K DEMAM TYPHOID
DENGAN FOKUS STUDI PENGELOLAAN HIPERTERMI DI RSUD Dr.
R SOEPRAPTO CEPU
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN. K DEMAM TYPHOID
DENGAN FOKUS STUDI PENGELOLAAN HIPERTERMI DI RSUD Dr.
R SOEPRAPTO CEPU
ii
PERYATAAN KEASLIAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI yang saya tulis ini adalah benar – benar
merupakan hasil karya saya sendiri; bukan merupakan pengambilan alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya aku sebagai hasil tujuan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Ariana Anggy F.
P1337420418021
i
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Karya Tulis Ilmiah oleh Ariana Anggy Fibriani NIM. P1337420418021,
dengan judul Asuhan Keperawatan Pada An.K Demam Typhoid Dengan Fokus
Studi Pengelolaan Hipertermi di Ruang Teratai RSUD Dr. R Soeprapto Cepu,
ini diperiksa dan disetujui untuk diuji.
Pembimbing 1 Pembimbing 2
i
LEMBAR
Laporan Karya Tulis Ilmiah oleh Ariana Anggy Fibriani NIM. P1337420418021,
dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien An.K Demam Typhoid dengan
Fokus Studi Pengelolaan Hipertermi Di Ruang Teratai Di RSUD Dr. R
Soeprapto Cepu ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
Dewan Penguji
Mengetahui,
Ketua Prodi D III Keperawatan Blora
v
KATA PENGANTAR
v
Penulis menyadari bahwa proposal Karya Tulis Ilmiah ini belum
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga proposal ini bermanfaat bagi para
pembaca khususnya bagi penulis sendiri. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi
segala usaha kita.
Penulis
v
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.K DEMAM TYPHOID DENGAN
FOKUS STUDI PENGELOLAAN HIPERTERMI DI RUANG TERATAI
DI
ABSTRAK
Latar belakang : Demam Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang disebabkan oleh salmonella typhi. Penyakit ini masih menjadi masalah
kesehatan teruutama di negara berkembang. Penyakit ini berhubungan erat dengan
personal Hygiene dan lingkungan di sekitarnya seperti penggunaan air bersih,
pengelolaan dan pembuangan sampah. Demam typhoid dapat ditularkan melalui
makan dan minuman yang terkontaminasi. Di indonesia demam typhoid bersifat
endemik dan merupakan masalah kesehatan masyarakat. Kasus demam typhoid
naik kembali pada tahun 2016 dengan jumlah 244.071 kasus. (Depkes:RI).
Tujuan : Menggambarkan tentang pengelolaan asuhan keperawatan dengan
masalah utama Demam typhoid.
Metode : Deskriptif yaitu menggambarkan tentang proses asuhan keperawatan
dengan memfokuskan pada salah satu masalah penting dalam kasus yang dipilih
yaitu asuhan keperawatan dengan masalah utama Demam Typhoid.
Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada An.K selama 3 x 24 jam
pertemuan pada responden didapatkan hasil responden mengalami peningkatan
suhu tubuh.
Kata kunci : Demam Typhoid, Penyebab, Kebersihan diri dan Kebiasaan
jajan.
vi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN.K DEMAM TYPHOID DENGAN
FOKUS STUDI PENGELOLAAN HIPERTERMI DI RUANG TERATAI
DI
ABSTRAC
ix
DAFTAR
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
ABSTRAK...........................................................................................................viii
ABSTRACK ................................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Batasan Masalah..........................................................................4
C. Rumusan Masalah........................................................................4
D. Tujuan Penelitian.........................................................................4
E. Manfaat Penelitian.......................................................................5
x
x
B. Hipertermi..................................................................................14
1. Definisi...............................................................................14
2. Etiologi...............................................................................14
3. Manifestasi Klinik.............................................................14
4. Hipertermi pada Typhoid....................................................14
5. Proses terjadinya kehilangan panas....................................15
6. Penatalaksanaan hipertermi................................................15
C. Konsep dasar Tumbuh Kembang Anak.................................15
1. Masa Pra Natal..................................................................15
2. Masa Post Natal..................................................................16
D. Hospitalisasi
1. Hospitalisasi Pada Anak.....................................................20
E. Imunisasi....................................................................................23
1. Pengertian...........................................................................23
2. Tujuan Imunisasi...............................................................23
3. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Memberikan
Imunisasi.............................................................................23
4. Keadaan-keadan Dimana Imunisasi Tidak
di Anjurkan.........................................................................24
5. Macam-macam Imunisasi..................................................24
F. Konsep Bermain Pada Anak......................................................26
1. Definisi Bermain.................................................................26
2. Terapi Bermain di Rumah Sakit......................................27
3. Manfaat Terapi Bermain...................................................27
4. Prinsip Terapi Bermain.....................................................28
G. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Typhoid
Dengan Fokus Study Hipertermi..............................................29
1. Pengkajian...........................................................................29
2. Diagnosa Keperawatan......................................................35
3. Rencana Keperawatan........................................................35
4. Implementasi.......................................................................36
x
5. Evaluasi...............................................................................38
x
DAFTAR
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
demam typhoid salah utama yang harus segera ditangani adalah hipertermi
untuk mencegah adanya timbulnya masalah baru.
Berdasarkan uraian diatas, peran perawat dan fungsi perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada anak demam typhoid yang
mengalami masalah hipertermi belum dilaksanakan secara maksimal. Oleh
karena itu, penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Demam Typhoid dengan Fokus
Studi Hipertermi”.
B. Batas Masalah
Masalah pada studi kasus ini di batasi pada Asuhan Keperawatan
pada Anak Demam Typhoid dengan masalah keperawatan Hipertermi.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, bagaimanakah asuhan keperawatan
pada anak demam typhoid dengan focus studi hipertermi?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
demam typhoid dengan hipertermi pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Penulis dapat mengkaji pasien demam typhoid dengan hipertermi.
b. Penulis dapat menegakkan diagnose pada pasien demam typhoid
dengan hipertermi.
c. Penulis dapat merencanakan tindakan pada pasien demam typhoid
dengan hipertermi.
d. Penulis dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien
demam typhoid dengan hipertermi.
e. Penulis dapat mengevaluasi tindakan pada pasien demam typhoid
dengan hipertermi.
f. Penulis dapat menganalisa perbandingan 2 respon pasien dengan
hipertermi.
5
E. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini di harapkan dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu keperawatan khususnya pada asuhan keperawatan
yang di berikan pada pasien yang mengalami penyakit demam typhoid
terutama pada pengelolaan gangguan Hipertermi.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Perawat
Perawat dapat melaksanakan asuhan keperawatan pada anak
demam typhoid dengan hipertermi.
b. Bagi Rumah Sakit
KTI ini sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan
dalam pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya pada
anak dengan hipertermi pada kasus demam typhoid.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil pengelolaan kasus ini dapat dijadikan wawasan dan
bahan bacaan bagi mahasiswa khususnya Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Semarang.
d. Bagi klien
Klien dan keluarga dapat mengetahui dan menanggulangi
masalah hipertermi pada kasus demam typhoid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
Salmonella paratyphi A, B dan C ada dua dua sumber penularan
salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid
dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari 1 tahun (Padila, 2013).
3. Patofisiologi
Penularan salmonella typhi dapat ditularkan melalui beberapa
cara yang dikenal dengan 5f yaitu : Food (makanan), Finggers ( jari
tangan/ kuku), fomitus ( muntah ), Fly ( lalat ), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan
kuman salmonella typhi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat
ditularkan melalui prantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakan
yang akan dikonsumsi orang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan
makanan yang tercemar kuman salmonella typhi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut.
Kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian kuman akan masuk ke
usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang
baik maka basil salmonella typhi akan menembus sel – sel epitel (sel
M) dan selanjutnya lamina propia akan berkembang biak dijaringan
limpoid plak peyer di ileum distal dan kelenjar getah bening
mensentrika dan mengalami hyperplasia. Membesarnya plak peyer ini
menandakan jika jaringan ini menjadi rapu dan mudah rusak oleh
gesekan makanan yang melaluinya, inilah sebabnya mengapa orang
yang terserang typhoid harus diberikan makanan lunak, yaitu agar
makanan yang melalui usus halus tidak sampai merusak permukaan
plak peyer. Bila tetap dilanjutkan makan makanan yang tidak lunak
maka jaringan plak peyer akan rusak. Dinding usus yang sudah tipis
akan semakin menipis, sehingga pembuluh darah yang ada di usus
akan menjadi rusak sehingga mengakibatkan perdarahan. Perdarahan
7
8
yang terjadi bisa sangat hebat. Bila ini terjadi terus menerus ada
kemungkinan dinding usus menjadi tidak kuat dan pecah (perforasi)
yang diikuti peritonitis yang dapat berakibat fatal.
