Anda di halaman 1dari 158

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA NY. T


DENGAN KANKER SERVIK DI RUANG BOUGENVIL
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat Mata Kuliah Tugas Akhir
Pada Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

Oleh :

Dyah Meitasari

P1337420214053

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES

SEMARANG
2017
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA NY. T


DENGAN KANKER SERVIK DI RUANG BOUGENVIL
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

KTI

Disusun untuk memenuhi sebagai syarat Mata Kuliah Tugas Akhir


Pada Program Studi D III Keperawatan Purwokerto

Oleh :

Dyah Meitasari

P1337420214053

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES
SEMARANG
2017

ii
PERI\TYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Narna : qyah Meitasari

NIM :P1337420214A53

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa laporan kasus yang saya tulis ini adatah
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukar merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain yang saya alari sebagai hasil
tulisan atau pemikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbut<ti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Purwokerto,0S Mei 2017

Yang membuat pernyaiaan,

dil-
,rX.io,*

ilt
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus oleh Dyah Meitasari NIM p1337420214053,


dengan judul
Asuhan Keperawatan Disfuugsi selaual pada Ny. T dengan Kanker
servik
diruang Bougenvil RSUD prof. Dr. Margono soekarjo Furwokerto ird
telall
dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 1? Mei 201?.

Dewan Penguji

'h
1. Ratifah, SST, M-Kes
NIP. 19s80915 198303 2003

2. Ns. Dina Indrati pS., M.Kop., Sp.Mat Anggota


NrP. 19700421 7994W 2 AA1

J. Ns. Siti Mulidah, S.Pd., $.Kep., M.Kes Anggota


NIP. 19670620 199003 2 003

Mengetahui,
a.
KeJua Prodi DIII Keperawatan

NIP. 19650423 198803 2 002


MOTO

1. Carilah ilmu dan harta supaya kamu dapat memimpin. Ilmu akan memimpin
orang-orang diatas, sedangkan harta akan memudahkanmu memimpin orang
di bawah (Ali bin Abi Thalib).
2. Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung
perihnya kebodohan (Imam syafi’i).
3. Hanya karena aku punya Allah, aku masih berani bermimpi (Ori Rabowo).
4. Ketika kita memiliki keinginan, mintalah kepada Allah. Ketika kita bersedih,
berceritalah kepada Allah. Ketika kita merasa takut, mintalah perlindungan
dari Allah. Ketika semuanya terasa begitu berat, ingatlah bahwa Allah selalu
ada. Berdoalah.
5. Ibu, Ibu, Ibu, Ayah.
6. Awali dengan berdoa, lanjutkan dengan berusaha dan akhiri dengan besyukur.
7. Selalu ingat bahwa niat yang baik tidak akan membawamu ke jalan yang
salah.
8. Hidup tidak akan berubah lebih mudah, tapi anda yang harus berubah lebih
kuat.

vi
PERSEMBAHAN

Alkhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah


SWT yang senantiasa memberikan rahmat, hidayah dan inayah Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan kuliah ini hingga terselesaikannya tugas akhir
evaluasi komprehensif ini. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih atas
dukungan material dan spiritual dari orang-orang tercinta disekitar penulis
diantaranya :

1. Bapak dan Ibu tercinta (Bapak Karsan dan Ibu Rasiyah) yang senantiasa
memberikan do’a, dukungan, semangat, motivasi, nasihat dan kasih sayang
kepada penulis agar menjadi orang yang sukses. Penulis akan terus mencoba
dan berusaha semaksimal mungkin untuk membahagiakan Bapak dan Ibu,
dan menjadi seperti yang Bapak dan Ibu harapkan.
2. Kakakku Sigit Prabowo dan dan Kakak Iparku Fifi serta keponakanku
Muhammad Irfan yang tersayang, yang senantiasa selalu mendo’akan,
mendukung, menyayangi dan memberikan semangat kepada penulis untuk
menyelesaikan perkuliahan ini.
3. Ibu Siti Mulidah, S.Pd., S.Kep. Ns., M.Kes, selaku dosen pembimbing
penulisan tugas akhir ini yang telah memberikan bimbingan, masukkan dan
arahan dalam menyelesaikan proposal laporan kasus ini dengan baik.
4. Bapak Supadi, M.Kep., Sp.MB selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan masukan dan semangat.
5. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan kelas IIIA, IIIB, IIIC.
6. Sahabat-sahabat kamar 22 dan 43 yang selalu memberikan semangat dan
masukan.
7. Sahabatku Yuyun, Aini, Desi, Syaiful dan Gilang yang selalu memberikan
semangat.
8. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan Laporan Kasus yang berjudul “Asuhan Keperawatan Disfungsi
Seksual pada Ny. T Di Ruang Bougenvil RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto”. Laporan kasus ini disusun guna memenuhi syarat akhir dalam
menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto
Tahun Akademik 2016/2017.
Tersusunnya laporan kasus ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan kepada
Yth :
1. Bapak Sugiyanto, S.Pd., M.App. Sc selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Semarang,
2. Direktur RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang telah
memberikan ijin dalam pengambilan kasus Karya Tulis Ilmiah.
3. Bapak Putrono, S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politeknik Kesehatan Semarang,
4. Ibu Walin, SST, M.Kes., sebagai Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Purwokerto,
5. Ibu Siti Mulidah, S.Pd., S.Kep. Ns., M.Kes, sebagai Pembimbing dalam
penyusunan Proposal Laporan Kasus ini.
6. Ibu Ratifah, SST., M.Kes selaku Ketua Penguji Laporan Kasus ini.
7. Ibu Dina Indrati DS, M.Kep. Sp.Mat selaku Penguji I Laporan Kasus ini.
8. Bapak Supadi, M.Kep., Sp.MB sebagai Pembimbing Akademik.
9. Segenap Dosen dan Tenaga Kependidikan Program Studi D III Keperawatan
Purwokerto Politeknik Kesehatan Semarang,

viii
10. Kedua orang tua tercinta Bapak Karsan dan Ibu Rasiyah, kakak ku Sigit
Prabowo dan keluarga besar yang selalu mendoakan, mendukung dan
memberikan semangat.
11. Ny. T dan keluarga yang telah bersedia bekerja sama dengan baik menjadi
responden dalam penyusunan laporan kasus ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyusun laporan kasus ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan laporan kasus ini jauh dari sempurna.
Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan
saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan dalam pembuatan laporan
kasus ini.

Purwokerto, 08 Mei 2017

Penulis

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i


HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ iv
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... v
MOTTO ...................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ....................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................... x
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ............................................................................... 5
C. Manfaat Penulisan ............................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ................................................................................... 7
1. Kanker Servik .............................................................................. 7
a. Definisi .................................................................................. 7
b. Etiologi .................................................................................. 7
c. Klasifikasi ............................................................................. 10
d. Manifestasi klinik .................................................................. 11
e. Patofosiologi.......................................................................... 12
f. Pathway ................................................................................. 15
g. Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 16
h. Penatalaksanaan ..................................................................... 17
i. Pencegahan ............................................................................ 18

x
2. Disfungsi Seksual pada Pasien Kanker Servik.............................. 19
a. Definisi .................................................................................. 19
b. Batasan Karakteristik ............................................................. 19
c. Faktor yang Berhubungan ...................................................... 19
d. Pengelolaan Disfungsi Seksual pada Kanker Servik ............... 19
B. Asuhan Keperawatan Disfungsi Seksual Pada Kanker Servik ........... 23
1. Pengkajian ................................................................................... 23
2. Diagnosa keperawatan ................................................................. 24
3. Rencana Keperawatan ................................................................. 25
4. Implementasi ............................................................................... 26
5. Evaluasi keperawatan .................................................................. 28

BAB III METODA


A. Metoda ............................................................................................. 31
B. Sampel .............................................................................................. 31
C. Lokasi ............................................................................................... 31
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 32
E. Analisis ............................................................................................. 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil.................................................................................................. 34
B. Pembahasan ...................................................................................... 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan ........................................................................................... 60
B. Saran ................................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
2.1 Klasifikasi Kanker Servik ........................................................................ 10

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
2.1 Pathway Disfungsi Seksual pada Kanker Servik ........................................ 15

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Asuhan Keperawatan Disfungsi Seksual Pada Ny. T Dengan Kanker


Servik Di Ruang Bougenvil RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto.
2 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Disfungsi Seksual Pada Pasien Kanker
Serviks.
3 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Penanganan Disfungsi Seksual pada
Pasien Kanker Serviks.
4 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Nutrisi Untuk Pasien Kanker Serviks.
5 Lampiran Kuisioner.
6 Lembar Bimbingan.
7 Surat Ijin Pengambilan Data.
8 Surat Ijin Pengambilan KTI.
9 Surat Pengambilan Kasus Penyusunan KTI.
10 Surat Keterangan Pengambilan Kasus.
11 Daftar Riwayat Hidup.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel yang tidak normal
yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol dan tidak berirama yang dapat
menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal
sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Romauli & Vindari, 2011). Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015), penyakit kanker serviks
dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di
Indonesia. Kanker seviks atau kanker leher rahim merupakan jenis tumor
ganas yang mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut
rahim (Savitri, 2015). Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks
adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh Human Papiloma Virus
(HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim (Irianto, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) (2016) kanker serviks di
seluruh dunia menempati urutan keempat diantara kanker yang sering terjadi
pada wanita dengan perkiraan 530.000 kasus baru pada tahun 2012, yang
mewakili 7,5% dari semua kematian akibat kanker pada perempuan. Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015), penyakit kanker serviks
merupakan penyakit kanker yang menempati urutan tertinggi di Indonesia
dengan prevalensi pada tahun 2013 sebesar 0,8%. Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah melalui Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015
melaporkan melalui cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode
Inspeksi Visual Asam (IVA) menurut kabupaten / kota pada perempuan usia
30-50 tahun, ditemukan 1868 peremuan dengan IVA positif atau 9,86% dari
total jumlah perempuan usia 30-50 tahun. Data dari Profil Kesehatan
Kabupaten Banyumas tahun 2015 menyebutkan bahwa ditemukan 39 kasus
kanker servik. Menurut data rekam medik RSUD Prof. DR. Margono

1
2

Soekarjo Purwokerto pada tahun 2016 tercatat 21 kasus pasien kanker servik
yang dirawat di Ruang Bougenvil dengan rentang usia 18 sampai 81 tahun.
Kanker seviks akan menimbulkan masalah tersendiri bagi perempuan
yang mengalaminya karena kanker ini berhubungan dengan perubahan pada
organ reproduksi perempuan yang dianggap sebagai bagian yang sangat
penting bagi perempuan (Wijaya, 2010). Dampak kanker serviks terhadap
perubahan body image, penurunan harga diri, gangguan hubungan dengan
pasangan serta isu seksual dan reproduksi dapat menurunkan kualitas hidup
perempuan dengan kanker serviks (Priyanto, 2011). Penderita kanker serviks
sering mengalami masalah psikologi karena diagnosa kanker serviks
merupakan salah satu peristiwa paling menakutkan yang menyebabkan
kecemasan baik bagi penderita maupun keluarga. Masalah sosial yang sering
muncul pada penderita kanker serviks adalah isolasi sosial, gangguan peran,
adanya ketergantungan, kehilangan kontrol dan kehilangan produktifitas
(Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Gangguan seksualitas merupakan masalah yang sangat sering terjadi
pada penderita kanker servik. Gangguan seksualitas pada penderita kanker
serviks apabila kanker serviks sudah mengalami progresivitas atau stadium
lanjut, antara lain perdarahan setelah melakukan hubungan seksual dan nyeri
ketika berhubungan seksual. Hal ini dapat menyebabkan penderita kanker
serviks mengalami penurunan minat untuk melakukan hubungan seksual
(Misgiyanto & Susilawati, 2014). Terapi kanker servik juga dapat
menyebabkan disfungsi seksual yang mempengaruhi kualitas hidup
perempuan. Idealnya tujuan dari terapi kanker adalah membunuh sel-sel
kanker, namun proses penghancuran sel-sel kanker dapat juga merusak sel-sel
darah dan sel-sel tubuh lainnya. Obat anti kanker dapat mempengaruhi sel-sel
yang membelah dengan cepat termasuk sel darah. Jika sel darah terkena
pengaruh obat anti kanker, penderita kanker servik akan lebih mudah
mengalami infeksi, mudah memar, mengalami perdarahan serta kekurangan
tenaga. Hal ini dapat mengakibatkan penderita kanker servik untuk enggan
melakukan hubungan seksual (Dyayadi, 2009).
3

Hasil studi longitudinal kuantitatif yang dilakukan Puspasari dkk


(2013) yang mengkaji fungsi seksual dan perubahan vagina pada 118 wanita
penderita kanker servik, menyebutkan bahwa terjadi pengalaman disfungsi
seksual pada wanita dengan kanker serviks sampai dengan 2 tahun setelah
dilakukan perawatan terapi radiasi. Adapun 60,9% terjadi penurunan
keinginan / hasrat seksual, 62,5% penurunan cairan lubrikasi vagina, 55%
terjadi dispareunia berat dan 45% dari wanita setelah terapi radiasi tidak
pernah atau jarang sekali mau melakukan hubungan seksual dengan
pasangannya. Studi-studi sebelumnya melaporkan bahwa pasca terapi kanker
serviks, kebanyakan perempuan mengalami penurunan hasrat atau minat
untuk kembali melakukan hubungan seksual (Afiyanti, 2011). Kanker serviks
yang terjadi pada wanita yang sudah menikah memiliki resiko terjadinya
perceraian karena beberapa hal yaitu berubahnya pendapatan dan pengeluaran
dalam keluarga, pasangan sudah terlihat tidak menarik lagi, terjadinya infertil,
hubungan intim dan seksual terganggu, tidak dapat melaksanakan peran atau
kewajiban sebagai istri, serta berubahnya keharmonisan dalam hubungan
antara penderita dan pasangannya (Fitriani, 2015).
Perawatan bagi pasien yang terdiagnosa kanker servik dapat berupa
perawatan paliatif. Tujuan utama dari terapi paliatif adalah peningkatan
kualitas hidup pasien, maka tenaga medis harus mampu menyikapi,
bagaimana kualitas hidup yang dinginkan oleh penderita dan bagaimana cara
meraih dan mencapainya (Rasjidi, 2010a). Aspek seksualitas merupakan
bagian yang penting dari kualitas hidup keseharian penderita kanker servik,
baik sebelum, selama, dan setelah pascaterapi kanker (Hughes, 2009).
Tindakan yang dapat diberikan oleh perawat dalam perawatan paliatif untuk
pasien kanker servik dengan disfungsi seksual adalah edukasi dan konseling.
Menurut penelitian yang dilakukan Puspasari dkk (2013) intervensi edukasi-
konseling terbukti sebagai strategi intervensi promosi terbaik meningkatkan
kualitas hidup perempuan penderita kanker. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Afiyanti dkk (2011), melaporkan bahwa pada kelompok
intervensi yang diberikan edukasi–konseling terjadi peningkatan rerata
4

kepercayaan diri pascaterapi kanker serviks dibandingkan dengan kelompok


yang tidak menerima intervensi. Edukasi yang diberikan dapat berupa
pendidikan kesehatan tentang perubahan-perubahan seksualitas yang dialami
oleh pasien kanker servik dan konseling dapat berupa bagaimana cara
penanganannya.
Selain edukasi konseling perawatan paliatif pada pasien kanker servik
juga dibutuhkan dukungan keluarga dalam pengobatan. Dukungan keluarga
adalah bantuan yang dapat diberikan kepada anggota keluarga lain berupa
barang, jasa, informasi dan nasihat yang mampu membuat penerima
dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan tenteram. Adanya dukungan
keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percaya diri pada penderita
dalam menghadapi proses pengobatan penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati,
2014). Perawatan pada pasien kanker serviks juga memerlukan penyesuaian
atau adaptasi, yang merupakan proses yang dinamik, terus menerus dilakukan
agar mendapatkan hubungan yang serasi antara diri dengan pasangan,
keluarga, teman, pekerjaan, dan lingkungan. Bagi penderita kanker serviks
yang sudah menikah dengan adanya perubahan seksualitas, tentu ada
beberapa penyesuaian diri agar kehidupan dengan pasangannya tetap
harmonis (Cancer Council, 2009). Untuk itu perawat harus membantu pasien
dan keluarganya untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan seksual
yang dialami oleh pasien kanker servik.
Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan praktek klinik di
Ruang Bougenvil RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, penulis
belum menemukan implementasi / tindakan yang dilakukan perawat untuk
penanganan disfungsi seksual. Di rumah sakit masalah seksualitas jarang
diatasi karena masalah seksualitas bersifat pribadi, pendekatan masalah
seksualitas harus menggunakan metode khusus, dan tidak semua pasien mau
mendiskusikan masalah seksualitas dengan perawat atau orang lain.
Berdasarkan masalah yang ada, penulis bermaksud menyusun laporan
kasus berjudul “Asuhan Keperawatan Disfungsi Seksual pada Ny.T
5

dengan Kanker Serviks di Ruang Bougenvil RSUD. Prof. DR. Margono


Soekarjo Purwokerto”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umun
Menggambarkan asuhan keperawatan Disfungsi Seksual pada Ny.T
dengan Kanker Serviks di Ruang Bougenvil RSUD. Prof. DR. Margono
Soekarjo Purwokerto.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian Disfungsi Seksual pada Ny.T dengan
Kanker Serviks di Ruang Bougenvil RSUD. Prof. DR. Margono
Soekarjo Purwokerto.
b. Menggambarkan rumusan masalah atau diagnosa keperawatan
Disfungsi Seksual pada Ny.T dengan Kanker Serviks di Ruang
Bougenvil RSUD. Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto.
c. Menggambarkan rencana asuhan keperawatan Disfungsi Seksual pada
Ny.T dengan Kanker Serviks di Ruang Bougenvil RSUD. Prof. DR.
Margono Soekarjo Purwokerto.
d. Menggambarkan implementasi Disfungsi Seksual pada Ny.T dengan
Kanker Serviks di Ruang Bougenvil RSUD. Prof. DR. Margono
Soekarjo Purwokerto.
e. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan Disfungsi Seksual pada
Ny.T dengan Kanker Serviks di Ruang Bougenvil RSUD. Prof. DR.
Margono Soekarjo Purwokerto.
f. Menganalisis / membahas hasil pengkajian, masalah keperawatan,
perencanaan, tindakan yang ditekankan pada prosedur keperawatan,
dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi Disfungsi
Seksual pada Ny.T dengan Kanker Serviks di Ruang Bougenvil
RSUD. Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto.
6

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Wanita dengan Kanker Servik


Meningkatkan pengetahuan wanita dengan kanker servik tentang
perubahan fungsi seksual pada pasien kanker serviks dan cara mengatasi
perubahan fungsi seksual.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Menjadi acuan keperawatan guna meningkatkan intervensi asuhan
keperawatan terkait dengan perubahan seksualitas yang terjadi pada
penderita kanker serviks dalam masa pengobatan terapi.
3. Bagi Intitusi Pendidikan
Menambah referensi atau kepustakaan bagi institusi pendidikan ibu
dengan kanker servik dan cara mengatasi perubahan fungsi seksual.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Kanker Servik
a. Definisi
Kanker seviks atau kanker leher rahim merupakan jenis tumor
ganas yang mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim
atau mulut rahim. Kanker ini dapat terjadi karena sel-sel permukaan
tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel
yang normal (Savitri, 2015).
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah
sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh HPV onkogenik, yang
menyerang leher rahim (Irianto, 2015).
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan
pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang senggama / vagina (Diananda, 2009).
b. Etiologi
Menurut Savitri (2015) penyakit ini dipicu oleh
mikroorganisme yang bernama HPV. Sekali kita terinfeksi dari
HPV, maka semakin besar risiko terkena kanker serviks. Proses
infeksi HPV menjadi kanker serviks memerlukan waktu yang cukup
lama, yaitu 10-20 tahun.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
kanker serviks menurut Savitri (2015), antara lain adalah :
1) Melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun
Melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun dapat
menjadi faktor penyebab kanker servik karena sebelum usia 20

7
8

tahun, organ reproduksi wanita belum memiliki tingkat


kematangan yang sesuai. Resikonya akan lebih tinggi apabila
pada usia dibawah 20 tahun, wanita sudah mengalami
kehamilan.
2) Bergonta-ganti pasangan seksual
Jika seorang wanita sering bergonta-ganti pasangan seksual,
resiko terkena HPV akan semakin besar. Karena bukan hanya
wanita saja yang parter seksualnya, suami atau pria yang sering
melakukan hubungan seksual dengan beberapa wanita, bisa jadi
menularkan kepada istrinya.
3) Paritas yang tinggi
Semakin banyak proses melahirkan yang dialami oleh seorang
ibu, maka semakin tinggi resikonya untuk terkena kanker servik.
Hal ini pertama dikarenakan pada saat melahirkan, janin tentu
saja akan keluar melalui servik yang merupakan leher rahim,
jembatan antara rahim dan vagina. Keluarnya janin akan
menimbulkan trauma pada servik. Jika servik mengalami
kelahiran terus menerus maka servik juga akan semakin
mengalami trauma. Kedua, adanya perubahan hormonal bagi
wanita selama kehamilan ketiga yang membuat wanita tersebut
lebih mudah terkena infeski HPV dan pertumbuhan kanker.
Ketiga, adalah pendapat bahwa wanita hamil memiliki imunitas
yang lebih rendah sehingga memudahkan masuknya HPV dalam
tubuh yang berujung pada pertumbuhan kanker.
4) Penggunaan kontrasepsi oral jangka panjang
Jika wanita menggunakan kontrasepsi jangka panjang, tepatnya
lebih dari lima tahun, maka dapat meningkatkan resiko 1,53
kali. Namun resiko akan kembali normal setelah 10 tahun
berhenti mengkonsumsi kontrasepsi oral.
9

5) Merokok
Kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan resiko kanker
servik, karena lendir servik pada wanita perokok mengandung
nikotin dan zat-zat yang juga terkadung dalam rokok. Hal ini
membuat servik kehilangan daya tahan secara optimal.
6) Riwayat kanker servik pada keluarga
Apabila saudara kandung atau ibu memliki riwayat kanker
servik, maka resiko seseorang untuk terkena kanker servik juga
lebih besar dari wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga
dengan kanker servik. Beberapa penilitian menduga hal ini
berkaitan dengan berkurangnya kemampuan orang tersebut dan
keluarnya untuk melawan infeksi HPV.
7) Usia
Sebagian besar penderita kanker servik adalah wanita berusia 40
tahunan ke atas. Sangat jarang ditemukan wanita berusia 35
tahun ke bawah yang mengidap kanker servik. Hal ini
dikarenakan virus HPV perlu waktu antara 10-20 tahun untuk
betransformasi menjadi kanker servik. Selain itu semakin tua
usia seseorang, semakin rendah daya tubuhnya.
8) Defisiensi Nutrisi
Beberapa penelitian melaporkan bahwa defisiensi asam folat
dapat juga meningkatkan resiko terserang dysplasia ringan atau
sedang. Bahkan dapat meningkatkan resiko terkena kanker
servik pada wanita yang makan makanan rendah beta karoten
dan retinol (vitamin A). Hal ini dikarenakan antioksidan dapat
melindungi DNA / RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas
yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Banyak
mengkonsumsi sayur dan buah yang mengandung bahan-bahan
antioksidan berkhasiat mencegah kanker.
10

9) Perawatan organ reproduksi yang salah


Banyak wanita yang salah merawat organ reproduksi. Hal ini
dikarenakan organ reproduksi wanita letaknya didalam tidak
seperti organ reproduksi pria yang terlihat dan bisa dibersihkan
dengan mudah.
10) Lemahnya imunitas
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sebuah virus yang
menyerang sistem kekebalan atau imunitas tubuh. Jika seorang
wanita sudah terdiagnosis HIV, maka mudah sekali baginya
untuk terinfeksi vitus HPV. Kekebalan tubuh sangat penting
bagi wanita yang terpapar HPV untuk bisa me-recovery
tubuhnya dengan menghancurkan sel kanker dan memperlambat
pertumbuhan dan penyebaran sel kanker. Hal ini akan sulit bagi
wanita yang juga terpapar virus HIV, ia mungkin akan
merasakan perkembangan sel kanker dengan sangat cepat dari
pada penderita yang normal.
c. Klasifikasi
Klasifikasi kanker servik berdasarkan stadium menurut Yatim
(2008):
0 Sel kanker masih ditempat selaput lendir serviks (karsinoma
insitu)
I Kanker masih terbatas didalam jaringan serviks dan belum
menyebar ke badan rahim
IA Karsinoma yang didiagnosa baru hanya secara mikroskop
dan belum menunjukkan kelainan / keluhan klinik.
IA1 Kanker sudah mulai menyebar kejaringan otot dengan dalam
<3 mm, serta ukuran besar tumor < 7 mm.
IA2 Kanker sudah menyebar lebih dalam (>3mm-5mm dengan
lebar = 7 mm)
IB Ukuran kanker sudah > dari IA2
IBI Ukuran tumor = 4 cm
IB2 Ukuran tumor > 4cm
II Kanker sudah menyebar keluar jaringan serviks tetapi belum
mengenai dinding rongga panggul. Meskipun sudah
menyebar ke vagina tetapi masih terbatas pada 1 / 3 atas
vagina
IIA Tumor jelas belum menyebar ke sekitar uterus
11

IIB Tumor jelas sudah menyebar ke sekitar uterus


III Kanker sudah menyebar ke dinding panggul dan sudah
mengenai jaringan vagina lebih rendah dari 1 / 3 bawah.
Bisa juga penderita sudah mengalami ginjal bengkak karena
bendungan air seni (hidroneprosis) dan mengalami
gangguan fungsi ginjal
IIIA Kanker sudah menginfasi dinding panggul
IIIB Kanker menyerang dinding panggul disertai gangguan
fungsi ginjal dan / atau hidronephrosis
IV Kanker sudah menyebar keluar rongga panggul, dan secara
klinik sudah terlihat tanda-tanda infasi kanker ke selaput
lendir kandung kencing dan / atau rektum
IVA Sel kanker menyebar pada alat / organ yang dekat dengan
serviks
IVB Kanker sudah menyebar pada alat / organ yang jauh dari
serviks

