KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir Pada
Program Studi D III Keperawatan Blora
1
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN KEKURANGAN VOLUME CAIRAN
PADA An. A DENGAN DIARE DEHIDRASI SEDANG DI RUANG
FLAMBOYAN RSUD Dr.R SOETIJONO BLORA
KTI
Disusun untuk memenuhi sebagai syarat mata kuliah Tugas Akhir Pada
Program Studi D III Keperawatan Blora
NIM : P1337420414081
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan kasus ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Tanda tangan
Dewan Penguji
Mengetahui,
Perwakilan Jurusan Keperawatan Semarang
Prodi Keperawatan Blora
Suharto, S.Pd., MN
NIP. 196605101986031001
PRAKATA
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi syarat Ujian Akhir pada
Program Studi DIII Keperawatan Blora. Proses penyelesaian Proposal Laporan
Kasus ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih atas bantuan dan bimbingan kepada :
Halaman
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
C. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 3
BAB V SIMPULAN
A. Kesimpulan .................................................................................................. 36
B. Saran ........................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan Asuhan Keperawatan Kekurangan
volume Cairan pada An. A dengan Diare Dehidrasi Sedang secara efisien
dengan pendekatan proses Asuhan Keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Penulis diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian pada An. A kekurangan volume cairan dengan
Diare Dehidrasi Sedang.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada An. A kekurangan volume
cairan dengan Diare Dehidrasi Sedang.
c. Membuat perencanaan keperawatan untuk memecahkan masalah pada
An. A kekurangan volume cairan dengan Diare Dehidrasi Sedang.
d. Melakukan tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah pada
An. A kekurangan volume cairan dengan Diare Dehidrasi Sedang.
e. Mengevaluasi hasil dari tindakan keperawatan pada An. A kekurangan
volume cairan dengan Diare Dehidrasi Sedang.
f. Melakukan analisis atau pembahasan hasil pengkajian sampai dengan
evaluasi pada An. A kekurangan volume cairan dengan Diare
Dehidrasi Sedang.
C. Manfaat Penulisan
A. Diare
1. Definisi
Diare adalah Peradangan pada mukosa lambung dan usus halus
yang menyebabkan meningkatnya frekuensi BAB dan berkurangnya
konsistensi feses . (Taufan Nugroho, 2011, p. 51).
Diare adalah buang air besar ( defekasi dengan tinja berbentuk cair
atau setengah cair ) dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari. Buang
air besar tersebut dapat disertai lendir atau darah. (Amin Huda dan Hardhi,
p.125 ).
2. Macam Diare
Menurut Sudaryat Suratmaja (2010) diare berdasarkan penyebabnya
dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Diare sekresi yaitu yang disebabkan oleh infeksi virus, kuman,
hiperperistaltik usus, gangguan psikis, dan alergi.
b. Diare osmotic adalah disebabkan oleh malabsorbsi makanan,
kekurangan kalori protein, dan bayi berat badan lahir rendah.
3. Etiologi
a. Diare akut, disebabkan :
1) Proses infeksi ( infeksi Enteral / saluran pencernaan : bakteri , virus,
parasit dan infeksi parenteral / diluar saluran pencernaan).
2) Reaksi obat
3) Reaksi alergi terhadap makanan
4) Akibat tindakan bedah
b. Diare Kronik
1) Proses infeksi kronis
2) Obstruksi saluran cerna
3) Malabsorbsi ( karbohidrat , lemak , protein )
(Taufan Nugroho, 2011, p. 52 ).
4. Patofisiologi
Proses terjadinya diare yaitu diawali dengan adanya mikro
organisme yang masuk kedalam saluran pencernaan kemudian berkembang
didalam lambung dan merusak sel mukosa lambung sehingga terjadi
inflamasi pada lambung dan menyebabkan peristaltic meningkat.
Kemudian mikro organisme berkembang ke usus dan merusak sel mukosa
yang dapat menurunkan daerah permukaan usus dan sel mukosa usus
mengalami iritasi dan kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat, selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit,
yang mengakibatkan tekanan osmotic meningkat sehingga terjadi diare.
Akibat diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit tubuh
mengeluarkan tinja, kehilangan cairan dan eletrolit, bertambah bila ada
muntah sebagai akibat kekurangan cairan dan elektrolit. Dehidrasi
menyebabkan kekurangan volume cairan dan mengakibatkan perfusi
jaringan berkurang. Hal ini akan berlangsung cepat, ekstremitas akan
dingin, sianosis metaboik, salah satu pertahanan perifer tubuh akan
melawan penurunan volume ekstravasuler adalah mekanisme rasa haus,
rangsangan haus ini disertai dengan rangsangan terhadap hipofisis,
sehingga terjadi pengeluaran ADH. Akibat diare yang terus menerus dapat
mengakibatkan gangguan integritas kulit karena sifat tinja menjadi asam
yang disebabkan oleh gagalnya proses reabsobsi.
Menurut Suratun dan Lusianah (2010, p. 139 ).