Di dalam jaringan limfoid kuman berkembang biak, lalu
masuk ke aliran darah (bacteremia I) dan menyebar ke sel – sel
retikulpendotetial tubuh terutama hati, sumsum tulang dan limfa
melalui sirkulasi portal di usus. Hati besar (hepatomegali) dengan
infiltrasi limfosit zat plasma dan sel mononukler serta terdapat nekrosis
fokal dan pembesaran limfa (splenomegali). Di organ ini bakteri
berkembang biak dan masuk ke sirkulasi darah lagi mengakinbatkan
bacteremia ke dua disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam,
malaise, myalgia, sakit kepala, sakit perut). Di sel – sel
retikuloendotetial itu kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi
darah dan kuman akan beredar ke peredaran darah untuk kedua kalinya
sehingga menimbulkan (baktermia II), kuman ini akan mengeluarkan
endotoksin dan merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang dan mempengaruhi
termoregulator yang menyebabkan terjadi hipertermi. (Dermawan &
Rahayungsih, 2010 dalam Dewi & Meira 2016).
9
4. Pathway
Gambar 2.1.
1
5. Manifestasi Klinik
Menurut Marni (2016), Manifestasi klinik yaitu :
a. Masa inkubasi 5 – 40 hari dengan rata – rata 10 – 14 hari.
b. Demam tinggi kurang lebih 1 minggu disertai dengan nyeri kepala
yang hebat dan gangguan saluran pencernaan bahkan ada yang
mengalami gangguan kesadaran.
c. Demam tinggi biasanya dimulai sore hari dan malam hari dan akan
turun pagi hari demam ini terjadi kurang lebih 7 hari, demam anak
yang mengalami demam tinggi dapat terjadinya kejang.
d. Gangguan pencernaan yang terjadi pada demam typoid :
e. Mual, Muntah, Nyeri ulu hati, Lidah tifoid (kotor, bagian belakang
tampak putih, pucat dan tebal, serta bagian ujung dan tepi
kemerahaan), Perut kembung, Anoreksia, Diare, Konstipasi.
f. Gangguan kesadaran juga dapat terjadi pada pasien demam typoid :
Apatis dan Somnolen
Pada minggu kedua dapat terjadi hepatomegaly, spenomegali,
dan roseola. Roseola merupakan bintik kecil kemerahan yang hilang dan
penekanan. Roseola ini terdapat pada perut, dada, dan kadang bokong.
6. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) , Pemeriksaan Diagnostik yaitu :
a. Pemeriksaan Darah Perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar
leukosit normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun tanpa disertai
infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SPGT
1
B. Hipertermi
1. Definisi
Hipertermi merupakan keadaan ketika individu mengalami atau resiko
mengalami kenaikan suhu lebih dari 37,8OC (100OF) per oral atau 38,8OC
per rektal yang sifatnya menetap karena faktor eksternal (Ilmiah, 2016).
Menurut Perry(2010) Hipertermi adalah peningkatan suhu tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas
ataupun mengurangi panas.
2. Etiologi
Hipertermi pada typhoid dapat disebabkan karena keadaan toksemia,
keganasan atau reaksi terdapat pemakian obat dan gangguan pusat regulasi
suhu sentral. Beberapa hal khusus perlu diperhatikan pada demam adalah
cara timbul demam, lama demam, tinggi demam, serta gejala lain yang
menyertai demam.
3. Manifestasi Klinik
Ketika orang mengalami hipertermi typhoid maka orang tersebut akan
terlihat tanda dan gejala antara lain: Kulit kemerahan, badan tersentuh
hangat, nyeri pada bagian abdomen serta nafsu makan berkurang,
penurunan dan kesadaran.
4. Hipertermi pada Typhoid
Demam khas yang berlangsung 3 minggu bersifat febris remitmen dan
suhu tidak seberapa tinggi.Minggu pertama suhu meningkat setiap hari,
menurun pada pagi hari dan meningkat pada sore hari dan malam hari.
Dan terjadi hiperplasi plaks player yang terjadi pada kelenjar limfoid.
Usus halus pada organ hati dan limpa terjadi pembesaran.Minggu kedua
pasien terus berada dalam karena adanya pembesaran organ menyebabkan
organ rapuh dan mudah rusak sehingga bisa terjadi nekrosis.Minggu
1
ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal pada akhir minggu ketiga,
dan terjadi ulerasi plaks player, dan akhirnya terbentuk ulkus. Ulkus ini
mudah menimbulkan perdarahanb dan perforasi yang merupakan
komplikasi yang sangat berbahaya.
5. Proses terjadinya kehilangan panas
a. Radiasi yaitu perpindahan panas dari suatu objek kepermukaan objek
lain tanpa keduanya bersentuhan.
b. Konveksi yaitu proses penyebaran panas karena pergeseran antara
daerah yang kepadatannya tidak sama seperti dari tubuh pada udara
dingin yang bergerak atau pada air kolam renang penguapan dari
tubuh keudara.
c. Evaporasi yaitu proses perubahan cairan menjadi uap karena
penguapan cairan yang melekat pada kulit.
d. Konduksi yaitu proses perpindahan panas pada objek kain dengan
langsung tanpa gerakan yang jelas, seperti bersentuhan dengan
permukaan yang dingin dan lain- lain.
6. Penatalaksanaan hipertermi
Prinsip penatalaksanaan hipertermi masih menganut trilogy
penatalaksanaan yang meliputi istirahat dan perawatan, diet, kompres
hangat dan terapi penunjang (baik simtomatik maupun suportif) serta
pemberian antipiretik (Amin dan Hardi 2013).Adapun kompres hangat
(terlampir).
atau kelahiran. Pada tahap ini terjadi pertumbuhan yang sangat cepat dan
sangat penting karena terjadi pembentukan organ dan sistem organ anak.
2. Masa Post Natal
a. Masa neonates (0 sampai 28 hari)
Setelah lahir merupakan masa dari kehidupan yang baru dalam ekstra
uteri, dengan terjadi proses adaptasi dari organ tersebut dimulai dari
aktifitas pernapasan, penyesuaian denyut jantung, terjadi aktivitas
(pergerakan) bayi yang mulai meningkat, perubahan selanjutnya
sudah di mulai proses pengeluaran tinja.
b. Masa Bayi (28 hari sampai 1 tahun)
1) Usia 1 – 4 bulan
Pertumbuhan Usia 1 – 4 bulan
Perubahan dalam pertumbuhan diawali dengan perubahan
berat badan berat badan pada usia ini, bila gizi anak baik maka
perkiraan berat badan akan mencapai 700 – 100 gram/bulan
sedangkan pertumbuhan tinggi badan agak stabil tidak
mengalami kecepatan dalam pertumbuhan tinggi badan,
kemudian dalam perkembangannya dapat dilihat dari
perkembangan motoric kasar, halus, bahasa dan adaptasi sosial.
Perkembangan Motorik, Bahasa, dan Adapatasi Sosial
masa bayi, Perkembangan motoric kasar memiliki kemampuan
mengangkat kepala secara tengkurap, mencoba duduk sebentar
dengan dipotong, dan lain – lain. Perkembangan motorik halus
dapat melakukan usaha bertujuan untuk memegang suatu objek,
mengikuti objek dari sisi ke sisi, mencoba memegang benda ke
dalam mulut, memegang benda tapi terlepas, dan sebagainya.
2) Usia 4 – 8 bulan
Pertumbuhan usia 4 – 8 bulan
1
D. Hospitalisasi
1. Hospitalisasi Pada Anak
a. Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang memiliki alasan
yang berencana / darurat sehingga mengharuskan anak tinggal di
rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangnnya
kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak dan orangtua dapat
mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian di
tunjukkan dengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh
dengan stress. Perasaan yang sering muncul yaitu cemas, sedih,
marah, takut dan rasa bersalah. (wong, 2000).
Perawatan anak dirumah sakit memaksa anak untuk berpisah
dari lingkungan yang dirasanya aman, penuh kasih sayang, dan
menyenangkan, yaitu lingkungan rumah, permainan, dan teman
sepermainanya.Perawatan anak dirumah sakit juga membuat anak
kehilangan kontrol terhadap dirinya.Perawatan dirumah sakit
mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak sehingga anak
2
E. Imunisasi
1. Pengertian
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja
memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar
dari penyakit (Depkes, 2000).Imunisasi adalah suatu tindakan yang
dengan sengaja bertujuan memberikan kekebalan (imunitas) aktif maupun
pasif terhadap suatu penyakit dengan jalan memberikan vaksin
(virus/bakteri yang dilemahkan atau dimatikan/toksoid).Vaksin adalah
bahan yang dipakai atau untung merangsang pembentukan zat inti yang
dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan.
a. BCG diberikan 1 kali (pada usia 1 bulan)
b. DPT diberikan 3 kali (pada usia 2,3 dan 4 bulan)
c. Polio diberikan 4 kali (pada usia 1, 2, 3, dan 4 bulan)
d. Campak diberikan 1 kali (pada usia 9 bulan)
e. Hepatitis B diberikan 1 kali (pada usia 0-7 hari)
2. Tujuan Imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk pencegahan penyakit
(memberikan kekebalan/ imunitas) pada anak.
3. Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan Memberikan Imunisasi
Hal – hal yang perlu di pertahankan dalam memberikan imunisasi
adalah sebagian berikut :
a. Status kesehatan saat ini
b. Penyakit sekarang dan masalalu
1) Flu berat dan panas tinggi
2) Perubahan pada sistem imun yang tidak dapat menerima vaksin
virus hidup
2
e. Riwayat keluarga
Terdapat penyakit tertentu pada keluarga (stigma alergi, penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus, atau penyakit keganasan, epilepsy,
dll) perlu ditanyakan, sebab mungkin berhubungan dengan masalah
kesehatan yang di hadapi.
f. Riwayat sosial
1) Yang mengasuh dan alasanya : orangtua karena cinta dan kasih
sayang dari orangtua sangat di perlukan di waktu sakit dan di
perlukan untuk melengkapi perjalanan tumbuh kembang anak.
2) Pembawaan secara umum : periang, pemalu, pendiam.
3) Lingkungan rumah : apabila ada salah satu keluarga atau
tetangganya yang menderita typhoid.
g. Pengakajian pola fungsional
1) Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Keluarga pasien selalu memperhatikan status kesehatan anaknya,
kemudian setelah ibu mengetahui anaknya panas, sakit kepala,
mual dan sakit perut ibu langsung memeriksakan anaknya.
2) Nutrisi pola metabolik
Anak yang menderita typhoid sering mengalami keluhan mual,
muntah, nyeri perut dan nafsu makan menurun.Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan.
3) Pola eliminasi
a. Eliminasi alvi (BAB) : kadang – kadang anak mengalami
konstipasi.
b. Eliminasi urin (BAK) : perlu di kaji apakah sering kencing,
sedikit / banyak, sakit / tidak.
4) Aktivitas pola latihan
3
h. Pemeriksaan fisik
1) Kesadaran dan keadaan umum pasien : kesadaran pasien perlu di
kaji dari sadar/tidak sadar untuk mengetahui berat ringannya
prognosis pasien.
2) Tanda – tanda vital dan keadaan umum : tekanan arah, denyut
nadi, respirasi, temperature merupakan tolak ukur dan keadaan
pasien. Disamping itu penimbangan berat badan juga harus
dilakukan untuk mengetahui adanya penurunan BB akibat
gangguan nutrisi. Biasanya pasien typhoid mengalami kelemahan,
demam, pucat, mual, rasa tidak nyaman di perut (anorexia).
3) Lingkar kepala : mesochepal, tidak ada lesi, tidak ada hematoma,
tidak ada nyeri tekan.
4) Mata : kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata cekung,
pupil isokhor, sclera ikterik.
5) Hidung : hidup bentuk simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada
secret.
6) Mulut : mukosa bibir kering, bibir pecah – pecah, napas bau, lidah
typhoid dengan warna putih, pucat, tebal, serta ujung dan tepi
kemerahan dan tremor.
7) Telinga : bentuk normal, pendengaran normal, tidak ada secret,
tidak ada perdarahan.
8) Tengkuk : tidak ada pembesaran tiroid
9) Pemeriksaan paru – paru
I : simetris, tidak menggunakan alat bantu pernapasan
Pal : fokal fremitis kanan dan kiri sama
Per : sonor
A : Vasikuler, tidak ada ronchi dan whezzing
3
10) Jantung
I : Ictus cordis tidak tampak
Pal : ictus cordis teraba di midclavikula sinistra
Per : pekak
A : terjadi bunyi jantung reguler
11) Abdomen
I : abdomen tampak simetris dan tidak ada asites, tidak ada
lesi
Pal : adanya penurunan bising
usus Per : adanya nyeri tekan
A : terdengar redup
12) Genetalia
Tidak ada kelainan pada genetalia
13) Sistem Integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral
hangat.
i. Pemeriksaan perkembangan
1) Kemandirian dan bergaul : ketika anak di rawat di rumah sakit
anak akan meninggalkan kelompok atau teman sebayanya
sehingga anak mengalami kecemasan.
2) Motorik halus dan kasar : apabila ada masalah di pertumbuhan
dan perkembangan maka kemungkinan akan mengalami
hambatann pertumbuhan dan perkembangan.
3) Kognitif dan bahasa : anak mampu mengklarifikasi benda dan
menyelesaikan masalah secara konkret dan sistematis berdasarkan
apa yang mereka terima dari lingkungannya.
j. Pemeriksaan diagnostic
1) Jumlahn leukosit normal/ leukopenia/leukositosis
3
A. Rancangan Penelitian
Desain penelitian digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah desain
penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk
mendiskripsikan peristiwa atau fenomena yang ada. Adapun karya tulis ilmiah
ini berupa studi kasus dimana penulis melakukan studi mendalam mengenai
kasus tertentu yang hasilnya merupakan gambaran lengkap mengenai kasus
tersebut. (setiadi,2007). Karya tulis (studi kasus) ini menggunakan pendekatan
proses keperawatan pada klien anak dengan typhoid yang mengalami masalah
keperawatan Hipertermi. Tujuannya adalah untuk mempelajari secara intensif
mengenai pengelolaan hipertermi pada klien anak.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siapa yang akan diteliti pada suatu penelitian
(Hidyah,2003). Subjek dan studi kasus adalah An.K usia 4 tahun dengan
masalah keperawatan dan diagnose medis yang sama serta memenuhi kriteria
inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.
1. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi pada kasus ini adalah sebagai berikut :
a. Klien pada anak usia 4 – 12 tahun dengan gangguan masalah
keperawatan hipertermi pada typhoid ditandai dengan demam, suhu >
400C, nyeri kepala, malaise, konstipasi, kesadaran kompos menstis.
b. Keluarga menyetujui menjadi responden.
2. Kriteria Ekslusi
a. Keluarga klien tidak menyetujui menjadi responden
b. Dokter tidak mengizinkan klien menjadi pasien kelolaan
39
4
C. Fokus Studi
Fokus studi pada kasus ini adalah typhoid dengan masalah
keperawatan hipertermi pada klien anak.
D. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan istilah
yang akan digunakan dalam karya tulis secara operasional yang bertujuan
untuk memudahkan pembaca mengartikan makna karya tulis (setiadi,2007).
Studi kasus ini berjudul “ Asuhan Keperawatan pada An.K Demam Typhoid
dengan focus studi pengelolaan Hipertermi.” Dari judul definisi operasional
yang penulis dapat tentukan sebagai berikut :
1. Asuhan Keperawatan Anak
Asuhan Keperawatan adalah rangkaian proses keperawatan mulai
dari pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi (putra, 2012).
2. Typhoid
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat
akut yang disebabkan oleh salmonella typhi. Organisme ini masuk
melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh feses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.
(Bruner and sudart, 1994 ).
3. Hipertermi
Hipertermi adalah suatu keadaan suhu tubuh meningkat sangat
tinggi (mencapai sekitar 40oC) yang disebabkan gangguan otak, penyakit,
4
F. Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan penulis sebagai berikut :
1. Penulis mengajukan surat permohonan pengambilan kasus kepada Ketua
Program Studi D III Keperawatan Blora Poltekkes Kemenkes Semarang.
2. Surat permohonan dan Proposal Karya Tulis Ilmiah diajukan ke bagian
Diklat RSUD dr. R Soeprapto Cepu
3. Mendapatkan surat balasan dari bagian DiklatRSUD dr. R Soeprapto
Cepu Berupa surat izin pengambilan kasus
4. Sura izin pengambilan kasus diserahkan kepada kepala ruang anak RSUD
dr. R Soeprapto Cepu
5. Kepala ruang menunjuk seorang Clinical Instructutre untuk membimbing
penulis.
6. Clinal instructure membimbing penulis dalam mendapatkan klien yang
sesuai dengan kriteria
7. Setelah menemukan klien yang sesuai, penulis menjelaskan kepada
keluarga klien mengenai tujuan pengelolaan kasus, prosedur pelaksanaan
pengelolaan kasus, hak – hak klien serta kemungkinan mengenai
4
G. Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan pengelolaan data. Data
disajikan secara narasi dan disetai ungkapan verbal dari klien / keluarga yang
merupakan data pendukung dalam pengambilan studi kasus (Alimul, 2003).
H. Analisa Data
Analisa data yang dilakukan adalah menilai kesenjangan antara teori
yang terdapat di dalam tinjauan pustaka dengan respon klien yang memiliki
masalah hipertermi. Dalam studi kasus, nalisa data yang dilakukan adalah
analisa deskriptif dimana penulis mengalisa data berdasarkan data – data yang
telah didapat melalui tahap pengkajian sampai dengan evaluasi, data tersebut
dapat berupa data subjektif maupun objektif yang terkumpul untuk
digambarkan. Teknik analisis data kemudian diinterprestasikan dan
dikomparasikan (dibandingkan) anatar kasus (Alimul, 2003 ; setiadi 2007).
I. Etika Penelitian
Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas
responden yang kemungkinan dapat menimbulkan masalah di masa yang akan
datang (Alimul, 2003).
1. Anonimity (tanpa nama)
Penulis menjamin akan menjaga kerahasiaan responden dengan cara
mencantumkan inisial nama pada laporan kasus serta penulisan alamat
dengan wilayah kabupaten dan provinsi (Hidayat, 2003, hlm 42).
2. Informed conset (lembar persetujuan menjadi klien)
Penilitian memberikan lembar persetujuan penelitian kepada
responden sebelum dilakukan penelitian (Hidayat, 2003, hlm 42).
Kemudian peneliti memberikan informasi yang adekuat mengenai tujuan
dari asuhan keperawatan yang akan dilakukan dan memberikan informasi
4
Pada bab ini akan membahas tentang hasil dari studi kasus pengelolaan
hipetermi pada pasien Typhoid di RSUD dr. R Soeprapto Cepu Pengelolaan pada An.
K dilakukan pada tanggal 24 April – 26 April 2021 di ruang Teratai RSUD dr. R
Cepu. Pengelolaan ini mencakup lima tahap proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosis keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
A. HASIL
1. Gambaran Lokasi Studi Kasus
RSUD dr. R. Soeprapto Cepu terletak di Jalan Ronggolawe No.50,
Megal, Balun, Kec. Cepu, Kabupaten Blora, Jawa Tengah 58311 adalah
Rumah Sakit Umum Daerah milik pemerintah dan merupakan salah satu
rumah sakit tipe C yang terletak diwilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Rumah sakit ini memberikan pelayanan dibidang kesehatan yang didukung
oleh layanan dokter spesialis serta ditunjang dengan fasilitas medis lainnya.
Selain itu RSUD dr. R. Soeprapto Cepu juga sebagai rumah sakit rujukan
dari faskes tingkat 1, seperti puskesmas atau klinik. Di RSUD dr. R.
Soeprapto Cepu memiliki fasilitas pelayanan IGD 24 jam, Instalasi
Radiologi, Instalasi Bedah Sentral, Apotek, Instalasi Gizi, Histologi/ Kamar
Jenazah, Fisioterapi, Ruang Kemoterapi, CSSD, Ruang Intensif Terpadu,
Ruang Hemodialisa, Ruang Bersalin/VK, Instalasi Rawat Inap (kelas I, II,
III, dan VIP ).
Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di ruang Teratai RSUD dr. R.
Soeprapto Cepu yang terletak di Jl. Ronggolawe No.50, Megal, Balun, Kec
45
4
Cepu, Kabupaten Blora. Kasus penyakit yang terdapat di ruang teratai yang
diterima langsung setelah pasien datang dari IGD atau Poliklinik. Kasus
penyakit yang terdapat diruang teratai yaitu Demam Typhoid.
2. Pengkajian
Pada tanggal 24 – 26 April 2021 telah dilakukan pengkajian Asuhan
Keperawatan An. K di ruang teratai di Rsud Dr. R. Soeprapto Cepu.
Pengakjian pada An. K dimulai pukul 08.00 WIB. Hasil pengakjian yang di
dapatkan data nama pasien An.K, Umur 4 tahun, Jenis kelamin Perempuan,
suku bangsa jawa, agama islam, alamat Tranggel Randublatung Rt 02 Rw
04, pendidikan pasien belum sekolah. Identitas penanggung jawab yaitu Ny.
S , Umur 30 tahun, Pendidikan SMA, pekerjaan Ibu rumah tangga dan
hubungan dengan pasien Ibu Kandung.
Pada saat dilakukan pengkajian ibu pasien mengatakan Keluhan
Utama An.K anaknya demam 7 hari sebelumnya di sertai dengan mual,
muntah, nafsu makan turun dan disertai dengan diare , demam turun jika di
minumin PCT.
Dalam pengakjian Riwayat Kesehatan Sekarang didapatkan data
yaitu ibu pasien mengatakan sejak tanggal 20 April 2021 pasien mengalami
demam, mual, muntah dan nyeri pada perut kemudia pasien di bawa ke
puskesmas Randublatung pada tanggal 20 April 2021 dan disarakan oleh
dokter untuk menunggu selama 3 hari kedepan jika tidak ada perubahan
dokter menyarankan untuk dibawa ke Rumah Sakit. Pada saat hari kedua
setelah dibawa ke puskesmas pasien mengalami diare sehari 5 – 6 kali dan
panasnya tidak turun. Kemudia pasien dibawa orangtuanya ke IGD RSUD
dr. R. Soeprapto Cepu pada tanggal 23 April pukul 07.00 WIB dengan
keluhan Demam, mual, muntah, nyeri pada perut dan diare. Nyeri pada perut
perut dengan skala 4 dan di dapatkan pemeriksaan Tanda – tanda vvital
dengan Suhu 39,8oC, Nadi 100x/menit tekanan darah 110/70 mmHg.
Kemudian pasien mendapatkan terapi infus asering 16 tpm, dengan injeksi
4
minum delapan gelas 600 ml air putih. Selama sakit pasien : pasien susah
makan, makan hanya habis 3 sendok dan hanya ngemil biskuit karena terasa
mual dan lidah terasa pahit. Pengkajian eliminasi Sebelum sakit pasien :
klien BAB 1-2x/hari tidak ada darah dengan konsistensi lembek kuning,
warna kuning dan BAK 6 – 7 kali sehari dengan warna kuning. Selama sakit
pasien : klien BAB 5 – 6 kali dengan konsistensinya BAB encer tidak ada
lendir dan BAK 7-8x/hari. Pengkajian aktivitas Ibu pasien mengatakan
tampak lemah dan lemas, gerakannya terbatas karena nyeri pada perutnya
dan hanya berbaring di tempat tidur semua aktifitas dibantu ibunya.
Pengkajian istirahat Ibu pasien mengatakan An.K sering terbangun karena
nyeri pada perutnya tidur 3-4 jam. Pengkajian kognitif persepsi Ibu pasien
mengatakan anaknya sering menangis, rewel dan mengatakan sakit perut.
Pada pengkajian pemeriksaan fisik di dapatkan data kesadaran
umum pasien tampak lemah dan lemas, kesadaran composmentis dengan
GCS : E4, M6, V5. Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital meliputi suhu
39,8oC, frekuensi nadi 100x/menit, tekanan darah 110/70 mmHg. Mulut
dengan mukosa bibir kering terdapat stomatitis di lidah. Dibagian Abdomen
terdapat inspeksi abdomen tampak tegang dan kembung, auskultasi adanya
penurunan bising usus, perkusi adanya bunyi timpani, palpasi terdapat nyeri
tekan dengan skala 4, teraba keras dan terdapat pembesaran limpa. Dibagian
sistem integumen kulit bersih turgor kulit menurut, pucat berkeringat, akral
hangat. Bagian ekstermitas atas terpasang infus di bagian kiri, rentan gerak
dibatasi karena nyeri pada perut, ekstrermitas bawah mengalami kelemahan.
Pada pengkajian tumbuh kembang dengan DDST personal sosial,
anak dapat mengosok gigi tanpa bantuan, menyusun kubus, bermain ular
tangga, mencuci tangan, menyebutkan nama teman dan berpakaian tanpa
bantuan. Motorik halus anak dapat menggambarkan orang 3 bagian
mencontoh, memilih garis yang lebih panjang serta menyusun menara dari
kubus. Sektor bahasa anak dapat menghitung, mengetahui dan menyebutkan
4
warna. Motorik kasar anak dapat berdiri dengan satu kaki serta dapat
melompat dengan satu kaki dan naik sepeda.
Pada pemeriksaan diagnostik
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Keterangan
Darah Rutin Anak P : 34,0 – 40,0 I W : 34,0- 40,0
Lekosit 20,0 L : 3,8-10,6 ; P : 3,6 – 11,0 Tinggi
Hemoglobin 11,6 L : 13,2 – 17,3 ; P : 11,7 – 15,5 Normal
Salmonella typhi O 1/160 Negative Positif
Salmonella typhi H 1/320 Negative Positif
IGDM salmonella Positif Negative Positif
Hematokrit 37 L : 40,0 – 52,0 ; P : 35,0 – 47,0 Normal
Trombosit 480 150 – 450 Tinggi
Eritrosit 4,50 3,5 – 5,5 Normal
Limfosit 17,0 25,0 – 40,0 Rendah
Mix Diff 13,3 1,0 – 8,0 Tinggi
Neutrophil 69,7 50,0 – 70,0 Normal
Gds 74 <200 Normal
Elitrolit 97 – 110
Natrium 129,9 135 – 155 Rendah
Kalium 3,67 3,6 – 5,5 Normal
Clorida 92,3 9,7 - 110 Rendah
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada An.K setelah
dilakukan pengkajian pada tanggal 24 April 2021 yaitu : Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi (Kuman Salmonella Typhi) di tandai
dengan kenaikan suhu tubuh di atas rentang normal (>37 oC), dengan data
subjektif yang di daptakan Ibu pasien mengatakan An.K demam sejak 1
5
minggu yang lalu, mual, muntah, diare disertai nyeri perut. Data Objektif
yaitu pasien tampak lemas lemah letih lesu, mukosa bibir kering, suhu
39,8oC, nadi 100x/menit, respirasi 22x/menit, jumlah leukosit 20,0/mm3,
hemoglobin 11,6 gr%, salmonella thyphi O 1/160, Salmonella typhi H 1/320,
IGDM salmonella positif.
4. Intervensi Keperawatan
Rencana Keperawatan dengan tujuan setalah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam masalah Hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi (kuman salmonella typhosa). Dengan kriteria hasil : suhu
dalam rentang normal (36-37oC), nadi dalam rentang normal (80 – 90
x/menit), RR dalam rentang normal (20 – 50 x/menit), tidak ada perubahan
warna kulit, pasien tidak lemas dan mukosa bibir lembab, nyeri hilang, mual
muntah hilang, diare hilang.
Rencana tindakan yang penulis lakukan pada An.K yaitu melakukan
tindakan Bina hubungan saling percaya dengan baik, Monitor intake dan
output pada anak, Beri pasien banyak minum air (1500 – 2000cc/hari), Beri
kompres air hangat pada daerah axila, lipatan paha, temporal, Berikan
penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang peningkatan suhu tubuh dan
ajarkan cara melakukan kompres yang benar serta evaluasi perubahan suhu,
anjurkan keluarga pasien untuk memakaikan pakaian yang tipis dan dapat
menyerap keringat, Kolaborasikan pemberian antipiretik dan
antibiotik.Anjurkan pasien untuk beristirahat total.
5
5. Implementasi Keperawatan
Responsive
S : keluarga mengatakan
bersedia
O : keluarga tampak
memperhatikan, keluarga
mengerti dan
mendemonstrasikan cara
kompres air hangat yang
benar
11.45 7. Membantu klien
memakaikan pakaian tipis
Responsive
S : ibu mengatakan
bersedia
O : klien tampak nyaman
memakai pakaian tipis.
12.00 8. Memberikan obat
antipiretik dan antibiotic
injeksi : cefotaxime
400mg, anadex syrup
5ml, imunos syrup 5ml,
paracetamol syrup 10ml,
thyampenicol syrup 5ml
Responsive
S : klien sedikit rewel
O : obat masuk tidak ada
alergi, klien menangis.
12.25 9. Memonitor TTV
5
Responsive
S : ibu klien mengatakan
anaknya panas
O : klien tampak lemah,
kulit teraba hangat,
mukosa bibir kering,
muntah, nyeri perut, suhu
39OC, nadi 100x/menit,
RR 22x/menit, TD :
110/80 mmHg
1. Hipertermi Minggu 25 08.00 1. Melaksanakan advis
b.d. proses April 2021 dari hasil kolaborasi
infeksi dengan memberikan obat
antipiretik dan antibiotic
injeksi.
- cefotaxime 400mg
- anadex syrup 10ml
- imunos syrup 5ml
- paracetamol syrup 10ml
- thyampenicol syrup 5ml
Responsive
S : ibu klien mengatakan
anaknya masih demam
O : klien takut dengan
jarum suntik, obat masuk
tidak ada alergi
09.00 2. Memonitor TTV
Responsive
5
air putih
Responsive
S : klien mengatakan
bersedia
O : klien tampak minum
air putih 1 gelas
11.00 6. Membantu
memakaikan pakaian tipis
Responsive
S : klien tampak
mengatakan bersedia
O : klien tampak nyaman
dengn pakaian tipis
12.00 7. Memonitor TTV
Responsive
S : ibu mengatakan panas
anaknya sudah sedikit
menurun
O : klien tampak lemah,
nyeri perut, muntah
berkurang, kulit teraba
hangat, mukosa bibir
sedikit lembab, terdapat
stomatitis di lidah, suhu
38 OC , nadi 98x/menit,
RR 22x/menit.
12.15 8. Menganjurkan pasien
5
6. Catatan Perkembangan
Catatan perkembangan An.K pada tanggal 24 April 2021 pukul 14.00
WIB didapatkan data Subyektif, ibu klien mengatakan panas pada anaknya
berkurang nyeri perut dan mual, obyektif suhu 39,0 oC , nadi 100x/menit,
pernafasan 22x/menit, TD 110/70 mmHg, leukosit 20,0, mukosa bibir
kering, terdapat stomatitis di lidah, kulit teraba hangat. Analisisnya adalah
masalah belum teratasi dan perencanaanya lanjutkan intevensi untuk
mengukur tanda – tanda vital terutama suhu tubuh, memberikan kompres air
biasa dan libatkan keluarga dalam pemberian kompres, menganjurkan pasien
untuk banyak minum air putih (800-900 ml/hari) dan membantu untuk
menggunakan pakaian tipis guna penguapan, kolaborasikan dalam
pemberian antibiotik dan antipiretik.
Catatan perkembangan pada pukul 21.00 WIB didapatkan data
subyektif yaitu klien mengatakan tubuh anaknya panas sejak habis Isyak
nyeri perut dan mual disertai diare, obyektif suhu 39,5 oC, nadi 110x/menit,
pernafasan 22x/menit, TD 115/75 mmHg, mukosa bibir kering, kulit teraba
6
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan pada An.K yaitu setelah dilakukan tindakan
selama 3 x 24 jam tanggal 26 April 2021 pukul 14.00 WIB didapatkan data
Subyektif Ibu klien mengatakan tubuh klien panasnya naik lagi, nyeri perut
hilang, dan tidak mual dan diare sudah berhenti. Dan data Obyektifnya suhu
38,5OC , nadi 100x/menit, mukosa bibir lembab, kulit teraba hangat.
Analisinya yaitu Masalah tertasi sebagian dan Perencanaanya Lanjutkan
Intervensi.
B. PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas dan menganilisis hasil dari laporan karya
tulis ilmiah pengelolaan Hipertermi dengan Typhoid pada An.K dimulai pada
tanggal 24 – 26 April 2021 diruang Teratai RSUD dr. R Soeprapto Cepu.
Pengelolaan ini mencakup lima tahap proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Adapun proses pembahasannya adalah
sebagai berikut :
6
1. Pengkajian
Dalam bab ini pengakjian penulis akan membahas tentang data yang
didapatkan dari pengkajian An.K serta akan menganalisis data antara lain
kenaikan suhu tubuh pada malam hari, nyeri perut, mual dan penurunan
nadi.
a. Hipertermi
Peningkatan suhu tubuh yang dialami An.K dikarenakan adanya
proses infeksi Salmonella Typhosa dan endotoksinya yang merangsang
sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
merdang. Selanjutnya zat pirogen yang beredar di darah mempengaruhi
pusat termoregulator di hipotalamus yang mengakibatakan timbulnya
gejala demam (Nurarif,2013).
An.K mengalami kenaikan suhu tubuh di malam hari sekitar 40 OC
dan termasuk dalam kategori hipertermi yang mengakibatkan
ketidaknyamanan dampak dari peningkatan suhu tubuh pada typhoid
akan menyebabkan kejang, dehidrasi, syok, serta perforasi usus (lubang
usus) dan komplikasi (Mansjoer, 2003).
b. Penurunan Nadi
Tanda dan gejala yang dialami An.K adalah penurunan nadi yang
dikarenakan pada penderita typhoid memiliki karakteristik Bradikardia
relative yaitu peningkatan suhu 1 oC tetapi tidak ikut peningkatan denyut
nadi 8 kali permenit, hal ini disebabkan karena adanya kuman yang ada
di dalam aliran pembuluh darah yang mempengaruhi kerja jantung
(Nurfanida,2003).
c. Muntah
Biasanya anak – anak dengan typhoid akan mengalami mause dan
vomite atau mual dan muntah pada minggu pertama. Akan tetapi pada
kasus ini An.K hanya merasa mual dan tidak mengalami muntah karena
memasuki fase typhoid minggu pertama hal disebabkan karena adanya
6
typhosa). Yang artinya adalah kenaikan suhu tubuh di atas rentang normal
(>37oC), di sertai dengan kulit kemerahan, saat disentuh kulit terasa hangat,
lemas, mukosa bibir kering, takikardi dan nafas cepat hal ini disebebkan
karena adanya terjadinya infeksi kuman salmonella typhosa yang terjadi di
usus halus yang masuk melalui makanan yang menyebabkan gangguan pada
beberapa organ pencernaan, hati dan limfa serta pusat pengetahuan suhu
tubuh atau hipotalamus (Nurarif,2015.p.175).
Diagnosa tersebut dirumuskan berdasarkan data – data An.K yang
mengalami kenaikan suhu tubuh diatas 37oC, mukosa bibir kering,
bradicardi, nyeri pada perut, mual muntah yang sesuai dengan pendapat dari
(Nurarif, 2015.p175) untuk terbentuknya sebuah diagnose hipertermi di
dukung atau ditandai dengan kenaikan suhu tubuh di atas rentang normal
(>37oC), di sertai dengan kulit kemerahan, saat disentuh kulit terasa hangat,
lemas, mukosa bibir kering, bradicardi dan nafas cepat dimana data – data
tersebut sesuai dengan kondisi atau yang di dapatkan dari pengkajian An.K.
Diagnosa hipertermi merupakan kebutuhan fisiologis yaitu rasa
nyaman dan bagian dari kebutuhan dasar maslow bila tidak ditangani akan
terjadi kejang, dehidrasi, syok, serta perforasi usus (lubang di usus) dan
komplikasi.
Hipertermi adalah kenaikan suhu tubuh diatas normal dapat
disebabkan karena kelainan dalam otak itu sendiri atau oleh zat toksik yang
mempengaruhi pusat pengaturan suhu, penyakit bakteri, tumor otak atau
dehidrasi (Guyton,2012).
Pada kasus An.K penulisan diagnosanya yaitu Hipertermi berhubungan
dengan proses infeksi kuman salmonella typhosa. An.K ditandai dengan data
obyektif yaitu kulit teraba panas, mukosa bibir kering, mual, nyeri perut,
teknan darah 110/80 mmHg, suhu tubuh 39,8 oC , frekuensi nadi 100x/menit,
pernafasan 22x/menit, hemoglobin 10,1 g/dL, leukosit 22,0 x 103u.
6
Beri kompres air hangat yang benar pada daerah aksila dan
lipatan paha (kurang lebih 10 - 15 menit ) pemberian kompres hangat
pada daerah tubuh dapat memberikan rangsangan atau sinyal ke hipotalamus
melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas
di hipotalamus dirangsang, sistem efektor mengeluarkan sinyal yang melalui
berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan pembuluh darah diatur oleh
pusat vasometer pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah
pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Dengan
terjadi vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan atau kehilangan energi
panas melalui kulit meningkat (yang ditandai dengan tubuh mengeluarkan
keringat), kemudian suhu tubuh dapat menurun atau normal. (Potter & perry,
2005). Kompres air hangat adalah tindakan yang diberikan dengan tujuan
untuk menurunkan suhu tubuh. Letak kompres air hangat diberikan pada
dahi, aksila, dan lipatan paha untuk memberi efek vasodilatasi pada
pembuluh darah sehingga mempercepat penguapan tubuh.
(Ardiansyah,2012).
Berikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
peningkatan suhu tubuh dan ajarkan cara melakukan kompres yang
benar serta evaluasi perubahan suhu, tindakan ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman dari pasien dan keluarganya
tentang proses peningkatan suhu dan bagaimana cara kompres yang benar
untuk pasien hipertermi.
Bantu menggunakan pakaian tipis dengan menggunakan pakaian
tipis akan membantu menurunkan suhu tubuh karena dapat menyerap
keringat, membantu penguapan pada tubuh dan melindungi permukaan
tubuh dari lingkungan yang panas (Widjaja,2003).
Memonitor pola nutrisi pasien, pengaturan pola makanan sangar
penting pada penting pada penderita typhoid, mengingat organ yang
terganggu yaitu sistem pencernaan, khususnya usus halus, maka pemberian
6
makan dapat di mulai dari bubur saring, jika kondisi pasien sudah mulai
membaik maka dapat di tingkatkan menjadi bubu kasar, dan jika sudah
normal dapat diberikan nasi biasa, pemberian makanan ini dapat mengurangi
resiko penurunan berat badan yang berlebihan, serta dapat mencegah
terjdinya penurunan albumin dan dapat mencegah terjadinya infeksi lain.
Pada prinsipnya, makanan yang di berikan adalah makanan yang tidak begitu
merangsang pencernaan, misal terlalu pedas atau asam. Selain itu dapat pula
diberikan makanan rendah selulosa serta tidak menimbulkan gas
(Marni,2016).
Beri diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein) lunak mengandung
rendah serat diberikan untuk mengurangi kerja usus ataupun
mengistirahatkan sistem pencernaan karena pada saat kuman salmonella
berada di usus kuman tersebut menginfeksi usus sehingga harus diberikan
makanan lunak dan rendah serat agar usus tidak bekerja terlalu berat serta
menghindari perdarahan pada usus, selain itu makanan yang tinggi akan
protein dan kalori juga penting di berikan pada pasien typhoid. Pemberian
makanan tinggi protein ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan jaringan
yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh kuman serta untuk
meminimalkan terjadinya kehilangan jaringan, makanan yang harus di
berikan pada typhoid yang mempunyai nilai protein tinggi adalah telur
karena makanan ini mudah di cerna dan di serap oleh tubuh. Sedangkan
untuk makanan yang mengandung tinggi kalori di berikan untuk membentuk
energy pada tubuh karena biasanya pada pasien typhoid akan merasa lemas,
makanan yang mengandung tinggi kalori yaitu berbagai macam olahan buah
dan telur.
Beri pasien makan sedikit tapi sering, hal ini dilakukan karena pada
pssien typhoid akan mengalami mual dan muntah hal ini di sebabkan karena
bakteri salmonella yang berkembang pada hati dan limfa, yang
mengakibatkan terjadinya pembengkakan dan akhirnya akan menekan
6
lambung terjadi rasa mual dan muntah yang membuat nafsu makan menjadi
turun.
Kolaborasi dengan pemberian antipiretik dan antibiotic sesuai
dengan ketentuan dengan memberikan hasil kolaborasi dengan antipiretik
yang mempunyai reseptor di hypothalamus dapatmeregulasi suhu tubuh
sehingga suhu tubuh dapat mendekati normal (diberikan 8 jam sekali).
Antipiretik adalah obat penurunan panas dengan indikasi paracetamol yaitu
obat penghilang panas dan rasa sakit. Antibiotic mengobati demam karena
inveksi virus bakteri (ISO, 2012).
Rencana tindak lanjut pasien akan pulang sangat penting seperti
memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang pencegahan
penularan typhoid, sehingga keluarga dapat mengerti tentang bagaimana cara
pencegahan terjadinya kembali penyakit typhoid serta pemberian kompres
air hangat pada daerah axila atau lipat paha jika swaktu – waktu mengalami
peningkatan suhu tubuh.