Tabel 2.1

d. Manifestasi Klinik
Menurut Savitri (2015), orang yang terkena virus HPV, tidak
lantas terkena demam seperti halnya terkena virus influenza. Masa
inkubasi untuk perkembangan gejala klinis setelah infeksi HPV
sangat bervariasi. Kutil kelamin akan timbul dalam waktu beberapa
bulan setelah terinfeksi HPV, efek dari virus HPV akan terasa
setelah berdiam diri pada servik selama 10-20 tahun. Sehingga
wanita tidak mampu mendeteksi apakah dirinya terpapar HPV atau
tidak. Bahkan, ketika sudah bermutasi menjadi kanker servik, tidak
ada gejala atau tanda yang khas.
Berikut gejala umum yang paling sering muncul dialami oleh
penderita kanker servik :
1) Keputihan yang tidak normal
Keputihan tidak normal ini biasa disebut keputihan patologis.
Keputihan ini disebabkan oleh berbagai macam hal. Dapat
disebabkan jamur, bakteri, ataupun virus. Jika lendir keputihan
berwarna putih kekuningan atau kuning kehijauan, berbau,
12

menyebabkan rasa gatal yang teramat sangat dan bahkan nyeri,


maka kemungkinan besar disebabkan oleh jamur.
2) Perdarahan yang tidak normal
Gejala kedua yang biasanya dialami oleh penderita kanker servik
adalah mendapatkan perdarahan yang tidak normal. Beberapa
perdarahan yang tidak normal yang perlu diwaspadai, antara lain :
a) Perdarahan selama atau setelah berhubungan seksual
b) Perdarahan setelah melakukan pemeriksaan panggul
c) Perdarahan setelah mengalami menopause
d) Perdarahan saat memaksa buang air besar
3) Mengalami rasa sakit yang aneh pada organ reproduksi
Selain mengalami keputihan dan perdarahan tidak normal,
penderita kanker servix akan mengalami sakit abnormal pada
organ reproduksinya pada situasi-situasi tertentu. Misalnya, sakit
saat melakukan aktivitas seksual yang melibatkan organ
reproduksi, buang air besar atau pada saat menstruasi. Pada sakit
ini biasanya dirasakan pada vagina, perut bagian bawah, paha,
dan persendian panggul.
e. Patofisiologi
Proses terjadinya karsinoma serviks sangat erat hubungannya
dengan proses metaplasia. Masuknya bahan-bahan yang dapat
mengubah perangai sel secara genetik atau mutagen pada saat fase
aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel berpotensi ganas.
Perubahan biasanya dapat terjadi pada sambungan skuamosa
kolumnar (SSK) atau daerah transformasi. Mutagen pada umumnya
berasal dari agen-agen yang ditularkan melalui hubungan seksual
seperti HPV dan VHS tipe 2. Karsinogenesis pada kanker serviks
dimulai sejak masuknya HPV sebagai insisiator terjadinya gangguan
sel serviks, dimana oncoprotein Early 6 (E6) dan Early 7 (E7) yang
berasal dari HPV menyebabkan terjadinya degenerasi keganasan.
Oncoprotein E6 akan mengikat protein 53 (p53) sehingga tumor
13

supressor Gene (TSG) p53 akan kehilangan fungsinya. Sementara


itu, oncoprotein E7 akan mengikat TSG (gen retinoblastoma) Rb.
Ikatan ini akan menyebabkan terlepasnya Elongation Two Factor
(E2F) yang merupakan faktor transkripsi sehingga siklus sel berjalan
tanpa kontrol (Rasjidi, 2010b).
Faktor yang berhubungan dengan kanker serviks adalah
aktivitas seksual yaang terlalu muda (<16 tahun), jumlah pasangan
seksual yang banyak (>4 orang), dan adanya riwayat pernah
menderita kondiloma. Karena hubunganya erat dengan infeksi HPV,
wanita yang menderita penurunan sistem imun atau menggunakan
obat untuk menekan sistem imunnya sangat bersiko untuk terjadinya
kanker servik. Selain itu, ada faktor lain yaitu bahan karsinogenik
spesifik dari tembakau yang dijumpai dalam lendir dari mulut rahim
wanita perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa
dan bersama infeksi HPV dapat mencetusakan transformasi
keganasan (Rasjidi, 2010b).
Kanker Servik dapat menimbulkan masalah-masalah pada
wanita yang dapat mengakibatkan disfungsi seksual. Apabila kanker
serviks sudah mengalami progresivitas atau stadium lanjut, maka
gejala-gejala yang timbul antara lain perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual, perdarahan spontan yang terjadi di antara periode
menstruasi rutin, timbulnya keputihan yang bercampur darah dan
berbau, nyeri ketika berhubungan seksual (Misgiyanto & Susilawati,
2014).
Disfungsi seksual pada wanita dengan kanker serviks terjadi
sampai dengan 2 tahun setelah dilakukan perawatan terapi radiasi.
Adapun 60,9% terjadi penurunan keinginan / hasrat seksual, 62,5%
penurunan cairan lubrikasi vagina, 55% terjadi dispareunia berat dan
45% dari wanita setelah terapi radiasi tidak pernah atau jarang sekali
mau melakukan hubungan seksual dengan pasangannya (Puspasari
dkk, 2013).
14

Pada pasien post histerektomi juga mengalami disfungsi


seksual. Histerektomi merupakan tindakan yang sering harus
dihadapi seorang wanita dalam pengobatan kelainan ginekologi baik
jinak maupun ganas (Sastrawinata, 2009). Gangguan seksualitas
pada pasien post histerektomi yaitu pasien mengalami kekeringan
vagina yang dapat mengakibatkan perdarahan dan rasa sakit saat
berhubungan seksual sehingga dapat mengakibatkan menurunnya
aktivitas seksual.
15

f. Pathway
Berdasarkan teori menurut Rasjidi (2010b), Misgiyanto &
Susilawati (2014), Puspasari (2013), Sastrawinata (2009), dapat
digambarkan pathway sebagai berikut :
Faktor resiko : Human Papiloma Virus (HPV), melakukan
hubungan seksual sebelum usia 20 tahun, bergonta-ganti pasangan
seksual, paritas yang tinggi, penggunaan kontrsepsi oral jangka
panjang, meroko, riwayat kanker servik pada keluarga, usia,
defisiensi nutrisi, perawatan reproduksi yang salah, lemahnya
imunutas

Proses metaplasia
Proses metaplasia
Displasia Servik

Kanker Servik

Sebelum pengobatan Setelah pengobatan Post Histerektomi

Penurunan cairan
lubrikasi vagina

Dispareunia dan
Keputihan perdarahan saat/setelah
berhubungan seksual

Penurunan keinginan/
hasrat seksual

Disfungsi seksual

Gambar 2.1
16

g. Pemeriksaan Penunjang
Jenis-jenis metode deteksi dini kanker serviks yang bisa
digunakan menurut Savitri (2015) antara lain:
1) Pap smear
Pap smear merupakan metode skrining ginekologi yang
dilakukan untuk menemukan proses premalignant
(prekeganasan) dan malignancy (keganasan) di ektoservix (leher
rahim bagian luar), infeksi dalam endoservix (leher rahim
bagian dalam) dan endometrium.
2) Pap Net
Tes pap net dilakukan berdasarkan pemeriksaan slide pap smear
untuk mengidentifikasi sel abnormal. Pada pap net, pemeriksaan
dilakukan dengan komputerisasi.
3) Tes IVA
Tes IVA dilakukan dengan mengusap atau mengoles leher rahim
(servix) dengan asam asetat 3-5 % dan larutan iodium lugol
dengan bantuan lidi wotten. Cara ini dilakukan untuk melihat
perubahan warna yang terjadi pasca dilakukan olesan.
4) Servikografi
Metode ini merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan
porsio dengan membuat foto pembesaran porsio yang diberi
usapan dengan menggunakan asam asetat 3-5%.
5) Kolposkopi
Tes ini dilakukan bila pada tes pap smear sebelumnya
ditemukan tanda-tanda lesi prakanker atau kanker invasive atau
abnormal.
6) Thin Prep Liquid Base Cytology
Pada Thin Prep Liquid Base Cytology, sel leher rahim
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi cairan. Hal ini
bertujuan untuk menjaga dan menstabilkan kondisi sampel sel
agar sampai laboratorium dengan sempurna.
17

7) Tes HPV-DNA
Tes HPV-DNA merupakan pemeriksaan biomolekular yang
bertujuan untuk menyaring virus HPV resiko tinggi dan
perubahan bentuk sel leher rahim. Tes ini sangat dianjurkan bagi
pasien dengan hasil sitologi pap smear yang meragukan.
8) Tes Liquid Base Cytologi (LBC)
Sitologi ini menggunakan cairan lendir yang berasal dari mulut
rahim. Tes LBC sendiri mengambil sediaan sampel yang
memuaskan yaitu antara 5000-8000 sel per gelas objek.
9) Konisasi
Konisasi servix bekerja dengan mengeluarkan sebagian jaringan
servix sedemikian rupa, sehingga yang dikeluarkan berbentuk
kerucut (konus), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu
kerucutnya. Tujuan diagnostik tindakan konisasi harus selalu
dilanjutkan dengan kuretase.
10) Biopsy
Biopsy adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa
oleh dokter ahli patologi anatomi. Jaringan akan dilihat dibawah
mikroskop sehingga dapat ditentukan ada tidaknya sel kanker.
h. Penatalaksanaan
Operasi adalah salah satu jenis perawatan kanker serviks serta
area yang berdekatan dengan kanker tersebut. Kebanyakan penderita
kanker serviks awal akan menjalani histerektomi, yaitu operasi untuk
mengangkat leher rahim dan kandungan. Namun, operasi ini tidak
diperlukan untuk kanker serviks tingkat dini (tingkat 0). Beberapa
jenis terapi menurut Sarasvati (2010) :
1) Terapi radiasi
Terapi radiasi (radiotherapy) dilakukan dengan menggunakan
sinar-sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Dokter akan menyarankan terapi radiasi sebagai pengganti
18

operasi bagi penderita yang tidak dapat menjalani operasi karena


alasan-alasan medis.
2) Kemoterapi
Kemoterapi adalah perawatan dengan menggunakan obat-obatan
anti-kanker untuk membunuh sel-sel kanker.
3) Nutrisi
Nutrisi sangat penting untuk dikonsumsi selama perawatan
kanker. Makan dengan baik berarti mendapatkan cukup kalori
untuk mempertahankan berat badan yang tepat dan protein yang
cukup untuk mempertahankan kekuatan.
4) Penyaringan (screening)
Penyaringan dapat membantu dokter mencari sel-sel yang tidak
normal sebelum kanker berkembang agar kanker serviks dapat
dicegah.
i. Pencegahan
Pencegahan kanker serviks menurut Irianto (2015) antara
lain: jalani pola hidup sehat dengan mengkonsumsi makanan yang
cukup nutrisi dan bergizi, selalu menjaga kesehatan tubuh dan
sanitasi lingkungan, hindari pembersihan genital dengan air yang
kotor, jika perokok, segera hentikan kebiasaan buruk ini, hindari
berhubungan intim saat usia dini, selalu setia kepada pasangan,
jangan bergonta-ganti apalagi diikuti dengan hubungan intim,
lakukan pemeriksaan pap smear minimal lakukan selama 2 tahun
sekali khususnya bagi yang telah aktif melakukan hubungan intim,
jika belum pernah melakukan hubungan intim, ada baiknya
melakukan vaksinasi HPV, perbanyaklah konsumsi makanan
sayuran yang kandungan betakarotennya cukup banyak, konsumsi
vitamin C dan vitamin.
19

2. Disfungsi seksual pada pasien kanker servik


a. Definisi
Suatu kondisi ketika individu mengalami suatu perubahan
fungsi seksual selama fase respons seksual berupa hasrat,
terangsang, dan / atau orgasme, yang dipandang tidak memuaskan,
tidak bermakna, atau tidak adekuat (Herdman, 2015).
Disfungsi seksual adalah gangguan pada salah satu atau lebih
aspek fungsi seksual (Andira, 2010).
b. Batasan karakteristik
Batasan karakteristik disfungsi seksual menurut Herdman (2015)
antara lain: gangguan aktivitas seksual, gangguan eksitasi seksual,
gangguan kepuasan seksual, mencari informasi tentang kemampuan
mencapai hasrat seksual, merasakan keterbatasan seksual,
menurunan hasrat seksual, perubahan fungsi seksual yang tidak
diinginkan, perubahan minat terhadap diri sendiri, perubahan minat
terhadap orang lain, dan perubahan peran seksual.
c. Faktor yang berhubungan
Faktor yang berhubungan dengan disfungsi seksual menurut
Herdman (2015) yaitu : adanya penganiayaan (misalnya fisik,
psikologis, seksual), gangguan fungsi tubuh (karena anomaly,
penyakit, medikasi, kehamilan, radiasi, bedah, trauma, dll),
gangguan struktur tubuh (karena anomaly, penyakit, kehamilan,
radiasi, bedah, trauma, dll), kerentanan, konflik nilai, kurang
pengetahuan tentang fungsi seksual, model peran tidak adekuat,
penganiayaan psikososial (misalnya pengawasan, manipulasi,
penganiayaan verbal), salah informasi tentang fungsi seksual, tidak
ada orang terdekekat, dan tidak ada privasi.
d. Pengelolaan disfungsi seksual pada pasien kanker serviks
Aspek seksualitas merupakan bagian yang penting dari kualitas
hidup keseharian penderita kanker servik, baik sebelum, selama, dan
setelah pascaterapi kanker (Afiyanti dkk, 2011).Tindakan yang dapat
20

diberikan oleh perawat dalam perawatan paliatif untuk pasien kanker


servik dengan disfungsi seksual adalah edukasi dan konseling.
Menurut penelitian yang dilakukan Puspasari dkk (2013) intervensi
edukasi-konseling terbukti sebagai strategi intervensi promosi
terbaik meningkatkan kualitas hidup perempuan penderita kanker.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Afiyanti dkk (2011),
melaporkan bahwa pada kelompok intervensi yang diberikan
edukasi-konseling terjadi peningkatan rerata kepercayaan diri
pascaterapi kanker serviks dibandingkan dengan kelompok yang
tidak menerima intervensi.
Edukasi yang diberikan yaitu tentang perubahan-perubahan
seksualitas yang dialami oleh pasien kanker servik dan cara
penanganannya. Edukasi untruk penanganan keputihan yaitu
menggunakan daun sirsak, menurut penelitian yang dilakukan oleh
Suwanti & Koto (2016) menunjukkan bahwa dari 30 responden
sebelum mengkonsumsi sirsak semua responden keputihan, setelah
mengkonsumsi daun sirsak, sebanyak 23 orang (76,7%) sembuh dari
keputihan dengan waktu paling cepat hari ke 5 dam paling lama hari
ke 14. Daun sirsak mengandung minyak asitrin, sineol 50% - 65%,
a-pinen, limonene dan dipenten, mengandung senyawa asetogini,
antara lain asimisin, bulatasin dan skuamosin. Pada kosentrasi tinggi,
senyawa asetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedent,
disamping itu juga mengandung zat annonaceous acetogenins yang
mampu 10.000 kali lebih kuat membunuh sel-sel kanker dari pada
zat adriamycin, yang biasa pakai dalam pengobatan kemotrapi. Daun
sirsak dapat untuk mengobati keputihan pada wanita karena
mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh kuman, yaitu
fenol, dimana kandungan fenol dalam daun sisak memiliki sifat
antiseptik 5 kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa. Untuk
mengobati keputihan rebus 10 daun sirsak dalam 2,5 liter air,
kemudian rebusan yang masih hangat tersebut untuk mencuci vagina
21

(Triarsari, 2007). Selain itu rebusan dauh sirih juga dapat mengatasi
keputihan terutama daun sirih merah. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Mohanis, Rizki & Riri (2013) Terdapat perbedaan
yang signifikan antara pH sebelum dan pH sesudah diberikan air
rebusan daun sirih merah terhadap penyembuhan keputihan pada
Wanita. Hal ini dikarenakan pada daun sirih merah terkandung
eugenol yang mampu membasmi jamur Candida albicans, dan
bersifat analgesik (meredakan rasa nyeri). Ada juga kandungan
tannin pada daunnya yang bermanfaat mengurangi sekresi cairan
pada vagina. Terbukti hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
terjadinya penyembuhan pada sebagian Wanita Usia Subur (WUS)
di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang Tahun 2013 membuktikan bahwa air rebusan daun sirih
merah efektif untuk mengobati keputihan, dimana terbukti dari hasil
pengukuran didapatkan jika pH ≤ 5.
Edukasi untuk penangan dispereunia atau nyeri pada saat
berhubungan seksual yaitu dengan pemberian jelly / pelumas vagina.
Menggunakan jelly saat berhubungan seksual dapat mengurangi rasa
sakit. Sedangkan perdarahan saat berhubungan seksual pada pasien
kanker servik diakibatkan oleh keringnya vagina. Penanganan untuk
perdarahan pada saat melakukan hubungan seksual yaitu dengan
mengedukasi pasien dan pasangannya tentang posisi yang benar dan
aman untuk melakukan hubungan seksual. Posisi seksual yang aman
dilakukan adalah posisi missionaris, posisi women on top dan posisi
miring (Manuaba, 2009). Edukasi tentang seksualitas yang diberikan
pada pasien post histerektomi yaitu tentang kapan dapat
berhubungan seksual dan kapan tidak boleh berhubungan seksual.
Beberapa saat setelah pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi
agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk
hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8
minggu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sastrawinata
22

(2009), frekuensi sering hubungan seks cenderung akan meningkat


setelah operasi bulan ke-6 dikarenakan nyeri dan ketakutan akan
penyakitnya sudah dapat teratasi dan juga pasien sudah tidak takut
lagi akan bekas luka operasinya. Sedangkan orgasme yang dialami
oleh pasien mengalami sedikit peningkatan setelah operasi bulan ke-
6. Peningkatan libido juga cenderung meningkat setelah operasi
bulan ke-6 ini dikarenakan pasien sudah tidak merasa khawatir lagi
akan kehamilan yang akan terjadi. Nyeri pada saat hubungan seks
juga mengalami penurunan setelah dilakukan operasi.
Selain edukasi- konseling perawatan paliatif pada pasien kanker
servik juga dibutuhkan dukungan keluarga dalam pengobatan.
Dukungan keluarga adalah bantuan yang dapat diberikan kepada
anggota keluarga lain berupa barang, jasa, informasi dan nasihat
yang mampu membuat penerima dukungan akan merasa disayang,
dihargai, dan tenteram. Dukungan keluarga yang dapat diberikan
kepada pasien kanker servik dapat berupa membantu pasien dalam
memberikan obat kepada pasien. Efek samping yang lain dari
histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi dari ovarium,
termasuk produksi progesterone. Terapi hormon umumnya
digunakan untuk menangani kanker rahim stadium lanjut atau kanker
yang muncul kembali. Jenis pengobatan ini berfungsi untuk
mengecilkan tumor serta mengendalikan gejala. Terapi hormon
dilakukan dengan pemberian hormon progesteron artifisial dalam
bentuk tablet untuk menggantikan hormon progesteron alami tubuh.
Adanya dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa
percaya diri pada penderita dalam menghadapi proses pengobatan
penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Perawatan pada pasien kanker serviks juga memerlukan
penyesuaian atau adaptasi, yang merupakan proses yang dinamik,
terus menerus dilakukan agar mendapatkan hubungan yang serasi
antara diri dengan pasangan, keluarga, teman, pekerjaan, dan
23

lingkungan. Bagi penderita kanker serviks yang sudah menikah


dengan adanya perubahan seksualitas, tentu ada beberapa
penyesuaian diri agar kehidupan dengan pasangannya tetap harmonis
(Cancer Council, 2009).

B. Asuhan Keperawatan Disfungsi Seksual Pada Pasien Kanker Servik

1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Padila (2015) adalah
sebagai berikut :
a. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.
b. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan, jumlah anak,
agama, alamat, jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
Keluhan utama : Pasien biasanya datang dengan keluhan keputihan
berwarna putih kekuningan atau kuning kehijauan, berbau,
menyebabkan rasa gatal yang teramat sangat dan bahkan nyeri, sakit
saat melakukan aktivitas seksual yang melibatkan organ reproduksi,
serta perdarahan selama atau setelah berhubungan seksual (Savitri,
2015).
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu pada stadium 3 dan 4
timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra
servikal.
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Data yang perlu dikaji dalah :
24

Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat


operasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang
menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya
Ca servik yang sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang
rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau
gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat personal
hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
Data khusus :
1) Riwayat kebidanan : paritas, kelainan menstruasi, lama jumlah
dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas,
apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan
sekarang
2) Pemeriksaan penunjang
3) Sitologi dengan cara pemeriksaan papsmear, kolpskopi,
servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan
interprestasi data yang diperoleh dari pengkajian klien. Disfungsi seksual
adalah gangguan pada salah satu atau lebih aspek fungsi seksual (Andira,
2010). Diagnosa keperawatan yang penulis ambil dari kasus kanker
servik yaitu Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan fungsi
tubuh (karena anomaly, penyakit, medikasi, kehamilan, radiasi, bedah,
trauma, dll) (Herdman, 2015).
Batasan karakteristik yang berhubungan dengan pasien kanker
servik yang mengalami disfungsi seksual menurut Herdman (2015)
antara lain: gangguan aktivitas seksual, merasakan keterbatasan seksual,
menurunan hasrat seksual, perubahan fungsi seksual yang tidak
diinginkan, perubahan minat terhadap diri sendiri, perubahan minat
terhadap orang lain, dan perubahan peran seksual.
25

3. Rencana keperawatan
Menurut Moorhead dkk (2016) tujuan dilakukannya perawatan
pada pasien kanker servik dengan disfungsi seksual adalah sebagai
berikut :
Nursing Outcome Clasiffication (NOC): fungsi seksual dengan indikator
berikut skala 1-5: tidak pernah menunjukkan, jarang menunjukkan,
kadang-kadang menujukkan, sering menunjukkan, secara konsisten
menunjukkan, dengan kriteria hasil :
a. Mengekspresikan pengetahuan kebutuhan seks personal
b. Mengekspresikan kepercayaan diri
c. Mengekspresikan kenyamanan pada tubuh
Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada pasien kanker servik
dengan disfungsi seksual menurut Bulechek dkk (2016) adalah sebagai
berikut :
a. Nursing Intervention Clasiffication (NIC) : Konseling seksual
1) Bangun hubungan terapeutik, didasarkan pada kepercayaan dan
rasa hormat
2) Tetapkan lamanya hubungan konseling
3) Berikan privasi dan jaminan kerahasiaan
4) Informasikan pada pasien di awal hubungan bahwa seksualitas
merupakan bagian yang penting dalam kehidupan dan bahwa
penyakit, medikasi dan stress (atau masalah lain dan kejadian-
kejadian yang pasien alami) sering merubah fungsi seksual
5) Tentukan tingkat pengetahuan pasien tentang seksualitas
6) Berikan edukasi mengenai seksualitas yang dibutuhkan oleh
pasien kanker servik post kemoterapi.
7) Berikan informasi mengenai fungsi seksual, sesuai kebutuhan
8) Diskusikan efek kesehatan dan penyakit terhadap sekualitas dan
berikan edukasi tentang penanganan perubahan seksual yang
dialami karena efek penyakit
26

9) Diskusikan efek medikasi dan suplemen terhadap seksualitas,


sesuai kebutuhan dan berikan edukasi tentang penanganan
perubahan seksual yang dialami karena efek medikasi
10) Diskusikan bentuk alternatif ekspresi seksual yang dapat
diterima pasien, sesuai kebutuhan
11) Libatkan pasangan pasien pada saat konseling sesering
mungkin, sesuai kebutuhan
b. Nursing Intervention Clasiffication (NIC) : Pengajaran : Seksualitas
1) Ciptakan suatu suasana menerima, dan tidak menghakimi
2) Diskusikan perilaku seksual dan cara-cara yang tepat untuk
mengungkapkan perasaan dan kebutuhan seseorang
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah
direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi. Tindakan
mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat, dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.
Sedangkan tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang
didasarkan oleh hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas
kesehatan lain (Mitayani, 2011).
Implementasi yang dapat dilakukan yaitu menginformasikan pada
pasien di awal hubungan bahwa seksualitas merupakan bagian yang
penting dalam kehidupan dan bahwa penyakit, medikasi dan stress (atau
masalah lain dan kejadian-kejadian yang pasien alami) sering merubah
fungsi seksual. Menentukan tingkat pengetahuan pasien dan pengertian
mengenai seksualitas secara umum. Berikan edukasi mengenai
seksualitas yang dibutuhkan oleh pasien kanker servik post kemoterapi.
Mendiskusikan dengan pasien tentang perilaku seksual dan cara-
cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan
seseorang. Selain dengan mengedukasi pasien mengenai seksualitas, juga
mengedukasi pasien tentang perubahan-perubahan seksual yang dialami
oleh pasien kanker servik yang diakibatkan oleh penyakit dan medikasi.
27

Memberikan konseling kepada pasien bagaimana menyikapi perubahan


tersebut dan bagaimana beradaptasi dengan perubahan perubahan yang
ada.
Edukasi untuk penangan dispereunia atau nyeri pada saat
berhubungan seksual yaitu dengan pemberian jelly / pelumas vagina.
Menggunakan jelly saat berhubungan seksual dapat mengurangi rasa
sakit. Sedangkan perdarahan saat berhubungan seksual pada pasien
kanker servik diakibatkan oleh keringnya vagina. Penanganan untuk
perdarahan pada saat melakukan hubungan seksual yaitu dengan
mengedukasi pasien dan pasangannya tentang posisi yang benar dan
aman untuk melakukan hubungan seksual. Posisi seksual yang aman
dilakukan adalah posisi missionaris, posisi women on top dan posisi
miring (Manuaba, 2009).
Edukasi untruk penanganan keputihan yaitu menggunakan daun
sirsak. Daun sirsak dapat untuk mengobati keputihan pada wanita karena
mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh kuman, yaitu fenol,
dimana kandungan fenol dalam daun sisak memiliki sifat antiseptik 5 kali
lebih efektif dibandingkan fenol biasa. Untuk mengobati keputihan rebus
10 daun sirsak dalam 2,5 liter air, kemudian rebusan yang masih hangat
tersebut untuk mencuci vagina (Triarsari, 2007).
Rebusan dauh sirih juga dapat mengatasi keputihan terutama daun
sirih merah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mohanis, Rizki &
Riri (2013) Terdapat perbedaan yang signifikan antara pH sebelum dan
pH sesudah diberikan air rebusan daun sirih merah terhadap
penyembuhan keputihan pada wanita. Hal ini dikarenakan pada daun
sirih merah terkandung eugenol yang mampu membasmi jamur Candida
albicans, dan bersifat analgesik (meredakan rasa nyeri). Ada juga
kandungan tannin pada daunnya yang bermanfaat mengurangi sekresi
cairan pada vagina.
Selain itu konseling diberikan dengan cara mediskusikan dengan
pasien dan pasangan apa saja bentuk alternatif ekspresi seksual yang
28

dapat diterima pasien, sesuai kebutuhan pasien dan pasangannya.


