Anda di halaman 1dari 9

PENKES CARA MENGEJAN YANG BENAR

Oleh : Epi Saptaningrum, S.kep. Ns. M.Kes.

Proses Mengejan Yang Benar

Sekarang ini masih banyak seorang wanita yang lebih memilih melakukan proses persalinan
dengan operasi caesar jika dibandingkan dengan persalinan normal, walaupun mereka masih
bisa untuk melahirkan dengan normal. Idealnya jika tidak terdapat bahaya yang dapat
mengancam keselamatan bayi dan ibu, proses persalinan ini dapat dilakukan secara normal.
Pemilihan operasi caesar disebabkan oleh perasaan takut yang mereka alami terhadap rasa
sakit yang akan dirasakan ketika melahirkan, atau disebabkan tidak kuat ketika harus
mengejan. Namun biasanya tidak kuat ketika mengejan hanya dialami beberapa wanita hamil
yang mempunyai riwayat penyakit pada saluran pernafasan.

Namun jika anda tidak memiliki masalah pada pernafasan tapi pada saat mengejan
mengalami kesulitan, kemungkinan besar anda salah dalam menerapkan cara dalam
mengejan. Mengejan pada saat yang kurang tepat dapat beresiko terkena udem portio atau
terjadi pembengkakan pada rahim, pembengkakan ini dapat terjadi disebabkan oleh bibir
kemaluan tersebut terlalu banyak mengalami dorongan, sementara itu anda belum siap dalam
menerima tekanan yang begitu kuat. Jika pembengkakan tersebut telah terjadi, dengan begitu
jalan lahir bayi secara normal telah tertutup. Hal ini mangakibatkan anda harus mengambil
proses persalinan secara caesar.

Pada dasarnya cara mengejan ketika akan melahirkan tidak berbeda dengan mengejan ketika
akan buang air besar. Namun karena prosesnya yang berbeda dan lebih lama serta
memerlukan tenaga yang sangat besar. Mengejan sendiri merupakan tahapan ketika terjadi
pembukaan atau pun dilatasi mulut rahim yang mencapai puncaknya. Ketika itu konsentrasi
menjadi semakin kuat juga secara insting anda juga dapat merasakan dorongan yang sangat
kuat untuk bisa mengejan.
Cara mengejan yang benar :

1.Lakukan setelah pembukaan lengkap

Mengejan baru boleh dilakukan setelah pembukaan lengkap, yakni pembukaan 10. Saat itu,
observasi yang dilakukan dokter akan menemukan, kepala bayi sudah turun sampai ke dasar
panggul dan anus mulai ikut membuka. Gejalanya seperti ingin buang air besar, tetapi jika
sudah diberikan obat analgesi (penghilang nyeri) epidural yang dalam, biasanya perasaan di
atas tak terasa, sehingga ibu harus memperhatikan komando dari dokter atau bidan. Namun
pada analgesi yang diberikan lewat vena atau analgesi lokal, keinginan untuk mengejan tetap
ada.

Kenapa mengejan harus menunggu pembukaan lengkap? Hal ini untuk menghindari
pembengkakan atau edema pada mulut rahim. Kelak, pembengkakan ini akan mempersulit
proses persalinan berikutnya. Meski tidak nyaman karena harus menanti kontraksi hingga
pembukaan 10, namun ibu harus tetap bersabar. Tak perlu khawatir karena penundaan
mengejan umumnya tak akan membahayakan, kecuali bila jantung janin mulai melemah.

2.Pilih posisi yang tepat

Posisi yang umum dipilih saat mengejan adalah berbaring, kemudian menekuk lutut, kedua
kaki dibuka, peluk paha dengan melingkarkan tangan ke bawah paha sampai siku dan
menarik paha ke arah dada. Posisi ini memberikan keleluasaan pada ibu untuk mengejan.
Posisi lain pun bisa digunakan, seperti berbaring miring ke sisi kiri atau kanan, atau jongkok,
yang kesemuanya berdasarkan kasus per kasus supaya janin lebih mudah lahir

3.Atur napas

Bernapas harus teratur, tidak boleh serabutan karena tidak bermanfaat signifikan atau bahkan
mengganggu proses mengejan. Biasanya dokter/bidan akan memandu ibu mengatur napas
supaya tenaga ibu terkumpul, juga ibu memiliki tenaga maksimal untuk mengejan.

