Anda di halaman 1dari 7

TEHNIK MENERAN YANG BENAR

Dalam menjelang proses persalinan banyak hal yang menjadi kecemasan para
calon ibu. Hal tersebut tak lain karena kurangnya pengetahuan akan hal-hal yang berkenaan
dengan proses persalinan. Salah satu hal yang tidak kalah penting dan dapat menimbulkan
kecemasan terutama bagi para calon ibu yang baru pertama kali melahirkan adalah cara
meneran/ mengejan. Pengetahuan ibu dapat mempengaruhi sikap atau perilaku ibu dalam
menghadapi proses persalinan. Pengetahuan ibu tentang meneran tak lain agar ibu yang
mengalami persalinan dapat meneran dengan benar sehingga mempercepat proses persalinan.
Berikut beberapa hal terkait meneran dari mulai macam posisi hingga cara meneran yang
benar.

KEBEBASAN MEMILIH POSISI MENERAN


Seorang bidan hendaknya membiarkan ibu bersalin dan melahirkan memilih sendiri
posisi persalinan yang diinginkannya dan bukan berdasarkan keinginan bidannya sendiri.
Dengan kebebasan untuk memutuskan posisi yang dipilihnya, ibu akan lebih merasa aman.

MANFAAT PILIHAN POSISI BERDASARKAN KEINGINAN IBU


Memberikan banyak manfaat
Sedikit rasa sait dan ketidaknyamanan
Kala 2 persalinan menjadi lebih pendek
Laserasi perineum lebih sedikit
Lebih membantu meneran
Nilai apgar lebih baik

MACAM-MACAM POSISI MENERAN


1. Posisi terlentang (supine)

Posisi ini juga menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama, besar kemungkinan
terjadinya laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan
punggung.
Dan juga menyebabkan beberapa hal seperti :
Dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan isinya menekan aorta, vena
cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain sehingga menyebabkan suplai
darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu dapat pingsan dan bayi
mengalami fetal distress ataupun anoksia janin.
Ibu mengalami gangguan untuk bernafas.
Buang air kecil terganggu.
Mobilisasi ibu kurang bebas.
Ibu kurang semangat.
Resiko laserasi jalan lahir bertambah.
Dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
Rasa nyeri yang bertambah.

2. Posisi duduk/setengah duduk

Posisi duduk/setengah duduk

Posisi ini akan membantu dalam penurunan janin dengan bantuan gravitasi bumi untuk
menurunkan janin kedalam panggul dan terus turun kedasar panggul. Posisi berjongkok akan
memaksimumkan sudut dalam lengkungan Carrus, yang akan memungkinkan bahu besar
dapat turun ke rongga panggul dan tidak terhalang (macet) diatas simpisis pubis. Dalam
posisi berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung
kemihnya, dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian
bawah janin
3. Posisi jongkok/ berdiri
Posisi jongkok/ berdiri
Jongkok atau berdiri memudahkan penuran kepala janin, memperluas panggul sebesar dua
puluh delapan persen lebih besar pada pintu bawah panggul, memperkuat dorongan meneran.
Namun posisi ini beresiko terjadinya laserasi ( perlukaan jalan lahir). Dalam posisi
berjongkok ataupun berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya,
dimana kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah
janin.

4. Berbaring miring kekiri

Berbaring miring kekiri


Posisi berbaring miring kekiri dapat mengurangi penekanan pada vena cava inferior sehingga
dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia, karena suplay oksigen tidak terganggu,
dapat member suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan dan dapat pencegahan
terjadinya laserasi/robekan jalan lahir.
5. Posisi merangkak

posisi meneran merangkak


Posisi ini akan meningkatkan oksigenisasi bagi bayi dan bisa mengurangi rasa sakit punggung
bagi ibu. Posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit punggung,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta peregangan pada perineum berkurang.
Posisi merangkak juga dapat membantu penurunan kepala janin lebih dalam ke panggul
CARA MENERAN
Beberapa cara meneran menurut berbagai sumber yang dapat dilakukan yaitu :
1. Menurut Manuaba (2004), cara meneran yaitu :
a. Anjurkan ibu untuk meneran sesuai dengan dorongan alamiahnya selama kontraksi.
b. Jangan anjurkan untuk menahan nafas pada saat meneran.
c. Anjurkan ibu untuk berhenti meneran dan beristirahat diantara kontraksi.
d. Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih mudah untuk
meneran jika ia menarik lutut kearah dada dan menempelkan dagu ke dada.
e. Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat meneran.
f. Jangan melakukan dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran bayi.