5. Manifestasi Klinis
Menurut Arif dan Suprohaita ( 2010, p. 470 ) : Awalnya anak akan
menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja makin cair
mungkin mengandung darah dan atau lendir, warna tinja menjadi kehijau-
hijauan karena bercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena tinja
menjadi asam.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Natrium serum untuk mengetahui kadar natrium.
b. Natrium urine : menurun (kurang dari 10 mEq/l).
c. Pemeriksaan darah lengkap : hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel
darah merah meningkat.
d. Glukosa serum : meningkat.
e. Protein serum : meningkat.
f. Blood urea nitrogen : meningkat.
g. pH dan berat jenis urin : berat jenis urine menunjukkan kemampuan
ginjal untuk mengatur konsentrasi urine. Normalnya, pH urine 4,6- 8
dan berat jenisnya 1,003-1,030.
( Kartika sari, 2013, p. 54 ).
7. Penatalaksanaan
Menurut Sujono Riyadi dan Suharsono (2010, p. 108)
penatalaksanaan medis pada diare terdiri dari:
a. Rehidrasi sebagai prioritas utama pengobatan.
Empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam Pemberian cairan :
1) Jenis cairan : pada diare akut yang ringan dapat diberikan oralit.
Diberikan cairan ringer laktat atau cairan NaCl isotonik ditambahkan
satu ampul Na bicarbonat 7,5 % 50 m.
2) Jumlah cairan : jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah
cairan yang dikeluarkan.
3) Cara pemberian : Rute pemberian cairan dapat oral atau IV.
4) Jadwal pemberian cairan : Dehidrasi dengan perhitungan kebutuhan
cairan berdasarkan metode Daldiyono diberikan 2 jam pertama.
Selanjutnya kebutuhan cairan rehidrasi diharapkan terpenuhi
lengkap.
b. Identifikasi penyebab diare
Secara klinis tentukan jenis diare kolerifrorm atau disentriform.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang yang terarah.
c. Terapi simtomatik
Obat anti diare bersifat simtomatik diberikan secara berhati- hati atas
pertimbangan yang rasional. Pemberian antimetik pada anak dan
remaja, seperti metoklopopomid dapat menimbulkan kejang akibat
rangsangan ekstrapiramidal.
d. Terapi definitif
Pemberian edurasi yang sangat jelas sangat penting sebagai langkah
pencegahan. Higiene perorangan, sanitasi lingkungan dan imunisasi
melalui vaksinasi sangat berarti, selain dengan terapi farmakologi.
8. Komplikasi
Komplikasi diare mencakup : disritmia jantung akibat hilangnya
cairan dan elektrolit. Pengeluaran urine kurang dari 30 ml/jam selama 2
sampai 3 hari berturut-turut. kelemahan otot dan parastesia. Hipotensi dan
anoreksia serta mengantuk karena kadar kalium dalam darah dibawah 3,0
mEq/liter (SI: 3 mmol/L). penurunan kadar kalium menyebabkan disritmia
jantung yang dapat menimbulkan kematian.(Sujono Riyadi dan Suharsono,
2010, p. 109).
B. Konsep Cairan
Diare
Kehilangan cairan
dan elektrolit Gangguan Mual dan muntah
integritas kulit
Dehidasi
A. Hasil
a. Identitas pasien
Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 10 Mei 2016 di ruang
Flamboyan RSUD dr. RSoetijono Blora dengan metode allo
anamnesa, observasi dan pemeriksaan fisik. Dari hasil pengkajian
didapatkan data : klien bernama An. A berusia 1 tahun dengan alamat
Karanganyar 1/1 Bogorejo, pasien berjenis kelamin laki-laki, pasien
belum sekolah, pasien beragama Islam, No Rekam Medik (RM)
332722, dengan diagnosa medis Diare Dehidrasi Sedang.
Penanggung jawab pasien adalah Ibu pasien yang bernama Ny.
S Berusia 28 tahun, pekerjaan sebagai petani, pendidikan SD, dengan
alamat Karanganyar 1/1 Bogorejo.
b. Riwayat Penyakit
Keluhan utama, ibu pasien mengatakan kalau anaknya BAB ≥
5 kali sehari encer, dengan sedikit ampas, tidak ada lendir atau darah.
Riwayat penyakit sekarang, pasien datang ke IGD RSUD dr. R
Soetijono Blora pada hari selasa, dengan keluhan anak BAB encer
lebih dari 5 kali, muntah 1 kali dan panas. Kemudian mendapatkan
penanganan di IGD dan mendapatkan terapi obat infus RL 44 tetes per
menit, injeksi ampicilin 1x200 mg dan ondansetron 1x1 mg melalui
selang infus dan Lbio+ Lzinc sirup, kemuadian pasien harus di rawat
inap dan dibawa ke ruang anak Flamboyan untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut.