Melibatkan pasangan pasien pada saat konseling sesering mungkin,
sesuai dengan kebutuhan pasien. Implementasi edukasi-konseling dapat
meningkatkan rerata kepercayaan diri pascaterapi kanker servik (Afiyanti
dkk, 2011).
Implementasi yang diberikan kepada keluarga yaitu memberikan
konseling kepada keluarga bahwa dukungan keluarga sangat dibutuhkan
dalam pengobatan kanker servik. Diskusikan dengan keluarga tentang
perubahan-perubahan yang dialami oleh pasien dan keluarga sebelum
dan sesudah terkena kanker servik khususnya pada pola seksual.
Sehingga pasien dan keluarga dapat saling terbuka menerima perubahan-
perubahan yang ada. Adanya dukungan keluarga akan berdampak pada
peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam menghadapi proses
pengobatan penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Bagi penderita
kanker serviks yang sudah menikah dengan adanya perubahan
seksualitas, tentu ada beberapa penyesuaian diri agar kehidupan dengan
pasangannya tetap harmonis (Cancer Council, 2009).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan hasil perkembangan klien
dengan berpedoman kepada hasil dan tujuan yang hendak dicapai
(Mitayani, 2011). Pada diagnosa disfungsi seksual yang perlu dievaluasi
menurut Moorhead (2016) yaitu fungsi seksual dengan kriteria hasil
mengekspresikan pengetahuan kebutuhan seks personal,
mengekspresikan kepercayaan diri, mengekspresikan kenyamanan pada
tubuh dengan memperlihatkan rentang 1 sampai 5 dari tidak pernah
menunjukkan, jarang menunjukkan, kadang-kadang menujukkan, sering
menunjukkan, secara konsisten menunjukkan.
Indikator penilaian skala 1 (tidak pernah menunjukkan) yaitu
pasien tidak dapat menunjukkan pengetahuan tentang kebutuhan seks
personal ditandai dengan tidak dapat menyatakan pengetahuan tentang
respon seksual fisiologis normal, pasien tidak pernah menunjukkan rasa
29

percaya diri ditandai dengan pasien tidak mampu berkomunikasi secara


terbuka dan jujur tentang seksualitas, pasien tidak pernah menunjukkan
kenyamanan pada tubuh ditandai dengan pasien tidak dapat
mengidentifikasi perubahan dalam praktik dan perilaku seksual.
Indikator penilaian skala 2 (jarang menunjukkan) yaitu pasien
jarang menujukkan pengetahuan tentang kebutuhan seks personal
ditandai dengan jarang dapat menyatakan pengetahuan tentang respon
personal fisiologis normal, pasien jarang menunjukkan rasa percaya diri
ditandai dengan pasien jarang dapat berkomunikasi secara terbuka dan
jujur tentang seksualitas, pasien jarang menunjukkan kenyamanan pada
tubuh ditandai dengan pasien tidak dapat mengidentifikasi perubahan
dalam praktik dan perilaku seksual.
Indikator penilaian skala 3 (kadang-kadang menunjukkan) yaitu
pasien kadang-kadang dapat menunjukkan pengetahuan tentang
kebutuhan seks personal ditandai dengan keberhasilan pasien
menyatakan pengetahuan tentang respon personal fisiologis normal,
pasien mampu menunjukkan rasa percaya diri ditandai dengan pasien
dapat berkomunikasi secara terbuka dan jujur tentang seksualitas, pasien
hanya dapat sedikit menunjukkan kenyamanan ditandai dengan pasien
kurang mampu mengidentifikasi perubahan dalam praktik dan perilaku
seksual.
Indikator penilaian skala 4 (sering menunjukkan) yaitu pasien
dapat sering menujukkan pengetahuan tentang kebutuhan seks personal
ditandai dengan pasien dapat selalu menyatakan pengetahuan tentang
respon personal fisiologis normal, pasien mempertahankan menunjukkan
rasa percaya diri ditandai dengan pasien dapat berkomunikasi secara
terbuka dan jujur tentang seksualitas, sering mengekspresikan
kenyamanan ditandai dengan pasien mampu mengidentifikasi perubahan
positif dalam praktik dan perilaku seksual.
Indikator penilaian skala 5 atau secara konsisten menunjukkan
yaitu pasien dapat menujukkan secara konsisten pengetahuan tentang
30

kebutuhan seksual personal ditandai dengan dapat menyatakan


pengetahuan tentang respon seksual fisiologis normal, pasien dapat
konsisten menunjukkan rasa percaya diri ditandai dengan kemampuan
berkomunikasi secara terbuka dan jujur tentang seksualitas,
mengekspresikan kenyamanan ditandai dengan pasien dapat
mengidentifikasi perubahan positif dalam praktik dan perilaku seksual
(Reeder dkk, 2014).
BAB III

METODA

A. Metoda

Metode penulisan dalam laporan kasus ini adalah metode deskriptif.


Metode deskriptif ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran secara realita
dan objektif (Imron & Munif, 2010).
Pada laporan kasus ini penulis melakukan pengelolaan keperawatan pada
klien dengan memfokuskan masalah keperawatan disfungsi seksual.

B. Sampel

Sampel terdiri atas bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan


sebagai subyek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2014). Sampel yang
diambil oleh penulis dalam laporan kasus ini yaitu sampel dengan kriteria
klien penderita kanker servik dengan masalah keperawatan disfungsi seksual,
dalam kondisi sadar dirawat dirumah sakit antara bulan April 2017 di Ruang
Bougenvil RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto selama 3 hari.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara convenience
sampling method, yaitu tekhnik pengambilan sampel yang dilakukan dimana
subjek yang dipilih karena kemudahan atau keinginan peneliti (Nursalam,
2009).

C. Lokasi

Lokasi pengambilan klien dengan kanker servik di ruang Bougenvil RSUD


Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

31
32

D. Tekhnik pengumpulan data

Menurut Imron & Munif (2010) pengumpulan data adalah langkah yang
sangat penting dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid
/ mendapatkan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan pengukuran.
1. Observasi
Menurut Saryono (2011), tekhnik pengumpulan data melalui pengamatan
ini dilakukan dengan observasi secara langsung kondisi dan keadaan
pasien untuk mendapatkan gambaran secara realistik dan untuk
memperoleh data objektif. Observasi yang dilakukan penulis dalam karya
tulis ini yaitu mengamati hubungan klien dengan keluarga dan
mengobservasi keluhan seksual yang tampak pada klien.
2. Wawancara
Menurut Imron & Munif (2010) wawancara adalah suatu tekhnik
pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi secara dialog (tanya
jawab) secara lisan dan langsung. Penulis dalam mendapatkan data
melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan responden.
Wawancara yang dilakukan yaitu dengan melakukan anamnesa dengan
menanyakan tentang seberapa sering klien melakukan aktivitas seksual,
perasaan nyeri ketika berhubungan, adanya perdarahan setelah senggama,
dan respon keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien.
Alat yang dipakai pada wawancara ini adalah lembar format pengkajian
asuhan keperawatan.
3. Pengukuran
Menurut Supardi & Rustika (2013) pengukuran adalah cara pengumpulan
data penelitian dengan mengukur objek menggunakan alat ukur tertentu,
misalnya berat badan dengan timbangan berat badan, tensi darah dengan
tensimeter dan sebagainya. Pengukuran yang dilakukan pada karya tulis
ini yaitu dengan mengukur tanda-tanda vital pasien diantaranya tekanan
darah, nadi, pernafasan dan suhu.
33

E. Analisa

Menurut Nursalam (2009) data klien yang diperoleh dari proses


pengumpulan data kemudian dikelompokkan berdasarkan masalah yang
dialami klien sesuai dengan kriteria permasalahannya. Setelah data
dikelompokkan maka perawat dapat mengidetifikasi masalah kesehatan klien.
Pada karya tulis ini proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data
yang diperoleh dari wawancara maupun observasi. Selanjutnya data di
interpretasikan dalam bentuk asuhan keperawatan yang berisi data subjektif
dan objektif dari pasien. Selanjutnya dari data tersebut akan didapatkan
masalah keperawatannya. Dari masalah keperawatan yang timbul akan
dilakukan rencana keperawatan. Berdasarkan rencana keperawatan perawat
akan melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan rencana. Setelah
dilakukan tidakan keperawatan yang sesuai lalu perawat akan melakukan
evaluasi keperawatan. Evaluasi keperawatan ini didasarkan tidakan
keperawatan yang sudah direncanakan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dalam bab ini, penulis memaparkan hasil dan pembahasan asuhan


keperawatan maternitas yang telah dilakukan penulis terhadap Ny.T dengan
Disfungsi Seksual pada Kanker Servik di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo
Purwokerto yang dilakukan selama 3x24 jam mulai pada tanggal 19 April
2017 .
Penulis menggunakan pendekatan proses keperawatan yaitu meliputi :
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan atau intervensi, implementasi
dan evaluasi. Dalam pengambilan data, penulis menggunakan metode
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik.
1. Pengkajian (Assesesment)
Asuhan keperawatan Disfungsi seksual pada Ny. T dengan Kanker
Serviks dimulai dengan proses pengambilan data penulis dilakukan pada
tanggal 19 April 2017. Pengkajian dilakukan pada 19 April 2017 di
Ruang Bougenvil RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto pada
pukul 12.30 WIB dilakukan pendekatan dengan membina hubungan
saling percaya dengan klien dan kontrak waktu akan melakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam, kemudian dilakukan pengakajian secara
komprehensif dan pemeriksaaan fisik pada klien.
a. Biodata Klien (Biographic Information)
Klien adalah Ny.T yang berusia 42 tahun, berjenis kelamin
perempuan, sudah menikah, tinggal di RT 027/RW 23, Kecamatan
Padarin, Kabupaten Ciamis, beragama islam bekerja sebagai ibu
rumah tangga, pendidikan terakhir SD, nomor rekam medik 987612,
diagnosa medis Ca serviks, tanggal masuk 19 April 2107. Pertama kali
menstruasi pada umur 14 tahun, menikah pada usia 14 tahun, memiliki

34
35

2 orang anak, pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik dan pil KB.
Pernah dirawat dirumah sakit untuk menjalani kemoterapi sebulan
yang lalu. Suami Ny. T bernama Tn. U berusia 46 tahun, bekerja
sebagai petani, pendidikan terakhir SD, dan tinggal bersama dengan
Ny. T.
b. Riwayat Keperawatan (Nursing History)
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 April 2017, keluhan
utama yang dialami klien adalah klien mengalami masalah saat
berhubungan seksual karena adanya perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual dengan pasangan. Klien juga mengalami keputihan
berwarna putih kekuningan, konsistensi cair berbau amis, jumlah
banyak, terkadang bercampur dengan darah. Saat ini klien dirawat di
RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto untuk menjalani
program kemoterapi siklus ke 3 dengan keluhan perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual, keputihan yang banyak, berbau amis
dan bercampur darah.
Riwayat perawatan Ny.T sudah pernah dirawat dirumah sakit
sebelumnya yaitu untuk menjalani pengobatan kemoterapi, terakhir
satu bulan yang lalu. Klien mengatakan telah menderita kanker serviks
selama 5 bulan terakhir. Klien belum pernah menjalani operasi
kandungan sebelumnya. Riwayat keluarga Ny. T keluarga tidak
memiliki riwayat kanker seperti klien. Ny. T adalah anak ke 2 dari 3
bersaudara.
Riwayat haid klien yaitu klien mengalami haid pertama pada
usia 12 Tahun dengan siklus teratur, lama ± 1 minggu, banyak darah
yaitu 3 kali ganti pembalut / hari, warna darah merah tua,
Dysmenorrhea hanya ketika awal haid dan belum mengalami
menopause.
Riwayat obstetri Ny. T memiliki 2 orang anak. Anak pertama
berumur 22 tahun, anak kedua berumur 18 tahun. Kedua anaknya lahir
secara normal di dukun bayi. Klien mengatakan belum pernah
36

mengalami abortus, tidak mengalami infeksi saat masa nifas dan tidak
mempunyai riwayat tumor. Klien pernah menggunakan kontrasepsi pil
KB dan suntik sebelum sakit, namun setelah sakit klien berhenti
menggunakan kontrasepsi. Klien belum pernah dilakukan tindakan
histerektomi.
Riwayat seksualitas Ny. T sebelum sakit klien melakukan
hubungan seksual seksual ±3 kali seminggu, namun setelah sakit
hanya melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan. Klien
mengatakan mengalami perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual dengan pasangan. Namun tidak mengalami perdarahan saat
beraktifitas. Klien mengatakan kurang percaya diri dalam
berhubungan seksual. Klien tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah
tangga. Suami klien mengatakan takut jika berhubungan seksual
dengan klien karena mungkin dapat mengakibatkan perdarahan dan
khawatir istrinya akan merasa sakit. Sehingga klien dan suaminya
membatasi dalam berhubungan seksual. Ny.T dan Tn.U sudah
menikah selama 28 tahun.
Pengkajian pola fungsional Gordon pada laporan kasus ini
didapatkan hasil yaitu pola pemeliharaan kesehatan Ny. T mengatakan
kesehatan itu penting dan perlu dijaga. Ketika ada anggota keluarga
yang sakit dibawa ke dokter atau pelayanan kesehatan. Klien memiliki
kartu BPJS sebagai jaminan kesehatan. Pola nutrisi dan metabolik
Ny.T mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari, mengkonsumsi
nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk seperti tempe dan terkadang ayam
dan jarang mengkonsumsi buah dirumah. Minum air putih 3-4 kali
sehari. Setelah sakit nafsu makan berkurang karena mual akibat
tindakan kemoterapi. Ny. T makan 3 kali sehari namun dengan porsi
sedikit, dan minum air putih 3-4 kali sehari. Ny. T tidak mengabiskan
porsi makan yang telah disediakan rumah sakit. Berat badan Ny. T :
51 kg, Tinggi badan : 151 cm sehingga memliliki Index Massa Tubuh
(IMT) : 22,3.
37

Pola eliminasi Ny. T mengatakan sebelum sakit BAB 2 kali


sehari dan BAK 3-4 kali sehari, setelah sakit klien BAB 1 kali sehari
dan BAK 3-4 kali sehari. Terkadang jka setelah tindakan kemoterapi
BAB tercampur dengan darah. Ny. T terlihat segar, perut tidak teraba
keras.
Pola istirahat dan tidur Ny. T mengatakan sebelum sakit tidur 6-
8 jam sehari, setelah sakit pola tidur klien tidak mengalami masalah.
Ny. T terlihat segar, konjungtiva tidak anemis, tidak terdapat kantung
mata. Pola persepsi dan kognitif. Ny. T mengatakan sebelum sakit
tidak adan gangguan pada panca inderanya, setelah sakit klien
mengatakan mata sebelah kiri agak kabur dan terdapat bintik hitam
jika melihat. Klien mengatakan kurang paham tentang penyakitnya
dan gangguan seksual yang dialami. Klien mengatakan terkadang
merasa cemas dengan kesehatannya. Ny. T mengikuti pengkajian
dengan baik. klien terlihat banyak bertanya.
Pola aktivitas dan latihan Ny. T mengatakan dapat melakukan
aktivitas secara mandiri seperti makan / minum, mandi, berpakaian,
toileting, berpindah, dan Range Of Motion (ROM). Klien mengatakan
mandi 2 kali sehari dan ganti baju sehari 2 kali jika mandi, dan
berganti celana dalam jika merasa sudah tidak nyaman. Pola
reproduksi dan seksual Ny. T mengatakan sebelum sakit klien
melakukan hubungan seksual seksual ±3 kali seminggu, namun
setelah sakit hanya melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam
sebulan. Ny. T mengatakan mengalami perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual dengan pasangan. Klien kurang percaya diri dalam
berhubungan seksual. Suami Ny. T mengatakan takut jika
berhubungan seksual dengan klien karena mungkin dapat
mengakibatkan perdarahan dan khawatir istrinya akan merasa sakit.
Sehingga klien dan suaminya membatasi dalam berhubungan seksual.
Klien belum pernah menjalani operasi histerektomi. Terdapat
38

keputihan berlebihan berwarna putih kekuningan, berbau amis dan


sedikit bercampur darah.
Pola pertahanan dan koping Ny. T mengatakan sebelum dan
sesudah sakit jika ada masalah selalu di diskusikan dengan keluarga.
Klien mengatakan cemas terhadap pengobatan penyakitnya. Klien
mengatakan penghasilannya perbulan ±Rp.1.000.000.-. Ny. T tidak
menutup diri dan selalu terbuka saat pengkajian, terkadang klien
terlihat gelisah jika menyinggung pengobatan. Pola keyakinan dan
nilai Ny. T mengatakan beragama islam dan menjalankan shalat 5
waktu dalam sehari. Ny. T mengenakan jilbab dan terlihat selalu
berdoa.
c. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada laporan kasus ini diperoleh hasil sebagai
berikut : keadaan umum Ny. T baik, kesadaran compos mentis dengan
Glasgow Coma scale (GCS) sebagai berikut : Eye (E) bernilai 4,
Verbal (V) bernilai 5, dan Motorik (M) bernilai 6. Pemeriksaan
Antropometri Ny. T dengan tinggi badan 151 cm dan berat badan 51
kg serta IMT = 22,3. Pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 120 / 70
mmHg, N : 76x / menit, S : 360C, R : 18x / menit.
Pemeriksaan head to toe yang dilakukan Ny. T diperoleh hasil
yaitu pemeriksaan kepala mulai dari rambut hitam, bersih, sedikit
beruban. Pemeriksaan mata simetris, konjungtiva tidak anemis, tidak
ada kantung mata dan anikterik. Pada pemeriksaan hidung ditemukan
hidung bersih dan tidak ada polip. Pemeriksaan telinga diperoleh
simetris, bersih, tidak ada serumen berlebih, pendengaran baik.
Pemeriksaan mulut simetris, mukosa lembab, tidak ada stomatitis dan
tidak ada karang gigi. Pemeriksaan leher tidak ada pembesaran tyroid
dan tidak ada pembesaran pada JVP.
Pada pemeriksaan thorax pada jantung, hasil inspeksi jantung
simetris, palpas tidak ada nyeri tekan, perkusi terdengar redup,
auskultasi irama jantung regular. Pada pemriksaan paru-paru, inspeksi
39

patu-paru simetris dan tidak ada retraksi dinding dada, palpasi tidak
ada nyeri tekan, perkusi terdengar sonor dan auskultasi terdengar
vesikuler. Pemeriksaan payudara didapatkan payudara simetris, teraba
lunak, tidak ada benjolan dan areolla bersih. Pada pemeriksaan
punggung didapatkan punggung simetris dan tidak ada luka dekubitus.
Pada pemeriksaan abdomen, tidak ada nyeri tekan dan bising usus 10x
/ menit. Pemeriksaan genetalia terdapat keputihan berwarna putih
kekuningan, berbau amis dan terdapat sedikit darah dan tidak ada luka
pada genetalia. Pada pemeriksaan ekstremitas, didapatkan pada
ekstremitas atas tidak ada edema, tidak ada kelemahan otot, dan
terpasang infus ditangan kanan. Pada ekstremitas bawah tidak ada
edema dan kaki sebelah kiri terasa sakit untuk beraktivitas.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny. T pada tanggal
19 April 2017 adalah pemeriksaan darah lengkap dengan hasil hasil
pemeriksaannya yaitu Hemoglobin 11 g / dL, Leukosit 5380 U / L dan
Granulosit 3080 / UL. Pemeriksaan biopsy pada tanggal 16 Januari
2017 di RSU Kota Banjar dengan hasil : Nonkeratinizing squamous
Cell Carcinoma, Moderately differentlated pada Cerviks. Program
terapi yang didapatkan oleh Ny. T yaitu Ondansentron 4 mg (2x1)
diberikan secara injeksi, Adfer (2x1) diberikan secara oral, Vit. C 25
mg (2x1) diberikan secara oral dan Infus NACL.
2. Perumusan Masalah (Nursing Problem)
Pengambilan masalah keperawatan maternitas diperoleh
berdasarkan data subjektif dan data objektif yang ditemukan berdasarkan
pengkajian. Data subjektif yang didapatkan adalah Ny. T mengatakan
mengalami masalah saat berhubungan seksual karena adanya perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Ny. T
mengatakan mengalami keputihan berwarna putih kekuningan,
konsistensi cair berbau amis, jumlah banyak, terkadang bercampur
dengan darah. Ny. T Mengatakan melakukan hubungan seksual 2-3 kali
40

dalam sebulan. Klien mengatakan kurang percaya diri dalam berhubungan


seksual. Ny. T mengatakan kurang paham tentang penyakitnya dan
gangguan seksual yang dialami. Data subjektif yang didapatkan dari klien
maupun keluarga yaitu suami Ny. T mengatakan takut jika berhubungan
seksual dengan Ny. T karena mungkin dapat mengakibatkan perdarahan
dan khawatir istrinya akan merasa sakit. Sehingga Ny. T dan suaminya
membatasi dalam berhubungan seksual. Ny. T banyak bertanya tentang
masalah seksualitas.
Berdasarkan data tersebut muncul diagnosa keperawatan disfungsi
seksual berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh karena penyakit.
3. Perencanaan (Plan)
Berdasarkan diagnosa keperawatan yang muncul, maka
penyusunan perencanaan asuhan keperawatan memiliki tujuan umum
yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan disfungsi seksual teratasi. Sedangkan tujuan khusus dengan
kriteria hasil (NOC) Ny. T mampu mengekspresikan pengetahuan
kebutuhan seks personal, mengekspresikan kepercayaan diri, dan
mengekspresikan kenyamanan pada tubuh.
Perencanaan keperawatan pada klien dengan disfungsi seksual
berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh karena penyakit pada tanggal
19 April 2017 yaitu 1) bangun hubungan terapeutik, didasarkan pada
kepercayaan dan rasa hormat, 2) berikan privasi dan jaminan kerahasiaan,
3) informasikan pada klien di awal hubungan bahwa seksualitas
merupakan bagian yang penting dalam kehidupan dan bahwa penyakit,
medikasi dan stress (atau masalah lain dan kejadian-kejadian yang klien
alami) sering merubah fungsi seksual, 4) tentukan tingkat pengetahuan
klien tentang seksualitas, 5) berikan edukasi mengenai seksualitas yang
dibutuhkan oleh klien kanker servik post kemoterapi. Yaitu tentang
pengertian kanker serviks, tanda gejala kanker servik, disfungsi seksual
pada kanker servik dan cara penangannannya. 6) berikan informasi
mengenai fungsi seksual, sesuai kebutuhan, 7) diskusikan efek kesehatan
41

dan penyakit terhadap sekualitas dan berikan edukasi tentang penanganan


perubahan seksual yang dialami karena efek penyakit, 8) libatkan
pasangan klien pada saat konseling sesering mungkin, sesuai kebutuhan,
9) ciptakan suatu suasana menerima, dan tidak menghakimi dan 10)
diskusikan perilaku seksual dan cara-cara yang tepat untuk
mengungkapkan perasaan dan kebutuhan seseorang.
4. Pelaksanaan (Implementation)
Tindakan keperawatan yang dilakukan berdasarkan perencanaan
pada tanggal 19 April 2017 adalah 1) melakukan pendekatan dengan bina
hubungan saling percaya dan klien kooperatif dan terbuka ketika
pengkajian berlangsung. 2) mengobservasi keadaan umum klien dan
keluhan klien, didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis.
GCS 15 (E4, V5, M6) Ny. T mengatakan mengalami masalah saat
berhubungan seksual karena adanya perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual dengan pasangan. 3) melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital, didapatkan TD : 120 / 70 mmHg, Nadi : 76x / menit, Suhu
:360C dan Respirasi :18x / menit.
Penulis mengkaji pengetahuan klien tentang seksualitas dan pola
seksualitas klien dan Ny. T mengatakan kurang memahami tentang
seksualitas untuk klien kanker serviks dan Ny. T mengatakan sebelum
sakit klien melakukan hubungan seksual seksual ±3 kali seminggu, namun
setelah sakit hanya melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan.
Klien mengatakan mengalami perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual dengan pasangan. Klien mengatakan kurang percaya diri dalam
berhubungan seksual. Suami klien mengatakan takut jika berhubungan
seksual dengan klien karena mungkin dapat mengakibatkan perdarahan
dan khawatir istrinya akan merasa sakit. Sehingga klien dan suaminya
membatasi dalam berhubungan seksual. 4) mendiskusikan dengan klien
dan keluarga tentang efek pengobatan terhadap pola seksualitas, dan Ny T
terbuka dalam mendiskusikan maslah seksualitas, Klien mengatakan takut
42

