K DENGUE HAEMORAGIC
i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Laporan Karya Tulis Ilmiah oleh Risa Dwi Aprillia NIM. P1337420418012,
Kusuma Rsud Dr. R Soetijono Blora ini telah diperiksa dan disetujui untuk
diuji.
Blora,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
i
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Mengetahui,
Ketua Prodi DIII Keperawatan Blora
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. K DENGUE HAEMORAGIC
FEVER (DHF) DENGAN FOKUS STUDI PENGELOLAAN HIPERTERMI
DI RUANG WIJAYA KUSUMA RSUD DR. R SOETIJONO BLORA
ABSTRAK
i
NURSING CARE IN AN. K DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)
WITH A STUDY FOCUS ON THE MANAGEMENT OF HYPERTERMI
IN THE WIJAYA KUSUMA ROOM DR. R SOETIJONO BLORA
ABSTRACT
i
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
1. Gambaran Lokasi Penelitian
Pada bab ini akan membahas tentang hasil dari studi kasus pengelolaan
hipertermi pada pasien DHF di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Soetijono
Blora. Pengelolaan pada An. K dilakukan pada tanggal 27 April 2021 - 29
April 2021 di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. Soetijono Blora. Pengelolaan
ini mencakup lima tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnose keperawatan, intervensi keperawatan, implementasi keperawatan,
dan evaluasi keperawatan.
2. Pengkajian
a. Identitas Klien
Tabel 1. Identitas Klien
Identitas Pasien Klien
b.
Nama An. K
Umur 11 Tahun
Pendidikan SD
Pekerjaan Pelajar
Status Perkawinan Belum kawin
Alamat Jiken Rt 01 Rw 05
Nomor Registrasi 379429
Diagnosis Medis DHF
Riwayat Penyakit
Tabel 2. Riwayat Kesehatan
2
Riwayat Kesehatan Klien
Keluhan Utama Ibu pasien mengatakan An.K panas
terus menerus selama 5 hari .
Riwayat Kesehatan Sekarang Ibu pasien mngatakan panas anaknya
sudah 5 hari tidak turun-turun .
Sejak tanggal 22 April 2021 pasien
mengalami panas. Disertai badan
lemas, pusing, pasien mengalami
mual dan muntah 1x , nyeri pada ulu
hati, ibu pasien sudah memberikan
obat penurun panas akan tetapi tidak
ada perubahan yang dibeli di apotek.
Panasnya tidak kunjung turun. Lalu
pada tanggal 27 April 2021 keluarga
membawa pasien ke IGD RSUD
Soetijono blora. Setelah itu
dilakukan pemeriksaan laboratorium
darah, dan didapatkan data uji
rumple leed positif yaitu muncul
pteckie pada kulit, di IGD
didapatkan TTV dengan hasil yaitu
tekanan darah 130/70 mmHg,
Nadi 100 x/menit, Suhu 38,7 oC,
RR 20x/menit, dan An. K
mendapat terapi infus Ringer
Laktat (RL) 28tpm, injeksi
paracetamol 320 ml. setelah itu
pasien di pindah rawat inap Di ruang
Wijaya Kusuma . Penulis
melakukan pengkajian pada An.K.
Ibu pasien mengatakan panas
selama 5 hari yang lalu secara
terus-menerus, anaknya lemas dan
rewel saat dilakukan pemeriksaan
TTV di dapatkan hasil yaitu 90/60
mmHg, Nadi 96 x/menit, Suhu
38,7 oC, RR 20 x/menit,
Riwayat Kesehatan Dahulu Ibu pasien mengatakan anaknya
belum pernah di rawat inap di rumah
sakit dan tidak pernah mempunyai
riwayat sakit DHF seperti sekarang
a. Prenatal Care
1. Ibu memeriksakan
kandungannya rutin di poli
KIA di puskesmas jiken
2. Komplikasi yang terjadi
selama hamil : tidak ada
b. Natal
1. Tempat melahirkan :
puskesmas jiken
2. Jenis persalinan : normal
3. Penolong persalinan : Bidan
4. Komplikasi yang terjadi
selama melahirkan : tidak
ada
c. Post natal
1. Kondisi bayi : normal
3
2. Ibu mengatakan anak
langsung menangis spontan
3. Ibu mengatakan saat lahir
anak berwarna merah
Tab3. PPerubahan Pola Kesehatan
Tabel 4
4
Pola Kesehatan Klien
Manajemen kesehatan Ibu pasien mengatakan status kesehatan
An. K sejak lahir baik dengan imunisasi
lengkap
Nutrisi
Sebelum sakit Ibu pasien mengatakan An. K, makan
teratur, makan 3 x/hari habis satu porsi
dengan nasi, sayur, lauk pauk dan minum
air putih 900 ml/hari
Selama sakit Ibu pasien mengatakan anaknya susah
makan, pasien makan 3x/hari, habis ¼
porsi makanan yang diberikan di RS dan
minum 200-300 ml/hari
Eliminasi
Sebelum sakit Ibu pasien mengatakan An.K BAB 1 x/
hari dengan konsistensi lembek , warna
kuning sedangkan BAK 5 x sehari, warna
jernih.