Riwayat penyakit masa lalu, Ibu mengatakan kalau anaknya
baru pertama kali di rawat di Rumah sakit. Sebelumnya belum pernah
dirawat di Rumah sakit dan tidak ada riwayat penyakit Diare. Riwayat
Prenatal Anak A dilahirkan dengan usia kehamilan ibu 37 minggu, ibu
merasa bahagia dan bersyukur atas kehamilannya, saat hamil kadang
ibu merasakan mual-mual biasa dan muntah, ibu mengatakan sewaktu
hamil tidak ada pantangan dalam makan ataupun minum, ibu juga
tidak mengkonsumsi jamu, selama ibu hamilibu biasa mengkonsumsi
obat-obatan seperti vitamin dan tablet tambah darah yang diberikan
sewaktu kontrol dipuskesmas atau bidan terdekat. Ibu sewaktu hamil
tidak pernah menderita penyakit. Riwayat Natal Anak A saat lahir
ditolong oleh bidan terdekat dengan persalinan secara normal, dengan
keadaan bayi lahir spontan dan langsung menangis dengan BB 3 kg,
dan TB 50 cm. Riwayat Post natal Setelah anak A lahir ibu bisa
beraktivitas dengan baik dan normal, ibu langsung memberikan ASI
saat bayi lahir.
Riwayat kesehatan keluarga, ibu mengatakan kalau anaknya
tidak menderita penyakit menurun, keluarga pasien juga tidak ada yang
menderita penyakit diare.
Riwayat Sosial, Anak diasuh oleh ibu, ayah maupun keluarga
lainnya agar dapat memantau perkembangan anak. Pembawaan anak
secara umum periang, aktif dan biasa bermain-main dengan mainan
yang dimiliki.
c. Keadaan Kesehatan Saat ini
1). Diagnosa medis : Diare Dehidrasi Sedang
2). Tindakan operasi :-
3). Obat-obatan : Infus RL 44 tpm, Injeksi Ampicilin 4x200
mg, Lbio 1x1/3 sachet, Lzinc sirup 10 mg,
ondansetron 3x 1 mg, paracetamol
(supositoria) 125 mg.
4). Hasil Laboratorium : Pada tanggal 12-05-2016
Trombosit 393 103/µl, Hematokrit 36,4 %,
Hb 12,2 g/dl, Leukosit 19,0 103/µl.
d. Pengkajian Pola Fungsional
1) Pola persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan :
Kesehatan anak, anak lahir spontan dengan BB 3 kg, dan PB 50
cm, keadaan sehat, menangis, dan tidak ada kelainan. Anak rutin
ikut imunisasi di posyandu desa/ puskesmas.
Pencegahan kesehatan, Pola hidup sehat, mandi, ganti popok jika
sudah penuh atau kotor. Orang tua anak A tidak merokok. Anak A
biasanya main-mainan yang aman.
2) Pola nutrisi :
Anak diberikan ASI dan PASI, kira-kira 2 jam sekali/ jika anak
haus. Anak mengkonsumsi makanan tambahan, seperti bubur
ataupun pisang dan makan disuapin orang tua. Berat badan anak A
saat lahir adalah 3 kg, dan saat ini 9,5 kg. Anak A tidak memiliki
masalah kulit, ataupun gatal-gatal, tidak ada masalah nutrisi dalam
keluarga.
3) Pola eliminasi pasien :
Pola defekasi, biasanya BAB biasa dengan konsistensi lunak dan
bau yang khas. Saat ini anak BAB 5 kali dalam sehari, encer, dan
ada ampas sedikit-sedikit. Anak memakai popok, biasanya diganti
jika sudah penuh/kotor, saat ini anak kadang dipakaikan popok dan
kadang-kandang juga tidak. Pola eleminasi urine, biasanya 2-3 kali
ganti popok/jika sudah penuh.
4) Aktivitas pola latihan :
Anak mandi 2 kali dalam sehari( pagi dan sore) mandi pakai sabun,
saat ini anak mandi dengan disibin oleh orangtua. Ganti pakaian 2
kali dalam sehari/ jika kotor. Aktivitas biasanya bermain dan tidur.
Anak aktif seperti anak normal lainnya/ tidak ada kelainan.
Persepsi anak sangat kuat. Anak masih dibantu orangtua karena
masih kecil. Orangtua menjaga anaknya sendiri, merawat dan
mengasuh.
5) Pola istirahat tidur :
Anak tidur kurang lebih 8 jam, dan kadang juga tidur siang. Saat
ini, anak kadang terbangun karena rewel dan juga lingkungan yang
belum terbiasa. Anak tidur dengan posisi terlentang dan kadang
miring.
6) Pola kognitif- Persepsi :
Respon anak baik, peka terhadap suara dan juga mainan object.
Anak respon terhadap suara mainan/ suara orang sekitar, vokal
anak cukup, karena baru berusia 1 tahun. Anak menangis kalau
haus, dan ingin minum, orang tua tidak ada masalah dalam
penglihatan, pendengaran ataupun lainnya.
7) Pola persepsi diri dan pola konsep diri :
Mood anak kadang baik/ kadang tidak. Anak didampingi oleh
orang tua dan keluarga. Orang tua sangat sayang dan perhatian
pada anaknya.
8) Pola peran hubungan :
Struktur keluarga, anak A merupakan anak kedua dari 1
bersaudara. Anak tidak mengalami ketergantungan. Pola bermain,
anak bermain bersama keluarga ataupun kakaknya. Hubungan
keluarga baik.
9) Pola sexsualitas :
Anak laki-laki, Anak A belum disunat karena masih kecil, tidak ada
masalah dengan organ reproduksi.
10) Pola koping dan toleransi stress :
Orang tua selalu memantau apa yang dilakukan anaknya.