berhubungan seksual setelah melakukan pengobatan. Klien mengatakan


setelah sakit klien mengalami masalah seksualitas.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 20 April 2017
adalah 1) mengobservasi keadaan umum dan keluhan klien, respon Ny. T
keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4, V5, M6).
Klien mengatakan masih mengalami keputihan berwarna putih
kekuningan, berbau amis dan bercampur darah. 2) memonitor vital sign
didapatkan TD : 120 / 70 mmHg, Nadi : 78x / menit, RR : 18x / menit dan
Suhu : 36,20C. 2) melibatkan pasangan dalam tindakan keperawatan,
respon yang didapatkan suami Ny. T kooperatif selama pengkajian dan
tindakan keperawatan. 4) mendiskusikan dengan klien dan keluarga
tentang pentingnya seksualitas, respon yang didapatkan klien mengatakan
seksualitas itu penting, namun memiliki gangguan dalam seksualitas. 5)
melakukan pendidikan kesehatan tentang disfungsi seksual pada klien
kanker servik, yaitu tentang pengertian kanker servik, tanda dan gejala
kanker servik, disfungsi seksual pada kanker servik, dan cara penanganan
disfungsi seksual pada kanker servik, respon yang diberikan Ny T dan
keluarga kooperatif dan memahami materi yang telah disampaikan. 6)
memberikan pendidikan kesehatan tentang daun sirsak untuk mengatasi
keputihan, respon yang didapatkan Ny. T dan keluarga kooperatif dan
memahami penjelasan perawat. 7) mengevaluasi pendidikan kesehatan
yang diberikan dan respon yang didapatkan adalah Ny. T dan keluarga
mengerti tentang pendidikan kesehatan yang diberikan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 21 April 2017
adalah 1) mengobservasi keadaan umum dan keluhan klien, dan respon
yang didapatkan adalah keadaan umum baik, kesadaran compos mentis,
GCS 15 (E4, V5, M6). Klien mengatakan masih mengalami keputihan
berwarna putih kekuningan, berbau amis dan bercampur darah. 2)
melakukan pemeriksaan tanda tanda vital, didapatkan TD : 120 / 80
mmHg, N : 82x / menit, RR : 17x / menit dan S : 36,10C 2) melibatkan
43

pasangan dalam tindakan keperawatan, suami Ny. T kooperatif selama


tindakan keperawatan.
Penulis mengevaluasi pendidikan kesehatan yang telah diberikan
pada pertemuan sebelumnya, didapatkan respon Ny. T dan keluarga
mengatakan lebih paham tentang masalah seksualitas untuk klien kanker
servik dan dapat menjelaskan kembali pendidikan kesehatan yang
diberikan. 4) melakukan pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada klien
kanker servik, dan selama pendidikan kesehatan Ny. T dan keluarga
kooperatif dan memahami penjelasan perawat. 5) mengevaluasi
pendidikan kesehatan yang diberikan, dan evaluasi yang didapatkan Ny. T
dan keluarga mengerti tentang pendidikan kesehatan yang diberikan. 6)
memberikan apresiasi terhadap klien dan keluarga, dan respon yang
didapatkan klien dan keluarga mengatakan senang dengan tindakan yang
dilakukan perawat.
5. Evaluasi (Evaluation)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana
keperawatan, maka evaluasi yang dapat dilakukan dari tindakan
keperawatan sesuai dengan SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, dan
Planning)
Evaluasi dalam asuhan keperawatan yang penulis lakukan pada
tanggal 19 April 2017 pada diagnosa disfungsi seksual karena adanya
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual adalah S : Ny. T
mengatakan mengalami masalah saat berhubungan seksual karena adanya
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual dengan pasangan.Ny. T
mengatakan mengalami keputihan berwarna putih kekuningan,
konsistensi cair berbau amis, jumlah banyak, terkadang bercampur
dengan darah. Klien mengatakan melakukan hubungan seksual 2-3 kali
dalam sebulan. Klien mengatakan kurang percaya diri dalam berhubungan
seksual. O : suami Ny. T mengatakan takut jika berhubungan seksual
dengan klien karena mungkin dapat mengakibatkan perdarahan dan
khawatir istrinya akan merasa sakit. Sehingga Ny. T dan suaminya
44

membatasi dalam berhubungan seksual. A : masalah disfungsi seksual


belum teratasi dengan indikator mengekspresikan pengetahuan kebutuhan
seks personal skor 2. mengekspresikan kepercayaan diri skor 2, dan
Mengekspresikan kenyamanan pada tubuh skor 2. P : Lanjutkan
intervensi yaitu : 1) berikan edukasi mengenai seksualitas yang
dibutuhkan oleh klien kanker servik post kemoterapi. 2) berikan informasi
mengenai fungsi seksual, sesuai kebutuhan 3) diskusikan efek kesehatan
dan penyakit terhadap sekualitas dan berikan edukasi tentang penanganan
perubahan seksual yang dialami karena efek penyakit 4) libatkan
pasangan klien pada saat konseling sesering mungkin, sesuai kebutuhan.
Evaluasi pada tanggal 20 April 2017 pada diagnosa disfungsi
seksual adalah S : Ny. T mengatakan masih mengalami keputihan
berwarna putih kekuningan, konsistensi cair berbau amis, jumlah banyak,
terkadang bercampur dengan darah. Ny. T mengatakan sudah mengerti
tentang masalah seksualitas pada kanker servik dan cara mengatasi
keputihan yang dialami. O : Suami Ny. T mengatakan masih takut jika
berhubungan seksual dengan klien karena mungkin dapat mengakibatkan
perdarahan dan khawatir istrinya akan merasa sakit. Ny. T dapat
menjawab pertanyaan yang diberikan perawat. A : Masalah disfungsi
seksual belum teratasi dengan indikator mengekspresikan pengetahuan
kebutuhan seks personal skor 3, mengekspresikan kepercayaan diri skor 3,
mengekspresikan kenyamanan pada tubuh skor 3. P : Lanjutkan
Intervensi yaitu 1) berikan edukasi mengenai seksualitas yang dibutuhkan
oleh klien kanker servik post kemoterapi, 2) berikan informasi mengenai
fungsi seksual, sesuai kebutuhan, 3) libatkan pasangan klien pada saat
konseling sesering mungkin, sesuai kebutuhan.
Evaluasi pada tanggal 21 April 2017 pada diagnosa disfungsi
seksual adalah S : Ny. T mengatakan masih mengalami keputihan
berwarna putih kekuningan, berbau amis dan bercampur darah. Ny. T
mengatakan sudah kebih paham tentang seksualitas untuk klien kanker
servik. O : Ny. T dan keluarga tampak dapat menjelaskan kembali tentang
45

pendidikan kesehatan yang diberikan. A : masalah disfungsi seksual


teratasi sebagian dengan indikator mengekspresikan pengetahuan
kebutuhan seks personal skor 4, mengekspresikan kepercayaan diri skor 4,
mengekspresikan kenyamanan pada tubuh skor 3. P : Lanjutkan
Intervensi yaitu 1) berikan informasi mengenai fungsi seksual, sesuai
kebutuhan 2) libatkan pasangan klien pada saat konseling sesering
mungkin, sesuai kebutuhan.

B. Pembahasan

Bab ini berisi tentang pembahasan atau proses kesenjangan yang terjadi
antara teori dengan kondisi kenyataan yang terjadi pada kasus. Laporan kasus
yang penulis paparkan yaitu : asuhan keperawatan disfungsi seksual pada Ny.
T dengan kanker serviks di ruang Bougenvil RSUD Prof Dr Margono
Soekarjo Purwokerto yang penulis lakukan dari tanggal 19 April 2017 sampai
21 April 2017, yang meliputi tahap pengkajian, perumusan masalah,
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi yang berkaitan dengan diagnosa
difsungsi seksual berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh karena
penyakit.
1. Pengkajian (Assesment)
a. Biodata Klien (Biographic Information)
Biodata klien yang telah penulis kaji antara lain : nama,
umur, jenis kelamin, status pernikahan, alamat, pendidikan terakhir,
pekerjaan, agama, jumlah anak, diagnosa medis, nomer rekam medik
dan tanggal masuk rumah sakit. Pengkajian biodata klien sudah
sesuai dengan teori Padila (2015) yang mengemukakan bahwa
biodata klien yang perlu dikaji meliputi identitas klien, usia, status
perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin
dan pendidikan terakhir.
Penulis juga menambahkan nomor rekam medis pasien.
Menurut Hatta (2008) nomor rekam medik diperlukan untuk
46

identitas pasien saat perawatan agar tidak tertukar dengan pasien


lain. Penulis juga menambahkan tanggal masuk rumah sakit dan
diagnosa medis, menurut Ali (2010) tanggal masuk rumah sakit
diperlukan untuk menentukan beberapa hari perawatan yang sudah
dilakukan pasien dan diagnosa medis diperlukan agar mempermudah
tim medis dalam melakukan tindakan. Pengumpulan data klien
dilakukan sesuai teori Padila (2015) yaitu dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik, dan melalui pemeriksaan penunjang.
b. Riwayat Keperawatan (Nursing history)
Keluhan utama klien pada laporan kasus ini Ny. T mengatakan
mengalami masalah jika berhubungan seksual karena adanya
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual dengan pasangan.
Pengkajian yang dilakukan penulis sesuai dengan teori Padila
(2015) bahwa pengkajian yang perlu dilakukan pada data pasien
adalah keluhan utama. Hasil pengkajian keluhan utama klien sesuai
teori Priyanto (2011) yang mengemukakan bahwa dampak kanker
serviks dapat mengakibatkan gangguan hubungan dengan pasangan
serta isu seksual dan reproduksi. Dan sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Savitri (2015) yaitu klien kanker serviks dapat
mengalami perdarahan selama atau setelah berhubungan seksual.
Keluhan tambahan pada laporan kasus ini Ny. T mengatakan
mengalami keputihan berwarna putih kekuningan, konsistensi cair
berbau amis, jumlah banyak, terkadang bercampur dengan darah.
Pengkajian keluhan tambahan tersebut sesuai dengan teori Savitri
(2015) yang mengemukakan bahwa klien kanker serviks datang
dengan keluhan keputihan berwarna putih kekuningan atau kuning
kehijauan, berbau.
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada laporan kasus ini
ditemukan bahwa klien datang ke RSUD Prof Dr Margono Soekarjo
Purwokerto untuk menjalani program kemoterapi siklus ke 3 dengan
keluhan perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, keputihan
47

yang banyak, berbau amis dan bercampur darah, dan nyeri pada kaki
kiri sampai pinggul. Hasil pengkajian riwayat kesehatan saat ini
yang dilakukan penulis sesuai dengan teori Padila (2015) yang
mengemukakan bahwa pada stadium akhir kanker serviks yaitu pada
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan
rasa nyeri intra servikal.
Pengkajian riwayat penyakit sebelumnya Ny. T mengatakan
telah menderita kanker serviks selama 5 bulan terakhir. Ny. T sudah
pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya yaitu untuk menjalani
pengobatan kemoterapi, terakhir satu bulan yang lalu. Ny. T
mengatakan belum pernah mengalami abortus, tidak mengalami
infeksi saat masa nifas dan tidak mempunyai riwayat tumor. Ny. T
belum pernah menjalani operasi histerektomi sebelumnya.
Pengkajian riwayat penyakit keluarga yang penulis kaji yaitu klien
mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit kanker
seperti klien. Pengkajian riwayat penyakit sebelumnya yang
dilakukan penulis sesuai dengan teori Padila (2015) yang
mengemukakan bahwa pada riwayat penyakit sebelumnya data yang
perlu dikaji pada klien kanker serviks adalah : riwayat abortus,
infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan,
serta adanya tumor dan riwayat keluarga yang menderita kanker.
Data khusus yang penulis kaji yaitu Ny. T mengalami haid
pertama pada usia 12 Tahun dengan siklus teratur, lama ± 1 minggu,
banyak darah yaitu 3 kali ganti pembalut / hari, warna darah merah
tua, Ny. T tidak mengalami kelainan menstruasi seperti
hipermenorea atau menoragi, hipomenorea, polimenorea,
oligomenorea, amenorea, menometroragia dan sindroma prahaid.
Klien mengalami dysmenorrhea hanya ketika awal haid dan belum
mengalami menopause. Ny. T memiliki 2 orang anak, kedua
anaknya lahir secara normal di dukun bayi. Klien mengatakan belum
pernah mengalami abortus, tidak mengalami infeksi saat masa nifas
48

dan tidak mempunyai riwayat tumor. Klien pernah menggunakan


kontrasepsi pil KB dan suntik sebelum sakit, namun setelah sakit
klien berhenti menggunakan kontrasepsi. Ny. T mengatakan
mengalami perdarahan setelah melakukan hubungan seksual dengan
pasangan. Namun tidak mengalami perdarahan saat beraktifitas.
Klien tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga.
Pengkajian ini sesuai dengan teori menurut Padila (2015)
bahwa data khusus yang perlu dikaji pada klien kanker serviks
adalah riwayat kebidanan yaitu paritas, kelainan menstruasi, lama
jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan
aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang
dilakukan sekarang.
Pengkajian kelainan menstruasi pada pasien sesuai dengan
teori Prawirohardjo (2011) yaitu klasifikasi gangguan menstruasi
yaitu hipermenorea atau menoragi, hipomenorea, polimenorea,
oligomenorea, amenorea, menometroragia, dismenorea dan sindroma
prahaid. Pengkajian pekerjaan yang dilakukan sekarang dilakukan
karena wanita yang bekerja sebagai pekerja seks komersial lebih
beresiko terkena kanker seviks, sesuai teori menurut Kurniawan dkk
(2008) wanita pekerja seks komersial (PSK) adalah kelompok wanita
yang berisiko tinggi terkena karsinoma serviks. Risiko kanker
meningkat 10-14,2 kali lipat pada wanita yang mempunyai mitra
seksual enam atau lebih. Juga didukung teori menurut Savitri (2015)
bukan hanya wanita saja yang parter seksualnya, suami atau pria
yang sering melakukan hubungan seksual dengan beberapa wanita,
bisa jadi menularkan kepada istrinya.
Pengkajian riwayat pernikahan Ny. T mengatakan pernah
menikah 1 kali, saat umur 14 tahun. Menurut Savitri (2015)
melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun dapat menjadi
faktor penyebab kanker servik karena sebelum usia 20 tahun, organ
reproduksi wanita belum memiliki tingkat kematangan yang sesuai.
49

Usia dibawah 20 tahun, sel-sel mukosa pada serviks belum


berkembang dengan matang dan organ-organ reproduksi belum
berkembang dengan sempurna. Hal ini membuat organ reproduksi
wanita remaja sangat rentan terhadap rangsangan, paparan sperma,
atau zat-zat yang dibawa sperma. Sel-sel mukosa yang belum
matang juga akan mudah berubah menjadi kanker. Terlebih bila
benda asing (termasuk sperma) masuk kedalamnya. Bisa jadi, sel
mukosa justru berubah menjadi sel abnormal. Sel sel abnormal
dalam mulut rahim dapat mengakibatkan kanker mulut rahim.
Pengkajian pola fungsional Gordon yang dilakukan pada Ny. T
diantaranya pola pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metebolik,
pola eliminasi, pola istirahat dan tidur, pola persepsi dan kognitif,
pola aktifitas dan latihan, pola pertahanan dan koping pola
keyakinan berfungsi secara baik, tetapi pada pola reproduksi dan
seksual klien mengalami masalah, dikatakan sebelum sakit klien
melakukan hubungan seksual seksual ±3 kali seminggu, namun
setelah sakit hanya melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam
sebulan. Ny. T mengatakan mengalami perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Klien mengatakan
kurang percaya diri dalam berhubungan seksual. Suami Ny. T
mengatakan takut jika berhubungan seksual dengan klien karena
mungkin dapat mengakibatkan perdarahan dan khawatir istrinya
akan merasa sakit. Sehingga klien dan suaminya membatasi dalam
berhubungan seksual.
Pengkajian tersebut sesuai dengan teori Priyanto (2011) yaitu
kanker serviks dapat berdampak pada gangguan hubungan dengan
pasangan serta isu seksual dan reproduksi. Didukung dengan teori
Misgiyanto & Susilawati (2014) gangguan seksualitas yang dapat
dialami oleh penderita kanker serviks apabila sudah mengalami
progresivitas atau stadium lanjut, antara lain perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual dan nyeri ketika berhubungan seksual.
50

c. Pemeriksaan fisik
Pemerikaan fisik yang dilakukan pada klien difokuskan
kepada pemeriksaan genetalia dan daerah abdomen dan punggung.
Pada pemeriksaan punggung didapatkan punggung simetris dan tidak
ada luka dekubitus, serta ada nyeri tekan pada bagian punggung
bawah. Pada pemeriksaan abdomen, tidak ada nyeri tekan dan bising
usus 10x / menit. Pemeriksaan genetalia terdapat keputihan berwarna
putih kekuningan, berbau amis dan terdapat sedikit darah dan tidak
ada luka pada genetalia.
Hasil pengkajian tersebut sesuai dengan teori Padila (2015)
yaitu pemeriksaan fisik meliputi inspeksi dan palpasi. Inspeksi yang
dilakukan meliputi melihat perdarahan dan keputihan. Palpasi yang
dilakukan dengan melihat nyeri abdomen dan nyeri punggung
bawah. Menurut teori Savitri (2015) perdarahan yang tidak normal
pada pasien kanker serviks yaitu perdarahan selama atau setelah
berhubungan seksual. Sedangkan keputihan yang tidak normal yaitu
jika lendir keputihan berwarna putih kekuningan atau kuning
kehijauan, berbau, menyebabkan rasa gatal yang teramat sangat dan
bahkan nyeri. Menurut Mardjikoen (2005) nyeri pada klien kanker
serviks dapat timbul diabdomen bagian bawah. Rasa nyeri ini
dirasakan dibawah perut bagian bawah sekitar panggul yang
biasanya unilateral yang terasa menjalar ke paha dan keseluruh
panggul.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny. T pada
tanggal 19 April 2017 adalah pemeriksaan darah lengkap. Hasil
pemeriksaannya yaitu Hemoglobin 11 g / dL, Leukosit 5380 U / L
dan Granulosit 3080 / UL. Pemeriksaan biopsy dilakukan pada
tanggal pada tanggal 16 Januari 2017 di RSU Kota Banjar dengan
hasil : Nonkeratinizing squamous Cell Carcinoma, Moderately
differentlated pada Cerviks.
51

Sesuai dengan teori Padila (2015) data khusus yang perlu


dikaji pada klien kanker servik diantaranya adalah pemeriksaan
penunjang. Didukung dengan teori Savitri (2015) pemeriksaan
penunjang yang dapat digunakan untuk mendeteksi kanker serviks
adalah pemeriksaan Biopsy. Biopsy adalah pengambilan sampel
jaringan yang akan diperiksa oleh dokter ahli patologi anatomi.
Jaringan akan dilihat dibawah mikroskop sehingga dapat ditentukan
ada tidaknya sel kanker.
2. Perumusan masalah (Formulate Problem List)
Perumusan masalah dibuat berdasarkan data yang didapat pada saat
pengkajian. Dari pengkajian yang dilakukan Penulis menemukan data
data subjektif sebagai berikut Ny. T mengatakan mengalami gangguan
aktivitas seksual karena adanya perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual dengan pasangan. Ny. T mengatakan mengalami keputihan
berwarna putih kekuningan, konsistensi cair berbau amis, jumlah banyak,
terkadang bercampur dengan darah. Klien Mengatakan melakukan
hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan. Klien mengatakan kurang
percaya diri dalam berhubungan seksual. Klien mengatakan kurang
paham tentang penyakitnya dan gangguan seksual yang dialami. Data
objektif yang penulis temukan sebagai berikut suami Ny. T mengatakan
takut jika berhubungan seksual dengan klien karena mungkin dapat
mengakibatkan perdarahan dan khawatir istrinya akan merasa sakit.
Sehingga klien dan suaminya membatasi dalam berhubungan seksual.
Ny. T banyak bertanya tentang seksualitas.
Batasan karekteristik disfungsi seksual pada kanker serviks
menurut Herdman (2015) yaitu gangguan aktivitas seksual, merasakan
keterbatasan seksual, menurunan hasrat seksual, perubahan fungsi
seksual yang tidak diinginkan, perubahan minat terhadap diri sendiri,
perubahan minat terhadap orang lain, dan perubahan peran seksual.
Namun tidak semua batasan karakteristik yang tertuang dalam teori
Herdman (2015) terjadi pada klien, hal ini dikarenakan klien mendapat
52

dukungan ataupun motivasi baik dari klien sendiri maupun dari keluarga.
Batasan karakteristik yang sesuai dengan keadaan klien adalah gangguan
aktivitas seksual, merasakan keterbatasan seksual, perubahan fungsi
seksual yang tidak diinginkan.
Faktor yang berhubungan dengan masalah yang muncul pada klien
adalah gangguan fungsi tubuh akibat kanker serviks. Menurut teori
Herdman (2015) faktor yang berhubungan dengan disfungsi seksual pada
kanker serviks adalah gangguan fungsi tubuh (karena anomaly, penyakit,
medikasi, kehamilan, radiasi, bedah, trauma, dll), gangguan struktur
tubuh (karena anomaly, penyakit, kehamilan, radiasi, bedah, trauma, dll )
kurang pengetahuan tentang fungsi seksual.
Berdasarkan data yang ditemukan penulis masalah yang ditemukan
pada klien yaitu disfungsi seksual akibat dari gangguan fungsi tubuh
karena penyakit dimana klien mengalami perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual dengan pasangan. Data tersebut sesuai dengan teori
Herdman (2015) yang menyebutkan bahwa diagnosa disfungsi seksual
berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh karena penyakit. Sehingga
didapatkan diagnosa keperawatan “disfungsi seksual berhubungan
dengan gangguan fungsi tubuh karena penyakit”.
3. Perencanaan (Plan)
Berdasarkan masalah yang ditemukan pada klien yaitu disfungsi
seksual maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan dengan tujuan umumnya adalah setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan disfungsi seksual
teratasi dengan kriteria hasil NOC : fungsi seksual dan indikator
kemampuan untuk mengekspresikan pengetahuan kebutuhan seks
personal (skala awal 2 dan skala tujuan 5), mengekspresikan kepercayaan
diri (skala awal 2 dan skala tujuan 5) serta mengekspresikan kenyamanan
pada tubuh (skala awal 2 dan skala tujuan 5). Keterangan skala yang
digunakan meliputi 1 : tidak pernah menunjukkan, 2 : jarang
53

menunjukkan, 3 : kadang-kadang menujukkan, 4 : sering menunjukkan,


dan 5 : secara konsisten menunjukkan.
Penetapan rencana tindakan keperawatan tersebut sudah sesuai
dengan teori Moorhead dkk (2016) yang menyatakan tujuan perencanaan
keperawatan pada klien dengan disfungsi seksual adalah setelah
dilakukan tindakan keperawatan diharapkan disfungsi seksual teratasi
dengan Nursing Outcome Clasiffication (NOC): fungsi seksual dengan
rentang skala (sebutkan 1-5: tidak pernah menunjukkan, jarang
menunjukkan, kadang-kadang menujukkan, sering menunjukkan, secara
konsisten menunjukkan) dengan kriteria hasil yang diharapkan dari
diagnosa disfungsi seksual adalah mengekspresikan pengetahuan
kebutuhan seks personal, mengekspresikan kepercayaan diri serta
mengekspresikan kenyamanan pada tubuh.
Rencana tindakan keperawatan yang penulis buat untuk mengatasi
masalah disfungsi seksual adalah NIC Konseling seksual dan
intervensinya yaitu bangun hubungan terapeutik, didasarkan pada
kepercayaan dan rasa hormat, berikan privasi dan jaminan kerahasiaan,
informasikan pada klien di awal hubungan bahwa seksualitas merupakan
bagian yang penting dalam kehidupan dan bahwa penyakit, medikasi dan
stress (atau masalah lain dan kejadian-kejadian yang klien alami) sering
merubah fungsi seksual, tentukan tingkat pengetahuan klien tentang
seksualitas, berikan edukasi mengenai seksualitas yang dibutuhkan oleh
klien kanker servik post kemoterapi. Yaitu tentang pengertian kanker
serviks, tanda gejala kanker servik, disfungsi seksual pada kanker servik
dan cara penangannannya, sesuai kebutuhan, diskusikan efek kesehatan
dan penyakit terhadap sekualitas dan berikan edukasi tentang penanganan
perubahan seksual yang dialami karena efek penyakit, libatkan pasangan
klien pada saat konseling sesering mungkin, sesuai kebutuhan. NIC
pengajaran seksualitas dan intervensinya yaitu ciptakan suatu suasana
menerima, dan tidak menghakimi, diskusikan perilaku seksual dan cara-
54

cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan


seseorang.
Menurut Bulechek (2016) rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi disfungsi seksual yaitu NIC Konseling seksual dan
intervensinya yaitu bangun hubungan terapeutik, didasarkan pada
kepercayaan dan rasa hormat, berikan privasi dan jaminan kerahasiaan,
informasikan pada klien di awal hubungan bahwa seksualitas merupakan
bagian yang penting dalam kehidupan dan bahwa penyakit, medikasi dan
stress (atau masalah lain dan kejadian-kejadian yang klien alami) sering
merubah fungsi seksual, tentukan tingkat pengetahuan klien tentang
seksualitas, berikan edukasi mengenai seksualitas yang dibutuhkan oleh
klien kanker servik post kemoterapi. Yaitu tentang bagaimana posisi
yang benar, waktu yang dilarang untuk melakukan hubungan seksual,
berikan informasi mengenai fungsi seksual, sesuai kebutuhan, diskusikan
efek kesehatan dan penyakit terhadap sekualitas dan berikan edukasi
tentang penanganan perubahan seksual yang dialami karena efek
penyakit, diskusikan efek medikasi dan suplemen terhadap seksualitas,
sesuai kebutuhan dan berikan edukasi tentang penanganan perubahan
seksual yang dialami karena efek medikasi, diskusikan bentuk alternatif
ekspresi seksual yang dapat diterima klien, sesuai kebutuhan dan libatkan
pasangan klien pada saat konseling sesering mungkin, sesuai kebutuhan.
NIC Pengajaran : Seksualitas dan intervensinya yaitu ciptakan suatu
suasana menerima, dan tidak menghakimi dan diskusikan perilaku
seksual dan cara-cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dan
kebutuhan seseorang.
Rencana tindakan yang ada dalam teori menurut Bulechek (2016)
tidak semuanya penulis terapkan karena penulis hanya memilih rencana
tindakan yang sesuai dengan yang klien butuhkan untuk mengatasi
disfungsi seksual. Tindakan yang tidak dilakukan oleh penulis yaitu
diskusikan efek medikasi dan suplemen terhadap seksualitas, sesuai
kebutuhan dan berikan edukasi tentang penanganan perubahan seksual
55

yang dialami karena efek medikasi. Hal ini karena disfungsi seksual yang
dialami klien tidak berhubungan dengan medikasi tetapi berhubungan
dengan efek penyakit. Klien mengatakan medikasi tidak menimbulkan
efek terhadap seksualitas.
4. Pelaksanaan (Implementation)
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang sudah penulis lakukan
selama tiga hari sesuai dengan intervensi yang sudah penulis tetapkan
menurut Bulechek (2016) Pelaksanaan keperawatan berdasarkan rencana
asuhan keperawatan pada klien dengan disfungsi seksual.
Tindakan melakukan pendekatan dengan membangun hubungan
terapeutik yang bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dengan klien.
Tindakan yang dilakukan yaitu berkomunikasi dengan sikap saling
menerima, saling percaya dan saling menghargai, memahami, menghayati
nilai yang dianut oleh klien, menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik
fisik maupun mental, memahami arti empati pada klien, bersikap jujur dan
terbuka dalam berkomunikasi, menciptakan suasana yang nyaman sehingga
pasien dapat mengungkapan perasaanya tanpa rasa takut. Tindakan penulis
sesuai dengan teori Mundakir (2006) prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
diantaranya yaitu komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima,
saling percaya dan saling menghargai, perawat harus memahami,
menghayati nilai yang dianut oleh klien, perawat harus menyadari
pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental, memahami betul
arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan
tindakan yang terapeutik, kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan
dasar dari hubungan terapeutik, perawat harus menciptakan suasana yang
memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
Didukung dengan teori Stuart (2009) bahwa komunikasi yang
menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan
alternatif pemecahan masalah. Hubungan saling percaya antara perawat
dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik. Dan didukung teori
56