Aktivitas
Sebelum sakit Pasien dapat beraktivitas seperti biasa An.
K bersekolah dan melakukan kegiatannya
sebagai pelajar
Selama sakit An.K hanya berbaring di tempat tidur dan
semua aktivitas di bantu ibunya
6
Observasi Klien
Keadaan Umum Pasien tampak lemah, Kesadaran
Composmentis
BB sebelum sakit 24 kg
BB saat sakit 23 kg
Tinggi Badan 135
Suhu 38,7oC per aksila
Nadi 90 x/menit
Tekanan Darah 90/60 mmHg
Pernapasan 20x/menit
GCS E4 M6 V5 = 15
Pemeriksaan Fisik
Kepala Mesochepal
Mata Tampak berkaca-kaca
Hidung Bersih, Tidak terdapat polip, tidak
mengalami perdarahan.
Telinga Bersih, tidak ada gangguan
pendengaran
Mulut Mukosa bibir kering, membrane
mukosa pucat
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Thoraks
- Paru- paru Inspeksi : pergerakan dada simetris
kanan dan kiri
Palpasi : pergerakan dada teratur, tidak
ada odema
Perkusi : Sonor
Auskultasi : irama pernafasan
vesikuler
- Jantung Inspeksi : tidak Nampak ictus cordis
pada ICS V mid klavikula sinistra
Palpasi : teraba ictus cordis pada ICS
V mid klavikula sinistra selebar 2 cm,
tidak terdapat nyeri tekan
Perkusi : pekak
Auskultasi : bunyi jantung regular,
(lub dup)
Abdomen Abdomen tidak ada masa, nyeri pada
ulu hati, bising usus peristaltik 8 x/
menit.
3. Analisis masalah
Analisis Data Penyebab (etiologi) Masalah
8
4. Diagnosis Keperawatan
Tabel 7. Diagnosis Keperawatan
5. Perencanaan
Tabel 8. Perencanaan Keperawatan
9
dengan kriteria hasil : dan libatkan
1. Suhu tubuh anggota
dalam rentang keluarga.
normal (36,5- 2. Monitor TTV
37 o C) terutama pada
2. Nadi (70- suhu tubuh
110x/menit) minimal 2 jam
dan RR dalam sekali, nadi,
rentang RR dan
normal (20- tekanan darah.
30x/menit) 3. Berikan
Tekanan darah kompres air
systole 80-100 hangat pada
mmHg daerah aksila
diastole 50-80 dan lipat paha
mmHg ( kurang lebih
3. Tidak ada selama 15
perubahan menit panas
warna kulit akan mulai
dan tidak ada turun)
pusing, 4. Berikan
mukosa bibir penkes kepada
lembab. pasien dan
4. Tidak ada keluarga
tanda-tanda pasien
perdarahan mengenai
lebih lanjut pencegahan
DBD.
5. Beri pasien
banyak
minum air
(1500-2000
cc/hari).
6. Beri cairan
parenteral dan
beri antipiretik
dan antibiotic
sesuai dengan
ketentuan.
7. Beri pasien
Diit TKTP
(tinggi kalori
tinggi protein)
.
10
6. Implementasi
Tabel 9. Implementasi Keperawatan
komunikasi bersedia
teraupetik berkenalan.
O : Pasien
bersedia
berkenalan
dengan perawat
11
2000 ml oleh ibu pasien.
vital O : Pasien
tampak sedikit
rewel, Hasil
yang didapat
yaitu tekanan
darah 90/60
mmHg, suhu
38.70 C per
aksila, nadi 90
x/ menit, RR 20
x/ menit
terpasang pada
leher bagian
12
kedua ketiak
dan
selangkangan
pasien.
menggunakan O : Pasien
penguapan karena
kepanasan.
pengukuran ttv.