11) Pola nilai keyakinan :
Anak A merupakan anak dari orang tua yang beragama islam dan
kedua orang tua anak A yakin kalau anaknya akan sembuh dari
sakitnya, dan selalu berdoa.
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum anak A lemas dengan kesadaraan composmentis,
postur tubuh gemuk, tanda-tanda vital, nadi 100 kali dalam satu menit,
pernafasan 28 kali dalam satu menit, suhu tubuh 38.5oc, tinggi badan
70 cm, berat badan 9,5 kilogram.
Pada kepala bentuk kepala mesocephal, bersih, tidak ada luka.
Mata cowong, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis, dan pupil
normal. Hidung tidak ada polip, bersih, tidak ada secret. Telinga tidak
ada serumen, tidak ada nyeri, pendengaran baik. Pada mulut mukosa
bibir kering, tidak ada perdarahan gusi, dan tidak ada stomatitis. Tidak
ada pembesaran kelenjar tyroid pada leher. Pengembangan dada kanan
sama dengan kiri bunyi jantung lup dup. Pada perut, tidak ada lesi atau
kembung, Peristaltic usus 35 kali dalam satu menit, tidak ada bekas
operasi. Punggung tidak ada lesi ataupun nyeri tekan. Kulit pucat dan
agak kering, turgor kulit jelek. Pada genetalia tidak terpasang DC
(Dower Catheter), pada daerah anus terlihat agak kemerahan.
Ekstremitas atas pada tangan kanan terpasang infus RL 44 tetes per
menit, tidak ada odem, akral dingin. Pada ekstremitas bawah tidak ada
odem dan gerak aktif.
f. Pemeriksaan perkembangan
1) Personal sosial : anak bisa makan sendiri, mampu melambaikan
tangan, dan anak mampu minum dengan gelas ataupun sedotan.
2) Metabolik halus : anak mampu mengambil dan bermain mainan
disekeliling.
3) Bahasa : Anak mampu mengucapkan 1 kata, misal bu, mi. Anak
mampu mengucapkan 2 kata, misal maem, mimik
4) Motorik kasar : anak sudah mampu berjalan, tetapi kadang masih
perlu bantuan.
g. Data fokus
Ibu pasien mengatakan anak A BAB ≥ 5 kali sehari encer dengan
sedikit ampas tidak ada lendir atau darah, anak muntah 1 kali dan panas,
0
dengan TTV : Nadi : 100x/menit, RR : 28x/menit, Suhu : 38,5 C,
turgor kulit kembali ≥ 2 detik, mata cowong, konjungtiva anemis, kulit
kering dan pucat.
h. Ringkasan riwayat keperawatan
Pasien datang dari IGD, kemudian mendapatkan terapi infus RL 44
tetes per menit dan injeksi ampicilin 4x 200 mg, Ondasentron 1x1 mg
melalui selang infus dan kemudian menjalani rawat inap di ruang anak
flamboyan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
i. Pengelompokkan Data
Data Subjektif : ibu mengatakan kalau anaknya BAB 5 kali dalam
sehari, badannya lemas, panas dan susah makan, minum sedikit- sedikit,
dan ibu mengatakan kalau adanya juga muntah sebanyak 1 kali.
Data Objektif : BAB 5 kali dalam sehari, pasien tampak lemas, dengan
TTV : Nadi 100x/menit, RR : 28x/menit, S: 38,5o C, kulit tampak
kering dan muka pucat, anak minum sedikit-sedikit, anak muntah 1 kali.
2. Analisa Data
Setelah dilakukan pengkajian penulis mendapatkan data yang
mengalami masalah yaitu : Data subjektif ibu pasien mengatakan bahwa
anak A BAB ≥ 5 kali dalam sehari konsistensi encer dengan sedikit ampas,
anak A juga lemas. data objektif, anak A terlihat lemas, mata cowong,
konjungtiva anemis, turgor jelek, mukosa kering, BAB 5 kali sehari, akral
dingin, muntah 1 kali, anak A minum ≤ 1 gelas air minum dan ASI, makan
sedikit 3-5 sendok, dengan TTV : Nadi: 100x/menit, RR: 28X/menit, suhu
38,5oc. Hal ini dikarenakan kehilangan cairan secara aktif sehingga anak A
mengalami masalah kekurangan volume cairan.
3. Diagnosa Keperawatan
4. Rencana Keperawatan
Setelah didapatkan diagnosa maka dibutuhkan rencana keperawatan
untuk mengatasi masalah pada anak A. Rencana yang dibuat untuk
mengatasi masalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif, antara lain : dengan Ukur tanda-tanda vital,
Mencatat warna, konsistensi, & jumlah BAB, Catat intake & output, beri
kompres air hangat, Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat /
therapy seperti ampicilin, ondansetron, Lbio, Lzinc sirup dan paracetamol.
Dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan anak A tidak mengalami kekurangan volume cairan, dengan
kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa lembab,
turgor kulit baik dan suhu tubuh dan nadi dalam rentang normal.