Nurhasanah (2010) bahwa seorang perawat dapat membantu klien


mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi.
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis yaitu
menginformasikan pada klien di awal hubungan bahwa seksualitas
merupakan bagian yang penting dalam kehidupan dan bahwa penyakit,
sering merubah fungsi seksual. Tindakan ini bertujuan untuk memberikan
informasi kepada klien tentang pentingnya seksualitas pada pasien
kanker serviks. Hal ini sesuai dengan teori Hughes (2009) yaitu aspek
seksualitas merupakan bagian yang penting dari kualitas hidup
keseharian penderita kanker servik, baik sebelum, selama, dan setelah
pasca terapi kanker. Didukung dengan teori Priyanto (2011) bahwa
kanker serviks dapat berdampak gangguan hubungan pasangan serta isu
seksual dan reproduksi.
Tindakan mendiskusikan perilaku seksual dan cara-cara yang tepat
untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan seseorang. Yaitu dengan
mendiskusikan masalah seksualitas dengan pasangan. Mendiskusikan
alternative pengungkapan seksual dengan pasangan. Seks juga memuat
segala macam komunikasi fisik dan emosional yang intim antara
pasangan. Beberapa perilaku menampilkan kasih saying romantis,
pakaian dapat menimbulkan kenikmatan seksual pasangannya, Selain itu,
kata-kata cinta tak berujung dan mencium, menyentuh, dan lain lain, dan
juga memungkinkan pasangan untuk mencapai kepuasan seksual.
Tindakan mengkaji pengetahuan klien tentang seksualitas dan pola
seksualitas klien yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan
klien tentang seskualitas dan bagaimana pola seksualitas klien dan
pasangan. Klien mengatakan kurang memahami tentang seksualitas
untuk klien kanker serviks dan klien mengatakan sebelum sakit klien
melakukan hubungan seksual seksual ±3 kali seminggu, namun setelah
sakit hanya melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan. Klien
mengatakan mengalami perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
dengan pasangan. Klien mengatakan kurang percaya diri saat
57

berhubungan seksual. Suami klien mengatakan takut jika berhubungan


seksual dengan klien karena mungkin dapat mengakibatkan perdarahan
dan khawatir istrinya akan merasa sakit. Sehingga klien dan suaminya
membatasi dalam berhubungan seksual. Menurut Fahmi dkk (2012)
mengemukakan bahwa pengetahuan tentang seksual merupakan hal yang
penting dalam penyesuaian seksual. Pengetahuan tentang anatomi dan
mitos-mitos sampai cara memuaskan pasangan merupakan hal yang
penting karena akan mempengaruhi penyesuaian seksual yang dilakukan.
Tindakan keperawatan memberikan edukasi mengenai seksualitas
yang dibutuhkan oleh klien kanker servik post kemoterapi yaitu dengan
melakukan pendidikan kesehatan tentang disfungsi seksual pada klien
kanker serviks, yaitu tentang pengertian kanker serviks, tanda dan gejala
kanker serviks, disfungsi seksual pada kanker serviks, dan cara
penanganan disfungsi seksual pada kanker serviks. Pendidikan kesehatan
yang dilakukan sesuai dengan satuan acara penyuluhan (SAP).
Pendidikan kesehatan tentang disfungsi seksual yang diberikan
menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab serta media
leaflet. Hal ini sesuai dengan teori Notoadmodjo (2007) yaitu pendidikan
kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap klien dalam
mengatasi masalah seksual yang terjadi. Didukung dengan teori Fahmi
dkk (2012) menyatakan bahwa pengetahuan tentang seksual merupakan
hal yang penting dalam penyesuaian seksual.
Tindakan mendiskusikan efek kesehatan dan penyakit terhadap
sekualitas dan memberikan edukasi tentang penanganan perubahan
seksual yang dialami karena efek penyakit. Menurut teori Misgiyanto &
Susilawati (2014) bahwa apabila kanker serviks sudah mengalami
progresivitas atau stadium lanjut, klien dapat mengalami perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual dan nyeri ketika berhubungan
seksual. Hal ini dapat menyebabkan penderita kanker serviks mengalami
penurunan minat untuk melakukan hubungan seksual. Penulis juga
memberikan pendidikan kesehatan tentang daun sirsak untuk mengatasi
58

keputihan. Pendidikan kesehatan yang diberikan sudah sesuai dengan


Satuan Acara Penyuluhan (SAP). Metode yang digunakan untuk
pendidikan kesehatan tentang daun sirsak untuk mengatasi keputihan
yaitu ceramah, diskusi dan tanya jawab serta media yang digunakan yaitu
leaflet. Menurut teori Triarsari (2007) daun sirsak dapat mengobati
keputihan pada wanita karena mengandung zat antiseptik yang dapat
membunuh kuman, yaitu fenol, dimana kandungan fenol dalam daun
sisak memiliki sifat antiseptik 5 kali lebih efektif dibandingkan fenol
biasa.
Tindakan melibatkan pasangan dalam tindakan keperawatan yang
bertujuan untuk memberikan dukungan pada klien dalam pengobatan.
Tindakan ini sesuai dengan teori Misgiyanto & Susilawati (2014) yang
mengemukakan bahwa adanya dukungan keluarga akan berdampak pada
peningkatan rasa percaya diri pada penderita dalam menghadapi proses
pengobatan penyakitnya.
Pendidikan kesehatan tentang nutrisi pada klien kanker serviks
seperti makanan yang dianjurkan yaitu yang mengandung antioksidan dan
tidak dianjurkan untuk klien kanker servik yaitu makanan yang dibakar
atau diawetkan yang bertujuan untuk menjaga asupan nutrisi tetap
adekuat. Pendidikan kesehatan yang diberikan sudah sesuai dengan
Satuan Acara Penyuluhan (SAP). Metode yang digunakan untuk
pendidikan kesehatan tentang daun nutrisi pada klien kanker serviks yaitu
ceramah, diskusi dan tanya jawab serta media yang digunakan yaitu
leaflet. Hal ini sesuai dengan teori Nefrina (2014) bahwa tujuan
penatalaksanaan nutrisi pada kanker servik adalah menjaga asupan nutrisi
tetap adekuat sehingga dapat mempertahankan dan / atau mencegah
penurunan BB karena perjalanan penyakitnya atau karena efek samping
dari terapi yang diterima, mencegah defisiensi mikronutrien, dan
memaksimalkan kualitas hidup klien. Pemberian nutrisi secara dini
terbukti dapat mempertahankan status nutrisi pada kanker servik. Terapi
59

kanker termasuk kemoterapi dan radioterapi dapat memiliki efek samping


yang akan memperberat kehilangan BB.
5. Evaluasi
Evaluasi dalam laporan kasus ini dilakukan setiap hari dari tanggal
19 April 2017 sampai 21 April 2107. Hasil evaluasi pada implementasi
hari ketiga adalah S : Klien mengatakan masih mengalami keputihan
berwarna putih kekuningan, berbau amis dan bercampur darah. Klien
mengatakan sudah kebih paham tentang seksualitas untuk klien kanker
servik, klien mengatakan sudah memahami cara mengatasi keputihan
dengan daun sirsak dan klien sudah memahami nutrisi yang dibutuhkan
oleh klien kanker serviks. O : Klien dan keluarga tampak dapat
menjelaskan kembali tentang pendidikan kesehatan yang diberikan. A :
Masalah disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh
karena penyakit teratasi sebagian dengan indikator mengekspresikan
pengetahuan kebutuhan seks personal (skala akhir 4), mengekspresikan
kepercayaan diri (skala akhir 4), dan mengekspresikan kenyamanan pada
tubuh (skala akhir 3) P : Lanjutkan Intervensi berikan informasi
mengenai fungsi seksual, sesuai kebutuhan, libatkan pasangan klien pada
saat konseling sesering mungkin, sesuai kebutuhan.
Hasil evaluasi akhir dari tindakan keperawatan adalah
mengekspresikan pengetahuan kebutuhan seks personal (sering
menunjukkan), mengekspresikan kepercayaan diri (sering menunjukkan)
dan mengekspresikan kenyamanan pada tubuh (kadang-kadang
menunjukkan) dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan masalah
disfungsi seksual teratasi sebagian. Evaluasi tersebut sesuai dengan
kriteria menurut Morhead (2016) yaitu klien dapat mengekspresikan
pengetahuan kebutuhan seks personal, mengekspresikan kepercayaan diri
serta mengekspresikan kenyamanan pada tubuh.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam dengan


menggunakan pendekatan keperawatan mulai pengkajian, perumusan
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi dengan masalah disfungsi
seksual berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh karena penyakit pada
klien Ny. T dari tanggal 19 April 2017 sampai 21 April 2017, maka penulis
dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan penulis pada tanggal 19 April 2017.
Biodata klien yang telah penulis kaji antara lain : nama, umur, jenis
kelamin, status pernikahan, alamat, pendidikan terakhir, pekerjaan,
agama, jumlah anak, diagnosa medis, nomer rekam medik dan tanggal
masuk rumah sakit. Keluhan utama klien pada laporan kasus ini Ny. T
mengatakan mengalami masalah jika berhubungan seksual karena adanya
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual dengan pasangan.
Keluhan tambahan pada laporan kasus ini Ny. T mengatakan mengalami
keputihan berwarna putih kekuningan, konsistensi cair berbau amis,
jumlah banyak, terkadang bercampur dengan darah.
Pengkajian riwayat kesehatan sekarang pada laporan kasus ini
ditemukan bahwa klien datang ke RSUD Prof Dr Margono Soekarjo
Purwokerto untuk menjalani program kemoterapi siklus ke 3 dengan
keluhan perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, keputihan yang
banyak, berbau amis dan bercampur darah, dan nyeri pada kaki kiri
sampai pinggul. Pengkajian riwayat penyakit sebelumnya Ny. T
mengatakan belum pernah mengalami abortus, tidak mengalami infeksi

60
61

saat masa nifas dan tidak mempunyai riwayat tumor. Ny. T belum pernah
menjalani operasi histerektomi sebelumnya. Pengkajian riwayat penyakit
keluarga yang penulis kaji yaitu klien mengatakan keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit kanker seperti klien.
Data khusus yang penulis kaji yaitu Ny. T mengalami haid
pertama pada usia 12 Tahun dengan siklus teratur, lama ± 1 minggu,
banyak darah yaitu 3 kali ganti pembalut/ hari, warna darah merah tua,
Ny. T tidak mengalami kelainan menstruasi, klien mengalami
dysmenorrhea hanya ketika awal haid dan belum mengalami menopause.
Ny. T memiliki 2 orang anak, kedua anaknya lahir secara normal di dukun
bayi. Klien mengatakan belum pernah mengalami abortus, tidak
mengalami infeksi saat masa nifas dan tidak mempunyai riwayat tumor.
Klien pernah menggunakan kontrasepsi pil KB dan suntik sebelum sakit,
namun setelah sakit klien berhenti menggunakan kontrasepsi. Ny. T
mengatakan mengalami perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
dengan pasangan.
Pengkajian pola fungsional Gordon pada pola reproduksi dan
seksual Ny. T mengatakan sebelum sakit klien melakukan hubungan
seksual seksual ±3 kali seminggu, namun setelah sakit hanya melakukan
hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan. Ny. T mengatakan mengalami
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Klien
mengatakan kurang percaya diri dalam berhubungan seksual. Suami Ny.
T mengatakan takut jika berhubungan seksual dengan klien karena
mungkin dapat mengakibatkan perdarahan dan khawatir istrinya akan
merasa sakit. Sehingga klien dan suaminya membatasi dalam
berhubungan seksual.
Pemerikaan fisik yang dilakukan pada klien difokuskan kepada
pemeriksaan genetalia dan daerah abdomen dan punggung. Pada
pemeriksaan punggung didapatkan punggung simetris dan tidak ada luka
dekubitus, serta ada nyeri tekan pada bagian punggung bawah. Pada
pemeriksaan abdomen, tidak ada nyeri tekan dan bising usus 10x / menit.
62

Pemeriksaan genetalia terdapat keputihan berwarna putih kekuningan,


berbau amis dan terdapat sedikit darah dan tidak ada luka pada genetalia.
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny. T pada tanggal
19 April 2017 adalah pemeriksaan darah lengkap. Hasil pemeriksaannya
yaitu Hemoglobin 11 g / dL, Leukosit 5380 U / L dan Granulosit 3080 /
UL. Pemeriksaan biopsy dilakukan pada tanggal pada tanggal 16 Januari
2017 di RSU Kota Banjar dengan hasil : Nonkeratinizing squamous Cell
Carcinoma, Moderately dif ferentlated pada Cerviks.
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan, diagnosa
keperawatan yang muncul yaitu disfungsi seksual berhubungan dengan
gangguan fungsi tubuh karena penyakit. Sesuai dengan batasan
karakteristik, dan faktor yang berhubungan.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi yang dilakukan sesuai dengan tujuan yaitu setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan disfungsi
seksual teratasi. Intervensi sudah didasrakan pada NOC : fungsi seksual
dengan kriteria hasil klien dapat mengekspresikan pengetahuan kebutuhan
seks personal, mengekspresikan kepercayaan diri, dan mengekspresikan
kenyamanan pada tubuh, dengan NIC konseling seksual dan pengajaran :
seksualitas.
Intervensinya yaitu bangun hubungan terapeutik, didasarkan pada
kepercayaan dan rasa hormat, berikan privasi dan jaminan kerahasiaan,
informasikan pada klien di awal hubungan bahwa seksualitas merupakan
bagian yang penting dalam kehidupan dan bahwa penyakit, medikasi dan
stress (atau masalah lain dan kejadian-kejadian yang klien alami) sering
merubah fungsi seksual, tentukan tingkat pengetahuan klien tentang
seksualitas, berikan edukasi mengenai seksualitas yang dibutuhkan oleh
klien kanker servik post kemoterapi. Yaitu tentang pengertian kanker
serviks, tanda gejala kanker servik, disfungsi seksual pada kanker servik
dan cara penangannannya, sesuai kebutuhan, diskusikan efek kesehatan
63

dan penyakit terhadap sekualitas dan berikan edukasi tentang penanganan


perubahan seksual yang dialami karena efek penyakit, libatkan pasangan
klien pada saat konseling sesering mungkin, sesuai kebutuhan. NIC
pengajaran seksualitas dan intervensinya yaitu ciptakan suatu suasana
menerima, dan tidak menghakimi, diskusikan perilaku seksual dan cara-
cara yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dan kebutuhan seseorang.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang penulis lakukan selama 3x24 jam yaitu pada
tanggal 19, 20 dan 21 April 2017, efektif dan dapat diterima klien, karena
klien sangat kooperatif sehingga memudahkan penulis melakukan
implementasi seperti melakukan ceramah dan diskusi. Implementasi
sudah sesuai dengan perencanaan yang penulis susun sebelumnya.
Implemetasi yang penulis lakukan yaitu melakukan pendekatan dengan
membangun hubungan terapeutik. Menginformasikan pada klien di awal
hubungan bahwa seksualitas merupakan bagian yang penting dalam
kehidupan dan bahwa penyakit, sering merubah fungsi seksual.
Penulis juga mengkaji pengetahuan klien tentang seksualitas dan
pola seksualitas klien. Memberikan edukasi mengenai seksualitas yang
dibutuhkan oleh klien kanker servik post kemoterapi yaitu dengan
melakukan pendidikan kesehatan tentang disfungsi seksual pada klien
kanker serviks. Mendiskusikan efek kesehatan dan penyakit terhadap
sekualitas dan memberikan edukasi tentang penanganan perubahan
seksual yang dialami karena efek penyakit. Melibatkan pasangan dalam
tindakan keperawatan. Melakukan pendidikan kesehatan tentang nutrisi
pada klien kanker serviks seperti makanan yang dianjurkan yaitu yang
mengandung antioksidan dan tidak dianjurkan untuk klien kanker servik
yaitu makanan yang dibakar atau diawetkan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi penulis lakukan disetiap tindakan dan setiap hari. Pada
hari terakhir tindakan didapatkan data bahwa klien mengatakan masih
mengalami keputihan berwarna putih kekuningan, berbau amis dan
64

bercampur darah. Klien mengatakan sudah kebih paham tentang


seksualitas untuk klien kanker servik, klien mengatakan sudah memahami
cara mengatasi keputihan dengan daun sirsak dan klien sudah memahami
nutrisi yang dibutuhkan oleh klien kanker serviks. Dari data tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa masalah disfungsi seksual behubungan dengan
gangguan fungsi tubuh karena penyakit pada Ny. T teratasi sebagian.

B. Saran

Dari kesimpulan diatas penulis memberikan beberapa rekomendasi untuk


meningkatkan mutu asuhan keperawatan maternitas pada klien kanker serviks
yang mengalami disfungsi seksual.
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerja sama yang baik, sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada
umumnya dan khususnya bagi klien kanker serviks yang mengalami
disfungsi seksual sehingga dapat mendukung kesembuhan klien.
2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat
Diharapkan para perawat memiliki tanggung jawab dan ketrampilan yang
baik dan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan yang lain dalam
memberikan pelayanan asuhan keperawatan serta dapat memberikan
tindakan nonfarmakologi untuk klien sehingga mengurangi penggunaan
obat-obatan khususnya pada klien kanker serviks dengan disfungsi
seksual. Serta diharapkan perawat dapat memberikan penyuluhan
seksualitas agar masalah-masalah seksualitas yang dihadapi klien dapat
teratasi.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu pendidikan sehingga dapat
menghasilkan perawat yang bermutu, professional, inovatif, terampil
sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih baik. Selain
65

itu diharapkan untuk menambah referensi buku di perpustakaan Prodi


DIII Keperawatan Purwokerto sehingga memudahkan mahasiswa dalam
membuat tugas, makalah dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Afiyanti., Andrijono., & Gayatri. (2011). Perubahan Keluhan Seksual Fisik dan
Psikologis pada Perempuan Pasca terapi Kanker Serviks setelah
Intervensi Keperawatan. Jurnal Ners Vol. 6 No. 1April 2011 : 68-75.

Ali, Z. (2010). Dasar-dasar dokumentasi keperawatan. Jakarta : EGC

Andira, D. (2010). Seluk-Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta : A


Plus Books.

Bulecheck, G. (2016). Nursing Intervention Classification (NIC). 6th Edition.


Missouri : Elsevier Mosby.

Cancer Council. (2009). Sexuality, intimacy, and cancer : a guide for people with
cancer, their families and cancer. New South Wales : NSW
diakses pada 10 desember 2016).

Fahmi, D.S & Hidayat. (2012). Infeksi Menular Seksual. Jakarta : FKUI.

Diananda, R. (2009). Panduan Lengkap Mengenal Kanker. Yogyakarta : Mirza


Media Pustaka.

Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas. (2015). Profil Kesehatan Kabupaten


Banyumas Tahun 2015. Purwokerto : Dinas Kesehatan Kabupaten
Banyumas.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2012. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
(http://www.dinkesjatengprov.go.id, diakses pada 12 Desember 2016).

Dyayadi. (2009). Pembunuh Ganas dan Ditakuti itu Bernama Kanker. Samarinda
: Penerbit Riz’ma.
Fitriani, R (2015). Pengalaman Perubahan Seksualitas Pada Penderita Kanker
Serviks Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Skripsi tidak
dipublikasikan. Gombong : Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong, (online),
(http://elib.stikesmuhgombong.ac.id, diakses pada 20 Desember 2016).

Hatta, G.R. (2008). Pedoman manajemen kesehatan di sarana pelayanan


kesehatan. Jakarta : Ui Press.

Herdman, T. H. (2015). Nanda International Inc. Nursing Diagnoses : Definitions


& Classifications 2015-2017, 10th Edition. Jakarta : EGC.

Hughes, M.K. (2009). Sexuality and cancer: The final Frontier for Nurses.
Oncology Nursing Forum, 36(5), 241-246.

Imron, M & Munif, A. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Bahan


Ajar untuk Mahasiswa. Cetakan petrama. Jakarta : Sagung Seto.

Irianto, K. (2015). Kesehatan Reproduksi ( Reproductive Health). Bandung :


Alfabeta.

Kurniawan, B., Asmika., Imam S. (2008). Hubungan Tingkat Pengetahuan


Dengan Partisipasi Pada Pemeriksaan Pap Smear Pada Wanita Pekerja
Seks Komersial. Jurnal Kedokteran Brawijaya, (online) Vol. XXIV, No.
3, Desember 2008 : 01-09, (http://jkb.ub.ac.id diakses pada 13 Mei 207).

Manuaba L.A.C., Ida B.G.F.M., & Ida B.G.M.. (2009). Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita, Edisi 2. Jakarta : EGC.

Mardjikoen, P. (2005). Tumor Ganas Alat Genitalia Edisi kedua. Jakarta:


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Misgiyanto & Dwi, S. (2014). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif. Jurnal
Keperawatan, (online) Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 01 – 15,
(http://ejournal.umm.ac.id, diakses pada 10 Desember 2016).

Mitayani. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.

Mohanis., Haspita, R., Desni, R. (2013). Penggunaan Air Rebusan Daun Sirih
Merah (Piper Crocatum) Terhadap Penyembuhan Keputihan Pada
Wanita Usia Subur (WUS). Jurnal Poltekkes Kemenkes Padang, (online),
(http://poltekkespadang.ac.id, diakses pada 25 Januari 2017).

Moorhead, S., Marion, J., Meridean, L. M., Elizabeth, S. (2016). Nursing


Outcome Classification (NOC) Pengukuran Outcome Kesehatan Edisi
Kelima. Missouri : Elsevier Global Rights.

Mundakir. (2006). Komunikasi Keperawatan: Aplikasi Dalam Pelayanan, Edisi


Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Nefrina, J.D. (2014). Penatalaksanaan Nutrisi Pada Pasien Kanker Serviks yang
Menjalani Radiasi. Skripsi tidak dipublikasikan. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Program Pendidikan Dokter Spesialis
I. Program Studi Ilmu Gizi Klinik, (online), (http://lib.ui.ac.id , diakses
pada 20 April 2017).

Notoatmodjo, S. (2007). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Nurhasanah, N. (2010). Ilmu Komunikasi Dalam Konteks Keperawatan. Jakarta :


CV Trans info Media.

Nursalam. (2009). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik.


Surabaya : Salemba Medika.
Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

Padila. (2015). Asuhan Keperawatan Maternitas II. Yogyakarta : Nuha Medika.

Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kandungan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Priyanto, H. (2011), Yes, I Know Everything about Kanker Servik. Solo : Tiga
Serangkai.

Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2015). Stop Kanker. Jakarta
: Departemen Kesehatan (http://www.depkes.go.id, diakses pada 10
Desember 2016).

Puspasari, D., Mira, T., & Restuning, W. (2013). Latihan Kegel dan Nyeri saat
Berhubungan Seksual pada Perempuan Pasca Terapi Kanker. Jurnal
Keperawatan Padjajaran. Volume 1 Nomor 1 April 2013.

Rasjidi, I. (2010a). Perawatan Paliatif Suportif & Bebas Nyeri pada Kanker.
Jakarta : CV Agung Seto.

.(2010b). Epidemiologi kanker padawanita. Jakarta : CV Agung Seto.

Reeder, Sharon J., Leonide L. Martin., Deborah K.G. (2014). Keperawatan


Maternitas : Kesehatan Wanita, Bayi, & Keluarga, Ed. 18, Vol 1. Jakarta
: EGC.

Rekam Medik RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwoketo. (2017). Kejadian
Kanker Servik di RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwoketo tahun
2015-2016.

Romauli, S & Anna, V. V. (2009). Kesehatan Reproduksi buat Mahasiwa


Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sarasvati, S. (2010). Penyakit Perempuan. Jogjakarta : Kata Hati.

Saryono. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam kesehatan. Yogyakarta :


Nuha Medika.

Sastrawinata, U.S. (2009). Perubahan Kualitas Hidup Ditinjau Dari Aspek


Psikoseksual Pasca Histerektomi Total Abdominal. Jurnal Kedokteran
Maranatha, (online), Vol.8 No.2 Februari 2009: 127-131,
(http://majour.maranatha.edu, diakses pada 25 Januari 2017).

Savitri, A , dkk. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan
Rahim. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.

Stuart, G.W & Suddeen, S.J. (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta :EGC.

Supardi, S & Rustika. (2015). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta :
Trans Info Media.

Suwanti & Koto, Y.M.R. (2016). Keputihan Pada Wanita Usia Subur
Menggunakan Ekstrak Daun Sirsak. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan
Tradisional, (online), Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99,
(http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id, diakses pada 25 Januari 2017).

Triarsari, D. (2007). Daun Sirih Mengobati Mimisan sampai Keputihan. (Online),

(www.kepegawaian.depkes.go.id, Diakses pada 25 januari 2016).

Wijaya, D, (2010), Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta :


Sinar Kejora.

World Health Organization (WHO). (2016). Human papillomavirus (HPV) and


cervical cancer. (http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs380/en/,
diakses pada 12 Desember 2015).
Yatim, F. (2008). Penyakit Kandungan. Myoma, Kanker Rahim/Leher Rahim dan
Indung Telur, Kista, serta Gangguan Lainnya. Jakarta : Pustaka Populer
Obor.
Lampiran 1

ASUHAN KEPERAWATAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA NY. T


DENGAN KANKER SERVIK DI RUANG BOUGENVIL
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
PURWOKERTO

Oleh :

Dyah Meitasari

P1337420214053

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES

SEMARANG
2017
ASUHAN KEPERAWATAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA NY.T

DENGAN KANKER SERVIKS DIRUANG BOUGENVIL

RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

A. PENGKAJIAN
Nama Pengkaji : Dyah Meitasari
NIM : P1337420214053
Tempat Pengkajian : Ruang Bougenvil RSUD PROF DR
Margono Soekarjo Purwokerto
Waktu pengkajian : 19 April 2017

1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Alamat : Rataharja RT 027 / RW 23, Padarin, Ciamis
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Sunda / Indonesia
Jumlah anak : 2
Diagnosa Medis : Ca Serviks
No RM : 987612
Tanggal Masuk : 19 April 2017
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. U
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Rataharja RT 027 / RW 23, Padarin, Ciamis
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Hubungan dengan Pasien : Suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mengalami masalah saat berhubungan seksual
karena adanya perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
dengan pasangan.
b. Keluhan Tambahan
Pasien mengatakan mengalami keputihan berwarna putih kekuningan,
konsistensi cair berbau amis, jumlah banyak, terkadang bercampur
dengan darah. Pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan
sampai pinggang dan lemas.
P : Nyeri karena proses penyakit
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Pada kaki kanan dan pinggang
S : skala nyeri 5
T : Menetap
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto untuk
menjalani program kemoterapi siklus ke 3 dengan keluhan perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual, keputihan yang banyak, berbau
amis dan bercampur darah, dan nyeri pada kaki kiri sampai pinggul.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan telah menderita kanker serviks selama 5 bulan
terakhir Pasien sudah pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya yaitu
untuk menjalani pengobatan kemoterapi, terakhir satu bulan yang lalu.
Pasien mengatakan belum pernah mengalami abortus, tidak
mengalami infeksi saat masa nifas dan tidak mempunyai riwayat
tumor. Pasien belum pernah menjalani operasi Histerektomi
sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
kanker seperti pasien.
Genogram

Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan sudah meninggal

: Perempuan : Laki-laki sudah meninggal

l : Pasien : Tinggal serumah


: Garis keturunan
3. Data Umum Kesehatan
a. Riwayat Haid
1) Menarche : 12 Tahun
2) Siklus : teratur
3) Lama : ±1 minggu
4) Banyak : 3 kali ganti pembalut/ hari
5) Warna darah : merah tua
6) Dysmenorrhea : nyeri ketika awal haid
7) Menopoause : belum menopause
b. Riwayat Pembedahan
Pasien belum pernah menjalani operasi sebelumnya.
c. Riwayat Obstetri
Pasien memiliki 2 orang anak,. Anak pertama berumur 22 tahun, anak
kedua berumur 18 tahun. Kedua anaknya lahir secara normal di dukun
bayi. Pasien mengatakan belum pernah mengalami abortus, tidak
mengalami infeksi saat masa nifas dan tidak mempunyai riwayat
tumor. Pasien pernah menggunakan kontrasepsi pil KB dan suntik
sebelum sakit, namun setelah sakit pasien berhensi menggunakan
kontrasepsi. Pasien belum pernah dilakukan tindakan histerektomi.
d. Riwayat seksualitas
Sebelum sakit pasien melakukan hubungan seksual seksual ±3 kali
seminggu, namun setelah sakit hanya melakukan hubungan seksual 2-
3 kali dalam sebulan. Pasien mengatakan mengalami perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Namun tidak
mengalami perdarahan saat beraktifitas. Klien mengatakan kurang
percaya diri saat berhubungan seksual. Suami pasien mengatakan
takut jika berhubungan seksual dengan pasien karena mungkin dapat
mengakibatkan perdarahan dan khawatir istrinya akan merasa sakit.
Sehingga pasien dan suaminya membatasi dalam berhubungan
seksual.
e. Riwayat Pernikahan
1) Menikah : 1 kali
2) Umur : 14 tahun
3) Lama : 28 Tahun
4. Pola Fungsional Gordon
a. Pola Pemeliharaan Kesehatan
DS : Pasien mangatakan kesehatan itu penting dan perlu dijaga.
Ketika ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke dokter
atau pelayanan kesehatan
DO : Pasien memiliki kartu BPJS sebagai jaminan kesehatan.
b. Pola Nutrisi dan Metabolik
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari,
mengkonsumsi nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk seperti
temped an terkadang ayam. Pasien mengatakan jarang
mengkonsumsi buah dirumah. Minum air putih 3-4 kali
sehari. Setelah sakit nafsu makan pasien berkurang karena
mual akibat tindakan kemoterapi. Pasien makan 3 kali
sehari namun dengan porsi sedikit, dan minum air putih 3-4
kali sehari.
DO : Pasien terlihat tidak mengabiskan porsi makan yang telah
disediakan rumah sakit.
BB : 51 kg
TB : 151 cm
IMT : 22,3
c. Pola Eliminasi
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit BAB 2 kali sehari dan
BAK 3-4 kali sehari, setelah sakit pasien BAB 1 kali sehari
dan BAK 3-4 kali sehari. Terkadang jka setelah tindakan
kemoterapi BAB tercampur dengan darah.
DO : Pasien terlihat segar, perut tidak teraba keras
d. Pola Istirahat dan Tidur
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit tidur 6-8 jam sehari,
setelah sakit pola tidur pasien tidak mengalami masalah.
DO : Pasien terlihat segar, konjungtiva tidak anemis, tidak
terdapat kantung mata.
e. Pola persepsi dan kognitif
DS : Pasien mengatakan sebelum sakit tidak adan gangguan
pada panca inderanya, setelah sakit pasien mengatakan
mata sebelah kiri agak kabur dan terdapat bintik hitam jika
melihat. Pasien mengatakan kurang paham tentang
penyakitnya dan gangguan seksual yang diaalami. Pasien
mengatakan terkadang merasa cemas dengan kesehatannya.
DO : Pasien mengikuti pengkajian dengan baik. pasien terlihat
banyak bertanya.
f. Pola Aktivitas dan latihan
DS : Pasien mengatakan sebelum dan sesudah sakit dapat
melakukan aktivitas secara mandiri. Pasien mengatakan
mandi 2 kali sehari dan ganti baju sehari 2 kali jika mandi,
dan berganti celana dalam jika merasa sudah tidak nyaman.
DO :
Aktivitas dan Latihan 0 1 2 3 4
Makan/minum ˅
Mandi ˅
Berpakaian ˅
Toileting ˅
Berpindah ˅
ROM ˅

Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : tergantung total
g. Pola Konsep Diri
DS : Pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya dan
dapat menjalani kehidupannya seperti dulu.
DO : Pasien komunikatif ketika dilakukan pengkajian dan
sedang menjalani pengobatan kemoterapi rutin.
h. Pola Peran dan Hubungan
DS : Pasien mengatakan hubungan dengan suami dan keluarga
lainnya baik. sebelum sakit pasien dapat menjalankan
perannya sebagai ibu dan istri yang baik, setelah sakit peran
sebagai istri terganggu karena masalah kesehatan.
DO : pasien terlihat ditemani oleh suami saat dirawat dirumah
sakit.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
DS : Sebelum sakit pasien melakukan hubungan seksual
seksual ±3 kali seminggu, namun setelah sakit hanya
melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan.
Pasien mengatakan mengalami perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Pasien
mengatakan kurang percaya diri saat berhubungan seksual.
DO : Suami pasien mengatakan takut jika berhubungan seksual
dengan pasien karena mungkin dapat mengakibatkan
perdarahan dan khawatir istrinya akan merasa sakit.
Sehingga pasien dan suaminya membatasi dalam
berhubungan seksual. Terdapat keputihan berlebihan
berwarna putih kekuningan, berbau amis dan sedikit
bercampur darah.
j. Pola Pertahanan dan Koping
DS : Pasien mengatakan sebelum dan sesudah sakit jika ada
masalah selalu di diskusikan dengan keluarga. pasien
mengatakan cemas terhadap pengobatan penyakitnya.
Pasien mengatakan pengasilannya perbulan
±Rp.1.000.000.-
DO : Pasien tidak menutup diri dan selalu terbuka saat
pengkajian, terkadang pasien terlihat gelisah jika
menyinggung pengobatan.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
DS : Pasien mengatakan beragama islam dan menjalankan
shalat 5 waktu dalam sehari.
DO : Pasien mengenakan jilbab dan terlihat selalu berdoa.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS= 15 (E4, V5,
M6)
BB/ TB : 51 kg / 151 cm
IMT : 22,3
Tanda-tanda Vital : TD : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
S : 360C
R : 18x/menit
b. Head to toe
1) Kepala :
a) Rambut : Hitam, bersih, sedikit
beruban
b) Mata : Simetris, konjungtiva tidak
anemis, tidak ada kantung
mata, anikterik
c) Hidung : Bersih, tidak ada polip
d) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada
Serumen berlebih,
pendengaran baik
e) Mulut : Simetris, mukosa lembab,
tidak ada stomatitis, tidak ada
karang gigi
2) Leher : Tidak ada pembesaran tyroid,
tidak ada pembesaran pada
JVP
3) Thorax
 Jantung : Simetris, tidak ada nyeri
tekan, redup, regular
 Paru-paru : Simetris, tidak ada retraksi
dinding dada, tidak ada nyeri
tekan, Sonor, Vesikuler
4) Payudara : Simetris, teraba lunak, tidak
ada benjolan, areolla bersih
5) Punggung : Simetris, tidak ada luka

dekubitus

6) Abdomen : Tidak ada nyeri tekan, bising


usus 10x/menit
7) Genetalia : Terdapat keputihan berwarna
putih kekuningan, berbau
amis dan terdapat sedikit
darah, tidak ada luka pada
genetalia
8) Ekstremitas
a) Atas : Tidak ada edema, tidak ada
kelemahan otot,
terpasang infus ditangan
kanan.
b) Bawah : Tidak ada edema, kaki
sebelah kiri terasa sakit untuk
beraktivitas
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Lengkap : tanggal 19 April 2017
Hematologi Hasil Satuan Nilai Normal
Darah lengkap
Hemoglobin L 11 g/dl 11.7 – 15.5
Leukosit 5380 U/L 3600 – 11000
Hematokrit 35 Θ 35 – 47
Eritrosit 4,1 10^6/uL 3.8 – 5.2
Trombosit 213.000 /uL 150.000 –
440.000
MCV 84,8 fL 80 – 100
MCH 27,2 pg/cell 26 – 34
MCHC 32,1 Θ 32 – 36
RDW H 17,5 Θ 11.5 – 14.5
MPV 9.1 fL 9.4 – 12.3
Hitung jenis
Basofil 0.2 Θ 0–1
Eosinofil 3,5 Θ 2–4
Batang L 0.2 Θ 3–4
Segmen 57,0 Θ 50 – 70
Limfosit 27,9 Θ 25 – 40
Monosit H 11,2 Θ 2–8
Granulosit H 3080 /uL
Ureum darah L 14,7 mg/dL 14,98- 38,52
Kreatinin darah 0,69 mg/dL 0,55 - 1,02

b. Pemeriksaan Byopsi : tanggal 16 Januari 2017 di RSU Kota Banjar


Hasil : Nonkeratinizing squamous Cell Carcinoma, Moderately dif
ferentlated pada Cerviks
7. Terapi
a. Ondansentron 4 mg (2x1) (injeksi)
b. Adfer (2x1) tab (oral)
c. Vit. C 25mg (2x1)(oral)
d. Infus NACL
B. RUMUSAN MASALAH
No Data Fokus Problem Etiologi
1 DS : Pasien mengatakan Disfungsi seksual Gangguan
mengalami mengalami fungsi tubuh
masalah saat berhubungan karena penyakit
seksual karena adanya
perdarahan setelah
melakukan hubungan
seksual dengan pasangan.
Pasien mengatakan
mengalami keputihan
berwarna putih
kekuningan, konsistensi
cair berbau amis, jumlah
banyak, terkadang
bercampur dengan darah.
Pasien Mengatakan
mmelakukan hubungan
seksual 2-3 kali dalam
sebulan. Pasien
mengatakan kurang
percaya diri dalam
melakukan hubungan
seksual. Pasien
mengatakan kurang
paham tentang
penyakitnya dan gangguan
seksual yang dialami.
DO : Suami pasien mengatakan
takut jika berhubungan
seksual dengan pasien
karena mungkin dapat
mengakibatkan
perdarahan dan khawatir
istrinya akan merasa sakit.
Sehingga pasien dan
suaminya membatasi
dalam berhubungan
seksual. Pada pemeriksaan
genetalia terdapat
keputihan berwarna putih
kekuningan, berbau amis
dan terdapat sedikit darah
dan tidak ada luka pada
genetalia.
No Data Fokus Problem Etiologi
2 DS : Pasien mengatakan nyeri Nyeri Akut Agen cedera
pada kaki sebelah kanan biologis
sampai pinggang (neoplasma)
P : Nyeri karena proses
penyakit
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Pada kaki kanan dan
pinggang
S : skala nyeri 5
T : Menetap

DO :
TD : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
S : 360C
R : 18x/menit

3 DO : Pasien mengatakan merasa Ansietas Ancaman


cemas terhadap kesehatan kematian
dan pengobatan
penyakitnya.
DO : Pasien terlihat gelisah.
TD : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
S : 360C
R : 18x/menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh karena
penyakit
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera biologis (neoplasma)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
D. INTERVENSI
Tanggal Dx Tujuan Intervensi
19/04/ 1 Setelah dilakukan tindakan (NIC) : Konseling
2017 keperawatan selama 3x24 jam seksual
diharapkan disfungsi seksual teratasi 1. Bangun hubungan
dengan kriteria hasil : terapeutik,
NOC : fungsi seksual didasarkan pada
Indikator Awal Tujuan kepercayaan dan
Mengekspresi 2 5 rasa hormat
kan 2. Berikan privasi
pengetahuan dan jaminan
kebutuhan kerahasiaan
seks personal 3. Informasikan pada
Mengekspresi 2 5 pasien di awal
kan hubungan bahwa
kepercayaan seksualitas
diri merupakan bagian
Mengekspresi 2 5 yang penting
kan dalam kehidupan
kenyamanan dan bahwa
pada tubuh penyakit, medikasi
Keterangan : dan stress (atau
1 : tidak pernah menunjukkan masalah lain dan
2 : jarang menunjukkan kejadian-kejadian
3 : kadang-kadang menujukkan yang pasien alami)
4 : sering menunjukkan, sering merubah
5 : secara konsisten menunjukkan fungsi seksual
4. Tentukan tingkat
pengetahuan
pasien tentang
seksualitas
5. Berikan edukasi
mengenai
seksualitas yang
dibutuhkan oleh
pasien kanker
servik post
kemoterapi. Yaitu
tentang pengertian
kanker serviks,
tanda gejala kanker
servik, disfungsi
seksual pada
kanker servik dan
cara
penangannannya.
Tanggal Dx Tujuan Intervensi
6. Berikan informasi
mengenai fungsi
seksual, sesuai
kebutuhan
7. Diskusikan efek
kesehatan dan
penyakit terhadap
sekualitas dan
berikan edukasi
tentang
penanganan
perubahan seksual
yang dialami
karena efek
penyakit
8. Libatkan pasangan
pasien pada saat
konseling sesering
mungkin, sesuai
kebutuhan
(NIC) : Pengajaran :
Seksualitas
1. Ciptakan suatu
suasana menerima,
dan tidak
menghakimi
2. Diskusikan
perilaku seksual
dan cara-cara yang
tepat untuk
mengungkapkan
perasaan dan
kebutuhan
seseorang
2 Setelah dilakukan tindakan NIC : Manajemen nyeri
keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan
diharapkan nyeri dapat teratasi dengan pengkajian nyeri
kriteria hasil komprehensif yang
NOC : Kontrol nyeri meliputi lokasi,
Indikator Awal Tujuan karakteristik,
Menggunakan 1 5 onset/durasi,
tindakan frekuensi, kualitas,
pengurangan intensitas atau
nyeri tanpa beratnya nyeri dan
analgesik faktor pencetus
Tanggal Dx Tujuan Intervensi
Mengenali 1 5 2. Gali bersama
apa yang pasien faktor-
terkait dengan faktor yang dapat
gejala nyeri menurunkan dan
Melaporkan 1 5 memperberat nyeri
nyeri yang 3. Ajarkan prinsip-
terkontrol rinsip manajemen
Keterangan : nyeri
1 : tidak pernah menunjukkan 4. Ajarkan
2 : jarang menunjukkan penggunaan teknik
3 : kadang-kadang menujukkan non farmakologi
4 : sering menunjukkan, (relaksasi, nafas
5 :secara konsisten menunjukkan dalam)
5. Dukung
istirahat/tidur yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri
3 Setelah dilakukan tindakan NIC : Pengurangan
keperawatan selama 3x24 jam Kecemasan
diharapkan ansietas dapat teratasi 1. Gunakan
dengan kriteria hasil pendekatan yang
NOC : Kontrol Kecemasan Diri tenang dan
Indikator Awal Tujuan meyakinkan
Mengurangi 2 5 2. Berikan informasi
penyebab factual terkait
kecemasan diagnosis,
Menggunakan 2 5 perawatan dan
strategi koping prognosis
yang efektif 3. Dorong keluarga
Menggunakan 2 5 untuk
teknik relaksasi mendampingi
untuk mengurani pasien dengan caya
kecemasan yang tepat
Keterangan : 4. Dengarkan pasien
1 : tidak pernah dilakukan 5. Dorong verbalisasi
2 : jarang dilakukan perasaan, persepsi
3 : kadang-kadang dilakukan dan ketakutan
4 : sering dilakukan 6. Instruksikan pasien
: dilakukan secara konsisten untuk
menggunakan
teknik relaksasi
7. Kaji untuk tanda
verbal dan non
verbal kecemasan
E. IMPLEMENTASI
Tanggal/ DX Implementasi Respon
Jam
19/04/
2017
13.00 I,II, - Melakukan - Pasien kooperatif dan
III pendekatan dengan terbuka ketika
bina hubungan pengkajian berlangsung
saling percaya

13.15 I,II,II - Mengobservasi - Keadaan umum baik,


I keadaan umum kesadaran compos
pasien dan keluhan mentis. GCS 15 (E4, V5,
pasien M6)
Pasien mengatakan
mengalami gangguan
aktivitas seksual karena
adanya perdarahan
setelah melakukan
hubungan seksual dengan
pasangan.
Pasien mengatakan nyeri
pada kaki sebelah kanan
sampai pinggang dan
lemas.
P : Nyeri karena proses
penyakit
Q : Seperti ditusuk-
tusuk
R : Pada kaki kanan dan
pinggang
S : skala nyeri 5
T : Menetap Pasien
mengatakan cemas
terhadap kesehatan dan
penyakitnya

14.00 I,II, - Melakukan - TD : 120/70 mmHg


III pemeriksaan tanda N : 76x/menit
tanda vital S : 360C
R : 18x/menit
b)
14.15 I - Mengkaji - Pasien mengatakan
pengetahuan kurang memahami
Tanggal/ DX Implementasi Respon Paraf
Jam
pasien tentang tentang seksualitas
seksualitas dan untuk pasien kanker
pola seksualitas serviks. Sebelum sakit
pasien pasien melakukan
hubungan seksual
seksual ±3 kali
seminggu, namun
setelah sakit hanya
melakukan hubungan
seksual 2-3 kali dalam
sebulan. Pasien
mengatakan
mengalami
perdarahan setelah
melakukan hubungan
seksual dengan
pasangan. pasien
Suami pasien
mengatakan takut jika
berhubungan seksual
dengan pasien karena
mungkin dapat
mengakibatkan
perdarahan dan
khawatir istrinya akan
merasa sakit.
Sehingga pasien dan
suaminya membatasi
dalam berhubungan
seksual.
14.30 I - Menginformasika - Pasien mengerti dan
n pada pasien di mengatakan
awal hubungan seksualitas itu
bahwa seksualitas penting. Namun
merupakan sekarang
bagian yang seksualitasnya
penting dalam terganggu karena
kehidupan dan mengalami penyakit
bahwa penyakit, kanker serviks
sering merubah
fungsi seksual
15. 45 I - Mendiskusikan - Pasien terbuka dalam
dengan pasien mendiskusikan
dan
Tanggal/ DX Implementasi Respon Paraf
Jam
keluarga tentang masalah seksualitas.
efek pengobatan Pasien mengatakan
terhadap pola takut berhubungan
seksualitas seksual setelah
melakukan
16.00 II, - Mengajarkan pengobatan.
III teknik relaksasi - Pasien mengikuti apa
nafas dalam yang diajarkan
untuk perawat
mengurangi nyeri
dan kecemasan
20/04/
2017
07.00 I,II, - Mengobservasi - Keadaan umum baik,
III keadaan umum kesadaran compos
dan keluhan mentis GCS 15 (E4,
pasien V5, M6). Pasien
mengatakan masih
mengalami keputihan
berwarna putih
kekuningan, berbau
amis dan bercamour
darah.
Pasien mengatakan
nyeri pada kaki
sebelah kanan sampai
pinggang dan lemas.
P : Nyeri karena
proses penyakit
Q : Seperti ditusuk-
tusuk
R : Pada kaki kanan
dan pinggang
S : skala nyeri 4
T : Menetap
Pasien mengatakan
cemas terhadap
kesehatan dan
penyakitnya
07.15 I,II, - Memonitor Vital - TD : 120/70 mmHg
III Sign N : 78x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,20C
Tanggal/ DX Implementasi Respon Paraf
Jam
07.25 I - Melibatkan - Suami pasien
pasangan dalam kooperatif selama
tindakan pengkajian dan
keperawatan tindakan keperawatan

07.30 I - Mendiskusikan - Pasien mengatakan


dengan pasien seksualitas itu
dan keluarga penting, namun
tentang memiliki gangguan
pentingnya dalam seksualitas
seksualitas
07.45 I - Melakukan - Pasien kooperatif dan
pendidikan memahami materi
kesehatan yang telah
tentang disampaikan
disfungsi
seksual pada
pasien kanker
servik

08.05 II, - Mengevaluasi - Pasien mengatakan


III teknik yang menggunakan teknik
telah diajarkan nafas dalam jika
untuk sedang nyeri atau
mengurangi cemas
nyeri dan
kecemasan
13.00 I - Memberikan - Pasien dan keluarga
pendidikan kooperatif dan
kesehatan memahami penjelasan
tentang daun perawat
sirsak untuk
mengatasi
keputihan
13.45 I - Mengevaluasi - Pasien mengerti
pendidikan tentang pendidikan
kesehatan yang kesehatan yang
diberikan diberikan
14.00 III - Mendorong - Pasien mengatakan
pasien untuk cemas jika
mengungkapkan memikirkan
perasaan kesehatannya
cemasnya
Tanggal/ DX Implementasi Respon Paraf
Jam
14.15 III - Memotivasi - Pasien kooperatif
pasien untuk
meningkatakan
istirahat jika
sedang cemas
21/04/
2017
07.30 I,II, - Mengobservasi - Keadaan umum baik,
III keadaan umum kesadaran compos
dan keluhan mentis, GCS 15 (E4,
pasien V5, M6). Pasien
mengatakan masih
mengalami keputihan
berwarna putih
kekuningan, berbau
amis dan bercampur
darah.
Pasien mengatakan
nyeri pada kaki
sebelah kanan sampai
pinggang dan lemas.
P : Nyeri karena
proses penyakit
Q : Seperti ditusuk-
tusuk
R : Pada kaki kanan
dan pinggang
S : skala nyeri 3
T : Menetap
Pasien mengatakan
cemas berkurang
08.00 I,II, - Melakukan - TD : 120/80 mmHg
III pemeriksaan N : 82x/menit
tanda tanda vital RR : 17x/menit
S : 36,10C
08.10 I,II, - Melibatkan - Suami pasien
III pasangan dalam kooperatif selama
tindakan tindakan keperawatan
keperawatan
08.20 I - Mengevaluasi - Pasien mengatakan
pendidikan lebih paham tentang
kesehatan yang masalah seksualitas
telah diberikan untuk pasien kanker
pada pertemuan servik dan dapat
Tanggal/ DX Implementasi Respon Paraf
Jam
sebelumnya menjelaskan kembali
pendidikan kesehatan
yang diberikan
08.30 I,II, - Melakukan - Pasien dan keluarga
III pendidikan kooperatif dan
kesehatan memahami penjelasan
tentang nutrisi perawat
pada pasien
kanker servik
09.15 I,II, - Mengevaluasi - Pasien dan keluarga
III pendidikan mengerti tentang
kesehatan yang pendidikan kesehatan
diberikan yang diberikan