2. Menurut JNPK-KR (2007), dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu
dan rupture uteri. Cegah setiap anggota keluarga yang mencoba melakukan dorongan pada
fundus. Untuk mengkoordinasikan semua kekuatan menjadi optimal saat his dan mengejan
dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut
1) Parturien diminta untuk merangkul kedua pahanya, sehingga dapat menambah pembukaan
pintu bawah panggul.
2) Badan ibu dilengkungkan sampai dagu menempel di dada, sehingga arah kekuatan menuju
jalan lahir.
3) His dan mengejan dilakukan bersamaan sehingga kekuatannya optimal.
4) Saat mengejan ditarik sedalam mungkin dan dipertahankan denagn demikian diafragma
abdominal membantu dorongan kearah jalan lahir.
5) Bila lelah dan his masih berlangsung, nafas dapat dikeluarkan dan selanjutnya ditarik
kembali utnuk dipergunakan mengejan.

3. Menurut Sarwono (2009), ada 2 cara mengejan yaitu :


1) Wanita tersebut dalam letak berbaring merangkul kedua pahanya sampai batas siku, kepala
sedikit diangkat sehingga dagu mendekati dadanya dan dapat melihat perutnya.
2) Sikap seperti diatas, tetapi badan dalam posisi miring kekiri atau kekanan tergantung pada
letak punggung janin, hanya satu kaki dirangkul, yakni kaki yang berda diatas. Posisi yang
menggulung ini memang fisiologis. Posisi ini baik dilakukan bila putaran paksi dalam belum
sempurna.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

Menurut Sarwono (2009), juga ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat mengejan,
yaitu:
1) Mengejan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan pembukaan lengkap.
2) Pasien tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki atau tepi
tempat tidur sebelah atas, bila kondisi janin kurang baik, pasien mengejan dalam posisi
miring.
3) Pada permulaan his, pasien disuruh menarik nafas dalam, tutup mulut, mengejan sekuat-
kuatnya dan selama mungkin, bila his masih kuat menarik nafas pengejanan dapat diulang
kembali. Bila his tidak ada, pasien istirahat, menunggu datangnya his berikut.
Posisi terlentang (supine) dapat menyebabkan hipotensi karena bobot uterus dan
isinya menekan aorta, vena cava inferior serta pembuluh-pembuluh darah lain
sehingga menyebabkan suplai darah ke janin menjadi berkurang, dimana akhirnya ibu
dapat pingsan dan bayi mengalami fetal distress ataupun anoksia janin. Posisi ini juga
menyebabkan waktu persalinan menjadi lebih lama, besar kemungkinan terjadinya
laserasi perineum dan dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan
punggung.
Posisi berjongkok, berlutut merangkak akan meningkatkan oksigenisasi bagi
bayi dan bisa mengurangi rasa sakit punggung bagi ibu
Posisi jongkok/setengah duduk akan membantu dalam penurunan janin dengan
bantuan gravitasi bumi untuk menurunkan janin kedalam panggul dan terus turun
kedasar panggul. Posisi berjongkok akan memaksimumkan sudut dalam lengkungan
Carrus, yang akan memungkinkan bahu besar dapat turun ke rongga panggul dan
tidak terhalang (macet) diatas simpisis pubis. Dalam posisi berjongkok ataupun
berdiri, seorang ibu bisa lebih mudah mengosongkan kandung kemihnya, dimana
kandung kemih yang penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin
Posisi merangkak dapat membantu penurunan kepala janin lebih dalam ke
panggul

DAFTAR PUSTAKA
Sumber: : http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/05/macam-posisi-meneranmengejan-
saat.html#ixzz2Ez3lEMbw
Sarwono Pra Wiroharjo, Ilmu Krbidanan , Edisi ke 2. Yayasan Bina Pustaka Tahun 2009

Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri Dan Neonatal Emengensi Dasar ( PONED ), JNPK KR
2007

Anda mungkin juga menyukai