Selain itu, mengatur napas yang baik pun dapat mengurangi rasa sakit. Supaya pengaturan
napas berjalan mudah, sebaiknya ibu ikut kelas senam hamil karena di kelas itu ibu akan
diajarkan cara mengatur napas saat bersalin.
4.Ikuti komando

Biasanya dokter/bidan akan memberi komando kapan ibu harus menarik napas, menahan, dan
mengeluarkannya sambil mengejan. Ikuti komando tersebut supaya proses persalinan berjalan
teratur dan lebih mudah. Saat mengejan pun biasanya dokter/bidan mengingatkan ibu untuk
meletakkan dagu di dada supaya bisa melihat perut. Jika ibu tak mengikuti komando, maka
pola mengejan menjadi tidak teratur sehingga tenaga terbuang percuma. Efek lainnya, jalan
lahir bisa membengkak karena terdapat cairan yang keluar di jalan lahir, vagina pun
membengkak sehingga menyulitkan penjahitan.

5.Ikuti irama

Ibu harus mengikuti irama tubuh saat mengejan. Bila pembukaan sudah lengkap, ibu harus
segera mengejan, mengatur napas, dan tidak boleh ditahan saat proses pengejanan
berlangsung. Ada ibu yang takut fesesnya keluar saat mengejan, sehingga ia menahan
pengejanan dengan mengangkat pantat atau panggul. Hal ini dapat membuat robekan
perineum (bagian antara vagina dan anus) lebih lebar sehingga memerlukan lebih banyak
jahitan. Sebaliknya, jika kontraksi rahim mereda sebaiknya hentikan dahulu pengejanan.
Biasanya ibu diminta istirahat sampai menunggu kontraksi berikutnya.

6.Tenaga harus efektif

Jangan buang-buang tenaga yang tak perlu, entah dengan mengeluh atau berteriak-teriak,
karena akan menguras tenaga, mengingat ibu harus mengejan berkali-kali. Teriak-teriak atau
membuat keributan malah akan menyebabkan tenggorokan kering, batuk, dan serak. Ibu pun
semakin panik dan tegang. Akibatnya, ibu tak jelas menangkap instruksi dokter.

7.Pandangan ke arah perut

Arahkan pandangan ke perut supaya ibu bisa lebih berkonsentrasi terhadap persalinan. Selain
itu, ibu harus mengejan di perut bukan di leher.

8.Berhenti mengejan saat kepala bayi terlihat

Ketika kepala bayi mulai terlihat (crowning) sebaiknya hentikan mengejan. Biasanya ditandai
dengan rasa panas di vagina yang meregang. Tujuannya supaya vagina dan perineum
meregang perlahan-lahan, juga untuk mengurangi robekan dan kelahiran yang terlalu cepat.
Dokter/bidan akan memberi arahan ketika pengejanan harus dihentikan atau dilanjutkan.
Pada saat ini ibu sebaiknya mengatur napas dengan baik.

Macam posisi meneran/mengejan saat melahirkan dan cara meneran yang benar
Dalam menjelang proses persalinan banyak hal yang menjadi kecemasan para calon ibu. Hal
tersebut tak lain karena kurangnya pengetahuan akan hal-hal yang berkenaan dengan
proses persalinan. Salah satu hal yang tidak kalah penting dan dapat menimbulkan
kecemasan terutama bagi para calon ibu yang baru pertama kali melahirkan adalah cara
meneran/ mengejan. Pengetahuan ibu dapat mempengaruhi sikap atau perilaku ibu dalam
menghadapi proses persalinan. Pengetahuan ibu tentang meneran tak lain agar ibu yang
mengalami persalinan dapat meneran dengan benar sehingga mempercepat proses
persalinan.