10.00 III - Mendorong - Pasien mengatakan


pasien untuk cemasnya sudah
mengungkapkan berkurang karena
perasaan sudah menjalani
cemasnya pengobatan

10.30 I,II, - Memberikan - Pasien dan keluarga


III apresiasi mengatakan senang
terhadap pasien dengan tindakan yang
dan keluarga dilakukan perawat
F. EVALUASI
Tanggal DX Catatan Perkembangan Paraf
19/04/2017 I S : Pasien mengatakan mengalami gangguan
aktivitas seksual karena adanya perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual dengan
pasangan.
Pasien mengatakan mengalami keputihan
berwarna putih kekuningan, konsistensi cair
berbau amis, jumlah banyak, terkadang
bercampur dengan darah. Pasien Mengatakan
mmelakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam
sebulan
O : Suami pasien mengatakan takut jika
berhubungan seksual dengan pasien karena
mungkin dapat mengakibatkan perdarahan
dan khawatir istrinya akan merasa sakit.
Sehingga pasien dan suaminya membatasi
dalam berhubungan seksual.
A : Masalah disfungsi seksual belum teratasi
dengan kriteria hasil :
Indikator Awal Tujuan Akhir
Mengekspresikan 2 5 2
pengetahuan
kebutuhan seks
personal
Mengekspresikan 2 5 2
kepercayaan diri
Mengekspresikan 2 5 2
kenyamanan
pada tubuh
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
P : Lanjutkan intervensi
- Berikan edukasi mengenai seksualitas yang
dibutuhkan oleh pasien kanker servik post
kemoterapi. Yaitu tentang bagaimana posisi
Tanggal DX Catatan Perkembangan Paraf
yang benar, waktu yang dilarang untuk
melakukan hubungan seksual
- Berikan informasi mengenai fungsi seksual,
sesuai kebutuhan
- Diskusikan efek kesehatan dan penyakit
terhadap sekualitas dan berikan edukasi
tentang penanganan perubahan seksual yang
dialami karena efek penyakit
- Libatkan pasangan pasien pada saat
konseling sesering mungkin, sesuai
kebutuhan

II S : Pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah


kanan sampai pinggang
P : Nyeri karena proses penyakit
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Pada kaki kanan dan pinggang
S : skala nyeri 5
T : Menetap
O : TD : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
S : 360C
R : 18x/menit
A : Masalah nyeri belum teratasi dengan kriteria
hasil :
Indikator awal Tujuan akhir
Menggunakan 2 5 2
tindakan
pengurangan nyeri
tanpa analgesik
Mengenali apa 2 5 2
yang terkait
dengan gejala
nyeri
Melaporkan nyeri 2 5 2
yang terkontrol

Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
Tanggal DX Catatan Perkembangan Paraf
P : Lanjutkan Intervensi
- Ajarkan prinsip-rinsip manajemen nyeri
- Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (relaksasi, nafas dalam)
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
III S : Pasien mengatakan merasa cemas terhadap
kesehatan dan pengobatan penyakitnya
O : Pasien terlihat gelisah
TD : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
S : 360C
R : 18x/menit
A : Masalah ansietas belum teratasi dengan kriteria
hasil :
Indikator Awal Tujuan Hasil
Mengurangi 2 5 2
penyebab
kecemasan
Menggunakan 2 5 2
strategi koping
yang efektif
Menggunakan 2 5 2
teknik relaksasi
untuk mengurani
kecemasan
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
P : Lanjutkan Intervensi
- Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan
ketakutan
- Instruksikan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi
- Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
kecemasan
Tanggal DX Catatan Perkembangan Paraf
20/04/2017 I S : Pasien mengatakan masih mengalami keputihan
berwarna putih kekuningan, konsistensi cair
berbau amis, jumlah banyak, terkadang
bercampur dengan darah. Pasien mengatakan
sudah mengerti tentang masalah seksualitas
pada kanker servik dan cara mengatasi
keputihan yang dialami.
O : Suami pasien mengatakan masih takut jika
berhubungan seksual dengan pasien karena
mungkin dapat mengakibatkan perdarahan
dan khawatir istrinya akan merasa sakit.
Pasien dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan perawat.
A : Masalah disfungsi seksual teratasi sebagian
dengan kriteria hasil :
Indikator Awal Tujuan Akhir
Mengekspresikan 2 5 3
pengetahuan
kebutuhan seks
personal
Mengekspresikan 2 5 3
kepercayaan diri
Mengekspresikan 2 5 3
kenyamanan pada
tubuh
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
P : Lanjutkan Intervensi
- Berikan edukasi mengenai seksualitas yang
dibutuhkan oleh pasien kanker servik post
kemoterapi.
- Berikan informasi mengenai fungsi seksual,
sesuai kebutuhan
- Libatkan pasangan pasien pada saat
konseling sesering mungkin, sesuai
kebutuhan
Tanggal DX Catatan Perkembangan Paraf
II S : Pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah
kanan sampai pinggang
P : Nyeri karena proses penyakit
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Pada kaki kanan dan pinggang
S : skala nyeri 4
T : Menetap
O : TD : 120/70 mmHg
N : 78x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,20C
A : Masalah nyeri belum teratasi dengan kriteria
hasil :
Indikator awal Tujuan akhir
Menggunakan 2 5 4
tindakan
pengurangan
nyeri tanpa
analgesik
Mengenali apa 2 5 3
yang terkait
dengan gejala
nyeri
Melaporkan 2 5 3
nyeri yang
terkontrol
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
P : Lanjutkan Intervensi
- Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (relaksasi, nafas dalam)
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri

III S : Pasien mengatakan terkadang merasa cemas jika


memikirkan kesehatannya.
O : Pasien terlihat sedikit gelisah
TD : 120/70 mmH
N : 78x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,20C
Tanggal DX Catatan Perkembangan Paraf
A : Masalah ansietas teratasi sebagian dengan
kriteria hasil :

Indikator Awal Tujuan Hasil


Mengurangi 2 5 3
penyebab
kecemasan
Menggunakan 2 5 3
strategi koping
yang efektif
Menggunakan 2 5 4
teknik relaksasi
untuk mengurani
kecemasan
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
P : Lanjutkan Intervensi
- Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan
ketakutan
- Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
kecemasan

21/04/2017 I S : Pasien mengatakan masih mengalami keputihan


berwarna putih kekuningan, berbau amis dan
bercampur darah. Pasien mengatakan sudah
kebih paham tentang seksualitas untuk pasien
kanker servik, pasien mengatakan sudah
memahami cara mengatasi keputihan dengan
daun sirsak dan pasien sudah memahami nutrisi
yang dibutuhkan oleh pasien kanker serviks
O : Pasien dan keluarga tampak dapat menjelaskan
kembali tentang pendidikan kesehatan yang
diberikan
A : Masalah disfungsi seksual teratasi sebagian
dengan kriteria hasil :
Indikator Awal Tujuan Akhir
Mengekspresikan 2 5 4
pengetahuan
kebutuhan seks
personal
Tanggal DX Catatan Perkembangan Paraf
2 5 4
Mengekspresikan
kepercayaan diri
Mengekspresikan 2 5 3
kenyamanan pada
tubuh
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
P : Lanjutkan Intervensi .
- Berikan informasi mengenai fungsi seksual,
sesuai kebutuhan
- Libatkan pasangan pasien pada saat
konseling sesering mungkin, sesuai
kebutuhan
II S : Pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah
kanan sampai pinggang sudah mulai
berkurang
P : Nyeri karena proses penyakit
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Pada kaki kanan dan pinggang
S : skala nyeri 3
T : Menetap
O : TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
RR : 17x/menit
S : 36,10C
A : Masalah nyeri belum teratasi dengan kriteria
hasil :
Indikator awal Tujuan akhir
Menggunakan 2 5 4
tindakan
pengurangan
nyeri tanpa
analgesik
Mengenali apa 2 5 3
yang terkait
dengan gejala
nyeri
Melaporkan nyeri 2 5 4
yang terkontrol
Tanggal DX Catatan Perkembangan Paraf
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
P : Lanjutkan Intervensi
- Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (relaksasi, nafas dalam)
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri

III S : Pasien mengatakan cemas mulai berkurang


karena telah melaksanakan pengobatan
O : Pasien terlihat lebih rileks
TD : 120/80 mmHg
N : 82x/menit
RR : 17x/menit
S : 36,10C
A : Masalah ansietas teratasi sebagian dengan
kriteria hasil :
Indikator Awal Tujuan Hasil
Mengurangi 2 5 4
penyebab
kecemasan
Menggunakan 2 5 4
strategi koping
yang efektif
Menggunakan 2 5 4
teknik relaksasi
untuk mengurani
kecemasan
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
P : Lanjutkan Intervensi
- Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan
ketakutan
- Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
kecemasan
Lampiran 2

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

DISFUNGSI SEKSUAL PADA PASIEN KANKER SERVIK

Disusun oleh:

DYAH MEITASARI

P1337420214053

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
DISFUNGSI SEKSUAL PADA PASIEN KANKER SERVIK

Pokok Bahasan : Disfungsi Seksual Pada Pasien Kanker Servik


Sub Pokok Bahasa : Disfungsi Seksual Pada Pasien Kanker Servik dan Cara
Penanganannya
Sasaran : Ny.T dan Keluarga
Waktu : 35 Menit
Hari / tanggal : Rabu, 20 April 2017
Tempat : Ruang Bougenvil RSUD Prof DR Margono Soekarjo
Purwokero
Penyuluh : Dyah Meitasari

A. Latar Belakang

Kanker seviks atau kanker leher rahim merupakan jenis tumor


ganas yang mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut
rahim (Savitri, 2015). Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks
adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh Human Papiloma Virus
(HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim (Irianto, 2015).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015), penyakit
kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi
tertinggi di Indonesia.
Menurut WHO (2016) kanker serviks di seluruh dunia menempati
urutan keempat diantara kanker yang sering terjadi pada wanita dengan
perkiraan 530.000 kasus baru pada tahun 2012, yang mewakili 7,5% dari
semua kematian akibat kanker pada perempuan. Menurut Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia (2015), penyakit kanker serviks merupakan
penyakit kanker yang menempati urutan tertinggi di Indonesia dengan
prevalensi pada tahun 2013 sebesar 0,8%.
Gangguan seksualitas merupakan masalah yang sangat sering terjadi
pada penderita kanker servik. Gangguan seksualitas pada penderita kanker
serviks apabila kanker serviks sudah mengalami progresivitas atau stadium
lanjut, antara lain perdarahan setelah melakukan hubungan seksual dan nyeri
ketika berhubungan seksual. Hal ini dapat menyebabkan penderita kanker
serviks mengalami penurunan minat untuk melakukan hubungan seksual
(Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis bermaksud akan
mengadakan kegiatan penyuluhan kesehatan tentang disfungsi seksual pada
Ny. T dan keluarga sehingga diharapkan Ny.T dan keluarga mampu
memahami dan mengatasi gejala-gejala yang menyertai disfungsi seksual
pada kanker servik.

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan atau penjelasan selama 35 menit
diharapkan Ny.T dan keluarga dapat memahami mengatasi gejala-gejala yang
menyertai disfungsi seksual pada kanker servik.

C. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah mengikuti kegiatan penyluhan selama 35 menit, diharapkan Ny.T dan
keluarga dapat mengetahui tentang :
1. Pengertian Kanker Servik
2. Tanda dan Gejala Kanker Servik
3. Disfungsi seksual pada kanker servik
4. Cara Penanganan Disfungsi Seksual pada Kanker Servik

D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
E. Media/ Alat
Leaflet

F. Materi
1. Pengertian Kanker Servik
2. Tanda dan Gejala Kanker Servik
3. Disfungsi seksual pada kanker servik
4. Cara Penanganan Disfungsi Seksual pada Kanker Servik

G. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam
dengan 2. Mendengarkan
mengucapkan salam dan menyimak
2. Memperkenalkan
diri
3. Menyampaikan
tentang tujuan
pokok materi
4. Meyampakaikan
pokok pembahasan
5. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan15 15 menit 1. Menjelaskan 1. Memperhatikan
tentang pengertian dan
Kanker Servik mendengarkan
2. Menjelaskan tanda
dan gejala Kanker
Servik
5. Menjelaskan
tentang disfungsi
seksual pada
kanker servik
6. Menjelaskan cara
penanganan
Disfungsi Seksual
pada Kanker
Servik
3. Evaluasi 5 menit 1. Menanyakan 1. Klien memahami
kepada klien materi yang telah
tentang materi diberikan
yang telah 2. Dapat menjawab
diberikan pertanyaan
dengan baik dan
benar
4 Kesimpulan 5 menit Menyimpulkan hasil Memperhatikan dan
penyuluhan mendengarkan
5 Terminasi 5 menit 1. Mengucapkan 1. Mendengarkan
terimakasih atas 2. Menjawab salam
peran serta klien
dan keluarga
2. Mengucapkan
salam penutup

H. Evaluasi
Diharapkan Ny.T dan keluarga mampu mengetahui :
1. Pengertian Kanker Servik
2. Tanda dan Gejala Kanker Servik
3. Disfungsi seksual pada kanker servik
4. Cara Penanganan Disfungsi Seksual pada Kanker Servik
I. Sumber
Andira, D. (2010). Seluk-Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta :
A Plus Books.
Diananda, R. (2009). Panduan Lengkap Mengenal Kanker. Yogyakarta :
Mirza Media Pustaka
Herdman, T. H. (2015). Nanda International Inc. Nursing Diagnoses :
Definitions & Classifications 2015-2017, 10th Edition. Jakarta :
EGC.
Irianto, K. (2015). Kesehatan Reproduksi ( Reproductive Health). Bandung :
Alfabeta.
Manuaba L.A.C., Ida B.G.F.M., & Ida B.G.M.. (2009). Memahami
Kesehatan Reproduksi Wanita, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Misgiyanto & Dwi, S. (2014). Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif. Jurnal
Keperawatan, (online) Volume 5, Nomor 1, Januari 2014: 01 – 15,
(http://ejournal.umm.ac.id, diakses pada 10 Desember 2016).
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2015). Stop Kanker.
Jakarta : Departemen Kesehatan. (http://www.depkes.go.id, diakses
pada 10 Desember 2016).
Puspasari, D., Mira, T., & Restuning, W. (2013). Latihan Kegel dan Nyeri
saat Berhubungan Seksual pada Perempuan Pasca Terapi Kanker.
Jurnal Keperawatan Padjajaran. Volume 1 Nomor 1 April 2013.
Savitri, A , dkk. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan
Rahim. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Suwanti., Koto, Y.M.R. (2016). Keputihan Pada Wanita Usia Subur
Menggunakan Ekstrak Daun Sirsak. Jurnal Kebidanan Dan
Kesehatan Tradisional, (online), Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm
1-99, (http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id, diakses pada 25 Januari
2017).
Triarsari, D. 2009. Daun Sirih Mengobati Mimisan sampai Keputihan.
(Online),(www.kepegawaian.depkes.go.id, Diakses pada 25 januari
2016).
World Health Organization (WHO). (2016). Human papillomavirus (HPV)
and cervical cancer.
(http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs380/en/, diakses
pada 12 Desember 2015)
Purwokerto, 20 April 2017
Mengetahui,

Ns. Siti Mulidah, S.Pd., S.Kep., M.Kes Dyah Meitasari


NIP. 19670620 199003 2 003 NIP. P1337420214053
Lampiran Materi

DISFUNGSI SEKSUAL PADA PASIEN KANKER SERVIK

A. Pengertian Kanker Servik


Kanker seviks atau kanker leher rahim merupakan jenis tumor ganas
yang mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut rahim.
Kanker ini dapat terjadi karena sel-sel permukaan tersebut mengalami
penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel yang normal (Savitri, 2015).
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah sejenis kanker
yang 99,7% disebabkan oleh human papiloma virus (HPV) onkogenik, yang
menyerang leher rahim (Irianto, 2015). Kanker leher rahim adalah kanker
yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita
yang merupakan pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim
(uterus) dengan liang senggama/vagina (Diananda, 2009).

B. Tanda dan Gejala Kanker Servik


Berikut gejala umum yang paling sering muncul dialami oleh penderita
kanker servik (Savitri, 2015) :
1. Keputihan yang tidak normal
Keputihan tidak normal ini biasa disebut keputihan patologis.
Keputihan ini disebabkan oleh berbagai macam hal. Dapat disebabkan
jamur, bakteri, ataupun virus. Jika lendir keputihan berwarna putih
kekuningan atau kuning kehijauan, berbau, menyebabkan rasa gatal yang
teramat sangat dan bahkan nyeri, maka kemungkinan besar disebabkan
oleh jamur.
2. Perdarahan yang tidak normal
Gejala kedua yang biasanya dialami oleh penderita kanker servik adalah
mendapatkan perdarahan yang tidak normal. Beberapa perdarahan yang
tidak normal yang perlu diwaspadai, antara lain :
a. Perdarahan selama atau setelah berhubungan seksual
b. Perdarahan setelah melakukan pemeriksaan panggul
c. Perdarahan setelah mengalami menopause
d. Perdarahan saat memaksa buang air besar
3. Mengalami rasa sakit yang aneh pada organ reproduksi
Selain mengalami keputihan dan perdarahan tidak normal, penderita
kanker servix akan mengalami sakit abnormal pada organ reproduksinya
pada situasi-situasi tertentu. Misalnya, sakit saat melakukan aktivitas
seksual yang melibatkan organ reproduksi, buang air besar atau pada saat
menstruasi. Pada sakit ini biasanya dirasakan pada vagina, perut bagian
bawah, paha, dan persendian panggul.

C. Disfungsi seksual pada kanker servik


Suatu kondisi ketika individu mengalami suatu perubahan fungsi
seksual selama fase respons seksual berupa hasrat, terangsang, dan/atau
orgasme, yang dipandang tidak memuaskan, tidak bermakna, atau tidak
adekuat (Herdman, 2015). Disfungsi seksual adalah gangguan pada salah satu
atau lebih aspek fungsi seksual (Andira, 2010).

D. Cara Penanganan Disfungsi Seksual pada Kanker Servik


Tindakan yang dapat diberikan oleh perawat dalam perawatan paliatif
untuk pasien kanker servik dengan disfungsi seksual adalah edukasi dan
konseling. Menurut penelitian yang dilakukan Puspasari dkk (2013)
intervensi edukasi-konseling terbukti sebagai strategi intervensi promosi
terbaik meningkatkan kualitas hidup perempuan penderita kanker.

Penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala kanker


serviks yaitu :
1. Keputihan
Penanganan untuk keputihan yaitu menggunakan daun sirsak,
menurut penelitian yang dilakukan oleh Suwanti & Koto (2016)
menunjukkan bahwa dari 30 responden sebelum mengkonsumsi sirsak
semua responden keputihan, setelah mengkonsumsi daun sirsak,
sebanyak 23 orang (76,7%) sembuh dari keputihan dengan waktu paling
cepat hari ke 5 dam paling lama hari ke 14.
Daun sirsak mengandung minyak asitrin, sineol 50% - 65%, a-
pinen, limonene dan dipenten, mengandung senyawa asetogini, antara
lain asimisin, bulatasin dan skuamosin. Pada kosentrasi tinggi, senyawa
asetogenin memiliki keistimewaan sebagai antifeedent, disamping itu
juga mengandung zat annonaceous acetogenins yang mampu 10.000 kali
lebih kuat membunuh sel-sel kanker dari pada zat adriamycin, yang biasa
pakai dalam pengobatan kemotrapi. Daun sirsak dapat untuk mengobati
keputihan pada wanita karena mengandung zat antiseptik yang dapat
membunuh kuman, yaitu fenol, dimana kandungan fenol dalam daun
sisak memiliki sifat antiseptik 5 kali lebih efektif dibandingkan fenol
biasa. Untuk mengobati keputihan rebus 10 daun sirsak dalam 2,5 liter
air, kemudian rebusan yang masih hangat tersebut untuk mencuci vagina
(Triarsari, 2007).
Selain itu rebusan dauh sirih juga dapat mengatasi keputihan
terutama daun sirih merah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Mohanis, Rizki & Riri (2013) Terdapat perbedaan yang signifikan antara
pH sebelum dan pH sesudah diberikan air rebusan daun sirih merah
terhadap penyembuhan keputihan pada Wanita. Hal ini dikarenakan pada
daun sirih merah terkandung eugenol yang mampu membasmi jamur
Candida albicans, dan bersifat analgesik (meredakan rasa nyeri). Ada
juga kandungan tannin pada daunnya yang bermanfaat mengurangi
sekresi cairan pada vagina. Terbukti hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa terjadinya penyembuhan pada sebagian Wanita Usia Subur
(WUS) di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang Tahun 2013 membuktikan bahwa air rebusan daun sirih merah
efektif untuk mengobati keputihan, dimana terbukti dari hasil pengukuran
didapatkan jika pH ≤ 5.
2. Dispereunia
Edukasi untuk penangan dispereunia atau nyeri pada saat
berhubungan seksual yaitu dengan pemberian jelly/pelumas vagina.
Menggunakan jelly saat berhubungan seksual dapat mengurangi rasa sakit.
Sedangkan perdarahan saat berhubungan seksual pada pasien kanker
servik diakibatkan oleh keringnya vagina.
3. Perdarahan
Penanganan untuk perdarahan pada saat melakukan hubungan
seksual yaitu dengan mengedukasi pasien dan pasangannya tentang posisi
yang benar dan aman untuk melakukan hubungan seksual. Posisi seksual
yang aman dilakukan adalah posisi missionaris, posisi women on top dan
posisi miring (Manuaba, 2009).
APA ITU KANKER SERVIKS?
JANGAN TAKUT JADI DISFUNGSI SEKSUAL
Kanker seviks atau kanker
PENDERITA
KANKER !
PADA KANKER
leher rahim merupakan jenis
LAWAN ! SERVIKS
tumor ganas yang mengenai
lapisan permukaan (epitel)
dari leher rahim atau mulut
rahim. Kanker ini dapat ter-
jadi karena sel-sel permu-
kaan tersebut mengalami
penggandaan dan berubah
sifat tidak seperti sel yang

APA TANDA DAN GEJALANYA?


1. Keputihan yang tidak normal
2. Perdarahan yang tidak nor-
mal
3. Mengalami rasa sakit yang OLEH :
DYAH MEITASARI
aneh pada organ reproduksi P1337420214053

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


PRODI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2017
DISFUNGSI SEKSUAL PADA KANKER SERVIKS
APA ITU? BAGAIMANA
CARA PENANGANANNYA? 3. POSISI SEKSUAL YANG BAIK

Disfungsi seksual
1. PENANGANAN KEPUTIHAN Penanganan untuk perdarahan
adalah gangguan pada pada saat melakukan hubungan seksual
Keputihan dapat diatasi dengan
salah satu atau lebih aspek cara menggunakan rebusan air yaitu dengan mengedukasi pasien dan
daun sirsak untuk membasuh pasangannya tentang posisi yang benar
fungsi seksual (Andira, vagina atau meminum rebuisan
air daun sirsak dan aman untuk melakukan hubungan
2010).
seksual. Posisi seksual yang aman dila-
kukan adalah posisi missionaris, posisi
women on top dan posisi miring
(Manuaba, 2009).