O : Pasien
trampak tenang.
Tekanan darah
90/60 mmHg,
suhu 38,5o C,
nadi 90 x/menit,
pernafasan 20
13
x/menit
antipiretik meminum
ketentuan merintih
reaksi alergi.
mengajarkan cara
arahan dan
panduan dari
perawat.
14
14.30 Memberikan S : Pasien ü
menutup mulut
O : Ibu pasien
tampak
memaksa
anaknya untuk
makan, pasien
tidak mau
makan.
vital O : Pasien
tampak
kooperatif. Hasil
tekanan darah
90/70 mmHg,
100 x/ menit.
15
di sekitar dahi, O: Pasien
vital. O : Hasil
tekanan darah
100/70 mmHg,
suhu 38,5oC,
nadi 110x/
menit.
menggunakan bersedia .
mengurangi mengikuti
vital O : Hasil
tekanan darah
110/77 mmHg,
16
suhu 380C, nadi
110x/ menit
memberikan
cairan intravena
90/70mmHg,
vital O : Hasil
tekanan darah
100/70 mmHg,
nadi 80x/menit,
RR 20x/ menit
17
06.00 Memberikan S : Pasien mau ü
TKTP O : Pasien
tampak makan
namun masih
sedikit sekitar 3-
5 sendok saja
vital pengecekan
TTV.
O : Hasil
tekanan darah
110/77 mmHg,
suhu 37,70 C,
, RR= 20x/mnt
minum habis 4
tegukan.
18
ü
antipiretik O : pasien
paha. nyaman
ataupun teh)
19
memakaikan O : Pasien
mengurangi
penguapan
vital. bersedia.
O : Hasil
tekanan darah
100/70 mmHg,
suhu 37,70C,
nadi 100 x/
menit, RR
20x/menit
menghabiskan ¼
porsi makanan
yang telah
20
diberikan.
vital O : Hasil
tekanan darah
112/75 mmHg,
nadi 101x/
menit, suhu
37,50C, RR 20x/
menit
buah ataupun
teh )
WIB O : Hasil
tekanan darah
110/70 mmHg,
nadi 100x/
menit, suhu
21
37,50C, RR 20x/
menit.
O : Pasien
tampak makan
habis ¼ porsi
makanan yang
sudah diberikan
WIB bersedia.
O : Hasil
tekanan darah
110/70 mmHg,
nadi 102x/
menit, suhu
37,50C, RR
20x./ menit
22
dokter
WIB bersedia.
O : Hasil
tekanan darah
120/80 mmHg,
nadi 101x/
menit, suhu
37,70C, RR 20
x/ menit
WIB mengangguk.
O : Hasil
tekanan darah
120/80 mmHg,
suhu 370 C, RR
20 x/ menit
O : Hasil
pengecekan
tekanan darah
23
110/70 mmHg,
nadi 102
x/menit, suhu
36,5oC dan RR
20x/ menit.
untuk makan.
O : Pasien
tampak makan
dan habis 1
porsi rumah
sakit.
7. Evaluasi
Tabel 10. Evaluasi Tindakan Keperawatan
24
membran mukosa pucat,
A = Masalah hipertermi belum
teratasi
P = Lanjutkan Intervensi
1. Bina hubungan saling
percaya.
2. Mengukur tanda-tanda vital,
3. Memberikan kompres hangat
pada daerah dahi, aksila atau
lipatan paha.
4. Menganjurkan pasien
menggunkan pakaian yang
tipis.
5. memberikan antipiretik dan
antibiotik sesuai ketentuan
dokter.
6. Melibatkan keluarga dan
ajarkan cara melakukan
kompres hangat yang benar
serta evaluasi perubahan
suhu.
7. Memberikan pasien diit tktp.
25
hangat
A (Analisa) : Masalah teratasi
sebagian.
P (Planning) : Lanjutkan intervensi
1. Mengukur tanda-tanda vital,
2. Memberikan kompres hangat
pada daerah dahi, aksila atau
lipatan paha
3. Menganjurkan pasien
menggunkan pakaian yang
tipis
4. Memberikan antipiretik dan
antibiotik sesuai ketentuan
dokter
5. Memberikan pasien diit tktp.
29 April
S: Ibu pasien mengatakan panas
2021
anaknya sudah turun.