Berikut beberapa hal terkait meneran dari mulai macam posisi hingga cara meneran yang
benar.

KEBEBASAN MEMILIH POSISI MENERAN

Seorang bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan memilih sendiri posisi
persalinan yang diinginkannya dan bukan berdasarkan keinginan bidannya sendiri. Dengan
kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilihnya, ibu akan lebih merasa aman.

MANFAAT PILIHAN POSISI BERDASARKAN KEINGINAN IBU

 Memberikan banyak manfaat


 Sedikit rasa sait dan ketidaknyamanan
 Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek
 Laserasi perineum lebih sedikit
 Lebih membantu meneran
 Nilai apgar lebih baik
MACAM-MACAM POSISI MENERAN

1. Posisi terlentang (supine)

terlentang (supine)

Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama, besar kemungkinan
terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan
punggung.
Dan juga menyebabkan beberapa hal seperti :
 Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta, vena
cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga menyebabkan suplai
darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi
mengalami fetal distress ataupun anoksia janin.
 Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.
 Buang air kecil terganggu.
 Mobilisasi ibu kurang bebas.
 Ibu kurang semangat.
 Resiko laserasi jalan lahir bertambah.
 Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
 Rasa nyeri yang bertambah.

2. Posisi duduk/setengah duduk


Posisi duduk/setengah duduk

Posisi ini akan membantu dalam penurunan janin dengan bantuan gravitasi bumi untuk
menurunkan janin kedalam panggul dan terus turun kedasar panggul. Posisi berjongkok
akan memaksimumkan sudut dalam lengkungan Carrus, yang akan memungkinkan bahu
besar dapat turun ke rongga panggul dan tidak terhalang (macet) diatas simpisis pubis.
Dalam posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan
kandung kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat
penurunan bagian bawah janin

3. Posisi jongkok/ berdiri

Posisi jongkok/ berdiri

Jongkok atau berdiri memudahkan penuran kepala janin, memperluas panggul sebesar dua
puluh delapan persen lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan
meneran. Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi ( perlukaan jalan lahir). Dalam posisi
berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung
kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan
bagian bawah janin.
4. Berbaring miring kekiri

Berbaring miring kekiri

Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava inferior
sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia, karena suplay oksigen tidak
terganggu, dapat member suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan dan dapat
pencegahan terjadinya laserasi/robekan jalan lahir.

5. Posisi merangkak

posisi meneran merangkak

Posisi ini akan meningkatkan oksigenisasi bagi bayi dan bisa mengurangi rasa sakit punggung
bagi ibu. Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit punggung,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang.
Posisi merangkak juga dapat membantu penurunan kepala janin lebih dalam ke panggul

CARA MENERAN

Beberapa cara meneran menurut berbagai sumber yang dapat dilakukan yaitu :

1. Menurut Manuaba (2001), cara meneran yaitu :

a. Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi.
b. Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.
c. Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
d. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah
untuk meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.
e. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
f. Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.

2. Menurut JNPK-KR (2007), dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan
rupture uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan pada
fundus. Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan
mengejan dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut

a. Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah


pembukaan pintu bawah panggul.
b. Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga arah kekuatan
menuju jalan lahir.
c. His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya optimal.
d. Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan denagn demikian
diafragma abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir.
e. Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya
ditarik kembali utnuk dipergunakan mengejan.

3. Menurut Sarwono (2005), ada 2 cara mengejan yaitu :

a. Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas
siku, kepala sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan dapat melihat
perutnya.
b. Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan
tergantung pada letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang
berda diatas. Posisi yang menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan
bila putaran paksi dalam belum sempurna.
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
Menurut Sarwono (2002), juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat
mengejan, yaitu :

1) Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan pembukaan lengkap.


2) Pasien tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki atau tepi
tempat tidur sebelah atas, bila kondisi janin kurang baik, pasien mengejan dalam posisi
miring.
3) Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-
kuatnya dan selama mungkin, bila his masih kuat menarik nafas pengejanan dapat diulang
kembali. Bila his tidak ada, pasien istirahat, menunggu datangnya his berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai