menimbulkan
relaksasi otot yang mengakibatkan terjadinya paralisis. Sehingga
klien mengalami kelemahan fisik akibat efek anastesi (Oswari,
2005). Karena kelemahan fisik yang dialaminya sehingga klien
membatasi pergerakan pada tubuhnya. Akibatnya klien tidak
mampu melakukan aktivitas perawatan diri secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri (Heldayani, 2014).
Seperti halnya persalinan alami, setelah melahirkan dengan
sectio caesarea ibu akan mengeluarkan darah atau lochea yang
mengandung darah, jaringan desidua dan hasil pembuahan yang
masih tertahan. Lochea adalah cairan vagina yang keluar dari
10

rahim setelah persalinan. Kondisi perineum yang terkena lochea


dan lembab akan sangat menunjang perkembangbiakan bakteri
yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.
Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran
kandung kencing ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat
pada munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun
infeksi pada jalan lahir. Oleh karena itu perawatan perineum
(Vulva Hygiene) perlu dilakukan untuk mencegah infeksi
(Swiyoga, 2004).
11

f. Pathway
Berdasarkan teori Prawirohardjo (2007), Saputra (2013), Oswari
(2005), dan Heldayani (2014), Suwiyoga (2004) dapat
digambarkan pathway sebagai berikut :

Panggul sempit absolut, tumor-tumor jalan lahir yang


menimbulkan obstruksi, stenosis serviks / vagina, plasenta
previa, disproporsi sefalopelvik, ruptura uteri membakat,
kelainan letak, dan gawat janin

Sectio Caesarea

Efek Anastesi Spinal Pengeluaran Lochea

Memblokade Sistem Syaraf Kurang Perawatan Perineum


Pusat
Menekan Syaraf Motorik Perineum Lembab

Perkembangbiakan Bakteri
Relaksasi Otot
Meningkat

Paralisis
Infeksi Perineum

Kelemahan Fisik

Defisit Perawatan Diri


Mandi : Vulva Hygiene

Gambar 2.1
12

2. Defisit perawatan diri mandi


a. Definisi
Menurut Herdman (2015), defisit perawatan diri mandi
adalah hambatan kemampuan untuk melakukan atau
menyelesaikan aktivitas mandi secara mandiri.
b. Faktor yang berhubungan
Menurut Herdman (2015) faktor yang berhubungan
dengan masalah defisit perawatan diri mandi antara lain ansietas,
gangguan fungsi kognitif, gangguan muskuloskeletal, gangguan
neuromuskular, gangguan persepsi, kelemahan, kendala
lingkungan, ketidakmampuan merasakan bagian tubuh,
ketidakmampuan merasakan hubungan spasial, nyeri, dan
penurunan motivasi.
c. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik dari defisit perawatan diri mandi /
hygiene adalah ketidakmampuan membasuh tubuh termasuk
daerah perineum, ketidakmampuan mengakses kamar mandi,
ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi,
ketidakmampuan mengatur (suhu atau aliran) air mandi,
ketidakmampuan mengeringkan tubuh, ketidakmampuan
mendapatkan sumber air, ketidakmampuan membersihkan tubuh /
hygiene termasuk perineum (Herdman, 2015).
d. Jenis-jenis perawatan diri mandi
Menurut Elmeida & Firdaus (2014) pemeliharaan
personal hygiene (perawatan diri) berarti tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikisnya. Seseorang dikatakan memiliki pesonal hygiene
baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya
yang meliputi kebersihan kulit, hygiene gigi dan mulut, perawatan
rambut, perawatan mata, hidung, dan telinga, perawatan kaki dan
13

kuku, perawatan genetalia (vulva hygiene), serta kebersihan dan


keterampilan pakaiannya.
e. Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene
1) Definisi
Vulva hygiene merupakan perawatan diri pada organ
eksterna yang terdiri atas mon veneris (terletak didepan
simpisis pubis), labia mayora (dua lipatan besar yang
membentuk vulva), labia minora (dua lipatan kecil diantara
atas labia mayora), klitoris (sebuah jaringan erektil yang
serupa dengan penis laki-laki) kemudian juga bagian yang
terkait disekitarnya seperti uretra, vagina, perineum, dan anus
(Uliyah & Hidayat, 2009).
Vulva hygiene adalah suatu tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan organ eksternal genetalia wanita.
Tindakan ini dilakukan pada klien yang tidak mampu
membersihkan vulva sendiri (Hidayat, 2008). Jadi perawatan
perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk membersihkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada klien
wanita yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya
sendiri.
2) Tujuan
Tujuan perawatan vulva hygiene menurut Vasra
(2016) adalah mencegah dan mengontrol infeksi, mencegah
kerusakan kulit, meningkatkan kenyamanan, dan
mempertahankan kebersihan diri. Sedangkan menurut
Elmeida & Firdaus (2014) tujuan perawatan genetalia adalah
untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan
kebersihan genetalia, meningkatkan kenyamanan serta
mempertahankan personal hygiene.
14

3) Waktu perawatan
Perawatan vulva hygiene dapat dilakukan kapanpun.
Namun, menurut Desmawati (2011), ada beberapa waktu
yang tepat untuk dilakukannya perawatan vulva hygiene.
Beberapa waktu tersebut diantaranya :
a) Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas
pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi
kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada
pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian
pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
b) Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi
kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat
memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu
diperlukan pembersihan perineum.
c) Setelah buang air besar
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-
sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya
kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang letaknya
bersebelahan maka diperlukan proses pembersihan anus
dan perineum secara keseluruhan.
4) Perawatan vulva hygiene
Perawatan vulva hygiene menurut Nurhayati (2009)
meliputi persiapan alat yang dibutuhkan dan prosedur / cara
melakukan vulva hygiene. Alat-alat dan bahan yang
digunakan untuk vulva hygiene antara lain waskom mandi /
botol cebok, kom berisi kapas air hangat bersih, selimut
mandi, waslap 2 buah, pengalas, pispot, bengkok, handscoon,
15

tissu kamar mandi, sampiran, air hangat, handuk, pembalut


nifas dan celana dalam.
Sedangkan prosedur / cara melakukan vulva hygiene
yaitu pertama menjelaskan mengenai prosedur yang akan
dilakukan. Setelah itu perawat mencuci tangan lalu menjaga
privasi klien. Selanjutnya dekatkan alat-alat yang dibutuhkan
kepada klien. Perawat membuka pakaian bawah klien.
Perawat memasang pengalas dan pispot di bawah gluteal
klien, dengan mengatur posisi dorsal recumbent. Perawat
memakai sarung tangan (tangan kiri). Perawat membersihkan
paha bagian atas dan keringkan (kiri dan kanan). Vulva
dibersihkan mulai dari labia minora kiri, labia minora kanan,
labia mayora kiri, labia mayora kanan, vestibulum, dan
terakhir perineum. Bersihkan area anus dari kotoran dan feses
jika ada. Gunakan kapas yang berbeda. Tuangkan air hangat
ke area perineum dan keringkan. Pasang celana dalam yang
sudah dipasang pembalut, pasang pakaian bawah, kemudian
dirapihkan.
f. Pengelolaan Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene pada
Post Sectio Caesarea
Pengelolaan defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene
pada ibu post sectio caesarea bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan personal hygiene agar ibu post partum sectio caesarea
dapat meminimalkan pintu masuk (port de entry) mikroorganisme
yang ada di kulit dan daerah perineum yang pada akhirnya dapat
mencegah ibu post sectio caesarea terkena penyakit dan infeksi.
Perawat dapat memberikan bantuan kepada klien dengan
melakukan prosedur yang tepat melalui pemberian asuhan
keperawatan, membantu ibu untuk menjaga kebersihan diri
dengan cara mandi yang teratur, mencuci tangan, mengganti
16

pakaian bersih, alas tempat tidur, serta menjaga kebersihan vagina


(Siahaan, 2015).
Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh,
dan dianjurkan untuk membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air hangat. Perawatan perineum yang dianjurkan untuk
ibu post partum adalah membasuh perineum dengan air hangat
setelah berkemih dan buang air besar. Perineum harus dalam
keadan kering dan dibersihkan dari arah depan ke belakang. Ibu
dianjurkan untuk membersihkan perineum dan mengganti
pembalut secara teratur yaitu setiap kali mandi, setelah buang air
besar atau kecil atau setiap tiga sampai empat jam sekali. Hal ini
penting untuk mempertahankan kebersihan karena pembalut dan
perineum yang lembab dapat menjadi tempat yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (Aisyah, 2010).
Menurut penelitian yang dilakukan Setyowati (2004)
dalam Aisyah (2010) perawat juga dapat memberikan pendidikan
kesehatan yang dibutuhkan ibu post partum seperti pendidikan
kesehatan tentang pentingnya menjaga personal hygiene dan
perawatan perineum (vulva hygiene) agar dapat membantu ibu
dalam mempertahankan kesehatannya dengan memberikan
informasi dan keterampilan yang tepat dan adekuat. Berdasarkan
penelitian Cut Muetia Lhoksuemawe (2011) dalam Siahaan
(2015) adanya hubungan antara pengetahuan ibu terhadap
personal hygiene pada perawatan selama masa nifas. Sampel
dalam penelitian sebanyak 30 responden. Berdasarkan hasil
penelitian tingkat pengetahuan ibu berada pada kategori kurang
yaitu 60% dilihat dari sikap negatif yaitu 56,7%. Hal ini
disebabkan karena kurangnya informasi yang didapatkan ibu
tentang personal hygiene.
17

Selanjutnya perawat dapat memberikan pendidikan


kesehatan tentang cara membersihkan area perineum dengan daun
sirih di rumah. Berdasarkan hasil penelitian oleh Christiana &
Kurniyanti (2014) dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada
menyatakan bahwa Daun sirih (Piper betle) mengandung kavikol
yang bisa dimanfaatkan untuk perawatan tradisional, diantaranya
untuk mematikan kuman, antioksidasi, fungisida dan anti jamur.
Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari
betlephenol, kavikol, seskuiterpan, hidroksikavikol, cavibetol,
estragol, eugenol, dan karvakol. Komponen utama minyak atsiri
terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah satu senyawa
turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakteri lima kali
lebih kuat dibanding kanfenol. Daya anti bakteri minyak atsiri
daun sirih disebabkan oleh adanya senyawa kavikol yang dapat
mendenaturasi protein sel bakteri (Ambarwati, 2008).
Zat antiseptik daun sirih juga dapat digunakan sebagai
obat kumur, menjaga kesehatan alat kelamin wanita, mengatasi
bau badan dan mulut, sariawan, mimisan, gatal-gatal, mengobati
keputihan pada wanita, serta dapat memperbanyak air susu ibu
(ASI) untuk ibu yang baru melahirkan (Haniah, 2008). Daun sirih
tersebut akan di ekstrak dengan cara direbus selama 10, 15 dan 20
menit selanjutnya mengukur kandungan kavikol yang ada dalam
ekstrak daun sirih untuk digunakan vulva hygiene pada ibu di
rumah. Vulva hygiene adalah membersihkan alat kelamin wanita
bagian luar untuk menjaga vagina dan daerah sekitarnya tetap
bersih dan nyaman, mencegah munculnya keputihan, bau tak
sedap dan gatal-gatal serta menjaga pH vagina tetap normal.
Sedangkan perawatan perineum (vulva hygiene) pada ibu post
sectio caesarea berkaitan dengan keluarnya darah atau lochea
yang mengandung darah, jaringan desidua dan hasil pembuahan
yang masih tertahan. Oleh karena itu perawatan perineum (vulva
18

hygiene) yang benar perlu dilakukan untuk mencegah infeksi


karena darah merupakan media yang ideal bagi pertumbuhan
mikroorganisme atau bakteri penyebab infeksi (Farrer, 2010
dalam Sambas, 2016).
Tindakan keperawatan lainnya yang dapat diberikan untuk
permasalahan defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene pada
post partum sectio caesarea antara lain memonitor kemampuan
untuk menggunakan alat bantu dalam memenuhi kebutuhan
perawatan diri, mengkaji kebersihan tubuh termasuk daerah
perineum setiap hari, mengkaji kondisi kulit saat mandi,
menawarkan pengobatan nyeri sebelum mandi, membantu klien
untuk mengatur langkahnya sendiri selama perawatan diri,
membantu membersihkan tubuh termasuk daerah perineum yang
berguna untuk relaksasi dan kebersihan, melibatkan keluarga
dalam pemberian asuhan, meletakkan alat bantu (sabun, handuk,
baskom berisi air) dan peralatan lain yang dibutuhkan disamping
tempat tidur, menganjurkan klien untuk mencuci tangan setelah
eliminasi dan sebelum makan (Wilkinson & Ahern, 2013).

B. Konsep Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva


Hygiene pada Klien Post Sectio Caesarea
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien post sectio caesarea menurut Handini
(2010) berisi tentang : nama, umur, jenis kelamin, suku / bangsa,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rs, tanggal
pengkajian, no. register, diagnosa medik.
Pengkajian secara umum menurut Hidayat (2008) yaitu
meliputi riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat ante natal care, dan riwayat persalinan.
19

Sedangkan pengkajian fisik pada pasca partum sectio caesarea


menurut Reeder (2011) meliputi tanda-tanda vital, observasi
pengeluaran lochea, pengkajian fundus uterus, payudara, perineum,
luka insisi, pengamatan eliminasi dari kandung kemih dan usus,
nutrisi, ambulasi, kebersihan, dan penatalaksanaan nyeri.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien.
Menurut Herdman (2015) defisit perawatan diri mandi merupakan
hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
mandi secara mandiri. Batasan karakteristik defisit perawatan diri
mandi antara lain ketidakmampuan membasuh tubuh termasuk daerah
perineum, ketidakmampuan mengakses kamar mandi,
ketidakmampuan mengambil perlengkapan mandi, ketidakmampuan
mengatur (suhu atau aliran) air mandi, ketidakmampuan mengeringkan
tubuh, ketidakmampuan mendapatkan sumber air, ketidakmampuan
membersihkan tubuh termasuk perineum. Diagnosa keperawatan yang
penulis ambil pada klien post sectio caesarea yaitu defisit perawatan
diri mandi berhubungan dengan kelemahan (Herdman, 2015).
3. Perencanaan
Menurut Moorhead dkk (2016) tujuan dilakukannya perawatan
pada klien post sectio caesarea dengan defisit perawatan diri mandi :
vulva hygiene adalah sebagai berikut :
Nursing Outcomes Classification (NOC) yang penulis ambil untuk
diagnosa keperawatan defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene
adalah perawatan diri : mandi dengan rentang skala (skala 1-5 :
dibantu total, dibantu alat dan orang lain, dibantu orang lain, dibantu
alat, mandiri penuh). Kriteria hasil yang diharapkan antara lain, masuk
dan keluar dari kamar mandi, mencuci badan bagian atas, mencuci
badan bagian bawah, membersihkan area perineum, mengeringkan
badan.
20

Rencana tindakan yang dapat dilakukan menurut Bulechek dkk


(2016) pada klien post sectio caesarea dengan masalah defisit
perawatan diri mandi : vulva hygiene berhubungan dengan kelemahan
adalah sebagai berikut :
a. Nursing Intervention Classification (NIC) : Bantuan Perawatan
Diri
1) Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
2) Monitor kebutuhan klien terkait dengan alat-alat kebersihan
diri
3) Berikan bantuan sampai klien mampu melakukan perawatan
diri secara mandiri
4) Dorong kemandirian klien, tapi bantu ketika klien tak mampu
melakukannya
5) Ajarkan orangtua / keluarga untuk mendukung kemandirian
dengan membantu hanya ketika klien tak mampu melakukan
perawatan diri
b. Nursing Intervention Classification (NIC) : Perawatan Perineum
1) Bantu klien membersihkan perineum
2) Jaga agar area perineum tetap kering
3) Bersihkan area perineum secara teratur
4) Berikan posisi yang nyaman saat perawatan perineum
5) Dokumentasikan karakteristik cairan yang keluar
6) Instruksikan klien dan orang terdekat untuk menginspeksi
tanda-tanda yang tidak normal pada area perineum (seperti
infeksi, kulit pecah-pecah, gatal, cairan yang tidak normal)
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang
telah direncanakan, mencangkup tindakan mandiri dan kolaborasi.
Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis
dan kesimpulan perawat, bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
21

didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas


kesehatan lain (Mitayani, 2011). Implementasi dilakukan berdasarkan
semua tindakan yang sudah direncanakan pada intervensi antara lain
bantuan perawatan diri dan perawatan perineum (Bulechek dkk, 2016).
Sehingga implementasi yang dilakukan untuk perawatan diri
antara lain monitor kemampuan perawatan diri (seperti mandi secara
teratur, mengganti pakaian, merawat perineum dengan baik dan benar)
secara mandiri, memonitor kebutuhan klien terkait dengan alat-alat
kebersihan diri (seperti perlengkapan mandi, alas tempat tidur, dan
pakaian bersih), memberikan bantuan sampai klien mampu melakukan
perawatan diri (seperti mandi secara teratur, mengganti pakaian,
merawat perineum dengan baik dan benar) secara mandiri, mendorong
kemandirian klien tapi bantu ketika klien tak mampu melakukannya,
mengajarkan orangtua / keluarga untuk mendukung kemandirian
dengan membantu hanya ketika klien tak mampu melakukan
perawatan diri. Implementasi pada perencanaan keperawatan dengan
perawatan perineum adalah membantu klien membersihkan perineum,
menjaga agar area perineum tetap kering (dilakukan dengan cara
setelah selesai membersihkan perineum dikeringkan dengan handuk),
membersihkan area perineum secara teratur (saat mandi, setelah BAB /
BAK, atau setiap tiga sampai 4 jam), memberikan posisi yang nyaman
saat perawatan perineum (posisi dorsal recumbent),
mendokumentasikan karakteristik cairan yang keluar (terkait dengan
jumlah, warna, bau, adanya gumpalan), menginstruksikan klien dan
orang terdekat untuk menginspeksi tanda-tanda yang tidak normal
pada area perineum (seperti infeksi, kulit pecah-pecah, gatal, cairan
yang tidak normal) (Bulechek dkk, 2016).
Selain itu perawat dapat memberikan bantuan kepada klien
dengan melakukan prosedur yang tepat melalui pemberian asuhan
keperawatan, membantu ibu untuk menjaga kebersihan diri dengan
cara mandi yang teratur, mencuci tangan, mengganti pakaian bersih,
22

alas tempat tidur, serta menjaga kebersihan vagina (Siahaan, 2015).


Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, dan
dianjurkan untuk membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air
hangat (Aisyah, 2010). Menurut penelitian yang dilakukan Setyowati
(2004) dalam Aisyah (2010) perawat dapat memberikan pendidikan
kesehatan yang dibutuhkan ibu post partum seperti pendidikan
kesehatan tentang pentingnya menjaga personal hygiene dan
perawatan perineum (vulva hygiene) agar dapat membantu ibu dalam
mempertahankan kesehatannya dengan memberikan informasi dan
keterampilan yang tepat dan adekuat. Perawat juga dapat memberikan
pendidikan kesehatan tentang cara membersihkan area perineum
dengan daun sirih di rumah. Berdasarkan hasil penelitian oleh
Christiana & Kurniyanti (2014) dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Media
Husada menyatakan bahwa Daun sirih (Piper betle) mengandung
kavikol yang bisa dimanfaatkan untuk perawatan tradisional,
diantaranya untuk mematikan kuman, antioksidasi, fungisida dan anti
jamur. Daun sirih tersebut akan di ekstrak dengan cara direbus selama
10, 15 dan 20 menit selanjutnya mengukur kandungan kavikol yang
ada dalam ekstrak daun sirih untuk digunakan vulva hygiene pada ibu
di rumah.
Selanjutnya tindakan keperawatan yang diberikan untuk
permasalahan defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene pada post
partum sectio caesarea antara lain memonitor kemampuan untuk
menggunakan alat bantu dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri,
mengkaji kebersihan tubuh termasuk daerah perineum setiap hari,
mengkaji kondisi kulit saat mandi, menawarkan pengobatan nyeri
sebelum mandi, membantu klien untuk mengatur langkahnya sendiri
selama perawatan diri, membantu membersihkan tubuh termasuk
daerah perineum yang berguna untuk relaksasi dan kebersihan,
melibatkan keluarga dalam pemberian asuhan, meletakkan alat bantu
(sabun, handuk, baskom berisi air) dan peralatan lain yang dibutuhkan
23

disamping tempat tidur, menganjurkan klien untuk mencuci tangan


setelah eliminasi dan sebelum makan (Wilkinson & Ahern, 2013).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan kegiatan akhir dari proses
keperawatan, dimana perawat menilai hasil yang diharapkan terhadap
perubahan diri ibu dan menilai sejauh mana masalah ibu dapat diatasi.
Disamping itu, perawat juga memberikan umpan balik atau pengkajian
ulang jika tujuan yang ditetapkan belum tercapai sehingga proses
keperawatan dapat dimodifikasi (Mitayani 2011).
Menurut Moorhead dkk (2016) pada diagnosa defisit perawatan
diri mandi : vulva hygiene yang perlu dievaluasi adalah perawatan diri :
mandi dengan kriteria hasil masuk dan keluar dari kamar mandi,
mencuci badan bagian atas, mencuci badan bagian bawah,
membersihkan area perineum, mengeringkan badan dengan
memperlihatkan rentang nilai 1 sampai 5 yaitu dibantu total, dibantu
alat dan orang lain, dibantu orang lain, dibantu alat, mandiri penuh.
Indikator penilaian skala 1 atau dibantu total ditandai dengan klien
tidak dapat bangun dari tempat tidur, klien tidak dapat membersihkan
tubuh termasuk daerah perineum sendiri karena keadaan klien lemah,
badan dan perineum kotor. Skala 2 atau dibantu alat dan orang lain
ditandai dengan klien tidak bisa berjalan ke kamar mandi sendiri, klien
belum bisa membersihkan tubuh termasuk daerah perineum sendiri,
badan dan perineum kotor. Skala 3 atau dibantu orang lain ditandai
dengan klien sudah bisa berjalan ke kamar mandi dengan bantuan dan
pengawasan dari orang lain, klien bisa membersihkan badan dan
perineum tapi belum bisa menjangkau seluruhnya, badan dan perineum
kotor. Skala 4 atau dibantu alat ditandai dengan klien bisa berjalan ke
kamar mandi sendiri dengan alat bantu, klien bisa membersihkan badan
termasuk perineum dengan peralatan didekat klien, badan dan
perineum kotor. Skala 5 atau mandiri penuh ditandai dengan klien
sudah mampu berjalan ke kamar mandi secara mandiri, klien sudah
24

bisa membersihkan badan termasuk daerah perineum secara mandiri,


badan dan perineum bersih.
BAB III

METODA

A. Metode
Metode penulisan yang digunakan dalam laporan kasus ini yaitu
menggunakan metode deskriptif. Metode penulisan deskriptif ini bertujuan
untuk mendapatkan gambaran secara realita dan objektif (Imron & Munif
2010). Dalam laporan kasus ini penulis melakukan asuhan keperawatan
pada Ny. I dengan memfokuskan masalah keperawatan defisit perawatan
diri mandi : vulva hygiene.

B. Sampel
Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat
dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam,
2014). Sampel yang diambil oleh penulis pada laporan kasus ini yaitu
sampel dengan kriteria ibu post sectio caesarea dan terindikasi masalah
defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene di Ruang Flamboyan RSUD
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto selama 3 hari.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience
sampling method yaitu teknik pengambilan sampel yang dilakukan dimana
subjek yang dipilih karena kemudahan atau keinginan peneliti (Nursalam,
2009).

C. Lokasi
Lokasi yang digunakan penulis dalam pembuatan laporan kasus
asuhan keperawatan defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene pada post
sectio caesarea Indikasi Gemelli di ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo Purwokerto.

25
26

D. Teknik Pengumpulan Data


Menurut Imron & Munif (2010) pengumpulan data adalah langkah
yang sangat penting dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data
yang valid / mendapatkan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik.
1. Observasi
Menurut Saryono (2011), teknik pengumpulan data melalui
pengamatan ini dilakukan dengan observasi secara langsung kondisi
dan keadaan klien untuk mendapatkan gambaran secara realistis dan
untuk memperoleh data secara objektif. Observasi yang dilakukan
penulis dalam karya tulis ilmiah ini adalah mengobservasi kemampuan
perawatan diri yang tampak pada klien.
2. Wawancara
Menurut Imron & Munif (2010) wawancara adalah suatu teknik
pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi dengan cara dialog
(tanya jawab) secara lisan dan langsung. Teknik wawancara yang
diambil oleh penulis adalah teknik wawancara mendalam, yaitu suatu
kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi secara
langsung dengan mengajukan pertanyaan atau pewawancara dengan
yang diwawancarai. Bahkan keduanya dapat dilakukan besamaan,
dimana wawancara dapat digunakan untuk menggali lebih dalam lagi
data yang didapat dari observasi (Djaelani, 2013).
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut
sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan
informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk
membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan
respon terhadap terapi tersebut (Potter & Perry 2005). Pemeriksaan
fisik yang akan penulis lakukan yaitu pemeriksaan umum yang
meliputi keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital, selain itu
27

penulis juga melakukan pemeriksaan head to toe yang meliputi


pemeriksaan anggota tubuh dari rambut sampai ujung kaki.