O: tekanan darah 110/70 mmHg,
nadi 102 x/menit, suhu 36,5oC dan
RR 20x/ menit. pasien tampak
lemas, akral hangat.
A (Analisa) : Masalah teratasi.
P (Planning) : Hentikan intervensi.
Rencana pulang pasien yaitu
mengajarkan keluarga pasien untuk
menerapkan cara kompres hangat
yang benar saat pasien sakit panas.
26
B. Pembahasan
Penulis membahas dan menganalisis hasil dari laporan karya tulis ilmiah
pengelolaan Hipertermi dengan DHF pada An.K di mulai pada tanggal 27
April 2021-29 April 2021 di Ruang Wijaya Kusuma RSUD dr. R. Soetijono
Blora. Pengelolaan asuhan keperawatan ini mencakup lima tahap proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Adapun
proses pembahasannya yaitu:
1. Pengkajian
Hasil pengkajian yang penulis lakukan didapatkan yaitu pada
An.K berjenis kelamin perempuan. An.K mengalami panas selama 5 hari
dan rumpel led positif pada hari ke 5.
Selanjutnya pada pengkajian riwayat sosial, An.K adalah anak
tunggal yang dirawat oleh orang tuanya dirumah, sikap An.K selama
dirumah dan dilingkungan luar orangnya periang, penurut dan tinggal
di pedesaan. Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa An.K
kooperatif dengan tindakan keperawatan akan diberikan tetapi dia adalah
anak yang sedikit rewel saat sakit tetapi tidak menjadi penghambat
dalam pemberian asuhan keperawatan.
Pada pengkajian kondisi lingkungan rumah An.K ibu pasien
mempunyai kebiasaan buruk yaitu selalu menggantungkan pakaian
yang sudah dipakai didalam kamar sehingga menjadi menumpuk.
Sehingga saat musim hujan digunakan nyamuk untuk berlindung.
Dari data tersebut dapat dianalisa bahwa kondisi lingkungan An.K
mendukung berkembangbiaknya nyamuk aedes aegypty sehingga
memicu terjadinya DHF pada klien.
Berdasarkan dari hasil pemeriksaan fisik pada An.K didapatkan hasil
BB: 23 kg, TB : 135 cm dengan tanda-tanda vital tekanan darah 90/60
mmhg, nadi 90x/menit, suhu 38,7 o C per aksila, RR 20x/ menit. Dari
hasil tersebut dapat dianalisa bahwa pasien mengalami kenaikan
27
suhu diatas normal. Menurut carpenito & moyet tahun 2013 hipertermi
adalah ketika keadaan individu mengalami kenaikan suhu tubuh >
37, 80C per aksila.
Berdasarakan hasil pemeriksaan penunjang didapatkan hasil pada
An.K didapatkan hasil nilai hematokrit 31,4 %, hemoglobin 10,5
gr/dl, trombosit 124.000 mm dan test rumpel leed menunjukkan hasil
positif yaitu muncul bercak-bercak merah atau pteckie pada kulit.
Hipertermi
2. Diagnosis Keperawatan
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), struktur penulisan diagnosa
keperawatan aktual yang tepat penulisan diagnosa aktual menggunakan
stuktur penulisan PES (problem, etiologi, dan symptom ). Pada diagnosa
laporan kasus yang penulis susun sudah sesuai dengan Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia (2016). Masalah diagnosa pada DHF yang penulis
angkat pada karya tulis ini menurut SDKI DPP PPNI, 2017, p. 284
salah satu diagnosa DHF adalah hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi (virus dengue) yang ditandai dengan suhu tubuh meningkat di atas
rentang normal.
Hal ini sesuai dengan respon pada problem Ibu pasien mengatakan An.K
panas selama 5 hari secara terus menerus, mual muntah 1x, nyeri ulu hati,
pusing pasien tampak lemah didapatkan hasil pemeriksaan TTV : Tekanan
darah : 90/60 mmHg, suhu 38.7 C per aksila, nadi 90 x/ menit, RR 20 x/
menit, kulit : RL test positif dan pada kulit teraba hangat , kepala dan
leher, mata tampak berkaca- kaca, mulut mukosa kering, membran mukosa
pucat, hidung tidak mengalami perdarahan,tanda dan gejala hipertermi
yaitu suhu tubuh diatas normal. Alasan penulis dalam menegakkan
diagnosa masalah keperawatan yang muncul yaitu Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi (virus Dengue) . Hipertermi adalah
suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh. Hal ini sesuai dengan
28
ketentuan berdasarkan pembuatan diagnosa keperawatan menurut (SDKI
DPP PPNI, 2017, p. 284).
Hipertermi b.d proses infeksi ( virus dengue ) diangkat sebagai diagnosa
utama karena menurut Sujono dan Suharso (2010) adanya kenaikan suhu >
37,8 oC dan data Objektif penunjang yang ada merupakan data aktual
yang ditemukan saat pengkajian, dan kondisi tersebut memerlukan
tindakan yang cepat dan tepat karena apabila masalah hipertermi pada
DHF segera diatasi dapat mencegah resiko komplikasi lain yang dapat
muncul akibat hipertermi. Apabila terjadi peningkatan / hipertermi
akan menganggu kenyamanan pasien sehingga harus segera diatasi
agar kebutuhan pasien tidak terganggu. Menurut Taufan (2011)
komplikasi serius dari hipertermi pada DHF adalah disfungsi organ
multipel dan komplikasi perdarahan.
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan yang telah dirumuskan pada An.K untuk mengatasi
masalah keperawatan hipertermi yang dialami klien yaitu dengan
tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam masalah
hipertermi teratasi dengan kriteria hasil suhu dalam rentang normal ( 36,5
–37 C ), nadi, RR, dan tekanan darah dalam rentan normal ( Nadi 70
–110x/menit, RR 20-30x/ menit, tekanan darah systol 80-100 mmHg,
diastol 50-80 mmHg), tidak ada perubahan warna kulit, tidak ada tanda
–tanda perdarahan lebih lanjut. Rencana tindakan yang penulis lakukan
pada An. K yaitu melakukan tindakan berupa bina hubungan
saling percaya, merupakan suatu tindakan pendekatan melalui
komunikasi teraupetik, untuk mengurangi kecemasan pada pasien
serta meminimalkan dampak psikologi pada anak terhadap perubahan
lingkungan dan tindakan yang akan dilakukan untuk mempermudah
perawat dalam memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan prosedur.
Anjurkan banyak minum 1500-2000 ml . Cara ini merupakan
Pertolongan pertama yang segera di berikan pada pasien yaitu
29
memberikan pengganti cairan lewat minuman atau elektrolit yang
bertujuan untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan muntah,
memberikan minum 1,5 sampai 2 liter air dalam waktu 24 jam
seperti air teh, jus buah, atau susu supaya tidak terjadi dehidrasi
karena penguapan air dalam tubuh dan dapat menurunkan panas pada
tubuh pasien karena panas tubuh akan di keluarkan tubuh melalui air
seni dan keringat, sehingga badan pasien akan terasa nyaman dan panas
tubuh akan turun (Nugrahajati 2012)
Mengukur TTV tiap 2 jam sekali, dalam tindakan ini sangat
penting sekali sesuai dengan kkeadaan pasien hipertermi harus
dilakukakan TTV rutin karena untuk memantau keadaan umum
pasien, sehingga apabila terjadi kondisi kegawatdaruratan pada pasien
bisa segera ditangani.
Berikan kompres hangat pada daerah dahi, aksila, atau lipatan paha,
kompres hangat pada leher, kedua ketiak, kedua lipatan paha, karena pada
leher, kedua ketiak, kedua lipatan pahapaling banyak di lintasi oleh
pembuluh darah, sehingga sel saraf akan segera memberi sinyal ke
thermostat di hipotalamus untuk menurunkan suhu tubuh, upaya untuk
menurunkan suhu tubuh dengan cara mengompres menggunakan air
hangat berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan aliran darah
akan bertambah lancar sehingga panas dalam tubuh semakin cepat
dibuang ke udara, kemudian menyarankan kepada keluarga untuk
mengganti pakaian pasien dengan bahan yang lebih tipis dikarenakan
panas pada tubuh akan lebih mudah menguap ke udara tanpa ada
penghalangpakaian yang tebal atau slimut yang menutupi tubuh (Sodikin
2012).
Menganjurkan keluarga pasien untuk memakaikan pasien baju yang
mampu menyerap keringat dan tidak tebal, rasionalnya untuk
mempercepat terjadinya penguapan panas dalam tubuh dsan pasien agar
lebih nyaman. Menurut Sodikin (2012), pakaian yang dikenakan saat
demam sebaiknya pakaian tipis agar panas mudah keluar. Namun bila anak
30
merasa kedinginan dapat diberikan selimut (Prasetyo, 2017).
Memberikan obat antipiretik sesuai program dokter, Obat antipiretik
bekerja dengan cara menurunkan patokan thermostat di hipotalamus
dan bekerja dalam sistem fisiologis pegaturan suhu yaitu dengan
menurunkan pembentukan panas, vasodilatasi pembuluh darah di kulit
yang menyebabkan kecepatan aliran darah bertambah, dan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi, radiasi, dan konveksi. Pemberian
antipiretik juga dapat menyebabkan efek samping seperti peningkatan
spasme bronkus, gangguan pada saluran cerna, penurunan fungsi
ginjal, dan menghalangi supresi respon antibodi serum. Menurut
NICE Clinical Guidelines pada tahun 2007, antipiretik tidak harus
digunakan secara rutin dengan tujuan menurunkan suhu tubuh saat
demam (Cahyaningrum dan Putri, 2017). Tindakan non famakologik
dapat dilakukan dengan perlakuan fisik seperti memberi minum
banyak, memberikan kompres, memberi obat tradisional dan
menggunakan pakaian yang tidak tebal (Wardiyah, 2016 dan
Cahyaningrum, 2017).
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberiaan Diit, rasionalnya untuk
mencukupi kebutuhan makanan pada pasien. Penulis dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan hanyamencantumkan
paraf penulis dalam hal ini harusnya melakukan pembenaran bahwa
pendokumentasian asuhan keperawatan harus disertakan nama pemberi
asuhan keperawatan sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat Perry
& Potter (2006) menyatakan bahwa dokumentasi keperawatan dari
askep hukum mempunyai makna penting yaitu semua catatan
tentang informasi pasien merupakan dokumentasi yang resmi yang
bernilai hukum. Bila terjadi suatu maslah yang berhubungan dengan
profesi keperawatan, dimana perawat sebagai pemberi jasa dan klien
sebagai pengguna jasa maka dokumentasi sangat diperlukan.
Dokumentasi dapat dijadikan barang bukti di pengadilan, oleh karena itu
data di identifikasi secara lengkap, jelas dan objektif dan ditanda
31
tangani oleh perawat, nama jelas, tanggal, agar tidak menimbulkan salah
interpretasi.
Penulis dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien hanya
dilakukan selama satu kali shift, untuk selanjutnya penulis
melakukan pendelegasian kepada teman sejawat lainnya agar asuhan
keperawatan yang di berikan kepada klien berjalan secara
berkesinambungan. Menurut Swansburg (2000) menjelaskan
pendelegasian dilakukan untuk menerima tanggung jawab secara
structural.
4. Implementasi Keperawatan
Berdasarkan hasil implementasi keperawatan yang penulis lakukan
pada An. K tanggal 27 April 2021 - 29 April 2021 mei 2021 di dapatkan
adanya faktor penghambat dan faktor pendukung dalam memberikan
setiap tindakan. Dari implementasi yang pertama yaitu Membina
hubungan saling percaya dengan komunikasi teraupetik . Membina
hubungan baik dengan anak dapat dijadikan modal terapi
penyembuhan anak serta menurunkan resiko traumatic dari setiap tindakan
yang dilakukan petugas kesehatan (Wong; 2014).
Dari implementasi selanjutnya yaitu Menganjurkan pasien untuk
banyak minum ( bisa minum air putih, jus buah ataupun teh manis )
sebanyak 700-800 ml. Faktor penghambat An.K susah minum dan diam
karena lemas, hal ini di buktikan dengan pasien hanya tidur di tempat
tidur. Faktor pendukung pasien mau minum meskipun hanya sedikit ,
pasien sedikit kooperatif terkadang rewel. Hal ini dibuktikan dengan
pasien tampak menghabiskan minum 1 gelas aqua. Menurut
Meira (2016) Pada anak usia sekolah akan mengalami hospitalisasi
akan cenderung cemas dan hilang kontrol karena memaksakan anak
meninggalkan lingkungan rumah dan teman-temannya sehingga
terjadi perubahan situasi yang mengakibatkan anak menjadi lebih
cemas dan susah menerima tindakan yang di berikan.
32
Dari implementasi selanjutnya yaitu mengukur TTV . Faktor penghambat
pasien An. K hanya diam karena lemas, hal ini di buktikan dengan
pasien hanya tidur di tempat tidur. Faktor pendukung perawat
melakukan ttv, pasien sedikit kooperatif. Hal ini dibuktikan dengan di
dapatkan hasil TTV tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 102 x/menit,
suhu 36,5 oC dan RR 20x/ menit, pasien tampak lemas, akral hangat.