5. Tindakan Keperawatan
Pada tanggal 10 Mei 2016 tindakan keperawatan yang dilakukan
pukul 08.00 wib adalah memberikan injeksi Ampicilin 1x200 mg dan
injeksi Ondansetron 1x1 mg melalui selang infus, didapatkan respon ibu
mengatakan kalau anaknya masih diare dan injeksi masuk melalui selang
infus. Pukul 08.30 wib memonitor intake dan output didapat respon anak
makan sedikit, minum sedikit, terpasang infus RL 44 tetes per menit.
Pukul 09.00 wib mengukur suhu tubuh dan nadi, didapatkan respon suhu
tubuh anak A 38,5O C, nadi 180x/ menit. Pukul 09.35 memberikan
kompres hangat pada dahi dan ketiak anak, memberikan obat paracetamol
125 mg melalui anus, didapatkan respon ibu mengatakan kalau anaknya
masih panas dengan suhu tubuh 38,5oC obat masuk melalui anus. Pukul
11.40 wib memonitor intake dan output didapatkan respon anak A masih
diare dengan makan 1-2 sendok, minum 2-3 sendok. Pukul 13.00 wib
memberikan injeksi ampi 1x200 mg melalui selang infus, didapatkan
respon injeksi ampicilin 1 x 200 mg masuk lewat selang infus, tidak ada
alergi dan anak menangis.
Pada tanggal 11 Mei 2016 pukul 08.00 wib memberikan injeksi
ampicilin 1x200 mg dan injeksi Ondansetron 1x1 mg melalui selang infus
didapat respon ibu mengatakan kalau anaknya masih diare ≥ 4 kali sehari
dan obat masuk melalui selang infus, tidak tanda-tanda alergi. Pada pukul
08.30 memonitor cairan intake dan output didapat respon anak mau makan
dan minum sedikit yaitu makn 5 sendok makan dan minum ≤ ½ gelas,
terpasang infus RL 44 tetes per menit, anak masih BAB > 4 kali sehari,
encer, dengan ampas sedikit. Pukul 09.10 wib mengukur suhu dan nadi
didapatkan respon didapat respon anak masih panas dengan suhu : 38o C,
nadi: 140x/menit, terpasang infus RL 44 tetes per menit. Pukul 09.30 wib
memberikan obat paracetamol 125 mg melalui anus didapatkan respon
obat masuk melalui anus dan anak menangis. Pukul 10.00 wib
memberikan kompres hangat pada dahi dan ketiak didapatkan respon ibu
pasien mengatakan kalau anaknya sudah sering dikompres, anak tertidur.
Pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 07.20 memonitor intake dan
output didapat respon anak makan habis 8 sendok dan minum ASI dan
Pasi ≥ 1 gelas. Pukul 08.00 wib memberikan injeksi ampicilin 1x200 mg
melalui selang infus, didapatkan respon anak masih BAB ≤ 3 kali masih
agak encer, sudah ada ampas, obat masuk melalui selang infus dan anak
menangis. Pukul 09.10 wib mengukur suhu dan nadi didapatkan respon
ibu mengatakan panasnya sudah agak berkurang dengan hasil suhu 37,20c
dan nadi 110x/menit, terpasang infus RL 44 tetes per menit. Pukul 10.25
memberikan obat paracetamol 125 mg melalui anus didapatkan respon
obat masuk melalui anus. Pukul 12.10 wib memonitor intake dan output
didapatkan respon anak masih BAB 3 kali sehari dengan konsistensi sudah
agak padat, ada ampas, anak minum ASI dan PASI ≥ 1 gelas, terpasang
infus RL 44 tetes per menit. Pukul 13.15 wib memberikan injeksi
ampicilin 1x200 mg melalui selang infus didapatkan respon anak BAB 3
kali sehari kosistensi padat ada ampas, anak sudah tampak segar dan obat
masuk melalui selang infus.
6. Evaluasi
Pada tanggal 10 Mei 2016 pukul 14.00 :
S : ibu mengatakan anaknya masih BAB encer, dengan sedikit ampas
O : anak tampak lemas, BAB ≥ 5 kali tidak mau makan dan minum,
muntah 1 kali, turgor kulit kembali setelah 2 detik, dengan nadi:
80x/menit, suhu: 38,20C.
A : sesuai tindakan keperawatan yang dilakukan anak masih BAB encer,
dengan sedikit ampas. Faktor pendukungnya anak lemas, BAB ≥ 5
kali tidak mau makan dan minum, muntah 1 kali, turgor kulit kembali
setelah 2 detik.
P : Pertahankan intervensi monitor cairan dan makanan, berkolaborasi
dalam pemberian cairan, faktor penghambat yaitu karena pasien masih
anak balita.
Pada tanggal 11 Mei 2016 pukul 14.00 :
S : ibu mengatakan anaknya masih BAB ≥ 5 kali encer, dengan sedikit
ampas
O : anak tampak lemas, BAB ≥ 5 kali encer dengan sedikit ampas, tidak
ada darah/lendir, anus tidak ada iritasi, anak tidak mau makan dan
minum, dengan nadi: 100x/menit, suhu: 38,20C.
A : sesuai tindakan keperawatan yang dilakukan anak masih BAB ≥ 5 kali
encer, dengan sedikit ampas. Faktor pendukungnya anak BAB ≥ 5
kali.
P : Pertahankan intervensi monitor cairan dan makanan, monitor BAB
pasien, monitor turgor kulit.
Pada tanggal 12 Mei 2016 pukul 14.00 :
S : ibu mengatakan anaknya masih BAB ≤ 3 kali encer tapi sudah agak
kental dengan sedikit ampas
O : anak tampak lemas, BAB ≤ 3 kali sudah agak kental, dengan nadi:
100x/menit.
A : sesuai tindakan keperawatan yang dilakukan anak masih BAB 3 ≤ kali
sudah agak kental, Faktor pendukungnya anak BAB ≤ 3 kali.
P : Pertahankan intervensi monitor cairan dan makanan, kolaborasi dalam
pemberian obat, monitor BAB pasien, monitor turgor kulit.
B. Pembahasan.
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan untuk mencari data senjang yang terdapat
pada anak A. Pengkajian yang dilakukakan mengunakan pengkajian secara
fokus yang kemudian ditemukan data senjang yang dialami oleh anak A.
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 Mei 2016 dengan allo
annamnesa, observasi dan pemeriksaan fisik. Tidak dilakukan pengkajian
secara auto annamnase kerena anak A masih kecil dan belum bisa
menjawab pertanyaan dengan baik. Data-data yang didapatkan saat
pengkajian pada anak A antara lain : ibu pasien mengatakan anak A BAB ≥
5 kali sehari encer dengan sedikit ampas tidak ada lendir atau darah, anak
muntah 1 kali dan panas, dengan TTV : Nadi : 100x/menit, RR :
28x/menit, Suhu : 38,5 0 C, turgor kulit kembali ≥ 2 detik, mata cowong,
konjungtiva anemis, kulit kering dan pucat. Terdapat kesenjangan data
yaitu BAB ≥ 5 kali sehari, encer dan sedikit ampas, muntah 1 kali, ini
menunjukkan terjadi perubahan pola eliminasi pada anak A, yang
mengakibatkan anak A kehilangan cairan secara aktif, dari data tersebut
dapat diketahui bahwa anak A menderita diare. Sedangkan pola eliminasi
pasien, saat dirawat anak A BAB ≥ 5 kali dalam sehari, bau khas,
konsistensi encer bercampur sedikit ampas. BAK tidak diketahui
frekuensinya dikarenakan anak A kadang menggunakan popok kadang
juga tidak ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam
melaksanakan tindakan keperawatan yang dibuat. Diare adalah buang air
besar ( defekasi dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair ) dengan
frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari. Menurut Amin Huda dan Hardhi,
p.125.
Pada riwayat penyakit sekarang didapatkan, pasien datang ke IGD
RSUD dr. R Soetijono Blora pada hari selasa, dengan keluhan anak BAB
encer lebih dari 5 kali, muntah 1 kali dan panas. Selain itu juga didapatkan
data pada pemeriksaan fisik yaitu mata cowong, konjungtiva anemis dan
mukosa bibir kering. Suhu badan 38,50c, ini terjadi peningkatan suhu
tubuh pada anak A karena fungsi cairan dalam tubuh anak A berkurang,
sehingga menyebabkan anak A mengalami kekurangan volume cairan
.Menurut Arif dan Suprohaita ( 2010, p. 470 ) manifestasi klinis dari diare
adalah awalnya anak akan menjadi cengeng, gelisah, suhu badan
meningkat, dan nafsu makan menurun, yang kemudian akan menimbulkan
terjadinya diare.
Peristaltic usus 35 kali dalam satu menit menunjukkan bahwa
penyerapan cairan yang seharusnya diserap oleh usus halus mengalami
penurunan, ini akibatkan oleh adanya pengeluaran yang berlebihan secara
terus menerus sedangkan pemasukan/intake cairan tidak ada, maka
mengakibatkan cairan yang berada di intrasel mengalami perpindahan ke
ekstrasel dan ikut terbuang dan mengalami diare.
Mukosa bibir kering menunjukkan bahwa pemenuhan cairan tubuh tidak
terpenuhi secara maksimal. Berat badan anak A saat ini 9,5 kg dari berat
badan sebelumnya yaitu 12 kg ini menunjukkan bahwa anak A mengalami
penurunan berat badan dikarenakan banyaknya cairan intra sel yang
menyusun tubuh terbuang sebagai tinja, yang mengakibatkan anak A
mengalami diare dan dehidrasi. Menurut Nuratif dan Amin Huda (2013, p.
85) apabila anak mengalami gejala seperti : gelisah, rewel, mata cekung,
air mata tidak ada / kering, mulut dan lidah kering, haus, ingin minum
banyak, turgor kulit kembali lambat / lebih dari 3 detik maka anak tersebut
mengalami diare dehidrasi derajat sedang.
2. Analisa Data
Dari pengkajian didapatkan beberapa kesenjangan yang menjadi
masalah yang harus ditanggani. Data-data pengkajian yang mengalami
kesenjangan yaitu :
Data subjektif, ibu pasien mengatakan anak A BAB ≥ 5 kali sehari
encer dengan sedikit ampas, BAB ≥ 5 kali dalam satu hari menunjukkan
bahwa anak A mengalami diare sehingga banyak cairan yang keluar.
Ampas yang terdapat di usus akan dikeluarkan secara terus menerus, jika
ampas pada usus tersebut sudah tidak ada, maka yang dikeluarkan adalah
cairan yang berada dalam sel berpindah keluar sel dan dikeluarkan melalui
usus. Perpindahan cairan dari intra sel ke ekstra sel dapat terjadi karena
perbedaan tekanan pada tubuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Amin Huda
dan Hardhi, p.125 tentang Diare yaitu buang air besar ( defekasi dengan
tinja berbentuk cair atau setengah cair ) dengan frekuensi lebih dari 3 kali
dalam sehari. Buang air besar tersebut dapat disertai lendir atau darah.
Data objektif, pada pola eliminasi saat dirawat anak A BAB ≥ 5
kali dalam sehari, bau khas, konsistensi encer bercampur sedikit ampas.
BAK tidak diketahui frekuensinya dikarenakan anak A kadang
menggunakan popok dan kadang tidak menggunakan, sehingga tidak tahu
secara pasti waktunya anak A BAK.
Peristaltic usus 35 kali dalam satu menit, Peristaltic usus
meningkat karena salah satu usaha yang dilakukan usus untuk
mengeluaran bakteri parasit yang berada di usus, akibat dari peristaltic usu
yang meningkat ini, menunjukkan adanya peningkatan air yang berada di
dalam usus, sehingga harus diserap usus untuk memenuhi kebutuhan
cairan tubuh. Jika tidak bisa diserap oleh usus secara maksimal maka akan
menyebabkan air yang seharusnya diserap oleh usus tersebut menjadi
keluar melalui anus.
Berat badan anak A yaitu 9,5 kg dari berat badan sebelumnya 12
kg terjadi penurunan berat badan karena anak mengalami penurunan nafsu
makan, selain itu air juga menyusun 75% bagian tubuh anak sehingga air
yang memberikan massa pada anak mengalami pengurangan sehingga
massa anak mengalami penurunan. Keadaan umum lemas, nadi
100x/menit.
Mukosa bibir kering menunjukkan bahwa anak A mengalami
kekurangan volume cairan karena banyaknya cairan yang keluar sehingga
kebutuhan cairan keseluruh tubuh tidak terpenuhi. Menurut Suriadi & Rita
(2001;85) Bila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, gejala
dehidrasi mulai nampak, yaitu berat badan menurun, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun menjadi cekung pada bayi, mulut serta
kulit tampak kering.
Suhu tubuh 38,50c, suhu tubuh meningkat menunjukkan bahwa
terjadi penurunan volume cairan sehingga fungsi cairan menurun maka
panas dalam tubuh tidak dapat dipertahankan & suhu tubuh akan
meningkat. Menurut Tarwoto & Wartonah , (2015 p.85). salah satu fungsi
cairan tubuh yaitu mempertahankan panas tubuh dan pengaturan suhu
tubuh.
Data-data tersebut menunjukkan bahwa cairan banyak keluar dari
tubuh anak A sedangkan tidak ada pemasukan cairan yang dibutuhkan
oleh tubuh anak A sebagai penyeimbang, dapat dilihat bahwa pengeluaran
(output) lebih banyak daripada pemasukan (intake) sehingga
mengakibatkan masalah kekurangan volume cairan sedangkan penyebab
kekurangan cairan tersebut yaitu pengeluaran cairan yang berlebihan.
3. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan analisa dari data-data pengkajian maka dapat
diketahui diagnosa yang muncul pada anak A yaitu Kekurangan volume
cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebih ditandai
dengan mukosa bibir kering & BAB ≥ 5 kali dalam sehari. Diagnosa ini
menjadi prioritas utama karena selain actual, cairan juga merupakan
kebutuhan fisiologis tubuh yang harus segera ditangani karena dapat
menyebabkan kematian, jika tidak ditangani secara cepat & tepat. Dan jika
tidak segera dihentikan maka cairan yang berada di dalam sel akan keluar
secara terus menurus menuju ekstra sel dan terbuang saat BAB tanpa ada
penyerapan oleh usus. Menurut Mubarak (2005, p. 99) Penyebab
timbulnya gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit pada diare adalah
kehilangan cairan secara aktif dari saluran intestinal atau intra sel.
4. Perencanaan Keperawatan
Perencanan yang dilakukan untuk mengatasi masalah Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan yang berlebih pada
anak A. Untuk mengatasi masalah keperawatan ini penulis menentukan
kriteria waktu 3 x 24 jam masalah kekurangan cairan dapat teratasi dengan
anak A tidak mengalami dehidrasi. Pengeluaran cairan yang berlebihan
dapat memperburuk keadaan anak A. Acuan bahwa anak A tidak
mengalami dehidrasi yaitu : mukosa bibir lembab & turgor kulit baik.
Ciri-ciri tidak terjadi dehidrasi seperti mukosa bibir lembab dalam arti
tidak kering & tidak pecah-pecah dan turgor kulit baik artinya lembab &
tidak kering. Hal ini menunjukkan bahwa pemenuhan cairan tubuh pada
anak A terpenuhi.
Rencana keperawatan yang dibuat antara lain :
a. Ukur tanda-tanda vital, semua penyakit akan berpengaruh pada organ
vital yaitu jantung. Pada anak diare akan mengalami perubahan tanda-
tanda vital karena pengaruh dari pengeluaran cairan yang berlebih,
sehingga dapat diketahui apakah anak A masih mengalami dehidrasi
atau tidak.
b. Mencatat warna, konsistensi, & jumlah BAB, bertujuan untuk
mengetahui berapa sering anak A BAB, jika BAB masih lebih dari 3
kali & konsistensi masih encer ini menunjukkan bahwa anak A masih
mengalami diare.
c. Catat intake & output,dengan mengetahui banyaknya cairan / minuman
yang diberikan baik secara oral maupun intravena dan mengetahui
banyaknya cairan yang dikeluarkan, jika output lebih besar dari intake
maka dehidrasi masih terjadi.
d. Beri kompres air hangat, dengan memberikan kompres air hangat
diharapkan suhu tubuh pada anak A dapat turun, sehingga kebutuhan
cairan dapat terpenuhi dengan baik dan adekuat.
e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat / therapy
antibiotik seperti ampicilin, yang berfungsi untuk membunuh
mikroorganisme, yang akan menghentikan pengeluaran cairan yang
berlebihan dari tubuh anak A, agar dehidrasi dapat teratasi. Lbio
sebagai probiotik yaitu membantu dalam memperbaiki saluran cerna
dan Lzinc sirup membantu proses penyembuhan diare dan untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Menurut Sujono Riyadi dan Suharsono (2010, p.111) : perencanaan
pada kekurangan volume cairan antara lain : Pertahankan intake &output
yang adekuat, monitor vital sign, jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang pentingnya cairan, & kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
therapi.
5. Tindakan Keperawatan
Setelah menyusun rencana keperawatan maka untuk mengatasi
masalah kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif pada anak A perlu dilakukan tindakan keperawatan. Berikut ini
adalah tindakan keperawatan yang dilakukan pada anak A.
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan akhir dari proses keperawatan dan merupakan
hasil akhir dari asuhan keperawatan. Evaluasi dilakukan pada anak A
dengan kekurangan volume cairan didapatkan evaluasi dari anak A yaitu :
Data Subjektif : ibu mengatakan anaknya BAB <3 kali konsistensi
sudah agak kental / lunak dengan ampas.
Data objektif : BAB < 3 kali, makan 8 sendok, mau minum ASI
dan PASI ≥ 1 gelas, turgor kulit kembali < 2 detik,mukosa lembab dengan
suhu : 37,2oC, nadi: 110x/menit, data tersebut menunjukkan bahwa pada
anak A sudah tidak mengalami diare dan dehidrasi karena pemenuhan
cairan tubuh sudah diberikan dan terpenuhi secara adekuat.
Analisa masalah masalah kekurangan volume cairan pada anak A
sudah teratasi .
Perencanaan yang dilakukan adalah mempertahankan perencanaan
yang sudah diberikan agar kebutuhan cairan pada anak A dapat terpenuhi
secara cukup dan adekuat. Adapun rencana yang dipertahankan antara lain
: ukur tanda-tanda vital, catat warna, konsistensi, & jumlah BAB, catat
intake &output cairan, & kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian
obat seperti Ampicilin, Lbio, Lzinc sirup, Ondansetron untuk mengatasi
diare.
Faktor pendukung yang penulis temukan adalah ibu pasien dan
keluarga sangat kooperatif sehingga dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak A dapat dilaksanakan dengan baik.
Faktor penghambat yang penulis temukan adalah bahwa anak A
masih kecil, sehingga belum bisa ditanyai dan menjawab pertanyaan yang
diajukan tentang kondisi dan keadaannya, sehingga sedikit menghambat
dalam melakukan pengkajian. Penulis juga perlu menambahkan
perhitungan balance cairan pada anak A, sehingga dapat membantu dan
mendukung dalam penegakan diagnosa keperawatan yang diambil. Penulis
juga belum melakukan semua implementasi sesuai dengan rencana yang
telah dibuat, seharusnya penulis melakukan semua rencana yang telah
dibuat secara detail agar dapat memberikan asuhan keperawatan pada anak
A secara optimal yang ditunjang oleh diagnosa yang sesuai dan tepat.
BAB V
SIMPULAN
A. Kesimpulan
B. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan yang didapatkan penulis diatas, maka
didapat ditarik beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Rumah Sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan serta dapat
bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam meningkatkan mutu
pelayanan dan pemberian asuhan keperawatan secara optimal kepada
pasien.
2. Bagi Perawat
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus
menegakkan diagnosa keperawatan dengan baik dan benar sesuai dengan
keadaan pasien, sehingga perawat dapat melakukan asuhan keperawatan
sesuai dengan rencana keperawatan yang sudah dibuat sesuai dengan teori
yang sudah sesuaikan dengan diagnosa dan kondisi pasien.
3. Bagi Institusi
Institusi pendidikan harus mampu memberikan pembelajaran –
pembelajaran yang dapat menjadikan mahasiswa unggul dalam ilmu
keperawatan khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan dengan
proses keperawatan sesuai metode pendekatan keperawatan demi
kemajuan profesi keperawatan di Indonesia.