E. Analisis

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang


diperoleh baik melalui hasil wawancara maupun observasi. Selanjutnya
data diinterprestasikan dalam bentuk asuhan keperawatan yang meliputi
pengkajian, perumusan masalah, perencanaan keperawatan, implementasi,
serta evaluasi. Menurut Nursalam (2009), data klien yang diperoleh dari
proses pengumpulan data kemudian dikelompokkan berdasarkan masalah
yang dialami klien sesuai dengan kriteria permasalahannya. Setelah data
dikelompokkan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah kesehatan
klien.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan laporan kasus yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva
Hygiene pada Ny. I Dengan Post Sectio Caesarea Indikasi Gemelli Hari Ke-1
di Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto”.
Pengelolaan kasus ini penulis laksanakan selama 3 hari yaitu dari tanggal 18
sampai 20 April 2017. Hasil dan pembahasan dalam bab ini mencakup hal
sebagai berikut :
1. Pengkajian (Assesment)
a. Biodata Klien (Biographic Information)
Pada pengelolaan kasus ini, penulis mengelola klien dengan
diagnosa defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene dengan post
sectio caesarea Indikasi Gemelli hari ke-1 pada klien bernama Ny. I,
berusia 20 tahun, beralamat di Desa Pageraji Rt 4 Rw 1 Cilongok,
pekerjaan ibu rumah tangga, pendidikan terakhir SMA, status
pernikahan menikah, berkebangsaan Indonesia dan bersuku Jawa,
nomor rekam medis yaitu 02004763, tanggal masuk rumah sakit 18
April 2017 dengan diagnosa medis yang ditegakkan adalah P1A0
post sectio caesarea atas indikasi gemelli. Penanggung jawab klien
yaitu suami klien yang bernama Tn. A, umur 21 tahun, alamat di
Desa Pageraji Rt 4 Rw 1 Cilongok, pendidikan STM, pekerjaan
swasta, bersuku Jawa, dan berkebangsaan Indonesia.
b. Riwayat keperawatan (Nursing History)
Pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 18 April 2017
memperoleh data bahwa keluhan yang dirasakan oleh Ny. I dengan
post sectio caesarea hari ke-1 adalah klien mengatakan belum bisa
melakukan perawatan kebersihan diri secara mandiri karena masih

28
29

lemas dan nyeri setelah menjalani operasi. Sehingga segala


aktivitasnya dibantu keluarga terutama untuk aktivitas kebersihan
dirinya. Saat dikaji klien terlihat lemah dan hanya berbaring di tempat
tidur. Klien juga mengatakan belum tahu bagaimana membersihkan
daerah genetalia yang benar.
Riwayat kesehatan Ny. I saat ini adalah klien datang rujukan
dari Puskesmas II Cilongok dengan hamil bayi kembar, usia
kehamilan 26 minggu 3 hari, kencang-kencang terasa sejak pukul
05.30 WIB, air ketuban belum pecah, lendir darah sudah keluar,
klien hamil pertama belum cukup bulan. Bayi kembar presentasi
kepala dan kaki. Hari pertama haid terakhir (HPHT) pada tanggal 15
Oktober 2016 sedangkan perkiraan lahirnya (HPL) pada tanggal 22
Juli 2017. Riwayat ANC rutin dengan priksa ke bidan, riwayat
menstruasi teratur dengan lama menstruasi ± 7 hari, klien belum
pernah KB sebelumnya. Operasi sectio caesarea dilakukan pada
tanggal 18 April 2017 pukul 11.10 WIB dan selesai pukul 12.00
WIB dengan anastesi spinal. Status Obstetrikus saat ini yaitu P1 A0
post sectio caesarea hari ke 1 dengan indikasi gemelli. Bayi lahir
kembar laki-laki dengan BBL yang pertama 1000 gram dan yang
kedua 1100 gram, nilai APGAR pada bayi pertama yaitu 4-5-6
sedangkan pada bayi kedua yaitu 3-4-5. Setelah selesai operasi klien
dipindahkan ke Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo.
Riwayat kesehatan dahulu adalah klien mengatakan belum
pernah melahirkan sebelumnya, ini adalah kelahiran anak
pertamanya. Klien tidak pernah dirawat di rumah sakit dan tidak
pernah menjalani operasi. Klien juga mengatakan tidak mempunyai
riwayat penyakit menurun seperti DM, TBC, hipertensi atau penyakit
menurun lainnya.
30

Riwayat kesehatan keluarga adalah keluarga klien


mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan bayi kembar, baik dari
keluarga klien maupun dari keluarga suami. Keluarga klien
mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menjalani persalinan
dengan operasi seperti yang dialami klien. Keluarga klien juga
mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menurun seperti DM,
TBC, dan Hipertensi.
Riwayat Ante Natal Care (ANC) klien pada trimester
pertama memeriksakan ke bidan setiap 1 bulan sekali dengan
keluhan mual dan tidak nafsu makan. Pada trimester kedua, ia
mengatakan periksa ke bidan setiap 1 bulan sekali dan tidak ada
keluhan. Klien belum memasuki trimester ketiga karena klien
dilakukan operasi sectio caesarea pada usia kehamilan 6 bulan.
Riwayat persalinan dilakukan selama 50 menit yaitu mulai
pukul 11.10 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB dengan tipe
persalinan sectio caesarea dan tidak ada masalah dalam persalinan.
Bayi kembar laki-laki lahir dengan premature berat badan bayi
pertama 1000 gram dan bayi kedua 1100 gram, panjang badan bayi
pertama 34 cm dan bayi kedua 36 cm, lingkar kepala bayi pertama
dan bayi kedua 25 cm, apgar score bayi pertama 4-5-6 dan bayi
kedua 3-4-5.
Riwayat mengenai obstetrik didapatkan hasil yaitu klien
menarche / haid pertama pada umur 12 tahun, siklus haidnya 30 hari,
lama haid ± 7 hari, dalam satu hari ganti pembalut kurang lebih 4
kali dan mengalami sakit perut pada awal haid. Sebelumnya klien
belum pernah menggunakan alat kontrasepsi KB, tetapi setelah
melahirkan anak pertamanya klien berencana untuk menggunakan
KB suntik.
Pengkajian riwayat klien menggunakan pola fungsional
Gordon. Pada pola persepsi kesehatan klien mengatakan kesehatan
itu penting. Jika klien merasakan keluhan pada kehamilannya
31

langsung memeriksannya ke bidan, klien rutin menjalani


pemeriksaan kehamilan ke bidan terdekat. Saat ini klien sedang di
rawat di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Pada pola nutrisi, klien mengatakan bulan-bulan pertama saat
kehamilan klien merasa sering mual dan tidak nafsu makan, namun
masalah tersebut tidak berlangsung lama. Saat ini klien mengatakan
tidak ada masalah dengan nafsu makan. Makanan yang disediakan
dari rumah sakit habis 1 porsi dengan nasi, sayur, lauk pauk dan
snack. Klien minum sekitar 6-8 gelas/hari. Pada pola eliminasi klien
mengatakan setelah melahirkan BAK menggunakan kateter dan
belum BAB setelah operasi. Terlihat klien terpasang kateter dengan
jumlah urine ± 1400 cc dengan warna kuning kecoklatan dan berbau
amis.
Pada pola aktivitas dan latihan klien mengatakan tidak dapat
melakukan aktivitas secara mandiri karena klien masih lemas dan
lemah setelah menjalani operasi. Klien juga mengatakan nyeri ketika
bergerak dengan P (Provoking) : nyeri karena luka insisi post sectio
caesarea, Q (Quality) : nyeri seperti tersayat-sayat, R (Region) :
nyeri perut di bagian bawah, S (Skala) : skala nyeri 5, T (Time) :
nyeri sering dirasakan, bertambah ketika bergerak. Aktivitasnya
dibantu oleh suami dan ibu seperti makan, berpakaian, bergerak atau
berpindah, turun dari tempat tidur dan berjalan. Untuk mandi, klien
dibantu total. Sedangkan untuk toileting, klien dibantu alat yaitu
kateter.
Pada pola istirahat tidur, klien mengatakan sebelum dirawat
di rumah sakit tidur 7-8 jam/hari. Saat dirawat di rumah sakit,
istirahat klien sedikit terganggu karena mengalami nyeri pada luka
operasi. Saat dikaji klien terlihat lesu. Untuk pola persepsi dan
kognitif, klien mengatakan belum tahu tentang pentingnya menjaga
personal hygiene (kebersihan diri) pada masa nifas serta tidak tahu
bagaimana cara membersihkan daerah genetalia yang baik dan benar.
32

Ditandai dengan ekspresi klien yang terlihat bingung saat ditanya


tentang cara membersihkan daerah genetalia yang benar.
Selanjutnya pada pola konsep diri dan koping, klien
mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat pulang. Klien juga
mengatakan senang karena bisa melahirkan anak pertamanya
walaupun dengan operasi. Klien terlihat kooperatif saat dilakukan
tindakan keperawatan. Pada pola peran dan hubungan, klien
mengatakan sekarang sudah menjadi ibu, hubungan dengan suami
dan keluarga baik tidak ada masalah. Saat ini klien terlihat ditemani
oleh keluarganya dan banyak kerabat serta tetangga yang
menjenguknya.
Pada pola reproduktif dan seksualitas, klien mengatakan
sudah menikah 1 kali selama 8 bulan dan ini merupakan kelahiran
anak pertamanya. Klien juga mengatakan tidak ada masalah dalam
hubungan seksual. Pola koping dan stress, klien mengatakan bila ada
masalah selalu dimusyawarahkan dengan suami dan anggota
keluarga. Saat dikaji klien terlihat akrab dengan suami dan anggota
keluarganya. Dan yang terakhir yaitu pola keyakinan dan nilai, klien
mengatakan beragama islam, tetapi dengan kondisinya saat ini klien
tidak bisa menjalankan ibadah seperti biasanya. Klien terlihat hanya
tiduran di tempat tidur dan berdoa untuk kesehatan diri dan bayinya.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pada Ny. I yang penulis lakukan
mendapatkan data yaitu keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 110 / 70 mmHg, nadi 80 x / menit,
pernapasan 21 x / menit, dan suhu badannya 36 °C, berat badan
sebelum hamil 39 kg dan sesudah hamil 42 kg. Hasil pemeriksaan
head to toe yang dimulai dari kepala sampai ekstermitas didapatkan
data yaitu pada pemeriksaan kepala dengan bentuk mesochepal,
rambut berwarna hitam lurus dan panjang serta tidak ada ketombe.
Pada pemeriksaan mata didapatkan bentuk simetris, konjungtiva
33

anemis, sklera tidak ikterik, fungsi pengelihatan baik. Kemudian


pada pemeriksaan hidung didapatkan bentuk simetris, bersih, tidak
ada polip, dan fungsi penciuman baik.
Pemeriksaan telinga didapatkan bentuk simetris, tidak ada
serumen, telinga bersih, dan fungsi pendengaran baik. Kemudian
pada pemeriksaan mulut didapatkan hasil mulut bersih, tidak ada
stomatitis, tidak caries gigi, lidah bersih, kemampuan berbicara baik
dan tidak ada kesulitan menelan. Pemeriksaan leher didapatkan hasil
tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, dan tidak ada peningkatan
JVP (Jugularis Vena Pressure).
Pada pemeriksaan dada terdiri dari pemeriksaan paru-paru
dan jantung yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
Pada pemeriksaan jantung didapatkan hasil ictus cordis terlihat dan
teraba pada dada kiri ICS V, bunyi jantung redup, irama jantung
reguler SI >S2, tidak terdengar bunyi jantung tambahan. Sedangkan
pada pemeriksaan paru-paru didapatkan hasil pergerakan dinding
dada simetris, tidak ada krepitasi, suara vesikuler, bunyi paru sonor,
serta tidak ada bunyi tambahan seperti ronchi maupun wheezing.
Pada pemeriksaan payudara didapatkan hasil bentuk
payudara simetris, keras, bersih, kedua puting susu menonjol, tidak
pecah-pecah, warna kulit tidak kemerahan, tidak ada nyeri tekan dan
ASI sudah keluar sedikit. Kemudian pada pemeriksaan punggung
maupun pinggang, tidak ada kelainan dan tidak ada dekubitus atau
jejas.
Pemeriksaan abdomen juga terdiri dari inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi. Data yang didapatkan antara lain perut supel,
terdapat luka post sectio caesarea di perut bagian bawah dan di atas
simpisis pubis, panjang luka ± 10 cm ditutup kasa, tidak ada
rembesan di sekitar luka. Ada nyeri tekan, TFU 2 jari di bawah
pusat, terdengar bising usus ± 15 x / m, serta tidak terdapat tanda-
tanda infeksi seperti kemerahan, bengkak ataupun perubahan fungsi.
34

Pada pemeriksaan kulit atau integumen didapatkan hasil


turgor kulit cukup, akral hangat, warna kulit sawo matang, tidak ada
dermatitis, serta capillary reffil < 2 detik. Pada pemeriksaan
ekstermitas yang terdiri dari ekstermitas atas dan ekstermitas bawah
didapatkan hasil bahwa ekstermitas atas tidak ada edema dan
terpasang infus RL dilengan kiri, kekuatan otot 4. Sedangkan pada
ekstermitas bawah didapatkan hasil tidak ada edema, tidak ada
varises, terdapat reflek patela dan tidak ada homans sign, kekuatan
otot 3. Selanjutya yang terakhir yaitu pemeriksaan genetalia
didapatkan hasil genetalia klien kotor, utuh, rabas, terpasang kateter
dengan jumlah urine ± 1400 cc , terpasang pembalut dengan lochea
rubra jumlah ± 50 cc, berbau amis, dan tidak ada hemoroid pada
rectum.
d. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada tanggal
18 April 2017 didapatkan hasil pada pemeriksaan darah lengkap
kadar hemoglboin 10.9 g/dl, leukosit 16930 u/l, hematokrit 32%,
eritrosit 3.6 /ul, trombosit 384000/ul, MCV 89.9 fl, MCH 30.5
pg/cell, MCHC 34.0%, RDW 15.9%, MPV 9.1 fL. Pada hitung jenis
kadar basfoil 0.1%, eosinofil 0.1%, batang 0.8%, segmen 90.6%,
limosit 5.6%, monosit 2.8%, PT 8.6 detik, APTT 35.5 detik.
2. Perumusan Masalah (Nursing Problem)
Masalah yang muncul berdasarkan dari hasil pengkajian yang
penulis lakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 18 sampai 20 April
2017 di ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto, memperoleh data bahwa klien mengatakan belum bisa
melakukan perawatan kebersihan diri secara mandiri karena masih lemas
dan nyeri setelah menjalani operasi. Sehingga segala aktivitasnya dibantu
keluarga terutama untuk aktivitas kebersihan dirinya. Klien juga
mengatakan belum tahu bagaimana membersihkan daerah genetalia yang
benar. Klien terlihat lemah dan hanya berbaring di tempat tidur. Pada
35

pengkajian aktivitas dan latihan mandi didapatkan skala 4 yaitu dibantu


total ditandai dengan klien tidak mampu membasuh tubuh termasuk
daerah perineum, mengakses kamar mandi, mengambil perlengkapan
mandi, mengatur air mandi, mengeringkan tubuh, mendapatkan sumber
air, dan tidak mampu membersihkan tubuh termasuk perineum.
Dari data diatas, maka penulis merumuskan masalah yaitu
“Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene Berhubungan Dengan
Kelemahan”
3. Perencanaan (Plan)
Perencanaan tindakan keperawatan penulis menggunakan dasar
Nursing Outcomes Classification (NOC) dan Nursing Intervention
Classification (NIC) sesuai diagnosa keperawatan yang muncul, maka
penyusunan perencanaan asuhan keperawatan memiliki tujuan yaitu
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam mulai tanggal 18
sampai 20 April 2017 diharapkan klien tidak terjadi infeksi puerperal
dan dapat melakukan perawatan diri secara mandiri dengan kriteria hasil
yaitu : masuk dan keluar dari kamar mandi (dari skala 1 menjadi 5),
mencuci badan bagian atas (dari skala 1 menjadi 5), mencuci badan
bagian bawah (dari skala 1 menjadi 5), membersihkan area perineum
(dari skala 1 menjadi 5), mengeringkan badan (dari skala 1 menjadi 5).
Keterangan skala yang digunakan meliputi : 1) dibantu total, 2) dibantu
alat dan orang lain, 3) dibantu orang lain, 4) dibantu alat, 5) mandiri
penuh.
Nursing Intervention Classification (NIC) pertama yang penulis
gunakan adalah bantuan perawatan diri dengan intervensi sebagai berikut
: 1) Monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri, 2) Monitor
kebutuhan klien terkait dengan alat-alat kebersihan diri, 3) Berikan
bantuan sampai klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri,
4) Dorong kemandirian klien, tapi bantu ketika klien tak mampu
melakukannya, 5) Ajarkan orangtua / keluarga untuk mendukung
36

kemandirian dengan membantu hanya ketika klien tak mampu


melakukan perawatan diri.
Selain itu Nursing Intervention Classification (NIC) kedua yang
penulis lakukan adalah perawatan perineum dengan intervensi sebagai
berikut : 1) Bantu klien membersihkan perineum, 2) Jaga agar area
perineum tetap kering, 3) Bersihkan area perineum secara teratur, 4)
Berikan posisi yang nyaman saat perawatan perineum, 5)
Dokumentasikan karakteristik cairan yang keluar, 6) Instruksikan klien
dan orang terdekat untuk menginspeksi tanda-tanda yang tidak normal
pada area perineum (seperti infeksi, kulit pecah-pecah, gatal, cairan yang
tidak normal).
4. Pelaksanaan (Implementation)
Implementasi yang penulis lakukan sesuai dengan perencanaan
tindakan untuk menyelesaikan masalah keperawatan defisit perawatan
diri mandi : vulva hygiene pada ibu post sectio caesarea berhubungan
dengan kelemahan, dilakukan selama 3 hari yaitu pada tanggal 18 sampai
tanggal 20 April 2017.
Pada tanggal 18 April 2017, implementasi yang penulis lakukan
yaitu mengkaji keadaan umum klien dengan respon : keadaan umum
sedang, kesadaran composmentis dengan GCS 15. Menanyakan keluhan
yang dirasakan klien dengan respon : klien mengatakan belum bisa
melakukan perawatan kebersihan diri secara mandiri karena masih lemas
dan nyeri setelah menjalani operasi, sehingga aktivitasnya dibantu
keluarga terutama untuk aktivitas kebersihan dirinya. Klien juga
mengatakan belum tahu bagaimana membersihkan daerah genetalia yang
benar. Mengkaji keadaan fisik klien dengan respon : pada pemeriksaan
genetalia / perineum didapatkan genital klien kotor, utuh, rabas,
terpasang kateter, terpasang pembalut dengan lochea rubra ± 50 cc,
berbau amis. Memonitor kemampuan perawatan diri secara mandiri
dengan respon : klien belum bisa melakukan perawatan kebersihan diri
37

secara mandiri sehingga dibantu perawat dalam memenuhi kebutuhan


perawatan kebersihan diri seperti mandi dan vulva hygiene.
Memonitor kebutuhan klien terkait peralatan untuk personal
hygiene mandi dan vulva hygiene dengan respon : kebutuhan terkait alat-
alat kebersihan diri disediakan oleh keluarga seperti sabun dan waslap.
Memberikan bantuan perawatan diri mandi dengan respon : klien
mengatakan bersedia untuk dibantu mandi di tempat tidur. Membantu
klien membersihkan area perineum (vulva hygiene) dengan respon : klien
mengatakan bersedia untuk dilakukan vulva hygiene.
Mendokumentasikan karakteristik cairan yang keluar dengan respon :
Lochea rubra berwarna merah gelap, berbau amis dengan jumlah ± 50
cc. Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
cuci tangan. Terutama sebelum dan sesudah melakukan vulva hygiene
dengan respon : klien dan keluarga mengerti serta dapat
mendemonstrasikan cara cuci tangan 6 langkah yang benar.
Pada tanggal 19 April 2017 penulis melakukan implementasi
yaitu Memonitor keadaan umum klien dengan respon : keadaan umum
klien sedang, kesadaran composmentis dan GCS : 15. Mengkaji keluhan
dan kemampuan perawatan diri secara mandiri dengan respon : klien
mengatakan masih lemas dan nyeri sehingga belum bisa melakukan
perawatan kebersihan diri mandi dan vulva hygiene secara mandiri.
Memonitor kemampuan dan tingkat kekurangan klien dalam memenuhi
kebutuhan perawatan diri dengan respon : klien mengatakan belum bisa
melakukan aktivitas kebersihan diri secara mandiri, klien masih
berbaring di tempat tidur. Memberikan bantuan kepada klien sesuai
kebutuhan dengan melakukan perawatan kebersihan diri (mandi) dengan
respon : klien mau dibantu mandi. Memberikan posisi yang nyaman
(dorsal recumbent) saat perawatan perineum dengan respon : posisi klien
saat dilakukan vulva hygiene yaitu dorsal recumbent. Membantu klien
membersihkan area perineum (vulva hygiene) dengan respon : klien mau
dibantu dalam membersihkan area perineum (vulva hygiene).
38

Mendokumentasikan karakteristik cairan yang keluar dengan respon :


Lochea rubra berwarna merah gelap, berbau amis, ada gumpalan darah
dengan jumlah ± 30 cc.
Memonitor kemampuan perawatan diri secara mandiri dengan
respon : klien mencoba mandi dan vulva hygiene secara mandiri setelah
kateternya dilepas, namun terkadang dibantu keluarga pada bagian yang
tidak terjangkau oleh mata. Memonitor kebutuhan klien terkait dengan
alat-alat kebersihan diri dengan respon : kebutuhan terkait alat-alat
kebersihan diri disediakan oleh keluarga seperti sabun dan waslap.
Mengajarkan pada klien dan keluarga cara vulva hygiene yang baik dan
benar yaitu dibersihkan dari arah depan ke belakang dengan respon :
klien dan keluarga mengerti apa yang diberitahu oleh perawat.
Memotivasi klien untuk menjaga agar perineum tetap kering dengan cara
dikeringkan dengan handuk setelah selesai membersihkan perineum
dengan respon : klien mendengarkan apa yang diinformasikan perawat.
Memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
personal hygiene pada post sectio caesarea dengan respon : klien dan
keluarga mendengarkan penyuluhan yang diberikan oleh perawat.
Pada tanggal 20 April 2017 penulis melakukan implementasi
yaitu memonitor keadaan umum klien dengan respon : keadaan umum
klien sedang, kesadaran composmentis dan GCS : 15. Mengkaji keluhan
klien dan mengevaluasi tentang kemandirian klien dalam melakukan
aktivitas perawatan diri dengan respon : klien mengatakan sudah mampu
secara mandiri untuk melakukan perawatan kebersihan diri seperti mandi
dan vulva hygiene sesuai yang diajarkan perawat. Menganjurkan klien
untuk membersihkan perineum secara teratur yaitu setiap kali mandi,
setelah buang air besar atau kecil atau setiap tiga sampai empat jam
sekali dengan respon : klien mengerti. Memberitahu keluarga untuk
menginspeksi tanda-tanda infeksi di daerah genetalia seperti kemerahan,
kulit pecah-pecah, gatal dan keluar cairan tidak normal dengan respon :
keluarga mengerti dan mendengarkan dengan baik. Mengajarkan
39

keluarga untuk mendukung kemandirian dengan cara membantu hanya


ketika klien tak mampu melakukan perawatan diri dengan respon :
keluarga mengerti. Memberikan penyuluhan kesehatan pada klien dan
keluarga untuk rutin melakukan vulva hygiene di rumah. Untuk
melakukan vulva hygiene di rumah, klien diberi tahu dapat dilakukan
dengan air rebusan daun sirih dengan respon : klien dan keluarga
mendengarkan apa yang diinformasikan oleh perawat, dan akan
mempraktekannya di rumah.
5. Evaluasi (Evaluation)
Setelah penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah penulis susun, maka penulis melakukan
evaluasi. Evaluasi penulis lakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif dilakukan setiap penulis melakukan tindakan keperawatan.
Evaluasi sumatif penulis lakukan setiap hari. Evaluasi dari tindakan
keperawatan yang penulis lakukan sesuai dengan SOAP (subjektif,
objektif, assessment, dan planning).
Evaluasi dari implementasi yang penulis lakukan pada tanggal 18
April 2017 adalah S : klien mengatakan belum bisa melakukan perawatan
kebersihan diri mandi dan vulva hygiene secara mandiri, karena masih
lemas dan nyeri sehingga aktivitasnya dibantu suami dan ibu terutama
untuk aktivitas kebersihan dirinya. O : klien terlihat lemah dan hanya
berbaring di tempat tidur. Pada pengkajian aktivitas dan latihan mandi
didapatkan skala 4 yaitu dibantu total ditandai dengan klien tidak mampu
membasuh tubuh termasuk daerah perineum, mengakses kamar mandi,
mengambil perlengkapan mandi, mengatur air mandi, mengeringkan
tubuh, mendapatkan sumber air, dan tidak mampu membersihkan tubuh
termasuk perineum. A : Masalah defisit perawatan diri mandi : vulva
hygiene berhubungan dengan kelemahan belum teratasi dengan kriteria
hasil : masuk dan keluar dari kamar mandi (skala akhir 1), mencuci badan
bagian atas (skala akhir 1), mencuci badan bagian bawah (skala akhir 1),
membersihkan area perineum (skala akhir 1), mengeringkan badan (skala
40

akhir 1). P : Maka dari itu penulis akan melanjutkan intervensi pada
tanggal 19 April 2017 yaitu : berikan bantuan sampai klien mampu
melakukan perawatan diri secara mandiri, bantu klien membersihkan
perineum, dorong kemandirian klien, tapi bantu ketika klien tak mampu
melakukannya.
Evaluasi dan implementasi yang penulis lakukan pada tanggal 19
April 2017 adalah S : klien mengatakan sudah mencoba mandi dan vulva
hygiene sendiri, tapi terkadang meminta bantuan keluarga untuk bagian
yang tidak terjangkau oleh mata. O : klien terlihat sudah dapat duduk dan
melakukan perawatan kebersihan diri mandi dan vulva hygiene di tempat
tidur dengan bantuan keluarga. Pada aktivitas dan latihan mandi
didapatkan skala 2 yaitu dibantu orang lain ditandai dengan klien dibantu
ibu dalam membasuh tubuh termasuk daerah perineum, mengakses kamar
mandi, mengambil perlengkapan mandi, mengatur air mandi,
mengeringkan tubuh, mendapatkan sumber air, dan membersihkan tubuh
termasuk perineum. A : Masalah defisit perawatan diri mandi: vulva
hygiene berhubungan dengan kelemahan teratasi sebagian dengan kriteria
hasil : masuk dan keluar dari kamar mandi (skala akhir 3), mencuci badan
bagian atas (skala akhir 3), mencuci badan bagian bawah (skala akhir 3),
membersihkan area perineum (skala akhir 3), mengeringkan badan (skala
akhir 3). P : Maka dari itu penulis akan melanjutkan intervensi pada
tanggal 20 April 2017 yaitu : Dorong kemandirian klien, tapi bantu ketika
klien tak mampu melakukannya.
Evaluasi dan implementasi yang penulis lakukan pada tanggal 20
April 2017 adalah S : Klien mengatakan sudah mampu melakukan
perawatan kebersihan diri mandi dan vulva hygiene secara mandiri. Klien
juga mengatakan sudah mengetahui cara membersihkan daerah genetalia
yang benar. O : klien terlihat sudah dapat melakukan perawatan
kebersihan diri mandi di tempat tidur dan sudah mampu berjalan ke kamar
mandi untuk membersihkan daerah genetalianya. Klien terlihat bersih dan
rapi. Pada aktivitas dan latihan mandi didapatkan skala 0 yaitu mandiri
41

ditandai dengan klien mampu melakukan secara mandiri dalam membasuh


tubuh termasuk daerah perineum, mengakses kamar mandi, mengambil
perlengkapan mandi, mengatur air mandi, mengeringkan tubuh,
mendapatkan sumber air, dan membersihkan tubuh termasuk perineum. A:
masalah defisit perawatan diri mandi: vulva hygiene berhubungan dengan
kelemahan teratasi dengan kriteria hasil : masuk dan keluar dari kamar
mandi (skala akhir 5), mencuci badan bagian atas (skala akhir 5), mencuci
badan bagian bawah (skala akhir 5), membersihkan area perineum (skala
akhir 5), mengeringkan badan (skala akhir 5). P : Pertahankan intervensi.
Evaluasi akhir dari tindakan keperawatan adalah klien mampu
melakukan perawatan diri mandi dan vulva hygiene secara mandiri. Dari
data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah defisit perawatan
diri mandi : vulva hygiene berhubungan dengan kelemahan pada Ny. I
teratasi.

B. PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan atau proses kesenjangan yang
terjadi antara teori dengan kondisi kenyataan yang terjadi pada kasus.
Laporan kasus yang penulis paparkan yaitu : asuhan keperawatan defisit
perawatan diri mandi : vulva hygiene pada Ny. I post sectio caesarea Indikasi
Gemelli hari ke-1 di ruang flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto yang penulis lakukan dari tanggal 18 sampai 20 April 2017, yang
meliputi tahap pengkajian, perumusan masalah, perencanaan, pelaksanaan
serta evaluasi yang berkaitan dengan diagnosa defisit perawatan diri mandi :
vulva hygiene berhubungan dengan kelemahan fisik.
1. Pengkajian (Assesment)
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 18 April 2017 pukul
14.00 WIB. Selama melakukan pengkajian penulis tidak mengalami
kesulitan karena perawat dan keluarga dapat bekerjasama dan memberikan
informasi mengenai kondisi klien dengan jelas. Penulis melakukan
42

pengumpulan data dengan menggunakan metode wawancara, observasi,


dan pemeriksaan fisik.
a. Biodata Klien (Biographic Information)
Biodata klien yang telah penulis kaji antara lain nama, umur,
alamat, pekerjaan, pendidikan terakhir, suku bangsa, nomor rekam
medis, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis. Tujuan
penulis mengkaji identitas klien adalah untuk mempermudah penulis
dalam mengenal dan memahami latar belakang klien sehingga dalam
melakukan tindakan keperawatan dapat berjalan dengan lancar.
Pengkajian yang penulis lakukan sudah sesuai dengan teori menurut
Handini (2010) yang mengemukakan bahwa pengkajian pada klien
post sectio caesarea meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku /
bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian, no. register, dan diagnosa medik.
b. Riwayat keperawatan (Nursing History)
Pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 18 April 2017
memperoleh data bahwa keluhan yang dirasakan adalah klien belum
bisa melakukan perawatan kebersihan diri secara mandiri karena
masih lemas dan nyeri setelah menjalani operasi, sehingga
aktivitasnya dibantu keluarga terutama untuk aktivitas kebersihan
dirinya. Saat dikaji klien terlihat lemah dan hanya berbaring di tempat
tidur. Klien juga mengatakan belum tahu bagaimana membersihkan
daerah genetalia yang benar. Pernyataan ini sesuai dengan teori
menurut Herdman (2015), yang menyatakan bahwa faktor yang dapat
menyebabkan munculnya defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene
pada post sectio caesarea antara lain kelemahan dan nyeri.
Riwayat kesehatan yang telah penulis kaji meliputi riwayat
kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan
keluarga, riwayat ante natal care, dan riwayat persalinan. Pengkajian
yang penulis lakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi
mengenai riwayat kesehatan klien yang dapat mempengaruhi keadaan
43

klien saat ini, jika pengkajian dilakukan secara tidak lengkap dapat
menimbulkan suatu masalah yang dapat berakibat fatal. Penulis telah
melakukan pengkajian riwayat kesehatan yang sesuai dengan teori
Hidayat (2008) bahwa pengkajian riwayat kesehatan pada post partum
meliputi riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan dahulu,
riwayat ante natal care, dan riwayat persalinan baik sebelumnya
ataupun saat ini. Hasil pengkajian yang diperoleh menunjukan bahwa
tidak ada riwayat persalinan sebelumnya, karena ini merupakan
persalinan yang pertama bagi klien.
Pada data riwayat kesehatan sekarang menyebutkan bahwa
indikasi dilakukannya sectio caesarea adalah indikasi janin yaitu
gemelli atau bayi kembar. Hali ini kurang sesuai dengan teori menurut
Prawirohardjo (2007) yang menyebutkan bahwa indikasi janin yang
dapat menyebabkan dilakukannya tindakan sectio caesarea adalah
kelainan letak dan gawat janin / fetal distress. Sedangkan menurut
Kasdu (2007), kelahiran kembar memiliki risiko terjadi komplikasi
yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Misalnya, lahir
premature atau lebih cepat pada waktunya. Seringkali terjadi
preeklampsia pada ibu yang hamil bayi kembar karena stress. Selain
itu bayi kembar pun dapat mengalami sungsang sehingga sulit untuk
dilahirkan secara alami. Hal ini diakibatkan janin kembar dan cairan
ketuban yang berlebihan sehingga membuat janin mengalami kelainan
letak. Disamping itu, adanya janin lebih dari satu dalam rahim
menyebabkan mereka harus saling berbagi tempat. Keadaan ini akan
mempengaruhi letak janin. Oleh karena itu pada kelahiran kembar
dianjurkan di rumah sakit karena kemungkinan sewaktu-waktu dapat
dilakukan tindakan operasi tanpa direncanakan.
Pengkajian pola fungsional Gordon yang dilakukan penulis
seperti pola persepsi kesehatan, pola nutrisi metabolik, pola eliminasi,
pola istirahat tidur, pola persepsi kognitif, pola konsep diri dan
koping, pola peran dan hubungan, pola reproduksi dan seksualitas,
44

pola koping dan stress, serta pola keyakinan dan nilai berfungsi secara
baik, tetapi pada pola aktivitas dan latihan, klien mengatakan tidak
dapat melakukan aktivitas secara mandiri terutama untuk aktivitas
kebersihan dirinya karena masih lemas dan nyeri setelah menjalani
operasi. Klien terlihat lemah dan hanya berbaring di tempat tidur.
Aktivitasnya dibantu suami dan ibu seperti makan, berpakaian,
bergerak/berpindah, turun bed, berjalan. Untuk aktivitas mandi, klien
dibantu total, sedangkan untuk toileting klien dibantu alat yaitu
kateter. Pernyataan diatas sesuai dengan pendapat dari Heldayani
(2014) bahwa masalah yang ditemukan pada post sectio caesarea
diantaranya nyeri akut, intoleransi aktivitas, terputusnya inkontinuitas
jaringan, resiko infeksi, defisit perawatan diri, dan ansietas. Hal ini
juga didukung oleh teori Simkin, Whalley, dan Keppler (2009) yang
menyatakan bahwa efek anastesi spinal pada klien post sectio
caesarea akan mengalami penurunan otot atau lemas pada ekstermitas
bawah sehingga dapat mengganggu aktivitas.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien meliputi keadaan
umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan head to toe: rambut, mata,
telinga, mulut, gigi, leher, paru-paru, payudara, abdomen, genetalia,
ekstermitas, dan kulit. Menurut Bobak, Lowdermilk, and Jensen
(2005) Pemeriksaan ini perlu dilakukan pada ibu post partum untuk
mengkaji kemajuan perubahan fisik yang terjadi pada masa
pascapartum selama tiga hari pertama, dan agar perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan yang kemudian digunakkan
sebagai pedoman untuk merencanakan keperawatan. Jika pemeriksaan
fisik tidak dilakukan maka dapat terjadi kesalahan terutama dalam
aktivitas yang seharusnya tidak dilakukan oleh klien. Pemeriksaan
fisik yang telah dilakukan sesuai dengan teori Reeder (2011), yang
menyebutkan bahwa pengkajian fisik pada pasca partum sectio
caesarea meliputi tanda-tanda vital, observasi pengeluaran lochea,
45

pengkajian fundus uterus, payudara, perineum, luka insisi,


pengamatan eliminasi dari kandung kemih dan usus, nutrisi, ambulasi,
kebersihan, dan penatalaksanaan nyeri. Pemeriksaan tersebut juga
didukung oleh teori menurut Potter and Perry (2005), bahwa
pemeriksaan head to toe merupakan peninjauan dari ujung rambut
sampai ujung kaki pada setiap sistem tubuh yang memberikan
informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat untuk
membuat penilaian klinis.
d. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada klien tanggal 18
April 2017 adalah pemeriksaan darah lengkap dengan hasil kadar
hemoglboin 10.9 g/dl, leukosit 16930 u/l, hematokrit 32%, eritrosit
3.6 /ul, trombosit 384000/ul, MCV 89.9 fl, MCH 30.5 pg/cell,
MCHC 34.0%, RDW 15.9%, MPV 9.1 fL. Pada hitung jenis kadar
basfoil 0.1%, eosinofil 0.1%, batang 0.8%, segmen 90.6%, limosit
5.6%, monosit 2.8%, PT 8.6 detik, APTT 35.5 detik. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan pada klien hanya didapatkan dari
pemeriksaan darah lengkap. Pernyataan diatas kurang sesuai dengan
teori menurut Mitayani (2011) yang menyatakan bahwa pemeriksaan
penunjang pada post sectio caesarea meliputi jumlah darah lengkap,
hemoglobin / hematokrit (hb / ht) : mengkaji perubahan dari kadar
pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan, dan urinalisis. Pada Ny. I pemeriksaan urinalisis tidak
dilakukan karena dokter tidak memberikan instruksi untuk melakukan
pemeriksaan urinalisis. Menurut Mansjoer Arif dkk (2010)
pemeriksaan urine dilakukan bertujuan untuk mencari kemungkinan
terdapatnya bakteri dalam urine seperti streptokokus.
2. Perumusan Masalah (Nursing Problem)
Perumusan masalah disusun berdasarkan data yang didapat pada
saat pengkajian. Dari pengkajian yang dilakukan, penulis memperoleh
data subjektif sebagai berikut klien mengatakan belum bisa melakukan
46

perawatan kebersihan diri secara mandiri karena masih lemas dan nyeri
setelah menjalani operasi. Sehingga segala aktivitasnya dibantu keluarga
terutama untuk aktivitas kebersihan dirinya. Klien juga mengatakan
belum tahu bagaimana membersihkan daerah genetalia yang benar.
Sedangkan pada data objektif klien terlihat lemah dan hanya berbaring di
tempat tidur. Pada pengkajian aktivitas dan latihan mandi didapatkan
skala 4 yaitu dibantu total ditandai dengan klien tidak mampu membasuh
tubuh termasuk daerah perineum, mengakses kamar mandi, mengambil
perlengkapan mandi, mengatur air mandi, mengeringkan tubuh,
mendapatkan sumber air, dan tidak mampu membersihkan tubuh
termasuk perineum.
Data tersebut sesuai dengan batasan karakteristik pada diagnosa
defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene menurut Herdman (2015)
yaitu ketidakmampuan membasuh tubuh termasuk daerah perineum,
ketidakmampuan mengakses kamar mandi, ketidakmampuan mengambil
perlengkapan mandi, ketidakmampuan mengatur (suhu atau aliran) air
mandi, ketidakmampuan mengeringkan tubuh, ketidakmampuan
mendapatkan sumber air, ketidakmampuan membersihkan tubuh / hygiene
termasuk perineum. Berdasarkan data tersebut yang kemudian dianalisa
sehingga dapat dirumuskan masalah keperawatan yaitu “Defisit
Perawatan Diri Mandi : Vulva Hygiene berhubungan dengan Kelemahan”.
Rumusan diagnosa tersebut telah sesuai dengan dengan teori menurut
Herdman (2015) menyebutkan faktor yang berhubungan dengan diagnosa
defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene antara lain ansietas, gangguan
fungsi kognitif, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular,
gangguan persepsi, kelemahan, kendala lingkungan, ketidakmampuan
merasakan bagian tubuh, ketidakmampuan merasakan hubungan spasial,
nyeri, dan penurunan motivasi.
47

3. Perencanaan (Plan)
Berdasarkan masalah yang ditemukan pada klien yaitu defisit
perawatan diri mandi : vulva hygiene maka penulis menyusun rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan dengan tujuan umumnya
adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan klien tidak terjadi infeksi puerpural serta dapat melakukan
perawatan diri secara mandiri dengan kriteria hasil NOC : Perawatan diri
dan indikator kemampuan untuk masuk dan keluar dari kamar mandi
(dari skala 1 menjadi 5), mencuci badan bagian atas (dari skala 1 menjadi
5), mencuci badan bagian bawah (dari skala 1 menjadi 5), membersihkan
area perineum (dari skala 1 menjadi 5), mengeringkan badan (dari skala 1
menjadi 5). Keterangan skala yang digunakan meliputi : 1) dibantu total,
2) dibantu alat dan orang lain, 3) dibantu orang lain, 4) dibantu alat, 5)
mandiri penuh.
Penetapan rencana tindakan keperawatan tersebut sudah sesuai
dengan teori Moorhead dkk (2016) yang menyatakan tujuan perencanaan
keperawatan pada klien dengan defisit perawatan diri mandi : vulva
hygiene adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien
tidak terjadi infeksi puerpural, serta dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri dengan Nursing Outcome Classification (NOC) yaitu
perawatan diri dengan rentang skala (skala 1-5: dibantu total, dibantu alat
dan orang lain, dibantu orang lain, dibantu alat, mandiri penuh). Kriteria
hasil yang diharapkan dari diagnosa defisit perawatan diri mandi : vulva
hygiene adalah kemampuan untuk masuk dan keluar dari kamar mandi,
mencuci badan bagian atas, mencuci badan bagian bawah, membersihkan
area perineum, dan mengeringkan badan.
Rencana tindakan keperawatan yang penulis susun untuk
mengatasi masalah defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene adalah
NIC bantuan perawatan diri dengan intervensinya sebagai berikut :
monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri (seperti mandi secara
teratur, mengganti pakaian, merawat perineum yang baik dan benar),
48

monitor kebutuhan klien terkait dengan alat-alat kebersihan diri (seperti


perlengkapan mandi, alas tempat tidur, dan pakaian bersih), berikan
bantuan sampai klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
(seperti mandi secara teratur, mengganti pakaian, merawat perineum
yang baik dan benar), dorong kemandirian klien, tapi bantu ketika klien
tak mampu melakukannya, ajarkan keluarga untuk mendukung
kemandirian dengan membantu hanya ketika klien tak mampu
melakukan perawatan diri. Selain itu NIC yang kedua yang penulis
lakukan adalah perawatan perineum dengan intervensinya yaitu bantu
klien membersihkan perineum, jaga agar area perineum tetap kering
(dilakukan dengan cara dikeringkan dengan handuk bersih atau tisu),
motivasi klien dan keluarga untuk bersihkan area perineum secara teratur
(saat mandi, setelah BAB atau BAK, bila pembalut terasa penuh, atau
setiap 3 sampai 4 jam sekali), berikan posisi yang nyaman saat perawatan
perineum (dorsal recumbent), dokumentasikan karakteristik cairan yang
keluar, instruksikan klien dan keluarga untuk menginspeksi tanda-tanda
yang tidak normal pada area perineum (seperti infeksi, kulit pecah-pecah,
gatal, cairan yang tidak normal).
Perencanaan yang dilakukan penulis diatas sesuai dengan teori
Bulechek dkk (2016) bahwa rencana tindakan untuk mengatasi defisit
perawatan diri mandi : vulva hygiene yaitu NIC perawatan diri dengan
intervensi monitor kemampuan perawatan diri secara mandiri, monitor
kebutuhan klien terkait dengan alat-alat kebersihan diri, berikan bantuan
sampai klien mampu melakukan perawatan diri secara mandiri, dorong
kemandirian klien, tapi bantu ketika klien tak mampu melakukannya,
ajarkan orangtua / keluarga untuk mendukung kemandirian dengan
membantu hanya ketika klien tak mampu melakukan perawatan diri. NIC
perawatan perineum dengan intervensi bantu klien membersihkan
perineum, jaga agar area perineum tetap kering, bersihkan area perineum
secara teratur, berikan posisi yang nyaman saat perawatan perineum,
dokumentasikan karakteristik cairan yang keluar, instruksikan klien dan
49

orang terdekat untuk menginspeksi tanda-tanda yang tidak normal pada


area perineum (seperti infeksi, kulit pecah-pecah, gatal, cairan yang tidak
normal).
4. Pelaksanaan (Implementation)
Pelaksanaan yang telah penulis lakukan pada Ny. I selama tiga hari
sudah sesuai dengan intervensi yang telah penulis tetapkan berdasarkan
teori Bulechek dkk (2016) bahwa tindakan yang dilakukan meliputi
memonitor kemampuan dan tingkat kekurangan klien dalam memenuhi
kebutuhan perawatan diri yang bertujuan untuk mengkaji sejauh mana
klien mampu untuk merawat dirinya sendiri. Hal ini sesuai dengan teori
menurut Tarwoto dan Wartonah (2010) yang menyatakan bahwa dampak
yang dapat terjadi apabila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan
perawatan diri secara mandiri adalah dampak fisik dan dampak psikososial
antara lain gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut,
infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku, gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan harga diri, dan aktualisasi diri.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi dampak psikososial
diantaranya meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri, memberikan
dukungan, dorongan dan bantuan pada klien dalam merawat diri, serta
menciptakan lingkungan yang mendukung.
Memberikan bantuan perawatan diri mandi sampai klien mampu
melakukannya sendiri yang bertujuan untuk merangsang sirkulasi,
menyegarkan badan, dan menghilangkan kotoran. Tindakan yang penulis
lakukan diatas sudah sesuai dengan standar operasional prosedure (SOP)
yang ada. Hal ini juga didukung teori menurut Bahiyatun (2009) yang
menyatakan bahwa klien yang harus beristirahat di tempat tidur (misalnya
hipertensi, post sectio caesarea) harus dibantu mandi setiap hari dan
mencuci daerah perineum dua kali sehari dan setiap selesai eliminasi.
Meskipun ibu yang akan bersalin biasanya masih muda dan sehat, daerah-
daerah yang tertekan tetap memerlukan perhatian serta perawatan
protektif.
50

Memberikan bantuan kepada klien dengan membersihkan daerah


perineum sesuai dengan standar operasional prosedure (SOP) yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan
genetalia, dan meningkatkan kenyamanan. Hal ini sesuai dengan teori
Hidayat (2008) bahwa vulva hygiene adalah suatu tindakan memelihara
kebersihan dan kesehatan organ eksternal genetalia wanita, tindakan ini
dilakukan pada klien yang tidak mampu membersihkan vulva sendiri.
Pernyataan diatas juga didukung oleh teori Johnson dan Taylor (2005)
yang menyatakan bahwa membersihkan vulva merupakan prosedur yang
dilakukan pada ibu yang berada pada periode pascanatal awal, terutama
setelah sectio caesarea atau persalinan menggunakan alat.
Memberikan posisi yang nyaman (dorsal recumbent) saat
perawatan perineum. Tindakan yang dilakukan penulis diatas sudah sesuai
dengan teori menurut Darlina (2014) yang menyatakan bahwa posisi
dorsal recumbent adalah posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut
flexi (ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan
untuk merawat dan memeriksa genetalia serta pada proses persalinan, hal
tersebut bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan klien pada saat
perawatan perineum.
Mengajarkan pada klien dan keluarga cara perawatan perineum
yang benar yaitu dibersihkan dari arah depan ke belakang, menjaga agar
perineum tetap kering dengan cara dilap dengan handuk setelah
membersihkan perineum dan memberikan perawatan perineum secara
teratur. Hal ini sesuai dengan teori Swiyoga (2004) yang menyatakan
bahwa vulva hygiene yang dilakukan dengan benar dapat menghindarkan
ibu dari infeksi. Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada
saluran kandung kencing ataupun jalan lahir yang dapat berakibat pada
munculnya komplikasi infeksi kandung kencing maupun infeksi pada jalan
lahir.
51