4. Implementasi
Pada bagian implementasi penulis akan membahas dan menganalisa
tentang pelaksanaan dari rencana tindakan yang telah disusun. Dalam
pelaksanaan atau implementasi penulis mendapatkan beberapa pengalaman
yang mendukung terlaksananya intervensi akan tetapi penulis juga
mengalami beberapa kendala.
Implementasi keperawatan yang pertama membina hubungan saling
percaya, faktor penghambat dalam melakukan tindakan keperawatan ini
yaitu, respon An.K menangis dan sering rewel terhadap tindakan yang di
berikan perawat.
Implementasi yang kedua yang dilakukan penulis Memonitor
keadaan umum pasien faktor pendukung adalah pasien mau saat di berikan
tindakan faktor penghambat An.K menangis dan rewel, respon dari An.K di
dapatkan data subyektif ibu klien mengatakan anaknya masih panas, nyeri
7
pada perut serta mual, dan obyektifnya klien tampak lemah, suhu tubuh
39,8oC, mukosa bibir kering, turgor kulit kering.
Implementasi ketiga memonitor TTV faktor pendukung klien mau
dilakukan pengukuran suhu tubuh, nadi turgor kulit dan kelembaban
membrane mukosa bibir. Faktor penghambatnya klien mau tetapi klien
menangis dan minta ibu untuk menggendongnya. Respon An.K suhu
tubuhnya menurun 38,5oC, nadi 100x/menit, bibir lembab, turgor kulit
cukup.
Implementasi ke empat memonitor intake dan output cairan faktor
pendukungnya klien senyum kepada perawat saat dilakukan tindakan respon
An.K klien terlihat masih tampak lemah, susah minum air putih, nafsu
makan turun.
Implementasi ke lima menganjurkan keluarga untuk memberi
minum banyak paka klien 2 – 3 liter/hari. Faktor pendukung keluarga
sudah memberikan makanan dan banyak minum pada klien. Faktor
penghambatnya klien tidak mau minum pada klien. Faktor penghambatnya
klien tidak mau minum dan makan, jadi perawat harus merayu klien untuk
mau minum sedikit namun sering. Respon An.K kurang banyak minum.
Implementasi ke enam memberikan penjelasan kepada pasien dan
keluarga tentang peningkatan suhu tubuh dan cara kompres hangat
yang benar faktor pendukung keluarga mengatakan mau di berikan
penjelasan. Respon ibu pasien tampak mengerti apa yang di jelaskan
perawat.
Implementasi ke tujuh menganjurkan keluarga pasien untuk
memakaikan pakaian tipis yang menyerap keringat faktor pendukungnya
klien senyum kepada perawat saat dilakukan tindakan. Respon An.K pasien
tampak terlihat nyaman dengan pakaian tipis.
Implementasi ke delapan memberikan kompres hangat faktor
pendukungnya klien senyum kepada perawat dan mau dilakukan tindakan.
7
Respon An.K suhu tubuh menurun 37,5oC, nadi 100x/menit, bibir kering,
turgor kulit cukup.
Selanjutnya memberikan nutrisi diit TKTP lunak yang
mengandung rendah serat, (telur, biscuit, daging, buah dan susu) faktor
penghambat pasien tidak kooperatif dan sulit untuk makan.
Selanjutnya memberikan pasien sedikit makan tapi sering faktor
penghambat dalam tindakan keperawatan ini pasien tidak nafsu makan dan
mudah bosan dengan menu rumah sakit.
Implementasi ke Sembilan melakukan kolaborasi diberikan terapi
kolaborasi pemberian terapi pemeriksaan laboratorium, uji widal. Sesuai
dengan umur, obat – obatan (injeksi cefotaxime, anadex syirup, imunos
syirup, thyampenikol syirup). Faktor pendukung klien mau diberikan
tindakan. Faktor penghambat klien rewel menangis, jadi perawat harus
menunggu klien ditenangkan oleh ibu/keluarga. Respon An.K suhu tubuh
menurun 38,5oC,nadi 100x/menit, bibir lembab, turgor kulit cukup, nyeri
pada perut berkurang dan mual berkurang.
5. Evaluasi
Dalam bahasan evaluasi akan menjelaskan evaluasi dari rencana tujuan
dan respon pasien setelah di lakukan tindakan An.K masalah teratasi
sebagian.
Pada bagian masalah teratasi sebagian yang masa tercapi tujuan suhu
tubuh sedikit berkurang karena anak baru memasuki fase minggu pertama di
tandai dengan suhu 38,5oC, nadi 100x/menit, RR 24x/menit, mukosa bibir
lembab, kulit teraba hangat, nyeri perut masih serta anak tidak kooperatif
karena masih dalam usia prasekolah sehingga mudah rewel dan menghambat
perawat dalam memberikan asuhan. Dalam mendapatkan hasil tindakan
keperawatan dipengaruhi faktor pendukung dari keluarga untuk mengontrol
pergerakan pasien agar pasien tetap pada posisi yang nyaman serta dukungan
dan kerjasama keluarga dalam setiap tindakan keperawatan yang dilakukan
7
A. Simpulan
Dari uraian pembahasan sebelumnya maka penulis membuat simpulan
dari laporan kasus yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Anak Demam
Typhoid dengan focus studi Hipertermi”, maka dapat di tarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Gambaran pengkajian yang telah dilakukan penulis pada An.K
mengalami demam 39,8oC, dan nyeri pada perut, serta mengalami
penurunan nafsu makan pasien tersebut diterapkan dalam teori dan
dijelaskan penulis di pembahasan.
2. Masalah keperawatan ditemukan pada An.K dengan diagnose Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi kuman salmonella typhosa. Dalam
merumuskan diagnose keperawatan penulis menyusun diagnose yang
mencakup 3 komponen yaitu PES (Problem, Etiologi, Sign & Symtomp).
Sehingga penulis memerlukan data – data yang mendukung sesuai
konidisi pasien dan harus menguatkan alasan dengan pemeriksaan
diagnostic.
3. Dalam penulisan rencana keperawatan penulis menekankan faktor
pengelolaan hipertermi dan faktor kebutuhan nutrisi pada pasien typhoid.
Rencana tindakan keperawatan harus sesuai dengan fase penyakit yang
dialami oleh setiap pasien, co ntohnya An.K memasuki fase minggu
pertama dengan tersebut penulis menentukan intervensi yang sama untuk
mengetahui perbedaan respond an penyembuhan setiap pasien.
4. Hasil implementasi yang dilakukan selama 3 x 24 jam yang dilakukan
pada An.K mengalami kemajuan setiap harinya contohnya pada hari
pertama demam pada pasien masih tinggi, nafsu makan belum muncul,
mual dan nyeri pada perut masih, hari ke dua An.K demam sudah mulai
73
7
turun, muntah berkurang, nyeri pada perut berkurang nafsu makan sudah
mulai muncul, hal ini dibuktikan dengan klien tampak lebih segar, sudah
tidak rewel lagi, porsi makan bertambah. Pada pemeriksaan tanda – tanda
vital masih dalam rentang normal dan tidak mengalami kenaikan yang
signifikan.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan penulis sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil yang di buat dalam asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam, pada
An.K yakni pada masalah keperawatan hipertermi belum teratasi / teratasi
sebagian
B. Saran
Dari kesimpulan yang sudah disampaikan, untuk pengembangan
perbaikan serta sosialisasi lebih lanjut dari hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah
ini, maka disarankan kepada pihak – pihak berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Disarankan untuk membuat standrt operasional prosedur yang tepat
untuk menangani pasien dengan diagnose hipertermi berhubungan dengan
proses infeksi kuman salmonella typhosa.
2. Bagi Perawat
Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan melakukan
pemantuan hipertermi dengan anak typhoid pada fase minggu kedua
dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk pasien
typhoid.
3. Bagi Institusi pendidikan
Di harapkan institusi pendidikan mampu memberikan informasi
kepada mahasiswa pada pengkajian klien anak dengan memperhatikan
faktor usia, trauma hospitalisasi masalalu serta faktor pencetus yang
menyebabkan klien sakit. Karena pada setiap individu yang masuk rumah
7
sakit meskipun dengan diagnose yang sama akan tetapi tindakan yang
diberikan harus sesuai kondisi klien.
4. Bagi pasien dan keluarga
Perlunya keluarga di berikan penyuluhan tentang diit makanan yang
diberikan pada pasien dengan penyakit typhoid.
7
DAFTAR PUSTAKA
Putra, S., R. (2012).Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita Untuk Keperawatan Dan
Kebidanan. Yogyakarta: D Medika.
Rachman, N., Y. (2017). Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Anak di
RSUD Abdul Wahab Sjahraie Samarainda. (Online). http://eprints.ums.ac.id
diakses pada tanggal 11 dan 15 Desember 2020.
LAMPIRAN
78
79
8
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
a. Identitas klien
Nama : An. K
Umur / TTL : 4 Th. / 6 maret 2017
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Tranggel Randublatung, Rt 02/Rw 04
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Tanggal masuk RS : 23 April 2021
Tanggal pengkajian : 24 April 2021
No. RM 032888
Diagnose medis : Demam Typhoid
II. KELUHAN
8
Ibu klien mengatakan An.K anaknya demam 7 hari sebelumnya di sertai dengan
mual, muntah, nafsu makan turun dan diare 4 hari lalu, demam turun jika di minumin
PCT.
Ibu klien mengatakan sejak tanggal 20 April 2021 pasien mengalami demam,
mual, muntah dan nyeri pada perut kemudia pasien di bawa ke puskesmas
Randublatung pada tanggal 20 April 2021 dan disarakan oleh dokter untuk menunggu
selama 3 hari kedepan jika tidak ada perubahan dokter menyarankan untuk dibawa ke
Rumah Sakit. Pada saat hari kedua setelah dibawa ke puskesmas pasien mengalami
diare sehari 5 – 6 kali dan panasnya tidak turun. Kemudia pasien dibawa orangtuanya
ke IGD RSUD dr. R. Soeprapto Cepu pada tanggal 23 April pukul 07.00 WIB dengan
keluhan Demam, mual, muntah, nyeri pada perut dan diare. Nyeri pada perut perut
dengan skala 4 dan di dapatkan pemeriksaan Tanda – tanda vvital dengan Suhu 39,8oC,
Nadi 100x/menit tekanan darah 110/70 mmHg. Kemudian pasien mendapatkan terapi
infus asering 16 tpm, dengan injeksi cefotaxime 2 x 400 mg. Kemudia pasien di
pindahkan ke ruang rawat inap Teratai dan mendapatkan therapy Syrup 3 x 1, imunos,
syrup 3x1 ½ paracetamol, 3x1 tyampenikol. Pada saat dilakukan pengkajian di ruang
teratai pasien mengeluh Demam, nyeri pada perut, mual, muntah dan diare, mukosa
bibir kering, turgor kulit menurun pasien tampak lemah dan lemas dan uji widal positif.
Ibu pasien mengatakan An.K tidak pernah memiliki riwayat penyakit seperti
sekarang ini, tidak memiliki riwayat alergi makanan maupun obat dan pasien belum
pernah dirawat dirumah sakit.
V. RIWAYAT PENYAKIT
8
ibu pasien mengtakan bahwa keluarganya tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit seperti yang di derita An.K dan tidak memiliki alergi obat maupun makanan.
VI. GENOGRAM
Keterangan Genogram
= Laki-laki
= perempuan
= Tinggal serumah
= Hubungan keluarga
maupun darah.
4. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan bahwa klien biasanya tidur
9jam/hari,
Tidur siang kurang lebih 2 jam.
Setelah sakit : ibu klien mengatakan tidur klien sering terbangun,
gelisah kurang
Lebih 2 - 3jam
5. Pola aktivitas
Sebelum sakit : ibu klien mengatakan dapat melakukan aktivitas
(mandi,
Berpakaian, makan, minum, bermain) secara mandiri
Terkadang juga di bantu
Setelah sakit : ibu klien mengatakan aktivitas dibantu oleh orang
lain/
Orangtuanya.
6. Pola persepsi – konsep diri
Ibu klien mengatakan tidak tahu penyebab demam typhoid yang
dialami anaknya, ibu klien hanaya mengetahui anaknya demam dan
diare dn ibu khawatir saat anaknya terlihat lemas dan panas tinggi saat
di malam hari.
7. Pola koping – toleransi stress
Anak hanya akan tenang jika didekati ibunya dan ayahnya ketika
didekati perawat klien pun juga terkadang menerima dengan
senyuman terkadang juga menolak dengan tangisan.
8
X. PEMERIKSAAN TUMBANG
TB : 102 cm
BB : 12 kg
Tumbang : Anak tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan maupun
gangguan perkembangan
8
Elitrolit 97 – 110
8
XII. TERAPHY
1. Cefotaxime 2x400 mg
2. Imunos syrup 3x1
3. Paracetamol 3x1
4. Thyampenikol syrup 3x1
ANALISA DATA
Do :
- Klien tampak
gelisah
- Akral hangat
- Membran mukosa
kering
8
- S : 38,8 OC
- N : 120 x/menit
- RR : 22 x/menit
XIV. INTERVENSI
9. anjurkan
keluarga pasien
untuk memakaikan
pakaian yang tipis
dan dapat meresap
keringat
10. kolaborasikan
pemberian
antipiretik dan
antibiotic.
9
XV. IMPLEMENTASI
O : klien tampak
lemah, mukosa bibir
kering, memegangi
perut, muntah,
terdapat stomatitis di
lidah
O : klien tampak
lemah, kulit teraba
hangat, muntah dan
9
memegangi perutnya,
suhu 39,8OC, nadi
110x/menit, RR
22x/menit, TD :
120/80 mmHg
O : klien tampak
lemah, kulit teraba
hangat, mukosa bibir
kering, muntah, nyeri
perut, suhu 39OC,
nadi 110x/menit, RR
20x/menit, TD :
110/80 mmHg
- paracetamol
syrup 10ml
- thyampenicol
syrup 5ml
O : klien tampak
lemah, kulit teraba
hangat, mukosa
bibir kering,
terdapat stomatitis
pada lidah, suhu
38,5OC,nadi
9
99x/menit, RR
20x/menit.
O : klien tampak
minum 1 gelas air
putih, BAK kurang
lebih 600cc.
O : klien tampak di
kompres air hangat
pada daerah axila
O : klien tampak
minum air putih 1
gelas
O : klien tampak
nyaman dengn
pakaian tipis
O : klien tampak
lemah, nyeri perut,
muntah berkurang,
kulit teraba hangat,
mukosa bibir
sedikit lembab,
terdapat stomatitis
di lidah, suhu 38
O
C , nadi
100x/menit, RR
22x/menit.
O : klien tampak
nyaman memakai
pakaian tipis
- paracetamol
syrup 10ml
- thyampenicol
syrup 5ml
O : klien tampak
menagis dan rewel
sudah tidak lemas,
nyeri perut hilang,
kulit teraba hangat,
tidak muntah lagi,
suhu 38,5OC, nadi
100x/menit, RR
24x/menit
9
P : Lanjutkan Intervensi
- nyeri perut,
- muntah berkurang,
- kulit teraba hangat,
10
P : lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkan Intervensi
10
XVII. EVALUASI
P : Lanjutkan Intervensi
10
10
10
10
10
1
LAMPIRAN
OPERASIONAL
PROSEDUR .........
waslap
2. Perut kembung
3. Kedinginan
4. Hipertermia
Petugas Perawat
pengompresan paha
1
tempatnya
2. Perlak/pengalas
3. Waslap
4. Selimut
5. Sampiran
2) Menyiapkan alat
3) Mencuci tangan
B. Fase Orientasi
pasien.
C. Fase Kerja
dikompres
D. Fase Terminasi
relaksasi.
4) Mencuci tangan.
A. DATA PRIBADI
1. Nama Lengkap : Ariana Anggy Fibriani
2. NIM : P1337420418021
3. Tanggal Lahir : 09 Februari 2000
4. Tempat Lahir : Blora
5. Jenis Kelamin : Perempuan
6. Alamat rumah :
a. Jalan : Jl. Sayur 3 km
b. Keluarahan : Gedangdowo
c. Kecamatan : Jepon
d. Kab / Kota : Blora
e. Provinsi : Jawa Tengah
7. Telepon :
a. Rumah : -
b. HP : 082330931307
c. email : arianaanggi2@gamil.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan Diploma III Keperawatan Blora
2. Pendidikan SMA di Muhammadiyah lulus tahun 2018
3. Pendidikan SMP di Negri 1 Jepon lulus tahun 2015
4. Pendidikan SD di Negri 2 Gedangdowo lulus tahun 2012
5. Pendidikan TK di Dharmawanita 2 Gedangdowo lulus tahun 2006
1
C. RIWAYAT ORGANISASI
1. Anggota Penggalang Garuda SMP N 1 Jepon
2. Anggota IPM ( Ikatan Pelajar Muhammadiyah )
3. Bendahara Osis SMA Muhammadiyah 1 Blora
4. Anggota HIMA Devisi Pengabmas
5. Koordinator HIMA Devisi Pengabmas