2. PENANGANAN DISPEREUNIA

Menggunakan jelly/
pelumas vagina saat
berhubungan seksual
Lampiran 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

PENANGANAN DISFUNGSI SEKSUAL

PADA PASIEN KANKER SERVIK

Disusun oleh:

DYAH MEITASARI

P1337420214053

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENANGANAN DISFUNGSI SEKSUAL

PADA PASIEN KANKER SERVIK

Pokok Bahasan : Satuan Acara Penyuluhan Penanganan Disfungsi Seksual


Pada Pasien Kanker Servik
Sub Pokok Bahasa : Penanganan keputihan pada kanker serviks dengan daun
sirsak
Sasaran : Ny.T dan Keluarga
Waktu : 35 Menit
Hari / tanggal : Kamis, 20 April 2017
Tempat : Ruang Bougenvil RSUD Prof DR Margono Soekarjo
Purwokero
Penyuluh : Dyah Meitasari

A. Latar Belakang
Keputihan atau fluor albus merupakan sekresi vaginal abnormal pada
wanita. Keputihan yang disebabkan oleh infeksi biasanya disertai rasa gatal
didalam vagina dan disekitar bibir kemaluan bagian luar sehingga wanita
merasa risih pada daerah kemaluannya (Yohana dan Yovita, 2012).
Secara umum, keputihan bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu,
kurangnya perhatian terhadap kebersihan organ kewanitaan, membasuh organ
kewanitaan kearah yang salah, aktivitas fisik yang sangat melelahkan, tidak
segera mengganti pembalut ketika menstruasi, pola hidup yang kurang sehat,
kondisi kejiwaan yang sedang mengalami stress berat, menggunakan sabun
pembersih untuk membersihkan organ kewanitaan secara berlebihan, kondisi
cuaca khususnya cuaca lembab, sering kali berganti-ganti pasangan ketika
melakukan hubungan seksual, kondisi hormon yang tidak seimbang, sering
kali menggaruk organ kewanitaan.
Dampak yang terjadi apabila keputihan tidak normal dibiarkan saja tanpa
diobati, akibatnya infeksi bisa menjalar, masuk ke dalam rahim, saluran telur
dan bisa juga sampai menginfeksi ovarium. Kondisi ini bisa merusak organ
reproduksi bagian dalam dan bisa juga mengakibatkan kemandulan. Karena
itu dalam menjaga kebersihan diri sangatlah penting untuk mencegah
terjadinya keputihan (Hediyani, 2012).
Menurut Muninjaya (2005) dalam Solikhah (2010) mengatakan bahwa di
Indonesia masalah keputihan makin meningkat lebih dari 75% wanita
mengalami penyakit keputihan yang disebabkan karena hawa Indonesia yang
lembab sehingga mudah terinfeksi jamur Candida albicans, parasit seperti
cacing kremi atau kuman (trikomonas vaginalis). Dari hasil penelitian
menyebutkan bahwa tahun 2007 sebanyak 60% wanita Indonesia pernah
mengalami keputihan sedangkan pada tahun 2008 sebanyak 70% wanita
Indonesia pernah mengalami keputihan.
Pengobatan keputihan yang dilakukan bisa saja menggunakan metode-
metode pengobatan secara farmakologis atau dengan menggunakan obat-
obatan Selain pengobatan secara farmakologis, pengobatan secara non
farmakologis atau obat tradisional juga dapat menyembuhkan keputihan
diantaranya adalah daun sirsak. Salah satu manfaat daun sirsak merah adalah
untuk mengobati keputihan, selain merupakan bahan alami, sirsak sangat
mudah didapat dan penggunaaannya tidak membutuhkan biaya tinggi seperti
antibiotik.
Berdasarkan uraian diatas, maka saya bermasud akan mengadakan
kegiatan penyuluhan kesehatan tentang khasiat sirsak merah untuk
penanganan keputihan pada pasien kanker servik sehingga diharapkan Ny.T
dan keluarga mampu memahami dan mengatasi keputihan yang dialami.
B. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan atau penjelasan selama 35 menit
diharapkan Ny.T dan keluarga mampu memahami dan mengatasi keputihan
yang dialami.
C. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah mengikuti kegiatan penyluhan selama 35 menit, diharapkan Ny.T dan
keluarga dapat mengetahui tentang :
1. Khasiat daun sirsak untuk penanganan keputihan
2. Cara pembuatan daun sirsak untuk menangani keputihan
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media/ Alat
Leaflet
F. Materi
1. Khasiat daun sirsal untuk penanganan keputihan
2. Cara pembuatan daun sirsak untuk menangani keputihan
G. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam
dengan 2. Mendengarkan
mengucapkan dan menyimak
salam
2. Memperkenalkan
diri
3. Menyampaikan
tentang tujuan
pokok materi
4. Meyampakaikan
pokok pembahasan
5. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 15 menit 1. Menjelaskan 1. Memperhatikan
khasiat daun sirsak dan
untuk penanganan mendengarkan
keputihan
2. Menjelaskan cara
pembuatan daun
sirsak untuk
menangani
keputihan
3. Evaluasi 5 menit 1. Menanyakan 1. Klien memahami
kepada klien materi yang telah
tentang materi diberikan
yang telah 2. Dapat menjawab
diberikan pertanyaan
dengan baik dan
benar
4 Kesimpulan 5 menit Menyimpulkan hasil Memperhatikan dan
penyuluhan mendengarkan
5 Terminasi 5 menit 1. Mengucapkan 1. Mendengarkan
terimakasih atas 2. Menjawab salam
peran serta klien
dan keluarga
2. Mengucapkan
salam penutup

H. Evaluasi
Diharapkan Ny.T dan keluarga mampu memahami :
1. Khasiat daun sirsak untuk penanganan keputihan
2. Cara pembuatan daun sirsak untuk menangani keputihan

I. Sumber
Hediyani, Novie. 2012. Waspada Keputihan ( Fluor Albus)
(http://www.dokterkuonline. Diakses tanggal 19 April 2017).
Kementrian Kesehatan RI (2011). Formularium Obat Herbal Asli Indonesia,
Jakarta
Muninjaya, A.A Gede. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2. Jakarta: EGC
Suseno, mahfud (2013).Sehat dengan Daun Melawan berbagai Penyakit. PT.
Suka Buku, Jakarta.
Triarsari, D. 2009. Daun Sirih Mengobati Mimisan sampai Keputihan.
(Online), (www.kepegawaian.depkes.go.id, Diakses pada 25 januari
2017).
Yohana dan Yovita. 2012. Memahami Penyakit Dan Pengobatan. Jakarta :
Garda Media
Purwokerto, 20 April 2017
Mengetahui,

Ns. Siti Mulidah, S.Pd., S.Kep., M.Kes Dyah Meitasari


NIP. 19670620 199003 2 003 P1337420214053
Lampiran Materi

KHASIAT DAUN SIRSAK UNTUK PENANGANAN KEPUTIHAN


PADA PASIEN KANKER SERVIK

A. Khasiat sirsak untuk penanganan keputihan


Sirsak (Annona merucita linn) atau Sirsat yang tanaman ini yang berasal
dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Nama asli dari buah ini
adalah Zuurzak yang diambil dari bahasa belanda yang berarti “Kantong
Asam” buah ini masuk di Indonesia pada masa penjajahan Belanda di Abad
Ke 19 dan orang Indonesia susah menyebutnya nama buah tersebut. Untuk
mempermudah, orang Indonesia menyebutnya sirsak. Di Inggris buah sirsak
bernama soursop (Mahfud Suseno, 2013).
Daun sirsak mengandung minyak asitrin, sineol 50%-65%, a-pinen,
limonene dan dipenten, mengandung senyawa asetogini, antara lain asimisin,
bulatasin dan skuamosin. Pada kosentrasi tinggi, senyawa asetogenin
memiliki keistimewaan sebagai antifeedent, disamping itu juga mengandung
zat annonaceous acetogenins yang mampu 10.000 kali lebih kuat membunuh
sel-sel kanker dari pada zat adriamycin, yang biasa pakai dalam pengobatan
kemotrapi. Zat acetogenins dapat membunuh aneka jenis kanker, seperti
kanker usus, tiroid, pospat, paru-paru, payudara, dan pankreas bahkan
penyakit ambien tanpa merusak atau menganggu sel-sel tubuh yang sehat
(Kementrian Kesehatan, 2011).
Daun sirsak dapat untuk mengobati keputihan pada wanita karena
mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh kuman, yaitu fenol, dimana
kandungan fenol dalam daun sisak memiliki sifat antiseptik 5 kali lebih
efektif dibandingkan fenol biasa.
B. Cara pembuatan daun sirsak untuk penanganan keputihan
Untuk mengobati keputihan rebus 10 daun sirsak dalam 2,5 liter air,
kemudian rebusan yang masih hangat tersebut untuk mencuci vagina
(Triarsari, 2007). Cara merebus yang benar adalah sebagai berikut :
1. Siapkan 10 lembar daun sirsak
2. Pilih daun sirsak yang sudah tua, yang ditandai dengan warna daun hijau
pekat
3. Cuci bersih daun sirsak
4. Masukan lembaran daun sirsak dalam panci dengan 2,5 liter air
5. Rebus hingga mendidih lalu angkat, biarkan menjadi hangat
6. Gunakan rebusan yang masih hangat untuk mencuci vagina
Selain itu juga dapat dengan cara rebusan yang diminum yaitu dengan cara :
1. Siapkan 12 lembar daun sirsak yang telah dicuci bersih
2. Siapkan lima ruas jari kunyit yang juga telah dibersihkan dan dipotong
kecil kecil serta garam secukupnya
3. Rebus daun sirsak dan kunyit dengan 5 gelas air dan bubuhkan garam
secukupnya
4. Didihkan ramuan hingga tersisa hanya 1 gelas kemudian angkat dari api.
5. Dosis yang dapat dikonsumsi adalah 3 kali sehari 1 gelas.
APA SAJA KANDUNGAN Penanganan keputihan
DAUN SIRSAK ?
pada kanker serviks
Sirsak (Annona merucita
dengan daun sirsak
linn) atau Sirsat yang tanaman
ini yang berasal dari Karibia,
Amerika Tengah dan Amerika
Selatan.
Daun sirsak mengandung
minyak asitrin, sineol 50%-65%,
a-pinen, limonene dan dipenten,
mengandung senyawa asetogini,
antara lain asimisin, bulatasin
dan skuamosin.
Pada kosentrasi tinggi, DISUSUN OLEH :
DYAH MEITASARI
senyawa asetogenin memiliki P1337420214053
kei sti mewaan sebagai an-
tifeedent, disamping itu juga
mengandung zat annonaceous
aceto-
genins
LAWAN !!!
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN
PURWOKERTO
2017
KENAPA HARUS DAUN SIRSAK ?
BAGAIMANA CARA UNTUK DIMINUM
Daun sirsak dapat untuk
PENGOLAHANNYA ?
mengobati keputihan pada
1. Siapkan 12 lembar daun sirsak
wanita karena mengandung yang telah dicuci bersih
UNTUK MENCUCI VAGINA
zat antiseptik yang dapat 2. Siapkan lima ruas jari kunyit
1. Siapkan 10 lembar daun sir-
membunuh kuman, yaitu yang juga telah dibersihkan
sak
fenol, dimana kandungan dan dipotong kecil kecil serta
2. Pilih daun sirsak yang sudah
garam secukupnya
fenol dalam daun sisak tua, yang ditandai dengan 3. Rebus daun sirsak dan kunyit
memiliki sifat antiseptik 5 warna daun hijau pekat dengan 5 gelas air dan
kali lebih efektif dibanding- 3. Cuci bersih daun sirsak bubuhkan garam secukupnya
kan fenol biasa. 4. Masukan lembaran daun sir- 4. Didihkan ramuan hingga ter-
sak dalam panci dengan 2,5 sisa hanya 1 gelas kemudian
liter air angkat dari api.

5. Rebus hingga mendidih lalu 5. Dosis yang dapat dikonsumsi

angkat, biarkan menjadi han- adalah 3 kali sehari 1 gelas

gat
6. Gunakan rebusan yang masih
hangat untuk mencuci vagina
Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

NUTRISI UNTUK PASIEN KANKER SERVIK

Disusun oleh:

DYAH MEITASARI

P1337420214053

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
NUTRISI UNTUK PASIEN KANKER SERVIK

Pokok Bahasan : Kanker servik


Sub Pokok Bahasa : Nutrisi untuk pasien kanker servik
Sasaran : Ny.T dan Keluarga
Waktu : 35 Menit
Hari / tanggal : Jumat, 21 April 2017
Tempat : Ruang Bougenvil RSUD Prof DR Margono Soekarjo
Purwokero
Penyuluh : Dyah Meitasari
A. Latar Belakang
Kanker seviks atau kanker leher rahim merupakan jenis tumor ganas yang
mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut rahim
(Savitri, 2015). Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah
sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV)
onkogenik, yang menyerang leher rahim (Irianto, 2015).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015), penyakit
kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi
tertinggi di Indonesia
Tujuan penalaksanaan nutrisi pada kanker servik adalah menjaga asupan
nutrisi tetap adekuat sehingga dapat mempertahankan dan/atau mencegah
penurunan BB karena perjalanan npenyakitnya atau karena efek samping dari
terapi yang diterima, mencegah defisiensi mikronutrien, dan memaksimalkan
kualitas hidup pasien. Pemberian nutrisi secara dini terbukti dapatv
mempertahankan status nutrisi pada kankerservik. Terapi kanker vtermasuk
kemoterapi dan radioterapi dapat memiliki efek samping yang akan
memperberat kehilangan BB.
Berdasarkan uraian diatas, maka saya bermasud akan mengadakan
kegiatan penyuluhan kesehatan tentang khasiat sirsak merah untuk
penanganan keputihan pada pasien kanker servik sehingga diharapkan Ny.T
dan keluarga mampu memahami nutrisi yang dibutuhkan pada pasien kanker
serviks.

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan atau penjelasan selama 35 menit
diharapkan Ny.T dan keluarga mampu memahami nutrisi yang dibutuhkan
oleh pasien kanker servik.

C. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )


Setelah mengikuti kegiatan penyluhan selama 35 menit, diharapkan Ny.T dan
keluarga dapat mengetahui tentang :
1. Tujuan pemenuhan nutrisi pada pasien kanker serviks
2. Makanan yang dianjurkan untuk pasien kanker servik
3. Makanan yang tidak dianjurkan untuk pasien kanker servik

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

E. Media/ Alat
Leaflet

F. Materi
1. Tujuan pemenuhan nutrisi pada pasien kanker serviks
2. Makanan yang dianjurkan untuk pasien kanker servik
3. Makanan yang tidak dianjurkan untuk pasien kanker servik
G. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Kegiatan
1. Pembukaan 5 menit 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab
dengan salam
mengucapkan salam 2. Mendengarkan
2. Memperkenalkan dan menyimak
diri
3. Menyampaikan
tentang tujuan
pokok materi
4. Meyampakaikan
pokok pembahasan
5. Kontrak waktu
2. Pelaksanaan 15 menit 1. Menjelaskan tujuan 1. Memperhatikan
pemenuhan nutrisi dan
pada pasien kanker mendengarkan
serviks
2. Menjelaskan
makanan yang
dianjurkan untuk
pasien kanker servik
3. Menjelaskan
makanan yang tidak
dianjurkan untuk
pasien kanker servik

3. Evaluasi 5 menit 1. Menanyakan 1. Klien


kepada klien memahami
tentang materi materi yang
yang telah telah diberikan
diberikan 2. Dapat
menjawab
pertanyaan
dengan baik
dan benar
4 Kesimpulan 5 menit Menyimpulkan hasil Memperhatikan
penyuluhan dan mendengarkan
5 Terminasi 5 menit 1. Mengucapkan 1. Mendengarkan
terimakasih atas 2. Menjawab
peran serta klien salam
dan keluarga
2. Mengucapkan
salam penutup
H. Evaluasi
Diharapkan Ny.T dan keluarga mampu memahami :
1. Tujuan pemenuhan nutrisi pada pasien kanker serviks
2. Makanan yang dianjurkan untuk pasien kanker servik
3. Makanan yang tidak dianjurkan untuk pasien kanker servik

I. Sumber
Adya, Ria. 2011. Kumpulan Metode Diet pilihan yang Mudah dan Praktis.
Jakarta Selatan: Bukune
Almatsier, Suniata. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarata: PT Gramedia
Pustaka Utama Jakarta Selatan: Bukune
Nefrina, Julia Dewi (2014). Penatalaksanaan Nutrisi Pada Pasien Kanker
Serviks yang Menjalani Radiasi. Skripsi tidak dipublikasikan.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Program
Pendidikan Dokter Spesialis I. Program Studi Ilmu Gizi Klinik,
(online), (http://lib.ui.ac.id , diakses pada 20 April 2017).
Rasjidi, I. (2010a). Perawatan Paliatif Suportif & Bebas Nyeri pada Kanker.
Jakarta : CV Agung Seto.
. (2010b). Eprdemiologi kanker pada wanita. Jakarta : CV Agung
Seto.

Purwokerto, 21 April 2107


Mengetahui,

Ns. Siti Mulidah, S.Pd., S.Kep., M.Kes Dyah Meitasari


NIP. 19670620 199003 2 003 P1337420214053
Lampiran Materi

NUTRISI UNTUK PASIEN KANKER SERVIKS

A. Tujuan pemenuhan nutrisi pada pasien kanker serviks


Tujuan penalaksanaan nutrisi pada kanker servik adalah menjaga asupan
nutrisi tetap adekuat sehingga dapat mempertahankan dan/atau mencegah
penurunan BB karena perjalanan npenyakitnya atau karena efek samping dari
terapi yang diterima, mencegah defisiensi mikronutrien, dan memaksimalkan
kualitas hidup pasien. Pemberian nutrisi secara dini terbukti dapat
mempertahankan status nutrisi pada kankerservik. Terapi kanker vtermasuk
kemoterapi dan radioterapi dapat memiliki efek samping yang akan
memperberat kehilangan BB. (Nefrina, 2014).
B. Makanan yang dianjurkan untuk pasien kanker serviks
1. Makanan yang mengandung viatmin B folat sangat bermanfaat dalam
meminimalisir zat yang menyebabkan pertumbuhan sel kanker serviks.
kandungan vitamin B folat tersebut dapat anda temukan pada sayuran
brokoli, bunga kol, dll.
2. Makanan yang mengandung Vitamin A, C, E, dan kalsium bermanfaat
dalam menurunkan resiko kanker. kandungan vitamin A, B, C dan
Kalsium tersebut dapat anda temukan dalam pada wortel, hati ayam, telur,
daging tuna, wortel, tomat, jeruk , susu dll.
3. Makanan yang mengandung antioksidan tinggi seperti buah alpukat,
manggis, blueberry, jeruk, paprika, ikan salmon dll merupakan bahan
makanan yang memiliki kandungan antioksidan. karena
antioksidandibutuhkan dalam menghilangkan racun–racun penyebab
timbulnya sel kanker pada serviks.
4. Makanan yang mengandung Betakaroten yang dipercaya dapat mencegah
tumbuhnya sel kanker. bahan makanan yang diperkaya dengan kandungan
betakaroten adalah wortel.
5. Makanan yang mengandung polyphenol dan flavonoid dapat membuat
pasif sel kanker dan membangun imunitas. Teh hijau, minyak zaitun,
anggur merah, walnut, cokelat, tomat, dan cabe hijau adalah jnis-jenis
makanan yang mengandung polyphenol dan flavonoid
6. Minum kopi – Sebuah riset ilmuwan Jepang belum lama ini
mengindikasikan bahwa kebiasaan minum kopi dapat menjauhkan wanita
dari kanker yang sangat menakutkan yakni kanker serviks.

C. Makanan yang tidak dianjurkan untuk penderita kanker serviks

1. Makanan yang diawetkan, alasannya yaitu : karena memiliki senyawa


kimia yang dapat berubah menjadi karsiogenaktif

2. Makanan gosong, sama halnya dengan makanan yang diawetkan yaitu


mengandung senyawa kimia yang bisa berubah menjadi karsiogenaktif

3. Daging, termasuk daging sapi, kerbau, kambing dan babi, memfasilitasi


pertumbuhan sel yang tidak normal

4. Ikan asin, ini jenis ikan asin yang diolah dari bahan tidak segar

5. Sayuran, tauge (memiliki zat yang dapat mendorong pertumbuhan sel


kanker), sawi putih dan kangkung (dapat mengurangi kerja obat), cabai
(dapat merangsang aktifitas bawah sadar sehingga menurunkan jumlah
oksigen dalam tubuh)

6. Minuman ringan bersifat karsinogen, yaitu jenis es atau minuman dingin,


yang dapat mengganggu kelancaran peredaran darah. dan alkohol yang
dapat merangsang perkembangbiakan sel kanker.

7. Seafood, udang, kerang, cumi-cumi, kepiting yang mengandung lemak


tinggi (lemak tinggi bisa merangsang berkembangnya sel kanker)

8. Buah-buahan, lengkeng dan nangka adalah jenis buah-buahan yang


mengandung zat tumbuh bagi sel kanker, sedangkan duku, nanas, durian
dan anggur menghasilkan alkohol sehingga dapat merangsang
perkembangan sel kanker.
9. Daging unggas, hal ini dikarenakan daging unggas biasanya menyuntikan
hormon yang mirip dengan hormon anabolic pada manusia, dimana jenis
hormon ini diduga dapat memicu pertumbuhan sel kanker prostat dan
kelenjar.
Apa tujuan pemenuhan nutrisi
NUTRISI UNTUK PASIEN
untuk pasien kanker serviks?
KANKER SERVIK
Tujuan penalaksanaan nutrisi
pada kanker servik adalah menjaga
asupan nutrisi tetap adekuat sehingga
dapat mempertahankan dan/atau
mencegah penurunan BB karena per-
jalanan npenyakitnya atau karena efek
samping dari terapi yang diterima,
mencegah defisiensi mikronutrien, dan
memaksimalkan kualitas hidup pasien. DISUSUN OLEH :
Pemberian nutrisi secara dini terbukti DYAH MEITASARI
P1337420214053
dapat mempertahankan status nutrisi
pada kankerservik. Terapi kanker vter-
masuk kemoterapi dan radioterapi da-
pat memiliki efek samping yang akan
memperberat kehilangan BB .
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI KEPERAWATAN

PURWOKERTO

2017
BAGAIMANA NUTRISI YANG BAIK UNTUK PASIEN KANKER SERVIK ?
MAKANAN YANG TIDAK  Seafood, udang, kerang,
MAKANAN YANG BAIK cumi-cumi, kepiting yang
BAIK : mengandung lemak tinggi
 Makanan yang mengandung
viatmin B folat : sayuran bro-  Makanan yang diawetkan,  Buah-buahan, lengkeng dan
koli, bunga kol, dll.  Makanan gosong, sama hal- nangka duku, nanas, durian
 Makanan yang mengandung nya dengan makanan dan anggur
Vitamin A, C, E, : wortel, hati  Daging, termasuk daging  Daging unggas, hal ini di-
ayam, telur, daging tuna, wor- sapi, kerbau, kambing dan karenakan daging unggas bi-
tel, tomat, jeruk , susu dll. babi, memfasilitasi pertum- asanya menyuntikan hormon
 Makanan yang mengandung buhan sel yang tidak normal. yang mirip dengan hormon
antioksidan tinggi seperti buah  Ikan asin, ini jenis ikan asin anabolic pada manusia, di-
alpukat, manggis, blueberry, je- yang diolah dari bahan tidak mana jenis hormon ini
ruk, paprika, ikan salmon dll diduga dapat memicu per-
segar,
 Makanan yang mengandung tumbuhan sel kanker prostat
Betakaroten : wortel.  Sayuran, tauge, sawi putih dan kelenjar.
 Makanan yang mengandung kangkung, cabai
polyphenol dan flavonoid : Teh  Minuman ringan bersifat
hijau, minyak zaitun, anggur karsinogen, yaitu jenis es
merah, walnut, cokelat, tomat, atau minuman dingin, alko-
dan cabe hijau hol .
 minum kopi – karena kopi da-
pat menjauhkan wanita dari
kanker yang sangat menakut-
kan yakni kanker serviks
Lampiran 5

Kuisioner

ASUHAN KEPERAWATAN DISFUNGSI SEKSUAL PADA NY.T

DENGAN KANKER SERVIKS DIRUANG BOUGENVIL

RSUD PROF DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

1. Kanker serviks adalah kanker yang menyerang organ..


a. Rahim
b. Mulut Rahim
c. Vagina
d. Uterus
e. Ovarium
2. Tanda dan gejala kanker servik yaitu..
a. Keputihan dan perdarahan yang tidak normal
b. Sakit pada kepala
c. Mual dan muntah terus menerus
d. Pusing yang berlebihan
e. Nyeri pada kaki kanan
3. Disfungsi seksual yaitu..
a. Tidak dapat berhubungan seksual
b. Gangguan pada salah satu atau lebih aspek fungsi seksual
c. Tidak diperbolehkan melakukan hubungan seksual
d. Gangguan masa mental penderita penyakit
e. Takut dengan penyakit
4. Tanda dan gejala disfungsi seksual yaitu..
a. perdarahan saat atau setelah berhubungan seksual
b. Nyeri pada kaki
c. Tangan terasa kesemutan
d. Tidak boleh berhubungan seksual
e. Ketakutan jika berhubungan seksual
5. Penanganan untuk keputihan juga menggunakan tanaman..
a. Lidah buaya
b. Mawar
c. Daun sirsak
d. Daun salam
e. Mentimun
6. Peanganan nyeri pada saat berhubungan seksual dapat menggunakan..
a. Tidak melakukan hubungan seksual
b. Menggunakan jelly untuk mengurangi nyeri
c. Menunda untuk melakukan hubungan seksual
d. Menggunakan KB
e. Menggunakan fisioterapi
7. Salah satu posisi yang baik untuk berhubungan seksual yaitu
a. Posisi perempuan diatas
b. Posisi duduk
c. Posisi berdiri
d. Posisi Tengkurap
e. Posisi Berbaring
8. Daun sirsak dapat mengobati keputihan karena mengandung..
a. Antiseptic
b. Antibiotic
c. Anti kanker
d. Anti nyeri
e. Anti peradangan
9. Cara pembuatan daun sirsak untuk mengobati keputihan yaitu dengan cara..
a. Dibakar
b. Direndam
c. Direbus
d. Ditumbuk
e. Dijemur
10. Selain direbus dan dibasuhkan ke organ kewanitaan, daun sirsak dapat juga
diminum yaitu dengan cara
a. Direbus dengan campuran kunyit
b. Direndam dengan air panas
c. Ditumbuk hingga halus
d. Diseduh seperti the
e. Dibakar dan ditumbuk
Materi Tanda Monitor
Bimbingan Tangan Kaprodi
Pembimbing

bavt. g; Aec
U,rvl f percloghafl aafig t,
Fqn Ppt
k^

??r PFt diprbciri


,k
goatg ferragfon sEong
{^'

Purwokerto, 15 Mei 2017

Ketua Program Studi DIII


Keperawatan purwokerto

NIP. 19650423 198803 2 A02


Lampiran 11

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dyah Meitasari

NIM : P1337420214053

Tanggal Lahir : 31 Mei 1997

Tempat Lahir : Cilacap

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Raya Mujur RT 09/RW 01, Mujur, Kroya, Cilacap

No. HP : 085877195375

Alamat email : Meitasaridyah19@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. 2001 - 2002 : TK Aisyiyah Mujur


2. 2002 - 2008 : SDN 02 Mujur
3. 2008 - 2011 : SMP N 1 Kroya
4. 2011 - 2014 : SMA N 1 Kroya

Purwokerto, 08 Mei 2017

Dyah Meitasari
NIM. P1337420214053

Anda mungkin juga menyukai