Pernyataan diatas didukung oleh teori Aisyah (2010) yang


menyatakan bahwa perawatan perineum yang dianjurkan untuk ibu post
partum adalah membasuh perineum dengan air hangat setelah berkemih
dan buang air besar. Perineum harus dalam keadan kering dan dibersihkan
dari arah depan ke belakang. Ibu dianjurkan untuk membersihkan
perineum dan mengganti pembalut secara teratur yaitu setiap kali mandi,
setelah buang air besar atau kecil atau setiap tiga sampai empat jam sekali.
Hal ini penting untuk mempertahankan kebersihan karena pembalut dan
perineum yang lembab dapat menjadi tempat yang baik untuk
pertumbuhan bakteri. Menurut Hasyimi (2010) keadaan basah dan suasana
lembab adalah habitat yang baik bagi bakteri untuk hidup, karena bakteri
banyak tumbuh pada media yang tidak mendapatkan cahaya. Hasyimi juga
mengatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri
antara lain suhu, pH, pencahayaan, kelembaban, air, zat kimia dan
senyawa-senyawa kimia tertentu lainnya.
Penulis menggunakan air hangat pada saat tindakan vulva hygiene
dikarenakan menurut Dewi (2015) membersihkan vagina dengan air
hangat dapat memberi efek rileks, memperlancar peredaran darah dan
dapat menjaga keasamaan vagina, karena membersihkan vagina dengan
larutan desinfektan atau zat kimia yang lain dapat mengganggu flora
normal yang ada di vagina dan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri
lain yang menjadi penyebab terjadinya bacterial vaginosis. Iritasi pada
vagina juga bisa terjadi bila mencuci vagina menggunakan sabun yang
berlebihan, atau pun menggunakan larutan obat yang terlalu pekat.
Tindakan keperawatan lain yang dilakukan seperti memberikan
penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarga tentang mencuci tangan,
personal hygiene pada post sectio caesarea, dan penyuluhan kesehatan
tentang vulva hygiene dengan daun sirih di rumah. Penulis memberikan
penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarga tentang pentingnya
mencuci tangan terutama sebelum dan sesudah membersihkan daerah
genetalia karena menurut Maryunani (2016) mencuci tangan adalah suatu
52

hal yang tidak boleh terlupakan demi menjaga kebersihan dan kesehatan
diri pribadi serta mendidik keluarga menjadi disiplin dalam menjaga
kebersihan diri. Kemudian penulis memberikan penyuluhan kesehatan
kepada klien dan keluarga tentang personal hygiene pada post sectio
caesarea, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Setyowati
(2004) dalam Aisyah (2010) yang menyatakan bahwa perawat dapat
memberikan pendidikan kesehatan yang dibutuhkan ibu post partum
seperti pendidikan kesehatan tentang pentingnya menjaga personal
hygiene dan perawatan perineum (vulva hygiene) agar dapat membantu ibu
dalam mempertahankan kesehatannya dengan memberikan informasi dan
keterampilan yang tepat dan adekuat.
Memberikan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarga untuk
melakukan vulva hygiene di rumah. Untuk melakukan vulva hygiene di
rumah, klien diberi tahu dapat dilakukan dengan air rebusan daun sirih.
Berdasarkan hasil penelitian oleh Christiana & Kurniyanti (2014) dalam
Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada menyatakan bahwa Daun sirih
(Piper betle) mengandung kavikol yang bisa dimanfaatkan untuk
perawatan tradisional, diantaranya untuk mematikan kuman, antioksidasi,
fungisida dan anti jamur. Zat antiseptik daun sirih juga dapat digunakan
sebagai obat kumur, menjaga kesehatan alat kelamin wanita, mengatasi
bau badan dan mulut, sariawan, mimisan, gatal-gatal, mengobati keputihan
pada wanita, serta dapat memperbanyak air susu ibu (ASI) untuk ibu yang
baru melahirkan (Haniah, 2008). Daun sirih tersebut akan di ekstrak
dengan cara direbus selama 10, 15 dan 20 menit selanjutnya mengukur
kandungan kavikol yang ada dalam ekstrak daun sirih untuk digunakan
vulva hygiene pada ibu di rumah.
Implementasi telah penulis lakukan selama 3x24 jam, penulis dapat
melakukan semua tindakan yang telah direncanakan dan penulis tidak
menemukan kendala yang berarti karena klien dan keluarga sangat
kooperatif dan terbuka sehingga penulis tidak mengalami kesulitan saat
melakukan tindakan.
53

5. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi dalam laporan kasus ini dilakukan setiap hari dari tanggal
18 sampai 20 April 2017. Hasil evaluasi pada implementasi hari ketiga
adalah S : klien mengatakan sudah mampu melakukan perawatan
kebersihan diri mandi dan vulva hygiene secara mandiri. Klien juga
mengatakan sudah mengetahui cara membersihkan daerah genetalia yang
benar. O : klien terlihat sudah dapat melakukan perawatan kebersihan diri
mandi di tempat tidur dan sudah mampu berjalan ke kamar mandi untuk
membersihkan daerah genetalianya. Klien terlihat bersih dan rapi. Pada
aktivitas dan latihan mandi didapatkan skala 0 yaitu mandiri ditandai
dengan klien mampu melakukan secara mandiri dalam membasuh tubuh
termasuk daerah perineum, mengakses kamar mandi, mengambil
perlengkapan mandi, mengatur air mandi, mengeringkan tubuh,
mendapatkan sumber air, dan membersihkan tubuh termasuk perineum. A
: Masalah defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene berhubungan
dengan kelemahan fisik teratasi dengan indikator masuk dan keluar dari
kamar mandi (skala akhir 5), mencuci badan bagian atas (skala akhir 5),
mencuci badan bagian bawah (skala akhir 5), membersihkan area
perineum (vulva hygiene) (skala akhir 5), dan mengeringkan badan (skala
akhir 5). P : Pertahankan intervensi.
Hasil evaluasi akhir dari tindakan keperawatan adalah masuk dan
keluar dari kamar mandi (mandiri penuh), mencuci badan bagian atas
(mandiri penuh), mencuci badan bagian bawah (mandiri penuh),
membersihkan area perineum (vulva hygiene) (mandiri penuh), dan
mengeringkan badan (mandiri penuh). Evaluasi tersebut sesuai dengan
tujuan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan
defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene menurut Morhead dkk (2016)
yaitu klien dapat masuk dan keluar dari kamar mandi, mencuci badan
bagian atas, mencuci badan bagian bawah, membersihkan area peineum
(vulva hygiene), dan mengeringkan badan.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam
dengan menggunakan pendekatan keperawatan mulai dari pengkajian,
perumusan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi dengan
masalah defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene berhubungan dengan
kelemahan pada klien Ny. I dari tanggal 18 sampai 20 April 2017, maka
penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian yang penulis lakukan pada tanggal 18 April 2017
pada Ny. I post sectio caesarea Indikasi Gemelli hari ke-1 memperoleh
data subjektif bahwa klien mengatakan belum bisa melakukan
perawatan kebersihan diri secara mandiri, karena masih lemas dan
nyeri sehingga aktivitasnya dibantu keluarga terutama untuk aktivitas
kebersihan dirinya. Klien juga mengatakan belum tahu bagaimana
membersihkan daerah genetalia yang benar. Sedangkan pada data
objektif klien terlihat lemah dan hanya berbaring di tempat tidur. Pada
pengkajian pola aktivitas dan latihan didapatkan hasil yaitu pada
aktivitas mandi dengan skala 4 yaitu dibantu total ditandai dengan
klien tidak mampu membasuh tubuh termasuk daerah perineum,
mengakses kamar mandi, mengambil perlengkapan mandi, mengatur
air mandi, mengeringkan tubuh, mendapatkan sumber air, dan tidak
mampu membersihkan tubuh termasuk perineum. Riwayat kesehatan
saat ini adalah klien dilakukan operasi sectio caesarea atas indikasi
gemelli pada tanggal 18 April 2017 pada pukul 11.10 WIB dan selesai
pukul 12.00 WIB dengan anastesi spinal. Pada pemeriksaan fisik
genetalia didapatkan hasil genetalia klien kotor, utuh, rabas, terpasang
kateter dengan jumlah urine ± 1400 cc, terpasang pembalut dengan

54
55

lochea rubra jumlah ± 50 cc, berbau amis, dan tidak ada hemoroid
pada rectum. Pemeriksaan penunjang Ny.I didapatkan dari hasil darah
lengkap pada tanggal 18 April 2017 yaitu leukosit 16930 u/l,
hemoglobin 10.9 g/dl dan hematokrit 32%.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil dari pengkajian yang didapatkan sesuai
dengan batasan karakteristik dan faktor yang berhubungan maka
diagnosa keperawatan yang muncul yaitu defisit perawatan diri mandi
: vulva hygiene berhubungan dengan kelemahan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan klien
tidak terjadi infeksi puerpural, serta dapat melakukan perawatan diri
secara mandiri. Intervensi sudah didasarkan pada NOC : perawatan diri
dengan kriteria hasil klien dapat masuk dan keluar dari kamar mandi,
mencuci badan bagian atas, mencuci badan bagian bawah,
membersihkan area perineum, dan mengeringkan badan, dengan NIC
perawatan diri antara lain : monitor kemampuan perawatan diri secara
mandiri, monitor kebutuhan klien terkait dengan alat-alat kebersihan
diri, berikan bantuan sampai klien mampu melakukan perawatan diri
secara mandiri, dorong kemandirian klien, tapi bantu ketika klien tak
mampu melakukannya, ajarkan orangtua / keluarga untuk mendukung
kemandirian dengan membantu hanya ketika klien tak mampu
melakukan perawatan diri.
NIC perawatan perineum antara lain : bantu klien
membersihkan perineum, jaga agar area perineum tetap kering,
bersihkan area perineum secara teratur, berikan posisi yang nyaman
saat perawatan perineum, dokumentasikan karakteristik cairan yang
keluar, instruksikan klien dan orang terdekat untuk menginspeksi
tanda-tanda yang tidak normal pada area perineum (seperti infeksi,
kulit pecah-pecah, gatal, cairan yang tidak normal).
56

4. Implementasi
Implementasi yang penulis lakukan selama 3x24 jam yaitu
pada tanggal 18,19, dan 20 April 2017, efektif dapat diterima klien,
karena klien dan keluarga sangat kooperatif, sehingga memudahkan
penulis dalam melakukan implementasi seperti membantu klien dalam
memenuhi kebutuhan perawatan diri mandi dan vulva hygiene.
Implementasi sudah sesuai dengan perencanan yang penulis susun
sebelumnya pada hari pertama penulis memonitor kemampuan
perawatan diri secara mandiri, memberikan bantuan perawatan diri
mandi, memberikan bantuan perawatan perineum (vulva hygiene), dan
memberikan penyuluhan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang
cuci tangan. Pada hari kedua penulis memonitor kemampuan dan
tingkat kekurangan klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri,
memberikan bantuan kepada klien sesuai kebutuhan serta memberikan
penyuluhan kesehatan kepada klien dan keluarga tentang personal
hygiene pada post sectio caesarea. Pada hari ketiga penulis mengkaji
keluhan dan mengevaluasi tentang kemandirian klien dalam perawatan
kebersih diri mandi dan vulva hygiene serta memberikan penyuluhan
kesehatan tentang vulva hygiene dengan daun sirih di rumah.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi penulis lakukan disetiap tindakan dan setiap hari.
Pada hari terakhir tindakan didapatkan bahwa klien mengatakan sudah
mampu melakukan perawatan kebersihan diri mandi dan vulva hygiene
secara mandiri dan klien juga sudah mengetahui cara membersihkan
daerah genetalia yang benar. Dari data tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa masalah defisit perawatan diri mandi : vulva
hygiene berhubungan dengan kelemahan pada Ny. I teratasi.
57

B. Saran
Dari kesimpulan diatas penulis memberikan beberapa rekomendasi
untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan maternitas pada klien post
sectio caesarea yang mengalami defisit perawatan diri mandi : vulva
hygiene.
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan
kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama yang baik,
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan
yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi klien post sectio
caesarea yang mengalami defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene
sehingga klien tidak terjadi infeksi puerpural dan dapat melakukan
perawatan diri secara mandiri.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan perawat dapat mengkaji dasar pengetahuan ibu
mengenai perawatan dirinya sendiri dan bayinya, memberi pendidikan
kesehatan dan bimbingan antisipasi dengan tepat. Pengajaran dan
konseling penting dilakukan untuk meningkatkan perasaan kompeten
bagi ibu dalam merawat diri dan bayinya. Anggota keluarga juga
dilibatkan dalam pengajaran. Perawat mengevaluasi secara kontinu dan
siap mengubah rencana jika ada indikasi.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan
sehingga dapat menghasilkan perawat yang bermutu, professional,
inovatif, terampil sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan
yang lebih baik. Selain itu diharapkan untuk menambah referensi buku
di perpustakaan Prodi DIII Keperawatan Purwokerto sehingga
memudahkan mahasiswa dalam membuat tugas, makalah dan lain
sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah. (2010). Pengaruh Pemberian Paket Pendidikan Kesehatan Perawatan


Ibu Nifas (PK-PIN) Yang Dimodifikasi Terhadap Pengetahuan, Sikap
Dan Perilaku Ibu Postpartum Primipara Dalam Merawat Diri Di
Palembang. Tesis tidak dipublikasikan. Depok: Fakultas Ilmu
Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan.

Ambarwati & Eny R. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha


Medika.

Ambarwati, E. (2008). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendekia.

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

Bobak, Lowdemik & Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi 4.
Jakarta: EGC.

Bulechek, G. M., Howard, K. B., Joanne, M. & Cheryl, M. (2016b). Nursing


Interventions Classification (NIC). 6th Edition. Missouri: Elsevier
Mosby.

Carpenito. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC.

Christiana, A. & Mizam, A. K. (2014). Efektifitas Air Rebusan Daun Sirih Dalam
Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Media Husada. (Online), Vol 02. No 02,
(http://www.widyagamahusada.ac.id, diakses pada tanggal 26 Januari
2017).

Cunningham G. F., Leveno K. J., Bloom S. L., Hauth J. C., Rouse D. J. & Spong
C. Y. (2013). Obstetri William, Edisi 23. Jakarta: EGC.
Darliana & Devi. (2014). Kebutuhan Aktivitas dan Mobilisasi. Banda Aceh:
Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala.

Desmawati. (2011). Intervensi Keperawatan Maternitas pada Asuhan


Keperawatan Perinatal. Jakarta: Trans Info Media.

Dewi, R, S. (2011). Determinan Status Higienitas Genetalia Mahasiswi Di


Unniversitas Wilayah Depok. Tesis tidak dipublikasikan. Depok:
Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan
Depok.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2011). Angka Kejadian Sectio Caesarea.
Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (Online),
(http://akbid.adila.ac.id, diakses pada tanggal 15 Desember 2016).

Djaelani, R, A. (2013). Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian Kualitatif.


Jurnal Penelitian. Vol: XX, No: 1, Maret 2013. (Online), (http://e-
journal.ikip-veteran.ac.id, diakses pada tanggal 22 Desember 2016).

Elmeida., Ika, F. & Siska, F. (2014). Keterampilan Dasar Kebidanan 1. Jakarta:


Trans Info Media.

Farrer, H. (2010). Perawatan maternitas. Jakarta : EGC.

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan


dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta: Salemba.

Handini, P. (2010). Format Pengkajian Post Partum. Poltekkes Kemenkes


Tanjungkarang : Program Studi Keperawatan Kota Bumi. (Online),
(https://www.academia.edu, diakses pada tanggal 28 Januari 2017).

Haniah, M. (2008). Isolasi Jamur Endofit Dari Daun Sirih (Piper Betle L.)
Sebagai AntiMikroba Terhadap Escherichia coli, Sthapylococcus
aureus, dan Candida albicans. SKRIPSI tidak dipublikasikan. Malang
: Universitas Islam Negeri Malang.

Hasyimi, Drs. H. M. (2010). Mikrobiologi dan Parasitologi Untuk Mahasiswa


Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.

Heldayani, R. (2014). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Ibu


Dengan Pre Op Sectio Caesarea. KTI tidak dipublikasikan. Banjarbaru:
Poltekkes Banjarmasin.

Herdman, T. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017


Edisi 10. Jakarta: EGC.

Hidayat. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan. Jakarta:


Salemba Medika.

Imron, M. & Munif, A. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan Bahan


Ajar Untuk Mahasiswa, Cetakan Pertama. Jakarta: Sagung Seto.

Johnson, R. & Wendy T. (2005). Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC.

Kasdu, D. A (2007). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Jakarta :


Puspaswara

Mansjoer, A. (2010). Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media


Aesculapius

Manuaba, I.B.G., I.A. Chandranita Manuaba. & I.B.G. Fajar Manuaba. (2007).
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Maryunani, A. (2016). Manajemen Kebidanan Terlengkap. Jakarta: Trans Info


Media

Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.


Moorhead, S., Marion, J., Meridean, L. M. & Elizabeth, S. (2016). Nursing
Outcome Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan Edisi
Kelima. Missouri: Elsevier Global Rights.

Nurhayati. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Oswari, E. (2005). Bedah dan Perawatannya. Jakarta: Gaya Baru.

Oxorn, H. & William R. F. (2010). Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan.


Yogyakarta: Andi.

Potter, P. A. & Anne, G. P (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep


Proses, dan Praktik. Edisi 4. Volume 1. Ahli Bahasa : Yasmin Asih,
dkk. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S. (2007). Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi 4 Cetakan 11. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka.

Prawirohardjo, S. (2009). Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan 11. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka.

Reeder, S. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, &


Keluarga, Edisi 18. Jakarta: EGC.

Rekam Medis RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. (2016). Kejadian Sectio
Caesarea tahun 2016.
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan, Republik
Indonesia. (Online), (http://digilib.unimus.ac.id, diakses pada tanggal
15 Desember 2016).

Saleha, S. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba


Medika.

Sambas, E. K. (2016). Pengetahuan Ibu Post Partum Dengan Sectio Caesarea


Mengenai Perawatan Ibu Nifas Di Ruang I RSUD Dr. Soekardjo Kota
Tasikmalaya. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. (Online), Vol 16
No 01, (http://ejurnal.stikes-bth.ac.id, diakses pada tanggal 26 Januari
2017).

Saputra, P. (2013). Spinal Anastesi. (online),


(file:///c:/users/8.1/downloads/linnk/doctor_%20spinal%20anestesi%2
0syaraf%20syaraf.html, diakses pada tanggal 11 Januari 2017).

Saryono, (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Kesehatan. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Satyawati, A., Titik, A. & Mestuti, H. (2016). Studi Kualitatif Persepsi Ibu Nifas
Tentang Infeksi Masa Nifas. Kudus: Journal Of Midwifery And
Health. (Online), (http://akbidmr.ac.id, diakses pada tanggal 21
Desember 2016).

Setyowati. (2004). Pengaruh Pemberian Paket Pendidikan Kesehatan Perawatan


Ibu Nifas (PK-PIN) terhadap kemampuan merawat diri dan kepuasan
ibu post partum di RS panti Rapih Yogyakarta. Tesis tidak
dipublikasikan.

Siahaan, J. (2015). Analisis Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Selama Masa


Nifas Di Wilayah Kerja Puskesmas Hilisataro Kecamatan Toma
Tahun 2015. Jurnal Akademi Kebidanan Sari Mutiara. Vol 1. No 11.
(Online), (http://sari-mutiara.ac.id, diakses pada tanggal 12 Januari
2017).

Simkin, Penny, Janet Whalley, Ann Keppler. (2008). Panduan Lengkap


Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi, Edisi Revisi. Jakarta: Arcan

Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi.

Sulistyawati, A. (2010). Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarata: Salemba


Medika.

Suwiyoga. (2004). Vulva Hygiene Masa Nifas. Jakarta: Graha Medika

Tarwoto dan Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Uliyah, M. & A. Aziz Alimul Hidayat. (2009). Keterampilan Dasar Praktik Klinik
untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Uliyah, M., Moh. Wildan., Surachmindari. & A. Aziz Alimul Hidayat. (2016).
Buku Ajar Keterampilan Dasar Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Vasra, E. (2016). Kebutuhan Dasar Manusia dan Keterampilan Dasar


Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media.

Wilkinson, J. M. & Ahern, N. R. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan,


Edisi 9. Jakarta: EGC.

Yugistyowati. (2013). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Masa Nifas Terhadap


Kemampuan Perawatan Mandiri Ibu Nifas Post Sectio Caesarea (SC).
Yogyakarta: Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia. (online), Vol. 1, No.
3:96-100, (http://ejournal.almaata.ac.id, diakses pada tanggal 10 Desember
2016).
Lampiran 1

ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI MANDI :


VULVA HYGIENE PADA NY. I DENGAN POST SECTIO CAESAREA
INDIKASI GEMELLI HARI KE-1 DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat Mata Kuliah Tugas Akhir

Pada Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

Oleh :

Alma Untara Agnesia Mumthahanah

P1337420214052

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2017
ASUHAN KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI MANDI :
VULVA HYGIENE PADA NY. I DENGAN POST SECTIO CAESAREA
INDIKASI GEMELLI HARI KE-1 DI RUANG FLAMBOYAN RSUD
PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

A. PENGKAJIAN
Nama : Alma Untara Agnesia Mumthahanah
NIM : P1337420214052
Tanggal Pengkajian : Selasa, 18 April 2017
Tempat : Ruang Flamboyan RSMS Purwokerto
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. I
Umur : 20 tahun
Alamat : Pageraji Rt 4 Rw 1 Cilongok
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pernikahan: Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Suku : Jawa
Diagnosa post partum : P1 A0 post SC dengan indikasi gemelli
No. RM : 02004763
Tanggal Masuk : 18 April 2017
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. A
Umur : 21 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Pageraji Rt 4 Rw 1 Cilongok
Pendidikan : STM
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan pasien: Suami

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan belum bisa melakukan perawatan kebersihan diri
secara mandiri karena masih lemas dan nyeri setelah menjalani
operasi. Sehingga segala aktivitasnya dibantu keluarga terutama
untuk aktivitas kebersihan dirinya. Pasien juga mengatakan belum
tahu bagaimana membersihkan daerah genetalia yang benar.
b. Keluhan Tambahan
Pasien mengatakan bagian perut ke bawah terasa kesemutan dan
tidak bisa digerakkan. Pasien juga mengatakan nyeri pada luka
jahitan operasi, nyeri semakin bertambah ketika bergerak.
P : Luka insisi post sectio caesarea
Q : Nyeri seperti tersayat – sayat
R : Perut bagian bawah luka jahitan post sectio caesarea
S : Skala nyeri 5
T : Sering, bertambah jika bergerak
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang rujukan dari Puskesmas II Cilongok dengan hamil bayi
kembar, usia kehamilan 26 minggu 3 hari, kencang-kencang terasa
sejak pukul 05.30 WIB, air ketuban (-), lendir darah (+) , pasien
hamil pertama belum cukup bulan. Bayi kembar presentasi kepala
dan kaki. Hari pertama haid terakhir (HPHT) pada tanggal 15
Oktober 2016 sedangkan perkiraan lahirnya (HPL) pada tanggal 22
Juli 2017. Riwayat ANC rutin dengan priksa ke bidan, riwayat
menstruasi teratur dengan lama menstruasi ±7 hari, pasien belum
pernah KB sebelumnya. Operasi sectio caesarea dilakukan pada
tanggal 18 April 2017 pukul 11.10 WIB dan selesai pukul 12.00 WIB
dengan anastesi spinal.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah melahirkan sebelumnya, ini adalah
kelahiran anak pertamanya. Pasien tidak pernah dirawat di rumah
sakit dan tidak pernah menjalani operasi. Pasien juga mengatakan
tidak mempunyai riwayat penyakit menurun seperti DM, TBC,
Hipertensi atau penyakit menurun lainnya.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat keturunan bayi
kembar, baik dari keluarga pasien maupun dari keluarga suami.
Keluarga pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
menjalani persalinan dengan operasi seperti yang dialami pasien.
Keluarga pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit
menurun seperti DM, TBC, dan Hipertensi.

3. Data Umum Kesehatan


a. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Trimester I : Pasien priksa ke bidan setiap 1 bulan sekali dengan
keluhan mual dan pusing.
Trimester II : Pasien priksa ke bidan setiap 1 bulan sekali dan
tidak ada keluhan.
Trimester III : Pasien belum memasuki trimester 3 karena pasien
dilakukan operasi sectio caesarea pada usia kehamilan 6 bulan.
b. Status Obstetrikus : P1 A0 post sectio caesarea hari ke 1
dengan indikasi gemelli.
c. Riwayat persalinan yang lalu : -
d. Riwayat Obstetrikus :
HPHT : 15 Oktober 2016
Umur menarche : 12 tahun
Siklus haid : 30 hari
Teratur/tidak : Teratur
Lamanya haid : ± 7 hari
Banyaknya haid : ± 4 kali ganti pembalut dalam sehari
Dysmenorrhea : Nyeri pada saat awal mulai haid
Riwayat KB : Belum pernah KB
Rencana KB : KB suntik
e. Riwayat persalinan sekarang
Tanggal/bulan/tahun : 18 April 2017
Jenis persalinan : Operasi Sectio Caesarea Trans Peritoneal
indikasi gemelli (preskep + preski)
Penolong : Dokter Obsgyn
PB/BB bayi : I = 34 cm/1000 gram
II = 36 cm/1100 gram
Lingkar kepala : I = 25 cm/ II = 25 cm
Lingkar dada : I = 22 cm/ II = 23 cm
APGAR Score : I = 4 – 5 -6
II = 3 – 4 - 5
Keadaan bayi : Prematur
Keadaan laktasi : ASI keluar sedikit
PPV : ± 50 cc

4. Data Post Natal


a. Payudara
1) Kondisi : Simetris, areola hiperpigmentasi, kenyal
2) Puting susu : Menonjol
3) ASI : Keluar sedikit
b. Fundus uterus
1) Tinggi : 2 jari dibawah pusat
2) Posisi : Tengah
3) Kontraksi : Keras
c. Lochea : Lochea rubra dengan jumlah ± 50 cc,
berwarna merah gelap, berbau amis
d. Perineum : Kotor, utuh, rabas, terpasang kateter
dengan jumlah urine ± 1400 cc, terpasang pembalut dengan lochea
rubra dengan jumlah ± 50 cc, berbau amis
e. Hemoroid : Tidak terdapat hemoroid
f. Varises : Kaki tidak ada varises
g. Homans sign : Hommans sign negatif
h. BAK : Terpasang kateter dengan jumlah urine ±
1400 cc, warna kuning kecoklatan berbau khas
i. BAB : Pasien mengatakan belum BAB setelah
operasi.
j. Personal hygiene : Pasien mengatakan selama di rumah sakit
mandi dan ganti pakaian 2 x sehari dibantu perawat dan keluarga.
Untuk ganti pembalut dilakukan ketika pasien mandi, BAK atau BAB,
serta jika pembalut sudah terasa penuh. Sedangkan untuk celana
dalam, pasien menggantinya setelah selesai mandi dan jika celana
dalam kotor terkena darah.
k. Pola tidur : Pasien mengatakan istirahat pasien sedikit
terganggu karena mengalami nyeri pada luka operasi.
l. Keadaan mental : Pasien masih dalam kondisi post partum
hari ke-1 dan pasien berada pada fase taking in, respon ibu terlihat
masih pasif dan bergantung. Kesehatan ibu tergantung pada tanggung
jawab orang lain untuk kebutuhan rasa nyaman, istirahat, makan dan
kedekatan hubungan keluarga dengan bayi baru lahir.
m. Asupan nutrisi : Pasien mengatakan saat ini tidak ada
gangguan dengan nafsu makan.

5. Pola Fungsional Gordon


a. Pola Persepsi Kesehatan
DS : Pasien mengatakan kesehatan itu penting. Jika pasien
merasakan keluhan pada kehamilannya langsung
memeriksannya ke bidan, pasien rutin menjalani
pemeriksaan kehamilan ke bidan terdekat.
DO : Pasien saat ini di rawat di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
DS : Pasien mengatakan bulan-bulan pertama saat hamil
merasa sering mual dan tidak nafsu makan, namun masalah
tersebut tidak berlangsung lama. Saat ini pasien
mengatakan tidak ada masalah dengan nafsu makan.
Makanan yang disediakan dari rumah sakit habis 1 porsi
dengan nasi, sayur, lauk pauk dan snack. Pasien minum
sekitar 6-8 gelas/hari.
DO : Pasien terlihat menghabiskan 1 porsi makan yang telah
disediakan oleh rumah sakit.
c. Pola Eliminasi
DS : Pasien mengatakan setelah melahirkan BAK
menggunakan kateter dan belum BAB setelah operasi.
DO : Pasien terpasang kateter dengan jumlah urine ± 1400 cc
dengan warna kuning kecoklatan berbau khas.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
DS : Pasien mengatakan tidak dapat melakukan aktivitas secara
mandiri terutama untuk aktivitas kebersihan dirinya karena
pasien masih lemas setelah menjalani operasi. Pasien juga
mengatakan nyeri jika untuk bergerak.
DO : Pasien terlihat lemah dan hanya berbaring di tempat
tidur, dibantu suami dan ibu dalam beraktivitas.
ADL 0 1 2 3 4 Keterangan Skala

Mandi √ 0 : mandiri
Makan √ 1 : dibantu alat
Berpakaian √ 2 : dibantu orang
lain
Toileting √ 3 : dibantu alat
dan orang lain
Bergerak/berpindah √ 4 : dibantu total
Turun bed √
Berjalan √

e. Pola Istirahat dan Tidur


DS : Pasien mengatakan sebelum dirawat di rumah sakit tidur
7-8 jam/hari. Saat dirawat di rumah sakit, istirahat pasien
sedikit terganggu karena mengalami nyeri pada bekas
operasi.
DO : Saat dikaji pasien tampak lesu.
f. Pola Persepsi dan Kognitif
DS : Pasien mengatakan belum tahu tentang pentingnya
menjaga personal hygiene (kebersihan diri) pada masa nifas serta
tidak tahu bagaimana cara membersihkan daerah genetalia yang baik
dan benar.
DO : Pasien terlihat bingung saat ditanya tentang cara
membersihkan daerah genetalia yang benar.
g. Pola Konsep Diri dan Koping
DS : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan ingin cepat
pulang. Pasien senang karena bisa melahirkan anak
pertamanya walaupun dengan operasi.
DO : Pasien kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan.
h. Pola Peran dan Hubungan
DS : Pasien mengatakan sekarang sudah menjadi ibu,
hubungan dengan suami dan keluarga baik tidak ada
masalah.
DO : Pasien terlihat ditemani oleh keluarganya dan banyak
kerabat serta tetangga yang menjenguknya.
i. Pola Reproduksi dan Seksualitas
DS : Pasien mengatakan sudah menikah 1 kali selama 8 bulan
dan ini merupakan kelahiran anak pertamanya. Pasien juga
mengatakan tidak ada masalah dalam hubungan seksualnya.
DO : Pasien berjenis kelamin perempuan. Saat ini pasien sudah
menikah dan sudah mempunyai anak.
j. Pola Koping dan Stress
DS : Pasien mengatakan bila ada masalah selalu
dimusyawarahkan dengan suami dan anggota keluarga.
DO : Pasien terlihat akrab dengan suami dan anggota
keluarganya.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
DS : Pasien mengatakan beragama islam, tetapi dengan
kondisinya saat ini pasien tidak bisa menjalankan ibadah
seperti biasanya.
DO : Pasien terlihat hanya tiduran di tempat tidur dan berdoa
untuk kesehatan diri dan bayinya.

6. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
GCS 15 = E: 4 M: 6 V: 5
TTV : TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 21 x/menit
S : 36 °C
BB sebelum hamil : 39 kg
BB setelah hamil : 42 kg
b. Pemeriksaan Head to Toe
Kepala : Mesochepal.
Rambut : Hitam, panjang, lurus, tidak rontok.
Mata : Simetris kanan kiri, konjungitva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, fungsi
pengelihatan baik.
Hidung : Simetris, tidak ada polip, fungsi penciuman
baik.
Telinga : Simetris, tidak ada serumen, fungsi
pendengaran baik.
Mulut dan Gigi : Mukosa lembab, tidak ada stomatitis,
bersih, tidak ada caries gigi.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid.
Dada : Simetris, tidak ada nyeri tekan.
Jantung : Teraba ictus cordis pada dada kiri ICS V,
bunyi jantung redup, irama reguler SI >S2,
tidak terdengar bunyi jantung tambahan.
Paru-paru : Terlihat dinding dada simetris, tidak ada
krepitasi, suara vesikuler, bunyi paru sonor,
serta tidak ada bunyi tambahan seperti
ronchi maupun wheezing.
Payudara : Simetris, keras, bersih, kedua puting susu
menonjol, tidak pecah-pecah, warna kulit
tidak kemerahan, tidak ada nyeri tekan. ASI
keluar sedikit.
Punggung : Tidak ada dekubitus/jejas.
Pinggang : Tidak ada kelainan
Abdomen :

 Supel, terdapat luka post sectio


caesarea di bagian bawah umbilicus
dan di atas simpisis pubis, panjang
luka ± 10 cm ditutup kasa, tidak ada
rembesan di sekitar luka.
 Ada nyeri tekan, TFU 2 jari di bawah
pusat, terdengar bising usus ±15 x/m
 Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti
kemerahan, bengkak, dan perubahan
fungsi.

Ekstermitas : Atas : Tidak ada edema, terpasang


infus RL dilengan kiri.

Bawah : Tidak ada edema, tidak ada


varises, reflek patela (+), Homans sign (-)

Kekuatan otot 4 4
3 3

Kulit : Turgor kulit cukup, akral hangat, warna


kulit sawo matang, tidak ada dermatitis,
capillary reffil < 2 detik.
Genetalia : Kotor, utuh, rabas, terpasang kateter
dengan jumlah urine ± 1400 cc , terpasang
pembalut dengan lochea rubra jumlah ± 50
cc, berbau amis, Tidak ada hemoroid pada
rectum.

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hematologi pada tanggal 18 April 2017

Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal


Darah lengkap
Hemoglobin L 10.9 g/dl 11.7 – 15.5
Leukosit H 16930 U/L 3600 – 11000
Hematokrit L 32 Θ 35 – 47
Eritrosit L 3.6 10^6/uL 3.8 – 5.2
Trombosit 384.000 /uL 150.000 –
440.000
MCV 89.9 fL 80 – 100
MCH 30.5 pg/cell 26 – 34
MCHC 34.0 Θ 32 – 36
RDW H 15.9 Θ 11.5 – 14.5
MPV 9.1 fL 9.4 – 12.3
Hitung jenis
Basofil 0.1 Θ 0–1
Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal

Eosinofil L 0.1 Θ 2–4


Batang L 0.8 Θ 3–4
Segmen H 90.6 Θ 50 – 70
Limfosit L 5.6 Θ 25 – 40
Monosit 2.8 Θ 2–8
PT L 8.6 Detik 9.3 – 11.4
APTT 35.5 Detik 29.0 – 40.2

8. Therapy
Ketorolac 2x1 amp (intravena)
Adfer 2x1 Tab (oral)
Klindamisin 2x30 mg (oral)
Asam Mefenamat 2x50 mg (oral)

B. ANALISA DATA
No Data Fokus Etiologi Problem

1. DS : Pasien mengatakan belum bisa melakukan Kelemahan Defisit


perawatan kebersihan diri secara mandiri fisik perawatan
karena masih lemas dan nyeri setelah diri mandi:
menjalani operasi. Sehingga segala vulva
aktivitasnya dibantu keluarga terutama untuk hygiene
aktivitas kebersihan dirinya. Pasien juga
mengatakan belum tahu bagaimana
membersihkan daerah genetalia yang benar.

DO : Pasien terlihat lemah dan hanya berbaring di


tempat tidur. Pada pengkajian aktivitas dan
latihan mandi didapatkan skala 4 yaitu dibantu
total ditandai dengan pasien tidak mampu
membasuh tubuh termasuk daerah perineum,
mengakses kamar mandi, mengambil
perlengkapan mandi, mengatur air mandi,
mengeringkan tubuh, mendapatkan sumber air,
dan tidak mampu membersihkan tubuh
termasuk perineum.
No Data Fokus Etiologi Problem

2. DS : Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan Agen injury Nyeri akut
operasi terlebih jika untuk bergerak dan fisik
beraktivitas

DO : Ekspresi wajah pasien tampak menahan nyeri


P : Luka insisi post operasi sectio caesarea
Q : Nyeri seperti tersayat-sayat
R : Perut bagian bawah luka jahitan post
operasi sectio caesarea
S : Skala nyeri 5
T : Sering, bertambah jika bergerak

3. DS : Pasien mengatakan bagian perut ke bawah Nyeri Hambatan


terasa kesemutan dan tidak bisa digerakkan, mobilitas
pasien juga mengatakan nyeri jika untuk fisik
bergerak dan beraktivitas

DO : Pasien terlihat lemah dan hanya berbaring di


tempat tidur.

ADL 0 1 2 3 4

Mandi √
Makan √
Berpakaian √
Toileting √
Bergerak/berpindah √
Turun bed √
Berjalan √

Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu alat dan orang lain
4 : dibantu total
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

D. INTERVENSI

Tgl/Jam Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

18/04/2017 I Setelah dilakukan tindakan NIC : Bantuan Perawatan


15.00 WIB keperawatan 3x24 jam diharapkan Diri
tidak terjadi infeksi puerpural dan 1. Monitor kemampuan
pasien dapat melakukan perawatan diri secara
perawatan diri secara mandiri mandiri
dengan kriteria hasil : 2. Monitor kebutuhan
pasien terkait dengan
NOC : Perawatan diri alat-alat kebersihan
Indikator Awal Tujuan diri
Masuk dan 3. Berikan bantuan
keluar dari 1 5 sampai pasien mampu
kamar mandi melakukan perawatan
Mencuci diri secara mandiri
badan bagian 1 5 4. Dorong kemandirian
atas pasien, tapi bantu
Mencuci ketika pasien tak
badan bagian mampu
1 5 melakukannya
bawah
5. Ajarkan orangtua /
keluarga untuk
Membersihkan
mendukung
area perineum
1 5 kemandirian dengan
(vulva
membantu hanya
hygiene)
ketika pasien tak
Mengeringkan mampu melakukan
1 5
badan. perawatan diri

NIC : Perawatan
Keterangan Perineum
1: Dibantu total 1. Bantu pasien
2 : Dibantu alat dan orang lain membersihkan
3 : Dibantu orang lain perineum
4 : Dibantu alat 2. Jaga agar area
5 : Mandiri penuh perineum tetap kering
Tgl/Jam Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

3. Bersihkan area
perineum secara
teratur
4. Berikan posisi yang
nyaman saat
perawatan perineum
5. Dokumentasikan
karakteristik cairan
yang keluar
6. Instruksikan pasien
dan orang terdekat
untuk menginspeksi
tanda-tanda yang
tidak normal pada
area perineum (seperti
infeksi, kulit pecah-
pecah, gatal, cairan
yang tidak normal)

18/04/2017 II Setelah dilakukan tindakan NIC : Manajemen Nyeri


15.00 WIB keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan pengkajian
diharapkan nyeri dapat berkurang nyeri secara
dengan kriteria hasil : komperhensif yang
meliputi lokasi,
NOC : Tingkat nyeri karakteristik,
Indikator Awal Tujuan durasi,frekuensi,
Nyeri yang kualitas.
3 5 2. Observasi reaksi
dilaporkan
Ekspresi nonverbal dari
wajah tidak 3 5 ketidaknyamanan
biasa 3. Berikan informasi
Istirahat 3 5 mengenai nyeri,
Tekanan seperti penyebab
4 5 nyeri, berapa lama
darah
nyeri akan dirasakan,
Keterangan : dan antisipasi dari
1 : Berat ketidaknyamanan
2 : Cukup berat akibat prosedure.
3 : Sedang 4. Kendalikan faktor
4 : Ringan lingkungan yang
5 : Tidak ada dapat mempengaruhi
pasien terhadap
ketidaknyamanan
Tgl/Jam Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

5. Ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologi
6. Berikan individi
penurun nyeri yang
optimal dengan
peresepan analgetik
7. Dukung istirahat/tidur
yang adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri.

NIC :
Manajemen lingkungan:
Kenyamanan
1. Ciptakan lingkungan
yang tenang dan
mendukung
2. Sediakan lingkungan
yang aman dan bersih
3. Pertimbangkan
sumber-sumber
ketidaknyamanan
seperti (balutan
lembab, balutan
tertekan, sprei kusut,
maupun lingkungan
yang mengganggu)
4. Fasilitasi tindakan-
tindakan kebersihan
untuk menjaga
kenyamanan individu
(misalnya,
membersihkan badan
dan genetalia)
5. Posisikan pasien
untuk memfasilitasi
kenyamanan
(misalnya,
keselarasan tubuh,
sokong dengan
bantal, imobilisasi
bagian tubuh yang
nyeri)
Tgl/Jam Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

18/04/2017 III Setelah dilakukan tindakan NIC : Terapi latihan


15.00 WIB keperawatan selama 3x24 jam Mobilitas (Pergerakan)
diharapkan tidak terjadiSendi
hambatan mobilitas fisik dengan 1. Jelaskan pada pasien
kriteria hasil : dan keluarga manfaat
melakukan latihan
NOC : Pergerakan sendi
Indikator Awal Tujuan 2. Monitor lokasi, dan
Keseimbangan 3 5 kecenderungan
Berjalan 2 5 adanya nyeri dan
Bergerak 2 5 ketidaknyamanan
dengan mudah selama
pergerakan/aktivitas
Keterangan : 3. Bantu untuk
1 : Sangat terganggu melakukan
2 : Banyak terganggu pergerakan sendi
3 : Cukup terganggu yang ritmis dan
4 : Sedikit terganggu teratur sesuai kadar
5 : Tidak terganggu nyeri
4. Bantu pasien
mendapatkan posisi
tubuh yang optimal
untuk pergerakan
sendi pasif maupun
aktif
5. Lakukan latihan
ROM pasif atau
ROM dengan bantuan
6. Dukung pasien untuk
duduk di tempat
tidur, di samping
tempat tidur, atau di
kursi sesuai toleransi
7. Dukung ambulasi jika
memungkinkan

NIC : Terapi latihan :


Ambulasi
1. Sediakan tempat tidur
yang berketingian
rendah
Tgl/Jam Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

2. Bantu pasien untuk


perpindahan, sesuai
kebutuhan
3. Bantu pasien untuk
berdiri dan ambulasi
dengan jarak tertentu
4. Monitor penggunaan
kruk atau alat bantu
berjalan lainnya.
E. IMPLEMENTASI

Tgl/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf

18/04/2017
14.00 I,II,III  Mengobservasi  KU : sedang, kesadaran
keadaan umum pasien composmentis, GCS : 15

14. 10
I  Mengkaji keluhan  Pasien mengatakan
pasien belum bisa melakukan
perawatan kebersihan
diri secara mandiri
karena masih lemas dan
nyeri setelah menjalani
operasi, sehingga
aktivitasnya dibantu
keluarga terutama dalam
hal kebersihan dirinya.
Pasien juga mengatakan
belum tahu bagaimana
membersihkan daerah
genetalia yang benar.

I,II,III  
14.20 Mengukur TTV TD : 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 21 x/m
S : 36 °C

14.30
I  Mengkaji keadaan fisik  Pada pemeriksaan
pasien genetalia/perineum
didapatkan genital pasien
kotor, utuh, rabars,
terpasang kateter,
terpasang pembalut
dengan lochea rubra ±
25 cc, berbau amis.

14.40  Mengkaji nyeri secara  Pasien mengatakan nyeri


II
komperhensif meliputi pada luka jahitan post
lokasi, karakteristik, operasi
durasi, frekuensi, P: Luka insisi post
kualitasm intensitas, operasi sectio caesarea
atau keparahan nyeri Q: Nyeri seperti tersayat-
(P, Q, R, S T) melalui sayat
verbal dan non verbal
Tgl/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf

R: Perut bagian bawah


luka jahitan post operasi
sectio caesarea
S: Skala nyeri 5
T: Sering, bertambah jika
bergerak

14.50 II  Mengobservasi reaksi  Pasien terlihat menahan


nonverbal dari nyeri
ketidaknyamanan

14.55 III  Menentukan tipe  Pasien menggunakan


anastesi anastesi spinal

15.00 III  Menjelaskan pada  Pasien dan keluarga


pasien dan keluarga mendengarkan
manfaat melakukan
latihan sendi

15.10 III  Memonitor lokasi nyeri  Lokasi nyeri di perut


dan ketidaknyamanan bagian bawah
selama
pergerakan/aktivitas

 Membantu pasien  Pasien menggerakan


15.15 III melakukan pergerakan sendi dengan dibantu
sendi dengan teratur perawat
sesuai kadar nyeri

 Memonitor  Pasien belum bisa


15.25 I kemampuan perawatan melakukan perawatan
diri secara mandiri diri secara mandiri
sehingga dibantu perawat
dalam memenuhi
kebutuhan perawatan diri
mandi dan vulva hygiene

 Memonitor kebutuhan  Kebutuhan terkait alat-


15.30 I
pasien terkait peralatan alat kebersihan diri
untuk personal hygiene disediakan oleh keluarga
mandi dan vulva seperti sabun dan waslap
hygiene
Tgl/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf

15.35 I  Memberikan bantuan  Pasien mengatakan


perawatan diri (mandi) bersedia untuk dibantu
mandi di tempat tidur

16.00 I  Memberikan bantuan  Pasien mengatakan


perawatan perineum bersedia untuk dilakukan
(vulva hygiene) vulva hygiene
16.20 I
 Mendokumentasikan  Lochea rubra berwarna
karakteristik cairan merah gelap, berbau amis
yang keluar dengan jumlah ± 50 cc

16.15 I  Memberikan  Pasien dan keluarga


penyuluhan kesehatan mengerti serta dapat
kepada pasien dan mendemonstrasikan cara
keluarga tentang cuci cuci tangan 6 langkah
tangan. Terutama yang benar
sebelum dan sesudah
melakukan vulva
hygiene

17.00 II  Memberikan injeksi  Injeksi masuk lewat


ketorolac 30 mg selang intravena

17.10 III  Membantu pasien  Pasien mengikuti anjuran


miring kanan dan kiri perawat
sesuai kemampuan
pasien

17. 30 II  Mengendalikan faktor  Pasien dan keluarga


lingkungan yang dapat kooperatif
mempengaruhi
ketidaknyamanan
dengan membatasi
pengunjung

19.00 I,II,III  Memotivasi pasien  Pasien kooperatif


minum obat

19.30 II  Menganjurkan pasien  Pasien kooperatif


untuk istirahat
Tgl/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf

19/04/2017
I,II,III  Memonitor KU pasien  KU pasien sedang,
05.00
kesadaran composmentis,
GCS : 15

05.10 I  Mengkaji keluhan dan  Pasien mengatakan masih


kemampuan perawatan lemas dan nyeri sehingga
diri secara mandiri belum bisa melakukan
perawatan diri mandi dan
vulva hygiene secara
mandiri

05.20 I  Memonitor  Pasien mengatakan


kemampuan dan belum bisa melakukan
tingkat kekurangan aktivitas kebersihan diri
pasien dalam secara mandiri, pasien
memenuhi kebutuhan masih berbaring di
perawatan diri tempat tidur

05.30 I  Memberikan bantuan  Pasien kooperatif


kepada pasien sesuai
kebutuhan dengan
melakukan perawatan
kebersihan diri (mandi)

05.40 I  Memberikan posisi  Posisi pasien saat


yang nyaman (dorsal dilakukan vulva hygiene
recumbent) untuk yaitu dorsal recumbent
perawatan perineum

05.45 I  Membantu pasien  Pasien kooperatif


membersihkan area
perineum (vulva
hygiene)

06.00 I  Mendokumentasikan  Lochea rubra berwarna


karakteristik cairan merah gelap, berbau
yang keluar amis, ada gumpalan
darah dengan jumlah ±
30 cc

06.05 II  Memberikan therapy  Injeksi ketorolac 30 mg


injeksi ketorolac 30 mg masuk lewat selang
Tgl/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf

06.20 II  Mengukur TTV  TD : 100/70 mmHg


N : 90 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5 °C

07.00 I,II,III  Memberikan obat oral  Pasien kooperatif


Adfer 2x1 Tab (oral)
Klindamisin 2x30 mg
(oral)
Asam Mefenamat 2x50
mg (oral)

07.15 I,II  Menyediakan  Pasien terlihat lebih


lingkungan yang bersih nyaman dengan seprei
dengan mengganti yang bersih
seprei

08.25 II  Mengkaji nyeri secara  Pasien mengatakan nyeri


komperhensif pada luka jahitan post
operasi
P: Luka insisi post
operasi sectio caesarea
Q: Nyeri seperti tersayat-
sayat
R: Perut bagian bawah
luka jahitan post operasi
sectio caesarea
S: Skala nyeri 4
T:Kadang-kadang,
bertambah jika bergerak

 Mengajarkan pasien  Pasien kooperatif dan


08.35 II teknik non mempraktekkan relaksasi
farmakoloigs relaksasi nafas dalam
nafas dalam

 Memberikan informasi  Pasien mendengarkan


09.00 II mengenai nyeri informasi dari perawat
(penyebab, berapa
lama)

 Melepas kateter dan  Pasien merasa nyaman


09.10 I,II,III infu setelah kateter terlepas
Tgl/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf

09.15
II  Memberikan  Pasien kooperatif
lingkungan yang
tenang dan nyaman

I,II,III  pasien 
09.30 Memotivasi Pasien mendengarkan
untuk selalu makan
makanan yang bergizi

09.45
III  Menyediakan tempat  Pasien kooperatif
tidur yang
berketinggian rendah

09.55
III  Membantu pasien  Pasien berlatih duduk
untuk duduk di tempat dengan perawat
tidur, di samping
tempat tidur, atau di
kursi sesuai toleransi

10.10  Membantu pasien  Pasien kooperatif


III
untuk berpindah sesuai
kemampuan
11.00
I,II,III  Memonitor TTV  TD : 110/80 mmHg
N : 92 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,9 °C
11.20
III  Mengkaji kemampuan  Pasien sudah bisa duduk
dan tingkat kekurangan dan makan sendiri, untuk
pasien dalam aktivitas yang lain masih
memenuhi kebutuhan dibantu suami dan ibu.
sehari-hari
11.30
II  Menganjurkan pasien  Pasien kooperatif
istirahat

14.00  Memonitor  Pasien mencoba mandi


I kemampuan perawatan dan vulva hygiene secara
diri secara mandiri mandiri namun terkadang
dibantu keluarga pada
bagian yang tidak
terjangkau mata
Tgl/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf

14.30  Memonitor kebutuhan  Kebutuhan terkait alat-


I
pasien terkait dengan alat kebersihan diri
alat-alat kebersihan diri disediakan oleh keluarga
seperti sabun dan waslap

14.50 I  Mengajarkan pada  Pasien dan keluarga


pasien dan keluarga mengerti
cara vulva hygiene
yang baik dan benar
yaitu dibersihkan dari
arah depan ke belakang

I  Memotivasi pasien  Pasien mendengarkan


15.00 untuk menjaga agar apa yang diinformasikan
perineum tetap kering perawat
dengan cara
dikeringkan dengan
handuk setelah selesai
membersihkan
perineum

15.30
I  Memberikan  Keluarga mengerti
penyuluhan kesehatan
kepada pasien dan
keluarga tentang
personal hygiene pada
post sectio caesarea

20/04/2017
07.30
I,II,III  Memonitor KU pasien  KU pasien sedang,
kesadaran
composmentis, GCS : 15

I  Mengkaji keluhan  Pasien mengatakan


07.35 pasien dan sudah mampu
mengevaluasi tentang melakukan perawatan
kemandirian pasien kebersihan diri mandi
dalam personal hygiene dan vulva hygiene secara
/ vulva hygiene mandiri.
Tgl/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf

08.00 II  Mengkaji nyeri secara  Pasien mengatakan sudah


komperhensif jarang merasa nyeri
P: Luka insisi post
operasi sectio caesarea
Q: Nyeri cenat cenut
R: Perut bagian bawah
luka jahitan post operasi
sectio caesarea
S: Skala nyeri 3
T: Hilang timbul

 Menganjurkan pasien  Pasien mengerti dan


08.10 II teknik non farmakologi sering mempraktekan
relaksasi nafas dalam sesuai anjuran perawat
bila merasa nyeri

08.20 III  Membantu pasien  Pasien berlatih berjalan


untuk berdiri dan dengan perawat
ambulasi dengan jarak
tertentu

09.00 III  Memonitor  Pasien tidak


penggunaan kruk atau menggunakan alat bantu
alat bantu berjalan jalan, hanya dibantu
lainnya. suami dan ibu saat
berjalan

09.30 I  Menganjurkan pasien  Pasien mengerti


untuk membersihkan
perineum secara teratur
yaitu setiap kali mandi,
setelah buang air besar
atau kecil atau setiap
tiga sampai empat jam
sekali
 Memberitahu keluarga  Keluarga mengerti dan
09.40 I untuk menginspeksi mendengarkan dengan
tanda-tanda infeksi di baik
daerah genetalia seperti
kemerahan, kulit
pecah-pecah, gatal dan
keluar cairan tidak
normal
Tgl/Jam Dx Implementasi Respon Pasien Paraf

09.50 I  Memotivasi keluarga  Keluarga mengerti


untuk mendukung
kemandirian dengan
cara membantu hanya
ketika pasien tak
mampu melakukan
perawatan diri

12.00 I  Memberikan  Pasien dan keluarga


penyuluhan kesehatan mengerti
pada pasien dan
keluarga untuk rutin
melakukan vulva
hygiene di rumah.
Untuk melakukan vulva
hygiene di rumah,
pasien diberi tahu dapat
dilakukan dengan air
rebusan daun sirih

12.10 I,II,III  Mengukur TTV  TD : 120/70 mmHg


N : 85 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,5 C

12.30 II  Menganjurkan pasien Pasien istirahat


istirahat
F. EVALUASI
Tgl/jam DX Catatan Perkembangan Paraf
18/04/2017 I S : Pasien mengatakan belum bisa melakukan perawatan
kebersihan diri seperti mandi dan vulva hygiene secara
20.00 mandiri, karena masih lemas dan nyeri sehingga
aktivitasnya keluarga terutama untuk aktivitas kebersihan
dirinya.

O : Pasien terlihat lemah dan hanya berbaring di tempat tidur.


Pada pengkajian aktivitas dan latihan mandi didapatkan
skala 4 yaitu dibantu total ditandai dengan pasien tidak
mampu membasuh tubuh termasuk daerah perineum,
mengakses kamar mandi, mengambil perlengkapan mandi,
mengatur air mandi, mengeringkan tubuh, mendapatkan
sumber air, dan tidak mampu membersihkan tubuh
termasuk perineum.

A : Masalah defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene


berhubungan dengan kelemahan fisik belum teratasi.

Indikator Awal Tujuan Akhir


Masuk dan keluar dari kamar 5
1 1
mandi
Mencuci badan bagian atas 1 5 1
Mencuci badan bagian bawah 1 5 1

Membersihkan area perineum


1 5 1
(vulva hygiene)

Mengeringkan badan. 1 5 1

Keterangan
1: Dibantu total
2 : Dibantu alat dan orang lain
3 : Dibantu orang lain
4 : Dibantu alat
5 : Mandiri penuh

P : Lanjutkan intervensi
 Berikan bantuan sampai pasien mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri
 Bantu pasien membersihkan perineum
 Dorong kemandirian pasien, tapi bantu ketika pasien
tak mampu melakukannya
Tgl/Jam DX Catatan Perkembangan Paraf

II S : Pasien mengatakan nyeri pada luka operasi, bertambah


jika bergerak

O : Pasien tampak masih menahan nyeri


P: Luka insisi post operasi sectio caesarea
Q: Nyeri seperti tersayat-sayat
R: Perut bagian bawah luka jahitan post operasi sectio
caesarea
S: Skala nyeri 5
T: Sering, bertambah jika bergerak

A : Masalah nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik


belum teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Nyeri yang dilaporkan 2 5 3
Ekspresi wajah tidak biasa 2 5 3
Istirahat 2 5 3
Tekanan darah 3 5 4

Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada

P : Lanjutkan intervensi
 Kaji TTV
 Kaji nyeri meliputi P, Q, R, S, T
 Kolaborasi pemberian analgetik

S : Pasien mengatakan bagian perut ke bawah terasa


III kesemutan dan tidak bisa digerakkan.
O : Pasien terlihat hanya berbaring di tempat tidur.
ADL 0 1 2 3 4

Mandi √
Makan √
Berpakaian √
Toileting √
Bergerak/berpindah √
Turun bed √
Berjalan √
Tgl/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf

Keterangan :
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu alat dan orang lain
4 : dibantu total

A : Masalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


nyeri belum teratasi

Indikator Awal Tujuan Akhir


Keseimbangan 3 5 4
Berjalan 2 5 3
Bergerak 2 5 3
dengan mudah

Keterangan :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu

P : Lanjutkan intervensi
 Dukung pasien untuk duduk di tempat tidur, di
samping tempat tidur, atau di kursi sesuai toleransi
 Dukung ambulasi jika memungkinkan

19/04/2017
16.00 I S : Pasien mengatakan sudah mencoba melakukan perawatan
kebersihan diri mandi dan vulva hygiene sendiri, tapi
terkadang meminta bantuan ibu untuk bagian yang tidak
terjangkau oleh mata.

O : Pasien terlihat sudah dapat duduk dan melakukan


perawatan kebersihan diri mandi dan vulva hygiene di
tempat tidur dengan bantuan keluarga. Pada aktivitas dan
latihan mandi didapatkan skala 2 yaitu dibantu orang lain
dibuktikan dengan pasien dibantu ibu dalam membasuh
tubuh termasuk daerah perineum, mengakses kamar mandi,
mengambil perlengkapan mandi, mengatur air mandi,
mengeringkan tubuh, mendapatkan sumber air, dan
membersihkan tubuh termasuk perineum.
Tgl/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf

A : Masalah defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene


berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi sebagian.
Indikator Awal Tujuan Akhir
Masuk dan keluar dari kamar
1 5
mandi 3
Mencuci badan bagian atas 1 5 3
Mencuci badan bagian bawah 1 5 3

Membersihkan area perineum


1 5 3
(vulva hygiene)

Mengeringkan badan. 1 5 3

Keterangan
1: Dibantu total
2 : Dibantu alat dan orang lain
3 : Dibantu orang lain
4 : Dibantu alat
5 : Mandiri penuh

P : Lanjutkan intervensi
 Dorong kemandirian pasien, tapi bantu ketika pasien
tak mampu melakukannya

II S : Pasien mengatakan nyeri berkurang pada luka operasi

O : Pasien tampak masih menahan nyeri


P: Luka insisi post operasi sectio caesarea
Q: Nyeri cenat cenut
R: Perut bagian bawah luka jahitan post operasi sectio
caesarea
S: Skala nyeri 4
T: Kadang-kadang, bertambah jika bergerak

A : Masalah nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik


teratasi sebagian
Indikator Awal Tujuan Akhir

Nyeri yang dilaporkan 2 5 4


Ekspresi wajah tidak biasa 2 5 4
Istirahat 2 5 4
Tekanan darah 3 5 5
Tgl/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf

Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada

P : Lanjutkan intervensi
 Kaji TTV
 Kaji nyeri meliputi P, Q, R, S, T
 Kolaborasi pemberian analgetik

III S : Pasien mengatakan bagian perut ke bawah sudah tidak


kesemutan dan bisa sedikit di gerakkan

O : Pasien sudah bisa miring kanan kiri dan duduk disamping


tempat tidur

ADL 0 1 2 3 4

Mandi √
Makan √
Berpakaian √
Toileting √
Bergerak/berpindah √
Turun bed √
Berjalan √
Keterangan:
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu alat dan orang lain
4 : dibantu total

A : Masalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


nyeri teratasi sebagian
Indikator Awal Tujuan Akhir
Keseimbangan 3 5 5
Berjalan 2 5 4
Bergerak 2 5 4
dengan mudah
Tgl/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf
Keterangan :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu

P : Lanjutkan intervensi
 Dukung pasien untuk duduk di tempat tidur, di
samping tempat tidur, atau di kursi sesuai toleransi
 Dukung ambulasi jika memungkinkan

20/04/2017
14.00 I S : Pasien mengatakan sudah mampu melakukan perawatan
kebersihan diri mandi dan vulva hygiene secara mandiri.
Pasien juga mengatakan sudah mengetahui cara
membersihkan daerah genetalia yang benar.

O : Pasien terlihat sudah dapat melakukan perawatan


kebersihan diri mandi di tempat tidur dan sudah mampu
berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan daerah
genetalianya. Klien terlihat bersih dan rapi. Pada aktivitas
dan latihan mandi didapatkan skala 0 yaitu mandiri
ditandai dengan pasien mampu melakukan secara mandiri
dalam membasuh tubuh termasuk daerah perineum,
mengakses kamar mandi, mengambil perlengkapan mandi,
mengatur air mandi, mengeringkan tubuh, mendapatkan
sumber air, dan membersihkan tubuh termasuk perineum.

A : Masalah defisit perawatan diri mandi : vulva hygiene


berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi.
Indikator Awal Tujuan Akhir
Masuk dan keluar dari kamar 5
1 5
mandi
Mencuci badan bagian atas 1 5 5
Mencuci badan bagian bawah 1 5 5

Membersihkan area perineum


1 5 5
(vulva hygiene)

Mengeringkan badan. 1 5 5
Tgl/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf

Keterangan
1: Dibantu total
2 : Dibantu alat dan orang lain
3 : Dibantu orang lain
4 : Dibantu alat
5 : Mandiri penuh

P :Pertahankan intervensi

II S : Pasien mengatakan sudah jarang merasakan nyeri

O : Pasien tampak lebih rileks dan sudah mampu berjalan


P: Luka insisi post operasi sectio caesarea
Q: Nyeri cenat cenut
R: Perut bagian bawah luka jahitan post operasi sectio
caesarea
S: Skala nyeri 3
T: Hilang timbul

A : Masalah nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik


teratasi.
Indikator Awal Tujuan Akhir

Nyeri yang dilaporkan 2 5 5


Ekspresi wajah tidak biasa 2 5 5
Istirahat 2 5 5
Tekanan darah 3 5 5

Keterangan :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada

P : Pertahankan intervensi
Tgl/Jam Dx Catatan Perkembangan Paraf

III S : Pasien mengatakan bagian perut ke bawah sudah bisa


digerakkan dan sudah mampu berjalan sendiri tanpa alat
bantu

O : Pasien sudah bisa berjalan secara mandiri


ADL 0 1 2 3 4
Mandi √
Makan √
Berpakaian √
Toileting √
Bergerak/berpindah √
Turun bed √
Berjalan √

Keterangan:
0 : mandiri
1 : dibantu alat
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu alat dan orang lain
4 : dibantu total

A : Masalah hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


nyeri teratasi
Indikator Awal Tujuan Akhir
Keseimbangan 3 5 5
Berjalan 2 5 5
Bergerak 2 5 5
dengan mudah

Keterangan :
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu

P : Pertahankan intervensi
Lampiran 2

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR

STANDAR
OPERASIONAL MEMANDIKAN PASIEN DI TEMPAT TIDUR
PROSEDURE
Pengertian Membersihkan tubuh pasien dengan air bersih dan sabun
1. Membersihkan kulit dan menghilangkan bau badan
Tujuan 2. Melaksanakan kebersihan perorangan
3. Memberikan rasa nyaman
Indikasi Pasien yang memerlukan bantuan mandi di tempat tidur
Petugas Perawat
1. Pakaian bersih 1 stel
2. Baskom mandi 2 buah
3. Air panas dan dingin
4. Waslap 2 buah
5. Perlak dan handuk kecil 1 buah
6. Handuk besar 2 buah
Peralatan 7. Selimut mandi/kain penutup
8. Celemek plastic
9. Tempat tertutup untuk pakaian kotor
10. Sabun mandi
11. Bedak
12. Sarung tangan bersih
13. Pispot/urinal dan pengalas
1. Tahap Pra Interaksi
a. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
b. Mencuci tangan
c. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam sebagai pendekatan therapeutic
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga
c. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
Prosedur dilakukan
Pelaksanaan 3. Tahap Kerja
a. Menjaga privacy
b. Mencuci tangan
c. Mengganti selimut klien dengan selimut mandi
d. Melepas pakaian atas klien
1) Membasuh Muka
 Membentangkan perlak kecil dan handuk
kecil di bawah kepala
 Menawarkan pasien menggunakan sabun
atau tidak
 Membersihkan muka, telinga dengan
waslap lembab lalu di keringkan
 Menggulung perlak dan handuk
2) Membasuh Lengan
 Menurunkan selimut mandi kebagian
perut klien
 Memasang handuk besar diatas dada klien
secara melintang dan kedua tangan klien
diletakkan diatas handuk
 Membasahi tangan klien dengan waslap
air bersih, disabun, kemudian dibilas
dengan air hangat (lakukan mulai dari
ekstremitas terjauh klien)
3) Membasuh Dada dan Perut
 Melepas pakaian bawah klien dan
menurunkan selimut hingga perut bagian
bawah, kedua tangan diletakkan diatas
bagian kepala, membentangkan handuk
pada sisi klien
 Membasuh ketiak dan dada serta perut
dengan waslap basah, disabun, kemudian
dibilas dengan air hangat dan
dikeringkan, kemudian menutup dengan
handuk.
4) Membasuh Punggung
 Memiringkan pasien kearah perawat
 Membentangkan handuk di belakang
punggung hingga bokong
 Membasahi punggung hingga bokong
dengan waslap, disabun, kemudian dibilas
dengan air hangat dan dikeringkan
 Memberi bedak pada punggung
 Mengembalikan ke posisi terlentang,
kemudian membantu pasien mengenakan
pakaian
5) Membasuh Kaki
 Mengeluarkan kaki pasien dari selimut
mandi dengan benar
 Membentangkan handuk dibawah kaki
tersebut, menekuk lutut
 Membasahi kaki mulai dari pergelangan
sampai pangkal paha, disabun, dibilas
dengan air bersih, kemudian dikeringkan
 Melakukan tindakan yang sama untuk
kaki yang lain
6) Membasuh Daerah Lipat Paha Dan Genital
 Membentangkan handuk dibawah
bokong, kemudian selimut mandi bagian
bawah dibuka
 Membasahi daerah lipat paha dan genital
dengan air, disabun, dibilas, kemudian
dikeringkan
 Mengangkat handuk, membantu
mengenakan pakaian bawah klien
 Merapikan klien, ganti selimut mandi
dengan selimut tidur

4. Tahap Terminasi
a. Mengevaluasi hasil tindakan
b. Berpamitan dengan pasien
c. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat
semula
d. Mencuci tangan
e. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
keperawatan
Lampiran 3

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE


VULVA HYGIENE

STANDAR
OPERASIONAL VULVA HYGIENE
PROSEDURE
Tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan organ
Pengertian
eksternal genetalia wanita
1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva,
perineum maupun uterus
Tujuan
2. Untuk kebersihan perineum dan vulva
3. Memberikan rasa nyaman pada pasien
Ibu periode postnatal, terutama setelah sectio caesarea atau
Indikasi
persalinan menggunakan alat
Baki berisi :
1. Waskom mandi
2. Kom berisi kapas air hangat
3. Selimut mandi
4. Waslap 2 buah
5. Pengalas (perlak kecil dan alasnya)
Persiapan Alat 6. Badpan / Pispot
7. Bengkok
8. Handscoon bersih dalam tempatnya
9. Tisu kamar mandi
10. Kantong plastik/kresek
11. Air hangat
Sampiran
Tahap prainteraksi :
1. Melakukan pengecekan program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien
Tahap orientasi :
1. Memberi salam pada pasien dan menyapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pelaksanaan
3. Menanyakan kesetujuan/kesepian pasien
Prosedure
Tahap kerja :
Pelaksanaan
1. Menjaga privasi
2. Memasang selimut mandi
3. Mengatur posisi dorsal recumbent
4. Memasang perlak dan pengalas dibawah pantat
5. Ganti gurita, celana dan pembalut, dilepas bersamaan
dengan memasang pispot, sambil memperlihatkan lochea.
Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas plastik yang
berbeda.
6. Pasien ditawarkan BAK/BAB dulu
7. Perawat memakai sarung tangan
8. Mengguyur vulva dengan air hangat
9. Pispot diambil
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien
11. Mengambil kapas basah, membuka vulva dengan ibu jari
dan telunjuk tangan kiri
12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri
vestibulum, perineum. Arah dari atas ke bawah dengan
kapas basah 1 kapas 1 kali usap. ( Hal ini dilakukan
berulangkali hingga perineum bersih)
13. Membuang kapas yang kotor ke bengkok
14. Mengambil bengkok dan kom kapas serta alas dan perlak
15. Memasang celana dalam dan pembalut
16. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan
mengganti dengan selimut tidur
Tahap terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan
Lampiran 4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE CUCI TANGAN

STANDAR
OPERASIONAL CUCI TANGAN
PROSEDURE
Menggosok tangan dari kotoran dengan sabun atau antiseptic
Pengertian
dan dibilas dengan air mengalir
1. Menjaga kebersihan perorangan
Tujuan 2. Mencegah terjadinya infeksi silang

Petugas Perawat
1. Bak cuci dan air mengalir
2. Sabun atau antiseptic
Peralatan
3. Handuk atau pengering

Tahap Pra Interaksi


Kuku dalam keadaan pendek

Tahap Kerja

1. Melepaskan semua aksesoris pada tangan dan gulung


lengan baju sampai siku
2. Melakukan inspeksi tangan dan jari, adanya luka /
sayatan
3. Menjaga agar tangan dan pakaian tidak menyentuh
wastafel (jika tangan menyentuh wastafel cuci tangan
diulang)
4. Mengalirkan air, hindari percikan pada pakaian
Prosedur Pelaksanaan 5. Membasahi tangan dan lengan bawah,
mempertahankannya lebih rendah dari siku
6. Menaruh sedikit sabun / antiseptic (2 – 4 cc). Untuk
sabun batang, pegang dan gosok sampai berbusa.
7. Kemudian usap dan gosok kedua telapak tangan secara
lembut.
8. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara
bergantian
9. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga
bersih
10. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan
mengatupkan/mengunci
11. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian
12. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok
perlahan secara bergantian.
13. Bersihkan kedua pergelangan tangan secara bergantian
dengan cara memutar, kemudian diakhiri dengan
membilas seluruh bagian tangan dengan air bersih yang
mengalir.
14. Menutup kran dengan siku. (Bila kran harus ditutup
dengan tangan, cuci kran dengan sabun terlebih dahulu
sebelum membilas tangan)
15. Mengeringkan tangan dengan handuk atau pengering
Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN

CUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR

Disusun :

Alma Untara Agnesia Mumthahanah

P1337420214052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN(SAP)
CUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR

Pokok Bahasan : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Sub Pokok Bahasan : Cara mencuci tangan pakai sabun yang baik dan benar
Sasaran : Ny. I dan keluarga
Penyuluh : Alma Untara Agnesia Mumthahanah
Hari, tanggal : Selasa, 18 April 2017
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto

A. Latar Belakang
Cuci tangan merupakan salah satu tindakan yang mudah dan murah
untuk mencegah penyebaran penyakit. Tangan kita sendiri justru seringkali
menjadi perantara dari berbagai bakteri untuk masuk kedalam tubuh kita.
Agar memperoleh hasil yang maksimal sebaiknya mengetahui bagaimana
teknik mencuci tangan yang benar.
Perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) merupakan salah satu dari
perilaku hidup bersih dan sehat. CTPS saat ini telah menjadi perhatian
dunia, hal ini karena masalah kurangnya praktik perilaku cuci tangan tidak
hanya terjadi di negara-negara berkembang saja, tetapi di negara-negara
majupun masyarakat sering lupa melakukan cuci tangan pakai sabun.
Mencuci tangan pakai sabun adalah salah satu cara paling efektif
untuk mencegah penyakit (Sunyoto, 2014 dalam Mahanani & Natalia,
2015). Mencuci tangan pakai sabun merupakan kebiasaan sederhana, namun
harus ditumbuhkan sebagai dari gaya hidup sehat masyarakat. Pada ibu
setelah melahirkan diharuskan menjaga perilaku kesehatannya agar
terhindar dari infeksi post partum. Langkah pencegahan awal yang
dilakukan adalah mencuci tangan sebelum menyentuh daerah vagina. Cara
yang digunakan adalah pemberian promosi kesehatan pentingnya cuci
tangan pakai sabun dengan memberikan demontrasi cara melakukan cuci
tangan pakai sabun yang benar dan sehat.

B. Tujuan umum
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan tentang cuci tangan selama 30
menit, diharapkan Ny. I dan keluarga dapat mengetahui dan mengerti teknik
cuci tangan yang baik bagi dirinya sendiri pada masa nifas atau masa pulih
kembali yang berlangsung selama 40 hari atau 6 minggu.

C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang cuci tangan selama 30 menit
diharapkan Ny. I dan keluarga dapat mengetahui tentang :
1. Pengertian cuci tangan pakai sabun
2. Manfaat mencuci tangan pakai sabun
3. Kapan waktu mencuci tangan pakai sabun
4. Cara mencuci tangan pakai sabun dengan 6 langkah

D. Materi
Terlampir

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. Media dan Alat / Sumber yang digunakan


1. Media : leaflet
2. Alat : Sabun cuci tangan, handuk atau tisue
G. Kegiatan

No Kegiatan Respon Ibu Nifas Waktu


1. Pendahuluan :
1. Memberi salam 1. Membalas salam
pembuka dan 2. Mendengarkan 5 menit
perkenalan diri 3. Memberi respon
2. Menjelaskan tujuan
3. Kontrak waktu

2. Penjelasan :
1. Pengertian cuci Mendengarkan dengan 10 menit
tangan pakai sabun penuh perhatian
2. Manfaat mencuci
tangan pakai sabun
3. Kapan waktu mencuci
tangan pakai sabun
4. Cara mencuci tangan
pakai sabun dengan 6
langkah

3. Evaluasi :
1. Meminta Ny. I 1. Klien memahami 10 menit
menjelaskan atau materi yang telah
menyebutkan diberikan
kembali: 2. Dapat menjawab
 Pengertian cuci pertanyaan dengan
tangan pakai baik
sabun
 Tujuan mencuci
tangan pakai
sabun
 Manfaat mencuci
tangan pakai
sabun
 Waktu mencuci
tangan pakai
sabun
 Langkah-langkah
mencuci tangan
pakai sabun
2. Memberikan pujian
atas keberhasilan ibu
menjelaskan
pertanyaan dan
mcmperbaiki
kesalahan, serta
menyirnnulkan
4. Penutup:
l. Merryimpulkanhasil L Aktif bersama
penyuluhan menyimpulkau 5 menil
2. Memberikan salam 2. Membalas salam
penutup

Evaluasi
1. Ny. I dapat merjelaskan tentang pengertian cuci tangan pakai sabun
2. Ny. I dapat mer$elaskan tentang manfaat cuci ungan pakai sabrm
3. Ny. t dapat menjelaskan waktu meucuei targan pakai sabun
4. Ny. I dapat menjelaskan tentftng cara meneui tan$fi pakai sabun
dengan6langkah
Sumbcr
De,partemen Kesehat*n Rt. t2014). Pasat llata Inforuaasr. Jakarta : Depkes
RI,
Mahanani, S., & Natalia D. (2015). Perawatarl organ reprduksi dan
kejadian keputihan pada ibu hamil Jurnal Srui(ES, (online),Vol. B,
No.2, @, didkses I0 De mber 2016).
Maryunani, fuik. (2013). Perilolru l{idup Bersih dnn se}rat. Jakafia : Trans
lnfo Media

Purwokerto, 18 April ?017

Mengetahui

N*. Siti M S.Pd, S.Kep, M.Kes


NrP. 19670620 199003 2 003 NIM. P1337420214052
Lampiran materi

CUCI TANGAN YANG BAIK DAN BENAR

A. Pengertian

Mencuci tangan pakai sabun adalah membersihkan kotoran dan


membunuh kuman dengan cara mencuci bersih telapak tangan,
pergelangan tangan sela-sela jari dan punggung tangan menggunakan air
bersih yang mengalir dengan sabun agar terhindar dari beberapa penyakit
diare dan kecacingan (Maryunani, 2013)
B. Waktu Mencuci Tangan
Menurut Maryunani (2013) waktu harus mencuci tangan adalah :
a. Setiap Kali tangan kita kotor(setelah; bermain, memegang Uang,
memegang binatang)
b. Sebelum makan dan sesudah makan
c. Setelah buang air besar

Menurut Sunyoto (2014) dalam Mahanani & Natalia (2015) adalah


sebelum memegang vagina.
C. Manfaat Mencuci Tangan pakai sabun
Menurut Maryunani (2013) menyebutkan manfaat cuci tangan adalah :
1. Membunuh Kuman Penyakit yang ada di tangan
2. Mencegah penularan penyakit seperti Diare, Typus, Kecacingan.
3. Tangan menjadi bersih dan bebas dari kuman
Menurut Sunyoto (2014) dalam Mahanani & Natalia (2015), manfaat cuci
tangan adalah mencegah keputihan patologis.
D. Langkah Cuci Tangan Pakai Sabun
Langkah-langkah cuci tangan pakai sabun menurut WHO dikutip dari
Depkes RI (2014) ada 6 Langkah dalam perilaku cuci tangan yaitu :
1. Basahi kedua telapak tangan setinggi pertengahan lengan memakai
air yang mengalir, ambil sabun kemudian usap dan gosok kedua
telapak tangan secara lembut.
2. Usap dan gosok juga kedua punggung tangan secara bergantian.
3. Jangan lupa jari-jari tangan, gosok sela-sela jari hingga bersih.
4. Bersihkan ujung jari secara bergantian dengan mengatupkan.
5. Gosok dan putar kedua ibu jari secara bergantian.
6. Letakkan ujung jari ke telapak tangan kemudian gosok perlahan dan
kemudian dibilas dengan air mengalir.
Apasih cuci tangan
MANFAAT CUCI 2. Sebelum makan dan
pakai sabun itu ?
TANGAN PAKAI sesudah makan
SABUN
3. Setelah buang air
1. Membunuh Kuman
Penyakit yang ada di besar
tangan CARA CUCI TANGAN 6

2. Mencegah penularan LANGKAH

penyakit seperti Diare,


Typus, Kecacingan.
3. Tangan menjadi bersih
dan bebas dari kuman

Basahi tangan dengan air di bawah


Mencuci tangan pakai sabun adalah kran atau air mengalir lalu gosok
membersihkan kotoran dan telapak tangan sambil nmemutar
membunuh kuman dengan cara Waktu Yang Tepat
mencuci bersih telapak tangan, Untuk Cuci Tangan
pergelangan

tangan sela-sela jari
dan punggung tangan menggunakan 1. Setiap Kali tangan kita
air bersih yang mengalir dengan
kotor(setelah; bermain,
sabun agar terhindar dari beberapa
memegang Uang, memegang Gosok Punggung tangan dan sela-sela
penyakit diare dan kecacingan
binatang) jari tangan kiri dan tangan kanan,
begitu pula sebaliknya.
CUCI TANGAN 6
LANGKAH
Gosok punggung jari kedua tangan
dengan posisi tangan saling
mengunci.

Gosok ibu jari dengan cara diputar


dalam genggaman tangan kanan,
lakukan juga pada tangan yang
satunya. Oleh :
Alma Untara Agnesia M

Poltekkes semarang
Usapkan ujung kuku tangan kanan
dengan cara diputar di telapak D iii Keperawatan
tangan kiri, lakukan juga pada
tangan satunya. purwokerto

2017
Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

PERSONAL HYGIENE PADA POST SECTIO CAESAREA

Disusun oleh :

Alma Untara Agnesia Mumthahanah

P1337420214052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

PERSONAL HYGIENE PADA POS SECTIO CAESAREA

Pokok Bahasan : Personal hygiene


Sub Pokok Bahasan : Mandi dan Vulva Hygiene
Sasaran : Ny. I dan keluarga
Penyuluh : Alma Untara Agnesia Mumthahanah
Hari, tanggal : Rabu, 19 April 2017
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto

A. Latar Belakang
Sectio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat
insisi pada dinding abdomen dan uterus. Persalinan sectio caesarea dilakukan
jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan risiko pada ibu ataupun
pada janin (Oxorn & Forte, 2010). Masalah yang ditemukan pada post sectio
caesarea diantaranya yaitu nyeri akut, intoleransi aktivitas, terputusnya
inkontinuitas jaringan, resiko infeksi, defisit perawatan diri, dan ansietas
(Heldayani, 2014). Masalah yang terjadi pada pasien post sectio caesarea
tersebut membutuhkan perawatan di ruang nifas. Perawatan yang dibutuhkan
oleh pasien post sectio caesarea antara lain : pemenuhan kebutuhan nutrisi,
mobilisasi, eliminasi, personal hygiene, perawatan payudara, teknik menyusui
yang benar, perawatan luka jahit, dan pengawasan involusi uteri
(Yugistyowati, 2013). Tindakan keperawatan untuk mengatasi pemenuhan
pasien post sectio caesarea salah satunya dengan membantu kebutuhan
personal hygiene. Personal hygiene merupakan suatu kebutuhan perawatan
diri yang dibutuhkan untuk mempertahankan kesehatannya baik secara fisik
maupun psikologis (Uliyah dkk, 2016). Pasien yang harus istirahat di tempat
tidur (mis, hipertensi, post sectio caesarea) harus dibantu mandi setiap hari
dan mencuci daerah perineum dua kali sehari dan setiap eliminasi. Setelah ibu
mampu mandi sendiri (dua kali sehari), biasanya daerah perineum dicuci
sendiri (Bahiyatun 2009). Berdasarkan teori Orem apabila seorang individu
tidak mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari guna mencapai
kesehatan yang optimal, maka individu tersebut akan mengalami self care
deficit atau defisit perawatan diri (Yugistyowati, 2013).
Berdasarkan uraian di atas, maka saya bermaksud akan mengadakan
kegiatan penyuluhan kesehatan tentang personal hygiene yaitu mandi dan
vulva hygiene pada post sectio caesarea sehingga diharapkan Ny. I dan
keluarga mampu memahami kebutuhan personal hygiene pada post sectio
caesarea.

B. Tujuan umum
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan tentang personal hygiene (mandi dan
vulva hygiene) selama 30 menit, diharapkan Ny. I dan keluarga dapat
mengetahui dan mengerti teknik personal hygiene yang baik bagi dirinya
sendiri pada masa nifas.

C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang personal hygiene selama 30
menit diharapkan Ny. I dan keluarga dapat mengetahui tentang :
1. Pengertian personal hygiene
2. Pengertian kebersihan diri (mandi)
3. Pengertian vulva hygiene
4. Manfaat mandi dan vulva hygiene.
5. Prosedure kebersihan diri (mandi)
6. Prosedure vulva hygiene

D. Materi
Terlampir
E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. Media
Leaflet

G. Proses Kegiatan Penyuluhan


No Kegiatan Respon Ibu Nifas Waktu
1. Pendahuluan :
1. Memberi salam pembuka dan 1. Membalas salam
perkenalan diri 2. Mendengarkan 5 menit
2. Menjelaskan tujuan 3. Memberi respon
3. Kontrak waktu

2. Penjelasan :
1. Pengertian personal hygiene
2. Pengertian kebersihan diri
(mandi)
3. Pengertian vulva hygiene Mendengarkan dengan 10 menit
4. M anfaat mandi dan vulva penuh perhatian
hygiene
5. Prosedure kebersihan diri
(mandi)
6. Prosedure vulva hygiene

3. Evaluasi : 1. Klien memahami


1. Meminta Ny. I menjelaskan materi yang telah
atau menyebutkan kembali: diberikan
 Pengertian personal 2. Dapat menjawab 10 menit
hygiene pertanyaan dengan
 Pengertian kebersihan baik
diri (mandi)
 Pengertian vulva hygiene
 Manfaat mandi dan
vulva hygiene
 Prosedure kebersihan
diri (mandi)
 Prosedure vulva hygiene

2. Memberikan pujian atas


keberhasilan ibu menjelaskan
pertanyaan dan memperbaiki
kesalahan.

4. Penutup :
1. Menyimpulkan hasil 1. Aktif bersama
penyuluhan menyimpulkan 5 menit
2. Memberikan salam penutup 2. Membalas salam

H. Evaluasi
a. Ny. I dapat menjelaskan pengertian personal hygiene
b. Ny. I dapat menjelaskan pengertian kebersihan diri (mandi)
c. Ny. I dapat menjelaskan pengertian vulva hygiene
d. Ny. I dapat menjelaskan manfaat mandi dan vulva hygiene
e. Ny. I dapat menjelaskan prosedure kebersihan diri (mandi)
f. Ny. I dapat menjelaskan prosedure vulva hygiene

I. Sumber
Aisyah. (2010). Pengaruh Pemberian Paket Pendidikan Kesehatan
Perawatan Ibu Nifas (PK-PIN) Yang Dimodifikasi Terhadap
Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Ibu Postpartum Primipara Dalam
Merawat Diri Di Palembang. Tesis tidak dipublikasikan. Depok:
Fakultas Ilmu Keperawatan Program Magister Ilmu Keperawatan.
Asih & Risneni. (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui.
Jakarta: Trans Info Media
Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC

Elmida, Ika Fitria dan Siska Firdaus. (2014). Keterampilan Dasar Kebidanan
1. Jakarta: Trans Info Media
Heldayani, R. (2014). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan pada Ibu
Dengan Pre Op Sectio Caesarea. KTI tidak dipublikasikan.
Banjarbaru: Poltekkes Banjarmasin.
Istiqornah. (2015)" uratan lr{nndi Yang Benar {rntuk Kesehfital, Tab*h.

{Online} (htln:ilrubih.okeqo-rr$"com, diakses pada tanggnl 3 Mei


2*17).
oxom, H. & william R. F.". (2010). Kebifun*n : Fatalogr & Fisior*gt
P erso I i nan. Yogyakarta: Andi.
Tarwota & lyartCInah. {2006)- Ksbualwn Dssar ir{anuria dsn proses
Ke p rawutan. Jakarta: Salemba Medika
tIlryah, M dan A. Aziz Alimul Hidayat. (2009). Keterampilan frasar praktik
Klinikwmk Kebidan*r. Jakarta: Salemba Medika

Uliyah, M", Moh, Wildail., S*rachmindari., A Ariu Alimul Hidayat. pSI6).


Bula* Ajar Keterarnpilan Dasar Kebidsnon Ja*x,ta: satemba Medika

Yugistyowati. (2s13). Pengmuh PEndidikan Kesehatan lv{asa Nifas Terhadap


K*mampuar Perawatan Mmdiri Ibu Nifas post sostio caesarea (sc).
YogyakarOa: Jumal .Ners dan K*bidon*n lndonssia. {online), yol. I,
No. 3:96-100, (bl$:{gtow3Lal3rcstaac.id. diakses pada rasggal I0
Desemkr2016).

Pnrwokerto, 19 Aprit 20I?

Mengrahui,

DosenPembimbiag Penyuluh,

/'t
/ ll[L
*TI
cil, Y
Ns, SitiMulidah, $.Pd, S,Krp, M,I(ss
NIP. I*6?0520 rs003 2 003 NrM. Pt33742$2140s2
Lampiran materi

PERSONAL HYGIENE PADA POST SECTIO CAESAREA

A. Pengertian Personal Hygiene


Personal hygiene berarti tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat
menjaga kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut,
rambut, mata, hidung dan telinga, kaki dan kuku, genetalia serta kebersihan
dan keterampilan pakaiannya (Elmeida & Firdaus, 2014).
B. Pengertian kebersihan diri (mandi)
Kebersihan diri adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Tarwoto,
2006). Kebersihan diri (mandi) adalah suatu upaya untuk memelihara
kebersihan tubuh dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Dalam setiap persalinan dengan jalan apapun, ibu harus tetap menjaga
kebersihan badannya. Karena setelah persalinan ekstra cairan tubuh yang
dibutuhkan saat hamil akan dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat
untuk menghilangkan pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu.
Hal ini menyebabkan dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu
akan merasakan jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Oleh
karena itu ibu dianjurkan untuk mandi lebih sering dan menjaga agar kulit
tetap kering. Dengan tubuh yang bersih meminimalkan resiko ibu terhadap
kemungkinan terjangkitnya suatu penyakit, terutama penyakit yang
berhubungan dengan kebersihan diri yang buruk (Asih & Risneni, 2016).
Waktu untuk melakukan kebersihan tubuh (mandi) dilakukan dengan
mandi dua kali sehari yaitu waktu pagi dan sore, demi menjaga kebersihan
diri secara keseluruhan agar terhindar dari infeksi, baik pada luka jahitan
maupun kulit. Mandi dapat dilakukan ditempat tidur sampai ibu dapat mandi
sendiri dikamar mandi. Yang utama dibersihkan ketika mandi adalah puting
susu dan mamae dilanjutkan dengan perawatan perineum.
B. Pengertian vulva hygiene
Vulva hygiene merupakan tindakan keperawatan pada alat kelamin
perempuan yang terdiri atas mon veneris (terletak didepan simpisis pubis),
labia mayora (dua lipatan besar yang membentuk vulva), lamia minora (dua
lipatan kecil diantara atas labia mayora), klitoris (sebuah jaringan erektil yang
serupa dengan penis laki-laki) kemudian juga bagian yang terkait disekitarnya
seperti uretra, vagina, perineum, dan anus (Uliyah & Hidayat, 2009). Vulva
hygiene adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan kesehatan organ
eksternal genetalia wanita. Tindakan ini dilakukan pada pasien yang tidak
mampu membersihkan vulva sendiri (Hidayat, 2008). Jadi perawatan
perineum (vulva hygiene) adalah pemenuhan kebutuhan untuk membersihkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada pasien wanita yang
sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.
C. Manfaat mandi dan vulva hygiene
Adapun manfaat mandi bagi ibu setelah melahirkan adalah merangsang
sirkulasi, menyegarkan badan, dan menghilangkan kotoran. Yang harus
diperhatikan ketika mandi adalah hati-hati jangan sampai jatuh/terpeleset, air
harus bersih, tidak terlalu dingin atau tidak terlalu panas, gunakan sabun yang
mengandung antiseptik (Uliyah dkk, 2016). Sedangkan manfaat vulva
hygiene adalah meningkatkan kenyamanan dan mencegah infeksi (Bahiyatun,
2009).
D. Prosedure kebersihan diri (mandi) di rumah
Mandi dianjurkan sedikitnya 2 kali sehari. Karena ibu setelah
melahirkan cenderung untuk mengeluarkan banyak keringat. Menjaga
kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah
genetalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan. Langkah-
langkahnya menurut Istiqomah (2015) yaitu sebagai berikut :
1. Menyiapkan peralatan untuk mandi.
2. Yang pertama menyiram air mulai dari:
 Ujung jari kaki (kanan dan kiri) ke arah atas sampai lutut.
 Dilanjutkan dari bagian perut ke arah atas sampai pundak.
 Yang terakhir menyiram air dari bagian leher ke arah atas sampai
kepala
Menyiram air dari bawah mempunyai maksud agar panas tubuh
terangkat ke bagian atas tubuh dan akhirnya terbuang keluar melalui
lubang atau rongga tubuh bagian atas seperti hidung, mulut, mata dan
telinga. Bila hal ini diterapkan maka akan merasakan manfaat seperti,
badan terasa segar dan ringan dalam bergerak serta terhindar dari masuk
angin atau influenza.
3. Setelah semua tubuh terkena air, dilanjutkan membersihkan tubuh
dengan sabun.
4. Gunakan sabun ringan secukupnya, spon mandi dapat digunakan untuk
menggosok, gunakan penggosok punggung atau penggosok tumit jika
tersedia.
5. Selanjutnya bersihkan bagian genital dan dubur. Bagian ini harus
dibersihkan karena tempat pengeluaran urine dan feses. Jika bagian
genetalia dan dubur tidak hygienis, dapat menyebabkan iritas dan infeksi.
6. Jika seluruh tubuh sudah dibersihkan bilas dengan air sampai bersih.
Selanjutnya keringkan badan dengan handuk, ganti pakaian yang bersih
setelah mandi.
E. Prosedure vulva hygiene di rumah
1. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
2. Ibu dianjurkan untuk membuka pakaian bawah terlebih dahulu jika akan
melakukan vulva hygiene.
3. Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan
BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih.
4. Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa kotoran yang
menempel disekitar vagina baik itu air seni maupun feses yang
mengandung kuman.
5. Bersihkan paha bagian atas kanan dan kiri dengan air hangat.
6. Selanjutnya, vulva dibersihkan mulai dari labia minora kiri, labia minora
kanan, labia mayora kiri, labia mayora kanan, vestibulum, dan perineum.
7. Kemudian bagian terakhir yang dibersihkan yaitu area anus. Bersihkan
bagian anus dari kotoran dan feses jika ada.
8. Tuangkan air hangat ke area perineum dan keringkan.
9. Perineum harus dalam keadan kering dengan cara dilap dengan handuk
setelah selesai melakukan vulva hygiene.
10. Selanjutnya pasang celana dalam yang sudah dipasang pembalut, pasang
pakaian bawah, kemudian dirapihkan.
11. Ibu dianjurkan untuk mengganti pembalut setiap kali mandi, setelah
buang air besar atau kecil atau setiap tiga sampai empat jam sekali. Hal
ini penting untuk mempertahankan kebersihan karena pembalut dan
perineum yang lembab dapat menjadi tempat yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (Aisyah, 2010).
Prosedure Kebersihan Diri Prosedure Vulva Hygiene Di Personal hygiene post
(Mandi) Di Rumah Rumah sectio caesarea

1. Sarankan ibu untuk mencuci tangan


1. Menyiram air mulai dari: Ujung dengan sabun & air sebelum dan
jari, Bagian perut ke arah atas sesudah membersihkan daerah
sampai pundak, Yang terakhir kelaminnya.
menyiram air dari bagian leher ke 2. Siram mulut vagina hingga bersih
arah atas sampai kepala dengan air setiap kali habis BAK
2. Setelah semua tubuh terkena air, dan BAB. Air yang digunakan tak
dilanjutkan membersihkan tubuh perlu matang asalkan bersih.
dengan sabun. 3. Basuh dari arah depan ke belakang
3. Gunakan sabun ringan secukupnya, hingga tidak ada sisa kotoran yang
menempel
spon mandi dapat digunakan untuk
4. Bersihkan paha bagian atas kanan
menggosok, gunakan penggosok dan kiri dengan air hangat.
punggung atau penggosok tumit 5. Selanjutnya, vulva dibersihkan
jika tersedia. mulai dari labia minora kiri, labia
4. Selanjutnya bersihkan bagian minora kanan, labia mayora kiri, Disusun oleh :
genital dan dubur. Bagian ini harus labia mayora kanan, vestibulum,
dibersihkan karena tempat dan perineum. Alma Untara Agnesia M
pengeluaran urine dan feses. Jika 6. Kemudian bagian terakhir yang
bagian genetalia dan dubur tidak dibersihkan yaitu area anus.
hygienis, dapat menyebabkan iritas Bersihkan bagian anus dari kotoran
dan infeksi. dan feses jika ada.
7. Tuangkan air hangat ke area Poltekkes Semarang
5. Jika seluruh tubuh sudah
dibersihkan bilas dengan air sampai perineum dan keringkan. Prodi D III Keperawatan
bersih. keringkan badan dengan Purwokerto
handuk, & ganti pakaian bersih
2017
Lalu apa itu personal Lalu apa Kebersihan diri APA ITU VULVA HYGIENE?
hygiene? (mandi) ?

Perawatan perineum
(vulva hygiene) adalah
pemenuhan kebutuhan untuk
membersihkan daerah antara
Kebersihan diri (mandi) adalah suatu paha yang dibatasi vulva dan
Personal hygiene berarti tindakan
upaya untuk memelihara kebersihan anus pada pasien wanita yang
memelihara kebersihan dan
tubuh dari ujung rambut sampai ujung sedang nifas atau tidak dapat
kesehatan diri seseorang untuk kaki. melakukannya sendiri.
kesejahteraan fisik dan psikisnya. Mengapa harus mandi?
Seseorang dikatakan memiliki Karena setelah persalinan ekstra Manfaat Mandi & Vulva
personal hygiene baik apabila, cairan tubuh yang dibutuhkan saat Hygiene
orang tersebut dapat menjaga hamil akan dikeluarkan kembali Manfaat mandi bagi ibu setelah
kebersihan tubuhnya yang meliputi melalui air seni dan keringat untuk
melahirkan adalah merangsang
menghilangkan pembengkakan pada
kebersihan kulit, gigi dan mulut, sirkulasi, menyegarkan badan, dan
wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Hal
rambut, mata, hidung dan telinga, menghilangkan kotoran.
ini menyebabkan jumlah keringat
kaki dan kuku, genetalia serta yang lebih banyak dari biasanya. Sedangkan manfaat vulva hygiene
kebersihan dan keterampilan adalah meningkatkan kenyamanan
pakaiannya dan mencegah infeksi .
Lampiran 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

VULVA HYGIENE DENGAN DAUN SIRIH

Disusun oleh :

Alma Untara Agnesia Mumthahanah

P1337420214052

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
VULVA HYGIENE DENGAN DAUN SIRIH

Pokok Bahasan : Personal Hygiene


Sub Pokok Bahasan : Vulva Hygiene Dengan Daun Sirih
Sasaran : Ny. I dan keluarga
Penyuluh : Alma Untara Agnesia Mumthahanah
Tanggal : Kamis, 20 April 2017
Waktu : 30 menit
Tempat : Ruang Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto

A. Latar Belakang
Seperti halnya persalinan alami, setelah melahirkan dengan sectio
caesarea ibu akan mengeluarkan darah atau lochea yang mengandung darah,
jaringan desidua dan hasil pembuahan yang masih tertahan. Lochea adalah
cairan vagina yang keluar dari rahim setelah persalinan. Lochea mempunyai
reaksi basa / alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat
dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Perawatan perineum
perlu dilakukan untuk mencegah infeksi karena lochea yang bercampur
darah merupakan media yang ideal bagi pertumbuhan mikroorganisme
penyebab infeksi (Ambarawati, 2010).
Pada post sectio caesarea, seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi
pasca partum. Angka kejadian infeksi pasca partum mencapai 2,7% dan 0,7%
(Satyawati dkk, 2016). Infeksi pasca partum (sepsis puerpural) ialah infeksi
klinis pada saluran genetal yang dapat terjadi dalam 28 hari setelah abortus
atau persalinan. Infeksi bisa timbul akibat bakteri yang sering ditemukan di
dalam vagina (endogen) atau akibat pemaparan pada agen pathogen di luar
vagina (eksogen) (Bobak, Lowdemik, Jensen, 2005). Oleh karena itu,
kebersihan diri terutama perineum penting untuk mencegah terjadinya infeksi.
Kebersihan tubuh, perineum, pakaian, dan tempat tidur sangat penting untuk
tetap dijaga (Saleha, 2009).
Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, dan
dianjurkan untuk membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air hangat.
Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan tentang cara membersihkan
area perineum dengan daun sirih di rumah. Berdasarkan hasil penelitian oleh
Christiana & Kurniyanti (2014) dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Media
Husada menyatakan bahwa Daun sirih (Piper betle) mengandung kavikol
yang bisa dimanfaatkan untuk perawatan tradisional, diantaranya untuk
mematikan kuman, antioksidasi, fungisida dan anti jamur. Daun sirih
mengandung minyak atsiri yang terdiri dari betlephenol, kavikol,
seskuiterpan, hidroksikavikol, cavibetol, estragol, eugenol, dan karvakol.
Komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya.
Salah satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisi
lima kali lebih kuat dibanding kanfenol. Daya anti bakteri minyak atsiri daun
sirih disebabkan oleh adanya senyawa kavikol yang dapat mendenaturasi
protein sel bakteri (Ambarwati, 2008). Zat antiseptik daun sirih juga dapat
digunakan sebagai obat kumur, menjaga kesehatan alat kelamin wanita,
mengatasi bau badan dan mulut, sariawan, mimisan, gatal-gatal, mengobati
keputihan pada wanita, serta dapat memperbanyak air susu ibu (ASI) untuk
ibu yang baru melahirkan (Haniah, 2008).
Berdasarkan uraian di atas, maka saya bermaksud akan mengadakan
kegiatan penyuluhan kesehatan tentang khasiat daun sirih untuk vulva hygiene
pada post sectio caesarea sehingga diharapkan Ny. I dan keluarga memahami
khasiat daun sirih untuk menjaga kebersihan vagina agar terhindar dari infeksi
post partum.
B. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang vulva hygiene diharapkan Ny. I dapat
mengetahui dan mengerti teknik vulva hygiene yang baik dan benar bagi
dirinya sendiri.

C. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang vulva hygiene selama 30 menit
diharapkan Ny. I dan keluarga dapat :
1. Menjelaskan tentang pengertian vulva hygiene
2. Menjelaskan tentang tujuan vulva hygiene
3. Mengerti tentang kandungan dan manfaat daun sirih
4. Menjelaskan akibatnya jika tidak menjaga kebersihan diri khususnya
daerah genital
5. Mengerti cara pembuatan daun sirih untuk vulva hygiene pada ibu post
sectio caesarea
6. Mengerti cara menjaga kebersihan vulva setelah melahirkan

D. Materi
Terlampir

E. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

F. Media
Leaflet
G. Proses Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Respon Ibu Nifas Waktu
1. Pendahuluan :
1. Memberi salam pembuka dan 1. Membalas salam
perkenalan diri 2. Mendengarkan 5 menit
2. Menjelaskan tujuan 3. Memberi respon
3. Kontrak waktu

2. Penjelasan :
1. Menjelaskan tentang Mendengarkan dengan 10 menit
pengertian vulva hygiene penuh perhatian
2. Menjelaskan tentang tujuan
vulva hygiene
3. Menjelaskan tentang
kandungan dan manfaat daun
sirih
4. Menjelaskan akibatnya jika
tidak menjaga kebersihan diri
khususnya daerah genital
5. Mengerti cara pembuatan daun
sirih untuk vulva hygiene pada
ibu post sectio caesarea
6. Mengerti cara menjaga
kebersihan vulva setelah
melahirkan
3. Evaluasi :
1. Meminta Ny. I menjelaskan 1. Klien memahami 10 menit
atau menyebutkan kembali: materi yang telah
 Menjelaskan tentang diberikan
pengertian vulva hygiene 2. Dapat menjawab
 Menjelaskan tentang pertanyaan dengan
tujuan vulva hygiene baik
 Mengerti tentang
kandungan dan manfaat
daun sirih
 Menjelaskan akibatnya
jika tidak menjaga
kebersihan diri khususnya
daerah genital
 Mengerti cara pembuatan
daun sirih untuk vulva
hygiene pada ibu post
sectio caesarea
 Mengerti cara menjaga
kebersihan vulva setelah
melahirkan
2. Memberikan pujian atas
keberhasilan ibu menjelaskan
pertanyaan dan memperbaiki
kesalahan, serta
menyimpulkan
4. Penutup :
1. Menyimpulkan hasil 1. Aktif bersama
penyuluhan menyimpulkan 5 menit
2. Memberikan salam penutup 2. Membalas salam

H. Evaluasi
1. Ny. I dapat menjelaskan tentang pengertian vulva hygiene
2. Ny. I dapat menjelaskan tentang tujuan vulva hygiene
3. Ny. I dapat menjelaskan tentang kandungan dan manfaat daun sirih
4. Ny. I dapat menjelaskan akibatnya jika tidak menjaga kebersihan diri
khususnya daerah genital
5. Ny. I dapat mengerti Cara pembuatan daun sirih untuk vulva hygiene
pada ibu post sectio caesarea
6. Ny. I dapat mengerti cara menjaga kebersihan vulva setelah melahirkan

I. Sumber
Ambarwati & Eny R. (2010). Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Bobak, Lowdemik & Jensen. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas,
Edisi 4. Jakarta: EGC.
Christiana, A. & Mizam, A. K. (2014). Efektifitas Air Rebusan Daun Sirih
Dalam Mempercepat Penyembuhan Luka Perineum. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Media Husada. (Online), Vol 02. No 02,
(http://www.widyagamahusada.ac.id, diakses pada tanggal 26 Januari
2017).
Elmeida., Ika, F. & Siska, F. (2014). Keterampilan Dasar Kebidanan 1.
Jakarta: Trans Info Media.
Haniah, M. {2008}. Isolasi Jamuv ErdoSt Dari Dam siih {pwr Berle L.)
s*baga AntiMifatba Terhadap Escherichia coli, sthryylococcws
aureu$, dan cqndidd albic*ns. sKRIpsI tidek dipublikasikan" Malang
: Universitas l*laln NeSW Malang.

Hidayat {200s}. Keterumplwr Damr praktik Ktirntc untuk Kebid&rwn.


Jakmta: $alenrb* Medika.
saleha, s. (20{9). Asuharc Kebtdnnon pada Masa N{es. Jakarea: salemba
Medika.
satyawati, a, Titik, A & Mestrti H. (2016). shdi Kilalitatif persepsi lbu
Nifas Tentang Infeksi Masa Nifas. Kudus: Joumal o!'MiduiJbry ad
I{ealth. (Online}, (bfglakbldgle!,rd, diakses pada tansgal Zl
Desonber20l6).
l"iliyah, M. & A. Aziz AIimuI Hidayat. {2009}. Keterampilan Dasnr pmkik
Klinikantak Kebifunan. Jakmta: Salemba Mdika,
Yasra, E. (2016). Keburulwn Dasar Manusia dan Keteranpilan Dassr
Kebifunan. Jakarh: Trans Info Media.

Furwokexto, 20 April 201?

Mengetahui,

Per*'uluh,

N*. $iti Mulidah, $.Pd, $.Kep, M.Kes AIma Uatlra M


NrP. 19670620 199003 2 003 I'{IM. PlE3742W1.4*Sz
Lampiran materi

VULVA HYGIENE DENGAN DAUN SIRIH

A. Pengertian Vulva Hygiene

Vulva hygiene merupakan perawatan diri pada organ eksterna yang


terdiri atas mon veneris (terletak didepan simpisis pubis), labia mayora (dua
lipatan besar yang membentuk vulva), lamia minora (dua lipatan kecil
diantara atas labia mayora), klitoris (sebuah jaringan erektil yang serupa
dengan penis laki-laki) kemudian juga bagian yang terkait disekitarnya
seperti uretra, vagina, perineum, dan anus (Uliyah & Hidayat, 2009).
Vulva hygiene adalah suatu tindakan memelihara kebersihan dan
kesehatan organ eksternal genetalia wanita. Tindakan ini dilakukan pada
pasien yang tidak mampu membersihkan vulva sendiri (Hidayat, 2008). Jadi
perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk membersihkan
daerah antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada pasien wanita yang
sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri.
B. Tujuan Vulva Hygiene
Tujuan perawatan vulva hygiene menurut Vasra (2016) adalah
mencegah dan mengontrol infeksi, mencegah kerusakan kulit, meningkatkan
kenyamanan, dan mempertahankan kebersihan diri. Sedangkan menurut
Elmeida & Firdaus (2014) tujuan perawatan genetalia adalah untuk mencegah
terjadinya infeksi, mempertahankan kebersihan genetalia, meningkatkan
kenyamanan serta mempertahankan personal hygiene.
C. Kandungan dan manfaat daun sirih
Berdasarkan hasil penelitian oleh Christiana & Kurniyanti (2014)
dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan Media Husada menyatakan bahwa Daun sirih
(Piper betle) mengandung kavikol yang bisa dimanfaatkan untuk perawatan
tradisional, diantaranya untuk mematikan kuman, antioksidasi, fungisida dan
anti jamur. Daun sirih mengandung minyak atsiri yang terdiri dari
betlephenol, kavikol, seskuiterpan, hidroksikavikol, cavibetol, estragol,
eugenol, dan karvakol. Komponen utama minyak atsiri terdiri dari fenol dan
senyawa turunannya. Salah satu senyawa turunan itu adalah kavikol yang
memiliki daya bakterisi lima kali lebih kuat dibanding kanfenol. Daya anti
bakteri minyak atsiri daun sirih disebabkan oleh adanya senyawa kavikol
yang dapat mendenaturasi protein sel bakteri (Ambarwati, 2008). Zat
antiseptik daun sirih juga dapat digunakan sebagai obat kumur, menjaga
kesehatan alat kelamin wanita, mengatasi bau badan dan mulut, sariawan,
mimisan, gatal-gatal, mengobati keputihan pada wanita, serta dapat
memperbanyak air susu ibu (ASI) untuk ibu yang baru melahirkan (Haniah,
2008). Daun sirih tersebut akan di ekstrak dengan cara direbus selama 10, 15
dan 20 menit selanjutnya mengukur kandungan kavikol yang ada dalam
ekstrak daun sirih untuk digunakan vulva hygiene pada ibu di rumah.
D. Akibatnya jika tidak menjaga kebersihan diri khususnya daerah genital
1. Terjadi infeksi pada area vagina
2. Terjadi keputihan
3. Terjadi bau yang tidak sedap pada area vagina
4. Terjadi gatal-gatal
5. Beresiko menimbulkan penyakit
E. Cara pembuatan daun sirih untuk vulva hygiene pada ibu post sectio caesarea
Kandungan anti jamur pada daun sirih memiliki manfaat untuk
membersihkan jamur yang berbahaya, sekaligus menghilangkan mikroba
mikroba yang dapat merugikan diarea sekitar vagina. Gunakan rebusan daun
sirih untuk membersihkan daerah vagina, caranya yaitu :
1. Siapkan 10 lembar daun sirih, lalu cuci sampai bersih.
2. Rebus daun sirih dengan menggunakan 500 ml air bersih sampai
mendidih, sisakan air sampai setengahnya.
3. Kemudian gunakan air rebusan daun sirih tersebut untuk membasuh
daerah genital.
4. Lakukan cara ini secara setiap hari pagi dan malam hari.
F. Prosedure / cara melakukan vulva hygiene
1. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
2. Perawatan vulva yang dianjurkan untuk ibu post partum adalah
membasuh perineum dengan air hangat setelah berkemih dan buang air
besar.
3. Perawatan vulva dilakukan dari arah depan ke belakang.
4. Ibu dianjurkan untuk membuka pakaian bawah terlebih dahulu jika akan
melakukan vulva hygiene.
5. Pertama bersihkan paha bagian atas kanan dan kiri dengan air hangat.
6. Selanjutnya, vulva dibersihkan mulai dari labia minora kiri, labia minora
kanan, labia mayora kiri, labia mayora kanan, vestibulum, dan perineum.
7. Kemudian bagian terakhir yang dibersihkan yaitu area anus. Bersihkan
bagian anus dari kotoran dan feses jika ada.
8. Tuangkan air hangat ke area perineum dan keringkan.
9. Perineum harus dalam keadan kering dengan cara dilap dengan handuk
setelah selesai melakukan vulva hygiene.
10. Selanjutnya pasang celana dalam yang sudah dipasang pembalut, pasang
pakaian bawah, kemudian dirapihkan.
11. Ibu dianjurkan untuk mengganti pembalut setiap kali mandi, setelah
buang air besar atau kecil atau setiap tiga sampai empat jam sekali. Hal
ini penting untuk mempertahankan kebersihan karena pembalut dan
perineum yang lembab dapat menjadi tempat yang baik untuk
pertumbuhan bakteri (Aisyah, 2010).
Apa Itu Vulva Kandungan dan Dampak bila ibu tidak
Hygiene? manfaat daun sirih membersihkan daerah
genital
Vulva hygiene adalah suatu
tindakan memelihara kebersihan
dan kesehatan organ eksternal  Terjadi infeksi pada area
genetalia wanita. Tindakan ini vagina
dilakukan pada pasien yang tidak
 Terjadi keputihan
mampu membersihkan vulva
sendiri  Terjadi bau yang tidak
Daun sirih (Piper betle)
sedap pada area vagina
mengandung kavikol yang bisa
 Terjadi gatal-gatal
dimanfaatkan untuk perawatan
tradisional, diantaranya untuk  Beresiko menimbulkan

mematikan kuman, antioksidasi, penyakit


Lalu apakah tujuan fungisida dan anti jamur. Daun sirih
Vulva Hygiene? tersebut akan di ekstrak dengan

 Mencegah dan mengontrol cara direbus selama 10, 15 dan 20


infeksi menit selanjutnya mengukur
 mencegah kerusakan kulit
 Mningkatkan kenyamanan dan kandungan kavikol yang ada dalam
 Mempertahankan kebersihan ekstrak daun sirih untuk digunakan
Cara membuat Cara menjaga
rebusan daun sirih kebersihan vagina Vulva Hygiene
yang benar :) Dengan Daun Sirih
setelah melahirkan

1. Cuci tangan sebelum


menyentuh daerah genital
2. Membasuh daerah genital
dengan air hangat setelah BAK
 Siapkan 10 lembar daun sirih, atau BAB.
lalu cuci sampai bersih. 3. Daerah genital harus dalam
 Rebus daun sirih dengan keadan kering dan dibersihkan
dari arah depan ke belakang.
menggunakan 500 ml air
4. Ibu dianjurkan untuk Disusun Oleh :
bersih sampai mendidih, Alma Untara Agnesia M
mengganti pembalut setiap
sisakan air sampai kali mandi, setelah BAB atau
setengahnya. BAK atau setiap tiga sampai
empat jam sekali. POLTEKKES KEMENKES
 Kemudian gunakan air
SEMARANG
rebusan daun sirih tersebut
PRODI DIII KEPERAWATAN
untuk membasuh daerah PURWOKERTO
genital. 2017
 Lakukan cara ini secara setiap
hari pagi dan malam hari.
Lampiran 8

LEMBAR BIMBINGAN

PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STTIDI DIII KEPERAWATAN

ruRUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Nama Mahasiswa : Alma Untara Agnesia Mumthahanah

NIM : P1337420214A52

Nama Pembimbing : Ns. Siti Mulidah, S.Pd., S.Kep., M.Kes

Judul KTI : Asuhan KeperawatanDefisit Perawatan Diri Mandi


: Yulva Hygiene pada Ny. I dengan Post Sectio
Caesarea Indikasi Gemelli Hari Ke-l di ruang
Flamboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekmjo
Purwokerto

Tanda
Hari/ Materi Monitor
No Saran Tangan
Tanggal Bimbingan Kaprodi
Pembimbing

f,umGt rudut DeEtsit


1- 29 NOr'Q${p )udut t<tt &ranu,ton 9ttt
srundr" Wttro
e0lc tuqiene

Sa.tosr.

L. tgNouqke ludu[ Frl Acc 3q6u1


l;
'?otG
F
Tanda
Ilaril Materi Monitor
No Saran Tangan
Tanggnl Bimbingan Kaprodi
Pembimbing

Jelosa DAg I l(emftomi


b. b UPrertthr tatac@p,g 9lQttosa
2etG ln'
l- KeSudian sc
b
SetcLtz
EAb 1 3 - Masa\ah Sc
{ 9 DsB{hPr
?eta h
b
\camis
1-Komp\itroo' sc
9- ts0esembar bag t a-- Lonflr grB I L
xo\b
h
o lqotrs
a.
Robu

? fusemhr
bAb r
-\
X.Anqt

z.?eoqeto\mn
'{rt
bAD ln'
zo(b ?. Lrniut gAD tt

Se\asa BAB I t$NMht^cn


bAg !
1 z? hss$pc
krllux^u
z'Irt@ftonc,' 4r l;
?gv

9tqca
uas !r
\gcqarkon
h
t\as r
g , JaRtz^ti 9AB ?enu\tsan
S
l^,
zotT DAB 11

Se[ara llaB t
€urtwci
9- $ s0rPari bAb T t,
?pt1
bAb 1
h
Tanda
No
Ilaril Materi Monitor
Saran Tangan
Tanggal Bimbingan Kaprodi
Pembimbing

hrnls gAb t t-Aw toporal


10-
\9 ,onuari bAB X
l.?ereUqan si{sg
l^,
20t? Mb$ {oqosa\ b
knqons\aru ?e.qtorran di
\Qmis
\\ \ttsos dt Rs seanitron dergn
(l0 AF\\ (^
tAargono Pmnorrap dt
20q Qcoqosa\
,.549 vulva HugiPn0
Kamts Kone{l denmo gfir\ 6mt
z.raniitroh rur'dir
[L. q Ar\ As\<e p w di nr$\ah t,
s .Fa5i ?erscnal
"oB Hqorene
h
Senin Konsctt \Aenamh*rttorL
Ie,
L \ei uAs Ii I, i[
y,y
\Qorr
{r
r-01]
b
cumob poosul t{oernebahUon

\{ lr Vlei
bAR T,

\\'/l v
[, $ Teoci tottlsxg
Aic Hanoat I
"0\1
Srrin Kons$f r" Arc KTI
t
t9' rg \Aet hul,n,g Pecsiqtan k
".
20[+ U, V sdon9
b
Hari/ Materi Tand*
No Saran
Monitor
Tanggal Tangan
Bimbingan Kaprodi
Pembimbing

t,
Se\aso SonsuI t-&nsut ?o*et
gAb'I, [, I ?otot
\6. \b \4e\
20t? w,y e. teraugan
tCTf
QCocu
b h'
Rabtr DAb tr, $,$ Tacda \onqan
\\ a4 \y,y
r
\l\ei (^
zot?'

Purwokerto, 15 Mei 2017

Ketua Program Studi DIII


KeperawArtan*Purwokerto

NrP. 196s0423 198803 2 002


PEMERINIAH PROPINSI ]AWA TENGAH
RU),IAH SAKrr UMUM DAERAH (RsUD)
PROF. Dr. ITIARGOT{O SOEKARIO PURI,UOKERTO
Jalan Dr. Gumbrq no{ror l TElepon 632708 Fac. 631015 Punruokerto
Email : rsmargono@jahngprov.uo.id

Purwokertq ,f Januari 2017

Nomor 4?0lu$" Nzst7 Kepada :


Sifat Biasa Yfli. Na Prcdi D3 Keperawatan
Lampiran Poltekkes Kemeks Santerang
Perihal Ijin Pengnmbilan data Di-
an. Alraa UntaF A.S Purruoks'to

Menanggapi surat saudara tanggal 21 Desember 2016 nomor :


:
D1.02.02.e.1.04238 perihal IJin Pengambilan dab di RSUD Ptof. Dr.
Margono fukarjo Purwokerto, pada prinsipnya lomi tidak kebemhn dan
meng'rjinkan p,ennohonan tersebut dengan ketenfinn sebagai berikut :

1. Mentatuhi peraturan yang berlaku di RSl.rD Prof. Dr. MargOno Sekarjo


Purwokefto;
2. Menanggung semua biaya Pengambilan data sebesar Rp'75,000,- /
mahasisaral bulan /unit (sesuai Peraturan Gubemur Jawa Tengah No. 52
fi: ?013 yangberlakul
3. Pengambilan dah tentang Askep Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva
Hygiene pada Ny. X Fost Sectio Caesarea di
Ruang Flamboyan di
RSUD Frof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto dilaksanakan pada
4.
tanssal /?4 - Q ?a $/a - 4
Melapor ke Bidang Pendidikan dan Penelitian RSUD Pt'of. Dr' Margono
Soekarjo Purwokerto sebelum pelakanaan pengambilan data pada jam
dinas.

Demikian atas perhatian dan keriasamanya kami sampaikan terima


kasih.
-.

I
RSUD Prof. Dr. Marono Soekafro

\-iq
Wadir. Penunjang dan Pendidikan

Dr.LILIIANLl.lHRrfl
Pembir,a T,"gktt I [.
NIP.19590+13 198602 2 001
Tembusan Kepada Yth. :
1. Ka,Subag. Rekmed;
2. Ka. IMP I;
1,
3,#f'*P
PE${ERINTAH PROPIIIISI ]AWA TENGAiI
R.UUAH SAXIT UHUI| DAEnAH (RSUD)
PROF. Dr. IIARGONO SOEI(AR O PURWOKERTO
lalan Dr. Gumbrry r€rnor f TelWn 632708 Fac,6lt0l5 turwokerto
Ernail':@,gg.id

Rmlmkstq /7 . Apfl Z0LT

Nornpr :, 420/dr8Qt /w tzstt l(emda:


S}frat : Biasa YSr. l(t. Plotlt ltryerawatan
Lampiran PofteHtes fisnemke Sanramng
krihal : Irln PengnmHftrn XII Di-
an, Rlnddhl Adha Cs krrmksilo

Menanggnpi srlrat saudara bnggal 2l


lanuari Zf,tl norlrcr ;
Dt-.0?,02.2.1.054 pslhal : IJin PerEEmbilan tffI dt HSUD prof, Dr. Maryrono
SoekarJo Purwoketb, @a prirsiprrya kami tidak keberahn dan mengijinkan
pennohonan hrtefut derEnn k&nhran @ai berikut :

f. iltema$hi psabran ),arE berlaku di RSUD hof. Dr. Margono Soelorjo


furuokerb;
2. MenanggurE sernua biaya Pwgambflan KTI sebesar Rp.100.000,- I
mahasi*va/ bulan (sesni Perainan Gubemur Jara Tengph No. SZ fl!
2013 1arq berlalq,
3. kngambllan KTI Dl RsuD Hof. &. Malgono soekarJo punruokerto
dllalaanakan targgal
4. Ivlelapor lo" gqrE krdidikan dan Fenelttian RSUD prof. Dr. Margono
soekarjo funrokerto *belum pehksanaan pengambiran rfi-I pad{;am
dinas.
5. l,tmyeratr*an lusitpenelitian yang Elah disahkan.

Demiklan atas p€rhauan dan kejasamanya karni sampaikan terima


kaslh.

RSUD Prof. k, Marono $oekarJo


dan Penditllkan
9d\
6f \'4.

tffl,,nna
S€tI I
{
98602 2 001
Tqnbman-Kepada Yth.-l
1. Kabid, Perawatan;
e. Ka, trRI,lA I;
3. Ka. IRNA II;
4. IG. IMP I;'
5. Arsip
--/'
KEME}STRIAN KESEHATAN R.I
i&,i
PROGAAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
Mersi Furwokerto Timur Telpo*/Fax. 0281-627961 Purwokerto 53101
i/1
I
uxrr
ii rBrex\t
(Fufr
j
i
I
006
ID0fltS$5

Nomor : DL.02.02.?.I.0 fE 27 Januari 201 7


Lampiran :1set
Ferihal

Kspada Yth. Direktnr RSUD Prof. DR Margono Soekardjri Punvokerto


Jl. Dr. GumbregNo I
Di - Purrryoke*o

Dengan hormat,

Diberitahukan bahwa mahasiswa Program Studi DIll Keperawatan Purwakerfo, Jurusan


Keperawatan Politekni| Kesehahn Kemenkes Semarang Tahun Ajaran 20ld-?017 as..
Rinaldhi Adha dkk &t&rhasiswa) bermaksud pengambil Kasus dalarn rangka penyr$unan
Kary* Tulis llmiah {KTI) seperti terdaftar dalam larnpiran.

Demikian pemberitahuan ini, atas perhatian ilan kebijaksaaaennya diucapkan terima kasih,

Keperarvatan Purrvokerto.

Tcmbusan Yth;
I.Pertinggal;-
.?

KEMSNTRIAN KESEIIATAN R.I


POLITEKNIK KESEHATAI{ SEMARANG
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKNRTO
h{ersi Purwokerto Timur Telpon 0281-637356 Fax 0?8l-627961
ffitfll555 t.,sP,.l
Pwwokerto 5310I cerrlllete t{o t0(pfi305

STJRAT KATERANGA}I PENGAMBILAN KASUS

Bahwamahasiswa dibawatr ini :

Nama : Alma Untara Agnesia Mumthahanatr


Nim : P1337420214052

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Mandi : Vulva


Hygiene pada Ny.I dengaa Post Seclio Caesarea di Ruang
Flarnboyan RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo purwokerto

Telah menyelesaikan pengambilan kasus untr* penyusunan Ifurya Tulis Ifuniah


(KTD dengan sebenar-benarnya.

Purwokerto, 25 April 2017

RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo Puwokerto Pembimbing Klinik

( MBC*fJtl,r
Siti Suwaibah, S"Kep., Ns
NIP. 19780221 t997 02 2 CI02
Lampiran 13

DAS'TAR RTWAYAT HIDUP

Nama : AIma Untara Agnesia Mumthahanah

NIM :P133742A214052

Tanggal Lahir : 25 Agustus 1996

Tempat Lahir : Cilacap

Jenis Kelamin :Perempuan

Alarnat : Jl. Batur Perumahan Puri Mujur RT 05 RW 04,


Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap

No. HP 085786129268

Alamat email almaagnesia@gmail. com

Riwayat Pendidikan
1. 2001 -2002 TK YWKA Kroya Cilacap
2. 2002 -2008 SDN 0l Mujur Kroya
3. 2008 - 201i SMPNegeri l Kroya
4. 2011 -2A14 SMA Negeri 1 Kroya

Riwayat Organisasi
1 PMRSMPNegeTi l Kroya
2. Sekretaris I Osis SMA Negeri 1 Kroya
3. Pramuka SMANegeri l Kroya

Purwokerto,06 Mei 2017

/,+
Alma Untara Agnesia M
NIM. P13374202t4A52

Anda mungkin juga menyukai