Sikap perawat seharusnya dapat lebih berperan aktif dan melibatkan
orang tua agar tindakan tindakan asuhan keperawatan dapat berjalan
optimal.
Dari implementasi selanjutnya yaitu Memberikan kompres hangat pada
daerah dahi, aksila atau lipatan paha. Dari keluarga mendukung
pemberian kompres hangat karena dapat membantu menurunkan
suhu tubuh anak. Faktor pendukung pada An.K mau diberikan
tindakan kompres hangat. Dari keluarga juga mendukung karena dapat
membantu menurunkan suhu tubuh anak. Pada An. K respon
subjektifnya ibu mengatakan bahwa panas anaknya sudah mulai turun
dengan bantuan kompres hangat. Respon objektifnya suhu panas
menurun ke normal. Setelah itu perawat harus membina hubungan
saling percaya dengan pasien agar pasien kooperatif dalam setiap
diberikan tindakan keperawatan. Menurut penelitian yang dilakukan
oleh Wowor, Katuuk, dan Kallo (2017, p.6) kompres air hangat lebih
efektif untuk menurunkan demam dibanding dengan kompres plester,
dengan hasil rata-rata kompres hangat dapat menurunkan suhu sebesar
0,8oC dan kompres plester dapat menurunkan suhu sebesar 0,4oC
Dari implementasi selanjutnya yaitu Menganjurkan keluarga pasien
memakaikan pasien baju yang mampu menyerap keringat dan
tidak tebal. Faktor penghambat pasien An. K lemas, hal ini
dibuktikan pasien tiduran, faktor pendukung dari ibu pasien yang
membantu pasien untuk ganti pakaian, pasien kooperatif, hal ini
dibuktikan meskipun terlihat lemas dan pasien tampak mengganti
pakaian. Penggunaan pakaian yang tipis dan dapat menyerap keringat akan
33
Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap
keringat pasien dan tidak merangsang peningkatan suhu dan membantu
penguapan.( Meira & Wulandari, 2016 )
Dari implementasi selanjutnya Memberikan obat antipiretik sesuai
program dokter. Faktor pendukung pasien An.K kooperatif hal ini di
tandai dengan obat masuk kedalam tubuh pasien melalui oral sesuai
dengan dosis. Respon subjektifnya pasien mengatakan mau minum obat,
respon objektifnya obat masuk sesuai program dokter dan tidak ada
alergi. Pemberian obat sangat penting dalam keadaan suhu tubuh
pasien yang tinggi berguna agar suhu tubuh pasien cepat menurun dalam
rentan normal
Dari implementasi selanjutnya Mengkolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian Diit TKTP. Faktor penghambat pasien An.K tidak
mau makan hal ini dibuktikan dengan pasien menutup mulut .Faktor
pendukung pasien kooperatif hal ini dan tampak habis setengah porsi
rumah sakit. Dalam hal ini selain harus melibatkan orang tua dalam
tindakan ini kita sebagai perawat juga harus mampu merayu anak
supaya mau makan agar nutrisi dapat terpenuhi. Implementasi
keperawatan bertujuan untuk mengobservasi respon pasien selama
dan sesudah pelaksanaan tindakan. Dalam melaksanakan
tindakan keperawatan, perawat harus melakukan sesuai tahap-tahap
yaitu pra-interaksi, orientasi kerja, dan terminasi. Pada tahap
terminasi perawat harus mendokumentasikan tindakan beserta hasil /
respon pasien (Budiono, 2016) perawat harus mendokumentasikan
setiap tindakan yang dilakukan, dokumentasi keperawatan jugasesuai
yang dilakukan terhadap pasien
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi tindakan keperawatan yang sudah dilakukan kepada An.K dan
selama 3x24 jam diruang Wijaya Kusuma RSUD dr. R. Soetijono Blora
dengan diagnosa keperawatan hipertemi b.d infeksi penyakit (virus
34
dengue) didapatkan hasil evaluasi pada pasien An.K respon subjektif :
Ibu pasien mengatakan panas anaknya sudah turun. Respon Objektif :
tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 102 x/menit, suhu 36,5oC dan RR 20x/
menit. pasien tampak lemas, akral hangat. A (Analisa) : Masalah teratasi.
Karena dalam kasus hipertermi pada An.K dimana An.K dibawa orang
tuanya kerumah sakit sudah panas hari ke-5 dilihat dari jalannya penyakit
panas akan terjadi pada hari ke 2 sampai ke 7 oleh karena itulah
mengapa hipertermi pada An.K dapat teratasi karena dihitung dari
masuknya rumah sakit panasnya sudah hari ke-5 ditambah perawatan
3 hari di rumah sakit jadi 8 hari otomatis pada hari kedelapan suhu tubuh
akan kembali normal karena masa inkubasi virus umumnya terjadi pada
hari ke 2-7. Planning : hentikan intervensi. Rencana pulang pasien yaitu
mengajarkan keluarga pasien untuk menerapkan cara kompres hangat yang
benar saat pasien sakit panas. Dan memberikan edukasi tentang
bagaimana cara mengatasi pasien DHF Ada bebrapa faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada DHF dengan hipertermi diantaranya adalah respon pasien
terhadap tenaga kesehatan. Apabila pasien mengalami hospitalisasi dan
takut dengan tenaga kesehatan seperti perawat yang akan merawatnya
tentu saja akan mempengaruhi keberhasilan dalam setiap tindakan
keperawatan. Keluarga yang selalu mendampingi dan merawat serta
kooperatif dalam setiap tindakan keperawatan kepada pasien menjadi salah
satu indikator keberhasilan dalam merawat pasien. Dengan adanya
keluarga yang menjadi pelindung pasien untuk membuang rasa takut
terhadap lingkungan baru, orang baru dan suasana baru yang
menurut pasien mungkin saja adalah sesuatu yang menyeramkan.
kecemasan anak hospitalisasi dipicu karena anak dipaksa
meninggalkan lingkungan yang dicintai, keluarga , kelompok sosial
dan juga akan kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran
dalam keluarga, perasaan takut mati, dan kelemahan fisik. Oleh
35
karena itu peran keluarga khususnya orang tua sangat penting bagi
kelancaran pemberian asuhan keperawatan
36
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
laporan kasus yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Anak DHF dengan
sebagai berikut :
37
4. Implementasi keperawatan pada An. K sudah dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah direncanakan selama 3x24
jam. Dalam melaksanakan intervensi tersebut terdapat faktor
pendukung dalam melakukan proses keperawatan antara lain
komunikasi terapeutik yang baik antara pasien, keluarga dan
perawat, klien kooperatif dan keluarga selalu memberikan
dukungan dan bantuan dalam segala tindakan, alat-alat yang
tersedia di rumah sakit sesuai dengan kebutuhan. Akan tetapi ada
beberapa kendala antara lain lingkungan yang asing dengan anak
dianggap sebagai salah satu stressor di rumah sakit, tingkat kecemasan
pasien.
5. Hasil evaluasi setelah dilakukan pengelolaan selama 3x24
jam menunjukan bahwa masalah DHF dengan fokus hipertermi
pada Pada An.K masalah teratasi dikarenakan kondisi pasien yang
sudah memasuki fase penyembuhan. Faktor pendukung pasien dan
keluarga kooperatif sehingga mepermudah perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan.
B. Saran
Dari kesimpulan yang sudah di sampaikan untuk pengembangan perbaikan
serta sosialisasi lebih lanjut dari hasil penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, maka
disarankan kepada pihak- pihak berikut :
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dari pihak rumah sakit dapat memberikan pelayanan
dengan DHF.
38
2. Bagi perawat
Perawat menjadikan suatu acuan untuk meningkatkan pelayanan
pada klien khususnya DHF. Sebagai petugas kesehatan
kami akan meminimalkan resiko terjadinya kekambuhan pada klien
DHF.
3. Bagi Institusi
Diharap Institusi menambah referensi yang terbaru sehingga
mahasiswa dapat melakukan dan memberikan asuhan keperawatan
pada klien sesuai dengan asuhan keperawatan yang baru agar dapat
memaksimalkan asuhan keperawatan untuk menunjang kesembuhan
pasien.
4. Bagi Pasien dan Keluarga
Keluarga mampu memantau keadaan pasien dan memantau adanya
tanda dan gejala yang bisa menyebabkan kekambuhan. Sehingga
pasien tidak mengalami kondisi yang semakin memburuk
khususnya dalam keadaan suhu tubuhya, hal ini bertujuan supaya
keluarga dapat berperan aktif dalam penyembuhan klien.
39